KATA SERAPAN DARI BAHASA BELANDA PADA BIDANG KULINER DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS FONOLOGIS
Penulis
: Mia Kustiyanti
NPM
: 0906529230
Pembimbing
: Munif Yusuf S.S, M.Hum.
NIP
: 19700509 2009121001
Fakultas
: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Program Studi
: Belanda
Kata serapan ...., Mia Kustiyanti, FIB UI, 2014
Kata serapan ...., Mia Kustiyanti, FIB UI, 2014
Kata serapan ...., Mia Kustiyanti, FIB UI, 2014
Kata serapan ...., Mia Kustiyanti, FIB UI, 2014
KATA SERAPAN BAHASA BELANDA PADA BIDANG KULINER DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS FONOLOGIS Mia Kustiyanti, Munif Yusuf 1. Program Studi Belanda, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia 2. Program Studi Belanda, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia Email:
[email protected]
Abstrak Sebuah kata serapan tercipta akibat beberapa faktor, di antaranya adalah kontak bahasa. Kontak bahasa terjadi secara lisan maupun tulisan, sehingga ada kata yang berubah secara fonologis, ada pula yang tidak. Dalam makalah ini dilakukan analisis jenis perubahan fonologis apa saja yang terjadi pada kata serapan, seperti perubahan pada vokal panjang, penyederhanaan lafal, penghilangan bunyi, reduplikasi dan perubahan bunyi fonem pada suku kata. Seperti pada kata frikadel yang berubah pengucapannya menjadi [pərkədl]. Pada kata serapan yang tidak berubah secara fonologis, hal itu disebabkan fonem pada kata serapan tersebut sama dengan fonem pada kata dari bahasa sumbernya, contoh kata yang tidak berubah secara fonologis adalah poffertjes yang tetap dilafalkan [pfərcəs]. .
DUTCH LOANWORDS IN THE CULINARY FIELD IN INDONESIAN: A PHONOLOGICAL ANALYSIS Abstract A loanword is created by several factors. One of them is language contact. Language contact occurs both in oral form and in writing form, so some words changed phonologically, some are not. This paper analyzes what types of phonological changes that occur in loanwords, such as changes in long vowels, pronunciation simplification, removal of (a) phoneme(s), reduplication and the change of phonemes in a syllable. As in word pronunciation frikadel changed into [pərkədl]. On a loanword that does not change phonologically, it is caused by the phonemes of the loanwords have the same phonemes in the words of the source language. The example is poffertjes that is still pronounced [pfərcəs]. Keywords: Loanwords, Phonological Analysis, Dutch Studies, Culinary, Phonemes
Latar Belakang Sering kali kita tidak mengetahui bahwa makanan yang kita sukai atau yang kita kenali sejak lama merupakan warisan makanan yang sudah ada sejak zaman kolonial. Seperti bistik yang berasal dari kata biefstuk, panekuk dari kata pannekoek dan perkedel dari kata frikadel merupakan nama-nama makanan yang diserap dari bahasa Belanda. Oleh karena sering terjadinya interaksi antara orang Indonesia dan orang Belanda pada zaman kolonial, maka
Kata serapan ...., Mia Kustiyanti, FIB UI, 2014
terjadilah penyerapan kata termasuk dalam penamaan makanan. Menurut Soekiman (2000) yang dikutip oleh Fadly Rahman (2011), salah satu babak penting sejarah kuliner Indonesia adalah masa kolonial dengan berbagai sentuhan kebudayaannya. Ketika bangsa asing datang dan menetap di suatu wilayah, maka mereka akan turut serta membawa budayanya masuk dan memberi pengaruh ke tempat menetapnya yang baru. Silang pengaruh budaya masa kolonial yang ditandai ramainya persentuhan budaya seperti budaya kuliner yang dimulai sejak abad ke-17. Hal itu merupakan keunikan tersendiri yang tentunya menarik untuk dibahas. Suwito (1985:39-40) mengatakan bahwa apabila dua bahasa atau lebih digunakan secara bergantian oleh penutur yang sama, dapat dikatakan bahwa bahasa tesebut dalam keadaan saling kontak. Dalam setiap kontak bahasa terjadi proses saling mempengaruhi antara bahasa satu dengan bahasa yang lain. Sebagai akibatnya, interferensi akan muncul, baik secara lisan maupun tulisan. Kontak bahasa merupakan titik awal munculnya sebuah kata serapan. Latar belakang sejarah menjadi salah satu penyebab terciptanya sebuah interaksi/kontak sosial. Oleh sebab itu, banyak sekali ditemukan kata-kata serapan yang berasal dari bahasa Belanda di dalam bahasa Indonesia, termasuk di bidang kuliner. Bahasa Indonesia dan Belanda memiliki sistem fonologi yang berbeda. Ada fonem yang berterima di antara dua bahasa tersebut, ada juga yang tidak. Kata tegel [teγəl] misalnya, dalam bahasa Indonesia tidak dilafalkan dengan /γ/ karena bahasa Indonesia tidak mempunyai /γ/. Oleh karena itu, huruf
dilafalkan [g] dalam bahasa Indonesia, maka tegel dilafalkan [tgəl]. Perubahan tersebut berkaitan dengan perbedaan lafal ejaan (spelling pronunciation). Selain itu, penguasaan bahasa asing juga ikut berpengaruh terhadap kemampuan seseorang melafalkan kata dari bahasa asing.
