KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) DPT/HB COMBO DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA MATSUM II TAHUN 2015
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Diploma-III Ahli Madya Kebidanan
Oleh :
INTAN JULIANI BTBR NIM : 12/AB/021
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUMATERA UTARA PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN MEDAN 2015
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) DPT/HB COMBO DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA MATSUM II TAHUN 2015
Oleh :
Nama
: INTAN JULIANI BTBR
Nim
: 12/AB/021
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUMATERA UTARA PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN MEDAN 2015
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: INTAN JULIANI BTBR
Tempat/Tanggal Lahir
: Medan, 20 Juli 1994
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Anak Ke
: 1 Dari 2 Bersaudara
Alamat
: Jl. Kasik Putih Kabupaten Pasaman Barat
Riwayat Keluarga Nama Ayah
: Iskandar Batubara
Nama Ibu
: Netty Siregar
Pekerjaan Ayah
: Petani
Pekerjaan Ibu
: Petani
Nama Saudara
: Indra Syahyuty Batubara
Riwayat Pendidikan SD
: Lulus Tahun 2000-2006 SDN 16 Karang Putih
SMP
: Lulus Tahun 2006- 2009 SMPN 01 Sungai Aur
SMA
: Lulus Tahun 2009- 2012 MAN Lembah Melintang
AKBID
: Mengikuti pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumut.
ABSTRAK Kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa efek vaksin ataupun efek samping toksisitas, reaksi sensitivitas, efek farmakologis atau kesalahan program, koinsidensi, reaksi suntikan, ataupun hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan disebut kejadian ikutan pasca imunisasi. Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang paling serius terjadi pada anak adalah reaksi anafilaktoid diperkirakan 2 dalam 100.000 dosis DPT, tetapi yang benar-benar reaksi anailaksis hanya 1-3 kasus diantara 1 juta dosis. Berdasarkan data WHO tahun 2000, terdapat kematian balita sebesar 1,4 jiwa per tahun akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, misalnya : batuk rejan 294.000 (20 %), tetanus 198.000 (14 %), campak 540.000 (38 %). Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/Hb Combo di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum II Tahun 2015. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskritif dengan pendekatan Cross Sectional peneliti ingin mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/Hb Combo Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum II. Jumlah sampel 34 orang. Pengumpulan data dengan kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji univariate didapatkan hasil 11 orang (32,4%) berpengetahuan baik, 14 orang (41,2%) berpengetahuan cukup, dan 9 orang (26,5%) berpengetahuan kurang. Pengetahuan ibu tentang kejadian ikutan pasca Imunisasi (KIPI) DPT/Hb Combo adalah cukup. Diharapkan kepada Puskesmas Kota Matsum agar lebih menigkatkan mutu pelayanan kesehatan dan memberikan penyuluhan khususnya informasi kesehatan tentang kejadian ikutan pasca imunisasi DPT/Hb Combo.
Kata kunci
: Pengetahuan, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Adapun judul Karya Tulis Ilmiah ini “Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/Hb Combo Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum II Tahun 2015”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melengkapi tugas dan memenuhi salah satu syarat dalam meyelesaikan KTI. Dalam menyelesaikan KTI ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi isi maupun bahasanya. Untuk itu penulis mengharapkan adanya masukan dan saran untuk perbaikan KTI ini. Penulis banyak mendapat bantuan dalam menyelesaikan KTI ini, baik dalam bentuk moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Drs. Asman Karo-karo, MM, selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. 2. Dr. Paul Sirait, SKM, MM, M.Kes selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. 3. Ibu Evawani Martalena Silitonga, SKM. M,Si selaku Pembantu Ketua I Bidang Akademik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara dan selaku Ketua Program Studi D-III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu
i
4. Kesehatan Sumatera Utara dan selaku penguji I yang telah memberikan waktu untuk menjadi penguji bagi peneliti juga telah memberikan saran dan dukungan kepada penulis. 5. Bapak Donal Nababan, SKM, M.Kes selaku Pembantu Ketua II Bidang Administrasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. 6. Bapak Dian Fajariadi, SKP. Ns M.Kep selaku Pembantu Ketua III Bidang Kemahasiswaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. 7. Ibu Ibu Vera Christina Hulu S. Psi, M. Kes, Psikolog selaku Ka.Prodi Kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. 8.
Ibu Era Friska Munthe, SST selaku pembimbing KTI dan sekaligus ketua penguji yang telah meluangkan waktu, pikiran dalam memberikan bimbingan, saran, dukungan peneliti sehingga KTI ini dapat terselesaikan.
9. Ibu Nova Prihartini, SST selaku penguji I yang telah memberikan waktu dan bersedia menjadi penguji bagi peneliti dan telah memberikan saran dan dukungan kepada penulis. 10. Ibu Vera Christina Hulu S. Psi, M. Kes, Psikolog selaku penguji II yang telah memberikan waktu dan bersedia menjadi penguji bagi peneliti dan telah memberikan saran dan dukungan kepada penulis 11. Seluruh Staf Dosen Program Studi D-III Kebidanan yang telah banyak memberikan ilmu dan pendidikan kepada penulis selama masa perkuliahan sehingga penulis dapat memperoleh ilmu yang bermanfaat.
ii
12. Bapak Jumianto selaku Kepala Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang yang telah memberikan saran dan dukungan kepada penulis. 13. Seluruh pegawai di Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang terimakasih atas izin penelitian dan kerjasamanya sehingga penulis dapat menyelesaikan KTI ini. 14. Ayahanda dan Ibunda tercinta Iskandar Batubara dan Netty Siregar yang telah memberikan kasih sayang yang tiada henti dalam membesarkan dan mendidik saya, dan selalu mendo’akan saya hingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 15. Adikku tersayang Indra Syahyuty Batubara dan Fitri Yani Batubara dan keluarga besar saya yang telah banyak memberikan dukungan yang tak ada henti-hentinya kepada penulis. 16. Terspesial Bang Apun (Amri, S.Kep,Ners) yang sudah banyak membantu dan selalu ada buat penulis dalam menyelesaikan tugas KTI ini. 17. Teman-teman Saya Ninci Tarihoran (Tata’ Ici’), Karina Latersia (Mado Ku), yang telah membantu memberikan dukungan dalam penyelesaian KTI. 18. Buat Sahabat saya Rupina Pasaribu (Nyonya), Hotni Sari Haloho (Boru), Ita Mulyati Gea, Nurhayati Ginting, Daniarti Siburian, Ismailia Rahma (Mbak), Adelina Nainggolan (Mandak) yang telah banyak memberikan do’anya dan inspirasi dalam penyelesaian KTI. iii
19. Kepada teman-teman saya satu bimbingan Ibu Era Friska Munthe, SST terima kasih atas kebersaaan canda, tawa, suka dan duka yang selama ini kita lewati bersama-sama dari proposal hingga sidang. 20. Buat kakak angkat saya tersayang kak Indah Pertiwi, Am.Keb yang tiada lelah memberikan do’a, dukungan, dan tenaganya dalam penyelesaian KTI tersebut. 21. Tak lupa mengucapkan banyak terima kasih buat teman-teman sejawat tingkat III Akademi Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara yang selalu memberikan semangat dan dukungannya kepada penulis. Akhir kata penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan Proposal ini dan semoga dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Medan,
Juni 2015
Penulis Intan Juliani Batubara
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ABSTRAK KATA PENGANTAR ......................................................................................... BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................
i 1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................
7
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................
7
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................. 1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................
7 7
1.4 Manfaat Penulisan .....................................................................................
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 2.1 Pengetahuan ............................................................................................. 2.1.1 Defenisi ............................................................................................ 2.1.2 Tingkat Pengetahuan ........................................................................ 2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan .......................... 2.1.4 Cara Memperoleh Pengetahuan ....................................................... 2.1.5 Pengukuran Pengetahuan ................................................................. 2.1.6 Kategori Pengetahuan....................................................................... 2.2 Ibu ........................................................................................................... 2.2.1 Defenisi Ibu ..................................................................................... 2.3 Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) .................................................. 2.3.1 Defenisi KIPI.................................................................................... 2.3.2 Penyebab KIPI.................................................................................. 2.3.3 Epidemiologi KIPI ........................................................................... 2.3.4 Gejala Klinis KIPI ............................................................................ 2.3.5 Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi DPT/Hb Combo .......................... 2.3.6 Pennganan KIPI DPT/Hb Combo ....................................................
v
9 9 9 9 12 13 15 16 16 16 17 17 18 22 23 24 27
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 3.1 Kerangka Konsep Penelitian .................................................................... 3.2 Defenisi Operasional ................................................................................ 3.3 Jenis Desain Penelitian............................................................................. 3.3.1 Jenis Penelitian ................................................................................. 3.3.2 Desain Penelitian .............................................................................. 3.4 Lokasii Dan Waktu Penelitian ................................................................. 3.4.1 Lokasi Penelitian .............................................................................. 3.4.2 Waktu Penelitian .............................................................................. 3.5 Populasi Dan Sampel ............................................................................... 3.5.1 Populasi ............................................................................................ 3.5.2 Sampel .............................................................................................. 3.6 Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 3.6.1 Data Primer ...................................................................................... 3.6.2 Data Sekunder .................................................................................. 3.6.3 Pengolahan Data ............................................................................... 3.7 Aspek Pengukuran ................................................................................... 3.8 Analisa Data ............................................................................................. 3.9 Jadwal Penelitian .....................................................................................
29 29 30 30 30 30 31 31 31 31 31 31 32 32 32 32 33 36 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 4.1 Hasil Penelitian ....................................................................................... 4.1.1 Data Geografis ................................................................................. 4.1.2 Data Demografis .............................................................................. 4.1.3 Gambaran Umum Karakteristik Responden .................................... 4.1.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden ................................. 4.1.5 Pengetahuan Responden Tentang Kejadian Ikutan
38 38 38 38 39 40
Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/Hb Combo Berdasarkan Pertanyaan-Pertanyaan Pengetahuan .......................... 4.1.6 Tabulasi Silang Pengetahuan Responden Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) ....................................... 4.2 Pembahasan ................................................................................................ 4.2.1 Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) .................................................................... 4.2.2 Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Berdasarkan Umur ................................................
vi
41 44 47 48 49
4.2.3 Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Berdasarkan Pendidikan ........................................ 4.2.4 Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Berdasarkan Pekerjaan .......................................... 4.2.5 Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Berdasarkan Sumber Informasi ............................. 4.2.6 Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Berdasarkan Sosial Ekonomi ................................ BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 5.2 Saran ...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
50 51 53 54 56 56 57
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Gejala Klinis KIPI ........................................................................ ....
23
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................ ....
