I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris, dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil pertanian. Menyadari hal itu maka sejak zaman dahulu secara bertahap pemerintah terus meningkatkan pembangunan dibidang pertanian yang meliputi sektor pangan, sektor perkebunan/kehutanan dan perikanan.
Pembangunan pertanian diupayakan untuk meningkatkan hasil
pertanian baik kualitas maupun kuantitas melalui perbaikan teknik budidaya, pembangunan dan perbaikan sistem pengolahan hasil (Fauzi, Yustina, Imam dan Hartono, 2012). Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan unggulan dan utama Indonesia. Tanaman yang produk utamanya terdiri dari minyak sawit (CPO) dan minyak inti sawit (KPO) ini memiliki nilai ekonomis tinggi dan menjadi salah satu penyumbang devisa negara yang terbesar dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya. Hingga saat ini kelapa sawit telah diusahakan dalam bentuk perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit hingga menjadi minyak dan produk turunannya. (Fauzi et al, 2012). Buah kelapa sawit dapat menghasilkan minyak berupa CPO dan KPO yang merupakan bahan baku utama pembuatan minyak makan. Selain itu, minyak sawit juga dapat diolah menjadi bermacam-macam produk lain seperti mentega, minyak kering/padat untuk makanan ringan, es krim, pengganti mentega coklat, sabun, detergen, amida, amina, alkohol, metil ester dan lain-lain (Pahan, 2011).
1
. Konsumsi minyak kelapa sawit dunia yang sangat besar tidak mungkin terpenuhi oleh produsen kelapa sawit tanpa diusahakan dengan baik dan efisien (Fauzi et al, 2012). Menurut Arsyad D. Koedadiri, Sutarta, Darmosarkoro, Purba, Padli dan Rahutomo (2010), panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan tanaman kelapa sawit menghasilkan.
Selain bahan tanam dan
pemeliharaan tanaman panen juga salah satu faktor yang penting dalam menampung produksi. Keberhasilan panen akan menunjang pencapaian produktvitas
tanaman.
Sebaliknya
kegagalan
panen
akan
menghambat
produktivitas tanaman kelapa sawit. Pengelolaan tanaman yang sudah baku dan potensi produksi di pohon tinggi tidak ada gunanya jika panen tidak dilaksanakan secara optimal. (Arsyad et al, 2010) mengatakan bahwa tanaman kelapa sawit secara umum sudah mulai beralih dari tanaman belum menghasilkan (TBM) menjadi tanaman menghasilkan (TM) setelah berumur 30 bulan.
Parameter lain yang sering
digunakan dalam menentukan tanaman menghasilkan adalah persentase jumlah pohon yang sudah berbuah matang panen yakni sebesar > 60%. Pada keadaan ini rata-rata berat tandan sudah mencapai 3 Kg dan pelepasan brondolan dari tandan lebih mudah. Keberhasilan panen didukung oleh pengetahuan pemanen tentang persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem dan sarana panen. Keseluruhan faktor ini merupakan kombinasi yang tidak terpisahkan satu sama lain. Untuk meningkatkan keterampilan tentang keberhasilan panen ini perlu dilakukan pelatihan bagi pelaku perkebunan (Arsyad et al, 2010).
2
Panen merupakan salah satu kegiatan akhir dari suatu kegiatan budidaya yaitu proses pengutipan dan pengumpulan hasil sesuai dengan kriteria-kriteria terrtentu, sedangkan pasca panen adalah merupakan kegiatan lanjutan dari kegiatan panen yaitu pengelolaan hasil setelah dikumpulkan baik itu secara manual maupun dengan bantuan alat/bahan lainnya. Panen merupakan
kegiatan penting dalam pengelolaan tanaman karena
kegiatan panen ini sangat erat hubungannya dengan kualitas produk akhir, jika pada kegiatan panen dilaksanakan dengan bagus maka kualitas produk besar kemungkinan akan bagus. Berdasarkan pernyataan di atas maka penulis tertarik mengambil judul laporan tugas akhir “ Manajemen Panen dan pasca panen Kelapa Sawit “. Kegiatan yang tergolong kedalam panen adalah, mulai dari persiapan alat-alat panen sampai tandan buah segar (TBS) disusun di tempat pengumpulan hasil (TPH) sedangkan kegiatan pasca panen mulai dari tandan buah segar (TBS) di tempat pengumpulan hasil (TPH) sampai terangkut ke pabrik kelapa sawit (PKS). 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari pelaksanaan tugas akhir di PT. Agro Masang Perkasa III (AMP-3) adalah : A. Tujuan Umum Agar mahasiswa memperoleh pengalaman dan kondisi nyata pengelolaan perkebunan terutama dalam kegiatan manajemen panen dan pasca panen kelapa sawit sebagai bekal bagi mahasiswa dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja.
3
B. Tujuan Khusus 1. Meningkatkan
pengetahuan
dan
keterampilan
mahasiswa
dalam
perencanaan, terutama menyangkut persiapan panen dan pasca panen. 2. Meningkatkan
pengetahuan
dan
keterampilan
mahasiswa
dalam
pengorganisasian serta tugas dan tanggung jawab masing-masing personil dalam kegiatan panen dan pasca panen. 3. Meningkatkan
pengetahuan
dan
keterampilan
mahasiswa
dalam
pelaksanaan panen dan pasca panen yang tepat dan benar. 4. Meningkatkan
pengetahuan
dan
keterampilan
mahasiswa
dalam
pelaksanaan pengawasan panen dan pasca panen yang tepat dan benar. 5. Mampu menghitung biaya operasional pelaksanaan kegiatan panen dan pasca panen kelapa sawit 6. Mampu melakukan kegiatan panen dan pasca panen kelapa sawit
1.3 Manfaat Beberapa manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan tugas akhir di PT. Agro Masang Perkasa III (AMP-3) ini, adalah sebagai berikut: 1. Memperluas
wawasan
dan
meningkatkan
pengetahuan
tentang
pemahaman kegiatan panen dan penanganan pasca panen dan menambah pengetahuan dan keterampilan dalam bidang panen dan penanganan pasca panen kelapa sawit. 2. Penulis dapat langsung membandingkan ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan dengan ilmu-ilmu praktis di lapangan.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Tanaman Kelapa Sawit Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah.
Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun
(2005) tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Divisi
: Spermatophyta
2. Sub divisi
: Angiospermae
3. Kelas
: Monocotyledoneae
4. Ordo
: Palmales
5. Famili
: Palmaceae
6. Sub famili
: Cocoideae
7. Genus
: Elaeis
8. Spesies
: Elaeis guineensis Jacq.
Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763. Kata Elaeis (Yunani) berarti minyak, sedangkan kata guineensis dipilih berdasarkan keyakinan Jacquin bahwa kelapa sawit berasal dari Guinea ( Pahan, 2011). 2.1.1 Morfologi Tanaman Kelapa Sawit A. Akar (radix) Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karena tumbuh kebawah dan kesamping membentuk akar primer, sekunder, tersier, dan kuarter. Akar primer keluar dari pangkal batang dan menyebar secara horizontal serta menghujam tumbuh kedalam tanah dengan sudut yang beragam, sampai batas permukaan air tanah. Akar primer (diameter 6-10 mm) bercabang 5
membentuk akar sekunder (diameter 2-4 mm), akar sekunder membentuk akar tersier (diameter 0,7-1,2 mm), dan akar tersier membentuk akar kuarter (diameter 0,1-0,3). Akar sekunder, tersier dan kuarter tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah (Fauzi et al, 2012). B. Batang (caulis) Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yaitu tanaman yang batangnya tidak mempunyai kambium dan tidak bercabang. Batang tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai struktur yang mendukung daun, bunga, dan buah, sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil fotosintesis (fotosintat) dari daun ke bawah serta kemungkinan juga berfungsi sebagai organ penimbun zat makanan.
Batang tanaman berbentuk
silinder dengan diameter 20 cm – 75 cm. Tanaman kelapa sawit yang masih muda, batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah daun (Pahan, 2011). C. Daun (folium) Tanaman kelapa sawit memiliki daun yang bentuk memanjang dan memiliki helaian anak daun. Daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian yaitu : a. Kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) dan tulang anak daun (midrib) b. Rachis yang merupakan tempat anak daun melekat. c. Tangkai daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang. d. Seludang daun (sheath) yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup dan memberi kekuatan pada batang.
6
Phylotaksis atau pola susunan kedudukan daun-daun pada batang tanaman kelapa sawit dapat diamati dengan jelas. Pada umumnya primordia daun dihasilkan dalam pola spiral ke kiri atau ke kanan dari titik tumbuh (Pahan, 2011). Kelapa sawit dewasa mempunyai 30-40 pelepah daun, kadang hingga 48 pelepah daun (Sunarko, 2009). Titik tumbuh aktif secara terus-menerus menghasilkan primordia (bakal) daun setiap sekitar 2 minggu (pada tanaman dewasa). Daun memerlukan waktu 2 tahun untuk berkembang dari proses inisiasi hingga menjadi daun dewasa dan dapat berfotosintesis secara aktif 2 tahun lagi. Proses inisiasi daun sampai mengalami penuaan (senescense) kira-kira 4 tahun (Pahan, 2011). D. Bunga (flos) Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu yaitu bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon (monoceous), namun tidak pada tandan yang sama namun terkadang ditemukan juga bunga yang bunga jantan dan betinanya terdapat pada satu tandan. Bunga kelapa sawit tumbuh pada ketiak daun dan memiliki morfologi yang berbeda antara bunga jantan dan betina. Bunga jantan bentuknya lonjong memanjang dengan ujung kelopak agak meruncing dan garis tengah bunga lebih kecil, sedangkan bunga betina bentuknya agak bulat dengan ujung kelopak agak rata dan garis tengah lebih besar. Kelapa sawit mengadakan penyerbukan silang (cross pollination) yaitu bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lain dengan perantaraan serangga (entiomophillous) dan atau angin (anemophilous) (Sunarko, 2009).
7
Pahan (2011), melaporkan bahwa kelapa sawit merupakan tanaman monoceous (berumah satu), artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang sama. Pada satu pohon kelapa sawit, dari setiap ketiak pelepah akan keluar tandan bunga jantan atau tandan bunga betina.
Walaupun demikian, kadang-kadang dijumpai juga bunga jantan dan
betina pada satu tandan (hermafrodit). Jenis kelamin bunga dapat dikenali setelah bunga menonjol di antara ketiak pelepah daun sebelum seludang bunga terbuka. Ciri-ciri bunga jantan adalah berbentuk ramping (lonjong) memanjang, ujung kelopak bunga agak meruncing, dan diameter bunga lebih kecil daripada bunga betina (Pahan, 2011). Fauzi et al (2012), melaporkan bahwa tandan bunga betina dibungkus oleh seludang bunga yang pecah 15 - 30 hari sebelum anthesis, dalam 1 tandan bunga betina akan anthesis secara bertahap dan umumnya memerlukan waktu sekitar 3 5 hari dengan tingkat perkembangan bunga betina sebagai berikut : a. Hari I
: belum membuka sempurna, berwarna putih
b. Hari II
: sudah terbuka sempurna, berwarna kuning gading
c. Hari III
: berwarna jingga
d. Hari IV
: berwarna merah kehitam-hitaman
e. Hari V
: berwarna cokelat kuning
f. Hari VI
: bunga sudah berkerut dan berwarna hitam
E. Buah (fructus) Buah disebut juga fructus, pada umumnya tanaman kelapa sawit yang tumbuh baik dan subur sudah dapat menghasilkan buah serta siap panen pertama pada umur 3,5 tahun jika dihitung mulai penanaman biji kecambah di pembibitan.
8
Jika dihitung mulai penanaman di lapangan, maka tanaman berbuah dan siap panen pada umur 2,5 tahun. Buah terbentuk setelah terjadi penyerbukan dan pembuahan. Waktu yang diperlukan mulai dari penyerbukan sampai buah matang dan siap panen kurang lebih 5 bulan - 6 bulan.
Warna buah tergantung
varietasnya dan umurnya (Fauzi et al, 2012). Buah kelapa sawit termasuk jenis buah keras (drupe), menempel dan bergerombol pada tandan buah. Secara anatomi, buah kelapa sawit terdiri dari 2 bagian utama yaitu bagian pertama adalah perikarpium yang terdiri dari epikaprium dan mesokarpium, sedangkan kedua adalah biji, yang terdiri dari endokarpium, endosperm, dan lembaga atau embrio. Epikarpium adalah kulit buah yang keras dan licin, sedangkan mesokarpium yaitu daging buah yang berserabut dan mengandung minyak dan rendemen paling tinggi. Endokarpium merupakan tempurung berwarna hitam dan keras. Endosperm atau disebut juga kernel merupakan penghasil minyak inti sawit, sedangkan lembaga atau embrio merupakan bakal tanaman (Pahan, 2011). Pahan (2011), melaporkan bahwa setelah bunga betina dibuahi, maka terjadi perkembangan pembentukan buah sebagai berikut : Sampai 2 bulan setelah penyerbukan, daging buah berwarna putih kehijauan, terdiri dari air, serat dan klorofil, sedangkan minyak belum terbentuk. Setelah tiga bulan mulai terjadi perubahan warna daging buah menjadi kuning kehijauan dan hal ini menunjukkan telah terbentukya minyak.
