KATA PENGANTAR Maksud dan tujuan penerbitan pedoman teknis ini adalah untuk memberikan acuan dan panduan bagi para petugas Dinas lingkup Pertanian (Tanaman Pangan dan Hortikultura, Perkebunan maupun Peternakan) baik Propinsi, Kabupaten/kota maupun petugas lapangan dalam melaksanakan kegiatan Pengembangan Usahatani Konservasi Lahan Terpadu (PUKLT) yang dananya bersumber baik dari APBN maupun APBD TA 2009. Para petugas terkait diharapkan dapat mempelajari dan mencermati pedoman ini dengan saksama, karena ada beberapa perbedaan atau perubahan prinsip antara Pedoman Teknis 2009 ini dengan Pedoman teknis Tahun 2008 yang lalu. Disamping itu dengan memahami Pedoman Teknis ini, diharapkan tidak akan terjadi keraguan dalam implementasi kegiatan dilapangan. Muatan pedoman teknis ini bersifat umum karena berlaku secara nasional, oleh karenanya pihak Dinas lingkup Pertanian Propinsi dapat menerbitkan Petunjuk Pelaksanaan dan Dinas lingkup Pertanian Kabupaten/Kota menerbitkan Petunjuk Teknis yang akan menjabarkan secara lebih rinci Pedoman Teknis ini sesuai dengan kondisi spesifik daerah masing-masing. Akhirnya, sangat diharapkan komitmen berbagai pihak untuk dapat melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik-baiknya dalam bingkai waktu yang telah ditentukan, agar hasil pembangunan melalui kegiatan ini benar-benar dapat dinikmati manfaatnya bagi sebesarbesarnya kesejahteraan petani di Indonesia.
Jakarta, Januari 2009 Direktur Pengelolaan Lahan
Ir, Suhartanto, MM NIP. 080.048.854 i
DAFTAR
ISI Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................
i
DAFTAR ISI .................................................................
ii
BAB I.
PENDAHULUAN ............................................
1
1.1. Latar Belakang .......................................... 1.2. Tujuan ....................................................... 1.2.1. Tujuan Pedoman Teknis................... 1.2.2. Tujuan Kegiatan................................ 1.3. Sasaran ...................................................... 1.4. Pengertian...................................................
1 5 5 5 6 6
BAB II. RUANG LINGKUP KEGIATAN........................
15
2.1. SK Tim ...................................................... 2.2. Penetapan Calon Petani dan Calon Lokasi…………………………………….…. 2.3. Desain ...................................................... 2.4. Rencana Usulan Kegiatan Kelompok (RUKK)...................................................... 2.5. Perjanjian Kerjasama dan Pembukaan Rekening ................................................. 2.6. Transfer Dana ......................................... 2.7. Konstruksi (Pelaksanaan Fisik) ..............
15
BAB III.SPESIFIKASI TEKNIS ...................................
15 15 15 15 15 15 16
3.1. Norma ....................................................... 3.2. Standar Teknis ........................................... 3.3. Kriteria.........................................................
16 16 20
BAB IV. PELAKSANAAN KEGIATAN............................
21
4.1. Mendukung Tanaman Pangan...................... 4.2. Mendukung Hortikultura ............................... 4.3. Mendukung Perkebunan ............................. 4.4. Mendukung Peternakan...............................
21 22 22 23 ii
4.5.Cara Pelaksanaan ....................................... 4.6. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan................... 4.6.1. SK Tim Pelaksanaan.......................... 4.6.2. Penetapan CPCL ............................. 4.6.3. Desain ............................................... 4.6.4. Rencana Usulan Kegiatan Kelompok (RUKK) ............................................ 4.6.5. Perjanjian Kerjasama dan Pembukaan Rekening .......................................... 4.6.6. Transfer Dana ................................... 4.6.7. Konstruksi .........................................
23 24 24 25 25 27 27 28 28
BAB V. PEMBINAAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN............................................
37
5.1. Tugas Propinsi dan Kabupaten...................... 5.2. Alur Pelaporan ............................................... 5.3. Format Laporan ………................................
37 38 40
BAB VI. INDIKATOR KINERJA....................................... 6.1. Indikator Masukan/Input ............................ 6.2. Indikator Keluaran/Output .......................... 6.3. Indikator Hasil/Outcome ............................. 6.4. Indikator Manfaat/Benefit ......................... 6.5. Indikator Dampak/Impact ..........................
43 43 43 44 44 44
BAB.VII.PENUTUP .......................................................
45
LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Desain 2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan 3. Sebaran Lokasi Kegiatan PUKLT TA 2009 4. Contoh RUKK 5. Format Laporan (Form 01, 02, 03, 04) 6. Format Laporan Akhir 7. Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GNKPA) dan SKB Menhut, Mentan dan MenPU.
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sumberdaya lahan adalah merupakan salah satu kebutuhan pokok kehidupan manusia dan merupakan salah satu modal dasar pembangunan pertanian. Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat, kebutuhan akan lahan untuk berbagai penggunaan seperti pemukiman, industri, pariwisata, transportasi, pertanian dll terus meningkat. Sementara itu secara absolut jumlah lahan yang tersedia relatif tetap. Kondisi yang mengarah ke kelaparan lahan akibat ketidak seimbangan antara jumlah penduduk dan ketersediaan lahan ini, telah mengakibatkan terjadinya konversi lahan pertanian, penyerobotan tanah negara, perambahan hutan, dan pengusahaan lahan kering perbukitan/ lahan berlereng yang seringkali tidak sesuai dengan kemampuan daya dukungnya dll. Pengusahaan lahan kering perbukitan/lahan berlereng padat penduduk untuk tujuan pertanian tersebut pada umumnya kurang
mengindahkan
aspek
lingkungan
dan
lebih
mengutamakan hasil / keuntungan finansial sesaat. Para petani pada umumnya kurang menerapkan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air. Ditambah dengan lemahnya pembinaan petugas (penyuluhan) dan kurangnya pengetahuan petani, praktek Pedoman Teknis PUKLT 2009
1
usahatani tersebut telah merubah lahan potensial kritis menjadi lahan-lahan kritis baru. Akibat kurangnya upaya rehabilitasi pada lahan kritis dan upaya konservasi pada lahan potensial kritis, jumlah lahan kritis tersebut tidak pernah menurun dan terus bertambah dari waktu ke waktu. Data tahun 1992 menunjukkan bahwa luas lahan usahatani kritis di luar kawasan hutan telah mencapai + 18 juta hektar. Setelah 15 tahun, lahan kritis diluar kawasan hutan pada tahun 2007 telah mencapai + 26,78 juta hektar ( selama 15 thn bertambah 8,78 juta ha = 0,5 juta Ha / thn) Terjadinya lahan-lahan kritis yang pada dasarnya berada di wilayah DAS (Daerah Aliran Sungai) tidak saja menyebabkan menurunnya produktivitas tanah ditempat terjadinya lahan kritis itu sendiri, tetapi juga menyebabkan rusaknya fungsi hidrologis DAS dalam menahan, menyimpan dan meresapkan air hujan yang jatuh pada kawasan DAS tersebut. Penurunan
produktivitas
lahan-lahan
kritis
tersebut
mengakibatkan hasil tanaman terus menurun sehingga tidak mampu lagi mendukung kehidupan ekonomi keluarga sehingga tercipta keluarga-keluarga miskin baru. Oleh karena itu kawasan lahan kritis selalu dicirikan oleh produktivitas lahan yang rendah, jumlah penduduk yang tinggi, pendapatan petani yang rendah, potensi erosi yang tinggi, terkonsentrasinya kantong kemiskinan dan kerawanan gizi. Pedoman Teknis PUKLT 2009
2
Dengan tingkat erosivitas yang tinggi, material tererosi yang berupa lapisan tanah atas akhirnya terendapkan pada dasar muara sungai, bendung atau waduk sehingga menyebabkan daya tampung air menurun tajam. Hal ini sering mengakibatkan terjadinya banjir dimusim hujan dan kekurangan air atau bahkan kekeringan lahan persawahan produktif dimusim kemarau di wilayah hilir. Tampaknya kerusakan DAS ini masih sangat kurang disadari oleh berbagai pihak akan potensi ancamannya terhadap kelestarian ketahanan pangan nasional dan kehidupan pada umumnya. Dari kenyataan diatas, maka upaya konservasi tanah dan konservasi air pada DAS hulu menjadi keharusan demi kelangsungan
hidup
generasi
bangsa
kedepan.
