KATA PENGANTAR
Salam Bahagia. Pembangunan berkelanjutan merupakan konsep normatif, yang menyerukan kepada semua masyarakat dunia untuk menyeimbangkan tujuan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Ketika suatu negara terlalu mengejar pada pertumbuhan PDB, dan kurang memperhatikan tujuan sosial dan lingkungan sebagai prioritas utama. Hal itu diiringi oleh dampak negatif terhadap kesejahteraan manusia. Sudah seyogyanya setiap negara dapat mencapai tujuan ekonomi, sosial, dan lingkungan secara harmoni, untuk mendorong pencapaian tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi bagi generasi sekarang dan generasi mendatang. Dengan demikian, nilai kebahagiaan semakin dianggap sebagai ukuran yang tepat dari kemajuan sosial dan tujuan kebijakan publik suatu negara. Sejumlah negara baik pada skala nasional maupun daerah telah menggunakan data kebahagiaan sebagai acuan penelitian dalam rangka pencarian mereka untuk menemukan kebijakan yang dapat memungkinkan masyarakat dapat hidup lebih baik. Tidak terkecuali dengan Indonesia, pihak pemerintah telah berusaha
mengukur kesejahteraan subjektif, dan menggunakan
penelitian
kesejahteraan sebagai panduan dalam merumuskan kebijakan publik, yang kemudian hal ini diikuti pula oleh sejumlah pemerintah daerah, baik di tingkat provinsi, kabupaten dan kota untuk melakukan penelitian serupa. Pemerintah Kota Bandung adalah pemerintah yang memiliki niat kuat untuk meningkatkan kebahagiaan warganya. Publikasi yang kami sampaikan ini merupakan bagian dalam upaya mendukung kebijakan pemerintah Kota Bandung untuk mengkukur indeks kebahagian warga agar pemerintah dapat menemukan kebijakan publik yang tepat, misalnya ketika harus merumuskan disain bagi ruang dan pelayanan publik. Publikasi ini bertema “Indeks Kebahagiaan Kota Bandung Tahun 2015“, yang bertujuan untuk menggambarkan tingkat kebahagiaan masyarakat Kota Bandung, dengan harapan agar hasil penelitian ini menjadi pelengkap informasi untuk dimanfaatkan oleh berbagai pihak berkepentingan sebagai landasan dalam merumuskan kebijakan, penyusunan program, dan pelaksanaan pembangunan daerah. Secara khusus kami ucapkan terimakasih kepada Badan Pusat Statistik yang memungkinkan kami untuk bekerja optimal dengan memanfaatkan Sistem Informasi i
Rujukan Statistik (SIRuSa)-Badan Pusat Statistik. Melalui SIRuSa kami belajar dan memperoleh kompetensi mengenai metodologi pengukuran kebahagiaan secara komprehensif. Selanjutnya kami mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan publikasi ini.Terakhir kami ingin sampaikan kutipan untuk bahan refleksi:“A boy said to a man “I want happiness.” The man said “Remove „I‟ - that is your ego. Remove „want‟ - that is your desire. And what remains is your happiness.
Bandung, 7 Desember 2015 Kepala Laboratorium Quality Control
Yuyun Hidayat, PhD NIP. 1960 05 13 1986 03 1 003
Mengetahui Kepala Bidang Penelitian Pengembangan dan Statistik Bappeda Kota Bandung
Ir. H. Chairul Anwar, M.Si. NIP. 1962 06 13 1996 03 1 001
ii
DAFTAR ISI Kata Pengantar .................................................................................................. i Daftar Isi ............................................................................................................. iii BAB I.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ....................................................................................... 1 2. Tujuan Penulisan..................................................................................... 5 3. Hasil yang diharapkan ........................................................................... 6 4. Ruang Lingkup Kegiatan ...................................................................... 6 5. Manfaat ................................................................................................... 8 BAB II.
METODOLOGI
1. Terminologi Terkait Kepuasan Hidup Sebagai Representasi Kebahagiaan .......................................................................................... 11 2. Unit Analisis ........................................................................................... 14 3. Variabel Utama dan Konsep yang digunakan ................................... 14 4. Metode Penghitungan Indeks Kebahagiaan........................................ 17 5. Desain Sampling .................................................................................... 19 BAB III. PENGUKURAN
INDEKS
KEBAHAGIAAN
PENDUDUK
KOTA
BANDUNG 2015 1. Pengumpulan Data ................................................................................ 22 2. Instrumen yang digunakan................................................................... 22 3. Unit Analisis dan Variabel Operasional ............................................. 22 4. Model Hybrid-Full Model .................................................................... 28 5. Hasil Pengukuran Indeks Kebahagiaan Penduduk Di Kota Bandung .................................................................................. 34 6. Indeks Kebahagiaan Masyarakat Bandung Menurut karakteristik Demografi tahun 2015............................................................................ 37 7. Indeks Kebahagiaan Masyarakat Bandung Menurut Kondisi Ekonomi tahun 2015............................................................................ 38 iii
8. Indeks Kebahagiaan Masyarakat Bandung Menurut karakteristik Kesehatan tahun 2015............................................................................ 42 9. Indeks Kebahagiaan Masyarakat Bandung Menurut Status Keluarga tahun 2015.................................................. 46 10. Perkembangan Indeks Kebahagiaan Masyarakat Bandung 2014 - 2015.............................................................................................. 49
BAB IV. INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN INDEKS KEBAHAGIAAN MASYARAKAT KOTA BANDUNG 2015 1. Evaluasi terhadap Indeks Kebahagiaan saat ini ................................... 52 2. Evaluasi Program Pemerintah Kota Bandung ..................................... 54
BAB V.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan.............................................................................................. 57 2. Rekomendasi.......................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR RINGKASAN EKSEKUTIF LAMPIRAN
iv
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
Walaupun Pemerintah Kota Bandung tidak dapat membuat semua warga Bandung bahagia, peran Pemerintah Kota haruslah menciptakan kondisi-kondisi yang membawa warga Bandung ke arah kebahagiaan hidupnya. Sebagaimana dikatakan Thomas Jefferson tahun 1809: "The care of human life and happiness is the first and only legitimate object of good government". Peran esensil dari seluruh pemerintah demokratik adalah mendukung dan mendorong aktivitas-aktivitas yang memiliki kontribusi terhadap keharmonisan sosial, misalnya dalam menjaga penegakan dan ketertiban hukum atau menyediakan layanan kesehatan bermutu. Kebijakan pemerintah kota berpengaruh secara langsung terhadap kehidupan orang banyak dalam banyak area pembangunan sehingga dengan mempertimbangkan kebahagiaan warga, pengambil kebijakan harus mampu lebih baik mengidentifikasi factor-faktor yang berkontribusi atau berpengaruh negative terhadap kebahagiaan warga
dan membuat keputusan-keputusan yang diarahkan
untuk menghadirkan perbaikan-perbaikan terukur dalam aspek people's quality of life. Kebutuhan untuk mengembangkan dan menerapkan langkah-langkah sistematik tentang kesejahteraan telah menjadi prioritas dunia internasional, terutama dengan meningkatnya fokus pada pembangunan berkelanjutan. Misalnya pada bulan Juni tahun 2007, Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), Komisi Eropa, Bank Dunia, PBB dan Organisasi Konferensi Islam (OKI) telah mengeluarkan pernyataan bersama yang berfokus
pada begitu pentingnya
mengembangkan kemajuan pengukuran baru dalam kesejahteraan. Organisasi badan dunia tersebut telah menegaskan komitmen mereka untuk mengukur dan mendorong kemajuan masyarakat di semua dimensi dan mendorong inisiatif upaya kemajuan tersebut pada tingkat negara. Oleh karena itu mereka mendesak Biro Pusat Statistik yang berada di negara manapun, organisasi publik dan swasta, dan para pakar akademisi untuk bekerja bersama, mewakili komunitas mereka, untuk menghasilka fakta berbasis informasi dengan kualitas tinggi yang dapat digunakan oleh semua masyarakat untuk membentuk pandangan bersama tentang konsep kesejahteraan yang mengalami evolusi dari waktu ke waktu. Mereka mendorong, baik organisasi publik 1
maupun swasta untuk berkontribusi pada upaya ambisius tersebut dimana masingmasing komunitas dapat melakukan inisiatif baik di tingkat lokal, regional, nasional maupun internasional untuk memajukan kesejahteraan. Sedangkan konsep memajukan kesejahteraan umum menurut konstitusi negara Indonesia merupakan konsep yang menggambarkan sebuah proses pencapaian tingkat kesejahteraan masyarakat yang sekaligus menggambarkan perkembangan sosial masyarakat (progress of society). Konsep kesejahteraan, sebagaimana dinyatakan oleh para pendiri negara Indonesia, tampaknya tidak hanya untuk menggambarkan kondisi kemakmuran material (welfare, being-well atau prosperity), tetapi juga mengarah kepada konsep kebahagiaan (happiness). Kebahagiaan memiliki makna dan cakupan yang tidak hanya terbatas pada kondisi kehidupan yang menyenangkan (pleasant life) dan kondisi kehidupan yang baik (being-well atau good life), tetapi juga pada kondisi kehidupan yang bermakna (meaningful life). Dalam konteks ini, konsep kebahagiaan menjadi topik pembangunan nasional yang mendapat perhatian lebih besar dibandingkan dengan konsep kesejahteraan material maupun kemakmuran ekonomi. Sedangkan negara kesejahteraan dalam konsepsi barat, lebih menggambarkan suatu masyarakat yang telah mampu menciptakan sebuah sistem untuk melindungi orang terhadap ketidakamanan dalam
kehidupan sehari-hari dengan mensosialisasikan
risiko dan imbalan, dan menjamin akses terhadap pelayanan kesehatan, asuransi pengangguran, pensiun, tunjangan keluarga dan sebagainya, sehingga negara-negara tersebut lebih mendekati pada negara kesejahteraan yang ideal, yang dicirikan oleh adanya keasadaran akan risiko dan kemakmuran bersama. Negara kesejahteraan dianggap merupakan sistem yang paling manusiawi dan beradab, sebagaimana dikatakan oleh mendiang Perdana Menteri Swedia Olof Palme. Dalam berbagai literatur ilmiah, ternyata konsep kepuasan hidup (life satisfaction), kebahagiaan (happiness), dan kesejahteraan (well-being) sering dianggap sebagai konsep yang serupa (intechangeable) meskipun ketiga konsep tersebut sesungguhnya memiliki perbedaan makna, substansi, dan pengukuran. Menurut Ilmu Psikologi positif, kepuasan hidup dapat diasosiasikan sebagai ukuran kebahagiaan dengan pengukuran subyektif. Sementara kesejahteraan cenderung dikaitkan dengan penilaian terhadap kondisi kehidupan (living conditions) dengan pendekatan pengukuran obyektif dan psikologik. Kepuasan hidup merupakan suatu ukuran yang menggambarkan tingkat kebahagiaan, sementara itu kebahagiaan juga merupakan suatu ukuran kesejahteraan karena pada tataran yang lebih tinggi, 2
kebahagiaan merupakan refleksi dari kondisi kehidupan dan tingkat kesejahteraan yang telah dicapai. Studi tentang kebahagiaan telah cukup banyak menyita perhatian dalam dekade terakhir. Hal tersebut menjadi menarik perhatian khalayak secara luas karena secara fitrah tentu saja hampir semua orang ingin hidup bahagia. Dari suadut pandang keilmuan psikologi sendiri terdapat harapan yang sangat besar karena aspek kebahagiaan dapat diteliti secara obyektif, yakni: •
Kebahagiaan dapat diukur secara obyektif dari waktu ke waktu;
•
Terdapat korelasi yang kuat antara kebahagiaan dan pengalaman bermakna;
•
Terdapat banyak kesalahpahaman tentang hal yang dapat membuat orang
bahagia; dan dilakukan dapat meningkatkan tingkat kebahagiaan dan kehidupan bermakna.Sementara ini beberapa domain kehidupan yang digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam menilai kepuasan hidup, baik secara global maupun secara spesifik dikembangkan menurut domain kehidupannya. Beberapa domain kehidupan yang digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam menilai kepuasan hidup antara lain: terdapat suatu kegiatan sukarela dan disengaja, pendidikan, kesehatan, pekerjaan/penghasilan, kehidupan keluarga Sejak awal terpilihnya, Walikota Bandung Ridwan Kamil telah mencanangkan salah satu program kerja dengan membangun sebanyak mungkin ruang publik misalnya. Konsep ini dilatarbelakangi oleh target pembangunan kota yang lebih bertujuan meningkatkan nilai indeks kebahagiaan warga Kota Bandung. Menurutnya, kondisi warga Bandung saat itu mengarah pada ciri kota yang sakit, dimana warganya enggan berinteraksi diluar rumah. Salah satu penyebabnya adalah ketiadaan ruang publik yang representatif. Latar belakangnya sebagai arsitek kota semakin memperkuat political will-nya ini. Dalam lingkup penataan kota ruang publik dapat diartikan sebagai tempat dimana setiap orang memiliki hak untuk memasukinya tanpa harus membayar uang masuk atau uang lainnya. Dari pengertian ini yang termasuk ruang publik adalah jalan (termasuk pedestrian), tanah perkerasan (pavement), public squares, dan taman (park). Hal ini berarti bahwa ruang terbuka hijau (open space) publik seperti jalan dan taman serta ruang terbuka non-hijau publik seperti tanah perkerasan (plaza) dan public squares dapat difungsikan sebagai ruang publik. Program penataan ruang publik ini diharapkan memiliki korelasi dengan nilai indeks kebahagiaan warga Bandung. Survey yang dirilis BPS Kota Bandung tahun 2014 menunjukkan angka indeks kebahagiaan warga Kota Bandung adalah 68,23 yang berada pada kategori Bahagia (50-75). Jika pembangunan ruang publik ini semakin 3
masif dikembangkan untuk beberapa tahun ke depan, bukan tidak mungkin angkanya akan meningkat menjadi sangat bahagia (level 75-100), aspek ruang publik ini untuk penelitian kedepan mungkin dapat dikaitkan dengan kehidupan bermakna tadi. Fenomena penataan ruang publik menjadi pertanda bahwa ruang publik di Kota ini telah berhasil mengembalikan salah satu kebutuhan dasar warga kota: yaitu tersedianya sarana tempat untuk berinteraksi sosial secara bebas dan bermakna. Dalam kaitan ini, ruang publik yang baik harus dapat digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat kota yang berbeda-beda status sosial, pekerjaan, suku dan budaya sehingga ruang publik dapat menjadi simbol sosialisasi masyarakat yang dapat mempertemukan seluruh lapisan masyarakat. Dalam hal ini ruang publik merupakan sarana interaksi dan rekreasi masyarakat di Kota Bandung yang baik, disenangi masyarakat dan berdampak positif terhadap pola aktivitas masyarakat kota yang dapat berdampak pada indeks kebahagiaan. Kendatipun demikian, ruang publik bukanlah satu-satunya indikator untuk melihat tingkat kebahagiaan warga kota karena tidak semua warga kota memiliki kesempatan dan akses untuk memanfaatkannya. Kita tidak bisa bahagia ketika kita hanya bisa fokus pada kelangsungan hidup. Kita dapat membayangkan seorang miskin dari suatu daerah kumuh, setelah pulang dari suatu taman kota, katakanlah berekreasi di rumput buatan alun-alun bandung, setiba di rumah kembali ia harus memikirkan tentang makanan untuk anak-anaknya besok atau ongkos untuk naik angkot, dan hanya sedikit tersedia waktu untuk bertanya pada diri sendiri, apa yang herus saya lakukan buat esok hari ? Apakah saya merasa puas dalam hidup saya? ‖Sebagaimana Abraham Maslow telah menjelaskan, orang harus memenuhi kebutuhan fisiologis dan keamanan, keselamatan, rezeki dan kehangatan mereka, sebelum mereka dapat mengurus kebutuhan sosial dan harga diri mereka, meskipun baru saja mereka pulang dari sebuah taman kota yang resik. Hal yang jelas mereka membutuhkan asupan kalori, pakaian, tempat tinggal, perawatan medik, dan, akhirnya harapan hidup. Begitu juga sebaliknya, sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa peningkatan kekayaan yang signifikan tidak otomatis dapat meningkatkan kebahagiaan, tentunya dengan beberapa catatan. Memang secara umum, orang-orang yang tinggal di negara-negara dengan tingkat PDB yang tinggi lebih bahagia ketimbang mereka yang tinggal di negara-negara miskin. Namun, tidak sedikit orang-orang kaya yang mencari lebih banyak kekayaan terjebak pada apa yang oleh para psikolog disebut sebagai “hedonic treadmil” suatu upaya yang tiada puasnya
mengejar kekayaan material, dan hanya sedikit waktu mereka untuk 4
menjalin hubungan yang hangat dan tulus dengan sesama mereka, membina hubungan pribadi dan intim, serta kehilangan waktu mereka untuk melakukan kegiatan kontemplatif. Program indeks kebahagiaan merupakan salah satu visi dalam masa pemerintahan Ridwan Kamil. Berbagai inovasi program baru akan terus diluncurkan pemerintah kota untuk meningkatkan kebahagiaan warga Bandung. Dalam rangka melihat perkembangan tingkat kebahagiaan masyarakat Kota Bandung dari waktu ke waktu, Bappeda Kota Bandung melakukan kerjasama dengan Laboratorium Quality Control Departemen Statistika Universitas Padjadjaran (LQC-Unpad) untuk melakukan survey pengukuran tingkat kebahagiaan masyarakat Kota Bandung pada tahun 2015.Untuk keperluan komparatif, LQC-Unpad, tidak mengembangkan model kebahagiaan termasuk alat ukur untuk menghitung indeks kebahagiaan, tetapi mengadopsi model dan metodologi yang telah dikembangkan secara intensif dan sistematik oleh Badan Pusat Statistik. Sehingga untuk survey ini digunakan kuesioner yang sebelumnya telah dikaji validity dan reliabilitynya oleh BPS. Kuesioner tersebut diperoleh dari “Panduan Pelaksanaan Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) 2014”.
2. Tujuan Penulisan ini bermaksud menyusun publikasi yang memberikan dukungan informasi obyektif dan akurat untuk pemerintahan Kota Bandung. Informasi tersebut diperlukan pemerintah dalam upaya meningkatkan indeks kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat Kota Bandung. Oleh karena itu hasil dalam publikasi ini dapat dijadikan informasi pelengkap dan acuan bagi berbagai pihak yang berkepentingan dalam merumuskan strategi, kebijakan, program dan pelaksanaan pembangunan daerah. Survei ini bermaksud menyediakan informasi life satisfaction yang mencerminkan tingkat kebahagiaan berdasarkan aspek kehidupan signifikan bagi penduduk Kota Bandung. Tujuan spesifik survey ini adalah:
1. Menginformasikan taksiran indeks kebahagiaan penduduk Bandung baik secara umum maupun indeks kebahagiaan menurut kondisi kesehatan, pekerjaan, keuangan, keluarga dan sosial serta lingkungan 2. Memberikan informasi taksiran indeks kebahagiaan penduduk Bandung menurut variabel demografi, ekonomi, kesehatan, kehidupan keluarga dan sosial, serta lingkungan 5
3. Menyampaikan rekomendasi untuk peningkatan indeks kebahagiaan penduduk Kota Bandung.
3. Hasil yang diharapkan Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah Indikator kebahagiaan penduduk Kota Bandung, yang merupakan indeks komposit yang disusun oleh tingkat kepuasan terhadap 10 aspek kehidupan yang esensial. Kesepuluh aspek kehidupan tersebut secara substansi dan bersama-sama merefleksikan tingkat kebahagian meliputi kepuasan terhadap: 1) kesehatan, 2) pendidikan, 3) pekerjan, 4) pendapatan rumah tangga, 5) keharmonisan keluarga, 6) ketersedian waktu luang, 7) hubungan sosial, 8) kondisi rumah dan aset, 9) keadaan lingkungan, dan 10) kondisi keamanan. Penilaian terhadap tingkat kepuasan hidup didasarkan pada evaluasi terhadap kondisi obyektif (faktual) yang dialami warga Kota Bandung.
