KARAKTERISTIK, POTENSI DAN KONTRIBUSI HUTAN RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR
MUHAMMAD RIFQI TIRTA MUDHOFIR
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik, Potensi dan Kontribusi Hutan Rakyat di Wilayah Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2015 Muhammad Rifqi Tirta Mudhofir NIM E14100092
ABSTRAK MUHAMMAD RIFQI TIRTA MUDHOFIR. Karakteristik, Potensi dan Kontribusi Hutan Rakyat di Wilayah Kabupaten Bogor. Dimbimbing oleh HARDJANTO. Hutan rakyat adalah bentuk budidaya tanaman kayu oleh petani pada lahan kering yang dibebani hak milik. Hutan rakyat menjadi alternatif sumber bahan baku bagi industri kayu, khususnya di Pulau Jawa. Perubahan bentuk pemanfaatan dari subsisten menjadi komersil turut didorong oleh posisi hutan rakyat yang kini menjadi sumber alternatif pendapatan petani. Teknik budidaya dan manajemen sederhana yang dilakukan oleh petani dapat menimbulkan ancaman bagi keberlangsungan hutan rakyat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karateristik budidaya hutan rakyat, dan menghitung potensi serta kontribusi hutan rakyat bagi pendapatan petani. Analisis data dilakukan dalam bentuk deskriptif dan korelasi berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan. Analisis korelasi dilakukan antara variabel luas lahan dengan jumlah pohon serta luas lahan dengan pendapatan yang bersumber dari hutan rakyat. Hasil menunjukkan budidaya hutan rakyat di wilayah Kabupaten Bogor dilakukan dalam bentuk hutan rakyat campuran dan agroforestry dengan jenis Sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Berneby & Grimes) memiliki potensi yang terbesar yaitu 562 pohon/ha. Potensi kepemilikan pohon terbesar terdapat pada petani Strata III (luas lahan >0.5 ha) yaitu 1300 pohon/ha. Kontribusi hutan rakyat mencapai 10 % terhadap pendapatan total petani. Luas lahan kering memiliki hubungan dengan jumlah pohon yang dimiliki petani signifikan pada taraf nyata 1 % dan memiliki hubungan terhadap pendapatan petani yang bersumber dari hutan rakyat signifikan pada taraf nyata 5 %. Kata kunci: Hutan rakyat, lahan kering, potensi, kontribusi pendapatan, korelasi
ABSTRACT MUHAMMAD RIFQI TIRTA MUDHOFIR. Characteristic, Potential and Contribution of Private Forest in Bogor Regency. Supervised by HARDJANTO. Private forest is kind of wood agriculture which do in dry land. Private forest bocome the source for wood industry material, especially on Java area. Private forest now was comercially by the peasant and become the alternative for their income. Simply peasants management becomes the threat for forest suistainability. The objective of this study was to identified the characteristic of private forest agriculture, and to calculate the potential of trees proprierity. Furthermore, the private forests income contribution for peasents finance have also been calculated. This study was conducted by description and corellation analysis. Correlation analysis was using between dry land area and trees proprierity and also private forest income variable. The results shows private forest were held by polyculture and agroforestry system by Sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Berneby & Grimes) trees own the highest potential with 562 trees/ha. Peasants in Stratum III (dry land area >0.5 ha) has the highest trees proprierity with 1300 trees/person. Private forests contributing until 10 % from peasants total income. Dry land area has positive correlation with the trees proprierity significant at the 0.01 level and has positive correlation with private forests income significant at the 0.05 level. Keywords:
Private forest, dry land, trees proprierity, forest income, correlation
KARAKTERISTIK, POTENSI DAN KONTRIBUSI HUTAN RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR
MUHAMMAD RIFQI TIRTA MUDHOFIR
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia yang telah diberikan sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Penelitian yang dilakukan mengangkat topik hutan rakyat, dengan judul Karakteristik, Potensi dan Kontribusi Hutan Rakyat di Wilayah Kabupaten Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Hardjanto, MS. sebagai pembimbing atas saran, bimbingan dan pengetahuan yang telah diberikan; 2. Ayah, ibu, adik (Reza dan Koo) serta keluarga besar atas segala doa, dan kasih sayang yang selalu menjadi semangat; 3. Bapak Haeruddin dan Bapak Odjim selaku Penyuluh Kehutanan di Kecamatan Pamijahan dan Kecamatan Rumpin serta Saudara Badru Salam dan anggota kelompok tani yang lainya atas kerja sama dan kesediaan waktu mendampingi kegiatan di lapangan; 4. Maizurra Septi, Qabul, Emi dan Fauzan yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan berbagai hal yang tidak ternilai harganya; 5. Seluruh teman teman Manajemen Hutan 47, Fakultas Kehutanan dan PSDM BEM TPB 47 atas semangat kebersamaan dan pengingat kebenaran serta kesabaran selama mengerjakan penelitian ini. Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak.
Bogor, Januari 2015 Muhammad Rifqi Tirta Mudhofir
DAFTAR ISI PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
3
METODE
3
Lokasi dan Waktu Penelitian
3
Alat dan Objek
3
Jenis Data yang Dikumpulkan
3
Metode Pengambilan Contoh
4
Analisis Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Kondisi Umum
5
Karakteristik Responden
6
Karakteristik Pengelolaan Hutan Rakyat
7
Potensi Hutan Rakyat
12
Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Petani
14
SIMPULAN DAN SARAN
16
Simpulan
16
Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN
19
RIWAYAT HIDUP
27
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6
Sebaran umur responden ..................................................................................... 6 Tingkat pendidikan responden ............................................................................ 6 Jenis pekerjaan responden .................................................................................. 7 Status lahan yang digunakan dalam hutan rakyat ............................................... 7 Sumber bibit pada kegiatan hutan rakyat ............................................................ 8 Frekuensi petani pada beberapa jenis pohon yang ditanam di Kecamatan Rumpin.............................................................................................................. 10 7 Frekuensi petani pada beberapa jenis pohon yang ditanam di Kecamatan Pamijahan.......................................................................................................... 10 8 Potensi kepemilikan pohon pada setiap strata lahan ......................................... 12 9 Potensi pohon berdasarkan kelompok jenis ...................................................... 13 10 Potensi pohon berdasarkan kelompok jenis ...................................................... 13 11 Kontribusi hutan rakyat terhadap pendapatan total petani................................ 15 12 Sumber dan rata-rata pendapatan petani per tahun ........................................... 15
DAFTAR GAMBAR 1 Pola tanam hutan rakyat di lokasi penelitian ...................................................... 9 2 Perbandingan jumlah responden berdasarkan sistem penebangan di lokasi penelitian ........................................................................................................... 11 3 Struktur tegakan hutan rakyat berdasarkan sebaran tahun tanam pada (A) Kecamatan Rumpin (B) Kecamatan Pamijahan dan (C) Kabupaten Bogor ..... 14
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6
Peta Kabupaten Bogor ...................................................................................... 19 Kuesioner penelitian ......................................................................................... 20 Foto kegiatan penelitian .................................................................................... 22 Jenis pohon yang ditanam petani hutan rakyat ................................................. 24 Hasil analisis korelasi luas lahan dan jumlah pohon ........................................ 26 Hasil analisis korelasi luas lahan dan pendapatan hutan rakyat ....................... 26