9
Sebulan setelah penyerbukan, cangkang telah terbentuk tapi masih tipis dan lembut. Pengerasan berlangsung terus, dan setelah mencapai 3 bulan cangkang telah mengeras dan warnya berubah menjadi coklat muda. Inti mulai berubah bentuknya dari cairan menjadi agar-agar 2 bulan setelah penyerbukan, dan setelah bulan ke 3 inti sudah berbentuk padatan yang agak keras. Lembaga atau embrio akan dapat dilihat 3 bulan setelah penyerbukan dan ukurannya telah mencapai 3 mm. 2.1.2 Varietas tanaman kelapa sawit Varietas tanaman kelapa sawit dapat dibedakan berdasarkan tebal cangkang /tempurung dan daging buah, serta warna kulit buahnya. A. Dura Varietas ini memiliki tempurung yang cukup tebal yaitu antara 2mm - 5mm. Daging buah relatif tipis yaitu 35% – 50% terhadap buah, kernel (daging biji) lebih besar dengan kandungan minyak 15% - 17% (Pahan, 2011). B. Tenera Sebagai faktor homozygote tunggal yaitu Dura bercangkang tebal jika dikawinkan dengan Pisifera bercangkang tipis maka akan menghasilkan varietas baru yaitu Tenera. Tenera memiliki cangkang agak tipis (1mm – 2,5mm), daging buah tebal, dan rendemen minyak 21-23% (Pahan, 2011)
10
C. Pisifera Adapun ciri-ciri varietas ini adalah ketebalan cangkang sangat tipis, bahkan hampir tidak ada tetapi daging buahnya tebal, lebih tebal dari buah Dura, daging biji sangat tipis, tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain dan dipakai sebagai pohon induk jantan. Rendemen minyaknya tinggi (lebih dari 23%). Tandan buahnya hampir selalu gugur sebelum masak, sehingga jumlah minyak yang dihasilkan sedikit (Pahan, 2011). 2.2
Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit adalah tanaman budidaya yang memerlukan
persyaratan tertentu untuk dapat tumbuh dan berproduksi optimal pada beberapa aspek lingkungan (tanah dan iklim) , genetis (jenis dan varietas) dan teknis agronomis (cara budidaya mulai dari pemilihan jenis atau varietas hingga memungut hasil) yang tepat dan benar (Pahan, 2011). 2.2.1 Iklim Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar 150 Lintang Utara sampai 150 Lintang Selatan. Beberapa unsur iklim yang penting dan saling mempengaruhi adalah curah hujan, sinar matahari, suhu, kelembaban udara dan angin (Sunarko, 2009). Curah hujan optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata-rata 2.000 mm - 2.500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan. Curah hujan yang merata dapat menurunkan penguapan dari tanah dan tanaman kelapa sawit karena bila tanah dalam keadaan 11
kering, akar tanaman sulit menyerap mineral dari dalam tanah sehingga produksi akan menurun (Sunarko, 2009). Sinar matahari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat dan memacu pembentukan bunga dan buah. Untuk itu lama penyinaran sangat berpengaruh. Lama penyinaran yang optimum diperlukan tanaman kelapa sawit antara 5-7 jam/ hari (Sunarko, 2009). Pahan (2011) menuliskan bahwa suhu maksimal berkisar 380 C, sedangkan suhu minimal sekitar 180 C. Produksi TBS tertinggi didapatkan pada daerah yang rata-rata suhu tahunannya berkisar 250 C - 270 C. Kelembaban udara dan angin juga merupakan faktor penting untuk menunjang pertumbuhan kelapa sawit. Kelembaban optimum bagi pertumbuhan tanaman kalapa sawit adalah 80% 90%.
Kecepatan angin 5 - 6 km/ jam sangat baik untuk membantu proses
penyerbukan. Angin yang terlalu kencang dapat merusak tanaman muda. 2.2.2 Tanah Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah seperti Podsolik, Latosol, Hidromorfik kelabu, Alluvial, atau Regosol. Namun, kemampuan produksi kelapa sawit yang ditanam pada masing-masing jenis tanah tersebut juga berbeda-beda. Perlu diperhatikan sifat kimia dan sifat fisik tanah sebagai media tumbuh (Sunarko, 2009). A. Sifat fisik tanah Beberapa hal yang menentukan sifat fisik tanah diantaranya tekstur, struktur, konsistensi, kemiringan tanah, permeabilitas, ketebalan lapisan tanah, kedalaman permukaaan air tanah. Ciri fisik tanah yang cocok untuk kelapa sawit
12
diantaranya tanah yang gembur, subur, bertekstur lempung berpasir, struktur tanahnya kuat, dan draenase baik. Tanah yang kurang cocok adalah tanah pantai berpasir dan tanah gambut tebal (Sunarko, 2009). Kelas sifat fisik tanah untuk tanaman kelapa sawit juga dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kelas sifat fisik tanah. Sifat tanah
Baik
Sedang
Kurang
Lereng (derajat)
< 12
12-23
>23
Kedalaman tanah (cm)
> 75
37,5-75
<37,5
Ketinggian air tanah (cm)
> 75
37,5-75
<37,5
Tekstur
Lempung
Berpasir
Pasir
Struktur
Kuat
Sedang
Lemah
Konsistensi
Gembur
Teguh
Sangat teguh
Permeabilitas
Sedang
Cepat
Sangat cepat
Sumber : Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir ( Pahan, 2011) Keadaan topografi pada areal perkebunan kelapa sawit berhubungan dengan kemudahan perawatan tanaman dan panen.
Hal ini akan memudahkan
pengangkutan buah dari pohon ke tempat pemungutan hasil atau dari perkebunan ke pabrik pengolahan. Areal dengan kemiringan lereng lebih dari 120 - 230 masih memungkinkan ditanami, tetapi perlu dibuat teras. kemiringannya >23
0
Namun untuk areal yang
disarankan untuk tidak dipilih menjadi lokasi penanaman
karena beresiko terhadap bahaya erosi dan menyulitkan dalam pengangkutan (Sunarko, 2009).
13
B. Sifat kimia tanah Tanaman Kelapa sawit membutuhkan unsur hara dalam jumlah besar untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Karena itu, untuk mendapatkan produksi yang tinggi dibutuhkan kandungan unsur hara yang tinggi juga. Selain itu, pH tanah sebaiknya bereaksi asam dengan kisaran nilai 4,0 - 6,0 dan ber-pH optimum 5,0 - 5,5 (Sunarko, 2009) 2.3
Manajemen Panen dan Penanganan Pasca Panen Kelapa Sawit Manajemen adalah upaya pencapaian tujuan organisasi melalui kegiatan
orang lain sedangkan panen adalah pemotongan tandan dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik. Tandan yang sudah dipanen disebut tandan buah segar (TBS). Urutan kegiatan panen adalah pemotongan tandan buah matang panen, pengutipan brondolan, pemotongan pelepah, pengangkutan hasil ke tempat pengumpulan hasil (TPH) dan pengangkutan hasil ke pabrik (Arsyad et al, 2010). Pekerjaan potong buah merupakan pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit karena langsung menjadi sumber pemasukan uang bagi perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit (MKS) dan inti kelapa sawit (IKS).
Dengan
demikian, tugas utama personil di lapangan yaitu mengambil buah dari pokok pada tingkat kematangan yang sesuai dan mengantarkannya ke pabrik sebanyakbanyaknya dengan cara yang tepat tanpa menimbulkan kerusakan tanaman. Cara yang tepat akan mempengaruhi kuantitas produksi (rendemen) sedangkan waktu yang tepat akan mempengaruhi kualitas produksi (asam lemak bebas atau FFA). (Pahan, 2011).
14
2.3.1 Perencanaan produksi Produksi TBS ditentukan oleh jumlah tandan bunga yang dapat berkembang menjadi tandan buah. Perhitungan tandan dilakukan sebagai ukuran pantauan atau target yang akan dicapai, yaitu untuk membuat Rencana Anggaran Belanja Bulanan (RAB). Forecasting atau sensus buah hitam dilakukan 4 bulan sekali, dengan perhitungan ini dengan mudah dapat diramalkan atau ditargetkan berapa produksi TBS yang akan diperoleh empat bulan mendatang. 2.3.2 Persiapan panen Menurut Arsyad et al (2010) bahwa persiapan panen yang akurat akan memperlancar pelaksanaan kegiatan panen.
Persiapan ini meliputi kebutuhan
tenaga kerja, peralatan, pengangkutan, pengetahuan kerapatan panen dan sarana panen. Kebutuhan tenaga kerja bergantung pada keadaan topografi, kerapatan panen dan umur tanaman.
Kebutuhan alat pengangkutan disesuaikan dengan
produksi dan jarak ke pabrik kelapa sawit. Peralatan yang digunakan adalah dodos, kampak, egrek dan galah. Sedangkan pra sarana panen adalah jalan panen, tangga panen, titi panen dan TPH. Persiapan pra sarana panen seperti pengerasan jalan , pembuatan titi/tangga panen, jalan panen (pikul), dan tempat pengumpulan hasil (TPH). Jalan pikul dibuat selang dua barisan tanaman dengan lebar 1 m sedangkan TPH dibuat secara bertahap. Pada tahap awal dibuat satu TPH untuk tiga jalan pikul, kemudian satu TPH untuk dua jalan pikul, selanjutnya satu TPH untuk satu jalan pikul dengan ukuran 3x2 m.
15
2.3.3 Kriteria matang panen Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah disaat yang tepat. Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas
atau
freefatty acid (FFA) atau asam lemak bebas (ALB) minimal. Pada saat ini, kriteria umum yang banyak dipakai adalah berdasarkan jumlah brondolan, yaitu tanaman dengan umur < 10 tahun jumlah brondolan < 10 butir dan tanaman > 10 tahun jumlah brondolan sekitar 15-20 butir (Risza, 2010). Dalam pelaksanaan pemanenan, perlu diperhatikan beberapa kriteria tertentu. Sebab tujuan panen kelapa sawt adalah memperoleh produksi yang baik dengan rendemen minyak yang tinggi. Kualitas minyak sangat dipengaruhi oleh cara pemanennya.
Dengan demikian kriteria panen yang sangat menentukan
kualitas dan kuantitas minyak sawit adalah tingkat kematangan buah, cara panen, alat panen, rotasi dan sistem panen, serta mutu panen (Pardamean, 2011). 2.3.4 Rotasi dan sistem ancak panen
Arsyad et al (2010) bahwa rotasi panen adalah selang waktu antara panen yang satu dengan panen berikutnya pada satu ancak panen.
Rotasi panen
tergantung pada kerapatan panen (produksi), kapasitas pemanen dan keadaan pabrik, namun yang ideal adalah 7 hari. Jika rotasi panen semakin panjang maka kerapatan panen meningkat tetapi kualitas panen cenderung menurun. Rotasi panen juga dipengaruhi oleh iklim yang menimbulkan adanya panen puncak dan panen kecil. Sedangkan sistem ancak panen bergantung pada keadaan topografi lahan dan ketersediaan tenaga kerja.
16
Sistem panen terdiri dari 2 yaitu ancak tetap dan ancak giring. Ancak tetap adalah setiap pemanen diberikan ancak panen yang sama dengan luasan tertentu dan harus selesai pada hari tertentu.
Ancak giring adalah setiap pemanen
diberikan ancak perbaris tanaman dan digiring bersama-sama. Kelebihan sistem ancak tetap adalah setiap pemanen bertanggung jawab terhadap ancak panen dan mudah dikontrol kualitasnya sedangkan sistem ancak giring adalah pelaksanaan panen lebih cepat dan buah cepat sampai di TPH (Arsyad at al, 2010). 2.3.5 Kerapatan panen Kerapatan panen adalah jumlah pohon yang dapat dipanen (jumlah tandan matang panen) dari suatu luasan tertentu. Kegunaan perhitungan kerapatan panen adalah untuk meramalkan produksi tanaman, menetapkan AKP dan jumlah pemanen. Perhitungan ramalan produksi (P) adalah hasil perkalian antara jumlah pohon (JP), AKP (tandan) dengan rerata berat tandan (RBT) atau P = AKP x RBT x JP (Arsyad et al, 2010). Sistem perhitungan kerapatan panen terdiri dari 2 yaitu: a) Sistem terpusat yakni pohon contoh ditetapkan pada 2 baris tanaman di tengah blok, baris tanaman di pinggir jalan atau batas blok tidak ikut. b) Sistem menyebar yakni pohon contoh ditetapkan secara sistematis dengan selang baris dan pohon contoh tergantung jumlah pohon yang akan diamati.
17
2.3.6 Cara panen Berdasarkan tinggi tanaman, ada 3 cara panen yang umum dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Untuk tanaman yang tinngginya 2-5 m digunakan cara panen jongkok dengan alat dodos sedangkan tanaman dengan ketinggian 5-10 m dipanen dengan cara berdiri dan menggunakan alat kampak siam.
Cara egrek digunakan untuk tanaman yang tingginya > 10 m dengan
menggunakan alat arit bergagang panjang.
Untuk memudahkan pemanenan,
sebaiknya pelepah daun yang menyanggah buah dipotong terlebih dahulu dan diatur rapi ditengah gawangan.
Tandan buah yang matang dipotong sedekat
mungkin dengan pangkalnya maksimal 2 cm. Tandan buah yang telah dipotong diletakkan teratur di piringan dan brondolan dikumpulkan terpisah dari tandan. Brondolan harus bersih dan tidak tercampur tanah atau kotoran lain, disyaratkan proporsi kotoran tidak melebihi 0,35% dari berat tandan kemudian tandan buah dan brondolan dikumpulkan di tempat pengumpulan hasil (TPH) (Fauzi et al, 2012). 2.3.7 Kapasitas panen Pardamean (2011) mengatakan bahwa kapasitas pemanen setiap hari tergantung pada produksi perhektar yang dikaitkan dengan umur tanaman, topografi areal, kerapatan pohon, insentif yang disediakan dan musim yang dikenal sebagai musim panen puncak dan musim panen rendah. Standar kapasitas pemanen atau basis borong berdasarkan pada umur dan produksi tanaman yang disajikan pada Tabel 2.
18
Tabel 2. Standar kapasitas pemanen berdasarkan umur dan produksi tanaman Produksi/ha/tahun (ton TBS)
Kapasitas/hari (kg/HK)
Basis borong (Kg)
<6
500
250
6-12
600
300
12-13
700
350
18-22
800
400
22-25
900
400
>25
900
450
Sumber: Adlin U Lubis, 1992 Kapasitas perhari tersebut sering disebut sebagai basis tugas, yaitu berat tandan yang harus diselesaikan dalam satu hari kerja (7 jam). 2.3.8 Pengangkutan TBS ke pabrik TBS harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah, yaitu maksimal 8 jam setelah panen harus segera diolah, buah yang tidak segera diolah akan mengalami kerusakan. Pemilihan alat bantu yang tepat dapat mengatasi kerusakan buah selama pengangkutan. Alat angkut yang dapat digunakan dari kebun ke pabrik diantaranya lori, traktor gandengan atau truk. Pengangkutan dengan lori dianggap lebih baik dibanding dengan alat angkutan lain. Guncangan selama perjalanan lebih banyak terjadi jika menggunakan truk atau traktor gandengan sehingga pelukaan pada buah lebih banyak. dilakukan penimbangan.
Setelah TBS sampai di pabrik, segera
Penimbangan penting dilakukan terutama untuk
mendapatkan angka-angka yang berkaitan dengn produksi, pembayaran upah pekerja dan perhitungan rendemen minyak sawit (Fauzi et al, 2012).
19
2.3.9.
