Halaman |i
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya lah Laporan Akhir Perencanaan Pembangunan Kelembagaan Riset Kelautan Di Kabupaten Pulau Morotai – Provinsi Maluku Utara ini dapat kami selesaikan. Laporan Akhir ini disusun dengan tujuan untuk mempersiapkan dokumen perencanaan pembangunan Fisik yang direncanakan memperhatikan
untuk sebuah lingkungan binaan baru
dengan
berbagai kaidah keilmuan yang terkait agar dapat memberikan hasil yang
optimal. Secara garis besar, Laporan akhir ini berisi antara lain pendahuluan, kompilasi hasil pengumpulan data-data yang diperlukan, analisa tapak secara makro dan mikro, analisa
program
kebutuhan ruang, dan konsep-konsep yang akan digunakan baik
arsitektural, struktural maupun mekanikal/ elektrikal. Namun demikian, kami menyadari bahwa Laporan Akhir ini masih memiliki kekurangan, sehingga saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan pada laporan selanjutnya. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihakpihak yang telah memberikan kontribusi dan membantu dalam penyusunan laporan ini. Akhirnya, kami mengharapkan semoga hasil dari Laporan Akhir ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
untuk berbagai pihak yang akan menggunakannya,
serta dapat memberikan kontribusi nyata pada umumnya. Amin.
Bandung, Desember 2016
Penulis
H a l a m a n |1-1
1.1 Latar Belakang Perkembangan
teknologi
yang
semakin
pesat
dan
kebutuhan – kebutuhan yang semakin
meningkat, maka dalam upaya memenuhi tuntutan teknologi dan tuntutan kebutuhan dari riset kelautan morotai yang berupaya pemanfaatan sumber daya laut dan pesisir secara berkelanjutan, sekaligus dapat meningkatkan nilai ekonomi sektor kelautan dan perikanan khususnya dan umumnya untuk rakyat indonesia . Indonesia secara geografis merupakan sebuah negara kepulauan dengan dua pertiga luas lautan lebih besar daripada daratan. Hal ini bisa terlihat dengan adanya garis pantai di hampir setiap pulau di Indonesia (± 81.000 km) yang menjadikan Indonesia menempati urutan kedua setelah Kanada sebagai negara yang memiliki garis pantai terpanjang dl dunia Kekuatan
inilah
yang
merupakan potensi
besar
untuk
memajukan
perekonomian Indonesia. Data Food and Agriculture Organization-FAD (2012), Indonesia menempati peringkat setelah China dan India.
ketiga terbesar dunia dalam produksi perikanan
H a l a m a n |1-2
1.2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 45/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara Berdasarkan
tinjauan
terhadap
45/PRT/M/2007 tentang bangunan
Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Pedoman Teknis Pembangunan
dan lingkungan,
persyaratan
bahan
Umum
Nomor
Bangunan Gedung Negara, maka dapat di identifikasi spesifikasi teknis bangunan gedung berdasarkan persyaratan tata
bangunan,
persyaratan
struktur bangunan,
persyaratan
utilitas,
prasarana dan sarana dalam bangunan,
penyelamatan. Untuk lebih jelasnya
mengenai
spesifikasi
teknis bangunan gedung
sebagaimana diuraikan pada paragraf sebelumnya, dapat dilihat pada Tabel 1-1.
persyaratan sarana
H a l a m a n |1-3
Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung Klasifikasi
No
Uraian
A
PERSYARATAN TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN 1. Jarak Antar Bangunan 2. Ketinggian Bangunan
Sederhana
Tidak Sederhana
Keterangan
Khusus
Berdasarkan
Minimal 3 m Maksimum 2 lantai
Minimal 3 m, untuk bangunan bertingkat dihitung berdasarkan
keselamatan,
kesehatan,
pertimbangan keselamatan, kesehatan dan kenyamanan
kenyamanan,
serta
ketentuan
Maksimum 8 lantai (di atas 8 lantai harus mendapat rekomendasi
dalam
Peraturan
Daerah
Menteri Pekerjaan Umum) 3. Ketinggian Langit-Langit
Minimal 2,80 m
4. Koefisien Dasar Bangunan
Sesuai Ketentuan Peraturan Daerah Setempat
5. Koefisien Lantai Bangunan
Sesuai Ketentuan Peraturan Daerah Setempat
6. Koefisien Dasar Hijau
Sesuai Ketentuan Peraturan Daerah Setempat
7. Garis Sempadan
Sesuai Ketentuan Peraturan Daerah Setempat
8. Wujud Arsitektur
Sesuai
fungsi
Minimal 2,80 m
dan
kaidah
pertimbangan dan
setempat tentang Bangunan atau
Sesuai fungsi
Rencana
Tata
Ruang
Wilayah
atau
Rencana
Kabupaten/Kota,
Tata Bangunan dan Lingkungan untuk lokasi yang bersangkutan.
Sesuai fungsi dan kaidah arsitektur
arsitektur sederhana 9. Pagar Halaman
Menggunakan bahan dinding batu bata/bataco (1/2 batu) , besi, baja , kayu, dan bahan lainnya yang disesuaikan dengan rancangan wujud arsitektur bangunan.
10.
B
Kelengkapan Sarana dan Prasarana Lingkungan *)
Dihitung berdasarkan kebutuhan
a. Parkir kendaraan
minimal 1 parkir kendaraan untuk 60 m2 luas bangunan gedung
sesuai
b. Aksesibilitas
tersedia sarana aksesibilitas bagi penyandang cacat
SNI/ketentuan yang berlaku.
c. Drainase
tersedia drainase sesuai SNI yang berlaku
d. Pembuangan sampah
tersedia tempat pembuangan sampah sementara
e. Pembuangan limbah
tersedia sarana pengolahan limbah, khususnya untuk limbah berbahaya
f. Penerangan halaman
tersedia penerangan halaman
PERSYARATAN BAHAN BANGUNAN
fungsi
keramik, vinil, tegel PC
marmer lokal, keramik, vinil, kayu
2. Bahan Dinding Luar
bata, batako diplester dan dicat,
bata,
kaca
dicat/dilapis keramik, kaca, panil
dicat/dilapis keramik, kaca, panil
bangunan
beton ringan
beton ringan
sistem
bata, batako diplester dan dicat,
dan
Diupayakan menggunakan bahan
1. Bahan Penutup Lantai
3. Bahan Dinding Dalam
bangunan
bata,
batako
batako
marmer lokal, keramik, vinil, kayu
diplester bata,
diplester bata,
batako
batako
bangunan
diplester dalam
diplester
Apabila
setempat/
negeri,
termasuk
sebagai pabrikasi
bahan
produksi bahan
bagian
dari
komponen.
tersebut
sukar
H a l a m a n |1-4
No
Klasifikasi
Uraian
Tidak Sederhana
Khusus
kaca, partisi kayu lapis
dicat/dilapis keramik, kaca, partisi
dicat/dilapis keramik, kaca, partisi
gipsum
gipsum
diperoleh
gipsum, kayu-lapis dicat
sesuai,
4. Bahan Penutup Plafond
kayu-lapis dicat
gipsum, kayu-lapis dicat
5. Bahan Penutup Atap
genteng, asbes, seng, sirap
genteng
keramik,
aluminium genteng
gelombang dicat 6. Bahan Kosen dan Daun Pintu
kayu dicat/aluminium
kayu
dipelitur,
anodized kayu
batu belah, kayu, betonbertulang batu K-200
2. Struktur Lantai (khusus untuk beton bangunan gedung bertingkat) 3. Kolom
bertulang
K-200,
baja,
dipelitur,
anodized dan mutu
bertulang
beton
5. Rangka Atap 6. Kemiringan Atap
bertulang
beton
bertulang
K-225
atau beton
K-200,
baja,
beton
bertulang
K-225
lebih,baja,kayu klas kuat II K-200,
baja,
beton
bertulang
K-225
belah,
kayu,
beton- Khusus harus
bertulang
K-225
bertulang
K-225
atau
lebih,baja,kayu klas kuat II atau beton
bertulang
K-225
atau
kayu klas kuat II
lebih,baja,kayu klas kuat II
lebih,baja,kayu klas kuat II
kayu klas kuat II, baja
kayu klas kuat II, baja dilapis anti
kayu klas kuat II, baja dilapis anti
karat
karat
genteng min. 30O, sirap min.22.5,
genteng
min.
30
seng min 15 O
min.22.5, seng min 15 O
O
,
sirap genteng
min.
30
O
,
sirap
min.22.5, seng min 15 O
PERSYARATAN UTILITAS DAN PRASARANA DAN SARANA DALAM BANGUNAN 1. Air Bersih
PAM, sumur pantek
PAM, sumur pantek
PAM, sumur pantek
2. Saluran air hujan
talang, saluran lingkungan
talang, saluran lingkungan
talang, saluran lingkungan
3. Pembuangan Air Kotor
bak penampung
bak penampung
bak penampung
4. Pembuangan Kotoran
bak penampung
bak penampung
bak penampung
5. Bak SeptikTank & resapan
berdasarkan kebutuhan
berdasarkan kebutuhan
berdasarkan kebutuhan
6. Sarana
Pengamanan
Bahaya Kebakaran *) 7. Sumber daya listrik *)
diganti
tidak dengan
persyaratan dengan
fungsi
pengesahan
thp. Mengkuti ketentuan dalam Kep. Meneg. PU No. 10/KPTS/2000 dan Kep. Meneg. PU No. 11/KPTS/2000, serta Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku. PLN, Generator (Penggunaan daya listrik harus memperhatikan prinsip hemat energi)
untuk
daerah
direncanakan
gempa, sebagai
atau struktur bangunan tahan gempa.
lebih,baja,kayu klas kuat II atau beton
harganya
Instansi Teknis Setempat.
bertulang K-225 atau lebih
lebih,baja,kayu klas kuat II
kayu klas kuat II 4. Balok
beton- batu
bertulang K-225 atau lebih
kayu klas kuat II beton
kayu,
dapat
mengurangi
aluminium
belah,
atau
aluminium bahan lain yang sederajat tanpa
PERSYARATAN STRUKTUR BANGUNAN 1. Pondasi
D
keramik,
gelombang dicat
aluminium C
Keteranga n
Sederhana
H a l a m a n |1-5
No
Klasifikasi
Uraian
Sederhana
8. Penerangan
Tidak Sederhana
Khusus
100-215 lux/m2, dihitung berdasarkan kebutuhan dan fungsi bangunan/fungsi ruang serta SNI yang
Keterangan penerangan alam dan buatan
berlaku 9. Tata Udara 10.
Sarana
6-10% bukaan atau dengan tata
6-10% bukaan atau dengan tata
6-10% bukaan atau dengan tata
udara buatan (AC*)
udara buatan (AC*)
udara buatan (AC*)
Transportasi tidak diperlukan
Vertikal *) 11.
Aksesibilitas
untuk bangunan di atas 4 lantai dapat menggunakan Lift sesuai SNI
dihitung sesuai kebutuhan
yang berlaku.
fungsi bangunan
dan
bagi Sesuai ketentuan dalam Per.Men. PU No. 30/KPTS/2006, minimal ramp untuk bangunan klasifikasi
penyandang cacat*)
E
dihitung sesuai SNI yang berlaku.
sederhana.
12.
Telepon *)
sesuai kebutuhan
sesuai kebutuhan
sesuai kebutuhan
13.
Penangkal petir
penangkal petir lokal
penangkal petir lokal
penangkal petir lokal
lebar minimal = 1, 20 m, dan bukan tangga putar
lebar minimal = 1, 20 m, dan bukan tangga putar
PERSYARATAN SARANA PENYELAMATAN 1. Tangga Penyelamatan (khusus lebar minimal = 1, 20 m, dan untuk bangunan bertingkat)
bukan tangga putar
jarak antar tangga maksimum 45 m (bila menggunakan sprinkler jarak bisa 1,5 kali)
*) **)
2. Tanda Penunjuk Arah
jelas, dasar putih huruf hijau
3. Pintu
lebar min.=0,90 m, satu ruang minimal 2 pintu dan membuka keluar
4. Koridor/selasar
lebar min.=1,80 m
lebar min.=1,80 m
lebar min.=1,80 m
pembiayaannya tidak termasuk dalam standar harga satuan tertinggi per-m2, dan dianggarkan tersendiri sebagai biaya non-standar. pembiayaannya tidak termasuk dalam standar harga satuan tertinggi per-m2 bangunan gedung negara, dan dianggarkan tersendiri sesuai dengan harga satuan tertinggi per-m'
bangunan pagar gedung negara
H a l a m a n |1-6
1.2.1 Kaidah-kaidah Konsep Arsitektural Berdasarkan tinjauan terhadap standar Pembangunan yang diperhatikan yaitu sebgai berikut : 1. Standar ruang 2. Kebutuhan Ruang dan Peralatan yang akan digunakan, 3. Fungsi Ruang, 4. Kekuatan Pembebanan Struktur, 5. Estetika bangunan,
H a l a m a n |2-1
2.1 Situasi Lokasi dan Lahan Perencanaan Pada bagian ini, akan menguraikan mengenai lokasi dan luas lahan, aksesibilitas, kondisi fisik dasar di kawasan perencanaan, dan jenis penggunaan lahan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada uraian berikut.
