KARAKTERISTIK PENDERITA SIROSIS HATI RAWAT INAP DI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN 2010-2011 Stiphany1, Hiswani2, Jemadi2 1.
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara 2. Dosen Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT Liver cirrhosis is one of the diseases found throughout the country. In the world (2004) liver cirrhosis was ranked eigthth leading cause of death with prevalence 1,3%. In Indonesia (2004) liver cirrhosis ASDR reached 13.9 per 100,000 population. This research is to know the characteristics of inpatient care in hospital Dr. Pirngadi Medan in 2010-2011, with descriptive case series design. Total population are 103 people and sample are all patients liver cirrhosis who are hospitalized of 103 people (total sampling). Patients with the highest proportion in the age group 49-55 years (28.2%), male gender (68.9%), Islam (64.1%), Batak tribe (57.3%), high school education (67%), job self-employed (40.8%), residence / place of origin of Medan (59.2%), abdominal bloating (44.7%), classification dekompesanta cirrhosis (95.1%), history of previous illness that other liver diseases (25.2%), complication status are no complications (52.4%), type of complication is esophageal varices and bleeding (55.1%), the source of the cost is Askes (41.7%), length of treatment on average 9.31 days and coming home is the home state of ambulatory (72.8%). From the statistic analysis, there were no significant differences between the sexes based on classification of cirrhosis (p=0,627), and length of treatment on average with this type of complication (p=0,373). There are significant differences between the average treatment time is based on sources of cost (p=0,016), maintainability and long on average based on the state of coming home (p=0,000). Recommended to the Hospital Dr.Pirngadi Medan to provide more intensive treatment for patients with liver cirrhosis, especially with complications. Keywords: Liver Cirrhosis, The Characteristic of Patients
PENDAHULUAN Salah satu penyakit tidak menular yang masih menjadi permasalahan di Indonesia adalah penyakit hati. Ditinjau dari pola penyakit hati yang dirawat, secara umum mempunyai urutan sebagai berikut : hepatitis virus akut, sirosis hati, kanker hati, abses hati. Dari data tersebut ternyata sirosis hati menempati urutan kedua. Sirosis hati merupakan salah satu
penyakit hati kronis yang paling banyak ditemukan dimasyarakat dan merupakan stadium terakhir dari penyakit hati menahun.1 Data WHO (2004), di dunia prevalensi sirosis hati 1,3% dan penyakit ini menduduki peringkat delapan belas penyebab kematian dengan jumlah kematian 800.000 kasus.2 Di Amerika Serikat pada tahun 2009, penyakit hati
kronik dan sirosis hati menempati peringkat kedua belas penyebab kematian dengan jumlah kasus 30.444 dan Cause Spesific Death Rate (CSDR) 9,9 per 100.000 penduduk.3 Di Australia tahun 2007 prevalensi sirosis hati 2% dan di Jepang prevalensi sirosis hati 2,7%.4 Di negara barat, penyebab utama sirosis hati adalah konsumsi alkohol. Sirosis akibat alkohol paling sering ditemui di Amerika Utara, Eropa Barat dan Amerika Selatan. Menurut Mezey (2004) diperkirakan 75% dari populasi di Amerika Serikat menggunakan alkohol dan diperkirakan 100.000 orang meninggal karena kecanduan alkohol setiap tahunnya dan hampir 20% dari kematian tersebut diakibatkan oleh sirosis hati.5 Data WHO (2004), ASDR (Age Standardized Death Rates) sirosis hati di Indonesia mencapai 13,9 per 100.000 penduduk.6 Berdasarkan data distribusi penyakit saluran cerna pasien rawat inap menurut golongan sebab sakit di seluruh rumah sakit Indonesia tahun 2005 terdapat 12.545 pasien sirosis hati yang telah dirawat inap dengan CFR sebesar 10,94%.7 Berdasarkan profil kesehatan DIY, tahun 2004 sirosis hati masuk dalam 10 besar penyebab kematian tertinggi di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan prevalensi 1,87%.8 Penelitian Karina (2007) di