KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang dapat menyelesaikan penyusunan Profil Perkembangan Kependudukan Kota Tanjungpinang Tahun 2011. Profil Perkembangan Kependudukan Kota Tanjungpinang Tahun 2011 ini berisi gambaran secara umum tentang kuantitas, kualitas, mobilitas penduduk dan kepemilikan dokumen kependudukan di Kota Tanjungpinang berdasarkan database yang ada di SIAK Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang. Diharapkan buku ini dapat memberikan manfaat sebagai dasar penentu kebijakan-kebijakan yang akan diambil Pemerintah Kota Tanjungpinang. Tak lupa kami ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan Profil Perkembangan Kependudukan Kota Tanjungpinang Tahun 2011. Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam buku Profil Perkembangan Kependudukan Kota Tanjungpinang Tahun 2011. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar kedepannya buku ini semakin mendekati kesempurnaan.
Tanjungpinang, Maret 2012 KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA TANJUNGPINANG
PAMRI, S.Sos Pembina Tk. I NIP. 19550407 198305 1 020
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional pada hakekatnya pembangunan manusia dan seluruh masyarakat Indonesia, mencakup semua dimensi dan aspek kehidupan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan UUD 1945. Penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan pembangunan, oleh karena itu penduduk harus menjadi titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan. Pembangunan kependudukan memiliki peran yang sangat penting dalam pencapaian tujuan pembangunan, terutama dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan kependudukan bertujuan untuk melakukan pengendalian kuantitas penduduk sebagai salah satu aspek penting yang harus dilakukan guna menjamin tercapainya pertumbuhan penduduk yang seimbang. Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan cepat, kualitas rendah, persebaran tidak merata akan menghambat tercapainya kondisi ideal antara kualitas, kuantitas, mobilitas, dan daya dukung lingkungan (daduling). Pembangunan harus dilakukan oleh penduduk dan untuk penduduk, oleh karena itu perencanaan pembangunan harus didasarkan pada kondisi penduduk. Luasnya cakupan masalah kependudukan menyebabkan pembangunan kependudukan harus dilaksanakan secara lintas bidang dan lintas sektor, oleh karena itu dibutuhkan koordinasi dan pemahaman mengenai hubungan penduduk dan dinamikanya, termasuk pembangunan keluarga dengan perkembangan berkelanjutan. Pemerintah Kota Tanjungpinang melalui Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil telah menerapkan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) sejak tahun 2008. Sistem tersebut bertujuan menata sistem administrasi kependudukan sehingga tercapai tertib administrasi di bidang kependudukan dan menghasilkan database kependudukan yang terpusat. Database kependudukan yang dihasilkan tersebut dapat dimanfaatkan untuk memberikan gambaran bagaimana kondisi dan karakteristik penduduk Kota Tanjungpinang dan kedepannya diharapkan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan data kependudukan di Kota Tanjungpinang.
Dalam rangka penyajian data dan pemberian informasi perkembangan kependudukan, maka Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang perlu menyusun Profil Perkembangan Kependudukan Kota Tanjungpinang seperti yang telah ditetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 65 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Profil Perkembangan Kependudukan. Profil Perkembangan Kependudukan berisi gambaran kondisi, perkembangan dan prospek kependudukan suatu daerah yang diharapkan dapat memberikan informasi, pendidikan, penyediaan sarana dan prasarana yang berkaitan dengan pembangunan kependudukan. B. Tujuan Tujuan dari penyusunan profil perkembangan kependudukan ini adalah memberikan informasi tentang perkembangan kependudukan yang akan bermanfaat untuk merumuskan kebijakan kependudukan, perencanaan kependudukan, penentuan target sasaran program pembangunan, dan kebijakan lain di Kota Tanjungpinang. C. Ruang Lingkup Profil perkembangan kependudukan disusun dengan batasan penduduk Kota Tanjungpinang sampai bulan Desember 2011 sesuai dengan yang telah diamanatkan pada pasal 6 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 65 tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Profil Perkembangan Kependudukan. D. Pengertian Umum Terhadap Istilah yang Digunakan Dalam Profil Perkembangan Kependudukan -
-
Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang bertempat tinggal di Wilayah Kota Tanjungpinang. Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, struktur, pertumbuhan, persebaran, mobilitas, kuantitas, kualitas, dan kondisi kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi, sosial budaya, agama serta lingkungan penduduk setempat. Perkembangan kependudukan adalah kondisi yang berhubungan dengan perubahan keadaan kependudukan yang dapat berpengaruh dan dipengaruhi oleh keberhasilan pembangunan yang berkelanjutan.
-
-
Data Kependudukan adalah data perseorangan dan atau data agregat yang berstruktur sebagai hasil dari kegaitan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil. Profil Perkembangan Kependudukan adalah gambaran kondisi, perkembangan dan prospek kependudukan. Angkatan Kerja adalah penduduk usia produktif (15-64 tahun) yang bekerja dan sedang mencari pekerja (menganggur) atau yang terlibat dan berusaha terlibat dalam kegiatan produktif.
BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH A. Letak Geografis dan Topografis Daerah
Gambar 1. Peta Kota Tanjungpinang
Secara geografis Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, dengan posisi koordinat berada pada 0˚51' sampai dengan 0˚59' Lintang Utara dan 104˚23' sampai dengan 104˚34' Bujur Timur, dan berada pada elevasi ± 70 m di atas permukaan air laut (mean sea level). Adapun batas-batas wilayah Kota Tanjungpinang sebagai berikut : Sebelah Utara
:
Sebelah Selatan
:
Sebelah Timur
:
Sebelah Barat
:
Teluk Bintan, Kecamatan Teluk Bintan, Kabupaten Bintan. Selat Karas, Desa Mantang Baru, Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten Bintan, Kecamatan Galang Kota Batam. Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten Bintan. Selat Karas, Kecamatan Galang Kota Batam dan Desa Pangkil, Kecamatan Teluk Bintan, Kabupaten Bintan.
Kota Tanjungpinang memiliki 4 (empat) Kecamatan dan 18 (delapan belas) Kelurahan diantaranya: 1. Kecamatan Tanjungpinang Barat yang terdiri dari 4 (empat) Kelurahan, yaitu : Kelurahan Tanjungpinang Barat, Kelurahan Kemboja, Kelurahan Kampung Baru, dan Kelurahan Bukit Cermin 2. Kecamatan Tanjungpinang Timur yang terdiri dari 5 (lima) Kelurahan, yaitu : Kelurahan Melayu Kota Piring, Kelurahan Kampung Bulang, Kelurahan Air Raja, Kelurahan Batu IX, dan Kelurahan Pinang Kencana 3. Kecamatan Tanjungpinang Kota yang terdiri dari 4 (empat) Kelurahan, yaitu: Kelurahan Tanjungpinang Kota, Kelurahan Kampung Bugis, Kelurahan Senggarang, dan Kelurahan Penyengat 4. Kecamatan Bukit Bestari yang terdiri dari 5 (lima) Kelurahan, yaitu: Kelurahan Tanjungpinang Timur, Kelurahan Dompak, Kelurahan Tanjung Ayun Sakti, Kelurahan Sei Jang, dan Kelurahan Tanjung Unggat. Dari keseluruhan Kelurahan yang ada di Kota Tanjungpinang terdapat 167 (Seratus Enam Puluh Tujuh) Rukun Warga (RW) dan 686 (Enam Ratus Delapan Puluh Enam) Rukun Tetangga (RT). Wilayah Kota Tanjungpinang terdiri dari lautan dan daratan, dengan luas wilayah secara keseluruhan mencapai 239,5 km² dengan luas daratan 131,54 km² (55%) dan luas lautan 107,96 km² (45%). Kota Tanjungpinang secara topografis mempunyai tinggi tanah antara 0 – 70 m di atas permukaan laut. Bentuk lahan kota berbukit-bukit dengan kemiringan berkisar antara 0 – 40o. Secara keseluruhan perbukitan ini membentuk punggung di bagian tengah kota dan menanjak ke arah timur atau ke luar kota. Kota Tanjungpinang beriklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata 630 mm sampai 3050 mm per tahun, sedangkan suhu udara rata-rata maksimum 21ºC dengan kelembaban udara rata-rata 61 – 91% dan tekanan udara minimum 1005 MBS dan maksimum 1013,7 MBS, selain itu juga terdapat dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. B. Kondisi Demografis Daerah Penduduk Kota Tanjungpinang cenderung mengalami peningkatan yang cukup signifikan setiap tahunnya. Salah satu penyebab terjadinya peningkatan penduduk tersebut adalah adanya urbanisasi yaitu perpindahan penduduk yang datang ke Kota Tanjungpinang. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab utama arus urbanisasi tersebut. Jika dilihat Tanjungpinang adalah sebuah kota yang sedang dan mulai berkembang baik dalam bidang pembangunan fisik maupun
pembangunan ekonominya dan dengan ditetapkannya Kota Tanjungpinang sebagai ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Dengan demikian banyak pendatang dari berbagai daerah mencoba untuk mengadu nasib di Kota Tanjungpinang. Penduduk pada tahun 2011 berjumlah 230.380 jiwa dengan tingkat kepadatan 962 jiwa/km2. Jumlah Kepala Keluarga sebanyak 65.115 Kepala Keluarga. Menurut jenis kelamin penduduk Kota Tanjungpinang berjumlah 117.239 jiwa laki-laki dan 113.141 jiwa perempuan. C. Gambaran Ekonomi Daerah Kota Tanjungpinang yang dibentuk melalui UU no. 5 Tahun 2001 tanggal 21 Juni 2001 memiliki potensi perdagangan, industri dan jasa serta menjadi daerah tujuan wisata, juga merupakan salah satu basis kawasan pertumbuhan IMS-GT (Indonesia, Malaysia, Singapore – Growth Triangle) dan AFTA. Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki Kota Tanjungpinang diharapkan akan menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau dan mampu memberikan kontribusi yang lebih besar dalam penciptaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha. Pembangunan ekonomi Tanjungpinang dititikberatkan pada tiga sektor unggulan yaitu perdagangan, industri dan transportasi. Ketiga sektor tersebut diharapkan akan mampu dan dapat merangsang perkembangan serta pertumbuhan sektor-sektor ekonomi lainnya. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Tanjungpinang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pertumbuhan yang meningkat ini menjadi gairah dalam meningkatkan kegiatan pembangunan di Kota Tanjungpinang yang merupakan ibukota Provinsi Kepulauan Riau yang baru terbentuk tahun 2006. Pada tahun 2008 laju pertumbuhan ekonomi berada pada level 7,07 persen. Laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 sedikit mengalami perlambatan yaitu sebesar 6,97 persen. Namun di tahun 2010 laju pertumbuhan Kota Tanjungpinang kembali mengalami peningkatan yaitu berada pada level 7,08 persen. D. Potensi Daerah 1. Wisata Sejarah Kota Tanjungpinang yang berada di wilayah pulau Bintan berdampingan dengan Kabupaten Bintan memiliki tempat wisata sejarah yang bisa dinikmati diantaranya adalah:
-
Pulau Penyengat Pulau Penyengat merupakan pulau yang berjarak 6 km di seberang kota Tanjungpinang, ibu kota Kepulauan Riau. Pulau ini penuh makna bagi sejarah Kesultanan Riau-Lingga. Pada masa keemasannya, Kesultanan RiauLingga menjadikan Pulau Penyengat tidak hanya sebagai pusat pemerintahan. Tetapi juga pusat kebudayaan dan keagamaan. Maka tak heran jika hingga saat ini, peninggalan dari masa keemasan Kesultanan Riau masih dapat ditemui di pulau ini antara lain Masjid Raya Sultan Riau, kompleks makam Raja Haji Fisabilillah, kompleks Istana Kantor, Kompleks Makam Raja Abdul Rahman, Perigi Putri, Benteng Pertahanan Bukit Kursi, dan banyak lainnya. Dalam kisah yang diceritakan secara turun temurun dalam Masyarakat Melayu, Pulau Penyengat digambarkan sebagai mas kawin yang diberikan oleh Sultan Mahmud Marhum Besar, Sultan Riau periode 1761-1812 Masehi, kepada Engku Putri Raja Hamidah, putri dari Raja Haji Fisabillah. Pulau ini merupakan pulau museum karena banyak peninggalan sejarah dan budaya melayu, Di Pulau Penyengat tersebut terdapat
-
Masjid Sultan Riau Penyengat Masjid yang berdiri kokoh ini di bangun pada 1 Syawal 1245 H atau tahun 1832 M terletak di Pulau Penyengat dibangun atas inisiatif dari Yang Dipertuan Muda ke –7 Raja Abdurrahman. Masjid ini memiliki panjang 19,8 m dan lebar 18 m. Masjid ini memiliki arsitektur yang khas, diantaranya terdapat 4 buah tiang penyangga di dalamnya, juga terdapat 4 buah menara di setiap sisinya dan 13 buah kubah, sehingga jika di jumlahkan menara dan kubahnya berjumlah 17, sesuai dengan jumlah rakaat sholat sehari semalam bagi umat islam. Keunikan lain dari masjid ini adalah digunakannya putih telur sebagai campuran bahan bangunannya. Di dalam masjid ini terdapat sebuah kitab suci Al-Quran yang di tulis tangan.
2. Wisata Budaya Beberapa wisata budaya yang bisa dinikmati di Kota Tanjungpinang diantaranya adalah: -
Tari Zapin Kesenian ini merupakan bentuk kesenian tari, identitas yang paling asas dalam kesenian ini adalah nuansa keislaman yang begitu kental dalam sebuah pertunjukan tari. Kesenian ini melambangkan karakter bangsa
melayu yang ramah, dan santun dalam kesehariannya serta gigih dalam memgamalkan nilai-nilai agama yang menjadi kepercayaan irang melayu. -
Batik Gonggong Gonggong dikenal dan ada hampir di seluruh daerah Kepulauan Riau. Gonggong adalah biota laut yang menjadi santapan dan cukup dikenal baik warga lokal maupun pendatang. Selama ini selain isinya yang lezat, kulit gonggong sudah dijadikan cenderamata seperti gantungan kunci dan bunga. Tanjungpinang pun mengabadikan gonggong sebagai batik khas kota Tanjungpinang.
-
Melayu Square Melayu Square berada di sepanjang tepi laut Kota Tanjungpinang yang merupakan pusat jajanan yang menyajikan berbagai makanan, mulai dari makanan laut sampai ke makanan khas melayu. Kawasan ini merupakan kawasan yang sangat direkomendasikan untuk dikunjungi. Melayu Square selalu dipadati pengunjung pada sore hingga malam hari. Keindahan sunset juga bisa dilihat jelas di sepanjang Melayu Square.
-
Dragon Boat Race Lomba Perahu Naga atau yang lebih dikenal dengan nama Dragon Boat Race, adalah olah raga bernuansa budaya yang dimulai sejak tahun 1992. Lomba Perahu Naga ini diangkat dari sebuah tradisi ritual keagamaan masyarakat Tionghoa di Tanjungpinang, yang sudah berlangsung sejak tahun 1950-an, yang disebut “Sembahyang Keselamatan Laut”. Ritual ini selalu dilaksanakan setiap tanggal 5 bulan 5 menurut kalender Cina atau pada bulan Juni apabila dihitung dengan kalender Masehi, namun tanggal pelaksanaannya selalu berubah-ubah setiap tahunnya. Hingga kini Lomba Perahu Naga sebagai bagian dari upacara keagamaan (Kong Hu Chu) tersebut masih tetap dilakukan oleh warga masyarakat Tionghoa Kota Tanjungpinang. Sejalan dengan program pemerintah untuk menggembangkan sektor industri pariwisata di Kepulauan Riau, maka Lomba Perahu Naga yang awalnya bersifat lokal itu, dipilih untuk dijadikan sebagai salah satu daya tarik wisata di Kota Tanjungpinang, dengan nama Dragon Boat Race sebagai even wisata tahunan.
