kebutuhan air, maka hasil samping ber THE CHARACTERIZATION OF SLUDGE PRODUCED upa lumpur endapan BY jugaWATER meningkat. TREATMENT OF PDAM TIRTA PAKUAN BOGOR. Lumpur PDAM Tirta Pakuan Bogor ini setelah melalui tahapan Shelvi, Sutanto, dan Rinda Lilianti PDAM Tirta Pakuan Kotabed, Bogor. proses sludge drying kemudian Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam bak lumpur disimpan dalam penampungan yang semakin lama semakin penuh, yang akhirnya lumpur ABSTRACT tersebut harus dibuang ke lingkungan. Pada dasarnya, lumpur merupakan PDAM Tirta Pakuan Bogor is a drinking water treatment company produces bagian dari tanah yang terbawa hanyut but the treatment process produces byproducts, namely the sludge. Before the the oleh aliran air sungai. Tanah tersusun sludge discharged to the environment or other applications, please be aware that the disposal of the sludge quality could be controlled by not damaging the environment. This research aims to studying the chemical properties of the the sludge mainly contains heavy metals and nutrients for plants. The sludge samples from fitration unit of PDAM Tirta Pakuan Bogor, was sampled at the time it did not rain (A) and when it rains (B) and conducted twice replications. The tests are performed with some parameters, namely the measurement of pH. Measurement of Fe, Mg, Cu, K, Cd and Pb by Atomic Absorption Spectrophotometer method, measurement of P by Spectrophotometer method, N total by Kjeldahl method. The results of the analysis of sludge A are pH gained 7.20, Fe obtained 83 µg/g, Mg obtained 543.4 µg/g, Cu obtained 8.9 µg/g, N total obtained 0.0348%, P obtained 42.9 µg/g, K obtained 69.5 µg /g, Cd obtained 2 µg/g, and Pb obtained 19.6 µg/g. While the result of analysis sludge B are pH gained 7.13, Fe obtained 34.6 µg/g, Mg obtained 1036.9 µg/g, Cu obtained 7.7 µg/g, N total obtained 0.027%, P obtained 22.4 µg/g, K obtained 52.4 µg /g, Cd is not detected, and Pb obtained 14.9 µg/g. Key words : Sludge, Clean Water, Fitration PENDAHULUAN Di daerah perkotaan Indonesia, rumah tangga merupakan pemakai air bersih terbesar, sekitar 68 persen total produksi air diserap oleh rumah tangga (Djayadiningrat, 1992), khususnya di kota Bogor. Mayoritas pemakai air bersih adalah rumah tangga dengan cakupan sebesar 93% (PDAM, 2012). Air bersih sebagai kebutuhan dasar (basic need) perkotaan diproduksi oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), dan hasil samping produksi tersebut adalah berupa lumpur (sludge). Seiring dengan peningkatan laju pertumbuhan penduduk di kota Bogor mengakibatkan bertambahnya
dari empat bahan utama, yaitu : bahan mineral, bahan organik, air, dan udara (Saeni, 1989). Kebutuhan air bersih perlu dilakukan proses pengolahan terlebih dahulu agar air tersebut layak dan aman untuk dikonsumsi masyarakat. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bogor merupakan perusahaan yang memproduksi air bersih khususnya air minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Kota Bogor. Sumber air yang digunakan PDAM adalah sumber air permukaan yang berasal dari air sungai Cisadane. Metode pengolahan air yang dilaksanakan di PDAM Kota Bogor 1
