Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas DINAMIKA DAKWAH DALAM KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM: Pendekatan Historisasi, Formulasi, dan Aplikasi Oleh: Abdul Syukur
e-mail:
[email protected] Abstrak
Islamic Propagation activities and Movements has reached out the dynamics due to the development of human thought and technology, and it continues since the days of the prophet Muhammad SAW and aftermath and in the contemporary period or in era of information technolog as well. Islamic Propagation activities and experiences along the Islamic history have produced theories of knowledge and science especially in the field of Islamic Propagation. However that the dynamics of Islamic preaching have not been fully able to respond to technological development, Moslems preachers have not been fully able to take advantage of technological advances for the benefit of the Islamic preaching. It is assumed that by using communication approach Islamic propagation theories can be developed both historical and normative. Development of Communication Sciences propaganda can be a multidisciplinary approach, thus to face the increasingly complex chalengers of Islamic preaching, moslems multi skills propagation schoolers could be produced by Islamic hight education centers. Kata kunci : Dinamika dakwah KPI, ‘ilmu tabligh, dan ilmu komunikasi A. PENDAHULUAN Aktivitas dakwah, dalam pendekatan historis ialah menyampaikan Risalah Islam yang dibawakan oleh Rasul Muhammad Shallahu ‘alaihu wa sallam (Saw.). Risalah Islam merupakan ciri khas agama Islam yang diwahyukan oleh Allah Subhanahu wa Ta‘ala (Swt.) melalui Malaikat Jibril kepada Rasul Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Risalah Islam disebarkan kepada umat manusia untuk dijadikan petunjuk bagi umat VOL. 9 No.2 Juli 2014
226
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas manusia, khususnya umat Islam, agar mereka melakukan perubahan sosial menuju amar ma‘ruf nahy munkar dengan jalan berdakwah kepada umat manusia sebagai sasaran dakwah (mad’u). Dakwah dalam konteks kerisalahan Islam, berasarkan pengertian tersebut di ats, menunjukkan bahwa Wahyu Allah berupa Al-Qur’an dan alHadits merupakan materi dakwah (maddah al-da’wah) yang wajib disampaikan oleh Rasul Muhammad dan pewarisnya (ulama) sebagai pelaku atau pelaksana dakwah (da’i). Pengalaman dakwah tersebut memiliki muatan hidtoris yang terus berkembang hingga sekarang dakwah bersifat dinamis. Dari pengalaman dakwah para da’i (ulama) kemudian melahirkan rumusanrumusan dakwah (formulasi dakwah) guna mengembangkan kerangka teoritik dakwah yang dapat diaplikasikan dalam tindakan atau gerakan dakwah, sejak masa Rasul Muhammad sampai masa kini dan masa mendatang. Formulasi keilmuan dakwah tersebut, itu yang mendorong para ahli dakwah memformulasikan secara keilmuan tentang dakwah. Formulasi dakwah secara kerangka teoritik dikenali dari aspek ontologi dakwah yang mengemukakan tentang hakekat dakwah. Hakekat dakwah dapat ditelusuri dari definisi dakwah sehingga ruang kajian ilmu dakwah dapat dibangun dan dikembangkan secara dinamis, termasuk lahirnya disiplin ilmu dakwah pada komunikasi dan penyiaran Islam. Di antara para ahli dakwah yang mendefinisikan dakwah sebagai berikut: ‘Alî Mahfûz juga mendefinisikan dakwah ialah:
“Mendorong manusia atas kebaikan dan petunjuk, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan munkar agar memperoleh kebahagian di dunia dan akherat”. Dari definisi dakwah tersebut menunjukkan bahwa aktivitas dakwah ialah memotivasi manusia supaya berbuat baik agar mereka memperoleh petunjuk Allah dengan jalan menyuruh berbuat baik dan mencegah dari perbuatan jahat agar mereka memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat kelak. Pemahaman dakwah di atas diperkuat oleh Fadl Ilâhî yang mendefinisikan dakwah ialah: 1
‘Alî Mahfûz, Hidâyat al-Mursyidîn ilâ Turq al-Wa‘z wa al-Khitâbah (selanjutnya ditulis: Hidâyat al-Mursyidîn, (tt.: Dâr al-I‘tisâm, 1979), h. 17.
VOL. 9 No.2 Juli 2014
227
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas
“Dakwah ialah ajakan kepada kebaikan, menyuruh berbuat kebaikan, dan mencegah dari kemungkaran ”3 Definisi dakwah Fadl Ilâhî di atas semakin memperjelas bahwa esensi atau hakekat dakwah ialah upaya umat Islam mengajak umat manusia untuk berbuat baik (al-khair) yang diwujudkan dalam kehidupan nyata (al-ma’ruf). Dari dua definisi tersebut yang dikemukakan oleh pakar dakwah dapat dipahami, bahwa: pertama, dakwah secara esensial ialah ajakan kepada kebaikan agama Islam bersuber dari Wahyu Allah; kedua, kebaikan dapat diwujudkan karena umat manusia mencegah dari segala jenis kemungkaran (kejahatan), dari mulai kejahatan iman, kejahatan amal saleh, kejahatan moral atau akhlak dan sosiali; dan ketiga, upaya mewujudkan dan menjaga kebaikan dalam perspektif dakwah adalah dapat dilakukan dengan penyampaian pesan Islam (tabligh) dari muballigh (da’i) kepada mad’u (jama’ah/khalayak) secara langsung ataupun media massa. Proses penyampaian pesan Islam secara publik, secara formulasi dikembangkan dalam disiplin ilmu dakwah Komunikasi dan Penyiaran Islam (disebut KPI). Tinjauan ilmu dakwah, dalam disiplin ilmu dakwah KPI lebih diarahkan pada:
(1) Memperluas wawasan Islam untuk mempublikasikan pesan Islam (tabligh) kepada umat manusia pada umumnya (linnasi jami’an). (2) Membina secara khusus umat Islam (ta‘lim) pada iman, amal, dan akhlak agar menjadi muslim yang taat (ta’limuhum iyyahum). (3) Membimbing (irsyad) dan mendidik umat Islam (tarbiyah) secara istiqamah dalam menjalani kehidupan. (4) Menjaga kesucian jiwa umat Islam (tazkiyah al-nufus) untuk memperoleh kekhusyukan dan kebahagiaan.