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan daerah di Indonesia mengakibatkan permintaan kayu terus meningkat, namun sejak pemerintah memberlakukan moratorium atau jeda balak, bahan baku kayu dari kawasan hutan justru berkurang (Darusman & Hardjanto 2006). Permintaan kayu di Indonesia, khususnya Jawa, mulai menjadikan kayu yang berasal dari hutan rakyat sebagai alternatif bahan baku. Hutan rakyat memberikan kontribusi penting pada industri kayu di Pulau Jawa. Kayu yang berasal dari hutan rakyat memenuhi 70 % konsumsi kayu pertukangan dan 90 % kayu bakar di Pulau Jawa (IPB; UGM dalam Hardjanto 2003). Hutan rakyat awalnya dimanfaatkan secara subsisten oleh petani yang kemudian mulai beralih ke pemanfaatan secara komersial dan hingga saat ini menjadi salah satu sumber alternatif pendapatan bagi petani. Hasil hutan rakyat yang dimanfaatkan petani tidak hanya berupa kayu, tetapi dapat berupa buah, getah atau kulit, sehingga terdapat beragam jenis pohon yang dibudidayakan petani pada lahan milik mereka. Suharjito (2000) menjelaskan bahwa segala bentuk kegiatan budidaya pohon pada lahan milik dapat dikategorikan sebagai bentuk usaha hutan rakyat. Budidaya hutan rakyat dilakukan petani pada lahan pekarangan, kebun/leuweung hingga pematang sawah milik petani, sebagai bentuk optimalisasai pemanfaatan lahan pertanian yang dimiliki. Penyebaran hutan rakyat umumnya terpencar-pencar dengan luasan yang relatif sempit. Rata-rata luasan dan kepemilikan hutan rakyat per keluarga di Jawa yaitu <0,25–1 ha (Tien 2012; Jariyah dan Wahyuningrum 2008). Kabupaten Bogor memiliki potensi hutan rakyat yang tinggi dengan luas hutan rakyat sebesar 17 298.67 ha dan Wilayah Bogor Barat sebagai wilayah dengan potensi terbesar yaitu 8 958.67 ha atau sebesar 51.79 % dari potensi hutan rakyat di Kabupaten Bogor (Distanhut Kabupaten Bogor 2013). Salah satu faktor yang mengakibatkan usaha hutan rakyat berkembang pesat di Kabupaten Bogor ialah letaknya yang strategis sebagai daerah pemasok bahan baku untuk ibu kota dan daerah kota industri lainya. Hutan rakyat tumbuh dengan pesat di Kabupaten Bogor sejak awal tahun 2000 (Setiajiati 2012) dan menjadi salah satu sumber pendapatan bagi Kabupaten Bogor. Kontribusi hutan rakyat bagi pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Bogor mencapai Rp 26 850 382 000/tahun (Ermayani 2002). Selain kondisi geografis, ketersediaan lahan kering di Kabupaten Bogor juga menjadi salah satu faktor berkembangnya hutan rakyat. Hutan rakyat umumnya berada di lahan milik yang kurang subur atau areal-areal lahan kering daerah atas (upland areas) (Suharjito 2000). Luas penggunaan lahan kering untuk kegiatan hutan rakyat di Kabupaten Bogor pada tahun 2007 mencapai 15 783 ha dan meningkat pada tahun 2009 menjadi 25 980 ha (BPS 2011). Peningkatan luas hutan rakyat dapat menunjukan peningkatan minat petani untuk budidaya tanaman kayu tetapi bukan berarti menjamin kegiatan usaha hutan rakyat yang lestari. Usaha hutan rakyat terus berkembang, namun juga menunjukkan penyusutan di sisi lain berupa penurunan kelas diameter pada permintaan pasar serta matinya industri pengolahan karena kekurangan bahan baku (Hardjanto
2 2003). Hal ini dapat menunjukkan semakin bertambahnya pertumbuhan industri pengolahan kayu rakyat yang tidak sebanding dengan ketersediaan kayu rakyat yang berkelanjutan. Kecenderungan tersebut juga menggambarkan pihak industri yang tidak memperhatikan kelestarian usaha dan ketersediaan bahan baku dari hutan rakyat. Budidaya hutan rakyat yang dilakukan secara sederhana dari segi sistem silvikultur dan manajemen menjadi ancaman bagi kelestarian hutan rakyat, sehingga perlu diketahui potensi dan ketersediaan kayu rakyat agar dapat menilai kelestarian usaha hutan rakyat kedepanya. Di sisi lain perlu juga diketahui sejauh mana lahan kering yang tersedia dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya pohon. Hal ini penting karena pemanfaatan lahan kering secara optimal diharapkan dapat meningkatkan kelestarian hutan rakyat.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah-masalah penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana karakteristik budidaya hutan rakyat di wilayah Kabupaten Bogor? 2. Berapa besar potensi hutan rakyat dan bagaimana hubunganya dengan luas lahan kering yang dimiliki petani? Berapa besar kontribusi hutan rakyat bagi pendapatan rumah tangga 3. petani dan bagaimana hubunganya dengan luas lahan kering yang dimiliki petani?
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini antara lain: 1. Mengidentifikasi karateristik budidaya hutan rakyat; 2. Menghitung potensi hutan rakyat dan hubunganya dengan luas lahan kering; 3. Menganalisis kontribusi hutan rakyat terhadap pendapatan rumah tangga petani serta hubunganya dengan luas lahan kering.
Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai karakteristik budidaya hutan rakyat, potensi kepemilikan dan kerapatan pohon, serta kontribusi hutan rakyat terhadap pendapatan total petani. Informasi tersebut diharapkan dapat menjadi data dasar untuk mengembangkan berbagai penelitian lain tentang hutan rakyat dan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan kegiatan monitoring serta pembuatan kebijakan dalam kegiatan hutan rakyat.
3 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah kegiatan budidaya hutan rakyat di Kecamatan Rumpin dan Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Penelitian ini memberikan gambaran kegiatan budaidaya hutan rakyat antara lain karakteristik sub-sistem produksi hutan rakyat meliputi kegiatan penanaman, pemeliharaan dan pemanenan pada hutan rakyat, serta potensi kepemilikan pohon per petani dan kerapatan pohon pada hutan rakyat. Selain hal yang disebutkan sebelumnya, penelitian ini juga memberikan gambaran mengenai kontribusi pendapatan dari hutan rakyat (penjualan kayu) terhadap pendapatan rumah tangga petani.
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rumpin dan Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Lampiran 1). Kecamatan Rumpin dan Kecamatan Pamijahan dipilih berdasarkan potensi luas lahan kering yang cukup besar dibandingkan dengan beberapa kecamatan lain di Kabupaten Bogor. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan Juni dan September 2014.
Alat dan Objek Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner (Lampiran 2) dan kamera digital. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel 2007 dan SPSS 20. Objek penelitian ini adalah hutan rakyat yang dibudidayakan petani di lokasi penelitian.
Jenis Data yang Dikumpulkan Data yang dibutuhkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan observasi dan wawancara langsung kepada petani hutan rakyat dengan menggunakan kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh melalui Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Kantor Kecamatan dan Kantor Desa. Data primer yang dikumpulkan berupa: 1. Karakteristik hutan rakyat berupa deskripsi kegiatan penanaman, pemeliharaan dan pemanenan; 2. Potensi pohon dihitung dari data jenis, umur dan jumlah pohon yang dimiliki setiap petani; 3. Pendapatan petani diperoleh dari besar dan sumber-sumber pendapatan rumah tangga petani.
4 Metode Pengambilan Contoh Desa contoh dipilih berdasarkan luas lahan kering terbesar pada setiap kecamatan yaitu Desa Leuwibatu dan Desa Cidokom untuk kecamatan Rumpin serta Desa Cibunian dan Desa Purwabakti untuk Kecamatan Pamijahan. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 60 petani yang kemudian dibagi rata pada setiap desa contoh (15 petani setiap desa). Seluruh responden dibagi menjadi tiga strata berdasarkan luas penguasaan lahan kering. Penentuan batas strata luas lahan dilakukan secara sengaja dengan mempertimbangkan beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa rata-rata penguasaan luas lahan di Jawa Barat tergolong sempit, yaitu kurang dari 0.26 ha (Roedjito 1981; BPK Ciamis 2008; Pratamaningtyas dan Handarini 2013). Strata luas penguasaan lahan petani terbagi menjadi: 1. Strata I dengan luas lahan ≤0.25 ha; Strata II dengan luas lahan 0.26–0.5 ha; 2. 3. Strata III dengan luas lahan >0.5 ha.
