MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DENGAN MENGGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA MATERI LINGKUNGAN HIDUP iwanto,Dr,rat,net Mohamad Jahja, nurfaika S.Si, M.Sc Jurusan Fisika, Prodi Pendidikan Geografi FMIPA Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK Iwanto. NIM 451 407 0. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Geografi dengan Menggunakan Model Pembelajaran Jigsaw pada Materi Lingkungan Hidup.Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Gorontalo. Masalah dalam penelitian ini adalah “rendahnya hasil belajar siswa materi sumber daya alam, dan tidak efektifnya strategi pembelajaran yang diterapkan. Masalah ini akan ditanggulangi dengan penerapan model pembelajaran jigsaw.. Tujuannya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi lingkungan hidup. Dengan melaksanakan penelitian ini, dapat memberikan manfaat bagi siswa yang berhubungan hasil belajar, guru yang berhubungan dengan peningkatan kualitas pembelajarannya, dan sekolah yang berhubungan dengan peningkatan mutu pendidikan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw akan meningkatkan hasil belajar siswa pada materi lingkungan hidup pada mata pelajaran geografi”. Hasil penelitian tindakan kelas ini menujukkan adanya peningkatan kemampuan siswa yang mencapai pada kriteria keberhasilan. Dari jumlah siswa keseluruhan 19 orang, maka pada siklus I mencapai ketuntasan sebanyak 9 orang atau 47,37% dengan daya serap klasikal sebesar 68,95. Pada siklus II ketuntasannya meningkat menjadi 17 orang atau 89,47% dengan daya serap klasikal sebesar 7947%. Untuk hasil observasi kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan yang signifikan secara bertahap dalam pelaksanaannya pada setiap siklus. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah hipotesis yang diajukan, diterima.
Kata Kunci: Hasil belajar, sumber daya alam, pembelajaran jigsaw.
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia sudah merupakan suatu keharusan bagi bangsa Indonesia apalagi pada era globalisasi yang menuntut kesiapan setiap bangsa untuk bersaing secara bebas. Pada era globalisasi hanya bangsa-bangsa yang berkualitas tinggi yang mampu bersaing atau berkompetisi dipasar bebas. Dalam hubungannya dengan budaya kompetisi tersebut, bidang pendidikan memegang peranan yang sangat penting dan strategis karena merupakan salah satu wahana untuk menciptakan kualitas sumber daya manusia, oleh karena itu sudah semestinya kalau pembangunan sektor pendidikan menjadi prioritas utama yang harus dilakukan pemerintah. Salah satu aspek menentukan dalam keberhasilan pendidikan adalah proses pembelajaran. Proses pembelajaran adalah inti dari pendidikan oleh sebab itu upaya peningkatan kualitas pendidikan perlu difokuskan pada kualitas pembelajaran guru adalah salah satu aspek yang menentukan keberhasilan hasil belajar siswa, maka perlu guru mengatur strategi sebaik mungkin untuk mengatasi berbagai kendala yang ditemui dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, salah satunya menentukan model atau metode pembelajaran yang tepat sangatlah penting untuk dimiiki oleh guru dalam mewujudkan tujuan pengajaran. Namun pada kenyataannya masih banyak siswa yang kurang menguasai materi pelajaran dengan baik, serta kurangnya partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, siswa masih kurang percaya diri dalam mengungkapkan pertanyaannya, seperti yang dialami oleh siswa yang ada di SMA Tridharma sehingga masih banyak hasil belajar yang belum mencapai target kelulusan yang diharapkan yakni pada Tahun 2011/2012 jumlah siswa yang tidak tuntas pada materi lingkungan hidup,hal ini dikarenakan dalam proses pembelajaran yang dilakukan masih banyak didominasi oleh guru sehingga partisipasi siswa dalam proses pembelajaran menjadi kurang. 2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas,maka masalah yang dapat diidentifikasi adalah : a)
Kurangnya aktivitas dan motivasi siswa pada saat proses belajar mengajar
b)
Adanya faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor internal terdiri atas unsur-unsur kepribadian tertentu, termasuk di dalamnya adalah
kurangnya motivasi dalam proses belajar. Sedangkan faktor eksternal meliputi faktor sosial, termasuk di dalamnya guru geografi dalam mengajar. c)
Prestasi yang dimiliki setiap siswa berbeda-beda, maka pencapaian terhadap hasil belajarnya berbeda pula 2. Rumusan Masalah Berdasarkan identifkasi masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian yaitu:
Apakah melalui penerapan model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar bagi siswa kelas XI IPS SMA Tridharma Kota Gorontalo. 3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat diketahui tujuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui apakah melalui penerapan model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar bagi siswa kelas XI IPS SMA Tridharma Kota Gorontalo. 4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : a.
