Kata Pengantar Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggung jawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi pemerintah. Dengan telah berakhirnya pelaksanaan program dan kegiatan tahun 2013, maka Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan sebagai unit kerja eselon I menyusun laporan pertanggung jawaban tersebut. LAKIP Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan disusun mengacu kepada Peraturan Menteri PAN dan RB No. 29 Tahun 2010. LAKIP mencakup ikhtisar pencapaian sasaran sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja dan dokumen perencanaan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat sekaligus sebagai pertanggung jawaban kepada publik atas penyelenggaraan fungsi pembangunan peternakan dan kesehatan hewan untuk terwujudnya Good Governance. . Januari 2014
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..................................................................................
i
DAFTAR ISI ................................................................................................
ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................
iii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
iv
EKSEKUTIF SUMMARY ............................................................................
1
I.
PENDAHULUAN ................................................................................
4
II.
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. Rencana Strategis (Renstra) ....................................................... 9 2.2 Indikator Kinerja Utama (IKU)....................................................... 12 2.3 Rencana Kinerja Tahuan (RKT) ................................................... 13 2.4. Perjanjian Kinerja.............................................................................. 14
III.
AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. 3.2 3.3 3.4 3.5
IV
Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran...................... 18 Pencapaian Sasaran Strategis....................................................... 18 Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja........................................... 20 Kinerja Lainnya............................................................................... 26 Akuntabilitas Keuangan................................................................. 29
PENUTUP 4.1 Kesimpulan.................................................................................... 31 4.2 Rencana Tindak Lanjut.................................................................. 32
LAMPIRAN………………………………………….........................................
34
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Sasaran dan Indikator Kinerja Utama Ditjen PKH..........................
13
Tabel 2. Capaian Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Keswan Tahun 2012-2013 ....................................................
18
Tabel 3. Capaian Kinerja Makro Ekonomi Pembangunan Peternakan dan Keswan Tahun 2012-2013 ...................................
20
Tabel 4. Komoditas dan Produksi Daging Tahun 2010-2013.......................
21
Tabel 5. Komoditas dan Produksi Telur Tahun 2010-2013 ..........................
22
Tabel 6. Share daging Terhadap total Produksi Daging Tahun 2012 dan 2013 per komoditas .............................................
28
Tabel 7. Kertersediaan Protein Hewani Asal Ternak 2010-2013 .................
24
Tabel 8. Kegiatan-Kegiatan Tahun 2012-2013 dalam rangka pencapaian swasembada daging sapi dan kerbau 2014 ....
25
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Bagan Organisasi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan .......................................................... 34 Lampiran 2. Rekapitulasi SDM Ditjen PKH berdasarkan Pendidikan Terakhir Tahun 2012-2013 .................................. 35 Lampiran 3. Capaian Indikator Kinerja Outcome Ditjen Peternakan dan Keswan Tahun 2013 .................................... 36
iv
EXECUTIVE SUMMARY Pembangunan peternakan dan kesehatan hewan tahun 2013 merupakan pelaksanaan tahun keempat Rencana Strategis 2010-2014. Pada tahun keempat periode 2010-2014, pembangunan peternakan dan kesehatan hewan tetap memegang peranan penting dalam pembangunan pertanian dan perekonomian nasional. Hal tersebut digambarkan dalam kontribusinya melalui penyediaan bahan pangan asal ternak (daging, telur dan susu), penyerapan tenaga kerja, dan investasi. Dalam kurun waktu tahun 2012-2013 kinerja makro ekonomi dilaporkan sebagai berikut : (1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto berdasarkan harga konstan pada tahun 2012 periode januari-september sebesar Rp. 31.036,80 miliar, dan tahun 2013 periode januari-september telah mencapai Rp. 32.366,50 miliar, sehingga terjadi peningkatan 4,28%. Serapan Tenaga Kerja. Penyerapan tenaga kerja peternakan cenderung mengalami peningkatan, jika pada tahun 2012 sebesar 4,24 juta orang, pada tahun 2013 meningkat menjadi 4,25 juta orang (angka perkiraan Pusdatin). Sub sektor peternakan menyumbang 11,6% tenaga kerja terhadap sektor pertanian pada tahun 2012, sedangkan tahun 2013 sub sektor peternakan menyumbang 11,8% tenaga kerja untuk sektor pertanian. Investasi. Nilai investasi PMDN sub sektor peternakan pada tahun 2013 periode januari-september mengalami kenaikan yang signifikan yaitu sebesar 378,99% dibandingkan dengan tahun 2012 pada periode yang sama, dari Rp 61,02 Milyar menjadi Rp 292,30. Berbeda dengan investasi PMDN, investasi PMA mengalami penurunan sebesar 33,74%, dari US$ 15,02 juta pada tahun 2012 (periode januari-september) menjadi US$ 9,95 juta pada tahun 2013 (periode januari-september). Nilai Tukar Petani. Kesejahteraan peternak diukur dari Nilai Tukar Petani Peternak (NTPP), hasilnya cenderung fluktuatif. Pada periode januariseptember tahun 2013 NTPP sebesar 101,73 atau terjadi peningkatan sebesar 0,50% dibandingkan periode yang sama tahun 2012 yang NTPP nya sebesar 101,23. Hal ini mengindikasikan terjadi peningkatan pendapatan peternak Ekspor-Impor. Neraca perdagangan ekspor-impor produksi peternakan pada tahun 2013 masih mengalami defisit. Pada periode januari-september angka sementara menunjukkan neraca perdagangan defisit sebesar US$ 1,67 juta. Pada tahun 2012 (januari-september) rasio ekspor terhadap impor sebesar
1
1:5,09, sedangkan pada tahun 2013 untuk periode yang sama rasionya meningkat menjadi 1:5,14. Dari sisi produksi hasil ternak yaitu daging, telur dan susu. Produksi daging secara nasional tahun 2013 tercapai 2,83 juta ton, jika dibandingkan produksi tahun 2012 sebesar 2,66 juta ton, maka produksinya tumbuh sebesar 5,72%. Bila dibandingkan dengan target 4,25%, maka kinerja pertumbuhannya telah melampaui target. Capaian produksi daging tersebut, mencapai 2,83 juta ton dari target produksi daging 2013 sebesar 2,51 juta ton. Produksi telur secara nasional tahun 2013 tercapai 1,71 juta ton, jika dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 1,62 juta ton, maka produksinya tumbuh 5,54 %, dan pertumbuhannya telah melebihi dari target sebesar 4,42%. Namun capaian tersebut hanya mencapai 99,89% dari target produksi telur tahun 2013 sebesar 1,72 juta ton. Produksi susu nasional tahun 2013 tercapai 0,98 juta ton, jika dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 0,95 juta ton, maka produksinya tumbuh 2,28%. Capaian produksi susu tersebut, hanya 73,83% dari target produksi susu 2013 sebesar 1,32 juta ton. Persentase produksi daging sapi dan kerbau domestik/lokal terhadap total daging sapi dan kerbau nasional tahun 2013 sebesar 78,85% atau mencapai 91,47% dari targetnya sebesar 86,20%. Realisasi anggaran Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan sampai dengan tanggal 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp 2,35 triliun atau 85,97% dari total anggaran Rp 2,74 triliun. Serapan anggaran tidak mencapai 100% dikarenakan: 1) Tidak selesainya pelaksanaan kontrak belanja barang akun 526; 2) Proses tender gagal tidak ada yang menawar untuk tender ulang sudah tidak dimungkinkan waktunya; 3) Terjadi penghematan pada proses tender. Dalam upaya memperkuat pencapaian PSDSK pada tahun 2014 melalui penyediaan daging sapi lokal minimal sebesar 90% dari kebutuhan nasional, maka beberapa kegiatan terobosan yang akan dilakukan antara lain : 1) Refokusing kegiatan dan anggaran dilakukan melalui (1) memperkuat komitmen daerah dalam pencapaian target populasi dan produksi ternak, (2) melakukan penetapan wilayah IB, INKA, Perbibitan dan budidaya, (3) melaksanakan pembangunan melalui pendekatan kawasan, (4) menginisiasi penerbitan regulasi bidang peternakan, dan (5) memperkuat kelembagaan dan SDM peternakan dan Kesehatan Hewan.
