“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berbasis Metode Eksperimen Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Cahaya” Indriyani Gobel, Mursalin*, Raghel Runginger** Jurusan Fisika, Program Studi S1. Pend. Fisika F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected]
Indriyani Gobel. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berbasis Metode Eksperimen Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Cahaya. (Suatu Penelitian eksperimen di MTs Negeri Tolondadu, Kab. Bolaang Mongondow Selatan). Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. Mursalin, M.Si dan Pembimbing II Raghel Yunginger, S.Pd, M.Si. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis metode eksperimen dan siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di MTs Negeri Tolondadu yang terdiri dari 2 kelas. Kelas yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIIIA sebagai kelas eksperimen dan kelas VIIIB sebagai kelas kontrol yang di tentukan secara acak. Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen yang berupa tes. Tes diberikan kepada siswa yang berada di kelas eksperimen maupun kelas kontrol masing-masing satu kali yaitu pree-test dan satu kali post-test. Data hasil penelitian diolah secara statistik untuk menguji normalitasnya dengan menggunakan rumus chi kuadrat dan diperoleh nilai χ2hitung < χ2tabel yaitu untuk kelas eksperimen sebesar 6,279 11,07 dan untuk kelas kontol sebesar 6,013 11,07. Hal ini berarti bahwa data untuk kedua kelas tersebut terdistribusi normal. Berdasarkan pengujian normalitas data, maka skor rata-rata hasil belajar siswa dihitung dengan statistik uji t. Hasil pengujian hipotesis diperoleh thitung ttabel yakni 4,419 1,999, dengan kata lain menolak H0 dan menerima H1. Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis metode eksperimen dengan hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Kata Kunci: Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, Metode Eksperimen, Hasil Belajar Siswa I.
PENDAHULUAN Untuk menghadapi era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan ketidakpastian,
dibutuhkan guru yang mampu mengolah proses belajar mengajar secara aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Paradigma pembelajaran saat ini telah beralih dari teacher centre ke student centre, dalam arti siswalah yang harus mengkonstruk (membangun) sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalamannya sehari-hari, sementara guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan mediator dalam kegiatan pembelajaran, melalui pendekatan atau model pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa baik secara individu maupun melalui kelompok-kelompok kecil. 1
Berbagai model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk menghindari masalahmasalah yang diuraikan di atas, dengan cara mengaktifkan siswa dalam proses belajarnya melalui kerjasama antar anggota kelompok, yang sering disebut dengan model pembelajaran kooperatif. Menurut Roger & David Johnson, (dalam Amri & Ahmadi, 2010: 91) bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang memiliki prinsip saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota kelompok, dan evaluasi proses kerja kelompok. Salah satu alternatif yang dipilih yang diprediksi untuk meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajarnya yang pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran fisika adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Model Pembelajaran Kooperetif Jigsaw Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diperkenalkan oleh Elliot Aronson. Menurut Arends (dalam Amri & Ahmadi, 2010: 94), pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Menurut Isjoni (2007: 54) pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling bekerja sama dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdiri dari 2 kelompok yang dinamakan kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok ahli adalah kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu sebagai tugasnya dan kemudian dijelaskan kepada kelompok asal. langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw Menurut Amri & Ahmadi, (180 : 2010) adalah sebagai berikut : 1. Siswa dikelompokkan kedalam 4 anggota tim; 2. Setiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda 3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan 4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikan sub bab mereka.
