PERUBAHAN FONOLOGIS DAN SEMANTIS ISTILAH HUKUM BAHASA INDONESIA YANG BERASAL DARI BAHASA BELANDA
SKRIPSI
MONICA NILA SARI 0703140247 Program Studi Belanda
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA 2009
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
PERUBAHAN FONOLOGIS DAN SEMANTIS ISTILAH HUKUM BAHASA INDONESIA YANG BERASAL DARI BAHASA BELANDA
Skripsi Diajukan untuk melengkapi Persyaratan mencapai gelar Sarjana Humaniora
OLEH MONICA NILA SARI 0703140247 Program Studi Belanda
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA 2009
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
KATA PENGANTAR
Tidak terasa sudah bertahun-tahun yang lalu sejak saya untuk pertama kalinya menginjakkan kaki saya di kampus yang hijau ini. Rasa terima kasih sebesar-besarnya saya haturkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia yang telah diberikan sepanjang hidup saya, terutama selama saya menjalani hidup saya dengan gelar sebagai mahasiswa Program Studi Belanda di dada saya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa bantuan dan dukungan orangorang di sekitar saya yaitu: 1. Pertama, saya ingin mengucapkan terima kasih atas dukungan yang tidak terhingga yang diberikan oleh Papa, Mama dan Adik tercinta; 2. Selanjutnya, saya ingin mengucapkan terima kasih yang terdalam kepada Bapak Sugeng Riyanto, S.S., M.A. selaku pembimbing skripsi saya atas bantuan dan dukungannya selama kurun waktu yang singkat ini untuk menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya; 3. Terima kasih kepada Ibu Ririet Triswarin S.S., M.Hum. yang telah berbesar hati menjadi pembimbing akademik selama saya menempuh Program Studi Belanda. 4. Terima kasih kepada Dr. Lilie M. Roosman dan Bapak Munif Yusuf S.S., M.Hum. 5. Terima kasih kepada Ibu Eliza Gustinelly S.S, M.A selaku kepala Program Studi Belanda dan seluruh Dosen Program Studi Belanda lainnya. 6. Rasa terima kasih pun saya berikan kepada seluruh teman Program Studi Belanda angkatan 2003 atas semangat dan dukungannya. 7. Terima kasih banyak untuk sahabat-sahabat saya yang selalu ada untuk memberikan dukungan dan bantuan: Fajar, Meydi, Ira, Kevin, Nadia, dan Garenk. I couldn’t make it without you guys. 8. Terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang tidak mungkin saya sebutkan satu per satu yang telah membantu saya dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
Selanjutnya, skripsi ini diharapkan dapat berguna bagi banyak orang khususnya mahasiswa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Bagaikan sebuah pepatah yang mengatakan tak ada gading tak retak, maka skripsi ini juga tak luput dari kesalahan. Untuk itu dimohon kemakluman serta kritik dari pembaca karena penulis juga manusia dan menurut orang bijak people make mistakes.
Depok, 1 Juli 2009 Monica Nila Sari
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR………...………………..………………………………….…. i DAFTAR ISI...…………………………….…..……………………………………....iii ABSTRAKSI...……………………………..…………………………………….……vi BAB I PENDAHULUAN...……………………..……………………………………..1 1. 1 Latar Belakang Penelitian……………………………..……………………………1 1. 2 Permasalahan…………………………………………..……………………...……5 1. 3 Tujuan Penelitian………………………………………………..……………...…..5 1. 4 Batasan Masalah…………………………………………………………..…..........6 1. 5 Jenis Penelitian………………………………………………………….……..…. .6 1. 6 Metode Penelitian………………………………………………………..………... 6 1. 6. 1 Pengumpulan Data Penelitian……………………………………………6 1. 6. 2 Sampel Penelitian………………………………………………………..6 1. 6. 3 Teknik Analisis Data…………………………………………………….7 1. 6. 4 Teknik Pengumpulan Data……………………………………………….7 BAB II KERANGKA TEORETIS…………………………………………………....8 2. 1 Kontak Bahasa………………………………………………………… ………......8 2. 1. 1 Definisi…………………………………………………………………...8 2. 1. 2 Penyebab Terjadinya Kontak Bahasa…………………………………….9 2. 1. 2. 1 Situasi Kontak Bahasa…………………………………………9 2. 1. 3 Akibat Kontak Bahasa…………………………………………………..12 2. 1. 3. 1 Penyerapan Kata………………………………………………13 2. 2 Fonologi………………….………………………………………………………….14 2. 2. 1 Sistem Fonologi.………………………………………………………….15 2. 2. 1. 1 Sistem Fonologi Bahasa Belanda……………………………..15 2. 2. 1. 2 Sistem Fonologi Bahasa Indonesia……………………………18 2. 2. 2 Perubahan Fonologi...…………………………………………………….20 2. 2. 2. 1 Perubahan Bunyi………….……………………………………20 1 Asimilasi………..………………………………………20 2 Disasimilasi…..………………………………………..21
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
3 Merger/Coalescence (penggabungan/koalisi)………..21 4 Split (pemisahan)……………………………………..21 5 Loss (lepas)…………………………………………...21 6 Metatesis………………………………………..…….21 7 Syncope………………………………………………22 8 Apocope………………………………………………22 9 Haplology…………………………………………….22 10 Prothesis…………………………………………….22 2. 3 Semantik……………………………………………………………………………23 2. 3. 1 Makna……………………………………………………………………23 2. 3. 2 Perubahan Makna………………………………………………………..24 1 Meluas………………………………………………………………...24 2 Menyempit……………………………………………………………25 3 Perubahan Total………………………………………………………25 4 Penghalusan…………………………………………………………..25 5 Pengasaran……………………………………………………………26 BAB III ANALISIS PERUBAHAN FONOLOGIS DAN MAKNA PADA KATA SERAPAN ISTILAH-ISTILAH HUKUM BAHASA BELANDA KE DALAM BAHASA INDONESIA……….………………………………………………………27 3. 1 Perubahan Fonologis..……………………………………………………………...27 3. 1. 1 Perubahan Bunyi…………………………………………………………28 3. 1. 1. 1 Perubahan Bunyi Di Suku Kata Awal Dan Akhir…………….28 3. 1. 1. 2 Perubahan Bunyi Di Suku Kata Awal………………………...29 3. 1. 1. 3 Perubahan Bunyi Di Suku Kata Akhir…….………………….30 3. 1. 1. 4 Perubahan Bunyi /γ/ Menjadi /g/………………………..…….34 3. 1. 2 Penghilangan Bunyi….………………………………………………….35 3. 1. 2. 1 Apocope………………………………………………………35 3. 2 Perubahan Makna…………………………………………………………………..36 3. 2. 1 Meluas……………………………………………………………………36 3. 2. 2 Menyempit……………………………………………………………….38 BAB IV SIMPULAN.....……………………………………………………………….40
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
DAFTAR ACUAN….…………………………………………………………………42 SAMPEL DATA..……………………………………………………………………..44
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
ABSTRAKSI
Kontak bahasa yang sering terjadi di masa lampau antara bahasa Belanda dengan bahasa Indonesia pada masa kolonialisme, telah mempengaruhi bahasa Indonesia. Salah satu aspek yang dapat dilihat dari pengaruh tersebut adalah istilah bahasa Indonesia di bidang hukum. Hukum Indonesia pada awalnya banyak dipengaruhi hukum Belanda, sehingga banyak istilah hukum Belanda diserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti mosi, gratifikasi, dan somasi. Skripsi ini membahas kata serapan istilah hukum bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Belanda yang dikaji dari segi perubahan fonologis dan perubahan maknanya. Perubahan bunyi kata serapan bahasa Belanda ke dalam bahasa Indonesia pada skripsi ini dikelompokkan menjadi jenis perubahan bunyi di awal dan di akhir kata, perubahan bunyi di awal kata, perubahan bunyi di akhir kata, perubahan bunyi vokal panjang menjadi vokal pendek dan perubahan bunyi /γ/ menjadi /g/. Kemudian dibahas juga perubahan makna meluas dan menyempit dalam skripsi ini pada kata-kata serapan tersebut. Banyak istilah hukum bahasa Indonesia tidak mengalami perubahan makna dibandingkan kata aslinya, karena pada umumnya diterjemahkan langsung. Untuk dapat menyajikan skripsi ini dengan baik, maka penulis membagi skripsi ini menjadi empat bagian yaitu bab pertama merupakan pendahuluan, bab kedua yang berisi teori-teori landasan penelitian ini, lalu bab ketiga hasil analisis dari penelitian, dan terakhir adalah bab keempat yaitu kesimpulan yang diambil dari analisis bab ketiga.
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
ABSTRACT
Language contact which oftenly happened in the past between Dutch and Indonesian language in the colonial era, had influenced Indonesian language. One of the aspect that could be seen from those influences is Indonesian language in law term. Indonesian law in the beginning was influenced by the Netherland’s law, therefore many law terms had influenced Indonesian language, namely mosi, gratifikasi, and somasi. This thesis elaborate loanwords in Indonesian language law term that originated from Dutch which examine from the phonetics and semantics changes. In this thesis, the change of sound in Dutch loanwords into Indonesian language is divided in groups of the change of sound in the beginning and end of word, the change of sound in the beginning of the word, the change of sound in the end of the word, the change of /γ/ into /g/. Furthermore, in this thesis also examine the change of meaning in every loanword. Much Indonesian language law term do not change in term of meaning because they are direct translated. In order to elaborate this thesis in a good manner, the writer divided this thesis into four parts namely introduction, background theory of the thesis, analizing the research, and conclusion.