-
Mak Yong Mak Yong adalah seni teater tradisional masyarakat Melayu yang sampai sekarang masih digemari dan sering dipertunjukan sebagai dramataridalam forum internasional. Pertunjukan Mak Yong dibawakan
kelompok penari dan pemusik profesional yang menggabungkan berbagai unsur upacara keagamaan, sandiwara, tari, musik dengan vokal atau instrumental dan naskah yang sederhana. Tokoh utama pria dan wanita keduanya dibawakan oleh penari wanita. Tokoh-tokoh lain yang muncul dalam cerita misalnya pelawak, dewa, jin, pegawai istana dan binatang. Pertunjukan Mak Yong diiringi alat musik seperti rebab, gendang dan tetawak.
BAB III SUMBER DATA DAN KOMPONEN KEPENDUDUKAN A. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam menyusun Profil Perkembangan Kependudukan Kota Tanjungpinang adalah : 1. Data registrasi yang dihasilkan melalui Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) mulai akhir bulan Januari sampai dengan akhir bulan Desember 2011 pukul 17.00 WIB (sesuai dengan Pasal 12 Permendagri No. 65 Tahun 2010). 2. Data dari Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2011 3. Data dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kota Tanjungpinang Tahun 2011 B. Komponen Kependudukan 1. Kuantitas Penduduk Komposisi dan Persebaran Penduduk a. Komposisi Penduduk Menurut Karakteristik Demografi Karakteristik penduduk sangat berpengaruh terhadap proses demografi dan tingkah laku sosial ekonomi. Karakteristik penduduk yang paling penting adalah umur dan jenis kelamin. Distribusi penduduk menurut umur dikelompokkan menurut umur satu tahunan atau umur tunggal (single age) dan lima tahunan, namun dapat juga dikelompokkan menurut distribusi umur tertentu sesuai dengan kebutuhan, seperti pengelompokkan penduduk menurut usia sekolah (SD = 7-12 tahun; SLTP = 13-15 tahun; SLTA = 16-18 tahun; dan Perguruan Tinggi = 19-24 tahun). Selain pengelompokkan berdasarkan distribusi umur penduduk, terdapat juga pengelompokkan penduduk berdasarkan struktur umur penduduk yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu :
Penduduk usia muda, yaitu penduduk usia di bawah 15 tahun atau kelompok umur 0-14 tahun.
Penduduk usia produktif, yaitu penduduk umur 15-59 tahun.
Penduduk usia lanjut, yaitu penduduk umur 60 tahun ke atas (mengikuti ketetapan WHO)
1) Jumlah Penduduk Pada tahun 2011, Kota Tanjungpinang mempunyai jumlah penduduk 230.380 jiwa yang terdiri dari 117.239 laki-laki dan 113.141 perempuan. Penduduk Kota Tanjungpinang tersebar di 4 (empat) Kecamatan. Distribusi penduduk di tiap kelurahan dan kecamatan dapat di lihat pada tabel 1. Tabel 1. Penduduk Kota Tanjungpinang Menurut Jenis Kelamin Tiap Kecamatan/Kelurahan Tahun 2011 NO
1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5
KECAMATAN / KELURAHAN TANJUNGPINANG BARAT TANJUNG PINANG BARAT KEMBOJA KAMPUNG BARU BUKIT CERMIN TANJUNGPINANG TIMUR MELAYU KOTA PIRING KAMPUNG BULANG AIR RAJA BATU IX PINANG KENCANA TANJUNGPINANG KOTA TANJUNG PINANG KOTA KAMPUNG BUGIS SENGGARANG PENYENGAT BUKIT BESTARI TANJUNG PINANG TIMUR DOMPAK TANJUNG AYUN SAKTI SEI JANG TANJUNG UNGGAT TOTAL
PENDUDUK LAKI-LAKI 31.101 10.729 8.745 6.274 5.353 41.675 9.632 4.895 5.939 9.687 11.522 12.284 3.810 4.887 2.281 1.306 32.179 5.907 1.430 6.883 9.842 8.117 117.239
PEREMPUAN 30.392 10.477 8.480 5.956 5.479 39.777 9.109 4.811 5.737 8.997 11.123 11.351 3.826 4.165 2.072 1.288 31.621 5.701 1.302 6.961 9.750 7.907 113.141
JUMLAH 61.493 21.206 17.225 12.230 10.832 81.452 18.741 9.706 11.676 18.684 22.645 23.635 7.636 9.052 4.353 2.594 63.800 11.608 2.732 13.844 19.592 16.024 230.380
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang 2011, Diolah
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa wilayah Kecamatan Tanjungpinang Timur mempunyai jumlah penduduk paling banyak yaitu 81.452 atau sekitar 35,36%. Hal ini disebabkan karena wilayah kecamatan Tanjungpinang Timur adalah wilayah yang sedang berkembang. Pembangunan perumahan baru, perkantoran, perdagangan dan transportasi berada di wilayah
kecamatan ini. Faktor tersebut menyebabkan penduduk kota Tanjungpinang terutama pendatang lebih memilih untuk bertempat tinggal di wilayah Kecamatan Tanjungpinang Timur. Sebaliknya wilayah Kecamatan Tanjungpinang Kota mempunyai jumlah penduduk paling sedikit yaitu 23.635 jiwa atau 10,26%. Wilayah Kecamatan Tanjungpinang Kota sebagian besar adalah wilayah pesisir pantai. Penduduk cenderung menghindari wilayah tersebut sebagai tempat untuk menetap. Distribusi penduduk menurut jenis kelamin tiap Kecamatan lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut: 51,97% 52,00% 51,00%
51,17%
50,58%
50,44% 49,56%
49,42%
50,00%
48,83%
49,00%
48,03%
48,00% 47,00% 46,00% TANJUNGPINANG BARAT
TANJUNGPINANG TIMUR
LAKI-LAKI
Gambar 2.
TANJUNGPINANG KOTA
BUKIT BESTARI
PEREMPUAN
Grafik Distribusi Penduduk Kota Tanjungpinang Menurut Jenis Kelamin Tahun 2011
Menurut grafik diatas, terlihat bahwa jumlah penduduk lakilaki untuk tiap kecamatan yang ada di Kota Tanjungpinang lebih banyak dari pada jumlah penduduk perempuan. Fakta ini berkebalikan dengan kondisi yang ada di Indonesia secara keseluruhan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-laki.
2) Jumlah dan Proposi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat disajikan dalam bentuk tabel menurut umur tunggal, kelompok umur lima tahunan atau kelompok umur yang sesuai dengan kebutuhan seperti pengelompokan umur usia sekolah. a) Umur Median (Median Age) Umur median adalah umur yang membagi penduduk menjadi dua bagian dengan jumlah yang sama, yaitu bagian yang pertama lebih muda dan bagian yang kedua lebih tua dari umur median. Kegunaan dari umur median adalah untuk mengukur tingkat pemusatan penduduk pada kelompok-kelompok umur tertentu. Berdasarkan umur median, penduduk di suatu daerah dikategorikan : - Penduduk muda, jika umur median kurang dari 20 tahun - Penduduk intermediate, jika umur median antara 20 – 30 tahun - Penduduk tua, jika umur median lebih dari 30 tahun. Untuk Kota Tanjungpinang, berdasarkan data yang ada pada SIAK, umur median penduduk kota Tanjungpinang pada tahun 2011 adalah 30 tahun, yang berarti bahwa setengah dari penduduk kota Tanjungpinang pada tahun 2011 berusia di bawah 30 tahun dan setengahnya lagi berusia lebih tua dari 30 tahun. Umur median ini terletak diantara 20 – 30 tahun, sehingga penduduk kota Tanjungpinang dikategorikan sebagai penduduk intermediate. Umur median tersebut sesuai dengan gambaran penduduk yang ada pada piramida penduduk yaitu sebesar 50,02% penduduk berada pada usia di bawah 30 tahun. b) Rasio Jenis Kelamin Rasio jenis kelamin adalah perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan per 100 penduduk perempuan. Data mengenai Rasio Jenis Kelamin berguna untuk pengembangan perencanaan pembangunan yang berwawasan gender, terutama yang berkaitan dengan perimbangan pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil. Selain itu, rasio jenis kelamin juga berguna bagi para politisi terutama untuk mengetahui seberapa besar keterwakilan kaum perempuan di parlemen.
Untuk kota Tanjungpinang, berikut ditampilkan hasil perhitungan rasio jenis kelamin untuk masing-masing kecamatan/kelurahan. Tabel 2. Rasio Jenis Kelamin (RJK) Berdasarkan Kecamatan dan Kelurahan Kota Tanjungpinang Tahun 2011 PENDUDUK KELOMPOK NO RJK UMUR LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH 1 0–4 7.785 7.441 15.226 104,62 2 5–9 11.826 10.907 22.733 108,43 3 10 – 14 10.328 9.642 19.970 107,11 4 15 – 19 9.068 8.556 17.624 105,98 5 20 – 24 8.877 8.587 17.464 103,38 6 25 – 29 10.873 11.359 22.232 95,72 7 30 – 34 13.090 13.523 26.613 96,80 8 35 – 39 11.381 11.053 22.434 102,97 9 40 – 44 9.701 8.703 18.404 111,47 10 45 – 49 7.229 6.529 13.758 110,72 11 50 – 54 5.781 5.343 11.124 108,20 12 55 – 59 4.149 3.916 8.065 105,95 13 60 – 64 2.771 2.815 5.586 98,44 14 65 – 69 1.810 1.883 3.693 96,12 15 70 – 74 1.473 1.431 2.904 102,94 16 > 75 1.097 1.453 2.550 75,50 TOTAL 117.239 113.141 230.380 103,62 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang 2011, Diolah
Dari tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa penduduk kota Tanjungpinang mempunyai rasio jenis kelamin 103,62 artinya untuk tiap 100 penduduk perempuan terdapat 103 – 104 penduduk lakilaki yang berarti juga di kotaTanjungpinang terdapat penduduk lakilaki lebih banyak daripada penduduk perempuan. Pada hampir setiap kelompok umur, ternyata RJK lebih dari 100, kecuali kelompok umur 25 – 34 tahun, 60 - 69 dan umur 75 tahun ke atas. c) Piramida Penduduk Piramida penduduk menunjukkan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin yang disajikan secara grafik. Sumbu horizontal (dasar piramida penduduk) menunjukkan jumlah penduduk dapat berupa jumlah absolut ataupun persentase, sedangkan sumbu vertikal menunjukkan umur, baik menurut kelompok umur satu tahunan maupun lima tahunan. Dasar piramida dimulai dengan kelompok umur termuda dan dilanjutkan ke atas
untuk kelompok umur yang lebih tua dan biasanya puncak piramida untuk kelompok umur yang lebih tua sering dibuat dengan sistem umur terbuka (75+); dan bagian kiri piramida digunakan untuk mewakili penduduk laki-laki sedangkan bagian kanan untuk penduduk perempuan. Piramida penduduk juga dapat digunakan untuk membuat perencanaan pembangunan dengan memperhatikan umur dan jenis kelamin secara cepat dan juga berguna untuk evaluasi data kependudukan yang dikumpulkan. Piramida yang disajikan dari periode-periode yang lain dapat menunjukkan perkembangan dan kecenderungan penduduk di masa lalu, saat ini dan di masa yang akan datang. Dengan melihat gambar piramida penduduk, kita mengetahui struktur umur penduduk dan implikasinya terhadap tuntutan penyediaan pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kebutuhan dasar penduduk (baik balita, remaja, dewasa, lakilaki, perempuan dan lansia) sekaligus melihat potensi tenaga kerja serta membayangkan kebutuhan akan tambahan kesempatan kerja yang harus diciptakan. Berikut disajikan piramida penduduk Kota Tanjungpinang tahun 2011. 1.097 1.473 1.810 2.771 4.149
70 - 74 60 - 64 50 - 54 40 - 44
1.453 1.431 1.883 2.815 3.916 5.343 6.529
5.781 7.229
9.701 11.381 30 - 34 13.090 10.873 20 - 24 8.877 9.068 10 - 14 10.328 11.826 0-4 7.785
15.000
10.000
8.703 11.053 13.523 11.359 8.587 8.556 9.642 10.907 7.441
5.000 PEREMPUAN
0
5.000
10.000
15.000
LAKI-LAKI
Gambar 3. Grafik Piramida Penduduk Kota Tanjungpinang Tahun 2011
Grafik piramida penduduk menunjukkan bahwa penduduk kota Tanjungpinang terbanyak adalah pada kelompok usia 30 – 34 tahun. Persentase penduduk yang berada pada kelompok usia
dibawah 34 tahun adalah sebesar 61,58%, sedangkan yang berusia diatas 34 tahun hanya sebesar 38,42%. Penduduk yang berada pada kelompok umur di bawah 5 tahun sudah mulai berkurang karena penurunan jumlah kelahiran. Penurunan jumlah kelahiran dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya suksesnya program pemerintah (KB) yaitu menekan jumlah kelahiran. Selain itu ada kemungkinan juga naiknya angka kematian bayi. Akan tetapi hal ini perlu penelitian lebih lanjut tentang data jumlah kelahiran yang bersumber dari Dinas Kesehatan. Untuk penduduk usia di atas 24 sampai 44 tahun menunjukkan jumlah yang membengkak pada badan piramida penduduk, ini menunjukkan besarnya penduduk yang berada pada usia produktif. Demikian juga untuk kelompok umur antara 5 – 14 tahun masih cukup tinggi yang pada 5 - 10 tahun yang akan datang akan berpengaruh pada kelompok usia kerja, sehingga pemerintah kota Tanjungpinang harus mempersiapkan tambahan penciptaan lapangan pekerjaan untuk menghindari bertambahnya pengangguran khususnya pada 5 – 10 tahun yang akan datang. Jika dilihat dari sektor pendidikan, piramida penduduk menunjukkan kelompok usia 0 – 9 tahun akan berpengaruh pada penyediaan sarana pendidikan yang ada di Kota Tanjungpinang dalam jangka 5 – 10 tahun yang akan datang. Jika jumlah sarana pendidikan mencukupi maka tidak akan ada masalah. Akan tetapi jika jumlah sarana pendidikan yang ada tidak sesuai dengan banyaknya anak usia sekolah, maka tentunya akan menjadi masalah untuk generasi yang akan datang. Jumlah sarana pendidikan yang kurang tentunya akan berpengaruh pada kualitas pendidikan dikarenakan kapasitas yang melebihi standar. Sebaliknya jika jumlah sarana pendidikan berlebih, maka akan banyak ditemui sekolah yang jumlah siswanya sangat minim. Jadi keseimbangan penyediaan sarana pendidikan dengan jumlah pelajar harus diperhatikan. d) Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio). Adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya penduduk usia non produktif (penduduk usia di bawah 15 tahun dan penduduk usia 65 tahun atau lebih) dengan banyaknya penduduk usia produktif (penduduk usia 15 – 64 tahun). Rasio ketergantungan menunjukkan beban yang harus ditanggung oleh penduduk usia produktif. Semakin tinggi persentase rasio
ketergantungan menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Rasio ketergantungan dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu wilayah. Menurut usia, rasio ketergantungan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu rasio ketergantungan muda dan rasio ketergantungan tua. Dari perhitungan rasio ketergantungan muda dan rasio ketergantungan tua dapat diketahui kelompok umur mana yang berkontribusi paling besar atau sedikit dalam rasio ketergantungan total. Berikut adalah data penduduk kota Tanjungpinang yang sudah dikelompokkan menjadi 3 kelompok umur, yaitu kelompok umur muda (0 – 14 tahun), kelompok umur produktif (15 – 64 tahun), dan kelompok umur tua (65 tahun keatas). Tabel 3. Penduduk Kota Tanjungpinang Menurut Kelompok Umur Produktif Tahun 2011 NO
