MEMBANDINGKAN EKSTRAK KULIT BENGKUANG DAN EKSTRAK BENGKUANG TANPA KULIT SEBAGAI TABIR SURYA (Pachyrhizus erosus)
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH KRISNA ADI CANDRA NIM 10.034
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN PUTRA INDONESIA MALANG SEPTEMBER 2013
MEMBANDINGKAN EKSTRAK KULIT BENGKUANG DAN EKSTRAK BENGKUANG TANPA KULIT SEBAGAI TABIR SURYA (Pachyrhizus erosus)
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Kepada Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program D III bidang Analis Farmasi dan Makanan
OLEH KRISNA ADI CANDRA NIM 10.034
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN YAYASAN PUTRA INDONESIA MALANG SEPTEMBER 2013
Karya Tulis Ilmiah Oleh Krisna Adi Candra Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan
Pembimbing,
Dra.Wigang Solandjari
ABSTRAK
Candra, Krisna Adi. 2013. Perbandingan ekstrak bengkuang tanpa kulit dan ekstrak kulit bengkuang (Pachyrhizus erosus) Akademi Analis farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang, Dosen pembimbing : Dra. Wigang Soladjari Kata Kunci : spektrofotometri UV, ekstrak kulit bengkuang dan ekstrak bengkuang tanpa kulit, tabir surya, Banyak daerah- daerah yang menanam bengkuang yang banyak dikonsumsi ataupun digunakan sebagai sumber perawatan tubuh. Pemanfaatan bengkuang selama ini yang digunakan buahnya saja, sedangkan kulit buahnya hanya akan menjadi limbah yangdapat mencemarkan lingkungan. Kulit bengkuang mengandung vitamin- vitamin yang dapat dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan kulit. Penelitian ini dilakukan untuk membuat suatu inovasi produk baru, dimana digunakan pemanfaatan vitamin B dan C yang terkandung dalam kulit bengkuang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas ekstrak kulit bengkuang dengan ekstrak bengkuang tanpa kulit. Penelitian Terhadap kulit bengkuang dilakukan dengan metode diblender karena kandungan didalamnya mudah rusak terhadap pemanasan dan tidak dapat bertahan lama. Uji ekstrak bengkuang tanpa kulit dan ekstrak kulit bengkuang dengan uji spektrofotometri UV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kulit bengkuang dan ekstak bengkuang tanpa kulit mempunyai efektifitas yang sama dan tidak mempunyai perbandingan yang signifikan sebagai tabir surya. Berdasarkan Penelitian diharapkan penelitian selanjutnya dapat membuat suatu inovasi produk yang mempunyai nilai SPF.
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan taufik serta hidayah-Nya sehingga dalam penulisan karya ilmiah ini penulis tidak mengalami hambatan yang berarti sampai terselesaikannya karya ilmiah yang diberi judul “Perbandingan Ekstrak Bengkuang Tanpa Kulit dan Ekstrak Kulit Bengkuang sebagai Tabir Surya (Pachyrhizus erosus)”.
Dalam kesempatan ini pula, dalam penulisan karya ilmiah ini penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak, oleh karenanya penulis juga ingin mengungkapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Kedua orang tua saya yang selalu memberikan dukungan kepada saya baik itu dukungan berupa moril dan juga dukungan materil. 2. Bapak Hendik Krisna Dani, S.Si selaku Direktur AKAFARMA PI-M 3. Dra.Wigang Solandjari selaku Dosen Pembimbing KTI yang telah memberikan arahan, dan masukan baik dalam pembuatan karya ilmiah. 4. Ayu Ristamaya, Amd, ST selaku dosen penguji 5. Dra. Wahyu yuliandari Mpd selaku dosen penguji 6. Teman-teman seperjuangan yang juga selalu memberikan motivasi. 7. Pihak-pihak terkait lainnya yang juga turut membantu dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini. Penulis menyadari tidak manusia yang sempurna begitu juga dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, apabila nantinya terdapat kekurangan, kesalahan dalam karya tulis ilmiah ini, penulis sangat berharap kepada seluruh pihak agar
ii
dapat memberikan kritik dan juga sarannya. Akhir kata semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Malang, Juli 2013
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ i KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii DAFTAR TABEL ............................................................................................ v DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vi BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 2 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 2 1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................................ 3 1.5 Asumsi Penelitian ................................................................................ 3 1.6 Ruang lingkup dan Keterbatasan Penelitian ........................................ 3 1.7 Definisi Istilah ..................................................................................... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 5 2.1
Tinjauan Tentang Bengkuang .......................................................... 5
2.2
Klasifikasi Bengkuang ..................................................................... 6
2.3
Manfaat Bengkuang ......................................................................... 6