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
BAB I PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang Penelitian Indonesia pernah di bawah kekuasaan bangsa Belanda selama hampir tiga ratus lima puluh tahun. Berbagai aspek kehidupan bangsa Indonesia telah banyak dipengaruhi oleh bangsa Belanda, salah satunya hal yang sangat menonjol adalah pengaruh di bidang hukum. Hukum di Indonesia diadaptasi dari hukum Belanda, walaupun bangsa Indonesia juga memiliki hukum adat. Hal ini tentunya mempengaruhi istilah-istilah hukum yang dipergunakan di Indonesia. Banyak istilah-istilah hukum Belanda diserap ke dalam bahasa Indonesia. Untuk itulah penulis tertarik untuk meneliti bagaimana penyerapan istilah-istilah hukum Belanda ke dalam istilah-istilah hukum Indonesia. Sebelum kedatangan bangsa Belanda yang pada tahun 1596, orang Indonesia telah mengenal dan memberlakukan hukum adat. Hukum adat yang mayoritas tidak tertulis ini bersifat lokal, dalam arti hanya diberlakukan di wilayah adat tertentu. Hukum adat tidak mengenal adanya pemisahan yang tajam antara hukum pidana dengan hukum perdata (Kanter dan Sianturi 1982: 43.). Pemisahan yang tegas antara hukum perdata yang bersifat privat dan hukum pidana yang bersifat publik bersumber dari sistem Eropa yang kemudian berkembang di Indonesia. Dalam ketentuannya, persoalan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat adat ditentukan oleh aturan-aturan yang diwariskan
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
secara turun-temurun dan bercampur menjadi satu. Masa pemberlakuan hukum pidana Barat dimulai setelah bangsa Belanda datang ke wilayah Nusantara, yaitu ditandai dengan diberlakukannya beberapa peraturan pidana oleh VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie). VOC sebenarnya adalah kongsi dagang Belanda yang diberikan “kekuasaaan wilayah” di Nusantara oleh pemerintah Belanda. Hak keistimewaan VOC berbentuk hak oktroi Staten Generaal yang meliputi monopoli pelayaran dan perdagangan, mengumumkan perang, mengadakan perdamaian dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara, dan mencetak uang. Pemberian hak demikian memberikan konsekuensi bahwa VOC memperluas daerah jajahannya di kepulauan Nusantara. Dalam usahanya untuk memperbesar keuntungan, VOC memaksakan aturanaturan untuk ditaati orang-orang pribumi. Indische Staatregeling (IS) adalah pembaharuan dari Regeling Reglement (RR) yang mulai berlaku sejak 1 Januari 1926 dengan diundangkan melalui Staatblad Nomor 415 Tahun 1925. Perubahan ini diakibatkan oleh perubahan pemerintahan Hindia Belanda yang berawal dari perubahan Grondwet (Undang-Undang Dasar) negara Belanda pada tahun 1922. Perubahan Grondwet tahun 1922 ini mengakibatkan perubahan pada pemerintahan di Hindia Belanda. Berdasarkan Pasal 61 ayat (1) dan (2) IS, susunan negara Hindia Belanda akan ditentukan dengan undang-undang. Pada masa itu, keberadaan sistem hukum di Indonesia semakin jelas khususnya dalam Pasal 131 jo. Pasal 163 IS yang menyebutkan pembagian golongan penduduk Indonesia beserta hukum yang berlaku. Dengan dasar ini maka hukum pidana Belanda (Wetboek van Strafrecht voor Nederlands-Indië) tetap diberlakukan kepada seluruh penduduk Indonesia. Pasal 131 jo. Pasal 163 Indische Staatregeling ini mempertegas pemberlakuan hukum Belanda
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
semenjak diberlakukan pada 1 Januari 1918. Istilah-istilah hukum yang diperoleh dari bahasa Belanda tentunya diakibatkan dari interaksi terus-menerus pada periode kolonialisasi tersebut. Interaksi tersebut menimbulkan terjadinya kontak bahasa yaitu kontak bahasa Belanda dan bahasa Indonesia. Hal ini sesuai dengan pendapat Appel dan Muysken (1987:5-6) mengenai situasi kontak bahasa yang ketiga dari lima situasi kontak bahasa, yaitu:
The third situation in which contact occurs is the result of European colonial expansion. (Situasi tipe ketiga yang menyebabkan minculnya kontak bahasa adalah hasil ekspansi colonial negara-negara Eropa).
Pada paragraf sebelumnya telah dijelaskan mengenai pengaruh bahasa Belanda pada orang-orang di kepulauan Indonesia. Tetapi jauh sebelum kedatangan orang-orang Belanda, bahasa Melayu sudah dipergunakan sebagai bahasa penghubung dan sebagai bahasa niaga di kepulauan Indonesia dan juga di banyak daerah di luarnya. Sebelum tahun 700, bahasa Melayu telah memainkan peran itu di bagian barat kepulauan Indonesia tetapi kemudian – paling tidak pada abad kelima belas, juga di bagian timur dari kepulauan ini (Collins 1980:3-5; Drewes 1948:14; Steinhauer 1980:350-6) (dalam Groeneboer 1998:20). Bahasa Melayu dengan berbagai variasinya inilah yang dijumpai pada waktu orang Belanda datang di Asia Timur sebagai lingua franka yang tersebar luas dan dipergunakan pula di dalam urusan pemerintahan, gereja, dan pendidikan (Groeneboer 1998:25). Di dalam deskripsi tentang Malaka (Beschrijvinghe van Malakka) Valentijn memberikan gambaran sebagai berikut: ‘Bahasa mereka disebut bahasa
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
Melayu, disebut demikian, berdasarkan nama bangsa dan negara mereka’ (Valentijn 1726, V-1:310) (dalam Groeneboer 1998:21). Seiring perkembangan dan perubahan kondisi dari waktu ke waktu, nama bahasa mereka pun berubah berdasarkan nama bangsa dan negara mereka, bangsa Indonesia dan bahasanya menjadi bahasa Indonesia. Disebutkan pula bahwa bahasa Melayu adalah bahasa pertama dari sekitar 10 juta orang di Semenanjung Malaya, yaitu di beberapa area tertentu di Sumatera, pesisir Borneo, Jakarta dan Ambon, dan bagian-bagian lain dari kepulauan Indonesia. Bahasa Indonesia adalah dialek standar dari bahasa Melayu (Nothofer 1975:16). Penjelasan mengenai bahasa Melayu di atas ditujukan supaya terdapat pengertian yang tepat tentang bahasa yang mempunyai pengaruh pada bahasa Belanda. Sering terjadi kesalahpahaman tentang bahasa Melayu atau bahasa Indonesiakah yang sebenarnya mempunyai pengaruh pada bahasa Belanda. Maka dengan penjelasan di atas terlihat bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang berakar pada bahasa Melayu. Sebuah bahasa pun diberikan nama berdasarkan nama bangsa orang-orang yang menggunakan bahasa tersebut, dan sejak tahun 1928 tercetus nama bangsa orang-orang itu, yaitu Indonesia. Maka bahasa mereka pun disebut bahasa Indonesia. Jadi, kembali kembali permasalahan penyerapan kata, selain terjadi penyerapan bahasa Belanda ke dalam bahasa Indonesia, terjadi pula penyerapan istilah-istilah bahasa. Dalam kamus hukum Indonesia, Kamus Istilah Hukum Beknopt Juridisch Woordenboek, A.W.H Massier, terdapat istilah-istilah hukum bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Belanda. Berangkat dari fakta bahwa terdapat banyak istilah-istilah hukum bahasa Indonesia dari bahasa Belanda, maka dilakukan penelitian terdahap istilah-istilah hukum tersebut. Leenwoord (kata serapan) pun menjadi bahasan pokok dalam skripsi ini. Dalam
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
penelitian ini, digunakan Beknopt Juridisch Woordenboek (Massier, 1992) sebagai acuan dalam meneliti istilah-istilah hukum bahasa Belanda yang terdapat dalam istilah-istilah hukum bahasa Indonesia.
1. 2 Permasalahan Dalam penelitian ini penulis tertarik untuk membahas bagaimana perubahan fonologis dan semantis istilah hukum Indonesia yang diserap dari istilah hukum Belanda. Sebagaimana dijelaskan pada latar belakang penelitian, berbagai aspek kehidupan Indonesia dipengaruhi oleh Belanda, salah satunya adalah aspek hukum. Hal ini tentunya mempengaruhi istilah-istilah hukum yang dipergunakan Indonesia. Penelitian perubahan fonologis dan semantis menarik untuk diteliti karena dari kedua teori itu, dapat terlihat jelas serapan yang terjadi di dalam istilah hukum bahasa Indonesia dan perubahan makna yang terjadi pada istilah hukum tersebut.
1. 3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis perubahan fonologis dan semantis yang terjadi dalam istilah hukum bahasa Indonesia yang diserap dari istilah hukum bahasa Belanda. Analisis fonologis dilakukan agar dapat terlihat perubahan bunyi setiap istilah hukum bahasa Indonesia yang diserap dari istilah hukum bahasa Belanda. Perubahan bunyi ini dapat menunjukkan perbedaan sistem fonologis yang terdapat dalam bahasa Belanda dan bahasa Indonesia. Analisis semantis dilakukan agar dapat terlihat perubahan makna yang terjadi
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
pada setiap istilah hukum bahasa Indonesia yang diserap dari istilah hukum bahasa Belanda. Perubahan makna ini dapat menggambarkan perluasan, penyempitan, atau pun pergeseran makna yang terjadi dari istilah hukum Indonesia.