KELOMPOK UMUR (TAHUN)
1
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
0 – 14
29.939
27.990
57.929
2
15 – 64
82.920
80.384
163.304
3
> 65
4.380
4.767
9.147
117.239
113.141
230.380
TOTAL
TOTAL
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang 2011, Diolah
Rasio Ketergantungan Muda untuk kota Tanjungpinang adalah sebesar 25,15 persen. Sedangkan Rasio Ketergantungan Tua sebesar 3,97 persen. Hasilnya, untuk kota Tanjungpinang Rasio Ketergantungan Total adalah 29,12 persen, artinya bahwa setiap 100 penduduk usia produktif di Kota Tanjungpinang mempunyai tanggungan sekitar 29 – 30 penduduk usia nonproduktif, 25 – 26 diantaranya dari kelompok usia muda dan 3 – 4 lainnya berasal dari kelompok usia lanjut. 3) Rasio Kepadatan Penduduk (Population Density Ratio). Seperti diketahui bahwa Kota Tanjungpinang sebagian besar wilayahnya berbatasan dengan lautan. Kepadatan penduduk yang ditentukan disini tanpa memilah terlebih dahulu menurut daerah
yang tidak memungkinkan untuk di huni. Hal ini dilakukan karena belum diketahui secara pasti berapa wilayah daratan dan lautan untuk setiap kecamatan dan kelurahan. Meskipun secara keseluruhan diketahui bahwa 131,54 km² (55%) wilayah Kota Tanjungpinang adalah daratan, dan 107,96 km² (45%) adalah lautan. Dengan luas wilayah 239,5 km2 dan jumlah penduduk pada tahun 2011 sebanyak 230.380 jiwa, maka kepadatan penduduk kota Tanjungpinang secara keseluruhan adalah 962 jiwa/km2, artinya pada setiap kilometer persegi wilayah Kota Tanjungpinang dihuni oleh 962 orang penduduk (Tabel 4). Untuk lebih jelasnya berikut disajikan tabel kepadatan penduduk di setiap wilayah Kecamatan/Kelurahan. Tabel 4. Kepadatan Penduduk Kota Tanjungpinang Tiap Kecamatan/Kelurahan Tahun 2011 NO
KECAMATAN / KELURAHAN
JUMLAH PENDUDUK (jiwa)
LUAS / AREA 2 (Km )
KEPADATAN / DENSITY per 2 Km
TANJUNGPINANG BARAT 61.493 34,5 1.782 TANJUNG PINANG BARAT 21.206 11 1.928 KEMBOJA 17.225 7 2.461 KAMPUNG BARU 12.230 6,5 1.882 BUKIT CERMIN 10.832 10 1.083 TANJUNGPINANG TIMUR 81.452 83,5 975 1 MELAYU KOTA PIRING 18.741 13 1.442 2 KAMPUNG BULANG 9.706 11,5 844 3 AIR RAJA 11.676 13 898 4 BATU IX 18.684 23 812 5 PINANG KENCANA 22.645 23 985 TANJUNGPINANG KOTA 23.635 52,5 450 1 TANJUNG PINANG KOTA 7.636 1,5 5.091 2 KAMPUNG BUGIS 9.052 24 377 3 SENGGARANG 4.353 23 189 4 PENYENGAT 2.594 4 648 BUKIT BESTARI 63.800 69 925 1 TANJUNG PINANG TIMUR 11.608 7 1.658 2 DOMPAK 2.732 30,5 90 3 TANJUNG AYUN SAKTI 13.844 10,5 1.318 4 SEI JANG 19.592 10,5 1.866 5 TANJUNG UNGGAT 16.024 10,5 1.526 TOTAL 230.380 239,5 962 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang 2011, Diolah 1 2 3 4
Dari hasil tersebut terlihat bahwa wilayah Kecamatan Tanjungpinang Barat merupakan wilayah yang paling padat penduduknya yaitu 1.782 jiwa/km2. Dan di Kecamatan tersebut, Kelurahan Kemboja adalah yang paling padat penduduknya yaitu 2.461 jiwa/km2. Kecamatan Tanjungpinang Barat pada awalnya merupakan wilayah pusat perkantoran dan perdagangan yang pertama di Kota Tanjungpinang sebelum Kota Tanjungpinang menjadi Kota Otonom. Setelah menjadi Kota otonom pada tahun 2002, maka pembangunan perkantoran, perdagangan dan transportasi dialihkan ke Kecamatan Tanjungpinang Timur. Kelurahan yang paling padat penduduknya di Kota Tanjungpinang adalah kelurahan Tanjungpinang Kota dengan kepadatan 5.091 jiwa/km2. Dan sebaliknya kepadatan terendah ada di wilayah kelurahan Dompak dengan kepadatan 90 jiwa/km 2. Oleh karena itu pembangunan infrastruktur diarahkan ke wilayah Dompak dan Senggarang yang kepadatan penduduknya masih sedikit, dengan tujuan pemerataan pembangunan. Sebagai contoh Kantor Walikota Tanjungpinang sejak Oktober 2007 dialihkan ke Senggarang dan merupakan pusat perkantoran dan ibukota provinsi yang masih dalam tahap perkantoran Pemerintah Kota Tanjungpinang. Sedangkan pusat perkantoran dan ibukota provinsi yang masih dalam tahap pembangunan akan dialihkan ke Dompak. Kedua contoh tersebut tentunya akan memicu pemerataan kepadatan penduduk di Kota Tanjungpinang menuju pemerataan kesejahteraan penduduk. Kepadatan penduduk di Kota Tanjungpinang dapat dilihat pada gambar berikut.
KEC. TANJUNGPINANG KOTA
KEC. TANJUNGPINANG BARAT
KEC. TANJUNGPINANG TIMUR
KEC. BUKIT BESTARI
Keterangan : Terpadat Penduduk
Terjarang Penduduk
Gambar 4. Peta Kepadatan Penduduk Kota Tanjungpinang Tahun 2011
Kepadatan penduduk Kota Tanjungpinang pada tahun sebelumnya, yaitu 2010 adalah 922 jiwa/km2. Dari data tersebut dapat ditentukan bahwa kepadatan penduduk Kota Tanjungpinang naik 40 jiwa/km2 selama tahun 2011. Jika kenaikan tersebut merata di setiap kecamatan, maka kepadatan dalam satu kecamatan selama satu tahun akan naik 10 jiwa/km2. 4) Angka Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk adalah besaran persentase perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan dengan jumlah penduduk pada waktu sebelumnya. Angka pertumbuhan penduduk merupakan angka yang menggambarkan penambahan penduduk yang dipengaruhi oleh pertumbuhan alamiah maupun migrasi penduduk. Indikator laju pertumbuhan penduduk berguna untuk melihat kecenderungan dan memproyeksikan jumlah penduduk di masa depan.
Angka pertumbuhan penduduk Kota Tanjungpinang disajikan pada tabel 5. Tabel 5. Angka Pertumbuhan Penduduk Kota Tanjungpinang Tahun 2010 dan 2011 ANGKA JUMLAH TAHUN Pt/Po (x) PERTUMBUHAN PENDUDUK PENDUDUK (ln x) 2010 2011
220.682 230.380
1,0014 1,0439
0,14% 4,39%
Sumber : Data SIAK Kota Tanjungpinang Tahun 2009, 2010, dan 2011
Angka pertumbuhan penduduk Kota Tanjungpinang pada tahun 2010 adalah 0,14%. Angka tersebut sangat berbeda dengan angka pertumbuhan pada tahun 2011 yaitu sebesar 4,39%. Angka pertumbuhan penduduk yang pada tahun 2011 masih berada di bawah angka pertumbuhan penduduk nasional 2010 yaitu sebesar 1,49 persen dan angka pertumbuhan penduduk Provinsi Kepulauan Riau yaitu sebesar 4,99 persen (Data Sensus Penduduk 2010). Meskipun demikian hal ini harus menjadi perhatian pemerintah Kota Tanjungpinang, mengingat bahwa Kota Tanjungpinang merupakan ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Pada tahun 2011 pertumbuhan penduduk yang tinggi tersebut salah satunya disebabkan masih terdapat data ganda pada database kependudukan. Data ganda tersebut terjadi karena adanya penduduk pindah dalam kota yang masih tetap terdaftar pada daerah asalnya, akan tetapi penduduk tersebut didaftar kembali di daerah tujuan pindah, sehingga muncul data ganda. Seharusnya data penduduk dari daerah asal dipindahkan ke daerah tujuan, bukan didaftarkan lagi dalam database. Demikian juga untuk data penduduk yang sudah meninggal dunia tidak dilakukan penghapusan data karena tidak ada laporan dari keluarga yang bersangkutan melalui kelurahan. Hal ini menyebabkan jumlah penduduk dalam database kependudukan mengalami peningkatan yang tinggi dibandingkan sebelumnya. Pada akhir tahun 2010 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang melakukan pemutakhiran data penduduk sebagai salah satu persiapan pelaksanaan penerapan e-KTP (KTP Elektronik) yang berbasis NIK Nasional dimana Kota Tanjungpinang termasuk dalam 197 Kabupaten/Kota yang wajib menerapkan e-KTP
pada 2011. Pada proses pemutakhiran data tersebut dilakukan penghapusan data ganda dan data penduduk yang sudah pindah atau meninggal dunia. Selanjutnya secara berkala, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang melakukan monitoring dan evaluasi terhadap database kependudukan SIAK, sehingga meminimalisir adanya data ganda. Dan pada tahun-tahun berikutnya diharapkan pertumbuhan penduduk Kota Tanjungpinang akan stabil. b. Komposisi Penduduk Menurut Karakteristik Sosial 1) Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Berikut adalah tabel distribusi penduduk menurut pendidikan yang ditamatkan dan jenis kelamin kota Tanjungpinang tahun 2011 : Tabel 6. Penduduk Kota Tanjungpinang Menurut Tingkat Pendidikan Terakhir Tahun 2011 PENDIDIKAN TERAKHIR NO
KECAMATAN / KELURAHAN
1 2
TANJUNGPINANG BARAT TANJUNG PINANG BARAT KEMBOJA KAMPUNG BARU BUKIT CERMIN TANJUNGPINANG TIMUR MELAYU KOTA PIRING KAMPUNG BULANG AIR RAJA BATU IX PINANG KENCANA TANJUNGPINANG KOTA TANJUNG PINANG KOTA KAMPUNG BUGIS SENGGARANG PENYENGAT BUKIT BESTARI TANJUNG PINANG TIMUR DOMPAK
3 4 5
TANJUNG AYUN SAKTI SEI JANG TANJUNG UNGGAT
1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4
TOTAL
DIPL. I / II
AKADE MI / DIPL. III / S.MUDA
DIPL. IV / S- I
19.998 7.468 4.687 4.043 3.800 24.399 6.083 2.885 3.630 5.417 6.384 4.472 2.279 1.064 490 639 17.677 3.459 209
352 161 47 89 55 718 224 62 86 119 227 75 16 19 11 29 549 114 11
1.253 520 202 287 244 1.753 371 187 295 397 503 144 84 24 7 29 1.437 250 4
2.615 1.123 410 600 482 3.599 867 394 544 725 1.069 393 251 52 20 70 2.909 521 3
1.904 2.794 2.173
4.534 5.921 3.554
190 166 68
489 473 221
32.213
66.546
1.694
4.587
TIDAK/BELUM SEKOLAH
TDK. TMT SD / SDRJT
TAMAT SD / SDRJT
SLTP / SDRJT
SLTA / SDRJT
9.840 3.418 2.621 1.991 1.810 16.323 3.415 1.686 2.364 3.649 5.209 3.830 867 1.832 666 465 10.885 2.018 762
5.394 2.285 876 1.290 943 9.730 1.990 1.062 1.155 2.367 3.156 3.295 479 2.054 478 284 7.520 1.302 315
13.592 3.477 5.943 2.173 1.999 12.558 2.757 1.865 1.765 3.016 3.155 8.447 2.713 2.833 2.217 684 13.710 2.141 1.192
8.283 2.681 2.412 1.706 1.484 12.113 2.938 1.538 1.797 2.949 2.891 2.953 927 1.172 464 390 8.864 1.758 235
2.218 3.140 2.747
1.220 1.820 2.863
2.310 4.124 3.943
40.878
25.939
48.307
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang 2011, Diolah
S-II
SIII
161 71 24 51 15 241 85 25 37 45 49 25 19 2 0 4 237
5 2 3 0 0 18 11 2 3 0 2 1 1 0 0 0 12
900 1.053 432
42 0 73 99 23
3 1 6 2 0
9.516
664
36
Data tersebut bisa disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut: 66.546
70.000 60.000
48.307 50.000
40.878 40.000
32.213 25.939
30.000 20.000
9.516 10.000
1.694
4.587
664
36
STRATA II
STRATA III
0 TIDAK/BELUM SEKOLAH
TDK.TMT SD / SEDERAJAT
TAMAT SD / SEDERAJAT
SLTP / SEDERAJAT
SLTA / SEDERAJAT
DIPL. I / II
AKADEMI / DIPL. III / S.MUDA
DIPL. IV / STRATA I
Gambar 5. Diagram Penduduk Kota Tanjungpinang Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2011
Berdasarkan diagram tersebut dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan penduduk kota Tanjungpinang mayoritas adalah SLTA/Sederajat yaitu sebanyak 66.546 jiwa. Sedangkan untuk pendidikan tinggi Strata III, penduduk kota Tanjungpinang masih sangat sedikit yaitu 36 orang. Jika dikelompokkan menurut jenis kelamin, dapat kita lihat pada tabel berikut: Tabel 7. Proporsi Penduduk Kota Tanjungpinang Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2011 NO
TINGKAT PENDIDIKAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak/Belum Sekolah Belum Tamat SD/Sederajat Tamat SD/Sederajat SLTP/Sederajat SLTA/Sederajat Diploma I/II Akademi/Diploma III/S. Muda Diploma IV/Strata I Strata II Strata III TOTAL
JENIS KELAMIN LAKI-LAKI
%
PEREMPUAN
%
JUMLAH
20.820 13.098 22.585 16.537 35.860 515 2.050 5.277 474 23
50,93 50,50 46,75 51,34 53,89 30,40 44,69 55,45 71,39 63,89
20.058 12.841 25.722 15.676 30.686 1.179 2.537 4.239 190 13
49,07 49,50 53,25 48,66 46,11 69,60 55,31 44,55 28,61 36,11
40.878 25.939 48.307 32.213 66.546 1.694 4.587 9.516 664 36
117.239
50,89
113.141
49,11
230.380
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang 2011, Diolah
Dari tabel tersebut terlihat bahwa pada Tingkat Pendidikan tertentu penduduk laki-laki di Kota Tanjungpinang mendominasi tingkat pendidikan penduduk perempuan, demikian juga sebaliknya. Pada tingkat pendidikan SLTP/Sederajat, SLTA/Sederajat, Diploma IV/Strata I, Strata II dan Strata III didominasi oleh penduduk Lakilaki. Sedangkan Tamat SD/Sederajat, Diploma I/II, dan Akademi/Diploma III/Sarjana Muda didominasi oleh penduduk perempuan. 2) Jumlah Penduduk Menurut Agama dan Kepercayaan Dari tabel dan gambar ini akan diketahui karakteristik penduduk berdasarkan pemeluk agama (Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan lainnya) untuk Kota Tanjungpinang. Tabel 8. Penduduk Kota Tanjungpinang Menurut Agama dan Kepercayaan Tahun 2011 NO 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5
KECAMATAN / KELURAHAN TANJUNGPINANG BARAT TANJUNG PINANG BARAT KEMBOJA KAMPUNG BARU BUKIT CERMIN TANJUNGPINANG TIMUR MELAYU KOTA PIRING KAMPUNG BULANG AIR RAJA BATU IX PINANG KENCANA TANJUNGPINANG KOTA TANJUNG PINANG KOTA KAMPUNG BUGIS SENGGARANG PENYENGAT BUKIT BESTARI TANJUNG PINANG TIMUR DOMPAK TANJUNG AYUN SAKTI SEI JANG TANJUNG UNGGAT TOTAL
ISLAM 44.846 18.234 8.264 8.550 9.798 69.804 15.647 6.842 9.995 17.114 20.206 14.957 1.175 8.562 2.632 2.588 49.894 9.029 2.584 10.789 15.250 12.242 179.501
KRISTEN 3.403 916 735 1.304 448 6.370 2.106 729 967 954 1.614 482 300 93 89 0 4.239 720 23 1.357 1.243 896 14.494
KHATOLIK 594 219 158 130 87 1.263 423 230 122 178 310 244 119 54 71 0 889 238 67 116 297 171 2.990
AGAMA HINDU 14 10 3 1 0 27 4 1 3 2 17 6 6 0 0 0 5 0 0 4 0 1 52
BUDHA 12.163 1.806 7.656 2.207 494 3.953 557 1.889 579 436 492 7.907 6.006 343 1.552 6 8.657 1.601 58 1.562 2.789 2.647 32.680
KONGHUCU
LAINNYA
471 19 409 38 5 21 4 7 10 0 0 32 30 0 2 0 114 20 0 14 13 67 638
2 2 0 0 0 14 0 8 0 0 6 7 0 0 7 0 2 0 0 2 0 0 25
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang 2011, Diolah
Data tersebut juga dapat disajikan dalam bentuk diagram seperti di bawah. Dari kedua penyajian tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk kota Tanjungpinang beragama Islam yaitu sebanyak 179.501 jiwa, dan paling sedikit adalah agama Hindu sebanyak 52 jiwa.