2
2) Dalam meningkatkan produksi dan produktivitas ternak, ketersediaan dan kontinyuitas hijauan makanan ternak sangat diperlukan. Untuk itu perlu disediakan adanya lahan yang digunakan sebagai kebun hijauan makanan ternak dan padang pengembalaan. Peningkatan produksi hijauan makanan ternak yang berkualitas dilakukan melalui perluasan areal kebun hijauan makanan ternak dan padang penggembalaan yang ada. Perluasan areal ini menambah baku lahan melalui pembukaan lahan baru dan atau pemanfaatan lahan-lahan yang sementara tidak diusahakan. Padang penggembalaan merupakan lahan yang ditanami rumput unggul atau legume yang digunakan untuk menggembalakan ternak. Kegiatan Pengembangan Padang Penggembalaan termasuk salah satu kegiatan strategis Direktorat Pakan Ternak Tahun 2014. Kegiatan pengembangan padang penggembalaan akan dilaksanakan di 3 Kabupaten yaitu Kabupaten Bener Meriah yang terletak di Provinsi Aceh, Kabupaten Poso di Provinsi Sulawesi Tengah, dan Kabupaten Dompu di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dana yang dianggarkan sebesar Rp. 15 milyar. 3) Penyediaan angkutan khusus ternak dari kawasan-kawasan sentra melalui koordinasi intensif dengan Kementerian Perhubungan dan Kementerian Negara BUMN. Kegiatan ini akan mendorong kelancaran angkutan sapi dan daging dari sentra produksi melalui jalur darat (kereta api) dan laut (kapal khusus ternak). 4) Optimalisasi integrasi ternak sapi dengan tanaman perkebunan kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit sangat potensial untuk pengembangan sapi potong melalui penyediaan pakan dari hasil sampingan kebun dan limbah sawit. Disamping itu mampu meningkatkan produktivitas kebun melalui pemanfaatan pupuk organik dari kotoran sapi.
3
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang. Pembangunan peternakan dan kesehatan hewan tahun 2013 merupakan pelaksanaan tahun keempat Rencana Strategis 2010-2014. Pada tahun keempat periode 2010-2014, pembangunan peternakan dan kesehatan hewan tetap memegang peranan penting dalam pembangunan pertanian dan perekonomian nasional. Hal tersebut digambarkan dalam kontribusinya melalui penyediaan bahan pangan asal ternak (daging, telur dan susu), penyerapan tenaga kerja, dan investasi. Peran strategis peternakan dan kesehatan hewan juga digambarkan dalam pencapaian empat target sukses pembangunan pertanian, yaitu : 1) pencapaian swasembada kedelai, gula dan daging sapi serta swasembada berkelanjutan untuk padi dan jagung, 2) peningkatan diversifikasi pangan, 3) peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, serta 4) peningkatan kesejahteraan petani. Untuk mewujudkan empat target sukses tersebut, Ditjen Peternakan dan Kesehatan dan hewan pada tahun 2013 menetapkan program pencapaian swasembada daging sapi dan dan Kerbau dan Peningkatan Penyediaan Pangan Hewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal dengan enam kegiatan utama : 1) peningkatan produksi ternak dengan mengoptimalkan sumber daya lokal; 2) peningkatan kuantitas dan kualitas bibit dan benih dengan mengoptimalkan sumber daya lokal; 3) peningkatan produksi pakan ternak dengan pendayagunaan sumber daya lokal ; 4) Pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis ; 5) Penjaminan pangan asal hewan yang aman dan halal serta pemenuhan persyaratan produk hewan non pangan dan 6) dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya pada Ditjen Peternakan dan Keswan. 1.2 Kedudukan, Tugas, fungsi dan Kewenangan Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang peternakan dan kesehatan hewan. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan menyelenggarakan fungsi : 1) perumusan kebijakan di bidang
4
perbibitan, pakan, budidaya ternak, kesehatan hewan, dan kesehatan masyarakat veteriner; 2) pelaksanaan kebijakan di bidang perbibitan, pakan, budidaya ternak, kesehatan hewan, dan kesehatan masyarakat veteriner, 3) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perbibitan, pakan, budidaya ternak, kesehatan hewan, dan kesehatan masyarakat veteriner, 4) pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbibitan, pakan, budidaya ternak, kesehatan hewan, dan kesehatan masyarakat veteriner, dan 5) pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
1.3 Susunan Organisasi dan Sumberdaya Manusia Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut Direktorat Jenderal didukung oleh 6 unit kerja eselon II di pusat, yaitu : (1) Direktorat Perbibitan Ternak; (2) Direktorat Pakan Ternak; (3) Direktorat Budidaya Ternak; (4) Direktorat Kesehatan Hewan; (5) Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Pasca Panen; dan (6) Sekretariat Direktorat Jenderal. Masing-masing unit organisasi tersebut diatas mempunyai tugas dan fungsi : (1) Direktorat Perbibitan Ternak mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbibitan ternak. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Perbibitan Ternak menyelenggarakan fungsi : (a) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang bibit ternak ruminansia dan non ruminansia, serta penilaian, pelepasan, mutu dan pengembangan bibit ternak; (b) Pelaksanaan kebijakan di bidang bibit ternak ruminansia dan non ruminansia, serta penilaian, pelepasan, mutu dan pengembangan bibit ternak; (c) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang bibit ternak ruminansia dan non ruminansia, serta penilaian, pelepasan, mutu dan pengembangan bibit ternak; (d) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang bibit ternak ruminansia dan non ruminansia, serta penilaian, pelepasan, mutu dan pengembangan bibit ternak; dan (e) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perbibitan Ternak
5
(2) Direktorat Pakan Ternak mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pakan ternak. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Pakan Ternak menyelenggarakan fungsi : (a) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang bahan pakan, pakan hijauan, pakan olahan, dan mutu pakan; (b) Pelaksanaan kebijakan di bidang bahan pakan, pakan hijauan, pakan olahan, dan mutu pakan; (c) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang bahan pakan, pakan hijauan, pakan olahan, dan mutu pakan; (d) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang bahan pakan, pakan hijauan, pakan olahan, dan mutu pakan; dan (e) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pakan Ternak (3) Direktorat Budidaya Ternak mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya ternak. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Budidaya Ternak menyelenggarakan fungsi : (a) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang ternak potong, perah, unggas dan aneka ternak, serta usaha dan kelembagaan; (b) Pelaksanaan kebijakan di bidang ternak potong, perah, unggas dan aneka ternak, serta usaha dan kelembagaan; (c) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang ternak potong, perah, unggas dan aneka ternak, serta usaha dan kelembagaan; (d) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang ternak potong, perah, unggas dan aneka ternak, serta usaha dan kelembagaan; dan (e) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Budidaya Ternak (4) Direktorat Kesehatan Hewan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang Kesehatan Hewan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Kesehatan Hewan menyelenggarakan fungsi :
6
(a) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengamatan penyakit hewan, pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan, perlindungan hewan, kelembagaan dan sumber daya kesehatan hewan, dan pengawasan obat hewan; (b) Pelaksanaan kebijakan di bidang pengamatan penyakit hewan, pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan, perlindungan hewan, kelembagaan dan sumber daya kesehatan hewan, dan pengawasan obat hewan; (c) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengamatan penyakit hewan, pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan, perlindungan hewan, kelembagaan dan sumber daya kesehatan hewan, dan pengawasan obat hewan; (d) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengamatan penyakit hewan, pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan, perlindungan hewan, kelembagaan dan sumber daya kesehatan hewan, dan pengawasan obat hewan; dan (e) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Kesehatan Hewan. (5) Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Pascapanen mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Pascapanen. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Pascapanen menyelenggarakan fungsi : (a) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pascapanen, higiene sanitasi, pengawasan sanitary dan keamanan produk hewan, zoonosis dan kesejahteraan hewan, serta pengujian dansertifikasi produk hewan; (b) Pelaksanaan kebijakan di bidang pascapanen, higiene sanitasi, pengawasan sanitary dan keamanan produk hewan, zoonosis dan kesejahteraan hewan, serta pengujian dansertifikasi produk hewan; (c) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pascapanen, higiene sanitasi, pengawasan sanitary dan keamanan produk hewan, zoonosis dan kesejahteraan hewan, serta pengujian dansertifikasi produk hewan; (d) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen, higiene sanitasi, pengawasan sanitary dan keamanan produk hewan, zoonosis
7
dan kesejahteraan hewan, serta pengujian dansertifikasi produk hewan; dan (e) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Pascapanen. (6) Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat Direktorat Jenderal menyelenggarakan fungsi : (a) Koordinasi, dan penyusunan rencana dan program, anggaran, dan kerjasama, serta pelaksanaan hubungan masyarakat dan informasi publik di bidang kesehatan hewan; (b) Pengelolaan urusan keuangan dan perlengkapan; (c) Evaluasi dan penyempurnaan organisasi, tata laksana, pengelolaan urusan kepegawaian, dan penyusunan rancangan peraturan perundangundangan; (d) Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan di bidang peternakan dan kesehatan hewan; dan (e) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Selengkapnya pada Lampiran 1.
Sumberdaya Manusia Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2013 sebanyak 2160 orang, yang tersebar di kantor pusat 469 orang dan kantor daerah (UPT) 1691 orang. Jika dilihat dari jenjang pendidikannya terdiri dari S3 sebanyak 15 orang, S2 sebanyak 458 orang, S1/D4 sebanyak 438 orang, Sarjana Muda/D3 sebanyak 184 orang, SLTA sebanyak 844 orang, SLTP sebanyak 87 orang, dan SD sebanyak 120 orang. Jika dibandingkan dengan tahun 2012 dengan jumlah pegawai 2240 orang, maka jumlah pegawai pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 80 orang atau 3,57%. Penurunan pada jumlah pegawai pada tahun 2013 disebabkan karena adanya pegawai yang pensiun, meninggal dan mutasi. Secara rinci jumlah pegawai Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan berdasarkan pendidikan terakhir disampaikan pada Lampiran 1 dan 2.