Siswa di harapkan agar dapat berperan aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar
b.
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti sendiri guna meningkatkan profesionalisme di bidang penelitian dan pengajaran.
c.
Hasil penelitian ini berguna untuk memenuhi tugas dan persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan.
II KAJIAN TEORITIS A. Hasil Belajar 1, Tinjaun Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan itu diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Perubahan perilaku individu akibat proses belajar tidaklah tunggal. Setiap proses belajar mempengaruhi perubahan perilaku pada diri siswa, tergantung perubahan yang diinginkan terjadi sesuai dengan tujuan pendidikan. Menurut purwanto (2009:49) hasil belajar adalah perubahan perilaku yang menimbulkan kemampuan dapat berupa hasil utama pengajaran (Instruction effect) maupun hasil samping pengiring (Nurturant Effect). Hasil utama pengajaran adalah kempuan hasil belajar yang memang direncanakan untuk diwujudkan dalam kurukulum dan tujuan
pembelajaran. Sedangkan hasil pengiring adalah hasil belajar yang dicapai namun tidak untuk direncanakan untuk dicapai. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya. 1.
Faktor Intern Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang
dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi. a)
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.
b)
Champlin tahun 1972 dan Reber Tahun 1988 (Syah, 2007:135) Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki sesorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai denag kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat di artikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latiha. dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupankesanggupan tertentu.
c)
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
2.
Faktor Ekstern Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang
sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya. Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (2003:60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat. a.
Keadaan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan
dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: “Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Kelubesar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.” Dalam hal ini Patterson dan Loeber 1984 (Syah 2007:138) mengatakan: lingkunagan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.sifat-siafat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dah hasil belajar yang dicapai oeh siswa. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. b.
Keadaan Sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya. Guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar. Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.
c.
Lingkungan Masyarakat Lingkungan Masyarakat juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya
terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada. Model Pembelajaran Jigsaw Metode atau model pembelajaran Jigsaw adalah sebuah tehnik pembelajaran kooperatif dimana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam pelaksanaan pembelajaran. Adapun tujuan dari medel pembelajaran Jigsaw ini adalah untuk mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh bila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian (Daymus 2008) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dimana siswa bekerja dengan kelompok-kelompok kecil yang terstruktur dalam rangaka mencapai tujuan bersama.
Tinjauan Tentang Materi Lingkungan Hidup 1.
Arti Lingkungan Hidup Menurut (soemarwoto 2004 : 51) manusia hidup di bumi tidak sendirian, melainkan
bersama mahluk lain,yaitu tumbuhan, hewan, dan jasad renik, mahkuk hidup yang lain itu bukanlah sekedar hewan yang hidup bersama secara netral atau pasif terhadap manusia itu terkait erat pada meraka. Interaksi antara manusai dengan lingkungan hidupnya tidaklah sederhana melainkamn sangat konpleks,Karena pada umumnya dalam lingkungan hidup itu terdapat banyak unsure, pengaruh pada suatu unsure akan berpengaruh pada unsure lainnya,sehingga pengaruhnya terhadap manusia akan terasa ketika salah satu unsur tersebut mengalami perubahan. Sifat lingkungan hidup ditentukan oleh bermacam-macam faktor pertama oleh jenis dan jumlah masing-masing jenis unsur lingkungan hidup, kedua hubungan unsur atau interaksi atara unsur dalam lingkungan hidup itu, ketiga kelakuan atau kondisi unsure lingkungan, kempat faktor nonmaterial suhu,cahaya,dan kebisingan. Lingkungan
hidup
merupakan
suatu
tempat
keberadaan
mahluk
hidup
untuk
melangsungkan kehidupannya baik manusia, hewan, dan tumbuhan.ketika salah satu unsur tersebut mengalmi perubahan maka unsur lain pun akan mearasakan pearubahan.