Analisis Data Hutan rakyat sebagai sebuah kegiatan usaha pertanian dapat dibagi menjadi empat subsistem usaha yaitu subsistem produksi, pengolahan, pemasaran dan kelembagaan (Hardjanto 2003). Karakteristik hutan rakyat yang dimaksud dalam kegiatan ini merupakan karakteristik dari subsistem produksi pada hutan rakyat, yang terdiri dari kegiatan penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan. Karakteristik hutan rakyat dianalisis secara deskriptif berdasarkan data-data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi di lapangan. Hutan rakyat selanjutnya dapat diklasifikasi berdasarkan jenis tanaman yang terbagi menjadi tiga bentuk pola tanam (LP IPB dalam Hardjanto 2003), antara lain: Hutan rakyat murni (monokultur), yaitu hutan rakyat yang hanya 1. terdiri dari satu jenis pohon berkayu yang ditanam secara homogen atau monokultur; 2. Hutan rakyat campuran (polyculture), yaitu hutan rakyat yang terdiri dari berbagai jenis pohon-pohonan yang ditanam secara campuran; 3. Hutan rakyat (agroforestry), yang mempunyai bentuk usaha kombinasi antara kehutanan dengan cabang usaha tani lainnya seperti pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan lain-lain secara terpadu. Potensi hutan adalah jumlah pohon jenis niagawi tiap hektar menurut kelas diameter pada suatu lokasi hutan tertentu yang dihitung berdasarkan rata-rata jumlah pohon pada suatu tegakan alam (Kemenhut 2003). Untuk mengetahui potensi hutan rakyat yang dibutuhkan oleh industri perkayuan perlu diketahui: luas hutan rakyat, jenis tanaman, kelas (sebaran umum) dan lokasi hutan rakyat sehingga dapat diperkirakan potensi hutan rakyat yang dapat dipanen secara lestari (Hardjanto 2003). Potensi hutan rakyat disajikan dalam bentuk rata-rata jumlah kepemilikan pohon per petani dan kerapatan pohon (pohon/ha) berdasarkan jenis dan tahun tanam sesuai dengan strata luas penguasaan lahan petani. Data jumlah kepemilikan pohon setiap petani tersebut kemudian dianalisis
5 melalui teknik Korelasi Spearman dengan perangkat lunak SPSS 20 untuk mencari hubungan antara jumlah pohon dan luas lahan. Kontribusi hutan rakyat terhadap pendapatan rumah tangga petani diperoleh dengan menghitung presentase pendapatan dari penjualan kayu yang berasal dari hutan rakyat terhadap pendapatan total rumah tangga petani. Mubaryanto (1998) mengatakan pendapatan rumah tangga adalah pendapatan yang diperoleh oleh seluruh anggota keluarga, baik suami, istri maupun anak. Pendapatan rumah tangga petani dapat berasal dari kegiatan pertanian maupun non pertanian. Pendapatan total rumah tangga petani terdiri dari pendapatan hutan rakyat, pendapatan pertanian lahan kering, pendapatan lahan sawah, pendapatan ternak atau budidaya ikan, pendapatan jasa pertanian dan pendapatan yang bersumber dari kegiatan non-pertanian. Selain itu, dilakukan analisis korelasi dengan teknik Korelasi Spearman antara luas lahan kering dengan besar pendapatan dari hutan rakyat untuk mencari hubungan antara kedua variabel tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kecamatan Rumpin Kecamatan Rumpin termasuk ke dalam wilayah administrasi Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Luas Kecamatan Rumpin adalah 11 747 ha dengan jumlah total penduduk 125 718 jiwa. Kecamatan Rumpin terbagi menjadi 13 desa, dua diantaranya adalah Desa Leuwibatu dengan luas 1400 ha dan Desa Cidokom dengan luas 1000 ha. Kecamatan Rumpin dibatasi oleh beberapa wilayah yaitu: a) Sebelah Utara : Provinsi Banten b) Sebelah Timur : Kecamatan Gunung Sindur dan Kecamatan Parung c) Sebelah Selatan : Kecamatan Cibungbulang dan Kecamatan Leuwiliang d) Sebelah Barat : Kecamatan Parung Panjang dan Kecamatan Cigudeg. Keadaan topografi di Kecamatan Rumpin umumnya bervariasi dari datar, bergelombang, berbukit dan pegunungan dengan ketinggian 100–350 mdpl dan kemiringan lahan berkisar antara 5–75 %. Jenis tanah yang paling mendominasi adalah asosiasi latosol merah dan latosol coklat kemerahan (Odjim 2013; BPS 2011b; Venus 2008). Kecamatan Pamijahan Kecamatan Pamijahan merupakan salah satu kecamatan yang termasuk ke dalam wilayah adminstrasi Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kecamatan Pamijahan adalah 8089 ha dengan jumlah penduduk 147 488 jiwa. Kecamatan Pamijahan terdiri dari 15 desa, dua diantaranya adalah Desa Cibunian dengan luas 1248 ha dan Desa Purwabakti dengan luas 1662 ha. Batas-batas wilayah Kecamatan Pamijahan terdiri dari: a) Sebelah Utara : Kecamatan Leuwiliang dan Kecamatan Cibungbulang
6 b) c)
Sebelah Timur : Kecamatan Tenjolaya Sebelah Selatan : Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak; Kabupaten Sukabumi d) Sebelah Barat : Kecamatan Leuwiliang dan Kecamatan Nanggung. Kecamatan Pamijahan terletak pada 250 mdpl – 350 mdpl dengan topografi sebagian besar berupa dataran (Monografi Kecamatan Pamijahan 2013; BPS 2013).
Karakteristik Responden Sebagaian besar responden berumur diatas 30 tahun, dengan jumlah responden terbesar pada rentang umur 51–60 tahun. Umur tersebut dapat dikategorikan sebagai masa produktif petani hutan rakyat, karena petani umumnya membudidayakan hutan rakyat bersama anggota keluarga (BPK Ciamis 2008). Tabel 1 menunjukkan sebaran umur petani yang menjadi responden. Tabel 1 Sebaran umur responden Rentang Umur (Tahun) <30 31–40 41–50 51–60 >60 Total
Jumlah Responden (%) 8.3 21.7 23.3 35.0 11.7 100.0
Tingkat pendidikan yang dimiliki petani sebagain besar hanya sampai Sekolah Dasar (SD). Secara tidak langsung tingkat pendidikan dapat memberikan pengaruh terhadap inovasi yang dilakukan petani. Tabel 2 memberikan rincian tingkat pendidikan pada responden. Tabel 2 Tingkat pendidikan responden Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMA S1 Total
Jumlah Responden (%) 3.3 68.3 6.7 20.0 1.7 100.0
Petani umumnya memiliki berbagai pekerjaan di bidang pertanian maupun non pertanian. Tabel 3 menunjukkan rincian jenis pekerjaan yang dilakukan oleh petani. Jenis pekerjaan berupa petani artinya responden tersebut tidak melakukan pekerjaan lain selain menjadi petani. Jenis pekerjaan yang banyak dilakukan selain bertani adalah sebagai pedagang dan buruh bangunan.