2.1.1 Lokasi dan Luas Lahan Lokasi perencanaan terdapat di Ruas Jalan Juanga Kabupaten Pulau Morotai – Provinsi Maluku Utara, dengan luas ± 10 ha.
Kondisi Site Lokasi Perencanaan Kelembagaan Riset Kelautan. DI Kabupaten Pulau Morotai
H a l a m a n |2-2
2.1.2 Aksesibilitas Jalan Juanga
2.1.3 Kondisi Fisik Berdasarkan sifat lapisan tanah dari koreksi empiris nilai tahanan ujung konus, qc merupakan
akses utama menuju Lokasi Perencanaan Kelembagaan Riset
Kelautan Morotai dengan Akses 2 Jalur, menghubungkan
Jalan
Juanga
ini merupakan ruas jalan yang
arah Jalan Bandar Udara Morotai, yang bersebelahan dengan samudra
pasifik yang direncakan sebagai view bangunan utama.
terhadap nilai friksi tanah, fs menggunakan tabel empiris Schmertman. Lapisan pada kedalaman 0.00 – 5.00 m merupakan lapisan lempung plastisitas tinggi, memiliki konsistensi nilai tahanan ujung konus (qc) berkisar antara 10 – 50 kg/cm2. Pada kedalaman +/- 5,00 m pada setiap titik nilai qc bertambah
hingga 100 kg/cm2,
diperkirakan lapisan ini berupa lensa lempung padat. Kemudian pada kedalaman 6.00 merupakan lapisan lempung sedikit pasiran, dengan, nilai
(qc) dari
60
kg/cm2
hingga
ditemui
lapisan tanah keras berupa pasir
padat/batuan dengan qc >175 kg/cm2 di kedalaman 7.40 m, 8.60m dan 9.00m.
Site Lokasi
H a l a m a n |2-3
Data Pengamatan dan Pengolahan
Pada penyelidikan tanah menggunakan sondir ini, rumus yang digunakan adalah: - Local Friction
Penurunan rumus :
-
σ = P/A, Luas ujung konus = 10 cm2
-
σ = P/10
-
Bacaan1 : 10C=P
-
Bacaan 2 : 10 (C+F) =P
-
Friksi = 10 (C+F) – 10C = 10 F
-
Luas Bikonus = 100 cm3
-
Local Friction (qs) = 10F/100 = 0.1F
qs = 10F/100=0.1 F
Dimana: -
qs : Local friction (kg/cm2).
-
C : Cone Resistance, pembacaan pertama (kg/cm2).
-
(C+F) : Total Resistance, pembacaan kedua (kg/cm2).
-
Friction ( Hambatan Lekat )
Karena yang diamati setiap kedalaman 20 cm, maka -
HL (F) = 0.1x20=2F = 20q
-
Friction = 20 qs (
Friction Ratio Dimana: -
fr = qs/C x 100% fr : Friction Ratio (%). qs : Local friction (kg/cm2). C : Cone Resistance (kg/cm2).
H a l a m a n |2-4
PT.NUSANTARA CITRA
GRAFIK HUBUNGAN TAHANAN KONUS DAN JUMLAH LEKATAN
PILING AND FOUNDATION SPECIALIST SOIL TEST UNIT Perlawanan Konus (Qc) Kg/cm2
Kedalaman (m)
0
50
100
150
0,00
0,00
0,50
0,50 1,00
1,00
1,50
1,50
2,00
2,00
2,50
2,50
3,00
3,00
3,50 300,00
0,00
100,00
200,00
Jumlah Hambatan Pelekat (JHP) Kg/cm2 Perlawanan Konus (qc) S4
Jumlah Hambatan Pelekat (JHP) S4
H a l a m a n |2-5
PT.NUSANTARA CITRA
PILING AND FOUNDATION SPECIALIST SOIL TEST UNIT Perlawanan Konus (Qc) Kg/cm2
Kedalaman (m)
0
50
100
150
0,00
0,00
0,50
0,50 1,00
1,00
1,50
1,50
2,00
2,00
2,50
2,50
3,00
3,00 0,00
100,00
200,00
Jumlah Hambatan Pelekat (JHP) Kg/cm2 Perlawanan Konus (qc) S4
Jumlah Hambatan Pelekat (JHP) S4
3,50 300,00
H a l a m a n |2-6
PT.NUSANTARA CITRA
PILING AND FOUNDATION SPECIALIST SOIL TEST UNIT Perlawanan Konus (Qc) Kg/cm2
Kedalaman (m)
0
50
100
150
0,00
0,00
0,50
0,50
1,00
1,00
1,50
1,50
2,00
2,00
2,50
2,50
3,00 0,00
100,00
200,00
Jumlah Hambatan Pelekat (JHP) Kg/cm2 Perlawanan Konus (qc) S4
Jumlah Hambatan Pelekat (JHP) S4
3,00 300,00
H a l a m a n |2-7
PILING AND FOUNDATION SPECIALIST SOIL TEST UNIT
PT.NUSANTARA CITRA
Perlawanan Konus (Qc) Kg/cm2
Kedalaman (m)
0
50
100
150
0,00
0,00
0,50
0,50
1,00
1,00
1,50
1,50
2,00
2,00
2,50
2,50
3,00
3,00
3,50 0,00
100,00
200,00
Jumlah Hambatan Pelekat (JHP) Kg/cm2 Perlawanan Konus (qc) S4
Jumlah Hambatan Pelekat (JHP) S4
3,50 300,00
H a l a m a n |2-8
PT.NUSANTARA CITRA
PILING AND FOUNDATION SPECIALIST SOIL TEST UNIT Perlawanan Konus (Qc) Kg/cm2
Kedalaman (m)
0
50
100
150
0,00
0,00
1,00
1,00
2,00
2,00
3,00
3,00
4,00
4,00
5,00
5,00
6,00
6,00
7,00 0,00
100,00
200,00
Jumlah Hambatan Pelekat (JHP) Kg/cm2 Perlawanan Konus (qc) S4
Jumlah Hambatan Pelekat (JHP) S4
7,00 300,00
H a l a m a n |2-9
PILING AND FOUNDATION SPECIALIST SOIL TEST UNIT Perlawanan Konus (Qc) Kg/cm2
Kedalaman (m)
0
50
100
150
0,00
0,00
1,00
1,00
2,00
2,00
3,00
3,00
4,00
4,00
5,00
5,00
6,00
6,00
7,00 0,00
100,00
200,00
Jumlah Hambatan Pelekat (JHP) Kg/cm2 Perlawanan Konus (qc) S4
Jumlah Hambatan Pelekat (JHP) S4
7,00 300,00
H a l a m a n |2-10
Analisa Hasil Sondir Nilai perlawanan penetrasi konus semakin besar menunjukkan bahwa tanah semakin keras. Hal tersebut dapat dilihat dari grafik perlawanan penetrasi konus terhadap kedalaman tanah. Dari data hasil percobaan sondir, nilai perlawanan penetrasi konus sangat bervariatif. Pada kedalaman 0 – 1,0 m tanah cenderung Lunak, sedangkan dari kedalaman 1,0 – 2,4 m tanah cenderung keras. Pada kedalaman 2,4 – 8,0 m nilai penetrasi konus cenderung naik tajam. Pada kedalaman 2 m didapat nilai kurva yang semakin tinggi Hal ini diperkirakan karena adanya batu atau tanah keras ),.
Secara umum perubahan nilai hambatan lekat kumulatif terhadap kedalaman adalah konstan. Hal ini terlihat dari grafik jumlah hambatan lekat terhadap kedalaman tanah yang mendekati garis lurus
Jenis tanah didapat dari grafik yang ditentukan dari hasil perbandingan cone resistance (C) dengan friction ratio (Fr).
Secara umum, jenis tanah pada lokasi tes sondir tersebut seluruhnya adalah lempung (clay). sesuai dengan grafik hubungan nilai FR dan nilai qc. dimana korelasi dua nilai tersebut memliki qc relatif kecil dengan nilai geser yang relatif besar. lihat lingkaran merah pada grafik hubungan tahanan konus dan friction ratio
H a l a m a n |2-11
2.2 Penggunaan Lahan Adapun secara viasual mengenai kondisi penggunaan lahan yang saat ini di lokasi kawasan perencanaan
1
Morotai bersebelahan dengan samudra pasifik, dapat dilihat pada gambar di samping. Site perencanaan yang ada saat ini, berdekatan dengan samudra Pasifik, Jenis penggunaan
lahan di sekitar
site perencanaan
terdiri dari jenis penggunan lahan hutan banyak pepohonan kelapa dan tanaman liar
1
H a l a m a n |2-12
2.3 Program Pengembangan Sarana
2.4 Analisis Terhadap Lingkungan Alami
Pada bagian ini akan menetapkan komponen-komponen bangunan di dalam kawasan
Pada bagian ini, akan menguraikan analisis terhadap lingkungan alami di area site
Perencanaan Pembangunan Kelembagaan Riset Kelautan Di Kabupaten Pulau Morotai –
perencanaan yang meliputi :
Provinsi Maluku Utara, Gedung – gedung yang akan direncanakan di kawasan tersebut.
1.
analisis view kawasan perencanaan,
Uraian rincinya, dapat dilihat pada uraian di bawah ini.
2.
analisis topografi kawasan perencanaan,
3.
analisis vegetasi,
4.
analisis arah lintasan matahari dan arah angin.
Perencanaan Pembangunan Kelembagaan Riset Kelautan Di Kabupaten Pulau Morotai – Provinsi Maluku Utara adalah sebagai berikut : a. lahan;
Untuk lebih jelasnya
b. Gedung Block Pusat Riset Kelautan 1. Gedung Kantor, Auditorium 2. Gedung Peneliti, Lab 2. Gedung Workshop
perencanaan, dapat dilihat pada uraian berikutnya.
c.
Gedung Dormitori
d. Gedung Aquarium e.
Rumah Energi / Power House
f.
Gedung IPAL
g.
Infra Struktur Jalan
h.
Kolam Air Tawar dan Filtrasinya
i.
Gazebo
k.
Pos Jaga
l.
Icon Marine
mengenai
analisis
terhadap
lingkungan
alami
di area
site
H a l a m a n |2-13
2.4.1 Analisis View Kawasan Perencanaan
DATA
ANALISIS
Lahan tersebut berupa lahan berkontur, banyak pepohonan kelapa, dan tanaman liar,
Perlu adanya Cut and Fill pada pematangan lahan, dan Pemanfaatan Pemandangan bangunan
bersebelahan dengan samudra pasifik
yang berorientasi ke Samudra Pasifik
H a l a m a n |2-14
2.4.2 Analisis Vegetasi
DATA
ANALISIS
1. Didominasi oleh tanaman pohon kelapa
Perlu penataan jenis tanaman yang disesuaikan dengan fungsi tanaman dan unsur estetika
2. Lahan sedikit berkontur
lansekap 1. Tanaman Pengarah Jalan Contoh : Palm Raja, Cemara dan sejenisnya 2. Tanaman Tabir Contoh : Glodongan Tiang, Bambu dan sejenisnya 3. Tanaman Pelindung Contoh : Angsana, Kamboja, Trembesi
H a l a m a n |2-15
2.4.3 Analisis Arah Lintasan Matahari Dan Arah Angin
DATA
Arah matahari bergerak dari timur ke barat. Sehingga dalam penentuan facade bangunan dan orientasi bangunan terhadap matahari perlu di perhatikan dalam perencanaannya.