2.4
Kandungan Bengkuang .................................................................... 7
2.5
Sunblok ............................................................................................ 8
2.6
Kerangka Konsep ............................................................................. 9
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 11 3.1 Rancangan Penelitian ........................................................................ 11 3.2 Populasi dan Sampel .......................................................................... 12 3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 12 3.4 Definisi Operasional Variabel ........................................................... 12 3.5 Pengumpulan Data ............................................................................. 13
iv
3.6 Analisa Data ...................................................................................... 15 BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 17 4.1 Persiapan Bahan Baku ...................................................................... 17 4.2 Hasil Ekstraksi ................................................................................... 17 4.3 Hasil Uji Spektrofotometri UV.......................................................... 18 4.4 Hasil Analis Data ............................................................................... 19
BAB V PEMBAHASAN .................................................................................. 20 BAB VI PENUTUP .......................................................................................... 22 6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 22 6.2 Saran .................................................................................................. 22 DAFTAR RUJUKAN ...................................................................................... 23 LAMPIRAN ...................................................................................................... 24
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bengkuang ……………………………………………………… 6 Gambar 4.1 Grafik Hasil Spektrofotometri UV Kulit Bengkuang dan Bengkuang Tanpa Kulit ………………………………………………………………….. 18
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Persiapan Bahan Baku ………………………………………..... 17 Lampiran 2. Hasil Ekstraksi …………………………………………………. 17 Lampiran 3. Hasil Data Spektrofotometri UV Tiap Sampel ………………… 18 Lampiran 4. Hasil Analisa Data ………………………………………………19 Lampiran 5. Tabel t ………………………………………………………….. 28
vii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya akan bahan alam serta manfaatnya yang dapat digunakan untuk kesehatan tubuh. Salah satu bahan alam tersebut adalah bengkuang yang telah lama digunakan sebagai perawatan tubuh. Perawatan kecantikan dilakukan untuk melindungi bagian luar tubuh dan bagian dalam tubuh dari bahaya sinar matahari. Sehingga perawatan tubuh sangat dibutuhkan untuk menjaga kulit dari bahaya sinar matahari pada saat melakukan aktivitas. Aktivitas di luar rumah ternyata bukan hanya dilakukan oleh kaum pria saja. Di era modern saat ini, sebagian besar wanita beraktivitas di luar rumah sehingga semakin banyak pula yang mengeluhkan berbagai masalah yang muncul pada kulit mereka. Masalah kulit yang timbul bisa dipicu oleh berbagai faktor, termasuk diantaranya karena pengaruh radiasi sinar ultra violet (UV) yang berasal dari paparan sinar matahari. Paparan sinar matahari dapat menyebabkan kulit menjadi kering karena hilangnya kelembaban kulit. Selain itu radiasi UV juga memicu munculnya bintik hitam pada kulit jika terpapar secara terus menerus. Tapi bahaya yang paling serius dari sinar UV adalah terjadinya kanker kulit. Untuk mengatasi hal ini tentunya diperlukan perlindungan maksimal terhadap kulit dari paparan sinar matahari. Salah satu bentuk perlindungan kulit yaitu dengan menggunakan tabir surya (sunblock) ketika akan beraktivitas di luar rumah..
1
2
Salah satu penggunaan bahan alam untuk perawatan kecantikan yang sering dikenal adalah bengkuang (sering juga disebut bengkoang). Tanaman bengkuang ini biasa diaplikasikan dalam masker, lulur, sabun wajah, pelembab, dan lotion. Bengkuang terbukti menyegarkan, karena akar umbi dari bengkuang memiliki kandungan air yang tinggi, sekitar 86-90 persen, sehingga memberi efek melembabkan. Disebutkan bahwa bengkuang mengandung vitamin C, flavonoid, dan saponin yang merupakan tabir surya alami untuk mencegah kulit rusak oleh radikal bebas. Juga, zat fenolik dalam bengkuang cukup efektif menghambat proses pembentukan melanin, sehingga pigmentasi akibat hormon, sinar matahari, dan bekas jerawat dapat dicegah dan dikurang. Namun tidak hanya buahnya,bengkoang berkulit juga mempunyai manfaat dan efektif untuk digunakan karena mempunyai kandungan Vitamin B, Vitamin C, Flavonoid untuk melembabkan kulit yang dibutuhkan dalam aktivitas seharihari. Diharapkan dengan bahan kulit bengkuang juga dapat memberikan efektifitas yang baik untuk digunakan sebagai sunblok atau lotion..