4. Ruang Lingkup Kajian akademik dalam kaitan ini tidak mengelaborasi semua aspek dan dimensi dari kebahagiaan atau kepuasan hidup dengan menggunakan berbagai sudut pandang disiplin ilmu. Kebahagiaan atau kepuasan hidup yang diukur merujuk pada dokumen “Indeks Kebahagiaan Kota Bandung Tahun 2014” yang dikembangkan BPS. Kebahagiaan atau kepuasan hidup yang diukur adalah yang mencerminkan keadaan hidup yang sesungguhnya, bersifat relatif stabil, dan bukan suatu keadaan sesaat yang mudah berubah. Kepuasaan hidup yang dikukur berbeda dengan kebahagiaan temporal seperti perasaan senang (fun), perasaan ceria (cheerful), perasaan nikmat (joyful), atau perasaan gembira lainnya yang mudah berubah dalam waktu yang relatih singkat, meskipun dalam perspektif ilmu psikologi terdapat predisiposisi genetik kepribadian tertentu yang memiliki tingkat kebahagiaan atau kepuasan hidup yang relatif stabil dan permanen. Merujuk pada Dokumen tersebut di atas maka variabel utama, konsep dan definisi yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada sejumlah aspek berikut ini, yakni:
1.
Kepuasan terhadap kondisi kesehatan Kondisi kesehatan yang baik menjadi kebutuhan mendasar manusia sehingga mereka dapat menjalankan kegiatan secara maksimal. Kondisi kesehatan responden mencakup kesehatan fisik dan mental. 6
2.
Kepuasan terhadap pendidikan dan keterampilan Pendidikan mengacu pada tingkatan sekolah yang ditamatkan oleh responden, sedangkan keterampilan mengacu pada kemampuan khusus dalam menciptakan sesuatu, atau kepandaian terhadap suatu hal.
3.
Kepuasan terhadap pekerjaan Kepuasan terhadap pekerjaan ditinjau dari berbagai sudut pandang yang berkaitan dengan pekerjaan dan tidak hanya dibatasi pada lapangan usaha dan jabatan dalam pekerjaan.
4.
Kepuasan terhadap pendapatan rumah tangga Pendapatan yang dimaksud mencakup pendapatan dari kegiatan ekonomi (gaji, upah, keuntungan bagi pemilik bisnis wirausaha dan sebagainya), pendapatan properti (deviden, bunga sewa, dan sebagainya), manfaat sosial dalam bentuk tunai (pensiun, tunjangan keluarga, tunjangan penghasilan, dan sebagainya), maupun pendapatan dari pemberian yang diterima seluruh anggota rumah tangga.
5.
Kepuasan terhadap kondisi keamanan Survei juga diarahkan untuk menilaai kepuasan responden terhadap kondisi keamanan di lingkungan tempat tinggalnya dan keamanan dari segala bentuk tindak kejahatan yang mungkin dialami dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.
6.
Kepuasan terhadap hubungan sosial Kondisi
hubungan
sosial
yang
dimaksud
dikaitkan
dengan
tingkat
kerukunan/kekompakan/sikap percaya antar responden dengan warga dan kesediaan waktu serta kesempatan untuk bersosialisasi dengan masyarakat di lingkungan responden (variabel ini mungkin berhubungan dengan fungsi ruang publik diatas).
7.
Kepuasan terhadap ketersediaan waktu luang Survei diarahkan untuk menilai kepuasan responden terhadap waktu luang mereka 7
8.
Kepuasan terhadap kondisi rumah Penilaian responden dapat diberikan dengan mempertimbangkan berbagai aspek kondisi dan situasi rumah yang telah sesuai ataupun belum sesuai dengan yang diinginkan.
9.
Kebahagiaan hidup Penilaian kebahagiaan hidup memperhatikan suasana hati (mood) atau emosi pada saat pencacahan.
10. Harapan/keinginan yang sudah dicapai
11. Kepuasan hidup Survei diarahkan untuk menilai kepuasan responden terhadap kehidupan mereka secara menyeluruh.
12. Kepuasan terhadap kondisi lingkungan Survei diarahkan untuk menilai kualitas lingkungan responden.
13. Kepuasan terhadap keharmonisan keluarga Keharmonisan yang ingin diukur mencakup kerukunan responden dengan anggota keluarga lainnya (kehidupan keluarga yang cenderung baik, damai, dan jauh dari pertengkaran atau perselisihan).
8
5. Manfaat Kondisi dan perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat perlu dievaluasi dengan menggunakan berbagai indikator. Indikator yang diperlukan bukan hanya berupa pengukuran secara obyektif tetapi juga pengukuran subyektif. Indikator obyektif perlu divalidasi dengan indikator subyektif seperti indeks kebahagiaan. Indeks kebahagiaan diperlukan sebagai bentuk konfirmasi masyarakat terhadap kinerja pembangunan pemerintah kota yang diukur oleh berbagai indikator obyektif yang telah dan akan dikembangkan. Disamping itu pemerintah kota sendiri perlu memperoleh info rmasi obyektif dan akurat berkenaan dengan tingkat kebahagiaan berdasarkan suatu penelitian yang dapat dipeertanggung jawabkan keabsahannya. Dengan demikian hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi pemerintah kota dalam rangka merumuskan strategi dan kebijakan yang berkenaan dengan peningkatan kesejahteraan warganya.
9
BAB II METODOLOGI 1. Terminologi Terkait Kepuasan Hidup Sebagai Representasi Kebahagiaan Salah satu tujuan pembentukan pemerintahan Negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Konsep memajukan kesejahteraan umum dalam konstitusi Indonesia tidak hanya bermakna untuk memajukan kemakmuran material tetapi juga meningkatkan kebahagiaan warga Negara. Kebahagiaan merupakan suatu hal yang dipersepsikan secara subjektif oleh setiap orang, Beberapa ahli mendefinisikan kebahagiaan sebagai: sejauh mana individu menilai secara positif kualitas dari keseluruhan hidupnya. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa kebahagiaan memiliki dua komponen yaitu komponen afektif dan komponen kognitif. Komponen afektif berkaitan dengan sejauh mana individu merasa positif mengenai dirinya (hedonic level of affect), sedangkan komponen kognitif berkaitan dengan tingkat kepuasan individu terhadap apa yang ia peroleh dalam hidup (contentment/life satisfaction) (Veenhoven, 1984). Kata “kebahagiaan” seringkali menjadi istilah yang kabur bagi sebagian para pakar sehingga mereka sering mengganti istilah kebahagiaan menjadi
"kesejahteraan
subyektif" untuk mendefinisikannya. Istilah "subyektif" digunakan karena
pada
kenyataannya seseorang mengalami kebahagiaan adalah relatif hanya bagi orang yang mengalaminya semata. Atau dengan kata lain, “hakim terbaik tentang bagaimana seseorang merasakan kebahagiaan adalah orang itu sendiri”. Namun pada akhirnya sejumlah penelitian telah berhasil menyampaikan laporan yang akurat dan terpercaya untuk mengukur kebahagiaan individu (Akhor, 2010). Untuk mengartikan iatilah "kesejahteraan" para pakar telah mempelajari lebih dari sekedar perasaan emosi yang baik dan positif saja, namun mereka juga telah mempelajari makna dan kepuasan hidup (Crabtree, 2012). Para pakar telah mendefinisikan kebahagiaan sebagai pengalaman emosi positif yang dikombinasikan dengan perasaan yang lebih dalam tentang makna dan tujuan hidup. Dalam kebahagiaan tersirat suasana hati (mood) yang positif tentang masa kini dan pandangannya tentang masa depan. Suatu studi dari
Martin Seligman, pelopor dalam psikologi positif, telah
mengkonfirmasi bahwa orang yang mengejar kesenangan semata mungkin hanya memperoleh manfaat kebahagiaan sementara saja, dan tidak menjawab tentang arti 10
kebahagiaan secara hakiki " (Akhor, 2010). Para pakar menggunakan
kata
“kesejahteraan subyektif” bukan hanya karena lebih mudah dan lebih enak untuk dibaca, akan tetapi karena
istilah tersebut dapat dijadikan payung alami untuk
menjelaskan tentang kepuasan dan makna hidup mereka secara keseluruhan dalam hidup mereka. Sejumlah kepustakaan dan penelitian telah menjelaskan tentang kebahagiaan dan dapat diidentifikasi sejumlah dimensi utama dari aspek kebahagiaan dipelajari. Terdapat delapan dimensi utama
yang dapat
kebahagiaan sebagaimana akan
dijelaskan berikut ini, yakni: A. Perspektif, yaitu
pandangan pribadi pada kehidupan yang menimbulkan
perasaan optimisme dan positif; B. Keseimbangan, yaitu stabilitas yang dirasakan seseorang tentang rasa terjamin, merasa dipercaya, tidak takut kehilangan mata pencaharian, merasa ikut memiliki, dan dapat mengeksperikan diri (aktualisasi diri); C. Otonomi, yaitu
kemampuan seseorang
untuk mengarahkan diri mereka
sendiri tentang bagaimana, kapan dan di mana ia dapat mengekspresikan diri, berkembang dan terpercaya dalam lingkup kegiatan dan hidup mereka; D. Penguasaan, yaitu kemampuan untuk mengembangkan keterampilan yang cocok dengan kegiatan atau pekerjaan mereka; E. Tujuan, yaitu perasaan selaras antara tujuan pemerintah dengan nilai-nilai pribadi mereka, merasa terlibat, menemukan makna dalam kegiatan mereka sebagai pendorong motivasi utama aktivitas mereka (Kelly, 2012); F. Kemajuan, yaitu mencapai kemajuan dari hari ke hari yang mengarah pada pencapaian tujuan hidup mereka; G. Budaya, yaitu adanya budaya yang saling mendukung dalam hubungan antar pribadi, sehingga tumbuh rasa memiliki ; dan H. Apresiasi, yaitu terselenggaranya suatu iklim keterbukaan yang positif yang disertai oleh adanya pengakuan dan saling hormat menghormati. Terciptanya suatu lingkungan yang dapat menunjang pada dimensi kebahagiaan: seperti sikap menghormati, memberikan pengakuan, kejujuran dan
kesopanan,
memberikan dorongan semangat, ekspresi kepercayaan , menyampaikan ekspresi emosional, sehingga orang merasa lebih terhubung melalui empati
11
dan afiliasi
yang menggambarkan adanya ungkapan
kepercayaan,
penghargaan, dan rasa kasih sayang.
Menurut ilmu psikologi positif, kepuasan hidup dapat diasosiasikan sebagai ukuran kebahagiaan dengan pendekatan pengukuran subyektif, sementara kesejahteraan cenderung dikaitkan dengan penilaian terhadap kondisi kehidupan (living conditions) dengan pendekatan pengukuran obyektif dan psikologik. Kepuasan hidup merupakan suatu ukuran yang menggambarkan tingkat kebahagiaan, sementara itu kebahagiaan juga merupakan suatu ukuran kesejahteraan karena pada tataran yang lebih tinggi. Kebahagiaan merupakan refleksi dari kondisi kehidupan dan tingkat kesejahteraan yang telah dicapai. Kepuasan hidup sebagai refleksi tingkat kebahagiaan, dalam berbagai penelitian dapat diukur dengan mengajukan suatu pertanyaan umum yaitu “bagaimana kehidupan yang anda rasakan hingga saat ini?”. Dalam rangka menentukan jawaban yang tepat terkait tingkat kebahagiaan, maka biasanya responden akan menggunakan pendekatan pemikiran tentang kepuasan hidup yang dialami selama ini baik secara umum maupun secara spesifik menurut domain kehidupannya. Beberapa domain kehidupan yang digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam menilai kepuasan hidup antara lain: pendidikan, kesehatan, pekerjaan/penghasilan, kehidupan keluarga, dan sebagainya. Kepuasan hidup yang diukur adalah yang mencerminkan keadaan hidup yang sesungguhnya, bersifat stabil, dan bukan euforia sesaat yang mudah berubah. Kepuasan hidup yang diukur sesungguhnya berbeda dengan kebahagiaan yang sering dipahami sebagai perasaan senang (fun), perasaan ceria (cheerful), perasaan nikmat (joyful), atau perasaan gembira lainnya yang mudah berubah dalam waktu yang relatif singkat.
2. Unit Analisis Unit analisis pada ini adalah rumah tangga. Informasi terkait rumah tangga diwakili oleh responden yang berstatus sebagai Kepala Rumah Tangga (KRT) atau pasangannya. Oleh karena itu unit analisis dalam penyusunan publikasi ini merupakan individu sehingga tingkat kepuasan hidup yang diukur mencerminkan tingkat kepuasan hidup individu. Indeks kepuasan hidup yang diperoleh secara umum berarti menunjukkan tingkat kepuasan hidup dan kebahagiaan penduduk Kota Bandung menurut berbagai aspek kehidupan. 12
3. Variabel Utama dan Konsep yang Digunakan Adapun variable-variabel penelitian terdiri dari beberapa variabel teramati (observed variables) yang dirancang untuk menggambarkan konsep/konstruk pada domain tertentu.
Beberapa variabel utama, konsep dan definisi yang digunakan dalam penyusunan publikasi ini adalah sebagai berikut : a.
Kepuasan terhadap kondisi kesehatan Variabel ini merupakan penilaian kepuasan responden terhadap kondisi kesehatannya saat ini. Kondisi kesehatan yang baik menjadi kebutuhan yang mendasar bagi setiap orang supaya dapat menjalankan aktifitas sehari-hari dengan lebih optimal. Kondisi kesehatan responden mencakup kesehatan fisik dan mental, seperti adanya keluhan kesehatan yang mengganggu, penyakit menahun serta kesulitan fungsional yang mungkin diderita dan sebagainya.
b.
Kepuasan terhadap pendidikan dan keterampilan Variabel ini merupakan penilaian kepuasan responden terhadap pendidikan dan keterampilan yang dimiliki. Pendidikan mengacu pada tingkatan sekolah yang ditamatkan oleh responden sedangkan keterampilan mengacu pada kemampuan khusus seseorang dalam menciptakan sesuatu, kepandaian terhadap suatu hal.
c.
Kepuasan terhadap pekerjaan Variabel ini merupakan penilaian mengenai kepuasan responden dengan pekerjaannya. Kepuasan terhadap pekerjaan dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang yang berkaitan dengan pekerjaan dan tidak hanya dibatasi pada lapangan usaha dan jabatan dalam pekerjaan. Sebagai ilustrasi, apakah responden menyukai bidang pekerjaannya, apakah suasana dalam lingkungan bekerja itu menyenangkan, bagaimana hubungan dengan rekan kerja, apakah bebas mengemukakan pendapat/ide, manajemen yang baik, maupun terhadap keberlanjutan pekerjaan/usaha (berkaitan dengan status pegawai tetap/kontrak) dan sebagainya.
13
d.
Kepuasan terhadap pendapatan rumah tangga Variabel ini merupakan penilaian mengenai kepuasan responden terhadap pendapatan rumah tangga yang diterima. Pendapatan yang dimaksud mencakup pendapatan dari kegiatan ekonomi (gaji, upah, keuntungan bagi pemilik usaha wiraswasta, dan seterusnya), pendapatan properti (dividen, bungan sewa, dan sebagainya), manfaat sosial dalam bentuk tunai (pensiun, tunjangan keluarga, tunjangan penghasilan, dsb) maupun pendapatan dari pemberian yang diterima seluruh anggota rumah tangga.
e.
Kepuasan terhadap kondisi keamanan Variabel ini merupakan penilaian kepuasan responden terhadap kondisi keamanan di linkungan tempat tinggalnya dan keamanan dari segala bentuk tindak kejahatan yang mungkin dialami dalam menjalankan aktifitas sehari-hari.
f.
Kepuasan terhadap hubungan sosial Variabel ini merupakan penilaian kepuasan responden terhadap kondisi hubungan sosial di lingkungan tempat tinggal. Kondisi hubungan sosial yang dimaksud dapat dikaitkan dengan kerukunan/kekompakan/sikap percaya antar responden dan warga dan ketersediaan waktu serta kesempatan untuk bersosialisasi dengan masyarakat di lingkungan responden.
g.
Kepuasan terhadap ketersediaan waktu luang Variabel ini merupakan penilaian kepuasan responden terhadap jumlah waktu luang yang dimilikinya.
h.
Kepuasan terhadap kondisi rumah Pertanyaan ini digunakan untuk mengetahui kepuasan responden terhadap kondisi
rumahnya.
Penilaian
responden
dapat
diberikan
dengan
mempertimbangkan berbagai aspek rumah yang telah sesuai ataupun belum sesuai dengan yang diinginkannya, seperti status kepemilikan rumah, luas bangunan dan sebagainya. i.
Kebahagiaan hidup Variabel ini merupakan penilaian responden terkait dengan kebahagiaan terhadap kehidupan yang dijalani responden. Penilaian seseorang tentang kebahagiaan sangat dipengaruhi oleh mood atau emosi pada saat pencacahan.
j.
Harapan/keinginan yang sudah tercapai Pertanyaan ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar harapan/keinginan responden yang sudah tercapai. Pada dasarnya setiap orang pasti memiliki 14
harapan/keinginan untuk mencapai kondisi kehidupan yang diimpikan. Harapan/keinginan tersebut terkadang berubah sesuai dengan peningkatan kehidupan yang dialami oleh seseorang. k.
Kepuasan hidup Variabel ini bertujuan untuk mengetahui kepuasan responden terhadap kehidupan secara menyeluruh.
l.
Kepuasan terhadap kondisi lingkungan Variabel ini merupakan penilaian kepuasan responden terhadap kondisi lingkungan yang dihadapi responden dalam kehidupannya sehari-hari. Kualitas lingkungan responden dipercaya memiliki dampak langsung terhadap kesehatan dan kesejahteraannya. Sebagai contoh lingkungan yang masih alami memberikan kenyamanan bagi seseorang untuk beraktivitas dan memungkinkan orang untuk pulih dari stres karena rutinitas kehidupan.
m.
Kepuasan terhadap keharmonisan keluarga Variabel ini digunakan untuk mengetahui kepuasan responden terhadap keharmonisan keluarganya. Keharmonisan yang ingin diukur mencakup kerukunan responden dengan anggota keluarga lainnya (kehidupan keluarga yang cenderung baik, damai, dan jauh dari pertengkaran), kekompakkan (bersatu dalam menjalani kehidupan sehari-hari maupun menghadapi segala permasalahan), sikap percaya diantara keluarga (yakin bahwa diantara anggota keluarga akan bertindak dalam batas-batas yang positif) dan kecukupan waktu untuk kegiatan bersama keluarga (missal:nonton/berkumpul/menghabiskan waktu santai bersama keluarga, rekreasi/memancing/bepergian ke luar kota bersama keluarga, dan sebagainya).
4.
Metode Penghitungan Indeks Kebahagiaan Indeks kebahagiaan merupakan indeks komposit yang diukur secara
tertimbang
dan
mencakup
indikator
kepuasan
individu
terhadap
sepuluh
domain/variabel yang esensial. Kesepuluh domain/variabel yang secara substansi dan bersama-sama merefleksikan tingkat kebahagiaan individu meliputi : (1) pekerjaan, (2) pendapatan rumah tangga, (3) kondisi rumah dan aset, (4) pendidikan,
(5)
kesehatan, (6) keharmonisan keluarga, (7) hubungan sosial, (8) ketersediaan waktu luang, (9) kondisi lingkungan, dan (10) kondisi keamanan. Bobot tertimbang setiap
15
domain/variabel
terhadap
indeks
kebahagiaan
dihitung
secara
proporsional
berdasarkan sebaran data dengan teknik Analisis Faktor. Pengukuran indeks kebahagiaan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1.