Masalah Penelitian Sistem fonologi bahasa Indonesia berbeda dengan sistem fonologi bahasa Belanda. Oleh sebab itu, kata-kata serapan yang masuk ke bahasa Indonesia mengalami perubahan bunyi. Pokok dari penelitian ini adalah kata-kata serapan dari bahasa Belanda di bidang kuliner yang diambil dari buku resep masakan “Citra Rasa Asyik, Dapur Masakan Belanda” dan “Rijsttafel Budaya Kuliner di Indonesia Masa Kolonial 1870-1942”. Masalah penelitian terkait dengan bidang fonologi dan kuliner dirumuskan sebagai berikut:
Kata serapan ...., Mia Kustiyanti, FIB UI, 2014
apakah kata serapan yang ditemukan dalam bidang kuliner mengalami perubahan bunyi dari bahasa Belanda ke bahasa Indonesia? bagaimanakah proses perubahan fonologis kata-kata serapan tersebut?
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan bunyi apa saja yang dialami oleh kata-kata serapan di bidang kuliner yang akan dianalisis. Analisis dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses perubahan bunyi kata-kata serapan tersebut berubah dari bahasa Belanda ke bahasa Indonesia. Selain itu, agar dapat juga diketahui mengapa terdapat kata-kata yang tidak berubah secara fonologis.
Metode Penelitian Kata-kata serapan di bidang kuliner dalam penelitian ini diambil dari sumber-sumber tertulis, yaitu buku-buku resep masakan dan kue. Buku yang digunakan adalah buku resep masakan “Citra Rasa Asyik, Dapur Masakan Belanda” dan “Rijsttafel Budaya Kuliner di Indonesia Masa Kolonial 1870-1942”. Kedua buku tersebut diambil sebagai sumber karena di dalamnya membahas bermacam-macam kuliner khas Belanda yang sudah familiar dengan masyarakat Indonesia. Penamaan makanan dalam buku-buku tersebut sudah mengalami penyerapan ke bahasa Indonesia, sehingga menarik untuk dianalisis secara fonologis. Setelah terkumpul, kata-kata tersebut dikelompokkan berdasarkan jenis perubahannya. Kemudian untuk mengetahui apakah kata serapan tersebut merupakan kata-kata serapan yaitu menggunakan kemampuan dasar kedua bahasa yang dimiliki oleh penulis. Dengan begitu akan dapat diperkirakan mana saja kata yang diduga kata serapan. Terakhir, kata-kata yang diduga kata serapan tersebut kemudian dilihat apakah kata tersebut tercakup dalam buku Loan Words in Indonesia and Malay.1 Dalam menganalisis kata-kata serapan dari bahasa Belanda, digunakan dua landasan yaitu kontak bahasa dan fonologi. Kedua landasan tersebut dianggap sebagai dua hal yang paling penting dalam menganalisis kata-kata serapan. Kontak bahasa merupakan titik awal mula munculnya sebuah kata serapan. Kontak bahasa menjelaskan mengenai akibat yang 1
Buku Loan Words in Indonesia and Malay karya Russell Jones (ed) (2007) berisi daftar kata-kata serapan dalam bahasa Indonesia dan Melayu yang berasal dari berbagai bahasa.