8
II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
2.1` Rencana Strategis (Renstra) Dalam melaksanakan visi dan misinya pada tahun 2013, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian telah mengacu pada Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2010-2014 edisi revisi. Visi Visi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dirumuskan sebagai berikut: “Menjadi Direktorat Jenderal yang profesional dalam mewujudkan peternakan dan kesehatan hewan yang berdaya saing dan berkelanjutan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal untuk mewujudkan penyediaan dan keamanan pangan hewani serta meningkatkan kesejahteraan peternak”. Misi Untuk mewujudkan visi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan tersebut, misi yang dilaksanakan adalah: 1) Merumuskan dan menyelenggarakan kebijakan di bidang peternakan dan kesehatan hewan dalam rangka meningkatkan daya saing produksi dan produk peternakan dengan pemanfaatan sumberdaya lokal secara berkelanjutan; 2) Menyelenggarakan dan menggerakkan pengembangan perbibitan, pakan, budidaya ternak, kesehatan hewan, serta kesehatan masyarakat veteriner dan pascapanen dalam mencapai penyediaan dan keamanan pangan hewani dalam rangka meningkatkan kesejahteraan peternak; 3) Meningkatkan profesionalitas dan integritas penyelenggaraan administrasi publik. Tujuan Bersinergi dengan visi dan misi yang telah ditetapkan, tujuan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam periode tahun 20102014, adalah merumuskan kebijakan dan standarisasi teknis bidang
9
peternakan dan kesehatan hewan yang berbasis sumber daya lokal, dalam rangka: 1) Meningkatkan produksi ternak dan produk Peternakan dan kesehatan hewan yang berdaya saing; 2) Mengendalikan penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis; 3) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak. Tujuan tersebut menunjukkan bahwa peranan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan adalah merumuskan kebijakan dan standardisasi teknis untuk dapat mendongkrak pembangunan peternakan dan kesehatan hewan yang ada di masyarakat. Termasuk didalamnya para peternak, kelompok peternak, pengusaha swasta, akademisi, dan unsur perbankan.
Sasaran Sasaran utama Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan adalah memfasilitasi meningkatnya ketersediaan pangan hewani (daging, telur, susu), meningkatnya kontribusi ternak domestik dalam penyediaan pangan hewani, meningkatnya ketersediaan protein hewani asal ternak dan tersedianya daging sapi/kerbau domestik sebesar minimal 90 persen dari total kebutuhan nasional tahun 2014.
Kebijakan dan Strategi 1) Arah dan Kebijakan Pembangunan peternakan dan kesehatan hewan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional seperti dituangkan dalam RPJMN 2010-2014, utamanya dalam mewujudkan Ketahanan dan Kemandirian Pangan sebagaimana telah diamanatkan dalam KTT Pangan 2009. Untuk itu, pemerintah harus mampu menjamin arah dan langkah-langkah baik di tingkat nasional, regional, dan global direalisasikanya komitmen Millenium Developmet Goal (MDGs) yang: pro poor, pro growth, pro job; dan pelestarian lingkungan hidup. Dengan mengacu pada RPJMN, arah kebijakan umum pembangunan peternakan dan kesehatan hewan 2010-2014 adalah :
10
(1) menjamin ketersediaan dan mutu benih dan bibit ternak; (2) meningkatkan populasi dan produktivitas ternak; (3) meningkatkan produksi pakan ternak; (4) meningkatkan status kesehatan hewan; (5) menjamin produk hewan yang ASUH dan berdaya saing; dan (6) meningkatkan pelayanan prima kepada masyarakat 2) Strategi Strategi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam melaksanakan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan tahun 2010-2014 diarahkan untuk mencapai tujuan dan sasaran dalam pembangunan peternakan sesuai dengan target empat sukses Kementerian Pertanian. Memperhatikan target empat sukses Kementerian Pertanian, salah satunya adalah Pencapaian Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau, strategi yang akan ditempuh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2010-2014 yaitu: (1) Memperlancar arus produk peternakan melalui peningkatan efisiensi distribusi; (2) Meningkatkan daya saing produk peternakan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lokal; (3) Memperkuat regulasi untuk mendorong peran peternakan dalam negeri sehingga menjadi mandiri; (4) Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar sektor terkait serta networking antar daerah; (5) Meningkatkan promosi produk peternakan untuk ekspor (6) Memperkuat kelembagaan peternakan di semua lapisan dan otoritas veteriner.
Program dan Kegiatan 1) Program Program Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan mencakup serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis untuk mencapai tujuan. Salah satu program nasional yang pelaksanaannya dilakukan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan adalah “Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau dan Peningkatan Penyediaan Pangan Hewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal”.
11
Outcome yang diharapkan dari program Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan adalah (i) meningkatnya ketersediaan pangan hewani (daging, telur, susu); (ii) meningkatnya kontribusi ternak lokal dalam penyediaan pangan hewani (daging, telur, susu); (iii) meningkatnya ketersediaan protein hewani berkualitas asal ternak; dan (iv) meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan peternak. 2) Kegiatan Dalam restrukturisasi program dan kegiatan, setiap unit kerja Eselon II memiliki akuntabilitas kinerja untuk satu kegiatan. Kegiatan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan disinergikan dengan tugas pokok dan fungsi pada masing-masing Eselon II di bawahnya. Di samping itu, untuk menunjang kegiatan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pertanian yaitu dalam produksi daging sapi, maka terdapat satu program yang mencakup enam kegiatan, yaitu: (1) Peningkatan kuantitas dan kualitas benih dan bibit dengan mengoptimalkan sumber daya lokal; (2) Peningkatan produksi ternak dengan pendayagunaan sumber daya lokal; (3) Peningkatan produksi pakan ternak dengan pendayagunaan sumber daya lokal; (4) Pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis; (5) Penjaminan pangan adalah hewan yang aman dan halal serta pemenuhan persyaratan produk hewan non pangan; (6) Peningkatan koordinasi dan dukungan manajemen di bidang peternakan. 2.2 Indikator Kinerja Utama Sesuai dengan Pereturan Menteri Pertanian nomor 49/PERMENTAN/OT.140/8/2012 tentang Indikator Kinerja Utama di lingkungan Kementerian Pertanian 2010-2014, IKU Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan pada Tabel 1 berikut ini :
12
Tabel 1.
Sasaran dan Indikator Kinerja Utama Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan
No
Sasaran
Indikator Kinerja Utama
1
Meningkatnya ketersediaan pangan hewani (daging, telur, dan susu)
1) Produksi daging meningkat 4,25% per tahun (ton)
2
Meningkatnya kontribusi ternak domestik dalam penyediaan pangan hewani (daging dan telur)
2)
Produksi telur meningkat 4,42% per tahun (ton)
3)
Produksi susu meningkat 9,74% per tahun (ton)
1)
Kontribusi daging sapi domestik terhadap total produksi daging nasional meningkat (%)
2) Kontribusi daging ayam buras terhadap total produksi daging nasional meningkat (%) 3
Meningkatnya ketersediaan protein hewani asal ternak
Ketersediaan protein hewani asal ternak per kapita meningkat 3,58% per tahun (gr/kapita/tahun)
4
Tersedianya daging domestik sebesar 90% 2014
Produksi daging sapi domestik terhadap penyediaan daging sapi nasional (%)
sapi tahun
total
2.3 Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2013 memuat kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam satu tahun guna mencapai sasaran program yang ditetapkan. RKT ini merupakan turunan dari Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yang berjangka waktu satu tahun. Pada tahun 2013 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan melaksanakan enam kegiatan sebagai bagian dalam pencapaian Program Swasembada Daging Sapi/Kerbau dan Peningkatan Penyediaan Pangan Hewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal untuk mendukung empat target sukses Kementerian Pertanian. Sasaran strategis Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2013 adalah:
13
1) Meningkatnya ketersediaan pangan hewani, dengan indikator kinerja: (i) produksi daging meningkat 4,25% per tahun atau 2,51 juta ton, (ii) produksi telur meningkat 4,42% per tahun atau 1,72 juta ton, (iii) produksi susu meningkat 9,74% per tahun atau 1,32 juta ton; 2) Meningkatnya kontribusi ternak domestik dalam penyediaan pangan hewani, dengan indikator kinerja: (i) kontribusi daging sapi domestik terhadap total produksi daging nasional meningkat 22,5%, (ii) kontribusi daging ayam buras terhadap total produksi daging nasional meningkat 15,1%; 3) Meningkatnya ketersediaan protein hewani asal ternak, dengan indikator kinerja ketersediaan protein hewani asal ternak per kapita meningkat 3,58% per tahun atau 6,9 g/kapita/hr; 4) Tersedianya daging sapi domestik sebesar 90% pada tahun 2014, dengan indikator kinerja tersedianya daging sapi nasional 86,2%. 2.4 Perjanjian Kinerja Penetapan Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2013 berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2013 disusun setelah DIPA Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan diterima pada bulan Januari 2013 dengan mengikuti format sesuai Pedoman Permen-PAN dan RB Nomor 29 Tahun 2010. PK Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan ditandatangani oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Menteri Pertanian pada bulan Maret 2013 berupa outcomes yang terdiri dari empat sasaran strategis yaitu : 1) Meningkatnya ketersediaan pangan hewani, dengan indikator kinerja: (i) produksi daging 2,51 juta ton, (ii) produksi telur 1,72 juta ton, (iii) produksi susu 1,32 juta ton; 2) Meningkatnya kontribusi ternak domestik dalam penyediaan pangan hewani, dengan indikator kinerja: (i) kontribusi daging sapi domestik terhadap total produksi daging nasional meningkat 22,5%, (ii) kontribusi daging ayam buras terhadap total produksi daging nasional meningkat 15,1%; 3) Meningkatnya ketersediaan protein hewani asal ternak, dengan indikator kinerja ketersediaan protein hewani asal ternak 6,9 g/kapita/hr; 4) Tersedianya daging sapi domestik sebesar 90% pada tahun 2014, dengan indikator kinerja tersedianya daging sapi nasional 86,2%.
