DAFTAR PUSTAKA Alfinus, Saiful A, Mappeasse, Amir Z, Hardiman, Supardi. 2008. Kejadian Antraks pada kuda dan sapi di Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan. Diagnosa Vet. 6:5-15. Anonimus. 1982. Laporan lokakarya peranan protein dalam Pembangunan Bangsa. Tim Protein Institut Pertanian Bogor. Anonimus. 2013. Terpapar Antraks, Lima daerah diisolasi. Harian Kompas. 11. Anonymous. 1999. Outbreak of Hendra-Like Virus Malaysia and Singapore 1998-1999. Cent Dis Control Prev. 8:265-269. Anonymous. 2010. Food safety: the farm to the fork approach. In: Food Safety Brochure Final Revised. Union of European Veterinary Hygienist (UEVH). Anonymous. 2011. Masterplan for acceleration and expansion of Indonesia economic development 2011-2025. Jakarta (Indonesia): Coordinating Ministry for Economic Affair Republic of Indonesia. Arifin M, Subagio BE, Rianto E, Purbawati E, Purwonandi A, Dwiloka B 2005. Residu logam berat pada sapi potong yang dipelihara di TPA Jatibarang, Kota Semarang pascaproses eliminasi selama 90 hari. Prasetyo LH, Damayanti R, Iskandar S, Herawati T, Priyanto D, Puastuti W, Anggraeni A, Tarigan S, Wardhana AH, Dharmayanti NLPI, penyunting. Inovasi Teknologi Peternakan untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat dalam Mewujudkan Kemandirian dan Ketahanan Pangan Nasional. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 12-13 September 2005. Bogor (Indonesia): Puslitbang Peternakan. hlm. 248-255. Baggot JD. 1977. Principles of drug disposition in domestic animals. Philadelphia (PA): W.B. Saunders Co. Bahri S, Ginting Ng. 1991. Hubungan kesehatan ternak dengan nilai produk hasil ternak. Dalam: Latihan Teknik Penanganan Pascapanen Hasil Peternakan (Daging dan Kulit). Bogor (Indonesia): Balai Penelitian Ternak. Bahri S, Indraningsih, Widiastuti R, Murdiati TB, Maryam R. 2002. Keamanan pangan asal ternak: suatu tuntutan di era perdagangan bebas. Wartazoa 12:47-64.
141
Keamanan Pangan Asal Ternak
Bahri S, Kusumaningsih A, Murdiati TB, Nurhadi A, Masbulan E. 2000. Analisis kebijakan keamanan pangan asal ternak (terutama ayam ras petelur dan broiler). Laporan Penelitian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Bahri S, Maryam R, Widiastuti R, Zahari P. 1995. Aflatoksikosis dan cemaran aflatoksin pada pakan serta produk ternak. Prosiding Semnas Peternakan dan Veteriner. Jilid I. Bogor (Indonesia): Puslitbang Peternakan. hlm. 95-107. Bahri S, Maryam R, Yuningsih, Murdiati TB. 1992a. Residu tetrasiklin, khlortetrasiklin dan oksitetrasiklin pada susu segar asal beberapa DATI II di Jawa Tengah. Laporan Intern Balitvet kepada Dirjen Peternakan Departemen Pertanian. (unpublished) Bahri S, Masbulan E, Kusumaningsih A. 2005. Proses praproduksi sebagai faktor penting dalam menghasilkan produk ternak yang aman untuk manusia. J. Litbang Pertanian 24:27-35. Bahri S, Murdiati TB, Maryam R, Yuningsih. 1992b. Senyawa golongan tetrasiklin pada susu sapi rakyat di beberapa desa Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Laporan Intern Balitvet kepada Dirjen Peternakan, Departemen Pertanian (unpublished) Bahri S, Nurhadi A, Soedjana TD, Murdiati TB, Widiastuti R, Zahari P. 1993. Sistem penyebaran dan pemasaran obat hewan di DKI Jakarta Raya dan Jawa Barat. Laporan Penelitian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Bahri S, Ohim, Maryam R. 1994b. Residu aflatoksin M1 pada air susu sapi dan hubungannya dengan keberadaan aflatoksin B1 pada pakan sapi. Dalam: kumpulan makalah lengkap Kongres Nasional Perhimpunan Mikologi Kedokteran Manusia dan Hewan Indonesia 1 dan temu ilmiah. Bogor, 21-24 Juli 1994. hlm. 269-275. Bahri
S, Sani Y, Indraningsih. 2006. Beberapa faktor yang mempengaruhi keamanan pangan asal ternak di Indonesia. Wartazoa 16:1-13.