Biaya operasional kegiatan panen dan pasca panen kelapa sawit Menurut Pahan (2011), kebutuhan biaya operasional untuk kegiatan panen
dan pasca panen per hektar dipengaruhi oleh umur tanaman, berikut ini adalah proyeksi biaya operasional kebun 10.000 hektar dengan faktor koreksi inflasi 3% dan pola distribusinya mengikuti umur dan profil tanaman (Rp 000): Umur 19 = Rp. 28.102.922 dengan pola distribusi 84,21% Umur 20 = Rp. 28.143.546 dengan pola distribusi 84,21% Umur 21 = Rp. 28.220.535 dengan pola distribusi 84,21% 2.3.10. Fungsi-fungsi manajemen Menurut Risza (2010), manajemen perkebunan merupakan ilmu dan seni mengelola sumber daya manusia, sumber daya alam, keuangan, material, mesin, pemasaran, metode, waktu dan informasi secara efisien atau efektif agar memberi hasil yang maksimum. Berbicara manajemen berarti setiap unsur-unsur atau faktor-faktor manajemen harus direncanakan, diorganisir, diarahkan /digerakkan, serta dikontrol secara profesional dan terpadu sehingga tercapai tujuan yang ditetapkan. 1. Fungsi perencanaan (Planning) Seorang pimpinan harus mampu membuat rencana yang menyangkut tugasnya
untuk
mengantisipasi
kemungkinan
yang
akan
terjadi
dan
memformulasikan keputusan-keputusan yang mendasar. Fungsi ini meliputi kegiatan membuat program kerja, sasaran, jadwal, waktu, anggaran, prosedur dan kebijakan (Risza, 2010).
20
Perencanaan panen merupakan pekerjaan yang mutlak dilakukan sebelum TBM dimutasikan menjadi TM. Perencanaan panen dan pasca panen yang baik akan menjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen seminimal mungkin. Hal-hal yang perlu dalam perencanaan panen dan pasca panen yaitu persiapan kondisi areal, penyediaan tenaga kerja panen dan pasca panen, pembagian seksi panen dan penyediaan alat-alat kerja untuk panen dan pasca panen (Pahan, 2010). 2. Fungsi organisasi (Organization) Menurut Risza (2010), pimpinan harus mampu menempatkan dan mengatur tugas-tugas pokok setiap lini organisasi secara efektif, efisien dan produktif. Fungsi ini meliputi kegiatan pengembangan struktur organisasi, pendelegasian wewenang dan tanggung jawab serta penciptaan iklim kerja sama. Organisasi potong buah harus disusun sedemikian rupa sehingga blok yang akan dipanen setiap hari menjadi terkonsentrasi (tidak terpencar-pencar). Selain itu, juga harus dihindari adanya potongan-potongan ancak panen agar satu seksi selesai pada satu hari yang bertujuan untuk mempermudah kontrol pekerjaan, meningkatkan output karyawan panen, meningkatkan efisiensi transportasi buah, dan memudahkan pengaturan keamanan produksi. (Pahan, 2011). 3. Fungsi pelaksanaan (Actuating) Pimpinan harus mampu menggerakkan dan mengarahkan seluruh aspek manajemen yang meliputi kepiawaian dalam mengelola sumber daya manusia secara optimum termasuk kemampuan teknis dalam mengoperasionalkan unsurunsur manajemen. Fungsi ini meliputi kegiatan, pemecahan masalah/ pengambilan
21
keputusan, komunikasi, memotivasi bawahan, seleksi tenaga kerja dan pengembangan sumber daya manusia (Risza, 2010). Menurut Pahan (2011), adapun urutan panen dan pasca panen yang dilakukan sebagai berikut : Pada tanaman tua, potong semua pelepah songgo terutama yang pakai egrek, sementara tanaman yang muda pemotongan buah harus dilakukan tanpa memotong pelepah (curi buah). Usahakan agar jangan ada pelepah sengkleh. Potong janjang masak tersebut setelah itu gagang buah dipotong rapat tetapi jangan sampai terkena tandan. Korek atau sogrok semua brondolan yang tersangkut/terselip di ketiak pelepah. Susun pelepah di gawangan mati/rumpukan dengan baik dan rapi. Kutip/kumpulkan brondolan yang bebas dari sampah-sampah dan batu kemudian masukkan ke dalam karung goni. Semua buah dan brondolan di angkut ke TPH, buah disusun rapi kemudian diberi nomor pemanen. Kerani buah secepatnya memeriksa dan menerima buah, buah yang diterima kerani harus diberi tanda (cap). Buah dimuat ke atas mobil dan segera diangkut ke pabrik kelapa sawit. 4. Fungsi pengawasan (Controlling) Risza (2010), berpendapat bahwa seorang pimpinan harus mampu mengadakan pengawasan kuantitas, waktu dan biaya terhadap pekerjaan yang sedang berlangsung maupun pekerjaan yang telah selesai dikerjakan. Fungsi ini meliputi kegiatan, menetapkan standar kerja, mengukur prestasi kerja, mengoreksi hasil kerja dan memprediksi prestasi kerja yang akan datang. 22
Staf kebun (asisten), mandor panen dan kerani buah secara rutin tiap hari kerja melakukan pengawasan dan pemeriksaan panen (Pahan, 2011). Adapun tugas pengawasan masing-masing personil sebagai berikut : A. Staf kebun (Asisten) Pada setiap hari kerja wajib memeriksa hasil kerja 10 pemanen meliputi pemeriksaan mutu buah di TPH dan kualitas ancak panen-nya minimum masing-masing 1 TPH. Pemeriksaan mutu buah dan ancak mencakup hal berikut : kematangan buah menurut kriteria yang berlaku, susunan TBS, tumpukan brondolan di TPH, kebersihan brondolan, rumpukan pelepah, pelepah sengkleh, buah masak tidak dipanen, brondolan tidak dikutip dan buah mentah yang diperam. Di kebun sawit yang paling berperan dan bertanggung jawab dan berpengaruh terhadap besar kecilnya losses produksi ialah asisten afdeling. Oleh karena itu, pemeriksaan kualitas panen dan kualitas buah harus dilakukan karena kesadaran diri, bukan karena perintah atasan atau sekedar mengikuti prosedur. B. Pengawasan oleh mandor panen Menentukan ancak untuk setiap pemanen pada pagi hari sambil mengabsensi pemanen dan pemanen yang datang terlambat gunanya sebagai alat kontrol. Aktif mengawasi pekerja potong buah sehingga semua buah matang dipanen dan tidak ada buah mentah.
23
Memastikan buah yang dipanen diangkut ke TPH, tidak ada yang tertinggal di piringan atau di pasar rintis. Gagang buah harus dipotong rapat oleh pemanen, tetapi tidak mengenai buah. Buah mentah yang terlanjur dipanen tidak dibenarkan untuk ditinggal di dalam blok atau diperam. Memastikan semua brondolan dikutip. Memeriksa buku kerani buah untuk melihat output pemanen, terutama yang tidak siap borong. Menghitung kerapatan buah untuk hari panen keesokannya dan mengisi administrasi taksasi potong buah di kantor afdeling segera setelah pulang dari ancak. C. Pengawasan oleh kerani buah Setiap janjang di TPH harus dihitung dan diperiksa kualitasnya. Semua TBS yang telah diperiksa dan diterima dicap pada gagang-nya, buah mentah harus didenda tetapi tidak dihitung sebagai pendapatan. Kerani buah hanya boleh menerima TBS yang di antrikan di TPH yang resmi (ada nomor TPH nya). Kerani buah mencatat setiap tumpukan TBS dari masing-masing tukang potong buah pada kolom yang terpisah antar buah matang, buah mentah dan buah busuk. Hasil pemeriksaan kerani buah harus dicocokkan setiap sore harinya (dicek kebenarannya) dengan hasil pemeriksaan asisten untuk mencegah kemungkinan penyelewengan.
24
III.
KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
3.1. Letak Geografis Perkebunan PT. Agra Masang Perkasa Plantation III merupakan perusahaan swasta yang bergerak dalam perkebunan kelapa sawit dan pengolahan kelapa sawit, yang termasuk kedalam kelompok Perusahaan Wilmar Group. Dengan produk utama tandan buah segar dari perkebunan kelapa sawit dan Crude Palm Oil (CPO) serta Palm Kernel Oil (PKO) dari pabrik kelapa sawit. Perkebunan Agra Masang Perkasa Plantation III berlokasi di desa Tapian Kandis, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat. Kebun Agra Masang Perkasa Plantation Unit III berbatasan: Sebelah Timur dengan
: Nagari bawan
Sebelah Barat dengan
: Nagari Labuhan
Sebelah Utara dengan
: Kecamatan Kinali
Sebelah Selatan dengan
: Nagari Katiagan
3.2. Keadaan Iklim dan Tanah 3.2.1 Keadaan Iklim Data rata-rata curah hujan dan rata-rata hari hujan 2 tahun terakhir (2014 - 2015) di PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit III (AMP 3) dapat dilihat pada tabel 3.
25
Tabel 3. Data curah hujan dan hari hujan 2 tahun terakhir (2014 - 2015) di PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit III (AMP 3). Rainfall in Days + MM 2014
2015
Total
Average
Month
Days
MM
Days
MM
Days
MM
Days
MM
January
13
264
14
235
27
499
14
250
February
4
42
10
329
14
371
7
186
March
10
116
17
200
27
316
14
158
April
15
478
20
536
35
1.014
18
507
May
13
388
12
168
25
556
13
278
June
17
343
-
-
17
343
17
343
July
14
272
-
-
14
272
14
272
August
12
202
-
-
12
202
12
202
September
13
345
-
-
13
345
13
345
October
17
804
-
-
17
804
17
804
November
24
890
-
-
24
890
24
890
December
18
503
-
-
18
503
18
503
Total
170
4.647
243
6.115
181
4.738
Sumber: PT.AMP-III 3.2.2 Tanah Perkebunan Agra Masang Perkasa Plantation terdiri dari tanah mineral dan tanah gambut yang termasuk jenis Aluvial dan Organosol. Usaha konservasi yang dilakukan yaitu dengan melakukan penanaman tanaman penutup tanah (LCC), untuk lahan yang miring dilakukan pembuatan teras individu maupun teras 26
kontur, dan juga untuk lahan gambut agar tidak terjadi banjir maka dibuat saluran drainase sehingga dapat dapat mengalirkan air ke tempat yang lebih rendah. 3.3. Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Luas areal yang dikelola oleh PT. Agra Masang Perkasa Plantation III tempat pelaksanaan PKPM 2 adalah 6.796,80 Ha yang dibagi menjadi 3 unit, dengan rincian dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 4. Tata guna lahan di PT. Agra Masang Perkasa Plantation No. Unit Luas Ha 1. Unit I 2.153,80 2. Unit II 2.505,80 3. Unit III 2.137,20 Total 6.796,80
3.4. Keadaan Tanaman Produksi Luas areal yang dikelola Kebun Agra Masang Perkasa Plantation-I adalah 1.964,9 Ha yang terdiri dari 12 Ha areal pembibitan, 618,84 Ha areal TBM dan 1.334,06 Ha areal TM. Unit Kebun Agra Masang Perkasa Plantation-I ini terdiri dari 2 Phase yang masing-masing luasnya yaitu : Phase I
: 618,84 Ha (tahun tanam 2013, 2014, 2015)
Phase II
: 1.334,06 Ha (tahun tanam 1995, 1996, 1997)
Unit Kebun Agra Masang Perkasa Plantation-II ini terdiri dari 2 Phase yang masing-masing luasnya yaitu : Phase 1
: 1.087,36 Ha (tahun tanam 1994, 1995, 1996, 1997, 1998 dan
1999). Phase 2
: 1.418,44 Ha (tahun tanam 1995, 1996, 1997, 1998, 1999, 2000
dan 2001).
27
Unit Kebun Agra Masang Perkasa Plantation-III ini terdiri dari 2 Phase yang masing-masing luasnya yaitu : Phase 1
: 1.067,68 ha (tahun tanam 1996,1997,2000,2001).
Phase 2
: 1.069,52 ha (tahun tanam 1996,1997,2000,2001).
Pada kebun PT. Agra Masang Perkasa Plantation III dipimpin oleh seorang Manager/Pimpinan, setiap Phase dipimpin oleh Ka. Phase yang dibantu oleh Staf dan Mandor. 3.5. Manajemen Perusahaan Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai produktivitas yang tinggi dan mempunyai mutu yang baik dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu yang terpenting adalah manajemen perusahaan, karena faktor inilah yang berperan sebagai pengendali dalam proses usaha yang dilakukan guna mencapai tujuan yang diinginkan. Apabila lahannya baik, bibit yang digunakan unggul, modal yang melimpah, sarana dan prasarana penunjang yang lengkap tetapi manajemen perusahaan tidak bagus, maka tujuan yang ingin dicapai akan sulit. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan tersebut, maka diperlukan manajemen yang baik dalam pengolahan perkebunan. Salah satu teknik untuk menelaah proses manajemen adalah merekomendaikan dan mengidentifikasi fungsi – fungsi dasar manajemen dalam perusahaan. Unsur – unsur dalam manajemen padalah Planning, Organization, Actuating dan Contoling. 3.5.1. Struktur Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan
Organisasi merupakan sekelompok orang yang terdiri dari dua orang atau lebih yang bekerja sama dan mencapai suatu tujuan yang sama. Oleh karena tu harus ada pembagian kerja dan dalam suatu organisasi setiap unsurnya memiliki
28
tugas dan fungsi, tanggung jawab dan wewenang masing – masing unsur. Pembagian kerja adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh setiap perusahaan, dengan adanya pembagaian kerja akan terdapat job description yang jelas, sehingga dapat menetapkan stuktur organisasi perusahaan, delegasi kekuasaan, kesatuan perintah, tanggung jawab serta adanya koordinasi yang baik antar unsur organisasi. Untuk stuktur organisasi dapat dilihat pada Lampiran 1. 3.5.2. Uraian Struktur Organisasi
PT. Agra Masang Perkasa III Plantation mempunyai stuktur organisasi berbentuk garis dimana kekuasan tertinggi di pegang oleh manajer perkebunan yang dibantu oleh ka. phase dan para staff yang membawahi mandor dan pekerja. Untuk mengoptimalkan sistem organisasi sehingga sasaran yang diharapkan tercapai, maka stuktur organisai tersebut dilengkapi dengan uraian mengenai tugas pokok, tanggung jawab serta wewenang dari setiap manajemen. Adapun urain tugas, tanggung ajwab dan wewenang di PT. Agra Masang Perkasa Plantation III adalah sebagai berikut : 1. Pimpinan Unit (Estate manager) a. Tugas Pokok Memimpin satu unit aktifitas kebun seluas 2.000-4.000 Ha dengan melakukan perencanaan, pengawasan, pengendalian dan pengorganisasian serta melakukan evaluasi dan analisa hasil kerja baik operasional lapangan maupun administrasi keuangan/pembukuan serta fungsi pelaporan manajemen sistem manajemen mutu dan lingkungan dan RSPO ( Roundtable Sustainability of Palm Oil ) serta sistem manajemen lainnya
29
b. Tanggung Jawab
Merencanakan kegiatan pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan, produksi (panen) TBS secara tepat, benar, efektif dan efisien dalam mewujudkan produktifitas kerja maksimal.