1. 4 Batasan Masalah Dalam skripsi ini hanya akan diteliti istilah hukum dalam bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa Belanda yang diambil dari kamus Beknopt Juridisch Woordenboek (Massier, 1992). Selain itu, penelitian juga hanya akan dilakukan pada perubahan fonologis dan makna kata serapan itu.
1. 5 Jenis Penelitian Penelitian mengenai perubahan istilah hukum bahasa Belanda ke dalam istilah hukum bahasa Indonesia akan dilakukan dengan menggambarkan perubahan-perubahan fonologis berdasarkan jenis perubahan bunyi dan perubahan makna yang terjadi pada istilah hukum tersebut berdasarkan kelas kata dari kata-kata serapan.
1. 6 Metode Penelitian 1. 6. 1 Pengumpulan Data Penelitian Pengumpulan data penelitian ini menggunakan data-data yang berasal dari bukubuku yang menjadi latar belakang teori pada penelitian ini dan menggunakan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya sebagai data. Penelitian ini menggunakan teknik studi kepustakaan dalam perolehan data dan korpus data.
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
1. 6. 2 Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah terseleksi. Terseleksi dalam hal ini berarti bahwa data yang dicari hanya bahasa hukum. Penulis mengadakan seleksi istilah-istilah hukum. Istilah-istilah hukum yang diperoleh diambil dari Beknopt Juridisch Woordenboek (Massier, 1992). Walaupun pengumpulan data dari kamus tersebut diambil dengan menelusuri setiap istilah dari seluruh halaman, yang berarti dalam hal ini penelusuran data dilakukan secara menyeluruh, tetapi penulis langsung melakukan seleksi pada saat pengumpulan data tersebut yaitu dengan hanya mengumpulkan istilah hukum yang mengalami penyesuaian fonologis dan semantis.
1. 6. 3 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yaitu secara kualitatif. Kualitatif dalam hal ini karena data dianalisis memuat tanpa melakukan perhitungan secara statistik.
1. 6. 4 Teknik Pengumpulan Data Dalam teknik pengumpulan data, penulis pertama-tama melakukan penulusuran kata demi kata dari kamus (Massier, 1992) dengan melihat dari segi fonologis. Setiap kata yang telah mengalami perubahan fonologis kemudian diinventaris dalam sebuah sample data. Dari sample data ini, penulis juga menganalisis setiap kata yang mengalami perubahan fonologis atau pun tidak mengalami perubahan fonologis. Selanjutnya penulis menganalisis perubahan makna dari sampel data yang dimiliki. Analisis ini dilakukan dengan pertama mengecek makna yang terdapat pada istilah hukum bahasa Belanda pada kamus tersebut, dan kemudian mengecek kembali
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
makna istilah hukum tersebut pada kamus hukum bahasa Indonesia.
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
BAB II KERANGKA TEORETIS
Proses penyerapan istilah hukum Belanda ke dalam bahasa hukum Indonesia dapat dilakukan melalui proses pembentukan istilah. Dalam proses pembentukan istilah dapat terjadi perubahan fonologis maupun perubahan semantik pada kata serapan tersebut. Untuk itulah dalam kerangka teori ini akan dikemukakan konsep mengenai istilah dan cara pembentukan istilah, yaitu untuk mengetahui cara peminjaman di dalam bidang hukum, teori fonologi mengenai sistem fonologi dalam bahasa Belanda dan Indonesia dan perubahan fonologis, serta teori semantik mengenai makna dan perubahan makna. Sebagaimana telah dijelaskan pula pada Bab I, skripsi ini membahas kata serapan dalam bahasa Indonesia yang bersumber dari bahasa Belanda, dilihat dari perubahan fonologis dan makna kata serapan tersebut. Untuk itu dibutuhkan teori-teori fonologi dan teori semantik mengenai perubahan makna. Sebelumnya akan dijelaskan mengenai penyebab dari peristiwa penyerapan kata dari satu bahasa dalam bahasa lain, yaitu mengenai kontak bahasa.
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
2. 1 Kontak Bahasa 2. 1. 1 Definisi Kontak bahasa merupakan suatu akibat yang terjadi atas kondisi ketika terjadi suatu gerakan perluasan wilayah bahasa yang menembus wilayah bahasa lain yang terjadi akibat adanya mobilisasi penduduk dari suatu wilayah geografis ke wilayah geografis lainnya (Umar dan Napitupulu 1994:6). Tetapi hal tersebut tidak selalu karena kontak bahasa dapat terjadi melalui tulisan, bahkan pada zaman sekarang sudah ada internet, televisi, radio, dan media-media lain. Kontak bahasa yang berlangsung dalam waktu yang lama itu telah mengakibatkan terjadinya kedekatan kosakata dan bahkan struktur bahasabahasa yang bersangkutan. Hal tersebut senada dengan pernyataan Appel dan Muysken (1987: 153) bahwa kontak bahasa mengakibatkan proses peminjaman dalam beberapa komponen linguistik seperti kata dan bunyi. Penerapan dari konsep peminjaman kata ini adalah bahwa sebuah kata belum tentu diserap sepenuhnya dalam bentuk yang sama tetapi tentu saja disesuaikan secara fonologis dalam proses penyerapannya. Setiap kata diserap secara abstrak yang kemudian disesuaikan dengan pola bunyi bahasa yang menyerap kata-kata tersebut (Appel dan Muysken 1987:153).
2. 1. 2 Penyebab Terjadinya Kontak Bahasa Salah satu penyebab perkembangan bahasa di dunia adalah karena adanya kontak bahasa. Penyebab kontak bahasa itu sendiri dapat bermacam-macam. Kontak bahasa dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. Untuk lebih jelas, akan dipaparkan faktorfaktor yang memungkinkan terjadinya kontak bahasa berikut ini.
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
2. 1. 2. 1 Situasi Kontak Bahasa Situasi kontak bahasa adalah situasi yang melibatkan atau memungkinkan terjadinya kontak bahasa terjadi di dunia. Setidaknya ada lima situasi yang dominan (Appel dan Muysken 1987: 5-6), yaitu:
1. Situasi sejarah kontak bahasa yang pertama adalah kumpulan bahasa: bahasabahasa yang tidak berhubungan, masing-masing dengan sedikit pengguna, sering digunakan dalam lingkungan yang sama. Situasi ini sudah sangat jarang pada zaman sekarang, namun sering ditemukan pada zaman prakolonial. Contohnya adalah bahasa-bahasa yang dibawa oleh budak-budak dari berbagai negara dan berkumpul di suatu negara tertentu dan hidup bersama. 2. Latar belakang yang kedua dari kontak bahasa kurang lebih mencakup batasan yang stabil antara rumpun bahasa. Contohnya adalah garis bahasa berada di antara rumpun bahasa Romawi dan rumpun bahasa Germania melalui Swiss (yang menggunakan bahasa Prancis dan bahasa Latin di wilayah Selatan, bahasa Jerman-Swiss di wilayah Utara). 3. Situasi tipe ketiga yang berhubungan dengan kontak bahasa adalah hasil ekspansi kolonial negara-negara Eropa. Situasi bahasa inilah yang dialami oleh Indonesia, karena Indonesia pernah dikusai Belanda. Penggunaan bahasa Belanda pada masa lampau menyebabkan kontak bahasa antara bahasa Indonesia dan bahasa Belanda. Pendidikan berbahasa Belanda diberikan di Europese Lagere School (ELS) yang kebanyakan menampung anak-anak Eropa dan Indo Eropa. Anak-anak tersebut biasanya dididik bukan dengan
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
latar belakang bahasa Belanda, tetapi dibesarkan dengan bahasa ibu yang lain dan bahasa baboe (bahasa yang digunakan oleh para pembantu) (Groeneboer 1998:57). Selain itu, ada juga usaha untuk menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa ilmu pengetahuan, seperti dalam bidang kedokteran, matematika dan lain-lain, sehingga bahasa Belanda berfungsi bagaikan bahasa Latin di Hindia (Groeneboer 1998:61). Bahasa Belanda mengalami kemajuan pada abad ke-19 namun “kebangkitan bahasa Belanda dimulai pada abad 20” (Groeneboer, 1998:75). Berdasarkan situasi kontak bahasa inilah, penelitian ini dikembangkan. 4. Situasi keempat mencerminkan kantong individual para pengguna bahasa minoritas yang dipengaruhi oleh bahasa-bahasa nasional di sekelilingnya. Contohnya bahasa Fries di Belanda dan bahasa Wales dan Gaelic di Inggris. 5. Situasi terakhir adalah hasil dari gerakan migrasi yang terbalik: gelombang arus masuknya orang-orang dari lingkungan pascakolonial Negara Ketiga menuju dunia industri. Contohnya orang Karibia yang bermigrasi ke Amerika Utara dan Eropa.
Sebagaimana dikemukakan dalam Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia (Abdul Chaer, 2001), ada tiga macam kata serapan, yaitu: 1. Kata-kata yang sudah sepenuhnya diserap dalam bahasa Indonesia sehingga sudah tidak terasa sebagai kata-kata asing lagi 2. Kata-kata yang masih asing, namun digunakan dalam konteks bahasa Indonesia dan tetap menggunakan istilah asing
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
3. Kata-kata asing yang ucapan dan ejaannya disesuaikan dengan bahasa Indonesia, meski perubahannya dilakukan seperlunya saja. Selanjutnya berdasarkan proses, ada tiga tahap juga yang harus dilakukan. Tahap pertama berupa pencarian padanan kosakata asing tersebut dalam bahasa Indonesia. Apabila tak kunjung ditemukan, beralih ke tahap yang kedua, yaitu mencari padanannya dalam bahasa-bahasa Nusantara. Jika masih tidak ditemukan, barulah beralih ke tahap yang terakhir, yaitu kosakata asing tersebut diserap sepenuhnya dengan terkadang menyesuaikan ejaannya dalam bahasa Indonesia.