7 Tabel 3 Jenis pekerjaan responden Jenis Pekerjaan Aparatur Desa Buruh Bangunan Buruh Persemaian Buruh Tambang Buruh Tani Ojek Pedagang Pegawai Wiraswasta Penyuluh Swadaya Petani Wirausaha Total
Jumlah Responden (%) 1.7 15.0 1.7 3.3 10.0 3.3 18.3 11.7 3.3 23.3 8.3 100.0
Karakteristik Pengelolaan Hutan Rakyat Lahan dan Pengadaan Bibit Budidaya hutan rakyat dilakukan pada lahan kering berupa lahan milik, garapan atau pinjaman. Sebagian besar petani melakukan budidaya hutan rakyat pada lahan milik. Hutan rakyat pada lahan garapan umumnya menggunakan sistem sewa atau bagi hasil antara petani penggarap dengan pemilik lahan, sedangkan pada lahan pinjaman petani tidak melakukan perjanjian sewa atau bagi hasil kepada pemilik lahan. Lahan pinjaman yang digunakan petani umumya adalah lahan milik sanak keluarga yang tidak diusahakan. Tabel 4 menunjukkan status lahan yang digunakan petani dalam kegiatan hutan rakyat. Tabel 4 Status lahan yang digunakan dalam hutan rakyat Status Lahan Milik Garapan Pinjam Total
Jumlah Responden (%) 90.0 8.3 6.7 105.0*
* Setiap responden dapat melakukan budidaya pada lahan yang berbeda status
Bibit yang digunakan petani hutan rakyat berasal dari berbagai sumber, antara lain hasil anakan alami, pembelian dari pengecer bibit, bantuan pemerintah, persemaian pribadi dan hasil Kebun Bibit Rakyat (KBR). Sebagian besar petani memperoleh bibit dengan cara membeli pada pengecer dan mengambil anakan alami yang bersumber dari pohon yang sudah dewasa. Pada tahun 2004, petani di Kecamatan Pamijahan memperoleh bantuan bibit mahoni dari pemerintah. Bibit tersebut tersebar cukup merata pada petani, sehingga cukup banyak petani yang memiliki pohon mahoni dengan tahun tanam yang sama. Pada Kecamatan Rumpin, diadakan bantuan pembangunan Kebun Bibit Rakyat (KBR) pada awal
8 tahun 2012. Keberadaan KBR tersebut menjadi alternatif sumber bibit bagi petani di Kecamatan Rumpin. Tabel 5 menunjukkan rincian sumber bibit beserta jumlah responden yang memperoleh bibit dengan cara tersebut. Tabel 5 Sumber bibit pada kegiatan hutan rakyat Sumber Bibit Anakan alami Beli Bantuan Pemerintah Persemaian Pribadi KBR Total
Rumpin 70.0 60.0 0.0 10.0 23.3 163.3*
Jumlah Responden (%) Pamijahan 6.7 96.7 40.0 23.3 0.0 166.7*
Rataan 38.3 76.7 20.0 16.7 11.7 163.3*
* Setiap responden dapat memperoleh bibit dari beberapa sumber
Penanaman Petani melakukan beberapa bentuk kegiatan persiapan lahan sebelum melakukan penanaman antara lain, pembersihan lahan, pembuatan lubang dan pengajiran. Persiapan lahan oleh petani di Kecamatan Pamijahan umumnya dilakukan bersamaan dengan kegiatan penanaman, berbeda dengan petani di Kecamatan Rumpin yang melakukan kegiatan persiapan lahan pada 1–7 bulan sebelum penanaman. Pembuatan lubang dilakukan petani tanpa ada patokan ukuran dan kedalaman tertentu. Pengajiran dilakukan oleh sebagian besar petani di Kecamatan Pamijahan dan hanya sedikit petani di Kecamatan Rumpin. Kegiatan penanaman umumnya dilakukan petani pada saat musim hujan dan dilakukan secara bertahap, sehingga dalam satu lahan dapat terdiri dari berbagai umur pohon. Jarak tanam yang digunakan oleh setiap petani maupun antar petani bervariatif mulai dari 1×1 meter, 2.5×2.5 meter hingga 3×3 meter. Beberapa petani yang memiliki lahan cukup luas menggunakan tenaga buruh dalam melakukan persiapan lahan dan penanaman. Gambar 1 menunjukkan pola tanam yang digunakan petani di lokasi penelitian. Pola tanam yang digunakan di Kecamatan Rumpin sebagaian besar berupa pola tanam campuran, sedangkan di Kecamatan Pamijahan lebih banyak petani yang menggunakan pola tanam agroforestry (foto dapat dilihat pada Lampiran 3). Perbedaan pola tanam tersebut diakibatkan oleh banyaknya hama palawija/ tanaman musiman yang menyerang beberapa lahan petani di Kecamatan Rumpin, khususnya pada lahan yang terletak dekat perbukitan dan jauh dari akses petani. Pengelolaan tanaman musiman pada lahan agroforestry dapat dikatakan belum cukup intensif. Hal ini dapat dilihat dari banyak petani yang tidak memiliki penataan khusus pada tanaman musiman dan pohon yang ditanam. Sebagian besar petani masih memanfaatkan tanaman musiman secara subsisten, meskipun terdapat beberapa petani yang memanfaatkan tanaman musiman secara komersil dalam jumlah yang cukup besar. Jenis tanaman musiman yang dibudidayakan oleh petani berupa tanaman rimpang (lengkuas, jahe dan kapulaga), pisang, ketela pohon dan tanaman perkebunan. Tanaman musiman tersebut ditanam pada saat lahan belum ditanami hingga pohon berumur 1–2 tahun. Gambar 1 menunjukkan
9 perbandingan petani yang menggunakan pola tanam campuran dan agroforestry di Kecamatan Rumpin dan Kecamatan Pamijahan. Jumlah Responden (%)
70,0
63,3
60,0
60,0 50,0 40,0
36,7
40,0
Agroforestry
30,0
Campuran
20,0 10,0 0,0 Rumpin
Pamijahan
Gambar 1 Pola tanam hutan rakyat di lokasi penelitian Jenis tanaman yang dibudidayakan pada hutan rakyat umumnya berupa jenis pohon penghasil kayu dan buah-buahan. Jenis penghasil kayu sendiri dapat dibedakan menjadi kelompok Jenis Cepat Tumbuh atau Fast Growing Species (FGS) dan kelompok Jenis Lambat Tumbuh atau Slow Growing Species (SGS). Penentuan kelompok jenis didasarkan pada pengakuan petani dan literatur terkait. Jenis cepat tumbuh adalah jenis pohon yang dapat dimanfaatkan kayunya dalam waktu yang relatif cepat (4-7 tahun), sedangkan jenis lambat tumbuh adalah pohon yang dapat dimanfaatkan kayunya dalam waktu yang relatif lebih lama (>10 tahun). Jenis pohon penghasil buah-buahan terkadang dimanfaatkan kayunya oleh petani, namun dalam waktu yang relatif lama. Jenis pohon buah-buahan dapat dikategorikan sebagai jenis lambat tumbuh dalam hal pemanfaatan kayunya. Sebaran dan potensi suatu jenis pohon sangat bergantung pada berbagai faktor antara lain kondisi ekologi, permintaan pasar, dan budaya masyarakat (Suharjito 2002). Jenis pohon yang ditemukan dibudidayakan pada hutan rakyat milik petani mencapai 47 jenis pohon (Lampiran 4) dengan rincian terdapat 25 jenis pohon di Kecamatan Rumpin dan 41 jenis pohon di Kecamatan Pamijahan. Dari seluruh jenis pohon tersebut, terdapat 10 jenis pohon yang dapat digolongkan sebagai jenis cepat tumbuh. Data menunjukkan bahwa terdapat lebih banyak pohon jenis lambat tumbuh ditemukan di hutan rakyat, namun kelimpahan jenis pohon tersebut tidak selalu diikuti dengan besarnya potensi yang dimiliki. Potensi kayu pada masing-masing kelompok jenis akan dijelaskan pada subbab selanjutnya. Tabel 6 dan Tabel 7 menunjukan frekuensi petani pada sepuluh jenis pohon yang paling besar nilai frekuensinya pada masing masing kecamatan contoh. Jenis pohon sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Berneby & Grimes) merupakan jenis yang paling tersebar di Kecamatan Rumpin dan Kecamatan Pamijahan. Petani menjadikan pohon sengon sebagai jenis primadona karena memiliki pertumbuhan yang cepat dan mudah dijual kayunya.
10 Tabel 6 Frekuensi petani pada beberapa jenis pohon yang ditanam di Kecamatan Rumpin Nama Lokal Sengon
Nama Jenis Falcataria moluccana (Miq.)
Jumlah Responden (%)* 96.7
Berneby & Grimes
Kayu Afrika Rambutan Durian Duku Kecapi Malia Manggis Mangga Cempedak
Maesopsis eminii Engl. Nephelium lapaceum L. Durio zibethinus Murr. Lansium domesticum Jack. Sandoricum koetjape Merr. Azadirachta excelsa Jacobs Garcinia mangostana L. Mangifera indica L. Artocarpus sp.
80.0 53.3 36.7 36.7 36.7 23.3 23.3 23.3 16.7
* Setiap responden dapat menanam lebih dari satu jenis pohon
Tabel 7 Frekuensi petani pada beberapa jenis pohon yang ditanam di Kecamatan Pamijahan Nama Lokal Sengon
Nama Jenis Falcataria moluccana (Miq.)
Jumlah Responden (%)* 93.3
Berneby & Grimes
Cengkeh Mahoni Durian Petai Mindi Kayu Afrika Nangka Suren Limus
Eugenia aromatica (L.) Baill Swietenia macrophylla King. Durio zibethinus Murr. Parkia speciosa Hassk. Melia azedarach L. Maesopsis eminii Engl. Artocarpus heterophyllus Lamk. Toona sureni (Blume) Merr. Mangifera foetida Leur.