Dalam
kaitannya dengan pembangunan berwawasan lingkungan, maka setiap jengkal kegiatan usahatani pada wilayah DAS, apalagi bagian hulu, seyogyanya harus menerapkan kaidahkaidah konservasi tanah dan air tanpa mengurangi hasil produksi pertaniannya. Bahkan diupayakan agar produktivitas dan keuntungan usahatani yang diusahakan akan semakin meningkat. Sementara itu komoditas yang diusahakan bukan saja
komoditas
komoditas
tanaman
pangan,
pangan
hortikultura
tetapi
paduan
termasuk
antara
obat-obatan,
perkebunan termasuk industri, maupun ternak. Kegiatan ini biasa diistilahkan dengan “Usahatani Konservasi Terpadu Berorientasi Agribisnis”. Pedoman Teknis PUKLT 2009
3
Kegiatan rehabilitasi dan konservasi lahan terpadu pada lahan kering kritis pada wilayah DAS ini sangat relevan dalam mendukung
GNKPA
(Gerakan
Nasional
Kemitraan
Penyelamatan Air) yang telah dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 28 April 2005. Gerakan ini merupakan gerakan nasional terpadu antar sektor dan pemangku
kepentingan
lainnya
yang
bertujuan
untuk
mengembalikan keseimbangan siklus hidrologi pada seluruh wilayah DAS di Indonesia.
1.2. Tujuan 1.2.1 Tujuan Pedoman Teknis Pedoman Teknis Pengembangan Usahatani Konservasi Lahan Terpadu (PUKLT) bertujuan untuk memfasilitasi petugas
Dinas
lingkup
Pertanian
Propinsi
dan
Kabupaten sebagai bahan acuan dalam melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan aspek rehabilitasi dan konservasi lahan TA. 2009. 1.2.2 Tujuan Kegiatan Kegiatan Pengembangan Usahatani Konservasi Lahan Terpadu (PUKLT) bertujuan untuk: 1.
Meningkatkan
pengetahuan
dan
keterampilan
petani dalam melaksanakan usahatani terpadu berbasis konservasi lahan. Pedoman Teknis PUKLT 2009
4
2.
Meningkatkan
produktivitas
lahan,
produksi
usahatani dan sekaligus meningkatkan pendapatan petani. 3.
Memperbaiki
dan
sumberdaya
lahan
mempertahankan pertanian
kelestarian
yang
potensial
mengalami degradasi pada daerah aliran sungai.
1.3. Sasaran Sasaran kegiatan Pengembangan Usahatani Konservasi Lahan Terpadu (PUKLT) adalah daerah-daerah lahan kering kritis dan lokasi GNKPA pada DAS prioritas yang memiliki potensi untuk pengembangan pertanian seluas 3.675 hektar (mendukung subsektor tanaman pangan 760 Hektar, Hortikultura 810 Hektar, perkebunan 1.445 Hektar dan peternakan 660 Hektar) di 25 propinsi dan tersebar di 79 kabupaten. Sebaran lokasi dapat dilihat pada Lampiran 3.
1.4. Pengertian 1.
Konservasi lahan Konservasi lahan adalah usaha pemanfaatan lahan dalam usahatani dengan memperhatikan kelas kemampuannya dan dengan menerapkan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air agar lahan dapat digunakan secara lestari.
Pedoman Teknis PUKLT 2009
5
2.
Rehabilitasi lahan Rehabilitasi lahan adalah kegiatan pemulihan kemampuan sumberdaya
lahan
pertanian
yang
telah
mengalami
degradasi lahan. 3.
Usahatani Konservasi Terpadu Usahatani konservasi terpadu adalah suatu usahatani yang menekankan pada upaya pelestarian pemanfaatan lahan semaksimal mungkin sepanjang tahun untuk meningkatan produksi
pertanian
(tanaman
pangan,
hortikultura,
perkebunan, maupun ternak) dengan memperhatikan kaidah dan menerapkan teknik-teknik konservasi tanah dan air (terasering, pembuatan guludan dan penanaman tanaman penguat teras dll). 4.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu daerah yang dibatasi oleh pembatas topografi berupa punggungpunggung bukit atau gunung yang menampung air hujan yang jatuh diatasnya dan kemudian mengalirkannya melalui anak sungai dan sungai ke laut atau ke danau.
5.
Lahan Potensial Kritis Lahan potensial kritis adalah tanah-tanah yang masih produktif bila diusahakan untuk usaha pertanian. Tetapi bila dalam pengelolaannya tidak menggunakan kaidahkaidah konservasi tanah, maka tanah akan rusak dan cenderung menjadi lahan semi kritis atau lahan kritis.
Pedoman Teknis PUKLT 2009
6
6.
Lahan Semi kritis Lahan semi kritis adalah tanah-tanah yang kurang produktif akibat terjadinya erosi, tetapi masih dapat diusahakan untuk usaha pertanian, namun demikian produktivitasnya relatif rendah.
7.
Lahan Kritis Lahan kritis adalah tanah-tanah yang tidak produktif, dengan
kondisi
yang
tidak
memungkinkan
untuk
diusahakan sebagai lahan pertanian, tanpa usaha-usaha rehabilitasi lebih dahulu. 8.
Bangunan Konservasi Dalam pelaksanaannya kegiatan konservasi DAS hulu di perlukan
adanya
bangunan
konservasi,
misalnya
terasering, guludan, saluran pembuangan air (SPA), banguna terjunan (drop structure), dan rorak (saluran buntu). Terasering Terasering adalah bangunan konservasi tanah yang dibuat sejajar garis kontur yang dilengkapi saluran peresapan, saluran pembuangan air (SPA) serta tanaman
penguat
teras
yang
berfungsi
sebagai
pengendali erosi. Guludan Guludan adalah bangunan konservasi tanah berupa pematang dengan ukuran tinggi dan lebar tertentu yang Pedoman Teknis PUKLT 2009
7
dibuat sejajar garis kontur/ memotong arah lereng yang dilengkapi tanaman penguat teras yang berfungsi sebagai pengendali erosi. Saluran Pembuangan Air (SPA) Saluran pembuangan air adalah saluran dengan ukuran tertentu yang dibuat tegak lurus kontur serta dilengkapi dengan bangunan terjunan yang berfungsi menampung dan menyalurkan aliran permukaan. Bangunan Terjunan (Drop Structure) Bangunan terjunan (drop structure) adalah suatu konstruksi yang dapat dibuat dari batu, bambu/kayu, dan
gebalan
rumput
yang
berfungsi
untuk
memperlambat aliran permukaan. Rorak/ Saluran Buntu Rorak/saluran buntu adalah suatu bangunan berupa got/saluran buntu dengan ukuran tertentu yang dibuat pada bidang olah teras dan sejajar garis kontur yang berfungsi untuk menjebak/menangkap aliran permukaan dan juga tanah yang tererosi. 9.
