DESKRIPSI KARAKTERISTIK PENDERITA, LAMA DIRAWAT (LOS) DAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DIABETES MELLITUS PADA PASIEN JKN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG TRIWULAN I TAHUN 2014 KARYA TULIS ILMIAH
Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Diploma (Amd, PK) dari Program Studi DIII RMIK
Oleh : DIAN ARISTIKA D22.2011.01143
PROGRAM STUDI REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2014
i
HALAMAN HAK CIPTA
© 2014 Hak Cipta Karya Tulis Ilmiah Ada Pada Peneliti
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
DESKRIPSI KARAKTERISTIK PENDERITA, LAMA DIRAWAT (LOS) DAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DIABETES MELLITUS PADA PASIEN JKN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG TRIWULAN I TAHUN 2014
Disusun oleh : DIAN ARISTIKA D22.2011.01143
Disetujui untuk dipertahankan dalam ujian karya tulis ilmiah Tanggal :
Juli 2014
Pembimbing
(Kriswiharsi Kun S, SKM, M.kes)
iii
HALAMAN PENGESAHAN
DESKRIPSI KARAKTERISTIK PENDERITA, LAMA DIRAWAT (LOS) DAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DIABETES MELLITUS PADA PASIEN JKN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG TRIWULAN I TAHUN 2014. KARYA TULIS ILMIAH TAHUN 2014 Disusun oleh : DIAN ARISTIKA D22.2011.01143 Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang Semarang, Juli 2014
Tim Penguji Ketua
: dr. Zaenal Sugiyanto, M.Kes.
( ....………………… )
Anggota
: Maryani Setyowati, M.Kes.
( ………….………. )
Kriswiharsi Kun Saptorini, SKM, M.Kes.
Mengetahui, Dekan
(Dr. dr. Sri Andarini Indreswari, M.Kes)
iv
( ……………………. )
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya tulis ini secara khusus ku persembahkan kepada : ALLAH SWT ku yang telah memberikan kemudahan, serta rahmat dan hidayahNya padaku, serta Nabi Muhammad SAW ku yang menjadi teladan bagi umat, Bapak dan ibu tercinta terima kasih atas kasih sayang yang tidak henti - hentinya memberikan doa dan dukungan dalam setiap langkahku yang selalu diberikan tanpa mengenal lelah, Adikku Fitri dan Irul yang selalu memberikan doa dan tawa kepadaku, Buat sahabat - sahabatku MM yang selalu kompak makasih dan maaf sering ngerepotin, terima kasih kawan, Bu Kriswi & Pak Zen yang tak pernah lelah membimbingku, buat temen - temen D3 RMIK makasih buat doa, semangat, serta perjuangan kita bersama, Sahabat – sahabatku yang tercinta yang selalu senantiasa memberikan dukungan setiap waktu, Almamaterku tercinta Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang, serta semua pihak yang senantiasa mendukung.
v
HALAMAN RIWAYAT HIDUP
Nama
: Dian Aristika
Tempat / Tanggal Lahir : Jepara, 05 Januari 1993 Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Krasak RT 04 RW 06 Pecangaan Jepara
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD Negeri 01 Krasak tahun 1999 - 2005 2. SMP Negeri 01 Pecangaan tahun 2005 - 2008 3. SMA Negeri 01 Jepara tahun 2008 - 2011 4. Program Studi DIII Rekam
Medik
& Informasi Kesehatan
Universitas Dian Nuswantoro Semarang tahun 2011 - 2014
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah - Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul “ Deskripsi Karakteristik Penderita, Lama Dirawat (LOS) dan Epidemiologi Penyakit Diabetes Mellitus Pada Pasien JKN di RSUD Tugurejo Semarang Triwulan I Tahun 2014 ”. Adapun penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. Penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom, selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang, 2. Dr. dr. Sri Andarini Indreswari, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang, 3. Arif Kurniadi, M.Kom, selaku Ketua Program Studi DIII RMIK Universitas Dian Nuswantoro Semarang, 4. Retno Astuti, S.S, M,M, selaku Ketua Panitia Karya Tulis Ilmiah, 5. Kriswiharsi Kun S, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah,
6. Dr. Endang Agustinar, M.Kes selaku Direktur RSUD Tugurejo Semarang.
vii
7. Roni Rochman, Amd.PK selaku Kepala Bagian Rekam Medis sekaligus pembimbing lapangan di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo. 8. Seluruh Karyawan di RSUD Tugurejo Semarang serta semua pihak yang telah membantu dalam pelaksaaan pengambilan data, Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Semoga dapat memberikan manfaat kepada banyak pihak, khususnya rekan - rekan mahasiswa Diploma III Rekam Medis dan Informasi Kesehatan.
Semarang, Juli 2014
Penulis
viii
PROGRAM STUDI DIII REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2014 ABSTRAK DIAN ARISTIKA DESKRIPSI KARAKTERISTIK PENDERITA, LAMA DIRAWAT (LOS) DAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DIABETES MELLITUS PADA PASIEN JKN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG TRIWULAN I TAHUN 2014 xiv + 75 hal + 9 tabel + 3 grafik + 2 lampiran Penyakit Diabetes mellitus adalah penyakit dengan gejala kadar gula darah yang tinggi yang disebabkan tubuh tidak lagi memiliki hormon insulin atau insulin tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Penyakit ini juga dapat menimbulkan berbagai komplikasi sehingga membutuhkan sumber daya yang banyak dan cenderung memiliki lama dirawat yang lama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan karakteristik penderita, lama dirawat (LOS) dan epidemiologi penyakit Diabetes Mellitus pada pasien JKN di RSUD Tugurejo Semarang triwulan I tahun 2014. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif dengan metode observasi. Pendekatan dilakukan melalui pendekatan cross sectional yaitu dengan mengumpulkan data yang sudah ada pada indeks penyakit DM. Objek penelitian ini adalah pasien JKN dengan kasus DM. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil dimana jumlah penderita DM pada triwulan I terbanyak pada bulan Februari sebesar 44,83% yang terbanyak diderita oleh pasien dengan jenis kelamin pria dengan prosentase sebesar 51,73%, yang terdapat pada kelompok umur 51 - 60 tahun yaitu sebesar 34,48%. Tipe DM yang paling sering diderita tipe II, dengan komplikasi terbanyak adalah Ulcer of lower limb, not elsewhere classified. LOS yang sering terjadi 8 hari, LOS yang tidak sesuai dengan LOS INA CBG’s terbanyak pada severity level II (23,53%). Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat keparahan dan lama dirawat kasus DM dapat meningkat dengan adanya penyakit komplikasi yang diderita pasien sehingga perlu partisipasi yang lebih dari para petugas rumah sakit untuk menjalankan prosedur pelayanan serta pengetahuan tentang LOS standar INA - CBG’s sehingga lama dirawat pasien yang sudah terkena komplikasi dengan tingkat keparahan yang tinggi dapat di antisipasi. Kata Kunci
: Diabetes Mellitus, Lama Dirawat (LOS), INA - CBG’s
Kepustakaan
: 17 buah ( 1993 – 2014 )
ix
D III STUDY PROGRAM OF MEDICAL RECORD AND HEALTH INFORMATION FACULTY OF HEALTH DIAN NUSWANTORO UNIVERSITY SEMARANG 2014 ABSTRACT
DIAN ARISTIKA DESCRIPTION THE CHARACTERISTIC OF PATIENT, LOS, AND EPIDEMIOLOGYCAL DISEASE OF DIABETES MELLITUS IN JKN PATIENT IN RSUD TUGUREJO SEMARANG THE FIRST QUARTER 2014 xiv + 75 pages + 9 table + 3 graphic + 2 attachments Diabetes mellitus is a disease with symptoms of high blood sugar levels caused by the body no longer has the hormone insulin or the insulin does not work as it should. This disease can also cause a variety of complications that require a lot of resources and tend to have long length of stay. The purpose of this study is was to describe the characteristics of the patient, Length Of Stay (LOS) and the epidemiology of the disease in patients with Diabetes Mellitus JKN at RSUD Tugurejo Semarang first quarter of 2014. The research type was descriptive method of observation. The approach was ta cross - sectional approach to collect data that already exists in the index of DM. The object of this study were JKN patients with DM cases. Based on the research results, most people with diabetes in the first quarter ever in February (44.83%) the largest suffered by patients with male gender (51.73%) the age group 51-60 years was equal to 34.48%. DM type most often affects type II, with most complications Ulcer of lower limb, not elsewhere classified. LOS frequent 8 days, which is not appropriate with the LOS LOS INA - CBG's on severity level II (23.53%). From these results it can be concluded that the severity and duration of treated cases of diabetes can increase the presence of disease complications suffered by patients that need more participation from the hospital staff to perform service procedures as well as knowledge of the LOS standard INA – CBG’s so Length Of Stay patients complications have been hit with a high degree of severity can in anticipation. Key word
: Diabetes Mellitus, Length Of Stay (LOS), INA - CBG’s
Bibiliography
: 17 ( 1993 - 2014 )
x
DAFTAR ISI
Halaman Halaman Judul .................................................................................................. i Halaman Hak Cipta ........................................................................................... ii Halaman Persetujuan ....................................................................................... iii Halaman Pengesahan ...................................................................................... iv Halaman Persembahan .................................................................................... v Halaman Riwayat Hidup ................................................................................... vi Kata Pengantar ................................................................................................. vii Abstrak .............................................................................................................. ix Daftar Isi ............................................................................................................ x Daftar Tabel ...................................................................................................... xi Daftar Grafik ...................................................................................................... xii Daftar Gambar .................................................................................................. xiii Daftar Lampiran ................................................................................................ xiv BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5 1. Tujuan Umum ..................................................................................... 5 2. Tujuan Khusus..................................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 5 E. Ruang Lingkup .......................................................................................... 6
x
F. Keaslian Penelitian .................................................................................... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rekam Medis ............................................................................................. 8 B. Rumah Sakit .............................................................................................. 10 C. Statistik Rumah Sakit ................................................................................ 12 D. Mutu dalam Pelayanan Kesehatan ........................................................... 14 E. Standar Pelayanan Rumah Sakit .............................................................. 14 F. Indikator Kinerja Rumah Sakit................................................................... 16 G. Indikator Statistik Unit Rawat Inap ............................................................ 18 H. Diagnosis ................................................................................................... 20 I.