2. Mutu Lingkunan Hidup Menurut (Soemarwoto 2004 : 58) mutu lingkungan hidup dapatlah diartikan sebagai kondisi lingkungan dalam hubungannya dengan mutu hidup, makin tinggi derajat hidup dalam suatu lingkungan tertentu makin tinggi pula derajat mutu lingkungan tersebut dan sebaliknya.karena mutu hidup tergantung dari derajat kebutuhan dasar, mutu lingkungan dapatlah di artikan sebagai derajat pemenuhan kebutuhan dasar dalam kondisi lingkungan tersebut. Mutu lingkungan hidup dapat di artikan sebagai sebuah kondisi lingkngan dimanha setiap mahluk hidup yang menempati tempat tersebut berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya agar dapat meningkatkan mutu kehidupannya. 2.
Lingkungan Hidup sebagai Sumber Daya Menurut (soemarwoto 2004 : 58) dengan mengaitkan mutu lingkungan dengan derajat
pemenuhan kebutuhan dasar ,berarti lingkungan itu merupakan sumber daya .dari lingkungan itu kita mendapatkan unsur-umsur yang kita perlukan untuk produksi dan konsumsi. Lingkungan hidup sebagai sumber daya yakni suatu lingkungan yang di pergunakan untuk melangsungkan kehidupan di mana unsur-unsur dari lingkungan tersbut yang kita perlukan sebagai bahan produksi dan konsumsi. Indikator Kinerja Untuk mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan dalam penelitian tindakan kelas ini di tetapkan indikator sebagai berikut. 1)
Nilai yang harus dicapai untuk mengamati aktivitas guru saat menerapkan model pembelajaran Jigsaw adalah 75%
2)
Untuk pengamatan aktivitas siswa, nilai minimal yang harus di capai adalah 75%
3)
Nilai minimal yang harus diperoleh untuk keterlaksanaan pembelajaran adalah 75%
4)
Untuk hasil belajar siswa ,secara individu dikatakan tuntas ketika memperoleh nilai minimal 75 sedangkan untuk ketuntasan secara klasikal harus mencapai 75% dari siswa yang memperoleh nilai 75 Hipotesis Penelitianan Berdasarkan rumusan masalah diatas maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini
adalah: jika dalam pembelajaran guru menggunakan model pembelajaran Jigsaw maka hasil belajar siswa akan tuntas.
