ORIENTASI TEKNOLOGI PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF PENINGKATAN KREATIVITAS GURU PADA PROSES PEMBELAJARAN.
Oleh:
AKHMAD ZAMHARI
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM · FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1425 H / 2004 M
ORIEN'l'1\SI 'J'EKNOLOGI PENDIDIKAN DALAl\1 PERSPEKTIF PENINGKATAN KREATIVITAS GURU PADA PROSES PEMBELAJARAN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegurnan untuk Mcmcnuhi Sprat-syarat Mcncapai Gclar Sarjana Pcndidikan Islam
oleh:
AKHMAD ZAMHARI NIM : 1971112984
Dibawah bimbingan :
Drs. H. Mahsusi, MM NIP. 150 233 073
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1425
HI 2004 M i .l
PENGESAHAN PANITIA UJIAl'J
Skripsi yang berjudul Orientasi Teknologi Pencliclikan dalam Perspektif Peningkatan Kreativitas Guru pada Proses Pembelajaran telah diujikan dalam sidang mvnaqasyah Fakultas
Ilmu Tarbiyah clan Keguruan UIN Sya1-if
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 08 Juni 2004, skripsi ini telah diterima sebagai syarat untuk memperolch gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pacla Jurusan Pencliclikan /\gama Islam.
Jakarta, 08 Jm1i 2004 Sidang Munaqasyah,
Kctua
Sekretaris Meranggap /\nggota
/\nggota, Penguji I
Penguji II
Drs. H. Mahsusi, MM NIP. 150 233 073
KATA PENGANTAR Bis1r,l/ahirrahma11irrahim, Segala puji bagi Allal1 S\'(IT, Tuhan Yang Mal1a Pengasih dan Maha Penyayang yang telah menganugeral1lrnn kasih sayang-Nya kepada seluruh makhluk-Nya. Shalawat serta salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, manusia utusan Tuhan yang telah memberikan tauladan kepada ummatnya serta membawanya ke jalan yang diridlai-Nya. Syukur alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah, yang telah memberikan taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis sangat menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kescmpurnaan, walaupun pcnulis telah berusaha semaksimal mungkin. Oleh karena itu, penulis mengharapkan nasehat dan saran dari berbagai pihalc Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Kcluarga besar Bapak I-I. Hamn Sholch (alm.) dan Ibunda Hj. Salmiah, selaku
kedua orang tua yang telah membesarkan dan mendiclik penulis dari kecil serta memberikan kebutuhan moril dan spirituil sampai penulis menduduki bangku perkulial1an di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Keluarga besar KH. Amin Sirodj, selaku guru dan juga orangtua (wali) penulis yang selalu memperhatikan sekaligus memberikan motivasi kepada penulis.
"'
3. Bapak Prof. Dr. Salman Harun, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN/UIN Syarif Tlidayatullah .Jakarta. 4. Bapak Dr. H. Mahsusi, MD, 11M, selaku PUDEK U Fakultas Tarbiyah IAIN/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga Dosen Pembimbing, yang telah banyak memberikan koreksi dan saran yang konstruktif terhadap isi skripsi ini sampai penulisan shipsi ini selesai. 5. Bapak Drs. H. Abdul Fatah \Vibisono, MA., selaku KetuaJurusan Pendidikan J\gama Islam (P J\I), Bapak A. Shodiq, M.Ag, selaku Sekretaris Jurusan PAI, serta Ibu Irhamidah, S.1\g, dan Bapak Khalimi, M.Ag, selaku Staff pada .Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah IAIN/UIN SyarifHidayatullah Jakarta. 6. Bapak Drs. H. Alisuf Shabri, selaku Dosen Penasehat i\kadcmik yang tclah memberikan waktunya untuk membimbing dan memberikan izin dalam ha! yang menyangkut bidang akademis. 7. Para Bapak/Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN/UIN Syarif I-Iidayatullah Jakarta, yang telah memberikan wawasan pengetahuan selama di bangku perkuliahan. 8. Kcluarga Bapak H. Ilhamudin Qasim, M.Ag., (Dekan Fak. Syari'ah PTIQ Jakarta) selaku Abangda Penulis, yang telah memberikan bantuannya dalam mcnyediakan fasilitas komputer dan lainnya dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
9. Scluruh tcman-teman sepcrjuangan, tcrutama teman-tcman seangkatan (1997), khususnya "Kclas-A", teman-teman yang ada di organisasi baik di intrakampus (BEM.J-P.AI, BEMF'f) dan ekstra-kampus (KMSGD, HMI Cab. Ciputat- khususnya I ,APENMT), dan tak terlewatkan pula scluruh Crue Pasukan Bodrex's (Kang J\ia.r, J\1a 'rttf Draim, IY'a Kaji Toha, Joe Bae (iva kontrak),
Dedrjy Gondrong, Pa' Da-moen, l311de' & Pade: Rani &
.Fai~; serta
Virgonit, Jbu Ella,
'liq, N1111tt, Melly, lf7i1vit, Irma, Indry, Oom, .Fat, Nok Titin, dst.) 10. Kakanda serta Adincla Penulis, yang telah banyak rnemberikan dukungan penulis dalam mclakukan study di IAIN /UIN Jakarta, dan tak terlupakan khususnya kepada Mba' Sarah binti Tji Muhammad Abdullah al-Habsyi beserta keluarganya, Abangda M. Hamdi al-Akram clan Kakanda Haditsa Edna serta "Ashabul Haq" yang tercinta, yang telah memberikan waktu luangnya untuk mendiskusikan scputar skripsi ini dan bidang lainnya. Demikianlah, penulis mengucapkan terirna kasih clan berdo'a semoga Allah SWT berkenan memberikan balasan yang berlipat kepada semuanya. Dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya clan bagi para pembaca pada umumnya.
