PENGEMBANGAN KREATIVITAS DALAM TEKNOLOGI PEMBELAJARAN Khadijah Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Padang
Abstract: The development of science and technology have very big and influences to teachers and students creativity in the process of learning. Creativity is the ability to develop a new object or a new idea, to generate solutions and can improve many aspects of learning, therefore the teacher should improve their creativity in other ways to have the new way of teaching and learning process and the teacher should promote students creativity by applying the concept of technology as the agent of development, implementation, and evaluation of learning activities dynamic, innovatives according to the needs of learners and society. Key words: teacher, creativity, learning technology Abstrak: Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat berpengaruh kepada pengembangan kreativitas guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Kreativitas adalah kemampuan seseorang dalam mengembangkan ide-ide yang baru, untuk menemukan sebuah solusi dan untuk dapat meningkatkan aspekaspek yang mencakup dalam proses pembelajaran, oleh karena itu guru perlu mengembangkan kreativitasnya sebagai upaya pembaharuan dalam proses pembelajaran, dan juga dapat membangkitkan kreativitas peserta didik dengan menerapkan konsep teknologi pembelajaran sebagai agen pengembangan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan pembelajaran yang dinamis, inovatif sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Kata kunci: guru, kreativitas, teknologi pembelajaran
A. Pendahuluan Pendidikan bertanggung jawab untuk memandu dan memupuk kreativitas peserta didik. Yang memegang kunci dalam pembangkitan dan pengembangan daya kreativitas peserta didik adalah guru. Seorang guru yang ingin membangkitkan kreativitas pada anak-anak didiknya, terlebih dahulu harus berupaya supaya diri sendiri kreatif. Pada umumnya guru yang kreatif itu pernah dididik oleh orang-orang yang kreatif dalam lingkungan pendidikannya. Kreativitas harus mengubah konsep lama, yang mengatakan bahwa pendidikan itu suatu sistem, dimana faktor-faktor yang telah terdahulu terkumpul, dipelihara dan disistimatisasikan. Untuk itu, seorang guru perlu mengembangkan kreativitas sebagai upaya pembaharuan proses pembelajaran di sekolah, maka seorang guru dipersyaratkan mempunyai pandangan atau pendapat yang positif terhadap bagaimana menciptakan situasi dan kondisi belajar yang diharapkan, karena secara operasionalnya gurulah yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran di sekolah. Tugas guru sangatlah kompleks, sehingga guru dituntut untuk menguasai
sejumlah ilmu pengetahuan serta keterampilan yang diperlukan dalam pembelajaran. Guru harus memiliki kemampuan profesional dalam tugasnya dengan menerapkan konsep teknologi pembelajaran untuk memecahkan masalahmasalah pendidikan/pembelajaran. Pada teknologi pembelajaran, pemecahan masalah berupa komponen sistem instruksional yang telah disusun dalam fungsi desain dan seleksi, dan dalam pemanfaatan dikombinasikan sehingga menjadi sistem instruksional yang lengkap. Komponen-komponen tersebut meliputi: pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan latar atau lingkungan. Namun dari sejumlah komponen tersebut, yang akan menjadi objek yang dikaji dalam tulisan ini adalah kreativitas guru terhadap teknologi pembelajaran dan pemanfaatan media atau alat bantu dalam proses pembelajaran, serta kreativitas guru tersebut dapat digunakan secara mandiri oleh peserta didik, dimana peserta didik dapat mengembangkan kreati-fitasnya serta imajinasi dan daya nalarnya dalam memahami materi yang diajarkan. Peserta didik akan memiliki kelancaran, keluwesan, orisinalitas dan keunikan dalam
453
Khadijah: Pengembangan Kreativitas dalam Teknologi Pembelajaran | 454