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Dalam penelitian tindakan kelas ini ditetapkan pokok bahasan suhu dan kalor yang diajarkan kepada 19 orang siswa kelas XI IPS Tridarma Kota Gorontalo. Penelitian tindakan kelas ini hanya terdiri dari dua siklus. Penelitian ini tidak dapa dilanjutkan pada siklus III karena target yang diharapkan telah tercapai. Siklus I terdiri dari dua pertemuan, dimana pertemuan penelitian ini membahas tentang lingkungan hidup. Hasil belajar siswa dapat dilihat pada jumlah siswa yang tuntas belajar atau memperoleh nilai minimal 75 pada hasil evaluasinya. Untuk proses pembelajaran dapat dilihat pada aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar pengamatan. Siklus I Tindakan siklus I dilaksanakan berdasarkan prosedur yang telah dibuat, yakni dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, dan refleksi. Berikut ini diuraikan hasil observasi proses pembelajaran (kegiatan guru dan aktivitas siswa), hasil belajar siswa, dan refleksi. a. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus I Hasil Pengamatan Kegiatan Guru pada siklus I dilakukan secara bersama-sama oleh peneliti dan guru pengamat. Kegiatan guru maupun kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dipantau dan dinilai dengan menggunakan lembar pengamatan seperti terdapat pada Lampiran 03 dan Lampiran 04 Dari hasil pengamatan kegiatan guru maupun kegiatan siswa dalam proses pembelajaran diperoleh data sebagai berikut: Untuk mengamati kegiatan guru dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan di kelas dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw, digunakan lembar pengamatan kegiatan guru pada setiap pertemuan yang terdiri dari 15 aspek. Dari 15 aspek yang diamati diperoleh 2 aspek untuk kriteria sangat baik (13,33%), 6 aspek untuk kriteria baik (40%), 4 aspek dengan kriteria cukup (26,67%) dan aspek criteria kurang (20%). Secara ringkas hasil pengamatan ini disajikan pada lampiran 3. Seperti terlihat pada diagram dibawah ini:
Tabel 4.1 Hasil observasi kegiatan guru siklus I No
Krieria Aspek
Jumlah Aspek
Persentase (%)
1.
Sangat Baik
2
13,33
2.
Baik
6
40
3.
Cukup
4
26,67
4.
Kurang
3
20
15
100
Jumlah
b. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus I Untuk mengamati kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan di kelas dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw, digunakan lembar pengamatan kegiatan siswa pada setiap pertemuan yang terdiri dari 11 aspek. Dari 15 aspek yang diamati diperoleh 1 aspek untuk kriteria sangat baik (6,67%), 4 aspek untuk kriteria baik (26,67%) dan 7 aspek dengan kriteria cukup (46,66%). Secara ringkas hasil pengamatan ini disajikan pada lampiran 4 Seperti terlihat pada table dibawah ini.
Tabel 4.2 Hasil observasi kegiatan siswa siklus I No
Krieria Aspek
Jumlah Aspek
Persentase (%)
1.
Sangat Baik
1
6,67
2.
Baik
4
26,67
3.
Cukup
7
46,66
4.
Kurang
3
20
15
100
Jumlah
c. Hasil Belajar Siswa Siklus I Terkait dengan capaian hasil belajar di siklus I ini memperlihatkan data sebagai berikut. Dari 19 siswa yang dites, maka yang telah dinyatakan tuntas hasil belajarnya 9 siswa atau sebesar 47,37% sedangkan yang dinyatakan belum tuntas sebanyak 10 siswa atau sebesar 52,63%. Secara klasikal hasil belajar siswa dicapai sebesar 68,95% termasuk dalam klasifikasi “kurang” (lihat lampiran 5). Lebih jelas dapat pula dilihat pada sajian tabel halaman berikut.
Tabel 4. Klasifikasi Akhir Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I
Ketuntasan
Jumlah Siswa
Persentase
Rata-Rata Nilai 72,63
Tuntas
12
63,16%
Tidak Tintas
7
36,84%
Jumlah
19
100%
Daya Serap Klasikal
72,63
d. Refleksi Yang menjadi titik acuan dalam melakukan refleksi ialah hasil observasi kegiatan guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa. Terkait dengan kegiatan guru dalam pembelajaran tampak belum optimal pelaksanaannya sebab masih ada sebagian besar indikator kegiatan yang pelaksanaannya belum “baik”. Demikian halnya juga aktivitas siswa belum memperlihatkan kondisi seperti yang diharapkan. Atas dasar hal di atas, dilakukan perbaikan-perbaikan atas kelemahan-kelemahan yang terjadi di siklus I ini, baik menyangkut kegiatan guru maupun aktivitas siswa. Oleh karena itu, dilakukan perencanaan kembali yang lebih matang untuk pelaksanaan siklus berikutnya, yakni dengan memantapkan proses pembelajaran secara baik. Siklus II Pelaksanaan pada siklus ini dilakukan berdasarkan rencana yang telah disusun berdasarkan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran di siklus I. Berikut ini diuraikan hasil observasi kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa. a. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus II Hasil pemantauan proses pembelajaran pada siklus II ini diperoleh informasi sebagai berikut. Keseluruhan indikator pengamatan telah terlaksana secara optimal, yakni 6 indikator atau sebesar 40% tergolong klasifikasi “baik sekali” , 7 indikator atau sebesar 46,67% tergolong klasifikasi “baik” dan 2 atau sebasar 13,33 indikator (cukup) (lihat lampiran ). Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.4 Hasil observasi kegiatan guru siklus II No
Krieria Aspek
Jumlah Aspek
Persentase (%)
1.