Memastikan hasil kerja yang optimal, berkualitas, dan mampu menghndari kerja yang berulang.
Mengkoordinir, membina dan mengembangkan potensi kerja bawahan untuk mencapai hasil kerja maksimal dan berkualitas.
Membuat (mencatat) aktifitas kegiatan/ pekerjaan serta melaporkan hasilnya ke atasan.
2. Ka. Phase a. Tugas Pokok Memimpin satu phase aktifitas kebun seluas 1.000-1.500 Ha dengan melakukan perencanaan, pengawasan, pengendalian dan pengorganisasian serta melakukan evaluasi dan analisa hasil kerja baik operasional lapangan maupun administrasi untuk peningkatan produktifitas kerja sesuai dengan sistem manajemen mutu dan lingkungan dan RSPO ( Roundtable Sustainability of Palm Oil ) serta sistem manajemen lainnya. b. Tanggung Jawab
Merencanakan kegiatan pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan, produksi (panen) TBS secara tepat, benar, efektif dan efisien dalam mewujudkan produktifitas kerja maksimal.
Memastikan hasil kerja yang optimal, berkualitas, dan mampu menghndari kerja yang berulang.
30
Mengkoordinir, membina dan mengembangkan potensi kerja bawahan untuk mencapai hasil kerja maksimal dan berkualitas.
Membuat (mencatat) aktifitas kegiatan/ pekerjaan serta melaporkan hasilnya ke atasan.
Melakukan evaluasi dan analisa kegiatan usaha pengelolaan kebun sebagai upaya untuk mencapai hasil kerja yang lebih baik.
Detail job description ditetapkan oleh atasan/ pimpinan sesuai dengan struktur organisasi perusahaan
3. Sr. Field Conductor a. Tugas Pokok Bertugas dan bertanggung jawab serta memiliki wewenang dalam seluruh kegiatan pengelolaan kebuan seluas ± 500 ha dan membantu Officer dan Adm sesuai petunjuk teknis yang dengan sistem manajemen mutu dan lingkungan dan RSPO ( Roundtable Sustainability of Palm Oil ) serta sistem manajemen lainnya b. Tanggung Jawab
Melaksanakan kegiatan pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan, produksi (panen) TBS secara tepat, benar, efektif dan efisien dalam mewujudkan produktifitas kerja maksimal.
Memastikan hasil kerja yang optimal, berkualitas, dan mampu menghndari kerja yang berulang.
Mengkoordinir, membina dan mengembangkan potensi kerja bawahan untuk mencapai hasil kerja maksimal dan berkualitas.
Membuat (mencatat) aktifitas kegiatan/ pekerjaan serta melaporkan hasilnya ke atasan.
31
Melakukan evaluasi dan analisa kegiatan usaha pengelolaan kebun sebagai upaya untuk mencapai hasil kerja yang lebih baik.
Detail job description ditetapkan oleh atasan/ pimpinan sesuai dengan struktur organisasi perusahaan
4.
KTU (Kepala Tata Usaha)
Tugas Pokok dan Tanggung Jawab :
Menangani administrasi kantor kebun.
Membuat laporan rutin setiap bulan.
Memeriksa laporan yang dibuat bawahannya dengan baik.
Memastikan semua laporan, surat-surat (dan tembusannya jika ada), apakah sudah sampai di Kantor Padang sesuai dengan tanggal yang ditetapkan.
Mengontrol penggunaan barang-barang/stock stationery, seperti alat tulis, kertas, buku, dll.
Mengawasi penggunaan telepon.
Memeriksa dan menjaga segala bentuk inventaris, baik inventaris kantor maupun perumahan.
Mengarsipkan semua catatan cuti staf.
5. Mandor/Krani/Operator Komputer
Tugas :
Mengatur pembagian kerja anggota regu kerja di lapangan.
Menetapkan target kerja setiap pekerja setiap hari sesuai kondisi.
Mengawasi pelaksanaan kerja dan memeriksa hasilnya setiap saat di lapangan.
32
Membuat laporan sesuai dengan arahan dan petunjuk KTU.
Mengumpulkan data dan membuat laporan yang bersifat confidential.
Menjaga rahasia perusahaan pada setiap waktu. Bertanggung jawab terhadap pengawasan secara efisien terhadap gang-nya
dalam hal tugas yang berhubungan dengan pembibitan, pembukaan lahan, penanaman, perawatan kebun dan panen dengan sistem manajemen mutu dan lingkungan dan RSPO ( Roundtable Sustainability of Palm Oil ) serta sistem manajemen lainnya. b. Tanggung Jawab
Melakukan implementasi program kerja yang telah disepakati berdasarkan pada keadaan fisik, waktu, mutu, dan efisiensi.
Melakukan pengawasan terhadap gang-nya untuk tercapainya target sesuai dengan standar dengan menggunakan sumber daya manusia dan fisik secara efektif.
Memimpin gang-nya dan memelihara hubungan kerja dan semangat tim didalam gang-nya ataupun dengan gang yang lain.
Membuat laporan ke asisten berdasarkan pada produksi, produktifitas dan parameter lainnya sesuai dengan kesepakatan.
Memberikan pelatihan dan pengembngan terhadap anak buahnya didalam gang-nya.
Memastikan bahwa tenaga kerja mempunyai peralatan kerja yang sesuai standar untuk mempermudah pelaksanaan tugasnya.
Memastikan bahwa gang-nya menjalankan tugasnya mengacu pada kebijakan dan perundang-undangan yang berlaku tentang lingkungan.
33
Memastikan bahwa gang-nya menjalankan tugasnya mengacu pada kebijakan dan perundang-undangan yang berlaku tentang kesehatan dan keselamatan.
Melakukan pengembangan dan pemeliharaan secara terbuka terhadap hubungan masyarakat sekitar.
6. Pemanen a. Tugas Pokok Memotong TBS yang masak dan mengutip brondolan yang tercecer mulai dari pokok, piringan, pasar pikul sampai ke TPH dengan susuna yang rapi, menyusun pelepah yang dipotong pada tempat yang ditetapkan dengan sistem manjemen mutu dan lingkungan dan RSPO ( Roundtable Sustainability of Palm Oil ) serta sistem manajemen sistem lainnya. b. Tanggung Jawab
Memanen buah masak.
Memotong tangkai tandan semepet mungkin.
Tidak meninggalkan buah masak di pokok.
Pemanen bertanggung jawab dengan pruning.
Pelepah disusun di gawang mati leter U.
Tidak ada pelepah gantung.
Tidak meninggalkan brondolan di pokok, piringan, dan pasar pikul.
Brondolan harus bersih dari sampah, pasir, batu dan kotoran.
34
3.5.3. Fasilitas dan Kesejahteraan Karyawan a. Sistim Penggajian/Upah Pada dasarnya ada dua sistem penggajian yang bisa digunakan, dimana tergantung pada masing – masing sifat pekerjaan, kondisi medan kerja kualitas mental dari tenaga kerja yaitu : a) Sistem harian tetap, dipilih jika hasil kerja per hari dapat diukur dengan pasti dan tenaga kerja memiliki disiplin kerja yang bagus. b) Sistem borongan, dipilih jika hasil kerja per hari tidak dapat diukur pasti dan tenaga kerja memiliki disiplin kerja yang rendah. b. Bonus, Lembur, dan Tunjangan Bonus/jasa produksi/insentive 1. Dengan memperhatikan kondisi liquiditas usaha dan keuangan perusahaan, maka perusahaan akan berusaha memberikan bonus/jasa produksi/insentive tahunan yang jumlahnya ditetapkan berdasarkan kemampuan perusahaan dengan memperhatikan penilaian prestasi kerja. 2. Bonus merupakan kebijakan perusahaan yang diatur dan ditetapkan lebih lanjut dalam surat keputusan direksi. 3. Bonus hanya diterima oleh karyawan tetap dengan sistem penggajian bulanan yang pada saat pembagian bonus masih dalam status karyawan, dan khusus diberikan
serta
diutamakan
bagi
karyawan
yang
dalam
sistem
penggajiannyatidak memperhitungkan upah lembur/premi. Tunjangan jabatan 1. Tunjangan jabatan diberikan kepada karyawan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya sesuai keputusan direksi.
35
2. Besarnya tunjangan jabatan disesuaikan dengan fungsi dan bobot tugas serta tanggung jawabyang diembannya dan ditetapkan berdasarkan putusan direksi. Tunjangan transport/BBM 1. Tunjangan transport diberikan kepada karyawan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya yang ditetapkan berdasarkan keputusan direksi. 2. Besarnya tunjangan transport disesuaikan dengan lingkup tugas dan tanggung jawab yang diemban karyawan, dan ditetapkan berdasarkan keputusan direksi. 3. Tunjangan BBM diberikan kepada staff yang karena tugas dan tanggung jawabnya menghendaki menggunakan kendaraan bermotor yang besarnya ditetapkan dengan mempedomani tingkat harga BBM yang berlaku dan ditetapkan dengan keputusan direksi. Tunjangan Hari Raya 1. Seiap tahun kepada karyawan akan dibayarkan Tunjangan Hari Raya (THR) keagamaan dan besarnya akan diatur sesuai dengan peraturan dan keputusan/ketetapan menteri tenaga kerja. 2. Pembayarannya seperti tersebut pada ayat 1 (satu) diatas seluruhnya dilakukan 15 (lima belas) hari menjelang atau sebelum hari raya keagamaan. 3. Bagi karyawan yang masih berstatus bekerja dan yang telah mempunyai masa kerja tiga bulan tetapi kurang dari satu tahun diberikan THR yang dihitung secara proporsional mempedomani ketetapan pemerintah/ keputusan menteri tenaga kerja. c. Fasilitas Umum dan Khusus Fasilitas umum yang diberikan kepada semua karyawan dan Staff berupa air, rumah, listrik, mesjid, klinik, sekolah, bus untuk transportasi anak sekolah dan
36
sarana olah raga. Fasilitas khusus diberikan kepada staff berupa motor untuk Asisiten dan mobil untuk pimpinan/Manager. d. Cuti Karyawan yang sudah bekerja selama 12 (dua belas) bulan terus menerus, berhak atas istirahat tahunan/cuti selama 12 (dua belas) hari kerja. 1.
Hak cuti/istirahat tahunan mulai timbul/ada, jika karyawan telah bekerja terlebih dahulu selama 12 (dua belas) bulan terus menerus dan untuk itu perusahaan wajib menyampaikan mulai berlakunya hak cuti kepada karyawan.
2.
Jatuhnya hak cuti tahunan bertepatan dengan tanggal masuk/mulai bekerjanya pekerja pada perusahaan.
3.
Pekerja yang akan mengambil hak cuti tahunan tersebut harus mengajukan permohnan terlebih dahuu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum melaksanakan cuti, kecuali dalam hal mendesak.
4.
Pelaksanaan cuti dapat dilaksanakan setelah ada persetujuan dari pimpinan perusahaan.
5.
Bagi pekerja yang memperpanjang cutinya atanpa pemberitahuan dan seizin perusahaan atau tanpa berita dianggap mangkir, kecuali dalam hal-hal yang mendesak dan nyang bersangkutan harus dapat menunjukkan bukti-bukti atau alasan-alasan yang tepat.
6.
Pekerja yang menjalani cuti dan tidak kembali bekerja setelah lewat 5 (lima) hari berturut-turut dari cutinya berakhir tanpa berita, dianggap mengundurkan diri.
37
7.
Istirahat/cuti tahunan pada dasarnya harus dijalani secara keseluruhan dan dapat dipecah dalam beberapa bagian, namun mengingat kepentingan kedua belah pihak cuti tahunan dapat dibagi menjadi beberapa bagian yang salah satu bagiannya paling sedikit 6 (enam) hari.
8.
Selama melaksanakan cuti maka, gaji/upah dibayar penuh.
9.
Perusahaan dapat menunda permohonan cuti dengan alasan kepentingan kerja yang ada. Penundaan yang dimaksud diberitahukan kepada karyawan secara tertulis dalam waktu 3 (tiga) hari seteah permohonan cuti diterima.
10. Hak cuti tidak dapat diganti dalam bentuk uang. 11. Hak atas istirahat/cuti tahunan gugur bilamana dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah lahirnya hak cuti tahunan itu pekerja ternyata tidak mempergunakan haknya bukan karena alasan-alasan yang diberikan oleh pengusaha atau karena alasan-alasan tertentu yang disampaikan oleh pekerja kepada pengusaha. 12. Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang secukupnya kepada pekerja/buruh untuk melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh agamanya (undang-undang ketenagakerjaan Nomor: 13 tahun 2003 pasal 80). 3.5.4. Keselamatan Kerja 1. Tiap karyawan wajib menjaga keselamatan dirinya sendiri dan wajib memakai peralatan/perlengkapan keselamatan kerja yang telah disiapakan perusahaan, serta wajib mematuhi atau mengikuti dan melaksanakan ketentuan serta syarat-syarat keselamatan dan perlindungan kerja yang berlaku.
38
2. Peralatan dan perlengkapan kerja diberikan berdasarkan sifat dan jenis pekerjaan
dari karyawan yang bersangkutan sesuai ketentuan yang
dimaksud dalam program sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja dan mempertimbangkan kemampuan perusahaan. 3. Apabila karyawan melihat atau menemukan hal-hal yang dapat menimbulkan bahaya/mengganggu kesehatan dan keamanan kerja, maka karyawan wajib melaporkan ke pimpinan. 3.5.5. Perekrutan, Mutasi, Promosi, dan Transfer Karyawan A. Perekrutan Karyawan 1) Sistem dan prosedur penerimaan karyawan Sistem dan prosedur penerimaan karyawan adalah hak mutlak perusahaan yang diatur dalam surat keputusan direksi tanpa adanya diskriminasi terhadap penderita cacat, HIV dan AIDS berdasarkan dengan undang-undang ketenaga kerjaan Nomor : 13 tahun 2003 serta sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan perusahaan. 2) Masa percobaan
Perusahaan berhak memberlakukan masa percobaan yang bersifat tetap bagi karyawan baru paling lama 3 (tiga) bulan.
Selama masa percobaan baik perusahaan maupun karyawan berhak melakukan pemutusan hubngan kerja tanpa syarat apapun.
