KEBIJAKAN ANGGARAN BIDANG KESEHATAN MARDIASMO WAKIL MENTERI KEUANGAN RI RAPAT KERJA KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2017 JAKARTA, 28 FEBRUARI 2017
Kesehatan & pendidikan pondasi hadapi era persaingan…. "Tahun 2025 hingga 2035 kita akan mendapatkan bonus demografi, tapi kalau kualitasnya tidak kita perbaiki, skill-nya tidak kita upgrade, itu akan jadi beban negara,"
Presiden Jokowi pada penyerahan PKH, KIS, dan PMT di Ambon, Maluku, Rabu (8/2) siang. (Foto: Humas/Agung/Setkab)
“Harus disiapkan betul anak-anak kita agar nanti pintar-pintar, pandai-pandai, sehatsehat, dan bisa memenangkan persaingan antara negara kita dengan negara (lain),” http://setkab.go.id/serahkan-347-kis-di-ambon-presiden-laporkan-kalau-tidak-dilayani-semestinya/ http://www.antaranews.com/berita/611360/presiden-jokowi-kesehatan--pendidikan-pondasi-hadapi-era-persaingan
KEMENTERIAN KEUANGAN
2
Pondasi yang memberikan nilai tambah bagi Indonesia, sebagai bangsa maju dan kompetitif, disiapkan oleh Kementerian yang memiliki dan memegang teguh nilai-nilai luhur birokrasi yang ekselen…. Pro Rakyat
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, Kementerian Kesehatan selalu mendahulukan kepentingan rakyat dan harus menghasilkan yang terbaik untuk rakyat. Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku, golongan, agama dan status sosial ekonomi.
Inklusif
Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan semua pihak, karena pembangunan kesehatan tidak mungkin hanya dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan saja. Dengan demikian, seluruh komponen masyarakat harus berpartisipasi aktif, yang meliputi lintas sektor, organisasi profesi, organisasi masyarakat pengusaha, masyarakat madani dan masyarakat akar rumput.
Responsif
Program kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat, serta tanggap dalam mengatasi permasalahan di daerah, situasi kondisi setempat, sosial budaya dan kondisi geografis. Faktor-faktor ini menjadi dasar dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang berbeda-beda, sehingga diperlukan penangnganan yang berbeda pula.
Efektif
Program kesehatan harus mencapai hasil yang signifikan sesuai target yang telah ditetapkan dan bersifat efisien.
Bersih
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), transparan, dan akuntabel.
KEMENTERIAN KEUANGAN
3
…masih dibutuhkan kerja keras, mengoptimalkan sumber daya pembangunan
meskipun supply layanan kesehatan meningkat, namun berada di bawah negara tetangga 3.000
120.000
2.500
100.000
2.000
80.000
1.500
60.000
1.000
40.000
500
20.000
Singapura
Malaysia
RI
0
0 2012
2013
2014 Jumlah RS
2015
Sumber: sirs.buk.depkes.go.id
Jumlah RS dan jumlah dokter terus meningkat, khususnya pada 2013 mengalami peningkatan tinggi, kemudian meningkat dengan perlambatan.
Dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia dan Singapura serta negara maju, penyediaan layanan kesehatan masih sangat kurang, dinilai dari rasio dokter/penduduk dan rasio jumlah tempat tidur/penduduk
4
Pembangunan ekonomi Indonesia untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat, namun terdapat tantangan yang harus diselesaikan
MASYARAKAT YANG ADIL DAN MAKMUR
TANTANGAN EKONOMI DALAM NEGERI
KEMENTERIAN KEUANGAN
Mengentaskan Meningkat Mengura kan Kemiskinan ngi produktivit Ketimpan as dan gan Kapasitas daya saing Tingkat Pasar Infrastructure, Inovasi yang rendah
Produktivitas Rendah
produksi yang terbatas
Technology, and Skill Gap
Daya Saing Rendah
Keuangan Dangkal
Kemiskinan & Ketimpangan
5
Salah Satu Faktor Kunci Keberhasilan Menjaga Kinerja Perekonomian Adalah Efektivitas APBN Sebagai Instrumen Penting Dalam Pengelolaan Ekonomi 2.500
18,1
2.000 1.500
1.491,2
18,2 1.650,4
16,9 1.777,3
30 15,7
16,5
15,2
20
2.082,9
2.080,5
10
1.806,4
0
Transfer ke Daerah dan Dana Desa Belanja Pem Pusat
-10
1.000
-20
500
-30
0
% thd PDB
-40
2012
Mendukung Daya Beli
Gaji/Pensiun (Rp343,4 T)
Subsidi Masyarakat /transfer keluarga miskin (Rp204,6 T)
2013
2014
2015
Investasi membangun produktivitas dan daya saing
belanja infrastruktur (Rp387,7 T) belanja pendidikan (20% APBN) belanja kesehatan (5% APBN) belanja riset/litbang (Rp15,3 T)
2016
2017
Membangun institusi
belanja legislatif (DPR, DPD, MPR) (Rp6,1 T) Yudikatif (MA, MK, Pengadilan seluruh Indonesia) (Rp8,4 T) Eksekutif (Pusat, Pemda)
Menjaga stabilitas dan keamanan
Belanja Kemhan/TNI (Rp108 T) Belanja POLRI (Rp84 T)
6
KEMENTERIAN KEUANGAN
Sejak tahun 2015 : perbaikan kualitas belanja, Mengarah ke belanja yang lebih produktif Awal Reformasi
Komitmen Reformasi
Alokasi Anggaran (trillion rupiah)
450,0
416,1Pendidikan 387,3 Infrastruktur
375,5
400,0
350,3
350,0
Δ 2017 : 2014
10, 8% 117,7 %
300,0 250,0 177,9
200,0 150,0 100,0
104,0 Kesehatan 77,3 Subsidi Energi
67,5
50,0
54,1% 77,9 %
0,0 2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Sumber: MoF
KEMENTERIAN KEUANGAN
7
Pelaksanaan APBNP 2016 aman dengan defisit 2,46% PDB, sehingga kredibilitasnya terjaga di tengah tantangan global
