28
V.
KEADAAN UMUM
5.1 Keadaan Umum Kota Sabang 5.1.1 Visi dan misi Visi Kota Sabang seperti yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Sabang 2007-2012 adalah : “Terwujudnya Pemerintahan Kota Sabang yang mampu mendengar, bekerja, dan amanah sebagai model Tata Pemerintahan yang Baik (Good Governance) di Aceh” Makna filosofis (pokok) yang terkandung dalam visi tersebut adalah : 1). Pemerintah Kota Sabang yang mampu mendengar merupakan awal gebrakan dalam merumuskan kebijakan yang berdampak kepada seluruh warga kota. Lebih spesifik dari itu, bahwa pengelolaan pemerintahan dilakukan secara bottom up, bukan top down, dengan memperhatikan aspirasi warga yang diimbangi dengan mekanisme komplain dan mekanisme respon yang cepat dan efektif dalam segala lini pemerintahan kota. 2). Pemerintah Kota Sabang yang mampu bekerja dimaksudkan sebagai gebrakan aplikatif yang mampu memanfaatkan seluruh potensi (sumber daya) yang dimiliki guna mendorong pelayanan publik bagi warga secara optimal, cepat, tepat sasaran dan murah dengan memperhatikan aturan perundang-undangan yang mengaturnya. 3). Pemerintah Kota Sabang yang amanah dan bertanggung jawab merupakan bagian dari proses keteladanan dan tanggung jawab moral pemerintah kota kepada warga kota dalam menjalankan hak, wewenang dan kewajibannya dalam melayani warga kota. Pertanggungjawaban ini (anggaran dan nonanggaran) dilakukan dengan tetap memegang teguh konsideran aturan perundang-undangan yang berlaku. 4). Pemerintah Kota Sabang sebagai “model” untuk segera mewujudkan secara nyata dalam berbagai sektor pelayanan publik. Model disini dimaksudkan sebagai model pengelolaan pemerintahan yang baik dengan menerapkan nilainilai dasar yang menjada ruh dalam menjalankan hak, wewenang, dan kewajibannya kepada publik (masyarakat). Kota Sabang sebagai satu-satunya
29
pelabuhan bebas di Aceh sudah sewajarnya menjadi teladan dalam mewujudkan clean and good governance, minimal untuk kawasan Aceh, bumi Serambi Mekkah. Untuk mewujudkan Visi Sabang sebagai mana yang telah diutarakan diatas, Kepala Daerah/Walikota Sabang terpilih telah merumuskan 10 pernyataan misi, sebagai berikut : 1). Menjamin sistem pemerintahan yang transparan, partisipatif, bersih, accountable, dan bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme; 2). Meningkatkan kualitas pelayanan publik; 3). Meningkatkan partisipasi warga kota dalam tata kelola pemerintahan; 4). Meningkatkan kualitas hidup warga kota; 5). Menjamin akses warga ke sumber-sumber pembiayaan ekonomi; 6). Meningkatkan kemandirian pemerintah kota dalam pengelolaan sumber daya dengan mengimplementasikan UU PA; 7). Menjamin pembangunan kota yang ramah terhadap lingkungan hidup; 8). Mewujudkan pendidikan dan pelayanan kesehatan yang tanpa pungutan dan berkualitas; 9). Mendorong tersedianya lapangan kerja bagi pihak warga kota; 10). Membangun koordinasi dengan berbagai pihak seperti BRR NAD-NIAS dan NGO guna percepatan rekonstruksi kota.