2. 1. 3 Akibat Kontak Bahasa Kontak bahasa mempengaruhi perkembangan suatu bahasa. Beberapa akibat yang timbul karena adanya kontak bahasa adalah penerjemahan alih kode dan terutama penyerapan kata-kata. Suatu bahasa memiliki kosakata yang berasal dari bahasa lain dan mengalami penyesuaian (Larson 1988). Menurut Hudson (1980:71) ada empat hal yang terjadi sebagai akibat dari adanya kontak bahasa, yaitu alih kode (codewisseling), bahasa pijin (pidgintalen), bahasa kreol (creooltalen) dan penyerapan kata (ontlening). Alih kode sebagai salah satu akibat dari kontak bahasa adalah ketika seorang pengguna bahasa atau pembicara menggunakan variasi bahan-bahan yang berbeda dalam waktu yang sama (Hudson 1980:56). Seseorang melakukan alih kode secara sadar atau tidak sadar dikarenakan tidak adanya padanan kata dalam bahasa pertamanya tetapi dia hanya ingat istilah dalam bahasa lain. Salah satu hal yang menarik dari alih kode adalah pembicara dapat beralih kode dalam satu kalimat dan dapat melakukannya berulangkali (Hudson 1980:57).
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
Bahasa Pijin adalah salah satu akibat dari kontak bahasa yang merupakan pencampuran antara dua atau lebih bahasa (Hudson 1980:76). Menurut Hudson bahasa Pijin muncul karena adanya kontak antara masyarakat yang berbeda bahasa untuk suatu keperluan seperti perdagangan, maka menurutnya bahasa Pijin adalah bahasa perdagangan (handelstaal) yang memiliki kosakata dan pola fonologi yang terbatas. Bahasa Pijin juga muncul secara alamiah dan haruslah mudah untuk dipelajari bagi orang-orang yang membutuhkannya (Hudson 1980:76-78). Salah satu contoh bahasa Pijin adalah Tok Pisin (Melanesisch Pidgin) yang berbasis pada bahasa Inggris. Bahasa Kreol adalah bahasa yang terbentuk saat bahasa Pijin menjadi bahasa ibu (Hudson 1980:81). Hudson berpendapat bahwa bahasa Kreol dianggap sebagai identitas sebuah kelompok.
2. 1. 3. 1 Penyerapan Kata Penyerapan kata dapat muncul jika seorang pengguna bahasa menggunakan bahasa lain selain bahasa ibunya dalam jangka waktu lama sehingga mempengaruhinya untuk menggunakan elemen dari bahasa lain itu saat ia menggunakan bahasa ibunya. Gejala ini lebih dikenal dengan interferensi, yaitu perubahan dalam suatu bahasa yang disebabkan oleh kontak bahasa (Appel et al 1979:189). Menurut Appel (1979:190), interferensi dapat terjadi dalam beberapa elemen linguistik yaitu fonologi, gramatika (morfologi dan sintaksis) dan kosakata atau yang lebih dikenal dengan interferensi leksikal. Interferensi leksikal ini dapat muncul dalam beberapa bentuk antara lain kata pinjaman atau kata serapan (leenwoorden) seperti kata gratificatie dalam bahasa Belanda yang diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
‘gratifikasi’, kemudian terjemahan pinjaman (leenvertaling) seperti pada kata ‘senjata api’ di bahasa Indonesia yang merupakan terjemahan dari vuurwapen, lalu perluasan makna dari kata serapan karena pengaruh dari makna kata yang hampir sama dalam bahasa lain (leenverschuiving) seperti pada kata profiel dalam bahasa Belanda yang diserap dari bahasa Inggris profile maknanya meluas bukan hanya gambaran karakter seseorang namun menjadi wajah dan bahkan bermakna jalannya garis potong vertikal, serta bentuk kata serapan yang terakhir adalah
kata majemuk pinjaman
(leensamenstelling) seperti bahasa Belanda klapperboom. Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka pembahasan pun dibatasi pada kata serapan (leenwoord). Kata serapan adalah kata yang diserap dari bahasa lain dan kemudian sedikit-banyaknya disesuaikan dengan kaidah bahasa sendiri (Kridalaksana 1983:135). Sebagai contoh adalah kata gratie dalam bahasa Belanda adalah kata yang diserap dari bahasa Indonesia yaitu ‘grasi’. Pada proses penyerapan kata ‘grasi‘ itu terjadi penyesuaian kata dengan kaidah bahasa Belanda. Dinyatakan
pula
oleh
Haugen
bahwa
kata
serapan
merupakan
pemindahan/importasi morfemis tanpa adanya pergantian (Haugen 1966)(dalam Appel & Muysken 1987). Pendapat Appel (1979:190) mengenai kata serapan adalah bahwa kata serapan merupakan kata-kata yang diambil dari bahasa lain. Teori substrasi Appel (1987:157) menyebutkan bahwa jika suatu bahasa dibawa ke daerah lain, dan apabila orang di daerah itu juga menggunakan bahasa tersebut sebagai bahasa kedua karena pengaruh budaya dan gengsi politik, maka bahasa asli dari para pengguna bahasa ini dapat mempengaruhi bahasa baru dalam bentuk yang berbeda-beda. Pada proses penyerapan kata ini ditemukan kata-kata yang diserap sepenuhnya
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
dan tidak mengalami penyesuaian bunyi, arti atau bentuk kata. Tetapi selain itu ada juga kata-kata yang mengalami perubahan sebagai akibat dari adaptasi atau penyesuaian dengan aturan-aturan bahasa ibu. Untuk dapat meneliti mengenai kata serapan lebih dalam maka penelitian ini membutuhkan teori-teori fonologi yang akan membantu penelitian tentang perubahan bunyi pada kata-kata serapan itu seperti yang akan dijelaskan pada sub bab selanjutnya.
2. 2 Fonologi Fonologi adalah ilmu yang mempelajari sistem bahasa yaitu bagaimana satu bunyi berdampingan dengan bunyi lain. Fonologi dipakai juga untuk menjelaskan bagaimana bunyi yang satu dengan yang lain melebur atau bagaimana bunyi yang satu dapat digabungkan dengan bunyi lain. Untuk itulah, proses penyerapan isilah hukum Belanda ke dalam istilah hukum Indonesia dalam penelitian ini dilakukan atas dasar teori fonologi. Untuk dapat melihat perubahan fonologis, maka akan dikemukakan pula konsep mengenai sistem fonologi dalam bahasa Belanda dan Indonesia (Abas 1996).
2. 2. 1 Sistem Fonologi Bahasa Belanda dan bahasa Indonesia mengenal sistem fonologi yang berbeda. Dalam bahasa Belanda dikenal fonem-fonem yang tidak terdapat dalam sistem fonem bahasa Indonesia. Bahasa Belanda mengenal rentetan konsonan dalam satu kata seperti pada kata slachtoffer. Untuk itu penelitian ini akan memperlihatkan perbedaan sistem fonologi bahasa Belanda dan Indonesia.
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
2. 2. 1. 1 Sistem Fonologi Bahasa Belanda Bahasa Belanda mengenal fonem-fonem yang tidak dikenal dalam bahasa Indonesia. Bahasa Belanda mengenal vokal panjang seperti pada kata boos [bos]. Berikut ini adalah tabel lengkap penulisan fonem dalam bahasa Belanda (Nejit, 1996:28). Bahasa Belanda IPA
CPA
Contoh
p
P
p
pak, appel, tap
K
b
b
b
bak, tabel
O
t
t
t
tak, laten, kat
N
d
d
d
dak, raden
S
k
k
k
kat, lak, mak
O
f
f
f
fee, hieroglyfen, lef
N
v
v
v
vee, leven
A
s
s
s
sop, gesel, les
N
z
z
z
zout, wezel
x
x
x
chaos, lachen, kuch
γ
γ
G
geel, hagel
m
m
m
mat, lama, raam
n
n
n
nat, Onno, ton
ŋ
ŋ
N
zingen, bank
l
l
l
laat, gala, bal
r
r
r
rat, mare, kar
j, y
j
j
jatten, aio, baai
w
w
w
ouwel, duw
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
h
h
h
hard, aha
?
?
?