Namun demikian, proses dakwah dalam memcapai tujuannya masih dijumpai berbagai kendala dan rintangannya yang disebabkan antara lain oleh kemajuan pola pikir dan pola peradaban manusia terutama dari sisi dampak negatifnya. Oleh sebab itu, bagaimana dinamika dakwan dalam proses penyampaian pesan Islam dapat mencapai perubahan individu dan sosial secara kognitif, afektif, dan aplikatif. Dari uraian di atas, maka akan 2
Fadl Ilâhî, Fadl al-Da‘wah ilâ Allâh Ta‘ alâ, (Riyâd: Mu`ssasat al-Jârisî, 1999), h. 144. 3 Fadl Ilâhî, Fadl al-Da‘wah ilâ Allâh Ta‘âlâ, (Riyâd: Mu`ssasat al-Jârisî, 1999), h. 145.
VOL. 9 No.2 Juli 2014
228
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas membahas dinamika dakwah dalam komunikasi dan penyiaran Islam dengan multipendekatan:historisasi, formulasi, dan aplikasi. Berdasarkan paparan di atas, dirumuskan pertanyaannya adalah: “bagaimana dinamika dakwah dalam komunikasi dan penyiaran Islam dengan pendekatan historisasi, formulasi, dan aplikasi? Untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan tersebut, pembahasan ini terbagi tiga sub bahasan yaitu: (1) Historisasi dakwah KPI, (2) Formulasi dakwah KPI, dan (3) Aplikasi kelimuan dakwah KPI. Sesuai dengan beberapa sub bahasan tersebut, maka pembahasan ini menggunakan pendekatan historis, pendekatan ilmu dakwah, dan pendekatan ilmu komunikasi untuk menganalisis dinamika dakwah dalam KPI. B. PEMBAHASAN 1. Historisasi Dakwah KPI Para pakar dakwah, di antaranya Hamzah Ya’qub menjelaskan bahwa ilmu dakwah dalam pendekatan historis, di mana dakwah dimulai dari kegiatan tabligh.4 Sebagaimana Rasul Muhammad berdakwah dalam bentuk tabligh yang ditujukan kepada umat manusia, pada masa itu adalah sasaran dakwah adalah masyarakat di Mekkah yang dikenal mereka menganut faham juhalah sebagai gambaran masyarakat yang bodoh dalam memahami akidah dan sesembahan yang politeistik (syirik). Dalam kondisi juhala, Rasul Muhammad berdakwah (tabligh) dengan ungkapan yang dituntun petunjuk Wahyu Allah (Al-Qur’an) ialah ungkapan ya ayyuhan nas berarti “wahai manusia” untuk memanggil manusia supaya bertauhid kepada Allah. Setelah tahap tabligh, Rasul Muhammad dalam berdakwah juga meningkat dalam bentuk ta’lim. Dakwah taklim dipusatkan di Rumah Sahabat Arkom, yang dikenal dalam sejarah ialah Dar al-Arkom yang dapat difungsikan sebagai sentra taklim pada masa, dan hingga sekarang bahwa kegiatan taklim dalam suatu majlis (dinamakan majlis taklim) termasuk mencirikan utama kegiatan dakwah dalam penyiaran Islam, baik melalui masjid, mushalla, dan majlis taklim lainnya.5 Kegiatan dakwah yang memadukan tabligh dan taklim terus berkembang secara dinamis, dan secara akademis bahwa dakwah dalam bentuk tabligh wa ta’lim dikembangkan secara institusional dalam Fakultas Dakwah sejak menggunakan Kurikulum Fakultas Dakwah 1995 menjadi Program Studi KPI (Komunikasi dan Penyiaran Islam) sebagai pengganti 4
Hamzah Ya’qub, Publisitik Islam dan Leadership, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h. 15 5 Lihat Thomas W. Arnold, The Preaching of Islam, (Jakarta: Wijaya, 1992), h. 13
VOL. 9 No.2 Juli 2014
229
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas Jurusan PPAI (Penerangan dan Penyiaran Agama Islam) yang merupakan cerminan kurikulum sebelum kurikulum 1995. Komunikasi sebagai proses penyampaian pesan, menurut Onong Uchyana Effendy, adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan menggunakan media tertentu untuk mencapai efek sebagai tujuan dakwah untuk mengubah pandangan komunikan, baik opini, sikap dan perilakunya.6 Berdasarkan teori komunikasi menurut Onong tersebut, jika dianalisis dalam perspektif KPI bararti bahwa komunikasi Islam dapat diartikan sebagai proses penyampaian pesan Islam dari da’i (muballih/mu’allim) sebagai komunikator kepada mad’u sebagai komunikan agar komunkan memiliki perubahan pikiran, sikap, dan perilaku yang sama dengan da’i sesuai dengan materi dakwah (pesan Islam). Hal demikian, jika proses penyampaian pesan Islam terjadi secara langsung (tatap muka) antara keduanya dalam proses dakwah yg dikenal dengan Komunikasi Islam. Adapun penyiaran Islam lebih dipahami sebagai proses penyampaian pesan dakwah menggunakan media massa di mana da’i bertindak sebagai presenter dan sifat pesan dakwah disampaikan secara simultas kepada khalayak. Oleh sebab itu, secara historis bahwa kegiatan dakwah dalam bentuk tabligh wa ta’lim dalam dinamika dakwah pada era informasi dikembangkan dalam program studi KPI. Dalam pendekatan keilmuan multidisipliner, dakwah di bidang KPI lebih menggunakan pendekatan utamanya adalah ilmu komunikasi. Berbeda dengan dakwah di bidang BPI/BKI lebih menggunakan pendekatan psikologi. Begitu pula dakwah di bidang PMI lebih menggunakan pendekatan sosiologi, dan dakwah di bidang MD lebih didekati dengan ilmu manajemen. Kemeepat bidang ilmu dakwah tersebut membetuk suatu struktur keilmuan dakwah, yang kemudian dalam proses dakwah merupakan sistem dakwah, di mana bidang yang satu saling bergubungan dengan bidang ilmu yang lainnya dalam mencapai tujuan dakwah.7 Untuk melihat posisi kelimuan dakwah KPI, dapat dikemukakan secara sekilas bahwa struktur ilmu dakwah yang menunjukkan pembidangannya, kemudian dikembangkan secara mandiri dan spesifik pada masing-masing program studi dalam rumpun akar keilmuan dakwah, yakni: Prodi KPI, Prodi BKI, Prodi PMI, dan Prodi MD. Secara khusus, makalah ini akan membahas Prodi KPI terutama dari segi kurikulum yang memerlukan 6