2
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh. 6. Tim ahli mempresentasikan hasil diskusi 7. Guru memberi evaluasi 8. Penutup Menurut saguni (2010) model pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan pembelajaran Jigsaw yaitu: 1) Mempermudah guru dalam mengajar. 2) Siswa belajar bekerja sama dan bertanggung jawab untuk mencapai tujuan yang optimal. 3) Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat. Adapun kelemahan dari model pembelajaran jigsaw yaitu : 1) Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi. 2) Siswa yang memiliki kemampuan berfikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tim ahli. 3) Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan. 4) Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran. Metode Eksperimen Menurut Djamarah & Zain (2010 : 84) Metode eksperimen adalah cara penyajian materi pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dengan demikian, metode eksperimen dapat diartikan suatu cara penyajian materi dimana siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Adapun langkah-langkah pembelajaran metode eksperimen adalah sebagai berikut: 1) Persiapan, yaitu guru menjelaskan metode eksperimen, menjelaskan terlebih dahulu materi yang akan di eksperimenkan , menyiapkan alat-alat yang diperlukan, menentukan langkah-langkah apa saja yang perlu dicatat dan variabel-variabel yang harus dikontrol; 2) Pelaksanaan: melaksanakan pembelajaran dengan metode eksperimen, mengumpulkan laporan, memproses kegiatan dan mengadakan tes untuk menguji pemahaman siswa. Hasil Belajar
3
Menurut Suprijono (2009: 7) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Sedangkan menurut Uno (2009 : 196) bahwa hasil belajar adalah perubahan dalam kapabilitas (kemampuan tertentu) sebagai akibat dari belajar. Selanjutnya menurut Dimyati dan Mudjiono (2009 : 3) bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dapat diartikan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh oleh siswa dari proses belajar yang dilihat dari perubahan perilaku secara keseluruhan.
Tipe-tipe Hasil Belajar Menurut Bloom (dalam Suprijono 2009: 6), hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Kwartolo (2012) Harus diakui bahwa buah pemikiran tokoh Benjamin S. Bloom tentang domain kognitif pengetahuan/berpikir, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa, dan evaluasi. Seiring dengan perkembangan jaman, kemajuan pengetahuan dan teknologi, konsep tingkatan berpikir tersebut di atas mengalami perubahan. Lorin Anderson, seorang murid Bloom merevisi taksonomi Bloom tahun 1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dalam buku yang berjudul Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. Menurut Krathwohl (dalam Amer, 2002) revisi domain kognitif adalah remember (mengingat), understand (memahami), apply (mengaplikasikan), analyze (menganalisis), evaluation (menilai) dan create (menciptakan/membuat). Menurut Bloom (Soprijono, 2009: 7) Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Psikomotor mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. II.
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di MTs Negeri Tolondadu, tepatnya di Desa Tolondadu,
Kecamatan Bolaang Uki, Kabupaten Bolaang Mongondow selatan. Penelitian dilaksanakan pada semester genap Tahun Ajaran 2012/2013 selama 2 Bulan, yang dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pengambilan data dan tahap pengolahan data. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP Negeri 1Bolaang Uki yang terdaftar pada Tahun Pelajaran 2012/2013 berjumlah 68 orang yang tersebar di dua kelas. 4
Kelas yang akan dijadikan sebagai sampel penelitian ini yaitu kelas VIII yang terdiri dari dari 2 kelas yaitu kelas VIIIa dan VIIIb. Sampel pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan sampling jenuh, semua populasi dijadikan sampel. Adapun cara menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu dengan melakukan undian. Dalam hal ini kelas VIIIA sebagai kelas yang diterapkan sistem pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis metode eksperimen dan kelas VIIIB sebagai kelas yang diterapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen yaitu eksperimen betul (true eksperimen). Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan hasil belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis metode eksperimen (sebagai kelas eksperimen) dengan siswa yang dibelajarkan secara kooperatif tipe Jigsaw (sebagai kelas kontrol). Model eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest-posttest Control Group Design Tabel Desain Penelitian E K Keterangan :
O1
X
O2
O1 Y O2 Sumber : Sugiyono, 2010 : 112
X : Model pembelajaran Jigsaw berbasis metode eksperimen Y : Model pembelajaran kooperatif Jigsaw O1 : Pretest O2 : Posttest Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perlakuan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw berbasis metode eksperimen yang diberikan pada kelas eksperimen dan model pembelajaran koopertif Jigsaw pada kelas kontrol. Variabel terikat dalam penelitian ini yakni hasil belajar siswa ranah kognitif pada C1 (mengingat) yaitu usaha siswa untuk mendapatkan kembali pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan. C2 (memahami) yaitu , siswa membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi.