_aha (?aha)
a
a
a
praat, tafel
a, α
α
A
prak
e
e
e
meet, sesam
ε
ε
E
pret
i
i
i
riep, dia
V
I, ι
ι
I
pit
O
o
o
o
room, lopen
O
trom
K A
u
u
u
roem
L
ü, y
y
y
puur
ö, ø
ø
q
reus
œ, Λ
œ
U
dun
ə
ə
@
tafel, de
F
εi
εi
EI
rijp, eis
T
αu, v
αu
AU
kou, nauw
O
Λü, œy
Λy, œy
UI
luis
D I
N G
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
Tabel 2. Lambang fonologi Bahasa Belanda (Nejit, 1996:28). Bahasa Belanda
IPA
CPA
Contoh
g
g
g
Goethe, zakdoek
đ
dj
dj
djatihout, Jhon
Ť, č
tj, c
tj
bootje
š
sj, ∫
sj
wasje, douchen
ž
zj, 3
zj
garage, jaquet
nj
bonje, oranje
θ
θ
Inggris thick, truth
ð
ð
Inggris the, than
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
2. 2. 1. 2 Sistem Fonologi Bahasa Indonesia Sistem fonologi bahasa Indonesia diambil dari Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Moeliono, 1988). Di bawah ini beberapa butir yang penting :
a. Alfabet a (a), b (be), c (ce), d (de), f (ef), g (ge), h (ha), i (i), j (je), k (ka), l (el), m (em), n (en), o (o), p (pe), q (ki), r (er), s (es), t (te), u (u), v (fe), w (we), x (eks), y (ye), z (zet).
b. Vokal Dalam bahasa Indonesia ada enam vokal: /i/, /e/, /ə/, /a/, /u/, dan /o/. Fonem /i/
Alofon
Contoh
[i]
[tari], [gigi]
tari, gigi
[I]
[tari?], [gigih]
tarik, gigih
[e]
[lele], [sore]
lele, sore
[ε]
[lεlεh], [nene?]
leleh, nenek
[u]
[tau], [cucu]
tahu, cucu
[U]
[taUn], [rapUh]
tahun, rapuh
[o]
[toko], [soto]
toko, soto
[ ]
[t k h], [p h n]
tokoh, pohon
/ə/
[ə]
[əmas], [kodə]
emas, kode
/a/
[a]
[ada], [mudah]
ada, mudah
/e/
/u/
/o/
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
c. Diftong Dalam bahasa Indonesia ada tiga buah diftong, yakni [ai], [au], dan [oi] yang masing-masing dapat dituliskan secara fonemis: /ay/, /aw/, dan /oy/. [ai]
/ay/
/cukay/
cukai
[au]
/aw/
/harimaw/
harimau
[oi]
/oy/
/sekoy/
sekoi (semacam gandum)
Alofon
Contoh
d. Konsonan Fonem /b/
[b]
[baru], [tambal]
baru, tambal
/c/
[c]
[cari], [pici]
cari, pici
/d/
[d]
[duta], [madu]
duta, madu
/f/
[f]
[fakta], [fajar]
fakta, fajar
/g/
[g]
[gula], [ragu]
gula, ragu
/h/
[h]
[hari], [rumah]
hari, rumah
[ħ]
[taħu], [Tuħan]
tahu, Tuhan
/j/
[j]
[juga], [maju]
juga, maju
/k/
[k]
[kuraŋ], [sukar]
kurang, sukar
[k>]
[politik>], [tida?]
politik, tidak
/x/
[x]
[xas], [axir]
khas, akhir
/l/
[l]
[lama], [palsu]
lama, palsu
/m/
[m]
[makan], [sampay]
makan, sampai
/n/
[n]
[nakal], [pantay]
nakal, pantai
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
/ŋ/
[ŋ]
[ŋaray], [paŋkal]
ngarai, pangkal
/ñ/
[ñ]
[ñiur], [ñañian]
nyiur, nyanyian
/p/
[p]
[pintu], [sampay]
pintu, sampai
[p>]
[tatap>], [sədap>]
tatap, sedap
/r/
[r]
[raja], [karya]
raja, karya
/s/
[s]
[sama], [malas]
sama, malas
/š/
[š]
[šukur], [mašarakat] syukur, masyarakat
/t/
[t]
[timpa], [santay]
[t>]
[lompat>], [təmpat>] lompat, tempat
/w/
[w]
[waktu], [warna]
waktu, warna
/y/
[y]
[yakin], [santay]
yakin, santai
/z/
[z]
[zəni], [izin]
zeni, izin
/?/
[?]
[bapa?], [ma?af]
bapak, maaf
timpa, santai
2. 2. 2 Perubahan Fonologi 2. 2. 2. 1 Perubahan Bunyi Menurut Salim (1996:330) perubahan bunyi mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Asimilasi Asimilasi mungkin merupakan perubahan bunyi yang paling sering terjadi dalam suatu bahasa, yaitu satu bunyi dipengaruhi oleh pengucapan bunyi di dekatnya. Contoh : Bahasa Belanda een kam [əŋkαm] (sisir). Bunyi /n/ pada kata tersebut dipengaruhi bunyi /k/ sehingga menghasilkan bunyi /ŋ/.
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
2. Disasimilasi Disasimilasi adalah perubahan yang terjadi bila dua bunyi yang sama berubah menjadi tak sama. Contoh: Bahasa Jerman Kartoffel
(potato/kentang), sebelumnya
Tartuffeln, dalam hal ini /k/ didisimilasikan dari /t/ pada abad ke-17.
3. Merger/coalescence (penggabungan/koalisi) Merger/coalescence (penggabungan/koalisi) adalah perubahan bunyi di mana dua bunyi menjadi satu. Contoh: pada bahasa Inggris lama diftong /e:/ dan /æ/ mengalami perubahan menjadi /i/ pada bahasa Inggris modern, seperti pada kata sweet [swit] (manis) dan clean [klin] (bersih).
4. Split (pemisahan) Split (pemisahan) adalah perubahan bunyi yang terjadi ketika terjadi pemisahan bunyi yaitu satu bunyi menjadi dua. Contoh: pada bahasa Inggris lama /s/ direalisasikan menjadi /z/ jika berada diantara bunyi bersuara, seperti thousand [tauzən] (ribu).
5. Loss (lepas) Loss (lepas) merupakan jenis perubahan bunyi yang terjadi saat sebuah bunyi hilang dari bahasa. Contoh: pada bahasa Inggris lama terdapat velar fricative /x/ yang merupakan variasi dari /h/, seperti pada eahta (eight/delapan). Tetapi bunyi ini hilang di awal Inggris modern.
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
6. Metatesis (perubahan letak bunyi) Metatesis (perubahan letak bunyi) adalah gejala perubahan bunyi di mana terjadi perubahan letak huruf, bunyi atau suku kata. Contoh: kata dalam bahasa Inggris third (ketiga ) berasal dari bahasa Anglo saxon dridda.
7. Syncope Syncope adalah penyingkatan kata dengan menghilangkan huruf, bunyi atau suku kata. Contoh: kata dalam bahasa Latin domina (lady/wanita) mengalami penyingkatan kata dengan menghilangkan suku kata -mi- menjadi donna dalam bahasa Italia.
8. Apocope Apocope adalah pemotongan atau penghilangan bunyi atau suku kata akhir dari sebuah kata. Contoh: kata kakatua diserap ke dalam bahasa Belanda menjadi kaketoe. Dalam hal ini terjadi penghilangan bunyi /a/ di akhir kata.
9. Haplology Haplology adalah penghilangan satu atau dua buah bunyi yang bersamaan atau yang berurutan. Contoh: kata morfofonologi mengalami haplology menjadi morfonologi, yaitu dengan menghilangkan bunyi /f/ dan /o/ yang berulang di tengah kata.
10. Prothesis Prothesis adalah perubahan bunyi di mana terjadi penambahan vokal atau konsonan pada awal kata untuk memudahkan lafal. Contoh: kata dari bahasa Latin schola
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
(school/sekolah) setelah diserap ke dalam bahasa Spanyol berubah menjadi escuela dan dalam bahasa Perancis lama menjadi escole. Pada kata schola tersebut terjadi penambahan bunyi vokal /e/.
2. 3 SEMANTIK Semantik adalah ilmu yang mempelajari makna (Palmer, 1991:1). Yang dimaksud dengan istilah semantik ialah penelitian makna kata dalam bahasa tertentu menurut sistem penggolongan (Slametmuljana, 1965).
2. 3. 1 Makna Dalam membicarakan makna, kita tidak terlepas dari masalah bentuk (bahasa) dan acuannya. Odgen dan Richards (Palmer, 1991:24) menggambarkan hubungan bentuk, makna dan acuan dalam sebuah segitiga semiotik (semiotik triangle) :
KONSEP
BENTUK
--------------------------------------------------------------
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
ACUAN
Bentuk (symbol) adalah unsur bahasa (linguistic element) berupa kata, kalimat, dan sebagainya. Acuan (referent) adalah objek yang terdapat di dalam dunia pengalaman manusia. Sedangkan makna (thought/reference) adalah konsep yang ada di dalam pikiran kita tentang obyek yang diacu oleh bentuk. Menurut teori ini, garis yang terputus-putus menunjukkan tidak adanya hubungan langsung antara bentuk dan acuannya. Hubungan antara bentuk dan acuan selalu melalui makna yang ada di dalam pikiran kita, artinya makna dari sebuah kata terdapat dalam pikiran atau merupakan konsep yang ada dalam pikiran yang ditimbulkan antara bentuk dan acuan.
2. 3. 2 Perubahan Makna Dalam perubahan makna terdapat berbagai jenis perubahan, ada perubahan yang sifatnya meluas, ada perubahan yang sifatnya menyempit atau mengkhusus, ada perubahan yang sifatnya yang halus, ada perubahan yang sifatnya mengasar, dan ada pula perubahan yang sifatnya total. Dalam hai ini yang dimaksud total yaitu berubah sama sekali dari makna semula (Finoza, 2005)
1. Meluas Yang dimaksud dengan perubahan makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah ’makna’, tetapi kemudian karena berbagai faktor menjadi memiliki makna-makna lain. Sebagai contoh kata saudara yang pada mulanya hanya bermakna ’sekandungan’, kemudian maknanya berkembang menjadi ’siapa saja yang sepertalian saudara’. Akibatnya, anak paman pun disebut saudara. Selanjutnya siapa pun yang masih mempunyai kesamaan asal-usul
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
disebut juga saudara. Malah kini siapa pun dapat disebut saudara (Finoza, 2005).
