LAPORAN KEMAJUAN PELAKSANAAN PKPP
KAJIAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEKNOLOGI ROKET NASIONAL DALAM KAITANNYA DENGAN HAMBATAN ALIH TEKNOLOGI DARI MISSILE TECHNOLOGY CONTROL REGIME (MTCR)
Peneliti Utama : Drs. J. Bakara Anggota Peneliti : Drs. Husni Nasution Dra. Euis Susilawati, M.Si Drs. Pardamean Hutahaean, M.Eng Intan Perwitasari, SE
Jakarta, 8 Juni 2012
PUSAT PENGKAJIAN DAN INFORMASI KEDIRGANTARAAN DEPUTI BIDANG SAINS, PENGKAJIAN DAN INFORMASI KEDIRGANTARAAN LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL (LAPAN)
0
BAB I PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Saat ini Indonesia telah memanfaatkan teknologi antariksa negara lain untuk berbagai
kepentingan pembangunan nasional, namun belum pada tahap penguasaan. Dengan melihat makna strategis dari teknologi keantariksaan tersebut, Indonesia sebagai negara berkembang dengan wilayah yang sangat luas sudah saatnya mempercepat penguasaan teknologi di bidang keantariksaan khususnya dalam teknologi peroketan untuk mendukung kemandirian bangsa di sektor-sektor startegis lainnya. Selain itu penguasaan teknologi tersebut juga diperlukan dalam rangka memberikan konrtibusi yang nyata dan besar terhadap upaya pemerintah Indonesia untuk menjamin integritas dan kedaulatan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Namun untuk memperoleh teknologi tersebut tidaklah mudah.
Beberapa negara,
terutama kelompok negara maju yang menguasai teknologi antariksa sangat protektif di dalam alih teknologi terhadap negara-negara lain. Proteksi alih teknologi ini didasarkan pada peraturan perundang-undangan nasionalnya secara sendiri ataupun perjanjian yang ditetapkan secara bersama oleh negara-negara dalam suatu kelompok tertentu. Salah satu perjanjian yang saat ini cukup menonjol dalam alih teknologi peroketan adalah Missile Technology Control Regime (MTCR).
MTCR ditetapkan pada tahun 1987 oleh beberapa negara maju yang tergabung dalam kelompok negara industri G-7 yaitu Amerika Serikat (AS), Inggris, Perancis, Jerman Barat, Italia, Kanada, dan Jepang. MTCR bertujuan untuk membatasi dan mengawasi alih teknologi (termasuk di dalamnya teknologi keantariksaan) yang dapat berperan dalam teknologi misil, senjata pemusnah massal, dan guna ganda (untuk sipil dan militer). Sampai dengan saat ini 34 negara telah bergabung menjadi anggota MTCR. Negara-negara yang telah menjadi anggota MTCR ini memperoleh kemudahan alih teknologi di antara sesama anggota MTCR, yang tidak diperoleh oleh negara non anggota MTCR (Deborah A. Ozga, 1994).
Meskipun banyak kemudahan yang bisa diperoleh, tetapi Indonesia sampai saat ini belum menjadi anggota MTCR, sehingga untuk dapat memperoleh alih teknologi tentunya akan mendapat kendala dari negara-negara yang tergabung dalam MTCR, di mana negara-negara tersebut telah mempunyai kemampuan dalam penguasaan teknologi keantariksaan. Dalam hal
1
menghadapi kebijakan dari MTCR yang menghambat, membatasi dan mengawasi alih teknologi tersebut (khususnya terkait peroketan), pada tahun 1997 Indonesia (d.h.i. LAPAN) melakukan pertemuan Gali Pendapat mengenai MTCR untuk memperoleh pandangan sikap Indonesia terhadap MTCR. Kesepakatan mengenai sikap Indonesia pada Gali Pendapat tersebut adalah bahwa untuk sementara Indonesia belum waktunya untuk menjadi anggota MTCR. Kesepakatan ini didasarkan kepada bahwa Indonesia belum mempunyai suatu program pembangunan kedirgantaraan yang terintegrasi. Dalam rangka mewujudkan upaya bangsa Indonesia ke depan yaitu mempunyai kemampuan yang mandiri dalam penguasaan iptek kedirgantaraan, Kongres Kedirgantaraan Nasional Kedua yang berlangsung di Jakarta tahun 2003 merekomendasikan antara lain perlunya Indonesia untuk mengkaji kembali sikapnya terhadap MTCR (LAPAN, 2004).