Adapun masa percobaan harus dibertahukan secara tertulis kepada calon karyawan yang bersangkutan.
39
3) Pengangkatan karyawan tetap
Karyawan yang telah menyelesaikan hubungan kerja untuk waktu tertentu (sesuai dengan undang-undang yang berlaku) atau masa percobaan, apabila memenuhi persyaratan dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan, maka karyawan tersebut dapat diangkat sebagai karyawan tetap.
Pengangkatan sebagai karyawan tetap dinyatakan secara tertulis dalam surat pengangkatan karyawan yang dikeluarkan oleh pimpinan perusahaan.
B. Mutasi Tugas a. Mutasi tugas seorang karyawan merupakan kebijaksanaan manajemen nperusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasonal kegiatan perusahaan. b. Mutasi tugas dilakukan dalam waktu yang tidak dapat ditetapkan dan dilaksanakan
dengan
mempertimbangkan
kepentingan
dan
kebuuhan
operasional perusahaan maupun demi kepentingan pengembangan karier karyawan. c. Mutasi tugas dapat terjadi dilingkup organisasi PT. AMP Plantation III maupun ke perusahaan lain dalam kelompok usaha (Afiliasi) PT. AMP Plantation III. d. Mutasi tugas ditetapkan dengan surat keputusan direksi atau pimpinan perusahaan. e. Mutasi tugas keluar tempat kedudukan semula, mendapat upah tetap yang minimal sama dengan upah tetap yang bersangkutan sebelum dimutasi. f. Penolakan terhadap mutasi tugas sebagaimana dimaksud pasal ini dikatgorikan sebagai penolakan terhadap perintah kerja yang layak dan dianggap sebagai suatu pelanggaran peraturan perusahaan.
40
g. Seluruh biaya pemindahan/mutasi yang keluar tempat kedudukan semula adalah tanggung jawab perusahaan dan termasuk keluarga juga ditanggung. h. Tata cara dan prosedur pelaksanaan mutasi diatur dan ditetapkan lebih lanjut dalam surat keputusan direksi. i. Seorang karyawan/wati dapat dimutasikan baik untuk sementara waktu maupun tetap atas dasar pertimbangan sebagai berikut: a. Untuk menjamin terpeliharanya pendayagunaan tenaga kerja yang efisien pada setiap unit organisasi di perusahaan. b. Untuk penyesuaian jabatan dengan bakat dan kwalifikasi seseorang karyawan/wati. c. Untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kerja seseorang karyawan/wati. d. Untuk menjamin kegairahan kerja bagi sesorang karyawan/wati yang sudah jenuh pada suatu jabatan. j.
Ketentuan-ketentuan bagi karyawan/wati yang dimutasikan sebagai berikut: a. Semua tunjangan/fasilitas karena jabatan sebelumnya akan hapus secara otomatis mulai semenjak yang bersangkutan dimutasikan. b. Tunjangan/fasiltas yang berlaku bagi jabatan baru yang dipangkunya, otomatis diberikan kepadanya mulai semenjak yang bersangkutan dimutasikan. c. Setiap pelaksanaan mutasi harus dilengkapi dengan Job Description yang jelas pada jabatan yang baru.
41
C. Promosi jabatan / golongan Promosi jabatan (kenaikan jabatan) terhadap karyawan ditetapkan sesuai hasil penilaian prestasi kerja dan demi kepentingan strategis perusahaan serta pengembangan karier karyawan dengan kriteria sebagai berikut: 1. Mempunyai dedikasi dan loyalitas pada bidang tugasnya. 2. Bekerja berdasarkan sistem dan metode serta syarat-syarat kerja yang telah ditetapkan 3. Mempunyai kemauan untuk selalu berusaha meningkatkan kemampuan kinerja dan prestasi kerjanya. 4. Selalu bekerja dalam kode etik yang sehat dan dinamis. 5. Mempunyai masa kerja yang cukup untuk dipromosikan. D. Demosi jabatan 1. Perusahaan dapat mengambil tindakan berupa pencabutan jabatan dari karyawan yang semata-mata melakukan perbuatan yang melanggar peraturan tata tertib kerja, aturan kedisiplinan dan tidak berprestasi. 2. Demosi jabatan (penurunan Jabatan) terhadap karyawan ditetapkan sesuai hasil penilaian prestasi kerja, yang tata cara dan prosedur pelaksanaannya diatur dan ditetapkan lebih lanjut dalam surat keputusan direksi. 3. Demosi jabatan tidak mengurangi gaji pokok. 3.6. Pelaksanaan Fungsi-Fungsi Manajemen di Perusahaan 3.6.1. Planning/Perencanaan Perencanaan disusun sebelum kegiatan di lapangan dilaksanakan, hal ini berguna sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan panen dan pasca panen yang akan dilaksanakan. Target yang akan dicapai dalam pelaksanaan panen dan 42
pasca panen ini yaitu produksi tinggi dengan biaya rupiah per kilogram serendahrendahnya. Untuk mencapai kuantitas dan kualitas produksi yang terus menerus meningkat maka
pihak perusahaan mengambil tindakan dengan membuat
estimate produksi bulanan dan tahunan untuk setiap phase yang disusun berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan mengenai luas areal panen, topografi areal, umur tanaman, jumlah pokok yang bisa dipanen, dan rerata berat tandan, dengan cara melakukan sensus buah hitam dan dibandingkan dengan aktual produksi yang sudah lewat. Selain itu perusahaan juga membuat persyaratan kerja tentang panen diantaranya: Interval panen ditetapkan 8-10 hari Melakukan sensus buah hitam untuk 4 bulan kedepan Panen buah masak minimal 10 brondolan (fraksi 2) Dilarang panen buah mentah Tidak meninggalkan buah masak dipohon Berondolan di piringan harus dikutip bersih dan dikumpulkan di TPH Penumpukan TBS di TPH harus benar dan tepat (5 baris kesamping dan 5 baris kebelakang Buah disusun di TPH dan diberi label antara lain jumlah tandan dan nama pemanen Tangkai harus dipotong di lokasi bukan di TPH, potongan tangkai berbentuk hurup V dan harus mepet Pelepah disusun rapi digawangan mati
43
Adapun faktor produksi yang diperlukan dalam pelaksanaan panen dan pasca panen antara lain tenaga kerja, alat (egrek, gancu, tojok, garuk brondol, traktor, dump truk, angkong/gerobak sorong, kapak, klem, sarung egrek ). Alat transportasi untuk melangsir TBS yang digunakan di PT. Agra Masang Perkasa III (AMP-3) ini adalah berupa mobil Dump Truck. PT. Agra Masang Perkasa III (AMP-3) merupakan salah satu perusahaan yang berorientasi dibidang bisnis dengan produk akhirnya adalah minyak CPO yang diperoleh dari hasil pengolahan tandan buah segar (TBS), dari pernyataan diatas perencanaan tentang kegiatan panen dan pasca panen harus dibuat dengan baik karena kegaitan ini sangat erat kaitannya dengan hasil produk. Kegiatan ini dilakukan di Phase 1 dengan luas 1.068 ha dan proses pelaksanaanya dilakukan dengan cara borongan dengan rotasi 1 x 10 hari. Adapun SOP pengerjaan panen dan pasca panen yang dilakukan di PT. Agra Masang Perkasa III (AMP-3) terutama di Phase 1 yaitu : 1. Pagi hari jam 06.15 wib Staff panen
memberikan arahan kerja pada
mandor panen dan karyawan panen didepan kantor 2. Setelah mendapatkan arahan dari Staff panen, mandor panen dan karyawan langsung menuju ke lapangan 3. Jam 07.00 wib pekerja panen sudah mulai melaksanakan kegiatan panen dengan memotong/menurunkan buah yang telah memenuhi kriteria matang panen jalur demi jalur pada ancak masing-masing yang telah ditentukan oleh perusahaan 4. Buah yang telah disusun di tempat pengumpulan hasil (TPH) dihitung/dicek oleh bounchounter kemudian dimuat ke atas dump truk
44
untuk dibawa ke pabrik kelapa sawit (PKS), sedangkan untuk lokasi yang tidak bisa dilewati DumpTruk pengangkutan tandan buah segar (TBS) dilakukan dengan menggunakan jondere kemudian di bawa ke loading sesampai di loading di masukkan ke Dump Truk untuk dibawa ke pabrik kelapa sawit (PKS) 5. Setiap harinya mandor panen membuat tabel yang berisikan tanggal/hari, nama pekerja panen, jumlah tandan terpanen (di TPH), jumlah tandan terangkut (dari lapangan ke PKS, dari lapangan ke bin dan dari bin ke PKS). Kemudian tabel tersebut diberikan pada staff panen. 6. Setelah kegiatan pengangkutan tandan buah segar (TBS) selesai maka bounchounter mengisi tabel yang disebut dengan OPH yang telah disediakan oleh mandor panen sesuai dengan hasil yang diperoleh di lapangan. Adapun ruang lingkup bagian yang dikerjakan dalam panen dan pasca panen sebagai berikut : 1. Sensus buah hitam yang dilakukan perusahaan merupakan bagian dari perencanaan awal untuk meramalkan produksi selama 4 bulan kedepan. 2. Kegiatan panen mulai dilakukan dengan penurunan buah masak dari pokok kemudian pelepah disusun rapi digawangan mati. 3. TBS dilangsir ke TPH dan disusun berjejer rapi 5 bari kekanan dan kebelakang. 4. Tangkai tandan dipotong mepet dan berbentuk huruf V. 5. Kegiatan pasca panen mulai dilakukan pada saat TBS dimuat ke dump truck dan dibawa dan di bongkar di loading ramp pabrik.
45
3.6.2. Pengorganisasian/organizing Struktur organisasi panen dan pasca panen dapat dilihat pada gambar 1. Estate Manager Ka. Phase I Asisten Panen
Mandor Panen
Pekerja
Mandor Brondol
Mandor Transportasi
Bunchcounter/ Krani buah
Pekerja brondol
Operator traktor
Operator truck
Satpam
Tukang muat
Gambar 1. Struktur organisasi panen dan pasca panen.
Tanggung jawab dan wewenang masing-masing personil : 1. Estate Manager / Pimpinan Unit
Menetapkan standar norma kerja dan kualitas kerja
Membuat persediaan alat dan bahan kerja setiap dibutuhkan
Merekrut tenaga kerja secukupnya sesuai kebutuhan
Mengawasi perencanaan dan pelaksanaan kerja setiap hari
Memonitor kelancaran kerja dan memeriksa hasilnya setiap hari
46
2. Ka. Phase I
Membuat rencana kerja setiap tahun dan setiap bulan
Mengatur distribusi alat dan bahan dari gudang setiap dibutuhkan
Mengawasi pelaksanaan kerja dan memeriksa hasilnya setiap hari
Memonitor kelancaran kerja dan memecahkan masalah yang timbul dilapangan
3. Asisten panen a. Sensus buah hitam Membuat rencana sensus buah hitam setiap 4 bulan dalam satu tahun. Asisten panen menentukan blok yang akan dilakukan kegiatan sensus buah hitam. Mengawasi pelaksanaan kegiatan dan memeriksa hasil kegiatan sensus buah hitam setiap harinya. Mempunyai wewenang memberikan sanksi kepada bawahan yang tidak mengerjakan tugasnya dan melakukan kesalahan. b. Panen Membuat rencana panen dan mengatur kegiatan panen setiap hari. Membina tenaga panen dengan keterampilan dan mental yang baik. Mengawasi pelaksanaan panen dan memeriksa hasilnya setiap hari Mengatur pembagian ancak pemanen di lapangan Mempunyai wewenang untuk menegur bawahannya langsung di lapangan c. Pengutipan brondolan
47
Membuat rencana pengutipan brondol dan mengatur kegiatan brondol setiap hari Mengawasi pelaksanaan brondol dan memeriksa hasilnya setiap hari Mempunyai wewenang untuk menegur bawahannya langsung di lapangan Melaporkan hasil pekerjaan brondol kepada kepala fashe d. Pengangkutan TBS Membuat rencana panen dan mengatur kegiatan panen setiap hari. Membina tenaga panen dengan keterampilan dan mental yang baik. Mengawasi pelaksanaan panen dan memeriksa hasilnya setiap hari Mengatur pembagian ancak pemanen di lapangan Mempunyai wewenang untuk menegur bawahannya langsung di lapangan 4. Mandor a. Sensus buah hitam Memberikan arahan dan mengatur pembagian ancak kerja untuk kegiatan sensus buah hitam Mengawasi para pekerja mulai dari awal sampai selesainnya kegiatan sensus buah hitam. Membuat laporan hasil kerja dari kegiatan sensus
buah hitam dan
diserahkan pada asisten panen. Mempunyai wewenang memberikan teguran kepada bawahan apabila pekerja
panen
tidak
mengerjakan
tugasnya
sesuai
dengan
yang
diperintahkan. b. Panen Bertanggung jawab terhadap karyawan panen 48
Mempunyai wewenang menegur langsung karyawan yang melakukan kesalahan Mencatat jumlah TBS yang dipanen oleh pemanen pada sebuah blanko dan ditinggalkan di TPH untuk dikumpulkan oleh krani buah c. Mandor brondolan Mengatur pembagian ancak brondol di lapangan Mencari tenaga kerja dan mempersiapkan alat-alat yang dbutuhkan untuk pengutipan brondol Bertanggungjawab terhadap karyawan brondol
Mempunyai wewenang menegur langsung karyawan yang melakukan kesalahan
d. Mandor transportasi Mengatur lokasi muat setiap kendaraan di lapangan setiap hari Menetapkan target kerja transport TBS tiap kendaraan setiap hari Mengawasi pelaksanaan kerja dan memeriksa kapasitas angkut TBS sesuai dengan yang di anjurkan Mempunyai wewenang menegur karyawan yang melakukan kesalahan dalam memuat TBS 5. Bunch counter Mengecek buah yang berada di TPH(Grading) Mencatat jumlah TBS pada blangko Mencatat buah yang sudah dipanen dimasing-masing ancak dan kriteria buah pada OPH. Membuat laporan hasil jumlah TBS yang siap di panen oleh pekerja. 49
6. Pekerja a. sensus buah hitam Melakukan kegiatan sensus buah hitam sesuai arahan mandor dan sesuai ancak masing-masing dan menyerahkan hasil kerja pada mandor. b. Panen
Memanen buah yang sudah termasuk kriteria buah masak
Mengangkut buah ke TPH (Tempat Pengumpulan Hasil)
Memotong tangkai buah yang panjang berbentuk V
Membuang pelepah ke gawangan mati
Memastikan tidak ada buah masak yang tidak dipanen
c. Pengutipan brondolan
Mengutip seluruh brondol yang ada di lapangan dan di TPH untuk masingmasing ancaknya
7. Operator tractor : Memuat TBS pada TPH ke atas traktor Menyusun TBS ke dalam truck 8. Operator truck: Memasang jaring penutup TBS pada bak truck Memasang rantai pengunci bak truck Mengantar TBS ke pabrik 9. Tukang muat :
Memuat TBS ke dalam Jondere atau Dump truk
50
Mengangkat semua brondolan yang ada di TPH ke dalam Jondere atau Dump truk
10. Satpam : Mencatat nomor polisi truck yang akan mengirim TBS Memasang segel pada rantai yang berada pada bagian belakang bak truck 3.6.3. Pelaksanaan/actuating Panen dan pasca panen adalah rangkaian kegiatan pengutipan hasil tandan buah segar kelapa sawit, yang dimulai dari pengamatan tandan 4 bulan sebelumnya, pemotongan tandan masak, pemotongan dan penyusunan pelepah, pengutipan brondolan, sampai dengan pelangsiran dan pengumpulan tandan buah segar (TBS) & brondolan ke tempat pengumpulan hasil (TPH). SOP Sensus buah hitam asisten panen mengintruksikan tentang rencana kegiatan sensus buah hitam dan lokasi kegiatan sensus buah hitam kepada mandor panen. mandor panen menjelaskan dan menjabarkan kepada karyawan
dan
berdasarkan instruksi dari asisten panen. karyawan melaksanakan kegiatan sensus buah hitam pada blok yang telah ditentukan berdasarkan arahan mandor. Setelah itu karyawan mulai memasuki blok dihitung baris ke delapan dari main road dan setelah itu interval 10 baris tanaman atau 5 pasar pikul. selanjutnya karyawan melakukan sensus buah hitam yaitu dengan menghitung semua buah yang berwarna hitam dengan menggunakan rumus: jumlah tanaman x 2 – 1.