dan
C3
(mengaplikasikan)
yaitu
siswa
dapat
memanfaatkan
atau
mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan permasalahan. Secara operasional, hasil belajar pada penelitian ini diukur berdasarkan skor tes hasil belajar yang diperoleh siswa pada kelas yang dibelajarkan dengan menggunakan model 5
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis eksperimen dan kelas yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Teknik yang akan digunakan dalam pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan tes. Observasi yang digunakan dalam teknik pengumpulan data adalah lembar pengamatan yang digunakan untuk menilai aktifitas guru dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis metode eksperimen dan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran. Tes yang digunakan pada penelitian ini yaitu 10 nomor berbentuk essay. Untuk mengukur sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa ranah kognitif pada C1 (mengetahui), C2 (memahami), dan C3 (mengaplikasikan) yang diperoleh siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis eksperimen. Jenis validitas yang di ukur yakni validitas isi, yang merupakan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang seharusnya. Artinya, tes tersebut mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Koreksi ini dilakukan bersama-sama dengan dosen pembimbing dan tim validator. Rumus product moment yang digunakan untuk pengujian validitas. Dalam penelitian ini item tes dikatakan valid jika koefisien validitasnya yaitu rxy dan item tes dinyatakan tidak valid apabila koefisien validitasnya rxy
,
dengan
taraf nyata α = 0,05 dan kriteria interval kepercayaan 95%. Purwanto, (2009: 119) Dari hasil analisis dengan taraf nyata α = 0,05 dan n = 21 didapatkan harga rtabel = r(0,05)(30) = 0,433. Untuk hasil uji validitas , jika diperoleh koefisien validitas rxy tes hasil belajar tersebut valid dan sebaliknya jika koefisien validitas rxy
0,433 maka
0,433 maka tes
tersebut tidak valid. Untuk uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach, Dalam penelitian ini item tes dikatakan reliabel jika koefisien reliabilitas mendekati 1,00, maka alat pengukur data penelitian tersebut mempunyai reliabilitas tinggi. Sebaliknya, jika koefisien reliabilitasnya jauh di bawah nilai 1,00, maka alat pengukur data penelitian tersebut mempunyai reliabilitas yang rendah. Purwanto, (2009: 179) Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh reliabilitas tes r11 = 0,691. Ini berarti bahwa tingkat reliabilitas tes tersebut tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tes tersebut dapat digunakan sebagai pengumpul data pada penelitian ini. III.
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Hasil penelitian
ini diperoleh dari data skor hasil belajar siswa. Data hasil penelitian
didapatkan dengan membandingkan skor hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis metode eksperimen dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw,. Dari data yang diperoleh bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari skor rata-rata kelas kontrol. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 4.5 Grafik Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Hasil analisis uji normalitas data untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1. Hasil Uji Normalitas Data Kelas
Eksperiment
Kontrol
Jenis Test
Hitung
Tabel
Keterangan
Pretest
10,330
11,07
Normal
Posttest
6,279
11,07
Normal
Pretest
5,154
11,07
Normal
Posttest
6,013
11,07
Normal
Jadi, dapat disimpulkan bahwa data skor tes hasil belajar siswa untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol baik Pre-Test dan Post-Test terdistribusi normal dengan χ2 hitung
χ2tabel . Pengujian homogenitas data pada penelitian ini adalah uji Barleth pada taraf nyata α =
0,05 dengan hipotesis bahwa skor pada kelas eksperimen dan kelas kontrol terdistribusi normal. 7
Setelah dilakukan analisis data diperoleh hasil uji homogenitas sebagai berikut: Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas Varians 2
X Hitung Pre-tes
Pos-tes
XTabel
2
keterangan
0,474
0,461
3,841
Ho diterima
Proses pengujian homogenitas data dapat dilihat pada lampiran 16. Oleh karena X2 hitung
X2
daftar
maka dapat disimpulkan bahwa, kedua kelompok mempunyai varians yang
sama atau homogen sehingga dapat dilakukan uji t. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh t
hitung