Bahri S, Yuningsih, Maryam R, Zahari P. 1994a. Cemaran aflatoksin pada pakan ayam yang diperiksa di laboratorium toksikologi Balitvet tahun 1998-1991. Penyakit Hewan. 26:39-42.
142
Daftar Pustaka
Bahri S, Zahari P, Maryam R, Ginting Ng. 1991. Residu aflatoksin M1 pada susu sapi asal beberapa daerah di Jawa Barat. Dalam: Kongres XI dan Konferensi Ilmiah Nasional V PDHI. Yogyakarta, 11-13 Juli 1991. Bahri S. 1994. Residu obat hewan pada produk ternak dan upaya pengamanannya. Dalam: Kumpulan Makalah Lokakarya Obat Hewan. Jakarta, 16-18 November 1994. Jakarta (Indonesia): Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI). hlm. 1-29. Bahri S. 2008. Beberapa aspek keamanan pangan asal ternak di Indonesia. Pengemb Inov Pertan. 1:225-242. Bahri S. 2012. Keamanan pangan asal ternak ditinjau dari rantai pangan dan budidaya di tingkat peternak. Dalam: Sunarno, Soedjana TD, Suradisastra K, penyunting. Membumikan IPTEK Pertanian. IAARD Press. hlm. 455-478. Balitvet. 1990. Laporan penelitian residu pestisida, hormon, antibiotika, dan standarisasi kualitas broiler untuk ekspor. Balai Penelitian Veteriner. (unpublished) Balitvet. 1991. Laporan Penelitian residu antibiotika pada daging ayam broiler dan pakannya di Jawa Barat. Balai Penelitian Veteriner (unpublished) Bell I. 1986. Rational chemotherapetutics. In: Poultry Health Proceedings. Sydney (Australia): The Post Graduate Committee in Veterinary Science. The University of Sydney in Association with Australian Veterinary Poultry Association. p. 429-467. Biyatmoko D. 1997. Tela’ah tingkat residu antibiotika golongan tetrasiklin pada karkas dan hati ayam broiler yang diperdagangkan di Kotamadya Bogor [tesis]. [Bogor (Indonesia)]: Institut Pertanian Bogor. Booth JM. 1982. Antibiotic residues in milk. In Practice. 4:101. Booth NH. 1984. Drug and chemical residues in the edible tissues of animals. In: Veterinary Pharmacology and Therapeutics. 5th ed. Ames (USA): The Lowa State University Press. p. 1066-1111. Chua KB, Bellini WJ, Rota PA, Harcourt BH, Tamin A, Lam SK, Ksiazek TG, Rollin PE, Zaki SR, Shieh WJ, Goldsmith CS, Gubler DJ, Roechrig JT, Eaton B, Gould AR, Olson J, Field H, Daniels P, Ling AE, Peters CJ, Anderson LJ, Mahy BJ. 2000. Nipah virus: a recently emerging deadly paramyxovirus. Science. 288:1432-1435.