Penghitungan penimbang setiap variabel Penimbang bagi setiap variabel dihitung berdasarkan nilai loading factors variabel tersebut dan nilai rotation sums of squared loading (% of variance) pada faktor yang terbentuk. Penghitungan penimbang bagi setiap variabel dilakukan dalam 2 (dua) tahap yaitu: a. Penghitungan penimbang tiap variabel dalam faktor dengan formula :
dimana, B = nilai penimbang; LF
= nilai loading factors;
RLF
= rata-rata loading factor dalam satu faktor;
RSL
= nilai rotation sums of squared loading (% of variance).
b. Penghitungan penimbang berstandardisasi tiap variabel dalam faktor dengan formula:
dimana , b = nilai penimbang berstandardisasi;
2.
B
= nilai penimbang;
JB
= jumlah semua penimbang.
Pengukuran indeks setiap individu Hasil pengukuran penimbang terstandardisasi tersebut digunakan sebagai pengali terhadap nilai jawaban responden setiap konstruk. Formula yang digunakan adalah sebagai berikut :
Ia = bi * Xia Dalam hal ini Ia
= nilai indeks kepuasan hidup individu ke-a;
bi
= nilai penimbang terstandardisasi variabel ke-i;
Xia = nilai jawaban variabel ke-i, individu ke-a. 16
3.
Pengukuran indeks agregat Pengukuran indeks kepuasan hidup agregat dilakukan dengan cara menghitung rata-rata nilai indeks setiap individu. Formula yang digunakan adalah sebagai berikut :
Dalam hal ini I = indeks kepuasan hidup agregat; JI = jumlah semua nilai indeks kepuasan hidup individu; n = jumlah sampel/individu. 4.
Pengukuran indeks kepuasan hidup Hasil pengukuran indeks pada tahap 3 sebelumnya memiliki skala 1 sampai dengan 10. Untuk memudahkan intepretasi lebih lanjut, maka dilakukan penyetaraan skala indeks dari skala 1-10 menjadi 0-100. Indeks hasil perubahan skala dengan menggunakan konstruksi tersebut tidak mengubah posisi individu. Hal ini berarti, ranking indeks sebelum dan setelah perubahan skala tidak berubah. Formula yang digunakan untuk melakukan penyetaraan tersebut adalah:
dimana, IKH
= indeks kepuasan hidup skala 0 – 100;
I
= indeks kepuasan hidup skala 1 – 10.
Range
= selisih antara nilai terbesar dan terkecil pada skala pengukuran.
Laboratorium Quality Control Statistika Unpad juga telah perhitungan indeks menggunakan kerangka kerja The American Customer Satisfaction Index (ACSI). ACSI merupakan tipe pengukuran baru dalam market-based performance untuk suatu sistem, industri, sektor ekonomik, dan ekonomi nasional (Johnson, Michael D., Eugene W. Anderson, Claes Fomell, Jaesung Cha, and Barbara Everitt Bryant .1996). Mengacu pada kerangka ACSI, Indeks kebahagian (IK) dihitung menggunakan bentuk umum ACSI sebagai berikut:
17
Dalam hal ini
ξ, merupakan variable latent untuk overall customer satisfaction, dan
E[.], Min[.] and Max [.] masing-masing, menyatakan ekspektasi, nilai minimum, dan maximum dari variable.
5.
Desain Sampling
SPTK Kota Bandung tahun 2015 dilaksanakan diseluruh wilayah administratif Kota Bandung dengan rancangan sampling random yang ditujukan untuk mewakili tingkat kebahagiaan warga Bandung di 30 Kecamatan. Oleh karena itu diambil kebijakan untuk meliput seluruh 151 kelurahan di Kota Bandung dengan ukuran sampel lebih dari 2 kali lipat daripada SPTK 2014. Indeks kebahagiaan diukur menggunakan data primer hasil survei. Survei dengan teknik wawancara langsung terhadap Kepala Keluarga atau pasangannya dilaksanakan awal bulan November 2015. Teknik sampling yang digunakan yaitu penarikan sampel empat tahap berstrata (four stages stratified random sampling). Tahapan dari metode ini adalah sebagai berikut: 1. Tahap pertama, menetapkan 151 Kelurahan di Kota Bandung sebagai Strata. Sehingga terdapat 151 populasi yang akan disampel 2. Tahap kedua, membuat kerangka sampling RW di 151 kelurahan 3. Tahap ketiga, menetapkan jumlah RT per kelurahan secara proporsional dengan mempertimbangkan kendala biaya. 4. Tahap keempat menggunakan metode Probability Proportional to Size (PPS) with replacement untuk memilih RT. Metoda ini memungkinkan RT pada RW dengan jumlah RT yang banyak pada satu kelurahan memiliki peluang yang lebih besar untuk terambil menjadi sampel. 5. Tahap kelima, dari setiap RT terpilih, dipilih sejumlah Kepala rumah tangga biasa atau pasangannya (m=10) secara acak. Akses kepada kepala rumah tangga atau pasangan terpilih dilakukan melalui koordinasi dengan pengurus RT untuk menggunakan dokumen KK Proses randomisasi diberikan secara terinci pada Lampiran 2
Bound of error dan koefisien kepercayaan 95%, untuk desain sampling yang digunakan ditampilkan pada Tabel 2.1. 18
Tabel 2.1 : Ukuran sampel per area No
Kecamatan
Populasi
Margin
Tingkat
Ukuran
Error
kepercayaan
Sampel
1
SUKASARI
16.025
11,15%
95%
80
2
SUKAJADI
22.762
9,50%
95%
110
3
CICENDO
23.619
9,50%
95%
110
4
ANDIR
25.539
9,50%
95%
110
5
CIDADAP
15.131
11,90%
95%
70
6
COBLONG
47.819
6,73%
95%
220
7
BANDUNG WETAN
7.298
14,10%
95%
50
8
SUMUR BANDUNG
12.933
14,10%
95%
50
9
CIBEUNYING KALER
22.461
9,97%
95%
100
10
CIBEUNYING KIDUL
44.411
6,88%
95%
210
11
KIARACONDONG
24.633
8,75%
95%
130
12
BATUNUNGGAL
29.715
8,14%
95%
150
13
LENGKONG
16.163
11,15%
95%
80
14
REGOL
20.446
10,52%
95%
90
15
ASTANANYAR
17.845
10,52%
95%
90
16
BOJONGLOA KALER
29.117
8,75%
95%
130
17
BABAKAN CIPARAY
24.895
9,10%
95%
120
18
BOJONGLOA KIDUL
21.475
9,97%
95%
100
19
BANDUNG KULON
35.248
7,88%
95%
160
20
ANTAPANI
17.989
10,52%
95%
90
21
ARCAMANIK
19.652
9,97%
95%
100
22
UJUNGBERUNG
18.467
9,97%
95%
100
23
CIBIRU
16.341
11,90%
95%
70
24
RANCASARI
22.042
9,97%
95%
100
25
BUAHBATU
25.127
9,10%
95%
120
26
BANDUNG KIDUL
15.203
12,88%
95%
60
27
GEDEBAGE
7.654
14,10%
95%
50
28
PANYILEUKAN
8.409
14,10%
95%
50
29
CINAMBO
6.357
15,70%
95%
40
30
MANDALAJATI
16.439
11,15%
95%
80
631.215
1,82%
95%
3.020
Total
19
20
BAB III PENGUKURAN INDEKS KEBAHAGIAAN PENDUDUK KOTA BANDUNG 2015
1. Pengumpulan Data Indeks kebahagiaan diukur menggunakan data primer hasil survei. Survei dengan teknik wawancara langsung terhadap Kepala Keluarga atau pasangannya dilaksanakan awal bulan November 2015. Studi dilakukan dengan mewawancarai kepala keluarga atau pasangannya .Mekanisme pemilihan sampel telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Ukuran sampel lebih dari 2 kali lipat daripada SPTK 2014. 2. Instrumen yang Digunakan Agar dihasilkan indeks kebahagiaan masyarakat Bandung, diperlukan instrumen yang mampu mengoperasionalkan konsep kebahagiaan ke dalam indikator statistik yang mudah diukur dan relevan dengan dinamika sosial yang berkembang. Pengumpulan data pada rumah tangga yang dipilih secara random dilakukan melalui wawancara tatap muka antara surveyor dengan responden dengan menggunakan kuesioner SPTK 2013 (BPS, 2013). Kuesioner penelitian tersebut disajikan pada Lampiran 1. 3. Unit Analisis dan Variabel Operasional Unit analisis pada ini adalah rumah tangga. Informasi terkait rumah tangga diwakili oleh responden yang berstatus sebagai Kepala Rumah Tangga (KRT) atau pasangannya. Sedangkan variabel penelitian terdiri atas beberapa variabel teramati (observed variables) yang dirancang untuk menggambarkan konsep/konstruk pada aspek tertentu berdasarkan kerangka kerja seperti yang digambarkan berikut.
21
Gambar. 3.1. konsep/konstruk pada aspek tertentu berdasarkan kerangka kerja
Sesuai dengan kerangka kerja di atas, terdapat empat domain dalam penelitian ini yaitu:
Kondisi Eksternal (External Condition), bersimbol ext: mencakup Kondisi Rumah (House), Pekerjaan (Job) dan Pendapatan (Income);
Sumber Daya Personal (Personal Resources), bersimbol sdm: mencakup Kondisi Pendidikan (Education), Kondisi Kesehatan Fisik (Health), dan Kondisi Kesehatan Mental (Mental);
Fungsi Diri (Functioning), bersimbol fd mencakup: Penerimaan Diri (Acceptance), Perasaan Mampu (Efficacy), Perasaan Dihargai (Recognition), Otonomi (Autonomy), Jejaring Sosial (Social) dan Keamanan (Secure);
Kepuasan Hidup (Life Satisfaction) , bersimbol ”puas” yang mencakup variabel mengenai kepuasan hidup. Daftar rincian pertanyaan yang digunakan dalam full model kebahagiaan secara lengkap
disajikan pada Tabel 2.2.
22
Tabel 2.2 Domain, Dimensi dan Variabel Teramati Instrumen Studi Kebahagiaan 2015 Variabel Teramati Pertanyaan
No.
Domain
Dimensi/ Konstruk
Jumlah
Kode
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1
Kondisi Eksternal (External Condition)
Kondisi Rumah (House)
11
R1201
Apakah status penguasaan bangunan tempat tinggal yang ditempati?
R1202 R1203
Berapa luas lantai bangunan tempat tinggal? Apakah jenis lantai terluas?
R1204
Apakah jenis dinding terluas?
R1205
Apakah jenis atap terluas?
R1206a Apakah sumber penerangan utama yang digunakan? R1206b Jika Listrik PLN, berapa daya terpasang? R1207
Apakah bahan bakar/energi utama yang digunakan untuk memasak?
R1208a Apakah penggunaan fasilitas tempat buang air besar yang digunakan rumah R1208 tangga Apakahini? tempat pembuangan akhir tinja
Pekerjaan (Job)
3
b
yang digunakan rumah tangga ini?
1209
Apakah sumber air untuk minum yang digunakan rumah tangga ini? Apakah selama 1 minggu terakhir bekerja atau sementara tidak bekerja? Keterangan lapangan usaha?
R701a R702a2
Pendapatan (Income)
2
Sumber Daya Personal (Personal Resources)
Kondisi Pendidikan (Education)
Kondisi Kesehatan Fisik (Health)
3
R702a3
Keterangan pekerjaan
status/kedudukan
dalam
R710
Berapa rata-rata pendapatan tangga dalam 1 bulan?
rumah
R711a
Apakah pendapatan rumah tangga biasanya mencukupi kebutuhan seharihari rumah tangga?
R708
Apakah KRT/pasangan memiliki jaminan hari tua (tabungan hari tua/dana pensiun)? Apakah pendidikan tertinggi yang ditamatkan?
1
R601
2
R503
Apakah
mengidap
kronis/menahun
penyakit berdasarkan
pernyataan dokter?
23
No.
Domain
Dimensi/ Konstruk
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
Kondisi Kesehatan Mental (Mental)
6
Kode (5)
Variabel Teramati Pertanyaan (6)
R505
Apakah memiliki jaminan kesehatan yang masih berlaku (misalnya BPJS Kesehatan/JKN, JPK PNS/Veteran/Pensiun (Askes), Jamkesmas, Jamkesda, asuransi kesehatan swasta, tunjangan/penggantian biaya kesehatan oleh perusahaan, dll)?
R508j
Apakah pernah terlintas pikiran untuk mengakhiri hidup?
R508f
Apakah sering merasa takut secara berlebihan?
R1301a Seberapa sering merasa senang, riang atau gembira dalam menjalani kehidupan sehari-hari selama 1 bulan terakhir? R1301c Ketika ada anggota keluarga mengalami musibah (misalnya, kematian, kecelakaan, dll), seberapa sabar Anda menghadapinya? R1301b Seberapa mudah memaafkan orang yang telah melakukan kesalahan/melakukan tindakan yang tidak menyenangkan selama 1 bulan terakhir? R508e Apakah sering merasa gugup, tegang, cemas,atau gelisah secara berlebihan? 3
Fungsi Diri (Good Function-ing)
Perasaan Mampu (Efficacy)
1
R1302
Perasaan Dihargai (Recognition)
1
R901c
Otonomi (Autonomy)
1
Jejaring Sosial (Social)
4
Setiap orang biasanya memiliki harapan/keinginan untuk mencapai kondisi kehidupan yang diimpikan. Seberapamerasa besar harapan/keinginan yang Apakah dihormati oleh anggota keluarga? sudah tercapai
R1101a Berapa jam waktu luang dalam 1 minggu yang biasanya digunakan untuk beraktivitas bersama keluarga R1004a Apakah bersedia membantu orang lain yang tidak berdaya (butuh pertolongan keuangan) di lingkungan RT/sekitar R1004b tempat tinggal ? R1001b Selama 1 bulanmudah terakhir, seberapa sering Seberapa mendapatkan bersosialisasi/bergaul dengan tetangga? pertolongan dari orang lain (selain kerabat) di lingkungan RT/sekitar R1006a Apakah menjadi anggota tempat tinggal ketika sedang mengalami organisasi/kelompok/perkumpulan masalah keuangan?
24
No.
Domain
(1)
(2)
Dimensi/ Konstruk
Jumlah
(3)
(4)
Keamanan (Secure)
14
Kode (5)
Variabel Teramati Pertanyaan (6)
R801a1 Bagaimana kondisi air tanah di lingkungan sekitar tempat tinggal (RT) selama 1 bulan terakhir, keruh? R801a2 Bagaimana kondisi air tanah di lingkungan sekitar tempat tinggal (RT) selama 1 bulan terakhir, Berwarna? R801a3 Bagaimana kondisi air tanah di lingkungan sekitar tempat tinggal (RT) selama 1 bulan terakhir, berasa? R801a4 Bagaimana kondisi air tanah di lingkungan sekitar tempat tinggal (RT) selama 1 bulan terakhir, Berbusa? R801a5 Bagaimana kondisi air tanah di lingkungan sekitar tempat tinggal (RT) selama 1 bulan terakhir, berbau? R801b1 Bagaimana kondisi udara di lingkungan sekitar tempat tinggal (RT) selama 1 bulan terakhir, berbau? R801b2 Bagaimana kondisi udara di lingkungan sekitar tempat tinggal (RT) selama 1 bulan terakhir, berdebu? R801b3 Bagaimana kondisi udara di lingkungan sekitar tempat tinggal (RT) selama 1 bulan terakhir, berasap? R801c1 Apakah pernah terjadi banjir di lingkungan sekitar tempat tinggal (RT) selama 1 tahun terakhir? R801c2 Apakah pernah terjadi banjir bandang di lingkungan sekitar tempat tinggal (RT) selama 1 tahun terakhir? R801c3 Apakah pernah terjadi tanah longsong di lingkungan sekitar tempat tinggal (RT) selama 1 tahun terakhir? R801c4 Apakah pernah terjadi kekeringan lahan di lingkungan sekitar tempat tinggal (RT) selama 1 tahun terakhir? R801c5 Apakah pernah terjadi gempa bumi di lingkungan sekitar tempat tinggal (RT) selama 1 tahun terakhir? R801c6 Apakah pernah terjadi angin puyuh/puting beliung di lingkungan sekitar tempat tinggal (RT) selama 1 R801c7 tahun terakhir? Apakah pernah terjadi kebakaran lahan/hutan di lingkungan sekitar R801c8 tempat tinggal (RT) selama 1 tahun terakhir? Apakah pernah terjadi gunung meletus/erupsi gunung berapi) di lingkungan sekitar tempat tinggal (RT) selama 1 tahun terakhir?
25
No.
Domain
Dimensi/ Konstruk
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
Kode (5)
Variabel Teramati Pertanyaan (6)
R803a1 Apakah menjadi korban tindak kejahatan pencurian selama 1 tahun terakhir ? R803a2 Apakah menjadi korban tindak kejahatan perampokan (pencurian dengan kekerasan) selama 1 tahun terakhir ? R803a3 Apakah menjadi korban tindak kejahatan penipuan/penggelapan selama 1 tahun terakhir ? R803a4 Apakah menjadi korban tindak kejahatan penganiyaan selama 1 tahun terakhir ? R803a5 Apakah menjadi korban tindak kejahatan perusakan/pembakaran barang/harta selama 1 tahun terakhir ? R803a7 Apakah menjadi korban tindak kejahatan percobaan pembunuhan selama 1 tahun terakhir ? R803a8 Apakah menjadi korban tindak kejahatan perdagangan orang selama 1 tahun terakhir ? R803a6 Apakah menjadi korban tindak kejahatan Perkosaan/pelecehan seksual selama 1 tahun terakhir? 4
Kepuasan Hidup (Life Satisfaction)
Kepuasan Hidup (Satisfaction)
6
R603 R509 R705 R712
Seberapa puas dengan pendidikan Bapak/Ibu? Seberapa puas dengan kesehatan Bapak/Ibu? Seberapa puas dengan pekerjaan Bapak/Ibu? Seberapa puas dengan pendapatan
R805
rumah tangga? Seberapa puas dengan keamanan?
R1008
Seberapa puas dengan hubungan sosial Anda di lingkungan RT/sekitar tempat
R903
tinggal? puas dengan keharmonisan Seberapa keluarga Bapak/Ibu?