2. Menyempit Yang dimaksud dengan perubahan menyempit adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya mempunyai makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi terbatas hanya pada sebuah makna saja. Misalnya kata sarjana yang pada mulanya berarti ’orang pandai’ atau ’cendikiawan’, kemudian hanya berarti ’orang yang lulus dari perguruan tinggi’, seperti nampak pada sarjana hukum. Contoh lain yaitu notitie, yang dalam bahasa Belanda berarti: aantekening (catatan), aandacht (perhatian). Dalam istilah hukum Indonesia notitie berarti ’catatan’, sehingga dalam hal ini terjadi penyempitan makna (Finoza, 2005).
3. Perubahan Total Yang dimaksud dengan perubahan total adalah berubahnya sama sekali makna kata dari makna asalnya. Memang ada kemungkinan makna yang dimiliki sekarang masih ada sangkut pautnya dengan makna asal, tetapi sangkut pautnya ini tampaknya sudah jauh sekali. Misalnya, kata ceramah pada mulanya berarti ’cerewet’ atau ’banyak cakap’ tetapi kini berarti ’pidato’ atau ’uraian’ mengenai suatu hal yang disampaikan di depan banyak orang. Contoh lain adalah onderhand, yang dalam bahasa Belanda berarti ’onderste deel van de hand (di bawah tangan)’, dalam istilah hukum Indonesia diartikan menjadi ’pernikahan di bawah tangan’ (Finoza, 2005).
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
4. Penghalusan Dalam pembicaraan mengenai perubahan makna yang meluas, menyempit atau berubah secara total, kita berhadapan dengan sebuah kata atau sebuah bentuk yang tetap. Hanya konsep makna mengenai kata kata bentuk itu yang berubah. Dalam pembicaraan mengenai penghalusan ini kita berhadapan dengan gejala ditampilkannya makna yang lebih halus, atau lebih sopan daripada yang akan digantikan. Kecenderungan untuk menghaluskan makna kata nampaknya gejala umum dalam masyarakat bahasa Indonesia. Misalnya kata penjara atau bui diganti dengan dengan istilah yang maknanya dianggap lebih halus yaitu Lembaga Permasyarakatan (Finoza, 2005).
5. Pengasaran Kebalikan dari peghalusan adalah pengasaran (disfemia), yaitu usaha untuk mengganti kata yang maknanya halus atau bermakna biasa dengan kata yang maknanya kasar. Usaha atau gejala pengasaran in biasanya dilakukan orang dalam situasi yang tidak ramah atau menemukan kejengkelan. Misalnya kata mendepak dipakai untuk mengganti kata mengeluarkan seperti dalam kalimat Dia berhasil mendepak bapak A dari kedudukannya (Finoza, 2005).
Namun banyak juga kata yang sebenarnya bermakna kasar tetapi sengaja dugunakan untuk lebih memberi tekanan tetapi tanpa terasa kekasarannya. Misalnya kata menggondol yang biasa digunakan anjing menggondol tulang; tetapi digunakan seperti dalam kalimat Akhirnya regu bulu tangkis kiat berhasil menggondol pulang piala Thomas Cup itu.
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
BAB III
ANALISIS PERUBAHAN FONOLOGIS DAN MAKNA PADA KATA SERAPAN ISTILAH-ISTILAH HUKUM BAHASA BELANDA KE DALAM BAHASA INDONESIA
Istilah-istilah hukum yang dianalisis pada bab ini adalah kata-kata yang diambil dari bahasa Belanda. Bila dilihat dari sejarah, hukum di Indonesia dipengaruhi oleh hukum Belanda. Hal ini tentunya mempengaruhi istilah-istilah hukum yang digunakan di Indonesia. Dengan demikian, banyak istilah-istilah hukum Belanda yang diserap ke dalam bahasa Indonesia.
3. 1 Perubahan Fonologis Banyak istilah-istilah hukum bahasa Indonesia yang diambil dari bahasa Belanda di antaranya mengalami perubahan-perubahan fonologis disesuaikan dengan aturan fonologis bahasa Indonesia. Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai perubahan fonologis yang terjadi pada kata serapan tersebut. Analisis mengenai perubahan fonologis kata serapan ini akan dijabarkan menurut jenis perubahan bunyinya.
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
3. 1. 1 Perubahan Bunyi 3. 1. 1. 1 Perubahan Bunyi di Suku Kata Awal dan Akhir Perubahan bunyi pada suku kata awal dan akhir merupakan perubahan bunyi yang terjadi pada suku kata awal dan akhir suatu kata setelah kata dari bahasa Belanda diserap ke dalam bahasa Indonesia. Di bawah ini merupakan contoh-contoh dari perubahan bunyi tersebut:
1. Neutraal menjadi netral Kata neutral [nøtral] mengalami perubahan bunyi setelah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi netral [nεtrαl]. Dalam hal kasus tersebut terdapat perubahan /ø/ menjadi /ε/ setelah proses penyerapan. Selain itu terjadi juga perubahan bunyi vokal panjang /a/ menjadi vokal pendek /a/ dalam fonem bahasa Indonesia. Perubahan tersebut terjadi karena bahasa Indonesia tidak mengenal vokal panjang dan fonem /ø/.
2. Chartaal menjadi kartal Kata chartaal [xαrtal] mengalami perubahan bunyi setelah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kartal [kartl]. Dalam hal kasus terdapat perubahan /x/ menjadi /k/ setelah proses penyerapan.
3. Gratie menjadi grasi Kata gratie [γrαtsi] mengalami perubahan bunyi setelah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi grasi [grαsi]. Dalam hal ini terjadi gejala perubahan bunyi /ts/ menjadi /s/. Selain itu terjadi pula perubahan bunyi /γ/ menjadi /g/. Perubahan ini terjadi karena
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
bahasa Indonesia tidak mengenal fonem /γ/ dan bunyi /ts/. 4. Auditeur menjadi auditor Kata auditeur [ uditør] adalah contoh dari bahasa Belanda yang mengalami perubahan pada akhir kata. Kata auditeur [ uditør] berubah menjadi auditor [auditor] setelah diserap ke dalam bahasa Indonesia. Pada kasus ini, terjadi karena terdapat penggantian bunyi / u/ menjadi /o/ dan /ø/ menjadi /o/.
5. Declaratie menjadi deklarasi Kata deklarasi [dεklarasi] adalah contoh dari kata serapan Indonesia dari bahasa Belanda yang mengalami perubahan pada akhir kata. Kata declaratie [dεklarαtsi] berubah menjadi deklarasi [deklarasi] dalam bahasa Indonesia. Pada kasus ini perubahan terdapat pada bunyi /ts/ menjadi /s/ sama seperti pada kata gratie di atas.
3. 1. 1. 2 Perubahan Bunyi di Suku Kata Awal Perubahan bunyi di suku kata awal adalah perubahan bunyi yang terjadi pada suku kata awal suatu kata setelah kata dari bahasa Belanda tersebut diserap ke dalam bahasa Indonesia. Di bawah ini merupakan contoh-contoh dari perubahan bunyi di suku kata awal, yaitu sebagai berikut:
1. Schorsing menjadi skorsing Kata schorsing [sx rsIng] mengalami perubahan bunyi setelah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi skorsing [sk rsing]. Hal ini terjadi karena terdapat perubahan /x/ menjadi /k/ setelah proses penyerapan.
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
2. Authentiek menjadi otentik Perubahan bunyi yang terjadi pada kata authentiek [ utεntik] yaitu penggantian vokal / u/ menjadi /o/. Seperti halnya kata auditeur di atas, perubahan pada kata authentiek [ utεntik] menjadi otentik [otεntik].
3. Autonomie menjadi otonomi Kata berikutnya yang mengalami perubahan bunyi vokal adalah kata autonomie
[
utonomi] yang diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi otonomi [otonomi]. Dalam hal ini, terjadi perubahan pada vokal / u/ menjadi /o/ di awal suatu kata.
3. 1. 1. 3 Perubahan Bunyi di Suku Kata Akhir Perubahan bunyi di suku kata akhir merupakan perubahan bunyi yang terjadi di suku kata akhir suatu kata setelah kata tersebut diserap dari bahasa Belanda ke dalam bahasa Indonesia. Berikut ini merupakan contoh-contoh dari perubahan bunyi di suku kata akhir:
1. Hypotheek menjadi hipotek Kata hipotek [hIpotεk] dalam bahasa Indonesia berasal dari kata hypotheek [hIpothek]. Kata ini mengalami perubahan bunyi /e/ menjadi /ε/ di suku kata akhir.
2. Praktijk menjadi praktik Kata praktik [prαktΙk] dalam bahasa Indonesia berasal dari kata praktijk [prαktεik]. Kata ini mengalami penghilangan bunyi /εi/ menjadi /Ι/ di suku kata terakhir.
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
3. Cassatie menjadi kasasi Kata cassatie [kαsαtsi] mengalami perubahan bunyi setelah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kasasi [kαsαsI]. Kasus ini sama seperti pada kata gratie yang telah dijelaskan di atas.
4. Loterij menjadi lotere Kata lotere [l tərε] dalam bahasa Indonesia berasal dari kata loterij [l tərεi]. Kata ini mengalami perubahan bunyi /εi/ menjadi /ε/ di akhir suku kata.
5. Statuut menjadi statuta Kata statuut [stαtyt] menjadi statuta [stαtutα]. Dalam hal ini terjadi perubahan bunyi /yt/ di suku kata akhir. Perubahan ini terjadi karena sistem fonologi bahasa Indonesia tidak mengenal vokal panjang /y/, sehingga pada saat kata statuut dalam bahasa Belanda diserap ke dalam bahasa Indonesia terjadi perubahan bunyi /y/ menjadi /u/ dan ditambahkan dengan bunyi /a/ di suku kata terakhir.