1.2 Rumusan masalah 1.2.1 Apakah ekstrak bengkuang dan kulit bengkuang efektif untuk digunakan sebagai tabir surya? 1.2.2 Apakah ada perbedaan ekstrak bengkuang dibandingkan ekstrak kulit bengkuang sebagai tabir surya?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Untuk mengetahui efektifitas pada ekstrak bengkuang berkulit dan ekstrak bengkuang tanpa kulit untuk digunakan sebagai tabir surya.
3
1.3.2 Untuk mengetahui perbedaan ekstrak kulit bengkuang dari pada ekstrak bengkuang tanpa kulit sebagai tabir surya.
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Menciptakan inovasi baru kosmetik dari limbah kulit bengkuang 1.4.2 Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa kulit bengkuang efektif dalam pembuatan lotion sunblok.
1.5 Asumsi Penelitian 1.5.1 Bengkuang mengandung senyawa yang merupakan tabir surya alami. 1.5.2 Pada beberapa jenis buah bagian kulit buah mempunyai zat aktif lebih tinggi dibandingkan bagian buahnya.
1.6 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 1.6.1.Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah mengukur tabir surya dengan mengetahui nilai absorbansi. 1.6.2 Keterbatasan penelitian ini adalah tidak dapat mengetahui nilai SPF dari perbandingan ektrak bengkuang tanpa kulit dan kulit bengkuang.
1.7 Definisi Istilah 1.7.1 Kulit bengkuang adalah bagian tanaman yang membungkus daging buah yang berwarna putih. 1.7.4 Sunblok adalah sediaan yang diperlukan untuk perlindungan maxsimal dari paparan sinar matahari terhadap kulit.
4
1.7.5 Efektifitas adalah pengaruh yang ditimbulkan atau disebabkan oleh adanya suatu kegiatan tertentu untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai dalam setiap tindakan yang dilakukan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Bengkuang 2.1.1 Morfologi bengkuang Bengkuang merupakan liana tahunan yang dapat mencapai panjang 4-5m, sedangkan akarnya dapat mencapai 2m. Batangnya menjalar dan membelit, dengan rambut-rambut halus yang mengarah ke bawah. Daun majemuk menyirip beranak daun 3; bertangkai 8,5-16 cm; anak daun bundar telur melebar, dengan ujung runcing dan bergigi besar, berambut di kedua belah sisinya; anak daun ujung paling besar, bentuk belah ketupat, 7-21 × 6-20 cm. Bunga berkumpul dalam tandan di ujung atau di ketiak daun, sendiri atau berkelompok 2-4 tandan, panjang hingga 60cm, berambut coklat. Tabung kelopak bentuk lonceng, kecoklatan, panjang sekitar 0,5 cm, bertaju hingga 0,5 cm. Mahkota putih ungu kebiru-biruan, gundul, panjang 2 cm. Tangkai sari pipih, dengan ujung sedikit menggulung: kepala putik bentuk bola, di bawah ujung tangkai putik, tangkai putik di bawah kepala putik berjanggut. Buah polong bentuk garis, pipih, panjang 8-13 cm, berambut, berbiji 4-9 butir (Wikimedia commons).
5
6
2.2 Klasifikasi Bengkuang
Gambar 2.1 Bengkuang Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas
: Rosidae
Ordo
: Fabales
Famili
: Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus
: Pachyrhizus
Spesies
: Pachyrhizus erosus (L.) Urban
2.3 Manfaat Bengkuang Tumbuhan ini membentuk umbi akar (cormus) berbentuk bulat atau membulat seperti gasing dengan berat dapat mencapai 5 kg. Kulit umbinya tipis berwarna kuning pucat dan bagian dalamnya berwarna putih dengan cairan segar agak manis. Umbinya mengandung gula dan pati serta fosfor dan kalsium. Umbi ini juga memiliki efek pendingin karena mengandung kadar air 86-90%. Rasa
7
manis berasal dari suatu oligosakarida yang disebut inulin, yang tidak bisa dicerna tubuh manusia. Sifat ini berguna bagi penderita diabetes atau orang yang berdiet rendah kalori. Umbi bengkuang biasa dijual orang untuk dijadikan bahan rujak, asinan, manisan, atau dicampurkan dalam masakan tradisional seperti tekwan. Umbi bengkuang sebaiknya disimpan pada tempat kering bersuhu 12 °C hingga 16 °C. Suhu lebih rendah mengakibatkan kerusakan. Penyimpanan yang baik dapat membuat umbi bertahan hingga 2 bulan. Walaupun umbinya dapat dimakan, bagian bengkuang yang lain sangat beracun karena mengandung rotenon, sama seperti tuba. Racun ini sering dipakai untuk membunuh serangga atau menangkap ikan, terutama yang diambil dari bijibijinya. Meski beracun, biji bengkuang pun dapat dijadikan bahan obat. Biji yang ditumbuk dan dicampur dengan belerang digunakan untuk menyembuhkan sejenis kudis. Sementara, di Jawa Tengah, setengah butir biji bengkuang dapat digunakan sebagai obat urus-urus. Keracunan biji bengkuang biasanya diatasi dengan meminum air kelapa hijau. (Wikimedia commons).