Kemiringan Lahan Kemiringan lahan adalah besaran yang dinyatakan dalam derajat/persen (%) yang menunjukkan sudut yang dibentuk oleh perbedaan tinggi tempat .
Pedoman Teknis PUKLT 2009
8
Kemiringan lahan dapat digolongkan dalam 7 (tujuh) golongan sebagai berikut: a. Datar
: kemiringan lahan antara 0-3%
b. Landai/ berombak: kemiringan lahan antara 3-8% c. Bergelombang : kemiringan lahan antara 8-15% d. Berbukit
: kemiringan lahan antara 15-30%
e. Agak Curam
: kemiringan lahan antara 30-45%
f. Curam
: kemiringan lahan antara 45-65%
g. Sangat Curam : kemiringan lahan > 65%
10. GNKPA (Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air) GNKPA
adalah
merupakan
Gerakan
Nasional
Penyelamatan Sumberdaya Air yang dilakukan oleh seluruh
sektor
(Stakeholder)
dan
yang
pemangku bertujuan
kepentingan
untuk
terkait
mengembalikan
keseimbangan sikluts hidrologi pada seluruh wilayah DAS kritis di seluruh Indonesia. Gerakan ini telah dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 28 April 2005
dan
kemudian
ditindaklanjuti
oleh
seluruh
sektor/pemangku kepentingan lainnya melalui kegiatan nyata dan terpadu baik di tingkat Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota maupun lapangan. 11. Rencana Usulan Kegiatan Kelompok (RUKK) Merupakan rincian usulan kegiatan kelompok yang berisi komponen bahan/material atau konstruksi yang di susun Pedoman Teknis PUKLT 2009
9
melalui musyawarah kelompok yang nantinya dipakai dasar pencairan dan pembelanjaan dana bantuan sosial. 12. Bantuan Sosial Merupakan jenis mata anggaran keluaran (MAK) dalam bentuk transfer uang, barang atau jasa yang diberikan langsung
kepada
masyarakat
dan
atau
lembaga
kemasyarakatan non [pemerintah guna melindungi dan mengantisipasi kemungkinan terjadinya resiko sosial. 13. Dana Tugas Perbantuan Merupakan dana yang berasal dari APBN, merupakan bagian
anggara
kementerian
negara/lembaga
yang
dialokasikan berdasarkan rencana kerja dan anggaran kementerian/ lembaga dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan. 14. Dana Dekonsentrasi Merupakan dana yang berasal dari APBN, merupakan bagian anggara kementerian/lembaga yang dialokasikan berdasarkan rencana kerja dan anggaran kementerian/ lembaga dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi. 15. Upah / Insentif Tenaga Kerja Insentif yang diberikan Pemerintah kepada Petani untuk melaksanakan suatu pekerjaan berupa penyiapan lahan, pembuatan
bangunan
konservasi,
penanaman,
pemeliharaan dan lain-lain. Pedoman Teknis PUKLT 2009
10
16. Sarana produksi Saprodi yang
dimaksud di dalam POK TA 2009
mempunyai pengertian sebagai sarana produksi pertanian (saprotan) yaitu input-input yang diperlukan dalam kegiatan usahatani meliputi : benih/bibt, pupuk, obat-obatan dan peralatan lainnya. 17. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran kementerian daerah
negara/lembaga/satuan
yang
ditetapkan
dengan
kerja
perangkat
keputusan
Menteri
Pertanian/ Gubernur/Bupati/Walikota. 18. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pejabat yang ditetapkan dengan Keputusan Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran yang tugasnya membantu
Kuasa
Pengguna
Anggaran
dalam
melaksanakan anggaran sesuai dengan unit kerjanya. 19. Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar adalah suatu cara pembukaan
lahan
pertanian
(land
clearing)
tanpa
melakukan pembakaran. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kebakaran lahan dan hutan. Sisa-sisa tanaman yang
tidak
diperlukan,
dapat
dibuat
kompos
untuk
menambah kesuburan tanah.
Pedoman Teknis PUKLT 2009
11
BAB II RUANG LINGKUP KEGIATAN Ruang lingkup kegiatan Pengembangan Usahatani Konservasi Lahan Terpadu (PUKLT) mendukung Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan dan Peternakan terdiri dari: 2.1. SK Tim 2.2. Penetapan CPCL 2.3. Desain 2.4. Rencana Usulan Kegiatan Kelompok (RUKK) 2.5. Perjanjian Kerjasama dan Pembukaan Rekening 2.6. Transfer Dana 2.7. Konstruksi (Pelaksanaan Fisik)
Pedoman Teknis PUKLT 2009
12
BAB III SPESIFIKASI TEKNIS Pelaksanaan kegiatan Pengembangan Usahatani Konservasi Lahan Terpadu (PUKLT) hendaknya mengacu pada norma, standar teknis dan kriteria, sebagai berikut:
3.1. Norma Kegiatan
Pengembangan
Usahatani
Konservasi
Lahan
Terpadu (PUKLT) diarahkan pada lahan-lahan yang memiliki potensi penurunan daya dukung lahan terutama pada lahanlahan
kering
potensial
kritis.
Kegiatan
usahatani
ini
dilaksanakan dengan menerapkan teknologi tepat guna dan spesifik lokalita, baik bersifat fisik, kimiawi maupun vegetatif sehingga lahan-lahan tersebut dapat dipertahankan dan ditingkatkan produktivitasnya secara berkelanjutan.
3.2. Standar Teknis Standar teknis pengembangan usahatani konservasi lahan terpadu adalah sebagai berikut: 1.
Lahan berupa lahan kering/upland dan terletak dalam satu hamparan minimal seluas + 5 hektar. Lapisan top soil sudah mulai terkikis dan jeluk perakaran atau kedalaman solum tanah masih cukup dalam untuk diusahakan tanaman keras.
Pedoman Teknis PUKLT 2009
13
2.
Lahan masih dapat diusahakan tapi produktivitasnya cenderung menurun
3.
Kemiringan
lahan
3%
s/d
30%.
Untuk
menjamin
keberhasilan sebaiknya dipilih lahan yang tidak terlalu curam sehingga tidak diperlukan adanya pembangunan teras
bangku
yang
relatif
mahal
dan
memerlukan
kebutuhan HOK (Hari Orang Kerja) yang relatif besar. 4.
Ketinggian
tempat
masih
memungkinkan
berbagai
komoditas pertanian untuk diusahakan. 5.
Lahan berpotensi menjadi lahan kritis.
Gambar Bangunan Konservasi
a. Teras Gulud
Pedoman Teknis PUKLT 2009
14
b. Teras Bangku
c. Guludan
Pedoman Teknis PUKLT 2009
15
d. Rorak/Saluran Buntu
e. Saluran Pembuangan Air (SPA)
Pedoman Teknis PUKLT 2009
16
3.3. Kriteria Kriteria lokasi pengembangan usahatani konservasi lahan terpadu adalah sebagai berikut: 1.
Lokasi merupakan kawasan pertanian lahan kering yang cukup potensial untuk dilakukan pertanaman.
2.
Status pemilikan tanah jelas dan tidak dalam keadaan sengketa.
3.
Pada lahan tersebut terdapat petani yang telah tergabung dalam kelompok tani. Kelompok tani ini telah memiliki Rekening Kelompok dan memiliki Struktur Organisasi yang jelas sesuai dengan kebutuhan kelompok.
4.
Petani
bersedia
mengikuti
kegiatan
dan
melakukan
pemeliharaan selanjutnya serta tidak menuntut ganti rugi. 5.
Terdapat petugas lapangan (PPL, Mantri Tani) yang aktif.
6.
Dalam penyiapan dan pembersihan lahan dilaksanakan dengan metode ”tanpa bakar”.