Menindaklajuti Kongres tersebut, pada tahun 2005 LAPAN menyelenggarakan Round Table Discussion yang dipimpin Kepala LAPAN dan dihadiri pejabat/wakil instansi terkait untuk membahas Sikap Indonesia Terhadap
MTCR. Dari
diskusi tersebut disepakati bahwa
kebijakan Indonesia dalam MTCR ini masih sama seperti yang disepakati pada tahun 1997, yaitu untuk sementara ini Indonesia belum waktunya untuk masuk menjadi anggota, dan masih perlu dikaji yang lebih mendalam dari berbagai aspek (Pussisfogan, LAPAN, 2005).
Kebijakan LAPAN saat ini terkait dengan teknologi antariksa (peroketan) sebagaimana dimuat dalam Renstra LAPAN 2010-2014 adalah bahwa untuk jangka panjang diharapkan LAPAN mempunyai kemampuan yang mandiri dalam teknologi dan produksi Roket Pengorbit Satelit (RPS) dan roket senjata terkendali. Namun disisi lain bahwa untuk memperoleh kemampuan yang mandiri tersebut sangat berkaitan dengan item-item teknologi yang dimuat dalam Annex MTCR.
Substansi MTCR itu sendiri terdiri dari (i) ketentuan (Guidelines) yang memuat prinsipprinsip umum, Kategori.
dan (ii) annex (Equipment, Software,
and Technology) yang terdiri dari 2
Prinsip-prinsip umum merupakan pedoman dalam mengendalikan
ekspor atau
perdagangan terhadap item-item yang dimuat dalam annex. Keseluruhan prinsip-prinsip umum yang dimuat dalam MTCR disebut “Guidelines for Sensitive Missile-Relevant Transfer”.Dua parameter pengawasan kritis yang dimuat dalam Kategori I dari annex ialah batasan jarak jangkauan 300 km dan daya angkut muatan 500 kg.
2
Artinya bahwa item-item dalam annex
akan dikenakan ketentuan MTCR, apabila item-item tersebut dapat berperan dalam membuat sistem pengangkut atau peluncur yang mempunyai jarak jangkau 300 km atau lebih, dan daya angkut muatan 500 kg lebih.
Untuk menguasai teknologi roket secara penuh, LAPAN merasakan adanya kesulitan terkait dengan kebijakan MTCR, yaitu kesulitan dalam memperoleh komponen roket (Pussisfogan, LAPAN, 2005), a.l: (i) Komponen propulsi dan peralatan (item 3 kategori II), (ii) Komponen bahan kimia dan pemroduksi propelan (Item 4 kategori II), (iii) Instrumen, navigasi dan pemandu arah (Item 9 kategori II), dan (iv) Sistem kendali (Item 10 kategori II).
Selama ini Indonesia (d.h.i. LAPAN) telah berupaya melakukan kerja sama bilateral dengan
egara-negara yang mempunyai kemampuan dalam teknologi peroketan (misalnya
Ukraina), di mana pada umumnya
egara yang mempunyai kemampuan ini adalah anggota
MTCR. Namun dalam perkembangannya sampai saat ini Indonesia masih tetap mengalami kesulitan untuk memperoleh alih teknologi peroketan tersebut. Bahkan negara maju yang akan dijadikan mitra kerja sama bilateral pun selalu menanyakan mengenai posisi keanggotaan Indonesia dalam MTCR. Dengan demikian tentunya akan sulit bagi Indonesia untuk mempunyai kemampuan yang mandiri dalam teknologi peroketan mengingat kebijakan Indonesia sampai saat ini adalah belum menjadi anggota MTCR. 2.