Onong Uchyana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosyda Karya, 1998), h. 27 7 Lihat Abdul Syukur, “Konsorsium Keilmuan Dakwah”, Makalah, (Bandar Lampung: PPs. IAIN Raden Intan, 2013), h. 7
VOL. 9 No.2 Juli 2014
230
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas pembedahan guna menyempurnakan desain kurikulum KPI sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan masyarakat dan pembangunan di bidang teknologi informasi dan bidang dakwah. Dari paparan tersebut jelaslah, bahwa dinamika ilmu dakwah KPI dibangun secara teoritis adalah dimulai dari ilmu tabligh (publisistik), kemudian menjadi ilmu ta’lim (jurnalistik), dan seterusnya dikenal dengan pendekatan ilmu komunikasi ialah dakwah dalam bentuk Komunikasi dan Penyiaran Islam (disingkat KPI). Dakwah KPI memiliki spesifikasi keahlian utamanya ialah: tabligh wa ta’lim untuk mencetak muballigh/mu’allim; penguasaan media cetak (da’wah bi al-kitabah) untuk mencetak ahli di bidang media massa (jurnalis muslim); dan penguasaan brodgesting dakwah untuk mencetak presenter muslim dalam penyiaran pesan Islam. 2. Formulasi Dakwah KPI Uraian mengenai Historisasi Dakwah KPI sebenarnya berpijak dari pengalaman dakwah Rasul Muhammad dan generasi penerusnya (ulama/da’i) hingga masa kini dan masa seterusnya. Perkembangan dakwah masa kini pada era informasi, bahwa akses pesan informasi keagamaan (pesan dakwah) mesti da’i dituntut menguasan dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk membantu proses dakwah KPI. Oleh sebab itu, pengalaman dakwah para da’i kemudian menghasilkan pengetahuan dakwah yang selanjutnya diformulasikan dalam struktur keilmuan dakwah menghasilkan disiplin ilmu dakwah yang dikembangkan dalam Prodi KPI. Memposisikan spesifikasi Ilmu Dakwah KPI dimaksudkan untuk mencirikan keahlian bidang ilmu dakwah dalam profesi muballigh, jurnalis muslim dan presenter muslim yang memiliki keaahlian atau kompetensi di bidang KPI. Prodi KPI lebih dekat dan didekati kajiannya dengan pendekatan Ilmu Komunikasi. Berarti, dakwah dalam perspektif KPI, menurut Abu al-Fattah al-Bayanuni dalam kitab berjudul Al-Madkhal ila ‘Ilmi al-da‘wah, dakwah diartikan:
....الدعوة هي تبليغ اإلسالم للناس جويعا و تعليوه إياهن “Dakwah adalah proses penyampaian pesan Islam kepada manusia pada umumnya dan pengajaran (pembinaan) Islam khususnya kepada umat Islam.”8 Dakwah dalam artian Tabligh ialah mempublikasikan atau mensosialisasikan pesan Islam (materi dakwah) yang bersifat umum kepada khalayak ramai (publik), baik sasaran dakwah (mad’u/publik) yang beragama Islam ataupun non muslim. Sementara, Dakwah dalam artian Taklim ialah 8
Abu al-Fattah al-Bayanuni, Al-Madkhal ila ‘Ilm al-Da’wah, (Riyadh: Dar alHikmah, 1987), h. 17
VOL. 9 No.2 Juli 2014
231
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas penyampaian pesan dakwah khusus ditujukan kepada umat Islam secara personal, kelompok, dan massa dalam upaya membina pengetahuan Islam, sikap dan perilaku Islami bagi umat Islam yang muttaqun, muslihun, muthi’un, muflihun, faizun, dan kelak sebagai ahl al-jannah. Proses dakwah tersebut ditujukan pada pemberdayaan dan pengembangan masyarakat Islam menjadi masyarakat yang bahagia (almuflihun) dan masyarakt yang ideal (khairu ummah) yakni terpenuhinya secara ideal kebutuhan fisik dan psikis, lahir dan batin, dunia dan akherat, indvidual dan sosial. Dengan demikian, sasaran dakwah KPI adalah masyarakat (khalayak/publik) untuk diberdayakan dan dikembangkan potensi dalam dan luar dirinya agar mereka menjadi umat yang terbaik, yakni umat Islam sebagai umat pilihan dan pujian Allah di muka bumi. Di dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 104 dan 110 dijelaskan:
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran/3:104). Berdasarkan definisi dakwah yang dikemukakan oleh Al-Bayanuni di atas, bila dianalisis dari dakwah dalam persektif KPI memiliki ruang lingkup kajian yaitu:
(1) Pemberdayaan kualitas da’i dan kualitas mad’u, yakni kualitas hidup umat Islam; (2) Da’i (muballigh, mu’allim, presenter muslim) yang professional dan ahli retorika Islami (khitabah), penyiaran Islam (presenter muslim), dan jurnalis muslim. (3) Da’i menguasai berbagai bentuk, pola/model, teknik dan strategi komunikasi yang ditujukan pada penyampaian pesan dakwah (komunikasi dakwah atau komunikasi Islam). (4) Da’i mampu menguasai media komunikasi dakwah (mass media dakwah), baik media cetak ataupun media elektronik dalam berdakwah kepada mad’u.