73.3 56.7 56.7 50.0 40.0 36.7 36.7 33.3 33.3
* Setiap responden dapat menanam lebih dari satu jenis pohon
Pemeliharaan Bentuk kegiatan pemeliharaan yang dilakukan oleh petani tergolong masih sederhana. Hal ini dapat dilihat dari jenis dan intensitas kegiatan pemeliharaan yang dilakukan oleh petani. Kegiatan penyulaman hanya dilakukan oleh sangat sedikit petani dan umumnya dilakukan pada umur 1 minggu hingga 7 bulan setelah penanaman. Penyulaman umumnya hanya dilakukan pada jenis pohon yang ditanam dalam jumlah besar seperti Sengon dan Cengkeh. Penyiangan dan pemangkasan hanya dilakukan oleh sebagian petani pada saat awal umur tanaman dengan intensitas 2–4 kali dalam setahun. Kegiatan penyiangan dan pemangkasan dilakukan dengan tujuan meningkatkan kualitas kayu dan pertumbuhan, sangat sedikit petani yang memanfaatkannya sebagai sumber pakan ternak.
11 Sebagian besar petani melakukan pemupukan hanya pada saat penanaman pohon. Jenis pupuk yang umumnya digunakan adalah pupuk kandang dan urea. Selain itu terdapat beberapa petani yang menggunakan jenis pupuk seperti NPK, Poska dan TSP. Teknik pemupukan yang dilakukan petani ialah dengan langsung menaruh pupuk pada lubang tanam pada saat penanaman. Hampir seluruh petani mengalami gangguan hama dan penyakit pada pohon sengon yang mereka miliki, terutama berupa hama uter dan penyakit tumor (gall rust). Hanya satu petani yang pernah mengalami gangguan berupa pencurian pohon yang baru saja ditanam. Tindakan yang dilakukan petani dalam menangani hama dan penyakit tersebut adalah penyemprotan dengan pestisida, namun hanya dilakukan oleh sebagian kecil petani, sedangkan sebagian yang lain membiarkan atau menebang pohon yang sudah terkena penyakit tersebut. Penanganan lain yang dilakukan petani ialah menanam jenis pohon alternatif pengganti Sengon, seperti jenis Kayu Afrika, Mindi, atau Malia.
Jumlah Responden (%)
Pemanenan Kegaiatan pemanenan kayu hutan rakyat dilakukan petani tanpa rencana yang telah dibuat sebelumnya. Pemanenan masih menganut prinsip tebang butuh, yaitu petani hanya memanen kayu saat membutuhkan pengeluaran yang cukup besar, misalnya untuk biaya hajatan, biaya sekolah anak, atau biaya pengobatan. Penjualan kayu dilakukan dalam bentuk pohon berdiri dan umumnya dijual dengan sistem borongan. Terdapat beberapa petani yang menjual dengan sistem per pohon dan kubikasi pada harga yang bervariatif. Harga yang diberikan biasanya sangat dipengaruhi oleh lokasi lahan terhadap jalan angkutan. Tengkulak sebagai pelaku penebangan menanggung seluruh biaya dalam kegiatan penebangan. 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0
77,0
40,0
43,0
Tebang Pilih 17,0 10,0
Rumpin
13,0
Tebang Habis
Pamijahan
Gambar 2 Perbandingan jumlah responden berdasarkan sistem penebangan di lokasi penelitian Sistem pemanenan yang dilakukan pada hutan rakyat berupa tebang pilih dan tebang habis. Jumlah responden yang menggunakan sistem tebang pilih dan tebang habis di Kecamatan Rumpin tidak berbeda jauh, sedangkan di Kecamatan Pamijahan sebagaian besar kegiatan penebangan dilakukan dalam sistem tebang pilih (Gambar 2). Penggunaan sistem tebang pilih dilakukan dengan kesepakatan antara petani dan tengkulak. Umumnya tengkulak hanya menebang pohon berdiameter >10 cm. Penggunaan sistem tebang pilih di Kecamatan Pamijahan juga diakibatkan oleh bentuk pemanfaatan kayu yang menggunakan sortimen berukuran cukup besar sebagai bahan baku untuk tempat tidur, lemari petong atau
12 meja sekolah (foto dapat dilihat pada lampiran 3). Bentuk lain penggunaan kayu rakyat yang ditemukan pada lokasi penelitian ialah sebagai bahan peti kemas, palet atau bahan bangunan rumah.
Potensi Hutan Rakyat Tabel 8 menunjukkan rincian potensi pohon pada setiap strata penguasaan lahan di lokasi penelitian. Data menunjukkan bahwa rata-rata kepemilikan pohon meningkat seiring dengan peningkatan luas lahan yang ditunjukan dengan strata luas lahan yang dikuasai petani. Rata-rata kepemilikan pohon mencapai 1300 pohon/orang (Strata III) dengan rincian Kecamatan Rumpin sebesar 1174 pohon/orang dan kecamatan Pamijahan sebesar 1511 pohon/orang. Tabel 8 Potensi kepemilikan pohon pada setiap strata lahan
Strata Lahan Strata I Strata II Strata III
Rumpin Pohon/ Pohon/ Orang ha 198 212 1174
1625 625 916
Pamijahan Pohon/ Pohon/ Orang ha 171 343 1511
2449 1117 1177
Rataan Pohon/ Pohon/ Orang ha 180 273 1300
2010 856 1027
Analisis korelasi (Lampiran 5) antara luas lahan kering dengan jumlah pohon yang dimiliki petani menghasilkan nilai koefisien korelasi sebesar 0.457 yang artinya terdapat hubungan yang cukup kuat antara luas lahan kering dengan jumlah pohon yang dimiliki petani. Nilai P value yang diperoleh lebih kecil dari 0.01 (α), sehingga dapat disimpulkan terdapat korelasi antara luas lahan kering dengan jumlah pohon yang dimiliki petani. Pemanfaatan lahan kering untuk kegiatan budidaya hutan rakyat di Kabupaten Bogor dapat dinilai cukup intensif. Hal ini dapat dilihat dari hubungan positif antara luas lahan kering dengan jumlah pohon yang dimiliki petani. Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa sebagian besar petani selalu melakukan budidaya pohon pada setiap lahan kering yang dimiliki. Budidaya pohon dipilih karena mudah untuk dibudidayakan dan sebagai bentuk optimalisasai pemanfaatan lahan. Nilai kerapatan pohon tidak selalu meningkat seiring dengan peningkatan strata penguasaan lahan petani. Hal ini dapat diakibatkan oleh perbedaan jarak tanam yang digunakan petani pada masing-masing strata. Kerapatan pohon terbesar dimiliki oleh petani Strata I dengan potensi mencapai 2010 pohon/ha. Petani Strata I cenderung akan menggunakan jarak tanam yang rapat sehingga dapat menanam pohon dalam jumlah yang lebih banyak pada lahan yang lebih sempit. Potensi pohon di Kecamatan Rumpin cenderung lebih kecil dibandingkan dengan potensi di Kecamatan Pamijahan. Pengecualian terdapat pada petani Strata I di Kecamatan Rumpin yang menunjukkan kepemilikan pohon lebih tinggi, namun tetap diikuti oleh kerapatan pohon yang lebih rendah dibandingkan dengan kerapatan pohon di Kecamatan Pamijahan. Hal ini dapat diakibatkan oleh rata-rata
13 luas kepemilikan lahan di Kecamatan Rumpin yang lebih besar dibandingkan dengan Kecamatan Pamijahan. Selain itu, nilai kerapatan yang lebih kecil pada petani Strata I di Kecamatan Rumpin diduga diakibatkan oleh perbedaan jarak tanam yang digunakan petani, yaitu petani di Kecamatan Pamijahan menggunakan jarak tanam yang lebih rapat sehingga memiliki nilai kerapatan pohon yang lebih besar. Tabel 9 Potensi pohon berdasarkan kelompok jenis
Kelompok Jenis Jenis Cepat Tumbuh Jenis Lambat Tumbuh Rataan
Rumpin Pohon/ Pohon/ Orang Ha
Pamijahan Pohon/ Pohon/ Orang Ha
Rataan Pohon/ Pohon/ Orang Ha
490
972
493
1124
870
1057
38 528
83 1055
182 675
457 1581
195 1065
271 1327
Seluruh petani yang menjadi responden membudidayakan berbagai jenis pohon pada lahan kering milik mereka. Potensi untuk pohon jenis cepat tumbuh lebih besar dibandingkan dengan jenis lambat tumbuh. Hal ini dapat menunjukkan bahwa petani tetap berusaha mendapatkan keuntungan yang cepat dalam melakukan budidaya tanaman kayu. Potensi untuk pohon jenis cepat tumbuh mencapai 1057 pohon/ha dan jenis lambat tumbuh adalah 271 pohon/ha dengan potensi di Kecamatan Pamijahan lebih besar dibandingkan dengan Kecamatan Rumpin. Tabel 9 menunjukkan potensi pohon jenis cepat tumbuh dan jenis lambat tumbuh pada lokasi penelitian. Tabel 10 Potensi pohon berdasarkan kelompok jenis Jenis Gmelina Jabon Kayu Afrika Malia Mangium Manglid Mindi Sengon Suren Tisuk
Potensi Pohon Jenis Cepat Tumbuh (Pohon/ha) Rumpin Pamijahan Rataan 35 15 25 33 33 33 245 43 144 76 0 38 0 112 56 0 12 6 0 186 93 575 550 562 8 93 51 0 14 7
Terdapat 10 jenis pohon cepat tumbuh yang ditemukan di lokasi penelitian (Tabel 10). Jenis Sengon memiliki potensi terbesar yaitu 562 pohon/ha. Jenis lain yang juga memiliki potensi cukup besar adalah Kayu Afrika dan Mindi, namun untuk jenis Mindi hanya ditemukan pada petani di Kecamatan Pamijahan. Potensi Kayu Afrika yang cukup tinggi dikarenakan perkembangbiakanya yang mudah. Umumnya petani memperoleh bibit Kayu Afrika dari anakan alami. Petani di Kecamatan Pamijahan menanam jenis Mindi dikarenakan memiliki pertumbuhan
14
Potensi (N/ha)
Potensi (N/ha)
Potensi (N/ha)
yang cepat dan memiliki kualitas kayu yang baik. Kayu Mindi umumnya digunakan secara subsisten oleh petani di Kecamatan Pamijahan sebagai bahan pintu atau jendela. Berdasarkan data potensi pohon jenis cepat tumbuh dapat diketahui struktur tegakan hutan rakyat pada seluruh responden di lokasi penelitian (Gambar 3). Struktur tegakan hutan rakyat pada lokasi penelitian menyerupai kurva J terbalik yaitu menggambarkan struktur tegakan pada hutan alam tidak seumur (Davis dan Johnson 1987). Struktur tegakan hutan dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan sistem pengaturan hasil yang tepat untuk menjamin kelestarian tagakan hutan.