Kata serapan ...., Mia Kustiyanti, FIB UI, 2014
ditimbulkan dari adanya kontak dari kedua penutur yang berbeda dalam kurun waktu yang panjang, sehingga tercipta kata-kata serapan. Kemudian setelah dijelaskan mengenai awal munculnya kata serapan tersebut, maka kata serapan tersebut secara fonologis untuk melihat perbandingan sistem bunyi pada bahasa Indonesia dan bahasa Belanda, sehingga dapat diketahui apa yang menyebabkan perubahan bunyi tersebut terjadi. Kontak Bahasa Kontak bahasa merupakan titik awal terciptanya kata-kata serapan. Kontak bahasa terjadi akibat kedua penutur bahasa yang berbeda sering berinteraksi satu sama lain dalam kurun waktu yang cukup lama. Kontak bahasa yang terjadi di Indonesia karena dipengaruhi oleh situasi sejarah zaman kolonial. Orang kebanyakan hanya mengandalkan kemampuan mendengarnya untuk menyerap kata-kata tersebut. Seperti pada istilah jongos yang asal katanya adalah jongens. Menurut Appel dan Muysken (1987) yang dikutip oleh Monica Nila Sari (2009), situasi kontak bahasa adalah situasi yang melibatkan atau memungkinkan terjadinya kontak bahasa terjadi di dunia. Situasi yang paling dominan atau paling mendekati terjadinya kontak bahasa di Indonesia adalah kontak bahasa hasil dari ekspansi kolonial. Situasi bahasa inilah yang dialami di Indonesia karena Indonesia pernah dikuasai Belanda. Proses penyerapan kata terjadi melalui dua proses, yaitu lisan dan tulisan. Pada waktu itu, yang terjadi adalah penyerapan kata secara lisan, sehingga apa yang ditangkap oleh pendengar tidak beraturan perubahannya dan cenderung bersifat mana suka. Menurut Hudson (1980) yang dikutip oleh Monica Nila Sari (2009) ada empat hal yang terjadi sebagai akibat dari adanya kontak bahasa, yaitu: alih kode, bahasa pijin, bahasa kreol dan penyerapan kata. Kontak bahasa yang terjadi kermudian akan menghasilkan kata serapan. Menurut Robins (1992) biasanya kata serapan disesuaikan dengan kelas bunyi fonetis dan pola fonologis bahasa sasaran, dan konsonan dan vokal asli diganti dengan vokal yang bunyinya mirip dengan bahasa sasaran.
Peran Fonologi Pembahasan fonologi meliputi kajian fonem dan distribusinya pada sebuah bahasa. Sistem fonologi bahasa Belanda memiliki banyak perbedaan dengan sistem fonologi bahasa Indonesia. Perbedaan sistem tersebut menyebabkan kata-kata serapan mengalami
Kata serapan ...., Mia Kustiyanti, FIB UI, 2014
penyesuaian lafal dan ejaan dalam bahasa Indonesia. Dalam sistem fonologi Belanda, dikenal terdapat vokal panjang (lange vocaal) seperti pada kata baan [ban], gugus konsonan dengan dua konsonan misalnya /st/ dan /rk/ di akhir kata seperti pada kast [kαst] dan werk [wrk]. Dalam kajian fonologi, di dalamnya terdapat sub-sub kajian lainnya seperti, gugus konsonan, fonotaktik, ragam bahasa tinggi dan rendah, reduplikasi, penghilangan bunyi di akhir kata atau apocope.
1.
Sistem Fonologi Bahasa Belanda
Untuk mengetahui apa saja fonem bahasa Belanda dan bagaimana distribusinya, berikut ini merupakan tabel lengkap distribusi fonem dalam bahasa Belanda yang telah dimodifikasi sebelumnya untuk kemudahan (Neijt, 1991:28-29): Tabel 1. Konsonan Bahasa Belanda konsonan
inisial
medial
final
p b t d k f v s z x γ m n ŋ l r j w h g dj c zj
pak bak tak dam kat fee vee sop zout chaos geel mat nat laat rat jatten waar hard goethe djatihout tja sjaal jaquet -
appel tabel laten raden laken hieroglyfen leven gesel wezel lachen hagel lama onno zingen gala mare aio ouwel aha zakdoek bootje wasje garage oranje
tap kat maak lef les kuch raam ton bank bal kar baai duw -
Tabel 2. Vokal Bahasa Belanda vokal
inisial
medial
final
a α
aan accent
praat prak
ja -
Kata serapan ...., Mia Kustiyanti, FIB UI, 2014
e i ι o u y ø œ ə
eet erg idee in oom om oer uur europa ultim een
meet pret riep pit room trom roem puur reus dun tafel
nee politie waterloo koe nu reu de
Tabel 3. Diftong Bahasa Belanda diftong
inisial
medial
Final
i αu œy
eis auto ui
rijp koud luis
bakkerij nauw lui
Selanjutnya sebagai alat menganalisis lebih dalam, berikut ini merupakan tabel artikulasi konsonan dalam bahasa Belanda. Tabel 4. Artikulasi Bahasa Belanda daerah artikulasi cara artikulasi hambat frikatif nasal getar lateral semi vokal
(-) suara (+) suara (-) suara (+) suara (+) suara (+) suara (+) suara (+) suara
bilabial
labiodental
p b f v m
w
dental t d s z n r l
palatal c dj zj
velar k g x γ ŋ
glotal
h
J
Dengan melihat tabel di atas, maka akan sangat membantu dalam menganalisis kecenderungan sebuah fonem konsonan berubah dan digantikan oleh fonem yang memiliki artikulasi paling mirip. 2.
Sistem Fonem Bahasa Indonesia
Sebagai alat untuk analisis selanjutnya, berikut ini merupakan tabel fonem Bahasa Indonesia (Kushartanti et al. 2007:164) beserta distribusi fonemnya. Tabel di bawah ini sudah dimodifikasi sebelumnya agar mudah dipahami.