29
viii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.9 Jadwal Penelitian................................................................................... Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Sumber Informasi, Dan Sosial Ekonomi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum II Tahun 2015 ................ Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum II..................................................................................... Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Pengetahuan Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/Hb Combo Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum II Tahun 2015 .............................................. Tabel 4.4 Tabulasi Silang Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Berdasarkan Umur Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum II Tahun 2015 .................................... Tabel 4.5 Tabulasi Silang Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Berdasarkan Pendidikan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum II Tahun 2015 .................................... Tabel 4.6 Tabulasi Silang Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Berdasarkan Pekerjaan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum II Tahun 2015 .................................... Tabel 4.7 Tabulasi Silang Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Berdasarkan Sumber Informasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum II Tahun 2015 ................ Tabel 4.8 Tabulasi Silang Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Berdasarkan Sosial Ekonomi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum II Tahun 2015 ................
ix
37
39
41
42
44
45
45
46
47
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Lembar Informs To Concent ..................................................................... 2. Lembar Persetujuan Responden ................................................................ 3. Lembar Kuesioner ..................................................................................... 4. Kunci Jawaban .......................................................................................... 5. Master Tabel.............................................................................................. 6. Surat Survey Pendahuluan ........................................................................ 7. Surat Balasan Survey Pendahuluan ........................................................... 8. Surat Izin Penelitian .................................................................................. 9. Lembar Konsultasi .................................................................................... 10. Lembar Konsultasi KTI.............................................................................
x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Imunisasi merupakan suatu upaya untuk menimbulkan dan meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. Vaksin difteri, pertusis dan tetanus (DPT) tidak berkembang mulus seperti vaksin-vaksin yang telah lebih dulu ditemukan. Pada awal 1980-an, wabah infeksi yang membunuh ratusan anak setiap tahunnya, membuat cemas orag tua. Sebagian kecil orang tua merasa anaknya terkena penyakit akibat vaksin DPT (Proverawati, 2010). Upaya imunisasi di Indonesia dapat dikatakan telah mencapai tingkat yang memuaskan. Namun, Survey Kesehatan Dan Demografi Indonesia (SDKI) diketahui bahwa pada dua tahun terakhir cakupan imunisasi dan kualitas vaksinasi tampak menurun. Angka kejadian difteria yang masih tinggi pada tahun 2000 ditemukan 1036 kasus dan 147 kasus pada tahun 2007 merupakan bukti bahwa vaksinasi DPT tidak merata. Keadaan memprihatinkan ini ditambah lagi dengan maraknya kampanye anti vaksinasi bukan saja dekemukakan oleh masyarakat awam namun juga oleh sebagian petugas kesehatan (IDAI, 2011). Wabah difteri yang baru-baru ini terjadi di Aljazair, Cina, Yordania, Lesoto, Sudan, dan Republik Arab Yaman, menunjukkan pentingnya pemberian imunisasi pada anak di semua anak (Galazka, 1995). Menurut laporan WHO angka cakupan imunisasi DPT secara global adalah 78 %. Beraarti terdapat 28 juta anak di dunia yang belum mendapat imunisasi mendapat 1
2
imunisasi DPT. 75 % dari anak-anak ini tinggal di 10 negara, diantaranya Indonesia (Salim, 2009). Cakupan imunisasi DPT di Indonesia secara Global adalah 70,26 % dimana jumlah anak yang tidak mendapatkan imunisasi terbesar ada tiga propinsi di pulau Jawa (29 % dari angka nasional) yaitu propinsi Jawa Barat (46.863), Jawa Timur (47.332) dan Banten (28.539) (Menurut Pusat Komunikasi Publik, 2010). Kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa efek vaksin ataupun efek samping toksisitas, reaksi sensitivitas, efek farmakologis atau kesalahan program, koinsidensi, reaksi suntikan, ataupun hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan disebut kejadian ikutan pasca imunisasi (IDAI, 2011). Kebanyakan anak menderita panas setelah mendapat imunisasi DPT, tetapi itu adalah hal yang wajar, namun seringkali ibu merasa cemas, tegang, dan khawatir, timbulnya kejadian ikutan pasca imunisasi membuat masyarakat selalu bersikap menolak untuk pemberian imunisasi berikutnya, ini menyebabkan anak tersebut akan rentan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, sehingga timbul kecacatan/kematian (Ranuh, dkk, 2012:248). Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang paling serius terjadi pada anak adalah reaksi anafilaktoid diperkirakan 2 dalam 100.000 dosis DPT, tetapi yang benar-benar reaksi anailaksis hanya 1-3 kasus diantara 1 juta dosis. Anak yang lebih besar dan orang dewasa lebih banyak mengalami sinkope, segera atau lambat. Episode hipotonik/hiporesponsif juga tidak jarang terjadi, secara umum dapat terjadi 4-24 jam setelah imunisasi (Proverawati, 2010).
3
Untuk menilai suatu keadaan merupakan kejadian ikutan pasca imunisasi atau tidak maka dilakukanlah pengamatan kejadian ikutan pasca imunisasi yang mencapai masa 42 hari atau setelah imunisasi. kejadian ikutan pasca imunisasi dimanifestasikan dengan bentuk beragam. Ismail (2004) dalam penelitiannya mengenai angka kejadian kejadian ikutan pasca imunisasi bayi telah mendapatkan imunisasi DPT di propinsi Jambi menggambarkan bahwa 83,6 % dari 128 bayi yang mendapatkan imunisasi DPT mengalami kejadian ikutan pasca imunisasi dengan tiga bentuk kejadian utama. Bentuk kejadian ikutan pasca imunisasi tersebut adalah demam, perubahan perilaku serta gejala lokal. Berdasarkan hasil observasi peneliti, orang tua bayi teruama ibu merupakan anggota keluarga yang memiliki waktu terbanyak bersama bayi. Hal ini memungkinkan ibu menerima informasi dengan frekuensi yang lebih besar mengenai semua hal yang berkaitan dengan imunisasi. masalah kejadian ikutan pasca imunisasi perlu mendapatkan perhatian serius. Jika tidak diperhatikan dan ditanggulangi dengan baik,
kejadian
ikutan
pasca
imunisasi
data
merugikan
program
seperti
ketidakpercayaan masyarakat, cakupan imunisasi yang menurun, dan peningkatan kasus PD3I (Made dkk,1993). Gunawan dkk (2000) melakukan penelitian dan hasilnya adalah 198 anak diberikan imunisasi, kejadian ikutan pasca imunisasi berhasil dipantau 174 (87,9 %) anak. Gejala klinis kejadian ikutan pasca imunisasi yang ditemukan adalah nyeri pada tempat penyuntikan (44,8 %), demam > 38˚c (14,4 %), indurasi (9,2 %), dan muntah (0,6 %). Data terakhir WHO tahun 2000, terdapat kematian balita sebesar 1,4 jiwa per
4
tahun akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, misalnya : batuk rejan 294.000 (20 %), tetanus 198.000 (14 %), campak 540.000 (38 %). Di Yunani kejadian ikutan pasca imunisasi tersering adalah demam, dan rewel. Berbeda dengan penelitian di Lithuania, yaitu reaksi lokal berupa kemerahan pada tempat suntikan dan rewel. Di Spanyol menunjukkan kejadian ikutan pasca ims][sunisasi tersering adalah demam dan rewel. Indonesia merupakan wilayah endemis tinggi hepatitis B, maka vaksinasi hepatitis B merupakan solusi terbaik untuk mencegah penyakit ini. Kombinasi hep B dengan DPT dalam satu kemasan, memberikan kenyamanan pada pasien dan memudahkan pelayanan kesehatan. Disamping keuntungan ini kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) vaksin ini perlu diperhitungkan. Untuk mengetahui kejadian ikutan pasca imunisasi vaksin ini, dilakukan study prostektif pada 74 bayi berumur 2-6 bulan di bagian ilmu kesehatan anak RSCM Jakarta antara Juli 2000 sampai dengan Maret 2001. Bayi diberikan 3 dosis vaksin kombinasi DPT dan hep B dengan selang waktu 5 minggu. Umumnya kejadian ikutan pasca imunisasi timbul kurang dalam 72 jam setelah pemberian vaksin. Frekuensi kejadian ikutan pasca imunisasi tersering adalah demam (58 %) diikuti rewel (31,7 %) dan demam tinggi (16,2 %). Kejang umum timbul pada kasus setelah pemberian dosis pertama pada 1 kasus lain kejang disertai demam tinggi. Setelah pemberian dosis ke 3 pada kedua kasus tersebut, pasien mendapat antipiretik dan kejang berhenti tanpa pengobatan anti kejang. Tidak
5
ditemukan kejadian ikutan pasca imunisasi pada vaksin DPwT/hep B yang memerlukan perawatan di rumah sakit (Diana dkk, 2000). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Baker (2007) di Amerika Serikat, pengetahuan ibu berkaitan imunisasi DPT hanya 4 dari 30 ibu yang tahu nama dan tujuan dari pemberian vaksin pada anak-anak mereka dan 26 ibu yang tidak tahu nama dan tujuan dari vaksin DPT. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sarbini (2013) di Semarang didapatkan kejadian ikutan pasca imunisasi difteri tahun 2011 sebanyak 5 kali dengan jumlah penderita 5 orang. Angka kejadian ini masih tergolong tinggi meskipun jika dibandingkan dengan tahun 2010 telah terjadi penurunan sebanyak 1 kali. Hal ini mungkin disebabkan salah satunya karena ketakutan terhadap reaksi imunisasi sehingga terdapat beberapa orang tua yang takut mengimunisasikan anaknya. Berdasarkan data dari Dinkes Jawa Tengah , dari 42 kasus reaksi imunisasi, didapatkan 10 anak meninggal di mana 3 diantaranya adalah akibat imunisasi DPT/Hb. Selain kasus meninggal juga terdapat beberapa anak yang mengalami reaksi-reaksi imunisasi lain baik ringan maupun berat. Penelitian yang dilakukan Susanti (2012), di posyandu desa Doyong didapatkan hasil hampir semua ibu balita yang membawa bayinya ke posyandu merasa cemas setelah mengimunisasikan anaknya. Pernyataan tersebut di dukung oleh survey di beberapa BPS diwilayah kabupaten Sragen pada tanggal 13 maret 2012 melalui metode wawancara, dengan hasil dari 4 BPS hanya 1 BPS yang pernah
6
menyampaikan kejadian ikutan pasca imunisasi pada ibu, padahal banyak ibu-ibu yang selalu mengeluh dan merasa khawatir karena anaknya demam setelah diberikan imunisasi, selain itu pengetahuan mengenai kejadian ikutan pasca imunisasi juga harus benar-benar dimiliki oleh tenaga kesehatan terutama bidan agar dapat lebih hati-hati dalam menjalankan tugas imunisasi. Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan pada bulan januari 2015 di puskesmas kota matsum medan, melalui wawancara singkat dari 10 ibu yang memiliki bayi 5 orang bersedia memberikan imunisasi DPT bulan selanjutnya, terdapat 5 orang yang tidak bersedia memberikan imunisasi bulan selanjutnya kepada bayinya karena merasa cemas dan takut bayinya demam setelah diberikan imunisasi. Dan wawancara singkat yang dilakukan dengan puskesmas mengatakan adanya KIPI DPT/Hb Combo yang perlu tindak lanjut pada bulan juli 2014 pada seorang bayi yang menyebabkan bayi kejang dan membiru. Berdasarkan hal tersebut diatas penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi DPT/Hb Combo Di Wilayah Kerja Puskesnas Kota Matsum II 2015.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimana Gambaran Pengetahuan Ibu
7
Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/Hb Combo di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum II Tahun 2015.