Memberikan keyakinan pada pasar dan pelaku ekonomi bahwa APBN dapat dikelola dengan baik dan sustainable dalam jangka menengah 2016 DESKRIPSI (trililun rupiah) A. PENDAPATAN NEGARA I. PENDAPATAN DALAM NEGERI 1. Penerimaan Perpajakan 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak II. PENERIMAAN HIBAH B. BELANJA NEGARA I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 1. Belanja K/L 2. Belanja non K/L II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 1. Transfer ke Daerah 2. Dana Desa C. KESEIMBANGAN PRIMER D. SURPLUS/ (DEFISIT) ANGGARAN (A - B) % Surplus/ (Defisit) Terhadap PDB E. PEMBIAYAAN ANGGARAN (I + II) I. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI II. PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto) KELEBIHAN/(KEKURANGAN) PEMBIAYAAN ANGGARAN
KEMENTERIAN KEUANGAN
Outlook (Penghematan)
APBNP
2017 Realisasi Sementara
% thd Outlook (Penghematan)
APBN
1.786,2
1.582,9
1.551,8
98,0
1.750,3
1.784,2 1.539,2 245,1
1.580,9 1.320,2 260,7
1.546,0 1.283,6 262,4
97,8 97,2 100,6
1.748,9 1.498,9 250,0
2,0
2,0
5,8
295,2
1,4
2.082,9
1.898,6
1.859,5
97,9
2.080,5
1.306,7 767,8 538,9
1.195,3 672,0 523,3
1.148,6 677,6 471,0
96,1 100,8 90,0
1.315,5 763,6 552,0
776,3 729,3
703,3 659,1
710,9 664,2
101,1 100,8
764,9 704,9
47,0
44,2
46,7
105,7
60,0
(105,5) (296,7) (2,35) 296,7
(126,4) (315,7) (2,50) 315,7
(124,9) (307,7) (2,46) 330,3
98,8 97,5 104,6
(109,0) (330,2) (2,41) 330,2
299,3 (2,5) 0,0
319,1 (3,4) (0,0)
344,9 (14,6) 22,7
108,1 -
357,0 (26,9)
8
Indonesia bisa menjaga Keseimbangan Ekonomi & Pembangunan : dengan Defisit Anggaran yang rendah, pertumbuhan ekonomi salah satu yang tertinggi
6,7
5,3 2,1
0,6
1,0
2,7
2,1
-0,7 -3,3
-0,2
Thai
Indonesia
Sumber: World Economic Outlook – IMF, Oktober 2016 & CEIC, diolah
KEMENTERIAN KEUANGAN
-1,1
-3,0
Italy
Aus
Malaysia
S. Africa
Brazil
UK
-7,5
India
Japan
-7,7
-3,4
2,9
2. Average deficit in the last 5 years (%) 0
-5,9
US
-6,2
-4,9
-3,9
4,4
Turkey
2,0
5. 5
9
20
KEMENTERIAN KEUANGAN
39 44 27 31 36 49 51 52 56 76 66 68 133
107
89
1.338,98 997,03
2016 32.224,33 62.019,94
85.635,43
249
4.945,33 4.265,75 933,74 1.665,06 2.917,28 2.467,74 2.500,53
2006
6.017,02 7.200,12 1.157,41
Rasio utang thd PDB(%)
Sumber: World Economic Outlook – IMF, Oktober 2016, diolah
Argentina Brazil India Japan Malaysia Mexico Philippines Russia South Africa Thailand Turkey United Kingdom United States Vietnam Indonesia
Chile Indonesia Turkey Philippines Australia Thailand Colombia South Africa Poland Malaysia India Germany Brazil United Kingdom United States Italy Japan
Pengelolaan Utang yang terjaga untuk mendukung Pembangunan : Tingkat utang publik Indonesia salah satu yang relatif rendah
Utang per kapita (US$)
10
Tantangan Pengelolaan APBN adalah menyusun perkiraan pendapatan yang akurat, dan kredibel, serta belanja yng efektif dan efisien
Penerimaan Proyeksi & Estimasi
Komitmen
Membuat estimasi penerimaan yang akurat dan kredibel Peningkatan kapasitas mengumpulkan penerimaan negara
Rasio penerimaan perpajakan masih rendah
Reformasi perpajakan Sangat dibutuhkan
KEMENTERIAN KEUANGAN
Belanja
Membuat keputusan belanja yang strategis
Efektif dan memperbaiki fondasi Indonesia
Mengurangi kemiskinan, kesenjangan, dan menciptakan kesejahteraan yang merata
Memerangi inefisensi dan korupsi
Reformasi belanja menuju efisiensi dan efektifitas
11
Tantangan belanja negara
Meningkatkan kualitas, efektivitas dan efisiensi EFISIENSI
DAYA SERAP
KORUPSI
Mandatory Spending dan belanja wajib relatif besar. Serta belanja bersifat operasional masih tinggi
Belanja K/L masih berkisar 90%-95% dan masih menumpuk pada triwulan III dan IV
Masih terjadi korupsi dan tindakan yang merugikan keuangan negara
PERENCANAAN Harus dilakukan sejak awal (Januari tahun sebelumnya) dan dalam dimensi medium term expenditure framework (MTEF)
Tingkat Penyerapan Belanja K/L 597,3 572,8
2014
795,5 732,1
Belanja Operasional
767,8 677,6
272,3 261,4
319,2
175,9 194,6
2015
2016
2013
2014
2015
2016
2017
APBNP
KEMENTERIAN KEUANGAN
12
Kebijakan Penganggaran Bidang Kesehatan
1 3
KEMENTERIAN KEUANGAN
Anggaran untuk kesehatan dalam APBN tidak hanya dari belanja K/L (Kementerian Kesehatan) Anggaran Kesehatan dalam APBN dialokasikan melalui: 1. Belanja K/L a. Yang memiliki tusi terkait kesehatan Kemenkes, BKKBN, Badan POM b. Yang memiliki kegiatan pengelolaan rumah sakit Polri dan Kemenhan 2. Belanja non K/L a. Jaminan Pelayanan Kesehatan oleh Pemerintah (Iuran BPJS untuk PNS)
b. Cadangan anggaran kesehatan 3. Transfer ke daerah a. DAK Fisik (Kesehatan dan Keluarga Berencana) b. DAK Non Fisik (Bantuan Operasional Kesehatan/BOK dan Bantuan Operasional KB) c. Dana Otsus yang diperkirakan untuk anggaran kesehatan 4. Pembiayaan anggaran a. Penyertaan Modal Negara kepada BPJS Kesehatan untuk Program Dana Jamsos Kesehatan
KEMENTERIAN KEUANGAN
14
Anggaran Kesehatan terus meningkat, seiring dengan peningkatan volume belanja negara (naik rata-rata 18,7% per tahun) Anggaran Kesehatan, 2009-2017
Rp Triliun
% 6,0
160,0 5,0
140,0 3,8
100,0 80,0
5,0 5,0
120,0 2,7
2,8
3,0
4,0
3,3 2,7
2,8
3,0
60,0
2,0
40,0 1,0
20,0 -
2009
2010
2011 2012 APBNP
2013 2014 Real
2015 2016 % thd BN
2017
1. Anggaran kesehatan dialokasikan melalui : belanja KL, transfer ke daerah, dan pembiayaan; 2. Sejak tahun 2016, anggaran kesehatan dialokasikan 5% dari APBN; 3. Peningkatan anggaran kesehatan sejak tahun 2016 utamanya dialokasikan untuk peningkatan dan perluasan layanan kesehatan, baik dari sisi demand (BPJS Kesehatan) dan supply.