Pedoman Teknis PUKLT 2009
17
BAB IV PELAKSANAAN KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan Pengembangan Usahatani Konservasi Lahan Terpadu (PUKLT) dalam mendukung sub sektor Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan, Peternakan; pada dasarnya komponen kegiatannya sama dan yang membedakan adalah komoditi utama yang dikembangkan. Secara rinci pola pelaksanaan masing-masing sub sektor adalah sebagai berikut :
4.1. Mendukung Tanaman Pangan Pelaksanaan Pengembangan Usahatani Konservasi Lahan Terpadu (PUKLT) mendukung Tanaman Pangan yaitu tanaman utama yang dikembangkan adalah padi dan/atau palawija. Untuk menekan laju erosi, di antara tanaman pangan dapat ditanam
tanaman
hortikultura
(buah-buahan)/tanaman
perkebunan dengan jarak tanam yang cukup lebar sehingga tidak
mengganggu
mengadakan
ternak
tanaman
utama.
(kambing/domba)
Selain
itu
sebagai
harus usaha
kelompok.
4.2. Mendukung Hortikultura Pelaksanaan Pengembangan Usahatani Konservasi Lahan Terpadu (PUKLT) mendukung Hortikultura yaitu tanaman utama Pedoman Teknis PUKLT 2009
18
yang
dikembangkan
buahan).
adalah
tanaman
hortikultura
(buah-
Sambil menunggu tanaman buah-buahan tersebut
menghasilkan maka di antara tanaman buah dapat ditanami dengan tanaman semusim (jagung, kedele, kacang-kacangan dan
lain-lain).
Selain
itu
harus
mengadakan
ternak
(kambing/domba) sebagai usaha kelompok.
4.3. Mendukung Perkebunan Pelaksanaan Pengembangan Usahatani Konservasi Lahan Terpadu (PUKLT)
mendukung Perkebunan yaitu tanaman
utama yang dikembangkan adalah tanaman perkebunan (kopi, kakao, mete dan lain-lain). Sambil menunggu tanaman tersebut menghasilkan maka di antara tanaman perkebunan dapat ditanami dengan tanaman semusim (jagung, kedele, kacangkacangan dan lain-lain). Selain itu harus mengadakan ternak (kambing/domba) sebagai usaha kelompok.
4.4. Mendukung Peternakan Pelaksanaan Pengembangan Usahatani Konservasi Lahan Terpadu (PUKLT) mendukung Peternakan yaitu dalam satu hamparan luasan ditanami dengan tanaman pakan ternak (rumput gajah/raja dll). Diantara tanaman rumput raja, dapat ditanami dengan tanaman buah-buahan (berpohon). Kegiatan ini dimaksudkan untuk memanfaatkan lahan dan memberikan penghasilan tambahan dari pola tanam terpadu. Pedoman Teknis PUKLT 2009
19
Pengadaan ternak (kambing / domba) sebanyak 1 ekor per 1 Ha.
Khusus
mendukung
peternakan
jumlah
pengadaan
ternaknya harus lebih banyak.
4.5. Cara Pelaksanaan Mekanisme pelaksanaan penyiapan lahan dan konstruksi (pelaksanaan fisik) dilakukan secara padat karya dengan sebesar-besarnya setempat.
melibatkan
Dengan
partisipasi
mekanisme
ini
masyarakat/petani diharapkan
dapat
ditumbuhkan semangat kebersamaan, rasa memiliki, dan tanggungjawab untuk melestarikan/memelihara hasil kegiatan. Dalam melaksanakan Padat Karya, mengacu pada Pedoman Padat Karya yang dikeluarkan oleh Ditjen Pengelolaan Lahan dan Air. Untuk mekanisme penyediaan sarana produksi dilakukan secara swakelola oleh kelompok tani (MAK 573119: Belanja Lembaga Bantuan Sosial Lainnya). Semua komponen kegiatan konservasi lahan dan jenis komoditas serta sarana produksi direncanakan dan dilaksanakan sepenuhnya oleh kelompok tani melalui mekanisme musyawarah kelompok.
4.6. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan 4.6.1. SK Tim Pelaksanaan Sebelum pelaksanaan kegiatan dimulai, terlebih dahulu dibuat SK Pelaksana seperti :
Pedoman Teknis PUKLT 2009
20
1.
Surat Keputusan (SK) Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).
2.
SK Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
3.
SK Bendahara
4.
SK Tim Teknis
5.
SK Koordinator Lapangan (Korlap)
Contoh SK-SK dapat dilihat pada Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Sosial. 4.6.2. Penetapan Calon Petani dan Calon Lokasi
( CPCL )
Kegiatan penetapan CPCL bertujuan untuk memperoleh lokasi kegiatan PUKLT yang layak sesuai dengan standar teknis dan kriteria yang telah ditetapkan. Letak koordinat
calon
lokasi
dapat
ditentukan
dengan
menggunakan alat Global Positioning System (GPS). Disamping itu penetapan calon petani peserta sebagai pelaksana
kegiatan
Konservasi
Lahan
Pengembangan Terpadu
(PUKLT)
Usahatani dilakukan
berdasarkan hal-hal sebagai berikut: 1.
Nama kelompok tani dan daftar petani calon peserta,
2.
Luas lahan kering yang dimiliki/yang digarapnya.
3.
Status kepemilikan tanah.
4.
Jenis tanaman yang akan dikembangkan.
Contoh Penetapan CPCL dapat dilihat pada Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Sosial.
Pedoman Teknis PUKLT 2009
21
4.6.3. Desain Kegiatan pembuatan desain Pengembangan Usahatani Konservasi Lahan Terpadu (PUKLT) bertujuan untuk merancang
suatu
kawasan
dengan
batas-batas
pemilikannya yang akan dipergunakan sebagai acuan teknis dalam pembuatan bangunan-bangunan konservasi (teras, guludan, saluran pembuangan air, terjunan dan rorak), tata letak jalan usahatani, bidang olah dan lubang tanaman, rencana anggaran biaya dan daftar petani. Secara garis besar dalam desain perlu diuraikan beberapa hal pokok sebagai berikut: 1.
Batas-batas
kepemilikan
lahan
petani
yang
dilengkapi dengan nomor urut petani. 2.
Daftar nama petani dalam kelompok.
3.
Tata letak jalan usahatani, jalan desa, kandang ternak dan bangunan penting lainnya
4.
Tata letak bangunan konservasi, misalnya teras, terjunan air, SPA, rorak dan sebagainya
5.
Posisi lokasi (dalam sketsa peta Kabupaten/kota & Propinsi)
Desain
yang
telah
dibuat
dalam
lembaran
pengesahannya harus ditandatangani oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota. Contoh desain dapat dilihat pada Lampiran 1.
Pedoman Teknis PUKLT 2009
22
4.6.4. Rencana Ususlan Kegiatan Kelompok (RUKK) Petugas yang telah mendapat pelatihan dan pembekalan tentang Pengembangan Usahatani Konservasi Lahan Terpadu, dapat membimbing kelompok tani dalam menyusun RUKK yang disesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok. Contoh RUKK dapat dilihat pada Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Sosial. Selanjutnya RUKK tersebut disampaikan kepada Dinas lingkup Pertanian kabupaten dengan tembusan kepada Dinas lingkup Pertanian Propinsi dan Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air. 4.6.5. Perjanjian Kerjasama dan Pembukaan Rekening Sebelum pelaksanaan kegiatan di lapangan terlebih dahulu
dibuat
Perjanjian
Kerjasama
antar
ketua
kelompok tani dengan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang diketahui oleh Kepala Dinas lingkup Pertanian Kabupaten.