3. Aplikasi Dakwah KPI Aplikasi dakwah KPI dipahami sebagai uji-coba atau penerapan keilmuan dakwah KPI dalam Pendekatan multidisipliner untuk mewujudkan tujuan dakwah yaitu terwujudnya muslim yang baik (taat), beramal saleh, dan VOL. 9 No.2 Juli 2014
232
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas berakhlak mulia dalam kesalehan individu dan kesalehan sosial agar mereka memperoleh kebahagiaan dan keselamatan hidup di dunia dan akherat. Kebaikan sebagai hasil dakwah yang merupakan tuntutan umat Islam sebagai umat terbaik (khairu ummah) dijelaskan dalam Q.S. Ali Imran ayat 110 sebagaimana disebutkan di atas. Memahami ayat di atas, Q.S. Ali Imran ayat 110 yang ma sih berhubungan dengan ayat 110 Surat Ali Imran yang akan dijelaskan di belakang, bahwa dakwah dipahami sebagai proses menegakkan yang baik dan mencegah dari yang jahat atas dasar iman, merupakan kajian esensial dalam bidang Ilmu Dakwah yang dikembangkan pada Prodi KPI. Terutama kata alma‘ruf, dan lawan kata dari al-munkar, merupakan konsep kunci ilmu KPI dari berbagai pendekatan keilmuannya, sehingga “ilmu KPI” termasuk kajian interkoneksitas sebagai kajian multidisipliner. Hal ini dapat dipahami dalam uraian berikut ini: Kata “ma'ruf dipahami “segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah”, yaitu: a. Kata ma’ruf, dalam perspektif dakwah menunjukkan perintah Allah yang secara efektif diwujudkan dengan berdakwah yang diarahkan pada kebaikan dan pahala perubahan sosial melalui interaksi sosial. Al-ma’ruf dalam tinjauan ilmu kalam, dipahami sebagai kebaikan sebagai implementasi dan karakeristik keimanan seseorang, sebagai mukmin yang tak fasiq.9
b. Dalam perspektif hukum Islam (fiqih), al-ma’ruf adalah taklif almukallif sebagai wajib syar‘i dan wajib ‘aqli untuk beribadah, beramal saleh, dan berbuat baik, yang mencirikan kualitas seseorang/masyarakat yang beriman (umat Islam). Dalam tinjauan akhlak, al-ma‘ruf10 merupakan sumber pendorong manusia berbuat baik atas dasar iman sebagai daya kekuatan spiritual sekaligus membina emosional manusia dari memperbudak hawa nafsunya, sehingga manajemen pribadi merupakan keniscayaan untuk meningkatkan kualitas manajemen SDM. Bahkan dalam perspektif manajemen SDM dan tasawuf, al-ma‘ruf adalah mendorong manusia berbuat baik (almashlahat) menjadi penghias kepribadian manusia yang berkualitas yakni akhlak mulia. Dalam konteks ilmu akhlak,
9
Harun Nasutin, Teologi Islam, (Jakarta: UI-Press. 1987), h. 26 ‘Abd al-Jabbar, Syarh al-Ushul al-Khamsah, (Beirut: Dar al-Kutub, 1955), h.
10
117
VOL. 9 No.2 Juli 2014
233
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas
bahwa al-ma‘ruf merupakan “nilai normatfi sosial”11 yang mencerminkan tingkat peradaban manusia, sebab di antara indikator maju ataupun mundurnya suatu peradaban bangsa, terletak pada dewasa ataukah tidak dewasanya manusia dalam berpikir, bersikap, berperilaku yang dapat menumbuhkan kreativitas untuk menciptakan rasa dan karsa yang didasarkan nilai Islam dan nilai budayanya (nilai kearifan lokal) sehingga melahirkan peradaban Islam. Dakwah dalam pendekatan peradaban Islam, adalah al-ma‘ruf merupakan “nilai normatif sosial” dalam KPI yang mengerakkan pikiran, hati, dan potensi diri untuk menciptakan rasa dan karya dari dorongan iman dan amal saleh, sebagaimana punjak kejayaan peradaban islam/umat Islam pernah terjadi selama lima abad yang silam (masa Daulah ‘Abbasiya:750-1258 M).12 c. Al-ma‘ruf, dalam perspektif Sosiologis, merupakan sumber inspirasi serta sumber perubahan sosial yang mampu menggerakan manusia dalam berbuat (berdakwah) untuk mewujudkan stabilitas sosial, dan konsekuensi perubahan sosial adalah terwujudnya pembangunan di segala bidang yang modal utamanya adalah kebaikan (al-maslahat al-ummah).13 Sebab, Interaksi sosial yang bersumber dari ajaran Islam dan disinergiskan dengan nilai keariafan lokal (al-‘urf) merupakan materi dakwah yang bersifat tekstual dan konstekstual untuk mewujudkan “Islam normatif” yakni “al-khair” menjadi “Islam yang kontekstual”, yakni Islam yang dinamis dalam realitas kehidupan” yang disebut “kebikan realistis bersifat kommunal” yakni “al-ma‘ruf.” Di inilah, dibutuhkan manusia kreatif (human agency) dalam istilah Sosiologi Komunikasi Budaya pendekatan fenomenologis (Komunikasi Lintas Budaya), bahwa human agency dipahami sebagai komunitas ulam, da’i, agen pembaharu, mujaddid, mujtahid, dan mufassir yang terus peduli membaca, menterjemahkan, melembagakan pesan Islam (materi dakwah) secara dinamis, kertaif, inovatif, solutif, dan arif dalam konteks kehidupan nyata berbasisi nilai-nilai Islam dan kerifan lokal (local wisdom: al-‘urf dalam artian luas yaitu al-bi’ah, al-zharf, al-makan). 11
186
Sorjono Soekanto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Rajawali Press, 1982), h.