adalah metode pengolahan secara lengkap yang dimulai dengan intake, proses penyaringan awal, prasedimentasi, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, aerasi, filtrasi, desinfeksi, dan reservoar. Proses pengolahan ini bertujuan untuk menjernihkan air baku, membebaskan dari bau dan rasa, mengurangi efek korosi pada pipa serta menghilangkan bakteri patogen. Sistem pengolahan air adalah proses yang dilakukan untuk menjernihkan air baku, membebaskan dari bau dan rasa, mengurangi efek korosi pada pipa serta menghilangkan bakteri patogen sehingga didapatkan air bersih. Air baku yang digunakan PDAM Tirta Pakuan Bogor berasal dari sumber mata air (Kota Batu, Tangkil, dan Bantar Kambing) dan air permukaan (air sungai Cisadane). Proses yang dilakukan PDAM Tirta Pakuan terbagi menjadi dua, yaitu sistem pengolahan air lengkap dan sistem pengolahan air sederhana. Sistem pengolahan air PDAM Tirta Pakuan Bogor merupakan sistem pengolahan lengkap. Skema proses pengolahan air di PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor dapat dilihat pada Skema 1. Skema 1. Proses Pengolahan Air Secara Lengkap pada PDAM Tirta Pakuan Bogor. Intake
Proses Penyaringan awal
Sedimentasi
Aerasi
Flokulasi
Filtra si
Desinf eksi
Prasedi mentas i Koagul asi Reserv oar
METODE PENELITIAN Pengambilan Sampel Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dua kali sampling yaitu pada saat tidak hujan (Lumpur A) dan lumpur pada saat hujan (Lumpur B). Sampel diambil pada unit sedimentasi di Instalasi Pengolahan Air Dekeng PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor. Pengukuran pH Pada Lumpur Metode yang digunakan pada pengukuran pH adalah metode potensiometri dengan menggunakan pH meter yang sebelumnya telah dikalibrasi dengan buffer pH 7 lalu buffer 10. Setelah dikalibrasi, elektroda dimasukkan ke dalam gelas piala 100 ml yang berisi sampel. Nilai pH akan muncul pada alat dan dicatat hasilnya. Preparasi Sampel Preparasi sampel dengan cara pengabuan : Sebanyak 5 g contoh ditimbang kedalam cawan porselen, diabukan dalam tanur dengan suhu 550⁰C selama semalam. Abu dalam cawan dimasukkan ke dalam piala gelas 100 ml, ditambahkan 25 ml HCl 1:3 begitu pula dilakukan hal yang sama terhadap blanko. Piala gelas tersebut dipanaskan di atas pinggan pemanas sambil ditambahkan 2 tetes HNO3 pekat hingga volume 12,5 ml. Larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan diencerkan dengan akuades hingga tanda garis kemudian dikocok.
2
Analisis Secara SSA 1. Larutan Standar Pembuatan larutan stok Fe 100 ppm Ditimbang 0,4965 g FeSO₄.7H₂O kemudian larutkan kedalam labu ukur 1 liter dengan sekitar 100 ml air suling, kemudian dihomogenkan dan dihimpitkan dengan air suling sampai tanda tera. Pembuatan larutan stok Mg 100 ppm Ditimbang 0,9400 g MgSO₄.6H₂O kemudian larutkan kedalam labu ukur 1 liter dengan sekitar 100 ml air suling, kemudian dihomogenkan dan dihimpitkan dengan air suling sampai tanda tera. Pembuatan larutan stok Cu 100 ppm Ditimbang 0,1598 g CuSO4.5H2O kemudian larutkan kedalam labu ukur 1 liter dengan sekitar 100 ml air suling, kemudian dihomogenkan dan dihimpitkan dengan air suling sampai tanda tera. Pembuatan larutan stok K 100 ppm Ditimbang 0,1907 g KCl kemudian larutkan kedalam labu ukur 1 liter dengan sekitar 100 ml air suling, kemudian dihomogenkan dan dihimpitkan dengan air suling sampai tanda tera. Pembuatan larutan stok Cd 100 ppm Ditimbang 0,1951 g CdCl2.2H2O kemudian larutkan kedalam labu ukur 1 liter dengan sekitar 100 ml air suling,
kemudian dihomogenkan dan dihimpitkan dengan air suling sampai tanda tera. Pembuatan larutan stok Pb 100 ppm Ditimbang 0,1598 g Pb(NO3)2.9H2O kemudian larutkan kedalam labu ukur 1 liter dengan sekitar 100 ml air suling, kemudian dihomogenkan dan dihimpitkan dengan air suling sampai tanda tera. Pembuatan larutan stok P 100 ppm Ditimbang 0,4583 g Na2HPO4 kemudian larutkan kedalam labu ukur 1 liter dengan sekitar 100 ml air suling, kemudian dihomogenkan dan dihimpitkan dengan air suling sampai tanda tera. 2. Deret Standar Pembuatan deret standar Fe, Mg, Cu, K, Cd, Pb, dan P Larutan stok Fe, Mg, Cu, K, Cd, Pb, dan P 100 ppm kemudian dipipet 0;1;2;3;4;5 mL dengan menggunakan buret kedalam masing-masing labu ukur 100 mL kemudian dihomogenkan dan dihimpitkan dengan air suling sampai tanda tera. Diperoleh konsentrasi masing-masing larutan standar 0;1;2;3;4;5 ppm. 3. Pengukuran Konsentrasi Fe, Mg, Cu, K, Cd, dan Pb Menggunakan SSA Mengoptimalkan alat SSA sesuai petunjuk penggunaan alat Kemudian mengukur masing-masing larutan standar yang telah dibuat pada panjang gelombang 3