Perjanjian Kerjasama tersebut merupakan
ikatan hukum untuk memayungi penggunaan dana oleh kelompok. Contoh
Perjanjian kerjasama dapat dilihat
pada Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Sosial. 4.6.6. Transfer Dana Transfer dana akan dilakukan oleh KPPN ke rekening kelompok tani setelah semua persyaratan dipenuhi, yaitu:
Pedoman Teknis PUKLT 2009
23
petani membuat usulan permohonan pencairan dana dilampiri dengan : 1. 2. 3. 4. 5.
RUKK Nama Ketua Kelompok Nomor rekening kelompok Nama bank Jumlah dana bantuan sosial yang akan ditransfer dan kuitansi yang telah ditandatangani oleh ketua kelompok. Secara rinci dapat mengacu kepada Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Sosial Tahun 2009.
4.6.7. Konstruksi (Pelaksanaan Fisik) Konstruksi
atau
pelaksanaan
fisik
Pengembangan
Usahatani Konservasi Lahan Terpadu (PUKLT)
terdiri
dari kegiatan penyiapan lahan, pembuatan bangunan konservasi dan penanaman. Kegiatan ini dilaksanakan dengan pola padat karya dengan melibatkan petani peserta sebagai tenaga kerja. Komponen kegiatan pelaksanaan fisik pengembangan usahatani konservasi lahan terpadu adalah sebagai berikut: a. Penyiapan lahan Kegiatan penyiapan lahan dilaksanakan pada areal yang
telah
Pedoman Teknis PUKLT 2009
didesain
sebagai
lokasi
kegiatan 24
pengembangan usahatanai konservasi lahan terpadu. Pekerjaan
dalam penyiapan lahan terdiri dari:
pembabatan
rumput/pembersihan
dilaksanakan
dengan
metode
lahan tanpa
yang bakar,
pengolahan tanah untuk tanaman semusim, dan pembuatan
lubang
untuk
tanaman
buah
buahan/tanaman perkebunan/ tanaman keras lainnya. b. Pembuatan Bangunan Konservasi Kegiatan pembuatan bangunan konservasi di lokasi pengembangan usahatani konservasi lahan terpadu didasarkan pada hasil desain sederhana yang telah dibuat.
Dalam
rangka
pembuatan
bangunan
konservasi, yang perlu diperhatikan adalah jenis bangunan yang sesuai dengan kemiringan dan kondisi lokasi setempat. c. Penanaman •
Penanaman Tanaman Penguat Teras Kegiatan penanaman tanaman penguat teras dilaksanakan pada talud teras/bibir teras dan guludan searah garis kontur. Jenis tanaman penguat teras yang dianjurkan adalah tanaman yang dapat menahan erosi dengan baik dan mudah didapat di lokasi. Penanaman dapat
Pedoman Teknis PUKLT 2009
25
dilakukan secara campuran, berseling, satu atau dua jalur tergantung kondisi lokasi setempat. •
Penanaman Tanaman Utama Kegiatan penanaman tanaman utama (Pangan, Hortikultura
buah-buahan
dan
Perkebunan)
dilaksanakan pada bidang olah dengan jarak tanam sesuai dengan jenis tanah dan tanaman yang dipilih. Pemilihan jenis tanaman didasarkan pada kondisi agroklimat, nilai ekonomis, serapan pasar dan kebutuhan petani setempat. Dalam kegiatan pengembangan usaha tani konservasi terpadu, diversifikasi tanaman / komoditas lebih diutamakan
dan
monokultur
sangat
tidak
dianjurkan. d. Penyediaan Sarana produksi Kegiatan penyediaan sarana produksi pertanian terdiri dari pengadaan (a) bibit tanaman pangan, (b) bibit
tanaman
hortikultura/buah-buahan
(seperti
durian, sawo, mangga, jeruk, rambutan, dll), (c) tanaman perkebunan (kopi, mete, kelapa dll) (d) ternak (kambing, domba) (e) tanaman penguat teras/rumput (Braciaria brizantha (BB), Brachiaria decumbens (BD), Panicum muticum (kolonjono) dan Setaria, dll); (f) tanaman penguat teras jenis pohon Pedoman Teknis PUKLT 2009
26
(jarak
pagar,
Leucaena
glauca/lamtoro/
kemlandingan/petai cina, Leucaena leucocephala/ lamtoro gung dan Gliricidea maculate /gamal, dll); (g) pupuk yang berupa pupuk organik/ kandang dan pupuk anorgaik seperti urea, TSP, KCL, dan kapur pertanian,
(h)
pestisida/herbisida
yang
akan
digunakan tergantung jenis gulma/tanaman yang terserang hama/penyakit. Dalam pelaksanaannya kegiatan penyediaan sarana produksi dilakukan oleh kelompok tani sendiri melalui pos belanja sosial lainnya. Pengusahaan ternak sebagai sumber tambahan penghasilan dan sekaligus sumber bahan organik dapat dilakukan setelah rumput penguat teras tumbuh dengan sempurna. Apabila memungkinkan tanaman rumput dapat ditanam lebih awal segera setelah penyediaan
sarana
produksi
selesai
dilakukan.
Pengadaan ternak (kambing/domba) sebanyak 1 ekor per 1 Ha. Kandang ternak dapat dibuat secara swakelola
oleh
petani
setempat
dengan
menggunakan material/kayu/bambu yang tersedia dan mudah didapat di lokasi setempat. Pada umumnya jenis ternak adalah ternak ruminansia kecil seperti kambing/domba.
Pedoman Teknis PUKLT 2009
27
Pelaksanaan pengadaan Sarana produksi dilakukan oleh kelompok tani secara swakelola melalui ”MAK 573119: Belanja Lembaga Sosial Lainnya” yaitu dilaksanakan dengan Pola Bantuan Sosial, yaitu dana akan ditransfer langsung ke Rekening Kelompok. Proses pencairannya adalah seperti skema berikut:
Skema Alur Pencairan Dana Bantuan Sosial K E L O M P O K T A N I
Kelompok membuat usulan pencairan dana
Rekening Kelompok
Dicek oleh Korlap/Tim Teknis
Disetujui oleh PPK
Transfer dana oleh KPPN
Disetujui oleh KPA
Keterangan: Contoh surat usulan pencairan dana serta syarat dan kelengkapannya, mengacu pada Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Sosial.
e. Pemeliharaan dan Pemanfaatan Kegiatan pemeliharaan bertujuan untuk menjaga/ memelihara
bangunan
konservasi
yang
telah
dibangun, tanaman pokok dan tanaman penguat Pedoman Teknis PUKLT 2009
28
teras yang telah ditanam serta ternak yang telah diadakan. Kegiatan pemeliharaan dilaksanakan oleh kelompok tani secara swadaya dengan mendapat bimbingan dari petugas lapangan. Kegiatan
pemeliharaan
dan
pemanfaatan
ini
merupakan wujud tanggung jawab petani pelaksana padat
karya
terhadap
kelestarian
bangunan
konservasi yang telah mereka konstruksi secara padat karya. f.
Jadwal Kegiatan Jadwal pelaksanaan kegiatan dituangkan dalam jadwal palang/time schedule seperti contoh pada Lampiran 2. Jadwal palang dibuat oleh kelompok bekerjasama
dengan
Dinas
lingkup
Pertanian
Kabupaten/Kota sesuai tahapan kegiatan seperti dimaksud pada sub bab 4.6 di atas. Selanjutnya jadwal tersebut disampaikan kepada Dinas lingkup Pertanian kabupaten dengan tembusan kepada Dinas lingkup Pertanian Propinsi dan Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air. g. Pendanaan Dana Tugas Perbantuan (TP) Biaya pelaksanaan kegiatan PUKLT TA.