ANALISIS
1. Orientasi bangunan terhadap arah matahari diusahakan agar bangunan menghadap ke arah timur laut, tenggara, barat laut, barat daya, untuk mereduksi sinar matahari yang berlebih 2. Bagi bangunan yang menghadap langsung ke arah timur dan barat, di anjurkan di tamani tanaman pelindung yang mereduksi sinar matahri agar cahaya yang masuk ke bangunan tidak berlebih
H a l a m a n |2-16
2.5 Analisis Terhadap Lingkungan Binaan 2.5.1 Analisis Terhadap Kebisingan DATA
1. Lokasi site perencanaan terletak pada Jalan Juanga yang berfungsi sebagai Jalan
ANALISIS
Karena
lsite
akan
diperuntukkan
sebagai
sarana
publik dan private sehingga
Kolektor sehingga area yang berbatasan dengan dengan jalan tersebut (sebelah barat
kebisingan diperhatikan, maka perlu ada pereduksi
site) memiliki tingkat kebisingan yang tinggi
tanaman yang mampu mereduksi suara dan memiliki nilai estetika seperti bambu,
2. Sedangkan untuk area sebelah timur, selatan dan utara, tutupan lahan sekitar masih
glodongan tiang dan sejenisnya
didominasi oleh area permukiman dan areal persawahan yang memiliki tingkat kebisingan yang rendah
`
kebisingan
berupa penanaman
H a l a m a n |2-17
2.5.2 Analisis Aksesibilitas DATA
1. Lokasi site dapat di akses melalui Jalan Juanga 2. Belum terdapat sistem sirkulasi di dalam site, yang ada hanya pohon – pohon kelapa dan tanaman liar
ANALISIS
1. Dalam penyediaan
sirkulasi,
harus
dibedakan
antara
sirkulasi
untuk
kendaraan
bermotor, untuk kendaraan tidak bermotor dan untuk para pejalan kaki. 2. Sirkulasi kendaraan bermotor diarahkan pada bagian barat site dengan batas jalan yang direncanakan 3. Sirkulasi kendaraan tidak bermotor dan pejalan kaki di sediakan hampir di seluruh site perencanaan untuk mempermudah mobilitas orang yang ada di dalamnya
H a l a m a n |2-20
2.5.3 Analisis Drainase DATA
Belum terdapat sistem saluran drainase, yang ada hanya saluran utama dari jalan Juanga.
ANALISIS
Sistem saluran drainase berorientasi ke saluran badan air penerima dan diarahkan ke rencana titik kolam-kolam buatan
H a l a m a n |3-1
3.1 Landasan Umum Perencanaan Fisik Pengembangan Morotai sebagai berikut: 1. Perencanaan Morotai yang berpusat pada pengembangan keilmuan sumber daya berkelanjutan, dan teknologi. 2. Perencanaan penataan ruang fisik dan ruang terbuka dengan konsep konservasi alam dan area pinggiran 3. Keselarasan penataan ruang dengan konteks
lingkungan
wilayah sekitarnya, sesuai
dengan daya dukungnya. 4. Penciptaan kolaborasi inter-disiplin melalui ruang dan sarana bersama yang fleksibel 5. Perencanaan sarana dan prasarana sesuai dengan zona Privat, Publik, Wisata 6. Perencanaan
sistem
jaringan
jalan
dan
sistem
transportasi
serta
komunikasi
pedestrian yang efisien dengan skala manusia yang memberikan suasana sosial yang kondusif 7. Perencanaan pelayanan infrastruktur yang relevan dengan bangunan dan lingkungan
H a l a m a n |3-2
3.2 Konsep Arsitektural Konsep yang di terapkan pada Perencanaan Pembangunan Kelembagaan ini adalah : 1. Pada Enterance di buat satu arah dengan didalam Perencanaan terdapat beberapa lingkaran untuk menuju tempat / bangunan Perencanaan Kelembagaan Morotai tersebut.dan jalur alternatif untuk pengembangan berikutnya. 2. Untuk Parkir utama sudah disediakan di depan, dengan tujuan menertibkan jalur pedestrian dan jalur kendaraan, jika parkir di dalam tidak mencukupi untuk kebutuhan parkir Riset Kelautan Morotai
H a l a m a n |3-4
Massa Bangunan dan Sistem Ruang Terbuka Pilihan massa besar berupa tower akan memberikan respon yang rendah terhadap ‘uncertainty’
dalam
kebutuhan
kapasitas
dan
pertumbuhan
kapasitas
secara
inkremental. Demikian pula pilihan massa yang terlalu kecil dan bertingkat rendah memberikan penciptaan
kesan
arsitektural
bentukan
yang
kuat.
Dibutuhkan
suatu
keseimbangan
massa dan ruang luar yang cukup memberikan
nuansa
arsitektural yang baik yang dapat menjadi tengaran kawasan Riset Kelautan. Massa bangunan memiliki konsep gedung panggung dan nuansa merah marun. Lantai dasar di tinggikan 1 lantai dengan tujuan agar bangunan terhindar dari banjir, Selain
itu lantai
dasar bangunan
bersosialisasi antar mahasiswa.
panggung
dapat digunakan
untuk
sarana
H a l a m a n |3-5
Pilihan Sistem Bangunan a.
)
Penataan bangunan yang mengalir
mendukung upaya pelestarian dan peningkatan kualitas ruang terbuka hijau yang
ditentukan oleh aspek pemanfaatan prinsip hemat energi dari segi penerangan
telah ada yang menjadi ciri khas dari Riset Kelautan sub urban ini 4. Penerapan
Panjang bangunan menentukan pencapaian vertikal
jarak pencapaian ke setiap ruang dari titik
serta ditentukan
pula oleh standard penanggulangan
kebakaran. c.
eksisting sehingga dapat
Tebal bangunan selain ditentukan oleh konfigurasi ruang dalam bangunan juga dan penghawaan.
b.
di antara pepohonan
lnfrastruktur Hijau
ruang-ruang terbuka berkelanjutan
(Green Infrastructure)
bentukan masa dan
yang menentukan aspek estetika arsitektural pengolahan tata letak
bangunan.
penerapan
hijau dan ruang antar bangunan yang berkualitas tinggi,
dan multifungsi sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi proses
lingkungan. Melalui mempertahankan aktivitas
konsep ruang- ruang
ini
diharapkan
yang terdesain
Teknologi Bangunan Berkelanjutan
dapat
dengan baik
oleh Green Council Indonesia
5. Penghematan
air dilakukan
dengan pemanfaatan
dan ruang luar yang didefinisikan dalam wujud pilihan pilihan bentukan massa serta
sumber
pilihan bahan bangunan yang memenuhi tujuan-tujuan hemat energi dan biaya
dalam pemeliharaan ruang luar dan lansekap.
air limpasan
bagi penggelontoran, pembersihan dan penyiraman
penerimaan yang rendah. Beberapa kategori ruang publik dalam bangunan dapat direncanakan sedemikian rupa untuk memanfaatkan pencahayaan dan penghawaan alami.
solar panel ataupun pemanfaatan
energi dengan memanfaatkan
energi angin merupakan
tantangan
dalam
perencanaan elemen arsitektural bangunan dan lansekap.
3.3 Konsep Sistem Ruang Luar dan Lansekap Konsep sistem ruang luar dan lansekap mengakomodasi konteks lingkungan di - Maluku Utara yang relatif kering dan daya dukung tanah,serta
kehadiran
sejumlah
besar
tegakan- tegakan yang harus dilestarikan. luar
dan massa bangunan
2. Pola land use yang kompak terintegrasi yang memberikan peluang kepada skala pedestrian dalam komunikasi antar bangunan
untuk
dan
dinamika
berkaitan
dengan penciptaan konsep hijau pada lingkungan binaan
Pilihan Teknologi Banguan berkelanjutan merupakan tujuan perencanaan bangunan
Demikian pula kemungkinan menggunakan alternatif
menciptakan
Riset Kelautan (belajar, bekerja, tinggal dan rekreasi). Pada lampiran dapat
dilihat konsep Greenship yang dikeluarkan
1. Penataan ruang
melalui
penciptaan tempat (place making) dan bagi kehidupan sosial Riset Kelautan dan
Selanjutnya pilihan sistem bangunan akan menentukan ruang luar
konsep
Gambar Ilustrasi Suasana Ruang Luar
hujan sebagai
tanaman, terutama
H a l a m a n |3-6
Perencanaan Infrastruktur Hijau Visi yang hendak diciptakan melalui penerapan konsep arsitektur hijau di dalam Riset Kelautan MOROTAI adalah menciptakan ruang terbuka hijau dan jalur hijau yang bersifat multifungsi yang dapat memberikan nilai tambah baik itu bagi komunitas (Riset Kelautan dan Luar Riset Kelautan) maupun lingkungan alam di dalam Riset Kelautan. Tujuan dari penerapan konsep infrastruktur
hijau adalah agar lingkungan
Riset Kelautan dirancang sedemikian rupa sehingga menjadi lingkungan binaan yang tetap berfungsi sebagai bagian yang menyatu dengan ekosistem alam di sekitarnya dan bukan merupakan bagian yang terpisah daripadanya. Konsep Infrastruktur hijau dalam prakteknya meliputi: a. Pengaliran limpasan air hujan dari talang atap ke taman b. Jalur Hijau Penyangga c. Peresapan/Biopori. d. Kantung-kantung Lahan Basah e. Penampungan air hujan f.
Bioretension
g. Jalur hijau disisi jalan dan reboisasi h. Atap hijau i.
Parit Hijau
j.
Perkerasan yang berpori untuk peresapan
Tabel Kesesuaian Tata Guna Lahan Terhadap Fungsi – fungsi Infrastruktur Hijau
H a l a m a n |3-7
Manfaat dari masing-masing fungsi infrastruktur hijau dan lokasi yang paling sesuai untuk penerapannya dalam suatu tata guna lahan dapat dilihat dalam tabelberikut.
Tabel Manfaat dan Kesesuaian Lokasi dari Fungsi-Fungsi Infrastruktur Hijau
H a l a m a n |3-8
Gambar 3.5 Skematik Pemanfaatan Limpasan Air Hujan dan resapan pada area dekat bangunan
Gambar 3.6 Skematik Pemanfaatan Limpasan Air Hujan dan Resapan pada Area Parkir
H a l a m a n |3-10
3.4. Rencana Ruang Terbuka/Hijau Konsep penataan ruang terbuka hijau adalah sebagai berikut: •
Memanfaatkan lahan terbuka yang terbagi ke dalam taman di dalam persil, jalur
Jalur Hijau / Pepohonan -
hijau jalan/tepi jalan, dan ruang pedestrian.
Ruang terbuka dapat difungsikan sebagai faktor pembentuk
lingkungan dan
kenyamanan lingkungan, yang berupa taman dan jalur hijau -
Penempatan pohon pada tepi jalan perlu memperhatikan lebar jalan dan berm (pembatas jalan biasanya berwarna hitam putih), serta kecepatan minimum dari kendaraan yang lewat.
-
Penempatan pepohonan tidak mengganggu kendaraan dan pejalan kaki.
-
Memperhatikan
intalasi-intalasi yang ada baik diatas maupun dibawah berm,
maksudnya agar perakaran dari pohon tidak terlalu mengganggu instalasi tersebut. Gambar Ilustrasi Ruang Terbuka Hijau
•
Mempertegas aksis utama dengan penanaman vegetasi sepanjang jalur utama dengan fungsi sebagai pengarah menuju areal yang sekaligus berfungsi estetis. Nilai estetis
tersebut
diperoleh dari perpaduan antara warna (daun, batang,
-
Jarak penanaman agar tercapai pertumbuhan sempurna dari pohon pelindungnya.
-
Arah cahaya matahari, pertimbangan ini dimaksudkan agar supaya bangunan tetap mendapatkan cahaya matahari yang cukup.
-
Pepohonan yang ditanam pada tikungan atau area yang mengganggu penglihatan pejalan kaki dan pengguna kendaraan tingginya tidak boleh lebih dari 6 m.
bunga), bentuk fisik tanaman (batang, percabangan, dan tajuk), tekstur tanaman, Adapun jenis-jenis vegetasi yang dikembangkan di kawasan studi secara morfologi
komposisi tanaman, dan skala tanaman. •
Penanaman vegetasi peneduh di pinggir jalan yang mempunyai jenis perakaran yang relatif dalam sehingga tidak mengganggu pergerakan pejalan kaki, tidak
terbagi ke dalam beberapa kategori, diantaranya pohon, perdu, semak, dan rumput dengan fungsi/karakteristiknya masing-masing.
merusak struktur perkerasan jalan setapak, serta mempunyai kanopi yang cukup rindang. Selain itu, jenis vegetasi yang dipilih dapat mempunyai nilai estetis tinggi. •
Pemilihan vegetasi dengan morfologi pohon, perdu, dan rumput yang mempunyai nilai
lokalitas
tinggi
sehingga
mempunyai
daya
tahan
yang
tinggi
serta
berkontribusi terhadap keseimbangan ekologis kawasan. Sebisa mungkin diperoleh dari nursery/tempat pembibitan tanaman setempat. •
Vegetasi yang dipilih seminimal mungkin tidak membutuhkan perawatan intensif seperti pemangkasan dan pembibitan berkala sehingga dapat meminimasi biaya perawatan.