RSUP Dr. Kariadi Semarang pada tahun 2002-2006 terdapat 637 penderita sirosis hati dengan angka kematian 9,7%.9 Hasil penelitian di Indonesia menyebutkan bahwa 40-50% penyebab sirosis hati adalah virus hepatitis B, 3040% disebabkan oleh virus hepatitis C dan 10-20% penyebabnya tidak diketahui sedangkan alkohol sebagai penyebab sirosis hati di Indonesia mungkin frekuensinya kecil sekali karena belum ada datanya.10 Data WHO (2002) melaporkan, sekitar 400 juta orang di dunia telah terinfeksi virus hepatitis B kronik aktif dan akan berkembang menjadi sirosis hati dan jika tanpa perawatan sekitar 15% pasien
sirosis hati akan meninggal dalam lima tahun. 11 Survei pendahuluan yang dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan periode tahun 2010-2011 tercatat 103 penderita sirosis hati yang rawat inap. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita sirosis hati rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011. Permasalahan dalam penelitian ini adalah belum diketahui karakteristik penderita sirosis hati rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita sirosis hati rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi proporsi penderita berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, daerah asal), keadaan utama sewaktu datang, klasifikasi sirosis, riwayat penyakit terdahulu, status komplikasi, jenis komplikasi, sumber biaya, lama rawatan rata-rata, keadaan sewaktu pulang, distribusi jenis kelamin berdasarkan keadaan sewaktu pulang, lama rawatan rata-rata berdasarkan jenis komplikasi, lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya, lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang. Manfaat penelitian ini sebagai informasi dan bahan masukan bagi RSUD Dr. Pirngadi Medan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dalam perawatan dan pengobatan bagi penderita sirosis hati, menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang sirosis hati, dan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain terutama yang berhubungan dengan penyakit sirosis hati.
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah studi deskriptif dengan desain case series. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr.
Pirngadi Medan pada bulan Juni-Juli 2012. Populasi penelitian ini adalah seluruh data penderita sirosis hati yang dirawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan dari tahun 2010-2011 yang berjumlah 103 penderita. Sampel berjumlah 103 penderita atau sama dengan jumlah populasi (total sampling). Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari hasil pencatatan pada kartu status penderita sirosis hati yang terdapat pada rekam medis. Pengolahan dan analisis data menggunakan program SPSS (Statistical Product and Services Solution) dengan menggunakan uji chi square, Exact Fisher, uji Mann Whitney dan uji Kruskal Wallis. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Sosiodemografi Penderita Tabel 1. Distribusi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Kelompok Umur Umur No f % (tahun) 28-34 5 4,9 1 35-41 15 14,6 2 42-48 6 5,8 3 49-55 29 28,2 4 56-62 17 16,5 5 63-69 21 20,4 6 70-76 6 5,8 7 77-83 4 3,8 8 Total 103 100 Pada tabel 1, dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita sirosis hati berdasarkan umur yaitu pada kelompok umur 49-55 sebesar 28,2% dan proporsi yang terendah pada kelompok umur 77-83 tahun sebesar 3,8%. Hal ini terjadi karena sirosis hati merupakan penyakit hati kronik yang akan muncul seiring bertambahnya usia. Gejala dan tanda penyakit ini baru akan muncul bertahun-tahun kemudian setelah penderita terpapar faktor risiko dalam waktu yang lama ataupun pernah mengalami penyakit hati lain seperti hepatitis B. Penderita yang sudah terkena sirosis hati berat jika tanpa