1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/Hb Combo di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum II Tahun 2015. 1.3.2
Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/Hb Combo berdasarkan umur di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum II Tahun 2015. b. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/Hb Combo berdasarkan pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum II Tahun 2015. c. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/Hb Combo berdasarkan pekerjaaan di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum II Tahun 2015. d. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/Hb Combo berdasarkan sumber informasi di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum II Tahun 2015.
8
e. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/Hb Combo berdasarkan penghasilan di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum II Tahun 2015.
1.4 Manfaat Penulisan 1. Bagi Instansi Pendidikan Sebagai Bahan masukan dan menambah bahan referensi kepustakaan program studi D-III Kebidanan STIKes Sumatera Utara. 2. Bagi Responden Untuk Menambah pengetahuan pada ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/Hb Combo. 3. Bagi Tempat Penelitian Sebagai Masukan untuk meningkatkan mutu tingkat pengetahuan tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/Hb Combo.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Pengetahuan
2.1.1
Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2010). 2.1.2
Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003), Pengetahuan yang dicakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu : 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
9
10
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan, menyatakan dan sebagainya. 2. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dimana dapat menginterpretasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari. 3. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam sturuktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain. 5. Sintesis (Syntesis) Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan
atau
menghubungkan
bagian-bagian
di
dalam
suatu
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan unutk menyusun formulasi yang ada.
11
6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriterikriteria yang telah ada. 2.1.3
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan terbagi atas:
1.
Umur Menurut Elisabeth yang dikutip Nursalam (2003), Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berbifikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.
2. Pendidikan Pendidikan
berarti
bimbingan
yang
diberikan
seseorang
terhadap
perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagian (A.Wawan dan Dewi M, 2010).
12
Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. 3.
Pekerjaan Menurut Thomas yang dikutip Nursalam (2003), pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarga. Tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
4.
Sumber Informasi Seseorang yang mempunyai banyak sumber informasi dapat memberikan peningkatan terhadap tingkat pengetahuan ibu. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui media massa seperti majalah, Koran, berita televise dan salah satunya juga dapat diperoleh melalui penyuluhanatau pendidikan kesehatan.
5. Penghasilan Penghasilan seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk
kegiatan tertentu, sehingga penghasilan ini
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
akan
13
2.1.4
Cara Memperoleh Pengetahuan Menurut notoatmodjo (2010) cara memperoleh pengetahuan yaitu :
A. Cara tradisional untuk memeperoleh pengetahuan antara lain : 1. Coba-Coba Salah (Trial And Error) Cara yang paling tradisional yang pernah digunakan oleh manusia untuk memeperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba-coba salah yang sering dikenal degan trial and error”. Cara ini digunakan sebelum adanya perbedaan. Pada waktu lampau jika seseorang mempunyai masalah, usaha dalam menyelesaikannya adalah dengan coba-coba salah. Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dan apabila kemungkinan yang satu tidak dapat dipecahkan maka dapat dicoba dengan kemampuan lain. 2. Cara Kekuasaan Atau Otoritas Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali kebiasaan yang dilakukan tanpa melihat apakah kebiasaan ini baik atau tidak. Biasanya kebiasaan ini dilanjutkan dari generasi kegenerasi. Pada saat ini, kebiasaan tidak hanya pada masyarakat tradisional tetapi juga pada masyarakat modern. 3. Berdasarkan Pengalaman Pribadi Pengalaman adalah guru yang terbaik, demikian pepatah mengatakan. Maksud dari pepatah ini adalah bahwa pengetahuan itu merupakan suatu bentuk dan cara untuk memperolah kebenaran. Hal ini dilakukan dengan
14
cara tersebut gagal maka cara tersebut tidak digunakan lagi dan mencoba mencari cara yang lain. 4. Cara Akal (Common Sense) Akal sehat atau common sense terkadang dapat menemukan teori /kebenaran. Pada zaman dahulu, sebelum ilmu pendidikan berkembang, para orang tua mendidik anaknya bila melakukan kesalahan. Ternyata cara menghukum anaka ini sampai sekarang menjadi teori atau kebenaran, bahwa hukuman merupakan metode (meskipun bukan yang terbaik) dalam mendidik anak. Pemberiaqn hadiah dan hukuman (reward and punishment) masih dilakukan dalam mendidik anak dalam konteks pendidikan. 5. Melalui Jalan Pikiran Seiring dengan perkembangan budaya manusia, cara berpikir manusia juga ikut mempengaruhi. Dari sisi manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran dalam pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikirannya baik induksi maupun deduksi (notoatmodjo, 2010). 6. Cara Modern Dalam Memperoleh Pengetahuan Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi penelitian, dimana cara ini mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasil pengamatannya
15
tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan dan akhirnya diambil kesimpulan umum. 2.1.5
Pengukuran Pengetahuan Tingkat pengetahuan seseorang dapat diukur dan dilihat dalam berbagai
metode. Menurut notoatmodjo (2007) cara mengukur pengetahuan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : 1. Wawancara (Interview) Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan datadata yang dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan keterangan secara lisan dari seseorang. Penelitian terhadap responden dilakukan dengan cara bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan responden (face to face). 2. Angket Angket atau kuesioner adalah suatu cara pengumpulan atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang umum banyak menyangkut kepentingan umu (orang banyak). Angket dilakukan dengan cara mengedarkan suatu daftarpertanyaan berupa formulir-formulir yang diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek penelitian untuk mmendapatkan tanggapan, informasi dan jawaban lainnya yang dibutuhkan peneliti.
16
2.1.6 Kategori Pengetahuan Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapatdiketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
2.2
a.
Baik
: Hasil Presentase 76%-100%
b.
Cukup
: Hasil Presentase 56%-75%
c.
Kurang
: Hasil Presentase >56%
Ibu
2.2.1 Defenisi Ibu Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Ibu adalah “wanita yang telah melahirkan seseorang”. Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia Ensiklopedia Bebas (Wikipedia, 2007 : 1), “ibu adalah orang tua perempuan dari seorang anak, baik laki-laki maupun perempuan. Baik melalui hubungan biologis maupun sosial.
2.3
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
2.3.1
Defenisi KIPI Untuk keentingan operasional maka komnas PP KIPI menentukan bahwa
kejadian ikutan pasca imunisasi adalah sebagai reaksi simpang yang dikenal sebagai kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) atau adverse events following immunization (AEFI) adalah kejadian medic yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa eek vaksin maupun efek samping, toksisitas, reaksi sensitivitas, efek farmakolgis, atau kesalahan program, koinsidensi, reaksi suntikan, atau hubungan kausal yang tidak
17
dapat ditentukan. Efek farmakologi, efek samping, serta reaksi idiosinkrasi umumnya terjai karena potensi vaksin sendiri, sedangkan reaksi alergi dapat terjadi terhadap protein telur (vaksin campak, gondong, influenza, dan demam kuning), antibotik, bahan preservative (neomisin, merkuri), atau unsur lain yang terkandung dalam vaksin (IDAI, 2011). Kejadian yang bukan disebabkan efek langsung vaksin dapat terjadi karena kesalahan teknik pembuatan, pangadaan dan distrbusi serta penyimpangan vaksin, kesalahan prosedur dan teknik pelaksaan imunisasi, atau semata-mata kejadian yang timbul secara kebetulan (IDAI, 2011). Persepsi awam dan juga kalangan petugas kesehatan, mengganggap semua kelainan dan kejadian yang dihubungkan dengan imunisasi sebagai reaksi alergi terhadap vaksin. Akan tetapi telah dilaporkan KIPI oleh vaccine safety comitte, institute of medicine (IOM) USA menyatakan bahwa sebagian besar KIPI terjadi secara kebetulan saja (koinsidensi). Kejadian yang memang akibat imunisasi tersering adalah akibat kesalahan prosedur dan tekhnik pelaksanaan atau programmatic errors (IDAI. 2011). Vaksin merupakan produk biologis yang mengandung antigen penyakit, sehingga diperlukan keseimbangan kondisi tubuh yang sehat pada saat pemberian imunisasi merupakan hal penting yang diperhatikan, sehingga pembentukan
18
imunogenitas dan reaktogenisitas terbentuk sempurna dan kejadian komplikasi yang terjadi lebih minimal (Lisnawati, 2011). 2.2.1
Penyebab KIPI Tidak semua kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI)
disebabkan oleh
imunisasi karena sebagian besar ternyata tidak ada hubungannya dengan imunisasi. oleh karean itu untuk menentukan KIPI diperlukan beberapa keterangan, seperti : 1. Besar frekuensi kejadian KIPI pada pemerian vaksin tertentu. Sangat jarang terjadi KIPI berat. Kemungkinan terjadinya KIPI berat sekitar 11 anak (Soedjatmiko, 2009). 2. Sifat kelainan tersebut local atatu sistemik 3. Derajat sakt resipen 4. Apakah penyebab dapat dipastikan, diduga, atau tidak terbukti Beriat kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) haru sdikonfirmasi oleh orang yang berkompeten. Adanya berita di media massa tentang kejadian ikutan pasca imunisasi yang berat, perlu dikonfirmasi kepada ahli-ahli dibidangnya contoh sebuah kasus, dimana orang tua anak mengaku anaknya menjadi lumpuh setelah diimunisasikan. Untuk menindak
lanjuti berita tersebut,
dilakukan orang siding terhadap kebenaran pengakuan orang tuanya. Selanjutnya , dokter-dokter ahli melakukan pemeriksaan terhadap kondisi si anak. Pemeriksaan dilakukan secara menyeluruh. Berdasarkan pemeriksaan tersebut, didapatkan foto tulang belakang yang menunjukkan suatu
19
kelumpuhan akibat bakteri tuberkolosis. Bakteri ini bukan menginfeksi jauh sebelum dilakukannya imunisasi terhadap si anak. Oleh karena itu, setiap berita KIPI itu harus dikaji secara ilmiah oleh ahli-ahlinya, antara lain dikomisariat daerah (Komda) KIPI yang ada diprpinsi atau Dikomisariat Nasional (Komnas) KIPI di Jakarta. 5. Apakah dapat disimpulkan bahwa KIPI berhubungan dengan vaksin, keslahan produksi, atau kesalahan prosedur. KN PP KIPI membagi penyebab KIPI menjadi 5 kelompok factor etiologi menurut klasifikasi lapangan WHO Western Pacific (1999), yaitu a. Kesalahan program atau tekhnik pelaksanaan (programmic errors) Sebagian kasus KIPI berhubungan dengan masalah program dan teknik pelaksanaan imunisasi yang meliputi kesalahan program penyimpanan, pengelolaan, dan tata laksana pemberian vaksin. Keslahan tersebut dapat terjadi pada berbagai tingkatan prosedur imunisasi misalnya : 1) Dosis antigen (terlalu banyak) 2) Lokasi dan cara menyuntik 3) Sterilisasi smprit dan jarum suntik 4) Jarum bekas pakai 5) Tindakan aseptic dan antiseptic 6) Kontaminsasi vaksiin dan peralatan suntik 7) Penyimpanan vaksin 8) Pemakaian sisa vaksin
20
9) Jenis dan jumlah larutan 10) Tidak memperhatikan petunjuk pelarut vaksin b. Kecurigaan terhadap kesalahan tata laksana perlu diperhatikan apabila terdapat kecendrungan kasus KIPI berulang pada petugas yang sama c. Reaksi suntikan Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum baik langsung maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI. d. Induksi vaksin Gejala KIPI yang disebabkan induksi vaksin umumnya sudah dapat diprediksi terlebih dahulu karena merupakan reaksi vaksin dan secara klinis biasanya ringan walaupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hecat sperti reaksi anafilaksis sistemik dengan resiko kematian. Reaksi simpang ini sudah teridentifikasi dengan baik dan tercantum dalam petunjuk pemakaian tertulis oleh produsen sebagai indikasi kontra, indikasi khusus, perhatian khusus, atau berbagi tindakana da perhatian spesifik lainnya termasuk kemungkinan interaksi obat atau vaksin lain. Petunjuk ini harus diperhatikan dan ditanggapi denga baik oleh pelaksana imunisasi. e. Faktor kebetulan Seperti telah disebutkan diatas maka kejadian yang timbul ini terjadi secara kebetulan saja setelah diimunisasi. Indicator factor kebrtulan ini ditandai dengan ditemukannya kejadian yang sama disaat bersamaan pada
21
kelompok populasi setepat denga
karakteristik serupa tetapi tudak
mendapatkan imunisasi. f. Penyebab tidak diketahui Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokkan kedalam salah satu penyebab atau untuk sementara dimassukkan kedalam kelompok ini sambil menunggu informasi lebih lanjut. Biasanya dengan kelengkapan informasi tersebut akan dapat ditentukan kelompok penyebab KIPI. Kejadian yang bukan disebabkan efek langsung vaksin dapat terjadi karena keslahan ekhnik pembuatan, pengadaan dan distribusi serta penyimpanan vaksin keslahan prosedur dan teknik pelaksanaan imunisasi, atau semata- mata kejadian yang secara kebetulan. Sesuai telah laporan KIPI oleh vaccine safety commite, institute of medicine (IOM) USA menyatakan bahwa sebagian besar KIPI terjadi karena kebetulan saja. Kejadian yang memang akibat imunisasi tersering adalah akibat kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan atau programmatic errors (Proverawati, 2010).