KRISTEN; 14.494 BUDHA; 32.680
ISLAM; 179.501
KONGHUCU;
638 KHATOLIK ; 2.990
HINDU; 52 LAINNYA; 25
OTHER; 3.705
Gambar 6.
Diagram Penduduk Kota Tanjungpinang Menurut Agama dan Kepercayaan Tahun 2011
Pada tabel dan gambar terdapat agama Lainnya sebanyak 25 orang. Agama yang dimaksud di sini adalah Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa atau agama yang belum diakui di Indonesia. 3) Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kecacatan Data ini sangat diperlukan dalam melakukan perencanaan pelayanan yang akan diberikan kepada penduduk dengan kategori khusus. Tabel 9. Penduduk Penyandang Cacat Kota Tanjungpinang Tahun 2011 Penyandang Laki-Laki Perempuan Cacat Jenis Kecacatan Jml % Jml % Jml % Cacat Fisik
61
30,96
46
35,38
107
32,72
Cacat Fisik dan Mental
23
11,68
8
6,15
31
9,48
Cacat Lainnya
25
12,69
24
18,46
49
14,98
Cacat Mental/Jiwa
51
25,89
22
16,92
73
22,32
Cacat Netra/Buta
9
4,57
10
7,69
19
5,81
Cacat Rungu/Wicara
28
14,21
20
15,38
48
14,68
Jumlah
197
100
130
100
327
100
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang 2011, Diolah
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa penduduk penyandang cacat di Kota Tanjungpinang adalah sebanyak 327 jiwa. Penyandang cacat terbanyak adalah cacat fisik yaitu sebanyak 107 jiwa. Sedangkan penyandang cacat paling sedikit adalah cacat tunanetra yaitu sebanyak 19 jiwa. Data tersebut dapat disajikan juga dalam bentuk diagram seperti di bawah ini.
120 100
107
80
73
60 40
48
20
19
31
49
0 CACAT FISIK
TUNA NETRA TUNA RUNGU
CACAT CACAT MENTAL/JIWA FISIK/MENTAL
CACAT LAINNYA
Gambar 7. Diagram Penduduk Penyandang Cacat Kota Tanjungpinang Tahun 2011
Berdasarkan data SIAK, dapat diketahui juga bahwa jumlah penduduk penyandang cacat yang masih berada pada usia sekolah adalah sebanyak 85 jiwa (25,99%). Informasi tentang jumlah penyandang cacat dapat digunakan pemerintah Kota Tanjungpinang untuk memberikan fasilitas kepada para penyandang cacat agar bisa melakukan aktifitas yang sama dengan penduduk lainnya. Contohnya adalah pendirian Sekolah Luar Biasa jika masih berada pada usia sekolah dan penyediaan lapangan pekerjaan yang sesuai bagi penyandang cacat usia produktif. Data ini sangat diperlukan dalam melakukan perencanaan pelayanan yang akan diberikan kepada penduduk dengan kategori khusus. 4) Penduduk Menurut Status Kawin Indikator perkawinan berguna bagi penentu kebijakan dalam mengembangkan program-program pembangunan keluarga dan upaya-upaya peningkatan kualitas keluarga dan perencanaan Keluarga Berencana/pembangunan keluarga.
Tabel 10. Penduduk Kota Tanjungpinang Menurut Status Perkawinan Tahun 2011 PENDUDUK KECAMATAN / KELURAHAN
TANJUNGPINANG BARAT TANJUNG PINANG BARAT KEMBOJA KAMPUNG BARU BUKIT CERMIN TANJUNGPINANG TIMUR MELAYU KOTA PIRING KAMPUNG BULANG AIR RAJA BATU IX PINANG KENCANA TANJUNGPINANG KOTA TANJUNG PINANG KOTA KAMPUNG BUGIS SENGGARANG PENYENGAT BUKIT BESTARI TANJUNG PINANG TIMUR DOMPAK TANJUNG AYUN SAKTI SEI JANG TANJUNG UNGGAT TOTAL
BELUM KAWIN L
P
17.682 6.052 5.108 3.557 2.965 23.347 5.532 2.775 3.383 5.333 6.324 6.984 2.166 2.822 1.278 718 18.275 3.357 762 3.930 5.581 4.645 66.288
14.348 4.901 4.096 2.796 2.555 19.309 4.561 2.306 2.761 4.301 5.380 5.302 1.871 1.934 946 551 15.349 2.698 582 3.486 4.761 3.822 54.308
KAWIN JML
32.030 10.953 9.204 6.353 5.520 42.656 10.093 5.081 6.144 9.634 11.704 12.286 4.037 4.756 2.224 1.269 33.624 6.055 1.344 7.416 10.342 8.467 120.596
CERAI HIDUP
L
P
JML
L
P
12.708 4.445 3.387 2.598 2.278 17.872 4.004 2.046 2.498 4.241 5.083 4.999 1.545 1.969 925 560 13.299 2.426 628 2.854 4.115 3.276 48.878
13.085 4.585 3.453 2.708 2.339 18.225 4.028 2.136 2.597 4.287 5.177 5.094 1.591 1.962 934 607 13.744 2.504 626 2.943 4.289 3.382 50.148
25.793 9.030 6.840 5.306 4.617 36.097 8.032 4.182 5.095 8.528 10.260 10.093 3.136 3.931 1.859 1.167 27.043 4.930 1.254 5.797 8.404 6.658 99.026
255 82 84 48 41 197 45 36 26 40 50 102 33 30 29 10 232 56 14 35 69 58 786
605 187 189 126 103 612 134 78 158 107 135 156 45 61 34 16 529 101 13 101 184 130 1.902
CERAI MATI JML
860 269 273 174 144 809 179 114 184 147 185 258 78 91 63 26 761 157 27 136 253 188 2.688
L
456 150 166 71 69 259 51 38 32 73 65 199 66 66 49 18 373 68 26 64 77 138 1.287
P
2.354 804 742 326 482 1.631 386 291 221 302 431 799 319 208 158 114 1.999 398 81 431 516 573 6.783
JML
2.810 954 908 397 551 1.890 437 329 253 375 496 998 385 274 207 132 2.372 466 107 495 593 711 8.070
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang 2011, Diolah
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa banyaknya penduduk belum kawin adalah 120.596 jiwa dengan rincian jumlah laki-laki 66.288 jiwa dan perempuan 54.308 jiwa. Ini berarti bahwa lebih dari setengah jumlah penduduk Kota Tanjungpinang masih belum kawin. Jika dilihat juga pada grafik piramida penduduk Kota Tanjungpinang sebelumnya, maka penduduk usia di bawah 40 tahun mencapai 72,27%. Jadi untuk 5 – 10 tahun kedepan Kota Tanjungpinang diperkirakan akan mempunyai angka pertumbuhan penduduk yang tinggi. Rata-Rata Umur Kawin Pertama (SMAM) Definisi dari Singulate Mean Age at Marriage = SMAM adalah perkiraan (estimasi) rata-rata umur kawin pertama berdasarkan jumlah penduduk yang tetap lajang (belum kawin). Rata-rata usia kawin pertama dari penduduk suatu daerah mencerminkan keadaan sosial ekonomi dari daerah tersebut. Perempuan dan laki-laki yang kawin muda biasanya tidak banyak mempunyai alternatif kegiatan lain sehingga mereka menikah pada usia muda meninggalkan bangku sekolah.
Kegunaan tersedianya indikator rata-rata umur kawin pertama dengan metode SMAM akan memudahkan para penentu kebijakan dan perencanaan pembangunan untuk mengembangkan program pemberdayaan orang muda agar melanjutkan sekolah, dan bagi yang terpaksa putus sekolah diberikan pendidikan keterampilan agar tidak segera memasuki jenjang perkawinan. Program untuk pendewasaan usia perkawinan bagi perempuan juga dapat dikembangkan sesuai dengan keadaan daerah masing-masing. Berikut disajikan tabel yang dapat digunakan untuk menentukan rata-rata usia kawin pertama (SMAM). Tabel 11. Persentase Penduduk Lajang Kota Tanjungpinang Tahun 2011 Kelompok Umur
∑ Penduduk Perempuan Belum Kawin
∑ Penduduk Perempuan
15 - 19 8.313 8.556 20 - 24 6.587 8.587 25 - 29 4.314 11.359 30 - 34 2.497 13.523 35 - 39 1.274 11.053 40 - 44 656 8.703 45 - 49 328 6.529 Jumlah persentase single umur 15 – 49 50 - 54 274 5.343
% Lajang 97,16 76,71 37,98 18,46 11,53 7,54 5,02 254,40 5,13
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang 2011, Diolah
Angka SMAM 26,52 dapat diinterpretasikan sebagai rata-rata umur pertama kali kawin penduduk perempuan Kota Tanjungpinang pada tahun 2011. Artinya, bahwa rata-rata umur kawin pertama penduduk perempuan Kota Tanjungpinang pada tahun 2011 adalah umur 26 - 27 tahun, dan ini merupakan usia kawin pertama yang cukup tinggi. Hal ini juga mencerminkan bahwa perempuan di Kota Tanjungpinang cenderung menikah setelah menyelesaikan pendidikan minimal SLTA/Sederajat. c. Keluarga Informasi tentang jumlah keluarga dan komposisi anggota keluarga, diperlukan dalam perencanaan maupun implementasi
kebijakan pemenuhan pelayanan dasar, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, kebutuhan pangan, pengentasan kemiskinan, dan sebagainya. Keluarga didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai hubungan kekerabatan/hubungan darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain sebagainya. Keluarga dapat dibagi menjadi 2 tipe yaitu: Keluarga Inti (Nuclear family), yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak kandung, anak angkat maupun adopsi yang belum kawin, atau ayah dengan anak-anak yang belum kawin atau ibu dengan anak-anak yang belum kawin.
Keluarga luas (extended family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak-anak baik yang sudah kawin atau belum, cucu, orang tua, mertua maupun kerabat-kerabat lain yang menjadi tanggungan kepala keluarga.
1) Jumlah Keluarga dan Rata-Rata Jumlah Anggota Keluarga Banyaknya jumlah anggota keluarga dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi lingkungan dan kesejahteraan dalam satu keluarga, dimana diasumsikan semakin kecil jumlah anggota keluarga, akan semakin baik tingkat kesejahteraannya. Rata-rata jumlah angota keluarga biasanya digunakan untuk melihat perubahan paradigma dari keluarga luas menjadi keluarga kecil. Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui banyaknya Kepala Keluarga yang ada di Kota Tanjungpinang adalah 65.115 kepala keluarga. Dengan jumlah penduduk sebanyak 230.380 jiwa, maka rata-rata jumlah anggota keluarga di Kota Tanjungpinang tahun 2011 berkisar antara 3 – 4 orang. Hal ini menunjukkan bahwa ratarata anggota keluarga pada setiap Kepala Keluarga merupakan keluarga inti.
Tabel 12. Jumlah KK dan Rata-Rata Anggota Keluarga Kota Tanjungpinang Tahun 2011 NO
KECAMATAN / KELURAHAN
JUMLAH KEPALA KELUARGA
JUMLAH PENDUDUK
RATA-RATA ANGGOTA KELUARGA
TANJUNGPINANG BARAT 17.861 61.493 3 TANJUNG PINANG BARAT 6.083 21.206 3 KEMBOJA 5.117 17.225 3 KAMPUNG BARU 3.504 12.230 3 BUKIT CERMIN 3.157 10.832 3 TANJUNGPINANG TIMUR 22.709 81.452 4 1 MELAYU KOTA PIRING 5.465 18.741 3 2 KAMPUNG BULANG 2.846 9.706 3 3 AIR RAJA 3.149 11.676 4 4 BATU IX 5.095 18.684 4 5 PINANG KENCANA 6.154 22.645 4 TANJUNGPINANG KOTA 6.667 23.635 4 1 TANJUNG PINANG KOTA 2.251 7.636 3 2 KAMPUNG BUGIS 2.421 9.052 4 3 SENGGARANG 1.254 4.353 3 4 PENYENGAT 741 2.594 4 BUKIT BESTARI 17.878 63.800 4 1 TANJUNG PINANG TIMUR 3.329 11.608 3 2 DOMPAK 775 2.732 4 3 TANJUNG AYUN SAKTI 3.862 13.844 4 4 SEI JANG 5.457 19.592 4 5 TANJUNG UNGGAT 4.455 16.024 4 TOTAL 65.115 230.380 4 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang 2011, Diolah 1 2 3 4
2) Status Hubungan Dengan Kepala Keluarga (SHDK) Hubungan dengan kepala keluarga digunakan untuk melihat banyaknya kepala keluarga menurut jenis kelamin, pola pengaturan tinggal bersama (living arrangement) dan pola pengasuhan anak dalam keluarga tersebut. Setiap anggota dalam keluarga mempunyai status hubungan dengan kepala keluarga seperti suami,istri, anak, menantu, cucu, keponakan, orang tua dan mertua, termasuk adanya orang lain yang tinggal bersama seperti pembantu rumah tangga. Untuk Kota Tanjungpinang status hubungan dengan Kepala Keluarga dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 13. Kepala Keluarga Kota Tanjungpinang Menurut Status Hubungan Dengan Kepala Keluarga Tahun 2011 NO
STATUS HUBUNGAN DENGAN KEPALA KELUARGA
1
KEPALA KELUARGA
2
SUAMI
3
ISTRI
4
ANAK
5
MENANTU
6
CUCU
7
ORANG TUA
8
MERTUA
9
FAMILY LAIN
10
PEMBANTU
11
LAINNYA JUMLAH
JENIS KELAMIN Laki-Laki
Perempuan
Jumlah Penduduk
%
%
%
53.968
46,03
11.147
9,85
65.115
28,26
9
0,01
9
0,01
46.123
40,77
46.123
20,02
47.288
41,80
101.585
44,09
54.297
46,31
30
0,03
47
0,04
77
0,03
729
0,62
628
0,56
1.357
0,59
259
0,22
1.466
1,30
1.725
0,75
126
0,11
681
0,60
807
0,35
7.661
6,53
5.372
4,75
13.033
5,66
10
0,01
143
0,13
153
0,07
150
0,13
246
0,22
396
0,17
117.239
100
113.141
100
230.380
100
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang 2011, Diolah
Tabel tersebut menunjukkan hubungan antar anggota keluarga dengan Kepala Keluarga, baik mereka yang masih mempunyai hubungan kekerabatan maupun tidak, seperti pembantu rumah tangga yang tinggal dalam satu rumah yang sama. Pada tabel di atas, tampak bahwa kepala keluarga laki-laki umumnya mempunyai istri/pasangan, yaitu sebanyak 53.968 Kepala Keluarga laki-laki terdapat 46.123 istri. Akan tetapi dari 11.147 Kepala Keluarga Perempuan hanya terdapat 9 suami saja. Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan kondisi tersebut diantaranya adalah kepala keluarga mempunyai status perkawinan belum kawin, cerai hidup ataupun cerai mati. Ada kemungkinan juga bahwa suami/istri tidak tinggal dalam satu tempat (bekerja di daerah luar Kota Tanjungpinang). Status hubungan dengan kepala keluarga yaitu anak, memiliki persentase terbesar yaitu 44,09%. Sedangkan untuk status suami memiliki persentase paling sedikit yaitu 0,01%.