masing-masing logam. Nilai absorbansinya akan terlihat. 4. Pengukuran P Dipipet 0,5 ml sampel ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 9,5 ml akuades (Pengenceran 20 kali) dan dikocok homogen. Lalu dipipet 2 ml sampel dan deret standar masing-masing, dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 10 ml larutan pereaksi pewarna P dan dikocok homogen. Dibiarkan selama 30 menit, lalu diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 693 nm. Penetapan N Total Dengan Metode Kjeldahl 1. Destruksi sampel Ditimbang 1 g contoh, dimasukkan ke dalam tabung digestion. Ditambahkan 2 ml HClO4 dan 5 ml HNO3, didestruksi hingga suhu 350 ⁰C (3-4 jam). Destruksi selesai bila keluar uap putih dan didapat ekstrak jernih (sekitar 4 jam). Tabung diangkat, didinginkan dan kemudian ekstrak diencerkan dengan air bebas ion hingga tepat 50 ml. Kocok sampai homogen, biarkan semalam agar partikel mengendap. Ekstrak digunakan untuk pengukuran N dengan cara destilasi. 2. Pengukuran N dengan cara destilasi Dipindahkan secara kualitatif seluruh ekstrak contoh ke dalam labu didih (gunakan air bebas ion dan labu semprot). Tambahkan sedikit serbuk batu didih dan aquades hingga setengah volume labu. Disiapkan penampung untuk NH₃ yang dibebaskan yaitu erlenmeyer yang berisi 10 ml asam borat 1% yang ditambah tiga tetes indikator Conway (berwarna merah) dan dihubungkan dengan alat destilasi. Dengan gelas ukur, ditambahkan NaOH 40% sebanyak 10 ml ke dalam labu didih yang berisi contoh dan secepatnya
ditutup. Didestilasi hingga volume penampung mencapai 50-75 ml (berwarna hijau). Destilat dititrasi dengan H₂SO₄ 0,050 N hingga warna merah muda. Catat volume titar contoh dan blanko. Reaksi : (NH4)2SO4 + 2NaOH 2NH4OH 4NH3 + 2H3BO3
Na2SO4 + 2 NH4OH
2NH3 + 2H2O 2(NH4)2BO3 +H2
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengukuran pH Pada Lumpur Nilai pH pada lumpur A didapat sebesar 7,20 sedangkan lumpur B sebesar 7,13. Maka dapat disimpulkan bahwa pH lumpur buangan hasil pengolahan air PDAM Tirta Pakuan Bogor dalam kondisi netral. Hasil Analisis Inlet Pengolahan Limbah Air PDAM Tirta Pakuan Bogor Data hasil analisis inlet limbah air PDAM diuji beberapa parameter dengan membandingkan berdasarkan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP58/MENLH/12/1995 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Analisis Inlet Pengolahan Limbah Air PDAM Tirta Pakuan Bogor ParameterAna lisis pH Besi (Fe) Tembaga (Cu) Kadmium (Cd)
Standar
Hasil
6-9 <0,010 <0,2 <0,001
5,99 10 3 0,1
*Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep58/MENLH/12/1995
4
Hasil Analisis Fe Pada Lumpur Hasil analisis kadar Fe dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom dapat dilihat pada Tabel2. Tabel 2. Hasil Analisis Fe Lumpur Sampel Lumpur A Lumpur B
Hasil Analisis (µg/g) 1 2 82,0 84,0 38,4 30,8
Rata-rata (µg/g) 83,0 34,6