A 1
B 1
C 1
A
B
C
2 3 4 5 Umur Tanam (Tahun)
2 3 4 5 Umur Tanam (Tahun)
2 3 4 5 Umur Tanam (Tahun)
Gambar 3 Struktur tegakan hutan rakyat berdasarkan sebaran tahun tanam pada (A) Kecamatan Rumpin (B) Kecamatan Pamijahan dan (C) Kabupaten Bogor Manajemen dan keputusan petani dalam melakukan budidaya hutan rakyat sangat mempengaruhi struktur tegakan hutan rakyat. Petani dapat merubah penggunaan lahan kering yang tadinya berupa hutan rakyat menjadi bentuk usaha pertanian lainya, terutama jika hasil yang diperoleh lebih cepat dan lebih tinggi. Gambar 3(A) menunjukkan potensi tegakan di Kecamatan Rumpin pada umur tanaman 1 tahun (ditanam pada tahun 2013) mengalami penurunan. Hal tersebut diakibatkan oleh banyak petani yang beralih menanam tanaman rimpang (lengkuas) pada lahan kering milik mereka, karena memiliki harga jual yang tinggi. Kurva J terbalik menggambarkan kondisi tegakan yang semakin sedikit jumlahnya seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Hal tersebut diakibatkan oleh kegiatan pemanenan yang dilakukan petani pada tegakan dewasa. Pemanenan kayu dilakukan ketika petani membutuhkan pengeluaran rumah tangga yang cukup besar. Perilaku petani tersebut terkadang dapat mengakibatkan hilangnya tegakan pohon yang masih muda, karena keterdesakan petani untuk menjual pohon tersebut. Pemanenan yang dilakukan pada umur tanaman yang masih muda dapat menjadi ancaman bagi kelestarian tegakan hutan rakyat.
Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Petani Besar kontribusi hutan rakyat terhadap pendapatan total petani memilki nilai yang bervariatif. Data menunjukkan bahwa sebagain besar petani mendapat kontribusi sebesar 0 - 10% terhadap pendapatan total. Nilai kontribusi 0 % artinya terdapat beberapa responden yang belum pernah melakukan kegiatan pemanenan sehingga belum mendapatkan pendapatan dari hutan rakyat. Kontribusi hutan
15 rakyat terhadap pendapatan total petani cenderung tidak mengalami perkembangan (Irawati 2000; Handoko 2007; Trianggana 2012). Data tersebut menunjukan bahwa kegiatan pengusahaan hutan rakyat masih bersifat sebagai usaha sampingan petani. Hutan rakyat menjadi alternatif sumber pendapatan bagi petani ketika terdapat faktor-faktor pendukung seperti kondisi lahan dan budaya masyarakat setempat (Hardjanto 2000; Setyawan 2002). Tabel 11 menunjukan frekuensi petani berdasarkan besar kontribusi hutan rakyat terhadap pendapatan total rumah tangga petani. Tabel 11 Kontribusi hutan rakyat terhadap pendapatan total petani Kontribusi Hutan Rakyat 0–10 % 10–20 % >20 % Total
Jumlah Responden (%) 85.0 11.7 3.3 100.0
Petani pada umumnya memiliki berbagai alternatif sumber pendapatan untuk mendapatakan hasil produksi optimal pada lahan yang dimiliki. Selain itu, usaha pertanian yang beragam dapat memberikan stabilitas dalam pendapatan dan mengurangi resiko akibat ketergantungan suatu produk (Mubyarto 1989). Pendapatan petani dapat bersumber dari kegiatan pertanian dan non pertanian. Pendapatan yang bersumber dari kegiatan pertanian berasal dari penjualan hasil pertanian misalnya tanaman palawija, sayuran dan buah-buahan yang diusahakan pada lahan kering, padi dari pertanian sawah, kegiatan beternak serta kegiatan jasa pertanian. Pendapatan yang bersumber dari kegiatan non pertanian berasal dari gaji sebagai pegawai swasta atau pegawai negeri, upah buruh dan dari hasil wirausaha. Besarnya pendapatan dari berbagai sumber tersebut berbeda-beda pada setiap petani, hal ini sangat ditentukan oleh sumber daya dan akses yang dimiliki. Sumber dan rata-rata pendapatan rumah tangga pertani per tahun disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Sumber dan rata-rata pendapatan petani per tahun Jenis Kegiatan Hutan Rakyat Lahan Kering Sawah Peternakan Jasa Pertanian Non Pertanian Total
Strata I Rataan % (Rp×1000) 335.3 2.4 7 458.0 13.8 487.5 6.0 1 519.0 12.9 1 100.0 14.4 20 287.5 50.6 31 187.3 100,0
Strata II Rataan % (Rp×1000) 880.6 5.8 2 309.2 21.8 0.0 0.0 1 363.8 12.5 450.0 4.0 48 455.2 53.0 53 758.7 100.0
Strata III Rataan % (Rp×1000) 1156.7 6.8 7594.4 32.1 1562.5 2.8 4529.0 21.5 0.0 0.0 36 225.9 36.8 51 068.5 100.0
Rata-rata pendapatan dan kontribusi hutan rakyat cenderung meningkat seiring dengan peningkatan luas lahan yang ditunjukan dengan strata lahan penguasaan milik petani. Hal ini dapat menunjukkan bahwa petani memanfaatkan seoptimal mungkin lahan kering yang dimiliki dalam kegiatan budidaya kayu. Data tersebut juga didukung dengan alasan petani dalam melakukan budidaya kayu yaitu sebagai alternatif pendapatan dan optimalisasi lahan kering.
