Kegempaan di Indonesia Periode Bulan April – Agustus 2008 (Devy K. Syahbana, dkk)
KEGEMPAAN DI INDONESIA PERIODE BULAN APRIL – AGUSTUS 2008 DEVY K. SYAHBANA, GEDE SUANTIKA Bidang Pengamatan Gempabumi dan Gerakan Tanah, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
Sari Pada periode bulan April hingga Agustus 2008 tercatat setidaknya terjadi 94 kejadian gempabumi tektonik di Indonesia (USGS, 2008). Dua kejadian gempabumi diantaranya menimbulkan kerusakan. Pada tanggal 19 Mei 2008, pukul 21:26:45 WIB, gempabumi menggoncang wilayah Padang Sidempuan, Sumatera Utara dengan magnituda 6,1 SR (BMG, 2008). Gempabumi lainnya terjadi pada tanggal 7 Agustus 2008, pukul 05:41:01 WIB. Gempabumi ini menggoncang wilayah Sumbawa, Nusa Tenggara Barat dengan magnituda 6,6 SR (BMG, 2008). Kedua gempabumi merusak ini tidak mengakibatkan korban jiwa namun kerusakan terjadi pada bangunan dan infrastruktur lainnya.
Pendahuluan Gempabumi tektonik di wilayah Indonesia setidaknya terjadi sebanyak 94 kali dalam periode bulan April hingga Agustus 2008 (Gambar 1). Berdasarkan magnitudanya, gempabumi dengan kekuatan di atas 5 SR terjadi sebanyak 6 kali. Dua kejadian gempabumi di antaranya menimbulkan kerusakan. Gempabumi tersebut terjadi pada tanggal 19 Mei 2008, pukul 21:26:45 WIB di wilayah Padang Sidempuan, Sumatera Utara dengan magnituda 6,1 SR (BMG, 2008). Gempabumi lainnya terjadi pada tanggal 7 Agustus 2008, pukul 05:41:01 WIB di wilayah Sumbawa, Nusa Tenggara Barat dengan magnituda 6,6 SR (BMG, 2008). Gempabumi dengan magnituda lebih rendah, yaitu antara 4–5 SR terjadi sebanyak 41 kali. Pada kejadian gempabumi dengan kisaran magnituda tersebut tidak mengakibatkan kerusakan. Sedangkan gempabumi dengan magnituda lebih rendah dari 4 terjadi sebanyak 47 kali dan tidak mengakibatkan kerusakan. Metodologi Metodologi yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah dengan melakukan kompilasi data kegempaan melalui internet maupun laporan-laporan tanggap darurat gempabumi dalam periode bulan April– Agustus 2008.
Gempabumi Padang Sidempuan Gempabumi yang terjadi di Padang Sidempuan, Sumatera Utara merupakan gempabumi tektonik dengan kekuatan goncangan cukup besar sehingga menimbulkan kerusakan pada bangunan dan infrastruktur. Sedangkan korban jiwa tidak tercatat akibat kejadian gempabumi tersebut (Indra, 2008). Pusat gempabumi ini berada di darat pada koordinat 1,68° LU dan 99,19° BT, berjarak + 35km baratlaut Padang Sidempuan, Sumut. Gempabumi terjadi pada hari Senin, tanggal 19 Mei 2008 pukul 21:26:45 WIB dengan magnituda tercatat 6,1 SR dengan kedalaman 10 Km. Sumber gempabumi tersebut diperkirakan berasosiasi dengan sesar besar Sumatera berarah relatif baratlaut-tenggara dengan mekanisme sesar mendatar/strike-slip (Gambar 2). Wilayah di sekitar pusat gempabumi pada umumnya disusun oleh batuan berumur tersier yang terdiri dari batuan sedimen, batuan gunungapi, batuan beku, dan batuan malihan, batuan berumur Pra-Tersier dan Kuarter. Goncangan gempabumi akan terasa kuat terutama pada daerah yang disusun oleh batuan vulkanik dan aluvium berumur Kuarter serta batuan sedimen berumur Tersier yang telah mengalami pelapukan. Secara umum, batuan tersebut bersifat urai, lepas, dan memperkuat efek goncangan gempabumi.