Kata serapan ...., Mia Kustiyanti, FIB UI, 2014
Tabel 5. Konsonan Bahasa Indonesia konsonan p b t d c dj k g f s z h m n ŋ l w j
inisial pagi baru tali dadar capai jadi kapal gagah fana suku syarat zaman harap minum normal nyata ngilu lama waktu yayasan
medial kapas sebar mata ada becak raja paksa lagi kafir asli masyarakat bazar bahan taman anak hanya angin bila bawa saya
Final sayap rapat abad politik maaf ampas berkah suram daun pening hafal -
medial pintu nenek ruwet kali masuk balon
Final sapi sore tipe kota baru baso
Tabel 6. Vokal Bahasa Indonesia vokal i ə a u o
inisial ikan esa emas anak uang olah
Tabel 7. Diftong Bahasa Indonesia diftong ai au oi
final capai lampau sepoi
Seperti telah dijabarkan sebelumnya bahwa terdapat dua puluh konsonan dalam bahasa Indonesia, maka di bawah ini merupakan tabel artikulasi fonem pada bahasa Indonesia (Anton M. Moeliono et al. 1998:66) Tabel 8. Artikulasi Bahasa Indonesia daerah artikulasi cara artikulasi hambat frikatif
(-) suara (+) suara (-) suara
bilabial
labiodental
p b (f)
dental t d s
palatal c dj ()
Kata serapan ...., Mia Kustiyanti, FIB UI, 2014
velar k g (x)
glotal
h
nasal getar lateral semi vokal
(+) suara (+) suara (+) suara (+) suara (+) suara
(z) n r l
m
w
ŋ
J
Seperti yang dilihat pada tabel diatas, fonem yang ditandai dengan tanda kurung, yaitu /f, z, / dan /x/ merupakan fonem yang tidak termasuk dalam ragam rendah atau informal bahasa Indonesia. Hal tersebut berkaitan dengan bahasa Melayu/Indonesia mengenal ragam rendah dan ragam tinggi. Selain itu, sistem bunyi bahasa Indonesia tidak mengenal vokal panjang dan pendek. Ragam vokal bahasa Indonesia hanya terbatas pada enam vokal /a, i, u, ə, / dan /o/ sedangkan bahasa Belanda memiliki ragam vokal yang lebih banyak. Dalam menganalisis kata serapan bahasa Belanda secara fonologi, sering dijumpai deret konsonan atau pembentukan suku kata yang tidak sesuai dengan aturan sistem bahasa Indonesia. Untuk mengupas persoalan tersebut, maka harus melihat pembahasan fonotaktik. Fonotaktik berperan dalam pembentukan suku kata dan mengatur deretan konsonan dalam dua suku kata yang berdampingan. Menurut Anton M. Moeliono et al (1998) yang dikutip oleh Munif Yusuf (2007), berikut ini adalah deretan konsonan yang diizinkan dalam bahasa Indonesia: Tabel 9. Deret Konsonan Bahasa Indonesia. deret konsonan bahasa Indonesia /mp/
empat
/rd/
merdeka
/hb/
tahbis
/rk/
terka
/lm/
gulma
/mb/
ambil
/š/
isyarat
/hl/
ahli
/rs/
bersih
/gn/
kognitif
/nt/
untuk
/rg/
harga
/hy/
sembahyang
/rc/
arca
/np/
tanpa
/nd/
indah
/rj/
kerja
/hw/
bahwa
/st/
pasti
/rh/
gerhana
/c/
lancar
/kr/
makruf
/sh/
mushaf
/sl/
tuslah
/sk/
laskar
/j/
janji
/ky/
rakyat
/mr/
jamrut
/kt/
dokter
/sp/
puspa
/ŋk/
angka
/kw/
dakwa
/ml/
jumlah
/ks/
paksa
/sm/
basmi
/ŋg/
angguk
/pt/
optik
/rm/
cermin
/kb/
akbar
/km/
sukma
/ns/
insang
/ht/
tahta
/rn/
warna
/kd/
takdir
/ls/
palsu
/ŋs/
bangsa
/hk/
bahkan
/rl/
perlu
/kn/
laknat
/lj/
salju
/rb/
kerbau
/h/
dahsyat
/rt/
arti
/kl/
takluk
/lt/
sultan
/gm/
magma
/pd/
sabda
/hd/
syahdu
Deret konsonan juga mengatur mengenai struktur suku kata. Struktur suku kata dalam ragam baku bahasa Indonesia ada sebelas struktur. Berikut ini merupakan struktur suku kata dalam
Kata serapan ...., Mia Kustiyanti, FIB UI, 2014
bahasa Indonesia ragam baku menurut Anton M. Moeliono (1985) yang dikutip oleh Munif Yusuf (2007): 1. 2. 3. 4. 5. 6.