•
Penanaman vegetasi tertentu sebagai focal point yang memberi aksentuasi pada
tempat/sudut tertentu, baik
Penanaman
dengan bentuk atau warna
jalan dan tingkungan.
yang mencolok.
pepohonan
pada
area persimpangan
Penempatan pohon pada area pejalan kaki dan menciptakan area bebas terhadap jalan, sehingga tidak mengganggu lalu-lintas kendaraan.
H a l a m a n |3-11
Gambar Pohon Tanjung Untuk Peneduh dan Pemberi Arah
Deretan Pohon Tanjung ini bisa digunakan sebagai Peneduh dan juga pengarah Jalan pada sepanjang jalan primer dan sekunder.
Jenis Vegetasi yang Cocok ditanam Di Kawasan Studi
Untuk jalur hijau jalan, RTH dapat disediakan dengan penempatan tanaman antara 20– 30% dari ruang milik jalan (rumija) sesuai dengan klas
jalan. Untuk menentukan
pemilihan jenis tanaman, perlu memperhatikan 2 (dua) hal, yaitu fungsi tanaman dan persyaratan penempatannya.
H a l a m a n |3-12
Pada jalur tanaman tepi jalan 2) Penyerap polusi udara
1) Peneduh a) Ditempatkan pada jalur tanaman (minimal 1,5 m dari tepi median);
a) Terdiri dari pohon, perdu/semak;
b) Percabangan 2 m di atas tanah;
b) Memiliki kegunaan untuk menyerap udara;
c) Bentuk percabangan batang tidak merunduk;
c) Jarak tanam rapat;
d) Bermassa daun padat;
d) Bermassa daun padat.
e) Berasal dari perbanyakan biji; f) Ditanam secara berbaris; g) Tidak mudah tumbang. Contoh jenis tanaman:
Contoh jenis tanaman: a) Angsana ( Ptherocarphus indicus) b) Akasia daun besar ( Accasia mangium) c) Oleander ( Nerium oleander)
a) Kiara Payung ( Filicium decipiens)
d) Bogenvil ( Bougenvillea Sp)
b) Tanjung ( Mimusops elengi)
e) Teh-tehan pangkas ( Acalypha sp)
c) Bungur ( Lagerstroemia floribunda)
Gambar Ilustrasi Skema Pohon Peneduh
Gambar Ilustrasi Skema Pohon Penyerap polusi udara
H a l a m a n |4-1
4) Pemecah angin a) Tanaman tinggi, perdu/semak; b) Bermassa daun padat; c) Ditanam berbaris atau membentuk massa; d) Jarak tanam rapat < 3 m. Contoh jenis tanaman: a) Cemara ( Cassuarina equisetifolia) b) Mahoni ( Swietania mahagoni) c) Tanjung ( Mimusops elengi) d) Kiara Payung ( Filicium decipiens) e) Kembang sepatu ( Hibiscus rosasinensis)
H a l a m a n |4-1
4.1 Konsep Infrastruktur Secara Umum : Green Building Konsep hijau akan di terapkan pada seluruh penngembnagnan infrastruktur di dalam Masterplan Perencanaan baik itu dalam sistem drainase dan jalan, sistem penyediaan air bersih, sistem pengolahan limbah cair dan padat, sistem mekanikal elektrikal
dan
sistem komunikasi di dalam Riset Kelautan. Di dalam konsep hijau, infrastruktur, desain dan sistem di buat semirip mungkin dengan ekosistem, dimana energi di manfaatkan secara efisien dan materi di manfaatkan dari suatu entitas dan entitas yang lain dalam sistem siklus. Berikut adalah prinsip konsep hijau yang akan di terapkan : 1. Efisiensi Energi Efisiensi energi di ciptakan melalui mengurangi konsumsi di dalam bangunan, sebagian dari kebutuhan
energi di dalam bangunan di penuhi melalui sumber energi yang
terbarukan, serta secara berkala memeriksa dan memonitor kinerja dari sistem bangunan. 2. Penggunaan Energi Terbarukan Meminimalisasi penggunaan bahan bakar fosil dan memanfaatkan semaksimal mungkin sumber energi terbarukan yang tersedia di dalam meliputi : sinar matahari, angin, air, panas bumi, dan biomasa. 3. Efisiensi Penggunaan Sumberdaya Efisiensi sumberdaya diantaranya melalui efisiensi penggunaan air, efisiensi dilakukan melalui : meminimalisasi penggunaan air bersih yang di peroleh dari tanah dan PDAM untuk pengairan atau penyiram tanaman. Selain itu, efisiensi juga dapat dilakukan dengan mempertimbangkan penggunaan air limbah yang masih layak pakai seperti air kondensasi AC, air bekas wudhu, atau air hujan sebagai sumber air untuk keprluan penyiraman tanaman atau untuk pengontrolan tiolet. Mengurangi konsumsi air secara keseluruhan
didalam bangunan akan juga dapat meningkatkan
sumberdaya dalam hal ini penggunaan air bersih.
efisiensi
bangunan
H a l a m a n |4-1
4. Zero-waste production : siklus materi Konsep Zero-waste
production tidak hanya berhubungan
pemanfaatan sumberdaya, sistem.
Limbah
tetapi
juga
penerapan
siklus
dengan efisiensi materi
di dalam
yang hasilkan oleh suatu subsistem harus dapat di jadikan
sebagai sumber daya bagi subsistem yang lainnya. Konsep seperti Recycle dan reuse adalah penerapan dari siklus materi dan efisiensi pemanfaatan sumber daya dalam konsep Hijau.
H a l a m a n |4-2
PROGRAM RUANG G.AKUARIUM
PROGRAM RUANG G.RISET
H a l a m a n |4-3
PROGRAM RUANG G.DORMITORI (R.DINAS) 4.2 Persiapan Lahan dan Drainase Beberapa permasalahan
perencanaan
yang di tenggarai
akan muncul
dalam perencanaan
pekerjaan tanah dan drainase dalam hal ini meliputi: •
Konsep perencanaan lansekap kawasan oleh arsitek
•
Kordinasi
penentuan
level
jalan
dalam
sistem
jalan
perkotaan
dengan
system’
dengan
keseimbangan pekerjaan tanah di dalam Riset Kelautan •
Penyelarasan perencanaan sistem drainase perkotaan.
•
Perencanaan
‘substanaible
dengan
drainage
retention
penampungan run-off drainage dalam kawasn Riset Kelautan sebagai cadangan sistem pemadam kebakaran, kebersihan dan penyiraman lansekap serta estetika lanskap (mikroclimate).
Dalam
hal
ini
kordinasi
perlu
dilakukan
dengan
perencanaan senitasi
lingkungan dan mekanikal. Analisis yang perlu di lakukan dalam kajian rekayasa master plan pekerjaan tanah dan drainase adalah sebagai berikut :
4.2.1 Perencanaan Penyiapan Lahan Berdasarkan data elevasi yang telah di rencanakan , peta topografi dan beberapa kriteria yang telah di tentukan
kemudian di lakukan penggambaran master gradingplan dan potongan
yang dapat di lihat di dalam lampiran. Pekerjaan Tanah Beberapa tahapan yang di lakukan dalam pengerjaan tanah adalah sebagai berikut : •
Pembersihan lahan adalah pekerjaan pembukaan lahan dengan cara menebang pohon besar dan membersihkan pekerjaan selanjutnya.
lahan dari semak ataupun rerumputan sebelum dilakukan
H a l a m a n |4-4
•
Pengupasan adalah pengupasan lapisan atas tanah hingga mencapai tanah dasar untuk melaksanakan pekerjaan – pekerjaan selanjutnya.
•
Tahapan pekerjaan ini
dilaksanakan di lokasi galian maupun dilokasi penimbunan untuk mmenghilangkan
untuk mendapatkan hasil pekerjaan tanah yang baik di perlukan pegujian terhadap kualitas
lapisan humus.
tanah yang akan di pergunakan sebagai bahan timbunan.
Penggalian adalah pekerjaan yang dilakukan apabila ketinggian tanah yang ada lebih tinggi dari ketinggian tanah yang di rencanakan. Dalam pekerjaan galian ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya yaitu: keadaan tanah baik basah maupun kering, bentuk dan ukuran galian, jenis tanah dan peralatan yang ada
•
Pengujian tanah
Penimbunan adalah pekerjaan yang dilakukan apabila ketinggian tanah yang ada lebih rendah dari ketinggian
tanah yang di butuhkan sehingga di perlukan
Berdasarkan tempatnya, pengujian tanah dapat dilakukan baik dilapangan maupun di laboratorium. Untuk pekerjaan pematangan lahan dimana terdapat pekerjaan pemadatan tanah di perlukan suatu pengujian untuk mengetahui tingkat kepadatan yang ada serta tingkat kepadatan tanah setelah di lakukan pengerjaan.
Grading (Pelandaian) Perencanaan grading harus dipertimbangkan dari tahap awal, dengan tujuan utama untuk •
penambahan volume tanah.
Mengembangkan tapak bangunan yang menarik, sesuai dan ekonomis.
Adapun faktor yang mempengaruhi pekerjaan penimbunan hampir sama dengan faktor – faktor yang mempengaruhi pekerjaan galian •
•
Pemadatan adalah pekerjaan yang dilakukan apabila untuk menyusun kembali letak butir tanah sehingga di capai letak butir yang rapat.
penmggunaan dan pemeliharaan •
Pemadatan yang efisiensi memungkinkan peningkatan daya dukung dan stabilitas dari sebuah bidang tanah urugan dan juga dapat meningkatkan
kekedapan
Memberikan pencapaian yang aman, nyaman dan fungsional ke seluruh tapak untuk
Membagi
pelimpasan
permukaan
dari
tapak
tanpa
mengakibatkan
erosi
dan
sendimentasi •
maupun dalam hal menghilangkan plesekan tanah secara praktis.
Membagi
limpasn
air
permukaan
maupun
air
bawah
permukaan
menjauhi
bangunan dan perkersan trotoar untuk menghindari kejenuhan lapisan dasar yang dapat merusak struktur bangunan dan melemahkan perkerasan. •
Menghindari
timbulnya
penampang
bergelombang
untuk
jalan,
trotoar
dan
perkerasan lainnya. •
Menghindari pembuatan bantaran tanah yang memerlukan yang tinggi, kecuali benar-benar
biaya pengendalian erosi
tempat yang di perlukan sebagai pengganti dinding
penahan. •
Menetapkan
pelandaian
ahkir
setinggi
mungkin
pada
tempat-tempat
di
temukannya batu di dekat permukaan tanah, sehingga mengurangi biaya galian utilitas dan galian lainnya serta menyempurnakan kondisi bagi tumbuh vegertasi.
H a l a m a n |4-5
4.2.2 Perencanaan Sistem Drainase
adanya air tanah. Air tanah pada umumnya digunakan apabila kondisi air permukaan tidak
A.
mencukupi. Hal ini karena pengisian kembali air tanah memerlukan waktu yang relatif sangat
Pendahuluan
Riset Kelautan MOROTAI - Maluku Utara memiliki lahan seluas 10 Ha. Pada saat ini
lama apabila di bandingkan dengan pengisisan air permukaan.
sebagian besar lahan masih merupakan lahan terbuka. Di rencanakan Riset Kelautan ini akan
Dengan memperhatikan hal-hal yang di atas maka perubahan penggunaan lahan di Riset
di kembangkan sehingga pada ahirnya lahan akan berupa gedung / bangunan dan jalan
Kelautan MOROTAI - Maluku Utara diantisipasi dalam hal drainase, sehingga limpasan permukaan
akan meliputi
yang terjadi dapat di kendalikan serta air permukaan yang ada tersebut dapat di
60% dari luas keseluruhan
perubahan
keadaan lahan ini akan berpengaruh
pada
manfaatkan sebagai air baku untuk memenuhi kebutuhan air. selain dari pada itu,
besarnya limpasan permukaan di lokasi ini. Mengingat perubahan yang ada akan
pengembangan air drainase dapat mendukung upaya konservasi air dan lahan. Perencanaan dasar
meningkatkan
drainase kawasan secara garis besar akan mencakup :
fraksi
luas
lahan kedap air maka jumlah
limpasan
permukaan
di
perkirakan meningkat. Peningkatan jumlah aliran permukaan ini akan mengakibatkan
1. Penentuan zona drainase.
peningkatan debit puncak banjir serta erosi.