22
2.2.2
Epidemiologi KIPI Kejadian ikutan pasca imunisasi akan timbul setelah pemberian vaksin dalam
jumlah besar. Penelitian efikasi dan keamanan vaksin dihasilkan melalui fase uji klini syang lazim, yaitu fase 1,2,3, dan 4. Uji klinis fase 1 dilakukan pada binatang percobaan sedangkan fase selanjutnya pada manusia. Uji klinis fase 2 untuk menngetahui keaanan vaksin (reactegonicity an safety). Sedangkan pada fase 3 selain keamanan juga dilakukan uji efektivitas (imunogenisitas) vaksin. Menurut national childhood vaccine injury dari commite of the institute of medicine (IOM) di USA sangat sulit mendapatkan data KIPI oleh karena, a. Mekanisme biologis gejala KIPI kurang dipahami b. Data KIPI yang dilaporkan kiurang rinci dan akurat c. Survilance KIPI belum luas dan menyeluruh d. Survilance KIPI belum dilakukan untuk janka panjang e. Publikasi KIPI dalam jumlah kasus yang besar masih kurang Mengingat hal tersebut, maka sangat sulit menentukan jumlah kasus KIPI yang sebenarnya. Kejadian ikutan pasca imunisasi ringan dapat sampai berat, terutama pada imunisasi masal atau setelah penggunaan lebih dari 10.000 dosis.
23
2.2.3
Gejala Klinis KIPI Gejala klinis KIPI dapat ditimbilkan secara cepat maupun lambat dan dapat
dibagi menjadi gejala local, sistemik. Reaksi susunan saraf pusat, serta reaksi lainnya. Pada umumnya makin cepat KIPI terjadi makin cepat gejalanya. No
Reaksi KIPI
Gejala KIPI
1
Lokal
Abses pada tempat suntikan Limfadenisitis Reaksi local lain yang berat, misalnya selulitis, BCG-it is
2
SSP
Kelumpuhan akut Ensefalopati Ensefalitis Meningitis Kejang
3
Lain-lain
Reaksi alergi : urtikaria, dermatitis, edema Reaksi anafilaksis
24
Syk anafilaksis Artralgia Demam tinggi > 38,5˚c Episode hipotensif-hiporensponsif Osteomielitis Meningitia menjerit yang terus menerus (3 jam) Sindrom syok septic Gambar 2.1 dikutip dari artikel fakultas kedokteran UNAIR, 2006 Tidak ada satupun jenis vaksin yang aman tanpa efek samping, maka jika seorang anak telah mendapatkan imunisasi perlu diobservasi beberapa saat, sehingga dapat dipastikanj tidak terjadi KIPI (reaksi cepat). Lama waktu observasi sulit ditentukan, tetapi pada umumnya setelah pemberian setiap jenis imunisasi harus dilakukan observasi selama 15 menit (Proverawati dkk, 2010). 2.2.4
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi DPT/Hb Combo Menurut maryunani (2010) imunisasi DPT adalah imunisasi yang digunakan
untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis dan tetanus, imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah 3 penyakit sekaligus yaitu difteri, pertusis, tetanus. Diteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri corynebacterium diphtheria.
25
Gejalanya seperti demam lebih kurang 38˚c, mual, muntah, sakit waktu menelan dan terdapat psedomembran putih keabuabuan di faring, laring, atau tonsil, tidak mudah lepas dan mudah berdarah, leher membengkak seperti leher sapi disebabkan karena pembembengkakan kelenjar leher dan sesak nafas disertai bunyi (Stridor). Pertusis merupakan suatau penyakit yang disebabkan oleh kuman bardotella pertusis, kuman ini mengeluarkan toksin yang meneybabkan ambang rangsang batuk menjadi rendah sehingga bila terjadi sedikit saja rangsangan akan terjadi batuk yang hebat dan lama. Sedangkan yang ketiga tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman klostridium tetani. Kuman ini bersift anaerob, sehingga dapat hidup pada lingkungan yang tidak terdapat zat asam (oksgen). Tetanus dapat menyerang bayi, anak-anak bahkan orang dewasa. Pada bayi penularan disebabkan karena pemotongan tali pusat tanpa alat yang steril atauu dengan cara tradisional dimana alat pemotong dibubuhi ramuan tradisional yang terkontaminasi spora kuman tetanus, imunisasi Hib diberikan agar tubuh mempunyai kekebalan terhadap bakteri haemophilus influenza type B. bakteri ini dapat menyebabkan penyakit meningitis (radang selaput otak) dan bakteri ini bila menyerang paru-paru dapat menyebabkan radang paru-paru atau pneumonia (Proverawat dkk, 2010). Pemberian vaksin DPT dilakukan 3 kali mulai bayi umur 2 bulan sampai 11 bulan dengan interval 4 minggu. Imunisasi ini diberikan 3 kali karena pemberian pertama antibody dalam tubuh masih sangat rendah, pemberian kedua mulai meningkat dan pemberian ketiga diperoleh antibody cukup. Daya proteksi vaksin difteri cukup baik yaitu sebesar 80-90 % daya proteksi vaksin tetanus 90-95 % akan
26
tetapi daya proteksi pertusis masih rendah yaitu 50-60 %, oleh karena itu anak-anak masih berkemungkinan untuk terinfeksi batuk seratus hari atau pertusis tetapi lebih ringan (Mulyani, 2013). Terdapat jenis vaksin DTaP (pertusis aseluler) atau yang pada orang awam dianggap sebagai vaksin DTP yang tidak menimbulkan demam. Meskipun reaksi pasca imunisasi DTaP baik local maupun sistemik lebih rendah dibandingkan DTP biasa, namun vaksin tersebut masih dapat menimbulkan reaksi demam dan pembengkakan seperti jenis vaksin lain. Tersedia vaksin kombinasi DTP dan Hib dengan daya imunogenitas yang tetap tinggi tana mempengaruhi respon imuni atau sama lainnya, namun HIB jarang disarankan karea penyakit tersebut lebih sering terjadi dinegara yang dingin seperti Amerika dan Eropa (Yanuarita, 2013). DPT sering menyebabkan efek samping karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin (Lisnawati, 2011). Reaksi KIPI DPT/Hb Combo antara lain : 1. Demam tinggi 2. Rewel 3. Ditempat suntikan kemerahan 4. Nyeri dan pembengkakan yang akan hilang dalam beberapa hari.
27
jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi DPT bias ditunda sampai anak sehat. Jika pernah mengalami kejang, penyakit otak atau perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT sering ditunda sampai kondisinya membaik atau kejang ya bias dikendalikan. Setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri, kemerahan, atau pembengkakan ditempat suntikan (Lisnawati, 2011). Imunisasi DPT/Hb Combo diberikan pada bayi sebanyak 3 kali. Pada umur 211 bulan dengan rentang waktu sekali 4 bulan (Proverawati, 2010). Toksoid difteri hamper selalu diberikan bersama dengan toksoid tetanus dan vaksin pertusis sebagai bagian dari vaksin DPT pada seri imunisasi primer. Toksoid difteri juga tersedia sebagai kponen dari vaksin kombinasi lain atau sebagai vaksin monovalen. Vaksin DPT mengandung 10-20 Lf toksoid difteri per dosis denga potensi toksoid difteri sekitar 30 IU per dosis. Vaksin kombinasi difteri-tetanus ada dalam dua sedian, yaitu DT dengan 10-30 Lf per dosis untuk anak berumur 7 tahun atau kurang dan dt dengan kadar toksoid difteri yang lebihrendah untuk anak yang lebih tua dan orang dewasa karena adanya hipereaktivitas terhadap toksoid difteri pada orang-orang yang tersensitisasi antigen (Samik, 2010). 2.2.5
Penanganan KIPI DPT/Hb Combo Menurut IDAI, 2011 penanganan KIPI akibat imunisasi DPT antara lain :
28
1. Orang tua atau pengasuh dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak ASI atau air buah 2. Jika demam pakailah pakaian yangtipis 3. Tempat suntikan yang nyeri dapat dikompres dengan air dingin 4. Jika demam berikan paracetamol 5 mg/kgbb setiap 3-4 jam bila diperlukan maksimal 6 kali dalam 24 jam 5. Boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat. 6. Jika reaksi memeberat/menetap maka bawalah anak kepetugas kesehatan Apabila ada keluhan sesaat setelah imunisasi berikan penanganan dini di antara lain (Mayer, 2008) : 1. Biarkan bayi beristirahat yang cukup 2. Berikan Tylenol untuk mengobati demam dan rasa sakit. Baca petunjuk pemakaian untuk mengetahui dosis yang harus diberikan. 3. Berikan bayi minum yang cukup Segera hubungi dokter jika : 1.