Karakteristik ............................................................................................... 21
J. Jaminan Kesehatan Nasional ................................................................... 22 K. INA - CBG’s ............................................................................................... 23 L. Diabetes Mellitus ....................................................................................... 24 M. Kerangka Teori .......................................................................................... 38 N. Kerangka Konsep ...................................................................................... 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian ..................................................................... 40 B. Identifikasi Variabel ................................................................................... 40 C. Definisi Operasional .................................................................................. 41 D. Populasi dan sampel ................................................................................. 42 E. Instrumen Penelitian .................................................................................. 43 F. Cara Pengumpulan Data .......................................................................... 43 G. Pengolahan Data ...................................................................................... 43 H. Analisis Data .............................................................................................. 44
xi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum RSUD Tugurejo Semarang ........................................ 45 B. Hasil Pengamatan .................................................................................... 56 C. Pembahasan ............................................................................................ 66 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................................. 72 B. Saran ........................................................................................................ 73 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 74
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tabel Keaslian Penelitian Tabel 2.1 Perbandingan DM tipe 1 dan 2 Tabel 2.2 Rekomendasi WHO Kriteria Diagnosis DM dan Hiperglikemia Intermediet Tabel 2.3 Gambaran Perbandingan Tipe 1 DM dengan Tipe 2 DM Tabel 4.1 Distribusi frekuensi pasien DM kasus DM triwulan I Tabel 4.2 Distribusi LOS riil pasien Tabel 4.3 Tabulasi silang antara umur dengan ketidaksesuaian LOS Tabel 4.4 Tabulasi silang antara jenis kelamin dengan ketidaksesuaian LOS Tabel 4.5 Klasifikasi DM menurut tipe Tabel 4.6 Tabulasi silang antara klasifikasi DM dengan ketidaksesuaian LOS Tabel 4.7 Jumlah penyakit komplikasi yang menyertai penderita DM Tabel 4.8 Sepuluh jenis penyakit komplikasi yang terbanyak diderita penderita DM Tabel 4.9 Tabulasi silang antara jumlah penyakit komplikasi dengan ketidaksesuaian LOS Tabel 4.10 Jumlah penderita berdasarkan tingkat keparahan Terhadap kesesuaian nilai LOS INA - CBG’s
xiii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Grafik LOS riil pasien terhadap standar LOS INA - DRG Grafik 4.2 Grafik prosentase penderita DM berdasarkan karakteristik umur Grafik 4.3 Grafik prosentase penderita DM berdasarkan karakteristik jenis kelamin Grafik 4.3 Grafik prosentase penderita DM berdasarkan tingkat keparahan
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Teori Gambar 1.2 Kerangka Konsep
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Checklist karakteristik penderita, lama dirawat (LOS) dan epidemiologi penyakit Diabetes Mellitus pada pasien JKN di RSUD Tugurejo Semarang Triwulan I Tahun 2014. 2. Surat Ijin melakukan penelitian
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Rumah sakit adalah bagian yang integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan yang dihubungkan melalui rencana pembangunan kesehatan, sehingga pengembangan rumah sakit pada saat ini tentu saja tidak dapat dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan kesehatan yaitu harus sesuai dengan garis - garis besar haluan negara, sistem kesehatan nasional, dan perundang - undangan lainnya. Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan semakin meningkat, ini berarti permintaan pelayanan kesehatan akan bertambah banyak, tetapi rumah sakit sebagai bagian dari sarana pelayanan kesehatan belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Terbatasnya kemampuan membayar dari masyarakat dan
faktor
sosiokultural mungkin menjadi penyebab utama. Selain itu faktor mutu dan efisiensi pelayanan yang kurang memadai juga merupakan penyebab belum dimanfaatkannya rumah sakit.(1) Beberapa syarat yang harus dipenuhi agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan dapat mencapai tujuan adalah tersedia (available), wajar (appropriate), berkesinambungan (continue), dapat diterima (acceptable), dapat dicapai (accesible), dapat dijangkau (affordable), efisien (efficient) serta bermutu (quality).(2)
1
2
AvLOS merupakan indikator yang sering digunakan dan sekaligus dapat digunakan untuk evaluasi dan perencanaan sumber daya rumah sakit. Selain dihitung dalam periode tahunan AvLOS juga dapat dihitung dalam periode bulanan dan dapat juga dinyatakan dalam masing masing kelas perawatan.(4) Peraturan
Menteri
1171/Menkes/Per/VI/2011
Kesehatan tentang
Republik
Sistem
Indonesia
Informasi
Rumah
nomor Sakit
tertanggal 15 Juni 2011 dan telah di undangkan tertanggal 1 Juli 2011 di Jakarta menyebutkan bahwa standar lama dirawat (AvLOS) yang sesuai dengan JUKNIS adalah 6 - 9 hari. Semakin tinggi angka AvLOS menunjukkan pelayanan kesehatan di unit rawat inap tersebut menurun atau telah terjadi ketidakefisiensian dalam pemberian pelayanan, sebaliknya semakin rendah angka AvLOS menunjukkan peningkatan mutu dan keefisiensian pelayanan kesehatan yang diberikan rumah sakit. Semakin
efisien
pelayanan
yang
diberikan
oleh
rumah
sakit,
mengakibatkan semakin terpuaskannya pasien akan kebutuhan jasa layanan kesehatan. (5) Angka lama dirawat (LD) dibutuhkan oleh pihak rumah sakit untuk menghitung tingkat penggunaan sarana dan untuk kepentingan finansial. Dari aspek medis, semakin panjang lama dirawat (LD) maka bisa menunjukkan kinerja kualitas medis yang kurang baik, karena pasien harus dirawat lebih lama. Dari aspek ekonomis, semakin panjang lama dirawat (LD) berarti semakin tinggi biaya yang nantinya harus dibayar oleh pasien dan juga yang diterima oleh rumah sakit. Demikian juga halnya dengan AvLOS. Sehingga perlu keseimbangan antara sudut
3
pandang medis dan ekonomis untuk menentukan AvLOS yang ideal. (6) Dalam perkembangan jaminan kesehatan di Indonesia, sistem Jaminan Kesehatan Nasional JKN 2014 yang dijalankan oleh Pemerintah mulai tanggal 1 Januari 2014 merupakan kelanjutan dari jaminan kesehatan yang dikelola pemerintah. JKN ini ditandai dengan beroperasinya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, yang
merupakan
implementasi dari berlakunya UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS dan UU Nomor 40 tahun 2004 tentang SJSN.(7) Pada survei awal yang telah di lakukan, didapatkan bahwa berdasarkan data 2013 di RSUD Tugurejo Semarang penyakit Diabetes Mellitus (DM) tergolong dalam daftar 10 penyakit terbanyak rawat inap. Jumlah pasien yang dirawat dengan diagnosa utama Diabetes Mellitus bulan Januari sampai dengan Maret tahun 2014 adalah 87 orang. Dalam standar INA - DRG dinyatakan bahwa lama dirawat untuk kasus Diabetes Mellitus adalah 7 - 20 hari. Hasil survei terhadap 10 dokumen rekam medis rawat inap pasien JKN yang diambil sampel secara acak dari indeks penyakit menunjukkan 4 sampel yang mempunyai lama dirawat melebihi standar INA - DRG. Sehingga apabila rata - rata AvLOS melebihi standar, artinya AvLOS tersebut menjadi tagihan rumah sakit dan kemungkinan berdampak pada segi finansial rumah sakit. Oleh karena itu perlu dideskripsikan karakteristik dan epidemiologi penyakit DM yang diderita oleh pasien tersebut, sehingga diketahui faktor - faktor yang kemungkinan meningkatkan LOS penderita.
4
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah penelitian ini yaitu terdapat LOS pasien yang tidak sesuai dengan standar INA – DRG sehingga pernyataan penelitiannya adalah “ Bagaimana Deskripsi Karakteristik Penderita, Lama Dirawat (LOS) dan Epidemiologi Penyakit Diabetes Mellitus Pada Pasien JKN di RSUD Tugurejo Semarang Triwulan I Tahun 2014 ? ”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui deskripsi karakteristik penderita, lama dirawat (LOS) dan epidemiologi penyakit Diabetes Mellitus pada pasien JKN di RSUD Tugurejo Semarang triwulan I tahun 2014. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui jumlah pasien JKN kasus DM triwulan I tahun 2014 . b. Mengetahui LOS pasien JKN kasus DM di RSUD Tugurejo Semarang triwulan I di RSUD Tugurejo Semarang. c. Mengetahui karakteristik (umur dan jenis kelamin) pasien JKN kasus DM di RSUD Tugurejo Semarang. d. Mengetahui
epidemiologi
penyakit
DM
pasien
kasus
DM
berdasarkan aspek klasifikasi, komplikasi, dan tingkat keparahan.
5
D. Manfaat Penelitian 1.
Bagi Rumah Sakit a. Sebagai bahan masukan
yang
dapat digunakan
untuk
meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit. b. Dapat menigkatkan kinerja rumah sakit melalui perencanaan strategi dengan tetap memperhatikan kondisi pasien. 2. Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian dan penerapan ilmu tentang Rekam Medis khususnya untuk statistik rumah sakit. 3. Bagi Akademik Sebagai bahan referensi di perpustakaan dan informasi tentang pengembangan ilmu statistik rumah sakit serta menjadi masukan untuk pertimbangan
bahan penelitian selanjutnya
dibidang statistik.
E. Ruang Lingkup 1. Lingkup Keilmuan Penelitian ini termasuk dalam lingkup ilmu rekam medis dan informasi kesehatan. 2. Lingkup Materi Materi yang diambil dalam penelitian ini adalah statistik rumah sakit. 3. Lingkup Lokasi Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang khususnya pada bagian instalasi rekam medis.
6
4. Lingkup Metode Metode yang dipakai adalah metode observasi. 5. Lingkup objek Objek penelitian ini adalah indeks penyakit pasien penderita penyakit Diabetes Mellitus tahun 2014. 6. Lingkup Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada Juni 2014.
F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Tabel Keaslian Penelitian No 1
Peneliti Tri Rezeki Yuni
Judul Penelitian
Metode
Tinjauan deskriptif Jenis
Dari hasil penelitian
karakteristik
disimpulkan bahwa
penelitian
penderita, lama Indriyati
Hasil Penelitian
dirawat (LOS), diagnosa Komplikasi dan
Penyakit komplikasi dan deskriptif dengan pendekatan
diagnosa penyerta pada kasus stroke
penyerta berpengaruh terhadap tingkat keparahan dan lama dirawatnya pasien
cross
sehingga disarankan
pasien jamkesmas sectional
untuk melakukan
di RSUD DR.
perawatan secara intensif
H.Soewondo
dan memberikan informasi
Kendal periode
agar pasien mengontrol
2012
kadar gula darah dengan menerapkan sehat
pola
hidup
7
Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti terdahulu berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini. Perbedaan tersebut terletak pada variabel yang diteliti, objek penelitian serta waktu penelitian. Pada penelitian saat ini yang diteliti yaitu deskripsi karakteristik penderita, lama dirawat (LOS) dan epidemiologi penyakit DM pada pasien JKN di RSUD Tugurejo Semarang triwulan I tahun 2014.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Rekam Medis 1. Pengertian rekam medis a. Menurut E.K Huffman, 1992 Rekam medis adalah rekaman atau catatan mengenai siapa, apa, mengapa, bilamana dan bagaimana pelayanan yang diberikan kepada seorang pasien selama masa perawatan dan memuat pengetahuan mengenai pasien dan pelayanan yang diperolehnya
serta
memuat
informasi
yang
cukup
untuk
mengidentifikasi (menemukenali) pasien, menegakkan diagnosa dan pengobatan serta merekam hasilnya. (8) 2. Manfaat dan kegunaan rekam medis Permenkes no.749a tahun 1989 menyebutkan bahwa Rekam Medis memiliki 5 manfaat yaitu : a. Sebagai dasar pemeliharaan kesehatan pengobatan pasien. b. Sebagai bahan pembuktian dalam perkara hukum. c. Bahan untuk kepentingan penelitian. d. Sebagai dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan e. Sebagai bahan untuk menyiapkan statistika kesehatan.(4) Dalam kepustakaan diketahui bahwa Rekam Medis memiliki 5 yang disingkat sebagai ALFRED yaitu :
8
9
a. Administrative Value rekam medis merupakan rekaman data administratif pelayanan kesehatan. b. Legal Value Rekam Medis bisa dijadikan bahn pembuktian di pengadilan. c. Financial Value Rekam medis dapat dijadikan sebagai bahan untuk perincian biaya pelayanan kesehatan yang harus dibayar oleh pasien. d. Research Value data rekam medis dapat dijadikan bahan untuk penelitian
dalam
lapangan
kedokter,
keperawatan,dan
kesehatan. e. Education Value data - data dalam rekam medis dapat dijadikan sebagai bahan pengajaran & pendidikan mahasiswa kedokteran, keperawatan, serta tenaga kesehatan lainnya. f. Documentation Value artinya dokumen rekam medis dapat dijadikan sebagai dokumentasi atau arsip sebagai pembuktian sejarah.(8) Kegunaan rekam medis secara umum adalah : a. Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga ahli lainnya yang
ikut
ambil
bagian
dalam
memberikan
pelayanan,
pengobatan, perawatan kepada pasien. b. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan / perawatan yang harus diberikan kepada seorang pasien. c. Sebagai
bukti
perkembangan
tertulis penyakit
atas dan
segala
tindakan
pengobatan
berkunjung / dirawat di rumah sakit.
pelayanan,
selama
pasien
10
d. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian, dan evaluasi terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien. e. Menyediakan data - data khusus yang sangat berguna untuk keperluan pendidikan dan penelitian. f. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit, maupun dokter serta tenaga kesehatan lainnya. g. Sebagai dasar didalam
penghitungan
biaya
pembayaran
pelayanan medik. h. Sebagai bahan pertanggungjawaban dan laporan.