6. Coalitie menjadi koalisi Kata koalisi [koalisi] dalam bahasa Indonesia berasal dari kata bahasa Belanda coalitie. [koalitsi]. Kata ini mengalami perubahan bunyi /ts/ menjadi /s/ di suku kata terakhir.
7. Confirmatie menjadi konfirmasi Kata konfirmasi [knfIrmαsi] dalam bahasa Indonesia berasal dari kata bahasa Belanda confirmatie [k nfIrmαtsi]. Kata ini mengalami perubahan bunyi /ts/ menjadi /s/ di suku
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
kata akhir.
8. Consultatie menjadi konsultasi Kata konsultasi [k nsultasi] dalam bahasa Indonesia berasal dari kata consultatie [k nsultαtsi]. Kata ini mengalami perubahan bunyi /ts/ menjadi /s/ di suku kata akhir. Hal ini disebabkan bahasa Indonesia tidak mengenal bunyi /ts/ pada suatu kata sehingga terjadi pada saat kata diserap terjadi perubahan bunyi tersebut.
9. Declaratie menjadi deklarasi Kata deklarasi [dεklarasi] dalam bahasa Indonesia berasal dari kata declaratie [dεklarαtsi]. Kata ini mengalami perubahan bunyi /ts/ menjadi /s/ di suku kata akhir. Hal ini disebabkan bahasa Indonesia tidak mengenal bunyi /ts/ pada suatu kata sehingga terjadi pada saat kata diserap terjadi perubahan bunyi tersebut.
10. Democratie menjadi demokrasi Kata demokrasi [dεmokrasi] dalam bahasa Indonesia berasal dari kata democratie [dεmokrαtsi]. Kata ini mengalami perubahan bunyi /ts/ menjadi /s/ di suku kata akhir. Hal ini disebabkan bahasa Indonesia tidak mengenal bunyi /ts/ pada suatu kata sehingga terjadi pada saat kata diserap terjadi perubahan bunyi tersebut. Selain itu terdapat pula perubahan bunyi vokal /α/ menjadi /a/.
11. Dispensatie menjadi dispensasi Kata dispensasi [dispεnsαsi] dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dispensatie
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
[dispεnsαtsi]. Kata ini mengalami perubahan bunyi /ts/ menjadi /s/ di suku kata akhir. Hal ini disebabkan bahasa Indonesia tidak mengenal bunyi /ts/ pada suatu kata sehingga terjadi pada saat kata diserap terjadi perubahan bunyi tersebut.
12. Decreet menjadi dekrit Kata decreet [dəkret] berubah menjadi dekrit [dəkrIt] setelah diserap ke dalam bahasa Indonesia. Kata ini mengalami perubahan bunyi /e/ menjadi /I/ di suku kata akhir.
13. Executie menjadi eksekusi Kata executie [εksəkœtsi] berubah menjadi eksekusi [εksəkusi] dalam bahasa Indonesia. Pada kasus ini perubahan terdapat pada bunyi /ts/ menjadi /s/. Hal ini disebabkan bahasa Indonesia tidak mengenal bunyi /ts/ pada suatu kata sehingga terjadi pada saat kata diserap terjadi perubahan bunyi tersebut.
14. Kwitantie menjadi kwitansi Kata kwitantie [kwItαnsi] berubah menjadi kwitansi [kwitαnsi] dalam bahasa Indonesia. Pada kasus ini perubahan terdapat pada bunyi pada konsonan /ts/ menjadi /s/. Hal ini disebabkan bahasa Indonesia tidak mengenal bunyi /ts/ pada suatu kata sehingga terjadi pada saat kata diserap terjadi perubahan bunyi tersebut.
15. Partij menjadi partai Kata partij [pαrtει] berubah menjadi partai [pαrtay] dalam bahasa Indonesia. Pada kasus ini terdapat perubahan pada bunyi diftong /ει/ menjadi /ay/.
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
16. Hierarchie menjadi hierarki Kata hierarchie [hirarxi] berubah menjadi hierarki [hirarki] dalam bahasa Indonesia. Pada kasus ini terdapat perubahan pada bunyi /x/ menjadi /k/.
3. 1. 1. 4 Perubahan bunyi /γ/ menjadi /g/ Perubahan bunyi /γ/ menjadi /g/ merupakan kasus penyerapan kata dari bahasa Belanda ke dalam bahasa Indonesia yang banyak terjadi. Berikut ini merupakan sebagian contoh dari kasus-kasus tersebut:
1. Garantie menjadi garansi Kata garantie [γarαntsi] mengalami perubahan bunyi setelah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi garansi [gαrαnsi]. Dalam hal kasus ini terdapat perubahan bunyi konsonan /γ/ menjadi /g/. Hal ini juga terjadi karena penyesuaian fonologis ke dalam bahasa Indonesia. Selain itu terjadi pula perubahan bunyi dari /ts/ menjadi /s/ di suku kata akhir.
2. Giraal menjadi giral Kata giral [girαl] dalam bahasa Indonesia berasal dari kata giraal [γiral]. Dalam hal kasus ini terdapat perubahan bunyi konsonan /γ/ menjadi /g/. Hal ini juga terjadi karena penyesuaian fonologis ke dalam bahasa Indonesia. Selain itu terdapat pula perubahan bunyi vokal panjang di akhir suku kata yaitu bunyi vokal panjang /a/ menjadi /α/.
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
3. 1. 2 Penghilangan Bunyi 3. 1. 2. 1 Apocope
1. Parlement menjadi parlemen Kata parlement [pαrləmεnt] berubah menjadi parlemen [pαrləmεn] dalam bahasa Indonesia. Pada kasus ini terjadi pemotongan atau penghilangan bunyi dari suku kata akhir dari suatu kata. Dalam hal ini terjadi penghilangan atau pemotongan bunyi /t/ di akhir kata.
2. Abonement menjadi abonemen Kata abonement [abonəmεnt] berubah menjadi abonemen [abonəmεn] dalam bahasa Indonesia. Pada kasus ini terjadi pemotongan atau penghilangan bunyi dari suku kata akhir dari suatu kata. Dalam hal ini terjadi penghilangan atau pemotongan bunyi /t/ di akhir kata.
3. Residivist menjadi residivis Kata residivist [residivIst] berubah menjadi residivis [residivIs] dalam bahasa Indonesia. Pada kasus ini terjadi pemotongan atau penghilangan dari suku kata akhir dari suatu kata. Dalam hal ini terjadi penghilangan atau pemotongan bunyi /t/ di akhir kata.
Pada analisis ini, penulis tidak menemukan perubahan bunyi seperti asimilasi, disasimilasi, merger, split, loss, metatesis, syncope, haplology dan prothesis. Hal ini terkait dengan penyerapan istilah hukum bahasa Belanda ke dalam bahasa Indonesia
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
tidak ditemukan penyingkatan kata dengan menghilangkan huruf, penambahan vokal atau konsonan pada awal kata, pemisahan bunyi menjadi dua, penggabungan bunyi atau pun perubahan bunyi karena dipengaruhi bunyi di sebelahnya.
3. 2 Perubahan Makna Setelah menjelaskan perubahan-perubahan fonologis yang terjadi pada kata–kata serapan Belanda dalam istilah hukum pada bahasa Indonesia, selanjutnya sesuai dengan tujuan penelitian ini maka pada subbab berikut akan dijelaskan mengenai perubahan makna yang terjadi pada kata-kata serapan itu.
3. 2. 1 Meluas Perubahan makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah ’makna’, tetapi kemudian karena berbagai faktor menjadi memiliki makna-makna lain. Berikut ini merupakan contoh-contoh dari istilah hukum bahasa Indonesia yang mengalami perluasan makna setelah mengalami penyerapan dari bahasa Belanda:
1. Advokaat – advokat Kata advokaat dalam bahasa Belanda bermakna “penasihat hukum” (Massier, 1992). Namun setelah diserap ke dalam bahasa Indonesia mengalami penyempitan makna yang disesuaikan dengan perkembangan hukum yang terjadi di Indonesia. Dalam bahasa Indonesia ‘advokat’ bermakna “orang yang berprofesi memberikan jasa hukum, baik di dalam maupun diluar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
Undang-Undang No. 18 Tahun, 2003”.
2. Gratificatie – Gratifikasi Gratificatie dalam bahasa Belanda memiliki makna “hadiah balas jasa yang diberikan oleh majikan pekerja diluar upah atau gaji biasa” (Massier, 1992). Namun setelah diserap ke dalam bahasa Indonesia mengalami perluasan makna seiring dengan perkembangan hukum yang terjadi di Indonesia. ’Gratifikasi’ dalam bahasa Indonesia bermakna ”hadiah atau pemberian kepada penyelenggara negara terkait dengan jabatan atau posisi penyelenggara. Hadiah atau pemberian itu dimaksudkan untuk menyuap atasan ataupun rekan agar melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu, sesuai dengan kehendak pemberi hadiah dan bertentangan dengan kewajiban jabatannya”. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Undang-undang Komisi Pemberantasan Korupsi. Pelakunya pun diancam hukuman penjara minimal 4 tahun maksimal 20 tahun, dan denda minimal 200 juta maksimal 1 milyar. Kecuali jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada KPK, ancaman pidana tersebut tidak berlaku (Pasal 12C UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi).