16 Hasil analisis korelasi hubungan antara luas lahan dan pendapatan petani yang bersumber dari hutan rakyat (Lampiran 6) menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0.312 dengan P value yang lebih besar dari 0.01 (α), artinya terdapat hubungan korelasi antara luas lahan kering dengan pendapatan dari hutan rakyat. Rata rata pendapatan petani yang bersumber dari kegiatan jasa pertanian cenderung semakin menurun seiring dengan peningkatan luasan lahan yang dimiliki petani. Hal ini dikarenakan petani yang memiliki luas lahan kecil akan berusaha mencari sumber pendapatan lain yang dapat diakses seperti menjadi buruh tani. Data juga menunjukkan bahwa pekerjaan sampingan sebagai buruh tani paling banyak dilakukan oleh petani Strata I, sedangkan pada petani Strata III tidak ditemukan pekerjaan sebagai buruh tani. Kegiatan buruh tani dilakukan pada kegiatan pertanian sawah, pertanian lahan kering atau peternakan. Tabel 11 juga menunjukkan bahwa sumber pendapatan yang paling berkontribusi terhadap pendapatan total rumah tangga petani bersumber dari kegiatan non-pertanian. Petani pada strata lahan II memliki nilai kontribusi kegiatan non pertanian yang paling besar yaitu mencapai 53 % terhadap pendapatan total. Rataan pendapatan total pada petani Strata II juga memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan petani pada Strata III.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kegiatan hutan rakyat di wilayah Kabupaten Bogor menggunakan pola tanam campuran dan agroforestry dengan jenis Sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Berneby & Grimes) sebagai jenis yang memiliki potensi terbesar. Rata-rata kepemilikan pohon semakin meningkat seiring dengan luas lahan yang dikuasai petani. Potensi kepemilikan pohon terbesar terdapat pada petani pada Strata III (luas lahan >0.25 ha) yaitu 1300 pohon/orang dan kerapatan tegakan terbesar terdapat pada petani Strata I (luas lahan ≤0.25 ha) yaitu 2010 pohon/ha. Hutan rakyat berkontribusi hingga 10 % terhadap pendapatan total rumah tangga sebagian besar petani, dengan ciri yang menunjukkan peningkatan besar pendapatan seiring dengan peningkatan luas lahan kering. Kontribusi terbesar pada pendapatan total petani bersumber dari kegiatan non-pertanian dan pertanian lahan kering (non-hutan rakyat).
Saran Perlu dilakukan peningkatan intensifikasi kegiatan hutan rakyat melalui penyuluh dan lembaga yang telah tersedia, sehingga produktivitas dan kontribusi hutan rakyat terhadap pendapatan petani dapat meningkat. Selain itu diperlukan penelitian lebih lanjut terkait sistem dan aktor dalam kegiatan pemasaran dan pengolahan hasil hutan rakyat untuk mengetahui kaitanya dengan budidaya hutan rakyat yang dilakukan petani.
17
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2011. Kabupaten Bogor dalam Angka 2011. Bogor(ID): Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2011. Kecamatan Rumpin dalam Angka 2011. Bogor(ID): Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2013. Kecamatan Rumpin dalam Angka 2013. Bogor(ID): Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. [BPK Ciamis] Balai Penelitian Kehutanan Ciamis. 2008. Hutan Rakyat Jawa Barat: Status Riset dan Strategi Pengembanganya. Bogor(ID): Balai Penelitian Kehutanan Ciamis. Darusman D dan Hardjanto. 2006. Tinjuan Ekonomi Hutan Rakyat. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Hasil Hutan 2006: 4-13. Davis LS dan Johnson KN. 1987. Forest Management Third Edition. New York (EN) : Mc Graw – Hill Book Company [Distanhut] Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. 2011. Monografi Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor Tahun 2011. Bogor (ID): Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. [Distanhut] Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. 2013. Buku Saku 2013. Dinas Pertanian dan Kehuatanan Kabupaten Bogor 2013. Bogor (ID): Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Ermayani D. 2002. Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bogor (Studi Kasus Hutan Rakyat di Kecamatan Leuwiliang dan Kecamatan Nanggung) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Handoko AD. 2007. Sistem Pengelolaan dan Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani (Kasus di Kecamatan Jatirogo, Kabupaten Tuban, Propinsi Jawa Timur) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hardjanto. Pengusahaan Hutan Rakyat di Jawa. Di dalam Didik Suharjito (ed.) Hutan Rakyat di Jawa Peranannya dalam Perekonomian Desa. 2000. Bogor: Program Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Masyarakat (P3KM). Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Hardjanto.2003. Keragaman dan Pengembangan Usaha Kayu Rakyat di Pulau Jawa [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Irawati RH. 2000. Posisi Pendapatan Kayu Rakyat Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani (Studi Kasus di Kecamatan Ciawi, Caringin dan Cijeruk, Kabupaten Bogor) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Jariyah NA dan Wahyuningrum N. 2008. Karakteristik Hutan Rakyat di Jawa. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol.5 No.1 Maret 2008, hal 43–56. Kecamatan Pamijahan. 2013. Monografi Kecamatan Pamijahan 2013. Bogor(ID): Kecamatan Pamijahan. [Kemenhut] Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. 2003. Keputusan Menteri Kehutanan Indonesia Nomor 88 Tahun 2003 tentang Kriteria Potensi Hutan Alam Pada Hutan Produksi Yang Dapat Dilakukan Pemanfaatan Hutan Secara Lestari. Jakarta (ID): Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. Mubaryanto 1998. Reformasi Sistem Ekonomi : Dari Kapitalisme Menuju Ekonomi Kerakyatan. Yogyakarta(ID): Aditya Media. Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian Edisi III. Jakarta(ID): LP3ES.
18 Odjim. 2013. Rencana Kerja Tahunan Penyuluh (RKTP) Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM) Wilayah Kecamatan Rumpin BP3K Wilayah Leuwiliang Tahun 2013. Bogor (ID): PKSM Wilayah Kecamatan Rumpin BP3K Wilayah Leuwiliang. Pratamaningtyas SN dan Handarini. 2013. Kemampuan Anggota Kelompok Dalam Pengelolaan Hutan Rakyat Di Desa Tegal Waru, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Roedjito D. 1981. Keadaan Keluarga dan Situasi Pengorganisasian Petani Kecil di Jawa Barat. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Setiajiati F. 2012. Sejarah Perkembangan Hutan Rakyat Wilayah Bogor Barat [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Setyawan H. 2002. Aspek Ekonomi Pengusahaan Hutan Rakyat Sengon di Kabupaten Sukabumi [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Suharjito D. Apa Yang Dimaksud Hutan Rakyat?. Di dalam Didik Suharjito (ed.) Hutan Rakyat di Jawa Peranannya dalam PerekonomianDesa. 2000. Bogor: Program Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Masyarakat (P3KM). Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Suharjito D. 2002. Pemilihan Jenis Tanaman Kebun-Talun: Suatu Kajian Pengambilan Keputusan Oleh Petani (Choices of Forest-Garden Crops: A Study of Peasant's DecisionMaking). Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. VIII No.2: 47-56. Tien L. 2012. Tipologi Desa Hutan Rakyat: Kasus Di Kabupaten Ciamis [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Trianggana O. 2012. Kontribusi Pengelolaan Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Dan Analisis Kelayakan Usaha Hutan Rakyat (Studi Di Desa Babakanreuma, Kecamatan Sindangagung, Kabupaten Kuningan, Propinsi Jawa Barat) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Venus S. 2008. Klasifikasi Penutupan Lahan Menggunakan Citra Satelit Quickbird di Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
19 LAMPIRAN Lampiran 1 Peta Kabupaten Bogor
20 Lampiran 2 Kuesioner penelitian KUESIONER PENELITIAN
Karakteristik, Potensi dan Kontribusi Hutan Rakyat di Wilayah Kabupaten Bogor Tanggal :
Lokasi :
Data Diri Responden Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Tanggunan Keluarga
: : : : :
/
A. Potensi Kepemilikan Pohon 1. Penggunaan lahan
No. 1 2 3 4 5
Jenis Lahan
Luas (ha)
Status
2. Kepemilikan pohon Pohon Penghasil Kayu
No.
Jenis Pohon
Jumlah
Tahun Tanam
Alasan
Tahun Tanam
Alasan
1 2 3 4 5 Pohon Penghasil Non-Kayu
No. 1 2 3 4 5
Jenis Pohon
Jumlah
B. Pra-Penanaman 1. Sumber bibit ............................................................................................................................... 2. Sumber modal kerja ................................................................................................................... 3. Persiapan lahan Pembersihan lahan dan Pengolahan tanah Waktu pelaksanaan .................................................................................................................... Jumlah tenaga kerja .............. (orang) dengan prduktivitas kerja (m2/hari) ............................... Pembuatan lubang dan Pengajiran Waktu pelaksanaan .................................................................................................................... Jumlah tenaga kerja .............. (orang) dengan prduktivitas kerja (m2/hari) ...............................