2.4 Kandungan Bengkuang Bengkuang merupakan buah yang kaya akan berbagai zat gizi yang sangat penting untuk kesehatan terutama vitamin dan mineral. Vitamin yang terkandung dalam
bengkuang yang
terkandung dalam
paling tinggi adalah vitamin C. Sedangkan yang
bengkuang adalah
flavonoid, saponin, fosfor, zat besi,
kalsium.Kandungan vitamin C, flavonoid, dan saponin merupakan tabir surya
8
alami untuk mencegah kulit rusak oleh radikal bebas dan bengkuang cukup efektif dalam pembentukan melanin. Bengkuang juga merupakan buah yang mengandung kadar air yang cukup tinggi sehingga dapat menyegarkan tubuh setelah mengkonsumsinya
dan menambah cairan tubuh yang diperlukan untuk
menghilangkan deposit-deposit lemak yang mengeras yang terbentuk dalam beberapa bagian tubuh. Oleh karena itu, bengkuang dianggap dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah.(Herbal-bengkoang 2010). Kandungan Zat Gizi Bengkuang per 100 gram yaitu : Nama Kandungan Energi Protein Lemak Karbohidrat Kalsium Fosfor Vitamin A Vitamin B1 Vitamin C Besi
Berat Kandungan 55 kal 1.4 g 0.2 g 12.8 g 15 mg 18 mg 0 SI 0.04 mg 20 mg 0.6 mg
2.5 Sunblock 2.5.1 Definisi Sunblock Sunblock memberikan perlindungan kulit baik terhadap terpaan sinar UVA, UVB. Sunblock berfungsi menjadi reflektor dari radiasi sinar berbahaya tersebut sebelum menyentuh kulit. Merupakan suatu sediaan yang mengandung senyawa kimia yang dapat menyerap, menghamburkan atau memantulkan sinar surya yang mengenai kulit sehingga dapat digunakan untuk melindungi fungsi dan struktur kulit manusia dari kerusakan akibat sinar surya (FDA,2003).
9
Produk yang memiliki kandungan broad spectrum dimana dapat melindungi kulit terhadap UVA dan UVB, memiliki sunscreen yang tahan terhadap air dan minimal mengandung SPF 15. Sementara bagi yang memiliki kulit lebih terang lebih baik menggunakan produk dengan SPF yang lebih tinggi. Mekanisme tabir surya sebagai penyerap adalah sebagai berikut: 1.
Molekul bahan kimia tabir surya menyerap energi dari sinar UV,
kemudian mengalami eksitasi dari ground state ketingkat energi yang lebih tinggi. 2.
Sewaktu molekul yang tereksitasi kembali ke kedudukan yang lebih
rendah akan melepaskan energi yang lebih rendah dari energi yang semula diserap untuk menyebabkan eksitasi. 3.
Maka sinar UV dari energi yang lebih tinggi, setelah diserap
energinya oleh bahan kimia maka akan mempunyai energi yang lebih rendah. 4.
Sinar UV dengan energi yang lebih rendah akan kurang atau tidak
menyebabkan efek sunburn pada kulit (FDA, 2003). Sinar UV terdiri dari: 1.
Sinar UV-A: disebut juga radiasi UV gelombang panjang, yang
mempunyai panjang gelombang 320 – 400 nm dengan puncak pada 340 nm. Daerah UV ini bertanggung jawab terhadap perubahan warna kulit secara langsung menjadi lebih gelap tanpa diawali oleh inflamasi, yang disebabkan karena fotooksidasi bentuk leuco dari melanin yang ada di lapisan kulit yang lebih luar; tetapi sinar ini menyebabkan eritema. 2.