5.1.2 Letak geografis Kota Sabang secara geografis terletak antara 05o46’28”-05o54’28” Lintang Utara dan 95o13’02”-95o22’36” Bujur Timur, dengan batas-batas daerah sebagai berikut : Sebelah Utara
: Selat Malaka
Sebelah Selatan
: Samudera Indonesia
Sebelah Timur
: Selat Malaka
Sebelah Barat
: Samudera Indonesia
30
5.1.3 Luas wilayah dan topografi Kota Sabang merupakan daerah kepulauan yang terdiri atas 5 buah pulau (Pulau Weh, Pulau Rubiah, Pulau Klah, Pulau Seulako, dan Pulau Rondo), dan merupakan ibukota dari kelima buah pulau tersebut dan tepatnya berada di Pulau Weh. Kota Sabang memiliki luas daerah sebesar 153 Km2, terdiri atas 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Sukajaya dan Sukakarya. Di Kota Sabang, tepatnya di Pulau Weh terdapat sebuah danau air tawar bernama Danau Aneuk Laot. Keadaan topografi Kota Sabang pada umumnya bergelombang, berbukit-bukit sedang sampai curam, dan di sepanjang pantai penuh dengan batu-batuan. Topografis wilayah secara umum terbagi menjadi 3% dataran rendah, 10% dataran bergelombang, 35% berbukit, dan 52% berbukit sampai bergunung. Kota Sabang berada pada ketinggian 28 m di atas permukaan laut.
5.1.4 Kependudukan Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk Kota Sabang tahun 2007 sebanyak 29.144 jiwa. Penyebarannya hampir merata di kedua kecamatan, dimana jumlah penduduk terbesar terdapat pada Kecamatan Sukakarya, yang berjumlah 14.626 jiwa (50,19%), sedangkan jumlah penduduk di Kecamatan Sukajaya berjumlah 14.518 jiwa (49,81%). Tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat pada Kecamatan Sukakarya yaitu dengan tingkat kepadatan 200 jiwa per km2, sedangkan tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan Sukajaya sebesar 181 jiwa per km2. Berdasarkan jenis kelamin, didominasi oleh penduduk berjenis kelamin laki-laki yaitu 14.935 jiwa (51,25%), sedangkan penduduk berjenis kelamin perempuan berjumlah 14.209 jiwa (48,75%), dengan nilai Sex Ratio sebesar 105. Jumlah penduduk per kecamatan di Kota Sabang disajikan secara rinci pada Tabel 8. Tabel 8 Jumlah penduduk per Kecamatan di Kota Sabang tahun 2007 Penduduk Jenis Kelamin Luas Kepadatan Kecamatan 2 2 Jiwa (%) (km ) (jiwa/km ) Laki-laki Perempuan Sukajaya
14.518
49,81
80
181
7.486
7.032
Sukakarya
14.626
50,19
73
200
7.449
7.177
Jumlah
29.144
100,00
153
381
14.935
14.209
Sumber : BPS Kota Sabang 2007
31
5.1.5 Ketenagakerjaan Berdasarkan data Sabang Dalam Angka Tahun 2006, jumlah penduduk Kota Sabang berjumlah 28.894 jiwa, dari angka tersebut jumlah angkatan kerja adalah sebanyak 13.644 jiwa, dengan rincian yang bekerja sebanyak 11.664 jiwa dan pengangguran sebanyak 1.980 jiwa, sedangkan yang pencari kerja adalah 800 jiwa. Pada tahun 2007, jumlah penduduk Kota Sabang meningkat sebesar 0.86% menjadi 29.144 jiwa. Jumlah angkatan kerja juga mengalami peningkatan sebesar 7,51%, yaitu menjadi 14.669 jiwa. Jumlah penduduk yang bekerja mengalami peningkatan sebesar 15,98% dari tahun sebelumnya, yaitu menjadi 13.528 jiwa. Jumlah pengangguran mengalami penurunan sebesar 42,37% dari tahun sebelumnya menjadi 1.141 jiwa, begitu pula yang terjadi pada jumlah pencari kerja yang mengalami penurunan sebesar 69,87% menjadi 241 jiwa. Jumlah penduduk dan angkatan kerja Tahun 2006-2007 Kota Sabang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Jumlah penduduk dan angkatan kerja di Kota Sabang 2006-2007 (orang) Angkatan Kerja Pencari Kerja Bekerja Pengangguran 2006 28.894 11.664 1.980 800 2007 29.144 13.528 1.141 241 Sumber : Sabang Dalam Angka dan Aceh Dalam Angka 2006 dan 2007 Tahun
Jumlah Penduduk
Berdasarkan Sabang Dalam Angka Tahun 2006, sektor yang paling banyak menyerap tanaga kerja adalah sektor pegawai, yaitu mencapai 2.353 Kepala Keluarga (KK). Posisi kedua ditempati oleh sektor lainnya (sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor bangunan dan konstruksi, dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan), yaitu sebesar 1.457 KK. Posisi ketiga ditempati oleh sektor pertanian sebanyak 1.392 KK. Sektor perikanan menempati posisi keempat sebanyak 951 KK, diikuti dengan sektor angkutan sebanyak 896 KK, sektor perdagangan sebanyak 869 KK, sektor buruh sebanyak 537 KK, dan terakhir adalah sektor jasa sebanyak 511 KK. Jumlah Kepala Keluarga menurut mata pencaharian di Kota Sabang Tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 10.