V VK KV KVK KKV KKVK
a(nak) ar(ti) ra(kit) pin(tu) pra(ja) trak(tor)
7. 8. 9. 10. 11.
VKK KVKK KKVK KKKV KKKVK
eks(kavasi) (kon)teks (kom)pleks stra(tegi) struk(tur)
Dalam bahasa Indonesia ragam rendah, struktur suku kata yang dikenali hanya pada nomor 1,2,3 dan 4. Contohnya adalah kecenderungan orang untuk mengatakan komplek alih-alih kompleks. Kata serapan dapat berubah secara manasuka atau tidak beraturan, namun ada juga kecenderungan kata serapan berubah bunyi atau fonem yang artikulasinya mirip. Di bawah ini merupakan tabel artikulasi vokal yang berguna untuk melihat bagaimana kecenderungan perubahan bunyi pada vokal kata serapan. (Neijt 1991:43)
Tabel 10. Artikulasi Vokal konsonan sonoran bersuara tinggi rendah belakang bulat panjang
i + + + +
+ + + -
e + + + +
+ + + -
a + + + + +
α + + + + -
o + + + + +
u ü ø ə - - - - - + + + + + + + + + + + + - + + + - - - - - - + - - - - + + + - + - + + + - -
i αu œy --- -++ ++ ++ ++ ++ ++ -+ -+ -+ -++-++ - -- + +-+ -+ -+
Analisis Ada kurang lebih lima puluh kata serapan yang ditemukan pada buku resep masakan “Citra Rasa Asyik, Dapur Masakan Belanda” dan “Rijsttafel Budaya Kuliner di Indonesia Masa Kolonial 1870-1942”. Namun, hanya tiga belas kata yang akan dianalisis. Kata-kata yang dipilh tersebut dinilai sebagai kata yang sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia sehingga menarik untuk dianalisis. Analisis pada kata-kata serapan di bawah ini dibagi menjadi dua. Yang pertama, apakah kata tersebut mengalami perubahan fonologis atau hanya berubah sebatas ejaannya saja tanpa ada perubahahan fonologis. Kata-kata serapan yang berasal dari bahasa Belanda yang akan dikaji adalah frikadel, smoor, biefstuk, kool, taart, selderij, zwaartzuur, koelkast, dan ananastaart. Berikut merupakan beberapa kata serapan pada bidang kuliner yang mengalami perubahan fonologis:
Kata serapan ...., Mia Kustiyanti, FIB UI, 2014
1. Frikadel menjadi perkedel Perkedel sudah menjadi makanan sehari-hari masyarakat Indonesia. Makanan yang terbuat dari kentang ini memiliki nama asli frikadel [frikαdεl] dari bahasa Belanda berubah ke bahasa Indonesia menjadi perkedel [pərkədεl]. Dalam kata ini terdapat perubahan pada bunyi fonem /f/ menjadi /p/ pada awal kata. Hal tersebut dapat terjadi karena bahasa Indonesia ragam rendah tidak mengenal fonem /f/. Hal tersebut menyebabkan fonem /f/ berubah menjadi fonem /p/. Pada suku kata awal, [fri] berubah menjadi [pər] yang disebabkan adanya penyederhanaan ejaan. Perubahan pada suku kata awal tersebut juga dapat ditelaah dengan melihat sistem fonotaktiknya. Deret konsonan /fr/ tidak ada dalam deret konsonan bahasa Indonesia, sehingga berubah menjadi [pər] untuk menyederhanakan pelafalan maka disisipkan /ə/. Selain itu, jika dilihat deret vokal pada suku kata awal, bahasa Indonesia ragam rendah tidak mengenal gugus konsonan konsonan KK pada suku kata berpola KKV [fri] sehingga berubah menjadi KVK /pər/. 2. Smoor menjadi semur Masakan ini sudah ada sejak zaman kolonial dan dihidangkan sebagai menu utama dalam perjamuan bangsa Belanda. Smoor [smor] berubah menjadi semur [səmur]. Sama seperti pada kasus sebelumnya, perubahan bunyi di awal kata terjadi karena adanya penyederhanaan pelafalan. Dalam bahasa Indonesia, tidak dikenal gugus konsonan dalam satu suku kata. Sistem fonologi bahasa Indonesia ragam rendah atau informal tidak mengenal gugus konsonan KKV sehingga disederhanakan menjadi KVK. Oleh karena itu, [smor] yang merupakan satu suku kata berubah menjadi dua suku kata, se-mur [səmur], sehingga dalam sistem bunyi bahasa Indonesia muncul fonem /ə/. Selanjutnya, sistem bunyi bahasa Indonesia tidak mengenal vokal panjang sehingga bunyi fonem /o/ yang merupakan vokal panjang, berubah menjadi /u/. Perubahan dari bunyi /o/ menjadi /u/ dalam hal ini bersifat manasuka karena tidak ada aturan yang baku mengenai arah perubahannya. Sama seperti pada kata Rabu yang memiliki varian /o/ menjadi Rebo. 3. Biefstuk menjadi bistik Biefstuk [bifstœk] mengalami perubahan menjadi bistik [bistik]. Fonem /f/ pada bief melebur atau hilang pada bunyi fonem bahasa Indonesia. Hal tersebut juga dapat disebabkan fonem /f/ dan /s/ sama-sama bunyi yang dihasilkan karena adanya geseran