Sinar UV-B: juga disebut sebagai radiasi sengatan matahari (sunburn)
atau radiasi UV sedang, mempunyai daerah panjang gelombang 290 – 320 nm dengan puncak efektif pada 297,6 nm. Ini adalah daerah UV eritemogenik yang
10
bertanggung jawab terhadap reaksi sengatan seperti iritasi yang menyebabkan pembentukan melanin sehingga kulit menjadi lebih gelap. 3.
Sinar UV-C: juga disebut gelombang radiasi UV pendek atau radiasi
germisidal, mempunyai panjang gelombang dari 200 – 290 nm. Meskipun merusak jaringan, sinar ini sebagian besar disaring oleh ozon di atmosfer. Tetapi sinar ini dapat dipancarkan oleh sumber UV buatan. Meskipun tidak merangsang pencoklatan kulit, tetapi dapat menyebabkan eritema.(FDA.2003).
2.6 Kerangka Konsep Penelitian ini memformulasikan suatu sediaan, dimana sediaan yang akan dibuat sangat bermanfaat dan bahan aktifnya diambil dari bahan alam. Sediaan yang berupa lotion sunblok. Lotion sunblok merupakan suatu sediaan setengah padat berupa emulsi dengan basis larut dalam air yang mudah dioleskan keseluruh permukaan kulit. Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini berupa kulit bengkuang dan buah bengkuang. Masyarakat juga banyak yang tahu manfaat bengkuang pada kulit, tapi banyak orang yang belum mengerti manfaat kulit bengkuang, itu dikarenakan masih banyak yang belum memanfaatkan kulit bengkuang sebagai bahan kosmetik karena masih belum tahu berapa besar zat aktif didalamnya untuk digunakan didalam produk kosmetik.. Bengkuang juga mempunyai kandungan kimia antara lain: Protein, Lemak, Karbohidrat, Kalsium, Fosfor, Vitamin A, Vitamin B, Vitamin C, besi dan memiliki senyawa saponin dan flavonid. Adanya vitamin B dan C dapat dimanfaatkan untuk kesehatan kulit. Vitamin B bermanfaat untuk menjaga kelembaban kulit sedangkan vitamin C sebagai antioksidan yang mampu
11
menangkal radikal bebas. Komponen- komponen vitamin C, vitamin B, saponin dan flavonid merupakan komponen tabir surya alami yang mencegah kulit rusak oleh radikal bebas. Pengambilan senyawa vitamin B, C, saponin dan flavonoid pada kulit bengkuang dan bengkuang menggunakan metode ekstraksi mengunakan pelarut air dengan cara diblender. Metode ekstraksi dengan air dikarenakan vitamin B, vitamin C, saponin dan flavonoid larut dalam air dan vitamin C dan B agak sukar larut dalam pelarut etanol. Setelah mendapatkan ekstrak kemudian disaring agar pengotornya terpisah dan mendapatkan ekstrak kental. Kemudian dilakukan Uji serapan secara spektrofotometri untuk mengetahui serapan sinar matahari terhadap sinar UV-A dan UV-B dengan menggunakan spektrofotometri UV. Uji serapan spektrofotometri UV untuk mengetahui apakah ekstrak kulit bengkuang dan ekstrak bengkuang tanpa kulit baik digunakan untuk produk sunblok yang menghambat sinar UV-A dan UV-B kepermukaan kulit.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan suatu proses dalam perencanaan penelitian dan pelaksanaan penelitian. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam melaksanakan penelitian. Berdasarkan permasalahannya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan ekstrak bengkuang tanpa kulit dan ekstrak kulit bengkuang
sebagai tabir surya. Adapun tahapan-tahapan dalam
penelitian ini meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. 3.1.1
Tahap Persiapan Tahap persiapan dalam penelitian ini meliputi persiapan bahan, persiapan
alat. 3.1.2
Tahap Pelaksanaan Tahap ini untuk memperoleh ekstrak, dan pemanasan untuk memperoleh
ekstrak kental. Selanjutnya setelah mendapatkan ekstrak kental diencerkan dengan menggunakan air dan dilakukan pengujian serapan secara spektrofotometri UV. 3.1.3
Tahap Akhir Menganalisa data yang diperoleh dan menyimpulkannya.
12
13
3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1
Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah ekstrak bengkuang tanpa kulit dan ekstrak kulit bengkuang
3.2.2
Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah ekstrak bengkuang tanpa kulit dan ekstrak kulit bengkuang yang diperoleh dari pembelian bengkuang dipasar lawang yang terletak di Kecamatan Lawang.