12
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, (Jakarta: UI-Press, 1984), h. 88 13 Wahbah al-Juhaili, Ushul al-Fiqh, (Kairo: Dar al-Ma’arif, 1988), h. 146
VOL. 9 No.2 Juli 2014
234
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas Dengan demikian, amar ma‘ruf sebagai proses dakwah dalam pendekatan sosiologis pada ilmu dakwah di bidang KPI, adalah membutuhkan kualitas SDM da’i sebagai pemimpin agama (dakwah) sekaligus pemimpin umat dalam aktivitas dakwah yang diarahkan pada perubahan sosial. Perubahan sosial bagi mad’u yakni pemberdayaan dan pengembangan masyarakat Islam membutuhkan pengaktualisasian segala potensi yang dimiliki umat Islam dalam individu-individunya yakni: fitrah manusia (SDM), fitrah iman berwujud menjadi amal saleh yang mencirikan manusia memiliki kualitas keimanan dan kebikan yang terimplementasikan dalam aktivitas, kreativitas, produktivitas, dan inovasi. Dalam konteks ini, amar ma‘ruf merupakan konsep Qur’ani yang mendorong umat Islam melakukan interaksi sosial atas dasar sumber Wahyu Allah (agama), sumber SDM (hissiyah, akal dan intuisi yakni ilmu pengetahuan), dan SDA (potensi alam, lingkungan, adat dan budaya) yang diimplemetasikan dalam kehidupan nyata agar mereka bahagia yakni manusia dapat berdaya dan berkembang potensi dirinya menjadi manusia yang kreatif (amal saleh) yang didorong dari pancaraan iman dalam dirinya ke luar dirinya (lingkungan alam/sosial). Sebaliknya, kata al-Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya; karena kemunkaran merupakan lawan kema’rufan. Alma‘ruf berarti kebaikan sebagai hasil dari proses interaksi sosial, yakni amar ma‘ruf merupakan perintah yang wajib hukmi dan wajib ‘aqli bagi manusia yang beriman kepada Allah, dan manusia beragama umumnya. Karena lawan dar al-ma‘ruf adalah al-munkar berarti al-munkar juga menunjukkan perintah yang wajib hukmi dan wajib ‘aqli untuk mencegah dari segala bentuk kejahatan. Kejahatan dimaknai secara luas, menurut Al-Qadhi ‘Abd al-Jabbar, adalah segala kebodohan, keburukan, keterbelakangan, dan kejahatan yang tidak baik menurut pandangan agama, akal, budaya, dan tabiat manusia pada umunya. Dengan demikian, kebaikan merupakan nilai universal kebaikan, dan kemungkaran yang dapat dicegah akan melahirkan kebaikan dan hilangnya kejahatan, karena kebaikan sangat dibutuhkan bagi umat manusia yang normal, baik, berakal, dan bukan oleh manusia yang bodoh (jahil), manusia yang musyrik (juhala), manusia yang mati rasa dan akalnya (kafir), manusia yang hipokrit (munafiq), manusia berganda prinsip yang tak jelas (muzdabzdabin), manusia yang tak mengenali prinsip kebenaran yang hakiki (musyrik).14 Mempertimbangkan karakteristik manusia tersebut di atas, dakwah sebagai proses Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), diartikan sebagai 14
‘Abd al- Jabbar, Al-Tauhid wa al-‘Adl, (Kairo: Dal al-Ma’arif, 1988), h. 143
VOL. 9 No.2 Juli 2014
235
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas proses penyampaian pesan Islam yang diarahkan pada perubahan sosial yang bersumber dari nilai ajaran Islam dan nilai budaya masyarakat yang Islami dengan tujuan untuk menghasilkan pencerahan pikiran (pemberdayaan intelektual), pencerahan hati (pemberdayaan spiritual), dan pencerahan hidup dalam menggapai berbagai nilai kehidupan (pemberdayaan kulutral) yang meliputi:
(1) nilai teori, maka dakwah KPI diarahkan pada pemberdayaan pendidikan; (2) nilai milik, maka dakwah KPI diarahkan pada pemberdayaan ekonomi; (3) nilai kuasa, maka dakwah KPI diarahkan pada pemberdayaan politik; (4) nilai keadilan, maka dakwah KPI diarahkan pada pemberdayaan hukum; (5) nilai etika, maka dakwah KPI diarahkan pada pemberdayaan akhlak; (6) nilai estetika, maka dakwah KPI diarahkan pada pemberdayaan seni dan budaya; (7) nilai guna kemudahan, maka dakwah KPI diarahkan pada pemberdayaan teknologi; (8) nilai relijius, maka dakwah KPI diarahkan pada pemberdayaan agama;15
Nilai-nilai peradaban di atas, disebut sebagai nilai-nilai univeral peradaban dunia yang memiliki persamaan, bahkan bersumber dari nilai-nilai Islam yang universal ditinjau dari perspektif agama Islam (materi dakwah). Manusia yang berbahagia, dalam Q.S. 3:104 diungkap dengan kata almuflihun ( )الوفلحوىmenunjukkan komunitas muslim yang dapat melaksanakan dakwah untuk memberdayakan dan mengembangkan masyarakat Islam atas dasar iman sebagai sumber perubahan bagi mereka melakukan interaksi sosial (amar ma‘ruf) dan dinamika sosial (nahy munkar) sebagai fakta-fakta sosial dalam kehidupan bermasyarakat, yang secara ideal harus bersumber dari nilai ajaran Islam dan nilai budaya masyarakat Islam. Dalam analisis Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 110, kata al-muflihun mengarah pada khairu ummah yakni umat pilihan dan pujian Allah, umat yang terbaik dalam artian umat yang ideal, di antara umat-umat agama lain, yakni umat Islam. Umat Islam yang ideal memiliki tiga karakteristik, yaitu mereka beriman kepada Allah, berbuat kebaikan (sebagai wujud iman), dan 15
Soerjono Soekanto, Op. Cit., h. 228
VOL. 9 No.2 Juli 2014
236
