PENGARUH ASPEK ERGONOMI RUANG PENYIMPANAN TERHADAP KECEPATAN PENYEDIAAN PELAYANAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TAPANULI SELATAN
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh : RINI MAHARANI HUTASUHUT NIM : 1313466035
AKADEMIK PEREKAM MEDIK DAN INFORMASI KESEHATAN (APIKES) IMELDA MEDAN T.A 2015/2016
PENGARUH ASPEK ERGONOMI RUANG PENYIMPANAN TERHADAP KECEPATAN PENYEDIAAN PELAYANAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TAPANULI SELATAN
HASIL PENELITIAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperbaiki Gelar Ahli Madya
Oleh : RINI MAHARANI HUTASUHUT NIM : 1313466035
AKADEMIK PEREKAM MEDIK DAN INFORMASI KESEHATAN (APIKES) IMELDA MEDAN T.A 2015/2016
LEMBAR PERSETUJUAN
PENGARUH ASPEK ERGONOMI RUANG PENYIMPANAN TERHADAP KECEPATAN PENYEDIAAN PELAYANAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TAPANULI SELATAN
OLEH :
RINI MAHARANI HUTASUHUT NIM : 1313466035
Penelitian ini telah Disetujui oleh Dosen Pembimbing sebagai Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Ahli Madya di Akademi Perekam Medik dan Informasi Kesehatan (APIKES) Imelda Medan
Disetujui : Dosen Pembimbing
(Rizca Annur Hadya, SST)
Diketahui Direktur Akademi Perekam Medik dan Informasi Kesehatan (APIKES) Imelda Medan
(dr. Suheri Parulian Gultom, M.Kes)
i
PERNYATAAN
PENGARUH ASPEK ERGONOMI RUANG PENYIMPANAN TERHADAP KECEPATAN PENYEDIAAN PELAYANAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TAPANULI SELATAN
TUGAS AKHIR
Saya yang bertanda tangan dibawah ini mengetahui bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali ada beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebut sumbernya.
Medan, Agustus 2016
RINI MAHARANI HUTASUHUT Nim : 1313466035
ii
LEMBAR PENGUJIAN
PENGARUH ASPEK ERGONOMI RUANG PENYIMPANAN TERHADAP KECEPATAN PENYEDIAAN PELAYANAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TAPANULI SELATAN
Penelitian dengan judul :
OLEH RINI MAHARANI HUTASUHUT NIM : 1313466035
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Pada Tanggal 5 Agustus 2016
1. Penguji I : Parmen Silalahi, SKM, M.Kes
(
)
2. Penguji II : Esraida Simanjuntak, SKM
(
)
3. Penguji III : Fitriyani Lubis, SST.MIK
(
)
Disahkan: Direktur Akademi Perekam Medik dan Informatika Kesehatan Imelda Medan
(dr. Suheri Parulian Gultom, M.Kes)
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP I.
IDENTITAS DIRI Nama
: Rini Maharani Hutasuhut
Tempat,Tanggal Lahir: Hutasuhut, 11 November 1995
II.
III.
Agama
: Islam
Anak ke
: 2 dari 4 bersaudara
Alamat
: JL. Omp gende Sipirok
IDENTITAS ORANGTUA Nama Ayah
: Muhammad Siddik Hutasuhut
Pekerjaan
: wiraswasta
Nama Ibu
: Nisrawaty Hasibuan
Pekerjaan
: Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Alamat
: JL. Ompu gende Sipirok
RIWAYAT PENDIDIKAN 2001 - 2007
: SD NEGERI 4 SIPIROK
2007 - 2010
: SMP NEGERI 1 SIPIROK
2010 - 2013
: SMA NEGERI 1 SIPIROK
2013 - 2016
:APIKES IMELDA MEDAN
iv
AKADEMIK PEREKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN IMELDA (APIKES) MEDAN Nama NIM Judul
: Rini Maharani Hutasuhut : 1313466035 : Pengaruh Aspek Ergonomi Ruang Penyimpanan Terhadap Kecepatan Penyediaan Pelayanan Dokumen Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah Tapanuli Selatan Tahun 2016 ABSTRAK
Salah satu bentuk pelayanan dokumen rekam medis di rumah sakit adalah pelayanan rekam medis. Salah satu factor untuk mempertahankan agar rumah sakit dapat berkembang diperlukan pelayanan yang bermutu, efektif dan efisien. Oleh karena itu perlu adanya evaluasi terhadap para dokter agar dapat melengkapi resume medis. Hal ini memberi dampak eksistensi rumah sakit agar terjaga. Pengaruh aspek ergonomi ruang penyimpanan terhadap bagaimana kecepatan penyediaan pelayanan dokumen rekam medis di sebuah rumah sakit sangat mempengaruhi tingkat pelayanan bagi pengguna layanan kesehatan khususnya RSUD Tapanuli Selatan. Yang menjadi masalah pengaruh aspek ergonomi ruang penyimpanan tidak signifikan sehingga mempengaruhi kecepatan penyediaan pelayanan dokumen rekam medis. Karya tulis ilmiah ini dilakukan untuk mengetahui 1) pengaruh aspek ergonomi ruang penyimpanan rekam medis, 2) kecepatan pelayanan dokumen rekam medis. Subjek penelitian adalah seluruh petugas dibidang rekam medis (D-III) dengan jumlah petugas sebanyak 6 orang dengan metode penelitian deksriptif kuantitatif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran suatu variabel saat penelitian sedang berlangsung. Dengan menggunakan analisi data antara fisik-fisik egonomis yaitu pencahayaan, sirkulasi udara, kebisingan. Pengambilan data dilakukan dengan kusioner dan pengamatan yang dibagikan langsung dengan petugas rekam medis dan dapat mengetahui sejauh mana kecepatan penyediaan pelayanan dokumen rekam medis di RSUD Tapanuli Selatan menunjukkan bahwa responden yang menyatakan penilaian baik terdapat 2 responden (33,3%), responden yang menyatakan penilaian sedang sebanyak 3 responden (66,6%), dan responden yang menyatakan dengan penilaian kurang sebanyak 1 responden (16,7%). Dari hasil penelitian diperoleh aspek ergonomi ruang penyimpanan rekam medis dengan kategori sedang dan kecepatan pelayanan dokumen rekam medis kategori sedang.
Kata kunci : Aspek Ergonomi, Kecepatan penyediaan pelayanan DRM, Rekam Medis
v
KATA PENGANTAR Puji syukur Penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan Judul : Pengaruh Aspek Ergonomi Ruang Penyimpanan Terhadap Kecepatan Penyediaan Pelayanan Dokumen Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah Tapanuli Selatan Tahun 2016. Karya tulis ini merupakan salah satu sayarat dalam menyelesaikan Akademi Perekam Medik dan Informatika Kesehatan Jalur Umum Program Reguler Angkatan VI Imelda Medan. Selama penilitian dan sampai terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari doa, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak, baik materi maupun moril. Oleh karena itu, kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu : 1. dr. H.R.I Ritonga, M.Sc selaku Ketua Yayasan Imelda Medan. 2. dr. Imelda L. Ritonga, S.Kep, M.Pd, MN selaku koordinator Pendidikan Yayasan Imelda Medan. 3. dr. Suheri Parulian Gultom, M.kes selaku Direktur Akademi Perekam Medik dan Informatika Kesehatan (APIKES) Imelda Medan. 4. Esraida Simanjuntak, SKM selaku Wadir I sekaligus Penguji II 5. Ali Sabela Hasibuan, S.Kep, NS selaku Wadir II 6. Dra.Rani Robetty, M.Kom selaku Wadir III 7. Parmen Silalahi, SKM, M.Kes selaku Penguji I
vi
8. Fitriyani Lubis, SST.MIK selaku Penguji III 9.
Siti Permata Sari, M.Kes selaku wali kelas yang selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada kami
10. Rizca Annur Hadya, SST sebagai dosen pembimbing saya dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) saya. 11. Seluruh Staf Dosen APIKES Imelda Medan yang telah membekali Penulis dengan Ilmu Pengetahuan. 12. Seluruh Staf Dosen Apikes Imelda yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan. 13. Ayahanda dan Ibunda, abang dan adik-adik dan seluruh keluarga yang memberikan dukungan serta doa selama perkuliahan sampai dengan terselesainya penelitian ini. 12. Teman-teman satu kelas stambuk 2016, dan sahabat-sahabat saya Desi, Liza, Hitri, Melan, Yanti, Melda, Riri, Eva, Ade, Nia Anju, Sarbia, Mala. Akhir kata penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis, tempat penelitian, istansi pendidikan, pembaca dan penelitian selanjutnya. Medan, 5 Agustus 2016 Peneliti
Rini Maharani Hutasuhut
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................... LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................... LEMBAR PENGUJIAN .......................................................................... DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................ ABSTRAK ................................................................................................ KATA PENGANTAR .............................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
Halaman i ii iii iv v vi vii xi
BAB I
: PENDAHULUAN .............................................................. 1.1. Latar Belakang ............................................................... 1.2. Rumusan Masalah .......................................................... 1.3. Tujuan .......................................................................... 1.4.1. Tujuan Umum ........................................................... 1.4.2. Tujuan Khusus .......................................................... 1.4. Manfaat Penelitian .........................................................
1 1 4 4 4 5 5
BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA..................................................... 2.1. Kerangka Teori .............................................................. 2.1.1. Pengertian Rekam Medis ..................................... 2.1.2. Tujuan Rekam Medis ........................................... 2.1.3. Kegunaan Rekam Medis....................................... 2.1.4. Fungsi Rekam Medis .......................................... 2.1.5. Sistem Penyimpanan Rekam Medis .................... 2.1.5.1. Sistem Sentralisasi .......................................... 2.1.5.2. Sistem Desentralisasi ..................................... 2.1.6. Penyimpanan Dokumen Rekam Medis ............... 2.1.6.1. Rak Penyimpanan Rekam Medis ................. 2.1.6.2. Kapasitas Rak Rekam Medis .......................... 2.1.6.3. Rak Lemari Terbuka ....................................... 2.1.6.4. Aspek Ruangan Penyimpanan Rekam Medis 2.1.6.5. Penyimpanan Arsip ........................................ 2.1.7. Aspek Ergonomi .................................................. 2.1.7.1. Prinsip-prinsip Ergonomi ............................... 2.1.7.2. Hubungan Ergonomi Dengan Rekam Medis . 2.1.7.1. Fisik-fisik Ergonomi....................................... 2.1.8 Manfaat Ergonomi ................................................ 2.1.9 Kecepatan Pelayanan ............................................ 2.2 Kerangka Konsep............................................................