2. Penentuan jaringan drainase.
Dengan maka
adanya akan
kebutuhan
rencana
di perlukan
pengembangan penyedia
Riset Kelautan
MOROTAI
- Maluku Utara,
air baku,. Air baku ini selain di perlukan
untuk
konsumsi juga di perlukan dalam rangka penunjang kegiatan misalnya
laboratorium, serta pemeliharaan. MOROTAI Karang memanfaatkan
Pada
saat
ini
kebutuhan
air
di
Riset Kelautan
3. Perhitungan karakteristik hidrologi kawasan. 4. Perhitungan kebutuhan kapasitas saluran drainase. 5. Perhitungan kebutuhan bangunan-bangunan drainase. B. Penentuan zona drainase Penentuan zona drainase di lakukan berdasarkan kondisi topografi lahan dan batas-batas fisik yang memisahkan zona drainase, misal: jalan dan bangunan. Penentuan harapkan
dapat mengalirkan
limpasan
permukaan
di
dengan jalur yang terpendek, sehingga
tidak terjadi genangan. Zona drainase di Kawasan Masterplan Perencanaan Kelembagaan Riset Kelautan Morotai 1 Zona Drainase di Kawasan Masterplan Perencanaan Kelembagaan Riset Kelautan Morotai
zona drainase
H a l a m a n |4-7
c. Grafik Iklim
Pada suhu rata-rata 27.8 °C, Oktober adalah bulan terpanas sepanjang tahun. Di 26.4 °C rata-rata, Januari adalah bulan terdingin sepanjang tahun. E. Tabel Iklim
Tabel Iklim Gambar Grafik Iklim Presipitasi terendah di Agustus, dengan rata-rata 38 mm. Pada Januari, presipitasi
Di antara bulan terkering dan bulan terbasah, perbedaan dalam presipitasi adalah 241 mm. Variasi dalam suhu tahunan adalah sekitar 1.4 °C.
mencapai puncaknya, dengan rata-rata 279 mm.
Perhitungan Debit Air
D. Grafik Suhu
Untuk perhitungan debit aliran pada lahan dengan luas kurang dari 50 Hektar dapat menggunakan Persamaan debit rasional. 1
Q = 3,6 �� . ��. 𝐴
Dengan :
Gambar Grafik Suhu
Q
: Debit dalam m3/s
C
: Koefisensi Limpasan
I
: Intensitas Hujan, mm/jam
A
: Luas lahan, Hektar
H a l a m a n |4-8
Di rencanakan kebutuhan air bersih bagi seluruh bangunan akan di catu oleh jaringan air
4.3 Sistem Air Bersih dan Sanitasi Lingkungan Kajian dan perencanaan sistem air bersih dan senitasi lingkungan dalam master plan berdasarkan hasil analisis pemrograman sarana Riset Kelautan oleh arsitek. Prinsip dalam
bersih PDAM - Maluku Utara
dan penampungan
aliran sungai
dan air hujan ke
dalam chekdam.
perencanaan infrastruktur yang sustainable dalam sarana yang tumbuh secara bertahap
Untuk menampung air bersih akan di sediakan tangki di bawah tanah (ground Reservoir)
perlu di terapkan dalam perencanaan sistem air bersih dan senintasi lingkungan.
di masing-masing bangunan yang di rancang untuk menampung kebutuhan 1 hari oprational,
Kajian air bersih dan senintasi lingkungan meliputi :
penyiraman
tanaman
dan
cadangan
pemadam
kebakaran
dengan
penggunaan water level control agar cadangan untuk pemadam tidak terpakai. Sistem distribusi air bersih untuk gedung ini di lakukan dengan pompa pelayanan (booster
4.3.1 Kajian Kebutuhan Penyediaan dan Distribusi Air
pump) yang di lengkapi dengan tangki tekanan (pressure tank) yang secara langsung
Kajian penyedaiaan dan distribusi air bersih meliputi kajian sebagai berikut:
menyalurkan air dari tanki bawah tanah menuju masing-masing fixture.
• Kenutuhan air bersih untuk berbagai sarana bangunan dalam kawasan Riset Kelautan.
Perintah pengoprasian pompa dilakukan secara otomatis dilakukan oleh pressure switch
• Kebutuhan air bersih untuk fungsi laboratorium khusus.
unit pompa pelayanan yang beroprasi secara bergantian. Presure tank di gunakan agar
• Kebutuhan air untuk sistem pemadam kebakaran.
pompa tidak terlalu sering beroprasi start-stop.
yang mendeteksi penurunan tekanan di dalam sistem pemipaan distribusi. Di gunakan 3
• Kebutuhan air untuk penggelontoran, penyiraman tanaman dan kebersihan.
Parameter perencanaan yang di gunakan adalah sebagai berikut :
• Kajian sistem distribusi dan reservoir. Perencanaan
sistem/prasarana
senitasi
di
dasarkan
atas
peraturan-peraturan
dan
standar-standar serta referensi-referensi sebagai berikut :
Untuk Riset Kelautan MOROTAI - Maluku Utara maksimum air bersih yang dapat di peroleh adalah sekitar 6 liter per detik. Mempertimbangkan keterbatasan air bersih
• Pedoman plumbing indonesia 1979. • Peraturan
pokok teknik penyehatan
mengenai
air minum dan air buangan,
rancangan 1968 dirjen ciptakarya, direktorat teknik penyehatan. • Peraturan instalasi air minum dari pam jawa barat. • Algemeene voorwarden voor drink water instalatir (AVWI). • Peraturan
mentri
kesehatan
republik
mindonesia
N0.173/Men.kes/per/VIII/77,
ini. Oleh karena itu, konsep yang akan di terapkan untuk sitem air bersih adalah rain water harvesting dimana seluruh di
olah
dan
air masuk ke dalam lahan di tampung
untuk
di ditribusikan ke dalam bangunan-bangunan. Konsep ini sebagai
penunjang dari supplai air bersih PDAM. Kebutuhan air bersih setip orang dalam sehari sangat tergantung dari jenis fasilitas
tentang pengawasan pencemaran air dari badan air untuk berbagai kegunaan
/penggunaan lahan selain taman atau daerah terbuka. Unit konsumsi untuk berbagai
yang berhubungan dengan kesehatan.
kegiatan dan fasilitas tertera dalam tabel di bawah ini.
• Peraturan perburuhan departemen tenaga kerja. •
A. Jumlah kebutuhan air bersih.
Peraturan-peraturan lain yang berlaku setempat.
H a l a m a n |4-9
Tabel Kebutuhan Air Bersih Pada Setiap Gedung Jenis kegunaan lahan/fasilitas
Unit
konsumsi
(Ltr
/orang/hari) GEDUNG RISET
150 (Ltr / orang / hari )
GEDUNG DORMITORI
100 (Ltr / orang / hari )
GEDUNG AQUARIUM
10 (Ltr / orang / hari )
B. Faktor prilaku
•
Kebutuhan harian Untuk
memenuhi
fluktuasi
pemakaian
air
harian
dan
mengakomodasikan
flexibilitas dalam pembangunan, maka perlu di tambahkan faktor puncak sebesar 115% •
Kebutuhan Jam-man Gambar Sistem Air Bersih
Dalam memenuhi fluktuasi kebutuhan air jam jaman harus di perhitungkan dengan penambahan faktor puncak sebesar 200% C. Distribusi dan reservoir Air dapat didistribusikan secara grafitasi, langsung dengan pemompaan atau pompa di lengkapi dengan reservoir (tandon)
Grafitasi Sistem ini dapat di aplikasikan apabila sumber air berada di ketinggian yang lebih (cukup)
dari daerah pelayanannya.
Ini merupakan
diandalkan, namun perlu di berikan proteksi distribusi. Pemompaan langsung
metode
yang paling dapat
yang baik terhadap
pipa saluran
H a l a m a n |4-10
D. Perhitungan reservoir
Pemompaan dengan reservoir Sistem ini merupakan sistem yang paling sering kita temukan di lapangan. Air di pompa dengan debit yang hampir rata ke dalam reservoir, dimana reservoir di rancang untuk
dapat menyimpan
air dalam kapasitas
tertentu
yang melebihi
kebutuhan air rata-rata. Kemudian air dalam reservoir didistribusikan menuju daerah pelayanan. Dalam kondisi kebutuhan puncak, air yang tersimpan dalam reservoir akan
Volume reservoir diperhitungkan berdasarkan surplus dan deficit suplay rata-rata terhadap pemakaian air. volume air bersih yang di butuhkan setiap harinya akan di tampung di ground dan elevator reservoir, untuk menghemat pemakaian pompa distribusi air. Adapun pembagian volume ground dan elevated reservoir adalah : •
memperbesar debit pompa distribusi. Hal ini membantu menyeimbangkan tingkat pemompaan transmisi dan mempertahankan tekanan yang seragam dalam sistem.
Volume ground reservoir
=
kebutuhan operasional 1 hari + cadangan
kebakaran •
Volume elevated reservoir = (20-30)% x Kebutuhan Volume reservoir Total
• Volume reservoir untuk kebutuhan domestik di hitung dengan cara : Q rata-rata
C. Kriteria perancangan pipa dan jaringan Berikut ini standar-standar umum yang di rekomendasikan dalam perancanangan
x 0,5 x (jumlah prosentase deficit + surplus)
pipa bertekanan dan jaringannya : • Tekanan dalam jaringan pipa tidak boleh lebih dari 75m dan tidak boleh kurang dari 15 m • Sistem distribusi dibuat loop sehingga terjadi kseimbangan dalam tekanan dan aliran. • Luas area loop primer tidak boleh berdiameter lebih dari 3.0 km dan loop sekunder tidak boleh melebihi 1.6 km. • Sebaiknya menggunakan pipa baja. •
Kecepatan minimum agar tidak terjadi pengendapan ialah 0.6m/det.
•
Kecepatan maksimum untuk mencegah scouring ialah 3.0m/det.
•
Pipa yang berada di elevasi
yang tinggi dan mempunyai
kemungkinan
terjadinya perangkap air di dalamnya harus di lengkapi dengan air release valve. •
Pipa yang melalui sungai atau danau harus di lengkapi dengan jembatan pipa atau syphon.
•
Untuk mencegah kelebihan tekanan air yang tinggi maka perlu di lengkapi dengan pressure reducing valve.
GAMBAR GWT
H a l a m a n |4-11
4.3.2 Kajian Sistem Pengelolaan Limbah Cair Kajian timbul dan pengumpulan limbah cair meliputi : • Kajian timbulan air kotor dari sistem sarana sanitasi bangunan. • Kajian timbulan limbah cair dari sarana laboratorium dan workshop A. Parameter yang di gunakan dalam perancanaan Berikut ini merupakan parameter yang perlu di pertimbangkan dalam perencanaan : 1. Unit timbulan air buangan Unit timbulan air buangan dengan mengacu pada jenis penggunaan lahan dan atau bangunan tersebut
secara rinci unit timbulan
untuk
bermcam-macam
penggunaan lahan / bangunan di jelaskan dalam unit timbulan air buangan untuk berbagai jensi penggunaan lahan. Tabel Unit Timbulan Air Limbah
Jenis kegunaan lahan /fasilitas
produksi air buangan (80% air bersih)
4M3
GEDUNG RISET GEDUNG DORMITORI GEDUNG AQUARIUM
satuan I/o/h I/o/h
2 M3 2M3
I/o/h
H a l a m a n |4-12
Sistem sanitasi yang akan di aplikasikan tergantung dari kualitas efluen yang di syaratkan. Tabel di bawah ini menampilkan syarat level konsentrasi efluen dan ifluen, merupakan besaran konsentrasi yang harus di penuhi oleh efluen Pollutan
deskripsi
influen
efluen
BOD
Biochemical oxygendemand
220 mg/l
≤ 30 mg/l
SS
Suspended Solid
220 mg/l
≤ 30 mg/l
Infiltrasi Keberadaan
infiltrasi
air tanah harus di perhatikan
dalam rancangan pipa air
buangan. Umumnya tingkat infiltrasi berkisar antara 10% hingga 30% dari debit rencana. Nilai infiltrasi akan menurun bila daerah tangkapan yang di layani pipa meningkat. Catatan : 80% dari kebutuhan air bersih akan di buang ke dalam sewer Faktor prilaku (behavior) Dalam rancangan jaringan pengumpulan
air buangan, faktor puncak perlu di
Jaringan dan pipa air buangan Berikut ini standar rancangan untuk rancangan jaringan pipa dengan grafitasi : •
Kecepatan aktual minimum untuk membersihkan sendiri sebesar 0,8 m/det.