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas mencegah dari perbuatan keji atau jahat (mungkar) sehingga tetap terjaga kebaikan yang didasarkan iman kepada Allah Swt. dan mereka terus berusaha mewujudkan pujian Allah tersebut. Apabila dianalisis, ayat 104 dan 110 masih memiliki hubngan antar ayat, dalam ilmu Al-Qur’an dinamakan munasabah al-ayat bi al-ayat berarti hungan ayat dengan ayat lainnya, yaitu kata waltakun minkum ()ولتكي هنكن dapat dipahami adalah “proses membentuk komunitas da’i profesional yang secara khusus menangani kegiatan dakwah atau aktivitas agama Islam” guna menegakkan amar ma‘ruf nahy munkar sebagai bagian dari proses dakwah yang membawa perubahan sosial dengan terwujudnya masyarakat yang bahagia (muflihun). Masyarakat yang berdaya dan berkembang menjadi mandiri, maju, dinamis, adalah masyarakat yang ideal (khairu ummah). Keberadaan khairu ummah harus dipertahakan menjalin kemitraan hubungan antara pelaku dakwah (da‘i/ human agency) dengan sasaran dakwah (mad‘u/umat Islam) agar mereka senantias beriman kepada Allah (mukmin), merelaisasikan kebaikan (amar ma‘ruf/interaksi sosial), dan menjaga kebaikan (nahy munkar/dinamika sosial). Untuk mewujudkan iman amar ma‘ruf nahy munkar, dalam pendekatan KPI, secara efektif dilakukan dengan proses komunikasi sebagai syarat terjadinya interaksi dan dinamika sosial dalam proses dakwah KPI. Ilmu dakwah di bidang KPI memiliki objek kajiannya diarahkan pada:
(1) Prodi KPI (S1), adalah pemberdayaan dan pengembangan retorika dakwah (teknik khitabah) dan public speaking of Islam dari potensipotensi yang dimiliki da’i menyangkut kualitas SDM da‘i (SDD) professional di bidang tabligh dan taklim (primary communication of Islam) yakni muballigh/penceramah kondang. (2) Prodi KPI (S1), adalah pemberdayaan dan pengembangan lembaga penyiaran Islam, yang lebih arahkan pada pemberdayan kualitas media dakwah elektronik termasuk IT-Dakwah menjadi keahlian bagi da’i (presenter muslim) dalam mempublikasikan pesan dakwah kepada pemirsa (khalayak/publik) melalui media elektronik (radio, televise, dan IT-Dakwah), yang disebut secondary communication of Islam. (3) Prodi KPI (S1), adalah pemberdayaan dan pengembangan lembaga penyiaran Islam, yang lebih arahkan pada pemberdayan kualitas media dakwah cetak menjadi keahlian bagi da’i (jurnalis muslim) dalam mengkomunikasikan pesan dakwah kepada pembaca (khalayak/publik) melalui media cetak (surat kabar,
VOL. 9 No.2 Juli 2014
237
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas
majalah, jurnal, bulletin, brosur, liflet, IT-Dakwah, sejenisnya), yang disebut secondary communication of Islam.16
dan
4. Implementasi Dakwah KPI dalam Program Studi KPI Dalam struktur ilmu dakwah, KPI termasuk bagian dari disiplin ilmu dakwah yang disebut dengan istilah ilmu Dakwah KPI. Dalam perspektif ilmu dakwah, KPI memiliki akar rumpun keilmuan yang berasal dari ‘ilmu tabligh atau ilmu khitabah (istilah lain adalah public speaking) dan ‘ilmu ta’lim (ceramah dalam majlis taklim) disebut juga preaching of Islam. Dalam perkembangannya, ilmu dakwah KPI berintegrasi dengan kemajuan sains modern seperti ilmu publisistik, ilmu jurnalistik, dan ilmu komunikasi sehingga KPI lebih mencerminkan pada pendekatan ilmu komunikasi terutama pada penguasaan media massa dakwah. Pengembangan ilmu dakwah KPI menuntut integrasi keilmuan, baik ilmu Islam seperti ilmu dakwah yaitu tabligh wa ta’lim (khitabah), juga ilmu komunikasi. Pengembangan ilmu dakwah KPI dikembangkan secara institusional melalui Fakultas Dakwah secara spesifik pada Program Studi (Prodi) KPI. Hal demikian, secara realitas-implementatif dapat dicontohkan pada beberapa perguruan tinggi Islam, antara lain sebagai berikut:
a. Profil Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam pada UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) menawarkan studi ilmu komunikasi yang terintegrasi dengan penyiaran dan dakwah Islam. Sebagai wadah untuk studi ilmu komunikasi, kurikulum di Jurusan KPI memasukkan semua mata kuliah wajib yang disepakati dalam forum ASPIKOM (Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi), seperti Ilmu Komunikasi, Teori Komunikasi, Filsafat dan Etika Komunikasi, Komunikasi Politik, Kumunikasi Antar Budaya, Desain Komunikasi Visual, dan sebagainya, sehingga kompetensi lulusan Jurusan KPI dapat disejajarkan dengan lulusan Jurusan/Program Studi Ilmu Komunikasi pada umumnya. Namun, ada nilai lebih yang dimiliki oleh lulusan Jurusan KPI dibandingkan dengan jurusan ilmu komunikasi di tempat lain. Nilai lebih tersebut adalah penguasaan ilmu dan pendekatan keagamaan yang juga diajarkan di Jurusan KPI. Mahasiswa diberi bekal perspektif keagamaan yang akan sangat bermanfaat, baik untuk kehidupan pribadinya kelak maupun untuk studi dan karirnya ke depan sehingga lebih mampu
16
Abdul Syukur, Op. Cit., h. 10
VOL. 9 No.2 Juli 2014
238
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas
memahami objek studinya di Indonesia, yang berpenduduk mayoritas Islam.17 Dengan demikian, studi di Jurusan KPI diorientasikan kepada dua konsentrasi, yaitu Konsentrasi Jurnalistik dan Konsentrasi Broadcasting. Konsentrasi Jurnalistik diarahkan untuk mencetak alumninya menjadi seorang wartawan handal, praktisi media, atau pun analis media massa. Untuk itu, selain mata kuliah dasar-dasar ilmu komunikasi, juga ditawarkan mata kuliah pendukungnya, antara lain adalah: Jurnalistik Cetak, Jurnalistik On-line, Jurnalistik Investigatif, Hukum dan Etika Jurnalistik, Fotografi Jurnalistik, Reportase, Analisis Media, Penulisan Artikel, Penulisan Fiksi, Penulisan Feature, Manajemen Media Massa, Manajemen Redaksi, dan lain-lain. Sementara Jurusan Broadcasting lebih diarahkan untuk mencetak sarjana yang handal dalam bidang penyiaran, baik radio maupun televisi. Mata kuliah pokok untuk itu antara lain: Hukum dan Etika Penyiaran, Jurnalistik Penyiaran, Reportase radio/TV, Newscasting, Editing Siaran Radio/TV, Sinematografi, Analisis Siaran Radio/TV, Produksi Acara radio/TV, Manajemen Siaran, dan sebagainya.18 Sebagai pendukung studi, selain fasilitas yang disediakan oleh universitas seperti Perpustakaan On-line yang memadai, jaringan internet dengan wifi yang handal, juga telah disediakan sebuah laboratorium "PPTD (Pusat Pengembangan Teknologi Dakwah)", yang menaungi Studi TV (Sunan Kalijaga TV), Studio Radio (Radio Siaran Dakwah), dan Lab Komputer dan Grafika. Hasil kerja keras seluruh civitas akademika Jurusan KPI, hingga saat ini alumni Jurusan KPI telah diterima di berbagai sektor, baik sebagai PNS (baik di Kementerian Agama maupun di Pemerintah Daerah), juga telah tersebar mengabdikan diri di berbagai media massa, seperti TVRI, RRI, Indosiar, Trans7, MetroTV, berbagai Production House, Solo Pos, Radar, dan lain-lain.19