143
Keamanan Pangan Asal Ternak
Chua KB, Lam SK, Gubbler DJ, Ksiazek TG. 1999. Nipah encephalitis: tracking a killer virus. Proceedings International Union of Microbiological Society. Sydney. Australia. p. 37. Daniels P, Middleton D, Morrissy C, van der Heide B, Russell G, Braun M, Muschialli J, Carlson D, Westburry H. 2001. Experimental infection with Nipah virus in pigs, cats and pteropid bats: clinical features, virus excretion and subclinical infection. In: Proceedings Regional Seminar on Nipah Virus Infection. Kuala Lumpur, 9-12 April 2001. Kuala Lumpur (Malaysia): OIEDepartment of Veterinary Services Malaysia. p. 38-40. Darminto, Bahri S, Saefulloh M. 1999. Penyakit-penyakit zoonosis yang berkaitan dengan encephalitis. Wartazoa. 9:21-29. Darminto, Bahri S. 1996. “Mad cow” dan penyakit sejenis lainnya pada hewan dan manusia. J Litbang Pertan. 15:81-89. Darsono R. 1996. Deteksi residu oksitetrasiklin dan gambaran patologi anatomi hati dan ginjal ayam kampung dan ayam broiler yang dijual di lima pasar Kodya Surabaya. Media Kedokt Hewan. 12:178-182. Daryanto A. 2011. Poultry industry outlook. Dalam: Wibowo R, Siregar H, Daryanto A, editors. Format baru strategi dan kebijakan pembangunan pertanian Indonesia 2010-2014. Bogor (Indonesia): Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indoesia. hlm. 299-344. Dawani A. 1996. Penerapan HACCP di rumah pemotongan ayam “Suri Chicken”. Dalam: Prosiding Seminar Sehari Pengawasan Hasil Peternakan untuk Meningkatkan Daya Saing Pasar. Jakarta, 16 januari 1996. Debackere M. 1990. Veterinary medicine products: their pharmacokinetics in relation to the residue problem. Noordwijkerhout (Nethrelands): Euroresidue. Delgado C, Rosegrant M, Meijer S. 2001. Livestock to 2020: the revolution continues. In: Food Agric Environ Discuss. International Food Policy Research Institution. Dewi AAS, Agustini NLP, Dharma DMN. 1997a. Survei residu obat preparat sulfa pada daging dan telur ayam di Bali. Bul Vet. 10:914.
144
Daftar Pustaka
Dewi AAS, Dharma DMN, Supartika IKK. 1997b. Survei residu obat golongan sulfonamida pada daging di Bali dan Mataram. Bul Vet. 9:19-37. Djoko W. 2011. Antraks di Jateng terkendali. Sinartani. 9. Erniningsih. 2004. Pemahaman Codex Alimentarius Commission (CAC). Workshop on Capacity Building, Codex. Bogor, 25-26 November 2004. FAO. 2009. The state of food and agriculture (Livestock in the balance). FAO. 2010. How to feed the world in 2050. Fardiaz S. 1996. Penerapan HACCP untuk menjamin keamanan pangam. Dalam: Kumpulan makalah pada musyawarah wilayah II dan seminar ilmiah Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia (PATELKI) Wilayah DKI Jakarta. Jakarta, 25-26 November 1996. Fries GF. 1995. A Review of the significance of animal food product as potential pathways of human exposures to dioxins. J Anim Sci. 73:1639-1650. Ginting. 1984a. Aflatoksin di dalam bahan baku pakan dan pakan ayam pedaging di daerah Bogor. Penyakit Hewan 27:152-155. Ginting. 1984b. Aflatoksin pada pakan ayam pedaging di Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya dan Kotamadya Pontianak. Penyakit Hewan 16:212-214. Hardinsyah H, Riyadi, Napitupulu V. 2012. Kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat. Dalam: Widya Karya Pangan dan Gizi Nasional Tahun 2012. Jakarta (Indonesia). Hardjoutomo S, Poerwadikarta MB, Barkah K. 2000. Antraks di Indonesia: kejadian Antraks pada burung unta di Poerwakarta, Jawa Barat. Dalam: Seminar dan Pameran Teknologi Veteriner. Jakarta, 14-15 Maret 2000. Hartati T, Sarmanu, Prawesthirini S, Ivone M. 1993. Pemeriksaan residu antibiotika pada ayam pedaging di beberapa pasar di wilayah Kotamadya Surabaya. Media Kedokt Hewan 9:36-43. Herrick JB. 1993. Food for thought for food animal veterinarians. Violative drug residues. JAVMA. 3:1122-1123.
