No. 11/02/31/Th.XVII, 5 Februari 2015
INDEKS KEBAHAGIAAN DKI JAKARTA TAHUN 2014 INDEKS KEBAHAGIAAN DKI JAKARTA TAHUN 2014 SEBESAR 69,21 PADA SKALA 0 – 100 Indeks Kebahagiaan Provinsi DKI Jakarta tahun 2014 sebesar 69,21 pada skala 0 - 100. Indeks kebahagiaan merupakan rata-rata dari angka indeks yang dimiliki oleh setiap individu di DKI Jakarta pada tahun 2014. Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan tingkat kehidupan yang semakin bahagia, demikian pula sebaliknya, semakin rendah nilai indeks maka penduduk semakin tidak bahagia.
Indeks Kebahagiaan merupakan indeks komposit yang disusun oleh tingkat kepuasan terhadap 10 aspek kehidupan yang esensial. Kesepuluh aspek tersebut
secara
substansi
dan
bersama-sama
merefleksikan
tingkat
kebahagiaan yang meliputi kepuasan terhadap: 1) kesehatan, 2) pendidikan, 3) pekerjaan, 4) pendapatan rumah tangga, 5) keharmonisan keluarga, 6) ketersediaan waktu luang, 7) hubungan sosial, 8) kondisi rumah dan aset, 9) keadaan lingkungan, dan 10) kondisi keamanan.
Pendahuluan Keterbatasan indikator ekonomi dalam merepresentasikan tingkat kesejahteraan masyarakat
telah
meningkatkan
perhatian dunia
terhadap
aspek sosial
dalam
pembangunan. Kemajuan pembangunan yang selama ini lebih banyak dilihat dari indikator ekonomi, seperti: pertumbuhan ekonomi dan penurunan kemiskinan dinilai belum cukup untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan yang sesungguhnya. Indikator ekonomi tersebut pada umumnya diukur secara obyektif dengan pendekatan berbasis uang (monetary-based indicators). Tingkat kesejahteraan masyarakat sebenarnya dapat diukur dengan dua cara, yaitu 1) menggunakan standar yang sama (indikator obyektif) dan 2) menggunakan standar yang tidak sama (indikator subyektif). Salah satu indikator kesejahteraan yang mengukur capaian berdasarkan standar yang tidak sama untuk masingmasing individu adalah indeks kebahagiaan. Pengukuran indeks kebahagiaan dikenal sebagai pengukuran yang bersifat ‘beyond GDP’.
Berita Resmi Statistik No. 11/02/31/Th.XVII, 5 Februari 2015
1
Kebahagiaan merupakan suatu hal yang dirasakan dan dipersepsikan secara berbeda oleh setiap orang, karena itu pengukuran kebahagiaan merupakan hal yang subyektif. Dalam hal ini, kebahagiaan menggambarkan indikator kesejahteraan subyektif yang digunakan untuk melengkapi indikator obyektif. Berbagai penelitian tentang indeks kebahagiaan mengaitkan kebahagiaan sebagai bagian dari kesejahteraan subyektif dengan komponen kepuasan hidup dan emosi positif. Dalam konteks pemanfaatan indeks kebahagiaan sebagai salah satu bahan pengambilan kebijakan publik, maka komponen kebahagiaan yang digunakan adalah kepuasan hidup. Pengembangan indikator untuk mengukur tingkat kebahagiaan penduduk Indonesia telah dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. Indeks Kebahagiaan Indonesia dirilis pertama kali pada tahun 2013 berdasarkan hasil studi dengan representasi estimasi tingkat nasional. Pada tahun 2014, BPS kembali melaksanakan pengukuran tingkat kebahagiaan penduduk Indonesia melalui Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) 2014 dengan cakupan sampel yang dapat digunakan untuk estimasi tingkat nasional maupun provinsi. Responden SPTK 2014 adalah kepala rumah tangga atau pasangannya. Untuk provinsi DKI Jakarta,