14
Pada bulan Juli 2013, dilakukan revisi PK dengan menambahkan indikator outcome (intermediate) yaitu: 1) Tercapainya peningkatan produksi dan populasi ternak, dengan indikator kinerja: (i) manajemen pemeliharaan dengan target 22,30%, (ii) angka kelahiran sapi potong 20,83%, (iii) peningkatan indek distribusi sapi/kerbau sebesar 65,50%; 2) Tercapainya peningkatan produksi pakan ternak dengan pendayagunaan sumber daya lokal, dengan indikator kinerja: Pertambahan berat badan harian sapi: (i) sapi lokal (Bali, Madura, Aceh) sebesar 0,4-0,6 Kg, (ii) sapi Sumba Ongole dan Peranakan 0,6-0,8 Kg, (iii) sapi persilangan (Brahman, Limosin, Simental) sebesar 1,2-1,4 Kg; 3) Terkendali dan tertanggulanginya penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis, dengan indikator: (i) tingkat kematian sapi 1,63%, (ii) tingkat kesakitan sapi 30%; 4) Tercapainya peningkatan kuantitas dan kualitas benih dan bibit ternak, dengan indikator kinerja: (i) penerapan Good Breeding Practices 3,75%, (ii) penguatan kelembagaan perbibitan 41,05%; 5) Terjaminnya pangan asal hewan yang ASUH dan pemenuhan persyaratan produk hewan non pangan dengan indikator kinerja penyediaan daging sapi/kerbau lokal sebesar 474.410 ton.
15
Anggaran Direktorat Jenderal Peternakan tahun 2013 awalnya adalah sebesar Rp 2,29 triliun, namun terdapat penghematan nasional sebesar Rp 193,82 milyar dan revisi satker pusat sebesar Rp 22,67 milyar. Selain itu APBN Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan juga mendapatkan alokasi dana Direktif Presiden (on top) sebesar Rp 618,06 milyar, sehingga total anggaran menjadi Rp 2,73 triliun. Anggaran tersebut dialokasikan pada enam kegiatan pokok, yaitu 1) peningkatan produksi ternak dengan mengoptimalkan sumber daya lokal sebesar Rp 770,55 miliar; 2) peningkatan kuantitas dan kualitas bibit dan benih dengan mengoptimalkan sumber daya lokal sebesar Rp 571,54 miliar; 3) peningkatan produksi pakan ternak dengan pendayagunaan sumber daya lokal sebesar Rp 667,43 miliar; 4) Pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis sebesar Rp 390,32 miliar; 5) Penjaminan pangan asal hewan yang aman dan halal serta pemenuhan persyaratan produk hewan non pangan sebesar Rp 198,59 miliar dan 6) dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya pada Ditjen Peternakan dan Keswan sebesar Rp 141,50 miliar.
16
Seluruh anggaran Ditjen Peternakan tersebut dialokasikan pada 100 satuan kerja di pusat (1), UPT pusat (22), provinsi (33), dan kabupaten/kota (44).
17
III. AKUNTABILITAS KINERJA
3.1.
Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran
Kriteria ukuran keberhasilan pencapaian sasaran tahun 2013 ditetapkan berdasarkan penilaian capaian melalui metode scoring, yaitu: (1) sangat berhasil (capaian >100%), (2) berhasil (capaian 80-100%), (3) cukup berhasil (capaian 6079%), dan (4) kurang berhasil (capaian <60%) terhadap sasaran yang telah ditetapkan. 3.2
Pencapaian Sasaran Strategis.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 49/Permentan/OT.140/8/2012 Indikator Kinerja Utama (IKU) Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan secara formal telah ditetapkan sebagai alat ukur keberhasilan Ditjen PKH, yang capaiannya sebagaimana Tabel 2 berikut. Tabel 2 Capaian sasaran strategis Direktorat Kesehatan Hewan tahun 2012-2013.
Jenderal
2013 Sasaran
Indikator
2012 Target
Meningkatnya ketersediaan pangan hewani (daging, telur, susu)
Meningkatnya kontribusi ternak domestik dalam penyediaan pangan hewani (daging dan telur)
Realisasi
Peternakan
Persentase Pertumbuhan 2012-2013 (%) (%)
Produksi daging
2,66 jt ton
2,51 jt ton
2,83 juta ton
112,52
5,72
Produksi telur
1,62 jt ton
1,72 jt ton
1,71 juta ton
99,89
5,54
Produksi susu
0,96 jt ton
1,32 juta ton
0,98 juta ton
74,24
2,04
Kontribusi daging sapi domestik terhadap total produksi daging nasional meningkat (%)
19,09
22,50
19,29
85,73
1,37
15,10
10,16
67,28
1,28
Kontribusi daging ayam buras terhadap total produksi daging nasional meningkat (%)
10,03
dan
Meningkatnya ketersediaan protein hewani asal ternak
Ketersediaan protein hewani asal ternak per kapita meningkat 3,58% per tahun (g/kapita/hr)
6,93
6,90
6,73
97,53
-2,89
Tersedianya daging sapi domestik sebesar 90 persen
Produksi daging sapi domestik terhadap total penyediaan daging sapi nasional (%)
81,37
86,20
78,85
91,47
-3,10
3.2.1 Capaian Kinerja Makro Capaian Kinerja Makro Ekonomi Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan diukur dari Produk Domestik Bruto (PDB), Serapan Tenaga Kerja, 18
Investasi, Nilai Tukar Petani (NTP) dan Ekspor-Impor. Dalam kurun waktu tahun 2012-2013 kinerja makro ekonomi tersebut sebagai berikut : (1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto berdasarkan harga konstan pada tahun 2012 periode januari-september sebesar Rp. 31.036,80 miliar, dan tahun 2013 periode januari-september telah mencapai Rp. 32.366,50 miliar, sehingga terjadi peningkatan 4,28%. Sedangkan PDB berdasarkan harga berlaku pada tahun 2012 periode januari-september sebesar Rp 107.422,10 miliar, pada tahun 2013 periode yang sama terjadi peningkatan 12,45% yaitu sebesar Rp 120.792,30 miliar. Serapan Tenaga Kerja Penyerapan tenaga kerja peternakan cenderung mengalami peningkatan, jika pada tahun 2012 sebesar 4,24 juta orang, pada tahun 2013 meningkat menjadi 4,25 juta orang (angka perkiraan Pusdatin). Sub sektor peternakan menyumbang 11,6% tenaga kerja terhadap sektor pertanian pada tahun 2012, sedangkan tahun 2013 sub sektor peternakan menyumbang 11,8% tenaga kerja untuk sektor pertanian. Investasi Nilai investasi PMDN sub sektor peternakan pada tahun 2013 periode januari-september mengalami kenaikan yang signifikan yaitu sebesar 378,99% dibandingkan dengan tahun 2012 pada periode yang sama, dari Rp 61,02 Milyar menjadi Rp 292,30. Berbeda dengan investasi PMDN, investasi PMA mengalami penurunan sebesar 33,74%, dari US$ 15,02 juta pada tahun 2012 (periode januari-september) menjadi US$ 9,95 juta pada tahun 2013 (periode januari-september). Nilai Tukar Petani Kesejahteraan peternak diukur dari Nilai Tukar Petani Peternak (NTPP), hasilnya cenderung fluktuatif. Pada periode januari-september tahun 2013 NTPP sebesar 101,73 atau terjadi peningkatan sebesar 0,50% dibandingkan periode yang sama tahun 2012 yang NTPP nya sebesar 101,23. Hal ini mengindikasikan terjadi peningkatan pendapatan peternak Ekspor-Impor Neraca perdagangan ekspor-impor produksi peternakan pada tahun 2013 masih mengalami defisit. Pada periode januari-september angka sementara menunjukkan neraca perdagangan defisit sebesar US$ 1,67 juta. Pada tahun 2012 (januari-september) rasio ekspor terhadap impor sebesar 1:5,09, sedangkan pada tahun 2013 untuk periode yang sama rasionya meningkat menjadi 1:5,14. 19
Selengkapnya capaian kinerja makro ekonomi pembangunan peternakan dan kesehatan hewan disampaikan pada Tabel 3 berikut: Tabel 3 Capaian Kinerja Makro Ekonomi Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2012-2013
NO 1
2
TAHUN
URAIAN
2012
2013
1. Harga Berlaku
107.422,10
120.792,30
2. Harga Konstan
31.036,80
32.366,50
4.238.209
4.253.338
36.429.250
36.048.200
11,6
11,8
1. PMDN (Rp. Milyar)
61,02
292,3
2. PMA (US$ Juta)
15,02
9,95
101,23
101,73
1. Nilai (US$)
1:5,09
1:5,14
2. Volume (Kg)
1:6,87
1:5,91
PDB (Rp.miliar)
1)
Tenaga Kerja (orang)
2)
1. Bidang Peternakan 2. Bidang Pertanian 3. % Nak thd Tan 3
Investasi
3)
4
Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPP)
5
Rasio Ekspor-Impor
4)
5)
Keterangan: 1. 2. 3. 4. 5.