32
Tabel 10 Jumlah kepala keluarga menurut mata pencaharian di Kota Sabang Tahun 2006 No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Mata Pencaharian Pertanian Perikanan Buruh Perdagangan Jasa Angkutan Pegawai Lainnya Total
Jumlah 1.392 951 537 869 511 896 2.353 1.457 8.966
Persentase (%) 15,53 10,61 5,99 9,69 5,70 9,99 26,24 16,25 100
Sumber : Sabang Dalam Angka Tahun 2006
Berdasarkan lapangan usahanya, sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor pegawai, yaitu sebesar 26,24%, diikuti dengan sektor lainnya sebesar 16,25%, sektor pertanian sebesar 15,53%. Sektor perikanan menduduki posisi keempat, yaitu mampu menyerap tenaga kerja sebesar 10,61%, diikuti dengan sektor angkutan sebesar 9,99%, sektor perdagangan sebesar 9,69%, sektor buruh sebesar 5,99%, dan sektor yang paling sedikit menyerap tenaga kerja adalah sektor jasa sebesar 5,70%. Persentase jumlah Kepala Keluarga menurut mata pencaharian di Kota Sabang pada tahun 2006 disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3 Diagram pie persentase jumlah kepala keluarga menurut mata pencaharian di Kota Sabang Tahun 2006.
33
5.1.6 Aspek agama, sosial, dan budaya Penduduk Kota Sabang memiliki sifat yang heterogen, baik dilihat dari aspek agama, sosial, budaya, daerah asal maupun keturunannya. Sebagian besar penduduk Kota Sabang adalah suku Aceh, sehingga mayoritas penduduk Kota Sabang beragama Islam, namun tidak terdapat kekhasan khusus pada penduduk Kota Sabang, hal ini disebabkan karena penduduk Kota Sabang yang berasal dari daerah yang berbeda-beda, dan juga berasal dari keturunan yang berbeda pula. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya Warna Negara Asing (WNA) di Kota Sabang.
5.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kota Sabang 5.2.1 Potensi sumberdaya perikanan tangkap Kota Sabang Kawasan Sabang merupakan kawasan pesisir yang berada di antara Barat Laut Sumatera, Selat Malaka dan Samudera Indonesia, yang memiliki potensi sumberdaya ikan yang sangat besar. Berdasarkan Rencana Strategis Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang Tahun 2007-2012, potensi sumberdaya kelautan dan perikanan Kota Sabang sebesar 5.700 ton per tahun lestari, namun potensi ini belum mampu dimanfaatkan secara optimal oleh nelayan di Kota Sabang, hal ini dapat dilihat dari jumlah produksi perikanan laut Kota Sabang tahun 2007 yaitu sebesar 2.720,7 ton, atau 47,73% dari potensi lestari di perairan Kota Sabang. Ketidakmampuan ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, lemahnya struktur ekonomi dan penggalangan modal usaha bagi masyarakat nelayan, rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan masyarakat nelayan, rendahnya produktifitas nelayan, rendahnya etos kerja masyarakat nelayan, dan rantai pemasaran yang terlalu panjang.