perawatan sekitar 15% pasien sirosis hati akan meninggal dalam lima tahun.11 Tabel 2. Distribusi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis No f % kelamin Laki-laki 71 68,9 1. Perempuan 32 31,1 2. Total 103 100 Pada tabel 2, dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita sirosis hati berdasarkan jenis kelamin adalah laki-laki sebesar 68,9% dan proporsi yang terendah adalah perempuan sebesar 31,1%. Laki-laki lebih banyak menderita sirosis hati kemungkinan karena laki-laki adalah kepala rumah tangga yang harus bekerja lebih keras tanpa memperhatikan kemampuan fisik dan mentalnya sehingga lebih mudah terkena penyakit. Selain itu juga dapat dikaitkan dengan kebiasaan laki-laki yang sering mengonsumsi alkohol dimana alkohol merupakan salah satu penyebab terjadinya sirosis hati.9 Tabel 3. Distribusi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Agama No Agama f % 66 64,1 1. Islam 44 33,0 2. Kristen Protestan 3 2,9 3. Kristen Katolik Total 103 100 Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita sirosis hati berdasarkan agama adalah agama Islam sebesar 64,1% dan proporsi terendah adalah Kristen Katolik 2,9%. Hal ini bukan berarti penderita yang beragama Islam lebih beresiko terkena sirosis hati, namun hanya menunjukkan bahwa masyarakat yang datang berobat ke RSUD Dr.Pirngadi Medan mayoritas beragama Islam.
Tabel 4. Distribusi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Suku Bangsa No Suku bangsa f % 59 57,3 1. Batak 25 24,3 2. Jawa 10 9,7 3. Melayu 7 6,8 4. Minang 2 1,9 5. Aceh Total 103 100 Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita sirosis hati berdasarkan suku adalah suku Batak sebesar 57,3% dan proporsi terendah adalah suku Aceh sebesar 1,9%. Hal ini bukan berarti bahwa suku Batak lebih beresiko menderita sirosis hati tetapi hanya menunjukkan penderita yang datang berobat ke RSUD Dr. Pirngadi Medan paling banyak adalah suku Batak. Pada penelitian ini suku Batak adalah penggabungan dari Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, dan Batak Mandailing. Tabel 5. Distribusi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Pendidikan No Pendidikan f % SD 15 14,5 1. SLTP 12 11,7 2. SLTA 69 67,0 3. 7 6,8 4. Akademi/PT Total 103 100 Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita sirosis hati berdasarkan pendidikan adalah SLTA sebesar 67% dan proporsi terendah adalah Akademi/Perguruan Tinggi sebesar 6,8%. Hal ini bukan berarti bahwa yang berpendidikan SLTA lebih berisiko terkena sirosis hati. Namun hanya menunjukkan bahwa penderita yang datang berobat ke RSUD Dr. Pirngadi Medan mayoritas berpendidikan SMA.
Tabel 6. Distribusi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Pekerjaan No Pekerjaan f % 33 32,0 1. PNS/TNI/Polri/ Pensiunan 4 3,9 2. Pegawai Swasta 42 40,8 3. Wiraswasta 22 21,4 4. Ibu Rumah Tangga 5. Petani 2 1,9 Total 103 100 Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita sirosis hati berdasarkan pekerjaan adalah wiraswasta sebesar 40,8% dan proporsi terendah adalah petani sebesar 1,9%. Kemungkinan banyaknya penderita yang bekerja sebagai wiraswasta dikarenakan hubungannya dengan tingkat pendidikan dimana penderita banyak yang pendidikannya SLTA sehingga banyak yang bekerja sebagai wiraswasta. Tabel 7. Distribusi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Tempat Tinggal No Tempat Tinggal f % Kota Medan 61 59,2 1. Luar Kota Medan 42 40,8 2. Total 103 100 Pada tabel 7 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita sirosis hati berdasarkan tempat tinggal/daerah asal adalah yang berasal dari kota Medan sebesar 59,2% dan proporsi terendah adalah yang berasal dari luar kota Medan sebesar 40,8%. Hal ini disebabkan karena RSUD Dr.Pirngadi ini berada di kota Medan sehingga pengunjung yang datang berobat sebagian besar berasal dari kota Medan. Juga dikarenakan RSUD Dr.Pirngadi merupakan rumah sakit rujukan yang menerima pasien dari rumah sakit lain di kota Medan dan di luar kota Medan. Penderita yang tinggal di luar kota Medan berasal dari Deli Serdang, Binjai, Langkat, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Sibolga, Rantau Prapat, Kabanjahe, dan Siantar.