145
Keamanan Pangan Asal Ternak
Hunton, P. 1990. Industrial breeding and selection. In: Crawford RD, editor. Poultry breeding and genetics. Amsterdam (The Netherlands): Elsevier. p. 985-1028. Indraningsih, Sani Y. 2004. Residu pestisida pada produk sapi: masalah dan alternatif penanggulangannya. Wartazoa 14:1-13. Indraningsih, Yuningsih, Firmansyah R. 2006. Residu pestisida pada serum sapi potong dan kemungkinan timbulnya residu pada produk peternakan. Dalam: Cakrawala baru IPTEK menunjang revitalisasi peternakan. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 5-6 September 2006. Bogor (Indonesia): Puslitbang Peternakan. hlm. 212-225. Indraningsih. 2008. Residu pestisida pada susu segar: sumber pencemaran dan alternatif penanggulangannya. Dalam: Prosiding Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas Tahun 2020. Jakarta, 21 April 2008. Bogor (Indonesia): Puslitbang Peternakan dan STEKPI. hlm. 294-304. Jensen DJ, Hummel RA, Mahle NH, Kocher CW, Higgins HS. 1981. A residue study on beef cattle consuming 2,3,7,8tetrachlorodibenzo-p-dioxin. J Agric Food Chem. 29:265-268. Ketaren PP, Prasetyo LH. 2000. Produktivitas itik silang MA di Ciawi dan Cirebon. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 18-19 September 2000. Bogor (Indonesia): Puslitbang Peternakan. hlm. 198-205. Knight-Jones TJD, Mylrea GE, Kahn S. 2010. Animal production food safety: priority pathogens for standard setting by the World Organisation for Animal Health. Rev Sci Tech Off Int Epiz. 29:523-535. Kusumaningsih A, Martindah E, Bahri S. 1997. Jalur pemasaran obat hewan pada peternakan ayam ras di beberapa lokasi di Jawa Barat dan DKI Jaya. Hemerazoa. 79:72-80. Kusumaningsih A, Murdiati TB, Bahri S. 1996. Pengetahuan peternak serta waktu henti obat dan hubungannya dengan residu antibiotika pada susu. Media Kedokt Hewan. 12:260-267. Mansjoer M. 1961. Anthrax in man and animals in Indonesia. Comm Vet Bogor. 5:61-79. Martindah E, Wahyuwardani S, Nurhadi A. 1995. Studi retrospektif Antraks di daerah endemis (Jawa Tengah). Laporan Teknis Penelitian Tahun Anggaran 1994/1995 Balai Peneltian Veteriner. 146
Daftar Pustaka
Maryam R, Bahri S, Zahari P, Sani Y, Yuliastuti S. 1993. Residu aflatoksin M1 pada susu. Laporan Penelitian Balai Penelitian Veteriner. Bogor. Maryam R, Bahri S, Zahari P. 1995. Deteksi aflatoksin B1, M1 dan aflatokol dalam telur ayam ras dengan chromatografi cair kinerja tinggi. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Teknologi Veteriner untuk Meningkatkan Kesehatan Hewan dan Pengamanan Bahan Pangan Asal Ternak. Bogor, 22-24 Maret 1994. Bogor (Indonesia): Puslitbang Peternakan. hlm. 412-416. Maryam R, Indraningsih, Yuningsih, Sastrawihana TB, Noor I. 1994. Laporan survei penelitian residu aflatoksin dan pestisida pada bahan pangan asal ternak. Laporan Penelitian Balai Penelitian Veteriner. Maryam R. 1994. Kontaminasi asam siklopiazonat (CPA) dan aflatoksin pada jagung. Dalam: Kumpulan Makalah Lengkap Kongres Nasional PMKI dan Temu Ilmiah. Bogor, 21-24 Juli 1994. Bogor (Indonesia). hlm. 289-293. Maryam