17
http://dakwah.uin-suka.ac.id/page/fakultas/5-visi-misi.html, 8 November 2013, pukul 2:44 18 http://dakwah.uin-suka.ac.id/page/fakultas/5-visi-misi.html, 8 November 2013, pukul 2:44 19 http://dakwah.uin-suka.ac.id/page/fakultas/5-visi-misi.html, 8 November 2013, pukul 2:44
VOL. 9 No.2 Juli 2014
239
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas
b. Profil Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) STAIN Jurai Siwo Metro Program Studi KPI ini memiliki tujuan menjadikan Prodi KPI sebagai Pusat pengembangan komunikasi dan penyiaran Islam baik di tingkat regional, nasional maupun internasional yang unggul, kompetitif, profesional, inovatif, mandiri, dan Islami.20 Adapun misi dan misi Prodi KPI ialah:21 Visi Menjadikan Prodi KPI sebagai Pusat pengembangan komunikasi dan penyiaran Islam baik di tingkat regional, nasional maupun internasional yang unggul, kompetitif, profesional, inovatif, mandiri, dan Islami. Misi
1. Menyelenggarakan pendidikan tinggi yang mampu melahirkan sarjanaberkualitas yang senantiasa bertaqwa, cerdas, mandiri, inovatif dan professional 2. Melakukan penelitian di bidang komunikasi dan penyiaran islam dalam konteks keindonesiaan 3. Melaksanakan komunikasi dan penyiaran islam melalui proses pembelajaran yang berkualitas. 4. Menjalin kerja sama dalam bidang komunikasi dan penyiaran islam, pengabdian dan penelitian antar lembaga secara aktif. 5. Menjunjung tinggi etika dan adat istiadat dalam melakukan komunikasi dan penyiaran islam pada masyarakat. 6. Menanamkan rasa persatuan dan kesatuan dalam melakukan komunikasi dan penyiaran islam. 7. Mengembangkan pemikiran, teknologi dan pusat sumber belajar Komunikasi dan Penyiaran Islam
Sasaran Program Studi KPI Mampu menghasilkan Sarjana Komunikasi Islam yang kedalaman spiritual, keluhuran akhlak serta keluasan dan keilmuan di bidang Komunikasi dan Penyiaran Islam tercermin profil juru dakwah yang benar-benar islami,
memiliki integritas sehingga mandiri,
20
http://id.wikipedia.org/wiki/STAIN_Jurai_Siwo_Metro#Program_Studi_K omunikasi_Penyiaran_Islam_.28KPI.29, 8 November 2013, pukul 21:45 21 http://www.stainmetro.ac.id/index.php/page/data/komunikasi-penyiaranislamindex.php, 8 November 2013, pukul 22:03
VOL. 9 No.2 Juli 2014
240
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas
inovatif, profesional, dan memiliki wawasan keilmuan berbasis IPTEK.22 Tujuan Program Studi KPI
1. Menghasilkan sarjana Komunikasi dan Penyiaran Islam yang profesional dan akuntabel melalui proses pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat yang lebih berkualitas. 2. Menghasilkan produk pemikiran, teknologi dan sumber belajar Komunikasi dan Penyiaran Islam 3. Menghasilkan pemikiran, model dan layanan jasa Komunikasi dan Penyiaran Islam.23
c. Profil Program Studi KPI UIN Sunan Gunung Jati KaliBandung
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam bertujuan mendidik calon mubaligh profesional (cendikiawan muslim yang mubaligh) berstrata satu (S1) supaya memiliki aqidah Islam yang kuat, berfikrah islami (berwawasan Islam), istiqamah dalam bersikap dan bertindak menurut ajaran Islam serta memiliki keterampilan (keahlian) menyampaikan Islam kepada masyarakat, kualifikasi lulusan (alumni) Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) adalah ahli tabligh Islam dengan menggunakan sarana mimbar dan media komunikasi massa baik media cetak maupun audio visual. sedangkan kajian utama dalam Program Studi/Jurusan KPI adalah : (1) Kajian utama khitabah, (2) Kajian utama pers dakwa, dan (3) Kajian utama radio, televisi dan film dakwah.24 Adapun visi dan misinya sebagai berikut:25
22
http://www.stainmetro.ac.id/index.php/page/data/komunikasi-penyiaranislamindex.php, 8 November 2013, pukul 22:03 23
http://www.stainmetro.ac.id/index.php/page/data/fasilitasindex.php, 8 November 2013, pukul 22:14 24 Sumber: http://www.silabus.kpiuinbandung.com/, 8 November 2013, pukul 3:01 http://www.silabus.kpiuinbandung.com/, 8 November 2013, pukul 3:3 25 Sumber: http://www.silabus.kpiuinbandung.com/, 8 November 2013, pukul 3:01 http://www.silabus.kpiuinbandung.com/, 8 November 2013, pukul 3:3
VOL. 9 No.2 Juli 2014
241
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas
Visi dan Misi Jurusan KPI Visi
Menjadi program studi profesional, unggul, dan kompetitif dalam bidang Komunikasi dan Penyiaran Islam pada tingkat nasional tahun 2020
Misi
Berkenaan dengan visi diatas, misi utama Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam adalah: Menyelenggarakan pendidikan bidang Komunikasi dan Penyiaran Islam Melakukan penelitian bidang Komunikasi dan Penyiaran Islam Melakukan pengabdian pada masyarakat melalui penerapan hasil-hasil penelitian dan pengkajian tentang dakwah dan komunikasi serta penyiaran Islam Menyiapkan tenaga sarjana profesional, unggul dan berkompetitif dalam bidag Komunikasi dan Penyiaran Islam Dapatlah dipahami, bahwa Jurusan KPI memusatkan kajiannya pada tiga bidang, yaitu Khithabah (Tabligh, dan dakwah), Kitabah (tulis menulis), dan Broadcasting (Penyiaran). Namun, selain memusatkan kajiannya pada tiga ranah itu, KPI juga memusatkan kajiannya pada Dakwah bi ahsan al-qaul berupa tabligh pendekatan wahyu (istinbath), interdisipliner (iqtibas), dan kajian sosial (istiqra’). Tiga ranah tersebut berfungsi untuk menampung minat serta bakat dari Mahasiswa KPI yang beragam.26 Dari uraian tersebut dipahami secara umum pengembangan Prodi KPI dalam ilmu dakwah KPI menggunakan ilmu komunikasi pada penguasaan media massa.