= 4,419 dan t
tabel
= 1,999 untuk dk =
(n1 + n2 - 2) = 62 dan taraf = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai t 4,419
hitung
t
tabel
yakni
1,999 sehingga hipotesis H0 ditolak dan menerima hipotesis H1. Dengan demikian
terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis metode eksperimen dan hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Hasil pengamatan kegiatan guru dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis metode eksperimen dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar 4.6 Grafik hasil pengamatan kegiatan guru
Berdasarkan gambar grafik 4.6, tampak bahwa kegiatan guru dalam pembelajaran selama 2 kali pertemuan yang terdiri atas 4 aspek, diperoleh hasil bahwa kegiatan guru untuk pendahuluan mencapai 100%, untuk kegiatan inti pertemuan I (94%) lebih tinggi dari
8
pertemuan II (88%), sebaliknya di kegiatan penutup pertemuan II (88%) lebih tinggi dari pertemuan I (75%). Sedangkan suasana kelas sama-sama meencapai 75%. Penelititan ini merupakan penelitian eksperimen dimana langkah awal sebelum penelitian adalah validasi perangkat atau validasi instrumen pembelajaran kepada dosen ahli yang telah direkomendasikan oleh dosen pembimbing selama kurang lebih 3 minggu. Validasi perangkat ini bertujuan untuk mengetahui perangkat pembelajaran ini valid dan dapat dipakai dalam penelitian. Adapun hasil dari validasi instrumen sudah dijabarkan pada hasil penelitian diatas. Setelah langkah awal ini langkah selanjutnya yaitu uji coba instrumen tes, yang bertujuan untuk menguji kevalitan tes dengan cara memberikan tes kepada satu kelas selain dari sampel yang telah ditentukan dalam penelitian. Setelah diperoleh data kemudian diuji kelayakannya dengan uji validitas tes, uji reliabilitas tes dan tingkat kasukaran tesnya. Setelah dianalisis tesnya valid semua dan reliabel atau sama dengan hasil mendekati nol yakni 0,691. Untuk taraf kesukaran tes diperoleh hasil butir soal nomor 5 yang termasuk kriteria sukar. Dari hasil analisis uji validitas, uji reliablitas dan uji kesukaran tes, instrumen tes layak untuk digunakan dalam penelitian selanjutnya. Langkah yang ketiga yaitu pengambilan sampel secara acak yang akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah diperoleh sampel maka langkah selanjutnya adalah kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis metode eksperimen pada materi cahaya sedangkan kelas kontrol diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi cahaya juga. Peneliti juga menggunakan LCD sebagai medianya dengan tujuan mempermudah guru menyajikan materi kepada siswa. Model pembelajaran ini digunakan dengan tujuan agar dapat merubah proses pembelajaran yang pada awalnya berorientasi pada guru menjadi lebih berorientasi pada siswa. Materi cahaya merupakan salah satu materi Fisika yang tergolong sulit untuk dipahami siswa kalau siswanya hanya dibawa manghayal. Oleh sebab itu perlunya metode eksperimen dalam pembelajaran khususnya pada materi cahaya, mengingat banyaknya penerapan materi cahaya dilingkungan sehari-hari yang tidak diketahui oleh siswa itu sendiri. Jadi, dengan metode eksperimen siswa dapat membuktikan sendiri fenomena-fenomena yang berhubungan dengan cahaya dilingkungan mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan alat peraga dan KIT IPA khususnya optik yang berhubungan dengan cahaya Sebelum proses pembelajaran kelas kontrol maupun kelas eksperimen diberikan pretes untuk mengukur kemampuan awal siswa mengenai materi cahaya. Dari hasil pretes 9
secara umum pengetahuan siswa mengenai cahaya itu hanya sebatas bahwa, cahaya merupakan sinar, cahaya dapat dipantulkan dengan menggunakan cermin, bayangan yang dibentuk nyata dan sama besar. Setelah diberikan perlakuan pada masing-masing kelas, pemahaman siswa secara umum mengenai materi cahaya sudah lebih baik. Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik, yang merambat pada satu garis lurus, cahaya dapat dipantulkan dengan menggunakan cermin datar, dapat dibiaskan dengan menggunakan lensa. Cahaya juga dapat polarisasikan, mengalami difraksi, dan interferensi. Bayangan yang dibentuk oleh cermin adalah maya, sama besar, sama tinggi, dan sama jarak. Adapun jenis bayangan itu ada dua, bayangan umbra dan penumbra. Cermin terdiri dari 3 macam yaitu cermin datar, cekung dan cembung, sedangkan lensa terdiri dari 2 yaitu lensa cembung dan lensa cekung. Pemahaman siswa ini dilihat selama proses pembelajaran berlangsung dan juga dari hasil postes yang diberikan. Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis diperoleh t ini menunjukkan bahwa nilai t