2.
Keluhan Utama Sewaktu Datang
Tabel 8. Ditribusi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Keluhan Utama Sewaktu Datang N Keluhan Utama f % o Sewaktu Datang 1. Perut membesar 46 44,7 2. Nyeri perut kanan 19 18,4 atas 3. Ikhterus(mata dan 10 9,7 kulit kuning) 4. Sesak nafas dan 10 9,7 demam 5. BAB hitam dan 8 7,8 berdarah 6. Mual dan muntah 8 7,8 darah 7. Penurunan 2 1,9 kesadaran Total 103 100 Pada tabel 8, dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita sirosis hati berdasarkan keluhan utama sewaktu datang adalah perut membesar sebesar 44,7% dan proporsi terendah adalah penurunan kesadaran sebesar 1,9%. Perut semakin membesar karena penimbunan cairan secara abnormal di rongga perut. Ketika fungsi hati menurun maka lebih banyak garam dan air yang tertahan, cairan juga mungkin berakumulasi dalam rongga perut antara dinding perut dan organ-organ perut. Hal ini menyebabkan pembengkakkan perut, ketidaknyamanan perut, dan berat badan yang meningkat.11 3.
Klasifikasi Sirosis
Tabel 9. Disrtibusi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Klasifikasi Sirosis No Klasifikasi Sirosis f % 1 Kompesanta 5 4,9 2 Dekompesanta 98 95,1 Total 103 100 Pada tabel 9, dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita sirosis hati
berdasarkan klasifikasi sirosis adalah sirosis dekompesanta sebesar 95,1% dan proporsi terendah adalah sirosis kompesanta sebesar 4,9%. Penderita dengan klasifikasi sirosis dekompesanta lebih banyak dimungkinkan karena penderita sudah merasakan gejala dan tanda penyakit sehingga memeriksakan penyakitnya ke rumah sakit. Ada juga penderita yang memang sudah pernah didiagnosis terkena penyakit sirosis sehingga berobat kembali ke rumah sakit. Sedangkan penderita dengan sirosis kompesanta datang ke rumah sakit untuk memeriksakan penyakit lain yang diderita dan setelah diperiksa baru diketahui terkena sirosis hati. 4.
Riwayat Penyakit Terdahulu
Tabel 10. Distribusi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Riwayat Penyakit Terdahulu N Riwayat Penyakit f % o Terdahulu 1. Hepatitis B 13 12,6 2. Hepatitis C 2 1,9 3. Penyakit hati 25 24,3 lainnya 4. Tidak Ada/Tidak 63 61,2 tercatat Total 103 100 Pada tabel 10, dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita sirosis hati berdasarkan riwayat penyakit terdahulu adalah penyakit hati lainnya sebesar 25,2% dan proporsi terendah adalah hepatitis C sebesar 1,9%. Penyakit hati lainnya yang pernah diderita adalah liver abses, sakit kuning (ikterus), dan sirosis hati. Ada 4 orang penderita yang sudah pernah dirawat sebelumnya dengan diagnosis sirosis hati.
5.
Status Komplikasi
Tabel 11. Distribusi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Status Komplikasi Status No f % Komplikasi 1 Ada 49 47,6 2 Tidak Ada 54 52,4 Total 103 100 Pada tabel 11, dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita sirosis hati berdasarkan status komplikasi adalah tidak ada terjadi komplikasi sebesar 52,4% dan proporsi terendah adalah ada komplikasi sebesar 47,6%. Tidak adanya komplikasi kemungkinan dikarenakan pada saat dibawa ke rumah sakit penderita belum mengalami sirosis hati yang berat sehingga bisa segera mendapat penanganan. 6.