5.2.2. Tenaga kerja perikanan tangkap Jumlah tenaga kerja perikanan tangkap di Kota Sabang pada tahun 2007 sebanyak 918 orang nelayan. Perkembangan jumlah tenaga kerja perikanan tangkap di Kota Sabang dapat dilihat pada Tabel 11 dan Gambar 4.
34
Tabel 11 Perkembangan jumlah nelayan Kota Sabang Tahun 2001-2007 Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Jumlah Nelayan Sabang (Orang) 980 980 926 1.014 879 952 918
Perubahan (%) -(54) 88 -(135) 73 -(34)
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang
Gambar 4 Perkembangan jumlah nelayan Kota Sabang Tahun 2001-2007 Berdasarkan Gambar 4, terlihat bahwa jumlah tenaga kerja perikanan tangkap Kota Sabang relatif meningkat dari tahun 2001-2004, walaupun terjadi sedikit penurunan dari tahun 2002 ke 2003. Pada tahun 2005 jumlah tenaga kerja perikanan tangkap di Kota Sabang mengalami penurunan yang cukup drastis, hal ini disebabkan karena terjadinya bencana alam gempa bumi dan Tsunami yang melanda wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Memang pada kenyataannya, akibat yang ditimbulkan oleh bencana alam tersebut di Kota Sabang tidak separah yang terjadi di daratan Aceh lainnya. Berdasarkan data statistik, penduduk di Kota Sabang yang meninggal dunia akibat bencana alam tersebut berjumlah 12 jiwa, tetapi kerusakan yang ditimbulkan oleh bencana alam tersebut cukup besar, diantaranya adalah rusaknya Cold Storage dan processing room di Pangkalan Pendaratan Ikan Pasiran dan dermaga Pendaratan Ikan Krueng
35
Raya di Kota Sabang, hancurnya perahu-perahu nelayan yang sedang ditambatkan di tempat-tempat konsentrasi nelayan, serta rusaknya beberapa alat tangkap. Akibat kerusakan pada sarana dan prasarana perikanan tangkap yang dimiliki tersebut mengakibatkan banyak nelayan yang tidak dapat melakukan kegiatan penangkapan ikan, sehingga banyak nelayan yang beralih profesi ke bidang lain, seperti petani, pedagang, buruh bangunan dan lain sebagainya, sehingga menyebabkan terjadinya penurunan tenaga kerja perikanan tangkap pada tahun 2005. Seiring dengan berjalannya waktu, telah banyak terjadi perubahan dan perbaikan pada sistem perikanan tangkap Kota Sabang, seperti halnya nelayannelayan Kota Sabang banyak menerima bantuan sarana (seperti alat tangkap, perahu, dan GPS) dari Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi NAD-NIAS (BRR NAD-NIAS), dan juga bantuan pembangunan dan perbaikan dermaga nelayan di wilayah Krueng Raya Kecamatan Sukakarya Kota Sabang oleh BRR NAD-NIAS. Dengan banyaknya bantuan, baik sarana maupun prasarana, yang diterima oleh nelayan-nelayan di Kota Sabang, menggerakkan nelayan-nelayan tersebut untuk kembali melakukan kegiatan penangkapan ikan, sehingga jumlah tenaga kerja perikanan tangkap pada tahun berikutnya, yaitu tahun 2006 juga ikut meningkat. Pada tahun 2007 jumlah tenaga kerja kembali mengalami sedikit penurunan, hal ini disebabkan karena pada tahun 2007 terjadi kenaikan harga BBM sebesar 33,33%, sehingga menyebabkan beberapa nelayan menghentikan kegiatan penangkapan ikan dan beralih ke profesi lain.