3) Karakteristik Kepala Keluarga Berdasarkan Umur Informasi tentang kelompok umur dari Kepala Keluarga dan anggota keluarga penting diketahui terutama untuk melakukan analisis kondisi demografi keluarga serta perencanaan kebijakan dasar seperti pangan, pendidikan, kesehatan, perumahan, kemiskinan, dan lain-lain. Tabel 14. Kepala Keluarga Kota Tanjungpinang Menurut Kelompok Umur Tahun 2011 JENIS KELAMIN NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Sumber :
KELOMPOK USIA
Jumlah Penduduk % % % 15 - 19 121 0,22 75 0,67 196 0,30 20 - 24 1.237 2,29 477 4,28 1.714 2,63 25 - 29 5.200 9,64 1.037 9,30 6.237 9,58 30 - 34 8.993 16,66 1.396 12,52 10.389 15,95 35 - 39 9.262 17,16 1.334 11,97 10.596 16,27 40 - 44 7.925 14,68 1.136 10,19 9.061 13,92 45 - 49 6.428 11,91 1.093 9,81 7.521 11,55 50 - 54 5.095 9,44 1.059 9,50 6.154 9,45 55 - 59 3.760 6,97 1.062 9,53 4.822 7,41 60 - 64 2.336 4,33 856 7,68 3.192 4,90 65 - 69 1.701 3,15 685 6,15 2.386 3,66 70 - 74 1.279 2,37 571 5,12 1.850 2,84 > 75 628 1,16 357 3,20 985 1,51 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang 2011, Diolah Laki-Laki
Perempuan
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa persentase terbesar Kepala Keluarga berada pada kelompok umur 35 – 39 tahun di Kota Tanjungpinang, yaitu 16,27% atau sebanyak 10.596 jiwa yang terdiri dari 9.262 jiwa Kepala Keluarga laki-laki dan 1.334 Kepala Keluarga Perempuan. Sedangkan kepala keluarga yang berada pada kelompok umur antara 15 – 19 tahun hanya sebesar 0,30% atau 196 Kepala Keluarga. Kepala Keluarga yang berada pada kelompuk usia tersebut kemungkinan masih belum menikah dan berada di wilayah Kota Tanjungpinang untuk mencari pekerjaan ataupun meneruskan pendidikan di perguruan tinggi.
4) Karakteristik Kepala Keluarga Berdasarkan Jenis Kelamin Masyarakat Indonesia cenderung menganggap bahwa lakilaki adalah penanggung jawab ekonomi keluarga sekaligus sebagai kepala keluarga. Namun dalam kenyataannya tidak sedikit perempuan yang menjadi kepala keluarga karena pasangan meninggal, cerai atau sebab-sebab yang lain. Karakteristik kepala keluarga menurut jenis kelamin dapat menunjukkan seberapa banyak perempuan yang menjadi kepala keluarga, bagaimana kecenderungannya di masa depan dan bagaimana gambaran sosial ekonomi keluarga yang dikepalai oleh seorang perempuan. Penambahan persentase kepala keluarga perempuan tersebut dapat juga menggambarkan tingkat perceraian (baik cerai hidup maupun cerai mati) yang terjadi dan juga dapat menggambarkan salah satu tren gaya hidup modern. Berikut adalah tabel yang menunjukkan distribusi Kepala Keluarga menurut jenis kelamin di Kota Tanjungpinang. Tabel 15. Kepala Keluarga Kota Tanjungpinang Menurut Jenis Kelamin Tahun 2011 JENIS KELAMIN NO
KECAMATAN
Laki-Laki
Perempuan
L+P
%
%
%
1
TANJUNGPINANG BARAT
14.337
80,27
3.524
19,73
17.861
27,43
2
TANJUNGPINANG TIMUR
19.482
85,79
3.227
14,21
22.709
34,88
3
TANJUNGPINANG KOTA
5.570
83,55
1.097
16,45
6.667
37,29
4
BUKIT BESTARI
14.579
81,55
3.299
18,45
17.878
27,46
53.968
82,88
11.147
17,12
65.115
100
JUMLAH
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang 2011, Diolah
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa persentase rata-rata untuk kepala keluarga laki-laki di Kota Tanjungpinang adalah sebesar 82,88% dan rata-rata untuk kepala keluarga perempuan sebesar 17,12%. Persentase terbesar untuk kepala keluarga laki-laki terdapat di Kecamatan Tanjungpinang Timur yaitu sebesar 85,79%, dan terendah di Kecamatan Tanjungpinang Barat sebesar 80,27%. Sebaliknya untuk kepala keluarga perempuan persentase terbesar adalah di Kecamatan Tanjungpinang Barat
sebesar 19,73% dan Kecamatan Tanjungpinang Timur memiliki persentase terkecil yaitu 14,21%. 5) Karakteristik Kepala Keluarga Berdasarkan Status Kawin Dalam konsep demografi kepala keluarga merupakan seseorang baik laki-laki maupun perempuan, berstatus menikah maupun tidak, yang mempunyai peran, fungsi dan tanggung jawab sebagai kepala keluarga baik secara ekonomi, sosial maupun psikologi. Karakteristik kepala keluarga berdasarkan status kawin dapat digunakan untuk melihat jumlah keluarga yang dikepalai oleh lajang maupun mereka yang berstatus cerai baik hidup maupun mati. Tabel 16. Kepala Keluarga Kota Tanjungpinang Menurut Status Perkawinan Tahun 2011 JENIS KELAMIN NO
STATUS KAWIN
Laki-Laki
Perempuan
L+P
%
%
%
1
BELUM KAWIN
4.419
8,19%
2.306
20,69%
6.725
10,33%
2
KAWIN
47.798
88,57%
2.540
22,79%
50.338
77,31%
3
CERAI HIDUP
692
1,28%
1.552
13,92%
2.244
3,45%
4
CERAI MATI
1059
1,96%
4.749
42,60%
5.808
8,92%
53.968
100,00%
11.147
100,00%
65.115
100,00%
JUMLAH
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang 2011, Diolah
Tabel di atas menunjukkan bahwa kepala keluarga yang sudah berstatus kawin mempunyai persentase yang paling tinggi yaitu sebanyak 77,31% atau 50.338 jiwa, 47.798 jiwa diantaranya adalah kepala keluarga laki-laki dan 2.540 jiwa adalah kepala keluarga perempuan. Kemudian kepala keluarga yang mempunyai persentase terkecil yaitu status cerai hidup sebanyak 2.244 jiwa atau 3,45%, dimana 692 jiwa adalah kepala keluarga laki-laki dan 1.552 jiwa adalah kepala keluarga perempuan. Pada pembahasan sebelumnya, kepala keluarga menurut status hubungan dengan kepala keluarga diperoleh data bahwa dari 11.147 kepala keluarga perempuan hanya terdapat 9 suami saja,
sehingga ada kemungkinan bahwa suami tidak berada satu tempat tinggal dengan istri. Dan persentase kepala keluarga perempuan dengan status belum kawin adalah 20,69 %. Sisanya ternyata berstatus kawin cerai hidup dan cerai mati. 6) Karakteristik Kepala Keluarga Menurut Pendidikan Pendidikan yang dicapai merupakan salah satu indikator kualitas hidup manusia serta menunjukkan status sosial dan status kesejahteraan seseorang. Semakin tinggi pendidikan yang dicapai oleh seorang kepala keluarga diharapkan semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan keluarga. Untuk itu jenjang pendidikan yang dicapai oleh kepala keluarga dapat digunakan untuk melihat gambaran kualitas sosial maupun ekonomi keluarga. Kepala Keluarga di Kota Tanjungpinang menurut pendidikan yang ditamatkan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 17. Kepala Keluarga di Kota Tanjungpinang Menurut Pendidikan Tahun 2011 JENIS KELAMIN NO
PENDIDIKAN
Laki-Laki 634 1.819
Perempuan
L+P
1,17%
406
3,64%
1.040
3,37%
742
6,66%
2.561
3,93%
14.065
26,06%
4.407
39,54%
18.472
28,37%
%
%
%
1
TDK/BLM SEKOLAH
2
BELUM TAMAT SD/SEDERAJAT
3
TAMAT SD/SEDERAJAT
4
SLTP/SEDERAJAT
8.564
15,87%
1.869
16,77%
10.433
16,02%
5
SLTA/SEDERAJAT
22.335
41,38%
2.971
26,65%
25.306
38,86%
6
DIPLOMA I/II
393
0,73%
142
1,27%
535
0,82%
7
AKADEMI/ DIPLOMA III/SARMUD
1.575
2,92%
231
2,07%
1.806
2,77%
8
DIPLOMA IV/SI
4.123
7,64%
348
3,12%
4.471
6,87%
9
STRATA II
441
0,82%
30
0,27%
471
0,72%
10
STRATA III
20
0,04%
1
0,01%
21
0,03%
53.969
100 %
11.147
100%
65.116
100%
JUMLAH
1,60%
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang 2011, Diolah
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa Kepala Keluarga mayoritas berpendidikan terakhir SLTA/Sederajat. Untuk kepala keluarga laki-laki sebesar 41,38% berpendidikan terakhir SLTA/Sederajat dan kepala keluarga perempuan sebesar 39,54% berpendidikan terakhir SD/Sederajat. Secara kasar dapat
digambarkan bahwa keluarga yang dikepalai oleh perempuan mempunyai kualitas sosial, ekonomi dan kesejahteraan keluarga yang lebih rendah dari pada keluarga yang dikepalai oleh laki-laki. 7) Karakteristik Kepala Keluarga Menurut Status Bekerja Status ekonomi keluarga dapat dilihat dari kegiatan ekonomi kepala keluarga maupun anggota serta seberapa besar sumbangan mereka terhadap ekonomi keluarga. Oleh sebab itu informasi mengenai kepala keluarga menurut status pekerjaan perlu diketahui untuk perencanaan pelayanan kebutuhan dasar penduduk. Tabel 18. Kepala Keluarga Kota Tanjungpinang Menurut Status Bekerja Tahun 2011 JENIS KELAMIN NO
STATUS BEKERJA
1
Bekerja
2
Belum/Tidak Bekerja
3
Pelajar/Mahasiswa
4
Pensiunan
5
Mengurus Rumah Tangga JUMLAH
Laki-Laki 51.607
Perempuan
95,63
3.786
707
1,31
%
L+P
33,96
55.393
85,07
436
3,91
1.143
1,76 0,51
%
%
190
0,35
144
1,29
334
1.424
2,64
203
1,82
1.627
2,50
40
0,07
6.578
59,01
6.618
10,16
53.968
100
11.147
100
65.115
100
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang 2011, Diolah
Dilihat dari kegiatan ekonomi, Kepala Keluarga di Kota Tanjungpinang ternyata 85,07% atau 55.393 kepala keluarga telah bekerja. Angka ini lebih tinggi pada kepala keluarga laki-laki yaitu 51.607 (95,63%) Kepala Keluarga dan 3.429 (33,96%) Kepala Keluarga Perempuan. Sedangkan jumlah Kepala Keluarga yang belum/Tidak Bekerja ada sebanyak 1,76% atau 1.143 kepala keluarga yang terdiri dari 707 kepala keluarga laki-laki dan 436 kepala keluarga perempuan. Berdasarkan data yang ada, kepala keluarga yang belum/tidak bekerja mayoritas berada pada kelompok usia produktif dan berpendidikan terakhir SMA/sederajat, dan berstatus belum kawin. Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah Kota Tanjungpinang berkaitan dengan adanya keluarga yang dikepalai oleh kepala keluarga yang tidak bekerja sementara kepala keluarga berkewajiban menanggung biaya hidup keluarganya. Di Kota Tanjungpinang ternyata juga masih ada Kepala Keluarga yang berstatus sebagai Pelajar/Mahasiswa sebanyak 334
Kepala Keluarga, 190 Kepala Keluarga diantaranya adalah laki-laki dan 144 Kepala Keluarga perempuan. d. Kelahiran Indikator yang biasa digunakan untuk menghitung kelahiran adalah: 1) Jumlah Kelahiran Berikut disajikan tabel Jumlah Kelahiran menurut jenis kelamin tiap kecamatan di Kota Tanjungpinang tahun 2011. Tabel 19. Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin Kota Tanjungpinang Tahun 2011 Banyaknya Kelahiran No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah 1. TANJUNGPINANG BARAT 1.063 1.088 2.151 2. TANJUNGPINANG TIMUR 1.012 899 1.911 3. TANJUNGPINANG KOTA 467 454 921 4. BUKIT BESTARI 824 789 1.613 TOTAL 3.336 3.230 6.596 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang 2011, Diolah
2) Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR) Banyaknya kelahiran di Kota Tanjungpinang sebanyak 6.596 kelahiran hidup. Jika diketahui jumlah penduduk Kota Tanjungpinang pada awal tahun 2011 adalah 221.481 jiwa dan pada akhir tahun 230.380 jiwa. Angka Kelahiran Kasar di Kota Tanjungpinang tahun 2011 di tiap kecamatan dapat di lihat pada tabel berikut.
No
Tabel 20. Angka Kelahiran Kasar Kota Tanjungpinang Tahun 2011 Penduduk Kelahiran pada Pertengahan Anak Kecamatan CBR Tahun
%
%
1.
Tanjungpinang Barat
60.952
26,96
2.151
30,92
35,29
2.
Tanjungpinang Timur
78.729
34,82
1.911
27,47
24,27
3.
Tanjungpinang Kota
23.475
10,38
921
13,24
39,23
4.