Komplikasi Yang Diderita
Tabel 12. Distribusi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Jenis Komplikasi N Komplikasi f % o 1. Varises Esophagus dan 27 55,1 Perdarahan 2. Hepatoma 11 22,4 3. Ensefalopati 9 18,4 Hepatikum 4. Peritonitis Bakterial 2 4,1 Spontan Total 49 100 Pada tabel 12, dapat dilihat bahwa dari 49 orang yang mengalami komplikasi, proporsi tertinggi adalah varises esophagus dan perdarahan sebesar 55,1%. Diikuti dengan hapatoma sebesar 22,4%, ensefalopati hepatikum sebesar 18,4% dan proporsi terendah adalah peritonitis bakterial spontan 4,1%. Pada sirosis hati jaringan parut menghalangi aliran darah dan meningkatkan tekanan dalam vena portal (hipertensi portal). Akibat dari aliran darah yang meningkat dan peningkatan tekanan
yang diakibatkannya, vena-vena pada kerongkongan yang lebih bawah akan mengembang (varises esophagus). Lebih tinggi tekanan portal, lebih besar varisesvarises dan lebih mungkin seorang pasien mendapat perdarahan dari varises-varises kedalam kerongkongan. Perdarahan masif dapat mengancam nyawa penderita karena menyebabkan syok hemoragik dan anemia berat sehingga menjadi keadaan gawat darurat yang harus segera ditangani.12 7.
Sumber Biaya
Tabel 13. Distribusi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Sumber Biaya N Sumber Biaya f % o 1. Umum/Biaya Sendiri 22 21,4 2. Askes 43 41,7 3. Jamkesmas 12 11,7 4. Medan Sehat 17 16,5 5. Pemprovsu 9 8,7 Total 103 100 Pada tabel 13, dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita sirosis hati berdasarkan sumber biaya adalah Askes sebesar 41,7% dan proporsi terendah adalah pemprovsu sebesar 8,7%. Hal ini dapat dikarenakan RSUD. Dr. Pirngadi Medan merupakan rumah sakit rujukan bagi pasien yang menggunakan Asuransi Kesehatan (Askes). 8.
Lama Rawatan Rata-rata
Tabel
14.
Lama Rawatan Rata-rata Penderita Sirosis Hati Lama Rawatan Rata-rata (hari) Mean 9,31 Standar Deviasi (SD) 5,563 95% CI 8,22-10,40 Minimum 1 Maksimum 30
Pada tabel 14, dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita sirosis hati adalah 9,31 hari (9 hari) dengan
Standar Deviasi 5,563. Lama rawatan minimum adalah 1 hari dan lama rawatan maksimum adalah 30 hari. 9.
Keadaan Sewaktu Pulang
Tabel 15. Ditribusi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang N Keadaan Sewaktu f % o Pulang 1. Pulang berobat jalan 75 72,8 2. Pulang atas 17 16,5 permintaan sendiri 3. Meninggal 11 10,7 Total 103 100 Pada tabel 15, dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita sirosis hati berdasarkan keadaan sewaktu pulang adalah pulang berobat jalan sebesar 72,8% dan proporsi terendah adalah meninggal sebesar 10,7%. Penderita yang meninggal diakibatkan pada saat dibawa ke rumah sakit sudah mengalami sirosis hati yang berat sehingga terlambat mendapat pengobatan. Terjadinya komplikasi juga dapat memperberat keadaan penderita sehingga penderita meninggal. Penyebab kematian terbanyak adalah komplikasi enselopati hepatikum diakibatkan keadaan penderita yang sudah parah (koma) dan penderita sudah mengalami kegagalan fungsi hati yang berat. Analisis Statistik 1. Jenis Kelamin Klasifikasi Sirosis
Berdasarkan
Pada tabel 16 dapat dilihat bahwa dari penderita yang sirosis dekompesanta, proporsi penderita berjenis kelamin lakilaki sebanyak 69,4% dan yang berjenis kelamin perempuan ada sebanyak 30,6%. Dari penderita yang sirosis kompesanta, proporsi penderita berjenis kelamin laki-laki sebanyak 60% dan perempuan sebanyak 40%.