jumlah sampel sebesar 1.129 rumah tangga yang tersebar di seluruh
kabupaten/kota. Seluruh responden berada di wilayah perkotaan. Sebanyak 61,56 persen responden adalah kepala rumah tangga, sedangkan sisanya (38,44 persen) adalah pasangan kepala rumah tangga (istri/suami). Berdasarkan jenis kelamin, responden perempuan lebih banyak dibanding responden laki-laki, yaitu masing-masing 52,88 persen dan 47,12 persen. Selain itu, sebagian besar responden berpendidikan tamat SMA sederajat (37,29 persen), SD sederajat (19,66 persen), dan SMP sederajat (18,25 persen). Hanya sekitar 13,91 persen responden yang tamat perguruan tinggi, sisanya 10,90 persen tidak/belum pernah sekolah dan tidak tamat SD. SPTK 2014 dilaksanakan untuk menghasilkan indikator kebahagiaan penduduk Indonesia dengan pendekatan kepuasan hidup. Indeks kebahagiaan merupakan indeks komposit yang disusun oleh tingkat kepuasan terhadap 10 aspek kehidupan yang esensial. Kesepuluh aspek kehidupan tersebut secara substansi dan bersama-sama merefleksikan tingkat kebahagiaan meliputi kepuasan terhadap: 1) kesehatan, 2) pendidikan, 3) pekerjaan, 4) pendapatan rumah tangga, 5) keharmonisan keluarga, 6) ketersediaan waktu luang, 7) hubungan sosial, 8) kondisi rumah dan aset, 9) keadaan
lingkungan, dan 10) kondisi
keamanan. Penilaian terhadap tingkat kepuasan hidup didasarkan pada evaluasi terhadap kondisi obyektif (faktual) yang dialami oleh responden. 1.
Indeks Kebahagiaan DKI Jakarta Tahun 2014 Indeks kebahagiaan DKI Jakarta tahun 2014 sebesar 69,21 pada skala 0 – 100. Semakin
tinggi nilai indeks menunjukkan tingkat kehidupan yang semakin bahagia, demikian pula sebaliknya, semakin rendah nilai indeks maka penduduk semakin tidak bahagia. Indeks kebahagiaan merupakan indeks komposit yang disusun oleh tingkat kepuasan terhadap 10 2
Berita Resmi Statistik No. 11/02/31/Th.XVII, 5 Februari 2015
aspek kehidupan yang esensial. Setiap aspek kehidupan memiliki besaran kontribusi yang berbeda-beda terhadap indeks kebahagiaan. Hal ini terjadi karena perbedaan penilaian mengenai derajat pentingnya setiap aspek kehidupan terhadap tingkat kebahagiaan secara keseluruhan. Semakin besar kontribusi suatu aspek kehidupan, menunjukkan semakin penting aspek tersebut bagi indeks kebahagiaan. Tiga aspek kehidupan yang memiliki kontribusi paling tinggi adalah pendidikan (15,43 persen), pendapatan rumah tangga (15,12 persen), serta pekerjaan (13,29 persen). Tingkat kepuasan penduduk DKI Jakarta terhadap keharmonisan keluarga adalah paling tinggi (77,77). Sementara itu, tingkat kepuasan yang paling rendah terjadi pada aspek pendidikan (62,72). Secara lengkap, tingkat kepuasan terhadap 10 aspek kehidupan disajikan pada Gambar 1. Gambar 1. Tingkat Kepuasan Hidup Terhadap 10 Aspek Kehidupan, 2014 Pekerjaan
100
68,92
Kondisi keamanan
72,92
60
Keadaan lingkungan
Pendapatan rumah tangga
80
65,56
40
70,59
69,66
20
Kondisi rumah dan aset
0
62,72
Ketersediaan waktu luang 71,64
Pendidikan
70,83
72,31
Hubungan sosial
Kesehatan
77,77 Keharmonisan keluarga
2.