KEMENTERIAN KEUANGAN
Komponen Anggaran Kesehatan 1. Melalui Belanja Pemerintah Pusat
2015
2016
2017
Real
APBNP
APBN
54,6
76,1
75,2
50,2
70,1
65,4
45,9
62,7
58,3
ii. Badan POM
1,0
1,5
1,8
iii. BKKBN
2,2
3,6
3,4
4,4
6,0
9,8
4,4
5,5
5,7
2. Melalui Transfer ke Daerah dan Dana Desa
7,4
21,2
25,2
A. DAK Kesehatan dan KB B. Perkiraan Otsus Papua untuk Kesehatan
6,3 1,1
16,5 1,2
24,0 1,2
5,0
6,8
3,6
67,0
104,1
104,0
1.796,6
2.082,9
2.080,5
3,7
5,0
5,0
A. Melalui K/L a.l. i. Kementerian Kesehatan
B. Melalui BA BUN a.l. - Jaminan Pelayanan Kesehatan oleh Pemerintah
3. Melalui Pembiayaan 4. Anggaran Kesehatan (1 + 2 + 3) 5. Total Belanja Negara RASIO ANGGARAN KESEHATAN (%)
15
Kemenkes Mendapatkan Pagu Alokasi TERBESAR KE-5 dalam 2 tahun terakhir (2016 – 2017) Rp T
108,0 108,7
KEMENHAN
70,0
101,5 97,1
KEMEN PUPR
KEMENAG
60,2 56,2
KEMENKES
58,3 62,7
KEMENKEU
40,8 38,1
KEMENDIKBUD
39,8 43,6
30,0 20,0 -
163,2 171,0
K/L Lainnya
0
40
80
18,9
10,0
22,1 27,6
KEMENTAN
58,3
40,0
39,7 40,6
KEMENRISTEKDIKTI
APBNP Real
50,0
APBN 2017 : Rp763,6 T
46,0 42,9
KEMENHUB
62,7
60,0
84,0 79,3
POLRI
Perkembangan Anggaran Kemenkes 2009-2017
120
160
200
Pagu Kemenkes mengalami kenaikkan 3 kali lipat dalam periode 2009-2017
Penyerapan Belanja rata-rata sekitar 94%
16
Capaian 2016, Target 2017, serta Evaluasi Pembangunan Bidang Kesehatan
1 7
KEMENTERIAN KEUANGAN
Realisasi Anggaran Kesehatan Pada Tahun 2016 Berada Pada Kisaran 88% Dari Pagu, Utamanya Disebabkan Kebijakan Penghematan Tahap II Pelaksanaan APBNP 2016 (Triliun Rupiah)
Anggaran Kesehatan
120
Realisasi: 2015 89,6% 2016 88,6%
104,1
2016 Uraian
Target
Real
92,4
91,1
4.001.210
4.006.979
n.a
80,7
30,5
26,1
n.a
201
1
KIS/PBI ( juta jiwa)
2
Imunisasi Dasar Lengkap Anak Usia 0-11 bulan (bayi)
3
Persentase Kab./Kota (%) Imunisasi Lengkap
4
Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak baduta (bawah dua tahun)
20
5
RS terakreditasi (RSUD)
0
6
Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas
92,5
81,5
7
Jumlah Kab. Eliminasi Malaria
245
247
92,3
100 80
74,8
67,0
60 40
APBNPRealisasi 2015
belanja K/L
APBNPRealisasi 2016
non K/L
18
KEMENTERIAN KEUANGAN
Dalam Tahun 2017, Anggaran Kesehatan Tetap Dijaga 5% Dengan Fokus Memperkuat Upaya Promotif Dan Preventif, Serta Meningkatkan Akses Dan Mutu Pelayanan Kesehatan
KEMENTERIAN KEUANGAN
19
Evaluasi PBI JKN: Coverage PBI Telah Menunjukkan Peningkatan Penduduk Miskin Yan Terlindungi, Tapi Masih Lebih Rendah Dibanding Negara Lain Thailand
Philippines
China
Vietnam
Mexico
Indonesia
2001
2005
2002
2003
2003
2014
65.4 juta (98%)
73.7juta (78%)*
1.304juta (95%)
65.3juta (72%)*
111.7juta (92%)
156.79juta (61%)
Pembiayaan program
• Pemerintah pusat • Sin taxes (informal)
• Pemerintah pusat • Pemerintah daerah • Iuran peserta (formal) • Sin taxes (th 2013)
• Pemerintah pusat • Pemerintah daerah • Iuran peserta
• Pemerintah pusat • Pemerintah daerah • Iuran peserta
• Pemerintah pusat • Pemerintah daerah • Iuran peserta
• Pemerintah pusat • Pemerintah daerah • Iuran peserta
Badan Penyelenggara
Beberapa penyelengg ara di tingkat nasional
Satu penyelenggara tingkat nasional
Satu penyelenggara di masingmasing daerah
Satu penyelenggara di tingkat nasional
Satu penyelenggara di masingmasing daerah
Satu penyelenggara tingkat nasional
Tahun dimulai Cakupan (thn 2015)
* tahun 2014 Sumber: World Bank, WHO, jointlearningnetwork
KEMENTERIAN KEUANGAN
20
Evaluasi PBI JKN: Sebagai Salah Satu Program Bantuan Sosial Terbesar, Ketepatan Sasaran Penerima PBI-JKN Sudah Membaik Namun Masih Perlu Dilakukan Perbaikan Tahun 2015 masih terdapat 53% dari 20% masyarakat termiskin yang belum terjangkau PBI, sehingga perlu penyempurnaan basis data Jumlah Penerima JKN-PBI tahun 2015 – Manfaat yang diterima berdasarkan desil
Kesalahan Penentuan Sasaran Berkurang
20%
0
18% 14,0% 13,3% 12,3% 11,0% 10,1% 8,6%
14%
Incidence
12% 10% 8%
Poin Persen
16%
15,7%
6,9% 5,4%
6% 4%
-5
-10
2,8%
2% 0% 1
2
3
4
5 6 7 8 9 10 Expenditure decile (Target 40% termiskin)
-15 Exclusion Error
Inclusion Error
Sumber: Susenas 2015
KEMENTERIAN KEUANGAN
21
KesiapanLayananPuskesmas, Serta Gap Antara Daerah Perkotaan Dan Perdesaan PerluMendapatkan Perhatian