Pokok Permasalahan Dalam pengusaan
teknologi peroketan nasional secara penuh, dirasakan adanya
kesulitan terkait dengan kebijakan MTCR, antara lain kesulitan untuk memperoleh komponenkomponen roket. Untuk mengatasi kesulitan ini, Indonesia (d.h.i LAPAN) telah berupaya melakukan kerja sama bilateral dengan negara-negara yang mempunyai kemampuan dalam teknologi peroketan seperti Ukraina, China, dan Rusia. Namun dalam perkembangannya sampai saat ini Indonesia masih tetap mengalami kesulitan untuk memperoleh alih teknologi roket. Maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi pengembangan peroketan nasional dengan adanya hambatan alih teknologi dari MTCR.
3
3.
Metodologi Pelaksanaan Metodologi ataupun pendekatan yang diterapkan dalam kajian ini adalah deskriptif
analitis. Metode deskriptif analitis diterapkan utamanya pada pengumpulan dan pengolahan data atau informasi peroketan internasional dan nasional (Indonesia), serta permasalahannya terkait hambatan alih teknologi dari MTCR, sehingga menjadi informasi yang bersifat ekplanatoris.
Data ataupun informasi yang diperlukan dalam penelitian ini dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Metoda pengumpulan data primer dilakukan secara langsung di lapangan melalui kegiatan wawancara ke instansi/ unit kerja tertentu di lingkungan LAPAN yang terkait dengan pengembangan peroketan nasional, atau dengan nara sumber yang mempunyai kepakaran terkait peroketan. Data primer yang dibutuhkan dari instansi tersebut
antara
lain,
data
kemampuan
nasional
yang
dapat
dimanfaatkan
dalam
pengembangan peroketan nasional, kemampuan dan kaitannya dengan produksi dan bahan baku propelan,
pengadaan
bahan-bahan baku dan komponen-komponen peroket.
Sedangkan metoda pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara melakukan studi kepustakaan (library reseacrh) dari berbagai referensi baik buku, jurnal ilmiah, maupun sumbersumber lain yang dinilai relevan. Referensi tersebut diperoleh dari perpustakaan dan situs internet.
Data sekunder yang dibutuhkan antara lain perkembangan MTCR dan penerapannya dalam program keantariksaan (peroketan), program peroketan negara-negara anggota dan non anggota MTCR, serta kemampuan nasional (Indonesia) terkait pengembangan peroketan. Data dan informasi yang telah dihimpun tersebut diatas, selanjutnya dianalisa dengan menggunakan analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, and Treath). Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan sebuah strategi. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis ini selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan sebuah insitusi (d.h.i. LAPAN).
4
a.
Lokus Kegiatan Lokus tempat kegiatan di DKI Jakarta, dimana Pusat Teknologi Peroketan,
Lembaga
Penerbangan
dan
Antariksa
Nasional
(LAPAN),
berkedudukan di Jakarta. Kemudian dari Jakarta dapat melakukan koordinasi ke daerah-daerah dengan industri-industri nasional yang dapat mendukung pengembangan teknologi roket nasional.
b.
Fokus Kegiatan Dilihat dari tujuh bidang
prioritas pembangunan Iptek sebagaimana
diamanatkan pada RPJMN 2009-2014, maka kajian ini termasuk dalam bidang yang kelima yaitu Teknologi Pertahanan dan Keamanan. Hal ini didasarkan bahwa penguasaan dalam pengembangan teknologi roket berkaitan erat dengan teknologi pertahanan dan keamanan. Maka kajian pengembangan teknologi roket, kegiatannya memfokuskan kegiatan pada pengumpulan data/ informasi yang berkaitan dengan kemampuan teknologi roket nasional saat ini, meliputi kemampuan LAPAN sampai saat ini, dan kemampuan industri nasional untuk mendukung pengembangan teknologi roket. Kemudian menghimpun data/ informasi pengembangan teknologi roket
negara anggota MTCR dan non
anggota MTCR, serta merumuskan hambatan dalam pengembangan teknologi roket oleh MTCR. Kemudian melakukan identifikasi lingkungan strategis baik internal maupun eksternal yang berpengaruh, serta melakukan analisis dan rumusan strategi-strategi nasional dalam pengembangan teknologi roket. c.