6 6 6 6 9 13 13 13 14 15 15 15 15 16 17 18 18 19 20 22 24 27
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN......................................... 3.1. Jenis Penelitian .............................................................. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................
27 28 28
viii
3.2.1. Tempat Penelitian ................................................ 3.2.1. Waktu Penelitian .................................................. 3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................... 3.2.1. Populasi................................................................ 3.2.1. Sampel Penelitian ................................................ 3.4. Defenisi Operasional Variabel Penelitian ..................... 3.4.1. Variabel Penelitian............................................... 3.4.2. Defenisi Operasional ........................................... 3.5. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................ 3.5.1. Jenis Data ............................................................. 3.5.2. Cara Pengumpulan Data ...................................... 2.5.3. Teknik Pengukuran .............................................. 3.6. Analisa Data Penelitian..................................................
28 28 28 28 29 29 29 30 32 32 33 34 37
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................. 4.1. Hasil Penelitian .............................................................. 4.2. Pembahasan ...................................................................
38 38 43
BAB V
: KESIMPULAN DAN SARAN......................................... 5.1. Kesimpulan .................................................................... 5.2. Saran .............................................................................
45 45 47
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... LAMPIRAN
48
ix
DAFTAR TABEL
2.1. 3.1. 3.2. 3.3. 4.2. 4.3. 4.4. 4.5. 4.6. 4.7.
4.8.
4.9.
Halaman Ukuran Rak File ................................................................................. 15 Definisi Operasional .......................................................................... 31 Kecepatan Penyediaan Dokumen Rekam Medis di Rumah Sakit Daerah Tapanuli Selatan .................................................................... 32 Ukuran Dimensi Dokumen Rekam Medis ....................................... 33 Distribusi Frekuensi Data Demografi Petugas Ruang Rekam Medis Berdasarkan Jenis Kelamin ................................................................ 38 Distribusi Frekuensi Data Demografi Petugas Ruang Rekam Medis Berdasarkan Umur ............................................................................. 38 Distribusi Frekuensi Data Demografi Petugas Ruang Rekam Medis Berdasarkan Pendidikan..................................................................... 39 Distribusi Frekuensi Data Demografi Petugas Ruang Rekam Medis Berdasarkan Lama Kerja.................................................................... 39 Distribusi Kualitas pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Tapanali Selatan Juli Tahun 2016 ...................................................... 40 Distribusi Frekuensi Aspek Ergonomi di Rumah Sakit Berdasarkan Faktor Rak Penyimpanan Dan Faktor Kecepatan Petugas Rekam Medis Dalam Mengambil Berkas ..................................................... 40 Distribusi Frekuensi Aspek Ergonomi di Rumah Sakit Berdasarkan Faktor Kecepatan Petugas Rekam Medis Dalam Mengambil Berkas ................................................................................................ 41 Distribusi Frekuensi Aspek Ergonomi di Rumah Sakit Berdasarkan Rak Penyimpanan Berkas Rekam Media ........................................... 42
x
DAFTAR LAMPIRAN
I
: SK Dosen Pembimbing KTI
II
: Surat Izin Survey Penelitian dari Akademik Perekam Medis dan Informasi Kesehatan
III
: Surat Izin Penelitian dari Akademik Perekam Medis dan Informasi Kesehatan
IV
: Surat Balasan Izin Penelitian dari RSUD Tapanuli Selatan
V
: Lembar Kuesioner
VI
: Master Tabel
VII
: Informed Consent
VIII : Lembar Konsul
xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatau organisasi soaial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna
(konprehensip), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik (Bizzartic, 2010) Keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia UU no 44 tentang rumah sakit persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit. Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. Sedangkan pengertian rumah sakit menurut peraturan Menteri Kesehatan republik indonesia adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (NO 340/MENKES/PER/III/2010) Menurut PERMENKES No.269/MENKES/PER/III/2008, rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun yang terekam tentang identitas, anammesis, penentuan fisik laboratorium, diagnosa, segala pelayanan dan tindakan medis yang diberikan kepada pasien, dan tentang pengobatan, baik rawat inap, rawat jalan maupun pengobatan melalui pelayanan rawat darurat (Rustiyanto, 2010)
1
2
Rumah sakit merupakan suatu institusi yang komplek, pada pakar, dan pada modal. Kompleksitan dalam pelayanan rumah sakit menyangkut berbagai fungsi pelayanan, pendidikan, dan penilitian serta mencakup berbagai tingkatan maupun jenis disiplin, agar rumah sakit mampu melaksanakan fungsi Yang profesional baik dibidang teknis medis maupun administrasi kesehatan. Untuk menjalankan tugas tersebut perlu di dukung adanya unit-unit pembantu yang mempunyai tugas spesifik, diantaranya adalah unit rekam medis (Budi, 2011) Rekam medis bukan hanya sisitem pencatatan saja tetapi merupakan suatu sistem penyelenggaraan rekam medis, artinya adalah suatu kegiatan yang memuat riwayat sejak pertama kali pasien datang diberi pelayanan kesehatan sampai pada saat ini telah banyak rumah sakit di indonesia yang memiliki mutu pelayanan yang baik dan di dukung sarana dan prasarana yang canggih. Dengan banyaknya rumah sakit maka diperlukan juga sistem manajemen baik agar tidak kalah dengan rumah sakit lain. Jika sistem manejemen dikelola dengan baik maka rumah sakit akan maju dan berkembang, tetapi jika sisitem manajemen rumah sakit tidak baik maka tertib administrasinya juga tidak baik. Hal ini juga bisa diamati dari ruang penyimpanan atau filing yang ada di rumah sakit tersebut dan dapat dilihat dari rak penyimpanannya. Jika dalam ruang penyimpanan dokumen rekam medis itu terlalu sempit dan penyediaan rak file dokumen rekam medis tersebut tidak sesuai dengan banyaknya dokumen rekam medis yang ada maka, penyimpanan dokumen rekam medis menjadi padat yang menyebabkan rekam medis dan sampul pelindung menjadi rusak dan selain itu rak penyimpanan rekam medis terlihat kurang rapi, dan bila ada
3
retrieval pengambilan kembali pelayanan agak lama karena pada sampul pelindung rekam medis banyak nomor rekam medis yang hilang atau sobek sehingga akan berdampak terhadap mutu pelayanan rekam medis di rumah sakit. Selanjutnya dengan dasar tersebut sudah jelas bahwa rumah sakit benar-benar memperhatikan sistem penyimpanan rekam medis dan untuk meningkatkan mutu pelayanan. Di rumah sakit umum daerah Tapanuli Selatan menggunakan sistem desentralisasi yaitu dengan cara pemisahan antara rekam medis poli klinik dengan rekam medis penderita dirawat, berkat rekam medis rawat jalan dan rawat inap disimpan di tempat penyimpanan yang terpisah sehingga penyimpanan berkas rekam medis tidak terpusat disatu tempat saja dan secara teori cara sentralisasi lebih baik diterapkan daripada desentralisasi, tetapi pada pelaksanaannya tergantung pada situasi dan kondisi masing-masing rumah sakit. Rumah sakit umum daerah Tapanuli Selatan memiliki ruang penyimpanan yang sangat minim sehingga tidak dapat menyimpan berkas rekam medis terlalu banyak. sehingga tempat untuk penyimpanan berkas atau dokumen rekam medis pasien rawat jalan dan rawat inap bertumpuk dibawah rak penyimpanan, situasi itu yang dapat mengakibatkan keterlambatan penyediaan pelayanan pasien yang ingin berobat di rumah sakit umum daerah Tapanuli Selatan. Berdasarkan uraian di atas maka penulisan tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Aspek Ergonomi Ruang Penyimpanan Terhadap Kecepatan Penyediaan Pelayanan Dokumen Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah Tapanuli Selatan Tahun 2016”.
4
1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan
identifikasi
masalah
di
atas, maka rumusan
masalah
penelitian ini dapat dirumuskan, Bagaimana Pegaruh Ergonomi Ruang Penyimpanan Terhadap Kecepatan Pelayanan Penyediaan Dokumen Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Tapanuli Selatan ? 1.3.Tujuan Penelitian 1.
Untuk mengetahui bagaimana cara mengidentifikasi aspek ergonomi ruang peyimpanan di Rumah Sakit Daerah Tapanuli Selatan.
2.
Untuk menghitung kecepatan penyediaan Dokumen Rekam Medis di Rumah Sakit Daerah Tapanuli Selatan.