5.2.3 Volume dan nilai produksi perikanan tangkap Perkembangan produksi dan nilai produksi perikanan tangkap di Kota Sabang dari tahun 2000 sampai dengan 2007 disajikan pada Tabel 12. Berdasarkan Tabel 12, terlihat bahwa jumlah produksi perikanan tangkap dari Tahun 2000 sampai dengan 2007 mengalami fluktuasi. Pada rentang waktu tersebut jumlah produksi tertinggi terdapat pada Tahun 2004 yaitu sebesar 3.199,4 ton, dan jumlah produksi terendah terdapat pada Tahun 2003 yaitu sebesar 1.430,8 ton. Nilai produksi perikanan tangkap dari Tahun 2000-2005 juga mengalami fluktuasi, namun pada Tahun 2005-2007 nilai produksi perikanan tangkap terus mengalami peningkatan. Pada rentang Tahun 2000-2007, nilai produksi perikanan
36
tangkap tertinggi terdapat pada Tahun 2007, dan nilai produksi perikanan tangkap terendah terdapat pada Tahun 2000.
Tabel 12 Perkembangan produksi dan nilai produksi subsektor perikanan tangkap Kota Sabang Tahun 2000-2007 Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Jenis Produksi (Ton) 1.537,1 2.002,5 1.990,9 1.430,8 3.199,4 2.411,6 2.720,7 2.720,7
Nilai Produksi (Rp.000) 11.667.320,0 16.488.120,0 13.378.860,0 16.761.000,0 23.691.050,0 20.165.950,0 21.192.580,3 58.524.087,2
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang 2000-2007
5.2.4 Pemasaran hasil perikanan tangkap Produksi perikanan tangkap Kota Sabang memiliki dua target pemasaran, yaitu dipasarkan melalui pasar lokal dan dipasarkan melalui perdagangan antar kota. Pemasaran lokal biasanya dilakukan oleh nelayan itu sendiri dengan menjual hasil tangkapannya ke pengumpul (mugee), kemudian mugee akan menjual hasil tangkapan tersebut ke pasar-pasar ikan yang ada di Kota Sabang maupun ke kelompok usaha pengolahan. Pemerintah Kota Sabang telah menyediakan sarana perdagangan berupa pasar ikan sebanyak 4 buah, 3 diantaranya merupakan pasar tradisional, yaitu pasar ikan Paya Seunara, pasar ikan Balohan dan pasar ikan Jaboi, dan 1 lagi merupakan pasar ikan sentral yang berlokasi di Kelurahan Kota Bawah Timur Kecamatan Sukakarya. Pemasaran melalui perdagangan antar kota biasanya dilakukan oleh nelayan Kota Sabang dengan menjual hasil tangkapannya ke PPI Lampulo Aceh Besar. Pemasaran seperti ini terjadi disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya nelayan Kota Sabang tidak mendapatkan kecocokan harga dengan mugee di Kota Sabang, sehingga nelayan-nelayan tersebut lebih memilih menjual hasil tangkapannya ke PPI Lampulo Aceh Besar. Penyebab lainnya adalah jarak fishing ground yang ditempuh lebih dekat dengan PPI Lampulo Aceh Besar dibandingkan ke PPI ataupun TPI-TPI yang ada di Kota Sabang, sehingga membuat nelayan-nelayan tersebut langsung mendaratkan hasil
37
tangkapannya ke PPI Lampulo Aceh Besar. Saluran pemasaran hasil tangkapan di Kota Sabang dapat dilihat pada Gambar 5.
a) Pemasaran Lokal Nelayan
Nelayan
Pengumpul Ikan (mugee)
Kelompok Usaha Pengolahan
Pasar Ikan
b) Pemasaran Antar Kota
PPI Lampulo Aceh Besar
Konsumen
Konsumen
Gambar 5a Gambar 5b
Saluran pemasaran hasil tangkapan di Kota Sabang melalui pemasaran lokal Saluran pemasaran hasil tangkapan di Kota Sabang melalui pemasaran antar kota
5.2.5 Konsumsi ikan Konsumsi ikan per kapita per tahun adalah banyaknya ikan yang dikonsumsi oleh satu orang penduduk Kota Sabang dalam periode satu tahun. Pada tahun 2007, target yang dicanangkan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang untuk konsumsi ikan per kapita per tahun adalah sebesar 30 kg per kapita per tahun, namun pada kenyataannya di akhir tahun 2007 diperoleh data konsumsi ikan per kapita per tahun adalah sebesar 35 kg per kapita per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2007 daya konsumsi ikan masyarakat Kota Sabang melebihi target yang dicanangkan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang.