R. 1996. Residu aflatoksin dan metabolitnya dalam daging dan hati ayam. Dalam: Prosiding Temu Ilmiah Nasional Bidang Veteriner. Bogor, 12-13 Maret 1996. Bogor (Indonesia). hlm. 336-339. McKay JC. 2008. The genetics of modern commercial poultry. In: Proceedings of the 23rd World’s Poultry Congress. Brisbane, 30 June-4 July 2008. Beekbergen (Netherland): World’s Poultry Science Association. Murdiati TB, Bahri S. 1991. Pola penggunaan antibiotika dalam peternakan ayam di Jawa Barat, kemungkinan hubungannya dengan masalah residu. Dalam: Prosiding Kongres Ilmiah ke-8 ISFI. Jakarta, 4-6 November 1991. Jakarta (Indonesia): ISFI. hlm. 445-448. Murdiati TB, Bahri S. 1994. Residu dan cemaran dalam bahan pangan asal ternak. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Teknologi Veteriner untuk Meningkatkan Kesehatan Hewan dan Pengamanan Bahan Pangan Asal Ternak. Bogor, 22-24 Maret 1994. Bogor (Indonesia). hlm. 74-81. Murdiati TB, Indaningsih, Bahri S. 1998. Contamination at animal products by pesticides and antibiotics. In: Kennedy IR, Skerritt JH, Johnson GI, Highley E, editors. Seeking agricultural produce free of pesticide residues. ACIAR Proceedings No. 85. p. 115-121.
147
Keamanan Pangan Asal Ternak
Murdiati TB, Sendow I. 2006. Zoonosis yang ditularkan melalui pangan. Wartazoa 16:14-20. Murdiati TB, Wiastuti R. 2003. Teknik deteksi residu antibiotika dalam produk ternak. Laporan Penelitian Balai Penelitian Veteriner. Bogor. Murdiati TB. 2006. Jaminan keamanan pangan asal ternak: dari kandang hingga piring konsumen. J Litbang Pertan. 25:22-30. Noor SM, Darminto, Hardjoutomo S. 2001. Kasus antraks pada manusia dan hewan di Bogor pada awal tahun 2001. Wartazoa 11:8-14. Nova-Rio. 1996. Penerapan HACCP untuk meningkatkan profit pada industri makanan. Dalam: Prosiding Seminar Sehari Pengawasan Hasil Peternakan untuk Meningkatkan Daya Saing Pasar. Jakarta, 16 januari 1996. Ochme FW. 1979. Toxicity of heavy metals in the environment. New York (USA): Marcel Dekker. PKH D. 2012. Statistik peternakan 2012. Jakarta (Indonesia): Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Poerwadikarta MB, Hardjoutomo S, Bahri S. 1996. Antraks di Kabupaten Ngada, Provinsi NTT 1996: peneguhan diagnosis Antraks di laboratorium Balitvet Bogor. Dalam: Rapat Teknis dan Pertemuan Ilmiah. Yogyakarta, 20-21 September 1996. Yogyakarta (Indonesia): Direktorat Bina Kesehatan Hewan. Prasetyo LH, Brahmantyo B, Wibowo B. 2003. Produksi telur persilangan itik Mojosari dan Alabio sebagai bibit niaga unggulan itik petelur. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 29-30 September 2003. Bogor (Indonesia): Puslitbang Peternakan. hlm. 360-364. Putro S. 1999. Pencemaran dioksin pada daging ayam di Belgia. Laporan Atas Pertanian Indonesia di Belgia. Renwick AG. 1982. Pharmacokinetics in toxicology in principles and methods of toxicology. New York (USA): Raven Press. p. 659711. Ronohardjo P, Koesharjono C, Simanjuntak G, Barkah K. 1984. Penyakit radang limpa (Antraks) pada babi di Kabupaten Paniai, Irian Jaya. Penyakit Hewan. 16:238-241.