B. Rumah Sakit a. Pengertian Rumah Sakit Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik. Berdasarkan undang - undang No. 44 Tahun 2010 tentang rumah sakit, yang dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.(8)
11
b. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Rumah Sakit Umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan. Dimana untuk menyelenggarakan fungsinya, maka rumah sakit umum menyelenggarakan kegiatan : 1) Pelayanan medis. 2) Pelayanan dan asuhan keperawatan. 3) Pelayanan penunjang medis dan nonmedis. 4) Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan. 5) Pendidikan, penelitian dan pengembangan. 6) Administrasi umum dan keuangan.(6) Sedangkan menurut undang - undang No. 44 tahun 2010 tentang rumah sakit, fungsi rumah sakit adalah : 1. Penyelenggaraan
pelayanan
pengobatan
dan
pemulihan
kesehatan seuai dengan standar pelayanan rumah sakit. 2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
12
3. Penyelenggaaan manusia
dalam
pendidikan rangka
dan
pelatihan
peningkatan
sumber
daya
kemampuan
dalam
pengembangan
serta
pemberian pelayanan kesehatan. 4. Penyelenggaraan penapisan
penelitian
teknologi
bidang
dan
kesehatan
dalam
rangka
peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahan bidang kesehatan.(9)
C. Statistik Rumah Sakit (6) 1. Pengertian statistik Kata statistik berasal dari kata status atau negara yang mencakup tiga pengertian yaitu sebagai ilmu, kegiatan, dan data. Statistik adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan, mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasi kan data. Menurut Undang - Undang RI No.7 tahun 1960, statistik adalah keterangan berupa angka - angka yang memberikan gambaran yang wajar dari seluruh ciri - ciri kegiatan dan keadaan masyarakat indonesia. 2. Pengertian statistik kesehatan Merupakan aplikasi metode statistik terhadap masalah masalah di bidang kesehatan. Statistik kesehatan bukan merupakan ilmu dasar, tetapi lebih tepat dikatakan sebagai ilmu terapan. Penggunaan aplikasi statistik di bidang kesehatan mempunyai ruang lingkup yang semakin luas. Penggunaan metode statistik tersebut antara lain :
13
a. Mengukur peristiwa - peristiwa penting atau vital event yang terjadi dalam masyarakat. b. Mengukur
status
kesehatan
masyarakat
dan
mengetahui
masalah kesehatan yang terdapat pada berbagai kelompok masyarakat. c. Membandingkan status kesehatan masyarakat di satu tempat dengan tempat lain, atau status kesehatan masyarakat yang sekarang dengan status kesehatan lampau. d. Meramalkan status kesehatan masyarakat di masa yang akan datang. e. Evaluasi tentang perjalanan, keberhasilan, dan kegagalan dari suatu program kesehatan atau pelayanan kesehatan yang sedang dilaksanakan. f. Keperluan estimasi tentang kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, serta menentukan secara pasti target pencapaian tujuan. g. Keperluan research terhadap masalah kesehatan, keluarga berencana, lingkungan hidup dan lain - lain. h. Perencanaan dan sistem administrasi kesehatan. i. Keperluan publikasi ilmiah di media massa. 3. Kegunaan statistik rumah sakit Pengumpulan data statistik merupakan fungsi penting dari suatu rumah sakit. Rekam medis adalah sumber penting dari suatu data yang dipakai untuk menyusun statistik medis. Petugas rekam
14
medis bertanggung jawab atas pengumpulan analisis, interpretasi, dan presentasi data statistik dimana saja. Data statistik rumah sakit biasanya digunakan untuk : a. Membandingkan penampilan antara rumah sakit masa lalu dengan masa sekarang. b. Merupakan acuan untuk perencanaan dan pengembangan rumah sakit atau klinik di masa yang akan datang. c. Menilai penampilan kerja tenaga medis perawatan dan staff lain. d. Mengetahui biaya rumah sakit atau teknis jika disponsori oleh pemerintah serta untuk melakukan penelitian. e. Penelitian.
D. Mutu Dalam Pelayanan Kesehatan Mutu pelayanan kesehatan adalah hasil akhir atau out come dari interaksi dan ketergantungan antara berbagai aspek, komponen, atau unsur organisasi pelayanan kesehatan sebagai suatu sistem. Hubungan mutu dan aspek dalam pelayanan kesehatan cara - cara peningkatan mutu pelayanan kesehatan dapat melalui pendekatan institusional atau individu.(2)
E. Standar Pelayanan Rumah Sakit Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat, maka tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas dan semakin nyaman semakin mendesak. Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, diperlukan suatu standar pelayanan yang baku.
15
Standar pelayanan rumah sakit terdiri dari 2 hal yaitu : 1. Standar pelayanan rumah sakit meliputi : a. Administrasi dan manajemen b. Pelayanan medis c. Pelayanan gawat darurat d. Kamar operasi e. Pelayanan intensif f.
Pelayanan perinatal resiko tinggi
g. Pelayanan keperawatan h. Pelayanan anastesi i.
Pelayanan radiologi
j.
Keselamatan kerja, kebakaran, dan kewaspadaan bencana
k. Pemeliharaan sarana l.
Perpustakaan
m. Pengendalian infeksi di rumah sakit n. Pelayanan sentralisasi sentral o. Pelayanan gizi p. Pelayanan medis q. Pelayanan laboratorium r. Pelayanan rehabilitasi medis 2. Standar pelayanan medis Yaitu suatu pedoman yang dijalankan untuk meningkatkan mutu menjadi makin efektif dan efisien. Efisiensi pelayanan medis tercermin dari tingkat jumlah hari pasien rawat inap tinggal di rumah sakit. Angka rata - rata jumlah hari pasien rawat inap tinggal di rumah
16
sakit tidak termasuk bayi lahir di rumah sakit, merupakan informasi yang penting untuk menilai atau mengevaluasi efisiensi pelayanan yang diberikan. Tujuan pelayanan medis : a. Melindungi masyarakat dari praktik - praktik yang tidak sesuai dengan standar profesional. b. Melindungi profesi dari tuntutan masyarakat yang tidak wajar c. Sebagai pedoman dalam pengawasan praktik dokter dan pembinaan serta peningkatan mutu pelayanan kedokteran. d. Sebagai pedoman untuk menjalankan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Ketentuan khusus standar pelayanan medis : a. Standar pelayanan medis merupakan suatu prosedur yang seyogyanya diikuti. b. Standar ini merupakan prosedur untuk kasus yang akan ditangani oleh spesialis yang bersangkutan. c. Standar ini merupakan acuan pelengkap bagi rumah sakit. d. Sebagai standar yang selalu berkembang sesuai dengan perkembangan dan situasi kondisi tempat yang ada.(10)
F. Indikator Kinerja Rumah Sakit
(11)
Keberhasilan dalam pengelolaan rumah sakit didukung dengan adanya sumber daya manusia sebagai tenaga kerja profesional. Sarana dan prasarana yang memadai serta beberapa faktor. Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu dan efisiensi pelayanan rumah sakit diperlukan berbagai indikator. Selain itu agar
17
informasi dapat bermakna ada nilai parameter yang akan dipakai sebagai nilai banding antara standar yang diinginkan. Banyak sekali indikator yang dipakai menilai rumah sakit yang sering digunakan yaitu : 1. BOR (Bed Occupancy Rate) Yaitu presentase pemakaian tempat tidur pada waktu satuan tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan dari tempat tidur rumah sakit. x 100% 2. ALOS (Average Length Of Stay) Yaitu rata - rata lama perawatan seorang pasien yang dirawat inap. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi dan mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosa tertentu yang dijadikan tracer (yang perlu pengamatan lebih lanjut).
3. TOI (Turn Over Interval) Yaitu rata - rata hari, tempat tidur tak terisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini juga memberikan gambaran tingkat efisiensi daripada tingkat penggunaan tempat tidur.
4. BTO (Bed Turn Over) Yaitu frekuensi pemakaian tempat tidur, beberapa kali dalam satuan waktu tertentu (biasanya 1 tahun) tempat tidur rumah sakit terpakai. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi pemakaian tempat tidur.
18
G. Indikator Statistik Unit Rawat Inap (URI) Statistik unit rawat inap digunakan untuk memantau kegiatan yang ada di unit rawat inap (URI), yang digunakan untuk menilai dan mengevaluasi kegiatan yang ada di unit rawat inap untuk perencanaan maupun pelaporan kepada instansi vertikal. Data yang diperoleh disesuaikan dengan kebutuhan pelaporan ke instansi diatasnya (Departemen Kesehatan), misalnya : 1. Data jumlah pasien 2. Data pelayanan 3. Data rujukan 4. Data tindakan medis pasien Data data diatas dapat diperoleh dari pencatatan yang ada di unit rawat inap, seperti : 1. Register pelayanan unit rawat inap 2. Sensus harian unit rawat inap 3. Rekapiltulasi sensus harian unit rawat inap 4. Rekapitulasi bulanan unit rawat inap 5. Laporan triwulan atau RL1 Kunjungan rawat inap diisi berdasarkan rekapitulasi bulanan,antara lain : a. Pasien awal triwulan b. Banyaknya pasien c. Banyaknya pasien keluar hidup
19
d. Banyaknya pasien meninggal / mati e. Pasien meninggal / mati kurang dari 48 jam f.
Pasien meninggal / mati lebih dari 48 jam
g. Jumlah lama dirawat h. Pasien sisa i.
Jumlah hari rawat
j.
Kelas utama / VIP
k. Kelas I l.
Kelas II
m. Kelas III A n. Kelas III B Untuk mengetahui pelayanan URI maka data diatas diolah dalam bentuk pemantauan harian, bulanan, dan tahunan sesuai dengan kebutuhan manajemen rumah sakit, maupun pelaporan kepada Dinas Kesehatan (DinKes). Pengolahan data statistik menggunakan
indikator
untuk
memudahkan
penilaian
dan
pengambilan keputusan. Beberapa indikator URI (Unit Rawat Inap) : a. Indikator cakupan pelayanan unit rawat inap 1) BOR 2) BTO 3) Ratio pasien rawat inap dengan penduduk b. Indikator mutu pelayanan unit rawat inap 1) NDR 2) GDR c. Indikator efisiensi pelayanan unit rawat inap
20
1) LOS 2) TOI 3) Ratio hari perawatan dengan perawat rawat inap Selain menggunakan beberapa indikator dan grafik yang menyajikan informasi dan data yang diolah, salah satu alat pemantau efisiensi yang dapat digunakan di unit rekam medis adalah grafik barber johnson.
H. Diagnosis (12) a. Pengertian Diagnosis merupakan kata / phrasa yang digunakan oleh dokter untuk menyebut suatu penyakit yang diderita seorang pasien, atau keadaan yang menyebabkan seorang pasien memerlukan / mencari / menerima asuhan medis ( medical care ). b. Macam - macam diagnosis Ada 3 macam diagnosis yaitu : i. Principal Diagnosis adalah diagnosis yang ditegakkan setelah dikaji,yang terutama bertanggung jawab menyebabkan admission pasien ke rumah sakit. ii. Other Diagnosis adalah diagnosis selain Principal Diagnosis yang menggambarkan suatu kondisi dimana pasien mendapatkan pengobatan, atau dimana dokter mempertimbangkan kebutuhan – kebutuhan untuk memasukkannya dalam pemeriksaan kesehatan lebih lanjut.
21
iii. Complication
adalah
suatu
diagnosis
tambahan
yang
menggambarkan suatu kondisi yang muncul setelah dimulainya observasi perawatan
di
rumah
sakit
yang
mempengaruhi
perjalanan penyakit pasien atau asuhan medis yang dibutuhkan. Dalam arti sempit, komplikasi menggambarkan suatu akibat yang tidak diharapkan, atau “misadventure” dalam asuhan medis pasien di rumah sakit. Dalam arti luas, komplikasi menunjukkan kondisi apapun yang timbul bersamaan (konkruen) dengan kondisi yang digambarkan dalam principal diagnosis tanpa memperhitungkan waktu “ onset-nya”. Asuransi kesehatan membedakan secara tegas komplikasi dan
Komorbiditas. Komplikasi adalah suatu kondisi yang muncul
selama pasien dirawat di rumah sakit yang memperpanjang LOS pasien tersebut setidaknya 1 hari rawat pada 75% kasus. Sedangkan komorbiditas adalah suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya yang karena keberadaannya bersama principal diagnosis tertentu, akan mengakibatkan peningkatan LOS pasien setidaknya 1 hari rawat inap pada 75% kasus.
I. Karakteristik (13) Sumber daya yang terpenting dalam organisasi adalah sumber daya manusia, orang - orang yang memberikan tenaga, bakat, kreativitas, dan usaha mereka kepada organisasi agar suatu organisasi dapat tetap eksistensinya. Setiap manusia memiliki karakteristik individu yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Berikut ini pendapat lain
22
mengenai karakteristik individu. Menurut Robbins (2006) menyatakan bahwa, .Faktor-faktor yang mudah didefinisikan dan tersedia, data yang dapat diperoleh sebagian besar dari informasi yang tersedia dalam berkas personalia seorang pegawai mengemukakan karakteristik individu meliputi usia, jenis kelamin, status perkawinan, banyaknya tanggungan dan masa kerja dalam organisasi. Faktor - faktor Karakteristik Individu a. Usia : Kamus Umum Bahasa Indonesia (1984) menyatakan bahwa, Usia (umur) adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). b. Jenis kelamin : Sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, manusia dibedakan menurut jenis kelaminnya yaitu pria dan wanita.