Kata serapan ...., Mia Kustiyanti, FIB UI, 2014
atau frikatif. Selain itu, jika dilihat pada daftar deret konsonan dalam bahasa Indonesia, /fs/ tidak termasuk di dalamnya. Maka salah satu dari konsonan tersebut melesap dan hanya /s/ yang dilafalkan. Selanjutnya, bunyi pada fonem /œ/ terjadi kecenderungan berubah menjadi /i/ sebab kedua fonem tersebut bercirikan [+sonoran, +bersuara, -belakang] . Hal itu juga terjadi karena adanya harmonisasi vokal di dalam bahasa Indonesia. Dalam kata serapan banyak ditemui harmonisasi vokal seperti kamer menjadi kamar dan voorloper menjadi pelopor. Jika mengacu pada dua contoh tersebut, maka jelas harmonisasi vokal juga terjadi pada kata biefstuk menjadi bistik. 4. Kool menjadi kol Analisis perubahan pada kata kool ini sederhana, sama seperti yang sudah dibahas sebelumnya bahwa fonem bahasa Indonesia tidak mengenal vokal panjang sehingga Kool [kol] berubah menjadi [kl] dalam bahasa Indonesia. Sama seperti pada kata smoor yang berubah menjadi semur, kool tidak berubah menjadi kul, disebabkan adanya eufoni atau kombinasi bunyi yang dianggap enak didengar. Hal tersebut juga disebabkan oleh kata serapan berubah secara tidak beraturan, karena bahasa asing diserap secara mana suka sesuai dengan apa yang didengar. 5. Taart menjadi tar Dalam kata taart [tart] selain perubahan vokal panjang menjadi vokal pendek. Sama seperti pada nomor enam kasusnya adalah bahasa Indonesia tidak mengenal vokal panjang. Selain itu, Tar [tαr] juga mengalami penghilangan bunyi atau apocope pada fonem /t/ di akhir kata. Penghilangan bunyi tersebut disebabkan bahasa Indonesia tidak mengenal adanya letupan di akhir kata. Pelesapan pada bunyi /t/ di akhir kata ini juga berkaitan dengan penyederhanaan pelafalan. Bahasa Indonesia cenderung memiliki pelafalan yang sederhana, seperti pada kata test yang memiliki gugus konsonan KK pada suku kata berpola KVKK berubah menjadi tes yang berpola KVK. 6. Selderij menjadi seledri Daun selderij ini pertama kali diperkenalkan oleh Belanda dan digunakan sebagai campuran masakan. Perubahan bunyi yang pertama pada selderij [seldəri] menjadi seledri [səldri] terdapat pada fonem /e/ berubah menjadi /ə/. Kemudian, jika dilihat kembali pada daftar deret konsonan bahasa Indonesia, /ld/ tidak termasuk di antaranya. Namun, terdapat temuan bahwa deret konsonan /ld/ dapat diterima dalam bahasa
Kata serapan ...., Mia Kustiyanti, FIB UI, 2014
Indonesia. Contoh katanya adalah saldo. Penyerapan tidak hanya menyerap kata tetapi juga menambah jumlah konsonan apa dalam berdamping dengan konsonan apa dalam dua suku kata. Sebagai penyederhanaan lafal, terdapat penyisipan fonem // di antara /ld/, sedangkan fonem // di antara /dr/ mengalami penghilangan atau pelesapan. Yang terakhir, karena sistem fonem bahasa Indonesia tidak mengenal fonem /i/, maka fonem tersebut berubah menjadi /i/. Selain itu, orang Indonesia juga mengalami kesulitan dalam melafalkan bunyi /i/ dan pengucapannya akan mengikuti ejaan hurufnya. Maka, fonem /i/ berubah menjadi fonem lain yang mirip, yaitu /i./. Contohnya sama seperti pada kata bakkerij yang pada akhir kata tersebut berubah dari /i/ menjadi /i/. 