148
Daftar Pustaka
Rosidi R, Koesharjono C, Gindo SM, Hardjono C, Sahlan R, Margono SS. 1981. Taeniasis di daerah transmigrasi Seputih Raman di Lampung Tengah dan Wudhi Agung di Sulawesi Utara. Dalam: Kumpulan Makalah Seminar Parasitologi Nasional II. Jakarta, 24-27 Juni 1981. Jakarta (Indonesia): Grafiti Medika Pers. hlm. 379-382. Sani Y, Indraningsih. 2007. Neuropatologi keracunan organopfosfat pada sapi. JITV 12:74-85. Schlatter C. 1990. Toxicological assessment of xenobiotics in foods of animal origin. In: Haagsma N, Ruiter A, Czedik-Eysenberg P, editors. Proc Euroresidue Conf Residues Vet Drugs Food. Noordwijkerhout (Nethrelands). p. 65-75. Setiawati A, Zunilda SB, Setiabudy R. 1987. Pengantar farmakologi. Dalam: Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-3. Jakarta (Indonesia): Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Setiawati A. 1987. Farmakokinetik klinik. Dalam: Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-3. Jakarta (Indonesia): Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. hlm. 740-749. Setiowati WE, Evi MS. 2009. Tinjauan bahan pangan asal hewan yang ASUH berdasarkan aspek mikrobiologi di DKI Jakarta. Dalam: Prosiding PPI Standarisasi 2009. Jakarta, 19 November 2009. Silowati S. 1996. Penerapan HACCP pada industri pengolahan makanan. Dalam: Prosiding Seminar Sehari Pengawasan Hasil Peternakan untuk Meningkatkan Daya Saing Pasar. Jakarta, 16 Januari 1996. Sirait
S. 1999. Mengenal masalah-masalah kesehatan yang kemungkinan disebabkan oleh kontaminasi dioksin. Jakarta (Indonesia): Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Indonesia.
Sitepu M. 2000. Sapi Gila (Bovine Spongiform Encephalopathy/BSE) Keterkaitan dengan Berbagai Aspek. Jakarta (Indonesia): PT Gramedia Widasarana. Soemarnegara, R Md T 1958. Ichtisar singkat dari penyakit radang limpa, penyakit ngorok dan radang paha di Indonesia. Hemera Zoa. 65:95-109. Soeparwi M. 1922. Over een miltvvuurruitbraak bij mensch en dier. Ned. Ind. Bl. v. Diergeneesk 33:163. Spence S. 1993. Antimicrobial residues survey. Perspective 18:79-82.