Berdasarkan hasil uji Exact Fisher didapat nilai p > 0,05 (p=0,627). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin berdasarkan klasifikasi sirosis. 2.
Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Jenis Komplikasi
Dari tabel 17 dapat dilihat bahwa yang mengalami komplikasi varises esophagus dan perdarahan, lama rawatan rata-rata 11,41 hari. Penderita dengan komplikasi hepatoma, lama rawatan ratarata 10 hari. Penderita dengan komplikasi ensefalopati hepatikum, lama rawatan ratarata 8,33 hari. Penderita dengan komplikasi peritonitis bakterial spontan, lama rawatan rata-rata 8 hari. Hasil uji Kruskal Wallis didapat nilai p > 0,05 (p=0,373). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan ratarata dengan jenis komplikasi. 3.
Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya
Dari tabel 18 dapat dilihat bahwa penderita dengan sumber biaya bukan biaya sendiri, lama rawatan rata-rata 9,96 hari. Penderita dengan sumber biaya umum/biaya sendiri, lama rawatan ratarata 6,91 hari. Hasil uji Mann Whitney diperoleh nilai p < 0,05 (p=0,016). Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata dengan sumber biaya. Penderita yang sumber biayanya bukan biaya sendiri lebih lama dirawat dimungkinkan karena mereka tidak dibebankan dalam hal biaya perawatan karena adanya jaminan kesehatan dari pemerintah berupa Askes, Jamkesmas, Medan Sehat dan Pemprovsu. Sedangkan penderita yang biaya sendiri/umum lama rawatan lebih singkat karena mereka harus membayar biaya perawatan sendiri.
Tabel 16. Distribusi Jenis Kelamin Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Klasifikasi Sirosis Jenis Kelamin Total No Klasifikasi Sirosis Laki-laki Perempuan f % f % f % 1 Kompesanta 3 60 2 40 5 100 2 Dekompe-santa 68 69,4 30 30,6 98 100 χ2 = 0,196 df = 1 p = 0,645 Tabel 17. Lama Rawatan Rata-rata Pederita Sirosis Hati Berdasarkan Jenis Komplikasi Lama Rawatan Rata-rata (Hari) No Jenis Komplikasi N Mean SD 1 Varises Esophagus dan Perdarahan 27 11,41 5,29 2 Hepatoma 11 10,00 4,60 3 Ensefalopati Hepatikum 9 8,33 5,87 Peritonitis Bakterial Spontan 4 2 8,00 5,66 p= 0,373 Tabel 18. Lama Rawatan Rata-rata Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Sumber Biaya Lama Rawatan Rata-rata (Hari) No Sumber Biaya N Mean SD 1 Umum / Biaya Sendiri 22 6,91 4,740 Bukan Biaya Sendiri 2 81 9,96 5,616 p= 0,016 4.
Lama Rawatan Rata-rata Berdasarka Jenis Komplikasi
Dari tabel 19 dapat dilihat bahwa penderita yang pulang berobat jalan, lama rawatan rata-rata 10,35 hari. Penderita yang pulang atas permintaan sendiri, lama rawatan rata-rata 8,06 hari. Penderita yang meninggal, lama rawatan rata-rata 4,18 hari.
Hasil uji Kruskal Wallis diperoleh nilai p < 0,05 (p=0,000). Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata dengan keadaan sewaktu pulang. Penderita yang meninggal lama rawatan rata-rata lebih singkat kemungkinan karena terlambatnya diberi pertolongan dan adanya komplikasi yang dialami penderita sehingga memperberat penyakit ini.