Bayi menangis lebih dari 3 jam
2.
Bayi merasa sangat kesakitan di area penyuntikan
3.
Bayi menderita demam lebih dari 48 jam
4.
Bayi tampak sakit
5.
Kemerahan pada area suntikan meluas lebih dari 2 inci dan semakin meluas setelah 24 jam
29
6.
Bayi mengigau ketika demam
7.
Bayi sering mengantuk dan tidak mau bangun untuk makan
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tinjauan teoritis dan tujuan penelitian, maka kerangka konsep terdiri dari variable independen (variable bebas) yaitu variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat) yaitu variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas.
a. Baik
Pengetahuan
b. Cukup c. Kurang a. Karakterisik 1. Umur 2. Pendidikan 3. Pekerjaan b. Sumber informasi c. Penghasilan
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
30
31
3.2 Defenisi Operasional 1. Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). 2. Umur adalah lama hidup ibu sekarang yang dihitung sejak lahir sampai diadakannya penelitian. 3. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh oleh responden. 4. Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan sehari-hari guna memenuhi kebutuhan. 5. Penghasilan adalah setiap kemampuan tambahan ekonomi yangdapat diterima dan diperoleh yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
3.3
Jenis Desain Penelitian
3.3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian yang bersifat deskriptif dengan tujuan mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/Hb Combo. 3.3.2 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskritif dengan pendekatan Cross Sectional yang bertujuan untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu
32
Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/Hb Combo Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum II. 3.4 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.4.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum II Tahun 2015. 3.4.2 Waktu Penelitian Waktu yang digunakan dalam penelitian ini dimulai dari bulan NovemberJuni 2015. 3.5 Populasi Dan Sampel 3.5.1 Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai kkuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi 0-11 bulan sebanyak 228 orang. 3.5.2 Sampel Menurut (Lisnawati, 2011), sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
33
Sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak 15 % dari populasi yang ada (Arikunto, 2006). Didapatkan sampel sebanyak 34 ibu yang memiliki bayi 0-11 bulan di Wilayah Puskesmas Kota Matsum II Medan. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah accidental sampling, yaitu mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan ada atau bertemu dengan peneliti pada saat dilakukan penelitian. 3.6 Metode Pengumpulan Data 3.6.1 Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh dari responden yaitu kuesioner berupa daftar pertanyaan sebanyak 20 pertanyaan sebagai alat bantu. 3.6.2 Data Sekunder Data sekunder adalah data yang dieroleh dari Puskesmas Kota Matsum Medan. 3.6.3 Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan setelah pengumpulan data dilaksanakan dengan maksud agar data yang dikumpulkan memiliki sifat jelas. Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya :
34
1. Editing Adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dilakukan pada tahap pengumpulan data terkumpul. 2. Coding Merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori 3. Memasukkan Data (Data Entry) Yakni mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan. 4. Tabulasi Merupakan membuat table-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2010). 3.7 Aspek Pengukuran 1. Pengetahuan Untuk mengolah data, maka dibagikan bentuk pertanyaan sebanyak 20 pertanyaan. Jika responden memilih jawaban yang “benar” maka diberi nilai 1 dan jika “salah” diberi nilai 0. Jawaban yang terkumpul akan dihitung peneliti dengan menggunakan rumus :
P=
𝑭 𝑵
X 100 %
35
Dimana : P : Presentasi F : Jumlah jawaban yang benar N : Jumlah soal Maka peneliti mengukur pengetahuan responden berdasarkan kategorikategori berikut ini : 1.
Baik
: Hasil prsentase >76% - 100%
Bila dari 20 pertanyaan responden dapat menjawab
pertanyaan 15-20
pertanyaan dengan benar. 2.
Cukup : Hasil presentase 56% - 75% Bila dari 20 pertanyaan responden dapat menjawab pertanyaan 11-14 pertanyaan dengan benar.
3.
Kurang
: Hasil presentase < 56%
Bila dari 20 pertanyaan responden dapat menjawab pertanyaan < 11 pertanyaan dengan benar 2.
Umur Adalah lama hidup ibu sekarang yang dihitung sejak lahir sampai
diadakannya penelitian. Adapun kategori umur responden adalah : a. 18-24 Tahun b. 25-31 Tahun
36
c. 32-40 Tahun d. > 40 Tahun 3.
Pendidikan Ibu Adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh oleh
responden. a. SD b. SMP c. SMA d. Perguruan Tinggi 4.
Pekerjaan Adalah suatu kegiatan yang dilakukan sehari-hari guna memenuhi kebutuhan.
Adapun kategorinya antara lain : a. Bekerja b. Tidak Bekerja 5.
Sumber Informasi Adalah pengetahuan informasiyag diperoleh secara langsung, baik melalui
media massa maupun media cetak. a. Media Cetak (Koran, Majalah, Tabloid) b. Media Elektronik (Tv, Radio, Internet) c. Tenaga Kesehatan (Bidan, Perawat, Dokter) d. Masyarakat (Tetangga, Saudara, Suami)
37
6.
Penghasilan Adalah setiap kemampuan tambahan ekonomi yangdapat diterima dan diperoleh yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. a. Penghasilan Tinggi b. Penghasilan Menengah c. Penghasilan Rendah
3.8 Analisa Data Analisa
deskriptif
(analisa
univariate)
berfungsi
untuk
meringkas,
mengklasifikasikan dan menyajikan data yang merupakan langkah awal dari analisa lebih lanjut dalam penggunaan uji statistic (Hidayat, 2007).
38
3.9 Jadwal Penelitian Jadwal penelitian dimulai pada survey awal bulan Januari 2015. No
Kegiatan
Bulan Nov
Des
Jan
Feb
Maret
April
Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
Pengajuan judul
2
Survey awal
3
Bimbingan Proposal
4
Sidang proposal
5
Perbaikan proposal
6
Penelitian & konsul KTI
7
Sidang KTI
38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Hasil Penelitian
4.1.1 Data Geografis Puskesmas Kota Matsum terletak di Jalan Amaliun No. 75 Kelurahan Kota Matsum IV Kecamatan Medan Area dengan luas wilayah Kelurahan yaitu 112,40 Ha. Batas-batas wilayah kerja puskesmas Kota Matsum yaitu: 1) Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Sei Rangas Permata II 2) Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Pasar Merah Timur 3) Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Sukaramai I dan II 4) Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Kota Matsum III 4.1.2 Data Demografi Luas wilayah Puskesmas Kota Matsum adalah 112,40 Ha, dimana jumlah penduduk 48.452, dan jumlah lingkungan 75. Puskesmas kota matsum terletak di Jalan Amaliun No. 75 Kelurahan Kota Matsum IV Kecamatan Medan Area. Meliputi 4 Kelurahan: 1. Kelurahan Kota Matsum I 2. Kelurahan Kota Matsum II 3. Kelurahan Kota Matsum IV 4. Kelurahan Sei Rangas Permata
39
40
4.1.3 Gambaran Umum Karakteristik Responden Dari hasil pengumpulan data dan mengenai ibu tentang kejadian ikutan pasca imunisasi DPT/Hb Combo di Puskesmas Kota Matsum II sebanyak 34 orang : Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Sumber Informasi, Dan Sosial Ekonomi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum II Tahun 2015 No 1
2
3
4
5
Frekuensi Umur a. 18-24 tahun b. 25-31 tahun c. 32-40 tahun d. > 40 tahun Jumlah Pendidikan a. SD b. SMP c. SMA d. Perguruan Tinggi Jumlah Pekerjaan a. Bekerja b. Tidak bekerja Jumlah Sumber Informasi a. Media cetak b. Media elektronik c. Tenaga Kesehatan d. Masyarakat Jumlah Penghasilan a. Penghasilan tinggi b. Penghasilan menengah c. Penghasilan rendah Jumlah
Presentase
4 8 15 7 34
11.8 23.5 44.1 20.6 100.0
4 7 15 8 34
11.8 20.6 44.1 23.5 100.0
16 18
47.1 52.9
34
100.0
3 9 5 17 34
8.8 26.5 14.7 50.0 100.0
3 19 12 34
8.8 55.9 35.3 100.0
41
Berdasarkan tabel diatas diperoleh data bahwa mayoritas responden berumur 32-24 tahun yaitu sebanyak 15 orang (44,1 %) dan minoritas berumur 18-24 tahun yaitu sebanyak 4 orang (11,8 %). Mayoritas responden dengan latar belakang pendidikan SMA yaitu sebanyak 15 orang (44,1%), dan minoritas berlatar belakang pendidikan SD yaitu sebanyak 4 oarng (11,8%). Mayoritas responden tidak bekerja yaitu sebanyak 18 orang (52,9 %), dan minoritas responden bekerja yaitu sebanyak 16 orang (47,1%). Mayoritas responden berdasarkan sumber informasi yaitu masyarakat 17 orang (50,0 %) dan minoritas sumber informasi adalah media cetak yaitu 3 orang (8,8 %) serta mayoritas responden berdasarkan penghasilan yaitu penghasilan menengah sebanyak 19 orang (55,9 %) dan minoritas responden berdasarkan penghasilan yaitu penghasilan tinggi 3 orang (8,8 %). 4.1.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/Hb Combo Berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan kepada responden dapat dilihat dalam table dibawah ini :
42
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum II Tahun 2015 No 1 2 3
Kategori pengetahuan Baik Cukup Kurang Jumlah
Frekuensi 11 14 9 34
Presentase 32.4 41.2 26.5 100.0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden tingkat pengetahuan responden cukup yaitu sebanyak 14 orang (41,2 %), dan minoritas tingkat pengetahuan responden kurang yaitu sebanyak 9 orang (26,5%). 4.1.5
Pengetahuan Responden Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
DPT/Hb
Combo
Berdasarkan
Pertanyaan-Pertanyaan
Pengetahuan Berdasarkan hasil penelitian distribusi pengetahuan responden tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/Hb Combo terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
43
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Pengetahuan Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/Hb Combo Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum II Tahun 2015
No
1
2
3
4
5
6
7 8 9 10
Jawaban Benar N %
n
%
32
94.12
2
5.88
14
41.18
20
58.82
29
85.29
5
14.71
26
76.47
8
23.53
34
100.00
-
-
26
76.47
8
45.33
22
64.71
12
35.29
Jenis imunisasi DPT adalah 2 Cara pemberian imunisasi DPT adalah suntikan
16
47.06
18
52.94
29
85.29
5
14.71
Imunisasi DPT yang kedua diberikan saat bayi umur 4 bulan
30
88.24
4
11.76
Pertanyaan Yang dimaksud dengan imunisasi adalah Upaya yang dilakukan untuk memberikan kekebalan tubuh pada bayi Yang dimaksud dengan imunisasi dpt/hb combo adalah imunisasi yang dapat mencegah difteri (batuk rejan), pertusis, dan hepatitis B Pemberian imunisasi DPT/Hb Combo adalah 3 kali Penyebab terjadinya reaksi setelah melakukan imunisasi adalah Karena imunisasi DPT memang mempunyai efek samping yang normal Yang merupakan reaksi setelah melakukan imunisasi DPT/Hb Combo adalah Demam, bengkak pada tempat penyuntikan Yang termasuk penanganan atas reaksi yang terjadi setelah imunisasi DPT/Hb Combo adalah Jika demam berikan paracetamol sesuai rese petugas,dan bekas duntikan di kompres dengan air dingin Tindakan yang dilakukan dirumah setelah imunisasi DPT/Hb Combo adalah Berikan bayi banyak minum dan cukup istirahat