Bukit Bestari
62.955
27,84
1.613
23,19
25,62
226.111
100
6.956
100
30,76
Jumlah
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang 2011, Diolah
Tabel diatas menunjukkan Angka Kelahiran Kasar Kota Tanjungpinang tiap kecamatan tahun 2011. Terlihat bahwa Angka
Kelahiran Kasar Kota Tanjungpinang tahun 2011 sebesar 30,76, artinya bahwa dari 1.000 penduduk pada pertengahan tahun terjadi 30 – 31 kelahiran hidup. Angka Kelahiran Kasar paling tinggi terdapat di Kecamatan Tanjungpinang Kota, dan yang paling sedikit di Kecamatan Tanjungpinang Timur. 2. Kualitas penduduk Untuk mengukur kualitas penduduk di suatu daerah terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan yaitu bidang kesehatan, bidang pendidikan, dan bidang ekonomi dan sosial. a. Kesehatan 1) Kelahiran (Fertilitas) a) Angka Kelahiran Menurut Umur (Age Spesific Fertility Rate/ASFR) Angka Kelahiran menurut kelompok Tanjungpinang disajikan pada tabel di bawah ini:
umur
untuk
Kota
Tabel 21. Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur Kota Tanjungpinang Tahun 2011 ∑ Kelompok Angka Kelahiran No ∑ Perempuan Kelahiran Umur Menurut Umur (ASFR) Hidup 1. 15 – 19 8.556 572 67 2. 20 – 24 8.587 1.283 149 3. 25 – 29 11.359 2.860 252 4. 30 – 34 13.523 1.217 90 5. 35 – 39 11.053 601 54 6. 40 – 44 8.703 63 7 7. 45 – 49 6.529 0 TOTAL 68.310 6.596 97 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang 2011, Diolah
Tabel di atas menunjukkan Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur (ASFR) Kota Tanjungpinang tahun 2011. ASFR terendah pada kelompok umur 40 – 44 dan tertinggi pada kelompok umur 25 – 29 tahun, artinya bahwa dari 1.000 perempuan berumur 25 – 29 tahun terjadi 252 kelahiran hidup dalam satu tahun. Berdasarkan tabel tersebut dapat juga diasumsikan bahwa anjuran pemerintah untuk tidak melahirkan pada usia yang terlalu muda sudah mencapai sasaran atau dapat dikaitkan dengan keberhasilan program wajib belajar 9 tahun dan semakin terbukanya pasar kerja bagi perempuan.
b) Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate/TFR) Angka Fertilitas Total (Total Fertility Rate/TFR) adalah rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang perempuan sampai akhir masa reproduksinya (perempuan kelompok umur 15 – 49 tahun). Informasi angka fertilitas total (TFR) di suatu daerah akan berguna bagi para pengambil keputusan dan perencana dalam merencanakan pengendalian laju pertumbuhan penduduk, kesehatan reproduksi dan peningkatan pelayanan terhadap ibu dan anak. Angka Kelahiran Total (TFR) untuk Kota Tanjungpinang pada tahun 2011 sebesar 3,1, artinya bahwa pada setiap perempuan di Kota Tanjungpinang akan melahirkan anak sebanyak 3 – 4 anak sampai akhir masa reproduksinya (15-49 tahun). c) Rasio Anak dan Perempuan (Child Women Ratio/CWR) Rasio anak dan perempuan adalah rasio antara jumlah anak di bawah lima tahun disuatu tempat pada suatu waktu dengan penduduk perempuan usia 15-49 tahun. Rasio ini untuk melihat tingkat fertilitas pada suatu wilayah dan rasio ini berguna sebagai indikator fertilitas penduduk apabila tidak ada data kelahiran dan data registrasi. Menurut data SIAK terdapat 15.226 anak kelompok usia 0 – 4 tahun di Kota Tanjungpinang pada tahun 2011. Pada saat yang sama, banyaknya penduduk perempuan pada kelompok usia 15 – 49 tahun sebanyak 68.310 jiwa. Dengan demikian, maka rasio anak dan perempuan Kota Tanjungpinang adalah 22,29. Angka sebesar 22,29 artinya bahwa pada tahun 2011 terdapat 22 – 23 anak di bawah 5 tahun (0 – 4 tahun) dari setiap 100 perempuan usia 15 – 49 tahun. 2) Kematian (Mortalitas) Indikator kematian yang biasa digunakan untuk mengukur kualitas hidup/kesehatan di suatu daerah adalah: a) Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate/IMR/AKB) Angka Kelahiran Bayi/IMR digunakan sebagai indikator yang menggambarkan kemajuan pembangunan yang dapat menggambarkan tingkat pelayanan kesehatan ibu dan anak. Berikut disajikan tabel Angka Kematian Bayi (IMR) Kota Tanjungpinang.
Tabel 22. Angka Kematian Bayi Kota Tanjungpinang Tahun 2011 No
Kecamatan
Kelahiran Hidup
Kematian Bayi
%
%
AKB/IMR
1.
Tanjungpinang Barat
2.151
32,61
8
20
3,72
2.
Tanjungpinang Timur
1.911
28,97
21
52,5
10,99
3.
Tanjungpinang Kota
921
13,96
4
10
4,34
4.
Bukit Bestari
1.613
24,45
7
17,5
4,34
6.596
100
40
100
6,06
Jumlah
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang 2011, Diolah
Dari tabel terlihat bahwa dari 1.000 kelahiran hidup di Kota Tanjungpinang pada tahun 2011 terjadi kematian bayi sebanyak 6 – 7 bayi. Kematian bayi terbanyak ada di Kecamatan Tanjungpinang Timur yaitu 10 – 11 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup. b) Angka Kematian Neonatal (Kematian Bayi Baru Lahir/NNDR) Kematian neonatal atau kematian endogen adalah kematian yang terjadi sebelum bayi berumur satu bulan atau 28 hari per 1.000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Kematian neonatal atau kematian bayi endogen pada umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir atau selama kehamilan. Kota Tanjungpinang tahun 2011 dilaporkan dari 6.596 kelahiran hidup, terdapat 32 bayi yang meninggal pada umur di bawah 1 bulan (neonatal). Tabel 23. Angka Kematian Neonatal Kota Tanjungpinang Tahun 2011 No
Kecamatan
Kelahiran Hidup 2.151 1.911 921 1.613
% 32,61 28,97 13,96 24,45
6.596
100
1. 2. 3. 4.
Tanjungpinang Barat Tanjungpinang Timur Tanjungpinang Kota Bukit Bestari Jumlah
Kematian Neonatal % 7 21,88 16 50 3 9,38 6 18,75 32
100
AK Neonatal 3,25 8,37 3,26 3,72 6,06
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang 2011, Diolah
Di Kota Tanjungpinang pada tahun 2011 terjadi 6 – 7 kematian bayi neonatal dari 1000 kelahiran hidup.
c) Angka Kematian Post Neo-Natal (Angka Kematian Lepas Baru Lahir/PNNDR) Kematian Post Neo-Natal (Post Neo-Natal Death Rate) adalah kematian yang terjadi pada bayi yang beumur 1 bulan sampai dengan kurang dari 1 tahun per 1000 kelahiran hidup selama 1 tahun. Angka Kematian Post Neonatal untuk Kota Tanjungpinang disajikan pada tabel berikut: Tabel 24. Angka Kematian Post Neo-Natal Kota Tanjungpinang Tahun 2011 Kematian Kelahiran Hidup AK Neonatal No Kecamatan Neonatal % % 2.151 32,61 1 12,5 0,46 1. Tanjungpinang Barat 1.911 28,97 5 62,5 2,62 2. Tanjungpinang Timur 921 13,96 1 12,5 1,09 3. Tanjungpinang Kota 1.613 24,45 1 12,5 0,62 4. Bukit Bestari Jumlah
6.596
100
8
100
1,21
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang 2011, Diolah
Diketahui jumlah kelahiran di Kota Tanjungpinang tahun 2011 sebanyak 6.596 kelahiran hidup, dan dilaporkan bahwa terdapat 8 bayi yang meninggal pada umur 1 bulan s/d kurang dari 1 tahun. Maka Angka Kematian Post-Neonatal di Kota Tanjungpinang adalah 1,21. Artinya bahwa di Kota Tanjungpinang pada tahun 2011 terjadi 1 – 2 kematian bayi post-neonatal dari 1.000 kelahiran hidup. d) Angka Kematian Anak Di bawah ini adalah tabel angka kematian anak di Kota Tanjungpinang Tahun 2011. Tabel 25. Angka Kematian Anak Kota Tanjungpinang Tahun 2011 Penduduk Usia Kematian 1 – 4 Thn pada Anak No Kecamatan Pertengahan Tahun % % 1. Tanjungpinang Barat 4.050 24,73 2 40 2. Tanjungpinang Timur 6.509 39,74 1 20 3. Tanjungpinang Kota 1.439 8,79 1 20 4. Bukit Bestari 4.380 26,74 1 20 Jumlah 16.378 100 5 100 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang 2011, Diolah
AK Anak 0,49 0,15 0,69 0,23 0,31
Angka Kematian Anak adalah 0,31 artinya dari 1.000 anak terjadi 1 kematian anak dalam satu tahun. e) Angka Kematian Balita Angka kematian balita untuk Kota Tanjungpinang tahun 2011 disajikan pada tabel berikut :
No 1. 2. 3. 4.
Tabel 26. Angka Kematian Anak Kota Tanjungpinang Tahun 2011 Penduduk Usia Kematian < 5 Thn pada Balita Kecamatan AKABA Pertengahan Tahun % % Tanjungpinang Barat 4.618 24,63 10 22,22 2,17 Tanjungpinang Timur 7.451 39,74 22 48,89 2,95 Tanjungpinang Kota 1.642 8,76 5 11,11 3,05 Bukit Bestari 5.039 26,87 8 17,78 1,59 Jumlah 18.750 100 45 100 2,40
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang 2011, Diolah
Angka Kematian Balita = 2,40, yang artinya bahwa di Kota Tanjungpinang dari 1.000 balita terjadi 2 – 3 kematian balita pada tahun 2011. f) Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate/AKI) Data kematian ibu yang disebabkan oleh kehamilan dan pengelolaannya dan data kelahiran bayi yang lahir hidup dapat diperoleh dari hasil pencatatan/pendataan Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang. Diketahui bahwa di Kota Tanjungpinang pada tahun 2011 terjadi kelahiran sebanyak 6.596 kelahiran hidup. Namun tercatat bahwa pada tahun tersebut juga terdapat 4 orang ibu meninggal karena persalinan dan pasca persalinan, maka dari data tersebut dapat diperoleh angka kematian ibu (MMR) sebesar 121,29. Tabel 27. Angka Kematian Anak Kota Tanjungpinang Tahun 2011 No
Kecamatan
Kelahiran Hidup
Hamil
1. 2. 3. 4.
Tanjungpinang Barat Tanjungpinang Timur Tanjungpinang Kota Bukit Bestari Jumlah
2.151 1.911 921 1.613 6.596
1 2 0 1 4
Kematian Ibu BersaNifas lin
0 0 0 0 0
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang 2011, Diolah
1 2 0 1 4
Jml
2 4 0 2 8
AKI 92,98 209,31 0 123,99 121,29
Dari tabel di atas berarti di Kota Tanjungpinang pada tahun 2011 dari 100.000 kelahiran hidup terdapat 121 – 122 kematian ibu saat hamil, bersalin, maupun pasca bersalin. b. Pendidikan 1) Angka Partisipasi Kasar (APK) Untuk Kota Tanjungpinang, Angka Partisipasi Kasar (APK) dapat di lihat pada tabel berikut: Tabel 28 . Angka Partisipasi Kasar Kota Tanjungpinang Tahun 2011 SISWA PENDUDUK APK JENJANG PENDIDIKAN L P L P L P PRA SEKOLAH 4.318 4.382 14.761 13.767 29,25% 31,83% SD 12.082 11.623 13.356 12.530 90,46% 92,76% SLTP 4.434 4.730 5.505 5.166 80,54% 91,56% SLTA 4.714 4.764 5.377 5.071 87,67% 93,95% Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga Kota Tanjungpinang 2011, Diolah
APK di Kota Tanjungpinang pada tahun 2011 untuk setiap jenjang pendidikan tertentu rata-rata di atas 90 persen. APK tertinggi ada pada jenjang pendidikan SLTA sebesar 93,95 persen. Sementara APK untuk jenjang pendidikan pra sekolah hanya 31,83 persen, yang berarti bahwa dari 100 anak usia pra sekolah, hanya terdapat 31 – 32 anak yang sekolah. Jadi keberadaan PAUD, Play Group, dan TK yang ada di Kota Tanjungpinang perlu lebih ditingkatkan lagi. 2) Angka Partisipasi Murni (APM) Angka Partisipasi Murni untuk Kota Tanjungpinang tahun 2011 sebagai berikut: Tabel 29. Angka Partisipasi Murni (APM) Kota Tanjungpinang Tahun 2011 SISWA PENDUDUK APK JENJANG PENDIDIKAN L P L P L P SD 9.763 9.457 13.356 12.530 73,10% 75,47% SLTP 3.282 3.443 5.505 5.166 59,62% 66,65% SLTA 3.264 3.227 5.377 5.071 60,70% 63,64% Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga Kota Tanjungpinang 2011, Diolah
APM di Kota Tanjungpinang pada tahun 2011 untuk jenjang pendidikan SD/Sederajat adalah 75,47 persen, artinya bahwa dari 100 penduduk usia 7 – 12 tahun 75 – 76 orang bersekolah dibangku SD/Sederajat. Angka partisipasi murni penduduk usia 13-15 tahun yang duduk dibangku SLTP/Sederajat sebesar 66,65 persen dan lebih rendah dibandingkan dengan partisipasi SD. Selisih APK dengam APM menunjukkan proporsi murid yang tinggal kelas atau terlalu cepat sekolah. 3) Angka Putus Sekolah (APS) Angka Putus Sekolah murid menyajikan persentase murid yang putus sekolah menurut jenjang pendidikan. APS untuk Kota Tanjungpinang disajikan pada tabel berikut: Tabel 30. Angka Putus Sekolah (APS) Kota Tanjungpinang Tahun 2011 MURID PUTUS MURID APS JENJANG SEKOLAH PENDIDIKAN L P L P L P PRA SEKOLAH 0 0 4.318 4.382 0,00% 0,00% SD 4 2 12.082 11.623 0,03% 0,02% SLTP 13 7 4.434 4.730 0,29% 0,15% SLTA 6 3 4.714 4.764 0,13% 0,06% Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga Kota Tanjungpinang 2011, Diolah
Angka Putus Sekolah Murid SLTP/Sederajat di Kota Tanjungpinang menunjukkan APS yang paling besar yaitu 0,15 persen. c. Ekonomi 1) Jumlah Tenaga Kerja dan Angkatan Menganggur/Pencari Kerja) - Jumlah dan Proporsi Tenaga Kerja
Kerja
(Bekerja
dan
Tenaga kerja (Manpower) adalah seluruh penduduk dalam usia kerja (15 – 64 tahun) yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa. Indikator ini berguna sebagai wacana pengambil kebijakan dalam menyusun rencana ketenagakerjaan. Disamping itu juga untuk mengetahui berapa banyak tenaga kerja (penduduk usia kerja) potensial. Tabel 31 menampilkan distribusi penduduk Kota Tanjungpinang menurut kelompok umur produktif (15 – 64 tahun).