3.3 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Pada proses pembuatan eksrtrak dan Spektrofotometri UV dilaksanakan labolatorium Farmakognosi Akademi Analis Farmasi dan Makanan Yayasan Putra Indonesia Malang. Waktu penelitian ini dilaksanakan mulai penyusunan proposal bulan Januari 2013 sampai terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.
3.4 Definisi Operasional Variable Variabel penelitiannya penelitian ini terdapat satu variabel yaitu variabel Deskriptif dengan menggunakan serapan secara spektro UV. Tabel 3.1 Definisi Operasional Variable Variabel
Uji serapan secara spektrofoto metri
Sub Variabel
Definisi
Alat Ukur
Skala Ukur
-Pengukuran Absorbansi sinar UV-A dan UV-B
Mengetahui serapan sinar matahari terhadap sinar UV-A dan UV-B
Spektrofoto metri UV
Rasio
14
3.5 Pengumpulan data Data diperoleh dengan Menggunakan spektrofotometri UV untuk mengetahui serapan atau absorbansi sinar UV-A dan UV-B efektif sebagai tabir surya. 3.5.1
Alat dan Bahan Tabel 3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat Blender Beaker Glass Corong Mortir dan stemper Spektrofotometri UV Kertas saring
3.5.2
Bahan-bahan Ekstrak Kulit Bengkoang Ekstrak Bengkoang Aquadest
Prosedur Kerja
3.5.3.1 Pembuatan Ekstrak bengkuang tanpa kulit Langkah- langkah dalam pembuatan ekstrak Bengkuang antara lain: 1. Disiapkan alat yang sudah dicuci bersih dan bahan yang dibutuhkan. 2. Dicuci bersih bengkuang sampai kotor- kotoranya yang menempel pada bengkuang. 3. Dipotong kecil- kecil bengkuang sebanyak 250g. 4. Bengkuang yang sudah dipotong- potong diblender dengan air 100ml. 5. Bengkung yang sudah diblender lalu disaring mengunakan kertas saring. 6. Setelah disaring mendapat ekstrak bengkuang.
15
3.5.3.2 Pembuatan Ekstrak Kulit Bengkuang Langkah- langkah dalam pembuatan ekstrak bengkuang antara lain : 1. Menyiapkan alat yang sudah dicuci bersih dan bahan yang dibutuhkan. 2. Mencuci bersih bengkuang sampai kotor- kotoranya yang menempel pada kulit. 3. Kemudian bengkuang dikupas dan diambil kulitnya sebanyak 250g. 4. Dipotong kecil- kecil kulit bengkoang. 5. Kulit bengkuang yang sudah dipotong- potong diblender dengan air 100ml. 6. Kulit bengkong yang sudah diblender lalu disaring mengunakan kertas saring. 7. Setelah disaring mendapat ekstrak kulit bengkuang.
3.5.3
Uji Serapan Spektrofotometri UV
3.5.3.1 Uji serapan Spektrofotometri pada Ekstrak Kulit Bengkuang 1. Menyiapapkan alat dan bahan. 2. Lalu dilarutkan ekstrak Kulit bengkuang dengan konsentrasi persen yaitu 2%, 4%, 6%, 8%, 10% dengan air. Lihat lampiran 2. 3. Setelah itu dimasukkan tiap konsentrasi sampel kedalam kuvet dengan blanko. 4. Kemudiaan dimasukkan kedalam spektrofotometri. 5. Lalu diatur panjang gelombang λ 290nm-400nm. 6. Diamati absorbansinya.
16
3.5.3.2 Uji serapan Spektrofotometri pada Esktrak Bengkuang tanpa kulit 1. Menyiapkan alat dan bahan. 2. Lalu dilarutkan ekstrak bengkuang tanpa kulit dengan konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8%, 10% dengan air. Lihat lampiran 3. 3. Setelah itu dimasukkan tiap sampel kedalam kuvet dengan blanko. 4. Kemudiaan dimasukkan kedalam spektrofotometri. 5. Lalu diatur panjang gelombang λ 290nm-400nm. 6. Diamati absorbansinya.