PDB : Sumber BPS, Data periode Januari-September Sumber Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) BPS (2013), Tahun 2013 Proyeksi Pusdatin (2013) Sumber Badan Koordinasi Penanaman Modal, Data periode Januari- September Sumber BPS, data Januari – September Sumber BPS diolah oleh PUSDATIN, data periode Januari-September
3.3 Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja. 3.3.1 Produksi Daging. Produksi daging secara nasional tahun 2013 tercapai 2,83 juta ton, jika dibandingkan produksi tahun 2012 sebesar 2,66 juta ton, maka produksinya tumbuh sebesar 5,72%. Bila dibandingkan dengan target 4,25%, maka kinerja
20
pertumbuhannya telah melampaui target. Capaian produksi daging tersebut, mencapai 2,83 juta ton dari target produksi daging 2013 sebesar 2,51 juta ton. Capaian produksi daging tahun 2013 yang meningkat cukup tinggi ini, juga telah melampaui target yang ditetapkan pada Renstra Ditjen PKH pada tahun 2014 sebesar 2,66 juta ton, sehingga dapat dinilai sangat berhasil. Sehingga perlu dipertimbangkan untuk merevisi target volume produksi daging tahun 2014. Meningkatnya produksi daging nasional tersebut disebabkan karena pertama, pertumbuhan produksi daging per komoditi pada tahun 2013 terhadap 2012 yang meningkat antara 2,7%-8,19%, kecuali kelinci, merpati dan itik manila yang stagnan, dan kedua pertumbuhan produksi daging 2013 terhadap 2010 yang signifikan sebesar 16,3%. Selengkapnya pada tabel 4. Tabel.4. Komoditas dan Produksi Daging Tahun 2010 - 2013 (000 ton) No
Komoditas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Sapi Kerbau Kambing Domba Babi Kuda Ayam Buras Ayam Ras Petelur Ayam Ras Pedanging Itik Kelinci Burung Puyuh Merpati Itik Manila Total
Produksi 2010
2011
2012
2013*
436,5 35,9 68,8 44,9 212,0 2,0 267,6 57,7 1.214,3 26,0 0,1 0,4 2.366,2
485,3 35,3 66,3 46,8 224,0 2,2 264,8 62,1 1.337,9 28,2 0,2 0,1 0,1 2.554,2
508,9 37,0 65,2 44,4 232,1 2,9 267,5 66,1 1.400,5 30,1 0,4 6,9 0,6 3,6 2.666,0
545,6 40,3 67,0 45,7 245,6 3,0 287,4 70,7 1.479,8 31,0 0,4 7,2 0,6 3,6 2.827,7
Pertum.2013 thd 2012
Pertum.2013 thd 2010
6,73 8,19 2,69 2,84 5,50 3,33 6,92 6,51 5,36 2,90 0,00 4,17 0,00 0,00 5,72
20,00 10,92 -2,69 1,75 13,68 33,33 6,89 18,39 17,94 16,13 75,00 98,61 83,33 0,00
16,3
Keterangan : 1. Sumber data Statistik Ditjen PKH 2013 2. Pertumbuhan produksi daging Burung puyuh 2013 terhadap 2011 3. Pertumbuhan produksi daging itik manila 2013 terhadap 2012 4. *= angka sementara
3.3.2 Produksi Telur Produksi telur secara nasional tahun 2013 tercapai 1,71 juta ton, jika dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 1,62 juta ton, maka produksinya tumbuh 5,54 %, dan pertumbuhannya telah melebihi dari target sebesar 4,42%. Namun capaian tersebut hanya mencapai 99,89% dari target produksi telur tahun 2013 sebesar 1,72 juta ton. Sehingga dapat dinilai berhasil. Dengan capaian pertumbuhan yang
21
cukup baik, maka pada tahun berikutnya diperlukan upaya koordinasi yang lebih intensif dengan stakeholders dalam mencapai target produksi. Selengkapnya pada Tabel 5. Tabel 5 Komoditas dan Produksi Telur Tahun 2010 - 2013 (000 ton) Produksi No
Komoditas
2010
2011
2012 1 Ayam Buras 175,5 172,2 197,1 2 Ayam Ras Petelur 945,6 1.027,8 1.139,9 3 Itik 245,0 256,2 265,0 4 Burung Puyuh 15,8 5 Itik Manila 11,0 Total 1.366,2 1.456,2 1.628,7 Sumber data : Data Statistik Ditjen PKH, 2013, *= angka sementara
2013* 200,6 1.223,7 272,4 16,1 6,0 1.718,9
3.3.3 Produksi Susu Produksi susu nasional tahun 2013 tercapai 0,98 juta ton, jika dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 0,95 juta ton (Data Statistik Ditjen PKH 2013), maka produksinya tumbuh 2,28%. Capaian produksi susu tersebut, hanya 73,83% dari target produksi susu 2013 sebesar 1,32 juta ton. Sehingga dapat dinilai cukup berhasil. Bila dilihat tingkat pertumbuhan dan upaya yang belum fokus untuk meningkatkan produksi susu dalam negeri, maka perlu dipertimbangkan untuk menurunkan target pertumbuhan dan volume produksi susu pada tahun 2014 secara rasional. 3.3.4 Kontribusi daging sapi domestik terhadap total produksi daging nasional meningkat. Realisasi kontribusi daging sapi domestik tahun 2013 sebesar 19,29%, apabila dibandingkan dengan targetnya sebesar 22,50% hanya mencapai 74,24% dan meningkat 2,04% dibandingkan dengan kontribusi tahun 2012 sebesar 19,09%. Sehingga dapat dinilai cukup berhasil. Peningkatan kontribusi ini, disebabkan oleh meningkatnya jumlah produksi daging sapi dalam negeri sebesar 7,07%. 3.3.5 Kontribusi daging ayam buras terhadap total produksi daging nasional meningkat. Kontribusi daging ayam buras terhadap total produksi ayam nasional, tahun 2013 sebesar 10,16% atau baru mencapai 85,73% (berhasil) dari targetnya sebesar 15,10% dan meningkat 1,28% bila dibandingkan dengan kontribusi daging tahun 2012 sebesar 10,03%. Selengkapnya pada Tabel 6.
22
Tabel 6. Share Daging terhadap Total Produksi Daging Tahun 2012 dan 2013 Per Komoditas No
Komoditas
Produksi (000 Ton)
Share (%)
2012 2013 2012 2013* 1 Sapi 508,9 545,6 19,09 19,29 2 Kerbau 37,0 40,3 1,39 1,42 3 Kambing 65,2 67,0 2,45 2,37 4 Domba 44,4 45,7 1,66 1,62 5 Babi 232,1 245,6 8,71 8,69 6 Kuda 2,9 3 0,11 0,11 7 Ayam Buras 267,5 287,4 10,03 10,16 8 Ayam Ras Petelur 66,1 70,7 2,48 2,50 9 Ayam Ras Pedanging 1.400,5 1.479,8 52,53 52,33 10 Itik 30,1 31,0 1,13 1,10 11 Kelinci 0,4 0,4 0,01 0,01 12 Burung Puyuh 6,9 7,2 0,26 0,25 13 Merpati 0,6 0,6 0,02 0,02 14 Itik Manila 3,6 3,6 0,12 0,13 Total 2.666,0 2.827,7 100 100 Sumber : Data Statistik Ditjen PKH 2013 yang diolah, *= angka sementara
3.3.6 Ketersediaan protein hewani asal ternak. Ketersediaan tersebut telah mencapai 97,53% atau 6,73 g/kapita/tahun dari target sebesar 6,90 g/kapita/tahun, sehingga dapat dinilai berhasil. Namun bila dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 6,93 g/kapita/tahun telah terjadi penurunan sebesar 2,89%, atau jika dibandingkan dengan sasaran pertumbuhan 3,58% per tahun maka capaian tahun 2013 tidak mencapai sasaran pertumbuhannya. Apabila dilihat dari pertumbuhan tahun 2013 terhadap tahun 2010, maka pertumbuhannya sebesar 8,62%. Selengkapnya pada Tabel 7 berikut ini.