2009
dialokasikan melalui dana Tugas Perbantuan (TP) di kabupaten/kota sebesar Pedoman Teknis PUKLT 2009
Rp. 4.500.000,- (MAK 29
573119:
Belanja
Lembaga
Bantuan
Sosial
PUKLT
melalui
Lainnya) terdiri dari : a.
Biaya
pelaksanaan
pembayaran
fisik
insentif
tenaga
kerja
yang
dituangkan dalam RUKK sesuai kesepakatan kelompok. Diharapkan
dalam
pelaksanaan
fisik, petani berpartisipasi dalam penyediaan tenaga kerja. b.
Penyediaan
sarana
produksi
pertanian
(saprotan) sesuai kebutuhan lapangan berupa bibit/benih tanaman pertanian dan penguat teras, pupuk, pestisida dan ternak serta biaya pembuatan bangunan konservasi berdasarkan RUKK. Dana APBD Kabupaten/Kota Biaya kontribusi dari Kabupaten/Kota melalui APBD diperuntukan bagi kegiatan bersifat non fisik seperti: koordinasi, penetapan CPCL, sosialisasi, desain
sederhana,
pembinaan,
monitoring,
evaluasi dan pelaporan. Swadana Petani Penerima Manfaat Petani sebagai penerima manfaat dari kegiatan ini diwajibkan
Pedoman Teknis PUKLT 2009
untuk
menyediakan
dana
secara
30
swakelola untuk pemeliharaan/perawatan tanaman dan bangunan konservasi yang telah dibangun.
Pedoman Teknis PUKLT 2009
31
BAB V PEMBINAAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN Pelaksanaan
pembinaan,
monitoring,
evaluasi
dan
pelaporan
kegiatan Pengembangan Usahatani Konservasi Lahan Terpadu (PUKLT) dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
5.1. Tugas Propinsi dan Kabupaten/kota 1. Tingkat Propinsi Kegiatan bersifat non fisik di tingkat Propinsi dilaksanakan oleh Dinas lingkup pertanian dengan tugas: a. Menyusun petunjuk pelaksanaan sebagai penjabaran dari pedoman teknis pusat. b. Melakukan koordinasi secara vertikal dan horisontal dengan instansi terkait. c. Melakukan bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi. d. Menyusun
laporan
pelaksanaan
kegiatan,
dan
disampaikan ke Pusat secara berkala. 2. Tingkat Kabupaten/Kota Kegiatan fisik PUKLT dilaksanakan oleh Dinas lingkup Pertanian Kabupaten/Kota dengan tugas: a. Menyusun petunjuk teknis sebagai penjabaran dari pedoman teknis dan petunjuk pelaksanaan yang ada dan disesuaikan dengan kondisi lokalita setempat. b. Melakukan koordinasi secara vertikal dan horisontal dengan instansi terkait. Pedoman Teknis PUKLT 2009
32
c. Melakukan
persiapan
(sosialisasi,
CPCL,
disain)
pengembangan usahatani konservasi lahan terpadu. d. Melaksanakan bimbingan teknis kepada para petugas lapangan dan petani peserta pelaksana kegiatan. e. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan dan dilaporkan ke Propinsi.
5.2. Alur Pelaporan Laporan
diperlukan
pelaksanaan
kegiatan
untuk
mengetahui
dan
permasalahan
perkembangan serta
upaya
pemecahan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Pelaporan
adalah
merupakan
salah
satu
pertanggungjawaban
pelaksanaan
kegiatan
di
Beberapa
aspek
penting
yang
perlu
bentuk lapangan.
dilaporkan
adalah
perkembangan realisasi fisik dan keuangan, gambaran umum lokasi, hasil penetapan calon lokasi dan calon petani, desain sederhana, pelaksanaan padat karya, pelaksanaan konstruksi dan penanaman, permasalahan yang dihadapi, saran dan pemecahannya dll. Alur laporan adalah sebagai berikut: 1.
Laporan bulanan dibuat oleh petugas kabupaten/kota dan dikirim ke propinsi untuk diolah lebih lanjut dengan tembusan ke pusat.
2.
Laporan bulanan yang dibuat oleh Dinas Lingkup Pertanian Kab/Kota selanjutnya direkapitulasi oleh Dinas Lingkup Pertanian Propinsi.
Pedoman Teknis PUKLT 2009
33
3.
Laporan bulanan yang dibuat oleh Dinas Lingkup Pertanian Propinsi
kemudian
dikirim
ke
Pusat
dengan
alamat
Direktorat Pengelolaan Lahan, Ditjen. Pengelolaan Lahan dan Air, Kanpus Departemen Pertanian - Gedung D Lt. 9 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan, Jakarta Selatan 12550. 4.
Laporan akhir dibuat oleh petugas kabupaten/kota dan dikirim ke propinsi untuk diolah lebih lanjut dengan tembusan ke pusat.
5.
Laporan akhir dibuat oleh propinsi berdasarkan hasil laporan dari kabupaten kemudian dikirim ke pusat.
6.
Waktu pengiriman •
Laporan bulanan kabupaten/kota dikirim paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya.
•
Laporan bulanan propinsi dikirim paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
Pelaporan perlu dilengkapi dengan foto-foto dokumentasi pelaksanaan kegiatan di lapangan dan dikirimkan ke Propinsi dan Pusat (Direktorat Pengelolaan Lahan, Ditjen Pengelolaan Lahan dan Air, Departemen Pertanian) di Jakarta.
5.3. Format Pelaporan Adapun jenis laporan adalah sebagai berikut : 1. Laporan Bulanan
Pedoman Teknis PUKLT 2009
34
Dinas Lingkup Pertanian Kabupaten/Kota wajib membuat laporan bulanan/ sesuai tahapan pelaksanaan kegiatan seperti pada format Laporan form PLA 01, 02, 03 dan 04 sebagaimana terlampir pada lampiran 4.a., 4.b., 4.c., 4.d. 2.
Laporan Akhir Laporan akhir akan lebih informatif dan komunikatif bila dilengkapi dengan foto-foto dokumentasi (sebelum, sedang dan selesai pelaksanaan kegiatan). Format laporan akhir dan outline sebagaimana terlampir pada Lampiran 5.
3.
Pembobotan Fisik. Untuk
mempermudah
pelaksanaan
kegiatan
monitoring di
tingkat
kemajuan
perlu
dilakukan
lapangan
pembobotan fisik sesuai dengan tahap-tahap pelaksanaan mulai
dari
tahap
persiapan
sampai
dengan
tahap
pelaksanaan. Skoring
pembobobotan
pelaksanaan
kegiatan
PUKLT
dibagi ke dalam 2 bagian yaitu : 1) Persiapan dan 2) Pelaksanaan. Skoring pembobotan tersebut lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 1.
Pedoman Teknis PUKLT 2009
35
Tabel 1. Pembobotan fisik pelaksanaan kegiatan PUKLT No
T AHAP PELAKSANAAN
A 1 2 3 4
PERSIAPAN SK Tim Pelaksana Penetapan CPCL Disain RUKK Perjanjian Kerjasama & Pembukaan 5 Rekening
BOBOT FISIK (%) 20 2 3 4 4 4
6 Transfer Dana
3
B PELAKSANAAN
80
1. Pengadaan Sarana produksi
40
2. 3. 4. 5.