Sangat Baik
6
40
2.
Baik
7
46,67
3.
Cukup
2
13,33
4.
Kurang
-
-
15
100
Jumlah
b. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus II Hasil observasi tentang aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran pada sisklus II memperlihatkan kondisi sesuai dengan harapan. Dari 15 indikator yang diamati, keseluruhannya telah tampak 8 indikator atau sebesar 53,33% tergolong klasifikasi “sangat baik” dan 6 indikator atau sebesar 40% tergolong klasifikasi “baik” dan 1 indikato atau sebesar 6,67% tergolong klafikasi “cukup” (lihat lampiran 6). Selanjutnya dapat pula dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.5 Hasil observasi kegiatan siswa II No
Krieria Aspek
Jumlah Aspek
Persentase (%)
1
Sangat baik
8
53,33
2
Baik
6
40
3
Cukup
1
6,67
4
Kurang
-
-
-
-
15
100
Jumlah
Gambar 4.1 Hasil observasi kegiatan siswa siklus II c. Hasil Belajar Siswa Siklus II Hasil belajar siswa pada siklus II menunjukkan data sebagai berikut. Dinyatakan “tuntas” telah dicapai sebanyak 17 siswa atau sebesar 89,48% dengan rata-rata nilai 89,73; sedangkan 2 siswa lainnya atau sebesar 10,52% dinyatakan “tidak tuntas”. Secara klasikal, daya serap
mencapai 79,473 termasuk pada klasifikasi dan dinyatakan “tuntas” Selengkapnya dapat dilihat pada sajian tabel berikut. Tabel . Klasifikasi Akhir Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Diklus II Ketuntasan
Jumlah Siswa
Persentase
Tuntas
17
89,47%
Tidak Tintas
2
10,53%
Jumlah
19
100%
Daya Serap
Rata-Rata Nilai
Klasikal
89,473
89,473
d. Refleksi Siklus II merupakan siklus lanjutan dari siklus sebelumnya, tujuannya untuk melakukan perbaikan atau penyempurnaan aspek aspek yang belum tercapai atau belum tuntas pada sikus sebelumnya. Pada siklus II peneliti tetap menggunakan lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran kooperatif yang sama seperti yang di pakai pada siklus I dengan nilai15 aspek. Dari penilaian 15 aspek tersebut pada RPP I, mencapai kategori sangat baik 4 aspek mendapat kategori sangat baik. dan 2 aspek mencapai ketegori baik. Sedangkan pada RPP II 5 aspek mencapai kategori sangat baik. Dan 1 aspek mencapai kategori baik. Dengan baik seluruh pengelolaan pembelajaran kooperatif telah terlaksana dengan baik. Pengamatan untuk aktivitas siswa juga tedtap menggunakan lembar pengamatan yang sama, dengan jumlah aspek yang di amati sebanyak 15 aspek. untuk aspek aktivitas siswa semuanya juga dapat terlaksana juga dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari presentase keberhasilan untuk tiap-tiap kategori sangat baik sebesar 53,33%, katergori baik sebesar 40%. Hal yang sama juga berlaku juga pada hasil belajar pada siklus II mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya. secara rinci dapat di lihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 9. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II No
Kriteria
Jumlah
Persentase
1
Siswa yang tuntas
17
89,47 %
2
Siswa yang tidak tuntas
2
10,53%
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa semua siswa tuntas pada tes hasil belajar siklus I. Secara kesluruhan persentase yang di capai siswa yang tuntas telah mencapai kriteria ketuntasan sebesar 85% secara klasikal, sehingga dapat dikatakan hasil belajara siswa pada siklus ini tuntas oleh karenanya proses tindakan tidak perlu lagi dilanjuti ke siklus berikutnya. Pembahasan Penelitian ini dinamakan penelitian tindakan kelas dan dilaksanakan dengan maksud untuk memperbaiki proses pembelajaran sebelumnya yang hasil belajarnya cenderung menurun akibat dari penggunaan metode yang monoton. Dengan demikian Peneliti model pembelajaran Jigsaw dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran geografi.
V. SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dalam penulisan ini dapat diuraikan simpulan sebagai berikut: Materi Lingkungan Hidup pada siswa kelas XI IPS SMA Tridarma Kota
Gorontalo telah memenuhi kriteria keberhasilan seperti yang telah
dirumuskan pada indikator kinerja. Keberhasilan siswa dalam belajar tersebut nampak setelah dilaksanakan tindakan pembelajaran sebanyak dua siklus melalui pembelajaran kelompok. Berdasarkan analisis tentang pelaksanaan pembelajaran dari siklus I sampai siklus II menunjukkan hasil yang optimal, yakni dari 15 (lima belas) indikator yang diamati (kegiatan guru) dan 15 (lima belas) indikator (aktivitas siswa) setelah dilaksanakan pada siklus II tercapai hingga 93,33% pelaksanaannya berlangsung baik. Sedangkan hasil belajar siswa tentang lingkungan hidup dari siklus I mengalami perubahan yang signifikan hingga pada siklus II dan setelah diklasifikasi dinyatakan mencapai kriteria ketuntasan, yakni sebanyak 17 orang atau sebesar 89,48% dinyatakan tuntas dan 2 orang lainnya atau sebesar 10,52%% dinyatakan belum tuntas, sedangkan daya serap secara klasikal meningkat hingga 89,73 dengan klasifikasi “baik”. Dengan demikian, hipotesis yang berbunyi “Dengan menggunakan model jigsaw akan meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Lingkungan Hidup pada mata pelajaran geografi di kelas XI IPS SMA Tridarma Kota Gorontalo, diterima; dan indikator kinerja yang berbunyi “Jika hasil belajar siswa telah meningkat dari 19 siswa, 17 siswa (89,47%) yang mencapai tuntas, maka penelitian dinyatakan selesai” terbukti.
Saran Adapun saran dalam tulisan ini yang kiranya dapat bermanfaat adalah sebagai berikut. 1. Dalam pembelajaran geografi khususnya materi Lingkungan Hidup pada siswa kelas XI IPS perlu diyakini bagi seorang guru bahwa dengan menerapkan pembelajaran Model Pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu alternatif dalam upaya meningkatankan hasil belajar tentang materi dimaksud. 2. Tidak ada model atau strategi pembelajaran yang sempurna. Kelemahan-kelemahan pasti akan selalu menyertainya. Oleh karena itu, untuk menyempurnakan model atau teknik pembelajaran patutlah ditetapkan metode-metode lainnya, sehingga tampak terdapat variasi pembelajaran yang kemudian bisa memberikan efek positif terhadap hasil belajar siswa. 3. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas mutlak dilaksanakan bagi seorang guru sebagai upaya perbaikan kualitas pembelajarannya yang nantinya akan berdampak positif pada hasil belajar siswa. 4. Hendaknya perlu adanya dukungan dari pihak sekolah pada khusunya dan orangtua siswa serta masyarakat pada umumnya terhadap guru dalam menciptakan kondisi belajar yang kondusif.