23
Tabel 7. Ketersediaan Protein Hewani Asal Ternak 2010-2013 Sasaran
Indikator
2010
2011
2012
2013
Meningkatnya ketersediaan protein hewani asal ternak
Ketersediaan protein hewani asal ternak per kapita meningkat 3,58% per tahun (g/kapita/hr)
6,15
6,53
6,93
6,73
Pertumbuhan Pertumbuhan 2012-2013 2013 thd 2010 (%) (%)
-2,89
8,62
Keterangan : 1. Sumber data Statistik Ditjen PKH 2013 2. Pertumbuhan produksi daging Burung puyuh 2013 terhadap 2011 3. Pertumbuhan produksi daging itik manila 2013 terhadap 2012, 4. *= angka sementara
3.3.7 Produksi daging sapi domestik terhadap total penyediaan daging sapi nasional (Sapi dan Kerbau) Target produksi sapi domestik terhadap total penyediaan daging sapi nasional merupakan target swasembada daging sapi dan kerbau. Persentase produksi daging sapi dan kerbau domestik/lokal terhadap total daging sapi dan kerbau nasional tahun 2013 sebesar 78,85% atau mencapai 91,47% dari targetnya sebesar 86,20%. Sehingga pencapaiannya dapat dinilai berhasil. Persediaan daging sapi tahun 2013 berdasarkan angka sementara sebesar 577,00 ribu ton, yang terdiri dari 439,00 ribu ton produksi lokal dan 118,00 ribu ton berasal dari impor. Sementara persediaan daging sapi tahun 2012 sebesar 505,00 ribu ton, yang terdiri dari 410,00 ribu ton produksi lokal dan 95,00 ribu ton berasal dari impor. Hal yang menggembirakan adalah bukan hanya persediaan daging yang meningkat pada tahun 2013, tetapi produksi daging lokal meningkat dari 410,00 ribu ton tahun 2012 menjadi 439,00 ribu ton tahun 2013 atau terjadi peningkatan sebesar 29,00 ribu ton (7,07%). Peningkatan produksi daging lokal ini belum dapat menekan proporsi daging impor dari semula 18,81% terhadap total konsumsi daging sapi nasional pada tahun 2012 meningkat menjadi 21,11% tahun 2013. Hal ini disebabkan distribusi yang tidak efisien yang karena tidak tersedianya sarana transportasi dan sarana bongkar muat di pelabuhan yang memenuhi standar animal welfare sehingga terjadinya penurunan bobot badan sekitar 30% serta kematian dan cacat mencapai 10%, dan adanya kebijakan menghilangkan kuota impor menjadi harga referensi. Kegiatan-kegiatan yang mendukung pencapaian sasaran Swasembada Daging Sapi dan kerbau di atas yang dilaksanakan tahun 2012-2013, seperti pada Tabel 8 berikut.
24
Tabel 8.
No
Kegiatan-kegiatan Tahun 2012-2013 dalam rangka Pencapaian Swasembada Daging Sapi dan Kerbau 2014 Kegiatan
2012
2013 Target Realisasi 1.018 klp 1.070 klp 199 klp 165 klp 231 Klp 230 klp 291 klp 285 klp 2.610.500 2.806.349 stek stek
%
1 2 3 4 5
Penguatan Sapi/Kerbau Betina Bunting Pembibitan Sapi Potong/kerbau Integrasi Tanaman-Ruminansia Pengembangan Hijauan Pakan Ternak Penanaman dan Pengembangan Tanaman Pakan Berkualitas
2.008 klp 64 klp 95 klp 140 klp -
6 7
Peningkatan Kapasitas Petugas IB, PKB dan ATR Produksi semen beku Pengadaan Pejantan INKA
2.048 orang 4,32 juta dosis 2.754 ekor
1.907 orang 5,19 juta dosis 2.298 ekor
120,12
8 9
Pengembangan Indukan Sapi
2.137 orang 4,16 juta dosis 5.755 ekor 7.760 ekor 3.269 unit
2.170 ekor
2.170 ekor
100,00
526 Unit
434 Unit
82,51
153.186 dosis
672.181 dosis
536.341 dosis
79,79
35 unit
111 unit
103 unit
92,79
24 paket 22 Unit
43 Paket 30 Unit
42 Paket 30 Unit
97,67 100,00
10
Penguatan Kelembagaan Inseminasi Buatan (IB) 11 Penanggulangan Gangguan Reproduksi Pada Sapi/Kerbau dan Penyakit Parasiter 12 Penguatan Kelembagaan Kesehatan Hewan 13 Fasilitasi RPH 14 Fasilitasi Kios Daging Sumber data: Ditjen PKH, 2013
105,11 82,91 99,56 97,98 107,50 93,12
83,44
Secara umum terealisasi diatas 80%, kecuali kegiatan penanggulangan gangguan reproduksi pada sapi/kerbau dan penyakit parasiter. Capaian Visi, Misi dan Tujuan program Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, diukur dari tingkat capaian 4 (empat) sasaran strategis. Besarnya capaian empat sasaran strategis Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan tujuh indikator adalah 67,28% s.d 112,52, atau capaian rata-ratanya 90,65%. Nilai ini termasuk dalam kategori berhasil. Namun bila dibandingkan dengan tahun 2012 terjadi kenaikan sebesar 1,12%. Sedangkan Indikator capaian outcome Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan tidak dapat dinilai seluruhnya, disebabkan : 1) belum dilakukan pengukuran (belum dilaporkan), khusus sasaran (1) tercapainya peningkatan produksi dan populasi ternak, (2) tercapainya peningkatan produksi pakan ternak dengan pendayagunaan sumber daya lokal, dan (3) terkendali dan tertanggulanginya penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis, 2) tidak tersedia dana 25
melakukan pengukuran oleh penanggungjawab ditingkat eselon II. Secara rinci capaian indikator outcome pada Lampiran 3 Untuk sasaran tercapainya peningkatan kuantitas dan kualitas bibit ternak dapat dilaporkan sebagai berikut : a. Penerapan Good Breeding Practices (GBP) Lembaga pembibitan ternak yang telah menerapkan Good Breeding Practices (GBP) sampai dengan tahun 2013 sebanyak 180 unit (67%) dari 269 unit lembaga pembibitan ternak, keberhasilan yang dicapai untuk penerapan GBP sebesar 0,17% atau 3,67% dibawah nilai ditargetkan yakni 3,75% (dinilai berhasil). Capaian tersebut relatif rendah dari target yang ditetapkan disebabkan kelompok pembibitan kerbau dan sebagian kelompok pembibit sapi potong belum menerapkan pencatatan secara optimal. b. Penguatan Kelembagaan Pembibitan Realisasi indikator outcome penguatan kelembagaan perbibitan sesuai dengan yang ditargetkan yakni 41,05% (dinilai berhasil). Jumlah kelembagaan yang ada di perbibitan sama dengan tahun sebelumnya yakni UPT Perbibitan sebanyak 10 unit, UPT Daerah sebanyak 26 unit, dan kelompok perbibitan sebanyak 233 unit. Namun, secara kualitas terjadi peningkatan dari segi penerapan sistem manajemen mutu dan penerapan SNI benih dan bibit ternak. Sedangkan sasaran terjaminnya pangan asal hewan yang ASUH dan pemenuhan persyaratan produk hewan non pangan dapat tercapai 439 ribu ton atau 92 % dari target 474 ribu ton. 3.4
Kinerja Lainnya. 1) Kebutuhan semen beku nasional untuk pelaksanaan IB dipenuhi dari 2 (dua) Balai Inseminasi Buatan nasional yaitu BBIB Singosari dan BIB Lembang serta lebih kurang 14 BIB Daerah (BIBD) yang tersebar dibeberapa provinsi. Sesuai dengan makna swasembada, pembangunan peternakan menekankan pada pemberdayaan dan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lokal untuk mengurangi ketergantungan impor. Saat ini Pejantan unggul di BBIB/BIB Nasional dan Daerah terdiri dari sapi potong bangsa Ongole, Limousin, Simmental, Angus, Bali, Brahman, Madura, dan sapi perah bangsa FH. Stok pejantan yang berada di BIB Nasional dan BIBD berjumlah 565 ekor. Dari jumlah tersebut setiap tahunnya dapat dihasilkan sebanyak 5,6 juta straw yang siap intuk di
26