berpikir Sehubungan de-ngan hal tersebut, maka penting kiranya untuk mengembangkan kraetivitas guru dalam tekno-logi pembelajaran. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam tulisan ini adalah “Bagaimanakah meningkatkan kreativitas guru dan peserta didik dalam teknologi pem-belajaran”? Tulisan ini bertujuan untuk me-ngetahui dan mengembangkan upaya kreativitas guru dalam proses pembelajaran. . B. Pembahasan 1. Pengertian Kreativitas Guru Suatu kemampuan utama yang memegang peranan penting dalam kehidupan dan perkembangan manusia adalah kreativitas. Kemampuan ini banyak dilandasi oleh kemampuan intelektual, seperti intelegensi, bakat dan kecakapan hasil belajar, tetapi juga didukung oleh faktor-faktor afektif dan psikomotor. Kreativitas merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menemukan dan menciptakan sesuatu hal baru, cara-cara baru, model baru yang berguna bagi dirinya dan bagi masyarakat. Hal baru itu tidak perlu selalu sesuatu yang sama sekali tidak pernah ada sebelumnya, unsur-unsurnya mungkin telah ada sebelumnya, tetapi individu menemukan kombinasi baru, hubungan baru, konstruk baru yang berbeda dengan keadaan sebelumnya. Jadi hal baru itu adalah sesuatu sifatnya inovatif. Kreativitas adalah kesanggupan untuk menemukan sesuatu yang baru dengan jalan mempergunakan daya khayal, fantasi dan imajinasi. Munandar (1999: 20-23), memberikan rumusan tentang kreativitas adalah kemampuan: a. Untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur yang ada b. Berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kualitas, katepatgunaan dan keragaman jawaban c. Yang mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orsinilitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan. Kreativitas atau perbuatan kreatif banyak berhubungan dengan intelegensi. Seorang yang
tingkat intelegensinya rendah, maka kreativitasnya juga relatif kurang. Kreativitas juga berkenaan dengan kepribadian. Seorang yang kreatif adalah orang yang memiliki ciri-ciri keperibadian tertentu seperti: mandiri, bertanggung jawab, bekerja keras, motivasi tinggi, optimis, punya rasa ingin tahu yang besar, percaya diri, terbuka, memiliki toleransi, kaya akan pemikiran dan lain-lain. Sukmadinata (2003:104) mengemukakan ada empat tahap perbuatan atau kegiatan kreatif: a. Tahap persiapan atau preparation, merupakan tahap awal berisi kegiatan pengenalan masalah, pegumpulan data-informasi yang relevan, melihat hubungan antara hipotesis dengan kaidah-kaidah yang ada. Tetapi belum sampai menemukan sesuatu, baru menjajagi kemungkinan-kemungkinan. b. Tahap pematangan atau icubation, merupakan tahap menjelaskan, membatasi, membandingkan masalah. Dengan proses inkubasi atau pematangan ini diharapkan ada pemisahan mana hal-hal yang benar-benar penting dan mana yang tidak, mana yang relevan dan mana yang tidak. c. Tahap pemahaman atau illumination, merupakan tahap mencari dan menemukan kunci pemecahan, menghimpun informasi dari luar untuk dianalisis dan disintesiskan, kemudian merumuskan beberapa keputusan. d. Tahap pengetesan atau verification, merupakan tahap mentes dan membuktikan hipotesis, apakah keputusan yang diambil itu tepat atau tidak. Kreativitas tidak selalu dimiliki oleh guru berkemampuan akademik dan kecerdasan yang tinggi. Hal ini dikarenakan kreativitas tidak hanya membutuhkan keterampilan dan kemampuan, kreativitas juga membutuhkan kemauan atau motivasi. Keterampilan, bakat, dan kemampuan tidak langsung mengarahkan seseorang guru melakukan proses kreatif tanpa adanya faktor dorongan atau motivasi. 2. Guru Sebagai Pendorong Kreativitas Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran, dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreativitas tersebut. Kreativitas merupa-
455 | Jurnal Tarbiyah al-Awlad, Volume IV Edisi 2 hlm. 453-460
kan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan ciri aspek dunia kehidupan disekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu. Sebagai orang yang kreatif, guru menyadari bahwa kreativitas merupakan yang universal dan oleh karenanya semua kegiatannya ditopang, dibimbing dan dibangkitkan oleh kesadaran itu. Ia sendiri adalah seorang kreator dan motivator, yang berada dipusat proses pendidikan. Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilainya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya dan apa yang dikerjakan dimasa mendatang lebih baik dari sekarang. Kreativitas dan inovasi guru dapat diarahkan pada dua komponen pembelajaran di kelas, yaitu produk kreativitas dan hasil inovasi yang mendukung manajemen kelas serta hasil kreativitas dan hasil inovasi dalam bentuk media pembelajaran. a. Kreativitas dalam Manajemen Kelas Manajemen kelas adalah aktivitas guru dalam mengelola dinamika kelas, mengorganisasikan sumber daya yang ada serta menyusun perencanaan aktivitas yang dilakukan di kelas untuk diarahkan dalam proses pembelajaran yang baik. Dalam hal manajemen kelas, kreativitas guru dalam manajemen kelas diarahkan untuk: 1) Membantu peserta didik di kelas dapat belajar secara kolaboratif dan kooperatif, 2) Menciptakan lingkungan akademik yang kondusif dalam proses belajar. b. Kreativitas dalam Pemanfaatan Media Belajar Media belajar adalah alat atau benda yang dapat mendukung proses pembelajaran di kelas. Fungsi Media Belajar adalah sebagai berikut : 1) membantu peserta didik dalam memahami konsep abstrak yang diajarkan
2) meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar 3) Mengurangi terjadinya misunderstanding 4) Memotivasi guru untuk mengembangkan pengetahuan. Dalam hal media belajar, kreativitas guru dalam media belajar diarahkan untuk: (a) mereduksi hal-hal yang terlalu abstrak dalam materi belajar, (b) membantu peserta didik meng-integrasikan materi belajar ke dalam situasi yang nyata. Memahami uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa kreativitas peserta didik dalam belajar sangat bergantung pada kreativitas guru dalam mengembangkan materi standar, dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Guru dapat menggunakan berbagai pendekatan dalam meningkatkan kreativitas peserta didik. 3. Mengembangkan Kreativitas (Creativity Quotient) dalam Teknologi Pembelajaran Rusman (2010:5) mengemukakan bahwa proses pembelajaran pada hakikatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang kompleks karena kegiatan pembelajaran menyangkut proses penciptaan lingkungan, baik yang dilakukan guru maupun peserta didik agar terjadi proses belajar. Penciptaan lingkungan dalam belajar meliputi penataan nilai-nilai dan kepercayaan yang akan diupaya-kan tercapai. Upaya guru dalam menciptakan lingkungan agar terjadi proses belajar. Hal ini sejalan dengan pandangan bahwa pengajaran adalah penciptaan lingkungan agar mempe-ngaruhi peserta didik untuk aktif belajar, jadi pene-kanan di sini adalah aktivitas peserta didik untuk bela-jar. Sebagai bagian dari teknologi pendidikan, maka teknologi pembelajaran juga mempunyai pandangan bahwa pendidikan dan pembelajaran itu merupakan suatu sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang harus diatur agar mempunyai fungsi yang optimal dalam mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran. Teknologi pembelajaran dapat membawa guru atau pendidik dan para tenaga pendidikan lainnya dalam melaksanakan tugasnya dengan cara-cara
Khadijah: Pengembangan Kreativitas dalam Teknologi Pembelajaran | 456
atau teknik yang efektif dan efisien dengan memanfaatkan media atau alat bantu mengajar dengan secara cepat dan efisien. Teknologi pembelajaran bisa berperan banyak untuk belajar. Jika proses yang ada di dalam teknologi pembelajaran berpusat pada guru, maka teknologi adalah media yang digunakan untuk mendukung penyajian pengajaran. Teknologi pembelajaran dirancang secara khusus yang dapat memberikan kontribusi bagi pengajaran yang efektif bagi seluruh peserta didik dan da-pat membantu mereka untuk meraih potensi ter-tinggi mereka. Dalam teknologi pembelajaran, pemecahan masalah itu berupa, komponen sitem pembelajaran yang telah disusun dalam fungsi disain, dan dalam pemanfaatan, serta dikombinasikan sehingga menjadi sistem pemelajaran yang meliputi riset teori, produksi, evaluasi, pemanfaatan, dan peneyebarluasan pemanfaatan. Teknologi sangat berperan dalam pembelajaran, sebagaimana dikemukakan oleh Smaldino, Lowther dan Russell (2008: 14) bahwa “Teknologi dan media bisa berperan banyak untuk belajar. Jika pengajarannya berpusat pada guru, teknologi dan media digunakan untuk mendukung penyajian pengajaran. Di sisi lain, apabila pengajarannya berpusat pada peserta didik, para peserta didik merupakan pengguna utama teknologi dan media. a. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan komunikasi sebagai Wahana Pendukung Kreativitas Aplikasi teknologi informasi dan komunikasi yang merupakan pengembangan teknologi diantaranya adalah media komputer. Komputer merupakan aplikasi dari teknologi berbasis informasi dan komunikasi yang dimanfaatkan sebagai perangkat utama untuk mengolah data menjadi informasi yang bermanfaat dengan memproses, menyajikan dan mengelola informasi. Secara umum ada tiga peranan teknologi informasi dan komunikasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Munir (2011:33), yaitu: 1) Menggantikan peran manusia dengan melakukan kegiatan otomasi suatu tugas atau proses tertentu. 2) Memperkuat peran manusia yaitu menyajikan informasi, tugas atau proses.