J. Jaminan Kesehatan Nasional (14) Jaminan Kesehatan Nasional JKN ini adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan
dan
perlindungan
dalam
memenuhi kebutuhan
dasar
kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Sedangkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) merupakan badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Dan pada tanggal 1 Januari 2014 BPJS mulai beroperasi. JKN ditandai dengan beroperasinya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, yang merupakan implementasi dari berlakunya UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS dan UU Nomor 40 tahun 2004 tentang SJSN.
23
Ada dua kelompok peserta yang dikelola BPJS kesehatan yaitu Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan Peserta Non PBI yang terdiri dari para pegawai negeri sipil (PNS), anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI, Polri, karyawan perusahaan swasta, juga pekerja mandiri).
K. INA CBG’S ( 15) INA - CBG merupakan sebuah singkatan dari Indonesia Case Base Groups yaitu sebuah aplikasi yang digunakan rumah sakit untuk mengajukan klaim pada pemerintah. Menurut kepala Dinas kesehatan DKI Jakarta, Dien Emmawati, INA-CBG merupakan sistem pembayaran dengan sistem "paket", berdasarkan penyakit yang diderita pasien. KJS menerapkan sistem pembayaran ini untuk pelayanan baru kesehatan bagi warga Jakarta. Arti dari Case Base Groups (CBG) itu sendiri, adalah cara pembayaran perawatan pasien berdasarkan diagnosis-diagnosis atau kasus – kasus yang relatif sama. Rumah Sakit akan mendapatkan pembayaran berdasarkan rata-rata biaya yang dihabiskan oleh untuk suatu kelompok diagnosis. Untuk lebih gamblang, sebuah contoh dipaparkan Dien. Misalnya, seorang pasien menderita demam berdarah. Dengan demikian, sistem INA-CBG sudah "menghitung" layanan apa saja yang akan diterima pasien tersebut, berikut
pengobatannya,
sampai
dinyatakan
sembuh.
INA-CBG
merupakan kelanjutan dari aplikasi INA-DRG yang lisensinya berakhir pada tanggal 30 September 2010 lalu. (Untuk diketahui, pemerintah harus membayar lisensi sebesar 4 miliar untuk INA-DRG). INA-CBG menggantikan fungsi dari aplikasi INA-DRG.
24
Sistem INA-CBG dikembangkan dari sistem casemix dari UNU-IIGH (The United Nations University-International Institute for Global Health). Proyek UNU INA-CBG ini didanai oleh Australian Agency for International Development (AusAID). Manual untuk INA-CBG ini sendiri telah resmi diserahkan pada Kementrian Kesehatan Indonesia pada tanggal 9 Januari 2013 lalu.
L. Diabetes Mellitus a. Pengertian Penyakit Diabetes mellitus adalah penyakit dengan gejala kadar gula darah yang tinggi yang disebabkan tubuh tidak lagi memiliki hormon insulin atau insulin tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Insulin disekresikan oleh sel-sel beta yang merupakan salah satu dari empat tipe sel dalam pulau - pulau Langerhans pankreas. Sekresi insulin akan meningkat dan menggerakkan glukosa ke dalam sel-sel otot, hati serta lemak. Insulin di dalam sel-sel tersebut menimbulkan efek seperti menstimulasi penyimpanan glukosa dalam hati dan otot (dalam bentuk glikogen), meningkatkan penyimpanan
lemak dari makanan dalam jaringan adiposa
mempercepat
pengangkutan
dan
asam - asam amino (yang berasal
dari protein makanan) ke dalam sel (Smeltzer dan Bare, 2002).
b. Klasifikasi Diabetes Mellitus 1. DM tipe I atau IDDM (Insulin Dependen Diabetes Mellitus )
25
DM tipe I adalah penyakit yang disebabkan oleh gangguan sistem imun atau kekebalan tubuh penderita dan mengakibatkan
kelainan sel pankreas sehingga terjadi reaksi
autoimun yang menyebabkan
kerusakan
sel beta. Penderita
Diabetes tipe 1 dikenal sebagai diabetes yang tergantung insulin. Tipe ini berkembang jika sel-sel beta pankreas memproduksi insulin terlalu sedikit atau bahkan tidak memproduksi sama sekali.
Jenis
ini
biasanya
muncul sebelum usia 40 tahun
bahkan termasuk pada usia anak-anak. Berdasarkan jumlah semua penderita diabetes, 5% – 10%nya adalah penderita diabetes tipe I. Diabetes jenis ini, sel-sel beta pankreas yang dalam keadaan normal menghasilkan hormon
insulin
sebagai
dihancurkan
akibatnya
oleh
suatu
proses
autoimun,
penyuntikan insulin diperlukan untuk
mengendalikan kadar glukosa darah. 2. DM tipe II atau NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) Diabetes tipe II yaitu diabetes yang tidak tergantung pada
insulin,
biasanya
terjadi sekitar 90 sampai 95% dari
penderita diabetes secara keseluruhan. Diabetes tipe II terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin atau akibat penurunan jumlah produksi insulin. Keadaan normal insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan akibatnya
insulin
dengan
reseptor
tersebut,
sel, sebagai terjadi
suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan
26
reaksi intrasel ini. Sehingga insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Upaya untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Penderita dengan toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian jika sel - sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Diabetes tipe
ini
pada mulanya diatasi dengan diet dan latihan, jika
kenaikan glukosa darah tetap terjadi, terapi diet dan latihan tersebut dilengkapi dengan obat hipoglikemik oral. 3. Diabetes Melitus MRDM (Malnutrition Related Diabetes Mellitus). Diabetes tipe ini berkaitan dengan sindroma hiperosmoler nonkeotik, disertai dengan keadaan yang diketahui atau dicurigai dapat menyebabkan penyakit pankreatitis, kelainan hormonal, obat-obatan
seperti
glukokortikoid
mengandung estrogen penyandang
dan
preparat
diabetes.
yang
Penderita
bergantung kepada pankreas untuk menghasilkan insulin. 4. Diabetes Mellitus pada kehamilan (Gestasional diabetes). Diabetes yang timbul pada saat kehamilan, yang diakibatkan oleh kombinasi dari kemampuan
reaksi dan
pengeluaran hormon insulin yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan ekstra pada kehamilan. Resiko terjadinya anomali
27
kongenital berkaitan
langsung
dengan derajat hiperglikemia
pada saat diagnosis ditegakkan.(16) Tabel 2.1 Perbandingan DM tipe I dan II DM Tipe 1
DM tipe 2
- Sel pembuat insulin rusak
- Lebih sering dari tipe 1
- Mendadak, berat dan fatal
- Faktor turuna positif
- Umumnya usia muda
- Muncul saat dewasa
- Insulin
- Biasanya diawali (trigger)
absolut
dibutuhkan
seumur hidup
dengan kegemukan
- Bukan turunan tapi autoimun
- Komplikasi
kalau
tidak
terkendali
Tabel 2.2 Kriteria Diagnosis DM dan Hiperglikemia Intermediet Diabetes :
>= 7.0 mmol/l (126mg/dl),
-
Glukosa puasa
atau
-
Glukosa 2 jam pp
>= 11.1 mmol/l (200mg/dl)
Impaired
Glucose
Tolerance <7.0 mmol/l (126mg/dl), dan
(IGT)
>=
7.8mmol/l
dan
<11.1
-
Glukosa puasa
mmol/l
-
Glukosa 2 jam pp
(140 mg/dl dan 2000 mg/dl)
Impaired Fasting Glukose (IFG)
6.1 – 6.9 mmol/l (110 – 125
-
Glukosa puasa
mg/dl),
-
Glukosa 2 jam pp*
(140mg/dl)
dan
<7.8
mmol/l
28
+ Glukosa plasma vena 2 jam setelah makan 75 gram glukosa *Jika 2 jam pp tidak diukur, status diabetes tidak jelas, dan IGT. Tabel 2.3 Gambaran Perbandingan Tipe 1 DM dengan Tipe 2 DM(17) Tipe 1 DM 1. Kejadian
1. Lebih
Tipe 2 DM banyak
di 1. Lebih
tinggi
di
negara maju (faktor
negara maju (faktor
genetik)
gaya
hidup
dan
status gizi) 2. Bnyaknya
2. 10 -15% kasus DM
2. 85 – 90% kasus DM
3. Pria
3. Wanita
Kasus 3. Gender
4. Trend
sedikit
lebih
lebih
banyak dari wanita
banyak dari lelaki
4. Masih tetap tinggi di
4. Menurun di negara
negara maju
maju,
tetapi
meningkat
di
negara berkembang
5. Autoantibody
5. Ya
5. Tidak
6. Gen HLA
6. Ya
6. Tidak
7. Usia timbul
7. Muda
7. Usia tua
8. Level insulin
8. Zero
8. Sedang / tinggi
9. Jenis
9. Autoimmun
9. Metabolik
gangguan
c. Patofisiologi Kerusakan sel β pankreas diperantarai oleh proses autoimun pada IDDM atau DM type 1. Petanda destruksi imun yang dapat diperiksa
adalah
autoantibody
islet cell, autoantibody
insulin,
29
autoantibody glutamic acid decarboxylase (GAD65). Satu atau lebih antibody tersebut terdeteksi pada 80 - 85% penderita hiperglikemia saat awal deteksi. Pada IDDM kadar glukosa darah sangat tinggi namun tidak dapat digunakan secara optimal untuk pembentukan energy, oleh karena itu energy diperoleh dari peningkata katabolisme lipid dan protein. Patofisiologi pada NIDDM disebabkan karena 2 hal yaitu penurunan insulin dan penurunan kemampuan sel β pancreas untuk mensekresi insulin sebagai respons terhadap beban glukosa. Konsentrasi insulin yang tinggi mengakibatkan reseptor insulin berupaya melakukan pengaturan sendiri (self regulation) dengan menurunkan jumlah reseptor atau down regulation. Hal ini membawa dampak pada penurunan respons reseptornya dan lebih lanjut mengakibatkan terjadinya resistensi insulin. Di lain pihak, kondisi hiperinsulinemia juga dapat mengakibatkan desentisasi reseptor insulin pada tahap postreceptor, yaitu penurunan aktivitas kinase reseptor, translokasi glucose transporter dan aktivasi glycogen synthase. Kejadian ini mengakibatkan terjadinya resistensi insulin. Pada resistensi insulin, terjadi peningkatan produksi glukosa dan penurunan glukosa sehingga mengakibatkan peningkatan kadar gula darah (hiperglikemik). Pada tahap ini, sel β pancreas mengalami adaptasi diri sehingga responsnya untuk mensekresi insulin menjadi kurang sensitive dan pada akhirnya membawa akibat pada defisiensi insulin.
30
d. Epidemiologi Epidemioligi tentang distribusi DM menurut prevalensinya cukup bervariasi, kurang dari 1% di Bantu Afrika hingga 50% pada kelompok Pima Indian di Amerika Serikat. Di internal AS sendiri terjadi variasi antar negara bagian dan kelompok etnik. Pada suatu kelompok etnik bisa juga ditemukan variasi yang bermakna, misalnya Cina yang hidup di Mauritis lebih prevalen DM dari mereka yang di daratan Cina. Ditinjau dari jenis DM, gambaran distribusi prevalensinya adalah : 1. DM tipe 1 10 – 15 % 2. DM tipe 2 85 – 90 % 3. Gestational Diabetes 2 – 3 % 4. Tipe lainnya : 1 – 3 % Tipe 1 DM (IDDM = Insulin Dependen Diabetes Mellitus) Merupakan suatu gangguan autoimune (autoimmune disorder) yang ditandai dengan kerusakan sel - sel beta Langerhans pancreas. Karena itu, DM jenis ini kebanyakan ditemukan pada anak atau usia muda, minimal sebelum usia 35 tahun. Sebaliknya, DM II akan kebanyakan menyerang usia lanjut, karena berhubungan dengan degenerasi atau kerusakan organ dan faktor gaya hidup. Prevalensi DM I ini berhubungan dengan umur, dimana makin meningkat umur menunjukkan peningkatan prevalensinya, hingga kelompok usia lanjut. Penderita pria sedikit lebih prevalen dibanding wanita, pada semua kelompok umur. Faktor genetik tampaknya berperan, sehingga jika seorang kembar DM, maka 50 %
31
kemungkinan kembarnya menderita DM pula. Tidak jelas, penurunan genetik apakah bersifat resesif atau dominan. Sekitar 4 % DM anak (Eropa) berasal dari keluarga / orang tua yang DM. Apakah usia ibu asal anak DM berpengaruh atau tidak, belum ditemukan kejelasan. Dari urutan kelahiran anak, tidak tampak perbedaan bermakna antara anak ke berapa dari anggota keluarga yang lebih cenderung mendapatkan DM. Walaupun demikian, pengaruh faktor lingkungan dan biologis juga dipertimbangkan seperti kebiasaan bayi / anak minum susu sapi, atau infeksi virus tertentu (Coxsackievirus dan Cytomegalovirus). Sementara itu, tipe 2 (NIDDM = Non - Insulin dependen DM) disebabkan oleh resistensi insulin, bisa atau tidak disertai gangguan produksi / penurunan insulin.(17) e. Faktor Risiko (16) 1. Genetik Faktor genetik merupakan faktor yang penting pada Diabetes Mellitus yang dapat mempengaruhi sel beta dan mengubah kemampuannya untuk mengenali dan menyebarkan sel rangsang sekretoris insulin. Keadaan ini meningkatkan kerentanan individu tersebut terhadap faktor-faktor lingkungan yang dapat mengubah integritas dan fungsi sel beta pankreas (Price & Wilson, 2002). 2. Usia DM tipe II biasanya terjadi setelah usia 30 tahun dan semakin sering terjadI setelah usia 40 tahun, selanjutnya terus
32
meningkat pada usia lanjut. Usia lanjut yang mengalami gangguan toleransi glukosa
mencapai
50-92%
(Medicastore,
2007;
Rochman dalam Sudoyo, 2006). Sekitar 6% individu berusia 45 64 tahun dan 11% individu diatas usia 65 tahun menderita DM tipe II (Ignativicius & Workman, 2006). Goldberg dan Coon dalam
Rochman (2006) menyatakan
bahwa umur sangat erat kaitannya dengan terjadinya kenaikan kadar glukosa darah, sehingga semakin meningkat usia maka prevalensi diabetes dan gangguan toleransi glukosa semakin tinggi. Proses menua yang berlangsung setelah usia 30 tahun mengakibatkan
perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia.