Salah
44
Tabel 4.3 (Lanjutan)
11
12
13 14 15 16 17 18 19 20
Penyebab nya apabila anak tidak diberikan adalah imunisasi DPT adalah Kemungkinan penyakit terjadi lebih mudah karena kekebalan tubuh lemah Bayi dibawa kembali untuk imunisasi jika imunisasi ditunda karena bayi flu atau demam adalah bulan berikutnya Ciri keberhasilan imunisasi DPT adalah Tempat penyuntikan melendung / membengkak Demam yang normal setelah imunisasi DPT/Hb Combo adalah 2 hari tempat penyuntikan imunisasi adalah dipaha kanan Yang dilakukan jika terjadi pembengkakan bekas suntikan setelah imunisasi DPT adalah kompres dengan air hangat Imunisasi DPT ditunda saat anak demam tinggi Yang diberikan saat imunisasi DPT adalah virus yang dilemahkan Cara kerja imunisasi adalah menambah kekebalan tubuh Imunisasi DPT dilakukan di posyandu
22
64.71
12
35.29
31
91.18
3
8.82
22
64.71
12
35.29
9
26.47
25
73.53
21
61.76
13
38.24
21
61.76
13
38.24
27
79.41
7
20.59
7
20.59
27
79.41
28
82.35
6
17.65
33
97.06
1
2.94
Berdasarkan tabel diatas pengetahuan ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/Hb Combo, pertanyaaan yang banyak dijawab responden benar yaitu Dibawah ini yang merupakan reaksi setelah melakukan imunisasi DPT sebanyak 34 orang (100.00 %). Sedangkan pertanyaan yang banyak dijawab responden salah yaitu Apakah yang diberikan saat imunisasi DPT sebanyak 27 orang (79.65 %).
45
4.1.6 Tabulasi Silang Pengetahuan Responden Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Hasil penelitian ini bersumber dari identitas jawaban responden sebanyak 43 orang tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum II. Tabel 4.4 Tabulasi Silang Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Berdasarkan Umur Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum II Tahun 2015
No 1 2 3 4
Pendidikan 18-24 Tahun 25-31 Tahun 32-40 Tahun > 40 Tahun Jumlah
Baik f 2 4 2 3 11
% 5.9 11.8 5.9 8.8 32.4
Pengetahuan Cukup f % 2 5.9 2 5.9 8 23.5 2 5.9 14 41.2
Kurang F % 1 2.9 2 5.9 4 11.8 2 5.9 9 26.5
f
%
5 8 14 7 34
14.71 23.53 41.18 20.59 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 34 responden bahwa mayoritas responden berpengetahuan cukup sebanyak 14 orang (41,2) dengan kategori umur 3240 tahun sebanyak 8 orang (23,5). Minoritas responden berpengetahuan kurang 9 orang (26,5) dengan kategori umur 18-24 tahun sebanyak 1 orang (2,9).
46
Tabel 4.5 Tabulasi Silang Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Berdasarkan Pendidikan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum II Tahun 2015
No 1 2 3 4
Pendidikan
Baik f 2 3 3 3 11
SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah
% 5.9 8.8 8.8 8.8 32.4
Pengetahuan Cukup f % 2 5.9 3 8.8 7 20.6 2 5.9 14 41.2
Kurang f % 1 2.9 5 14.7 3 8.8 9 26.5
f
%
4 7 15 8 34
11.76 20.59 44.12 23.53 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 34 responden bahwa mayoritas responden berpengetahuan cukup sebanyak 14 orang (41,2) dengan kategori pendidikan SMA sebanyak 7 orang (23,5). Minoritas responden berpengetahuan kurang 9 orang (26,5) dengan kategori pendidikan SMP sebanyak 1 orang (2,9). Tabel 4.6 Tabulasi Silang Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Berdasarkan Pekerjaan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum II Tahun 2015
No 1 2
Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja Jumlah
Baik f 5 6 11
% 14.7 17.6 32.4
Pengetahuan Cukup f % 4 11.8 10 29.4 14 41.2
Kurang f % 5 14.7 4 11.8 9 26.5
f
%
14 20 34
41.18 58.82 100
47
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 34 responden bahwa mayoritas responden berpengetahuan cukup sebanyak 14 orang (41,2) dengan kategori pekerjaan
tidak
bekerja
sebanyak
9
orang
(26,5).
Minoritas
responden
berpengetahuan kurang 9 orang (26,5) dengan kategori pekerjaan bekerja sebanyak 4 orang (11,8). Tabel 4.7 Tabulasi Silang Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Berdasarkan Sumber Informasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum II Tahun 2015
No
Sumber Informasi
1 2 3 4
Media Cetak Media Elektronik Tenaga Kesehatan Masyarakat Jumlah
Baik f % 3 8.82 2 5.88 2 5.88 4 11.8 11 32.4
Pengetahuan Cukup F % 6 17.6 8 23.5 14 41.2
Kurang f % 1 2.94 3 8.82 5 14.7 9 26.5
F
%
3 9 5 17 34
8.82 26.5 14.7 50.0 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 34 responden bahwa mayoritas responden berpengetahuan cukup sebanyak 14 orang (41,2) dengan kategori sumber informasi masyarakat sebanyak 8 orang (23,5). Minoritas responden berpengetahuan kurang 9 orang (26,5) dengan kategori sumber informasi media elektronik sebanyak 1 orang (2,9).
48
Tabel 4.8 Tabulasi Silang Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Berdasarkan Penghasilan di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum II Tahun 2015 Pengetahuan No
Penghasilan
Baik
Cukup
Kurang
F
%
f
%
f
%
F
%
1
Penghasilan Tinggi
2
5.9
-
-
1
2.9
3
8.8
2
Penghasilan Menengah
6
17.6
10
29.4
3
8.8
19
55.9
3
Penghasilan Rendah
3
8.8
4
11.8
5
14.7
12
35.3
11
32.4
14
41.2
9
26.5
34
100
Jumlah
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 34 responden bahwa mayoritas responden berpengetahuan cukup sebanyak 14 orang (41,2) dengan penghasilan menengah sebanyak 10 orang (29,4). Minoritas responden berpengetahuan kurang 9 orang (26,5) dengan kategori penghasilan tinggi sebanyak 1 orang (2,9). 4.2 Pembahasan Setelah dilakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan ibu tentang kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) di wilayah kerja puskesmas kota matsum II tahun 2015 diperoleh data sebagai berikut :
49
4.2.1 Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/Hb Combo Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 34 orang responden dapat dilihat bahwa mayoritas pengetahuan responden cukup sebanyak 14 orang (41,2 %), dan minoritas responden berpengetahuan kurang sebanyak 9 orang (26,5 %) Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh nasrulloh (2009), pengetahuan merupakan milik atau isi pikiran manusia yang merupakan hasil dari proses usaha manusia untuk tahu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2012) dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/Hb Combo Di Posyandu Seragen Desa Doyong” yaitu dari 20 responden didapatkan hasil berpengetahuan baik 5 responden (16,67 %), berpengetahuan cukup baik 20 responden (66,66 %), dan yang berpengetahuan kurang 5 responden (16,67 %). Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, terjadi kesenjangan antara teori dan hasil penelitian. Berdasarkan jawaban responden tentang pertanyaan pengetahuan ibu tentang kejadian ikutan pasca imunisasi (kipi) DPT/Hb Combo didapati bahwa ibu-ibu yang menjawab pertanyaan benar seluruhnya berada pada soal no 5 yaitu tentang yang merupakan reaksi setelah melakukan imunisasi DPT/Hb Combo. Dan ibu-ibu yang banyak menjawab salah terdapat pada pertanyaan
50
no 18 yaitu tentang yang diberikan saat imunisasi DPT. Menurut asumsi peneliti hal ini disebabkan karena responden kurang adanya rasa ingin tahu meperoleh informasi tentang kesehatan baik dari tenaga kesehatan, masyarakat, media cetak, media elektronik. Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti memiliki hasil yang relevan dengan penelitian yang dilakukan Susanti (2012) yaitu mendapatkan hasil responden berpengetahuan cukup. 4.2.2 Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Berdasarkan Umur Berdasarkan hasil penelitian dengan 34 responden ibu bahwa mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 14 orang (41,2 %) dengan kategori umur 32-40 tahun sebanyak 8 orang (23,5%). Minoritas responden berpengetahuan kurang 9 orang (26,5%) dengan kategori umur 18-24 tahun sebanyak 1 orang (2,9%). Menurut Arini, semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Umur adalah pertumbuhan pada fisik secara garis besar yang dipengaruhi oleh kategori yaitu perubahan uuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru yang terjadi akibat pematangan fungsi organ. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang maka akan lebih matang berfikir dan bekerja (Nursalam, 2003). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2012) dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
51
(KIPI) DPT/Hb Combo Di Posyandu Seragen Desa Doyong” didapatkan hasil responden berpengetahuan cukup baik, berdasarkan umur karena semakin tua umur maka semakin banyak pengalaman dan pengetahuan yang didapatkan. Berdasarkan asumsi peneliti, tidak terjadi kesenjangan pada umur responden yang tua lebih baik pengetahuannya dibandingkan dengan responden yang umurnya lebih tua. Ini disebabkan karena responden yang umurnya lebih tua lebih banyak pengalaman dan pengetahuannya mengenai kejadian ikutan pasca imunisaisi (KIPI) DPT/Hb Combo. Hal ini sesuai dengan teori (Nursalam, 2003) yang menyatakan Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang maka akan lebih matang berfikir dan bekerja dan memiliki hasil yang sama dengan penelitian dari peneliti sebelumnya oleh susanti (2012). 4.2.3 Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Berdasarkan Pendidikan Berdasarkan hasil penelitian dengan 34 responden ibu bahwa mayoritas responden berpengetahuan cukup sebanyak 14 orang (41,2) dengan kategori pendidikan SMA sebanyak 7 orang (23,5). Minoritas responden berpengetahuan kurang 9 orang (26,5) dengan kategori pendidikan SMP sebanyak 1 orang (2,9). Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoadmotjo (2003) semakin tinggi pendidikan responden akan semakin tinggi pula pengetahuan dan pemahaman responden dalam menyerap informasi baru, hal ini tergantung pada keinginan responden untuk memahami sesuatu. Pendidikan juga membuat seseorang
52
terdorong untuk ingin tahu mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan (Desi, 2007). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2012), dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/Hb Combo Di Posyandu Seragen Desa Doyong”
didapatkan hasil
responden berpengetahuan cukup baik, berdasarkan pendidikan yang berpendidikan lebih tinggi dibandingkan pengetahuan responden yang berendidikan lebih rendah. Menurut asumsi peneliti tidak terjadi kesenjangan antara teori dan hasil penelitian dimana responden yang berpendidikan lebih tinggi dan pengalaman nya lebih banyak mempunyai pengetahuan lebih baik daripada responden yang memiliki pendidikan rendah dan pengalamannya sedikit, lebih mudah mendapatkan informasi. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Notoadmotjo (2003) semakin tinggi pendidikan responden akan semakin tinggi pula pengetahuan dan pemahaman responden dalam menyerap informasi baru, hal ini tergantung pada keinginan responden untuk memahami sesuatu, dan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya Susanti (2012), yang mendapatkan hasil penelitian yang sama dengan peneliti dimana pengetahuan ibu yang lebih tinggi pendidikannya memiliki pengetahuan yang lebih baik daripada pendidikan ibu yang lebih rendah.