2007 Training Adult Scale
Adult Scale
BP apparatus
BP apparatus
Measurement tape
Measurement tape
Stethoscope
Stethoscope
Blood glucose test
Blood glucose test
Urine test
Urine test
Medicine (eg. metformin)
Medicine (eg. metformin)
0
20
40
Rural
Training
2014
60
80
100
Urban
0
20
Percentage (%) Source: IFLS 2007 & 2014
40% Puskesmas tidak bisa mendeteksi kencing manis potensi biaya tinggi apabila tidak terdeteksi dini
40
60
80
100
Percentage (%) Source: IFLS 2014
Masih terdapat kesenjangan layanan puskesmas di daerah perkotaan dan terpencil
Kajian Worldbank, 2016
22
Kebijakan Promotif dan Preventif
KEMENTERIAN KEUANGAN
23
Anggaran Kesehatan Pemerintah, Didominasi Oleh Intervensi Yang Bersifat Kuratif Mengurangi Resource Untuk Upaya Preventif Komposisi anggaran fungsi kesehatan 2013 dan 2015
100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
35 49,8
9 8 36
Other (administrationrelated)
Komposisi funsi kesehatan menurut jenis belanja 100%
57
Social Assistance Capital
40%
8
Goods and services
20%
23
80% 60%
Other health 6 5 32
10
6
2013
2015
Research and Development
0%
12 2014
Source: World Bank COFIS database using MoF data
Dari komposisi anggaran kesehatan berdasarkan sub fungsi dan jenis belanja menunjukkan intervensi kuratif masih dominan, yang mencakup : bantuan sosial (PBI, mendanai tindakan kesehatan di RS/Puskesmas); obat-obatan dan peralatan medis. Intervensi yang bersifat preventif seperti kesehatan ibu hamil, nutrisi, dan distribusi vaksin masih relatif kecil (tahun 2015) perlu dianalisis untuk tahun yang lebih update Kajian Worldbank, PER 2016
24 KEMENTERIAN KEUANGAN
Alokasi Anggaran dan Realisasi Promotif, Preventif dan Kuratif Kementerian Kesehatan 2014-2017
Alokasi Anggaran (Triliun Rupiah) 30,000
23,401
25,613
20,445
25,558
20,000 10,000
2,048 2,446
2,717 2,697
3,018 4,581
2,331 3,140
2014
2015
2016
2017
-
promotif Upaya Kesehatan
2014 Alokasi
preventif
kuratif
2015
Realisasi
Alokasi
2016
Realisasi
Alokasi
2017
Realisasi
Alokasi
Promotif
2,048
1,721
2,717
2,334
3,018
2,639
2,331
Preventif
2,446
2,455
2,697
2,246
4,581
3,477
3,140
23,401
23,369
20,445
19,951
25,613
24,893
25,558
Kuratif
KEMENTERIAN KEUANGAN
25
Pendekatan Upaya Kesehatan
REHABILIT ATIF
KURATIF
4
3
PREVENTI F
2
PROMOTI F
1
Dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan
Promotif
KEMENTERIAN KEUANGAN
Preventif
26
Penganggaran Bidang Kesehatan pada Transfer ke Daerah
2 7
KEMENTERIAN KEUANGAN
DAK Fisik: Konsep, Tujuan, dan Distribusi
• Pengertian: 1. dialokasikan untuk daerah tertentu 2. mendanai kegiatan khusus urusan daerah 3. sesuai dengan prioritas nasional. • Tujuan: 1. membantu penyediaan infrastruktur 2. mendorong pencapaian prioritas nasional 3. mengatasi ketimpangan layanan publik antar daerah PERMASALAHAN 1. Pengalokasian, bersifat topdown, berakibat: mismatch alokasi dengan kebutuhan daerah Ketidaksinkronan perencanaan pusat-daerah komitmen daerah kurang. 2. Penyaluran : Berdasarkan pagu alokasi per daerah Belum berdasarkan kinerja penyerapan 3.Pelaporan, hanya laporan realisasi dana 4. Pelaksanaan: Wajib dana pendamping 10% Juknis terlambat
KEMENTERIAN KEUANGAN
Formulasi DAK 2015 & sebelumnya
28
Perbandingan DAK 2016 vs DAK 2017 DAK 2016 Belum mendorong penerapan MTEF Menu kegiatan yang merupakan satuan terkecil Usulan Daerah tidak dapat dihitung biaya satuannya Tidak terlihat skala prioritas bagi daerah dalam pengusulannya Penilaian Usulan Daerah dilakukan oleh 2 instansi pusat K/L menilai kelayakan kegiatan dan target output Kemenkeu menilai kinerja penyerapan DAK tahun-tahun sebelumnya Belum adanya proses sinkronisasi dan harmonisasi pada level provinsi terhadap usulan kegiatan yang akan didanai DAK Penyaluran dan pelaporan realisasi penggunaan DAK dilakukan per bidang Daerah tidak diwajibkan menyampaikan soft copy usulan DAK Daerah tidak diwajibkan menyediakan Dana Pendamping
KEMENTERIAN KEUANGAN