4. Model Hybrid-Full Model Indeks kebahagian disusun oleh berbagai domain dan dimensi kebahagiaan. Setiap domain dan dimensi kebahagiaan sesungguhnya merupakan konsep (variabel laten) yang hanya bisa diukur secara tidak langsung menggunakan berbagai pertanyaan (variabel teramati). Setiap domain dan dimensi kebahagian secara teoritis memiliki hubungan kausalitas satu sama lain, sehingga pengukuran indeks kebahagiaan harus diturunkan dari suatu model kausal yang fit. Model yang digunakan untuk 26
mengevaluasi hubungan kausalitas antar konsep dan sekaligus menentukan besaran bobot (loading) setiap konsep maupun variabel teramati dikenal sebagi model Hybrid atau model Structural Equation Modelling (SEM). Model hybrid pada dasarnya gabungan antara model pengukuran dan model structural. Model hybrid ini sering dikenal juga dengan model lengkap (Full). Salah satu tujuan model hybrid adalah untuk menganalisis hubungan kausalitas antara variable laten endogen dan eksogen, dan sering juga melibatkan variable mediator (intervening). Variabel laten endogen dalam penelitian ini yaitu Kondisi Eksternal (external conditions), dan Sumber Daya Personal (personal resources), variable laten intervening adalah Fungsi Diri (Functioning), dan variable laten eksogen adalah Kepuasan atau kebahagiaan (life satisfaction). Prosess analisis data model hybrid diawali dengan analisis validasi dan relibilitas (analisis item) dari item-item pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner. Hasil analisis tersebut menginformasikan item-item mana saja yang dipertahankan atau tidak diperhitungkan dalam analisis berikutnya. Dalam penelitian ini, sub konstruks yang memiliki paling banyak dua item tidak dilakukan analisis dan item-item tersebut diasumsikan sudah memenuhi analisis item (misalnya sub konstrak efficacy, recognition, dan autonomy). Jika dalam sub konstruks terdapat paling sedikit tiga item, maka dilakukan analisis item. Kemudian dihitung total skor dari item-item yang dipertahkan untuk semua sub-konstrak. Total skor untuk sub-konstruks ini menjadi variable indicator (observed variable) dalam model hybrid. Analisis model hybrid memerlukan suatu proses “cukup panjang”, dan sangat jarang langsung menghasilkan model yang fit. Proses pengolahan model ini merupakan gabungan seni, ilmu, dan pengalaman. Proses analisis model hybrid tidak difokuskan untuk mengkaji variable-variabel indikatornya, tetapi lebih dititikberatkan pada hubungan kausalitas antara konstruks. Dalam penelitian ini hubungan kausalitas antara konstruks kondisi eksternal, Sumber Daya Personal, Fungsi Diri, dan Kepuasan (kebahagiaan) atau kebahagiaan. Hasil analisis data model hybrid sering menemukan hal-hal yang tidak masuk akal, misalnya varians negative, koefisien yang dibakukan lebih dari satu, atau secara teoritis keilmuan tidak masuk akal, missal ada tanda negative . Proses pengolahan model hybrid untuk Kepuasan (kebahagiaan) ditemukan hal-hal seperti itu. Proses pengolahan data pada model SEM dalam penelitian ini 27
dilakukan dengan menggunakan aplikasi LISREL. Salah satu proses analisis memperoleh model hybrid yang masuk akal dari segi statistic adalah sebagai berikut: Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 60.2720 (P = 0.0005713 Standardized RMR = 0.02932 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.9975 Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.02482
Hasil perhitungan memperlihatkan bahwa model hybrid pada Gambar 3.2 adalah fit (tingkat kecocokan baik). Hal ini ditunjukkan oleh nilai-nilai indeks pengepasan sudah memenuhi batas ambang yang ditetapkan, (GFI > 0.90, RMR < 0.05 , RMSEA < 0.05 kecuali nilai statistic chi-kuadrat terlalu besar. Hal ini tidak menjadi masalah karena statistic chi-kudrat sangat sensitive terhadap ukuran sampel (Maruyma, 1998). Berikut ini hasil perhtungan pengaruh langsung dan tidak langsung antara factor: Total and Indirect Effects Total Effects of KSI on ETA
fd
puas
sdm --------0.0109 (0.0230) -0.4735
ext --------0.3517 (0.0235) -14.9373
0.1102 (0.0260) 4.2414
-0.3838 (0.0250) -15.3602
Indirect Effects of KSI on ETA
fd puas
sdm -------- -
ext -------- -
-0.0070 (0.0149) -0.4729
-0.2272 (0.0162) -13.9941
Total Effects of ETA on ETA
fd puas
fd -------- 0.6462 (0.0276) 23.4505
puas -------- - -
28
BETA
fd puas
fd -------- 0.6462
puas -------- - -
GAMMA
fd puas
sdm --------0.0109 0.1172
ext --------0.3517 -0.1566
Proses perhitungan menggunakan lisrel disajikan secara lengkap pada Lampiran 4. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Model Struktural berdasarkan hasil analisis Gambar 1 dan 2 adalah sebagai berikut:
1. Besar pengaruh langsung sumber daya personel terhadap Fungsi Diri sangat kecil, yaitu sebesar -0.0109. Ini artinya setiap kenaikan (penurunan) skor Sumber Daya Personal sebesar satu, maka skor Fungsi Diri akan mengalami penurunan (kenaikan) sebesar 0.0109. 2. Besar pengaruh langsung kondisi eksternal terhadap Fungsi Diri cukup berarti, yaitu sebesar -0.3517 3. Pengaruh langsung Fungsi Diri terhadap kebahagiaan sangat berarti sebesar 0.6462. Ini artinya bahwa setiap kenaikan (penurunan) skor Fungsi Diri sebesar 1, maka skor Kepuasan (kebahagiaan) akan naik (turun) sebesar 0.6462 4. Pengaruh tidak langsung Sumber Daya Personal
terhadap Kepuasan
(kebahagiaan)melalui Fungsi Diri sebesar -0.007. Pengaruh ini sangat kecil, tapi pengaruh total (efek langsung ditambah tidak langsung) sangat signifikant sebesar 0. 1102. Hal ini dapat dilihat bahwa nilai statistic T cukup jauh dari 1.96. 5. Pengaruh tidak langsung Kondisi Eksternal terhadap kebahagian melalui Fungsi Diri sangat berarti sebesar -0.2272. Ini artinya bahwa setiap kenaikan(penurunan)skor kondisi ekstenal sebesar satu, maka penurunan (kenaikan) skor kebahagian sebesar 0.2272 melalui Fungsi Diri. Pengaruh totalnya sebesar -0.3838 sangat berarti. Hal ini dapat dilihat bahwa nilai
29
statistic T cukup jauh dari -1.96. Ini artinya bahwa setiap kenaikan (penurunan) skor sebesar satu, maka skor kebahagian akan berkurang (bertambah) sebesar 0.3838 baik melalui Fungsi Diri atau tidak.
Gambar 3.2. Besar-Besar Pengaruh Model Struktural
Gambar 3.3. Nilai Statistik T 30
Berikut ini hasil pengolahan untuk melihat besar korelasi antara factor-faktor: Covariance Matrix of ETA and KSI
fd puas sdm ext
fd -------1.0000 0.7118 0.0943 -0.3484
puas --------
sdm --------
ext --------
1.0000 0.2250 -0.4168
1.0000 -0.2991
1.0000
Korelasi antara Fungsi Diri dengan factor Kepuasan (kebahagiaan) sebesar 0.7118. Korelasi antara factor sumber daya personel dengan dengan Kepuasan (kebahagiaan) sebesar 0.2250. Korelasi factor kondisi eksternal dengan Kepuasan (kebahagiaan) sebesar -0.4168. Dari hasil perhitungan ini dapat dilihat bahwa faktor Fungsi Diri sangat dominan menentukan faktor kebahagiaan. Berikut ini hasil perhitungan Koefisien Determinasi untuk model structural. Squared Multiple Correlations for Structural Equations fd -------0.1215
puas -------0.5516
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut bahwa factor Fungsi Diri ditentukan oleh factor kondisi eksternal dan sumber daya personel sebesar 12%. Faktor Kepuasan (kebahagiaan)ditentukan oleh factor diri sebesar 55%
Hasil analisis menunjukkan bahwa pengaruh langsung Fungsi Diri terhadap Kebahagian adalah tertingi dibanding factor-faktor lainnya. Indikator-indikator Fungsi Diri adalah “perasaan mampu” (efficacy), “ Perasaan dihargai”, “otonomi”, “jejaring sosial”,
dan “perasaan aman” (secure) secara langsung memberikan
pengaruh yang sangat berarti terhadap “kebahagian”. Pengaruh tertingi tersebut juga didukung oleh hasil pengamatan indikator-indikator tersebut: 1. Masyarakat Kota Bandung diperkirakan sekitar 94% merasa dihargai oleh anggota keluarga 2. Masyarakat Kota Bandung diperkirakan sekitar 80% sudah mampu mencapai keinginannya. 31
3. Masyarakat Kota Bandung diperkirakan sekitar 82% meluangkan waktu untuk berkumpul dengan keluarga dalam satu minggu di bawah 34 jam, atau rataratanya sekitar 32 jam dalam seminggu 4. Masyarakat Kota Bandung diperkirakan sekitar 99% merasa aman bersosialisasi dengan tetangga, selama satu tahun terakhir
Dari model yang fit yang terbentuk dihasilkan sejumlah nilai estimasi (loading factors) dari masing-masing konstruk (loading factors). Nilai ini digunakan untuk menentukan bobot dari masing-masing konstruk. Sementara itu, pengukuran indeks setiap konstruk menggunakan nilai kontribusi dari masing-masing observer. Sebagaimana telah dikemukakan pengukuran indeks kebahagiaan harus diturunkan dari suatu model kausal yang fit. Proses ini sudah ditempuh, sehingga pekerjaan penetapan indeks dapat dilakukan. Berikut kami sampaikan model life satisfaction yang dipersiapkan untuk mengikuti skema perhitungan dari American Customers satisfaction Index (ACSI). Proses LISREL untuk model ini disajikan pada Lampiran 5.
Model factor dengan empat variable pada diagram di atas sudah fit karena p-value = 0.10 sudah jauh lebih besar dari 0.05. Nilai statistiknya sangat jauh dari 1.96 untuk
32
taraf signifikans 0.05. Bobot-bobot tersebut sangat signifikans.
Dengan banyak
indicator sama dengan empat, dan setiap indicator digunakan skala 1 sd 10, maka indeks kebahagian (IK) adalah:
4 wi xi 0.68 7.546 0.49 7.169 0.61 7.591 0.70 8.006 1 1 i 1 IK 100 100 4 9 9 0.68 0.49 0.61 0.70 9 9 wi i 1 = 74.9
5. Hasil Pengukuran Indeks Kebahagiaan Penduduk Di Kota Bandung Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan Kota Bandung tahun 2015 menggunakan kerangka kerja BPS menghasilkan Indeks Kebahagiaan masyarakat Kota Bandung sebesar 70.60 pada skala 0 – 100. Kami Juga melakukan perhitungan menggunakan kerangka kerja The American Customer Satisfaction Index dan menghasilkan angka Indeks Kebahagiaan yang lebih besar yaitu 74. Angka indeks 74 mendekati angka maksimal pada rentang klasifikasi “Bahagia‟. Walaupun kedua kerangka kerja perhitungan memberikan hasil berbeda tetapi kedua angka masih terletak dalam rentang klasifikasi yang sama yaitu, Bahagia.Nilai indeks tersebut berada pada kategori 50.01 – 75.00. sehingga Kepala Keluarga atau pasangan di Kota Bandung termasuk dalam kelompok penduduk yang merasakan kebahagiaan hidup. Mengikuti kerangka kerja BPS, Kepala Keluarga atau pasangan di Kota Bandung saat ini berada pada level 21 poin ( tahun 2014 berada pada level 18 point) di atas titik pertengahan indeks dan masih hampir 29 poin ( tahun 2014 berada pada level 32 point) untuk mencapai titik tertinggi bahagia. Capaian ini cukup menggembirakan karena ada tren peningkatan dibandingkan dengan angka Indeks Kebahagiaan tahun 2104, yaitu sebesar 68.23. Apalagi jika mengacu pada kerangka kerja The American Customer Satisfaction Index. Jika dilihat dari masing-masing aspek kehidupan yang esensial yang secara substansi dan bersama-sama merefleksikan tingkat kebahagiaan individu, ternyata masingmasing aspek kehidupan tersebut memiliki besaran kontribusi yang berbeda-beda terhadap indeks kebahagiaan. Hal ini terjadi karena perbedaan penilaian mengenai derajat pentingnya setiap aspek kehidupan terhadap tingkat kebahagiaan secara keseluruhan. Semakin besar kontribusi suatu aspek kehidupan, menunjukkan semakin 33
penting aspek tersebut bagi indeks kebahagiaan.Tiga aspek kehidupan yang memiliki kontribusi paling tinggi adalah Pekerjaan (11.91%), Hubungan Sosial (11.39%) dan Keharmonisan Keluarga (11,28%) . Secara lengkap, besaran kontribusi masing-masing
aspek kehidupan terhadap indeks kebahagiaan dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1. Kontribusi Masing-Masing Aspek Kehidupan Terhadap Indeks Kebahagiaan ASPEK KEHIDUPAN
KONTRIBUSI
Pekerjaan
11,91%
Hubungan Sosial
11,39%
Keharmonisan Keluarga
11,28%
Kesehatan
11,05%
Keamanan
10,91%
Rumah dan Fasilitas Rumah
10,02%
Pendidikan
9,14%
Ketersediaan Waktu Luang
8,97%
Pendapatan
7,80%
Lingkungan
7,54%
Indeks kebahagiaan masyarakat Kota Bandung yang tertinggi adalah yang terkait dengan Keharmonisan Keluarga yaitu dengan nilai indeks sebesar 78.34. Urutan kedua dan ketiga indeks kebahagiaan masyarakat Kota Bandung adalah indeks kebahagiaan yang terkait dengan Hubungan Sosial dengan nilai indeks sebesar 74.20 dan indeks kebahagiaan yang terkait dengan Kondisi Keamanan dengan nilai indeks sebesar 73.56 atau kondisi Kesehatan sebesar 73,55. Sementara itu, Pendapatan Rumah Tangga merupakan domain kehidupan yang memiliki indeks kebahagiaan paling rendah yaitu dengan nilai indeks hanya sebesar 63.72. Angka-angka tersebut menggambarkan ikatan hubungan kekeluargaan, kekerabatan dan silaturahmi merupakan budaya yang masih dianut oleh masyarakat Kota Bandung. Dengan demikian orientasi hidup mayoritas warga Kota Bandung lebih didorong oleh motivasi mempertahankan harmoni dan hubungan (need of affiliation), ketimbang motivasi berprestasi (need of achievement) atau motivasi berkuasa (need of power), sebagaimana terlihat dari domain pendapatan rumah tangga sebagai indeks yang relatif paling rendah, sebagai gambaran dari motivasi berprestasi yang kurang 34
kuat.Angka Indeks Keharmonisan Keluarga yaitu dengan nilai indeks sebesar 78.34 menunjukkan indicator positif mengenai keluarga di kota Bandung. Angka tersubut menunjukkan bahwa penduduk Bandung berada pada kondisi Sangat Bahagia dalam aspek Keharmonisan Keluarga. Indeks kebahagiaan terhadap setiap aspek kehidupan masyarakat Kota Bandung selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.4.
Gambar 3.4 : Indeks kebahagiaan terhadap setiap aspek kehidupan masyarakat Kota Bandung
6. Indeks Kebahagiaan Masyarakat Bandung Menurut karakteristik Demografi Tahun 2015 Tingkat kebahagiaan individu mungkin saja berbeda-beda dan terkait dengan karakteristik demografi. Karakteristik demografi yang umum digunakan antara lain: kelompok umur dan jenjang pendidikan. Dilihat dari sudut pandang kelompok umur, ternyata
indeks
kebahagiaan
individu
semakin
meningkat
seiring
dengan
bertambahnya usia. Indeks kebahagiaan mencapai titik tertinggi pada kelompok umur 65 tahun ke atas (71,66). Sementara itu, kelompok umur di bawahnya, yaitu 25-40 tahun dan 42-64 tahun memiliki indeks kebahagiaan yang relatif sama, yaitu sekitar 70. 35
Tabel 3.2. Indeks Kebahagiaan dan Persentase Penduduk menurut Kelompok Umur Kelompok Umur (Tahun)
Indeks
Persentase Penduduk
(1)
(2)
(3)
<=16
61,78
0,4
17-24
64,82
0,9
25-40
70,91
31,0
41-64
70,48
62,1
65 tahun ke atas
71,66
5,6
Total
70,60
100
Tingkat kebahagiaan terkait dengan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan meskipun keterkaitan tersebut secara empiris cenderung tidak kuat. Ketidakpastian pola hubungan antara kebahagiaan dengan tingkat pendidikan mungkin disebabkan oleh adanya hubungan antara pendidikan dan kebahagiaan bersifat tidak langsung (Layard, dkk 2010) atau lemahnya kontribusi pendidikan terhadap kepuasan hidup (Graham 2011). Namun, tingkat pendidikan yang lebih tinggi memungkinkan bagi penduduk tersebut untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi. Pendapatan yang lebih tinggi akan mempengaruhi kondisi keuangan yang akhirnya mempengaruhi tingkat kebahagiaan yang dirasakan. Gambar 3.5 berikut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula indeks kebahagiaan. Indeks kebahagiaan tertinggi pada penduduk dengan tingkat pendidikan S2 atau S3 (77,45). Namun, terjadi ketidakkonsistenan pada penduduk dengan status tamat SD/MI. Kelompok ini justru memiliki indeks kebahagiaan paling rendah (67,80).
Gambar 3.5. Indeks Kebahagiaan Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
36
7. Indeks Kebahagiaan Masyarakat Bandung Menurut Kondisi Ekonomi Tahun 2015
Kebahagiaan sering dihubungkan dengan kondisi ekonomi karena bagi kelompok masyarakat tertentu, kebahagiaan sangat erat hubungannya dengan tingkat pencapaian ekonomi (Ingelhart, 2008). Kondisi ekonomi yang lebih baik dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan standar hidup dalam proses pencapaian kebahagiaan yang lebih tinggi. Kondisi ekonomi yang lebih baik akan meningkatkan akses terhadap kebutuhan dasar seperti pendidikan, pelayanan kesehatan, dan perumahan
serta
kebutuhan
sekunder
dan
gaya
hidup
sesuai
yang
diharapkan/diinginkan. Kondisi ekonomi pada tingkatan individu seharusnya diukur melalui besarnya nilai pendapatan (income).
Gambar 3.6. Indeks Kebahagiaan Menurut Pendapatan
Gambar 3.6. menyajikan hubungan indeks kebahagiaan dan pendapatan. Masyarakat dengan penghasilan antara Rp.1.500.001 s.d 2.500.000, memiliki indeks kebahagiaan tertinggi (72,18). Sementara pada tingkat pendapatan 1 juta rupiah ke bawah maka indeks kebahagiannya paling rendah yaitu hanya 67,09.
37
Kondisi ekonomi masyarakat juga dapat dibedakan menurut status bekerja, apalagi bagi kepala rumah tangga, karena masyarakat yang bekerja mempunyai jaminan keuangan untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Pada Gambar 3.7 terlihat bahwa masyarakat yang tidak bekerja memiliki indeks kebahagiaan lebih tinggi dibanding mereka yang tidak bekerja (70,45 banding 71,30). Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan tidak semata-mata menjadi ukuran kebahagiaan.