•
Saluran air buangan, jika memungkinkan, harus di tempatkan di jaringan jalan dan tempat-tempat umum. Jika tidak akses menuju saluran air buangan harus
perhitungkan untuk mengatasi jumlah air buangan rata-rata harian dan musiman
di sediakan.
yang sangat berfluktuasi. Faktor puncak yang di sarankan, menyaran kan faktor puncak untuk berbagai jenis pembangunan.
•
Kecepatan maximum untuk mencegah terjadinya scouring ialah 3.0 m/det
•
Manhole diletakan berjarak tidak lebih dari 100 m dan pada saluran-saluran persimpangan, belokan atau daerah yang berpenduduk padat
Catatan : faktor puncak menurun dengan meningkatnya daerah tangkapan yang di layani oleh pipa air buangan. Standar perencanaan Kualitas efluen
•
Pipa di letakan lurus diantara manhole
• Di berikan proteksi pelapis dalam untuk pipa air buangan, guna menjaga bahan pipa dari gas yang terbentuk
dalam air buangan seperti hidrogen
sulfida. • Slope/kemiringan yang landai dan tidak terlampau curam agar tidak banyak membutuhkan galian dan pompa. • Untuk diameter 300mm menggunakan pipa PVC an untuk diameter 3300mm menggunakan pipa beton yang di lapisi pvc.
H a l a m a n |4-13
Waste water reuse
1.
Sumber Listrik
Air buangan yang tealah di olah melalui waste water treatment plant sederhana akan
Sumber tenaga listrik utama Universitas
- Maluku Utara ini direncanakan
diperoleh
di tampung dalam kolam penampung yang akan di gabungkan dengan air larian air
oleh jaringan SUTM ( Saluran Udara Tegangan Menengah) 20 kV PLN yang telah ada
hujan, akan di gunakan kembali sebagai second class water untuk penyiraman
di kawasan - Maluku Utara. Sedangkan untuk sumber daya darurat yang diaktifkan pada
tanaman dan lahan hijau yang ada juga sbagai cadangan ahir untuk pemadam
saat sumber utama PLN padam, dirancangan menggunakan diesel-genset
kebakaram.
dipasang berdasarkan kebutuhan pada setiap gedung.
yang akan
Melalui gardu PLN, daya listrik utama PLN dalam bentuk tegangan menengah 20 kV akan 4.3.3 Sistem Elektrikal Berbagai aspek yang lazim akan digunakan dalam merancang sistem/ prasarana listrik sesuai dengan tujuan pengunaannya, agar diperoleh hasil yang optimal baik secara fungsi maupun pengunaannya.
diterima oleh gardu utama konsumen untuk selanjutnya dirubah menjadi tegangan rendah 220/380V oleh trafo distribusi sehingga siap untuk didistribusikan ke seluruh gedung yang berada di dalam kawasan Riset Kelautan. Untuk memudahkan sisitem operasi dan pemeliharaaan
maka
beban
listrik
dibagi
dalam
3 kelompok
beban
sesuai
dengan penjelasan pada sistem distribusi. Aspek-aspek tersebut antara lain : Sedangkan
daya darurat yang dihasilkan
oleh diesel-genset
•
Fungsional
•
Ekonomis
•
Estetis
•
Kenadalan
•
Kemudahan perawatan dan operasional
Antara sumber daya utama PLN dengan sumber daya darurat diberikan fasilitas interlock
•
Keamanan
agar tidak terjadi benturan tegangan. Fasilitas ini secara teknis disebut sebagai ATS
•
Kenyamanan
(Automatic
•
Keterlaksanaan
ditempatkan dalam bangunan khusus yang disebut power house.
•
Memenuhi persyaratan dan standar yang berlaku
Peralatan utama yang akan ditempatkan dalam power house ini antara lain adalah :
Perancangan sistem/prasarana listrik didasarkan atas peraturan-peraturan dan standarstandar serta referensi-referensi sebagai berikut :
tegangan rendah 220/380V , sehingga secara langsung dapat disalurkan ke beban-beban penting yang direncanakan untuk mendapatkan satuan daya darurat pada saat sumber daya utama PLN padam atau terganggu.
Transfer Switch).
Seluruh
peralatan utama sistem penyediaan
1.
Panel Utama Tegangan Menengah 20 kV (MVMDP)
2.
Trafo Daya penurun tegangan 20 kV/400V
•
PUIL 2000
3.
Panel Utama Tegangan Rendah 220/380V (LVMDP)
•
Standar-standar PLN, TELKOM, SII, dan SNI.
4.
Diesel Genset lengkap dengan sistem penyediaan bahan bakar
•
Peraturan yang dikeluarkan oleh Departemen PU mengenai Tata Cara Perancangan
5.
Panel Otomatis Start/Stop untuk Diesel (PP-AMF)
Konservasi Energi Pada Bangunan Gedung.
6.
Dll
•
Peraturan- peraturan dan standar-standar yang ditentukan oleh VDE, DIN, NEMA, IEC, BS, JIS, FOC, NFPA, NEC dll.
•
sudah dalam bentuk
Peraturan-peraturan dan standar-standar lainnya.
daya ini
H a l a m a n |4-14
2.
Penyediaan Daya Listrik
Penyediaan
daya listrik
dikelompokan
untuk
bangunan-bangunan dan prasarana
dalam dua jenis pelayanan,
yaitu pelayanan
lainnya
akan
normal dan pelayanan
darurat. Pelayanan normal yang dimaksud adalah bahwa keseluruhan beban listrik uang ada akan dicatu secara penuh pada saat sumber daya utama PLN tersedia, sedangkan pelayanan darurat adalah pelayanan terhadap sebagian beban yang dianggap penting (hanya boleh padam sesaat)
oleh diesel-generator set pada saat sumber
daya utama
padam
(terganggu). Beban-beban yang dikelompokan sebagai beban penting antara lain : •
Pompa-pompa hydrant dan pompa air bersih
•
Daya untuk sebagian penerangan dan receptacle outlet di bangunan-bangunan
•
Daya untuk beban lain yang dianggapn perlu (antara lain air conditioner, ventilasi, sistem tata suara, sistem pendeteksi kebakaran dll).
Dengan pengelompokan tersebut dapat dicapai penghematan investasi dan operasi dari diesel-genset. Sedangkan sama
terhadap beban-beban yang bersifat sangat penting (tidak boleh padam
sekali,misalnya
server/komputer)
yang
pada
umumnya
tidak
terlalu
besar
kebutuhan dayanya, digunakan UPS (Uninterruptible Power Supply) dengan waktu otonomi disesuaikan kebutuhan. 3.
Sistem Distribusi Listrik
Untuk memenuhi kebutuhan penyediaan daya listrik bagi bangunan-bangunan di Riset Kelautan Universitas - Maluku Utara yang terletak di area yang cukup luas, diperlukan suatu jaringan distribusi yang andal, ekonomis, fleksible dan mudah dioperasikan. Disamping itu, sedapat mungkin sistem distribusi yang dirancang tidak menganggu keindahan lingkungan. Untuk memenuhi kriteris tersebut, diusulkan digunakan sistem distribusi bawah tanah antar bangunan dengan kabel-kabel tanah beserta perlengkapan yang sesuai.
H a l a m a n |4-15
Distribusi bawah tanah dimuali dari LVMDP yang ditempatkan di dalam power house, menuju seluruh gedung (diterima oleh SDP-Sub Distribution Panel) secara radial dengan kabel tanah jenis NYFGbY.
Gambar Kabel NYFGBY Pada Prinsipnya sistem distribusi tegangan rendah yang digunakan adalah sistem radial 220/380V, 50 Hz, 3 fasa-4 kawat yang sesuai dengan standar sistem distribusi PNP (penahan Netral Pengaman) menurut PUIL 2000. Dengan digunakan sistem PNP ini, apabila terjadi hubungan fasa-tanah akan terjadi ‘selfclearing’dengan membukanya CB pada rangkaian yang terganggu tersebut, sehingga bahaya tegangan sentuh dapat dihindarkan.
H a l a m a n |4-16
Gambar Rencana PJU
4.
Kabel Daya Tegangan Rendah.
Untuk keperluan penyaluran daya secara radial antar panel, terdapat dua cara instalasi yang harus dilakukan, yaitu melalui tanah (mengunakan kabel daya NYFGby) dan melalui shaft/ruang di atas ceiling (menggunakan kabel daya NYY). Sedangkan penyaluran daya ke peralatan listrik (motor-motor) mengunakan kabel daya jenis NYY. Luas penampang kabel daya distribusi teresbut minimum 4 mm2, sesuai dengan standar minimum kabel daya sebagaimana disebutkan didalam PUIL 2000.
Gambar Kabel NYY
H a l a m a n |4-17
= 0,7 untuk penyediaan daya penerangan dan stop kontak
Sedangkan kabel instalasi penerangan dan stop kontak biasa dirancang menggunakan kabel jenis NYM dengan luas penampang minimum 2,5 mm2.
= 0,8 untuk penyediaan daya mesin/ AC = 0,5 - 0,6 untuk penyediaan daya pompa = 1,0 untuk penyediaan daya lift dan deep well = 0,9 untuk penyaluran daya trafo = 1,0 untuk penyaluran daya genset 56 : Conductivity tembaga
Gambar 4.9 Kabel NYM
N
: Jumlah konduktor per phasa
A
: Luas penampang konduktor [mm2]
Jatuh tegangan dalam persen : VD(%) =
Penentuan dimensi kabel yang digunakan dihitung berdasarkan arus yang akan mengalir (ditentukan oleh arus maksimum dan faktor kebutuhan), panjang kabel, metode instalasi dan besar tegangan jatuh yang diijinkan. Dalam hal ini besar tegangan jatuh yang diinginkan untuk sistem distribusi adalah : •
Untuk beban motor
: sampai 6%
•
Untuk beban penerangan
: sampai 3%
5.
√3 x L x DF x PF 56 x N x A
volt
: Panjang Kabel [m]
I
: Arus Maksimum [A]
DF
: Demand Factor/ faktor kebutuhan,
x 100%
Sistem Pengaman dan Perhitungan Arus Gangguan
digunakan
sistem
pengamanan
yang baik terhadap gangguan pada instalasi listrik,
bertingkat
melalui
pemilihan-pemilihan rating arus
pengaman yang tepat pada seluruh panel yang ada. Adapun jenis-jenis gangguan pada instalasi listrik yang diperhatikan adalah: •
Gangguan beban lebih (overload), diamankan oleh mekanisme sistem trip inverse time/long time delayed (bimetal) pada MCCB dan MCB, atau dengan relay thermis pada sistem kontrol motor.
•
Gangguan arus lebih (overcurrentment) akibat hubungan singkat pada jaringan instalasi, diamankan oleh mekanisme trip instataneous / non delayed (magnetic)
Dalam hal ini : L
380
Untuk mendapat sistem pengaman
Selanjutnya, perhitungan tegangan jatuh dilakukan dengan persamaan berikut : VD =
𝑉𝑉
pada ACB, MCCB, dan MCB, atau dengan fuse pada sistem kontrol motor. •
Gangguan kualitas tegangan (penurunan tegangan atau ketidakseimbangan fasa ataupun kehilangan fasa), diamankan oleh peralatan phase failure relay yang dipasangkan pada peralatan kontrol motor.
H a l a m a n |4-18
Seluruh batasan (rating) dan tingkat kemampuan dari peralatan pengaman dipilih
•
sedemikian rupa, sehingga diperoleh selektivitas yang baik (dikatakan juga mempunyai
Besarnya arus hubung-singkat dapat dihitung dengan persamaan sbb :
diskriminasi yang baik).
Impendansi hs
I hs =
Selanjutnya, kapasitas pemutusan (breaking capacity) dari masing-masing peralatan
: nol
cxV
𝑉3 x Z
pengaman (ACB, MCCB, dan MCB) ditentukan berdasarkan perhitungan arus hubung-
Dalam hal ini :
singkat yang terjadi di sisi ‘down stream’ dari perlalatan pengaman yang bersangkutan.
c = c1 = 1,1 untuk sisi TM 20 kV c = c2 = 1,0 untuk sisi TR 220/380V 6.