Ket : Lumpur A = Pengambilan lumpur saat tidak hujan Lumpur B = Pengambilan lumpur saat hujan Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa kadar unsur Fe pada lumpur A dengan rata-rata 83,0 µg/g lebih banyak dibandingkan pada lumpur B dengan rata-rata 34,6 µg/L. Besi merupakan salah satu unsur hara mikro esensial bagi tanaman karena walaupun diperlukan dalam jumlah relatif sedikit, tetapi sangat besar peranannya dalam metabolisme di dalam tanaman, juga dapat merusak bila dijumpai dalam jumlah banyak (Cottenie, 1993). Hasil Analisis Mg Pada Lumpur Hasil analisis kadar Mg dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom dapat dilihat pada Tabel3. Tabel 3. Hasil Analisis Mg Lumpur Sampel Lumpur A Lumpur B
Hasil Analisis (µg/g) 1 2
Rata-rata (µg/g)
580,0
504,8
542,4
810,6
1263,2
1036,9
Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa kandungan unsur Mg didalam lumpur A dan dengan kadar rata-rata sebesar 542,4 µg/g dan pada lumpur B sebesar 1036,9 µg/g. Kandungan Mg banyak dihasilkan dari tanah dan tanaman, juga dari proses
dekomposisi limbah domestik berupa sisa sayuran yang terurai oleh air baku selama perjalanan disepanjang sungai. Unsur Mg merupakan unsur hara sedang (sekunder), yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedang, peranan Mg adalah sebagai komponen klorofil dan kofaktor dalam tanaman (Murbandono, 2001). Hasil Analisis Cu Pada Lumpur Hasil analisis kadar Cu dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 4. Hasil Analisis Cu Lumpur Sampel Lumpur A Lumpur B
Hasil Analisis (µg/g) 1 2 7,4 10,4 6,2 9,2
Rata-rata (µg/g) 8,9 7,7
Dari Tabel tersebut kadar Cu pada lumpur A dan lumpur B tidak jauh beda didapat dengan rata-rata 8,9 µg/g dan 7,7 µg/g. menurut Lahuddin (2007), Cu bersumber dari hasil pelapukan atau pelarutan mineral yang terkandung dalam bebatuan, tembaga juga berasal dari buangan bahan yang mengandung tembaga seperti industri galangan kapal, industri pengolahan kayu, dan limbah domestik. Cu merupakan unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman sangat sedikit. Dalam konsentrasi tinggi maka tembaga akan bersifat racun, tapi dalam jumlah sedikit, tembaga merupakan nutrien yang penting bagi kehidupan manusia dan tanaman (Palar, 1994). Hasil Analisis K Lumpur Hasil analisis K dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Analisis K Lumpur Sampel Lumpur A Lumpur B
Hasil Analisis (µg/g) 1 2 73,2 65,8 56,6 48,2
Rata-rata (µg/g) 69,5 52,4
5
Dari data diatas kadar K pada lumpur A lebih besar dengan rata-rata sebesar 69,5 µg/g dibandingkan dengan lumpur B dengan rata-rata sebesar 52,4 µg/g, dengan perbandingan tersebut pada lumpur A banyak mengandung unsur K, sedangkan pada lumpur B lebih rendah karena mengalami pengenceran akibat air hujan. Kalium dalam perairan alami Unsur K merupakan unsur hara yang dibutuhkan dengan kadar makro oleh tanaman dan dapat membantu sebagai pembenah tanah. Kalium dalam perairan alami relatif rendah konsentrasinya, namun sebagian besar Kalium tanah yang larut akan tercuci atau tererosi dan terbawa oleh air hujan (Rusmarkan dan Yuwono, 2002). Hasil Analisis P Lumpur Hasil analisis P dengan menggunakan Spektrofotometer dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Analisis P Lumpur Sampel Lumpur A Lumpur B
Hasil Analisis (µg/g) 1 2 43,4 42,4 28,4 16,4
Rata-rata (µg/g) 42,9 22,4
Data diatas menunjukkan kadar P pada lumpur A sebesar 42,9 µg/g dan pada lumpur B sebesar 22,4 µg/g. Kadar P pada lumpur A sangat tinggi kemungkinan karena air baku kaya akan kandungan fosfor, karena banyaknya sumber seperti ketersediaan dari alam dan ranting pohon yang terurai pada air sungai. Unsur P merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan dalam jumlah banyak. Seperti kita ketahui unsur P berperan penting dalam merangsang pembungaan dan dapat meningkatkan ketahanan terhadap gangguan hama dan penyakit pada tanaman. Sumber fosfor adalah dari hanyutan pupuk, limbah domestik, dan mineral fosfat dari alam (Saeni, 1989).