Penyiapan Lahan Pembuatan Bangunan Konservasi Pembuatan lubang tanam Penanaman
10 10 10 10
TOTAL
100
Pedoman Teknis PUKLT 2009
36
BAB VI INDIKATOR KINERJA Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan Pengembangan Usahatani Konservasi Lahan Terpadu (PUKLT) maka diperlukan indikator kinerja sebagai tolok ukur keberhasilannya. Adapun indikator kinerja kegiatan PUKLT adalah sebagai berikut:
6.1. Indikator Masukan/Input 1. Penyediaan anggaran baik berasal dari pemerintah (APBN, APBD),
bantuan
luar
negeri,
pihak
swasta
maupun
masyarakat. 2. Perangkat peraturan pemerintah, perda, kebijakan dan pedoman . 3. Data potensi lahan kritis yang dapat dikembangkan melalui konservasi lahan. 4. Sumber Daya Manusia (SDM) 5. Prasarana Penunjang Kerja (fasilitas kantor dan lapangan).
6.2. Indikator Keluaran/Outputs 1. Tersedianya pedoman umum, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis. 2. Terlaksananya kegiatan PUKLT seluas 3.675 Ha di 25 Propinsi pada 79 Kabupaten/kota. 3. Terserapnya tenaga kerja sebanyak 36.750 HOK.
6.3. Indikator Keberhasilan (Outcomes) Pedoman Teknis PUKLT 2009
37
1. Meningkatnya pemahaman petani tentang perlunya upaya konservasi tanah pada lahan usahatani 2. Diterapkannya usahatani berbasis konservasi lahan
6.4. Indikator Manfaat (Benefit) 1. Meningkatnya produktivitas lahan kritis untuk usaha pertanian 2. Berkurangnya tingkat degradasi lahan kering berlereng 3. Berkurangnya laju erosi
6.5. Indikator Dampak (Impacts) 1. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani 2. Terwujudnya sistem usahatani berbasis konservasi lahan yang berwawasan lingkungan
Pedoman Teknis PUKLT 2009
38
BAB VII PENUTUP Pengembangan
usahatani
konservasi
lahan
terpadu
adalah
merupakan salah satu upaya pengembangan pemanfaatan dan pengelolaan lahan kering secara benar dengan menerapkan kaidahkaidah konservasi tanah dan air serta sekaligus berusaha untuk meningkatkan produktivitas lahan, dan pendapatan petani setempat. Oleh karena itu, indikator keberhasilan pengembangan usaha tani konservasi lahan terpadu ini terletak bukan saja pada penurunan tingkat erosi, perbaikan fungsi hidrologis/resapan, dan peningkatan produktivitas, tetapi juga pada peningakatan kesejahteraan petani. Disadari bahwa untuk tahun anggaran 2009 ini,cakupan kegiatannya sudah cukup luas meliputi 25 Propinsi dan 79 Kabupaten dengan total areal pengembangan seluas 3.675 hektar. Namun demikian, dibandingkan dengan luas lahan usaha tani kritis yang ada saat ini upaya penanganannya sangatlah belum memadai. Untuk tahun anggaran mendatang, diharapkan kegiatannya akan lebih luas mencakup seluruh DAS kritis di Indonesia dan wilayah lahan kering yang merupakan kantong rawan pangan, gizi buruk, dan kantong kemiskinan. Untuk lebih menjamin keberhasilan kegiatan usaha tani konservasi lahan terpadu ini koordinasi vertikal maupun horizontal dengan instansi terkait serta pemberdayaan petani dan petugas, terutama Pedoman Teknis PUKLT 2009
39
petugas penyuluh lapangan, harus menjadi prioritas utama. Pada akhirnya pedoman ini diharapkan dapat dijadikan acuan pelaksanaan bagi para petugas Dinas Pertanian baik di tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota, maupun lapangan sehingga pelaksanaan kegiatan ini dapat memberikan hasil dan manfaat sesuai tujuan dan sasaran yang diharapkan dan dapat dikembangkan lebih lanjut ke lokasi lain dengan dana APBD Propinsi ataupun Kabupaten/kota.
Pedoman Teknis PUKLT 2009
40
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Pedoman Teknis PUKLT 2009
41
Lampiran 1.
CONTOH DISAIN
Pedoman Teknis PUKLT 2009
42
Pedoman Teknis PUKLT 2009
43
Lampiran 2.
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN PUKLT
Pedoman Teknis PUKLT 2009
44
JADWAL KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHATANI KONSERVASI LAHAN TERPADU TAHUN 2009 Bulan No.
Januari
Jenis Kegiatan
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus September Oktober Nopember Desember
Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 Penerbitan Juklak & Juknis 2 Koordinasi Instansi terkait 3 Inventarisas (CPCL) 4 Penetapan Lokasi 5 Sosialisasi kegiatan 6 Desain Sederhana 7 Pelatihan Teknis petugas 8 Penyusunan RUKK 9 Pembukaan Rekening Kelompok 10 Pengadaan sarana produksi 11 Pengadaan Ternak 12 Pembersihan Lahan 13 Pembuatan Bangunan Konservasi 14 Penanaman 15 Pemeliharaan
Pedoman Teknis PUKLT 2009
45
Lampiran 3.
SEBARAN LOKASI KEGIATAN PUKLT TA 2009
Pedoman Teknis PUKLT 2009
46
Pedoman Teknis PUKLT 2009
47
Lampiran 4.
CONTOH R U K K
Pedoman Teknis PUKLT 2009
48
Contoh RENCANA USULAN KEGIATAN KELOMPOK (RUKK) PENGEMBANGAN USAHATANI KONSERVASI LAHAN TERPADU (PUKLT)
Jenis Pekerjaan
Satuan/ Volume
Harga Per Satuan
Jumlah Biaya & Sumber Dana (Rp) Metode APBD Swadaya Tugas Pelaksanaan Petani Pembantuan
a Penyediaan Sarana Produksi Pertanian - Benih/bibit tanaman
………
Kg
- Urea
………
Kg
- SP-36
………
Kg
- KCL
………
Kg
- Pestisida
………
Ltr
- Pupuk organik
………
Kg
- Peralatan
………
Buah
- Lain-lain ………………….(sebutkan)
………
b Pelaksanaan Fisik - Pembukaan dan pembersihan lahan
………
HOK
- Pengolahan lahan sampai siap tanam
………
HOK
- Pembuatan bangunan konservasi
………
HOK
- Penanaman
………
HOK
- Pemeliharaan
………
HOK
- Lain-lain ………………….(sebutkan)
………
TOTAL DANA
…….…………………...….,………………. 2009 Mengetahui, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
(
)
Pedoman Teknis PUKLT 2009
TimTeknis/ Korlap
(
Ketua Kelompok Tani
)
(
)
49
Lampiran 5.
FORMAT LAPORAN (FORM 01, 02, 03, 04)
Pedoman Teknis PUKLT 2009
50
Form PLA.01
LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR T.A. 2009 Dinas Kabupaten Provinsi Subsektor Program Bulan
: …………………………….. : …………………………….. : …………………………….. : …………………………….. : …………………………….. : …………………………….. Pagu DIPA
Aspek/Kegiatan
No. A.
Keuangan
Fisik
(Rp)
(Ha/Km/Unit)
Lokasi Kegiatan
Realisasi Terhadap Pagu DIPA Keuangan (Rp)
(%)
Fisik
Nama
Desa/
(%)
Kelompok
Kecamatan
Koordinat
Ket
Pengelolaan Air 1. JITUT 2. JIDES 3. dst……….
B.
Pengelolaan Lahan 1. PUKLT 2. PLTB 3. Konservasi DAS Hulu 4. dst ……..
C.
Perluasan Areal 1. Peral sawah 2. Peral lahan kering 3. Peral hortikultura 4. dst….