51
SOP Panen asisten panen mengintruksikan tentang rencana produksi dan lokasi kegiatan pemanenan kepada mandor panen. mandor panen menjelaskan dan menjabarkan kepada karyawan
dan
berdasarkan instruksi dari asisten panen. karyawan melaksanakan kegiatan pemanenan pada ancaknya masing-masing berdasarkan arahan mandor. selanjutnya karyawan melakukan pemotongan pelepah, pemotongan tandan buah segar yang telah memenuhi kriteria yang ditetapkan perusahaan yaitu 10 brondolan/tandan. pelepah dipotong menjadi dua bagian dan disusun di gawangan mati dan diantara barisan tanaman. pelangsiran buah ke TPH menggunakan angkong dan menyusun 5 baris kebelakang dan kesamping tergantung jumlah buah. Pengutipan brondolan Dalam kegiatan ini pengutipan brondolan diakukan menurut ancaknya masing-masing sehingga karyawan brondol bertanggung jawab untuk 2 ancak setiap harinya. Ancak yang ada pada karyawan brondol tidak jauh berbeda dengan ancak panen tetapi untuk brondol memegang dua ancak dari pemanen. Gaji karyawan brondol ditentukan dari berapa kilogram berondolan yang didapat setiap harinya dan dijumlahkan dalam satu bulan sehingga dari total kilogram yang didapat dikalikan dengan Rp 160,- itulah gaji yang didapat oleh seorang karyawan brondol. Rata-rata satu orang karyawan mampu mengumpulkan
52
brondolan dalam 1 hari maximal 18 karung dan rata-rata berat brondolan dalam 1 karung adalah 25 kg. Semua brondolan yang ada dilapangan dan diTPH harus dikutip bersih tidak boleh ada yang tertinggal dilapangan karena akan diberikan sanksi oleh asisten panen bila ada brondolan yang tertinggal. Alat pelindung diri yang dipakai karyawan dalam kegiatan pengutipan brondolan ini diantaranya sepatu boot dan sarung tangan. Pengangkutan TBS Asisten panen mengarahkan agar bunch counter melakukan pengecekan TBS (Grading) pada TPH serta mencatat jumlah TBS pada blanko yang telah disediakan. Setelah itu asisten panen mengarahkan mandor transpor untuk mengangkut TBS yang berapa di TPH yang telah di cek oleh krani buah. Setelah
itu
mandor
transpor
mengarahkan
operator
traktor
untuk
mengumpulkan TBS yang berapa di TPH untuk dimasukkan ke dalam truk yang berada pada jalan utama . Setelah Truck penuh maka operator transpor memasang jaring pada bak truk yang berisi TBS. Setelah itu operator transpor memasang rantai di sekeliling bak truk. Bunch counter membuat surat pengantaran buah (SPB) dan ditandatangani oleh asisten panen dan diberikan kepada operator truk. Satpam bertanggung jawab untuk mencatat no polisi truk yang akan berangkat ke PKS dan memasang segel pada rantai yang terdapat pada bak truk bagian belakang.
53
Setelah itu truk yang berisi TBS dibawa ke PKS dan ditimbang. Kemudian Nota hasil dari pengangkutan dibawa oleh operator transpor dan diberikan kepada Krani buah. Alat pelindung diri yang dipakai dalam kegiatan pengangkutan TBS ini diantaranya sepatu boot, helm dan sarung tangan. Demi terarahnya semua kegiatan-kegiatan yang tertera di atas dengan tujuan untuk mencapai target yang direncanakan maka pihak perusahaan memberikan semacam motivasi bagi karyawan seperti:
Dijenguk apabila ada kayawan atau keluarganya yang sakit
Menyediakan Bus sekolah
Ketika sama-sama duduk di warung dengan karyawan sekali-sekali dibelikan rokok atau minuman
3.6.4. Pengawasan/controlling Kegiatan sensus buah hitam di awasi langsung oleh mandor panen. Pengawasan dilakukan dengan cara memperhatikan pekerja saat melakukan sensus buah hitam dan melakukan pengecekan terhadap hasil yang di dapat dari form sensus buah hitam oleh pekerja setelah melakukan sensus buah hitam. Kegitan panen diawasi langsung oleh Asisten panen dengan memeriksa ancak panen yang telah dipanen pada hari tersebut yaitu dengan melihat buah yang sudah memenuhi Kriteria untuk dipanen tidak ada yang tertinggal di pohon, TBS dan brondolan yang sudah dipanen tidak ada yang tertinggal di piringan, dalam memanen TBS harus songgo 2 dan pelepah disusun digawangan mati dan buah yang sudah diangkat ke TPH tandanya dipotong berbentuk huruf V.
54
Kegiatan pengutipan brondolan langsung diawasi oleh asisten panen dan mandor panen. Semua brondolan yang ada dilapangan dan di TPH harus dikutip bersih tidak boleh ada yang tertinggal dilapangan karena akan diberikan sanksi oleh asisten panen bila ada brondolan yang tertinggal. Pelaksanaan pengawasan pada kegiatan pengangkutan TBS ini langsung dilakukan oleh Asisten Panen dan bunchcounter dengan mengikuti Dump Truck ke lapangan untuk mengangkat TBS, TBS yang sudah diletakkan di TPH oleh pemanen harus diangkat semua dan brondolan bersih di TPH. Seandainya masih ada buah yang tidak terangkut maka diberi tanda dengan cara menyilang buah dengan cat, kemudian pada saat pengangkutan buah hari berikutnya maka pengangkutan terlebih dahulu dilakukan pada lokasi itu dan brondolan harus bersih dari TPH. Adapun pengawasan yang diterapkan pada perusahaan meliputi : a. Rencana kerja dan biaya, harus dipastikan sesuai dengan standar norma teknis dan standar biaya, terutama dalam perhitungan produksi tandan buah segar (TBS) dan kapasitas kerja pemanen per hari. b. Proses pelaksanaan kerja, harus dipastikan sesuai dengan standar norma teknis dan standar prosedur kerja, terutama dipastikan bahwa :
Pemanen mengamati seluruh pokok yang menghasilkan di ancaknya.
Tandan yang dipotong adalah yang sudah memenuhi kriteria matang panen.
Seluruh tandan yang sudah memenuhi kriteria matang panen dipotong.
Seluruh brondolan yang ada di ancak dikutip dan dikumpulkan.
Semua brondolan dibawa ke TPH dan dimasukkan kedalam karung.
Panen diselesaikan jalur demi jalur atau TPH demi TPH. 55
c. Kelancaran panen, harus diupayakan agar realisasi panen sesuai dengan rencana, baik per hari, per rotasi, maupun per bulan, yang dilaksanakan melalui monitoring terhadap ketersediaan alat, tenaga kerja, dan kendaraan. d. Kuantitas dan kualitas hasil kerja, harus sesuai dengan standar norma teknis, terutama harus dipastikan bahwa :
Prestasi kerja pemanen sesuai dengan norma teknis yang ditetapkan.
Kematangan TBS dan kebersihan brondolan memenuhi kriteria.
Tidak ada tandan matang panen yang tertinggal di pokok.
Tidak ada tandan panen atau brondolan tertinggal di ancak panen.
Tandan di TPH tersusun rapi dengan tangkai tandan sudah pendek.
56
IV. METODOLOGI PELAKSANAAN
4.1. Lokasi dan Waktu Kegiatan tugas akhir ini diselesaikan di PT. Agra Masang Perkasa III (AMP-3) yang merupakan anak cabang dari Perusahaan WILMAR Group, Tapian Kandis, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, dilaksanakan selama 3 bulan mulai dari tanggal 18 Maret sampai dengan 13 Juni 2015. 4.2. Metode Pelaksanaan Dalam pelaksanaan kegiatan tugas akhir ini ada beberapa metode yang dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan dan data yang akurat seperti : 4.2.1. Bekerja sendiri / Bekerja bersama karyawan Pada kegiatan pelaksanaan panen dan pasca panen ini mahasiswa ikut mengerjakan semua kegiatan yang telah disepakati dengan pembimbing lapang. Dalam hal ini mahasiswa bisa bergabung bersama karyawan atau tersendiri tergantung kondisi di perusahaan serta atas persetujuan pembimbing lapang. 4.2.2. Pengamatan kegiatan Metode ini dilakukan apabila kondisi tidak memungkinkan untuk mahasiswa mengerjakan suatu pekerjaan dengan alasan tertentu misalnya faktor keselamatan.
57
4.2.3. Diskusi Dilakukan khususnya untuk kegiatan pengetahuan manajemen, kegiatankegiatan yang tidak dapat dilaksanakan atau kegiatan yang sudah lewat sehingga pelaksanaannya tidak dapat langsung dilihat. Kegiatan diskusi ini dilakukan dengan pembimbing lapang atau staf yang lainnya. 4.3. Pengumpulan Data dan Informasi Data yang dilkumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. a. Data primer Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung ke lapangan dan tanya jawab langsung dengan karyawan, mandor, Asisten dan Manager serta pihak yang terkait dengan laporan ini dan masalah-masalah lain yang ada hubungannya dengan perusahaan serta data yang berasal dari PT. Agra Masang Perkasa III (AMP-3) dalam bentuk buku panduan dan penunjang. b. Data sekunder Data sekunder diperoleh dari buku-buku penunjang seperti Budidaya dan Pasca Panen Kelapa Sawit, Manajemen, Pemasaran dan Literatur lain yang berhubungan dengan tanaman kelapa sawit lainnya. Informasi yang dikumpulkan diantaranya berupa gambaran umum Perusahaan mengenai sejarah perusahaan, keadaan iklim dan tanah perusahaan, organisasi perusahaan, sumberdaya perusahaan dan kondisi keuangan perusahaan.
58
4.4. Analisis Data dan Informasi Hasil yang diperoleh dari kegiatan pelaksanaan tugas akhir digunakan sebagai bahan analisis untuk penyusunan laporan tugas akhir yang ditekankan pada aspek manajemen panen dan penanganan pasca panen. Hasilnya berupa data pengamatan, pengumpulan informasi, dan data mengenai segi teknis dan manajemen di kebun. pengamatan di lapangan.
Data primer diperoleh dengan metode diskusi dan Pengumpulan data sekunder diperoleh dari studi
literatur dan mempelajari laporan manajemen (arsip kebun, laporan bulanan, dan laporan tahunan) serta dokumentasi kebun.
59
V. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.
Analisa Hasil Analisa hasil yang dilakukan yaitu perhitungan biaya bahan, biaya alat,
biaya tenaga kerja, biaya per tanaman, biaya per hektar, biaya per blok dan biaya perfashe-nya yang dilakukan selama satu tahun dalam kegiatan panen dan pasca panen di PT. Agra Masang Perkasa III (AMP-3) Phase 1. - Luas lahan
: Pashe 1, luas lahan 1.068 Ha
- Frekuensi per tahun
: Setiap hari pekerjaan panen dilakukan kecuali hari libur . Rencana produksi per bulan tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rencana produksi per bulan tahun 2015 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Bulan Produksi (ton) Produksi (kg) Januari 1.652 1.652.000 Februari 1.849 1.849.000 Maret 2.372 2.372.000 April 2.092 2.092.000 Mei 1.875 1.875.000 Juni 1.972 1.972.000 Juli 1.711 1.711.000 Agustus 1.632 1.632.000 September 1.972 1.972.000 Oktober 1.872 1.872.000 November 1.932 1.932.000 Desember 1.069 1.069.000 Jumlah 22.000 22.000.000 Sumber : PT. Agra Masang Perkasa III (AMP-3)
Yeald 2015 1.622.040 1.899.480 2.366.650 2.152.750 1.885.220 9.926.140
60
5.1.1. Analisa Hasil Sensus buah hitam Luas
: 20,66 ha( Fase 1 Blok 1E )
Frekuensi per tahun
: 1 x 4 bulan
Alat – alat sensus buah hitam yang digunakan untuk luas 20,66 Ha sebesar 13.200 dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Penggunaan alat-alat sensus buah hitam/hari No
Nama Alat
Satuan
Jumlah terpakai
Harga (Rp)
Biaya (Rp)
1
Pena @)
Buah
1
3.000
3.000
2
Papan mika @)
buah
1
10.000
10.000
3
Kertas blanko @)
Lembar
1
200
200
Total biaya alat
13.200
Rumus: Jumlah alat x harga : usia ekonomis. Keterangan tanda masing-masing alat: - @) = Usia ekonomis habis sekali pakai
Tenaga kerja sensus buah hitam 1 hari yang digunakan untuk luas 20,66 sebesar 64.600 dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Penggunaan tenaga kerja Sensus buah hitam/hari No 1
Jenis Sub Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Sensus buah hitam
07.00 WIB – 14.00 WIB
Satuan
Jumlah
Harga (Rp)
Biaya (Rp)
HK
1
64.600
64.600
Total biaya tenaga kerja
64.600
61
Tenaga kerja yang dipakai pada kegiatan sensus buah hitam ini adalah karyawan tetap dimana sistem penggajiannya berdasarkan HK yang telah ditentukan yaitu Rp. 64.600. Adapun rekapitulasi sensus buah hitam dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rekapitulasi biaya sensus buah hitam/hari No
Jenis Biaya
Biaya (Rp)
1
Biaya alat
13.200
2
Biaya tenaga kerja
64.600
3
Total biaya (Biaya alat + biaya tenaga kerja)
77.800
4
Biaya per hektar (Total biaya : luas lahan)
5
Biaya Per tanaman (Biaya/ha : populasi/ha)
3.765 28
Adapun biaya sensus buah hitam Phase/hari dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Biaya sensus buah hitam Phase/hari No
Biaya per hektar (Rp)
Biaya per Blok (Rp) (luas = 97,1 Ha)
Biaya per Phase (Rp) (Luas =1.068 Ha)
1.