21 Lampiran 2 Kuesioner penelitian (lanjutan) C. Penanaman 1. Pola tanam yang digunakan ......................................................................................................... 2. Intensitas kegiatan penanaman ..................................................................................................... 3. Jumlah tenaga kerja .............. (orang) dengan prduktivitas kerja (m2/hari) ................................. D. Pemeliharaan 1. Bentuk kegiatan pemeliharaan yang dilakukan
Kegiatan
Penyulaman Penyiangan Pemangkasan Pemupukan
Intensitas (per tahun)
Jumlah tenaga kerja (orang)
Produktivitas kerja (m2/hari)
Keterangan Umur tanaman : Tujuan : Tujuan : Jenis :
2. Jenis gangguan yang dialami dalam kegiatan pengelolaan hutan: Serangan hama/penyakit yaitu .................................................................................................. Lainya: ......................................................................................................................................
E. Pemanenan 1. Pelaku pemanenan ............................................................................................................ 2. Sistem pemanenan ............................................................................................................ 3. Kriteria melakukan pemanenan Diameter ............... Umur ............... Lainya ............... 4. Kegiatan pasca-pemanenan .............................................................................................. F. Pengalaman dan Pendapatan dalam Pengusahaan Hutan Rakyat 1. Pengalaman dalam kegiatan pengusahaan hutan rakyat ............................................................... 2. Apakah kegiatan dilakukan secara terus menerus ........................................................................ 3. Tujuan melakukan kegiatan pengusahaan hutan .......................................................................... 4. Apakah semua lahan kering ditanami pohon? Y/T Alasan .......................................................... 5. Besar pendapatan kegiatan hutan rakyat ...................................................................................... 6. Besar pendapatan kegiatan lahan kering (non hutan rakyat) ........................................................ 7. Besar pendapatan kegiatan lahan sawah ....................................................................................... 8. Besar pendapatan kegiatan peternakan ......................................................................................... 9. Besar pendapatan kegiatan non pertanian .....................................................................................
22
Lampiran 3 Foto kegiatan penelitian
Hutan rakyat di sekitar sawah petani
Hutan rakyat pada lahan miring
Hutan rakyat pola agroforestry di pinggir jalan
Hutan rakyat campuran di pekarangan
Observasi di hutan rakyat milik petani
Pohon Mindi yang berumur 1 tahun
Lampiran 3 Foto kegiatan penelitian (lanjutan) 23
Wawancara dengan petani
Pengangkutan kayu pada kegiatan pemanenan
Pohon Kayu Afrika yang sudah ditebang
Pohon sengon yang sudah ditebang
Wawancara dengan petani sekaligus pemilik industri pengolah hasil hutan rakyat
Meja sebagai salah satu hasil olahan kayu rakyat
24 Lampiran 4 Jenis pohon yang ditanam petani hutan rakyat No Nama Lokal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Alpukat Bembem Cempedak Cengkeh Cermai Duku Durian Gmelina Huru Jabon Jambu Jati Jengkol Jeruk Karet Kayu Afrika Kecapi Kemang Kemiri Ki Sampang Kopi Lame Limus Mahoni Malia Mangga Manggis Mangium Manglid Matoa Melinjo Meranti Mindi Nangka Pala
Nama Jenis
Potensi (Pohon/ha)
Persea americana Mill.var Mangifera spp. Artocarpus spp. Eugenia aromatica L. Baill Lansium domesticum Jack. Durio zibethinus Murr. Gmelina arborea Litsea firma Anthocephalus cadamba Eugenia aquea Burm. f. Tectona grandis L.f. Pithecelobium lobatum Benth Citrus spp. Hevea braziliensis Muell.Arg. Maesopsis eminii Engl. Sandoricum koetjape Merr. Mangifera kemanga Aleurites moluccana Willd. Evodia latifolia Dc. coffea robusta Alstonia scholaris R.Br. Mangifera foetida Leur. Swietenia macrophylla King. Azadirachta excelsa Jacobs Mangifera indica L. Garcinia mangostana L. Acacia mangium Willd. Manglieta glauca Pometia spp. Gnetum gnemon L. Shorea sp. Melia azedarach L. Artocarpus heterophyllus Lamk. Myristica fragrans Hoult.
6.1 0.0 4.1 37.2 0.0 3.5 14.5 25.1 6.6 33.0 0.4 0.1 3.8 0.5 0.1 144.0 2.4 0.1 3.1 5.9 14.7 4.4 1.3 28.8 38.0 2.1 6.7 56.0 6.0 0.1 5.4 0.5 93.3 2.9 2.9
Petani Penanam (%) 16.7 1.7 8.3 38.3 1.7 18.3 46.7 8.3 1.7 8.3 8.3 1.7 11.7 3.3 1.7 58.3 18.3 1.7 3.3 1.7 1.7 1.7 16.7 31.7 11.7 15.0 15.0 3.3 8.3 1.7 18.3 6.7 20.0 21.7 10.0
25 Lampiran 4 Jenis pohon yang ditanam petani hutan rakyat (lanjutan) No 36 37 38 39 40 41
Jenis Pari Petai Pinus Puspa Rambutan Rasamala
42 Salam 43 Sempur 44 45 46 47
Sengon Sukun Suren Tisuk
Nama Ilmiah Mangifera laurina Parkia speciosa Hassk. Pinus spp. Schima wallichii Kerth. Nephelium lapaceum L. Altingia excelsa Syzygium polyanthum Dillenia spp Falcataria moluccana (Miq.) Berneby & Grimes Artocarpus communis Toona sureni (Blume) Merr Hibiscus macrophyllus Roxb.
Potensi (Pohon/ha)
Petani Penanam (%)
0.0 10.6 1.9 19.5 7.5 0.1
1.7 31.7 5.0 13.3 35.0 1.7
0.3 0.0
1.7 1.7
562.0 1.6 51.0 7
95.0 5.0 18.3 6.7
26 Lampiran 5 Hasil analisis korelasi luas lahan dan jumlah pohon Correlations Luas Correlation Coefficient Luas
1,000
,457**
.
,000
60
60
,457**
1,000
,000
.
60
60
Sig. (2-tailed) N
Spearman's rho Correlation Coefficient Jumlah_pohon
Jumlah_pohon
Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran 6 Hasil analisis korelasi luas lahan dan pendapatan hutan rakyat Correlations Luas 1,000
,312*
.
,015
60
60
Correlation Coefficient
,312*
1,000
Sig. (2-tailed)
,015
.
60
60
Correlation Coefficient Luas
Sig. (2-tailed) N
Spearman's rho Pendapatan
Pendapatan
N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
27 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta, 15 April 1992 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Amiruddin dan Ibu Wismaningsih. Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 1996–1998 di TK Aisiyah Mataram. Pendidikan SD ditempuh pada tahun 1998–2004 di SDN 38 Ampenan dan SMP pada tahun 2004–2007 di SMPN 2 Mataram. Pendidikan SMA ditempuh di SMAN 1 Mataram pada tahun 2007–2010. Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB melalui jalur Ujian Tulis Mandiri (UTM). Selama menempuh pendidikan tinggi di IPB, penulis terlibat dalam beberapa organisasi kemahasiswaan antara lain, BEM TPB IPB (2010-2011) sebagai Kepala Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM), BEM Fakultas Kehutanan IPB (2011-2012) sebagai Kepala Departemen PSDM, Forest Management Sstuidents Club (FMSC) IPB (2012-2013) sebagai Kepala Divisi Keprofesian. Selain itu penulis juga mengikuti beberapa kegiatan kepanitiaan antara lain Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru (MPKMB) IPB (2011) sebagai staf Divisi Acara, Bina Corps Rimbawan (BCR) (2012) sebagai Kepala Divisi Acara dan BCR 2013 sebagai staf Divisi Acara. Penulis menyususun skripsi dengan judul “Karakteristik, Potensi dan Kontribusi Hutan Rakyat di Wilayah Kabupaten Bogor” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Hardjanto MS.