Perubahan dimulai dari tingkat sel, berlanjut pada tingkat jaringan dan akhirnya pada tingkat organ yang dapat mempengaruhi fungsi homeostasis.
Komponen
tubuh yang dapat mengalami
perubahan adalah sel beta pankreas yang menghasilkan hormon insulin, sel - sel jaringan target yang menghasilkan glukosa, sistem saraf, dan hormon lain yang mempengaruhi kadar glukosa. 3. Jenis kelamin Jenis kelamin laki-laki memiliki risiko diabetes meningkat lebih cepat. Para ilmuwan dari University of Glasgow, Skotlandia mengungkap hal itu setelah mengamati 51.920 laki - laki dan 43.137 perempuan. Seluruhnya merupakan pengidap diabetes tipe II dan umumnya memiliki indeks massa tubuh (IMT) di atas batas kegemukan atau overweight. Laki - laki terkena diabetes pada IMT rata-rata 31,83 kg/m2 sedangkan perempuan baru
33
mengalaminya pada IMT 33,69 kg/m2. Perbedaan risiko ini dipengaruhi
oleh
distribusi
lemak
tubuh.
Pada
laki-laki,
penumpukan lemak terkonsentrasi di sekitar perut sehingga memicu obesitas sentral yang lebih berisiko memicu gangguan metabolisme (Pramudiarja, 2011). 4. Berat badan Obesitas adalah berat badan yang berlebihan minimal 20% dari BB idaman atau indeks massa tubuh lebih dari 25Kg/m2. Soegondo (2007) menyatakan bahwa obesitas menyebabkan respon sel beta pankreas terhadap peningkatan glukosa darah berkurang, selain itu reseptor insulin pada sel di seluruh tubuh termasuk di otot berkurang jumlahnya dan kurang sensitif. 5. Aktivitas fisik Kurangnya yang
ikut
aktifitas
berperan
merupakan
salah
satu
faktor
dalam menyebabkan resistensi insulin
pada DM tipe II (Soegondo, 2007). Lebih lanjut Stevenson dan Lohman dalam Kriska (2007) menyatakan mekanisme aktifitas fisik dapat mencegah atau menghambat perkembangan DM tipe II yaitu : 1) Penurunan resistensi insulin; 2) peningkatan toleransi glukosa; 3) Penurunan lemak adipose; 4) Pengurangan lemak sentral; perubahan jaringan otot (Kriska, 2007). Semakin jarang kita melakukan aktivitas fisik maka gula yang dikonsumsi juga
akan
semakin
lama
terpakai,
akibatnya
prevalensi
peningkatan kadar gula dalam darah juga akan semakin tinggi.
34
6. Pola makan Penurunan diproses
kalori berupa karbohidrat
dan gula yang
secara berlebihan, merupakan faktor eksternal yang
dapat merubah integritas dan fungsi sel beta individu yang rentan (Prince
&
Wilson,
2002).
Individu
melakukan diet untuk mengurangi
yang
pemasukan
obesitas
harus
kalori sampai
berat badannya turun mencapai batas ideal. Penurunan kalori yang moderat penurunan
(500-1000
Kkal/hari)
akan menghasilkan
berat badan yang perlahan tapi progresif (0,5-1
kg/minggu). Penurunan berat badan 2,5-7 kg akan memperbaiki kadar glukosa darah (American Diabetes Association; 2006; Price & Wilson, 2002; Sukarji dalam Soegondo, 2007). 7. Stress Respon stress menyebabkan terjadinya sekresi sistem saraf simpatis yang diikuti oleh sekresi simpatis-medular, dan bila stress menetap maka sistem hipotalamus-pituitari akan diaktifkan dan akan mensekresi corticotropin releasingfactor yang menstimulasi pituitari anterior memproduksi adenocorticotropic faktor (ACTH). ACTH memstimulasi produksi kortisol, yang akan mempengaruhi peningkatan kadar glukosa darah. (Guyton & Hall, 1996; Smeltzer & Bare, 2008).
f. Komplikasi (17) Komplikasi pada penyakit Diabetes Mellitus ada 3, yaitu : 1) Jangka pendek
35
a)
Hiperglikemia Hiperglikemia atau gula darah tinggi dalam waktu yang panjang dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan organ tubuh. Komplikasi ini dapat terjadi jika pasien tidak mengambil tindakan - tindakan untuk mengurangi level glukosa dalam darah seperti injeksi insulin, atau karena disebabkan pola makan dan hidup yang tidak berorientasi pada penanganan penyakit diabetes.
b)
Hipoglikemia Dalam beberapa kasus, penderita diabetes melakukan penanganan yang salah dan berlebihan sehingga level glukosa dalam darah menjadi terlalu rendah. Melewatkan jam makan dan olahraga serta mengkonsumsi obat diabetes (memperkecil kadar glukosa) atau melakukan injeksi insulin bisa menyebabkan hipoglikemia.
c)
Ketoacidosis Ketoacidosis adalah komplikasi penyakit diabetes yang terjadi saat tubuh tidak mampu menggunakan glukosa/gula darah sebagai energi karena kekurangan insulin. Saat selsel tubuh kekurangan energi, mereka akan menggunakan cadangan lemak sebagai energi. Saat jaringan lemak terganggu, terbentuklah zat keton (racun) dalam tubuh. Kondisi ini bisa mengakibatkan kesulitan bernapas, sakit perut parah, dan juga dehidrasi.
36
2) Jangka panjang a)
Kerusakan mata Penyakit diabetes dapat merusak pembuluh darah di mata, yang bisa menyebabkan berbagai seperti katarak, glaukoma, kerusakan retina, hingga kebutaan.
b)
Masalah pada kulit dan kaki Penderita diabetes sangat rentan terhadap masalah pada kaki. Rusaknya jaringan saraf dan pembuluh darah akan membatasi aliran darah ke tempat tersebut. Luka gores kecil di kaki atau kulit dengan mudah berubah menjadi luka infeksi yang sangat parah. Tanpa perhatian yang serius, luka tersebut akan semakin menyebar dan merusak. Pada kondisi terparah, bagian tersebut harus diamputasi agar infeksi tidak terus menyebar.
c)
Masalah jantung Seseorang dengan diabetes beresiko tinggi terkena masalah jantung. Peneliti mengatakan bahwa resiko serangan jantung pada penderita diabetes sama dengan orang yang pernah terkena serangan jantung sebelumnya.
d)
Neuropathy Gula yang berlebih pada tubuh dapat merusak saraf dan jaringan pembuluh di kaki dan tangan, menyebabkan kesemutan, mati rasa, sakit atau sensasi seperti terbakar.
37
Pada kondisi mati rasa yang parah, penderita diabetes bahkan tidak dapat merasakan rasa sakit jika tergores, hingga akhirnya sadar saat luka tersebut melebar dan terinfeksi. Selain beberapa komplikasi di atas, penyakit-penyakit yang memiliki potensi terjadi pada penderita diabetes dalam jangka panjang yaitu Infeksi kulit, Infeksi saluran kemih, Gagal ginjal, dan Disfungsi ereksi.(17) g. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan glukosa darah puasa dan 2 jam sesudah makan, air seni, foto rontgen paru, dan pemeriksaan lain sesuai dengan komplikasi. h. Konsultasi Dokter spesialis dalam. i. Terapi Pilar pengobatan Diet disesuaikan dengan status gizi dan kegiatan pasien Latihan jasmani dan penyuluhan Obat hipoglikemik (oral / insulin) sesuai dengan indikasi.
38
M. Kerangka Teori
LOS standar INA-DRG
Epidemiologi 1. Klasifikasi DM 2. Komplikasi 3. Tingkat keparahan
Kondisi pasien Diabetes Mellitus
Berdasarkan karakteristik pasien: 1. Umur 2. Jenis kelamin
Gambar 1.1 Kerangka Teori (diambil dari 2 sumber)
LAMA DIRAWAT (LOS)
Mutu pelayanan medis dan EFISIENSI
39
N. Kerangka Konsep
LOS standar INA - DRG
Kondisi pasien Diabetes Mellitus
Epidemiologi 1. Klasifikasi DM 2. Komplikasi 3. Tingkat keparahan
LAMA DIRAWAT (LOS)
Sesuai
Berdasarkan karakteristik pasien: 1. Umur 2. Jenis kelamin
Gambar 1.2 Kerangka Konsep
Tidak Sesuai
40
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Metode penelitian 1. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu dengan menunjukkan hasil - hasil yang telah didapatkan sesuai dengan keadaan sebenarnya sehingga pembaca lebih mudah mengerti dan mendapatkan gambaran yang jelas mengenai hasil penelitian. 2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara langsung di lapangan. 3. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional yaitu dengan
mengumpulkan
dan
melihat
data
yang
menggunakan data retrospektif.
B. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini , variabel yang digunakan adalah : 1. Diabetes Mellitus 2. Umur 3. Jenis Kelamin 4. LOS pasien 5. LOS INA - DRG 6. Klasifikasi DM
40
sudah
ada
41
7. Diagnosa Komplikasi 8. Tingkat Keparahan
C. Definisi Operasional No Variabel
Definisi Operasional
1
Diabetes
Penyakit dengan gejala kadar gula darah yang tinggi
Mellitus
yang disebabkan tubuh tidak lagi memiliki hormon insulin atau insulin tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya yang diperoleh berdasarkan observasi indeks penyakit DM di RSUD Tugurejo Semarang.(16)
2
Umur
Lama waktu hidup sejak lahir sampai dengan saat dirawat yang tercatat dalam lembar resume di RSUD Tugurejo Semarang.(13)
3
Jenis Kelamin
Perbedaan menurut jenis kelaminnya yaitu pria dan wanita pada pasien berdasarkan data yang tertulis pada lembar resume di RSUD Tugurejo Semarang.(13)
4
Lama Dirawat
Jumlah hari pasien dirawat di rumah sakit yang
( LOS )
diperoleh dari perhitungan tanggal keluar - tanggal masuk
berdasarkan
lembar
resume
di
RSUD
Tugurejo Semarang.(6) 5
ALOS
Rata - rata lama rawat pada pasien dengan kasus
INA – DRG
Diabetes Mellitus yang sesuai dengan hasil grouping dalam software INA - DRG.
6
Klasifikasi DM
Pengelompokan berdasarkan
tipe
penyakit 1
dan
Diabetes tipe
2
Mellitus
yang
akan
42
mempengaruhi severity level pasien berdasarkan observasi pada lembar resume INA - CBG’s di RSUD Tugurejo Semarang. 7
Diagnosa
Suatu diagnosis tambahan yang menggambarkan
Komplikasi
suatu kondisi yang observasi
perawatan
muncul setelah di
rumah
mempengaruhi perjalanan penyakit
dimulainya sakit
yang
pasien
atau
asuhan medis yang dibutuhkan sesuai dengan observasi pada lembar resume di RSUD Tugurejo Semarang.(12) 8
Tingkat
Severity yang menunjukkan nilai keseriusan pada
Keparahan
kasus penyakit Diabetes Mellitus yang muncul berdasarkan hasil grouping INA CBG’s di RSUD Tugurejo Semarang.