53
4.2.4 Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Berdasarkan Pekerjaan Berdasarkan hasil penelitian dengan 34 responden ibu bahwa mayoritas responden berpengetahuan cukup sebanyak 14 orang (41,2) dengan kategori pekerjaan
tidak
bekerja
sebanyak
9
orang
(26,5).
Minoritas
responden
berpengetahuan kurang 9 orang (26,5) dengan kategori pekerjaan bekerja sebanyak 4 orang (11,8). Menurut (Pariani, 2008) pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak cara mencari nafkah yang membosankan, berulang serta banyak tantangan bekerja merupakan kegiatan yang menyita waktu. Sehingga bekerja bagi ibu-ibu akan mempengaruhi terhadap kehidupan keluarga. Pekerjaan responden juga dapat mempengaruhi pengetahuan responden . pengetahuan reponden yang bekerja lebih baik bila dibandingkan dengan pengetahuan responden yang tidak bekerja. Semua ini disebabkan karena responden yang bekerja diluar rumah memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi, termasuk mendapatkan informasi tentang kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) DPT/Hb Combo (Nursalam, 2007). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hayana (2012), dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Ibu Sebelum Pemberian Imunisasi DPT Pada Bayi Diwilayah Kerja Puskesmas Samataring Kabupaten Sinjai Tahun 2013” di didapatkan hasil ibu yang tidak bekerja lebih baik pengetahuannya dibandingkan dengan ibu yang bekerja karena ibu yang tidak bekerja lebih sering
54
bersama anaknya sehingga ibu lebih banyak waktu memperhatikan kesehatan anaknya. Berdasarkan asumsi peneliti, terjadi kesenjangan pada pekerjaan responden yang tidak bekerja lebih baik dibandingkan yang bekerja. Hal ini disebabkan ibu-ibu yang tidak bekerja lebih banyak waktu dirumah sehingga lebih banyak mendapatkan informasi seputar tentang masalah kesehatan. Hal ini berbeda dengan teori yang ada dimana menurut Pekerjaan responden juga dapat mempengaruhi pengetahuan responden . pengetahuan reponden yang bekerja lebih baik bila dibandingkan dengan pengetahuan responden yang tidak bekerja. Semua ini disebabkan karena responden yang bekerja diluar rumah memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi (Nursalam, 2007). Tetapi peneliti mendapatkan hasil yang sama dengan hasil yang didapatkan oleh peneliti sebelumnya Hayana (2013). Dimana ibu yang tidak bekerja lebih baik penegtahuannya dibandingkan ibu yang bekerja. 4.2.5 Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Berdasarkan Sumber Informasi Berdasarkan hasil penelitian dengan 34 responden ibu bahwa mayoritas responden berpengetahuan cukup sebanyak 14 orang (41,2) dengan kategori sumber informasi masyarakat sebanyak 8 orang (23,5). Minoritas responden berpengetahuan kurang 9 orang (26,5) dengan kategori sumber informasi media elektronik sebanyak 1 orang (2,9).
55
Menurut
Wahyuni
(2013),
informasi
sangat
berpengaruh
terhadap
pengetahuan seseorang, informasi bisa didapat dari media cetak, media elektronik, dari tetangga, dan tenaga kesehatan seperti kader-kader posyandu yang ada disekitar tempat tinggal. Berdasarkan hasil penelitian Susanti (2012), dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/Hb Combo Di Posyandu Seragen Desa Doyong” didapatkan pengetahuan responden berdasarkan informasi didapatkan hasil yang kurang baik, ini disebabkan karena kurang nya informasi yang didapatkan ibu. Menurut asumsi peneliti kurangnya pengetahaun ibu disebabkan kurangnya informasi yang didapatkan ibu baik dari media cetak, media elektronik dan tenaga kesehatan khususnya tentang kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) DPT/Hb Combo. Penelitian relevan dengan penelitian oleh Susanti (2012), yang mendapatkan hasil pengtahuan responden berdasarkan informasi didapatkan hasil yang kurang baik kurangnya pengetahuan ibu disebabkan karena kurangnya informasi yang didapatkan ibu tentang kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) DPT/Hb Combo. 4.2.6 Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Berdasarkan Penghasilan Berdasarkan hasil penelitian dengan 34 responden ibu bahwa mayoritas responden berpengetahuan cukup sebanyak 14 orang (41,2) dengan penghasilan
56
menengah sebanyak 10 orang (29,4). Minoritas responden berpengetahuan kurang 9 orang (26,5) dengan kategori penghasilan tinggi sebanyak 1 orang (2,9). Menurut teori yang dinyatakan oleh (Baziad, 2003) bahwa Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan responden, tetapi apabila seseorang berpenghasilan cukup besar maka akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas yang menjadi sumber informasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hayana (2012), dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Ibu Sebelum Pemberian Imunisasi DPT Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Samataring Kabupaten Sinjai Tahun 2013” didapatkan hasil responden yang memiliki penghasilan lebih tinggi berpengetahuan lebih baik dibandingkan dengan responden yang memiliki penghasilan lebih rendah. Ini disebabkan karena dengan penghasilan yang lebih tinggi itu mempermudah ibu mendapatkan akses dan informasi yang lebih banyak. Berdasarkan asumsi peneliti, terjadi kesenjangan pada penghasilan responden yang lebih rendah penghasilannya lebih baik pengetahuannya di bandingkan dengan reponden yang penghasilannya tinggi. Hal ini disebabkan karena ibu yang berpenghasilan tinggi memiliki waktu yang sedikit untuk mencari informasi tentang kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) dikarenakan sibuk bekerja mencari penghasilan dibandingkan ibu yang berpenghasilan lebih rendah.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentang Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/Hb Combo Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum II Tahun 2015 maka dapat diambil kesimpulan : 1. Pengetahuan responden tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/Hb Combo berdasarkan tingkat pengetahuan dari 34 responden mempunyai mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 14 orang (41,2%) dan minoritas berpengetahuan kurang sebanyak 9 orang (26,5 %). 2. Pengetahuan responden berdasarkan umur berpengetahuan cukup pada usia 32-40 tahun, kemudian berdasarkan pendidikan rata-rata SMA, dan tidak bekerja, serta berpenghasilan menengah. Selain itu sumber informasi responden berasal dari masyarakat.
5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan, peneliti menyarankan : 1. Diharapkan kepada Ibu-Ibu untuk meningkatkan pengetahuannya terhadap kejadian ikutan pasca imunisasi DPT/Hb Combo dengan lebih banyak
57
58
membaca dan mendengarkan informasi yang terkait dengan kejadian ikutan pasca imunisasi DPT/Hb Combo. 2. Diharapkan kepada tenaga kesehatan di Puskesmas Kota Matsum lebih meningkatkan mutu pelayanan dan memberikan penyuluhan khususnya informasi kesehatan tentang imunisasi itu berisi virus yang dilemahkan yang berguna untuk melindungi bayi dari difteri pertusis dan tetanus serta kejadian ikutan pasca imunisasi DPT/Hb Combo kepada setiap kelurahan yang ada di wilayah puskemas kota matsum. 3. Diharapkan kepada Institusi Pendidikan untuk berpartisipasi dalam pemberian informasi dan penyuluhan tentang mengenai kejadian ikutan pasca imunisasi DPT/Hb Combo dan lebih memperbanyak buku-buku tentang kejadian ikutan pasca imunisasi DPT/Hb Combo agar mahasiswa lebih mempunyai wawasan yang luas lagi dan dapat mengaplikasikan ke masyarakat.
Lampiran I LAMPIRAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) DPT/HB COMBO DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA MATSUM II TAHUN 2015 Oleh : INTAN JULIANI BATUBARA Saya adalah mahasiswi program studi D-III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. Penelitian ini diberikan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di program studi D-III Kebidanan Sekola Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasikan “Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/Hb Combo Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum II Tahun 2015”. Saya mengharapkan tanggapan yang diberikan oleh saudari tanpa dipengaruhi orang lain. Informasi ini diberikan ibu hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu kebidanan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud lain. Partisipasi saudari dalam penelitian ini bersifat sukarela, saudari bebas menjawab semua pertanyaan dan pertanyaan tanpa sanksi apapun. Jika saudara bersedia menjadi peserta penelitian ini silahkan saudari menandatangani surat persetujuan ini pada tempat yang telah disediakan dibawah ini sebagai bukti sukarela saudari.
Responden
( ................................. )
Medan, 22 mei 2015
(Intan Juliani Batubara)
Lampiran II KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) DPT/HB COMBO DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA MATSUM II MEDAN TAHUN 2015 I.