Hasil Analisis N Total Lumpur Hasil analisis kandungan N total dengan menggunakan metode Kjeldahl pada lumpur A sebesar 0,0348% sedangkan pada lumpur B didapat sebesar 0,027 %. N merupakan unsur hara makro yang sangat dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak. Peranan unsur N dalam tanaman sangat penting yaitu untuk merangsang pertumbuhan dan meningkatkan jumlah dan volume buah. Menurut Hardjowigeno (2003) sumber N berasal dari atmosfer sebagai sumber primer, dan lainnya berasal dari aktifitas didalam tanah sebagai sumber sekunder. Fungsi N didalam tanah yaitu dapat memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman, namun jika kelebihan N akan terjadi gejala yaitu kematangan tanaman terhambat, dan dapat mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit. Hasil Analisis Cd Lumpur Hasil analisis kadar Cd dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil Analisis Cd Lumpur Sampel Lumpur A Lumpur B
Hasil Analisis (µg/g) 1 2 2 2 0,00 0,00
Rata-rata (µg/g) 2 TTD
Ket : TTD = tidak terdeteksi Dari Tabel diatas didapat kadar Cd pada lumpur A dengan rata-rata sebesar 2 µg/g dan pada lumpur B tidak terdeteksi, artinya tidak ada kandungan Cd didalamnya. Menurut Lahuddin (2007) masuknya Cd pada perairan kemungkinan akibat penggunaan pestisida, dan pupuk fosfat pada pertanian yang terbawa oleh aliran sungai yang digunakan sebagai air baku untuk proses pengolahan air.
6
Hasil Analisis Pb Lumpur Hasil analisis kadar Pb dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Analisis Pb Lumpur
dapat masuk ke perairan alami. Timbal yang berasal dari batuan kapur dan galena (PbS) merupakan sumber timbal pada perairan alami (Palar, 1994).
Data Analisis Lumpur PDAM Pada hasil analisis lumpur pada Rata-rata Sampel setiap parameter yang diuji dapat (µg/g) disimpulkan pada tabel dibawah ini. Lumpur A 19,6 Tabel 9. Data Analisis Lumpur PDAM Lumpur B 14,9 Pada Tabel tersebut Dari Tabel diatas kandungan Pb menunjukkan bahwa konsentrasi yang terdapat pada lumpur A dengan rata-rata tertinggi, yaitu konsentrasi Mg sebesar 19,6 µg/g dan lumpur B sebesar 14,96 1036,9 µg/g pada lumpur B, dan µg/g. Pb merupakan jenis unsur yang konsentrasi Mg sebesar 542,4 µg/g pada berbahaya jika terdapat kandungan yang lumpur A. Menurut M. Yazid, berlebih sehingga akan mencemari banyaknya kandungan Mg lingkungan. Masuknya Pb kedalam air kemungkinan berasal dari tanah, baku kemungkinan berasal dari polusi tanaman, dan juga dari proses udara hasil bahan bakar yang dekomposisi limbah domestik berupa menggunakan timbal sebagai bahan sisa sayuran dan tanaman yang terurai bakar yang terbawa oleh air hujan dan oleh air permukaan. Kemudian masuk kedalam sungai. Timbal yang konsentrasi terkecil yaitu kadar Cd pada sebesar 2,0, sedangkan pada Tabel 9. Data Analisis lumpur LumpurAPDAM Hasil Analisis (µg/g) 1 2 19,0 20,2 13,4 16,4