DAK 2017 Mendorong penerapan MTEF Menu kegiatan yang merupakan satuan terkecil Usulan Daerah dirancang agar dapat dihitung biaya satuannya Urutan kegiatan yang diusulkan oleh daerah menunjukkan skala prioritas kegiatan bagi daerah Penilaian Usulan Daerah dilakukan oleh 3 instansi pusat K/L menilai kelayakan usulan kegiatan, target output kegiatan, dan kewajaran biaya satuan Bappenas menilai skala prioritas usulan kegiatan Kemenkeu menilai kinerja penyerapan DAK tahuntahun sebelumnya dan kewajaran biaya satuan Adanya proses sinkronisasi dan harmonisasi pada level provinsi terhadap usulan kegiatan, lokasi pelaksanaan kegiatan, dan link antar kegiatan Penyaluran dan Pelaporan Realisasi Penggunaan DAK dilakukan per Bidang Daerah wajib mengirimkan usulan dalam bentuk hard copy dan soft copy (ms. Excel) sehingga memudahkan pengolahan data Daerah tidak diwajibkan menyediakan Dana Pendamping
29
DAK Fisik: Mekanisme Pengalokasian Proposal Based
Maret
April-Mei
•Penetapan Bidang/Subbidang
Oktober •Penetapan Alokasi DAK per Daerah
Sept-Okt •Pembahasan RUU APBN bersama DPR
Juli-Agustus Sinkronisasi dan Harmonisasi rencana kegiatan DAK di Provinsi
Juni
•Penyusunan dan Penyampaian Usulan DAK
•Penilaian dan Pembahasan hasil penilaian oleh K/L, Bappenas, dan Kemenkeu
Agustus
Agustus
•Pertimbangan DPD atas arah kebijakan DAK
Juli-Agustus
•Penghitungan alokasi sementara DAK
•Penentuan pagu per jenis/Bidang/ subbidang
PENILAIAN DAN HASIL PENILAIAN USULAN DAK DI PUSAT K/L Teknis
Penilaian mengacu pada: a. data teknis Usulan DAK; b. perbandingan data teknis usulan daerah dengan data teknis K/L; c. tingkat pencapaian SPM; d. target output dan outcome: • jangka menengah; • per tahun secara nasional.
KEMENTERIAN KEUANGAN
Bappenas Menilai usulan skala prioritas per bidang/subbidang mengacu pada: a. Data teknis Usulan DAK; b. lokasi prioritas; c. Sinkronisasi kegiatan sesuai RKPD dan RPJMD dengan prioritas nasional dalam RKP dan RPJMN.
Kemenkeu Menilai satuan biaya: a.Standar Biaya Masukan; b.Standar Biaya Keluaran usulan K/L; c.Indeks kemahalan konstruksi. d.kinerja penyerapan DAK dan tingkat capaian output fisik tahun sebelumnya.
30
Jenis Dan Kebijakan DAK Fisik Tahun 2017 1. DAK REGULER Untuk membantu pemenuhan SPM dalam pelayanan publik dan mendukung kegiatan perekonomian daerah 1) Pendidikan; 2) Kesehatan; 3) Perumahan dan Permukiman; 4) Pertanian; 5) Kelautan dan Perikanan; 6) Sentra Industri Kecil; dan 7) Pariwisata
2. DAK PENUGASAN
• Untuk pencapaian sasaran prioritas nasional dalam RKP • Menu dan lokus terbatas
1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
Pendidikan SMK; Kesehatan (Rumah Sakit dan Rujukan); Air Minum; Sanitasi; Jalan; Pasar; Irigasi; dan Energi Skala Kecil
3. DAK AFFIRMASI
Untuk mempercepat penyediaan infrastruktur dan sarana/prasarana di daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan, dan transmigrasi
1) Perumahan dan Permukiman; 2) Transportasi (Transportasi Desa, Dermaga Kecil, dan Tambatan Perahu) 3) Kesehatan (Puskesmas)
KEBIJAKAN DAK FISIK: 1. Mempertajam fokus bidang/sub bidang dan kegiatan DAK Fisik. 2. Mengalokasikan DAK Fisik berdasarkan usulan daerah dan prioritas nasional dengan memperhatikan perubahan kewenangan dari kabupaten/kota ke provinsi. 3. Memberikan afirmasi untuk daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan, dan transmigrasi. 4. Melakukan sinkronisasi dan harmonisasi antar bidang/subbidang DAK, antar daerah, antara DAK dengan nonDAK. 5. Mempercepat penetapan Juknis/Juklak DAK dengan Perpres dan berlaku 3 tahun. 6. Melakukan penyaluran DAK Fisik berbasis kinerja pelaksanaan.
KEMENTERIAN KEUANGAN
31
Perbaikan Pelaksanaan DAK Fisik Percepatan penyampaian informasi alokasi DAK kepada daerah untuk digunakan sebagai dasar penyusunan APBD; Percepatan penetapan Juknis DAK;
Penetapan target output kegiatan per bidang oleh Kementerian/Lembaga teknis sebagai dasar pembahasan rincian kegiatan dengan masing-masing daerah. Penyaluran DAK dilaksanakan berdasarkan penyerapan dana dan capaian hasil kegiatan (output).
kinerja
Perbaikan sistem pelaporan realisasi penyerapan dan dan capaian hasil kegiatan (output) : berbasis aplikasi web, Terintegrasi (1 laporan, namun dapat digunakan untuk semua K/L), sederhana, dan dapat digunakan utk dasar penyaluran, monev, pengendalian, dan pengalokasian DAK TA berikutnya. Penguatan sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan DAK fisik.