3. Sommatie – Somasi Sommatie dalam bahasa Belanda bermakna “teguran untuk membayar” (Massier, 1992). Setelah diserap ke dalam bahasa Indonesia, kata sommatie mengalami perluasan makna, hal ini dipengaruhi oleh perkembangan hhukum yang terjadi di Indonesia. ‘somasi’ yang diserap dari bahasa Belanda, dalam bahasa Indonesia bermakna “teguran atas kelalaian atau kealpaan seseorang; dalam hal hutang piutang atau adanya suatu perjanjian ada
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
kalanya pihak debitor atau pihak yang harus memenuhi sesuatu perjanjian alpa, lalai atau tidak memenuhi kewajiban setelah jatuh harinya atas kealpaan ini pihak yang dirugikan dapat memberi teguran berwujud surat” (Yan Pramadya Puspa, 2002).
3. 2. 2 Menyempit Perubahan menyempit adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya mempunyai makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi terbatas hanya pada sebuah makna saja. Berikut ini merupakan contoh-contoh dari istilah hukum bahasa Indonesia yang mengalami penyempitan makna setelah mengalami penyerapan dari bahasa Belanda:
1. Abolitie – Abolisi Abolitie dalam bahasa Belanda bermakna “Penghapusan dari suatu tindakan pidana dan bila perlu dari tuntutan yang telah diadakan karenanya, pada abolisi kejadiak dengan segala akibatnya dianggap tidak pernah terjadi” (Massier, 1992). Setelah diserap ke dalam bahasa Indonesia mengalami penyempitan makna, sesuai dengan perkembangan hukum yang terjadi di Indonesia. Kata ‘abolisi’ dalam bahasa Indonesia bermakna ”hak Prerogratif Presiden untuk menghapuskan suatu tuntutan pidana atau menggugurkan suatu tindakan pidana yang sedang dilakukan” (UUD, 1945).
2. Abdicatie - Abdikasi Abdicatie dalam bahasa Belanda bermakna “meniggalkan, menurunkan, memberikan jabatan” (Massier, 1992). Setelah diserap kedalam bahasa Indonesia mengalami
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
penyempitan makna, sesuai dengan perkembangan hukum yang terjadi di Indonesia. Kata ‘abdikasi’ dalam bahasa Indonesia bermakna “demi keutuhan negara atau untuk mencegah timbulnya perang atau pergolakan; ada seseorang pimpinan (kepala) negara memberikan jabatannya kepada penngantinya meskipun belum habis masa jabatannya” (Yan Parmadya Puspa, 2002).
3. Cassatie - Kasasi Cassatie dalam bahasa Belanda “pembatalan, pernyataan tidak berlakunya keputusan hakim rendahan oleh Mahkamah Agung, demi kepentingan kesatuan peradilan” (Massier, 1992). Kata ini setelah diserap ke dalam bahasa Indonesia mengalami penyempitan makna disebabkan oleh perkembangan hukum yang terjadi di Indonesia. Kata ‘kasasi’ dalam bahasa Indonesia bermakna “pembatalan putusan pengadilan (yang telah dijatuhkan); permohonan kasasi diatur dalam UU Mahkamah Agung, permohonan itu dijukan sendiri oleh pihak yang berkepentingan atau oleh Jaksa Agung”.
4. Dispensatie - Dispensasi Dispensatie dalam bahasa Belanda bermakna “kelonggaran untuk hal-hal yang khusus dari ketentuan undang-undang, ketentuan menurut undang-undang dan menurut gereja, dalam hal dispensasi dibenarkan apa-apa yang biasanya dilarang oleh pembuat undangundang” (Massier, 1992). Setelah diserap ke dalam bahasa Indonesia mengalami penyempitan makna yang disebabkan oleh perkembangan hukum yang terjadi di Indonesia. Kata ‘dispensasi’ dalam bahasa Indonesia bermakna “penyimpangan atau pengecualian terhadap ketentuan-ketentuan peraturan-peraturan hukum ataupun undang-
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
undang yang semestinya berlaku formil” (Yan Pramadya Puspa, 2002).
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
BAB IV SIMPULAN
Penelitian ini membuktikan bahwa kontak bahasa memiliki pengaruh pada suatu bahasa. Dalam hal ini kontak antara bahasa Belanda dan bahasa Indonesia mempengaruhi kedua bahasa itu satu sama lain. Bahasa Belanda memberi pengaruh pada bahasa Indonesia dengan adanya kata-kata serapan bahasa Belanda dalam bahasa Indonesia. Dari hasil analisis penulis pada penelitian mengenai kata serapan bahasa Indonesia dalam bahasa Belanda ini, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan, yaitu mengenai perubahan fonologis serta perubahan makna dari kata serapan Indonesia yang berasal dari bahasa Belanda tersebut. Pertama-tama akan dijelaskan mengenai perubahan fonologis pada kata–kata serapan itu. Hasil analisis melalui tinjauan fonologis menunjukkan bahwa perubahan fonologis yang terjadi pada kata -kata serapan bahasa Indonesia dalam bahasa Belanda terdiri dari perubahan fonologis berikut ini: 1. Perubahan di suku kata awal dan akhir: chartaal [xαrtal] menjadi kartal [kαrtαl] 2. Perubahan di suku kata awal: schorsing [sx rsIng] menjadi skorsing [sk rsIng] 3. Perubahan di suku kata akhir : praktijk [prαktειk] menjadi praktik [prαktΙk] 4. Perubahan bunyi vokal panjang menjadi vokal pendek: illegaal [Ilεγal] menjadi ilegal [ilεgαl] 5. Perubahan bunyi /γ/ menjadi /g/: giraal [γiral] menjadi giral [gIrαl]
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
Kemudian adalah hasil analisis perubahan makna dari kata-kata serapan bahasa Belanda dalam bahasa Indonesia. Dari hasil analisa perubahan makna pada istilah-istilah hukum bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa Belanda ditemukan perubahan makna meluas dan menyempit seperti pada kata ’gratifikasi’ dan ’advokat’. Perubahan makna juga tidak banyak terjadi pada kata serapan dari istilah hukum bahasa Belanda ke dalam istilah hukum bahasa Indonesia disebabkan oleh istilah-istilah hukum bahasa Indonesia diterjemahkan pada umumnya pada arti sebenarnya disesuaikan dengan sistem hukum positif
Indonesia
yang
mengadopsi
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
dari
sistem
hukum
Belanda.
DAFTAR ACUAN
Abas, Husen. 1996. “Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia”. Bahasa Nasional Kita: dari Sumpah Pemuda ke Pesta Emas Kemerdekaan 1928 -1995 Appel, René, et al. 1979. Sociolinguistiek. Utrecht/Antwerpen: Het Spectrum. Appel, René dan Muysken. 1987. Language Contact and Bilingualism, Institute for General Linguistics. Amsterdam: University of Amsterdam. Bussman, Hadomoud. 1996. Routledge Dictionary of Language and Linguistics. Translated & edited by Gregory P. Trauth, Kerstin Kazzazi. London & New York: Routledge. Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta ___________. 2001. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta Djoko Koentjono. 1984. Dasar-dasar Linguistik Umum, Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Finoza, Lamuddin. 2005. Komposisi Bahasa Indonesia (untuk mahasiswa non jurusan bahasa). Jakarta: Diksi Intan Media Geerts, G. et al. 1984. Algemene Nederlandse Spraakkunst (ANS). Groningen: WoltersNoordhoff. Hudson, R. A. 1980. Sociolinguistics, Cambridge Textbooks in Linguitstics. Cambridge University Press. Keraf, Gorys. 1991. Diksi dan Gaya Bahasa: Komposisi Lanjutan I, Ende: Nusa Indah. Larson, Midred L. 1988. Penerjemahan Berdasarkan Makna: Pedoman untuk Pemadanan antar Bahasa. Jakarta: Penerbit Arcan. Moeliono, Anton M. dan Soenjono Dardjowidjojo. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Neijt, Anneke. 1993. Universele Fonologie: Een inleiding in de Klankleer, Doordrecht. Foris Publication. Nothofer, Bernd. 1975. The Reconstruction of Proto-Malayo-Javanic, ‘S GravenhageMartinus Nijhoff Kanter, E.Y. dan Sianturi. 1982. Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009
Penerapannya. Jakarta: Alumni AHM PTHM. Palmer, F. R. 1976. Semantics. Cambridge University Press. Pateda, Mansoer. 1986. Semantik Leksikal, Flores: Penerbit Nusa Indah. Slametmuljana. 1965. Semantik (Ilmu Makna). Kuala Lumpur: Oxford University Press. Suratminto, Lilie. 2005. Tata Bahasa Belanda: Lengkap, Mudah, dan Praktis, Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Umar, Azhar dan Delvi Napitupulu. 1994. Sosiolinguistik dan Psikolinguistik (Suatu Pengantar), Jakarta.
Daftar Kamus
Koenen, M.J., J. B. Drewes. 1986. Wolters Woordenboek Eigentijds Nederlands: Ie druk, Groningen: Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik, Jakarta: PT. Gramedia. Massier, A.W.H. 1992. Beknopt Jurisdich Woordenboek Indonesisch-Nederlands, Leiden: CNWS Publication. Puspa, Yan Pramadya. 1977. Kamus Hukum. Semarang: Aneka Ilmu Pustaka Pelajar Salim, Peter, M. A. 1996. The Contemporary English Indonesian Dictionary: 7 th Edition, Jakarta: Modern English Press. Van Dale. 1995. Groot Woordenboek der Nederlandse Taal : elfde, herziene druk, Eerste deel: A-I, tweede deel: J-R, derde deel: S-Z.
Perubahan fonologis..., Monica Nila Sari, FIB UI, 2009