hitung
t
tabel
hitung
yakni 4,419
= 4,419 dan t
tabel
= 1,999, hal
1,999. Jadi, hipotesis diterima
yakni, terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis metode eksperimen dan yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Hal ini terjadi karena pada kelas yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis metode eksperimen, siswa pada proses pembelajaran lebih aktif, melakukan suatu kegiatan eksperimen untuk membuktikan sendiri hal-hal yang berhubungan dengan materi yang dipelajari, sehingga dapat membangkitkan semangat belajar siswa. IV. PENUTUP Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis metode eksperimen dan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif Jigsaw. Hal ini dapat dibuktikan dengan pengujian hipotesis yang menggunakan uji t yang menerangkan bahwa harga numberik thitung = 4,419 dan ttabel = 1,999. Yang artinya bahwa (thitung > ttabel), maka hipotesis nol (H0) ditolak dan H1 diterima.
2.
Hasil belajar siswa kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw Berbasis metode eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar 10
siswa kelas Kontrol yang hanya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Hal ini dapat dibuktikan dengan skor rata-rata setelah perlakuan di kelas eksperimen yaitu 39,2 dan kelas Kontrol yaitu 32,8. Saran Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Dalam kegiatan pembelajaran hendaknya guru lebih kreatif dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan dan diterapkan dalam proses pembelajaran yang lebih mengutamakan pada keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat memahami materi yang diajarkan dan tidak jenuh dalam mengikuti kegiatan-kegiatan pembelajaran. 2. Menjadikan model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai salah satu model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Fisika khususnya materi Cahaya, sehingga membantu siswa untuk berperan aktif di dalam proses pembelajaran dan dapat memahami materi yang diajarkan. Daftar Pustaka Amer, Aly. 2006. Reflections on Bloom’s Resived Taxonomy. Electronic Journal of Research in Educational Psychology No 8, Vol 4(1). Di akses di http://www.investigacionpsicopedagogica.org pada tanggal 1 April 2013. Amri, Sofan & Ahmadi, Lif Khoiru. 2010. Kontruksi Pengembangan Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustakaraya Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Djamarah, Syaiful Bahri & Zain Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika (Edisi Kelima Jilid 2). Jakarta: Erlangga Hertiavi
dkk. 2010. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk Peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa SMP. Jurnal pendidikan fisika indonesia 6 (2010) 53-57 januari 2010. Diakses di http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI/article/download/1104/ 015 pada tanggal 8 maret 2013. 11
Isjoni. 2007. Cooperatif Learning. Pekanbaru: Alfabeta Krane, Kenneth S.2008. Fisika Modern. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press) Kwartolo, Yuli. 2012. Multiple Intelligences dan Implementasinya dalam Taksonomi Bloom. Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11. Di akses di http://www.bpkpenabur.or.id/files/Hlm%206777%20Multiple%20Intellegences.pdf pada tanggal 1 April 2013
Pandya, Shefali. 2011. Interactive effect of co-operative learning model and learning goals of students on academic achievement of students in mathematics. Mevlana International Journal of Education (MIJE) Vol. 1(2). Diakses di http://mije.mevlana.edu.tr/archieve/issue_1_2/3.mije_11_04.pdf pada tanggal 8 maret 2013. Pribadi, Benny. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Robertson, William C. 2013. Answer to Science Questions. Jakarta: Indeks Saguni, Fatimah. 2010. Perbedaan antara Metode Cooperative Learning tipe Jigsaw dengan Metode Problem Based Learning terhadap Hubungan Interpersonal. INSAN Vol. 12 No. 02. Di akses di http://journal.unair.ac.id/filerPDF/1-12_2.pdf pada tanggal 8 maret 2013
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan.. Bandung: Alfabeta Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Uno, Hamzah . 2011. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
12