Bentuk Kegiatan Bentuk kegiatan adalah pengembangan iptek, hal itu dapat dilihat dalam kajian strategi pengembangan teknologi roket, membutuhkan kemampuan pengembangan teknologi roket LAPAN saat ini, kemudian kemampuan industriindustri nasional yang dapat
diarahkan dalam mengembangkan bahan baku
roket dan komponen roket.
5
4.
Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
No
TAHAPAN KEGIATAN
DESKRIPSI SINGKAT TAHAPAN KEGIATAN
1.
Tahap Persiapan : Koordinasi, Perbaikan Proposal dan menyerahkan Form A.
Melakukan Koordinasi Intern Instansi dan koordinasi dengan Ristek, kemudian melakukan perbaikan proposal , serta pengisian form A. Merumuskan data / informasi tentang MTCR dan penerapannya, kaitannya dengan pengembangan teknologi roket . Kemudian mengkaji pengembangan teknologi roket negara-negara maju dan permasalahannya. Merumuskan kebijakan dan program peroketan nasional, kemudian merumuskan kemampuan nasional dalam mendukung peroketan nasional. Menyempurnakan Rumusan dan mengintegrasikan kegiatankegiatan. Melalukan identifikasi lingkungan strategis Intern al dan eksternal Lingkungan Strategis Internal dan lingkungan strategis eksternal dalam pengembangan teknologi roket nasional Strategi Pengembangan Teoknologi Roket Nasional. Laporan Akhir Thn 2012
2
3
Tahap Penelitian Pengumpulan dan pengolahan data sekunder
Tahap Penelitian Pengumpulan dan pengolahan data primer.
4
Melakukan rapat Koordinasi Intern
5
Melakukan Analisis
6
Menyusun Laporan tahap I, dan evaluasi tahap I
7 8
Pengolahan dan Analisis (lanjutan), serta Evaluasi II Penyusunan Laporan akhir, dan Pencetakan Laporan Akhir.
6
ALOKASI WAKTU (MINGGU) 4 minggu
4 minggu
8 minggu
2 minggu
4 minggu
4 minggu
4 minggu 2 minggu
BAB. II PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN
1.
Pengolahan Administrasi Manajerial.
-
Draft Proposal Penelitian Kajian Strategi Pengembangan Teknologi Roket Nasional Dalam Kaitannya dengan Alih Teknologi dari MTCR, dibahas bersama dengan anggota Tim peneliti, di dalam rapat koordinasi intern.
-
Menyusun sistematika penelitian/kajian oleh tim peneliti dalam rapat koordinasi intern.
-
Membahas kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh tim peneliti, dan membagi tugas per orangan, tentang perkembangan teknologi negara-negara lain dan penyerapan MTCR. Kemudian ada tugas bersama.
-
Tim peneliti melalukan koordinasi unit kerja LAPAN yang berkaitan dengan pengembangan teknologi roket dan melakukan koordinasi di daerah dengan industriindustri nasional, yang berkaitan dengan pengembangan teknologi roket.
-
Peneliti Utama menerima tugas-tugas anggota peneliti, dan menyusun dan menyatukan dan melakukan rumusan.
-
Tim Peneliti melakukan rapat koordinasi intern membahas draft dari gabungan tugas tugan masing-masing yang telah dirumuskan
dan
tugas yang telah dilakukan
secara bersama. -
Melakukan rapat koordinasi ditingkat Pusat-Pusat di LAPAN, yang berkaitan dengan teknologi roket.