Tabel 31. Penduduk Kota Tanjungpinang Menurut Kelompok Umur Produktif Tahun 2011 NO
KELOMPOK UMUR (TAHUN)
1
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
0 – 14
29.939
27.990
57.929
2
15 – 64
82.920
80.384
163.304
3
> 65
4.380
4.767
9.147
117.239
113.141
230.380
TOTAL
TOTAL
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang 2011, Diolah
Jumlah penduduk kota Tanjungpinang pada tahun 2011 sebanyak 230.380 jiwa dan penduduk usia kerja (15 – 64 tahun) menurut tabel diatas adalah 163.304 jiwa, maka persentase Tenaga Kerja di Kota Tanjungpinang adalah 70,88% yang berarti bahwa 70,88% penduduk Kota Tanjungpinang adalah tenaga kerja, dimana jika semakin besar jumlah tenaga kerja maka penawaran tenaga kerja juga semakin tinggi. Akan tetapi jika kondisi tersebut tidak diiringi dengan bertambahnya kesempatan kerja, maka akan terjadi pengangguran yang cukup besar di Kota Tanjungpinang. Maka hal ini harusnya menjadi perhatian khusus baik bagi pemerintah Kota Tanjungpinang dan maupun bagi pihak swasta. 2) Angka Partisipasi Angkatan Kerja (APAK) Angka partisipasi angkatan kerja menyajikan data yang menggambarkan banyaknya angkatan kerja, yaitu penduduk yang sedang bekerja dan yang mencari pekerjaan dari penduduk usia 15 – 64 tahun terhadap jumlah penduduk usia 15 – 64 tahun secara keseluruhan. Indikator ini bermanfaat untuk mengetahui bagian dari tenaga kerja yang benar-benar terlibat atau berusaha terlibat dalam kegiatan produktif yang dapat menghasilkan barang dan jasa dalam jangka waktu tertentu. Untuk wilayah Kota Tanjungpinang, berdasarkan Data SIAK diketahui jumlah penduduk usia kerja atau usia produktif (15 – 64 tahun) sebanyak 163.304 jiwa dan jumlah angkatan kerja sebanyak 89.616 jiwa, maka APAK Kota Tanjungpinang tahun 2011 sebesar 57,36%. APAK untuk kelompok umur tertentu di Kota Tanjungpinang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 32. Angka Partisipasi Angkatan Kerja (APAK) Kota Tanjungpinang Tahun 2011 ANGKATAN KERJA Bukan Tenaga PENCARI Angker BEKERJA Angker Kerja KERJA 1 15 – 19 651 990 1.641 15.983 17.624 2 20 – 24 6.806 2.087 8.893 8.571 17.464 3 25 – 29 15.695 1.263 16.958 5.274 22.232 4 30 – 34 16.979 613 17.592 9.021 26.613 5 35 – 39 13.872 284 14.156 8.278 22.434 6 40 – 44 10.920 157 11.077 7.327 18.404 7 45 – 49 8.401 124 8.525 5.233 13.758 8 50 – 54 6.318 124 6.442 4.682 11.124 9 55 – 59 4.217 167 4.384 3.681 8.065 10 60 – 64 2.267 182 2.449 3.137 5.586 Jumlah 86.126 5.991 92.117 71.187 163.304 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang 2011, Diolah NO
KELOMPOK UMUR
APAK (%) 9,31 50,92 76,28 66,10 63,10 60,19 61,96 57,91 54,36 43,84 56,41
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh APAK Kota Tanjungpinang sebesar 56,41%, artinya bahwa 56,41% penduduk usia 15 – 64 tahun yang terlibat atau berusaha terlibat (mencari pekerjaan) dalam kegiatan produktif. Dari tabel di atas terlihat bahwa APAK Kota Tanjungpinang untuk penduduk pada kelompok usia 15 – 19 tahun mempunyai nilai paling rendah yaitu 9,31% dan penduduk pada kelompok usia 25 – 29 tahun mempunyai APAK paling tinggi yaitu 76,28%. 3) Jumlah dan Proporsi Penduduk yang Bekerja menurut Jenis Pekerjaan Indikator ini menunjukkan proporsi penduduk yang bekerja menurut jenis pekerjaan terhadap jumlah penduduk yang bekerja di setiap lapangan pekerjaan. Proporsi penduduk yang bekerja menurut jenis pekerjaan menunjukkan distribusi atau penyebaran penduduk yang bekerja di suatu daerah pada waktu tertentu. Indikator ini berguna untuk membantu pemerintah daerah dalam memfokuskan kebijakan ketenagakerjaan. Tabel 33 di bawah ini menunjukkan proporsi jenis pekerjaan penduduk Kota Tanjungpinang yang berusia produktif (15 – 64 tahun). Data diambil menurut 10 proporsi jenis pekerjaan terbanyak.
Tabel 33. Proporsi Jenis Pekerjaan di Kota Tanjungpinang Tahun 2011
NO
JENIS PEKERJAAN
JUMLAH
PROPORSI JENIS PEKERJAAN
1.
Karyawan Swasta
41.360
48,02%
2.
Buruh Harian Lepas
12.205
14,17%
3.
Wiraswasta
10.699
12,42%
4.
Pegawai Negeri Sipil
8.200
9,52%
5.
Karyawan Honorer
2.029
2,36%
6.
Pedagang
2.025
2,35%
7.
Guru
1.563
1,81%
8.
Nelayan/Perikanan
1.515
1,76%
9.
Pelaut
1.422
1,65%
10. Tentara Nasional Indonesia 1.389 1,61% Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang 2011, Diolah
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa persentase terbesar untuk jenis pekerjaan adalah Karyawan Swasta yaitu sebesar 48,02%. 4) Pengangguran Terbuka Pengangguran Terbuka merupakan bagian dari angkatan kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan (baik bagi mereka yang belum pernah bekerja sama sekali maupun yang sudah pernah bekerja); atau sedang mempersiapkan suatu usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena tidak mungkin lagi untuk mendapatkan pekerjaan; atau mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetapi belum pernah mulai bekerja. Angka pengangguran terbuka berguna sebagai acuan bagi pemerintah dalam pembukaan lapangan kerja baru. Disamping itu, trend indikator ini akan menunjukkan keberhasilan progam ketenagakerjaan dari tahun ke tahun. Besarnya angka pengangguran terbuka mempunyai implikasi sosial yang luas karena mereka yang tidak bekerja tidak mempunyai pendapatan. Semakin tinggi angka pengangguran terbuka, maka akan semakin besar potensi kerawanan sosial yang ditimbulkan, seperti kriminalitas. Dan sebaliknya apabila angka pengangguran terbuka semakin rendah, maka akan semakin stabil kondisi sosial dalam masyarakat.
Angka Pengangguran di Kota Tanjungpinang dapat dilihat pada tabel 22. Tabel 34. Tingkat Pengangguran Terbuka Kota Tanjungpinang Tahun 2011 NO
KELOMPOK UMUR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 -34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 Jumlah
ANGKATAN KERJA BEKERJA
PENCARI KERJA
Angker
Bukan Angker
Tingkat Pengangguran Terbuka
651 6.806 15.695 16.979 13.872 10.920 8.401 6.318 4.217 2.267
990 2.087 1.263 613 284 157 124 124 167 182
1.641 8.893 16.958 17.592 14.156 11.077 8.525 6.442 4.384 2.449
15.983 8.571 5.274 9.021 8.278 7.327 5.233 4.682 3.681 3.137
60,33 23,47 7,45 3,48 2,01 1,42 1,45 1,92 3,81 7,43
86.126
5.991
92.117
71.187
6,50
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang 2011, Diolah
Pada tabel terlihat bahwa Tingkat Pengangguran di Kota Tanjungpinang adalah 6,50%, artinya 6,5 persen penduduk berusia 15 – 64 tahun berusaha terlibat di dalam kegiatan produktif. Tingkat Pengangguran tertinggi terdapat pada kelompok usia 15 – 19 tahun yaitu sebanyak 990 jiwa dari 1.641 jiwa atau 60,33%. Sedangkan tingkat pengangguran terendah terdapat pada kelompok usia 40 – 44 tahun sebesar 1,42% yaitu dari 11.077 jiwa angkatan kerja terdapat 157 jiwa pencari kerja. d. Sosial 1) Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Persentase Pekerja Anak (< 15 tahun) Berdasarkan data SIAK 2011 diperoleh jumlah anak usia 10 – 14 tahun yang bekerja adalah 51 jiwa. Sedangkan jumlah anak usia 10 – 14 tahun keseluruhannya ada 19.970 jiwa. Jadi persentase Pekerja Anak di Kota Tanjungpinang adalah 0,26%. Angka tersebut mengindikasikan bahwa di Kota Tanjungpinang ternyata masih ada anak usia sekolah yang bekerja, dan ada kemungkinan juga anak tersebut tidak sekolah. Ada berbagai faktor yang menjadi penyebab anak usia tersebut bekerja diantaranya tidak adanya biaya untuk mengenyam pendidikan atau mereka bekerja untuk membantu orang tua dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Meskipun angka tersebut terbilang kecil, akan tetapi pemerintah Kota Tanjungpinang harus tetap memperhatikan adanya Pekerja Anak usia 10 – 14 tahun. Karena pada usia tersebut, anak masih pada usia sekolah (SD atau SLTP) sebagaimana program pemerintah yaitu wajib belajar 9 tahun, yaitu SD dan SLTP. Selain itu penting juga disosialisasikan kepada masyarakat bahwa dalam rangka mensukseskan program pemerintah tersebut, pemerintah telah memberikan bantuan berupa dana BOS yang tujuannya adalah meringankan beban orang tua untuk anak dalam menempuh pendidikan pada tingkat SD dan SLTP. 2) Proporsi Penduduk Penyandang Cacat Indikator ini menguraikan jumlah dan proporsi penyandang cacat dirinci menurut jenis kelamin dan kelompok umur. Tabel 35. Angka Penyandang Cacat Kota Tanjungpinang Tahun 2011
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
KELOMPOK UMUR 0-4 5-9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70 - 74 > 75 TOTAL
PENDUDUK PENYANDANG CACAT LAKI- PEREM JML LAKI PUAN 1 1 2 10 7 17 21 16 37 20 11 31 15 10 25 13 9 22 27 21 48 21 11 32 25 10 35 15 7 22 10 5 15 9 10 19 4 3 7 1 5 6 4 1 5 1 3 4 197 130 327
JUMLAH PENDUDUK
ANGKA PENYANDANG CACAT
19.574 22.747 19.125 17.586 17.692 24.063 25.798 21.989 16.887 13.493 10.356 7.661 5.022 3.639 2.892 1.856 230.380
0,01% 0,07% 0,19% 0,18% 0,14% 0,09% 0,19% 0,15% 0,21% 0,16% 0,14% 0,25% 0,14% 0,16% 0,17% 0,22% 0,14%
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang 2011, Diolah
Angka penduduk penyandang cacat di Kota Tanjungpinang sebesar 0,14 persen. Artinya bahwa sebagian kecil penduduk Kota Tanjungpinang menyandang cacat. Namun ini tetap menjadi perhatian pemerintah kota untuk tetap memberikan pelayanan sosial bagi mereka.
Indikator ini berguna untuk menyusun kebijakan pemerintah dalam pengembangan pelayanan bagi penduduk penyandang cacat menurut jenis kecacacatannya. 3) Proporsi Penduduk Miskin Penerima Jaminan Kesehatan Salah satu indikator keberhasilan pengentasan kemiskinan adalah terpenuhinya akses penduduk miskin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Pembiayaan kesehatan penduduk miskin biasanya dipenuhi melalui asuransi kesehatan bagi penduduk miskin/jaminan kesehatan bagi penduduk miskin. Penduduk miskin yang memiliki Kartu Jaminan Kesehatan Daerah Kota Tanjungpinang pada tahun 2011 adalah sebanyak 4.338 Kepala Keluarga. Sedangkan penduduk miskin yang memiliki Jaminan Kesehatan Masyarakat sebanyak 25.988 Kepala Keluarga. Jumlah penduduk miskin yang mendapatkan pelayanan kesehatan di Kota Tanjungpinang adalah sebanyak 15.089 jiwa rawat jalan dan 176 jiwa rawat inap (Sumber : Data Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2011). 3. Mobilitas Penduduk Mobilitas (migrasi) penduduk adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari satu tempat ke tempat lain melampaui batas politik/negara ataupun batas administratif/batas bagian dalam suatu negara. Ada 2 macam mobilitas penduduk, yaitu mobilitas penduduk non permanen (sirkuler) dan mobilitas penduduk permanen (migrasi). Mobilitas penduduk non permanen adalah perpindahan yang bersifat tidak tetap/sementara. Sedangkan mobilitas penduduk permanen adalah perpindahan penduduk dengan tujuan menetap. Migrasi dipengaruhi oleh daya dorong (push factor) suatu wilayah dan daya tarik (pull factor) wilayah lain. Daya dorong menyebabkan orang pergi ke tempat lain, antara lain karena di daerah tersebut tidak tersedia sumber daya yang memadai untuk memberikan jaminan kehidupan yang tidak terlepas dari kemiskinan dan pengangguran. Sedangkan daya tarik wilayah adalah jika suatu wilayah mampu atau dianggap mampu menyediakan fasilitas dan sumber penghidupan penduduk, baik penduduk wilayah itu sendiri maupun penduduk dari wilayah lain di sekitarnya, sehingga daya tarik ini menyebabkan penduduk bermigrasi untuk meningkatkan taraf hidupnya.
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang selama ini melayani proses pelaporan perpindahan penduduk, baik yang pindah datang dari daerah lain maupun pindah keluar dari Kota Tanjungpinang. a. Mobilitas Permanen 1) Migrasi Masuk (in-migration) Migrasi masuk yang dimaksud adalah penduduk yang masuk dari luar Kota Tanjungpinang dengan tujuan menetap di Kota Tanjungpinang. Berikut pada tabel 36 ditampilkan jumlah migrasi masuk setiap bulan selama tahun 2011. Tabel 36. Jumlah Migrasi Masuk ke Kota Tanjungpinang Tahun 2011 PENDUDUK PINDAH DATANG NO BULAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH 1 JANUARI 222 216 438 2 FEBRUARI 191 198 389 3 MARET 248 232 480 4 APRIL 188 179 367 5 MEI 206 189 395 6 JUNI 229 225 454 7 JULI 229 223 452 8 AGUSTUS 200 164 364 9 SEPTEMBER 186 179 365 10 OKTOBER 261 254 515 11 NOPEMBER 205 203 408 12 DESEMBER 236 238 474 TOTAL 2.601 2.500 5.101 Sumber : Pendaftaran Penduduk Pindah Datang Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang 2011, Diolah
Dari tabel tersebut terlihat bahwa banyaknya migrasi masuk dalam 1 tahun adalah 5.101 jiwa. Dan dari angka tersebut maka ratarata banyaknya migrasi masuk di Kota Tanjungpinang setiap bulannya adalah sebanyak 425 jiwa.
Berikut grafik migrasi masuk tiap bulan selama tahun 2011. 600 500
515
480
474
454
438
452
400 389
300
367
395
364
365
408
200 100 0 JANUARI
FEBRUARI
MARET
APRIL
MEI
JUNI
JULI
AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOPEMBER DESEMBER
Gambar 7. Grafik Migrasi Masuk Kota Tanjungpinang Tahun 2011
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa jumlah migrasi masuk paling banyak adalah bulan Oktober 2011 dan paling sedikit pada bulan Agustus 2011. 2) Migrasi Keluar (out-migration) Migrasi keluar yang dimaksud adalah penduduk yang keluar Kota Tanjungpinang dengan tujuan menetap di daerah lain. Berikut pada tabel 37 ditampilkan jumlah migrasi keluar setiap bulan selama tahun 2011. Dari tabel terlihat bahwa banyaknya migrasi keluar Kota Tanjungpinang dalam 1 tahun adalah 3.354 jiwa. Dimana rata-rata banyaknya migrasi keluar dari Kota Tanjungpinang setiap bulannya mencapai 280 jiwa.