3) Melakukan restrukturisasi atau melakukan perubahan-perubahan terhadap suatu tugas atau proses. Teknologi merupakan solusi tepat bagi penyelesaian masalah dalam bidang pendidikan. Pemanfaatan teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi akan mengatasi ketertinggalan perkembangan dari Negara maju. Teknologi informasi dan komunikasi bagi dunia pendidikan memberikan kontribusi untuk mempercepat pemerataan kesempatan belajar dan meningkatkan mutu pendidikan, dengan cara menyediakan informasi selengkap-lengkapnya. Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, email, dan sebagainya. Interaksi antara guru dan peserta didik tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan peserta didik. Demikian pula peserta didik dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin poluper saat ini ialah elearning yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet. Menurut Natakusumah (2002;28), elearning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan tiga kriteria yaitu: 1) e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi 2) Pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar 3) Memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional.
457 | Jurnal Tarbiyah al-Awlad, Volume IV Edisi 2 hlm. 453-460
E- learning dan komputer dewasa ini telah dilengkapi dengan kemampuan yang tak tertandingi oleh peralatan lain, baik dari segi kecepatan maupun keluwesan penggunaannya. Dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pendidikan, tidak salah jika e - learning dan komputer menjadi pilihan tepat sebagai media pembelajaran. Hal ini dikarenakan e-learning dan komputer memiliki beberapa karakteristik, antara lain : 1) Komputer dapat digunakan dimana saja dan kapan saja 2) Dapat dipakai dalam proses belajar mengajar baik secara klasikal maupun individual 3) Mudah dan murah pembuatannya dan guru, peserta didik dapat mengirim atau menerima informasi 4) Komputer dapat memvisualisasikan fenomena alam seperti proses aslinya 5) Komputer mampu melakukan simulasi, perhitungan data untuk digunakan kapan saja. Secara spesifik, penggunaan komputer sebagai media bantu pendukung pembelajaran yang kreatif, memiliki beberapa tujuan antara lain : 1) Peserta didik lebih mudah memahami konsep-konsep yang diajarkan. Kemampuan peserta didik dalam hal aplikasi, analisis dan sintesis dapat terus dibina. 2) Peserta didik lebih berminat dan giat mempelajari mata pelajaran 3) Mengurangi terjadinya salah konsep dan verbalisasi, misalnya menghafal 4) Memotivasi guru untuk mengembangkan pengetahuan dan profesinya 5) Guru dan peserta didik dapat men-download materi yang diperlukan Prawiradiliga & Siregar (2004:172) menyatakan bahwa melalui teknologi komputer/ internet pembelajaran akan mampu menciptakan lingkungan belajar yang bersifat adaptif baik terhadap tingkat pemahaman awal maupun preferensi belajar setiap pembelajar. Melalui proses pembelajaran dengan bantuan komputer/ internet ini proses belajar memang menjadi lebih efisien dan menciptakan sebuah lingkungan belajar yang lebih produktif.