1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit Sebagai perencanaan dan pengambilan keputusan tentang masalah yang di hadapi dalam rumah sakit mengenai aspek ergonomi dan aspek – aspek yang mendukung dalam ruang penyimpanan dokumen rekam medis, sehingga berguna untuk perbaikan dan pengembangan sistem penyimpanan rekam medis di rumah sakit umum daerah tapanuli selatan dimasa yang akan datang. 2. Bagi Penelitian Dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan bagi penelitian, tenaga rekam medis maupun mahasiswa program DIII perekam dan informasi kesehatan
tentang
pengaruh
aspek
ergonomi
dalam
kebutuhan
rak
penyimpanan rekam medis yang sesuai dengan kebutuhan dan sebagai sarana
5
uutuk menerapkan ilmu yang di peroleh selama kuliah dengan yang ada di lapangan, khususnya dalam letak penyimpanan dokumen rekam medis. 3. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai tambahan referensi tentang pengembangan ilmu pengethuan pengaruh
aspek
ergonomi
ruang
penyimpanan
terhadap
kecepatan
pelayananpenyediaan dokumen rekam medis dan sebagai bahan referensi serta sebagai bukti bahwa penulis telah meneyelesaikan tugas akhir sebagai syarat meyelesaikan pendidikan program DIII perekam medik dan informasi kesehatan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1. Pengertian Rekam Medis Rekam medis merupakan keterangan baik yng tertulis maupun yang terekam tentang identitas, anamnese penentuan fisik laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang bmendapatkan pelayanan gawat darurat. Menurut Permenkes No.269/MENKES/PER/III/2008 rekam medis adalah berkas yang berikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Sedangkan menurut ( Edna. K. Huffman, 1999 )rekam medis adalah fakta yang berkaitan dengan keadaan pasien, riwayat penyakit dan pengobatan masa lalu serta saat ini yang ditulis oleh profesi kesehatan yang memberikan pelayanan kepada pasien tersebut. Dengan melihat kedua pengertian diatas dapat dikatakan bahwa suatu berkas rekam medis mempunyai arti yang lebih luas daripada hanya sekedar catatan biasa, karena di dalam catatan tersebut sudah memuat segala informasi meyangkut seorang pasien yang akan dijadikan dasar untuk menentukan tindakan lebih lanjut kepada pasien. 2.1.2. Tujuan Rekam Medis Tujuan dibuatnya rekam medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib administari dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tanpa dukugan suatu sistem pengelolaan rekam medis baik dan benar tertib
6
7
administarasi dirumah sakit tidak akan berhasil sebangainya yang diharapkan. Sedangkan tertib administrasi merupakan salah satu faktor yang menentukan upaya pelayanan kesehatan dirumah sakit. Pembuatan rekam medis dirumah sakit bertujuan untuk mendapatkan catatan atau dokumen yang akurat dan adekuat dari pasien, mengenai kehidupan dan riwayat kesehatan, riwayat penyakit dimasa lalu dan sekarang, juga pengobatan yang telah diberikan sebagai upaya meningkatkan pelayanan kesehatan. Rekam medis dibuat untuk tertib administrasi di rumah sakit yang merupakan salah satu faktor penentuan dalam rangka upaya penigkatan pelayanan kesehatan. Menurut Hatta ( 2009 ) Tujuan rekam medis dibagi dalam dua kelompok besar yaitu tujuan primer dan tujuan sekunder : 1. Tujuan Primer Tujuan primer ditunjukan kedapa hal yang paling berhubungan langsung dengan pelayana pasien. Tujuan primer terbagi dalam beberapa kepentingan yaitu: 1. Untuk kepentingan pasien, rekam medis merupakan alat bukti utama yang mampu membenarkan adanya pasein dengan identitas yang jelas dan telah mendapatkan berbagai pemeriksaan dan pengobatan di sarana pelayanan kesehatan dengan segala hasil serta konsekuensi biasanya. 2. Untuk kepentingan pelayanan pasien, rekam medis mendokumentasi pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan, penunjang medis dan tenaga lain yang bekerja dalam berbagai fasilitas pelayanan kesehatan.
8
3. Untuk kepentingan manejemen pelayanan, rekam medis yang lengkap memuat segala aktivitas yang terjadi dalam manejemen pelayanan sehingga digunakan dalam menganalisa berbagai penyakit, meyusun pedoman praktik, serta untuk mengevaluasi mutu pelayanan yang diberikan. 4. Untuk kepentingan menunjang pelayanan,rekam medis yang rinci akan mampu menjelaskan aktivitas yang berkaitan dengan penanganan sumbersumber. 2. Tujuan Sekunder Tujuan sekunder rekam medis ditujukan kepada hal yang berkaitan dengan lingkungan seputar pelayanan pasien namun tidak berhubugan langsung secara spesifik, yaitu untuk kepentingan edukasi, riset, peraturan dan pembuatan kebijakan Tata kerja rekam medis bertujuan untuk terlaksanakannya peraturan kegiatan rekam medis dengan cepat dan benar. Untuk terlaksanya tujuan tersebut tujuan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut ( Depkes RI, 1991 ) : 1. Setiap pasien yang datang berobat baik rawat jalan maupun rawat inap, harus mempunyai rekam medis yang lengkap dan akurat. 2. Pada unit-unit pelayanan harus tersedia buku register yang diisi setiap saat kunjungan diterimanya seorang pasien. 3. Setiap petugas rumah sakit yang melayani/melakuakan tindakan kepada pasien diharuskan mencatat semua yang diberikan kepada pasien ke dalam lembaran-lembaran rekam medis, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya.
9
2.1.3. Kegunaan Rekam Medis Kengunaan rekam medis mempunyai kengunaan yang sangat luas, karena tidak hanya menyangkut antara pasien dengan pemberi pelayanan saja. Dibawah ini beberapa kegunaan rekam medis menurut ( Depkes RI, 1997 ) : 1. Sebagai alat komunikasi antar dokter dengan ahlinya yag ikut ambil bagian di dalam memberikan pelayanan pengobatan, perawatan kepada pasien. 2. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan atau perawatan yang harus diberikan kepada seorang pasien. 3. Sebagai bukti tertulis atas semua tindakan pelayanan, pertimbangan penyakit dan pengobatan selama pasien berkunjung dirawat di rumah sakit. 4. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian, dan evaluasi terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien. 5. Melindungi kepentingan hukum pada pasien, rumah sakit maupun dokter dan tenaga kesehatan lainnya. 6. Sumber informasi dari pasien yang berobat ke rumah sakit untuk keperluan pengobatan dan pemiliharaan kesehatan pasien. 7. Menyediakan data-data khususnya yang sangat berguna untuk penelitian dan pendidikan. 8. Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medis pasien. 9. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan.
10
Kengunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain ( Depkes RI, 1997 ) : 1. Aspek Administrasi Di dalam berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan tehnologi khususnya dalam bidang tehnologi informasi yang sudah memasuki bidang kesehatan, maka penggunaannya di dalam rekam medis saat ini diperlukan karena kita melihat proses pengobatan dan tindakan yang diberikan atas diri seorang pasien dapat di akses secara langsung oleh bagian yang berwenang atas pemeriksaan tersebut. Pengolahan data-data medis secara komputerisasi juga akan memudahkan semua pihak yang berwenang. Dalam hal ini petugas administrasi disuatu instansi pelayanan kesehatan dapat segera megetahui rincihan biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien selam pasien menjalani pengobatan di rumah sakit. 2. Aspek Medis Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medis, karena catatan tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan atau perawatan yang harus diberikan kepada seorang pasien dan dalam rangka mempertahankan serat meningkat mutu pelayanan melalui kegiatan audit medis, manejemen risiko klinis serta keamanan pasien dan kendali biaya. 3. Aspek Hukum Suatu berkas rekam medis mempuyai nilai hukum, karena isinaya menyangkut masalah adanya jaminan hukum atas dasa keadilsn, dalam rangka
11
usaha menegakkan keadilan, rekam medis adalah milik dokter dan rumah sakit sedangkan isinya yang terdiri dari identitas pasien, pemeriksaa, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah di berikan kepada pasien adalah sebagai informasi yang dapat dimiliki oleh pasien sesuai dengan peraturan dan perundangundangan yang berlaku ( UU praktik kedokteran RI No. 29 tahun 2004 ) 4. Aspek Keuangan Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang, isinya mengandung data atau informasi yang dipergunakan sebagai aspek keuangan. Kaitannya rekam medis dengan aspek keuangan sangat keungan sangat erat sekali dalam hal pengobatan, terapi serta tindakan – tindakan apa saja yang diberikan kepada seorang pasien selama menjalani perawatan dirumah sakit, oleh karena itu pengguna sistem teknologi komputer didalam proses penyelenggaraan rekam medis sangat diharuskan sekali untuk di terapkan pada setiap instansi kesehatan. 5. Aspek Penelitian Suatu berkas rekam medis mempuyai nilai penelitian, karena isinya menyangkut data atau informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek penalitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan. 6. Aspek Pendidikan Suatu berkas rekam medis mempunayai nilai pendidikan, karena isinya menyagkut data atau informasi tentang perkembangan kronolgi dan kegiatan pelayanan yang diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pengajaran di bidang profesi pendidikan kesehatan.
12
7. Aspek Dokumentasi Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan untuk pertanggung jawaban dan laporan rumah sakit ( Depkes RI, 1997 ). Dengan melihat dari beberapa aspek tersebut di atas, rekam medis mempuyai kegunaan yang sangat luas, karena tidak hanya menyangkut antara pasien dengan pemberi pelayanan kesehatan saja, maka kegunaan rekam medis secara umum adalah : 1. Sebagai alat komunikasi antara dokter antara tenaga ahli lainnya yang ikut ambil bagian di dalam memberikan pelayanan, pengobatan, perawatan kepada pasien. 2. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan, perawatan yang harus di berikan kepada pasien. 3. Sebagai bukti atas segala tindakan pelayanan, perkembangan penyakit dan pengobatan selama pasien berkunjung / di rawat di rumah sakit 4. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian dan evaluasi terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien. 5. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan tenaga kerja lainnya. 6. Menyediakan data – data khusus yang sangt berguna untuk keperluan penelitian dan pendidikan. 7. Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medis pasien.
13
8. Menjadi sumber ingtan yang harus didokumentasiksn, serta sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan. ( pedoman penyelenggaraan dan prosedur rekam medis rumah sakit, 2006 ) 2.1.4. Fungsi Rekam Medis Fungsi rekam medis adalah untuk menyimpan data dan informasi pelayanan pasien. Agar fungsi itu tercapai, beragam metode dikembangkan secara efektif seperti dengan melaksanakan ataupun mengembangkan sejumlah sistem sejumlah sistem kebijakan, dan proses pengumpulan termasuk dengan penyimpanan secara mudah diakses disertai dengan keamanan yang baik (Hatta, 2009 ). 2.1.5 Sistem Penyimpanan Rekan Medis Sebelum menentukan suatu sistem yang akan dipakai prlu terlebih dahulu mengetahui bentuk penyusunan penyimpanan yang ada dalam pengelolaan Rekam Medis. Ada dua cara pengurusan penyimpanan dalam penyelenggaraan Rekam Medis, yaitu ( Dirjen Yankes, 1993 ) 2.1.5.1 Sistem Sentralisasi Sebelum menetukan suatu sistem yang akan dipakai perlu terlebih dahulu mengetahui bentuk peyusunan penyimpanan yang ada dalam pengelolaan Rekam Medis. Ada dua cara pegurusan penyimpanan dalam peyelenggaraan Rekam Medis, yaitu (Dirjen Yankes, 1993). 1) Kebaikannya : 1. Mengurangi terjadinya penggunaan dalam pemeliharaan dan penyimpanan rekam medis.