Tabel 20. Lama Rawatan Rata-rata Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang No 1 2 3
Keadaan Sewaktu Pulang Pulang Berobat Jalan (PBJ) Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) Meninggal
Lama Rawatan Rata-rata (Hari) f 75 17 11
Mean 10,35 8,06 4,18
SD 5,182 6,319 3,656
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Kesimpulan 1. Distribusi penderita sirosis hati berdasarkan sosiodemografi dengan proporsi tertinggi pada kelompok umur 49-55 tahun (28,2%), jenis kelamin laki-laki (68,9%), agama Islam (64,1%), suku Batak (57,3%), pendidikan SLTA (67%), pekerjaan wiraswasta (40,8%), tenpat tinggal/daerah asal kota Medan (59,2%). 2. Penderita sirosis hati dengan proporsi tertinggi adalah keluhan utama perut membesar (44,7%), klasifikasi sirosis dekompesanta (95,1%), riwayat penyakit terdahulu yaitu penyakit hati lainnya (25,2%), status komplikasi adalah tidak ada komplikasi (52,4%), jenis komplikasi varises esophagus dan perdarahan (55,1%), sumber biaya Askes (41,7%), lama rawatan rata-rata 9,31 hari, keadaan sewaktu pulang pulang berobat jalan (72,8%). 3. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin berdasarkan klasifikasi sirosis (p=0,627) dan antara lama rawatan rata-rata dengan jenis komplikasi (p=0,373). Terdapat perbedaan yang bermakna antara lama rawatan ratarata berdasarkan sumber biaya (p=0,016) dan antara lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p=0,000).
1. Hadi, S., 2000. Diagnosis Ultrasonik Pada Sirosis Hati. Dalam : Hepatologi. Penerbit Mandar Maju, Jakarta 2. WHO., 2008. The Global Burden of Disease 2004. http://www.who.int. Diakses 23 Februari 2012. 3. Kochanek, K., 2011. Deaths: Preliminary Data for 2009. National Vital Statistics Reports : Volume 59, Number 4, 16 March 2011. 4. Farrell, G., 2008. Cirrhosis in Asians: Less Common Than In Europeans. Journal of Gastroenterology and Hepatology, Volume 23, Issue 4. http://onlinelibrary.wiley.com. 5. Menzey, S., 2004. Alcoholic Liver Disease. United States http://www.digestivediseaselibra ry.html. Diakses 23 Febuari 2012 6. WHO., 2011. Age Standardized Death Rates, Liver cirrhosis. http://apps.who.int/ghodata. Diakses 22 Maret 2012. 7. Ditjen Yanmedik., 2007. Distribusi Penyakit Saluran Cerna Pasien Rawat Inap Menurut Golongan Sebab Sakit Indonesia Tahun 2005. http://www.yanmedikdepkes.net/statistik_rs_2006 8. Dinas Kesehatan Provinsi D.I.Yogyakarta., 2009. Profil Kesehatan Provinsi DIY 2008. Yogyakarta 9. Karina., 2007. Faktor Risiko Kematian Penderita Sirosis Hati Di RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2002-2006. Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
Saran 1. Kepada pihak rumah sakit diharapkan dapat memberikan penanganan yang lebih intensif kepada penderita sirosis hati terutama yang mengalami komplikasi. 2. Kepada penderita sirosis hati agar menghindari hal-hal yang dapat memperberat kerja hati, istirahat yang cukup serta mengonsumsi makanan yang bergizi
10. Nurdjanah, S., 2006. Sirosis Hati. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV, Jilid II. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, Jakarta 11. WHO., 2010. Hepatitis B and HIV Coinfection Clinical Protocol. http://www.who.int. Diakses 24 Febuari 2012. 12. Sutadi, S., 2003. Sirosis Hepatitis. Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.