3.6 Analisa data Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan atau tidak dari hasil yang didapat dilakukan uji t dengan langkah- langkah sebagai berikut: 1. Merumuskan Hipotesis Ho : μ1 = μ2, yaitu Ekstrak Bengkuang berkulit dan Ekstrak bengkuang tanpa kulit memiliki efektifitas yang sama sebagai tabir surya. Ha : μ1
μ2, yaitu Ekstrak Kulit Bengkuang dan Ekstrak bengkuang tanpa
kulit memiliki efektifitas yang berbeda sebagai tabir surya. 2. Menentukan Jumlah Pengamatan dari sampel n1 = Besar sampel 1 n 2 = Besar sampel 2 3. Mencari Sum Square
SS = Σ x2 – Keterangan : x = pengamatan sampel n = besar sampel SS = Sum Square 4. Mencari standart error beda
17
Sx1 – Sx2 = Keterangan : n1 = banyaknya data sampel 1 n2 = banyaknya data sampel 2 SS1 = Sum Square sampel 1 SS2 = Sum Square sampel 2 Sx1 – x2 = standart error beda 5. Menghitung statik t yang digunakan t=
Keterangan : x1 = rata-rata sampel 1 x2 = rata-rata sampel 2 Sx1 – x2 = standart error beda 6. Menentukan level yang signifikan yaitu 5%=0,05 (t 0,05) 7. Mencari harga t pada tabel dengan degree of freedom n1 + n2 -2 8. Menentukan daerah penolakkan hipotesis Menolak Ho, menerima Ha jika: t dihitung > t tabel, df n1 + n2 – 2 menerima Ho, menolak Ha jika: t dihitung < t tabel, df n1 + n2 – 2 menyimpulkan dengan membandingkan harga t dengan harga t hitung.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Farmakognosi Akademi Putra Indonesia Malang dan Universitas Brawijaya Malang pada bulan juni 2013 sampai selesai tentang pengujian perbandingan ekstrak bengkuang tanpa kulit dan ekstrak kulit bengkuang sebagai tabir surya menggunakan Spektrofotometri UV, didapatkan hasil sebagai berikut:
4.1 Persiapan Bahan Baku Bahan baku yang digunakan merupakan bahan baku bengkuang yang diperoleh dari pembelian bengkuang dipasar lawang. Kemudian bengkuang berkulit dan bengkuang yang sudah dikupas di pisahkan untuk dirajang dan diblender masing-masing kemudian disaring.. Hasil persiapan bahan baku disajikan dalam lampiran 1.
4.2 Hasil Ekstraksi Pembuatan ekstrak ada 2 macam yaitu yang pertama menggunakan bengkuang berkulit dan perbandinganya menggunakan bengkuang tanpa kulit. Tabel 4.1 Hasil pengamatan organoleptis kulit bengkuang dan bengkuang tanpa kulit Organoleptis
Hasil pengamatan Kulit bengkuang
Bengkuang tanpa kulit
Warna
Agak kecoklatan
Putih
Aroma
Tidak beraroma
Aroma terasa segar
Hasil pengamatan disajikan dalam lampiran 2
18
19
4.3 Hasil Uji Spektrofotometri Ekstrak bengkuang kemudian dilarutkan dalam pelarut air dengan konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8%, 10%. Kemudian diperiksa pada λ 290nm - 400nm. Dan dilihat Absorbansi tertinggi tiap sampel kemudian lihat grafik 4.2 . Gambar 4.2 Grafik Hasil Spektrofotometri UV Bengkuang berkulit dan Bengkuang Tanpa Kulit
4,000 A
b s o 3,000 r 2,500 b a 2,000 n s 1,500 i 3,500
Kulit Buah
1,000 500 0 konsentrasi 2%
konsentrasi 4%
konsentrasi 6%
konsentrasi 8%
konsentrasi 10%
Tabel 4.3 Hasil absorbansi tiap sampel Absorbansi No
Konsentrasi Kulit
Buah
1
2%
3.158
0.247
2
4%
3.374
3.263
3
6%
3.405
3.311
4
8%
3.436
3.405
5
10%
3.436
3.436
Hasil data spektrofotometri UV tiap sampel disajikan dilampiran 3
20
4.5 Hasil Analisa Data Dari analisi data uji t didapatkan hasil t hitung = 1.008 lebih kecil dari pada t tabel = 2.101. Sehingga Ho diterima yang artinya Ekstrak bengkuang tanpa kulit dan ekstrak kulit bengkuang sebagai tabir surya memiliki efektifitas yang sama. Hasil data disajikan dilampiran 4 dan tabel t pada lampiran 5.