32 KEMENTERIAN KEUANGAN
Perbaikan Petunjuk Teknis DAK Fisik Melalui Perpres Juknis DAK Fisik TUJUAN: Memberikan informasi yang cepat kepada pemerintah daerah mengenai ruang lingkup menu kegiatan dan sasaran/target DAK Fisik per bidang untuk dasar menyusun penyusunan APBD; Mempercepat penetapan Juknis tepat waktu sebelum TA dimulai; Memberikan panduan bagi pemerintah dalam melaksanakan/mengelola kegiatan DAK Fisik. MANFAAT: Memberikan kepastian bagi Pemda dalam melaksanakan DAK Fisik; Mempercepat pelaksanaan DAK Fisik di daerah dengan penetapan juknis yang tepat waktu; Memperkuat landasan hukum pelaksanaan DAK Fisik.
KEMENTERIAN KEUANGAN
PENETAPAN DAN MASA BERLAKU: Perpres ditetapkan paling lambat 1 bulan sejak Perpres Rincian APBN 2017 ditetapkan; Perpres berlaku 3 tahun untuk memberikan panduan yang bersifat jangka menengah bagi Pemda; Perubahan atas ketentuan Perpres dengan Peraturan Menteri. MATERI JUKNIS, antara lain: Ketentuan umum pelaksanaan DAK; Tatacara pelaksanaan DAK masingmasing bidang; Tatacara pelaksanaan sisa DAK; Penetapan target/sasaran output kegiatan perbidang/subbidang; Tatacara pelaporan teknis/capaian output kegiatan.
33
Sebaran Alokasi dan Target Output DAK Fisik 2017
Kalimantan Rp6,83T
Sulawesi Rp9,99T
Sanitasi Maluku & Papua Rp8,21T
Maluku
Sumatera Rp15,99T
Bali
Nusa Tenggara
Jawa Rp11,86T
• Baru : 5.000 Ha • Rehab :755.200 Ha • 10.000 unit embung
KEMENTERIAN KEUANGAN
Air Minum
Bali & Nusa Tenggara Rp5,45T
Irigasi dan Pertanian
Jala n Pendidikan • Rehab Ruang Belajar: 27.140 unit • Ruang Kelas Baru: 3.590 unit
169.500 SR 1.026 unit IPAL USK 348.000 unit tangki septik individu TPS 3R sebanyak 700 unit.
Kondisi Mantap: Provinsi: 71,75% Kab/Kota: 60,76%
Kesehata n • Rumah Sakit : 453 unit • Puskesmas : 5.059 unit
• 448 SPAM bagi 716.352 rumah tangga. • Akses air minum layak bagi 688.436 rumah tangga
Perumaha n 49.000 rumah untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
34
DAK Fisik: Postur DAK Fisik dalam APBN 2017 (dalam trilliun Rupiah)
JENIS & BIDANG DAK Dana Alokasi Khusus Fisik A. DAK Reguler 1. Pendidikan 2. Kesehatan dan KB 3. Perumahan, Air Minum dan Sanitasi
0,7
6. Kelautan dan Perikanan
1,1
7. Prasarana Pemda
0,3
8. Lingkungan Hidup & Kehutanan
1,4
1,3
11. Penyelesaian Kurang Salur
0,6
DAK AFIRMASI (Air Minum, Sanitasi, Irigasi dan Kesehatan)
B.
DAK Reguler
APBN 2017 58,3
20,4
1.
Pendidikan
2.
Kesehatan dan KB
3.
Perumahan dan Permukiman
0,6
4.
Pertanian
1,6
5.
Kelautan dan Perikanan
0,9
6.
Sentra IKM
0,5
7.
Pariwisata
DAK Penugasan
6,1 10,0
0,5 34,5
1.
Pendidikan SMK
1,9
2.
Kesehatan (RS Rujukan dan Pratama)
4,8
3.
Air Minum
1,2
4.
Sanitasi
5.
Jalan
19,7
6.
Pasar
1,0
7.
Irigasi
4,0
8.
Energi Skala Kecil (Listrik)
0,5
0,8
Sarana Prasarana Perdagangan (Sarana 10. Perdagangan, IKM dan Pariwisata)
Sarpras Penunjang (Jalan, Irigasi, Air Minum, Kesehatan dan Pasar)
A.
15,4
0,5
Transportasi (Infrastruktur Jalan, Perhubungan, dan Transportasi Desa)
Dana Alokasi Khusus Fisik
2,7
5. Energi Skala Kecil
13. Tambahan DAK B. DAK IPD
KEMENTERIAN KEUANGAN
62,3
4,1
12.
C.
89,8
4. Kedaulatan Pangan
9.
JENIS & BIDANG DAK
APBN P 2016
45,1 10.3 24,8 2,6
C.
DAK AFIRMASI
1,2
3,5
1.
Perumahan dan Permukiman
0,4
2.
Transportasi (Jalan dan TransDes)
0,8
3.
Kesehatan (Puskesmas)
2,2
35
Rancangan DAK Fisik 2018
Jenis DAK
APBN 2017
RAPBN 2018
Pengertian Selisih
DAK Reguler
20.396,3
30.858,1
10.461,8
DAK Penugasan
34.466,8
36.541,4
2.074,6
3.479,2
7.996,2
4.517,0
58.342,3
75.395,7
17.053,4
DAK Afirmasi Total DAK Fisik
DAK bertujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
Kebijakan Umum • Penyempurnaan Jenis & Bidang DAK Fisik sesuai prinsip money follow program, berbasis proposal, serta sinkronisasi DAK dg belanja K/L • Penguatan peran Propinsi dalam sinkronisasi usulan DAK Fisik daerah • Pelaksanaan penyaluran DAK Fisik melalui KPPN, dengan meningkatkan kualitas pelaporan output DAK Fisik (berbasis spatial) digunakan sebagai bahan informasi dalam pengambilan kebijakan • peningkatan kualitas DAK Nonfisik melalui penerapan performance based dan pemantauan penggunaan
KEMENTERIAN KEUANGAN
36
Kebijakan DAK Fisik TA 2018
DAK REGULER
DAK FISIK
DAK AFIRMASI
DAK PENUGASAN
KEMENTERIAN KEUANGAN
Untuk mendukung kebutuhan daerah dalam jangka menengah dalam rangka pemenuhan SPM; Berbasis kebutuhan per Bidang (Sector Based) untuk DAK Reguler; Berbasis kebutuhan Kewilayahan (Area Based) untuk DAK Afirmasi (daerah perbatasan, kepulauan, dan tertinggal); Usulan Daerah sesuai dengan kebutuhan daerah, dan disampaikan secara terpadu melalui aplikasi e-proposal.