Gambar 3,7. Indeks Kebahagiaan Menurut Status Bekerja
Bisa juga karena individu bukan sebagai kepala rumah tangga sehingga tidak bertanggung jawab secara langsung terhadap pemenuhan kebutuhan ekonomi rumah tangganya. Brereton dan kawan-kawan (2008) juga menunjukkan bahwa hubungan negatif antara status tidak bekerja dan kepuasan hidup tidak berlaku secara umum. Status tidak bekerja bagi masyarakat yang baru lulus sekolah dan belum mendapat pekerjaan yang pertama kali, ternyata tetap mempunyai hubungan yang positif dengan tingkat kepuasan hidup dan kebahagiaan. Tingkat kebahagiaan masyarakat yang bekerja dapat diteliti lebih jauh berdasarkan lapangan usahanya. Untuk memudahkan pengambilan kesimpulan, maka lapangan usaha dibedakan menjadi 3 kelompok utama berdasarkan definisi sektor International Standard Industrial Classification (ISIC), yaitu Pertanian, Industri (Manufaktur) dan Jasa. Gambar 3.8. menyajikan hubungan antara indeks kebahagiaan dan lapangan usaha di Kota Bandung. Masyarakat yang bekerja di sektor jasa memiliki indeks kebahagiaan paling rendah (70,36). Sementara indeks kebahagiaan tertinggi dimiliki oleh mereka yang bekerja pada sektor pertanian. 38
Gambar 3.8. Indeks Kebahagiaan Menurut Lapangan Usaha
Status pekerjaan merupakan variabel penting untuk menjelaskan hubungan antara tingkat kebahagiaan dan kondisi ekonomi masyarakat yang bekerja (Brereton dkk, 2008). Tabel 3.3. menyajikan hubungan antara tingkat kebahagiaan dan status pekerjaan. Secara umum, masyarakat yang memiliki status pekerjaan sebagai berusaha dan pekerja keluarga/tidak dibayar cenderung memiliki tingkat kebahagiaan yang
lebih
tinggi
dibandingkan
masyarakat
yang
berstatus
sebagai
buruh/karyawan/pegawai dan pekerja bebas. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Brereton dkk (2008) yang menyatakan bahwa status pekerjaan sebagai berusaha sendiri mempunyai hubungan positif dengan tingginya kepuasan hidup (kebahagiaan). Terlihat pada Tabel 3.3 bahwa masyarakat yang berusaha sendiri memiliki indeks kebahagiaan paling tinggi (71,39%). Tabel 3.3. Indeks Kebahagiaan dan Persentase Penduduk Menurut Status Kedudukan dalam Pekerjaan Status Kedudukan dalam Pekerjaan
Indeks
Persentase Penduduk
(1)
(2)
(3)
Berusaha Sendiri
71,39
36,0%
Berusaha dibantu buruh tidak tetap/tidak dibayar
69,25
2,6%
Berusaha dibantu buruh tetap/dibayar
68,86
5,3%
Buruh/karyawan/pegawai
70,97
48,7%
Pekerja Bebas
68,05
6,8%
Pekerja keluarga/pekerja tidak dibayar
69,35
0,5%
Total
70,76
100,0%
39
8. Indeks Kebahagiaan Masyarakat Bandung Menurut Karakteristik Kesehatan Tahun 2015 Tingkat kebahagiaan terkait lebih erat dengan penilaian subyektif indvidu terhadap kondisi kesehatannya dibandingkan dengan penilaian obyektif indvidu terhadap kondisi kesehatan fisiknya. Kemampuan masyarakat untuk beradaptasi dengan kondisi kesehatannya dapat memberikan persepsi positif terhadap kondisi kesehatannya, bahkan ketika indvidu tersebut sedang sakit (Seligman, 2005). Secara umum,
kondisi
kesehatan
masyarakat
akan
berpengaruh
terhadap
tingkat
kebahagiaannya. Sebagai contoh, individu yang mengalami masalah kesehatan akan terganggu untuk melakukan kegiatan sehari-hari yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat kebahagiaannya. Definisik sehat menurut World Health Organization (WHO) dalam arti yang luas yaitu keadaan yang lengkap fisik, mental, dan kesejahteraan sosial, tidak sekedar bebas dari penyakit/kelemahan. Definisi ini belum berubah sejak diberlakukannya konstitusi WHO tersebut pada tahun 1948. Sementara itu, Myers (1993) menyatakan bahwa salah satu karakteristik individu yang memiliki kepuasan hidup (kebahagiaan) adalah ia senantiasa mencintai diri mereka. Salah satu bentuk kecintaan terhadap diri sendiri mampu bergaul dengan banyak orang. Mengacu pada penjelasan terkait kesehatan tersebut, maka analisis tingkat kebahagiaan akan dilihat menurut karakteristik kesehatan fisik, kesehatan mental, dan kesehatan sosial. 1.1.1. Kesehatan Fisik
Fisik yang sehat dapat diterjemahkan sebagai kondisi jasmani individu yang terbebas dari segala penyakit dan kelemahan. Kondisi terbebas dari segala penyakit didekati dengan penilaian apakah individu mengalami atau tidak memiliki keluhan kesehatan selama sebulan terakhir.
40
Gambar 3.9. Persentase Penduduk menurut Indeks Kebahagiaan dan Ada Tidaknya Keluhan Kesehatan
Gambar 3.9. menunjukkan hubungan antara tingkat kebahagiaan dengan kondisi kesehatan. Kondisi kesehatan dinilai dari ada atau tidaknya keluhan kesehatan yang dirasakan individu dalam sebulan terakhir. Terlihat bahwa ndividu yang tidak mengalami keluhan kesehatan cenderung memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi (71,20) dibandingkan dengan mereka yang mengalami keluhan kesehatan (69,84). Begitu juga jika dilihat secara lebih mendalam menurut jenis kelamin. Tingkat kepuasan hidup dan kebahagiaan individu cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya kualitas kesehatannya. Dengan demikian, setiap individu cenderung akan termotivasi untuk meningkatkan kualitas kesehatan mereka. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui kegiatan olah raga. Olah raga sebagai salah satu bentuk aktivitas fisik merupakan serangkaian gerak tubuh yang teratur, terencana, dan terukur untuk memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan kualitas hidup). Hubungan antara olah raga indeks kebahagiaan dapat dilihat pada Gambar 3.10.
Gambar 3.10. Persentase Penduduk menurut Indeks Kebahagiaan dan Kebiasaan Berolahraga
41
Masyarakat yang melakukan kegiatan olah raga selama seminggu terakhir, cenderung memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi dibanding yang tidak berolah raga. Terlihat bahwa masyarakat yang melakukan olahraga cenderung memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi (71,16) dibandingkan dengan mereka yang tidak melakukan olahraga (69,69). Begitu juga jika dilihat secara lebih mendalam menurut jenis kelamin. 1.1.2. Kesehatan Mental
Kesehatan mental merupakan bagian integral dari kesehatan, dan sangat terkait dengan kesehatan fisik dan perilaku. Menurut WHO (2001a), individu yang sehat mentalnya bukan hanya individu yang terbebas dari penyakit maupun gangguan mental, tetapi lebih luas lagi sebagai individu yang mampu menyadari potensi dirinya, mampu mengatasi tekanan hidup dalam ambang normal, mampu bekerja secara baik dan produktif, dan mampu memberikan kontribusi bagi komunitasnya. Kesehatan mental sering diasosiasikan sebagai kadar emosi positif (positive affect) yang dimiliki oleh individu sehingga sering diukur dengan pendekatan kesehatan mental positif (positive mental health). Pengukuran tingkat kesehatan mental positif individu sesungguhnya tidak mudah dilakukan karena melibatkan berbagai aspek yang melekat pada individu seperti kepribadian, afektif, dan sebagainya (WHO, 2004). Secara teknis, kesehatan mental yang diukur adalah persepsi individu dan penilaian tentang rasa koherensi dan makna hidup, harga diri, pengendalian diri dalam kehidupan sehari-hari dan pekerjaan, serta optimisme (WHO, 2005). Karena keterbatasan data maka kesehatan mental positif hanya dilihat dari intensitas pengalaman individu merasa gugup, tegang, cemas, atau gelisah secara berlebihan.
Gambar 3.11. Persentase Penduduk menurut Indeks Kebahagiaan dan Intensitas Merasa Gelisah
42
Gambar 3.11. menunjukkan hubungan antara tingkat kebahagiaan dan intensitas gugup, tegang, cemas, atau gelisah secara berlebihan. Masyarakat yang tidak pernah gugup, tegang, cemas, atau gelisah secara berlebihan cenderung memiliki indeks kebahagiaan yang lebih tinggi (70,89) dibanding mereka yang sering gugup, tegang, cemas, atau gelisah secara berlebihan sebesar 67,44%. 1.1.3. Kesehatan Sosial
Selain kesehatan fisik dan kesehatan mental, kesehatan sosial merupakan salah satu dari tiga aspek dasar yang penting untuk digunakan dalam menilai kondisi kesehatan seseorang. Kesehatan fisik dan mental mengambarkan seberapa baik tubuh dan pikiran berfungsi sedemikian sehingga kehidupan individu dapat berfungsi dengan baik. Sementara, kesehatan sosial menunjukkan bagaimana individu tersebut berinteraksi dengan orang lain di masyarakat dan bentuk hubungan sosial tersebut dalam kaitannya dengan tingkat kepuasan hidup dan kebahagiaan individu.
Gambar 3.12. Indeks Kebahagiaan menurut Intensitas Bersosialisasi
Tingkat kesehatan sosial individu dapat dilihat dari instensitas hubungan sosial yang dimiliki. Menurut Seligman (2005), orang dengan kepuasan hidup yang tinggi akan menjalani kehidupan sosial yang kaya dan memuaskan, serta paling sedikit menghabiskan waktu sendirian. Gambar 8 memperlihatkan hubungan antara tingkat kebahagiaan dan intensitas bersosialisasi di lingkungan tempat tinggal. Semakin sering dan intensif individu bersosialisasi dengan anggota masyarakat di lingkungan tempat tinggal, secara tidak langsung akan menciptakan rasa kepedulian dan penghargaan yang pada akhirnya meningkatkan kepercayaan satu sama lain. Semakin sering individu bersosialisasi, indeks
43
kebahagiaan yang dirasakan semakin tinggi. Sementara individu yang tidak pernah bersosisialisasi memiliki indeks kebahagiaan paling rendah (68,42).
9. Indeks Kebahagiaan Masyarakat Bandung Menurut Status Keluarga Tahun 2015 Keluarga sebagai institusi sosial terkecil dimana terjadi interaksi intensif antar anggota keluarga sejak individu dilahirkan ternyata mempunyai fungsi penting untuk memenuhi kebutuhan afeksi ind ividu seperti emosi, cinta, dan kasih sayang. Interaksi dalam keluarga mencakup keterlibatan, kebersamaan dan keterbukaan. Sejalan dengan proses interaksi tersebut maka terjadi penanaman nilai-nilai dan budaya yang membentuk kepribadian individu sehingga tercipta kondisi saling memberi dukungan dan kasih sayang antar anggota keluarga. Kebutuhan individu untuk mengungkapkan emosi, cinta dan kasih sayang secara khusus akan terpenuhi jika individu telah memiliki pasangan hidup atau menikah. Individu yang telah menikah diduga akan mengalami kebahagiaan hidup yang lebih tinggi daripada mereka yang belum menikah atau bercerai. Tabel 3.4 menyajikan tingkat kebahagiaan dan status perkawinan. Penduduk berstatus menikah cenderung memiliki indeks kebahagiaan paling tinggi, yakni 70,74. Mereka yang berstatus cerai lebih rendah indeks kebahagiaannya, yakni sekitar 69, dimana masyarakat dengan status cerai mati memiliki indeks kebahagiaan paling rendah (69,17).
Tabel 3.4. Indeks Kebahagiaan dan Persentase Penduduk Menurut Status Perkawinan Status Perkawinan
Indeks
Persentase Penduduk
(1)
(2)
(3)
Belum Kawin
68,62
1,8%
Kawin
70,74
89,9%
Cerai Hidup
69,51
2,4%
Cerai Mati
69,17
5,9%
Selain status perkawinan, banyaknya anggota keluarga diduga juga berengaruh terhadap kebahagiaan individu. Namun jumlah anggota keluarga yang banyak juga dapat berpotensi menjadi sumber konflik ketika kebutuhan masing-masing anggota keluarga tidak dapat terpenuhi secara merata. Ukuran keluarga yang lebih kecil akan 44
meningkatkan potensi kemampuan ekonomi sehingga setiap anggota keluarga mendapatkan kesempatan pendidikan yang lebih baik (Ediastuti & Faturochman, 1995: Knodel, 1992). Gambar 9 menunjukkan bahwa individu yang memiliki anggota keluarga 4 atau lebih memiliki indeks kebahagiaan paling rendah, yaitu 69,58.
Gambar 3.13. Indeks Kebahagiaan menurut Jumlah Anggota Keluarga
Struktur sosial masyarakat Indonesia umumnya masih menganut sistem patrialinial, yaitu sistem yang mengatur alur keturunan berasal dari pihak ayah. Sistem ini mengakibatkan mayoritas kepala rumah tangga adalah seorang laki-laki. Oleh karena itu sangat perlu untuk melihat perbedaan tingkat kebahagiaan menurut hubungan dengan kepala rumah tangga, yang dalam hal ini hanya diwakilkan oleh kepala rumah tangga dan pasangannya. Ternyata tingkat kebahagiaan kepala rumah tangga (70,61) lebih besar daripada pasangan kepala rumah tangga (70,42). Fakta yang diperoleh juga menunjukkan bahwa mayoritas kepala rumah tangga adalah laki-laki yang sekaligus menjadi penanggung jawab ekonomi dalam rumah tangga yang bersangkutan (94,6 persen banding 4,7 persen).
Tabel 3.5. Indeks Kebahagiaan dan Persentase Penduduk Menurut Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga
Indeks
Persentase
(1)
(2)
(3)
Kepala Rumah Tangga
70,61
94,6%
Pasangan Kepala Rumah Tangga (Istri/Suami)
70,42
4,7%
45
10. Perkembangan Indeks Kebahagiaan Masyarakat Bandung 2014-2015 Berikut ini kami sajikan perkembangan indeks kebahagiaan Kota Bandung menurut variable Demografi, Ekonomi, dan Kesehatan
Tabel 3.6. Perkembangan Indeks Kebahagiaan Masyarakat Bandung 2014-2015 Variabel/Tingkat
2014
2015
GAP
Tingkat Kota Karakteristik Demografi dan Ekonomi Jenis Kelamin
68,23
70.60
2,53
+
68,25
71,02
2,77
+
68,22
71,01
2,79
+
Belum Menikah
69,26
68,62
(0,64)
-
Menikah
68,57
70,74
2,17
+
Cerai Hidup
69,87
69,51
(0,36)
-
65,10
69,17
4,07
+
17-24 Tahun
70,60
64,82
(5,78)
-
25-40 Tahun
69,01
70,91
1,90
+
41 - 64 Tahun
67,62
70,48
2,86
+
68,38
71,66
3,28
+
67,83
70,61
2,78
+
68,89
70,42
1,53
+
1 Orang
68,03
71,93
3,90
+
2 Orang
68,98
70,61
1,63
+
3 Orang
68,13
70,20
2,07
+
4 Orang
67,67
71,27
3,60
+
5 Orang
68,82
69,58
0,76
+
6 Orang
68,64
7 Orang Atau Lebih
68,17
Laki-Laki Perempuan Status Perkawinan
Cerai Mati Kelompok Umur
65 Tahun Ke Atas Kedudukan Dalam Rumah Tangga Kepala Keluarga Pasangan Kepala Rumah (Istri/Suami) Banyaknya Anggota Rumah Tangga
Progress
Tangga
46
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tidak/belum pernah bersekolah Tidak tamat SD/MI/SDL B/Paket A SD/MI/SDLB/Paket A SMP/MTs/SMPIB/Paket B SMA/MA/SMK/SMALB/Paket C Diploma I/II/III Diploma IV/S1 S2,S3
70,45
70,11
(0,34)
-
63,87
67,96
4,09
+
64,88
67,80
2,92
+
66,09
69,88
3,79
+
69,20
70,97
1,77
+
73,06
72,87
(0,19)
-
74,11
73,57
(0,54)
-
77,50
77,45
(0,05)
-
Pendapatan Rumah Tangga Hingga Rp. 1.800.000,-
62,77
69,04
6,27
+
Rp. 1.800.001 – Rp. 3.000.000
66,93
70,76
3,83
+
Rp. 3.000.001 – Rp. 4.800.000
71,27
72,67
1,40
+
Rp. 4.800.001 – Rp. 7.200.000
72,44
74,19
1,75
+
Lebih Dari Rp. 7.200.000
77,88
70,13
(7,75)
-
2014
2015
GAP
Progress
65,99
69,91
3,92
+
67,47
69,42
1,95
+
69,75
71,30
1,55
+
68,89
70,23
1,34
+
Kesehatan Fisik : Ada Keluhan Kesehatan
Laki-Laki Perempuan
Tidak Ada Kesehatan
Keluhan
Laki-Laki Perempuan
Kebiasaaan Olah Raga dan Jenis Kelamin : 71,22
71,14
(0,08)
-
70,17
71,31
1,14
+
65,48
70,13
4,65
+
Perempuan
67,25
67,24
(0,01)
-
Indeks Kebahagiaan Laki-Laki
70,77
67,00
(3,77)
-
71,20
69,94
(1,26)
-
72,99
71,03
(1,96)
-
73,51
69,79
(3,72)
-
Kesehatan Bersosial : Tidak Pernah Bersosialisasi
67,97
68,42
0,45
+
Jarang Bersosialisasi
67,98
69,51
1,53
+
Sering Bersosialisasi
68,09
70,39
2,30
+
Selalu Bersosialisasi
70,63
74,19
3,56
+
Berolahraga
Laki-Laki Perempuan
Tidak Berolahraga
Laki-Laki
Kesehatan Mental : Gelisah
Indeks Kebahagiaan Perempuan Indeks Kebahagiaan Laki-Laki
Tidak Gelisah
Indeks Kebahagiaan Perempuan
47
Berdasarkan Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas dari berbagai indeks kebahagiaan pada aspek demografi, ekonomi , dan kesehatan, mengalami kemajuan positif.
48
BAB IV INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN INDEKS KEBAHAGIAAN MASYARAKAT KOTA BANDUNG 2015 Dalam menunjang pencapaian tujuan Negara, Pemerintah Kota Bandung, mulai meningkatkan perhatian terhadap kebahagiaan warganya secara berkelanjutan. Dalam berbagai kesempatan, Walikota Bandung Ridwan Kamil menyampaikan bahwa dirinya bertujuan untuk meningkatkan indeks kebahagiaan warga. Untuk mencapai masyarakat yang bahagia (happy society) tentunya dibutuhkan keterlibatan berbagai pihak, termasuk salah satunya akademisi dan peneliti. ini dibuat sebagai kontribusi peneliti dalam mendukung Pemerintah Kota Bandung mencapai tujuan meningkatkan indeks kebahagiaan warganya secara berkelanjutan, Berdasarkan hasil pengukuran indeks kebahagiaan yang telah dipaparkan dilakukan evaluasi pada dua area yaitu: 1) Indeks kebahagiaan saat ini; dan 2) Efektifitas program Pemerintah yang sudah berjalan terhadap peningkataan indeks kebahagiaan. Hasil dari evaluasi terhadap dua area tersebut saling berkaitan untuk melaksanakan Tahap Perbaikan dan Perancangan Program.
1. Evaluasi terhadap Indeks Kebahagiaan saat ini
Hasil pengukuran ini mengungkapkan hasil bahwa Indeks Kebahagiaan Kota Bandung tahun 2015 adalah 70,60, bahkan jika mengikuti kerangka kerja The American Customer Satisfaction Index menghasilkan angka Indeks Kebahagiaan yang lebih besar yaitu 74 . Pada skala 0 – 100, Jika indeks yang berskala 0 – 100 ini dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu 0 – 25,00 (tidak bahagia), 25,01 – 50,00 (kurang bahagia) 50,01 – 75,00 (bahagia) dan 75,01 – 100,00 (sangat bahagia), maka dapat disimpulkan bahwa secara umum warga Bandung adalah warga yang bahagia. Tabel 4.1 menunjukkan nilai Indeks Kebahagiaan (IK) terhadap 10 aspek kehidupan dan bobot kontribusi aspek kehidupan terhadap nilai IK dari setiap komponen yang diukur. Tampak bahwa secara umum masyarakat Bandung memiliki kepuasan yang 49
paling tinggi terhadap aspek keharmonisan keluarga (IK = 78,34), diikuti oleh aspek kondisi hubungan
sosial (IK = 74,20). Kepuasan yang paling rendah dirasakan
masyarakat terhadap aspek aspek pendapatan rumah tangga (IK = 63,72) dan pendidikan (IK = 65,09). Penting untuk dicermati bahwa aspek-aspek yang dinilai rendah ternyata memiliki kontribusi yang lebih besar terhadap keseluruhan nilai indeks kebahagiaan daripada aspek yang dinilai tinggi oleh para responden. Sebagai contoh: bobot kontribusi keadaan lingkungan sebesar 7,54 dengan nilai IK tinggi, yaitu 71,94 dan ketersediaan waktu luang memiliki bobot kontribusi sebesar 8,97 dengan nilai IK tinggi, yaitu 71,79 dibandingkan dengan bobot kontribusi aspek-aspek yang memiliki nilai IK rendah, yaitu pekerjaan dengan bobot kontribusi yang besar yaitu 11,91 dan kondisi rumah dan aset sebesar 10,02. Mengingat besarnya kontribusi dari aspek-aspek yang dinilai rendah terhadap Indeks Kebahagian maka seyogyanya Pemerintah merancang suatu program untuk meningkatkan kepuasan hidup masyarakat terhadap aspek-aspek tersebut. Tabel 4.1 Ranking 10 Aspek Kehidupan, Nilai Indeks Kebahagiaan dan Bobot Kontribusinya (BK) terhadap Indeks Kebahagiaan (IK) Kota Bandung Tahun 2015 Ranking BK terhadap Aspek IK Nilai IK IK Nilai IK Keharmonisan Keluarga 78,34 11,28 1 2
Hubungan Sosial
74,20
11,39
3
Kondisi Keamanan
73,56
10,91
4
Kesehatan
73,55
11,05
5
Keadaan Lingkungan
71,94
7,54
6
Ketersediaan Waktu Luang
71,79
8,97
7
Kondisi Rumah dan Aset*
69,00
10,02
8
Pekerjaan*
66,97
11,91
9
Pendidikan*
65,09
9,14
10
Pendapatan Rumah Tangga
63,72
7,8
50
2. Evaluasi Program Pemerintah Kota Bandung
Pemeritah Kota Bandung telah merancang dan melaksanakan berbagai program kerja yang diharapkan dapat mendukung peningkatan kebahagiaan masyarakat Kota Bandung. Pada awal masa jabatannya, Walikota Bandung membentuk 25 pokja, dimana salah satunya adalah Pokja Indeks Kebahagiaan. Pokja tersebut bertugas mengelola
berbagai
kegiatan
yang
dirancang
untuk
mengidentifikasi
dan
meningkatkan indeks kebahagiaan warga Bandung, sebagai berikut: 1) Riset Index of Happiness versi Bandung; 2) Roadmap of Index of Happiness Bandung; 3) Festival berbasis usia (anak, dewasa, lansia); 4) Lomba Foto Keluarga terbaik tiap bulan; 4) Walikota/Wakil Makan Malam bersama warga 1 kali setiap minggu; 5) Undian sebulan sekali resepsi pernikahan gratis di Pendopo; 6) Sehari bersama Walikota sebulan
sekali
untuk
anak
SD
dan
SMP
(http://issuu.com/juwandaajun/docs/roadmap_to_bandung_juara_update_17).