BAB V PEMBAHASAN
Penelitian ekstrak bengkuang tanpa kulit dan kulit bengkuang diawali dengan tahap mengumpulkan bahan baku bengkuang. Pada waktu pemilihan bengkuang juga harus yang bagus dikarenakan kulit bengkuang juga digunakan. Selanjutnya proses bengkuang dicuci bersih. Kemudian di kupas dan dipisahkan antara kulit bengkuang dan bengkuang tanpa kulit. Setelah itu kulit bengkuang dan bengkuang tanpa kulit ditimbang masing- masing sebesar 250g. Ekstraksi kulit bengkuang dan bengkuang tanpa kulit masing- masing mengggunakan blender dan ditambahkan air secukupnya. Menggunakan blender dikarenakan kandungan didalamnya mudah hancur jika terkena panas seperti menggunakan metode evaporasi, dan menggunakan pelarut air dikarenakan mudah larut dalam air dan sukar larut dalam pelarut etanol. Setelah diblender kemudian disaring. Pembuatan ekstrak bengkuang tanpa kulit dan ekstrak kulit bengkuang selanjutnya diuji dengan spektrofotometri UV menggunakan konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8%, 10% dengan pelarut air.Disini meggunakan 5 konsentrasi yang berbeda karena ingin mengetahui serapan yang maximal pada spektrofotometri. Tidak bisa menggunakan konsentrsai yang banyak karena ekstrak yang diuji tidak bisa tahan lama untuk disimpan atau untuk diuji, karena kandungan vitamin C yang didalamnya mudah rusak karena terkena panas dan terlalu lama disimpan maka dari itu pengujian harus cepat dilakukan.
21
22
Ada 3 macam sinar UV dan panjang gelombang yang berbeda antara lain sinar UV-A, UV-B, UV-C. Tapi yang dapat masuk ke bumi ada 2 sinar yaitu sinar UV-A dan UV-B saja karena sinar UV-C pada panjang gelombang 200nm-290nm yang dapat merusak jaringan, sinar ini sebagian besar disaring oleh lapisan ozon diatmosfer. Tapi sinar ini dapat dipancarkan oleh sumber UV buatan. Sedangakan sinar UV-A pada panjang gelombang λ 320nm-400 nm yang bisa merubah perubahan warna kulit secara langsung menjadi gelap. Dan sinar UV-B pada panjang gelombang 290nm-320nm yang bertanggung jawab terhadap reaksi sengatan seperti iritasi yang menyebabkan penyebabkan pembentukan melanin sehingga kulit menjadi lebih gelap. Spektrofotometri UV diuji pada sinar UV-A dengan panjang gelombang λ 320nm-400 nm dan UV-B pada panjang gelombang λ 290nm–320nm ditiap- tiap konsentrasi sampel agar mendapatkan absorbansi tertinggi tiap konsentrasi sampel. Setelah mendaptkan absorbansi tertinggi tiap sampel dilakukan analisa data dan hasilnya yang didapatkan dari Ekstrak bengkuang tanpa kulit dan ekstrak bengkuang berkulit sebagai tabir surya memiliki efektifitas yang sama dan tidak memiliki perbedaan yang segnifikan. Ini ditunjukkan dari grafik yang menunjukkan semakin besar konsentrasinya semakin besar absorbansinya.
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan Hasil dari spektrofotometri menunjukkan bahwa ekstrak bengkuang berkulit dan ekstrak bengkuang tanpa kulit memiliki efektifitas yang sama dan tidak memiliki perbandingan yang signifikan sebagai tabir surya dengan mendapatkan nilai absorbansinya. Pada panjang gelombang 290nm-320nm pada UV-B dan tidak begitu efektif pada panjang gelombang 320nm-400nm pada UVA.
23
DAFTAR PUSTAKA
Subakat N, 2010, Teknologi Formulasi dan Pengembangan Produk Kosmetika, Makalah dalam Seminar Nasional Kosmetika Alami dan Presentasi Hasil Penelitian Yogyakart, 12 Juni 2010 Food and Drug Administration (FDA). 2003. Guildance for Industry Photosafety Testing, Pharmacology Toxycology Coordinating Committee in the Centre for Drug Evalution and Research (CDER) at the FDA. Ansel HC.1989. Pengantar Bentuk sediaan Farmasi, edisi IV. Jakarta: Universitas Indonesia Petro,A. J. 1981. Correlation of Spectrophotometric Data With Sunscreen Protection Factors. International Journal. Cos. Sci. Lachman, L., Herbert A. L., Joseph L. K. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi III. Universitas Indonesia : Jakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen Kesehatan :Jakarta Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gadjah Mada University Press :Yogyakarta Departemen akaesehatan Republik Indonesia, 2001, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I) Jilid.2 Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
24