Untuk mendukung pencapaian prioritas Nasional di daerah; Berbasis program pembangunan tertentu (Program based); Usulan Daerah sesuai dengan Prioritas Nasional, dan disampaikan secara terpadu melalui e-Proposal.
37
Rancangan Jenis Dan Bidang DAK Fisik TA 2018 DAK REGULER Sector Based: Bidang-bidang yang diusulkan Daerah adalah bidang-bidang pelayanan dasar sesuai kebutuhan daerah yang bersifat wajib dan kebutuhannya perlu ditangani dalam jangka menengah/panjang, antara lain: 1. Pendidikan; 2. Kesehatan dan KB; 3. Perumahan dan Permukiman; 4. Jalan; 5. Sanitasi 6. Air Minum
KEMENTERIAN KEUANGAN
DAK AFIRMASI Area /Spatial based: Target penerima DAK Afirmasi adalah Lokasi Prioritas (Lokpri), yaitu kecamatan tertentu pada Kab/Kota yang termasuk kategori daerah perbatasan, kepulauan, tertinggal Usulan Lokpri dan Bidang: 1. Lokpri Perbatasan: Bidang-bidang Pelayanan dasar, Pasar, Perhubungan (Transportasi Darat), IKM; 2. Lokpri Kepulauan: Bidang-bidang Pelayanan dasar, Perhubungan (Dermaga Rakyat), Kelautan dan Perikanan; 3. Lokpri Tertinggal: Bidang-bidang Pelayanan dasar, IKM, ESDM.
DAK PENUGASAN Program-based: Usulan Daerah adalah dalam rangka mendukung Pelaksanaan Program Prioritas Nasional yang menjadi kewenangan Daerah, antara lain: 1. Program Kedaulatan Pangan: Bidang Irigasi, Pertanian; 2. Program Penanggulangan Kemiskinan: Bidang Pendidikan, Kesehatan, IKM.
38
Bidang/Subbidang DAK Fisik Bidang Kesehatan TA 2018 DAK REGULER
• • • •
DAK PENUGASAN
• • • • • •
DAK AFIRMASI
KEMENTERIAN KEUANGAN
Subbidang Pelayanan Kesehatan Dasar Subbidang Pelayanan Kesehatan Rujukan Subbidang Pelayanan Kefarmasian Perbekalan Kesehatan
Peningkatan Kelas RS Rujukan Nasional Peningkatan Kelas Rujukan Provinsi Peningkatan Kelas Rujukan Regional Kelas C Peningkatan Kelas Rujukan Regional Kelas D Peningkatan Fasyankes Rujukan Pariwisata Rehabilitasi Bapelkes (24 Bapelkes)
• Puskesmas Tertinggal • Peningkatan Fasyankes Dasar Pariwisata • RS Pratama
39
Pokok-Pokok Kebijakan DAK Nonfisik Bidang Kesehatan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) •
•
•
Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan untuk upaya kesehatan promotif dan preventif di wilayah kerja puskesmas Peningkatan standar manajemen dan pengelolaan puskesmas dan rumah sakit Meningkatkan akses pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, bersalin dan nifas serta bayi baru lahir.
Sasaran
KEMENTERIAN KEUANGAN
Bantuan Operasional Keluarga Berencana (BOKB) Mendukung tercapainya sasaran prioritas pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana: menurunkan (LPP)
laju
pertumbuhan
penduduk
angka kelahiran total (TFR)
meningkatkan pemakaian kontrasepsi (CPR) menurunnya kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi (unmet need) menurunnya Angka kelahiran pada remaja usia 15-19 tahun (ASFR 15 – 19 tahun) menurunnya kehamilan yang tidak diinginkan dari WUS (15-49 tahun).
9.740 Puskesmas
5,3 juta ibu hamil
4.856 balai penyuluhan KB
104 Rumah Sakit
20.740 Faskes KB
508 kampung KB
40
Bantuan Operasional Kesehatan: 2016 - 2017
Evaluasi BOK TA 2016
BOK TA 2017 •
Alokasi BOK TA 2017 sebesar Rp6,6 T, atau naik 170,7% dari realisasi TA 2016.
•
Cakupan:
6.617,2
3.344,2 2.444,4
APBNP
• •
Realisasi
APBN
2016
2017
Realisasi BOK TA 2016 sebesar Rp2,4 T atau 73,1% dari pagu APBNP 2016. Hal ini terutama disebabkan oleh keterlambatan daerah penyampaian laporan realisasi yang merupakan syarat penyaluran triwulan berikutnya.
• Biaya operasional Puskesmas dan kegiatan Promotif dan Preventif Rp4,8 T • Akreditasi Rumah Sakit Rp48,5 M • Akreditasi Puskesmas Rp0,5 T • Jampersal 1,3T Pengembangan sistem aplikasi pelaporan secara online (on-progress)
KEMENTERIAN KEUANGAN
41
Bantuan Operasional Keluarga Berencana Tahun 2016-2017
Evaluasi BOKB TA 2016
292,8
215,7 186,2
APBNP
• •
KEMENTERIAN KEUANGAN
Realisasi
APBN
2016
2017
Realisasi BOKB TA 2016 sebesarRp186,2 miliar atau 86,3% dari pagu APBNP 2016. Hal ini terutama disebabkan oleh keterlambatan daerah dalam menyampaikan laporan realisasi yang merupakan syarat penyaluran semester berikutnya.
BOKB TA 2017 •
Alokasi BOKB TA 2017 sebesar Rp`. 292,8 miliar, atau naik 57,3% dari realisasi TA 2016.