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah pasien JKN dengan diagnosa utama Diabetes Mellitus selama Bulan Januari sampai dengan Maret (triwulan I) tahun 2014 RSUD Tugurejo Semarang sejumlah 87 orang. 2. Sampel Sampel merupakan total populasi yaitu sebanyak 87 responden yang diambil dari indeks komputerisasi penyakit DM.
43
G. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa check list untuk mengambil dan mengumpulkan data yang didapat dari indeks penyakit Diabetes Mellitus dan hasil grouping INA - CBG’s, yaitu mencatat nama dan no. RM pasien serta mengamati dan meneliti karakteristik responden.
H. Cara Pengumpulan Data Pengumpulan data lama hari dirawat pasien Diabetes Mellitus dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung terhadap Indeks penyakit dan hasil grouping INA - CBG’S.
I. Pengolahan Data Berdasarkan pengumpulan data instrumen penelitian diatas, maka penelitian ini menggunakan pengolahan data dengan : 1. Collecting yaitu pengolahan data - data meliputi data identitas, data identitas sosial, dan data identitas klinis. 2. Editing yaitu mengoreksi data yang telah dikumpulkan. 3. Klasifikasi yaitu pengelompokan data - data menurut kategori dan klasifikasi tertentu. 4. Tabulating yaitu menampilkan data - data dalam bentuk tabel untuk memudahkan analisis.
44
J. Analisa Data Data di dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif, yaitu menguraikan hasil pengamatan yang dikelompokkan sesuai dengan tujuan penelitian untuk dibandingkan dengan teori, sehingga dapat diambil kesimpulan.
45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum RSUD Tugurejo Semarang 1. Sejarah a. Tahun 1952 Bagian dari Dinas Pemberantasan Penyakit Kusta Provinsi Jawa Tengah. b. Tahun 1968 Menjadi Rumah Sakit Kusta Tugurejo. c. September 1993 Merupakan Rumah Sakit Kusta (khusus) milik Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Tengah dengan Eselon IV A. d. 5 Juli 1996 Terbit Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 743/Menkes/Sk/VI 1/1996 tentang Penetapan kelas Rumah Sakit Kusta Tugurejo Semarang menjadi setara dengan Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C. e. 13 Januari 1999 Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 1999 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Kusta Propinsi Jawa Tengah. f. 26 Desember 2000
45
46
Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Nomor 1810/Menkes-Kesos/SK/XI 1/2000 tentang Perubahan Status Rumah Sakit husus menjadi Rumah Sakit Umum. g. 28 Januari 2003 Terakreditasi dengan status akreditasi penuh tingkat dasar sertifikat YM.00.03.2.2.159. h. 19 Nopember 2003 Keputusan Menteri Kesehatan Rl No. 1600/MENKES/SK/XI/2003 tentang Peningkatan Kelas B Non pendidikan Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang milik Pemerintah Propinsi Jawa Tengah. i. 16 Maret 2007 Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo telah Tersertifikasi ISO 9001:2000 untuk manajemen mutu, yaitu Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap (Amarylis 1), Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Farmasi, Instalasi Laboratorium, Instalasi Radiologi, Pelayanan Rekam Medis dan penunjang pelayanan lainnya. j. 6 Februari 2008 Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Terakreditasi dengan status penuh tingkat lengkap (16 bidang pelayanan) dengan sertifikat No. 01-10/111/359/08, yaitu Administrasi dan Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan, Rekam Medis, Farmasi, K3, Radiologi, Laboratorium, Kamar Operasi,
Pengendalian
Infeksi
di
Rumah
Sakit,
Perinatal
47
ResikoTinggi,
Pelayanan
Rekam
Medis,
Pelayanan
Gizi,
Pelayanan Intensif, Pelayanan Darah. k.
07Juni2008 Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jawa Tengah.
l. 29 Juli 2008 Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo menjadi RS model akreditasi untuk 5 pelayanan yaitu administrasi manajemen, pelayanan
medis,
keperawatan,
pelayanan
Rekam
Medik
gawat
darurat,
dengan
pelayanan
sertifikat
No.
HK.03.05/111/2689/08. m. 01 Januari 2009 RSUD Tugurejo ditetapkan menjadi Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah penuh berdasarkan Surat
Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 059/78/2008 Tanggal 21 Oktober 2008 Tentang penetapan status pengelolaan keuangan BLUD RSUD Tugurejo Semarang. n.
16 Maret 2010 Tersertifikasi ISO 9001:2008 untuk manajemen mutu, yaitu Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap (Amarylis 1), Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Farmasi, Instalasi Laboratorium, Instalasi Radiologi, Pelayanan Rekam Medis, dan penunjang pelayanan lainnya.
o.
17 Maret 2011
48
Terakreditasi penuh tingkat lengkap (16 bidang pelayanan) yang ke-2. p.
09 Agustus 2012 Penghargaan Citra Bhakti Kinerja Pelayanan Publik tingkat Provinsi Jawa Tengah.
2. Visi, Misi, dan Motto a. Visi “ Rumah Sakit Prima, Mandiri Dan Terdepan Di Jawa Tengah ”
b. Misi 1)
Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia.
2)
Meningkatkan
sarana
dan
prasarana
dalam
rangka
menunjang pelayanan medis dan memberikan kenyamanan kepada pasien, keluarga pasien dan karyawan. 3)
Meningkatkan program pengembangan mutu pelayanan medis dan non medis secara berkesinambungan.
4)
Mewujudkan kemandirian, efisiensi, efektifitas dan fleksibilitas pengelola keuangan.
5)
Menjadi pusat pendidikan kedokteran dan kesehatan lain, serta penelitian dan pengembangan bidang kesehatan.
6)
Mengembangkan pelayanan unggulan.
c. Motto “ Kesembuhan dan Kepuasan Anda Adalah Kebahagiaan Kami “
49
3. Jenis Pelayanan Rumah Sakit a. Gawat Darurat Visi : Memberikan pelayanan Kegawat Daruratan dengan Cepat,Tepat dan Cermat Dalam mewujudkan pelayanan yang cepat, tepat dan cermat dalam pelayanan yang komprehensif dengan tersedianya sumber daya manusia yang unggul dibidangnya masing masing serta fasilitas ruang dan peralatan yang memadai dikhususkan untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan kegawat daruratan bagi masyarakat.
b. Instalasi Instalasi Medik yang terdiri dari : a. Bank Darah b. Farmasi c. Instalasi Bedah Sentral d. Instalasi Gizi e. Laboratorium PA f. Pusat Diagnostik g. Radiologi h. Laboratorium Klinik Instalasi Non Medik : a. CSSD b. IPSRS RS Tugurejo c. PDE
50
d. Pemulasaran jenasah e. Rekam Medis f. Sanitasi
c. Rawat Inap a. Ruang Amarilis b. Ruang Alamanda c. Ruang Anggrek d. Ruang Bougenvile e. Ruang Dahlia f. Ruang Flamboyan g. Ruang ICU/ ICUU/ PICU/ NICU/ HCU h. Ruang Kenanga i. Ruang Mawar j. Ruang Melati k. Ruang Tulip (Peristi)
d. Rawat Jalan a. Hemodialisa b. Klinik Bedah Plastik c. Poli Gigi d. Poli Spesialis Anak e. Poli Spesialis Bedah f. Poli Spesialis Kebidanan g. Poli Spesialis Kulit dan Kelamin h. Poli Spesialis Mata i. Poli Spesialis Orthoped
51
j. Poli Spesialis Penyakit Dalam k. Poli Spesialis Syaraf l. Poli Spesialis THT m. VCT n. Rehab Medik o. Poli Paru e.
Trauma Center
52
53
B. Gambaran Umum Instalasi Rekam Medis di RSUD Tugurejo Semarang Tugas pokok dan fungsi jabatan masing - masing Unit Rekam Medis : a. Pendaftaran 1)
Melaksanakan pelayanan pendaftaran pasien rawat jalan sesuai prosedur pelayanan rekam medis di TPPRJ.
2)
Melaksanakan pelayanan pendaftaran pasien rawat inap sesuai prosedur pelayanan rekam medis di TPPRI.
3)
Melaksanakan pelayanan pendaftaran pasien gawat darurat sesuai prosedur pelayanan rekam medis di TPPGD.
b. Assembling / Perakit 1)
Mengambil SHRJ, SHGD, SHRI, beserta DRM rawat jalan, gawat darurat, dan rawat inap setiap hari.
2)
Meneliti kelengkapan isi dan merakit kembali urutan formulir rekam medis.
3)
Mencatat dan mengembalikan DRM yang isinya belum lengkap dan secara periodic melaporkan kepada kepala unit rekam medis.
4)
Mengendalikan penggunaan formulir – formulir rekam medis dan secara periodik melaporkan kepada kapala unit rekam medis mengenai jumlah dan jenis formulir relam medis yang digunakan.
5)
Mengalokasikan dan mengendalikan nomor rekam medis.
6)
Menyerahkan DRM yang sudah lengkap ke bagian koding / indeksing.
54
7)
Menyerahkan sensus harian ke fungsi pelaporan / analisa.
8)
Menyerahkan DRM yang tidak lengkap ke bagian yang bertanggung
jawab,
untuk
dilengkapi
dan
selanjutnya
mengambil DRM dalam waktu 14 X 24 jam. c. Koding / Indeksing 1)
Menerima DRM dari bagian Assembling.
2)
Memisahkan dan menyerahkan DRM ke bagian Filling / Penyimpanan.
3)
Mencatat indeks penyakit, operasi, dokter, dan kematian dikartu indeks masing - masing jenis penyakit, jenis operasi / tindakan, nama dokter dan jumlah kematian.
4)
Mengkode jenis penyakit dari berbagai instalasi.
5)
Menyimpan indeks penyakit, operasi, kematian, dan dokter pada penyimpanan indeks.
d.
Filing / Penyimpanan
1)
Menerima DRM yang sudah lengkap.
2)
Menyimpan DRm dengan metode Terminal Digit Filing ( TDF).
3)
Menyediakan DRM untuk keperluan pelayanan pasien dengan menggunakan tracer.
4)
Melacak
DRM
yang
tidak
ditemukan
pada
tempat
penyimpanan. 5)
Melakukan retensi dan penyortiran DRM menjadi dokumen aktif dan dokumen non aktif.
6)
Bersama tim pemusnah melakukan pemusnahan formulir yang tidak dilestarikan.
55
7)
Bersama kepala unit rekam medis membuat abstrak DRM dilestarikan.
e. Pelaporan / Analisa 1)
Mengumpulkan dan menganalisa data RM dan menyajikan / pelaporan informasi kegiatan RS Bhayangkara Semarang.
2)
Mengumpulkan data RM dari sensus harian kemudian direkap ke formulir RP 1.
3)
Menyusun laporan RL 1 berdasarkan RP 1.
4)
Menyusun laporan RL 2a, 2b, 2a1, 2b1, 2c
5)
Menyusun laporan 10 besar penyakit rawat jalan dan rawat inap.
6)
Menyusun laporan RL 3 berdasarkan laporan inventarisasi.
7)
Menyusun laporan RL 4 berdasarkan laporan ketenagaan.
8)
Menyusun laporan RL 5 berdasarkan inventarisasi alat kedokteran.
9) 10)
Melaporkan penyakit menular / wabah ke DKK. Menyusun laporan XKR 11 - 20 ke Pusdokkes Polri.
56
C. Hasil Pengamatan Hasil pengamatan yang dilakukan di RSUD Tugurejo Semarang dalam periode triwulan I tahun 2014 pada indeks penyakit, hasil grouping INA - CBGS’s, serta lembar resume yang dirangkum dalam bentuk ceklist di dapatkan hasil sebagai berikut : 1. Jumlah pasien JKN kasus Diabetes Mellitus triwulan I tahun 2014 Tabel 4.1 Distribusi frekuensi pasien DM kasus DM triwulan I No
Bulan
∑
%
1
Januari
25
28,73%
2
Februari
39
44,83%
3
Maret
23
26,44%
87
100,00%
Jumlah
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa prosentase jumah pasien DM pada triwulan I paling banyak terdapat pada bulan Februari sebanyak 44,83% dan paling sedikit terdapat pada bulan Maret sebesar 26,44%.