inseminasikan dan di ekspor. calon pejantan yang tersedia di B/BIB nasional dan daerah sudah dapat mencukupi kebutuhan benih dan bibit di Indonesia sebanyak 265 ekor. Maka dengan demikian kebutuhan akan pejantan dapat dipenuhi di dalam negeri, sehingga kita tidak perlu lagi import pejantan unggul. Dengan demikian Swasembada Bull telah terpenuhi. 2) Pembibitan sapi potong di 3 Pulau tahun 2013 dilaksanakan di Pulo Raya (Aceh), Pulau Sapudi (Jatim) dan Pulau Nusa Penida (Bali). Kegiatan ini nantinya akan diarahkan kepemurnian sapi sapi yang ada di pulau tersebut dan menjadikan pulau tersebut sebagai wilayah sumber bibit dan mempertahankan Sumber Daya Genetik (SDG) hewan. 3) Penyakit anjing gila merupakan penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia dan beresiko tinggi terhadap tingkat kematian, serta berdampak psikologis dan ekonomis. Hasil pengamatan (active surveillance) yang dilakukan oleh Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, serta Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Regional III Bandar Lampung dalam jangka waktu empat Tahun terakhir tidak ditemukan kasus penyakit anjing gila (rabies). Atas dasar pertimbangan tersebut serta menindaklanjuti Pasal 45 ayat 2 UndangUndang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan maka Menteri Pertanian menyatakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Bebas Penyakit Anjing Gila (rabies) melalui Keputusan Menteri Pertanian nomor : 4435/Kpts/PD.620/7/2013. 4) Pada tahun 2013 seluruh Direktorat Teknis lingkup Ditjen PKH telah memiliki website dan telah dilakukan pembenahan domain website UPT lingkup Ditjen PKH dengan mempertimbangkan regulasi yang berlaku sesuai domainnya menggunakan ditjennak.deptan.go.id. Selain itu secara bertahap seluruh pegawai Lingkup Ditjen PKH telah memiliki email @deptan.go.id, untuk melihat perkembangan dan informasi terkait peternakan dan kesehatan hewan dapat mengunjungi website : http://ditjennak.deptan.go.id 5) Kegiatan uji zuriat sapi perah nasional bertujuan untuk memperoleh pejantan FH unggul dan mengurangi ketergantungan impor pejantan unggul. Realisasi kegiatan uji zuriat periode II B adalah jumlah Participated Cow (PC) 3.427 ekor, PC bunting 1.541 ekor, kelahiran Daughter Cow (DC) 635 ekor, DC yang masih ada sebanyak 487 ekor, DC bunting 64
27
ekor, DC laktasi 37 ekor, sedangkan realisasi kegiatan uji zuriat periode II C adalah jumlah PC 3.427 ekor, PC bunting 34 ekor 6) Pengembangan sapi potong melalui ranch peternakan di Nusa Tenggara Timur dan Papua Barat merupakan sebuah proyek khusus yang dilaksanakan untuk menindaklanjuti instruksi Presiden RI dalam kunjungannya ke Pulau Sumba pada akhir tahun 2012 dan selaras dengan program MP3EI serta mendukung program PSDSK. Proyek ini didukung dengan anggaran On Top 2013, dan harus dilakukan dengan sangat cermat, agar tujuan, sasaran dan keluaran yang diharapkan dapat tercapai dengan baik. Kegiatan fisik yang dapat tercapai dalam pelaksanaan kegiatan sampai dengan akhir tahun anggara 2013 adalah : a) Perbaikan padang penggembalaan seluas 1.060 hektar atau 23,1 persen pada 98 kelompok peternak sapi potong di Provinsi NTT dan Papua Barat; b) Pengembangan 103 hektar kebun hijauan pakan ternak pada 16 kelompok peternak sapi potong di Provinsi NTT (kab. Belu, dan Kupang) dan 90 hektar kebun hijauan pakan di Fakfak, Papua Barat; c) Pembangunan gudang pakan pada 36 kelompok peternak sapi potong di Provinsi NTT dan 1 unit gudang pakan di Fakfak Papua Barat, realisasi 8 unit di Kabupaten Belu dan 5 unit di Kabupaten Kupang atau 38%. Sisa target pekerjaan (62%) masih dalam tahap penyelesaian pembangunan oleh pihak ketiga, dengan penambahan waktu pelaksanaan dengan penjaminan bank setempat; d) Pengadaan ternak sapi sebagai upaya penguatan kelompok, realisasi 4.953 ekor atau 49,9%, terdiri dari NTT 1.873 ekor atau 29,35% dan Papua Barat 3.080 ekor atau 73,68%. 7) Program percepatan pembangunan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) tahun 2013 di Provinsi Nusa Tenggara Timur, merupakan kegiatan Direktif Presiden, dengan melibatkan 16 kementerian/lembaga negara dan sebagai koordinator kegiatan adalah Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. Pada tahun 2013, kegiatan MBR ini dilaksanakan di 8 kabupaten/kota, yang meliputi : pengembangan budidaya Sapi sebanyak 92 kelompok, pengembangan budidaya babi 46 kelompok, pembangunan infrastruktur embung 26 unit, tata kelola air 27 paket, dan puskeswan 10 unit. 8) Provinsi Jawa Timur adalah merupakan gudang ternak sehingga menjadi daerah utama produsen produk pangan hewani di Indonesia. Kegiatan Pengembangan Sapi dan Kambing di Pulau Madura Tahun 2013 bertujuan untuk menarik investasi melalui pengembangan komoditas peternakan
28
sebagai upaya peningkatan perekonomian di Pulau Madura khususnya koridor II MP3EI, mendorong investasi baru PMA dan PMDN di bidang industri Peternakan, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat khusunya peternak di Pulau Madura melalui usaha peternakan serta meningkatkan optimasi potensi sumber daya lokal untuk sebesarbesarnya kepentingan masyarakat lokal. Kegiatan yang terkait meliputi Kegiatan Pengembangan Kapasitas Petugas IB, PKB dan ATR, Kegiatan Optimalisasi INKA, Kegiatan Pengembangan Budidaya Kambing Perah, Pengembangan Lumbung Pakan (LP) Ruminansia, Kegiatan Penguatan Puskeswan, Kegiatan Penanggulangan Gangguan Reproduksi, Pembangunan Laboratorium Tipe C, dan Penambahan Indukan Sapi.
3.5 Akuntabilitas Keuangan 1) Alokasi Anggaran. Anggaran Direktorat Jenderal Peternakan tahun 2013 awalnya adalah sebesar Rp 2,29 triliun, namun terdapat penghematan nasional sebesar Rp 193,82 milyar dan revisi satker pusat sebesar Rp 22,67 milyar. Selain itu APBN Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan juga mendapatkan alokasi dana Direktif Presiden (on top) sebesar Rp 618,06 milyar, sehingga total anggaran menjadi Rp 2,73 triliun. Dibandingkan anggaran tahun sebelumnya yaitu Rp. 2,57 triliun terdapat kenaikan 5,86%. 2) Realisasi Keuangan . Realisasi anggaran Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan sampai dengan tanggal 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp 2,35 triliun atau 85,97% dari total anggaran Rp 2,74 triliun. Realisasi anggaran per Unit Kerja, Jenis Belanja adalah sebagai berikut : (1)
Realisasi Per Unit Kerja Berdasarkan alokasi anggaran Unit Kerja realisasi anggarannya sebagai berikut: realisasi kantor pusat sebesar Rp. 273,6 milyar atau tercapai 90,98% dari pagu Rp. 300,8 milyar; Kantor daerah sebesar Rp. 420,7 milyar atau tercapai 85,60% dari pagu Rp. 491,5 milyar; Dekonsentrasi sebesar Rp. 263,4 milyar atau tercapai 86,38% dari pagu Rp. 304,9 milyar; TP Provinsi sebesar 1,11 triliun atau tercapai 88,0% dari pagu Rp. 1,27 triliun; TP Kabupaten sebesar Rp. 279,3 milyar atau tercapai 75,14% dari pagu Rp. 371,7 milyar.
29
(2)
Realisasi Per Jenis Belanja Berdasarkan alokasi anggaran per jenis belanja realisasi anggarannya sebagai berikut : realisasi belanja pegawai sebesar 91,08% atau Rp. 118,5 milyar dari pagu sebesar 130,1 milyar; belanja barang sebesar 84,45% atau Rp. 1,74 triliun dari pagu sebesar Rp. 2,07 triliun; belanja modal sebesar 75,1% atau 150,5 milyar dari pagu sebesar 200,4 milyar; belanja sosial sebesar 99,69% atau 338,03 milyar dari pagu sebesar Rp. 339,06 milyar.
(3)
Realisasi Per Kegiatan Realisasi anggaran per kegiatan dapat diuraikan sebagai berikut : (1) Kegiatan Peningkatan Kuantitas dan Kualitas Benih dan Bibit Dengan Mengoptimalkan Sumber Daya Lokal terealisasi sebesar 91,24% atau Rp.521,46 miliar; (2) Kegiatan Peningkatan Produksi Ternak Dengan Pendayagunaan Sumber Daya Lokal terealisasi sebesar 86,60% atau Rp.667,28 miliar; (3) Kegiatan Peningkatan Produksi Pakan Ternak Dengan Pendayagunaan Sumber Daya Lokal terealisasi sebesar 75,42% atau Rp.503,39 miliar ; (4) Kegiatan Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan Menular Strategis dan Penyakit Zoonosis terealisasi sebesar 92,60% atau Rp.361,43 miliar; (5) Kegiatan Penjaminan Pangan Asal Hewan Yang Aman dan Halal Serta Pemenuhan Persyaratan Produk Hewan terealisasi sebesar 92,62% atau Rp.183,93 miliar; (6) Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Pada Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan terealisasi sebesar 83,40% atau Rp.118,01 miliar.
Apabila dilihat kinerja realisasi keuangan tahun 2013 sebesar 85%, menurun dibanding tahun 2012 sebesar 92%. Serapan anggaran tahun 2013 tersebut tidak tercapai sesuai target, secara umum dikarenakan: 1) Tidak selesainya pelaksanaan kontrak belanja barang akun 526; 2) Proses tender gagal tidak ada yang menawar untuk tender ulang sudah tidak dimungkinkan waktunya; 3) Terjadi penghematan pada proses tender.