Kelebihan menggunakan teknologi seperti e-learning & komputer dalam proses belajar selain dapat mempermudah, menyenagkan dan juga peserta didik dapat mengembangkan kreativitas-nya karna peserta didik berinteraksi dengan warna-warna, gambar-gambar, suara, video, yang mampu membangkitkan emosi positif yang kreatif dalam proses belajar. Satu bentuk produk TIK adalah internet yang berkembang pesat di penghujung abad 20 dan di ambang abad 21. Kehadirannya telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan dimensi. Internet merupakan salah satu instrumen dalam era globalisasi yang telah menjadikan dunia ini menjadi transparan dan terhubungkan dengan sangat mudah dan cepat tanpa mengenal batas-batas kewilayahan atau kebangsaan. Melalui internet setiap orang dapat mengakses ke dunia global untuk memperoleh informasi dalam berbagai bidang dan pada gilirannya akan memberikan pengaruh dalam keseluruhan perilakunya. Dalam kurun waktu yang amat cepat beberapa dasawarsa terakhir telah terjadi revolusi internet di berbagai negara serta penggunaannya dalam berbagai bidang kehidupan. Keberadaan internet pada masa kini sudah merupakan satu kebutuhan pokok manusia modern dalam menghadapi berbagai tantangan perkembangan global. Kondisi ini sudah tentu akan memberikan dampak terhadap corak dan pola-pola kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Dalam kaitan ini, setiap orang atau bangsa yang ingin lestari dalam menghadapi tantangan global, perlu meningkatkan kualitas dirinya untuk beradaptasi dengan tuntutan yang berkembang. TIK telah mengubah wajah pembelajaran yang berbeda dengan proses pembelajaran tradisional yang ditandai dengan interaksi tatap muka antara guru dengan peserta didik baik di kelas maupun di luar kelas. b. Pengembangan Kreativitas Peserta didik Melalui Pembelajaran Sains Pengajaran dan pembelajaran sains menekankan pada upaya membangun pemahaman terhadap fenomena alam. Di dalam proses tersebut sebenarnya terkandung unsur berpikir
Khadijah: Pengembangan Kreativitas dalam Teknologi Pembelajaran | 458
kreatif dan keterampilan berpikir untuk pemecahan masalah yang dihadapi. Dalam hal ini, pembelajaran tidak hanya sebatas pemahaman materi semata, tetapi juga terkait dengan aspek penalaran, pemecahan masalah, komunikasi, dan metakognisi. Pembelajaran sains menekankan pada pencapaian pemahaman dan keterampilan ilmiah melalui proses yang dikenal sebagai science process skills (keterampilan proses sains). Ostlund (1992) menyatakan bahwa „science process skills are “the most powerful tools we have for producing and arranging information about our world”. Keterampilan proses sains dipandang penting karena menempatkan peserta didik seperti seorang ilmuwan. Charlesworth & Lind (1995) mengembangkan hirarki keterampilan proses sains dan membaginya ke dalam tiga tingkatan: dasar (basic), menengah (inter-mediate) dan mahir (advanced), sebagaimana terlihat pada tabel 1 berikut. Tabel 1. Hirarki Tingkatan Keterampilan Proses Sains (Charlesworth & Lind, 1995) Dasar
Tingkat Keterampilan Menengah
Mengobservasi Membandingkan Mengelompokkan Mengukur Mengkomunikasikan
Menginferensi Mempredikasi
Mahir Membuat hipotesis Mendefinisikan Mengendalikan variabel
Hirarki tersebut dapat digunakan oleh guru sekolah dasar dalam hal pengembangan variasi pembelajaran (typical and differentiated lessons) serta pentahapan keterampilan proses sains sesuai dengan perkembangan peserta didik. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa penting bagi peserta didik untuk menguasai terlebih dulu keterampilan proses sains tingkat dasar karena akan menjadi bekal untuk penguasaan keterampilan di tingkat menengah dan mahir. Sebagai contoh, peserta didik perlu menguasai keterampilan mengobservasi agar dapat memiliki keterampilan menginferensi yang didasarkan pada pengamatan. Selain mengidentifikasi hirarki keterampilan proses sains, Charlesworh & Lind (1995) juga menganalisis hubungan antara keterampilan proses sains dengan berpikir kreatif. Hu-