Perkiraan Kebutuhan Daya
Menurut SNI, daya pencahayaan maksimum untuk ruang kantor/ industri adalah 15 watt/ m2. Untuk rumah tak melebihi 10 watt/m2.( tambahan Ir. Hartono Poerbo, M.Arch : untuk toko 20-40 watt/m2, hotel 10-30 watt/m2, sekolah 15-30 watt/m2, rumah sakit 10-30 watt/m2
). Sedangkan
Kebutuhan
daya
untuk
seluruh
bangunan
Riset Kelautan
MOROTAI - Maluku Utara berdasarkan luas dan sifat Kengunaan lantai serta pemompaan air bersih dan hydrant adalah sekitar 50-80VA/m2. Sedangkan kapasitas diesel-genset yang diperlukan untuk mencatu daya darurat sekitar 70% dari kebutuhan daya keseluruhan yang besarnya diperkirakan mencapai 2500-3500 kVA yang terbagi dalam beberapa gardu distribusi sesuai dengan cluster masa bangunan. 7. Penerangan buatan dalam Bangunan Penerangan buatan di dalam bangunan dirancang untuk mengikuti standar penerangan Gambar 4.10 MCB, MCCB, ACB
Dalam perhitungan arus hubung-singkat (hs) ini, diasumsikan hal-hal sebagai berikut: : 500 MVA
buatan yang akan di tentukan oleh sifat penggunaan ruang dengan memperhatikan segisegi ekonomis, fungsional dan estetika. Sesuai dengan standar penerangan buatan untuk ruang-ruang funsional yang berlaku di indonesia, tingkat penerangan sesuai dengan sifat penggunaan ruang adalah sebagai
•
MVA hs dari sumber PLN, P1
•
Jenis gangguan hubung-singkat : 3ph – simetris
•
Koefisien hs sisi TM (c1)
: 1,1
•
Ruang kerja/kantor
= ± 200 lux – 300 lux
•
Koefisien hs sisi TR (c2)
: 1,0
•
Ruang pada daerah sirkulasi
= ± 100 lux
•
Impedansi kabel
: resistif dan induktif
•
Ruang lobby
= ± 50 lux – 100 lux
•
Toilet, dapur dsb
= ± 100 lux – 150 lux
•
Penerangan luar/parkiran
= ± 50 lux – 75 lux
berikut :
H a l a m a n |4-19
•
Ruang kuliah
= ± 200 lux – 300 lux
•
Aula
= ± 200 lux – 300 lux
10.
Metode perhitungan kebutuhan armature untuk penerangan pada ruang-ruang di dalam bangunan yang di gunakan adalah metode illumination flux.
adalah lampu flourescent (TL) yang di lengkapi dengan ballast jenis low loss dan kapasitor perbaikan faktor daya (menjadi paling tidak 0,96).
jalan
kuat pencahayaan
lingkungan
Riset Kelautan
penggunaan kepentingan
Terdapat dua jenis sistem penangkal petir, yaitu sistem konvensional (sangkar faraday dan franklin
rod
)
dan
sistem
non-konvensional
dengan
alat-alat
yang
aktif menghasilkan ion-ion listrik untuk memeberikan jalur sambaran petir
menuju ke air terminal yang dipasang. di rncang
sebesar 10 lux dengan koefisiensi
untuk
memenuhi
kebutuhan
keragaman sebesar 0,5. Metode
perhitungan yang di gunakan adalah point to point luminar.
Pemilihan
kedua
sistem
pemasangan sistem
tersebut
terhadap
segi
lebih
banyka
keindahan
ditentukan
bangunan,
keterlaksanaannya. Kriteris yang perlu dipenuhi yaitu :
Untuk mebatasi kesilauan pengemudi kendaraan di gunakan penyebaran cahaya jenis cutoff (CO) dengan arah intensitas penerangan maksimum berada pada sudut sebaran
•
Sistem harus mempunyai keandalan yang cukup tinggi.
0-650 dari arah titik lampu ke masing2 sisi lampu.
•
Sistem tidak menggangu keindahan bangunan.
•
Mudah dirawat.
•
Dapat memberikan perlindungan yang cukup baik.
Dengan sudut tersebut di peroleh jarak penempatan antar tiang sekitar 3,5 x lebar jalan dan tinggi tiang 11 meter dan jenis lampu yang di gunakan adalah mercury 250 w . 9.
bangunan, yaitu untuk
kepentingan umum, dapat ditetapkan bahwa bangunan di sekitar area Riset Kelautan
secara
Penerangan Jalan Umum (PJU)
Penerangan
sesuai dengan sifat kepentingan
harus dilindungi dari bahaya sambaran petir.
Selanjutnya untuk menghemat energi, jenis armature yang di gunakan untuk ruang perkantoran
8.
Penangkal Petir
Lampu Sorot Bangunan
Untuk menampilkan sosok megah bangunan Riset Kelautan di malam hari, digunakan beberapa buah lampu sorot (flood lighting) jenis HPIT yang dipasang di halaman sekitar bangunan. Perhitungan kuat pencahayaannya dengan menggunakan metode consine law.
segi
oleh
pengaruh
ekonomi
dan
H a l a m a n |4-20
11.
Instalasi Deteksi Kebakaran (Fire Alarm System) Dasar Perancangan
sistem Untuk memungkinkan
deteksi kebakaran secara dini, digunakan sistem deteksi
kebakaran otomatis yang akan memberikan sinyal suara dan lampu apabila salah satu detektor mendeteksi adanya kebakaran pada zona yang bersangkutan. Perancangan sistem deteksi kebakaran didasarkan atas :
Gambar Penangkal Petir
•
Standar NFPA.
•
Peraturan Penanggulangan Kebakaran DKI Jakarta (sebagai referensi).
•
Pedoman Penanggulangan Kebakaran
H a l a m a n |4-21
Peraturan-peraturan yang berhubungan langsung ataupun tidak langsung terhadap
• Fixed Temperature Detector Detektor ini berkerja jika suhu mencapai 1350 F dengan coverage area 40 m2 pada
pekerjaan ini. •
ketinggian penempatan detektor 3 m.
Spesifikasi peralatan fire alarm.
Detektor ini dipasang pada pantry dan ruang-ruang lainnya yang tidak mungkin Pemilihan Sistem a.
dipasang detektor jenis lainnya karena sifat penggunaan ruang tersebut. •
FACP (Fire Alarm Control Panel) Jenis sistem yang digunakan adalah multi zone pre-alarm dengan pengawatan detektor
kelas B yang dilengkapi dengan end of line resistor (EOL) untuk
Manual Call Point Manual call point yang digunakan adalah jenis surface mounted,
dilengkapi
dengan kaca penutup (break glass), tuas/ palu pemukul kaca serta pull handle switch.
memungkinkan mengalirnya sinyal supervisi zona.
Alat ini digunakan untuk mengaktifkan sistem secara manual, bilamana ternyata Unit ini terdiri atas power module, control module, alarm signal module, zone module dengan zona kapasitas sesuai dengan kebutuhan. FACP dilengkapi dengan baterai cadangan yang mampu mengerjakan
kebakaran yang terjadi belum sempat dideteksi oleh detektor-detektor yang dipasang.
sistem
selama 24 jam apabila sumber daya utama padam. b.
Detektor Jenis detektor yang digunakan adalah sebagai berikut : •
Smoke Detector Jenis smoke detector yang digunakan adalah photoelectric smoke detector yang mampu mendeteksi adanya asap dengan spektrum luas, baik untuk kebakaran yang mengakibatkan nyala api ataupun bara. Coverage area detektor ini adalah sekitar 70m2. Pemasangan detector ini adalah pada ruang-ruang yang berisi bahan-bahan yang mudah terbakar dan mengeluarkan asap (misalnya ruang panel, ruang arsip, dll).
•
Combination Of ROR dan Fixed Temperature Heat Detector Detektor ini mampu mendeteksi kenaikan suhu minimum 1500 F permenit dan apabila temperatur mencapai 1350 F dengan coverage area sekitar 40 m2 pada ketinggian pemasangan 3 m. Pemasangan detektor ini adalah di ruang ruang kerja kantor, ruang kelas, ruangruang lainnya yang sesuai untuk pemakaiannya, dengan pertimbangan tidak akan terpengaruh asap rokok.
Gambar Sistem Detektor
H a l a m a n |4-22
Sinyal Untuk menandai terjadinya kebakaran digunakan dua jenis sinyal yaitu suara dan cahaya. Sinyal suara dihasilkan oleh alarm bell/ alarm horn dan sinyal cahaya dihasilkan oleh alarm lamp. Prinsip kerjanya adalah sinyal ini adalah general alarm, yaitu bekerja apabila salah satu detektor pada zone manapun bekerja. 12.
Pemilihan Sistem A/C
Mengingat tidak semua ruangan yang ada akan dikondisikan, sistem A/C yang digunakan adalah sistem single split air conditioning atau split ducted air conditioner dengan peralatan utama air cooled OCU ( outdoor condensing unit) dan FCU (indoor fan coil unit). Dengan sistem tersebut maka akan diperoleh keuntungan, antara lain : •
Tidak memerlukan
ruang AHU (air handling unit) tersendiri,
sehingga tidak
mengurangi luas lantai yang ada untuk dimanfaatkan bagi keperluan yang lebih bermanfaat.
H a l a m a n |4-23
•
•
•
Tidak memerlukan
jarak bebas yang besar antara plafon dengan plat lantai
4.4 Sistem Telekomunikasi dan Informasi
diatasnya, karena FCU yang digunakan adalah jenis pemasangan dinding (wall
1.
mounted) yang tidak memerlukan ducting.
Dalam interaksi dengan dunia luar, kawasan Riset Kelautan dilengkapi dengan ISDN
Mempunyai kemampuan penghematan energi operasional yagn baik karena sifat
(Integrated Services Digital Networks), yang mampu menyediakan
operasi yang individual.
komunikasi data, suara dan gambar.
Mudah dioperasikan dan mudah dirawat.
ISDN (Integrated Services Digital Networks)
berbagai fasilitas
Berbagai kemudahan bisa dimanfaatkan dengan fasilitas ISDN, antara lain : • facsimile)
Hubungan telepon (teletext,
telex, videotex dan
•
Hubungan videotephone
•
Hubungan teleconfrence
•
Multi-media
•
Community antenna television (CATV)
•
Dan lain sebagainya
Dalam merealisir jaringan ini dibutuhkan media transmisi yang mampu menyalurkan sinyal data, suara (voice) dan gambar (video) secara serentak pada satu saluran antara service provider dengan user. Dengan persyaratan tersebut, media yang paling sesuai adalah FOC (fiber optic cable) yang mempunyai kemampuan di atas kabel tembaga yang hanya mampu mentrasmisikan sinyal analog 64 Kbps, yaitu secara digital melalui menstransmisikan data dari 140 Mbps sampai 560 Mbps yang setara dengan 8000 pembicaraaan telepon sekaligus. Gambar Sistem AC Cental
Terdapat dua jenis FOC, yaitu single mode (mono-mode) yang dilalui oleh sinar tunggal (single ray of light) dan multi mode yang dilalui beberapa sinar sekaligus. Suatu multi mode FOC mampu menyalurkan insformasi jauh lebih banyak daripada single mode FOC, serta mempunyai
diameter
lebih lebih besar, sehingga
lebih mudah
disambung (link) dan dicabang (splice). Dengan demikian jenis kabel multi mode ini lebih layak digunakan untuk pelayanan 5060 Km (pada panjang gelombang 1300 nm). Terdapat
dua jenis
instalasi
telepon
bangunandan instalasi luar bangunan.
yang akan dirancang,
yaitu
instalasi
dalam
H a l a m a n |4-24
Instalasi
luar bangunan digunakan untuk menyalurkan
satuan sambungan telepon
2.