38
5.2.6 Sarana dan prasarana perikanan tangkap Sarana dan prasarana perikanan tangkap merupakan faktor pendukung dalam pembangunan subsektor perikanan tangkap. Dengan adanya dukungan dari sarana dan prasarana perikanan tangkap tersebut diharapkan upaya pemanfaatan potensi perikanan tangkap di Kota Sabang dapat dilaksanakan secara efektif, efisien dan berkelanjutan, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat nelayan dan memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan daerah.
5.2.6.1 Sarana perikanan tangkap Sarana perikanan tangkap yang terdapat di Kota Sabang antara lain armada penangkapan ikan dan alat penangkapan ikan. Armada penangkapan ikan di Kota Sabang terdiri atas perahu tanpa motor, motor tempel, dan kapal motor. Alat tangkap yang terdapat di Kota Sabang adalah jaring insang, pancing ulur (hand line), pancing tonda, pancing rawai, pukat pantai, pukat cincin, dan alat tangkap lainnya (jala tebar, garpu, dan tombak). Berikut akan dijelaskan lebih rinci mengenai armada penangkapan ikan dan alat penangkapan ikan.
a) Armada Penangkapan Ikan Armada penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan di Kota Sabang pada umumnya adalah perahu tanpa motor, motor tempel, dan kapal motor. Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di Kota sabang dari tahun 2002 sampai dengan 2006 dapat dilihat pada Tabel 13 dan Gambar 6.
Tabel 13 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di Kota Sabang Tahun 2002-2006 Motor Tempel Kapal Motor Perahu Tanpa Motor 15 PK 40 PK < 5 GT 5-30 GT (unit) (unit) (unit) (unit) (unit) 1. 2002 250 26 53 61 15 2. 2003 419 24 50 121 21 3. 2004 155 26 55 145 23 4. 2005 159 21 43 132 13 5. 2006 159 41 45 317 21 Sumber : Rencana Strategis Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang Tahun 20072012 No
Tahun
39
Gambar 6 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di Kota Sabang Tahun 2002-2006. b) Alat Penangkapan Ikan Jenis alat tangkap yang umum digunakan oleh nelayan di Kota Sabang adalah Jaring Insang, Pancing Biasa (Hand Line), Pancing Tonda, Pancing Rawai, Pukat Pantai dan Pukat Cincin. Tiap alat tangkap tersebut digunakan untuk menangkap komoditas yang berbeda. Jenis alat tangkap yang terbanyak di Kota Sabang adalah Pancing Biasa (Hand Line), dimana pada tahun 2008 terdapat 673 unit alat tangkap Hand Line. Perkembangan data alat tangkap yang digunakan di Kota Sabang dalam kurun waktu 2000-2008 dapat dilihat pada Tabel 14 dan Gambar 7. Tabel 14 Perkembangan alat penangkap ikan di Kota Sabang Tahun 2000-2008 Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Jaring Insang 31 31 17 19 45 18 5 15 28
Pancing Ulur (Hand Line) 343 356 229 209 238 229 437 439 673
Alat Penangkapan Ikan Pancing Pancing Tonda Rawai 79 0 142 4 94 0 117 0 125 0 115 0 206 13 205 13 175 22
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang 2000-2008
Pukat Pantai 0 0 0 0 0 0 10 10 10
Pukat Cincin 0 0 0 0 0 0 0 0 27
40
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang 2000-2008
Gambar 7 Perkembangan alat penangkap ikan di Kota Sabang Tahun 2000-2008
5.2.6.2 Prasarana perikanan tangkap Prasarana pendukung perikanan tangkap yang terdapat di Kota Sabang terletak di beberapa titik konsentrasi kegiatan penangkapan ikan, diantaranya yaitu Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), TPI, Balai Nelayan, Dermaga dan Jetty, Kolam Pelabuhan, Pabrik Es, SPDN, Tower Air dan DOK mini.
a) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) di Kota Sabang terletak di Kelurahan Kota Bawah Timur Kecamatan Sukakarya. PPI tersebut bernama PPI Pasiran. PPI Pasiran merupakan PPI terbesar di Kota Sabang, dengan luas sekitar 1.020 m2, yang terdiri atas fasilitas-fasilitas seperti dermaga tambat (110 m2), dua buah dermaga jetty dengan panjang masing-masing adalah 50 meter, meunasah nelayan (36 m2), processing room, Cold Storage yang mampu menampung muatan hingga kapasitas 900 ton, tower air dengan kapasitas 5 ton/hari, SPDN, dan DOK mini. PPI Pasiran ini didirikan pada rentang waktu 2000-2003, dimana sumber dana pembangunannya berasal dari APBN, dan dikelola oleh pusat (DKP). Keseluruhan fasilitas yang terdapat di PPI Pasiran, hanya Cold Storage dan processing room saja yang sampai saat ini berada dalam kondisi rusak. Cold Storage dan processing room tersebut rusak berat sejak terjadinya bencana alam
41
Tsunami yang melanda wilayah Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 26 Desember 2004, dan hingga saat ini belum diperbaiki.
b) Tempat Pendaratan Ikan Tempat Pendaratan Ikan (TPI) yang terdapat di Kota Sabang ada dua buah, yaitu TPI Krueng Raya dan TPI Jaboi. TPI Krueng Raya memiliki luas areal sebesar 250 m2, dan didirikan pada tahun 1997, dimana sumber dananya berasal dari APBD I, dan pemilik atau pengelolanya adalah masyarakat. Akan tetapi pada saat musibah Tsunami menimpa Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 26 Desember 2004, dermaga TPI Krueng Raya mengalami kerusakan besar akibat hantaman gelombang tsunami, sehingga pada tahun 2005 BRR NAD-NIAS kembali membangun dermaga TPI Krueng Raya tersebut. TPI Jaboi memiliki luas areal sebesar 14 meter x 6 meter, yang didirikan pada tahun 2007, dimana sumber dananya berasal dari APBD II dan dikelola oleh Pemko Sabang.
c)
Balai Nelayan Balai Nelayan (Tempat Konsentrasi Nelayan) yang terdapat di Kota
Sabang ada tujuh buah, diantaranya yaitu Balai Nelayan Pria Laot Kelurahan Batee Shok, Balai Nelayan Ulee Krueng Kelurahan Balohan, Balai Nelayan Pasie Kelurahan Jaboi, Balai Nelayan Ie Suum Kelurahan Keuneukai, Balai Nelayan Pasir Putih Kelurahan Paya Seunara, Balai Nelayan Pante Jaya Kelurahan Ie Meulee, dan Balai Nelayan Pasie Kelurahan Anoi Itam. Sumber dana pembangunan balai nelayan ini beragam, ada yang berasal dari NGO (FIG), dan ada pula yang berasal dari dana swadaya masyarakat. Pemilik/pengelola setiap balai nelayan tersebut adalah masyarakat nelayan setempat.
d) Dermaga dan Jetty Dermaga untuk tempat penambatan kapal terdapat di PPI Pasiran Kelurahan Kota Bawah Timur Kecamatan Sukakarya Kota Sabang. Dermaga tersebut memiliki luas areal sebesar 110 m2, dan didirikan pada rentang tahun 2000-2003.