Indeks Kebahagiaan Menurut Karakteristik Demografi dan Ekonomi Beberapa temuan menarik yang dihasilkan dari indeks kebahagiaan DKI Jakarta
berdasarkan karakteristik demografi dan ekonomi, yaitu: a. Penduduk berstatus menikah dan cerai mati cenderung relatif sama indeks kebahagiaannya, yakni 69,32 dan 69,29. Mereka yang berstatus belum menikah dan cerai hidup relatif lebih rendah indeks kebahagiaannya, yaitu belum menikah sebesar 67,76 dan cerai hidup sebesar 67,90. b. Penduduk umur di atas 64 tahun memiliki indeks kebahagiaan tertinggi (70,39). Sementara, penduduk umur di bawah 24 tahun mempunyai indeks kebahagiaan paling rendah (62,01).
Berita Resmi Statistik No. 11/02/31/Th.XVII, 5 Februari 2015
3
c. Indeks kebahagiaan paling rendah terdapat pada rumah tangga dengan angota rumah tangga satu orang (66,96), dan paling tinggi pada rumah tangga dengan anggota rumah tangga dua orang (69,71). Ada kecenderungan semakin banyak jumlah anggota rumah tangga indeks kebahagiaan akan semakin tinggi, tetapi menurun kembali pada rumah tangga dengan jumlah anggota rumah tangga tujuh orang atau lebih. d. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula indeks kebahagiaan. Penduduk yang tidak/belum pernah sekolah mempunyai indeks kebahagiaan paling rendah (63,99), sementara indeks kebahagiaan tertinggi dimiliki oleh penduduk dengan tingkat pendidikan S2 atau S3 (79,78). e. Semakin tinggi rata-rata pendapatan rumah tangga, semakin tinggi pula indeks kebahagiaannya. Pada tingkat pendapatan lebih dari 7,2 juta rupiah per bulan, indeks kebahagiaannya mencapai 76,21, sementara pada tingkat pendapatan 1,8 juta rupiah ke bawah, indeks kebahagiannya hanya 62,35.
4
Berita Resmi Statistik No. 11/02/31/Th.XVII, 5 Februari 2015
Tabel 1. Indeks Kebahagiaan Menurut Karakteristik Demografi dan Ekonomi, 2014 Karakteristik Demografi dan Ekonomi Jenis Kelamin: Laki-Laki Perempuan Status Perkawinan: Belum Menikah Menikah Cerai Hidup Cerai Mati Kelompok Umur: 17 – 24 Tahun 25 – 40 Tahun 41 – 64 Tahun 65 Tahun Keatas Kedudukan Dalam Rumah Tangga: Kepala Rumah Tangga Pasangan Kepala Rumah Tangga Banyaknya Anggota Rumah Tangga: 1 Orang 2 Orang 3 Orang 4 Orang 5 Orang 6 Orang 7 Orang Atau Lebih Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan: Tidak/Belum Pernah Sekolah Tidak Tamat SD/MI/SDLB/Paket A SD/MI/SDLB/Paket A SMP/MTs/SMPLB/Paket B SMA/SMK/MA/SMALB/Paket C Diploma I/II/III Diploma IV/S1 S2 Atau S3 Pendapatan Rumah Tangga: Hingga Rp 1.800.000 Rp 1.800.001 - Rp 3.000.000 Rp 3.000.001 - Rp 4.800.000 Rp 4.800.001 - Rp 7.200.000 Lebih Dari Rp. 7.200.000 DKI Jakarta
2014 68,93 69,45 67,76 69,32 67,90 69,29 62,01 69,32 69,23 70,39 68,87 69,72 66,96 69,71 68,37 69,63 69,63 69,57 68,07 63,99 64,18 66,49 67,43 70,09 72,70 76,85 79,78 62,35 66,98 69,17 72,22 76,21 69,21
Berita Resmi Statistik No. 11/02/31/Th.XVII, 5 Februari 2015
5
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DKI JAKARTA Informasi lebih lanjut hubungi : Ir. Sri Santo Budi M, MA Kepala Bidang Statistik Sosial Telepon Fax e-mail Homepage
6
: 021-31928493, 31928496 : 021-3152004 :
[email protected] : http://jakarta.bps.go.id
Berita Resmi Statistik No. 11/02/31/Th.XVII, 5 Februari 2015