149
Keamanan Pangan Asal Ternak
Sri-Poernomo, Bahri S. 1998. Salmonella serotyping conducted at the Bogor research institute for veterinary science during April 1989March 1996. In: Proc 3rd Asia-Pacific Symposium on the Thypoid Fever and other Salmonellosis. Denpasar, 1997 December 8-10. Denpasar (Indonesia). p. 133-142. Sudarwanto M, Sanjaya W, Trioso P. 1992. Residu antibiotika dalam susu pasteurisasi ditinjau dari kesehatan masyarakat. J Ilmu Pertan Indones. 2:37-40. Sudarwanto M. 1990. Residu antibiotika di dalam air susu ditinjau dari kesehatan masyarakat veteriner. Dalam: Kumpulan Makalah Seminar Nasional Penggunaan Antibiotika dalam Bidang Kedokteran Hewan. Jakarta, 9 Januari 1990. Jakarta (Indonesia). hlm. 43-54. Sudarwanto M. 1995. Mastitis pada sapi perah. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner Jilid I. Bogor 7-8 Nopember 1995. Bogor (Indonesia): Puslitbang Peternakan. hlm. 249-255. Supartua M. 1984. Laporan kejadian penyakit yang diduga Antraks di Kendari menjelang akhir 1984. Subdin Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan Dati I Sulawesi Tenggara. Sutisna P. 1994. Sistiserkosis di Bali laporan 6 kasus. Maj Ilm UNUD. 21:5-9. Utomo DB. 2011. Penguatan daya saing perunggasan nasional. Dalam: Roadmap Pembangunan Sektor Pangan-KADIN Indonesia 2010-2014. Jakarta, 27 Oktober 2011. Jakarta (Indonesia): KADIN. Widarso HS, Wandra T, Purba WH. 2000. Kejadian luar biasa (KLB) Antraks pada burung unta di Kabupaten Purwakarta bulan Desember 1991 dan dampaknya pada masyarakat. Dalam: Seminar dan Pameran Teknologi Veteriner. Jakarta, 14-15 Maret 2000. Bogor (Indonesia): Puslitbang Peternakan. Widiastuti R, Firmansyah R, Indraningsih. 2007. Residu trenbolon pada jaringan dan urine dari sapi jantan muda Peranakan Ongole yang diimplantasi trenbolon asetat. JITV 12:60-67. Widiastuti R, Maryam R, Bahri S, Firmansyah R. 2004a. Residu aflatoksin M1 pada susu sapi segar asal Kodya Bogor dan Pengalengan, Jawa Barat. Dalam: Kongres dan Temu Ilmiah Nasional III Perhimpunan Mikologi Kedokteran Indonesia (PMKI). Semarang, 1-3 Oktober 2004. 150
Daftar Pustaka
Widiastuti R, Maryam R, Blaney BJ, Salfina, Stoltz DR. 1988a. Corn as a source of mycotoxins in Indonesian poultry and the effectiveness of visual examination methods for detecting contamination. Mycopathology 102:45-49. Widiastuti R, Maryam R, Blaney BJ, Salfina, Stoltz DR. 1988b. Cyclopiazonic acid in combination with aflatoxin, zearalenon and ochratoxin A in Indonesian corn. Mycopathology. 104:153-156. Widiastuti R, Murdiati TB, Indraningsih, Yuningsih, Darmono. 1999. Penelitian residu antibiotika dan hormon pertumbuhan dalam produk peternakan. Laporan Teknis Penelitian TA. 1998/1999. Balai Penelitian Veteriner. Widiastuti R, Murdiati TB, Yuningsih. 2000. Residu hormon 17-BTrenbolone pada daging dan hati sapi impor yang beredar di DKI Jakarta. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 18-19 Oktober 1999. Bogor (Indonesia): Puslitbang Peternakan. hlm. 578-581. Widiastuti R, Yuningsih, Murdiati TB. 2004b. Residu enrofloksasin pada daging dan hati ayam pedaging. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 3-4 Agustus 2004. Bogor (Indonesia): Puslitbang Peternakan. hlm. 515-518. Widiastuti R. 2000. Residu aflatoksin pada daging dan hati sapi di pasar tradisional dan swalayan di Jawa Barat. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 18-19 Oktober 1999. Bogor (Indonesia): Puslitbang Peternakan. hlm. 609-613. Widyatmoko H, Sintorini MM. 2000. Dioxin: sumber perilaku toksisitas. Jakarta (Indonesia): Abdi Tandur. Winarno FG. 1996. Undang-undang tentang pangan. Dalam: Kumpulan makalah pada musyawarah II dan Seminar Ilmiah Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia. Jakarta, 25-26 Nopember 1996. Yuningsih R, Widiastuti, Murdiati TB, Yusrini H. 2000. Deteksi residu antibiotika penisilin-G pada daging dan hati. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 18-19 September 2000. Bogor (Indonesia): Puslitbang Peternakan. hlm. 572-577.
151