Sumber
dana
pembangunannya
pemilik/pengelolanya adalah Pusat (DKP).
berasal
dari
APBN,
dan
42
Pada PPI Pasiran terdapat pula dua buah dermaga Jetty, yang masingmasingnya memiliki panjang sebesar 50m. Kedua jetty ini tidak didirikan pada waktu yang bersamaan. Jetty yang satu didirikan pada tahun 1997 oleh PT (Perseroan Terbatas) Perikanan Nusantara, sedangkan jetty yang lainnya didirikan pada tahun 2003 dengan sumber dana dari APBN dan pemilik/pengelolanya adalah Pusat (DKP). Pada TPI Jaboi juga terdapat dua buah jetty. Masing-masing jetty berukuran 50 meter x 5 meter dan 40 meter x 5 meter. Kedua jetty ini tidak didirikan pada waktu yang bersamaan. Jetty yang pertama didirikan adalah jetty yang berukuran 50 meter x 5 meter, didirikan pada tahun 1995, sumber dana berasal dari APBD I, dan pemilik/pengelolanya adalah Pemko Sabang, sedangkan jetty yang terakhir didirikan adalah jetty yang berukuran 40 meter x 5 meter, didirikan pada tahun 2007, sumber dana berasal dari APBD II, dan pemilik/pengelolanya adalah Pemko Sabang.
e)
Kolam Pelabuhan Kolam pelabuhan di Kota Sabang hanya terdapat di wilayah Ie Suum
Kelurahan Keuneukai Kecamatan Sukajaya. Kolam Pelabuhan ini didirikan pada tahun 2007 dengan luas areal sebesar 100 meter. Sumber dana pembangunan kolam pelabuhan ini berasal dari APBD II, dan pemilik/pengelolanya adalah Pemko Sabang.
f)
Pabrik Es Pabrik es yang terdapat di Kota Sabang ada dua buah, yaitu pabrik es yang
berlokasi di PPI Pasiran Kelurahan Kota bawah Timur Kecamatan Sukakarya, dan pabrik es yang berlokasi di Ulee Krueng Kelurahan Balohan Kecamatan Sukajaya. Pabrik es yang berlokasi di PPI Pasiran memiliki kapasitas produksi 5ton/hari dan memiliki luas areal sebesar 128 m2. Pabrik es tersebut didirikan pada tahun 2006, dengan sumber dana berasal dari APBD Kota Sabang, dan pemilik/pengelolanya adalah Pemko Sabang. Pabrik es yang berlokasi di Ulee Krueng Kelurahan Balohan memiliki kapasitas produksi 1 ton/hari dan memilki luas areal sebesar 48 m2. Pabrik tersebut didirikan pada tahun 2006, dengan
43
sumber dana berasala dari APBN/APBD, dan pemilik/pengelolanya adalah Pemko dan koperasi nelayan setempat.
g) SPDN Hanya terdapat satu buah SPDN di Kota Sabang, yaitu SPDN yang berlokasi di PPI Pasiran Kelurahan Kota Bawah Timur Kecamatan Sukakarya. SPDN tersebut memiliki luas areal sebesar 15 m2, didirikan pada tahun 2004, dimana sumber dananya berasal dari APBN, dan pemilik/pengelolanya adalah Koperasi nelayan Calog Alue Ie Masein.
h) Tower Air Tower air yang terdapat di Kota Sabang ada dua buah, yaitu tower air yang berlokasi di PPI Pasiran Kelurahan Kota Bawah Timur Kecamatan Sukakarya, dan tower air yang berlokasi di Pasie Kelurahan Jaboi Kecamatan Sukajaya. Tower air yang berlokasi di PPI Pasiran memiliki kapasasitas 5 ton, didirikan pada tahun 2006, dimana sumber dananya berasal dari APBD Kota Sabang, dan pemilik/pengelolanya adalah Pemko Sabang. Tower air yang berlokasi di Pasie Kelurahan Jaboi memilki kapasitas 3 ton, didirikan pada tahun 2007, dimana sumber dananya berasal dari APBD II, dan pemilik/pengelolanya adalah Pemko Sabang.
i)
Dok Mini Hanya terdapat satu tempat perbaikan untuk kapal-kapal nelayan di Kota
sabang, yaitu Dok mini yang berlokasi di PPI Pasiran Kelurahan Kota Bawah Timur Kecamatan Sukakarya. Dok mini tersebut memiliki luas areal sebesar 150m2, didirikan pada tahun 2005, dimana sumber dananya tersebut berasal dari swadaya, dan pemilik/pengelolanya adalah individu yaitu Bapak Zulfikar Jailani.