Identitas responden No responden :
II.
Petunjuk untuk menjawab pertanyaan 1. Bacalah pertanyaan dengan baik 2. Jawablah pertanyaan ini dengan memberi silang (X) 3. Setelah selesai kembalikan lembaran kuesioner pada petugas yang memberikan kuesioner.
III.
Data Karakteristik Responden 1. Umur
:
2. Alamat
:
3. Pendidikan Pendidikan terakhir yang ibu selesaikan (memiliki ijazah) SD
SMA
SMP
Perguruan Tinggi
4. Pekerjaan Bekerja Tidak bekerja 5. Sumber Informasi Koran
Bidan
Majalah
Perawat
Tabloid
Dokter
Tv
Tetangga
Radio
Saudara
Internet
Suami
6. Penghasilan Penghasilan Tinggi (> Rp. 2.850.000) Penghasilan Menengah (Rp. 1.550.000 – 2.850.000) Penghasilan Rendah (< Rp. 1.550.000 per bulan)
Lampiran III PERTANYAAN Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang benar dibawah ini ! 1. Apakah yang dimaksud dengan imunisasi ? a. Upaya yang dilakukan untuk memberikan kekebalan tubuh pada bayi b. Upaya untuk membuat anak lumpuh c. Upaya untuk membuat anak pintar d. Upaya untuk membuat anak bijak
2. Apakah yang dimaksud dengan imunisasi DPT/Hb Combo? a. Imunisasi yang diberikan 2 kali b. Imunisasi yang dapat mencegah TBC c. Imunisasi yang dapat mencegah difteri (batuk rejan), pertusis, dan hepatitis B d. Imunisasi yang dapat mencegah sakit kepala
3. Berapa kali pemberian imunisasi DPT/Hb Combo? a. 1 kali b. 2 kali c. 3 kali d. 4 kali
4. Apa penyebab terjadinya reaksi setelah melakukan imunisasi ? a. Karena imunisasi DPT memang mempunyai efek samping yang normal b. Kurangnya penyuluhan yang dilakukan di masyarakat
c. Ibu tidak bersedia memberikan imunisasi pada anak d. Tidak adanya dukungan suami dalam melakukan imunisasi
5. Dibawah ini yang merupakan reaksi setelah melakukan imunisasi DPT ? a. Bayi ngences b. Demam, bengkak pada tempat penyuntikan c. Tidur nyeyak d. Nafsu makan meningkat
6. Mana dibawah ini yang termasuk penanganan atas reaksi yang terjadi setelah imunisasi DPT/Hb Combo ? a. Bayi di rendam di air setengah jam b. Jika demam berikan paracetamol sesuai rese petugas,dan bekas suntikan di kompres dengan air dingin c. Jemur bayi dibawah mata hari d. Selimuti bayi saat tidur
7. Apa tindakan yang dilakukan dirumah setelah imunisasi DPT/Hb Combo? a. Berikan bayi banyak minum dan cukup istirahat b. Kompres dengan air es c. Tidak boleh dimandikan selama 2 hari d. Biarkan bayi menangis agar puas
8. Berapa jenis imunisasi DPT? a. 1 b. 2
c. 3 d. 4
9. Bagaimana cara pemberian imunisasi DPT? a. Teteskan ke mulut bayi b. Suntikan c. Diminum d. Dimakan
10. Kapan imunisasi DPT yang kedua diberikan ? a. Saat bayi umur 4 bulan b. Saat bayi umur 7 bulan c. Saat bayi umur 11 bulan d. Saat bayi umur 1 tahun
11. Apa penyebab nya apabila anak tidak diberikan imunisasi DPT ? a. Bayi jadi demam b. Anak jadi bijak c. Kemungkinan penyakit terjadi lebih mudah karena kekebalan tubuh lemah d. Kemungkinan penyakit tidak terjadi karena bayi sudah kebal
12. Kapan bayi dibawa kembali untuk immunisasi jika imunisasi ditunda karena bayi flu atau demam? a. Bulan berikut nya b. Setelah anak remaja
c. Setelah anak masuk sekolah d. Biarkan saja karena imunisasi itu tidak penting
13. Apa saja ciri keberhasilan imunisasi DPT? a. Tempat penyuntikan melendung/membengkak b. Bayi menangis kesakitan c. Bayi tertidur d. Tempat penyuntikan menjadi kebas
14. Berapa hari demam yang normal setelah imunisasi DPT/Hb Combo ? a. 4 hari b. 3 hari c. 2 hari d. 5 hari
15. Dimana tempat penyuntikan imunisasi DPT ? a. Ditangan kanan b. Ditangan kiri c. Dipaha kanan d. Dipaha kiri
16. Apa yang dilakukan jika terjadi pembengkakan bekas suntikan setelah imunisasi DPT ? a. Kompres dengan air hangat b. Kompres dengan es c. Biarkan saja d. Berikan minum
17. Kapan imunisasi DPT ditunda ? a. Saat anak demam tinggi b. Saat anak sehat c. Saat bayi masih minum ASI d. Saat bayi nafsu makan kuat
18. Apakah yang diberikan saat imunisasi DPT ? a. Antibiotik b. Vitamin c. Virus yang dilemahkan d. Obat
19. Bagaimana cara kerja imunisasi? a. Membunuh kuman penyakit b. Menyembuhkan kuman penyakit c. Menambah kekebalan tubuh d. Meningkatkan nafsu makan
20. Dimana dilakuakan imunisasi DPT ? a. Di rumah b. Di posyandu c. Di keluarahan d. Di kantor desa
Lampiran IV KUNCI JAWABAN
1. A
11. C
2. C
12. A
3. C
13. A
4. A
14. C
5. B
15. C
6. B
16. A
7. A
17. A
8. C
18. C
9. B
19. C
10. A
20. B
DAFTAR PUSTAKA Antono (2011). Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Bayi Tentang Reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/Hb Combo Dengan Kecemasan Ibu Sebelum Melaksanakan Imunisasi Di Polindes Desa Karang Rejo Wilayah Kerja Puskesmas Ngasem Kediri. Prodi Kebidanan Kediri Poltekkes Malang. (Diakses 25 Desember 2014). Cahyono (2010). Vaksinasi Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Yogyakarta : Kanisius. Dewi (2010). Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika. Hayana (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Ibu Sebelum Pemberian Imunisasi DPT Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Samataring Kabupaten Sinjai. STIKES Nani Hasanuddin Makassar. (Diakses 7 Desember 2014). Hidayat (2007). Metode Penelitian Kebidanan teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. IDAI (2011). Pedoman Imunisasi Di Indonesia. Edisi 4. Jakarta : SATGAS IDAI. Machfoedz (2007). Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Fitramaya. Maryunani (2010). Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta Timur : TIM. Mulyani (2013). Imunisasi Untuk Anak. Yogyakarta :Nuha Medika. Murtie (2014). ALL About Kesehatan Anak. Jogjakarta : Trans Idea Publishing. Muslihatun (2011). Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Yogyakarta :Fitramaya. Nurhayati (2012). Serba-Serbi Kehamilan Dan Perawatan Anak. Bandung : CV YRAMA WIDYA. Notoatmodjo (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Puspitasari (2013). Perilaku Ibu Dalam Menangani Demam Pasca Imunisasi Dpt Di Posyandu Desa Gedangan Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo Tahun 2013. Prodi Diii Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponogoro. (Diakses Maret 2015). Proverawati Dkk (2010). Imunisasi Dan Vaksinasi. Yogyakarta : Nuha Medika. Risky (2010). Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Difteri Pertusis Tetanus (DPT) Di Kelurahan Bandar Buat Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilang Padang Tahun 2010. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. (Diakses Januari 2015). Susanti (2012). Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi DPT/Hb Combo Diposyandu Desa Doyong Kecamatan Miri Kabupaten Sragen . Stikes Kusuma Husada Program Studi DIII Kebidanan. (Diakses Desember 2014). Wahab (2010). Sistem Imun, Imunisasi, & Penyakit Imun. Jakarta : Widya Medika. Wawan (2010). Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika. Yanuarita (2013). Menjadi Teman Pertumbuhan Si Buah Hati. Yogyakarta : Teranova Books. Zaluchu (2011). Praktis Penelitian Kesehatan. Medan : Perdana Publishing.
Lampiran IV Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi DPT/Hb Combo Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum II Tahun 2015 No Umur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
4 3 3 2 3 3 2 2 4 4 2 3 3 2 1 3 1 3 4 4
Pendi Peker Sumber Pengha dikan jaan Informasi silan 2 3 3 4 3 4 1 2 2 3 2 3 3 3 2 4 3 4 1 2
2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 2
4 1 3 4 2 4 2 4 1 2 4 2 4 2 4 2 3 4 4 2
2 2 2 3 2 2 2 1 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3
Jawaban Pertanyaan Pengetahuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1
2 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
3 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1
4 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1
7 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1
8 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1
19 20 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
Jlh
%
Kategori
9 18 9 15 13 15 16 16 18 18 15 11 15 11 15 13 10 16 11 16
45 90 45 75 65 75 80 80 90 90 75 55 75 55 75 65 50 80 55 80
3 1 3 2 2 2 1 1 1 1 2 3 2 3 2 2 3 1 3 2
Tabel Lanjutan
No Umur
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
3 2 2 3 4 3 3 3 1 2 1 3 3 4
Pendi dikan
Peker jaan
3 1 3 3 4 2 1 3 3 3 2 2 4 3
1 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2
Sumber Pengha Informasi silan
4 4 3 4 1 3 2 4 4 3 4 2 4 4
1 3 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2
Jawaban Pertanyaan Pengetahuan 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 16 17 18
19
20
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0
0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0
0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0
0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1
0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0
0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1
0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0
0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1
1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1
1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
Jlh
%
Kategori
10 16 16 15 18 17 15 15 13 10 16 14 11 13
50 80 80 75 90 85 75 75 65 50 80 70 55 65
3 1 1 2 1 1 2 2 2 3 1 2 3 2
Keterangan Tabel :
A. Umur 1. 18-24 Tahun 2. 25-31 Tahun 3. 32-40 Tahun 4. > 40 Tahun
B. Pendidikan 1. SD 2. SMP 3. SMA 4. Perguruan Tinggi
E. Penghasilan 1. Penghasilan Tinggi (> Rp. 2.850.000) 2. Penghasilan Menengah (Rp. 1.550.000 – 2.850.000) 3. Penghasilan Rendah (< Rp. 1.550.000 per bulan)
C. Pekerjaan 1. Bekerja 2. Tidak Bekerja
F. Kategori 1. Baik 2. Cukup 3. Kurang
D. Sumber Informasi 1. Media Cetak 2. Media Elektronik 3. Tenaga Kesehatan 4. Masyarakat