C. PENUTUP
1. Kesimpulan Dari keseluruhan uraian ditutup dengan mengemukakan kesimpulan yaitu: Pertama, aktivitas dakwah yang terjadi pada Rasul Muhammad Saw. hingga masa sesudahnya, pada era kontemporer adalah dakwah mengalami dinamika yakni perubahan yang disesuaikan dengan perubahan zaman, kemajuan pola piki manusia, perkembangan pola hidup manusia, dan kemajuan peradaban (ilmu pengetahuan dan teknologi). Ilmu dakwah KPI juga mengalami perkembangan, baik dalam pendekatan keilmuan dan kelembagaan maupun pendekatan 26
Sumber: http://www.silabus.kpiuinbandung.com/, 8 November 2013, pukul 3:01 http://www.silabus.kpiuinbandung.com/, 8 November 2013, pukul 3:3
VOL. 9 No.2 Juli 2014
242
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas substansial dan kultural seperti ilmi dakwah KPI yang memiliki akar historis, formulasi dan aplikasinya lebih diorientasikan pada penguasaan media komunikasi (media massa), di samping oral media seperti tabligh dan taklim serta teknikal media seperti radio, televisi, media cetak, dan IT-dakwah. Kedua, dinamika dakwah KPI dapat diintegrasikan dengan ilmu Islam seperti ‘ilmu tabligh wa ta’lim (khitabah) dengan ilmu publisistik, ilmu jurnalistik, dan ilmu komunikasi dalam pengembangan ilmu dakwah KPI dengan tujuan untuk mencetak lulusan yang memiliki keahlian dakwah di bidang tabligh wa ta’lim (muballigh/mu’allim/penceramah), bidang jurnalistik Islam (jurnalis muslim) dan bidang penyiaran atau broadgesting (presenter muslim). 2. Saran Adapun saran-saran yang dapat dikemukakan adalah: Pertama, aktivitas dakwah yang mengalami perkembangan disebabkan kemajuan pemikiran manusia dan peradabannya, agar dakwah KPI dikembangkan kerangka teoritik dan metodologinya untuk merespon kemajuan manusia (mad’u) dan perkembangan teknologi informasi (media dakwah). Kedua, dinamika dakwah KPI supaya dikembangkan secara keilmuan dengan melakukan integrasi ilmu Islam seperti ilmu tabligh dan sain modern seperti ilmu komunikasi untuk mendukung penguasaan media dakwah bagi da’i.
VOL. 9 No.2 Juli 2014
243
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas
DAFTAR PUSTAKA
Arnold, Thomas W., The Preaching of Islam, Jakarta: Wijaya, 1992 Bayanuni, Abu al-Fattah al-, Al-Madkhal ila ‘Ilm al-Da’wah, (Riyâd: Dar al-Hikmah, 1987 Effendy, Onong Uchyana, Dinamika Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosyda Karya, 1998 http://dakwah.uin-suka.ac.id/page/fakultas/5-visi-misi.html, 8 November 2013, pukul 2:44 http://id.wikipedia.org/wiki/STAIN_Jurai_Siwo_Metro#Program_Studi_Ko munikasiPenyiaran_Islam_.28KPI.29, 8 November 2013, pukul 21:45
http://www.silabus.kpiuinbandung.com/, 8 November 2013, pukul 3:01 http://www.silabus.kpiuinbandung.com/, 8 November 2013, pukul 3:3 http://www.stainmetro.ac.id/index.php/page/data/fasilitasindex.php, 8 November 2013, pukul 22:14 http://www.stainmetro.ac.id/index.php/page/data/komunikasi-penyiaranislamindex.php, 8 November 2013, pukul 22:03
Ilâhî, Fadl, Fadl al-Da‘wah ilâ Allâh Ta‘ alâ, Riyâd: Mu`ssasat al-Jârisî, 1999 Jabbar, ‘Abd al-, Al-Tauhid wa al-‘Adl, Kairo: Dal al-Ma’arif, 1988 -------, Syarh al-Ushul al-Khamsah, Beirut: Dar al-Kutub, 1955 Juhaili, Wahbah al-, Ushul al-Fiqh, Kairo: Dar al-Ma’arif, 1988 Mahfûz, ‘Ali, Hidâyat al-Mursyidîn ilâ Turq al-Wa‘z wa al-Khitâbah, ttp.: Dâr al-I‘tisâm, 1979 Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI-Press, 1984 -------, Teologi Islam, Jakarta: UI-Press. 1987 Soekanto, Sorjono, Pengantar Sosiologi, Jakarta: Rajawali Press, 1982 Syukur, Abdul, “Konsorsium Keilmuan Dakwah”, Makalah, Bandar Lampung: PPs. IAIN Raden Intan, 2013 Ya’qub, Hamzah, Publisitik Islam dan Leadership, Jakarta: Bulan Bintang, 1993
VOL. 9 No.2 Juli 2014
244