bungan dengan berpikir kreatif dikembangkan dari kriteria keterbukaan terhadap pengalaman, fleksibilitas, ketidakpuasan terhadap penjelasan tertentu dan elaborasi. Tabel 2 menyajikan hubungan di antara keduanya. Tabel 2 Hubungan antara Keterampilan Proses Sains dengan Berpikir Kreatif Keterampilan
Keterampilan Berpikir Kreatif Proses Sains Dasar Mengobservasi Terbuka terhadap pengala(Basic) man: menjadi peka dan jeli. Membandingkan Fleksibilitas: membandingkan dari berbagai sudut pandang. Mengelompokkan Fleksibilitas dan Elaborasi: mempertimbangkan berbagai cara untuk mengelompokkan sesuatu serta memberikan detil karakteristik dari kriteria kelompok Mengukur (Biasanya keterampilan ini tidak terlalu memerlukan proses berpikir kreatif). Mengomunikasikan Elaborasi: memberikan penjelasan dengan jelas dan lengkap. Menengah Menginferensi Fleksibilitas: memikirkan (Intermediate) berbagai pemaknaan sebelum memilih inferensi tertentu Memprediksi Fleksibilitas dan Konvergensi: mempertimbangkan berbagai kemungkinan sebelum memilih yang paling memungkinkan. Mahir Membuat Konvergensi: membuat (Advanced) Hipotesis hipotesis berdasarkan kemungkinan terpilih, tidak mau cepat mengambil kesimpulan jawaban. Mendefinisikan dan Elaborasi: merencanakan cara Mengendalikan Variabel mengendalikan variabel secara seksama.
c. Pemilihan Media Pembelajaran Media pembelajaran adalah semua aktivitas yang ada hubungannya dengan materi pembelajaran, baik yang berupa alat yang dapat diragakan maupun teknik/metode yang secara efektif dapat digunakan oleh guru dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Media menurut Gagne (1970) dalam Miarso ( 2007: 457) adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan peserta didik yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar. Artinya media sebagai bentuk saluran untuk transmisi infomasi.
459 | Jurnal Tarbiyah al-Awlad, Volume IV Edisi 2 hlm. 453-460
Semua alat yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai pembelajaran kepada peserta didik, segala sesuatu atau benda atau dapat dipakai sebagai media pengajaran , seperti; 1) papan tulis, 2) buku pelajaran, 3) buletin board dan display, 4) film atau gambar hidup, 5) radio pendidikan, 6) televisi pendidikan, 7) komputer, 8) karyawisata, dan lain-lain. Pemilihan media pengajaran tersebut disesuaikan dengan tujuan pengajaran itu sendiri, bahan/materi yang akan disampaikan, ketersediaan alat yang tersedia, pribadi guru, minat dan kemampuan peserta didik, dan situasi pengajaran yang akan berlangsung. Miarso (2007:458) mengatakan kegunaan media dalam pembelajaran adalah: 1) Media mampu memberikan rangsangan yang bervariasi. 2) Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik. 3) Media dapat melampaui batas rauang kelas. 4) Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dan lingkungan. 5) Media membangkitkan keinginan dan minat baru. 6) Media membangkitkan motivasi dan merangsang untuk belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media bukan sekedar upaya untuk membantu guru dalam mengajar, tetapi lebih dari pada itu sebagai usaha yang ditujukan untuk memudahkan peserta didik dan untuk mengembangkan kreativitas peserta didik dalam mempelajari pengajaran. d. Mengoptimalisasikan Program-Program Akselerasi Akselerasi berarti percepatan. Penerapan program akselerasi di sekolah merupakan sebuah upaya untuk meningkatkan kreativitas peserta didik. Program akselerasi memiliki beberapa kekhasan yang ditandai dengan adanya saling pemahaman antara dua belah pihak, yaitu pihak guru dan peserta didik. Kesepakatan bersama harus sejalan dan saling disadari oleh guru dan peserta didik karena keduanya adalah bagian penting dalam sebuah sistem pendidikan. Program akselerasi merupakan upaya untuk