14
2. Mengurangi jumlah biaya yang dipergunakan untuk peralatan dan ruangan 3. Tata kerja dan peraturan mengenai kegiatan pencatatan medis mudah distandarisasikan. 4. Memungkinkan peningkatan efisiensi kerja petugas penyimpanan mudah menerapkan sistem unit record. 2) Kekurangan : 1. Petugas menjadi lebih sibuk, karena harus menangani Unit Rawat Jalan dan Unit Rawat Inap. 2. Tempat penerimaan pasien harus bertugas selama 4 jam. 2.1.5.2 Sistem Desentralisasi Dengan cara desentralisasi terjadi permisahan antara rekam medis poliklinik dengan rekam medis pederita dirawat. Rekam medis poliklinik disimpan disatu tempat penyimpanan, sedangkan reka medis penderita dirawat disimpan dibagian pencatatan rekam medis ( Depkes RI, 1991:20 ). 1. Kebaikannya : 1. Efisiensi waktu, sehingga pasien mendapatkan pelayanan lebih cepat. 2. Beban kerja yang dilaksanakan petugas lebih ringan. 2. Kekurangan : 1. Terjadi duplikasi dalam pembuatan rekam medis 2. Biaya yang diperlukan untuk perawatan dan ruangan lebih banyak.
15
Secara teori sistem sentralisasi lebih baik dari pada cara sistem desentalirasi, tetapi pada pelaksananya sangat tergantung pada situasi ada kondisi masingmasing rumah sakit. 2.1.6 Penyimpanan Dokumen Rekan Medis 2.1.6.1 Rak Penyimpanan Rekam Medis Untuk menyimpan rekam medis diperlukan rak – rak sebagai tempat penyimpanan rekam medis. Ukuran rak tersebut diatur sedemikian rupa petugas tidak perlu memanjat bila akan mencari rekam medis. 2.1.6.2 Kapasitas Rak Rekam Medis Kapasitas rak adalah banyaknya dokumen rekam medis yang dapat tersimpan dalam rak file. Untuk menentukan kapasitas rak yang digunakan untuk proses perhutungan kebutuhan rak maka diperlukan panjamg rak, panjang pengarsipan, dan tebal dokumen rekam medis sistem penyimpanan di filing hasue disesailan antara dokumen rekam medis dengan ukuran rak filing. Jika ukuran rak filing terlalu sempit atau terlalu besar akan berpengaruh pada penyimpanan dokumen rekam medis. Tabel 2.1 Ukuran Rak File NO
Desain rak
Ukuran
Desain sarana
1
2
Lebar
Tinggi
40 cm
-
30 cm
-
Antropometri
Penilaian (antropometri ukuran sarana)
Jangkauan tangan Lebar pada rak file 40cm sudah ergonomis, karena kedepan lebih panjang dari lebar DRM 37cm sehingga memudahkan petugas dalam pencarian DRM Panjang Tinggi pada rak file 30 cm sudah ergonomis karena dokumen : 22 cm lebih panjang dari panjang DRM 22 cm
16
3
Tinggi Rak
206 cm
-
4
Panjang rak
200 cm
-
5
Jarak antar
76 cm
-
Rak
6
Permukaan
-
Rata
7
Sudut
-
lancip
Jangkauan tangan Tinggi rak file 206cm suadah ergonomis, karena ke atas lebih pendek dari antropometri jangkaun tangan keatas 193,6 cm persentil 5% Panjang depan Panjang rak file 108 cm sudah ergonomis karena lebih pendek dari antropometri panjang depan 159,4 cm 2 X lebar bahu Jarak antara rak file 76 cm sudah ergonomis, karena lebih besar dari antropometri 2x lebar bahu kelompok Permukaan rak file rata sudah ergonomis, sehingga memudahkan dalam pengambilan DRM Sudut rak file lancip belum ergonomis, karena dapat menyebabkan cedera pada petugas
2.1.6.3 Rak Lemari Terbuka Untuk menyimpan rekam medsi ada 2 jenis alat yang dipergunakan, yakini terbuka (rak) dan tertutup (filing kabinet), penggunaan rak lebuih murah dibandingkan menggunakan filling kabinet selain itu untuk mencari dokumen rekam medis juga lebih mudah, karena tidak perlu membuka lagi sebagaimana pada filing kabinet. Dengan rak terbuka dapat dimungkinkan dapat lebih dari seorang untuk mencari dokumen rekam medis tanpa harus berdesak-desakan. Jika menggunakan Quide dam folder berwarna (kode warna), penggunaan rak terbuka telah menguntungkan, kemungkinannya.
dan
salah
penempatan
dokumen
rekam
medis
kecil
17
Kelemahan pada rak terbuka adalah kurang aman, baik dari unsur pencurian, debu dan bahaya kebakaran. Jika kurang pengawasan, setiap orang yang lewat dapat dengan cepat dan mudah mengambil atau memindahkan dokumen rekm medis. 2.1.6.4 Aspek Ruangan Penyimpanan Rekam Medis Ruang penyimpanan rekam medis harus tempak bersih, rapi dan teratur. Faktor ini akan mempengaruhi efisiensi kerja staf kearsipan dan akan menimbulkan respon bagi para pengguna. Kantor yang tidak teratur tampak ceroboh akan memberikan kesan bahwa sistem penyimpanannya ceroboh pula. Meja harus bersih, semua folder dan kertas-kertas termaksud rekam medis harus ditempatkan pada tempat yang dekat dengan pekerjaan sehari-hari khususnya mengenai rekam medis yang masih berguna untuk keperluan pekerjaan maupun yang tidak berguna lagi disimpan secara khusus. Terutama bagi rekam medis yang kegunaanya cukup penting, hal ini untuk menghindari penyahgunaan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Rekam medis yang tidak berguna lagi segera dimusnahkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2.1.6.5 Penyimpanan Arsip Penyimpanan arsip harusya dilakukan dengan mempergunakan suatu sistem tertentu yang memungkinkan : 1. Penentuan kembali dengan mudah dan cepat apabila sewaktu-waktu diperlukan 2. Mengambil arsip dari mudah
tempat penyimpanan dapat dilakukan dengan
18
3. Pengembalikan arsip ketempat penyimpanan dapat dilakukan dengan mudah 2.1.7. Aspek Ergonomi Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari penerapan penyesuaian pekerjaan dan lingkungan pada manusia dan sebaliknya yang bertujuan mencapai produktifitas dan efesien yag setinggi-tingginya melalui pemanfaatan faktor manusia sebaik mungkin. Dengan demikian kenyamanan kerja petugas dapat terwujud. Aspek ergonomi adalah suatu bidang studi yang menangani perancangan kegiatan dan tugas yang cocok dengan kapabilitas manusia dan limitnya faktor kenyamanan kerja seperti kenyamanan dari segi anatomi, psikologi, manajemen, tata letak ruang dan peralatan yang mudah dijangkau bagi manusia dalam melaksanakan aktivitasnya. 2.1.7.1 Prinsip – prinsip Ergonomi 1. Prinsip Fiskal : 1. Jadikanlah segala sesuatu mudah dijangkau 2. Bekerja dengan tinggi yang sesuai 3. Bekerja dengan postur yang sesuaai 4. Mengurangi pengeluaran tenaga yang berlebihan 5. Meminimalkan keletihan atau kepenatan 6. Mengurangi pengulangan yang berlabihan 7. Memberikan jarak ruang dan akses 8. Meminialkan kontak atau hubungan stress 9. Memberikan mobilitas dan merubah posisi
19
10. Menciptakan lingkunga yang menyenangkan 2. Prinsip Kognitif : 1. Adanya standarisasi 2. Membuat stereotipe 3. Menghubungkan aksi dengan persepsi 4. Mempermudah pemaparan suatu informasi 5. Menyajikan informasi pada level yang tepat secara detail 6. Memberikan image atau gambaran yang jelas 7. Membuat redundansi, misalnya warna yang berbeda, cetak tebal, miring 8. Membuat pola atau patterns 9. Mrmberikan stimulan yang bervariasi sesuai dengan keadaan 10. Memberikan umpan baik secara cepat/seketika 2.1.7.2 Hubungan Ergonomi Dengan Rekam Medis Dalam pengelolaan rekam medis perlu memperhatikan ergonomi karena untuk mempermudah tata kerja dalam mencapai efisieansi dan efektifitas kerja. Ergonomi juga berpengaruh terhadap kesalahan kerja yaitu jika sikap dan cara kerja seseorang diantaranya posisi duduk pada saat bekerja di dukung dengan peralatan dan tata letak tidak yag dirancang secara ergonomi akan lebih nyaman utuk melakukan suatu pekerjaan serta dapat meningkatkan produktifitas kerja. Ergonomi
juga
dapat
mengurangi
beban
kerja
yang
memaksimalkan keamanan,kenyamanan dan efesiensi kerja.
berperan
untuk
20
2.1.7.3 Fisik – fisik Ergonomi 1. Pencahayaan Tujuan perancangan pencahayaan : 1. Menghindari user dari cahaya terang yang datang langsung dari pantulan cahaya terang tersebut. 2. Memperoleh keseimbangan antara kecerahan layar tampilan dengan kecerahan pencahayaan yang ada di depan user. 3. Menghindari cahaya langsung atau pantulan yang langsung mengenai layar tampilan. 4. Memberikan keyakinan bahwa ada pencahayaan yang cukup untuk pekerjaan yang tidak menggunakan layar tampilan. 2. Sumber Cahaya Sumber cahaya dapat dibagi menjadi dua yaitu : 1. Cahaya langsung yaitu cahaya yang berasal dari matahari dan lampu yang langsung menerobos ke ruang pekerjaan melalui jendela. 2. Cahaya tidak langsung yang dipantulkan oleh tembok atau partisi platfon lantai, bahan yang di sekitar monitor, permukaan meje dan pakaian yang digunakan oleh operator Panas yang berlebihan dari suhu kompurter, untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan tata ruang yang dapat meredam dan menstabilkan cahaya dan suhu ruangan yang nyaman untuk menjaga keawetan peralatan.