Tabel 37. Jumlah Migrasi Keluar dari Kota Tanjungpinang Tahun 2010 NO
PENDUDUK PINDAH KELUAR LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH 182 188 370 115 103 218 116 104 220 173 178 351 93 94 187 180 207 387 166 156 322 157 139 296 111 95 206 158 141 299 117 142 259 120 119 239 1.688 1.666 3.354
BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOPEMBER DESEMBER TOTAL
Sumber : Pendaftaran Penduduk Pindah Datang Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang 2010, Diolah
450 400 350
387
370
351
322
300
299
296
259
250 200
220
218
239
206
187
150 100 50 0 JANUARI
FEBRUARI
MARET
APRIL
MEI
JUNI
JULI
AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOPEMBER DESEMBER
Gambar 7. Grafik Penduduk Pindah Keluar Kota Tanjungpinang Tahun 2010
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa jumlah migrasi keluar Kota Tanjungpinang paling banyak adalah bulan Juni 2011 yaitu 387 jiwa. 3) Angka Migrasi Neto (nett-migration/Mn) Angka ini merupakan selisih antara migrasi masuk dan migrasi keluar. Apabila migrasi masuk lebih besar daripada migrasi keluar maka disebut migrasi neto positif. Sedangkan jika migrasi keluar lebih besar daripada migrasi masuk disebut migrasi neto negatif.
Untuk Kota Tanjungpinang pada tahun 2011, jumlah migrasi masuk adalah 5.101 jiwa dan jumlah migrasi keluar adalah 3.354 jiwa. Angka Migrasi Neto diperoleh sebesar 7,73, yang berarti bahwa setiap 1.000 penduduk Kota Tanjungpinang terdapat 7 – 8 jiwa migran masuk. 4. Kepemilikan Dokumen Kependudukan a. Kepemilikan Kartu Keluarga Persentase Kepemilikan Kartu Keluarga berguna untuk mengetahui jumlah keluarga yang memiliki Kartu Keluarga. Kepemilikan Kartu Keluarga untuk Kota Tanjungpinang sebesar 96,23 persen. Artinya bahwa dari 100 penduduk terdapat 96 – 97 Kepala Keluarga yang sudah memiliki Kartu Keluarga. b. Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk Persentase Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk berguna untuk mengetahui jumlah penduduk yang memilki Kartu Tanda Penduduk. Untuk Kota Tanjungpinang, kepemilikan KTP sebesar 80,80 persen. Artinya dari 100 penduduk wajib KTP yang ada di Kota Tanjungpinang terdapat 80 – 81 wajib KTP yang telah memiliki KTP. Kepemilikan KTP tersebut seharusnya mencapai 100% mengingat bahwa KTP merupakan identitas vital penduduk jika akan menempati satu wilayah. c. Kepemilikan Akta 1) Kepemilikan Akta Kelahiran Persentase Kepemilikan Akta Kelahiran berguna untuk mengetahui jumlah penduduk yang memiliki Akta Kelahiran. Kepemilikan akta kelahiran berdasarkan data SIAK Kota Tanjungpinang adalah sebesar 40,65 persen yang berarti bahwa dari 100 jiwa penduduk hanya terdapat 40 – 41 jiwa yang telah memiliki akta kelahiran. Angka tersebut masih relatif kecil, dimana salah satu penyebabnya adalah kurang lengkapnya informasi tentang data kependudukan dari masyarakat yang ada di SIAK. Sebagian penduduk Kota Tanjungpinang tidak lengkap dalam memberikan informasi tentang data pribadi sebelum mengurus dokumen kependudukan, sehingga persentase data kepemilikan dokumen kependudukan khususnya akta kelahiran masih kecil.
2) Kepemilikan Akta Perkawinan Perkawinan yang biasa dicatatkan di Dinas Kependudukan dan perkawinannya dilaksanakan secara Agama Kristen, Katholik, Hindu, Budha, Khong Hu Cu dan Penghayat Aliran Kepercayaan. Sedangkan untuk warga yang beragama Islam, pencatatan perkawinannya adalah di KUA (Kantor Urusan Agama). Persentase Kepemilikan Akta Perkawinan berguna untuk mengetahui jumlah penduduk yang memiliki Akta Perkawinan. Kepemilikan akta perkawinan untuk Kota Tanjungpinang berdasarkan data SIAK adalah 41,21 persen. Hal ini berarti bahwa dari 100 penduduk Kota Tanjungpinang yang berstatus kawin, terdapat 41 – 42 penduduk yang telah memiliki akta perkawinan. Sama halnya dengan kepemilikan akta kelahiran, informasi dari penduduk yang sudah kawin tentang kepemilikan akta perkawinan masih kurang lengkap, sehingga persentase kepemilikan akta perkawinan di Kota Tanjungpinang masih sangat rendah. 3) Kepemilikan Akta Perceraian Akta Perceraian dapat diterbitkan setelah ada Penetapan dari Pengadilan Negeri dimana salah satu pihak berdomisili. Di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil pencatatan perceraian dilaksanakan bagi mereka yang beragama Kristen, Katholik, Hindu, Budha atau bagi mereka yang pencatatan perkawinannya di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Berdasarkan data SIAK, kepemilikan Akta Perceraian Kota Tanjungpinang adalah sebesar 7,03 persen. Yang berarti bahwa dari 100 perceraian hanya terdapat 7 – 8 jiwa yang telah memiliki Akta Perceraian. Angka tersebut tentunya sangat kecil mengingat bahwa Akta Perceraian merupakan salah satu syarat kelengkapan dokumen untuk menikah lagi, pembagian harta kekayaan, dan warisan. 4) Akta Kematian Kegunaan Akta Kematian adalah sebagai syarat untuk menikah, untuk mengurus Pensiun, Taspen, Asuransi bagi ahli warisnya, dan untuk mengurus warisan bagi suami/istri/anaknya. Pelayanan Akta Kematian di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang selama tahun 2011 sebanyak 995
jiwa. Sementara persentase kepemilikan Akta Kematian belum bisa diketahui karena kurangnya kesadaran penduduk atau keluarga yang melaporkan kematian di lingkungannya. 5) Pengakuan, Pengesahan Dan Pengangkatan Anak Dan Peristiwa Penting Lainnya. Yang dimaksud pengakuan anak adalah anak luar kawin yang diakui oleh ayah ibunya dengan menandatangani Register Pengakuan Anak, maka sejak saat itu anak tersebut telah mempunyai hubungan hukum dengan ayah dan ibunya. Pengesahan anak adalah anak luar kawin yang kedua orang tuanya melaksanakan pencatatan perkawinan maka anak tersebut dapat disahkan bersama-sama dengan pencatatan perkawinan orang tuanya, sehingga hubungan tidak hanya dengan ibunya, tetapi juga dengan bapaknya. Sedangkan anak angkat adalah anak yang bukan anak kandungnya sendiri tetapi diperlakukan sebagaimana anak kandung. Untuk sahnya pengangkatan anak harus ada Penetapan Pengadilan Negeri. Dalam Akta Kelahiran Pengangkatan Anak, nama orang tua kandung dan orang tua angkatnya tercantum dalam akta tersebut, tetapi pada Kutipan Akta Kelahiran hanya tercantum nama pengangkat. Menurut data, terdapat 1.880 jiwa yang mengurus Akta Pengakuan Anak di Kota Tanjungpinang selama tahun 2011.
BAB IV KESIMPULAN Kota Tanjungpinang mempunyai jumlah penduduk pada akhir 2011 sebanyak 230.380 jiwa terdiri dari 117.239 jiwa laki-laki dan 113.141 jiwa perempuan dengan rasio jenis kelamin paling tinggi pada kelompok usia 40 – 44 tahun. Jumlah penduduk usia produktif mencapai 70,88 persen dan kepadatan penduduk Kota Tanjungpinang 962 jiwa/km 2 pada tahun 2011 dengan angka pertumbuhan penduduk adalah 4,39 persen. Menurut karakteristik sosial, penduduk Kota Tanjungpinang mempunyai tingkat pendidikan mayoritas SLTA/Sederajat dan mayoritas beragama Islam. Sebanyak 327 jiwa penduduk Kota Tanjungpinang adalah penyandang cacat. Sedangkan banyaknya penduduk yang belum kawin sebanyak 120.596 jiwa belum kawin dimana diketahui bahwa rata-rata usia kawin pertama penduduk Kota Tanjungpinang adalah 26 – 27 tahun. Jumlah kepala keluarga pada tahun 2011 adalah 65.115 Kepala Keluarga yang terdiri dari 53.968 Kepala Keluarga laki-laki dan 11.147 Kepala Keluarha perempuan. Rata-rata anggota keluarga yang ada di Kota Tanjungpinang adalah 3 – 4 jiwa dengan persentase status hubungan dalam keluarga terbanyak adalah anak. Kepala Keluarga paling banyak berada pada kelompok usia 35 – 39 tahun dan sudah berstatus kawin. Kepala Keluarga mayoritas berpendidikan SLTA/Sederajat dan sebanyak 85,07 persen sudah bekerja. Jumlah kelahiran selama tahun 2011 sebanyak 6.596 jiwa dan angka kelahiran kasar adalah 30 – 31 kelahiran hidup pada setiap 1.000 penduduk. Kualitas penduduk Kota Tanjungpinang pada Tahun 2011 jika dilihat dari bidang kesehatan dapat disimpulkan bahwa jumlah kelahiran terbesar adalah ibu pada kelompok usia 25 – 29 tahun. Setiap perempuan di Kota Tanjungpinang bisa melahirkan sebanyak 3 – 4 anak sampai akhir masa reproduksinya ( 15 – 49 tahun). Dari 1.000 anak terjadi 1 kematian anak dalam satu tahun dan dari 1.000 balita terjadi 2 – 3 kematian balita setiap tahun. Sedangkan untuk angka kematian ibu sebanyak 121 – 122 kematian ibu saat hamil, bersalin, maupun pasca bersalin pada setiap 100.000 kelahiran hidup. Untuk bidang pendidikan, Angka Partisipasi Kasar rata-rata diatas 90 persen, sedangkan angka partisipasi murni diatas 60 persen. Angka Putus Sekolah di Kota Tanjungpinang cenderung kecil.
Pada bidang ekonomi, angka partisipasi angkatan kerja Kota Tanjungpinang paling tinggi pada kelompok usia 25 – 29 tahun, dimana mayoritas bekerja sebagai karyawan swasta. Angka pengangguran tertinggi pada kelompok usia 15 – 19 tahun dan terendah pada kelompok usia 40 – 44 tahun. Sedangkan untuk bidang sosial, persentase pekerja anak di Kota Tanjungpinang pada tahun 2011 adalah 0,26 persen. Jumlah penyandang cacat terbanyak pada kelompok usia 55 – 59 tahun. Sementara jumlah penduduk miskin yang telah mempunyai kartu jaminan kesehatan cenderung sudah memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang diberikan pemerintah Kota Tanjungpinang. Migrasi penduduk di Kota Tanjungpinang pada tahun 2011 lebih banyak migrasi masuk daripada migrasi keluar dimana dari 1.000 penduduk Kota Tanjungpinang terdapat 7 – 8 jiwa migran masuk. Hal ini perlu perhatian pemerintah Kota Tanjungpinang mengingat bahwa Kota Tanjungpinang merupakan ibukota Provinsi Kepulauan Riau yang diperhitungkan keberadaannya terutama pada bidang perdagangan dan kelautan. Kesadaran penduduk Kota Tanjungpinang dalam mengurus Kepemilikan dokumen kependudukan terutama KK dan KTP di Kota Tanjungpinang pada umumnya sudah dapat dikatakan bagus, akan tetapi perlu pengawasan secara berkala dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang agar masyarakat tetap sadar akan pentingnya kepemilikan dokumen kependudukan. Sedangkan untuk kepemilikan Akta Kelahiran, Akta Perkawinan, Akta Perceraian, dan Akta Kematian masih diperlukan perhatian khusus.
DAFTAR PUSTAKA Kementerian Dalam Negeri, 2010, Lampiran Permendagri No. 65 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyusunan Profil Perkembangan Kependudukan, Kementerian Dalam Negeri, Jakarta. Tim Bimtek Profil Perkembangan Kependudukan, 2010, Perencanaan Kependudukan, Kementerian Dalam Negeri, Jakarta. Ditjen Kependudukan dan Pencatan Sipil, 2010, Langkah-Langkah Pengolahan dan Penyajian Data Untuk Penyusunan Profil Perkembangan Kependudukan, Jakarta. Toersilaningsih, Rani, 2011, Analisis Data, Bimtek Penyusunan Profil Kependudukan, Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi, Jakarta Universitas Indonesia. Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2011, DasarDasar Demografi, Jakarta Universitas Indonesia. Bappeda dan Penanaman Modal Kota Tanjungpinang dan BPS Kota Tanjungpinang, 2011, Produk Domestik Regional Bruto Kota Tanjungpinang 2010, Tanjungpinang.
DAFTAR ISI Daftar Isi ....................................................................................................... Daftar Tabel .................................................................................................. Daftar Gambar .............................................................................................. BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ A. Latar Belakang ............................................................................. B. Tujuan .......................................................................................... C. Ruang Lingkup ............................................................................. D. Pengertian Umum Terhadap Istilah Yang Digunakan Dalam Profil ............................................................................................
i iii iv 1 1 1 2 2
3 BAB II GAMBARAN UMUM KOTA TANJUNGPINANG ................................ 3 A. Letak Geografis dan Topografis Kota Tanjungpinang .................. 4 B. Potensi Daerah Kota Tanjungpinang ........................................... 4 1. Wisata ................................................................................... 5 2. Kebudayaan ........................................................................... 6 BAB III SUMBER DATA DAN KOMPONEN KEPENDUDUKAN ....................... 6 A. Sumber Data ................................................................................ 6 B. Komponen Kependudukan .......................................................... 7 BAB IV KUANTITAS PENDUDUK ................................................................... 7 A. Jumlah dan Persebaran Penduduk .............................................. 7 1. Jumlah Penduduk .................................................................. 8 2. Kepadatan Penduduk ............................................................ 10 3. Angka Pertumbuhan Penduduk ............................................ 11 B. Penduduk Menurut Karakteristik Demografi .............................. 11 1. Jumlah dan Proporsi Penduduk Menurut Umur dan Jenis 12 Kelamin .................................................................................. 13 2. Piramida Penduduk ............................................................... 16 3. Komposisi Penduduk ............................................................. 16 C. Komposisi Penduduk Menurut Karakteristik Sosial ..................... 17 1. Penduduk Menurut Pendidikan ............................................ 19 2. Penduduk Menurut Agama dan Kepercayaan ....................... 20 3. Penduduk Menurut Jenis Kecacatan ..................................... 21 4. Penduduk Menurut Status Perkawinan ................................ 22 D. Keluarga 23
..................................................................................................... 1. Jumlah Keluarga dan Rata-Rata Anggota Keluarga ............................. 2. Status Hubungan dengan Kepala Keluarga .......................................... 3. Karakteristik Kepala Keluarga Berdasarkan Umur ............................... 4. Karakteristik Kepala Keluarga Berdasarkan Jenis Kelamin .................. 5. Karakteristik Kepala Keluarga Berdasarkan Status Perkawinan .......... 6. Karakteristik Kepala Keluarga Berdasarkan Pendidikan ...................... 7. Karakteristik Kepala Keluarga Berdasarkan Status Bekerja .................
24 24 25 26 27
29 29 29 30 31 31 32
BAB V KUALITAS PENDUDUK .................................................................................... A. Jumlah dan Proporsi Tenaga Kerja ............................................................ B. Jumlah dan Proporsi Angkatan Kerja (Bekerja dan Menganggur/Mencari Kerja) ..................................................................................................... .... 1. Angka Partisipasi Angkatan Kerja (APAK) ............................................ 2. Jumlah dan Proporsi Penduduk yang Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan ............................................................................................. 3. Pengangguran Terbuka ........................................................................ 4. Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial ............................ BAB VI MOBILITAS PENDUDUK ................................................................................. A. Penduduk Pindah Datang ..........................................................................
34 34 35 37 37 38
B. Penduduk Pindah Keluar ........................................................................... BAB VII PENUTUP ........................................................................................................ A. Kesimpulan ................................................................................................ B. Saran ..................................................................................................... ..... DAFTAR PUSTAKA