2. Lama Dirawat / LOS ( Length Of Stay ) Lama dirawat merupakan jumlah hari pasien dirawat di rumah sakit yang diperoleh dari perhitungan tanggal keluar - tanggal masuk berdasarkan indeks penyakit di RSUD Tugurejo Semarang. Pada output software INA – CBG’s terdapat perbedaaan standar LOS berdasarkan tingkat keparahan penyakit DM yang diderita. Berikut hasil pengolahan data dari total sampel 87 pasien :
57
Tabel 4.2 Distribusi LOS riil pasien LOS (hari)
Jumlah
%
1
1
1,15%
2
1
1,15%
3
4
4,59%
4
8
9,19%
5
7
8,05%
6
6
6,89%
7
7
8,05%
8
10
11,49%
9
9
10,34%
10
7
8,05%
11
5
5,75%
12
3
3,45%
13
3
3,45%
14
5
5,75%
15
2
2,29%
16
1
1,15%
17
1
1,15%
18
2
2,29%
21
1
1,15%
22
2
2,29%
34
1
1,15%
42
1
1,15%
Jumlah
87
100,00%
58
Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan bahwa prosentase LOS riil pasien JKN dengan diagnosa DM terbanyak yaitu pada lama dirawat 8 hari sebesar 11,49%. Sedangkan LOS paling sedikit yaitu pada lama dirawat 1 hari, 2 hari, 16 hari, 17 hari, 21 hari, 34 hari, dan 42 hari dengan prosentase masing - masing 1,15%.
Grafik LOS riil pasien terhadap standar LOS INA - DRG 28.73% Sesuai 71.27%
Tidak sesuai
Grafik 4.1 Grafik LOS riil pasien terhadap standar LOS INA – DRG Berdasarkan grafik 4.1 diketahui bahwa dari total 87 pasien DM, 28,73% diantaranya mempunyai LOS yang tidak sesuai dengan standar INA – DRG.
3.
Distribusi kasus penyakit Diabetes Mellitus menurut umur Umur merupakan jumlah tahun sejak lahir sampai dengan saat dirawat yang tercatat dalam indeks penyakit di RSUD Tugurejo Semarang. Prosentase yang didapatkan dari total sampel 87 pasien berdasarkan karakteristik umur adalah sebagai berikut :
59
Grafik Grafik Grafik Grafik prosentase penderita DM presentase presentaseGrafik presentase presentase berdasarkan karakteristikpenderita umurDM penderita penderitaDM penderita berdasarkan DM DM berdasarkan berdasarka karakteristik berdasarka karakteristik umur, n 21-30, n umur, 31-40, karakteristi 2.29%, 2% karakteristi 6.89%, 7% k umur, 61- k umur, 7170,… 80, 6.89%,…
Grafik presentase penderita DM berdasarkan 9-20 karakteristik umur, 81-90, 41-50, 9-20, 21-30 26.45%, 1.15%, 2% 2.29%, 1% 26% 31-40 41-50 51-60 61-70
Grafik presentase penderita DM berdasarkan karakteristik umur, 51-60, 34.48%, 35%
71-80 81-90
Gambar 4.2 Grafik prosentase penderita DM berdasarkan karakteristik umur Berdasarkan grafik 4.2 dapat diketahui bahwa dari total sampel sebanyak 87 pasien, jumlah pasien paling sedikit terdapat pada kelompok umur 9 - 20 tahun yaitu sebesar 1,15% sedangkan yang paling banyak terdapat pada kelompok umur 51 - 60 tahun yaitu sebesar 34,48%. Tabel 4.3 Tabulasi silang antara umur dengan ketidaksesuaian LOS
9 - 20 21 – 30 31 – 40 41 – 50 51 – 60 61 – 70 71 – 80 81 – 90
Ketidaksesuaian LOS Sesuai Tidak sesuai 0 1 1 1 5 1 13 10 21 9 15 2 5 1 2 0 62 25
Total 1 2 6 23 30 17 6 2
60
Dari tabel tersebut diketahui bahwa ketidaksesuaian LOS riil pasien dengan standar INA – DRG pada kelompok umur 51 – 60 tahun sebanyak 9 pasien sedangkan yang paling sedikit pada kelompok 81 – 90 tahun 0 pasien.
4.
Distribusi kasus penyakit Diabetes Mellitus menurut jenis kelamin Karakteristik jenis kelamin merupakan jenis kelamin pasien berdasarkan data yang didapatkan dari indeks penyakit Diabetes Mellitus. Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan hasil sebagai berikut :
Grafik prosentase penderita DM berdasarkan karakteristik jenis kelamin
48.27% 51.73%
Pria Wanita
Gambar 4.2 Grafik prosentase penderita DM berdasarkan karakteristik jenis kelamin Berdasarkan grafik diatas maka dapat diketahui bahwa dari total sampel pasien sebesar 87, jumlah pasien DM pada jenis kelamin pria dengan prosentase sebesar 52,73% jauh lebih banyak dibandingkan jenis kelamin wanita sebesar 48,27%.
61
Tabel 4.4 Tabulasi silang antara jenis kelamin dengan ketidaksesuaian LOS Ketidaksesuaian LOS Sesuai Tidak sesuai 35 10 27 15 62 25
Pria Wanita
Total 45 42
Dari tabel tersebut diketahui bahwa ketidaksesuaian LOS riil pasien dengan standar INA – DRG yang terbanyak ada pada pasien wanita dibandingkan dengan pria.
5.
Klasifikasi kasus penyakit Diabetes Mellitus Klasifikasi DM merupakan pengelompokan penyakit DM berdasarkan tipe 1 dan tipe 2 yang akan mempengaruhi tingkat keparahan pasien berdasarkan observasi pada hasil grouping INA CBG’s di RSUD Tugurejo Semarang. Berikut hasil pengelompokan tersebut : Tabel 4.5 Klasifikasi DM menurut tipe Tipe DM
Kode
Jumlah
%
Tipe I
E10.4 - E10.9
3
3,45%
Tipe II
E11.1 - E14.9
84
96,55%
Jumlah
100,00%
Berdasarkan tabel diatas, dari total 87 sampel pasien DM yang diamati terdapat tipe DM yang paling banyak diderita yaitu tipe II
62
dengan prosentase sebesar 66,67% sedangkan yang paling sedikit yaitu tipe I dengan prosentase 3,45% Tabel 4.6 Tabulasi silang antara klasifikasi DM dengan ketidaksesuaian LOS Ketidaksesuaian LOS Sesuai Tidak sesuai 1 2 61 23 64 25
Tipe I Tipe II
Total 3 84
Dari tabel tersebut diketahui bahwa ketidaksesuaian LOS riil pasien terhadap standar LOS INA – DRG terbanyak adalah pasien yang masuk dalam kategori DM tipe II dibandingkan tipe I. 6.
Diagnosa Komplikasi Pada indeks penyakit DM yang digunakan di RSUD Tugurejo Semarang dicantumkan diagnosa utama sebagai diagnosis yang ditegakkan setelah dikaji,
yang terutama bertanggung jawab
menyebabkan admission pasien ke rumah sakit. Namun
selain
itu
terdapat
diagnose
tambahan
yang
menggambarkan suatu kondisi yang muncul setelah dimulainya observasi perawatan di rumah sakit yang mempengaruhi perjalanan penyakit pasien atau asuhan medis yang dibutuhkan dan tercantum pada indeks penyakit DM di RSUD Tugurejo Semarang.
63
Tabel 4.7 Jumlah penyakit komplikasi yang menyertai penderita DM No
Jumlah penyakit komplikasi
Jumlah
Prosentase
1
>2 penyakit komplikasi
51
58,62%
2
≤2 penyakit komplikasi
36
41,38%
87
100,00%
Jumlah
Berdasarkan tabel 4.7 pasien dengan diagnose utama DM yang memiliki diagnose komplikasi lebih dari 2 sebesar 58,62% jauh lebih banyak dibandingkan dengan pasien yang memiliki diagnose komplikasi kurang dari atau sama dengan 2 yaitu sebesar 41,38%.
Tabel 4.8 Sepuluh jenis penyakit komplikasi terbanyak diderita penderita DM No
Jenis Komplikasi
Jumlah
1
Ulcer of lower limb, not elsewhere classified
22
2
Essential (primary) hypertension
22
3
Diabetic polyneuropathy
9
4
Disorder of plasma - protein metabolism, not elsewhere classified
16
5
Other specified diseases of stomach and duodenum
7
6
Hypo - osmolality and hyponatraemia
5
7
Dizziness and giddiness
5
8
Anaemia, unspecified
9
9
Hypokalaemia
8
10
Septicaemia, unspecified
10
64
Dari tabel 4.8 didapatkan bahwa dari 10 terbanyak diagnose komplikasi DM, diagnose yang paling sering terjadi adalah Ulcer of lower limb, not elsewhere classified. Setelah itu diagnose komplikasi kedua yang sering diderita adalah Essential (primary) hypertension, kemudian diikuti oleh Disorder of plasma - protein metabolism, not elsewhere classified. Tabel 4.9 Tabulasi silang antara jumlah penyakit komplikasi dengan ketidaksesuaian LOS
>2 komplikasi ≤2 komplikasi
Ketidaksesuaian LOS Sesuai Tidak sesuai 40 11 22 14 62 25
Total 51 36
Dari tabel tersebut diketahui bahwa ketidaksesuaian LOS riil pasien terhadap standar LOS INA – DRG yang terbanyak yaitu pasien yang mempunyai jumlah komplikasi ≤2 komplikasi.
7.
Tingkat keparahan (severity level) Tingkat keparahan (severity level) merupakan severity yang menunjukkan nilai keseriusan pada kasus penyakit Diabetes Mellitus yang muncul berdasarkan hasil grouping INA CBG’s di RSUD Tugurejo Semarang. Dalam suatu kasus penyakit hal ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tarif dalam suatu diagnose primer sesuai dengan diagnose sekunder dan tindakan yang diberikan dalam kasus tersebut. Jika tingkat keparahannya semakin tinggi, maka biaya yang diperlukan semakin tinggi pula walaupun
65
dengan diagnose utama yang sama. Berdasarkan standar INA - DRG untuk kasus DM terbagi menjadi 3 macam tingkat keparahan, berikut hasil dari data yang didapatkan :
Grafik prosentase penderita DM berdasarkan tingkat keparahan 17.24%
24.14% Level I
Level II Level III
58.62%
Gambar 4.3 Grafik prosentase penderita DM berdasarkan tingkat keparahan Dari gambaran grafik 4.3 didapatkan bahwa berdasarkan tingkat keparahan pada kasus DM, yang terbanyak pada level II sebesar 58,62% sedangkan yang paling sedikit pada level III sebesar 17,24% dari 87 total penderita. Tabel 4.10 Jumlah penderita berdasarkan tingkat keparahan Terhadap kesesuaian nilai LOS INA - CBG’s No
Severity
1 2 3
I II III
Sesuai ∑ 11 39 12
% 52,38% 76,47% 80%
Tidak sesuai ∑ % 10 47,62% 12 23,53% 3 20%
Total 100,00% 100,00% 100,00%
66
Berdasarkan tabel 4.10, persentase LOS yang tidak sesuai dengan LOS INA - CBG’s pada severity level I (47,62%) lebih besar daripada severity level II (23,53%) dan severity level III (20%).
D. Pembahasan Penyakit Diabetes mellitus adalah penyakit dengan gejala kadar gula darah yang tinggi yang disebabkan tubuh tidak lagi memiliki hormon insulin atau insulin tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya.(16) Menurut hasil pengamatan berdasarkan tujuan khusus, untuk kasus dengan diagnose utama DM dapat dijelaskan berdasarkan beberapa variable yang diteliti antara lain : jumlah pasien DM, umur dan jenis kelamin, lama dirawat, klasifikasi DM, serta diagnose komplikasi. Berikut ini adalah pembahasannya :
1. Jumlah pasien Berdasarkan hasil pengamatan pada indeks penyakit DM di RSUD Tugurejo Semarang, untuk jumlah pasien rawat inap JKN dengan diagnose utama DM yang dirawat mulai dari bulan Januari sampai dengan Maret (triwulan I) tahun 2014 tercatat sebanyak 87 pasien. Persentase jumlah pasien DM pada triwulan I paling banyak terdapat pada bulan Februari sebanyak 39 dan paling sedikit terdapat pada bulan Maret sebesar 23 pasien, sedangkan untuk bulan Januari sebanyak 25 pasien. Hal ini berarti Pada bulan Maret jumlah pasien DM mengalami peningkatan yang cukup banyak sebesar 21,87%,
67
namun pada bulan Maret kembali menurun jumlahnya sebanyak 25,81%.