21
3. Pengendalian Cahaya Dapat Dilakukan Dengan Cara 1. Memasang penutup jendela 2. Meletakkan lampu penerangan ruangan sedemikian rupa sehingga tidak menyilaukan mata 3. Meletakkan monitor ditempat yang cukup penerangannya dan tidak menyilaukan mata pengguna 4. Gunakan sumber cahaya yang tidak menyilaukan mata tetapi juga tidak terlalu redup sehingga aktivitas membaca tetap dapat dilakukan dengan baik walau tidak sedang didepan layar monitor. 4. Gangguan Suara Gangguan suara adalah suara yang dapat mengganggu konsentrasi user atau pengguna dalam melaksakan aktifitasnya. Gangguan suara tersebut dapat berasal dari Air Conditiner, suara manusia, suara speker yang terlalu keras, dan peralatan lainnya. Cara mengatasinya adalah dengan menutup telinga dengan rapat, memasang peredam suara, atau kita melakukan pekerjaan tersebut di tempat yang lebih kondusif. 5. Ergonomik 1. Kenyamanan dalam menjalankan aktifitas 2. Keseimbangan dari semua aspek 3. Aspek menggambarkan suasana kerja yang familiar 4. Ruangan yang artistik 5. Lingkungan yang meningkatkan hasil kerja
22
6. Suhu dan Kualitas Udara Komputer yang dihidupkan dalam jangka waktu yang lama akan menghasilkan panas sehingga akan mempengaruhui suhu ruangan dimana komputer tersebut digunakan. Bertambah panasnya suhu udara adalah hal yang penting untuk diperhatikan, karena perubahan suhu udara yang sedikit saja akan mempengaruhi kinerja operator dan komputer. Cara mengatasanya adalah diperlukan peralatan lain untuk menetralisir suhu yang tinggi tersebut, diantaranya adalah penggunaan kipas angin, AC. 7. Kesehatan dan Keamanan Kerja Aspek keamanan dan kenyamanan kerja ketika menggunakan stasiun kerja dapat
dipengaruhi
oleh
kondisi
umum
kesehatan.
Sejumlah
penelitian
menunjukkan bahwa kondisi kesehatan yang bervriasi secara signifikan dapat mempertinggi resiko ketidak nyamanan, kelelehan otot dan persedian, bahkan cedera, serta sejumlah resiko kesehatan yang lain. Kehamilan, menopouse dan kondisi lain yang mempengaruhi tingkat hormon umur yang semakin bertambah kondisi fisik yang tidak bagus. 8. Kebiasaan Dalam Bekerja Selain kondisi kesehatan yang prima, penempatan mebel, peralatan kantor dan penempatan sumber cahaya, kebiasaan bekerja pun dapat mempengaruhui kinerja user selama user bekerja menggunakan layar tampilan. Agar user selalu merasa nyaman dalam bekerja, biasakan untuk sealalu bekerja dalam keadaan sesantai mungkin dan dalam posisi yang benar. Hindari posisi yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan.
23
Berdiri dan mengambil beberapa menit untuk mengendorkan ketegangan otot dan lakukan olahraga ringan beberapa kali sehari. Mengusahakan untuk tidak mengetik dalam jangka waktu yang lama yang memberikan tekanan fisik yang berat. Mengambil istirahat sejenak secara periodis. Anda akan mendapat pengalaman bahwa istirahat dalam waktu singkat dan sering jauh lebih bermanfaat dibanding dengan istirahat yang lama tetapi jarang. Memeriksa kebiasaan kerja anda dan file pekerjaa yang hendak user lakukan. Bagilah waktu anda untuk bekerja secara bergantian sehingga user tidak duduk dalam selang waktu yang lama atau melakukan satu aktifitas yang sama terus menerus hal ini selain untuk menghindari kelelahan juga untuk mencegah dari kejenuhan. 2.1.8 Manfaat Ergonomi Guna mendapat manfaat dari ergonomi perlu dibuat suatu program meliputi kegiatan pokok : 1)
Kegiatan penyuluhann kepada kelompok yang penerapan ergonominya
dilakukan secara khusus.penyuluhan dilakukan secara khusus dalam jangka pendek dengan keberhasilan yang diukur dari sejauh mana teknik ergonomi diterapkan.contoh penyebarluasan brosur,poster,slide dan audio visual serta alat peraga lainnya. 2)
Evaluasi dan koreksi keadaan ergonomi ditempat kerja melalui kunjungan
ke perusahaan,rumah sakit,poliklinik,puskesmas dan klinik swasta oleh suatu timdan melakukan :
24
3)
1.
Penilaian
2.
Menganalisis keadaan ergonomi
3.
Mencari alternatif penerapan yang disesuaikan dengan kebutuhan
Melakukan standarisasi dalam ergonomic atas dasar data yang diperoleh
khususnya dari evaluasi dan perbaikan : 1.
Melakukan kegiatan pengumpulan & analisis data secara statistik
2.
Standar selanjutnya dapat dituangkan sebagai kelengkapan standar kesehatan kerja dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja.
Dari segi efisiensi ergonomi berperan terhadap hal-hal : 1. Mengadakan perhatian terhadap kondisi tenaga kerja 2. Menciptakan sikap tubuh yang ergonomik 3. Pembebanan kerja sesuai dengan kemampuan pegawai 4. Mengatur lingkungan kerja yang tepat 5. Menilai dan mengatur organisasi kerja 6. Meningkatkan kesehatan & keselamatan kerja 7. Memperbaiki kualitas produksi 2.1.9 Kecepatan Pelayanan Kecepatan yaitu suatu kemampuan untuk pelayanan yang cepat (responsive). Pelayanan adalah suatu bagian atau urutan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lai atau mesin secara fisik dan menyediakan kepuasan pelanggan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia pelayanan adalah usaha melanyani kebutuhan orang lain, sedangkan malayani adalah membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan seseorang.
25
Pelayanan cepat menentukan pasien. Berapa lama pasien harus menunggu di loket pendaftaran hingga dia mendapatkan kartu, demikian hal ketika menunggu untuk diperiksa dokter, di apotik dan di laboratorium. Kecepatan Pelayanan yaitu terget waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan. Kecepatan pelayaan dalam hal ini adalah pelaksaan tindakan atau pemeriksaan oleh dokter dan perawat dalam waktu kurang dari 5 menit dari pertama kedatangan pasien di Inatalasi Rawat Darurat, Waktu tanggap pada sisitem realtime, didefesiansikan sebagai waktu dari saat kejadian ( internal atau eksternal ) sampai intruksi pertama rutin layanan yang dimaksud dieksekusi, disebut dengan event response time. Sasaran dari penjadwalan ini adalah meminimaliskan waktu tanggap Angka keterlambatan pelayanan gawat darurat / emergency response time rate (WHO-Depkes;1998) Pelayanan pertama gawat darurat dikatakan terlambat apabila pelayanan terdapat penderitaan gawat darurat atau darurat yang dilayani dengan tindakan life saving oleh petugas gawat darurat lebih dari 15menit : waktu yang diperlukan pasien sejak masuk rumah sakit sampai dilakukan alih rawat, rawat jalan, operasi emergency di Instalasi Rawat Darurat, menggunakan waktu 2 jam sebagai batas toleransi lama penanganan di Instalasi Rawat Darurat, walaupun waktu penanganan > 2 jam bila penyebabnya tindakan atau resusitasi maka dinyatakan tidak termasuk keterlambatan Sedangkan untuk Kriteria (Sabiston) pasien-pasien menggunakan metode penanganan berdasarkan prioritas sebagai berikut :
26
1. Exigent : Most life theratening condisitions, dibutuhkan intervensi seketika ( mis; tension pneumothorak, fraktur laryng ) 2. Emergency : kondisi yang membutuhkan intervensi segera, dalam jam pertama. 3. Urgent : kondisi yang membutuhkan intervensi dalam beberapa jam pertama. 4. Deferrable : kondisi yang tidak membutuhkan tindakan segera Pasien-pasien yang memerlukan pertolongan segera untuk mencegah kematian atau kecacatan. Dari pernyataan tersebut berkembang doktrin time saving is live saving ( waktu adalah nyawa ). Penjabaran dokrin itu menekankan indikator mutu yang berupa respon time ( waktu tanggap) sebagai indicator proses untuk mencapai indicator hasil yang berupa survei rate ( angka kelangsungan hidup ). Hal tersebut dipengaruhi oleh keberhasilan pelayanan instalasi Rawat Darurat yang merupakan perpaduan dari pendekatan sistem pelayanan yang terdiri dari pendekatan sistem pelayanan yang terdiri atas komponen sebagai berikut : a) Pra rumah sakit b) Intra rumah sakit c) Antar rumah sakit d) Penunjang e) Komunikasi f) Transformasi g) Sumber daya manusia bidang medis dan nonmedis h) Sektor terkait kesehatan dan non kesehatan
27
Komponen Keilmuan yang Mendasari Ergonomi 1. Antropometri Berkaitan dengan ukuran bentuk tubuh manusia dalam menggunakan segenap organ fisiknya,baik dalam keadaan diam maupun melakukan suatu pekerjaan. 2. Biometri Berkaitan dengan kekuatan manusia,baik daya tahan atau kemampuan fisik maupun berat badan manusia 3. Faal Kerja Berkaitan dengan tingkah laku kerja baik secara anatomi maupun secara prosedur operasional. 2.2. Kerangka Konsep Berdasakan masalah dan tujuan penelitian yang diterapkan serta didukung kerangka teori maka dapat dikatakan bahwa sistem penyimpanan rekam medis dalam mencapai tujuan harus jelas untuk mendapatkan atau memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat. Variabel Dependent Aspek ergonomi : 1. luas penyimpanan
Variabel Independent Faktor-faktor yang mempengaruhi :
2. pencahayaan
1. Kecepatan petugas RM
3. sirkulasi udara
2. Rak penyimpanan
4.kebisingan
Skema 2.1. kerangka Konsep
28
Dalam uraian kajian teori kedua variabel penelitian yakni pengaruh aspek ergonomi ruang penyimpanan maka kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini bahwa kecepatan penyediaan pelayanan dokumen rekam medis sangat berpengaruh terhadap kemampuan seseorang melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh aspek ergonomi ruang penyimpanan terhadap bagaimana kecepatan pelayanan penyediaan dokumen rekam medis di sebuah rumah sakit. Menurut Notoatmojo (2010), metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif. Metode penelitian ini digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. 3.2. Waktu dan Tempat Penelitian 3.2.1. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan juli 2016 3.2.2. Tempat Penelitian Tempat yang dipilih untuk menjadi tempat penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Tapanuli Selatan yang berlokasi di JL. Rumah Sakit No. 1 Kecamatan Sipirok. Rumah Sakit Umum Daerah Tapanuli Selatan adalah merupakan salah satu rumah sakit milik pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara yang didirikan pada tahun 1937, dimana letak bangunan berada di jalan rumah sakit No. 1 kota Sipirok . 3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi
29
30
Menurut Arikunto (2006), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah pewagai tamatan D-III Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Tapanuli Selatan yang berjumlah 6 orang pegawai di ruangan rekam medis, sedangkan teknik dalam pengambilan sampel penulis menggunakan teknik total sampling atau secara keseluruhan populasi dijadikan sampel. 3.3.2. Sampel Teknik pengambilan sampel yaitu dengan teknik Total Sampling. Sampel adalah total populasi dirumah sakit umum daerah Tapanuli Selatan. Keseluruhan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Koordinator rekam medis di rumah sakit umum daerah Tapanuli Selatan 1 orang 2. Pegawai bagaian penyimpanan di ruangan rekam medis rumah sakit umum daerah Tapanuli Selatan 3 pegawai. 3. Pegawai bagian penerima pasien ruang rekam medis rumah sakit umum daerah Tapanuli Selatan 2 pegawai. 3.4. Definisi Operasional Variabel Penelitian 3.4.1 Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapat oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2010).