Tidak
hanya itu, berbagai upaya juga dilakukan pemerintah Kota Bandung untuk meningkatkan indeks kebahagiaan warganya melalui program-program berikut: 1) Senin bis gratis; 2) Selasa bebas rokok; 3) Rabu nyunda, 4) Kamis Inggris; 5) Jumat bersepeda; 6) Sabtu Festival; 7) Minggu Car Free Day (BAPPEDA & BPS Kota Bandung, 2014).
Selain
program-program
khusus
untuk
meningkatkan
indeks
kebahagiaan,
Pemerintah Kota Bandung juga memiliki program-program yang tampaknya ditujukan untuk meningkatkan kepuasan hidup warga terhadap 10 aspek kehidupan. Kajian ini mengetengahkan 3 aspek yang memiliki kontribusi besar dalam pembentukan indeks kebahagiaan, yaitu: aspek pekerjaan, kondisi rumah dan asset, dan pendidikan. Tabel 4.2. memperlihatkan hasil perkiraan peta program pemerintah yang secara khusus dirancang untuk meningkatkan kebahagiaan (no. 1 – 12) dan program yang dirancang untuk meningkatkan kepuasan terhadap 3 aspek kehidupan tersebut (no. 13 – 18). Tabel tersebut berisi perkiraan karena kurangnya sumber dan dokumen yang relevan. Program-progam tersebut telah dilaksanakan dan tampaknya mendapat respon positif dari berbagai kalangan warga Bandung. Namun demikian, sampai saat ini belum ada publikasi ilmiah yang menyatakan bahwa program-program tersebut memang dapat diterima secara positif oleh warga Bandung dan efektif untuk 51
meningkatkan kebahagiaan. Hal ini dapat dipahami karena program-program tersebut baru saja diimplementasikan oleh Pemerintah Kota Bandung dalam 2 tahun terakhir.
Tabel 4.2. Perkiraan peta program pemerintah dan 10 aspek kehidupan yang ingin ditingkatkan No 1 2 3 4 5
Program Pemerintah
9
10
Lomba foto keluarga terbaik per bulan Walikota/Wakil makan malam bersama warga per minggu Undian resepsi pernikahan gratis di Pendopo per bulan Sehari bersama Walikota untuk anak SD dan SMP per bulan Senin - Damri Gratis
7
Selasa - Tanpa rokok
8
Rabu - Nyunda
9
Kamis - Inggris
10
Jumat - Sepeda
11
Sabtu - Festival
12
Minggu - CFD
13
Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun
14
Penyelenggaraan Sekolah Gratis
15
Peningkatan dan Produktivitas Tenaga Kerja
16
Peningkatan Kesempatan Kerja
18
2
Festival berbasis usia
6
17
1
Aspek Kehidupan IK 3 4 5 6 7 8
Pengembangan Kewiraushaan dan Keunggulan Kompetitif UKM Program Pengembangan Perumahan
Keterangan: Aspek Kehidupan yang disasar: 1. Keharmonisan Keluarga, 2. Kondisi Keamanan, 3. Hubungan Sosial, 4. Ketersediaan Waktu Luang, 5. Kesehatan, 6. Keadaan Lingkungan, 7. Pekerjaan, 8. Kondisi Rumah dan Aset, 9. Pendapatan Rumah Tangga, 10. Pendidikan. Sumber: BAPPEDA & BPS (2014) dan http://bappeda-bandung.go.id/musrenbang/template.php?isi=prog_keg_ tahunini
52
Secara spesifik kajian ini menitikberatkan pada Evaluasi efektifitas program yang sudah berjalan. Memperbaiki dan merancang ulang program yang sudah ada mungkin lebih bermanfaat dan efisien daripada membuat program yang baru. Program yang sudah berjalan diasumsikan telah dirancang sedemikian rupa untuk memenuhi tujuannya, sehingga evaluasi dapat diarahkan untuk mengidentifikasi hal yang dapat dikembangkan dari program-program tersebut agar peningkatan indeks kebahagiaan dapat terwujud. Pengembangan program harus diarahkan pada 3 aspek yang memiliki kontribusi besar dalam pembentukan indeks kebahagiaan, yaitu: aspek pekerjaan, kondisi rumah dan asset, dan pendidikan serta memasukan domain fungsi diri ke dalam program baru. Jika hal ini dilakukan maka peningkatan pada Indeks Kebahagiaan penduduk Bandung tahjun 2016 berpeluang besar. Evaluasi perlu diarahkan secara spesifik untuk menilai apakah perubahan nilai indeks kebahagiaan dari nilai yang lebih rendah ke nilai yang lebih tinggi memang disebabkan
oleh
pelaksanaan
program-program
tersebut.
Kegiatan
evaluasi
merupakan sebuah kegiatan besar dan kompleks yang seyogyanya dilakukan secara terencana dan sistematis berdasarkan kaidah-kaidah metodologi dalam bidang Evaluasi Program.
53
BAB V Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Hasil Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) Kota Bandung tahun 2015, menunjukkan bahwa indeks kebahagiaan penduduk Kota Bandung sebesar 70,60. Hal ini berarti, penduduk Kota Bandung memiliki tingkat kebahagiaan pada kategori BAHAGIA. Nilai indeks setiap komponen (domain kehidupan), mengindikasikan bahwa kebahagiaan tertinggi yang dirasakan masyarakat Kota Bandung adalah yang terkait dengan keharmonisan keluarga (78.34), diikuti oleh Hubungan Sosial (74.20) dan Kondisi Keamanan (73,56)
Mengacu pada model structural kebahagiaan, Fungsi Diri merupakan domain yang memiliki pengaruh langsung terbesar terhadap indeks kebahagiaan (signifkans).Fungsi Diri (Functioning) mencakup: Penerimaan Diri (Acceptance), Perasaan Mampu
(Efficacy), Perasaan Dihargai (Recognition), Otonomi (Autonomy), Jejaring Sosial (Social) dan Keamanan (Secure).Pengaruh langsung fungsi diri terhadap kebahagian sangat berarti sebesar 0.6462.
Eksplorasi Indeks kebahagiaan masyarakat Kota Bandung dilakukan pada aspek demografi, ekonomi, kesehatan, dan kehidupan keluarga. Pada aspek demografi diperoleh informasi bahwa kepala keluarga laki-laki cenderung memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi dibanding perempuan sebagai pasangan hidupnya. Indeks kebahagiaan menurun seiring dengan bertambahnya usia sampai batas umur produktif dan cenderung naik kembali pada kelompok umur tua. Kecenderungan yang berbeda terjadi pada pendidikan, semakin tinggi pendidikan tertinggi yang ditamatkan, maka semakin tinggi pula indeks kebahagiaannya, indeks kebahagiaan tertinggi dimiliki oleh kepala keluarga atau pasangan yang berpendidikan S2 atau S3.
54
Indeks kebahagiaan Kepala keluarga dan pasanagan di Kota Bandung cukup bervariasi jika dilihat dari kondisi ekonomi. Ada tren positif pada kondisi ekonomi, indeks kabahagiaan masyarakat meningkat seiring dengan peningkatan kondisi ekonomi. Dua variabel ekonomi yang secara konsisten memperlihatkan hubungan positif antara kondisi ekonomi dan tingkat kebahagiaan, yaitu rata-rata pendapatan rumah tangga per bulan dan status dalam pekerjaan. Semakin besar rata-rata pendapatan rumah tangga per bulan, semakin besar pula indeks kebahagiaan kepala rumah tangga dan pasangan. Kemudian,masyarakat yang berusaha sendiri memiliki indeks kebahagiaan paling tinggi (71,39%). Tingkat kebahagiaan dari sudut kondisi kesehatan fisik menunjukkan bahwa, Kepala keluarga atau pasangan yang tidak mengalami keluhan kesehatan memiliki tingkat kebahagiaan yang le bih tinggi. Hubungan positif juga terjadi pada kondisi kesehatan mental (yang ditandai oleh intensitas afeksi positif) yang memiliki korelasi positif dengan tingkat kebahagiaan. Kondisi kesehatan sosial yang dilihat dari intensitas dalam bersosialisasi/bergaul dengan tetangga selama sebulan terakhir menunjukkan korelasi positif, semakin sering individu bergaul/bersosialisasi dengan tetangga maka semakin meningkat indeks kebahagiaannya. Berdasarkan pengamatan terhadap angka indeks kebahagiaan hasil pengukuran BPS tahun 2014 dan tahun 2015 oleh Lab.Quality Control Departemen Statistika Unpad, dapat dinyatakan bahwa telah terjadi progress yang positif pada indeks kebahagiaan kepala keluarga dan pasangannya di Kota Bandung, baik secara keseluruhan, maupun pada level aspek (demografi, ekonomi, kesehatan, kehidupan kleluarga).
2.
Rekomendasi
Hal utama yang perlu dilakukan saat ini adalah melakukan evaluasi baik terhadap indeks kebahagiaan masyarakat maupun terhadap efektivitas program pemerintah yang ditujukan untuk meningkatkan kebahagiaan. Pengukuran indeks kebahagiaan Kota Bandung disarankan tidak terbatas hanya pada kepala keluarga dan pasangannya, tetapi meluas pada segmen anak-anak, remaja, dewasa, dan tua. Hasil evaluasi bermanfaat untuk memperbaiki dan merancang program yang lebih berkesinambungan dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Bandung. Perbaikan dan 55
rancangan program perlu diimplementasikan pada masyarakat dan kemudian kembali dievaluasi untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan kebahagiaan sebagai akibat dari penerapan program-program tersebut. Gambar 5.1 merangkum penjelasan mengenai arah Peningkatan Indeks Kebahagiaan Kota Bandung.
Hasil penelitian BAPPEDA dan Lab. Quality Control Departemen Statistika Unpad tahun 2015 lebih banyak menitikberatkan pada pengukuran komponen kepuasan hidup dan kurang membahas mengenai komponen afektif dari kebahagiaan. Komponen afektif ditandai dengan rasio kemunculan emosi positif yang lebih banyak daripada emosi negative pada diri seseorang. Komponen afektif perlu diukur sebagai indicator dalam indeks kebahagiaan karena komponen ini bersama-sama dengan kepuasan hidup membentuk kebahagiaan. Pengukuran aspek afektif perlu dilakukan untuk mengetahui baseline hedonic level of affect, faktor-faktor yang menentukan munculnya emosi positif dan menghambat munculnya emosi negative pada masyarakat Kota Bandung. Oleh karena itu, dalam Tahap Evaluasi, di samping pengukuran tingkat kepuasan hidup, pengukuran komponen afektif juga menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Rekomendasi yang bisa disampaikan berdasarkan hasil evaluasi menyeluruh terhadap indeks kebahagiaan masyarakat disajikan pada skenario di bawah
Gambar 5.1. Skenario Peningkatan Indeks Kebahagiaan Kota Bandung
56
.
57
DAFTAR PUSTAKA
Angeles, Luis (2009), Children and Life Satisfaction, JournallHappiness Studies. BAPPEDA KOTA BANDUNG,, BPS KOTA BANDUNG, Indeks Kebahagiaan Kota Bandung tahun 2014. BADAN PUSAT STATISTIK, PANDUAN PELAKSANAAN PENGUKURAN TINGKAT KEBAHAGIAAN, (SPTK) 2013
STUDI
Bachrudin,A dan Tobing H. (1985) Analisis Data untuk Penelitian Survey:dengan Menggunakan Lisrel 8. Jurusan Statistika UNPAD Brown, K.W., Ryan, R. M., & Creswell, J.D. (2007). Mindfulness: Theoretical Foundations and Evidence for its Salutary Effects. Psychological Inquiry, 18, 211237. Brown, K.W., & Ryan, R. M. (2003). The benefits of being present: Mindfulness and its Role in psychological well-being. Journal of Personality and Social Psychology, 84, 822–848. Bialylew, E. (2015). Four ways mindfulness can enhance your happiness. Posted at http://www.huffingtonpost.com/elise-bialylew/mindfulness happiness_b_7049292.html on 16 April 2015. Brereton, Finbarr, J.PeterClinch, dan Susana Ferreira (2008), Employment and LifeSatisfaction : Insights from Ireland, The Economic and Social Review 39:207234. Beckerman, W (1975), Two Cheers for the affluent society: A Spirited Defence of Economic Growth, New York: st. Martin Press Deaton, Angus (2008), Income, Health, and Well-Being Around the World: Evidence , From the Gallup WorldPoll, Journal ofEconomic Perspectives. Diener, Ed, Daniel Kahneman, WilliamTov, dan Raksha Arora (2010), Income‟s Associationwith Judgements of Life Versus Feelings dalam International Differences in Well-Being, New York: Oxford University Press. Daniels, M. (2001). Maslows's concept of self-actualization. Retrieved February 2004, from http://www.mdani.demon.co.uk/archive/MDMaslow.htm Ingelhart, Ronald, dan Christian Welzel (2009), Development and Democracy, Foreign Affairs.
58
Johnson, Michael D., Eugene W. Anderson, Claes Fomell, Jaesung Cha, and Barbara Everitt Bryant (1996), “The American Customer Satisfaction Index:Nature, Purpose, and Findings,” Journal of Marketing Vol. 60 (October 1996), 7-18 American Customer Satisfaction Index / 7. Johnson, Michael D., Gustafsson, Anders, (2000), „Improving Customer Satisfaction, Loyalty, and Profit‟, Jossey Bass, A Wiley Company, San Fransisco.
Kuppens, Peter, Anu Realo, dan Ed Diener (2008), The Role of Positive and Negative Emotionsin Life Satisfaction Judgement Across Nations, Journalof Personality and Social Psychology 95:66-75. Kelly, G. (2012). A theory of personality: The psychology of personal constructs. New York: W.W. Norton & Company.
Layard, Richard (2011), Happiness: Lessons
a New Science(second edition) ,
Penguin Books, London 2011 Maruyama,G.M (1985). Basics of Structural Equation Modelling, SagePublication, London Maslow, A. (1954). Motivation and personality. New York: Harper. Maslow, A. (1970). Motivation and personality. New York: Harper & Row. Maslow, A., & Lowery, R. (Ed.). (1998). Toward a psychology of being (3rd ed.). New York: Wiley & Sons.
Mathes, E. (1981, Fall). Maslow's hierarchy of needs as a guide for living. Journal of Humanistic Psychology, 21, 69-72. Myers, David G. (1993), The Pursuit ofHappiness: Discovering The Pathway to Fulfillment, Well-Being and Enduring Personal Joy, New York: Harpen Collins Publisher. Norwood, G. (1999). Maslow's hierarchy of needs. The Truth Vectors (Part I). Retrieved May 2002, from http://www.deepermind.com/20maslow.htm Pickert, K. (2014). The art of being mindful. Finding peace in a stressed-out, digitally dependent culture may just be a matter of thinking differently”. Time, 183, 40–6.
59
Peterson, C.,Park, N.,&Seligman, M.E.P. (2005), Orientationsto Happiness and Life Satifaction: The Full Life Versus The Empty Life, Journal of Happiness Studies 6:25441. Seligman, Martin E.P. (2005), Authentic Happiness:Using The New Positive Psychology to Realize YourPotential for Lasting Fulfillment, NewYork: Free Press.
World Health Organization (2001), The World Health Report: Mental Health: New Understanding, NewHope, Geneva: World Health Organization World Health Organization (2004), Promoting Mental Health Summary Report, Geneva: World Health Organization. World Health Organization (2005), Promoting Mental Health, Geneva: World Health Organization.
60
DAFTAR TABEL
No
Nama Tabel
Halaman
1.
Tabel 2.1 : Ukuran sampel per area
19
2.
Tabel 2.2
23
Domain, Dimensi dan Variabel Teramati
Instrumen Studi Kebahagiaan 2015 3.
Tabel 3.1 : Kontribusi masing-masing aspek kehidupan
35
terhadap indeks kebahagiaan 4.
Tabel 3.2. Indeks Kebahagiaan dan Persentase Penduduk
37
menurut Kelompok Umur 5.
Tabel 3.3. Indeks Kebahagiaan dan Persentase Penduduk
41
Menurut Status Kedudukan dalam Pekerjaan 6.
Tabel 3.4. Indeks Kebahagiaan dan Persentase Penduduk
47
Menurut Status Perkawinan 7.
Tabel 3.5. Indeks Kebahagiaan dan Persentase Penduduk
48
Menurut Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga 8.
Tabel 3.6. Perkembangan Indeks Kebahagiaan Masyarakat
49
Bandung 2014-2015 9.
Tabel 4.1 Ranking 10 Aspek Kehidupan, Nilai Indeks
53
Kebahagiaan dan Bobot Kontribusinya (BK) terhadap Indeks Kebahagiaan (IK) Kota Bandung Tahun 2015 10.
Tabel 4.2. Perkiraan peta program pemerintah dan 10 aspek
55
kehidupan yang ingin ditingkatkan
61
DAFTAR GAMBAR
No
Nama Gambar
Halaman
1.
Gambar. 3.1. konsep/konstruk pada aspek tertentu berdasarkan
23
kerangka kerja 2.
Gambar 3.2. Besar-Besar Pengaruh Model Struktural
32
3.
Gambar 3.3. Nilai Statistk T
32
4.
Gambar 3.4 Indeks kebahagiaan terhadap setiap aspek
36
kehidupan masyarakat Kota Bandung 5.
Gambar 3.5. Indeks Kebahagiaan Menurut Tingkat Pendidikan
38
Tertinggi yang Ditamatkan 6.
Gambar 3.6. Indeks Kebahagiaan Menurut Pendapatan
39
7.
Gambar 3.7. Indeks Kebahagiaan Menurut Status Bekerja
40
8.
Gambar 3.8. Indeks Kebahagiaan Menurut Lapangan Usaha
41
9.
Gambar 3.9. Persentase Penduduk menurut Indeks Kebahagiaan
43
dan Ada Tidaknya Keluhan Kesehatan 10.
Gambar
3.10.
Persentase
Penduduk
menurut
Indeks
44
menurut
Indeks
45
Intensitas
46
Gambar 3.13. Indeks Kebahagiaan menurut Jumlah Anggota
48
Kebahagiaan dan Kebiasaan Berolahraga 11.
Gambar
3.11.
Persentase
Penduduk
Kebahagiaan dan Intensitas Merasa Gelisah 12.