•
Cakupan: • Biaya operasional penyuluhan Rp218,5 miliar • Distribusi alat dan obat kontrasepsi Rp22,5 miliar • Penggerakan program kampung KB Rp51,8 miliar Pengembangan sistem aplikasi pelaporan secara online (onprogress)
42
Arah Kebijakan DAK Nonfisik Bidang Kesehatan
Pemutakhiran data sasaran penerima dan unit cost Peningkatan kualitas DAK Nonfisik melalui penerapan performance based dan pemantauan penggunaan Peningkatan kebijakan afirmasi terhadap daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (perbatasan)
KEMENTERIAN KEUANGAN
43
Alokasi DBH Cukai Hasil Tembakau TA 2016-2017 Menurut Provinsi (dalam ribuan rupiah)
No.
Nama Provinsi
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI XVII
Provinsi Aceh Provinsi Sumatera Utara Provinsi Sumatera Barat Provinsi Jambi Provinsi Sumatera Selatan Provinsi Lampung Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Tengah Provinsi DI Yogyakarta Provinsi Jawa Timur Provinsi Sulawesi Tengah Provinsi Sulawesi Selatan Provinsi Bali Provinsi Nusa Tenggara Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur Provinsi Kepulauan Riau Provinsi Kalimantan Tengah JUMLAH
KEMENTERIAN KEUANGAN
2016
APBNP 2016
17,395,331 17,629,509 22,941,233 23,250,070 13,360,571 13,540,432 10,169,454 10,306,356 8,808,602 8,927,185 12,906,963 13,080,718 318,596,988 322,885,977 633,688,108 642,218,890 19,977,448 20,246,387 1,439,397,008 1,458,774,334 7,485,170 7,585,937 16,552,621 16,775,334 12,439,751 12,607,216 241,405,196 244,655,020 15,249,112 15,454,397 5,981,594 6,062,118 0 0 2,796,355,150 2,834,000,000
APBN 2017 19,924,882 17,138,184 14,516,938 8,605,331 8,789,354 12,295,208 346,068,576 690,580,727 20,120,379 1,554,921,740 6,129,306 18,243,760 12,207,084 235,797,702 17,175,097 7,817,062 7,228,669 2,997,560,000
44
Latar Belakang Perubahan Kebijakan Penggunaan DBH Cukai Hasil Tembakau (1) Kendala penyerapan dana DBH CHT di daerah, antara lain: 1. Penggunaannya di-earmarked kepada 5 kegiatan peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan di bidang cukai, dan/atau pemberantasan barang kena cukai ilegal sesuai UU ttg Cukai; 2. Terdapat kekhawatiran daerah (berdasarkan kasus yang terjadi), ketidaksesuaian dengan 5 kegiatan/sub kegiatan yang telah ditetapkan dalam UU dan PMK menjadi objek pemeriksaan aparat hukum; 3. Proses lelang yang diulang/gagal •
Penggunaan DBH CHT perlu dioptimalkan lebih baik lagi sehingga bisa menekan SiLPA DBH CHT yang terjadi yakni rata-rata 20% dari penyaluran setiap tahunnya semenjak tahun 2008.
•
Penggunaan DBH CHT dalam UU No. 18 Tahun 2016 tentang APBN TA 2017: Penerimaan DBH CHT, baik bagian provinsi maupun bagian kabupaten/kota, dialokasikan dengan ketentuan: a) Paling sedikit 50% (lima puluh persen) untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan di bidang cukai, dan/atau pemberantasan barang kena cukai ilegal; dan b) Paling banyak 50% (lima puluh persen) untuk mendanai kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas daerah.
KEMENTERIAN KEUANGAN
45
Latar Belakang Perubahan Kebijakan Penggunaan DBH Cukai Hasil Tembakau (2) •
Konsumsi Rokok Tahun 1970 sebanyak 30 milyar batang/th dan tahun 2013 diperkirakan meningkat menjadi 302 milyar batang/th. Dengan penduduk sebanyak 240 juta jiwa, kalau dibagi maka setiap mulut penduduk Indonesia per tahun (termasuk bayi) di “penuhi” dengan 1.250 batang atau 3,4 batang per hari.
•
Indonesia menempati peringkat ke tiga dunia utk jumlah perokok (60 juta penduduk perokok). Prevelensi perokok di kalangan remaja dan masyarakat miskin terus meningkat
•
Rokok bersifat adiksi (menimbulkan ketagihan) dan bahaya bagi kesehatan (mengandung 4.000 zat kimia, 69 diantaranya karsinogenik/pencetus kanker), masyarakat perlu dilindungi dari bahaya asap rokok.
•
Berdasarkan data BPS, masyarakat miskin membelanjakan pendapatannya sekitar 20% untuk rokok, mengalahkan belanja untuk beras dan kebutuhan primer rumah tangga lainnya.
•
Kematian akibat penyakit yg terkait dengan merokok di Indonesia sejak tahun 2010 sampai sekarang sebanyak 190.260 orang (12,7% dari total kematian) atau 520 orang/hari.
•
Pembuka Jalan (Gate-Way) dan kecenderungan menuju pemakaian narkoba, minuman keras dan akan berakhir dengan HIV/AIDS Silent disaster.
Perlu penanganan dampak negatif rokok melalui penyediaan/pemeliharaan sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang terkena penyakit akibat dampak konsumsi rokok ditambah dengan penyakit lainnya sebagai upaya perluasan ruang lingkup kegiatan DBH CHT.
46 KEMENTERIAN KEUANGAN
Penggunaan DBH Cukai Hasil Tembakau di Bidang Kesehatan
PMK Nomor 28/PMK.07/2016 Dalam mengatasi eksternalitas negatif dari produk tembakau, DBH CHT salah satunya digunakan untuk kegiatan penyediaan/pemeliharaan sarana pelayanan kesehatan, berupa alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan baik kuratif maupun rehabilitatif yang berada di puskesmas dan jaringannya, rumah sakit, dan fasilitas pelayanan kesehatan lain milik pemerintah daerah, antara lain: 1. bangunan/gedung/ruang; 2. alat kesehatan; 3. obat-obatan, bahan habis pakai, bahan kimia dan reagen; 4. sarana transportasi rujukan; dan 5. mobile unit untuk pelayanan kuratif dan rehabilitatif penderita penyakit akibat dampak konsumsi rokok dan penyakit lainnya.
47 KEMENTERIAN KEUANGAN
TERIMA KASIH
KEMENTERIAN KEUANGAN
48