Jaringan Komputer/ LAN
(SST/CO line dari PT. TELKOM ke gedung-gedung. Sedangkan instalasi dalam bangunan
Sejalan
merupakan instalasi telepon intern yang akan terhubung dengan saluran PT.TELKOM
keras/hardware maupun perangkat lunak/software), saat ini telah dikembangkan sistem
(pada umumnya menggunakan PABX).
yang mampu menggabungkan teknologi komputer dan teknologi komunikasi, sehingga
SST dati PT.TELKOM diperoleh dari Rumah Kabel yang disediakan oleh PT.TELKOM untuk selanjutnya
diselaurkan keseluruh
CTB TELKOM yang ditempatkan
dimasing-masing
bangunan. Dari CTB TELKOM, SST diterima oleh PABX (private address branch exchange)
dengan
dimungkinkan
Dalam hal ini, komunikasi antar pesawat telepon didalam suatu bangunan, antar pesawat
pengolahan
di
bidang
peralatan
data yang terdistribusi,
komputer
pemakaian
(baik
perangkat
bersama data base,
pemakaian bersama perangkat lunak aplikasi dan peralatan, otomasi perkantoran dan peningkatan produktivitas kerja. Penggabungan
dan didistibusikan ke pesawat telepon tertentu.
perkembangan
tersebut
direalisir
dalam bentuk
jaringan
komputer
yang mampu
menyatukan komputer-komputer didalam suatu gedung, kota bahkan negara.
telepon lain bangunan maupun antar pesawat telepon deisuatu banguanan dengan
Jaringan yang menyatukan komputer didalam daerah kerja tertentu (misalkan didalam
pesawat telepon luar akan dikendalikan oleh PABX tersebut.
gedung kantor) dikenal sebagai LAN (local area network), sedangkan jaringan yang
Untuk menyalurkan SST dari PT. TELKOM menuju gedung-gedung digunakan kabel tanah jenis multicore
JATC (jelly armoured
telephone cable) , sedangkan instalasi
dalam
Khusus untuk banguanan komersil seperti warnet, rental komputer dan kopkar/kopma digunakan saluran langsung dari PT.TELKOM tanpa melalui PABX, sehingga pemakaian
menetapkan
mutlak
menjadi
besarnya kebutuhan
tanggung extension
WAN (wide area network) atau long houl network (LHN). Diantara LAN dengan WAN terdapat jaringan yang disebut MAN (metropolitan area
bangunan menggunakan ITC (indoor telephone cable).
pulsa telepon
menyatukan komputer sampai melewati batas geografis negara sering disebut sebagai
netrwork) yang digunakan untuk menyatukan komputer antar kantor di satu kota atau antar kota yang berada di dalam jangkauannya.
Untuk
Pada tahap awal, didalam wilayah Riset Kelautan Universitas - Maluku Utara ini disarankan
PABX, digunakan perkiraaan sebesar 1
untuk dibanguan sistem jaringan LAN independen pada gedung-gedung Riset Kelautan dan
jawab dari pengguna
bangunan.
gedung gedung lain yang dianggap perlu menggunakannya.
extension/50m2 luas lantai.
Selanjutnya, jaringan independen tersebut dapat dikembangkan dalam bentuk penyatuan agar diperoleh
sistem
terintegrasi
untuk
memenuhi
pengunaan peralatan komputer secara lebih efektif.
Gambar Kabel Fiber Optik
tuntutan
efisiensi
kerja dan
H a l a m a n |4-25
Kebutuhan yang diperlukan antara lain : •
Color CCD camera c/w outdoor housing, pan/tilt drive relay box
•
Video switcher
•
Pan/tilt & lens controller
•
TV monitor
•
Time lapse VCR
•
Cabling system & line amplifier
•
Dan peralatan bantu lainnya
Peralatan utama yaitu video switcher, pan/tilt & lens controller, TV monitor dan time elapse VCR dan lain sebagainya ditempatkan di pos jaga utama dan/atau di bangunan utama. Posisi penempatan kamera ditentukan oleh kebutuhan pemantauan jalan lingkungan, pada umumnya ditempatkan pada gerbang masuk/ keluar utama, jalan utama dan jalan lingkungan yang dianggap perlu. Sistem pengkabelan sinyal video menggunakan 75 ohm coaxial cable jenis direct burried, sedangkan pengkabelan kontol menggunakan multi core geriund cable (NYFGbY). Gambar Sistem Jaringan LAN
3.
Sistem Keamanan Lingkungan
Berbagai
sarana sistem keamanan bisa
digunakan untuk
menciptakan keamanan
lingkungan diantaranya adalah : •
Sistem CCTV
•
Pos-pos jaga
•
Sistem komunikasi radio
A. Sistem
CCTV (Closed Cirkuit
Television)
memonitor/memantau secara visual gerbang
Sistem
CCTV bisa diterapkan
untuk
utama, jalan utama, jalan-jalan
lingkungan atau area tertentu sesuai dengan kebutuhan.
Gambar Sistem CCTV
H a l a m a n |4-27
B. Pos jaga Pos jaga merupakan sarana pemantauan yang sangat penting dan efektif. Pos jaga ini ditempatkan di titik-titik strategis, terutama di gerbang masuk/keluar utama (pos jaga utama), setiap jalan akses yang mempunyai nilai kerawanan yang tinggi dan ditempat/sudut
yang
Untuk menyalurkan SST dari PT. TELKOM menuju gedung-gedung digunakan kabel tanah jenis multicore JATC (jelly armoured telephone cable) , sedangkan instalasi dalam bangunan menggunakan ITC (indoor telephone cable).
dianggap perlu (pos jaga sekunder). Antar pos jaga juga dihubungkan dengan sistem telekomunikasi untuk koordinasi pengamanan, dengan sentral pengendalian di pos jaga utama. Sistem
telekomunikasi
memanfaatkan
yang dipasang merupakan
fasilitas
PABX
komplex,
sistem telekomunikasi
dimana
pos
menghubungi/dihubungi pos jaga utama dan sekunder
jaga lainya
terbatas dengan
sekunder
hanya
bisa
tanpa bisa menghubungi
nomer telepon luar (PT.TELKOM), sedangkan pos utama bisa menghubungi nomer telepon PT.TELKOM (misalnya polisi/aparat pemadam kebakaran/direksi, dll) C. Sistem Komunikasi Radio Sistem
komunikasi
radio
yang
dimaksud
adalah
sistem
komunikasi
antar
petugas
keamanan/satpam menggunakan handy talky (HT) yang bekerja pada frekuensi radio ORARI dengan panjang gelombang 2 m. Sistem ini sangat efektif untuk menjalin komunikasi selama Gambar Kabel JATC
perjalanan patroli tanpa tergantung dari sarana telepon.
Khuus untuk banguanan komersil seperti warnet, rental komputer dan kopkar/kopma
4. Sistem Telepon Terdapat dua jenis instalasi telepon yang akan dirancang, yaitu instalasi dalam bangunan dan instalasi luar bangunan
(SST)/CO
instalasi
telepon
intern
sedangkan instalasi dalam bangunan merupakan
yang akan tehubung
dengan saluran PT.TELKOM (pada umumnya
menggunakan PABX). SST dari PT.TELKOM diperoleh dari Rumah Kabel yang disediakan oleh PT.TELKOM untuk selanjutnya disalurkan keseluruh CTB TELKOM yang ditempatkan dimasingmasing bangunan. Dari CTB TELKOM, SST diterima oleh PABX (private address branch exchange) dan didistibusikan ke pesawat telepon tertentu.
saluran
pemakaian pulsa bangunan.
Instalasi luar bangunan akan digunakan untuk menyalurkan satuan sistem telepon
line dari PT.TELKOM ke gedung-gedung
digunakan
langsung
telepon
dari PT.TELKOM tanpa melalui
mutlak
menjadi
tanggung
jawab
PABX, sehingga dari
pengguna
Untuk menetapkan besarnya kebutuhan extension PABX, digunakan
perkiraaan sebesar 1 extension/50m2 luas lantai
H a l a m a n |4-28
5.
Sistem Pesan
Sistem pesan yang dimaksud adalah sistem tata suara di dalam bangunan maupun diluar bangunan. Penyampaian pesan didalam bangunan ini dapat dilakukan melalui seperangkat sistem tatasuara BGM (back ground music) yang
sekaligus
bisa
digunakan untuk menyalurkan
sinyal lagu untuk
memberikan kenyamanan bekerja. Sedangkan
penyampaian
penyampaian panggilan
pesan luar bangunan kendaraan
yang dimaksud adalah
(car call) atau
penyampaian
pesan
terhadap orang yang sedang berada diluar bangunan. Penyampaian pesan ini pada umumnya menggunakan seperangkat sistem tata suara car call.
Gambar Siteplan
H a l a m a n |4-30
Untuk PJU mengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI 7391:2008)
Lampu PJU ini menggunakan lampu Mercury bertekanan tinggi dengan ketetntuan tinggi tiang 8 m maka menggunakan lampu 150W SON atau 250W MBF/U Gambar Tiang PJU Untuk Riset Kelautan MOROTAI - Maluku Utara menggunakan 2 jenis tiang yaitu tiang lengan tunggal dan lengan ganda dengan masing-masing tiang memiliki tinggi 8m. Maka didapatkan daya untuk PJU sebagai berikut : tinggi tiang
tiang lengan tunggal
tiang lengan ganda
lampu (watt)
watt
Va
Kva
8
216
108
250
81000
101250
101,25
H a l a m a n |4-31
Gambar 4.20 Trafo Transformator Aquarium
= 120 Kva +(120 kVA x 80%) = ± 200 Kva
Transformator Gd. Reeset + R. Dinas = 308 Kva + (308 x 20%) = ± 400 Kva
Gambar PJU Riset Kelautan MOROTAI - Maluku Utara
Sedangkan kapasitas diesel-genset yang diperlukan untuk mencatu daya darurat sekitar 70% dari kebutuhan daya keseluruhan yang besarnya diperkirakan sebagai berikut :
Gambar Genset
H a l a m a n |4-32
Daya genset Aquarium
= 120 Kva x 80% = ± 100 Kva
Daya genset Gd. Reeset + R. Dinas = 308Kva x 80% = ± 250 Kva
Kebutuhan air bersih • Kebutuhan air bersih di suplay dari PDAM atau DEEP WELL dengan kapasitas GWT dan RWT diantaranya :
GWT A q u a r i u m = 20 m³ & RWT = 4 m³ GWT R e e s e t + R . D i n a s = 30 m³ & RWT = 8 m³
H a l a m a n | 5-18
GAMBAR RENCANA
Gambar Rencana yang dimasukan dalam laporan ini sebagai ringkasanya yaitu Gambar Rencana Denah, Tampak, Potongan Pada Masing – Masing Gedung
H a l a m a n | 5-18
GAMBAR RENCANA G.AKUARIUM LT.1
H a l a m a n | 5-18
GAMBAR RENCANA G.AKUARIUM LT.2
H a l a m a n | 5-18
GAMBAR RENCANA G.AKUARIUM LT.3
H a l a m a n | 5-18
GAMBAR RENCANA TAMPAK G.AKUARIUM
H a l a m a n | 5-18
GAMBAR RENCANA POTONGAN G.AKUARIUM
H a l a m a n | 5-18
GAMBAR RENCANA POTONGAN G.AKUARIUM
H a l a m a n | 5-18
GAMBAR RENCANA G.RISET LT.1
H a l a m a n | 5-18
GAMBAR RENCANA G.RISET LT.2
H a l a m a n | 5-18
GAMBAR RENCANA G.RISET LT.3
H a l a m a n | 5-18
GAMBAR RENCANA G.RISET (TAMPAK)
H a l a m a n | 5-18
GAMBAR RENCANA G.RISET (POTONGAN
)
H a l a m a n | 5-18
GAMBAR RENCANA G.DORMITORI LT.1
H a l a m a n | 5-18
GAMBAR RENCANA G.DORMITORI LT.2
H a l a m a n | 5-18
GAMBAR RENCANA G.DORMITORI (TAMPAK)
H a l a m a n | 5-18
GAMBAR RENCANA G.DORMITORI (POTONGAN)
H a l a m a n | 6-1
MASTERPLAN
H a Ia m a n
PERSPEKTIP 1
Gombar PERSEPEKTIF 1
I 6-2
H a Ia m a n
PERSEPEKTIF 2
Gambar PERSEPEKTIF 2
I 6-3
H a l a m a n | 6-4
PERSEPEKTIF 3
Gambar PERSEPEKTIP 3
H a Ia m a n
PERSEPEKTIF 4
Gambar PERSEPEKTIF 4
I 6-5
H a l a m a n | 6-6
PERSEPEKTIP 5
Gambar PERSEPEKTIP 5
H a l a m a n | 6-7
GEDUNG DORMITORI
Gamber GEDUNG DORMITORI
H a l a m a n | 6-8
GEDUNG AQUARIUM
Gombar GEDUNG AQUARIUM
H a l a m a n | 6-9
GEDUNG RISET
Gombar GEDUNG RISET