3.765
365.582
4.021.020
Rumus: Biaya per Blok Biaya per Phase
= biaya/ha x luas Blok = biaya/ha x luas Phase
62
5.1.2. Analisa Hasil Panen Luas
: 13,79 ha dan 20,97 ha ( Fase 1 Blok 7E dan 8E )
Frekuensi per tahun
: 1 x 10 hari
Alat-alat panen yang digunakan untuk luas 13,79 dan 20,97 Ha sebesar 522.574 dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Penggunaan alat-alat panen/hari No
Nama Alat
Satuan
Jumlah terpakai
Harga (Rp)
Biaya (Rp)
1
Egrek *)
Buah
14
103.500
4.830
2
Viber 6 mm 11/2 *)
Meter
14
188.000
8.773
3
Viber 6 mm 11/4 *)
Meter
14
153.000
7.140
4
Kapak *)
Buah
14
83.200
3.882
5
Gerobak sorong ***)
Buah
14
392.500
6.105
6
Klem pipa egrek *)
Buah
14
20.000
993
7
Gancu **)
Buah
14
36.500
851
8
Sarung Egrek @)
Buah
14
35.000
490.000
Total biaya alat
522.574
Rumus: Jumlah alat x harga : usia ekonomis. Keterangan tanda masing-masing alat: - @) = Usia ekonomis habis sekali pakai - *) = Usia ekonomis 1 tahun **) = Usia ekonomis 2 tahun - ***) = Usia ekonomis 3 tahun Pada blok 7E dan 8E dengan luas 13,79 dan 20,97 ha membutuhkan karyawan pemanen sebanyak 14 orang maka alat yang dibutuhkan sebanyak 14 unit setiap jenisnya. Adapun kegunaan dari alat-alat yang ada pada Tabel 4 adalah sebagai berikut: 63
Egrek
: Untuk memotong tandan buah segar (TBS)
Viber 6 mm 1 1/2 : Sambungan viber egrek jika pokok sudah terlalu tinggi Viber 6 mm 1 1/4 : Sambungan viber egrek jika pokok sudah terlalu tinggi Kapak
: Untuk memotong tangkai tandan buah segar (TBS)
Gerobak sorong : Melangsir TBS ke tempat pengumpulan hasil (TPH) Klem
: Untuk mengunci sambungan viber egrek
Gancu
: Mengangkat dan menyusun tandan buah segar (TBS)
Sarung egrek
: Pembungkus egrek agar aman ketika di bawa
Tenaga kerja panen/hari yang digunakan untuk luas 13,79 ha dan 20,97 ha dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Penggunaan tenaga kerja panen/hari No 1
Jenis Sub Kegiatan Panen
Waktu Pelaksanaan 07.00 WIB
Satuan
Jumlah
Harga (Rp)
Biaya (Rp)
Borongan
14
94.000
1.316.000
Total biaya tenaga kerja
1.316.000
Tenaga kerja yang dipakai pada kegiatan panen ini menggunakan sistem borongan yaitu karyawan dibayar berdasarkan jumlah tonase yang didapatkan, rata-rata setiap karyawan memperoleh 2 Ton sehari dengan jumlah tandan ± 100 tandan dengan BJR 20 kg, perusahaan membayar 47.000/Ton dan setiap harinya karyawan memperoleh Rp. 94.000. Adapun rekapitulasi biaya panen/hari dapat dilihat pada Tabel 12.
64
Tabel 12. Rekapitulasi biaya panen/hari No
Jenis Biaya
Biaya (Rp)
1
Biaya alat
2
Biaya tenaga kerja
1.316.000
3
Total biaya (Biaya alat + biaya tenaga kerja)
1.838.574
4
Biaya per hektar (Total biaya : luas lahan)
5
Biaya Per tanaman (Biaya/ha : populasi/ha)
522.574
52.893 392
Adapun biaya panen phase/hari dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Biaya panen Phase/hari No
Biaya per hektar (Rp)
Biaya per Blok (Rp) (luas = 97,1 Ha)
Biaya per Phase (Rp) (Luas =1.068 Ha)
1.
52.893
5.135.910
56.489.724
Rumus: Biaya per Blok Biaya per Phase
= biaya/ha x luas Blok = biaya/ha x luas Phase
5.1.3. Analisa Hasil Pengutipan brondolan Luas
: 58,1 ha( Fase 1 Blok 10 A,B dan C )
Frekuensi per tahun
: 1 x 10 hari
Alat – alat pengutipan brondolan yang digunakan untuk luas 58,1 ha sebesar 400 dapat dilihat pada Tabel 14.
65
Tabel 14. Penggunaan alat-alat pengutipan brondolan/hari No 1
Nama Alat
Satuan
Jumlah terpakai
Buah
6
Garuk brondol *)
Harga (Rp) 20.000
Total biaya alat
Biaya (Rp) 400 400
Rumus: Jumlah alat x harga : usia ekonomis. Keterangan tanda masing-masing alat: - *) = Usia ekonomis 1 tahun
Pada blok 10 A,B dan C dengan total luas 58,1 ha membutuhkan karyawan pengutipan brondolan sebanyak 6 orang maka alat yang dibutuhkan sebanyak 6 buah. Adapun alat yang digunakan yaitu garuk brondol yang berguna untuk mengumpulkan brondolan yang berada di piringan dan TPH. Penggunaa tenaga kerja brondolan /hari dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Penggunaan tenaga kerja brondolan/hari No 1
Jenis Sub Kegiatan Pengutipan brondolan
Waktu Pelaksanaan 07.30 WIB
Satuan
Jumlah
Harga (Rp)
Biaya (Rp)
Borongan
2700
160
432.000
Total biaya tenaga kerja
432.000
Tenaga kerja yang dipakai pada kegiatan pengutipan brondolan ini menggunakan sistem borongan. Gaji karyawan brondol ditentukan dari berapa kilogram berondolan yang didapat setiap harinya dan dijumlahkan dalam satu bulan sehingga dari total kilogram yang didapat dikalikan dengan Rp 160,- itulah gaji yang didapat oleh seorang karyawan brondol. Rata-rata satu orang karyawan mampu mengumpulkan brondolan dalam 1 hari maximal 18 karung dan rata-rata berat brondolan dalam 1 karung adalah 25 kg. 66
Adapun rekapitulasi biaya pengutipan brondolan/hari dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Rekapitulasi biaya pengutipan brondolan/hari No
Jenis Biaya
Biaya (Rp)
1
Biaya alat
2
Biaya tenaga kerja
432.000
3
Total biaya (Biaya alat + biaya tenaga kerja)
432.400
4
Biaya per hektar (Total biaya : luas lahan)
5
Biaya Per tanaman (Biaya/ha : populasi/ha)
400
7.442 55
Adapun biaya pengutipan brondolan phase/hari dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Biaya pengutipan brondolan Phase/hari No
Biaya per hektar (Rp)
Biaya per Blok (Rp) (luas = 97,1 Ha)
Biaya per Phase (Rp) (Luas =1.068 Ha)
1.
7.442
722.618
7.948.056
Rumus: Biaya per Blok Biaya per Phase
= biaya/ha x luas Blok = biaya/ha x luas Phase
5.1.4. Analisa Hasil Pengangkutan TBS Luas
: 34,76 ha ( blok 7 E dan 8E )
Frekuensi per tahun
: 1 x 10 hari
Penggunaan alat –alat pengangkutan TBS yang digunakan untuk luasan 34,76 ha sebesar 239.662 dapat dilihat pada Tabel 18.
67
Tabel 18. Penggunaan alat-alat pengangkutan TBS/hari No
Nama alat
Satuan
Jumlah terpakai
Harga (Rp)
Biaya (Rp)
1
Tojok **)
Buah
4
58.000
2
Tracktor **)
Unit
2
450.000.000
150.000
3
Dump truk *)
Unit
2
200.000.000
88.889
773
Total biaya alat
239.662
Rumus: Jumlah alat x harga : usia ekonomis Keterangan tanda masing-masing alat : - **) = Usia ekonomis 1 tahun **) = Usia ekonomis 20 tahun - *) = Usia ekonomis 15 tahun Kegunaan masing-masing alat pada Tabel 18 adalah sebagai berikut: Tojok
: Untuk mengangkat TBS ke dalam Dump truk
Tracktor
: Untuk melangsir TBS ke bin truk
Dump truk
: Untuk melangsir TBS ke pabrik
Kapasitas Dump truk dalam satu trip sekitar 5-8 ton karena jarak tempuh dari Afdeling A ke pabrik kelapa sawit (PKS) mencapai 23 Km. Penggunaan bahan pengangkutan TBS dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Penggunaan bahan pengangkutan TBS/hari No 1.
Nama bahan Solar
Satuan Jumlah Liter 31 Total biaya bahan
Harga 6.900
Biaya 213.900 213.900
Bahan yang digunakan dalam kegiatan panen dan pasca panen yaitu solar sebagai bahan bakar alat pengangkut buah seperti Traktor dan dump truck. Kebutuhan solar untuk Dump Truk Rata-rata jarak kebun ke pabrik pulang pergi
68
untuk 1 trip yaitu 46 km. Rata-rata dalam satu hari dump truck mendapat 3 trip ke PKS. jadi jarak tempuh dump truk dalam satu hari yaitu 138 km. Untuk dump truk 1 liter solar dapat menempuh jarak 5 km. jadi kebutuhan solar perhari yaitu sekitar 28 liter. Kebutuhan solar untuk Traktor setiap 1 Trip truk TBS dengan Muatan rata-rata 6 Ton, traktor menempuh perjalanan 6 Km jadi apabila 3 trip menempuh perjalanan sejauh 18 km. Untuk Traktor 1 liter solar dapat menempuh jarak 6 km, jadi kebutuhan solar perhari yaitu 3 liter solar. Satu liter minyak solar seharga Rp 6.900. Penggunaan tenaga kerja pengangkutan TBS/hari dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Penggunaan tenaga kerja pengangkutan TBS/hari No
1
Jenis sub
Waktu
kegiatan
pelaksanaan
Operator
Satuan
Jumla
Harga
Biaya
h
(Rp)
(Rp)
09.00 WIB
HK
1
109.600
109.600
10.00 WIB
HK
1
133.000
133.000
10.00 WIB
HK
2
87.100
174.200
Tracktor 2
Operator Dump Truk
3
Loader
Total biaya tenaga kerja
416.800
Tenaga kerja yang dipakai untuk pengangkutan TBS ini adalah tenaga kerja tetap dimana sistem pengupahannya dibayar per HK Rp. 64.600 dan per ton dengan harga Rp.3.800/ ton untuk operator dump truk, Rp. 2.500/ton untuk operator traktor dan loader. Jadi dalam satu hari rata-rata yang didapatkan dalam 3 trip pengiriman yaitu 18 ton. Adapun rekapitulasi biaya pengangkutan TBS dapat dilihat pada Tabel 21. 69
Tabel 21. Rekapitulasi biaya pengangkutan TBS/hari No Jenis Biaya
Biaya (Rp)
1
Biaya alat
239.662
2
Biaya bahan
213.900
3
Biaya tenaga kerja
416.800
4
Total biaya (Biaya alat + biaya bahan + biaya tenaga kerja)
870.362
5
Biaya per hektar (Total biaya : luas lahan)
25.039
6
Biaya Per tanaman (Biaya/ha : populasi/ha)
185,5
Adapaun biaya pengangkutan TBS phase/hari dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Biaya pengangkutan TBS Phase/hari No
Biaya per hektar (Rp)
Biaya per blok (Rp) (luas = 97,1 Ha)
Biaya per Phase (Rp) (Luas =1.068 Ha)
1.
25.039
2.431.287
26.741.652
Rumus: Biaya per Blok Biaya per Phase
= biaya/ha x luas Blok = biaya/ha x luas Phase
Adapun kebutuhan biaya panen dan pasca panen/hektar/tahun dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Kebutuhan biaya panen dan pasca panen/hektar/tahun No
Jenis kegiatan
Biaya (Rp)
1
Sensus buah hitam
271.080
2
Panen
15.867.900
3
Pengutipan Brondolan
2.232.600
4
Pengangkutan TBS
7.511.700
Total biaya
25.883.280
Rumus: Biaya/hektar/hari x 300
70
5.2.
Analisa manajemen
5.2.1. Perencanaan Perencanaan disusun oleh pihak manajemen dari kantor pusat berdasarkan hasil analisa data dan informasi yang di kumpulkan dari lapangan yang menyangkut tentang kegiatan panen dan pasca panen. Kemudian dihitung luas blok yang bisa dipanen dan diperkirakan hasil panennya baik itu per tahun, per bulan maupun per harinya dan ditentukan jadwal pelaksanaan panennya. Setelah poin-poin tersebut diatas selesai disusun baru dtentukan standar kapasitas pemanen dan kualitas panen yang harus dicapai, jumlah prouksi TBS yang akan dipanen dan hasil panen per hari dan sistem kerja yang akan digunakan baik itu sistem ancak tetap maupun sistem ancak giring serta sistem pengupahan. Dihitung dan disediakan alat dan tenaga kerja panen yang dibutuhkan sesuai dengan kapasitas rata-rata per orang lalu disediakan cadangan alat apabila ada alat pekerja yang rusak/patah. Pada PT. Agro Masang Perkasa III jumlah tenaga kerja pada kegiatan panen dan pasca panen telah ditetapkan dan oleh karena itu tidak ada perhitungan AKP sehari sebelum dilakukan kegiatan panen. 5.2.2. Pengorganisasian Struktur organisasi yang terlibat disetiap sub kegiatan yang ada dilapangan itu berbeda-beda namun wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing personilnya hampir sama, seperti pada kegiatan sensus buah hitam, panen, pengutipan brondolan dan pengangkutan TBS.