Gambar
3.12.
Indeks
Kebahagiaan
menurut
Bersosialisasi 13.
Keluarga 14.
Gambar 5.1. Skenario Peningkatan Indeks Kebahagiaan Kota
60
Bandung
62
RINGKASAN EKSEKUTIF INDEKS KEBAHAGIAAN KOTA BANDUNG TAHUN 2015 SEBESAR 70,60 PADA SKALA 0 – 100
1.
I ndeks Kebahagiaan Kota Bandung tahun 2015 sebesar 70,60 pada skala 0 – 100. Indeks kebahagiaan merupakan rata-rata dari angka indeks yang dimiliki oleh setiap individu di Kota Bandung pada tahun 2015. Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan tingkat kehidupan yang semakin bahagia, demikian pula sebaliknya, semakin rendah nilai indeks maka penduduk semakin tidak bahagia. Indeks Kebahagiaan merupakan indeks komposit yang disusun oleh tingkat kepuasan terhadap 10 aspek kehidupan yang esensial. Kesepuluh aspek tersebut secara substansi dan bersama-sama merefleksikan tingkat kebahagiaan yang meliputi kepuasan terhadap: 1) kesehatan, 2) pendidikan, 3) pekerjaan, 4) pendapatan rumah tangga, 5) keharmonisan keluarga, 6) ketersediaan waktu luang, 7) hubungan sosial, 8) kondisi rumah dan aset, 9) keadaan lingkungan, 10) kondisi keamanan.
Pendahuluan
Keterbatasan indikator ekonomi dalam merepresentasikan tingkat kesejahteraan masyarakat telah meningkatkan perhatian dunia terhadap aspek sosial dalam pembangunan. Kemajuan pembangunan yang selama ini lebih banyak dilihat dari indikator ekonomi, seperti: pertumbuhan ekonomi dan penurunan kemiskinan dinilai belum cukup untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan yang sesungguhnya. Indikator ekonomi tersebut pada umumnya diukur secara obyektif dengan pendekatan berbasis uang (monetary-based indicators). Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat diukur dengan dua cara,yaitu 1) menggunakan indicator obyektif dan 2) menggunakan indicator subyektif. Salah satu indicator kesejahteraan yang mengukur capaian berdasarkan indicator subyektif adalah Indeks Kebahagiaan. Pengukuran indeks kebahagiaan dikenal sebagai pengukuran yang bersifat „beyond GDP‟. Kebahagiaan merupakan suatu hal yang dirasakan secara berbeda oleh setiap orang, karena itu pengukuran kebahagiaan merupakan hal yang subyektif. yang digunakan 63
untuk melengkapi indikator obyektif. Berbagai penelitian tentang indeks kebahagiaan mengaitkan kebahagiaan dengan komponen kepuasan hidup dan emosi positif. Pengembangan indikator untuk mengukur tingkat kebahagiaan penduduk Indonesia telah dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. Indeks Kebahagiaan Indonesia dirilis pertama kali pada tahun 2013 berdasarkan hasil studi dengan representasi estimasi tingkat nasional. Pada tahun 2014, BPS kembali melaksanakan pengukuran tingkat kebahagiaan penduduk Indonesia melalui Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) 2014 dengan cakupan sampel yang dapat digunakan untuk estimasi tingkat nasional maupun provinsi. Secara khusus, BPS Kota Bandung bekerja sama dengan Pemerintah Kota Bandung memperbanyak sampel rumah tangga sehingga menghasilkan estimasi tingkat kebahagiaan penduduk Kota Bandung tahun 2014.
Pada tahun 2015 Badan Perencana Pembangunan Daerah Kota Bandung bekerja sama dengan Laboratorium Quality Control Departemen Statistika Universitas Padjadjaraan kembali melakukan pengukuran tingkat kebahagiaan penduduk Bandung. Responden SPTK 2015 adalah kepala rumah tangga atau pasangannya. SPTK Kota Bandung tahun 2015 dilaksanakan diseluruh wilayah administratif Kota Bandung dengan rancangan sampling random yang ditujukan untuk mewakili tingkat kebahagiaan warga Bandung di 30 Kecamatan. Oleh karena itu diambil kebijakan untuk meliput seluruh 151 kelurahan di Kota Bandung dengan sampel lebih dari 2 kali lipat daripada SPTK 2014. Indeks kebahagiaan diukur menggunakan data primer hasil survei. Menurut kategori responden, komposisi responden sebagai kepala rumah tangga sebanyak 59 persen. Berdasarkan jenis kelamin, responden perempuan lebih sedikit dibanding responden laki-laki, yaitu masing-masing 47 persen dan 53 persen. Selain itu, sebagian besar responden berpendidikan tamat SMA/SMK/MA (45,9%) dan sekitar 13 persen responden yang tamat perguruan tinggi.
2. Indeks Kebahagiaan Kota Bandung Tahun 2015 Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan Kota Bandung tahun 2015 menggunakan kerangka kerja BPS menghasilkan Indeks Kebahagiaan masyarakat Kota Bandung sebesar 70.60 pada skala 0 – 100. Kami Juga melakukan perhitungan menggunakan
64
kerangka kerja The American Customer Satisfaction Index dan menghasilkan angka Indeks Kebahagiaan yang lebih besar yaitu 74. Jika dilihat dari masing-masing aspek kehidupan esensial yang secara substansi dan bersama-sama merefleksikan tingkat kebahagiaan individu, ternyata masing-masing aspek kehidupan tersebut memiliki besaran kontribusi yang berbeda-beda terhadap indeks kebahagiaan. Tiga aspek kehidupan yang memiliki kontribusi paling tinggi adalah Pekerjaan (11.91%), Hubungan Sosial (11.39%) dan Keharmonisan Keluarga (11,28%) . Indeks kebahagiaan masyarakat Kota Bandung yang tertinggi adalah yang terkait dengan Keharmonisan Keluarga yaitu dengan nilai indeks sebesar 78.34. Urutan kedua dan ketiga indeks kebahagiaan masyarakat Kota Bandung adalah indeks kebahagiaan yang terkait dengan Hubungan Sosial dengan nilai indeks sebesar 74.20 dan indeks kebahagiaan yang terkait dengan Kondisi Keamanan dengan nilai indeks sebesar 73.56 atau kondisi Kesehatan sebesar 73,55. Sementara itu, Pendapatan Rumah Tangga merupakan domain kehidupan yang memiliki indeks kebahagiaan paling rendah yaitu dengan nilai indeks hanya sebesar 63.72. Angka-angka tersebut menggambarkan ikatan hubungan kekeluargaan, kekerabatan dan silaturahmi merupakan budaya yang masih dianut oleh masyarakat Kota Bandung. Dengan demikian orientasi hidup mayoritas warga Kota Bandung lebih didorong oleh motivasi mempertahankan harmoni dan hubungan (need of affiliation), ketimbang motivasi berprestasi (need of achievement) atau motivasi berkuasa (need of power), sebagaimana terlihat dari domain pendapatan rumah tangga sebagai indeks yang relatif paling rendah, sebagai gambaran dari motivasi berprestasi yang kurang kuat.Angka Indeks Keharmonisan Keluarga yaitu dengan nilai indeks sebesar 78.34 menunjukkan indicator positif mengenai keluarga di kota Bandung.Angka tersubut menunjukkan bahwa penduduk Bandung berada pada kondisi Sangat Bahagia dalam aspek Keharmonisan Keluarga. Secara lengkap, tingkat kepuasan terhadap 10 aspek kehidupan disajikan pada Tabel 1.
65
Tabel 1 Ranking 10 Aspek Kehidupan, Nilai Indeks Kebahagiaan dan Bobot Kontribusinya (BK) terhadap Indeks Kebahagiaan (IK) Kota Bandung Tahun 2015 Ranking BK terhadap Aspek IK Nilai IK IK Nilai IK Keharmonisan Keluarga 78,34 11,28 1 2
Hubungan Sosial
74,20
11,39
3
Kondisi Keamanan
73,56
10,91
4
Kesehatan
73,55
11,05
5
Keadaan Lingkungan
71,94
7,54
6
Ketersediaan Waktu Luang
71,79
8,97
7
Kondisi Rumah dan Aset*
69,00
10,02
8
Pekerjaan*
66,97
11,91
9
Pendidikan*
65,09
9,14
10
Pendapatan Rumah Tangga
63,72
7,8
Tiga aspek kehidupan yang memiliki kontribusi paling tinggi terhadap indeks kebahagiaan
adalah
pekerjaan
(11,91%),
hubungan
sosial
(11,39%),
dan
keharmonisan keluarga (11,28%).
3.
Indeks Kebahagiaan Menurut Karakteristik Demografi dan Ekonomi Beberapa temuan menarik yang dihasilkan dari indeks kebahagiaan Kota
Bandung berdasarkan karakteristik demografi dan ekonomi, yaitu : a.
b.
c.
d.
Indeks kebahagiaan penduduk laki-laki relatif lebih tinggi dibandingkan perempuan meskipun tampaknya tidak terlalu besar perbedaannya (71,02 banding 71,01). Penduduk berstatus menikah memiliki indeks kebahagiaan tertinggi, yaitu sebesar 70,74. Sedang mereka yang berstatus belum menikah indeks kebahagiaannya lebih rendah yaitu sebesar 68,62. Penduduk berumur 65 tahun ke atas memiliki indeks kebahagiaan tertinggi yakni sebesar 71,66, sementara, penduduk berumur dibawah 24 tahun mempunyai indeks kebahagiaan terendah yaitu sebesar 64,82. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula indeks kebahagiaan. Penduduk yang tamat SD/MI mempunyai indeks kebahagiaan paling rendah (67,80), sementara indeks kebahagiaan tertinggi dimiliki oleh penduduk dengan tingkat pendidikan S2 atau S3 (77,45).
66
e.
Semakin tinggi rata-rata pendapatan rumah tangga, semakin tinggi pula indeks kebahagiaannya. Indeks kebahagiaan tertinggi dimiliki oleh tingkat pendapatan di atas 4,8 juta – 7,2 juta per bulan dengan indeks kebahagiaannya mencapai 74,19, dan pada tingkat pendapatan di bawah 1,8 juta rupiah memiliki indeks kebahagiaan terendah dengan besaran 69,04.
4. Perkembangan Indeks Kebahagiaan Masyarakat Bandung 2014-2015 Berikut kami sajikan perkembangan berbagai indeks kebahagiaan Kota Bandung
Variabel/Tingkat
2014
2015
GAP
Tingkat Kota Karakteristik Demografi dan Ekonomi Jenis Kelamain
68,23
70.60
2,53
+
68,25
71,02
2,77
+
68,22
71,01
2,79
+
Belum Menikah
69,26
68,62
(0,64)
-
Menikah
68,57
70,74
2,17
+
Cerai Hidup
69,87
69,51
(0,36)
-
Cerai Mati
65,10
69,17
4,07
+
17-24 Tahun
70,60
64,82
(5,78)
-
25-40 Tahun
69,01
70,91
1,90
+
41 - 64 Tahun
67,62
70,48
2,86
+
68,38
71,66
3,28
+
67,83
70,61
2,78
+
68,89
70,42
1,53
+
1 Orang
68,03
71,93
3,90
+
2 Orang
68,98
70,61
1,63
+
3 Orang
68,13
70,20
2,07
+
4 Orang
67,67
71,27
3,60
+
5 Orang 6 Orang
68,82
69,58
0,76
+
Laki-Laki Perempuan Status Perkawinan
Progress
Kelompok Umur
65 Tahun Ke Atas Kedudukan Dalam Rumah Tangga Kepala Keluarga Pasangan Kepala Rumah (Istri/Suami) Banyaknya Anggota Rumah Tangga
Tangga
67
68,64 7 Orang Atau Lebih
68,17
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tidak/belum pernah bersekolah Tidak tamat SD/MI/SDL B/Paket A SD/MI/SDLB/Paket A SMP/MTs/SMPIB/Paket B SMA/MA/SMK/SMALB/Paket C Diploma I/II/III Diploma IV/S1 S2,S3
70,45
70,11
(0,34)
-
63,87
67,96
4,09
+
64,88
67,80
2,92
+
66,09
69,88
3,79
+
69,20
70,97
1,77
+
73,06
72,87
(0,19)
-
74,11
73,57
(0,54)
-
77,50
77,45
(0,05)
-
Pendapatan Rumah Tangga Hingga Rp. 1.800.000,-
62,77
69,04
6,27
+
Rp. 1.800.001 – Rp. 3.000.000
66,93
70,76
3,83
+
Rp. 3.000.001 – Rp. 4.800.000
71,27
72,67
1,40
+
Rp. 4.800.001 – Rp. 7.200.000
72,44
74,19
1,75
+
Lebih Dari Rp. 7.200.000
77,88
70,13
(7,75)
-
2014
2015
GAP
Progress
65,99
69,91
3,92
+
67,47
69,42
1,95
+
69,75
71,30
1,55
+
68,89
70,23
1,34
+
Kesehatan Fisik : Ada Keluhan Kesehatan
Laki-Laki Perempuan
Tidak Ada Kesehatan
Keluhan
Laki-Laki Perempuan
Kebiasaaan Olah Raga dan Jenis Kelamin : Berolahraga
71,22
71,14
(0,08)
-
70,17
71,31
1,14
+
65,48
70,13
4,65
+
Perempuan
67,25
67,24
(0,01)
-
Indeks Kebahagiaan Laki-Laki
70,77
67,00
(3,77)
-
Indeks Kebahagiaan Perempuan
71,20
69,94
(1,26)
-
Indeks Kebahagiaan Laki-Laki
72,99
71,03
(1,96)
-
73,51
69,79
(3,72)
-
Laki-Laki Perempuan
Tidak Berolahraga
Laki-Laki
Kesehatan Mental : Gelisah
Tidak Gelisah
Indeks Kebahagiaan Perempuan
68
Kesehatan Bersosial : Tidak Pernah Bersosialisasi
67,97
68,42
0,45
+
Jarang Bersosialisasi
67,98
69,51
1,53
+
Sering Bersosialisasi
68,09
70,39
2,30
+
Selalu Bersosialisasi
70,63
74,19
3,56
+
2014 No
Aspek IK
2015
Nilai IK
BK terhadap Nilai IK
Nilai IK
BK terhadap Nilai IK
GAP IK
GAP BK
Progress IK
Progress BK
+ +
+ +
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
1
Keharmonisan Keluarga
76,45
7,47
78,34
11,28
1,9
3,8
2
Hubungan Sosial
70,69
7,88
74,2
11,39
3,5
3,5
3
Kondisi Keamanan
71,69
7,18
73,56
10,91
1,9
3,7
4
Kesehatan
69,82
10,24
73,55
11,05
3,7
0,8
5
Keadaan Lingkungan
69,16
6,84
71,94
7,54
2,8
0,7
6
Ketersediaan Waktu Luang
70,17
7,88
71,79
8,97
1,6
1,1
7
Kondisi Rumah dan Aset*
67,36
12,91
69
10,02
1,6
(2,9)
8
Pekerjaan*
68,36
12,68
66,97
11,91
(1,4)
(0,8)
-
-
9
Pendidikan*
61,95
12,66
65,09
9,14
3,1
(3,5)
+
-
Pendapatan Rumah Tangga
64,25
14,28
63,72
7,8
(0,5)
(6,5)
-
-
10
Berdasarkan Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa 70% dari berbagai indeks kebahagiaan pada aspek demografi, ekonomi , dan kesehatan, mengalami kemajuan positif.
5.
Faktor Berpengaruh Tertinggi Terhadap Kebahagiaan
Berdasarkan hasil analisis model structural (model Hybrid) menunjukkan bahwa pengaruh langsung Fungsi Diri (FD) terhadap Kebahagian) adalah tertingi daripada oleh factor-faktor lainnya. Indikator-indikator fungsi diri diukur adalah “perasaan mampu” (efficacy), “ Perasaan dihargai”, “otonomi”, “jejaring sosial”, dan “perasaan aman” (secure) secara langsung memberikan pengaruh yang sangat berarti terhadap “kebahagian”. Pengaruh langsung fungsi diri terhadap kebahagian sangat berarti sebesar 0.6462. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan (penurunan)skor fungsi diri sebesar 1,maka skor kepuasan akan naik (turun) sebesar 0.6462.
69
6.
Rekomendasi Berikut adalah Rekomendasi untuk meningkatkan Indeks Kebahagiaan penduduk Kota Bandung
70
LAMPIRAN 1 : Kuesioner (diadaptasi dari kuesioner BPS).
71
72
73
74
75
76
77
78
79
LAMPIRAN 2 : Proses Randomisasi
80
81
82
LAMPIRAN 3 : PENGHITUNGAN INDEKS KEBAHAGIAAN PENDUDUK KOTA BANDUNG 2015 Penghitungan indeks kebahagiaan dilakukan dengan menggunakan metode analisis faktor. Pendekatan yang dilakukan ada 2 macam, yaitu menggunakan korelasi dan kovarian. Software yang digunakan adalah SPSS versi 20. Sintak yang digunakan adalah sebagai berikut: Sintak yang digunakan: *ANALISIS DESKRIPTIF. FREQUENCIES VARIABLES=No R509 R603 R701b2 R705 R712 R802 R805 R903 R1008 R1102 R1213 R1301a R1301b R1301c R1302 R1303 R1501 /STATISTICS=MEAN /ORDER=ANALYSIS. *ANALISIS FAKTOR DENGAN KORELASI. FACTOR /VARIABLES R509 R603 R705 R712 R802 R805 R903 R1008 R1102 R1213 /MISSING LISTWISE /ANALYSIS R509 R603 R705 R712 R802 R805 R903 R1008 R1102 R1213 /PRINT UNIVARIATE INITIAL CORRELATION SIG DET KMO AIC EXTRACTION ROTATION FSCORE /FORMAT SORT /CRITERIA FACTORS(1) ITERATE(25) /EXTRACTION PC /CRITERIA ITERATE(25) /ROTATION VARIMAX /SAVE REG(ALL) /METHOD=CORRELATION. *ANALISIS FAKTOR DENGAN COVARIAN. FACTOR /VARIABLES R509 R603 R705 R712 R802 R805 R903 R1008 R1102 R1213 /MISSING LISTWISE /ANALYSIS R509 R603 R705 R712 R802 R805 R903 R1008 R1102 R1213 /PRINT UNIVARIATE INITIAL CORRELATION SIG DET KMO AIC EXTRACTION ROTATION FSCORE /FORMAT SORT /CRITERIA FACTORS(1) ITERATE(25) /EXTRACTION PC /CRITERIA ITERATE(25) /ROTATION VARIMAX /SAVE REG(ALL) /METHOD=COVARIANCE. *FAKTOR BERBASIS KORELASI. 83
Compute faktor1 = R705*0.116432831)+(R712*0.109489166)+(R1008*0.103092631)+(R802*0.10 2551543)+(R903*0.101049903)+(R805*0.100857749)+(R509*0.1001025)+(R1 213*0.098591891)+(R603*0.088443714)+(1102*0.079388072). execute. *Menrescalling factor menjadi 0-100. compute faktor1_0_100=(faktor1-1)*(100/9). execute. *FAKTOR BERBASIS COVARIAN. compute faktor2=(R705*0.124667764)+(R712*0.120767603)+(R1008*0.1056651 07)+(R802* 0.10074135)+( R903*0.0978816)+(R805*0.096972292)+(R509*0.095508916)+ (R1213 *0.093172147)+(R603 *0.092524182)+(R1102*0.072099039). execute. *Menrescalling factor menjadi 0-100. compute faktor2_0_100=(faktor2-1)*(100/9). execute. *INDEKS KEBAHAGIAAN. FREQUENCIES VARIABLES=faktor1 faktor2 faktor1_0_100 faktor2_0_100 /STATISTICS=MEAN /ORDER=ANALYSIS. HASIL PENGHITUNGAN ADALAH SEBAGAI BERIKUT:
a. Dengan pendekatan korelasi, nilai loading dan bobot yang diperoleh adalah sebagai berikut: Item Pertanyaan
Loading
R705
Total Variance
Bobot
Bobot Ternormalisasi
0.741009
4.76024
0.116432831
R712
0.696818
4.476355
0.109489166
R1008
0.656109
4.214839
0.103092631
R802
0.652665
4.192717
0.102551543
R903
0.643108
4.131324
0.101049903
R805
0.641885
4.123468
0.100857749
R509
0.637079
4.092591
0.1001025
R1213
0.627465
4.030831
0.098591891
R603
0.562879
3.615933
0.088443714
R1102
0.505247
3.245702
0.079388072
Total
6.364
40.884
1.000
40.884
40.884
84
b. Dengan pendekatan covarians, nilai loading dan bobot yang diperoleh adalah sebagai berikut: Item Pertanyaan R705
Loading
Total Variance
Bobot
Bobot Ternormalisasi
0.783286561
5.260730318
0.124667764
R712
0.75878188
5.096151316
0.120767603
R1213
0.663893016
4.458856168
0.105665107
R802
0.632957092
4.251083485
0.10074135
R603
0.614989303
4.130407738
0.0978816
R509
0.609276134
4.092036796
0.096972292
R805
0.600081752
4.030285241
0.095508916
R903
0.58539985
3.931678253
0.093172147
R1008
0.581328691
3.904335423
0.092524182
R1102
0.452997685
3.042435263
0.072099039
Total
6.282991965
42.198
1
42.198
42.198
INDEKS KEBAHAGIAAN PENDUDUK KOTA BANDUNG 2015: Statistics faktor1 Valid
faktor2
faktor1_0_100
faktor2_0_100
2040
2040
2040
2040
980
980
980
980
7.3673
7.3523
70.7478
70.5815
N Missing Mean
Indeks dengan pendekatan korelasi
Indeks dengan pendekatan kovarian
Penghitungan Indeks per dimensi dilakukan dengan menggunakan nilai rata-rata data asli (pada skala 0-100). Sintak yang digunakan adalah sebagai berikut: *Indeks per dimensi. compute R509_new execute. compute R603_new execute. compute R701b2_new . execute. compute R705_new execute. compute R712_new= execute. compute R802_new execute. compute R805_new execute.