-
Tim peneliti melakukan analisis dan perumusan strategi Pengembangan teknologi roket nasional.
-
Tim Peneliti melakukan penyusunan laporan kajian akhir.
-
Hasil kajian akhir diserahkan ke Pimpinan LAPAN untuk dapat digunakan sebagai bahan dalam merumuskan kebijakan pengembangan teknologi roket nasional dalam pertemuan dengan instansi-instansi nasional yang terkait dengan pengembangan dan pemanfaatan teknologi roket.
7
a.
Perencanaan Anggaran
-
Gaji Upah ( OJ Peneliti, OB P. Administrasi, OJ Nara Sumber) Rp. 164.800.000,-
-
Belanja barang habis pakai
-
Perjalanan Dinas ............................................................
b.
-
................................ ............ Rp.
7.235.000,-
Rp. 77.965.000,-
Pengelolaan Anggaran
Program Anggaran sesuai dengan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan, disusun jadwal penggunaan dana dan diserahkan kepada pemegang anggaran.
-
Allokasi anggaran meliputi Gajih dan Upah (termasuk didalamnya honor OJ Peneliti, OB Pelaksana administrasi, dan OJ Nara Sumber), kemudian untuk belanja barang habis pakai, serta Perjalanan Dinas untuk koordinasi ke daerah, yaitu
-
industri-industri nasional terkait dengan pengembangan teknologi roket.
-
Pencairan anggaran untuk OJ peneliti, pelaksana admisistrasi dan nara sumber, dengan membuat daftar nama sesuai dengan format yang ada.
-
Pencairan dana
untuk perjalanan dinas untuk koordinasi
ke daerah dengan
industri-industri nasional, dengan membuat surat perjalanan dinas ke daerah yang di tuju dan rincian biayanya, sesuai dengan format yang ada. -
Pencairan dana untuk bahan habis pakai, dengan menyusun daftar barang yang akan diadakan dengan rincian biaya dengan harga standard nasional.
c.
Rancangan Pengelolaan Aset. Aset Tidak Berwujut, yaitu berbentuk dokumen, akan diserahkan dan di angkat
dalam forum yang lebih tinggi atau diserahkan ke pimpinan LAPAN, untuk digunakan bahan
dalam
pertemuan
nasional
dengan
instansi-instansi
terkait
dengan
pengembangan dan pemanfaatan teknologi roket untuk perumusan strategi dan kebijakan nasional dalam pengembangan teknologi roket nasional.
8
2
Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja a.
Kerangka Metode-Proses Dalam rangka pencapaian target pelaksanaan kegiatan yaitu diketahuinya lebih
mendalam tentang MTCR dan perkembangannya, serta teridentifikasinya beberapa kemampuan nasional yang dapat mendukung pengembangan teknologi roket di Indonesia. Kerangka metode yang digunakan adalah dengan melakukan studi
secara
kontiniu dan mendalam serta sistim jeput bola dalam menghimpun informasi kemampuan nasional terkait. Agar informasi yang diperoleh lebih komprehensif, sebelum kunjungan dilakukan komunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Secara tulisan, yaitu mengirim surat dengan melampirkan pertanyaan terkait dengan informasi yang diinginkan, diminta kesediaan untuk berdiskusi, dan mengunjungi fasilitas yang ada. b.
Indikator Keberhasilan Adanya
1
(satu)
naskah
penelitian
yang
memuat
rumusan
strategi
pengembangan peroketan nasional dalam menghadapi atau menyikapi hambatan alih teknologi peroketan dari MTCR.
c.