peningkatan kreativitas dengan mewadahi kemampuan peserta didik yang memiliki kemampuan yang lebih. Penerapan program akselerasi adalah salah satu contoh bahwa dunia pendidikan mulai berbenah dalam menghadapi tuntutan zaman dengan terus menerus berinovasi. C. Penutup Kreativitas memiliki dua komponen: pentingnya kreativitas dalam aktivitas sehari-hari dan keyakinan pentingnya kreativitas di sekolah. Hal ini jelas bahwa tanpa kreativitas manusia tidak dapat menikmati kesenangan dan makna hidup, dan tanpa kreativitas tidak memiliki seni, literatur, ilmu, inovasi, pemecahan masalah, serta kemajuan. Mengembangkan kretivitas di kelas merupakan faktor utama dan penting. Kreativitas dapat dilatih dan diajarkan kepada peserta didik. Guru yang melatih dan mengajarkan kreativitas kepada peserta didik, haruslah guru yang juga adalah seorang kreator. Guru yang mengerti kreativitas dapat memilih konten, rencana pelajaran, mengorganisasikan materi, dan tugas-tugas yang tepat dalam cara membantu peserta didik mengembangkan keterampilan dan sikap penting untuk kreativitas. Untuk melakukan ini dengan baik, guru membutuhkan dasar yang kuat dalam penelitian dan teori tentang kreativitas dan berbagai strategi untuk mengajar dan manajemen yang mengaitkan penelitian dan praktik proses kreativitas sejajar dengan belajar peserta didik yang menggunakan konten dalam cara kreatif, belajar konten dengan baik. Peserta didik juga belajar strategi untuk mengidentifikasi masalah, mengambil keputusan, dan menentukan solusi di dalam sekolah, dan di luar sekolah. Kelas yang diorganisasikan untuk mengembangkan kreativitas menjadi tempat belajar dan menakjubkan, yaitu, “senang ingin tahu.” Selanjutnya, didiskusikan apa, bagaimana, mengapa kreativitas diajarkan serta kaitan antara kreativitas dengan motivasi, dan organisasi kelas; dan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas. Oleh karena itu maka disarankan agar seorang guru perlu mengembangkan kreativitas sebagai upaya pembaharuan proses pembe-
Khadijah: Pengembangan Kreativitas dalam Teknologi Pembelajaran | 460
lajaran di sekolah, maka seorang guru dipersyaratkan mempunyai pandangan atau pendapat yang positif terhadap bagaimana menciptakan situasi dan kondisi belajar yang diharapkan guru juga memiliki kreativitas dalam menggunakan media-media pembelajaran yang ada dan menggunakan metode yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Keberadaan media pembelajaran yang ada perlu diperhatikan mulai dari pengadaan perlengkapan, perawatan dan pemanfaatan. Menambah perlengkapan media pembelajaran memang sangat penting, tetapi harus disertai koordinasi dan pengelolaan dengan baik karena akan menunjang keberhasilan belajar mengajar. Sebuah media pembelajaran yang dapat digunakan harus sesuai dengan kebutuhan dan harus langsung menunjang belajar peserta didik. Sebenarnya media pembelajaran tidak hanya menuntut kelengkapan tetapi dari segi pemanfaatannya juga harus diperhatikan.
Referensi Charlesworth, R., & Lind, K. K., Math and Science for Young Children (2nd ed.). Albany, NY: Delmar, 1995 Miarso, Yusufhadi, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta. Kencana Pernada Media Group, 2007 Munandar, Utami, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta. PT. Rineka Cipta, 1999 Munir, Pembelajaran Jarak Jauh berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung. Alfabeta, 2011 Natakusumah, E.K, Perkembangan Teknologi Informasi di Indonesia. Bandung: Pusat Penelitian Informatika-LIPI, 2002 Prawiradiliga & Siregar, Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta. Pernada Media, 2004
Rusman, Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesional Guru). Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada, 2010 Smaldino, Sharon. E., Deborah l. Lowther and James d. Russell, Instructional Technology & Media For Learning (Edisi kesembilan). Teknologi Pembelajaran dan Media untuk Belajar. Dialihbahasakan oleh Arif Rahman. Jakarta: Prenada Media Group, 2008 Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya, 2003 Surya, Muhammad, Potensi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran. Makalah dalam Seminar Pemanfaatan TIK dalam Pendidikan. Jakarta: Pustekom, 2006 Ostlund, K. L., Science Process Skills: Assessing Hands-on Student Performance. New York: Addison-Wesley, 1992