Hasil Pengujian Parameter Inlet Pengolahan Lumpur A Lumpur B Air Limbah pH 5,9 7,20 7,13 Besi (Fe) <0,010 mg/L 83 µg/g 34,6 µg/g Magnesium (Mg) 542,4 µg/g 1036,9 µg/g Tembaga (Cu) <0,2 mg/L 8,9 µg/g 7,7 µg/g Kalium (K) 69,5 µg/g 52,4 µg/g Fosfor (P) 42,9 µg/g 22,4 µg/g Nitrogen (N) total 0,0348 % 0,027 % Kadmium <0,001 mg/L 2,0 µg/g TTD Timbal (Pb) 19,6 µg/g 14,9 µg/g Ket : TTD = tidak terdeteksi (-) = tidak dianalisis terbang ke udara dengan adanya embun maupun air hujan akan turun ke bumi dengan bantuan air hujan maupun air limbah rumah tangga, sehingga logam itu dapat terbawa ke sungai. Timbal yang berasal dari bahan bakar bertimbal merupakan sumber utama dari timbal di atmosfer dan daratan yang kemudian
Metode Analisis pH Meter SSA SSA SSA SSA Spektrofotometer Kjeldahl SSA SSA
lumpur B tidak terdeteksi. Cd merupakan salah satu logam berat yang sifatnya beracun karena Cd tidak dibutuhkan oleh suatu organisme (Laws, 1981). Menurut Lahuddin, (2007) penambahan Cd pada perairan terjadi melalui penggunaan pupuk 7
fosfat, pupuk kandang, dan dari buangan industri yang menggunakan bahan bakar batubara yang terbawa oleh air hujan sehingga masuk kedalam perairan. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pengujian dan pengolahan data yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Lumpur dari proses pengolahan air di PDAM Tirta Pakuan Bogor dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran pupuk organik. Hal ini dapat dilihat dari kandungan unsur hara makro dan mikro yang terdapat pada lumpur K, yaitu 69,5 µg/g pada lumpur A dan 52,4 µg/g pada lumpur B, kandungan P lumpur A sebesar 42,9 µg/g dan lumpur B sebesar 22,4 µg/g, kadar Fe lumpur A sebesar 83 µg/g dan lumpur B sebesar 34,6 µg/g, kadar Mg lumpur A sebesar 543,4 µg/g dan lumpur B sebesar 1.036,9 µg/g, kadar Cu lumpur A sebesar 8,9 µg/g dan lumpur B sebesar 7,7 µg/g, sedangkan N total lumpur A sebesar 0,0348 % sedangkan pada lumpur B didapat sebesar 0,027 %. 2. Lumpur yang dihasilkan dari proses pengolahan air di PDAM Tirta Pakuan Bogor mengandung logam Pb dan Cd.
DAFTAR PUSTAKA Cottenie, A. 1983. Trace Elements In Agriculture and In The Environment. Laboratory of Analytical and Agrochemistry. Faculty of Agriculture, State University of Ghent, Belgium. Hardjowigeno. 1989. Ilmu Tanah. Departemen Balai Penelitian Tanah. Bogor. Lahuddin, 2007. Logam Sumatera Utara
Berat.
Laws, E. A. 1981. Aquatic Pollution. New York : John Wiley and Sons Inc. Murbandono, L. 2001. Membuat Kompos, Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta. Palar, H.. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. PT. Jakarta: Rineka Cipta PDAM. 2012. Informasi Pengguna Air Bersih. Bogor. Rusmarkan, A. dan Yuwono, N. W. 2002. Ilmu Kesuburan tanah. Kanisius. Yogyakarta. Saeni, M.S. 1989. Kimia Lingkungan. Bogor : Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat-DIKTI.
UCAPAN TERIMAKASIH Penyusun mengucapkan kepada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Pakuan Kota Bogor, dan Laboratorium BALITNAK, Ciawi, Bogor yang telah memfasilitasi dan memberikan kesempatan atas terselenggaranya penelitian ini.
8