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 2, Agustus 2008 : 47 - 53
Hal :47
Kegempaan di Indonesia Periode Bulan April – Agustus 2008 (Devy K. Syahbana, dkk)
Gambar 1. Peta Sebaran Gempabumi Tektonik Indonesia (Periode bulan April-Agustus 2008)
Gambar 2. Peta Pusat Gempabumi Padang Sidempuan, Sumatera Utara
Hal : 48
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 2, Agustus 2008 : 48 - 53
Kegempaan di Indonesia Periode Bulan April – Agustus 2008 (Devy K. Syahbana, dkk)
Metode yang digunakan untuk mengukur intensitas gempabumi yaitu dengan menggunakan skala MMI (Modified Mercally Intensity). Di beberapa wilayah kejadian gempabumi tektonik ini memiliki intensitas maksimum MMI VII (Gambar 3). Di wilayah Padang Sidempuan dan Sipirok, goncangan gempabumi dirasakan dengan intensitas III–IV MMI, ditandai dengan adanya barang yang menggantung bergoyang, jendela dan pintu berderik. Tidak ada kerusakan maupun korban jiwa akibat gempabumi ini, namun masyarakat sempat kaget, panik dan khawatir. Sebagian masyarakat tidak dapat tidur, namun satu hari setelahnya masyarakat sudah mulai tenang kembali. Kelistrikan dan pasokan bahan bakar minyak tidak mengalami masalah berarti, baik pada saat kejadian gempabumi maupun setelah kejadian. Di wilayah Kecamatan Simangumban (Tapanuli Utara), gempabumi dirasakan dengan intensitas VI-VII MMI. Daerah ini merupakan daerah terparah yang terkena dampak goncangan gempabumi karena lokasinya dekat dengan pusat gempabumi. Di wilayah ini, jalan yang merupakan jalur lintas Sumatera dari Padang Sidempuan menuju Medan, tidak dapat dilalui oleh kendaraan roda 4 sepanjang ± 500m. Pada jalur tersebut terdapat 3 titik jalan longsor akibat gempabumi. Jalan ini berada pada lereng terjal (kemiringan>60°). Sepanjang jalan di Kecamatan Simangumban banyak juga ditemui retakan-retakan yang disebabkan oleh adanya pergerakan tanah menuju ke gawir di samping jalan. Bangunan yang mengalami kerusakan di wilayah ini terletak di samping jalan yang juga merupakan pinggiran gawir terjal. Di wilayah Kecamatan Purbatua, gempabumi dirasakan dengan intensitas VI MMI. Di wilayah ini, terutama di Desa Sibulan-bulan, terdapat satu bangunan sekolah hancur. Sekolah tersebut dibangun di atas tanah urugan yang bersifat memperkuat efek goncangan gempabumi. Kerusakan bangunan di wilayah ini sebagian besar termasuk kerusakan ringan karena dibangun dengan konstruksi ringan (kayu).
Sementara itu, di Kabupaten Tapanuli Selatan kerusakan hanya terjadi di wilayah perbatasan dengan wilayah Tapanuli Utara. Pada daerah tersebut ditemui longsoranlongsoran pada tebing di pinggir jalan. Kerusakan bangunan dan infrastruktur yang diakibatkan gempabumi ini (Gambar 4) disebabkan oleh besarnya magnituda gempabumi, pusatnya di darat dengan kedalaman yang dangkal. Hal lain yang mempengaruhi tingkat kerusakan bangunan adalah faktor amplifikasi. Bangunan yang dibangun di atas tanah urugan dan sedimen lunak akan mengalami goncangan gempabumi yang lebih besar.
Gambar 3. Peta Intensitas Gempabumi Padang Sidempuan, Sumatera Utara
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 2, Agustus 2008 : 49 - 53
Hal :49
Kegempaan di Indonesia Periode Bulan April – Agustus 2008 (Devy K. Syahbana, dkk)
Gambar 4. Kerusakan bangunan akibat goncangan gempabumi di Sumatera Utara
Gempabumi Sumbawa Gempabumi yang terjadi di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat merupakan gempabumi tektonik yang memiliki kekuatan goncangan yang besar sehingga menimbulkan kerusakan pada bangunan dan infrastruktur walaupun tidak tercatat jatuhnya korban jiwa. Gempabumi ini pusatnya di darat pada koordinat 8,16° LS - 117,74° BT, berjarak + 51km di timurlaut Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Gempabumi terjadi pada hari Kamis tanggal 7 Agustus 2008, pukul 05:41:01 WIB dengan magnituda gempabumi tercatat 6,6 SR dengan kedalaman 10 Km. Gempabumi ini berasosiasi dengan aktivitas sistem sesar aktif yang terdapat di pantai utara Pulau Sumbawa. Mekanisme pergerakan adalah sesar geser oblique (strike slip) dengan strike N 220o E, dip 87o, dan slip -31o. Wilayah sekitar pusat gempabumi tersusun oleh endapan kuarter berupa endapan aluvial sungai, endapan aluvial pantai serta endapan rombakan gunungapi bersifat urai, lepas, belum terkonsolidasi dan bersifat memperkuat efek goncangan gempabumi, sehingga rentan terhadap goncangan gempabumi. Morfologi yang terbentuk memiliki kemiringan lereng bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan berumur Pra Tersier dan Tersier yang telah mengalami pelapukan sehingga mudah terjadi longsor apabila terjadi goncangan gempabumi.