30
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan Secara umum kinerja Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan pada tahun 2013 ditunjukkan dengan keberhasilan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Capaian kinerja diuraikan sebagai berikut : 1) Capaian empat sasaran strategis Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan terealisasi antara 67,28% s.d 112,52%. Apabila dirata-ratakan realisasi target dengan tujuh indikator, maka terealisasi 90,65% atau masuk dalam kategori berhasil. 2) Produksi daging secara nasional tahun 2013 tercapai 2,83 juta ton, jika dibandingkan produksi tahun 2012 sebesar 2,66 juta ton, maka produksinya tumbuh sebesar 6,06%. Bila dibandingkan dengan target 4,25%, maka kinerja pertumbuhannya telah melampaui target. Capaian produksi daging tersebut, mencapai 2,83 juta ton dari target produksi daging 2013 sebesar 2,51 juta ton. Capaian produksi daging tahun 2013 yang meningkat cukup tinggi ini, juga telah melampaui target yang ditetapkan pada Renstra Ditjen PKH pada tahun 2014 sebesar 2,66 juta ton. Sehingga perlu dipertimbangkan untuk merevisi target volume produksi daging tahun 2014. 3) Produksi telur secara nasional tahun 2013 tercapai 1,71 juta ton, jika dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 1,62 juta ton, maka produksinya tumbuh 5,54 %, dan pertumbuhannya telah melebihi dari target sebesar 4,42%. Namun capaian tersebut hanya mencapai 99,89% dari target produksi telur tahun 2013 sebesar 1,72 juta ton. Dengan capaian pertumbuhan yang cukup baik, maka pada tahun berikutnya diperlukan upaya koordinasi yang lebih intensif dengan stakeholders dalam mencapai target produksi. 4) Produksi susu nasional tahun 2013 tercapai 0,98 juta ton , jika dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 0,95 juta ton, maka produksinya tumbuh 2,28%. Capaian produksi susu tersebut, hanya 73,83% dari target produksi susu 2013 sebesar 1,32 juta ton. Bila dilihat tingkat pertumbuhan dan upaya yang belum fokus untuk meningkatkan produksi susu dalam negeri, maka perlu dipertimbangkan untuk menurunkan target pertumbuhan dan volume produksi susu pada tahun 2014 secara rasional.
31
5) Persentase produksi daging sapi dan kerbau domestik/lokal terhadap total daging sapi dan kerbau nasional tahun 2013 sebesar 78,85% atau mencapai 91,47% dari targetnya sebesar 86,20%. Persediaan daging sapi tahun 2013 berdasarkan angka sementara sebesar 577,00 ribu ton, yang terdiri dari 439,00 ribu ton produksi lokal dan 118,00 ribu ton berasal dari impor. Sementara persediaan daging sapi tahun 2012 sebesar 505,00 ribu ton, yang terdiri dari 410,00 ribu ton produksi lokal dan 95,00 ribu ton berasal dari impor. Hal yang menggembirakan adalah bukan hanya persediaan daging yang meningkat pada tahun 2013, tetapi produksi daging lokal meningkat dari 410,00 ribu ton tahun 2012 menjadi 439,00 ribu ton tahun 2013 atau terjadi peningkatan sebesar 29,00 ribu ton (7,07%). Peningkatan produksi daging lokal ini belum dapat menekan proporsi daging impor dari semula 18,81% terhadap total konsumsi daging sapi nasional pada tahun 2012 meningkat menjadi 21,11% tahun 2013. Hal ini disebabkan distribusi yang tidak efisien yang karena tidak tersedianya sarana transportasi dan sarana bongkar muat di pelabuhan yang memenuhi standar animal welfare sehingga terjadinya penurunan bobot badan sekitar 30% serta kematian dan cacat mencapai 10%, dan adanya kebijakan menghilangkan kuota impor menjadi harga referensi. 6) Realisasi penyerapan anggaran mencapai 85,97% atau Rp 2,35 triliun. Persentase serapan anggaran terbesar adalah di satuan kerja Kantor Pusat (90,98%), kemudian berturut-turut diikuti satuan kerja Tugas Pembantuan Provinsi (88%), Dekonsentrasi (86,38%), Kantor Daerah/UPT (85,60%) dan Tugas Pembatuan Kab (75,14%). 7) Serapan anggaran tidak mencapai 100% dikarenakan: 1) Tidak selesainya pelaksanaan kontrak belanja barang akun 526; 2) Proses tender gagal tidak ada yang menawar untuk tender ulang sudah tidak dimungkinkan waktunya; 3) Terjadi penghematan pada proses tender.
4.2.Rencana Tindak Lanjut. Dalam upaya memperkuat pencapaian PSDSK pada tahun 2014 melalui penyediaan daging sapi lokal minimal sebesar 90% dari kebutuhan nasional, maka beberapa kegiatan terobosan yang akan dilakukan antara lain :
32
5) Refokusing kegiatan dan anggaran dilakukan melalui (1) memperkuat komitmen daerah dalam pencapaian target populasi dan produksi ternak, (2) melakukan penetapan wilayah IB, INKA, Perbibitan dan budidaya, (3) melaksanakan pembangunan melalui pendekatan kawasan, (4) menginisiasi penerbitan regulasi bidang peternakan, dan (5) memperkuat kelembagaan dan SDM peternakan dan Kesehatan Hewan. 6) Dalam meningkatkan produksi dan produktivitas ternak, ketersediaan dan kontinyuitas hijauan makanan ternak sangat diperlukan. Untuk itu perlu disediakan adanya lahan yang digunakan sebagai kebun hijauan makanan ternak dan padang pengembalaan. Peningkatan produksi hijauan makanan ternak yang berkualitas dilakukan melalui perluasan areal kebun hijauan makanan ternak dan padang penggembalaan yang ada. Perluasan areal ini menambah baku lahan melalui pembukaan lahan baru dan atau pemanfaatan lahan-lahan yang sementara tidak diusahakan. Padang penggembalaan merupakan lahan yang ditanami rumput unggul atau legume yang digunakan untuk menggembalakan ternak. Kegiatan Pengembangan Padang Penggembalaan termasuk salah satu kegiatan strategis Direktorat Pakan Ternak Tahun 2014. Kegiatan pengembangan padang penggembalaan akan dilaksanakan di 3 Kabupaten yaitu Kabupaten Bener Meriah yang terletak di Provinsi Aceh, Kabupaten Poso di Provinsi Sulawesi Tengah, dan Kabupaten Dompu di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dana yang dianggarkan sebesar Rp. 15 milyar. 7) Penyediaan angkutan khusus ternak dari kawasan-kawasan sentra melalui koordinasi intensif dengan Kementerian Perhubungan dan Kementerian Negara BUMN. Kegiatan ini akan mendorong kelancaran angkutan sapi dan daging dari sentra produksi melalui jalur darat (kereta api) dan laut (kapal khusus ternak). 8) Optimalisasi integrasi ternak sapi dengan tanaman perkebunan kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit sangat potensial untuk pengembangan sapi potong melalui penyediaan pakan dari hasil sampingan kebun dan limbah sawit. Disamping itu mampu meningkatkan produktivitas kebun melalui pemanfaatan pupuk organik dari kotoran sapi.
33
LAMPIRAN
Lampiran 1. Bagan Organisasi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
34
Lampiran 2. Rekapitulasi SDM Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan berdasarkan pendidikan terakhir Tahun 2012-2013 Tahun
S3
S2
S1
D4
SM
D3
D2
SLTA
SLTP
SD
Jumlah
2013
15
458
421
17
12
184
2
844
87
120
2.160
2012
17
440
445
17
15
191
4
884
93
134
2.240
35
Lampiran 3.Capaian Indikator Kinerja Outcome Ditjen Peterakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2013 Sasaran Tercapainya peningkatan produksi dan populasi ternak
Tercapainya peningkatan produksi pakan ternak dengan pendayagunaan sumber daya lokal
Indikator Kinerja Outcome
Target
Realisasi
4
Manajemen pemeliharaan
22.30%
BL
5
Angka kelahiran sapi potong
20.83%
BL
6
Peningkatan sapi/kerbau
65.50%
BL
0.4-0.6 Kg
BL
dan
0.6-0.8 Kg
BL
(Brahman,
1.2-1.4 Kg
BL
indeks
distribusi
Pertambahan berat badan harian sapi:
Capaian
a. Sapi lokal (Bali, Madura, Aceh) b. Sapi Sumba Peranakan
Ongole
c. Sapi Persilangan Limosin, Simental) Terkendali dan tertanggulanginya penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis
1. Tingkat kematian sapi
1.53%
BL
2. Tingkat kesakitan sapi
30%
BL
Tercapainya peningkatan kuantitas dan kualitas benih dan bibit ternak
1. Penerapan Practices
Breeding
3.75%
3.67%
97,87
kelembagaan
41.05%
41,05%
100%
474.410 ton
439.000 ton
92%
2. Penguatan perbibitan Terjaminnya pangan asal hewan yang ASUH dan pemenuhan persyaratan produk hewan non pangan
Good
Penyediaan daging sapi/kerbau lokal
36