=(
R509 -1
)
*
(100/9)
.
=(
R603 -1
)
*
(100/9)
.
=(
R701b2
-1
)
*
=(
R705 -1
)
*
(100/9)
.
(
R712 -1
)
*
(100/9)
.
=(
R802 -1
)
*
(100/9)
.
=(
R805 -1
)
*
(100/9)
.
(100/9)
85
compute execute. compute execute. compute execute. compute execute.
R903_new
=(
R903 -1
)
*
(100/9)
.
R1008_new= (
R1008 -1
)
*
(100/9)
.
R1102_new= (
R1102 -1
)
*
(100/9)
.
R1213_new =(
R1213 -1
)
*
(100/9)
.
DATASET ACTIVATE DataSet1. FREQUENCIES VARIABLES=R509_new R603_new R701b2_new R705_new R712_new R802_new R805_new R903_new R1008_new R1102_new R1213_new /STATISTICS=MEAN /ORDER=ANALYSIS. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: Statistics
N
Valid Missing
Mean
R509_new
R603_new
R701b2_new
R705_new
R712_new
R802_new
3020
3020
1498
2060
3018
3020
0
0
1522
960
2
0
72.6306
64.1575
71.8736
66.8662
63.4563
72.5717
Statistics
N
Valid Missing
Mean
R805_new
R903_new
R1008_new
R1102_new
R1213_new
3020
3020
3020
2975
3020
0
0
0
45
0
73.8779
78.1089
74.1428
72.4370
69.1575
86
LAMPIRAN 4 : OUTPUT LISREL DATE: 12/17/2015 TIME: 7:30 L I S R E L
8.54
BY Karl G. Jöreskog and Dag Sörbom
This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100 Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140 Copyright by Scientific Software International, Inc., 19812002 Use of this program is subject to the terms specified in the Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com
The following lines were read C:\Users\Achmad\Documents\Yuyun\Gabungan\hibrid.Spl:
from
file
covariance matrix from file gab.cov latent variables fd puas sdm ext sample size 1752 relationships x1-x3 = fd x6-x8= puas x9 =sdm x12-x14 =ext fd= sdm ext puas = sdm ext puas= fd !set the error covriance of x9 and x12 be free path diagram lisrel output ef sc uls ad=off nd=4 end of problem
Covariance Matrix x1
x2
x3
x6
x7
x8 --------
--------
0.3952 0.0127
0.1317
--------
--------
--------
--
-----x1 x2
87
x3 x6 x7 x8
-0.0127 0.1193 0.0659 0.0933
-0.0098 0.0003 0.0208 0.0119
0.1052 -0.0197 -0.0024 -0.0036
x9
0.0254
0.0057
0.0074
0.3936 0.1059 0.3295 0.1193 0.0797
0.3030 0.0746
0.0209
0.0377 x12
-0.0127
0.0202
-0.0219
-0.0315
0.0069
-
x13
-0.0098
-0.0114
-0.0152
-0.0075
-0.0078
-
x14
-0.0913
-0.0135
0.0023
-0.1069
-0.0170
-
x12 --------
x13 --------
x14 --------
1.6583 -0.0090 0.1159
0.8121 0.0185
1.4183
0.0199 0.0130 0.1110 Covariance Matrix
x9 x12 x13 x14
x9 -------0.4345 -0.0689 0.0161 -0.1092
Parameter Specifications LAMBDA-Y
x1 x2 x3 x6 x7 x8
fd -------0 1 2 0 0 0
puas -------0 0 0 0 3 4
LAMBDA-X
x9 x12 x13 x14
sdm -------5 0 0 0
ext -------0 6 7 8
BETA
fd puas
fd -------0 9
puas -------0 0
GAMMA
fd puas
sdm -------10 12
ext -------11 13
88
PHI
sdm ext
sdm -------0 14
ext --------
fd -------15
puas -------16
0
PSI
THETA-EPS x1
x2
x3
x6
x7
x8 --------
--------
--------
--------
--------
--
-----17
18
19
20
21
22 THETA-DELTA x9 -------23
x12 -------24
x13 -------25
x14 -------26
Number of Iterations =184 LISREL Estimates (Unweighted Least Squares) LAMBDA-Y
x1
fd -------0.4078
puas -------- -
x2
0.0347 (0.0245) 1.4200
- -
x3
-0.0285 (0.0241) -1.1827
- -
x6
- -
0.4167
x7
- -
0.2114 (0.0246) 8.5994
x8
- -
0.3269 (0.0239) 13.6523
89
LAMBDA-X sdm -------0.6533 (0.0233) 28.0574
x9
ext -------- -
x12
- -
0.1914 (0.0249) 7.7028
x13
- -
0.0221 (0.0255) 0.8671
x14
- -
0.6062 (0.0232) 26.0962
BETA fd -------- -
fd puas
0.6462 (0.0276) 23.4505
puas -------- - -
GAMMA
fd
puas
sdm --------0.0109 (0.0230) -0.4735
ext --------0.3517 (0.0235) -14.9373
0.1172 (0.0246) 4.7606
-0.1566 (0.0224) -6.9967
Covariance Matrix of ETA and KSI
fd puas sdm ext
fd -------1.0000 0.7118 0.0943 -0.3484
puas --------
sdm --------
ext --------
1.0000 0.2250 -0.4168
1.0000 -0.2991
1.0000
sdm -------1.0000
ext --------
PHI
sdm
90
ext
-0.2991 (0.0239) -12.5174
1.0000
PSI Note: This matrix is diagonal. fd -------0.8785 (0.0253) 34.7835
puas -------0.4484 (0.0230) 19.5205
Squared Multiple Correlations for Structural Equations fd -------0.1215
puas -------0.5516
Squared Multiple Correlations for Reduced Form fd -------0.1215
puas -------0.1848
Reduced Form
fd
puas
sdm --------0.0109 (0.0230) -0.4735
ext --------0.3517 (0.0235) -14.9373
0.1102 (0.0260) 4.2414
-0.3838 (0.0250) -15.3602
THETA-EPS x1
x2
x3
x6
x7
x8 --------
--------
--------
--------
--------
--
-----0.2289
0.1305
0.1044
0.2200
0.2848
(0.0399)
(0.0239)
(0.0242)
(0.0254)
(0.0238)
5.7312
5.4560
4.3179
8.6740
11.9454
0.1962 (0.0239) 8.2120 Squared Multiple Correlations for Y - Variables x1
x2
x3
x6
x7
x8 --------
--------
--------
--------
--------
--
-----0.4208
0.0092
0.0077
0.4411
0.1356
91
0.3527 THETA-DELTA x9 -------0.0078 (0.0237) 0.3275
x12 -------1.6217 (0.0237) 68.5467
x13 -------0.8116 (0.0265) 30.6173
x14 -------1.0508 (0.0238) 44.2352
Squared Multiple Correlations for X - Variables x9 -------0.9822
x12 -------0.0221
x13 -------0.0006
x14 -------0.2591
Goodness of Fit Statistics W_A_R_N_I_N_G: standardized
Chi-square, residuals
are
standard calculated
errors, under
the
t-values
and
assumption
of
multivariate normality. Degrees of Freedom = 29 Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 60.2720 (P = 0.0005713) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 31.2720 90 Percent Confidence Interval for NCP = (12.7933 ; 57.5076)
90
Minimum Fit Function Value = 0.008160 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.01786 Percent Confidence Interval for F0 = (0.007306 ;
0.03284) 90
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.02482 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.01587 ;
0.03365) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 1.00 90
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.06412 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.05357
;
0.07910) ECVI for Saturated Model = 0.06282 ECVI for Independence Model = 0.6785 Chi-Square for Independence Model with 45 Degrees of Freedom = 1167.9771 Independence AIC = 1187.9771 Model AIC = 112.2720 Saturated AIC = 110.0000 Independence CAIC = 1252.6623 Model CAIC = 280.4533 Saturated CAIC = 465.7682 Normed Fit Index (NFI) = 0.9878 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 1.0203 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.6366 Comparative Fit Index (CFI) = 1.0000
92
Incremental Fit Index (IFI) = 1.0129 Relative Fit Index (RFI) = 0.9810 Critical N (CN) = 6078.3020 Root Mean Square Residual (RMR) = 0.01218 Standardized RMR = 0.02932 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.9975 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.9952 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.5259
Standardized Solution LAMBDA-Y
x1 x2 x3 x6 x7 x8
fd -------0.4078 0.0347 -0.0285 - - - -
puas -------- - - 0.4167 0.2114 0.3269
LAMBDA-X
x9 x12 x13 x14
sdm -------0.6533 - - - -
ext -------- 0.1914 0.0221 0.6062
BETA
fd puas
fd -------- 0.6462
puas -------- - -
GAMMA
fd puas
sdm --------0.0109 0.1172
ext --------0.3517 -0.1566
Correlation Matrix of ETA and KSI
fd puas sdm ext
fd -------1.0000 0.7118 0.0943 -0.3484
puas --------
sdm --------
ext --------
1.0000 0.2250 -0.4168
1.0000 -0.2991
1.0000
PSI Note: This matrix is diagonal.
93
fd -------0.8785
puas -------0.4484
Regression Matrix ETA on KSI (Standardized)
fd puas
sdm --------0.0109 0.1102
ext --------0.3517 -0.3838
Completely Standardized Solution LAMBDA-Y
x1 x2 x3 x6 x7 x8
fd -------0.6487 0.0957 -0.0880 - - - -
puas -------- - - 0.6642 0.3683 0.5939
LAMBDA-X
x9 x12 x13 x14
sdm -------0.9910 - - - -
ext -------- 0.1486 0.0246 0.5090
BETA
fd puas
fd -------- 0.6462
puas -------- - -
GAMMA
fd puas
sdm --------0.0109 0.1172
ext --------0.3517 -0.1566
Correlation Matrix of ETA and KSI
fd puas sdm ext
fd -------1.0000 0.7118 0.0943 -0.3484
puas --------
sdm --------
ext --------
1.0000 0.2250 -0.4168
1.0000 -0.2991
1.0000
PSI Note: This matrix is diagonal.
94
fd -------0.8785
puas -------0.4484
THETA-EPS x1
x2
x3
x6
x7
x8 --------
--------
--------
--------
--------
--
-----0.5792
0.9908
0.9923
0.5589
0.8644
0.6473 THETA-DELTA x9 -------0.0178
x12 -------0.9779
x13 -------0.9994
x14 -------0.7409
Regression Matrix ETA on KSI (Standardized)
fd puas
sdm --------0.0109 0.1102
ext --------0.3517 -0.3838
Total and Indirect Effects Total Effects of KSI on ETA
fd
puas
sdm --------0.0109 (0.0230) -0.4735
ext --------0.3517 (0.0235) -14.9373
0.1102 (0.0260) 4.2414
-0.3838 (0.0250) -15.3602
Indirect Effects of KSI on ETA
fd puas
sdm -------- -
ext -------- -
-0.0070 (0.0149) -0.4729
-0.2272 (0.0162) -13.9941
Total Effects of ETA on ETA
fd
fd -------- -
puas -------- -
95
puas
0.6462 (0.0276) 23.4505
- -
Largest Eigenvalue of B*B' (Stability Index) is
0.418
Total Effects of ETA on Y
x1
fd -------0.4078
puas -------- -
x2
0.0347 (0.0245) 1.4200
- -
x3
-0.0285 (0.0241) -1.1827
- -
x6
0.2693 (0.0115) 23.4505
0.4167
x7
0.1366 (0.0163) 8.3557
0.2114 (0.0246) 8.5994
x8
0.2113 (0.0182) 11.5962
0.3269 (0.0239) 13.6523
Indirect Effects of ETA on Y
x1
fd -------- -
puas -------- -
x2
- -
- -
x3
- -
- -
x6
0.2693 (0.0115) 23.4505
- -
x7
0.1366 (0.0163) 8.3557
- -
x8
0.2113 (0.0182) 11.5962
- -
Total Effects of KSI on Y sdm --------
ext --------
96
x1
-0.0044 (0.0094) -0.4735
-0.1434 (0.0096) -14.9373
x2
-0.0004 (0.0008) -0.4545
-0.0122 (0.0087) -1.4018
x3
0.0003 (0.0007) 0.4432
0.0100 (0.0085) 1.1738
x6
0.0459 (0.0108) 4.2414
-0.1599 (0.0104) -15.3602
x7
0.0233 (0.0059) 3.9523
-0.0811 (0.0109) -7.4385
x8
0.0360 (0.0089) 4.0678
-0.1255 (0.0119) -10.5358
Standardized Total and Indirect Effects Standardized Total Effects of KSI on ETA
fd puas
sdm --------0.0109 0.1102
ext --------0.3517 -0.3838
Standardized Indirect Effects of KSI on ETA
fd puas
sdm -------- -0.0070
ext -------- -0.2272
Standardized Total Effects of ETA on ETA
fd puas
fd -------- 0.6462
puas -------- - -
Standardized Total Effects of ETA on Y
x1 x2 x3 x6 x7 x8
fd -------0.4078 0.0347 -0.0285 0.2693 0.1366 0.2113
puas -------- - - 0.4167 0.2114 0.3269
97
Completely Standardized Total Effects of ETA on Y
x1 x2 x3 x6 x7 x8
fd -------0.6487 0.0957 -0.0880 0.4292 0.2380 0.3838
puas -------- - - 0.6642 0.3683 0.5939
Standardized Indirect Effects of ETA on Y
x1 x2 x3 x6 x7 x8
fd -------- - - 0.2693 0.1366 0.2113
puas -------- - - - - - -
Completely Standardized Indirect Effects of ETA on Y
x1 x2 x3 x6 x7 x8
fd -------- - - 0.4292 0.2380 0.3838
puas -------- - - - - - -
Standardized Total Effects of KSI on Y
x1 x2 x3 x6 x7 x8
sdm --------0.0044 -0.0004 0.0003 0.0459 0.0233 0.0360
ext --------0.1434 -0.0122 0.0100 -0.1599 -0.0811 -0.1255
Completely Standardized Total Effects of KSI on Y
x1 x2 x3 x6 x7 x8
sdm --------0.0071 -0.0010 0.0010 0.0732 0.0406 0.0654
ext --------0.2281 -0.0337 0.0309 -0.2549 -0.1414 -0.2280 Time used:
0.078 Seconds
98
Lampiran 5. Proses persiapan perhitungan Indeks menurut skema ACSI
MODEL UNTUK PERHITUNGAN INDEKS ACSI Konsep “ Kepuasan” terdiri atas enam indicator dengan rata-ratanya adalah:
Variable R603 R509 R705 R712 R805 R903
Mean 6.780 7.546 7.169 6.710 7.591 8.006
Proses perhitungan indeks kepuasan. Langkah pertama model factor yang melibatkan dengan hasil perhungan adalah sebagai berikut:
enam
indicator
Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 9 Minimum Fit Function Chi-Square = 207.21 (P = 0.0) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 234.97 (P = 0.0) Standardized Residuals R603
R509
R705
R712
R805
R903 ------------R603 R509 R705 R712 R805 R903 - -
- -0.55 3.69 4.83 -1.84 -6.77
-------- -5.48 -5.22 5.64 6.30
--------
--------
- 9.31 -5.78 -2.26
--------
- -4.14 -3.90
--
- 5.89
Summary Statistics for Standardized Residuals Smallest Standardized Residual = Median Standardized Residual = Largest Standardized Residual =
-6.77 0.00 9.31
99
Analisis: Model factor dengan enam variable belum fit, karena p-value sangat kecil. Dari hasil perhitungan bahwa nilai standardized residual tertinggi adalah 9.31 untuk variable R705 dan R712. Oleh kareana itu kita harus membuang salah satu kedua variable tersebut. Kita pilih variable R712. Selanjutnya proses kemabli model factor untuk lima variable dengan hasilnya adalah sebagai berikut: Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 5 Minimum Fit Function Chi-Square = 85.98 (P = 0.0) Standardized Residuals
R603 R509 R705 R805 R903
R603 -------- 0.53 7.94 -0.94 -5.97
R509 --------
R705 --------
R805 --------
R903 --------
- -3.08 1.15 1.29
- -3.47 0.97
- 2.58
- -
Summary Statistics for Standardized Residuals Smallest Standardized Residual = Median Standardized Residual = Largest Standardized Residual =
-5.97 0.00 7.94
100
Karena P-value masih terlalu kecil, maka proses modelling dilanjutkan.
Analisis: Berdasarkan pengolahan data bahwa model fakktor lima variable belum fit karena nilai P-value masih kecil (P<0.10) sehingga harus dibuang satu variable berdasarkan nilai Standardized Residual yang tertinggi. Nilainya yang tertinggi adalah 7.94 untuk variable R705 dan R603. Selanjutnya diputusakan bahwa variable R603 dihilangkan dari model. Hasil model factor untuk emapat variable adalah sebagai berikut:
Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 2 Minimum Fit Function Chi-Square = 4.48 (P = 0.11)
Standardized Residuals
R509 R705 R805 R903
R509 -------- -0.13 1.85 -1.80
R705 --------
R805 --------
R903 --------
- -1.80 1.85
- -0.14
- -
Summary Statistics for Standardized Residuals Smallest Standardized Residual = Median Standardized Residual = Largest Standardized Residual =
-1.80 0.00 1.85
Completely Standardized Solution
101
LAMBDA-X
R509 R705 R805 R903
PUAS -------0.68 0.49 0.61 0.70
Gambar 1.
Gambar 2
102
Analisis. Hasil pengolahan data bahwa p= 0.10. Dengan demikian bahwa model Gambar 1 sudah fit. Besar bobot masing-masing sudah signnikan karena nilai statistic T sudah jauh dari 1.96.
4 wi xi 0.68 7.546 0.49 7.169 0.61 7.591 0.70 8.006 1 1 IK i 1 4 100 100 9 0.68 0.49 0.61 0.70 9 9 9 wi i 1 = 74.9
103