Hal : 50
Berdasarkan pemeriksaan Tim Tanggap Darurat (TTD) di lokasi bencana, gempabumi Sumbawa menghasilkan goncangan yang cukup kuat sehingga membuat panik penduduk di Kabupaten Dompu, Kabupaten Bima, dan Kabupaten Sumbawa Besar (Robiana, 2008). Gempabumi tersebut telah menimbulkan kerusakan yang parah di Kabupaten Dompu namun tidak mengakibatkan jatuhnya korban jiwa (Gambar 5). Daerah yang mengalami kerusakan akibat goncangan gempabumi ini kebanyakan adalah Wilayah Kabupaten Dompu terutama desa desa yang terletak di pinggir pantai di lereng barat Gunungapi Tambora. Jumlah kerusakan yang terjadi adalah sebagai berikut : Tabel 1. Jumlah kerusakan bangunan akibat gempabumi di Sumbawa, NTB (Sumber : Kantor Kecamatan Pekat) Nama Desa Doropeti Nangakara Sorinomo Beringin Jaya Pekat Calabai Kadindi Barat Kadindi Nangamiro Tambora
Berat 1 20 4 17 74 97 66 62 45
Kerusakan Sedang 8 21 21 146 7
Ringan 1 25 46 78 30 111 322 56 136 4
Di wilayah Kabupaten Sumbawa Besar, kerusakan terutama terjadi di kota Sumbawa Besar. Satu bangunan mengalami runtuh pada tembok, satu pagar sekolah ambruk, dan beberapa bangunan hanya mengalami keretakan. Untuk wilayah pantai utara Sumbawa Besar tidak mengalami kerusakan yang berarti, namun goncangan dirasakan cukup kuat oleh masyarakat. Gempabumi ini juga memicu terjadinya tanah longsor di Desa Nangamiro. Dua lokasi retakan tanah terdapat di Desa Calabai dan Kadindi Barat. Dua lokasi likuifaksi terjadi di Desa Nangamiro dan di Dusun Arung Santek, Pulau Moyo.
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 2, Agustus 2008 : 50 - 53
Kegempaan di Indonesia Periode Bulan April – Agustus 2008 (Devy K. Syahbana, dkk)
Berdasarkan catatan stasiun gempa Gunungapi milik PVG di Gunungapi Tambora (terletak di Kabupaten Dompu dan berjarak sekitar 95 km di barat Kota Bima) jumlah gempabumi susulan sudah mulai menurun pada hari kedua setelah gempabumi utama, hal ini menandakan bahwa patahan yang bergerak
sedang menuju ke fasa keseimbangan (Gambar 6). Berdasarkan distribusi lokasi kerusakan bangunan dan kerusakan geologi maka gempabumi Sumbawa mempunyai intensitas berkisar antara IV - VII skala MMI (Gambar 7).
Gambar 5. Kerusakan bangunan akibat goncangan gempabumi di Sumbawa
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 2, Agustus 2008 : 51 - 53
Hal :51
Kegempaan di Indonesia Periode Bulan April – Agustus 2008 (Devy K. Syahbana, dkk)
Gambar 6. Jumlah harian gempa tetonik lokal yang terekam di stasiun gempa Gunungapi Tambora
Gambar 7. Peta Intensitas gempabumi Sumbawa, NTB
Hal : 52
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 2, Agustus 2008 : 52 - 53
Kegempaan di Indonesia Periode Bulan April – Agustus 2008 (Devy K. Syahbana, dkk)
Kesimpulan Pada periode bulan April – Agustus 2008, kegempaan tektonik di Indonesia cukup tinggi (94 kejadian gempabumi). Hal ini juga ditandai dengan terjadinya dua kejadian gempabumi merusak yang terjadi di Padangsidempuan, Sumatera Utara dan di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Kedua gempabumi ini telah menimbulkan kerusakan bangunan dan infrastruktur lainnya. Namun demikian, tidak dilaporkan jatuhnya korban jiwa yang diakibatkan oleh gempabumi tersebut. Pada umumnya kerusakan bangunan berasosiasi dengan jarak wilayah dengan episenter gempabumi, besarnya magnituda gempabumi, dan berpusat di darat dengan kedalaman yang dangkal. Kedua gempabumi merusak ini tidak menimbulkan tsunami karena berpusat di darat sehingga tidak terjadi dislokasi di bawah permukaan laut. Daftar Pustaka Indra, B., dkk. 2008. Laporan Tanggap Darurat Gempabumi Padangsidempuan, Sumatera Utara., Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Robiana, R. dkk. 2008. Laporan Tanggap Darurat Gempabumi Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 2, Agustus 2008 : 53 - 53
Hal :53