Pada kegiatan panen
bounchounter tidak bisa mengatur atau menegur secara langsung karyawan panen
71
dan tidak ada wewenang mandor, baik itu pada kegiatannya maupun pada pekerjanya. Pengorganisasian panen dan pasca panen buah harus disusun sedemikian rupa mulai dari staf kebun (asisten), mandor panen dan kerani buah agar pelaksanaan panen dan pasca panen setiap hari dapat berjalan dengan baik dan rapi. Setelah dibuat struktur organisasi dan pembagian kerja tersebut maka setiap personilnya bekerja sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masingmasing sehingga kegiatan bisa berjalan dengan lancar. 5.2.3. Pelaksanaan Pelaksanaan sensus buah hitam, panen, pengutipan brondolan dan pasca panen (pengangkutan TBS) dilakukan sesuai dengan norma-norma panen yang di disusun pada saat pembuatan perencanaan, dimana sensus buah hitam dilakukan setiap 4 bulan sekali atau 3 kali dalam setahun, buah yang sudah membrondol secara murni sebanyak 10 butir di piringan semuanya harus terpotong
dan
disusun berjejer 5-5 di TPH. Pastikan brondolan sudah ditumpukkan di samping tandan yang diisikan kedalam karung bekas pupuk yang sudah dibelah, tangkai sudah dipotong berbentuk hurup “V” dan sudah diberi nomor pemanen dan jumlah tandan disetiap TPH sehingga bunchounter/krani buah mudah untuk menghitung jumlah tandannya dan tukang muat mudah untuk mengangkatnya ke dalam Dump truk. Buah mentah tidak ada yang turun dan tidak ada buah yang busuk di pokok kemudian TBS yang sudah berada di TPH harus terangkut semuanya ke pabrik kelapa sawit (PKS) pada hari itu juga, tukang muat
72
memasukkan semua TBS dan brondolan ke dalam Dump truk. Kemampuan ratarata 1 orang pemanen dapat menurunkan buah sebanyak 100 tandan/sekitar 2 ha. Kendaraan transportasi mulai mencari buah yang dipanen paling dulu pada lokasi yang sudah diberitahu terutama buah yang sudah overnight. Setelah sampai di lokasi terlebih dahulu dihitung oleh bounchounter baru diangkat oleh tukang muat. Tukang muat dianjurkan memakai sarung tangan karet supaya buah tidak terluka dan untuk menjaga keselamatan kerja tukang muat. Setelah Dump truk sudah penuh dengan kapasitas 4-6 ton, TBS diantar ke pabrik dan membawa nota pengiriman buah yang akan diserahkan kepada karyawan timbangan kemudian Dump truk harus segera kembali ke lokasi untuk memuat TBS lagi dan membawa nota timbangan dari pabrik. 5.2.4. Pengawasan/controling Dalam kegiatan ini pengawasan dilakukan oleh Asisten panen dan mandor panen dengan memeriksa ancak panen yang telah dipanen pada hari tersebut yaitu dengan melihat buah yang sudah memenuhi kriteria untuk dipanen tidak ada yang tertinggal di pokok dan tidak ada buah mentah yang turun lalu TBS dan brondolan yang sudah dipanen tidak ada yang tertinggal, dalam memanen TBS harus songgo 2 dan pelepah dipotong 3 disusun di gawangan mati dan buah yang sudah diangkat ke TPH tandanya dipotong berbentuk huruf V mepet ke tangkai tandan. Pelaksanaan pengawasan pada kegiatan pengangkutan TBS ini langsung dilakukan oleh Asisten Panen dan Bunchounter/krani buah dengan mengikuti Dump Truck ke lapangan untuk mengangkut TBS, TBS yang sudah diletakkan di TPH oleh pemanen harus diangkat semua dan brondolan bersih di piringan dan TPH. Seandainya masih ada buah yang tidak terangkut maka diberi tanda dengan 73
cara menyilang buah dengan cat, kemudian pada saat pengangkutan buah hari berikutnya maka pengangkutan terlebih dahulu dilakukan pada lokasi tersebut. Setelah kegiatan selesai nota yang dibuat oleh mandor yang berisikan jumlah tandan terpotong/terpanen disesuaikan dengan nota pengiriman dan nota hasil timbangan yang diberikan oleh pihak pabrik guna untuk pengontrolan terhadap jumlah produksi harian. 5.3. Pembahasan 5.3.1. Aspek manajemen Manajemen panen dan transportasi panen merupakan tahapan kegiatan yang sangat penting dalam budidaya kelapa sawit karena akumulasi dari semua aktifitas sebelumnya mulai dari penyediaan bibit sampai pemeliharaan tanaman, keberhasilannya akan terlihat pada kegiatan panen. Manajemen kegiatan panen meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan panen dan pasca panen. Menurut Sukamto (2008), kriteria rotasi panen yaitu dengan membagi Afdeling menjadi 5 kali panen atau pengulangan setiap 7 hari sekali bisa disebut sistem 5/7. Pada pelaksanaan-nya sistem panen yang dipakai oleh perusahaan adalah sistem 6/10 atau pembagian Afdeling dibagi menjadi 6 kali panen dengan pengulangan 10 hari sekali. Pertimbangan-nya adalah pada hari jum’at tetap melakukan panen dalam satu hari dan waktu yang dibutuhkan dalam perawatan alat angkut cukup satu hari. Pengorganisasian panen dan pasca panen buah harus disusun sedemikian rupa mulai dari staf kebun (asisten), mandor panen dan kerani buah agar pelaksanaan panen dan pasca panen setiap hari menjadi terkonsentrasi (tidak
74
terpencar-pencar) serta pelaksanaan kegiatan menjadi efektif dan efisien. Menurut Pahan (2011), pada setiap hari kerja Asisten kebun wajib memeriksa hasil kerja 10 pemanen meliputi pemeriksaan mutu buah di TPH dan kualitas ancak pemanen minimum masing-masing 1 TPH. Dalam pelaksanaan-nya di perusahaan kegiatan pengawasan tersebut telah berjalan tetapi belum maksimal seperti Asisten hanya memeriksa hasil tenaga kerja 4 orang dan ancak panen hanya 2 orang saja. Pelaksanaan panen dan pasca panen yang dilakukan di perusahaan berjalan dengan baik hanya saja perlu pengawasan yang lebih ketat agar tidak terjadi penyelewengan kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja panen dan pasca panen. Dalam pelaksanaan pengawasan panen dan pasca panen semua personil yang terlibat dalam kegiatan tersebut harus pro aktif dan memiliki tanggung jawab yang tinggi agar setiap pelaksanaan kegiatan panen dan pasca panen sesuai dengan instruksi kerja dan tujuan yang diinginkan. Pelaksanaan panen dan pasca panen di PT. Agra Masang Perkasa III (AMP 3) pada Phase 1 dilihat dari aspek manajemen terutama perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan telah berjalan cukup baik tetapi masih perlu perbaikan-perbaikan untuk ke depannya agar pelaksanaannya efektif dan efisien serta dapat mencapai tujuan yang diinginkan. 5.3.2. Aspek biaya Pada perhitungan analisa hasil panen dan pasca panen (pengangkutan TBS) kelapa sawit telah menghasilkan dengan tahun tanam 1996 di PT. Agra Masang Perkasa unit III didapatkan biaya alat dan tenaga kerja/hari untuk luasan 1 ha, 1 blok (97,1 Ha) dan 1 phase (1.068 Ha) pada masing masing jenis kegiatan, diantaranya sebagai berikut: 75
Biaya alat dan tenaga kerja untuk kegiatan sensus buah hitam: - Untuk luasan 1 hektar
= Rp. 3.765
- Untuk luasan 1 blok
= Rp. 365.582
- Untuk luasan 1 phase
= Rp. 4.021.020
Biaya alat dan tenaga kerja untuk kegiatan panen: - Untuk luasan 1 hektar
= Rp. 52.893
- Untuk luasan 1 blok
= Rp. 5.135.910
- Untuk luasan 1 phase
= Rp. 56.489.724
Biaya alat dan tenaga kerja untuk kegiatan pengutipan brondolan: - Untuk luasan 1 hektar
= Rp. 7.442
- Untuk luasan 1 blok
= Rp. 722.618
- Untuk luasan 1 phase
= Rp. 7.948.056
Biaya alat dan tenaga kerja untuk kegiatan pasca panen/pengangkutan TBS: - Untuk luasan 1 hektar
= Rp. 25.039
- Untuk luasan 1 blok
= Rp. 2.431.287
- Untuk luasan 1 phase
= Rp. 26.741.652
Biaya panen dan pasca panen/hektar/tahun: - Biaya sensus buah hitam
= Rp. 271.080
- Biaya panen
= Rp. 15.867.900
- Biaya pengutipan brondolan
= Rp. 2.232.600
- Biaya pengangkutan TBS
= Rp. 7.511.700
- Total biaya
= Rp. 25.883.280
Menurut Pahan (2011), kebutuhan biaya operasional untuk kegiatan panen dan pasca panen per hektar dipengaruhi oleh umur tanaman, berikut ini adalah
76
proyeksi biaya operasional kebun 10.000 hektar dengan faktor koreksi inflasi 3% dan pola distribusinya mengikuti umur dan profil tanaman (Rp 000): Umur 19 = Rp. 28.102.922 dengan pola distribusi 84,21% Umur 20 = Rp. 28.143.546 dengan pola distribusi 84,21% Umur 21 = Rp. 28.220.535 dengan pola distribusi 84,21% Biaya operasional untuk kegiatan panen dan pasca panen per hektar per tahun di PT. Agra Masang Perkasa III (AMP-3) masih berada di taraf yang standar, jika dibandingkan dengan proyeksi biaya operasional panen dan pasca panen yang dikemukakan oleh Pahan (2011) kebutuhan biaya yang dikeluarkan di PT. Agra Masang Perkasa III (AMP-3) ini masih berada pada taraf yang standar. 5.3.3. Kendala di lapangan Pemanen sering memanen buah mentah karena untuk mencapai target yang tinggi karena umur tanaman yang sudah tua maka produksi yang dihasilkan turun dan angkutan TBS ke pabrik sering mengalami restan atau buah yang tidak terangkut. Untuk menyikapi dari beberapa kendala yang ditemukan di lapangan pada saat pelaksanaan kegiatan panen dan penanganan pasca panen pada poin diatas
maka
pihak
manajemen
perusahaan
mengambil
kebijakan,
jika
ditemukannya buah masak di pokok oleh tim Auditor panen dan buah yang tidak terangkut ke pabrik maka diberi sanksi berupa surat peringatan dan denda berupa pemotongan bonus gaji pertahun: Pimpinan / Estate Manager
: 10%
Ka phase / Askep
: 20%
Staff / Asisten lapangan
: 30%
Kepala kerja / Mandor
: 40%
77
Dengan tujuan supaya pengawasan dijalankan dengan lebih baik lagi sehingga pemanen memotong buah yang sudah memenuhi kriteria matang panen dan membawa semua TBS ke TPH.
78
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan Setelah laporan tugas akhir ini selesai disusun bedasarkan data yang
diperoleh pada saat pelaksanaan kegiatan tugas akhir selama ± 3 bulan yang dimulai pada tanggal 18 Maret sampai dengan 13 Juni 2015, di PT. Agra Masang Perkasa III (AMP-3) Tapian kandis, kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, dapat diambil kesimpulan, bahwa : 1. Manajemen panen dan pasca panen kelapa sawit di Perusahaan ini bagus karena sebelum kegiatan ini dilaksanakan terlebih dahulu dibuat perencanaan dan pengorganisasian. 2. Pelaksanaan panen dan pasca panen di Perusahaan ini dilakukan 1x10 hari oleh tenaga kerja borongan dengan pembagian sistem ancak tetap. 3. Kriteria buah masak yang siap untuk dipanen adalah buah yang sudah membrondol secara murni sebanyak 10 butir yang jatuh ke piringan. 4. Biaya operasional panen dan pasca panen di Perusahaan ini masih berada di taraf yang standar, karena kebutuhan biaya untuk kegiatan ini selama 1 tahun untuk luasan 1 hektar sekitar Rp. 25.883.280.
79
6.2
Saran
Pengawasan dalam pelaksanaan panen dan pasca panen (pengangkutan TBS) agar lebih ditingkatkan lagi terutama untuk menghindari buah mentah dan busuk di pokok atau buah yang tidak dikeluarkan dari lokasi.
Berhubung karena kegiatan ini berupa borongan sebaiknya pihak perusahaan lebih menekankan supaya karyawan panen dan tukang muat TBS memakai pakaian kerja dan alat pelindung diri (APD) yang lengkap.
Hubungan antara staf dengan karyawannya agar lebih diperbaiki lagi karena kenyamanan dalam bekerja itu dapat kita rasakan apabila hubungan dengan sesama terjalin dengan baik.
80
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, D. Koedadiri, Sutarta, Darmosarkoro, Purba, Padli dan Rahutomo. 2010. Budidaya kelapa sawit. Buku panduan pusat penelitian kelapa sawit, 8-1 Hal, Medan 20158 Smatera utara. Fauzi, Yustina, Imam dan Hartono. 2012. Kelapa Sawit : Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta Lubis., A., U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat. Pematang Siantar. Sumatera Utara. Mangoensoekarjo S dan H. Semangun. 2005. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Pahan, I. 2011. Paduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir (Cetakan ke IX). Penebar Swadaya. Jakarta Pardamean. 2011. Sukses Membuka Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 300 hal. Risza, S. 2010. Masa Depan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia. Kanisius. Yogyakarta.255 hal. Sukamto. 2008. 58 Kiat Meningkatkan Produktivitas dan Mutu Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 84 hal. Sunarko. 2009. Budidaya dan pengolahan kebun kelapa sawit dengan system kemitraan. Agromedia Pustaka. Jakarta. 178 hal.
81
Lampiran 1
82
Lampiran 2. Peta PT. Agro Masang Perkasa III
83
Lampiran 3. Foto pelaksanaan panen dan pasca panen di PT. Agra Masang Perkasa III
Gambar 1. Pemotongan buah
Gambar 2. Pelangsiran TBS ke TPH
Gambar 3. TBS dilokasi
Gambar 4. TBS di TPH
Gambar 5. Pengutipan brondolan
Gambar 6. Muat TBS ke bak tracktor
84
Gambar 7. Muat TBS ke dump truck
Gambar 9. Bongkar TBS
Gambar 8. Penimbangan TBS di pabrik
Gambar 10. Loading ramp PKS
85