7. Zwaartzuur menjadi suar-suir Zwaartzuur merupakan makanan khas Belanda yang diolah dari bahan daging ayam. Masakan yang nama asalnya dari bahasa Belanda zwaartzuur [zwartsyr] mengalami perubahan pengucapan menjadi suar-suir [suwarsuwir]. Konsonan /z/ tidak ada pada bahasa Indonesia, sehingga perubahan terjadi dan digantikan fonem yang memiliki perbedaan ciri paling sedikit. Fonem /z/ bercirikan <+suara, -sonoran, +kontinuan>, sedangkan fonem /s/ bercirikan <-suara, -sonoran, +kontinuan>. Hal tersebut menyebabkan artikulasi kedua fonem tersebut memiliki kemiripan bunyi. Walaupun memiliki kemiripan bunyi, ragam rendah bahasa Indonesia hanya mengenal fonem /s/ yang meggantikan fonem /z/. Kemudian vokal panjang /a/ berubah menjadi vokal pendek /a/ dalam bahasa Indonesia yang tidak mengenal sistem fonem vokal panjang. Terdapat satu lagi vokal panjang yang berubah, yaitu /y/ pada [zuur] berubah menjadi [suwir]. Fonem /y/ berubah menjadi bunyi /ui/. Hal tersebut terjadi karena hasil bunyi keduanya dihasilkan dengan cara artikulasi yang sama. Kata suar-suir ini sendiri mengandung reduplikasi yaitu proses pengulangan kata atau unsur kata. Dalam bahasa Indonesia, banyak terdapat reduplikasi seperti bolak-balik. 8. Koelkast menjadi kulkas Kulkas merupakan alat pendingin untuk menyimpan makanan. Penyebutan nama alat ini menyerap dari bahasa Belanda, yaitu koelkast. Koel berarti dingin, sedangkan kast berarti lemari. Koelkast [kulkαst] berubah menjadi kulkas [kulkas] hanya mengalami penghilangan bunyi pada akhir kata (apocope) yaitu hilangnya fonem /t/. Sama seperti kasus pada kata taart menjadi tar, penghilangan bunyi terjadi di akhir kata disebabkan
Kata serapan ...., Mia Kustiyanti, FIB UI, 2014
sistem bunyi bahasa Indonesia tidak mengenal letupan di akhir kata atau dua konsonan di akhir kata. Bahasa Indonesia yang pengejaanya sederhana, cenderung tidak memiliki kata dengan dua konsonan di akhir kata. Seperti pada kata [prsidnt] yang diserap menjadi [prsidn]. 9. Ananastaart menjadi nastar Jenis kue kering ini sudah sangat familiar dengan orang Indonesia. Kue ini dinamakan Ananastaart karena di dalamnya terdapat selai nanas. Dalam bahasa Belanda, Ananas berarti buah nanas dan taart berarti kue. Ananastaart [αnαnαstart] berubah menjadi nastar [nastar]. Fonem /α/ di awal kata mengalami pelesapan. Pelesapan tersebut dapat dikaitkan dengan penyerapan sebuah kata dari bahasa asing secara lisan. Selanjutnya pada bagian –taart sendiri telah dibahas sebelumnya dan dapat dilihat pada pembahasan nomor lima. Pada bagian ini akan dijelaskan kata-kata serapan yang mengalami perubahan ejaan saja tanpa adanya perubahan pelafalan. Perubahan fonologis pada kata-kata serapan di bawah ini tidak terjadi karena distribusi fonem dalam bahasa Belandanya sama dengan fonem bahasa Indonesia. 1. Poffertjes Poffertjes merupakan makanan tradisional Belanda. Makanan ini dibawa ke Hindia Belanda pada zaman kolonial. Banyak yang mengatakan bahwa kue cubit merupakan adaptasi dari poffertjes. Secara fonologis, poffertjes tidak mengalami perubahan bunyi ke dalam bahasa Indonesia. Satu hal yang mengalami perubahan adalah pada pengejaannya. Dalam bahasa Indonesia, poffertjes [pfərtjəs] berubah menjadi [pofərcəs]. Jika dibandigkan dengan perubahan yang terjadi pada frikadel berubah menjadi perkedel, maka perbedaannya terletak pada persoalan ragam tinggi dan ragam rendah bahasa Indonesia. Sebenarnya, Indonesia mengenal huruf sebelum Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) diresmikan. Sekarang fonem [tj] digantikan oleh [c] yang dikenali oleh sistem bunyi bahasa Indonesia. Kemudian, bila dikaitkan dengan bahasa Indonesia yang mengenal ragam tinggi dan rendah, pengucapan poffertjes yang tidak berubah menjadi poperces disebabkan bahasa Indonesia ragam tinggi menerima fonem /f/ sehingga pengucapannya tidak berubah.