2. Lama dirawat / LOS (Length Of Stay) Lama dirawat merupakan jumlah hari pasien dirawat di rumah sakit yang diperoleh dari perhitungan tanggal keluar - tanggal masuk berdasarkan indeks penyakit di RSUD Tugurejo Semarang. Lama dirawat termasuk ke dalam variabel penelitian ini. Di rumah sakit untuk standar lama dirawatnya pasien DM tergantung pada tingkat keparahannya. Sehingga apabila lama dirawat tersebut melebihi dari standar yang telah ditetapkan ada kemungkinan disertai dengan penyakit komplikasi. LOS riil pasien merupakan LOS pasien selama ia dirawat di rumah sakit sampai selesai perawatan. Dari hasil pengamatan, LOS riil pasien JKN dengan diagnosa DM yang paling banyak terjadi yaitu pada lama dirawat 8 hari dengan prosentase sebesar 11,49%. Diikuti LOS paling sedikit yaitu pada lama dirawat 1 hari, 2 hari, 16 hari, 17 hari, 21 hari, 34 hari, dan 42 hari dengan prosentase masing - masing 1,15%. Berdasarkan LOS riil pasien tersebut didapatkan sebanyak 28,74% yang tidak sesuai dengan standar INA – DRG. Oleh karena itu lama dirawat pasien bervariasi dan sangat tergantung dengan kondisi pasien tersebut apalagi jika terjadi
komplikasi
berlangsung.
yang
dialami
pasien
selama
perawatan
68
3. Umur Berdasarkan hasil pengamatan pasien JKN dengan diagnosa utama Diabetes Mellitus periode triwulan I tahun 2014 dapat dikelompokkan ataupun digolongkan menurut umur. Dalam penelitian ini, kasus DM paling banyak menyerang kelompok umur 51 - 60 tahun yaitu sebesar 34,48% dan kelompok umur 41 – 50 tahun yaitu sebesar 26,45%. Hal ini menggambarkan bahwa hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang menyebutkan bahwa mulai pada kelompok usia > 45 tahun keatas menjadi faktor resiko DM, khususnya pada tipe II. Sedangkan pada tipe I kelompok usia yang menjadi faktor resiko adalah mulai pada usia 20 tahun. Goldberg dan Coon dalam Rochman (2006) menyatakan bahwa umur sangat erat kaitannya dengan terjadinya kenaikan kadar glukosa darah, sehingga semakin meningkat usia maka prevalensi diabetes dan gangguan toleransi glukosa semakin tinggi. Proses menua yang berlangsung setelah usia 30 tahun mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia. Perubahan dimulai dari tingkat sel, berlanjut pada tingkat jaringan dan akhirnya pada tingkat organ yang dapat mempengaruhi fungsi homeostasis. Komponen tubuh yang dapat mengalami perubahan adalah sel beta pankreas yang menghasilkan hormon insulin, sel - sel jaringan target yang menghasilkan
glukosa, sistem
saraf,
dan
hormon
lain
yang
mempengaruhi kadar glukosa.(16) Namun dalam tabulasi antara umur terhadap ketidaksesuaian LOS standar INA – DRG, didapatkan bahwa justru pada kelompok
69
umur 51 – 60 tahun ketidaksesuaiannya lebih sedikit dibandingkan kelompok umur 41 – 50 tahun.Sehingga walaupun menjadi kelompok umur terbanyak yang menderita DM, nilai LOSnya masih cenderung sesuai.
4. Jenis Kelamin Berdasarkan hasil pengamatan, untuk pasien DM JKN di RSUD Tugurejo Semarang pada jenis kelamin pria jauh lebih banyak dengan prosentase sebesar 51,73% dibandingkan pasien dengan jenis kelamin wanita yang jauh lebih sedikit dengan prosentase 48,27%. Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa Jenis kelamin pria memiliki risiko diabetes meningkat lebih cepat. Para ilmuwan dari University of Glasgow, Skotlandia mengungkap hal itu setelah mengamati 51.920 pria dan 43.137 wanita. Seluruhnya merupakan pengidap diabetes tipe II dan umumnya memiliki indeks massa tubuh (IMT) di atas batas. Pria terkena diabetes pada IMT rata-rata 31 sedangkan wanita baru mengalaminya pada IMT 33 (Pramudiarja, 2011).(16) Selain itu, prevalensi diabetes di semua umur diseluruh dunia diperkirakan 2,8% pada tahun 2000 dan 4,4% pada tahun 2030. Walaupun DM diderita lebih banyak oleh wanita namun prevalensinya lebih tinggi pada pria.(18) Dalam tabulasi antara jenis kelamin dengan ketidaksesuaian LOS standar INA – DRG ,didapatkan bahwa justru LOS riil pasien dengan jenis kelamin wanita yang cenderung lebih tidak sesuai.
70
5. Klasifikasi DM
Berdasarkan hasil pengamatan, diagnose utama DM terdiri dari beberapa jenis dan pada triwulan I yang diambil dari indeks penyakit DM terdapat 16 kode diagnose DM. Untuk kode DM yang masuk ke dalam tipe II lebih banyak sebesar 96,55% dibanding kode yang masuk ke dalam DM tipe I yang hanya sebesar 3,45%. Hal ini sejalan dengan hasil pengamatan yang menggambarkan jumlah pasien DM dengan kode tersebut memang jauh lebih banyak dari tipe I. Namun pada tabulasi antara klasifikasi DM terhadap kesesuaian LOS standar INA – DRG dapat diketahui bahwa DM tipe II yang paling sering terjadi justru LOS nya cenderung tidak sesuai.
6. Diagnosa komplikasi
Komplikasi yang merupakan diagnose tambahan yang menggambarkan suatu kondisi yang muncul setelah dimulainya observasi perawatan di rumah sakit yang mempengaruhi perjalanan penyakit pasien atau asuhan medis yang dibutuhkan yang tercantum pada indeks penyakit DM. Dari total 87 pasien DM yang memiliki diagnose komplikasi lebih dari 2 sebesar 58,62% jauh lebih banyak dibandingkan dengan pasien yang memiliki diagnose komplikasi kurang dari atau sama dengan 2 yaitu sebesar 41,38%. Jenis 10 diagnose komplikasi DM terbanyak yang diderita pasien JKN pada triwulan I yaitu Ulcer of lower limb, not elsewhere classified, Essential
71
(primary) hypertension, Diabetic polyneuropathy, Disorder of plasma protein metabolism, not elsewhere classified, Other specified diseases of stomach and duodenum, Hypo - osmolality and hyponatraemia, Dizziness and giddiness, Anaemia, unspecified, Hypokalaemia, Septicaemia, unspecified. Dari 10 besar diagnose komplikasi tersebut yang paling banyak terjadi adalah Ulcer of lower limb, not elsewhere classified dengan 22 pasien yang menderita dari total 87 pasien. Setelah itu diagnose komplikasi kedua yang sering diderita adalah Essential (primary) hypertension, kemudian diikuti oleh Disorder of plasma - protein metabolism, not elsewhere classified. Dalam
tabulasi
antara
jumlah
komplikasi
terhadap
ketidaksesuaian LOS INA – DRG diketahui bahwa pada pasien yang mempunyai komplikasi ≤ 2 LOSnya cenderung tidak sesuai .
7. Tingkat keparahan (severity level) Jumlah pasien JKN dengan diagnose utama DM di RSUD Tugurejo Semarang pada triwulan I tahun 2014 pada level II (58,62%) lebih banyak dibandingkan dengan pasien pada level I (24,14%) dan pada level III (17,24%) dari 87 total penderita. Berdasarkan hasil pengamatan prosentase LOS yang tidak sesuai dengan LOS INA - CBG’s pada tingkat keparahan I (47,62%) jauh lebih besar dibandingkan psosentase LOS pada tingkat keparahan II (23,53%) dan tingkat keparahan III (20%). Hal ini berarti pada tingkat keparahan yang paling banyak muncul yaitu tingkat II, maka LOS pasien juga cenderung menjadi tidak sesuai.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Jumlah pasien rawat inap dengan diagnose utama Diabetes Mellitus di RSUD Tugurejo Semarang periode triwulan I tahun 2014 adalah 87 pasien yang terbanyak pada bulan Februari (44,83%). 2. LOS riil terbanyak pasien JKN dengan diagnose utama DM triwulan I tahun
2014
yaitu
pada
lama
dirawat
8
hari
dengan
total
ketidaksesuaian dengan standar INA – DRG (28,73%). 3. Penderita DM dengan diagnosa utama DM di RSUD Tugurejo Semarang triwulan I tahun 2014 berdasarkan karakteristik umur, terdapat jumlah penderita terbanyak pada kelompok umur 51 - 60 tahun (34,48%) dengan ketidaksesuaian LOS terhadap standar INA – DRG terbanyak justru pada kelompok umur 41 – 50 tahun. 4. Penderita DM dengan dengan diagnose utama DM di RSUD Tugurejo Semarang triwulan I tahun 2014 berdasarkan karakteristik jenis kelamin,
paling
banyak
diderita
oleh
pria
(51,73%)
dengan
ketidaksesuaian LOS terhadap standar INA – DRG terbanyak justru pada jenis kelamin wanita. 5. Kode DM yang masuk ke dalam klasifikasi DM tipe II lebih banyak dibanding kode yang masuk ke dalam DM tipe I (66,67%) sehingga ketidaksesuaian LOS terhadap standar INA – DRG juga tinggi. .
72
73
6. Jumlah penderita DM yang mempunyai diagnose komplikasi lebih dari 2 (58,62%) jauh lebih banyak dibandingkan yang kurang dari atau sama dengan 2 (41,38%) dengan ketidaksesuaian LOS terhadap standar INA – DRG justru terbanyak pada DM dengan ≤ 2 komplikasi. Dari 10 jenis diagnose komplikasi DM terbanyak yang paling sering diderita yaitu Ulcer of lower limb, not elsewhere classified.
7. Berdasarkan tingkat keparahan penyakit DM, LOS terbanyak yang tidak sesuai dengan standar INA – DRG masuk pada tingkat keparahan II (23,53%) dan merupakan tingkat keparahan yang sering muncul.
B. Saran
1. Perlunya meningkatkan kerjasama antara pasien maupun petugas rumah sakit dalam melaksanakan prosedur pelayanan dengan efektif dan efisien sehingga meningkatnya lama dirawat dapat diantisipasi. 2. Pelatihan dan pendidikan perlu dilaksanakan mengenai dampak peningkatan LOS pasien khususnya dari segi financial bagi rumah sakit. 3. Pengetahuan kepada petugas khususnya dokter dan perawat perlu di maksimalkan sehingga tepat dalam proses klaim asuransi.
74
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonym. Pengukuran Kinerja Rumah Sakit di Indonesia. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta : 1993. 2. Azwar, Azrul. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi ketiga. Binarupa Aksara. Jakarta : 1996. 3. http://www.hukor.depkes.go.id/up prod kepmenkes/KMK%20No.%20908 %20ttg%20Pelayanan%20%Keperawatan%20%Keluarga.pdf diakses tanggal 27 April 2014. 4. www.buk.depkes.go.id/2010/12/ diakses tanggal 28 April 2014. 5. Kementrian Kesehatan RI, Juknis Sistem Infomasi Rumah Sakit: 2011. 6. Riwidikdo, Handoko. Statistik Kesehatan. Edisi ketiga. Mitra Cendikia. Yogyakarta : 2009. 7. http://medicalrecord.wordpress.com/2007/05/18/rekam-medik/diakses tanggal 28 April 2014. 8. http://kedaiobatcocc.wordpress.com/2010/05/24/ diakses tanggal 29 April 2014. 9. http://id.wikipedia.org/wiki/Rawat_inap/ diakses tanggal 29 April 2014. 10. http://www.scribd.com/doc/46349696/Standar-Pelayanan-RumahSakit/di akses pada tanggal 28 - 4-2014. 11. Pohan. Imbalo. S. Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan. EGC. Jakarta : 2006.
75
12. Kresnowati, Lily. Modul KPT II (Morbiditas Coding). Universitas Dian Nuswantoro, Semarang, tahun 2010,(tidak dipublikasikan). 13. http://repository.usu.ac.id/bitstream/.../3/Chapter%20II.pdf/ diakses tanggal 1 Mei 2014. 14. http://askep-net.blogspot.com/2013/08/ diakses tanggal 1 Mei 2014. 15. http://inacbg.blogspot.com/2013/12/ diakses tanggal 02 Mei 2014. 16. http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=9428/ diakses tanggal 1 Mei 2014. 17. Bustan, M.N.DR. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta. Jakarta : 2007