Perkembangan Pencapaian Target Sampai saat ini target yang dicapai adalah terkumpulnya data mengenai, (i)
MTCR dan penyerapannya, (ii) rencana pengembangan peroketan nasional utamanya LAPAN, dan kemampuan PT. DAHANA terkait upaya Indonesia dalam pengembangan bahan baku, propelan, (iv) perkembangan peroketan beberapa
egara anggota MTCR
( Brazil, Ukraina, Korea Selatan) dan non-anggota MTCR(China, India, Iran), (v) dan Kondisi pengembangan roket di Indonesia, khususnya di LAPAN. Rincian perkembangan kegiatan secara substansi sebagaimana dimuat dalam naskah kajian terlampir dalam Lampiran 1.
3
Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program a.
Kerangka Sinergi Koordinasi Untuk mencapai target tersebut di atas, Tim akan melakukan koordinasi dengan
berbagai instansi yang terkait dengan program peroketan baik lembaga litbang, perguruan tinggi, maupun industri, seperti dengan :
9
-
Pusat
Teknologi
Roket
LAPAN
di
Tarogong-Bogor,
berkaitan
dengan
kebijakan/program, dan kemampuannya dalam pengembangan teknologi roket. -
PT DAHANA di Tasikmalaya berkaitan dengan kemampuan penyediaan atau produksi bahan baku propelan.
-
PT PINDAD di Malang berkaitan dengan kemampuan dalam peroketan militer.
-
PT LEN di Bandung berkaitan dengan kemampuan dalam mendukung peroketan seperti instrumen elektronika, navigasi dan pemandu arah, dan sistem kendali.
-
Industri Jasa Importir di Batam berkaitan dengan mekanisme produk-produk dari negara asing yang masuk melalui Batam, atau industri kimia yang mempunyai potensi untuk dapat memenuhi kebutuhan terkait propelan.
Sedangkan strategi yang dilakukan dengan: (i) mengunjungi instansi tersebut di atas untuk berdiskusi atau memperoleh data dari nara sumber yang relevan, dan (ii) mengundang nara sumber untuk menghadiri rapat atau pertemuan koordinasi di Jakarta dan memberikan presentasi sesuai dengan data atau informasi yang kita perlukan.
b.
Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi dengan init-unit di LAPAN yang berkaitan dengan peroketan dan
koorniasai dengan instansi industri di daearah, berjalan dengan baik saling melakukan presentasi dan melakukan diskusi. c.
Perkembangan Sinergi Koordinasi Sampai saat ini Tim telah melakukan koordinasi PT. DAHANA di Tasikmalaya
dan dengan Pusat Teknologi Roket LAPAN. Dalam koordinasi dengan PT DAHANA di Tasikmalaya telah berlangsung tukar menukar informasi yang berkaitan dengan peroketan. Dari Tim Kajian PKPP telah menginformasikan mengenai program peroketan LAPAN baik jangka pendek maupun jangka panjang, dan kendala yang dihadapi utamanya terkait pengadaan bahan baku propelan, karena adanya hambatan dari aturan Missile Technology Control Regime (MTCR). Sedangkan dari PT DAHANA diperoleh informasi, antara lain bahwa: -
PT DAHANA telah ditunjuk sebagai leading sector di bidang Energetic Material, termasuk didalamnya Propelan, di mana lokasi saat ini selain berada di Tasikamalaya juga berada di Subang
10
-
PT DAHANA memproduksi antara lain bulk emulsion dan shaped charges, di mana telah digunakan untuk keperluan komersial pertambangan dan konstruksi.
-
Terkait peroketan, PT DAHANA telah terlibat dalam beberapa kajian terkait peroketan terutama untuk kepentingan pertahanan.
-
Saat ini Indonesia belum mempunyai kemampuan dalam penguasaan teknologi propelan.
-
Dari pengalamannya terlibat dalam beberapa kajian tersebut dirasakan ada kelemahan yaitu bahwa Indonesia belum bisa merumuskan kebutuhan secara rinci terkait propelan. Penguasaan teknologi propelan saat ini baru pada skala laboratorium, belum pada tahap skala produksi.