31
3.4.2 Defenisi Operasional Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diteliti/diamati, perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi batasan atau defenisi operasional (Notoatmodjo, 2010). Dengan memperhatikan latar belakang dan perumusan permasalahan tersebut, maka definisi operasional variabel dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Jumlah rekam medis di rak penyimpanan yaitu jumlah rekam medis yang aktif pada rak penyimpanan. 2. Sarana penyimpanan di unit rekam medis yaitu fasilitas sarana atau alat penyimpanan yang ada di ruang penyimpanan di unit rekam medis. 3. SOP (Standar Operation Prosedure) yaitu suatu prosedur yang telah dibuat dan ditetapkan dan ternyata hasilnya baik, memenuhi maksud, kemudian dibakukan menjadi pengangan pelaksanaan berkas rekam medis. 4. SDM (Sumber Daya Manusia) yaitu petugas yang ahli dibagian penyimpanan berkas rekam medis. 5. Kebutuhan sarana penyimpanan rekam medis yaitu ruangan dan rak penyimpanan rekam medis cukup untuk meyimpan rekam medis aktif yang masih digunakan. 6. Analisa kebutuhan sarana penyimpanan rekam medis yaitu menganalisa ruangan dan rak penyimpanan rekam medis untuk menyimpan rekam medis aktif yang masih digunakan.
32
Tabel 3.1. Definisi Operasional No Variabel
Alat Ukur
1.
Pedoman wawancara dengan pertanyaan di lembar kusionar
2.
Defenisi Parameter Operasional Personal Pelaksana atau petugas Sudah rekam medis yang bekerja diruang memadai rekam medis / ruang penyimpanan rumah sakit umum daerah tapanuli Belum memadai selatan di lihat dari jumlah pegawai dan tingkat pendidikannya Sarana dan Alat - alat penunjang Lengkap prasarana berupa : komputer, lemari file, kartu (baru dan lama), kelengkapan file Tidak lengkap (data medik dan data penunjang)
3.
Sistem penyimpanan pada ruangan rekm medis
4.
Prosedur pelayanan rekam medis
Sistem penyimpanan rekam medis dari setiap kunjungan pasien baik yang rawat jalan maupun yang rawat inap Pencatatan melalui (kertas, berkas, wadah) atau media (elektronik) yang digunakan oleh tenaga kesehatan sebagai penunjan untuk meriwayatkan semua informasi tentang kegiatan pelayanan kesehatan yang diterima pasien mulai dari datang hingga keluar dari instansi pelayanan kesehatan
Memenuh i standar Belum memenuh i standart Dilaksana kan dengan baik
Tidak dilaksana kan dengan baik
Pedoman wawancara dengan pertanyaan
Pedoman wawancara dengan pernyataan Pedoman wawancara dengan pertanyaan di lembar kusioner
33
Tabel 3.2 Kecepatan Penyediaan Dokumen Rekam Medis di Rumah Sakit Daerah Tapanuli Selatan No Jenis Perawatan Durasi Waktu Ergonomis/ Cukup Ergonomis 1 Pasien Baru Rawat Jalan 3 Menit Ergonomis 2 Pasien Lama Rawat Jalan 10 Menit Cukup Ergonomis 3 Pasien Baru Rawat Inap 2 Menit Ergonomis 4 Pasien Baru Rawat Inap 6 Menit Cukup Ergonomis
Tabel 3.3 Ukuran Dimensi Dokumen Rekam Medis No 1
Dimensi DRM Panjang DRM
Ukuran 22 cm
2
Lebar DRM
37 cm
3
Rata-rata tebal DRM
0,5-2,5 cm
Ukuran Rak Penilaian 30 cm Panjang DRM 22 cm sudah ergonomis karena lebih pendek dari ukuran tinggi 30 cm 34 cm Lebar DRM 37 cm belum ergonomis, karena lebih pendek dari ukuran lebar 40 cm sehingga menyulitkan petugas dalam pencarian DRM -
3.5. Jenis dan Cara Pengumpulan Data 3.5.1. Jenis Data Penelitian ini menggunakan jenis data sebagai berikut: 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek peneliti dengan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada objek sebagai sumber informasi yang dicari (Notoatmodjo, 2012). Data primer diperoleh dari kusioner yang diberikan kepada petugas rekam medis di Rumah Sakit umum daerah Tapanuli Selatan
34
3.5.2. Cara Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu : 1. Metode Angket Angket adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak). Angket dilakukan dengan mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir – formulir, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek, dan instrumen yang digunakan adalah kuesioner untuk
mendapatkan
tanggapan,
informasi,
jawaban,
dan
sebagainya
(Notoatmodjo, 2012). 2. Metode Observasi Observasi adalah suatu prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi, melihat, dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Peneliti menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Irchman (2009) dengan rumus sebagai berikut : F P=
X 100 % N
Keterangan : P : Persentase F : Jumlah jawaban yang benar N : Jumlah soal
35
3.5.3 Teknik Pengukuran Pengaruh aspek ergonomi dapat diukur dengan menggunakan kuesioner yang berisi 15 pertayaan, skala pengukuran penilaian. Skala ordinal adalah pengukuran dimana skala yang dipergunakan disusun berdasarkan atas jenjang dalam atribut tertentu sehingga penyusunannya disusun secara terurut dari yang rendah sampai yang tinggi menurut suatu ciri tertentu (Nasir, 2011). Rumus range = (NTt – NTr) Rumus interval = Keterangan :
𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
=
10 3
= 3,33 = 3
NTt : Nilai tertinggi NTr : Nilai terendah Kelas : Kategori jumlah kelas pengetahuan Jadi kategori penilaian dibagi menjadi 3 bagian yaitu : 1. baik, bila mampu menjawab benar sebanyak 8 – 10 pertanyaan 2. sedang, bila mampu menjawab benar sebanyak 5 - 7 pertanyaan 3. buruk, bila mampu menjawab benar sebanyak 0 – 4 pertanyaan. Menurut Hamid Darmadi (2011), untuk memperoleh item kuesioner yang baik, peneliti hendaknya memperhatikan beberapa persyaratan lain dalam membuat kuesioner a. Relevansi kuesioner : Relevasi pertanyaan dengan tujuan studi, relevan pertanyaan dengan responden secara perorangan. b. Relevansi pertanyaan dengan studi : betul c.
Relevansi pertanyaan dengan responden : betul
36
Ada beberapa yang perlu diperhatikan sebelum peneliti membuat sebuah kuesioner : 1. Ada beberapa prinsip dalam pembuatan kuesioner : 1. Jelas. 2. Membantu ingatan responden. 3. Membuat responden bersedia untuk menjawab. 4. Menghindari bias. 5. Mudah mengutarakan. 6. Dapat menyaring responden 2. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan kuesioner Ada beberapa hal yang harus di perhatikan ketika kita membuat pertanyaan angket. Hal – hal yang harus kita perhatikan : 1) Gunakan kata-kata yang mudah dipahami, usahakan jangan menggunakan perkataan yang sulit. 2) Jangan gunakan pertanyaan yang memiliki makna ambigu. 3) Jangan membuat pertanyaan yang melakukan responden. 4) Hindarkan pertanyaan yang menghendaki ingatan. Adapun dalam pembuat kuesioner pada kali ini di bagi menjadi 2 yaitu : 1) 5 pertanyaan tentang kecepatan waktu petugas dalam penyediaan berkas rekam medis. 2) 5 pertanyaan lagi tentang rak penyimpanan berkas rekam medis. Sebelum data dilakukan, tahap awal dalam pengumpulan data adalah melakukan persiapan melakukan persiapan untuk kelancaran pelaksanaan penelitian berupa surat izin penelitian dan surat balasan dari tempat penelitian
37
dilaksannakan. Sebelum meminta keadilan responden, penelitian terlebih dahulu menjelaskan bahwa penelitian yang dilakukan tidak akan berdampak negative kepada fisik maupun mental dan kerahasiaan responden sangat di jaga. Data yang akan dikumpulkan diolah dengan langkah – langkah sebagi berikut : 1. Collection Mengumpulkan kuisoner yang sudah di sebarkan apakah sudah terisi dengan baik dan benar. 2. Editing Memeriksa kuisoner yang telah masuk apakah sudah terisi dengan baik dan benar. 3. Klasifikasi Penyusunan bersistem dalam kelempok atau golongan menurut kaidah standar yang ditetapkan. 4. Penyajian data Salah satu kegiatan dalam pembuatan laporan hasil penelitian yang telah dilakukan agar dapat dipahami dan dianalisis sesuai dengan tujuan yang diinginkan. 3.6. Analisa Data Penelitian Dalam penelitian ini analisa data dilakukan secara kuantitatif yaitu metode dengan wawancara dan pertanyaan di lembar kuioner, sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang bentuk pelayanan prosedur dan penyimpanan rekam medis di rumah sakit umum daerah kabupaten Tapanuli Selatan.
BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Setelah melakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan petugas rekam medis terhadap sistem penyimpanan berkas rekam medis di RSUD Tapanuli Selatan dengan jumlah responden sebanyak 6 orang. Maka hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut : Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Data Demografi Petugas Ruang Rekam Medis Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah (F) Persentase (%) 1 Laki-laki 4 66,7% 2 Perempuan 2 33,3% Total 6 100%
Berdasarkan tabel 4.2 di atas terlihat bahwa umur responden di wilayah kerja RSUD Tapsel yang paling banyak dalam penelitian ini adalah untuk laki-laki 4 responden (66,7%), dan untuk perempuan 2 responden (33,3%). Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Data Demografi Petugas Ruang Rekam Medis Berdasarkan Umur No Umur Jumlah (F) Presentase (%) 1 20 tahun - 25 tahun 1 16,7% 2 26 tahun - 35 tahun 3 50% 3 2 33,3% > 36 tahun Total 6 100%
Berdasarkan tabel 4.3 di atas terlihat bahwa umur responden di wilayah kerja RSUD Tapsel yang paling banyak dalam penelitian ini adalah 15 tahun – 25 tahun 1 responden (16,7%), 26 tahun – 35 tahun 3 responden (50%), dan 36 - 45 tahun sebanyak 2 responden (33,3%).
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Data Demografi Petugas Ruang Rekam Medis Berdasarkan Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah (F) Presentase (% ) 38
39
1 2 3
SLTA D3 Rekam Medik Sarjana Total
2 3 1 6
33.3% 50% 16,7% 100%
Berdasarkan tabel 4.4 diatas terlihat bahwa tingkat pendidikan responden di ruang Rekam Medik RSUD Tapsel yang paling banyak dalam penelitian ini adalah D3 Rekam Medik sebanyak 5 responden (83.3%) dan yang paling sedikit adalah SLTA yaitu 1 responden (16,7%). Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Data Demografi Petugas Ruang Rekam Medis Berdasarkan Lama Kerja No Lama Kerja Frekuensi Presentase (%) 1 1 – 3 tahun 1 16,7% 2 3 – 10 tahun 3 50% 3 > 10 tahun 2 33,3% Total 6 100%
Berdasarkan tabel 4.5 diatas responden lama kerja 1 – 3 tahun sebanyak 1 orang (16,7%), responden lama kerja 3 – 10 tahun sebanyak 3 orang (50%), dan responden lama kerja > 10 tahun sebanyak 2 orang (33,3%).
Tabel 4.6 Distribusi Aspek Ergonomi Ruang Penyimpanan Berkas Rekam Medis Di Rumah Sakit No 1 2 3
Kategori Baik Sedang Kurang Total
Jawaban Responden 8-10 5-7 0-4
Frekuensi 2 3 1 6
Presentase (%) 33,3% 50% 16,7% 100%
Jadi dari distribusi frekuensi tersebut jawaban yang diberikan responden atas tingkat pengetahuan petugas rekam medis tentang pegaruh aspek ergonomi ruang penyimpanan terhadap kecepatan penyediaan pelayanan dokumen rekam medis di Rumah Sakit Umum Daerah Tapanuli Sealatan menunjukkan bahwa responden yang menyatakan penilaian baik terdapat 2 responden (33,3%), responden yang
40
menyatakan penilaian sedang sebanyak 3 responden (66,6%), dan responden yang menyatakan dengan penilaian kurang sebanyak 1 responden (16,7%). Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Aspek Ergonomi di Rumah Sakit Berdasarkan Jawaban Responden
Jawaban Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ya F 5 4 4 4 5 6 6 6 6 5
Total
Tidak % 83,3% 66,7% 66,7% 66,7% 83,3% 100% 100% 100% 100% 83,3%
F 1 2 2 2 1 0 0 0 0 1
% 16,7% 33,3% 33,3% 33,3% 16,7% 0% 0% 0% 0% 16,7%
F 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Berdasarkan tabel 4.7 di atas, berdasarkan hasil wawancara dengan pedoman
kuesioner kepada 6 reponden
faktor rak penyimpanan dan faktor
kecepatan petugas dalam mengambil berkas rekam medis dari 60 pertanyaan di dapati 6 responden dijawab ya pada 51 pertanyaan (85%), dan 9 pertanyaan dijawab tidak (15%). Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Aspek Ergonomi di Rumah Sakit Berdasarkan Faktor Kecepatan Petugas Rekam Medis Dalam Mengambil Berkas Jawaban Responden Ya Tidak Responden Total R1 R2 R3 44 R5 R6
F
%
F
%
F
%
5 5 4 3 3 2
100% 100% 80% 60% 60% 40%
0 0 1 2 2 3
20% 40% 40% 60%
5 5 5 5 5 5
100% 100% 100% 100% 100% 100%
Berdasarkan tabel 4.8 di atas, hasil pengolahan data dengan menggunakan uji frekuensi diperoleh informasi untuk kecepatan petugas dalam
41
mengambil berkas rekam medis mayoritas responden memberi jawaban setuju untuk setiap pernyataan yang diajukan dalam kuesioner. Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Aspek Ergonomi di Rumah Sakit Berdasarkan Rak Penyimpanan Berkas Rekam Medis Jawaban Responden Responden Total Ya Tidak
R1 R2 R3 R4 R5 R6
F
%
F
%
F
%
4 3 3 3 3 2
80% 60% 60% 60% 60% 40%
1 2 2 2 2 3
20% 40% 20% 40% 40% 60%
5 5 5 5 5 5
100% 100% 100% 100% 100% 100%
Berdasarkan tabel 4.9 di atas, hasil pengolahan data denga menggunakan uji frekuensi diperoleh informasi untuk variabel rak penyimpanan berkas rekam medis mayoritas responden memberi jawaban setuju untuk setiap pernyataan yang diajukan dalam kuesioner. 4.6 Pembahasan Menurut asumsi peneliti ruangan penyimpanan rekam medis yang ergonomis adalah ruangan yang memiliki cukup luas sebagai tempat penyimpanan berkas rekam medis. Ruangan penyimpanan rekam medis yang ergonomis adalah ruangan yang terpisah dengan pengolahan data agar setiap petugas dapat bekerja dngan efisiensi sesuai dengan tugasnya masing-masing dan ruangan masing-masing. Dari hasil penelitian yang dilakukan yang berjudul pengaruh aspek ergonomi ruang penyimpanan terhadap bagaimana kecepatan penyediaan pelayanan Dokumen Rekam Medis di RSUD Tapanuli Selatan tahun 2016, baik terdapat 2 responden (33,3%), responden yang menyatakan penilaian sedang sebanyak 3 responden (66,6%), dan responden yang menyatakan dengan penilaian kurang sebanyak 1 responden (16,7%).
42
Ergonomis menurut artinya adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi aialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah menurunkan setres yang dihadapi, upanya antara lain berupa suhu udara, cahaya, kebisingan dan luas yang bertujuan agar sesuai dengan kondisi tubuh manusia. Ergonomi terkait dengan karakterstik fungsional dari manusia itu sendiri seperti kemampuan penginderaan respon, daya ingat, posisi optimum tangan dan kaki. Oleh sebab itu dalam pembangunan suatu ruangan sangat diperlukan perhatian dalam segi keergonomisan ruangan tersebut untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan di dalam proses bekerja. Karena semua aspek-aspek yang menunjang keberhasilan suatu ruangan yang ergonomis harus sangat diperhatikan karena sangat berpegaruh sekali terhadap hasil yang akan di capai dalam pembangunan suatu ruangan yng memiliki sisi keergonoisannya. Untuk sangat perlu diperhatikan aspek-aspek keergonomisan dalam suatu ruangan kerja agar tidak menimbulkan masalah bagi pekerja yang berada dalam ruangan itu sendiri agar memperlancat keseluruhan proses pencapaian yang maksimal dalam bekerja. Keuntungan yang diperoleh karena adanya aspek ergonomis yang diterapkan dalam suatu ruangan dalam meningkatkan efisiansi, penimgkatan keselamatan, dan kepuasan pekerja dalam bekerja. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan memperhatikan keselamata dan kesehatan kerja maka diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan nyaman dan aman. Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko yang, mungkin muncul akan dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman jika pekerja yang bersangkutan dapat melakukan pekerjaan
43
dengan meras nyaman. Untuk mencapai kenyamanan dan rasa aman didalam suatu ruangan sangat penting disini aspek keergonomisan suatu ruangan harus sangat diperhatikan. Letak ruangan penyimpnan juga harus diperkirakan jarak antara tempat pendaftaran pasien rawat inap gunanya jika ada pasien yang berulang dan membutuhkan berkas catatan medis yang ada sebelumnya proses pengambilan berkas dapat lebih muda dan lebih efektif. Sistem pencahayaan dan temperature juga harus diperhatikan untuk menjaga kenyamanan para petugas didalam melaksanakan pekerjaan didalam ruangan tersebut. Misalnya lampu yang terlalu terang didalam ruangan tersebut dapat mengganggu penglihatan petugas di dalam melaksanakan pekerjaannya, suhu ruangan berpengaruh mengganggu proses kerja petugas didalam ruangan tersebut. Untuk itu suhu ruangan harus disesuaikan dengan kondisi tubuh. . Menurut asumsi penulis bahwa kecepatan penyediaan pelayan dokumen rekam medis berdasarkan durasi waktu penyimpanan status pasein dari rekam medis kepoli rawat jalan berjalan dengan manyoritas lambat di karenakan setelah berkas medis sampai dibagian distribusi, berkas rekam medis tersebut dipilah-pilah terlebih dahulu berdasarkan poli dan tujuan masing-masing. Setelah berkas rekam medis dipilah-pilah, berkas rekam medis dikumpul menjadi banyak agar sekaligus dalam penyampaian ke poli.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdaskan hasil dan pembahasan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Aspek Ergonomi Ruang Penyimpanan Terhadap Kecepatan Penyediaan Pelayanan Dokumen Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Tapanuli Selatan Tahun 2016 “ yang telah disajikan pada Bab IV dapat disimpulkan bahwa. 1. Alur kerja dan ruang kerja pelayanan rekam medis di RSUD Tapanuli Selatan belum sesuai karena penempatan ruang kepala rekam medis dengan ruang petugas rekam medis yang lain sehingga mempersulit dalam pengawasan kinerja petugas alur dokumen rekam medis tidak bergerak pada jalur yang lurus karena letak meja petugas satu dengan yang lain agak berjahuan. 2. Rumah Sakit Umum Daerah Tapanuli Selatan menunjukkan bahwa responden yang menyatakan penilaian baik terdapat 2 responden (33,3%), responden yang menyatakan penilaian sedang sebanyak 3 responden (66,6%), dan responden yang menyatakan dengan penilaian kurang sebanyak 1 responden (16,7%). 3. Sarana kerja di ruang filling belum baik karena penataannya kurang rapi, penataan file kedalam rak file juga belum rapi karena masih ada yang ditata secara tidur. 4. Berdasarkan tabel 4.5 diatas responden lama kerja 1 – 3 tahun sebanyak 1 orang (16,7%), responden lama kerja 3 – 10 tahun sebanyak 3 orang (50%), dan responden lama kerja > 10 tahun sebanyak 2 orang (33,3%).