Kata serapan ...., Mia Kustiyanti, FIB UI, 2014
2. Pannenkoek Pannenkoek merupakan kue dadar asal Belanda yang sudah familiar dengan orang Indonesia. Sebelum tahun 1995, penamaan kue ini adalah pannekoek, namun kemudian setelah tahun 1995 ejaan pannekoek diubah menjadi pannenkoek. Pannenkoek [pαnəkuk] dapat dikatakan tidak mengalami perubahan bunyi. Sistem bunyi dari kata tersebut berterima dengan sistem bunyi bahasa Indonesia, sehingga dalam bahasa Indonesia sama-sama diucapkan pannenkoek [pαnəkuk]. Sama seperti poffertjes yang pengucapannya tidak berubah, hal tersebut memiliki alasan tersendiri yaitu untuk membangkitkan kenangan masa lalu terhadap pengaruh kolonial Belanda. 3. Bier Bier, minuman beralkohol yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Belanda, juga tidak mengalami perubahan bunyi atau pengucapannya. Bier juga diucapkan bir [bir] dalam bahasa Indonesia. Walaupun dalam melafalkan sebuah kata orang Indonesia cenderung melafalkan atau mengeja sesuai dengan hurufnya, namun pada kata bier ini pelafalannya sama dengan pelafalan pada bahasa Belanda. 4. Kaasstengel Kue ini sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Kaasstengel merupakan jenis kue kering berbahan dasar keju yang berbentuk seperti batangan emas. Hal itu terlihat dari penamaan kue ini. Kaas memiliki arti keju dalam bahasa Belanda, sedangkan stengel berarti batang. Kaasstengel [kastngəl] tidak mengalami perubahan fonologis. Hanya vokal panjang /a/ yang berubah menjadi pendek, namun pengucapannya dalam bahasa Indonesia sama persis seperti pengucapan bahasa Belanda.
SIMPULAN Pada penelitian ini ada tiga belas kata serapan dari bahasa Belanda dalam bidang kuliner dianalisis perubahan fonologisnya. Penamaan makanan yang masih menggunakan istilah dalam bahasa Belanda tidak sepenuhnya sama dengan kata asalnya. Seiring dengan berjalannya waktu, kata-kata tersebut mengalami perubahan pengucapan. Kata-kata serapan tersebut dianalisis dari segi perubahan bunyinya atau fonologis. Perubahan fonologis terjadi karena ada sistem fonem bahasa Belanda yang tidak dikenali
Kata serapan ...., Mia Kustiyanti, FIB UI, 2014
dalam bahasa Indonesia. Setelah dilakukan analisis pada kata-kata serapan yang telah dipilih, berikut ini merupakan kasus perubahan bunyi yang ditemukan pada kata-kata tersebut: 1. Perubahan pada vokal panjang menjadi vokal pendek. 2. Penyederhanaan pelafalan dengan penyisipan vokal dan penyederhanaan gugus konsonan. 3. Penghilangan bunyi pada awal, tengah dan akhir kata. 4. Perubahan bunyi fonem pada suku kata, perubahan fonem yang memiliki hambatan artikulasi sejenis. 5. Reduplikasi pada zwaartzuur menjadi suar-suir dan kata suar-suir tidak ditemukan dalam Jones. 6. /ld/ tidak ada pada daftar deret konsonan Anton M. Moeliono, tetapi sebagai temuan baru deret konsonan /ld/ dapat ditambahkan pada daftar deret konsonan. . DAFTAR REFERENSI Books: Anton M. Moeliono, Hans Lapoliwa, Hasan Alwi, dan Soenjono Dardjowidjojo. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Appel, R and Muysken. 1987. Language Contact and Bilingualisme, Institute for General Linguistics. Amsterdam: University of Amsterdam. Dapur Kirana. 2013. Cita Rasa Asyik, Dapur Masakan Belanda. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Djoko Soekiman. 2000. Kebudayaan Indis dan Gaya Hidup Masyarakat Pendukungnya di Jawa (Abad XVII – Medio Abad XX). Yogyakarta: Bentang. Fadly Rahman. 2011. Rijsttafel Budaya Kuliner di Indonesia Masa Kolonial 1870-1942. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kushartanti, Untung Yuwono, dan Multamia RMT Lauder. 2007. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Neijt, Anneke. 1991. Universele Fonologie: Een Inleiding in de Klankleer. Dordrecht: Foris Publication. Robins, R.H. 1992. Linguistik Umum: Sebuah Pengantar. Jakarta: Kanisius. Russell, Jones (ed). 2007. Loan Words in Indonesian and Malay. Leiden: KLTV.
Kata serapan ...., Mia Kustiyanti, FIB UI, 2014
Suwito. 1985. Pengantar Awal Sosiolinguistik: Teori dan Problema. Surakarta: Henary Cipta.
Theses: Monica Nila Sari. 2009. Perubahan Fonologis dan Sistematis Istilah Hukum Bahasa Indonesia yang Berasal dari Bahasa Belanda. Depok: Skripsi FIBUI. Munif Yusuf. 2007. Pemadanan Istilah Hukum Perdata Belanda ke dalam Bahasa Indonesia. Depok: Tesis FIBUI.
Kata serapan ...., Mia Kustiyanti, FIB UI, 2014