Catatan : 1. Laporan dikirim ke Dinas Propinsi terkait tembusan ke Ditjen PLA Pusat, paling lambat tanggal 5 setiap bulan 2. Laporan ke Pusat ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jakarta Selatan via Fax : 021-7816086 atau E-mail :
[email protected]
………………………., ……………………. 2009 Penanggung jawab kegiatan Kabupaten
Pedoman Teknis PUKLT 2009
51
LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR T.A. 2009 Dinas Propinsi Subsektor Program Bulan
: …………………………….. : …………………………….. : …………………………….. : …………………………….. : ……………………………..
No.Dinas Kabupaten/Kota* 1
Form PLA.02
Aspek/Kegiatan
Pagu DIPA Keuangan Fisik (Rp) (Ha/Km/Unit)
Realisasi Terhadap Pagu DIPA
Anggaran (Rp) (%)
Fisik (%)
Keterangan
Dinas……………………Pengelolaan Air Kab/Kota ………………1. JITUT 2. JIDES 3. dst …… Pengelolaan Lahan 1. PUKLT 2. PLTB 3. Konservasi DAS Hulu 4. dst ……..
2
Perluasan Areal 1. Peral sawah 2. dst …….. Dinas……………………*) Kab/Kota …………………
JUMLAH
1. JUT 2. Optimasi Lahan 3. Peral sawah 4. dst ……..
Catatan : 1. Laporan dikirim ke Ditjen PLA Pusat, paling lambat tanggal 10 setiap bulan 2. Laporan ke Pusat ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan, Jakarta Selatan via Fax : 021-7816086 atau E-mail :
[email protected] *) Diisi nama Dinas Kabupaten/Kota yang melaksanakan kegiatan PLA
………………………., ……………………. 2009 Penanggung jawab kegiatan Propinsi
Pedoman Teknis PUKLT 2009
52
Form PLA.03 LAPORAN MANFAAT KEGIATAN PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR TA. 2006/2007/2008*) Dinas
: ………………………………..
Kabupaten
: ………………………………..
Provinsi
: ………………………………..
Subsektor
: ………………………………..
Tahun
: ………………………………..
No.
A.
Kegiatan
Target Fisik DIPA
Realisasi Fisik
Manfaat
Aspek Pengelolaan Air
1. JITUT 2. JIDES 3. TAM 4. dst …… B.
Aspek Pengelolaan Lahan
1. PUKLT 2. PLTB 3. Konservasi DAS Hulu 4. dst …….. C. 1 2 3 4
Aspek Perluasan Areal Cetak Sawah Perluasan Areal Hortikultura Perluasan Areal Perkebunan dst
Catatan : 1. Laporan dikirim ke Dinas Propinsi terkait tembusan ke Ditjen PLA pada akhir Tahun Anggaran 2. Laporan ke Ditjen PLA cq. ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan, Jaksel via Fax : 021-7816086 atau E-mail :
[email protected] 3. Manfaat harus terukur, contoh : a. Kegiatan JITUT/JIDES seluas 500 Ha, menaikan IP 50 % dengan produktivitas 5 ton/Ha, sehingga manfaat kegiatan berupa peningkatan produksi sebanyak 500 X 0,5 X 5 Ton = 1.250 ton b. Rehab JUT/JAPROD Manfaat mengurangi ongkos angkut Rp. 25; / Kg atau Rp. 25.000; / Ton pada areal dgn tingkat produksi 1.000 ton sehingga manfaat kegiatan dapat mengurangi ongkos angkut Rp. 25.000 X 1.000 = Rp. 25.000.000; c. Cetak Sawah Seluas 200 Ha Menyebabkan perluasan areal tanam seluas 200 Ha dengan produktivitas 2,5 ton/Ha dan IP 150 %, sehingga manfaat kegiatan cetak sawah berupa peningkatan produksi = 200 X 2,5 ton X 1,5 = 750 ton 4. *) coret yang tidak perlu ……………………….., …….……………. 2009 Penanggungjawab Kegiatan Kabupaten
Pedoman Teknis PUKLT 2009
53
Form PLA.04 REKAPITULASI LAPORAN MANFAAT KEGIATAN PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR TA. 2006/2007/2008*) Dinas
: ………………………………..
Provinsi
: ………………………………..
Subsektor
: ………………………………..
No.
A.
Kegiatan
Target Fisik DIPA
Realisasi Fisik
Manfaat
Aspek Pengelolaan Air
1. JITUT 2. JIDES 3. TAM 4. dst …… B.
Aspek Pengelolaan Lahan
1. PLTB 2. PUKLT 3. KDH 4. dst …….. C. 1 2 3 4
Aspek Perluasan Areal Cetak Sawah Perluasan Areal Hortikultura Perluasan Areal Perkebunan dst
Catatan : 1. Laporan dikirim ke Ditjen PLA pada akhir Tahun Anggaran 2. Laporan ke Ditjen PLA cq. ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan, Jaksel via Fax : 021-7816086 atau E-mail :
[email protected] 3.
4.
Manfaat harus terukur, contoh : a. Kegiatan JITUT/JIDES seluas 500 Ha, menaikan IP 50 % dengan produktivitas 5 ton/Ha, sehingga manfaat kegiatan berupa peningkatan produksi sebanyak 500 X 0,5 X 5 Ton = 1.250 ton b. Rehab JUT/JAPROD Manfaat mengurangi ongkos angkut Rp. 25; / Kg atau Rp. 25.000; / Ton pada areal dengan tingkat produksi 1.000 ton sehingga manfaat kegiatan dapat mengurangi ongkos angkut Rp. 25.000 X 1.000 = Rp. 25.000.000; c. Cetak Sawah Seluas 200 Ha Menyebabkan perluasan areal tanam seluas 200 Ha dengan produktivitas 2,5 ton/Ha dan IP 150 %, sehingga manfaat kegiatan cetak sawah berupa peningkatan produksi sebesar 200 X 2,5 ton X 1,5 = 750 ton *) coret yang tidak perlu ……………………….., …….……………. 2009 Penanggungjawab Kegiatan Popinsi
Pedoman Teknis PUKLT 2009
54
Lampiran 6.
FORMAT LAPORAN AKHIR DAN LAMPIRAN
Pedoman Teknis PUKLT 2009
55
Lampiran Laporan Akhir PENGEMBANGAN USAHATANI KONSERVASI LAHAN TERPADU (PUKLT) TA. 2009 Propinsi : Bangunan Konservasi Komoditi Ternak No. Kabupaten/ Kecamatan/ Luas Nama Jml Jml Permasalahan DAS Desa (ha) Kelompoktani Petani Tenaga Kerja Jenis Jml Jenis Jml Jenis Jml Peserta (HOK) (m/ unit) (kg, btg, stek) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
…………,………………… 2009 Kepala Dinas Pertanian/ TPH/ BUN/ NAK Kabupaten …………………………………
( ……………………………………………) NIP. …………………………
Pedoman Teknis PUKLT 2009
56
OUTLINE LAPORAN AKHIR SEKOLAH LAPANG KONSERVASI
I.
II.
III. IV.
V.
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan 1.3. Sasaran RUANG LINGKUP KEGIATAN 2.1. Dukungan pada Kawasan Komoditi 2.2. Komponen Kegiatan LOKASI KEGIATAN HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN 4.1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan 4.2. Realisasi Kegiatan (Fisik & Keuangan) PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHANNYA
VI.
INDIKATOR KINERJA KEGIATAN 5.1. Indikator Input 5.2. Indikator Keluaran (Outputs) 5.3. Indikator Keberhasilan (Outcomes) 5.4. Indikator Manfaat (Benefits) 5.5. Indikator Dampak (Impacts) VII. MANFAAT KEGIATAN VIII. PENUTUP Lampiran Photo-photo Dokumentasi
Pedoman Teknis PUKLT 2009
57
Lampiran 7.
SKB GNKPA
Pedoman Teknis PUKLT 2009
58