44
45
5. Kecepatan penyediaan pelayanan di RSUD Tapanuli Selatan cukup baik, yaitu untuk pasien baru rawat jalan selama 3 menit sedangkan pasien lama rawat jalan 10 menit. Dan untuk pasien baru rawat inap selama 2 menit, sedangkan pasien lama rawat inap selama 6 menit. 6. Terdapat pengaruh antara ruang penyimpanan yang ergonomis dengan kecepatan penyediaan dokumen rekam medis. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan di atas disarankan kepada pihak yaitu : 1. Kepada RSUD Tapanuli Selatan a. Agar ruangan penyimpanan berkas rekam medis harus lebih diperbesar lagi agar setiap petugas mendapat ruangan sesuai dengan pekerjaannya masing-masing. b. Sebaiknya ruangan penyimpanan dengan ruangan pengolahan data sebaiknya dipisah agar petugas dapat lebih berkonsentrasi bekerja di ruangan masing-masing sesuai dengan pekerjaan masingmasing. 2. Bagi Petugas Sebaiknya ada peraturan/pembagian tugas yang merata pada setiap pegawai, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu terutama untuk petugas di rekam medis. 3.
Bagi Penelitian Selanjutnya Agar hasil penelitian ini bisa di jadikan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya dan dapat dilakukan dengan lebih baik dari penelitian sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. Suharsimi. 2010. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Revisi ke_4 Jakarta: rineka cipta Departemen Kesehatan RI. 1997. Pedoman Pengolahan Rekam Medis Rumah Sakit Indonesia. Revisi 1. Jakarta Dirjen Yankes. 1993. Rekam Medis. Bandung. Kencana Guwandi,j. 2005. Rahasia Medis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hatta R, Gemala. 2009. Manajemen Informasi Kesehatan. Jakarta: selemaba Huffman. 1999. Peran Rekam Medis. Jakarta : Graha Ilmu Menkes RI. 2008. Permenkes RI.Nomor 269/MENKES/PER/III/2008. Jakarta: Menkes RI. Notoatmodjo, S. 2012. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Permenkes Nomor 269 Tahun 2008 Tentang Rekam Medis Permenkes No.340/MENKES/PER/III/2010. Tentang Klasifikasi Rumah Sakit Rachmawati, Enny. 2005. Modul Praktikum Ergonomis. Semarang : Graha Ilmu Rustiyanto, Ery. 2009. Etika Profesi Perekam Medis Informasi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu Saryono dan Dwi anggraini Mekar. 2013. Metodelogi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. yogyakarta: Nahu Medika Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta http.//www.World Health Organization WHO, 2000. tanggal 24 Mei 2016 pukul 11.30 wib http://www.apikes.com/files/permenkes-no-269-tahun2008.pdf (di akses tanggal 22 Mei 2016 pukul 12.30 wib)
46
INFORMED CONSENT
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
:
Alamat
:
Menyatakan bersedia menjadi responden pada penelitian yang akan dilakukan oleh : Nama
: Rini Maharani Hutasuhut
Judul Penelitian
: Pengaruh Aspek Ergonomi Ruang Penyimpanan Terhadap Kecepatan Penyediaan Pelayanan Dokumen Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah Tapanuli Selatan Tahun 2016
Saya yakin bahwa penelitian ini tidak mengakibatkan efek samping terhadap fisik dan mental saya dan kerahasiaan identitas saya sangat dijaga oleh penulis. Oleh karena itu saya tidak akan menurut penulis dan hasil penelitiannya dikemudian hari.
Medan,5 Agustus 2016 Responden
(
)
MASTER TABEL PENGARUH ASPEK ERGONOMI RUANG PENYIMPANAN TERHDAP KECEPATAN PENYEDIAAN PELAYANAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAEARAH TAPANULI SELATAN TAHUN 2016
No 1 2 3 4 5 6
Identitas Jenkel 1 2 2 1 1 1
Umur 3 1 3 2 2 3
Pendidikan 1 2 1 2 2 3
Pertanyaan Lama Kerja 3 1 2 2 2 3
X1 0 1 1 1 1 1
X2 1 0 0 1 1 1
X3 1 1 0 0 1 1
X4 0 0 1 1 1 1
X5 0 1 1 1 1 1
X6 1 1 1 1 1 1
X7 0 0 0 0 0 0
X8 1 1 1 1 1 1
X9 0 0 0 0 0 0
Keterangan: Jenis Kelamin 1 = Laki-laki 2 = Perempuan
Umur 1 = 20-25 tahun 2 = 26-35 tahun 3 = > 36 tahun
Pendidikan 1 = MA 2 = Diploma 3 = Sarjana
Lama Kerja 1 = 1-3 tahun 2 = 3- 10 tahun 3 = >10 tahun
X10 0 1 1 1 1 1
Total 4 6 6 7 8 8
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH (KTI) AKADEMI PEREKAM MEDIK DAN INFORMASI KESEHATAN (APIKES) IMELDA MEDAN
Nama NIM Judul
: Rini Maharani Hutasuhut : 1313466035 : Pengaruh Aspek Ergonomi Ruang Penyimpanan Terhadap Kecepatan Penyediaan Pelayanan Dokumen Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah Tapanuli Selatan Tahun 2016 Dosen Pembimbing : Rizca Annur Hadya, SST
NO
Hari/tanggal
Materi Konsultasi
Hasil Konsultasi
1
30 juni 2016
Pengajuan Judul
ACC
2
2 Juli 2016
Bab I
Perbaikan
3
18 Juli 2016
Bab I
ACC
4
22 Juli 2016
Bab II dan Bab III
Perbaikan
5
23 Juli 2016
Bab II dan Bab III
Perbaikan
6
25 Juli 2016
Bab II dan Bab III
ACC
7
26 Juli 2016
Izin Penelitian
ACC
8
3 Agustus 2016
Bab IV dan Bab V
Perbaikan
9
4 Agustus 2016
Bab IV dan Bab V
ACC
10
5 Agustus 2016
Sidang
ACC
Paraf
BUKTI REVISI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Rini Maharani Hutasuhut
Nim
: 1313466035
Tingkat
: IIIA- APIKES
Benar telah melakukan revisi Karya Tulis Ilmiah saya yang berjudul “Pengaruh aspek ergonomi ruang penyimpanan terhadap kecepatan penyediaan pelayanan dokumen Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Tapanuli Selatan.
KepadaPenguji I
: Parmen Silalahi ,SKM, M.kes
Demikian surat ini saya perbuat untuk dipergunakan seperlunya. Atas perhatian Bapak saya ucapkan terima kasih.
Diketahuioleh Penguji I
( Parmen Silalahi ,SKM, M, Kes )
BUKTI REVISI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Rini Maharani Hutasuhut
Nim
: 1313466035
Tingkat
: IIIA- APIKES
Benar telah melakukan revisi Karya Tulis Ilmiah saya yang berjudul “Pengaruh aspek ergonomi ruang penyimpanan terhadap kecepatan penyediaan pelayanan dokumen Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Tapanuli Selatan.
KepadaPenguji I
: Esraida Simanjuntak ,SKM
Demikian surat ini saya perbuat untuk dipergunakan seperlunya. Atas perhatian Bapak saya ucapkan terima kasih.
Diketahuioleh Penguji II
( Esraida Simanjuntak ,SKM )
BUKTI REVISI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Rini Maharani Hutasuhut
Nim
: 1313466035
Tingkat
: IIIA- APIKES
Benar telah melakukan revisi Karya Tulis Ilmiah saya yang berjudul “Pengaruh aspek ergonomi ruang penyimpanan terhadap kecepatan penyediaan pelayanan dokumen Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Tapanuli Selatan.
KepadaPenguji I
: Fitriyani Lubis ,SST.MIK
Demikian surat ini saya perbuat untuk dipergunakan seperlunya. Atas perhatian Bapak saya ucapkan terima kasih.
Diketahuioleh Penguji III
(Fitriyani Lubis ,SST.MIK)