-
PT DAHANA yang berada di Subang diharapkan akan mempunyai pabrik NAC/SAC [nitrit acid concentrate/sulfuric acid concentrate], di mana hal ini kemampuan
minimal
yang
akan
mengarah
pada
kemampuan
untuk
memproduksi propelan.
Koordinasi dengan Pusat Teknologi Roket berlangsung di Tarogong, Bogor berkaitan dengan (i) konfirmasi kebijakan peroketan LAPAN yaitu status road map peroketan LAPAN yang saat ini sedang dalam pemutakhiran, (ii) menghimpun kemampuan fasilitas yang dimiliki saat ini terkait peroketan, dan (iii) kendala yang dihadapi dalam pengembangan peroketan. 4
Pemanfaatan Hasil Litbangyasa a.
Kerangka Pemanfaatan Hasil Mendukung proses industri
b.
Strategi Pemanfaatan Hasil Disampaikan kepada pengampil keputusan di LAPAN
c.
Indikator Keberhasilan Pemanfaatan
Hasil kajian digunakan bahan dalam perumusan National Space Policy khususnya dalam kebijakan pengembangan peroketan.
Meningkatnya
kejelasan/ketepatan
pengembangan peroketan nasional d.
Perkembangan Pemanfaatan Hasil Belum ada
11
dalam
perumusan
strategi
5
Potensi Pengembangan Ke Depan a.
Kerangka Pengembangan Ke Depan Data dan informasi yang telah terhimpun, disempurnakan kembali. Selanujtnya
berdasarkan data dan/informasi tersebut di dirumuskan atau di edentifikasi lingkungan strategis yang berpengaruh dalam pengembangan teknologi, yang memuat
rumusan
kekuatan, kelemahan, kesempatan, serta rumusan ancaman dalam pengembangan teknologi roket. Kemudian dilakukan analisis, dengan menghasilkan keluaran strategistrategi pengembangan teknologi roket.
b.
Strategi Pengembangan Ke Depan Melakukan Koordinasi di unit-unit LAPAN yang terkait, dan di daerah dengan
berkunjung ke industri-industri. Kemudian pembahasan-pembahasan yang di lakukan oleh Tim Peneliti.
12
BAB III RENCANA TINDAK LANJUT
a.
Rencana Tindak Lanjut Pelaksanaan Pencapaian Target Kinerja Melakukan
koordinasi dengan penyempurnaan data/informasi, serta melakukan
pertemuan dengan nara sumber, lebih lanjut melakukan analisis, kemudian koordinasi di tingkat LAPAN. b.
Rencana Tindak Lanjut Koordinasi Kelembagaan – Program -
Melakukan koordinasi dengan PT.PINDAD, berkaitan dengan bahan baku bakar (propelan) roket dan komponen roket, terkait koordinasi informasi kegiatan dan program, sinkronisasi kemungkinan pemanfaatan hasil litbang Lapan di bidang roket untuk pertahanan dalam wadah konsorsium
-
Berikutnya akan dilakukan koordinasi dengan PT LEN, berkaitan dengan koordinasi informasi dan data
peran PT LEN sebagai industri nasional dalam program
peroketan nasional dan kemampuan industri saat ini. -
Koordinasi dengan industri jasa importir bahan kimia berkaitan dengan bahan baku peroketan.
c.
Rencana Tindak Lanjut Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Informasi dari industri, lembaga litbang tersebut
akan menjadi dasar rekomendasi
dalam mengatasi hambatan dari MTCR dalam penguasaan teknologi peroketan. Hasil Penelitian diserahkan ke Pimpinan LAPAN
d.
Rencana Tindak Lanjut Pengembangan ke Depan Diharapkan di bahas di forum nasional dengan instansi terkait di bidang teknologi roket,
dalam menentukan kebijakan pengembangan roket nasional.
13
BAB IV PENUTUP
Hasil-hasil yang telah dicapai sampai saat ini, masih disempurnakan, serta akan merumuskan dan menganalisis, dengan akan pengembangan teknologi roket.
14
menghasilkan keluaran strategi nasional
15