!IYabi! Hidt!yah JJJat-Tcnrftq .Jakarta, Juni 2002
Penulis
DAFTARISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ iv DAFT AR ISi .................................................................................................................. vii BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................. 1 A La tar Belakang Masalah .......................................... ............................. 1 B. Pcmbatasan dan Pcrumusan Masalah ............................................... 6 C. lvfetodoloi,>:i Pcnelit:ian .......................................................................... 7
D. Sistemat:ika Penyusunan ...................................................................... 9
BAB II
KONSEPSI TEKNOLOGI PENDIDIKAN .............................. 11 A. Pcngert:ian Teknoloi,>:i dan Teknologi l'endidikan ........................ 11
1. Pengertian Teknologi ................................................................. 11 2. Pcngertian Teknologi Pendidikan ........................................... 15 I). Dasar Pikiran Teknologi Pendidikan .............................................. 18 C. Tujuan Teknologi Pendidikan .......................................................... 21
D. Prinsip-Prinsip Dasar Teknolot,>:i Pendidikan ................................ 24
BAB III KREATIVITAS
GURU
DALAM
PROSES
PEMBELAJARAN ................................................................................ 28 A Pengcrt:ian Kreat:ivitas Guru ............................................................. 28
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas ............................ 34 1. Faktor In tcrnal ............................................ .................................. 34
2. Faktor Ekstcrnal ........................................ ., ................................. 35 C. Hubungan Kreativitas Guru dengan Mengajai· ............................. 37
BAB IV
PARADIGMA
TEKNOLOGI
KREATIVITAS
GURU
PENDIDIKAN PADA
DAN
PROSES
PEMBELAJARAN ................................................................................ 43 J\. Teknologi
Pcndidikan
dalam
Peningkatan
Mutu
Pendidikan ........................................................................................... 43 B. Strategi Pembelajaran Modem sebagai Upaya Menuju Pembelajaran yang Inovatif .............................................................. 52 C. Kreativitas Guni sebagai Tuntutan Pembelajaran
di Era Informasi ............................................................................ 55
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................ 59 13. Saran .................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 63
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia
mcmiliki
bcrbagai
potensi
sebagai sumber daya dalam
mcningkatkan kualitas kehidupannya. Sumber daya sebagai potensi, pada dasarnya barn berupa kemungkinan, layaknya lembaga atau benih pada tumbuh-tumbuhan. Dcngan arti lain bahwa sumber daya (sebagai st1at11 benih) tersebut hasilnya baru akan
terlihat apabila potensi yang ada dapat disalurkan melalui pengarahan,
bimbingan maupun latihan yang terarah, teratur dan berkesinambungan. 1 Sarana yang paling efektif untuk mengarahkan clan membimbing atau mclatih potensi tersebut adalah melalui pendidikan sebagai kunci sentral dalam mempersiapkan
sumber
daya
manusia
untuk
dapat
berkualitas dalam
kehidupannya. Di samping itu, pendidikan merupakan investasi paling utama bagi sctiap bangsa yang sedang berkembang dalam membangun negaranya. Dan secara oromatis pembangunan itu hanya dapat dilakukan oleh lnanusia sebagai titik
1
Jalaluddin clan Abdullah !di,, Pi!.rajat Pendidika11 Oakarta: Ga ya Media Pratama, 1997), cet.
ke-3, h. 155
2
Sentral perf1bangunan (human centered developmenf) yang harus disiapkan melalui pcndidikan. 2 Bcrdasar atas kcyak.inan bahwa pembangunan bangsa hams disertai oleh pcmbangunan manusianya, maka dukungan untuk menjalankan pembangunan manusia tcrscbut khususnya dalam bidang pcndidikan tidak hanya sekadar mcmberi kesempatan beJajar saja, akan tetapi harus pula diusahakan agar bagaimana pendidikan itu dapat bermutu tinggi, Pcningkatan mutu pcndidikan pada prosesnya mcmang tergantung pada banyak ha! dan faktor-faktor pendukung pendidikan, yang secara langsung melibatkan antara guru dalam membimbing proses belajar-mengajar dan peserta didik scbagai modal insani (httmcm capital) yang akan diarahkan pada perwujudan sebagai manusia produktif. Manusia produktif menjadi cita-cita hampir seluruh negara berkembang, scbagai masalah krusial juga menjadi sasaran inti dari proses pendidikan. Pendidikan dikatakan bcrhasil mencetak manusia-manusia produktif sangat tergantung pada sistem dan prosesnya, karena tanpa sistem dan proses yang kurang/ tidak kondusif bagi optimalisasi kemampuan pesert:a didik dirasakan kurang mendukung. Selain itu, Faktor ketidakdemokratisan dalam arti fasilitator lebih
banyak
berperan dan tidak mampu membangkitkan daya kreativitas
Yusron, '1)1111ia Pe11didikrm di Timgah Gc!o1J1hrmg Globalisasi'; Jnrn.al Madania STAIN Kediri, edisi I No. 3 (Maret, 1999), h. 8 2
3
pcserta
didik, maka 1angan harap pendidikan mampu menghasilkan manus1a
produktif. Scjak berabad-abad orang berusaha untuk mencari jalan meningkatkan mutu pendidikan mclalui proses peningkatan metode mengajar dengan mencari prinsip-prinsip atau asas-asas didaktik. Namun demikian proses tersebut hanya dircspou dengan sebuah anggapan bahwa mengajar itu bergantung kepada bakat dan kcpribadian guru. Scjalan dcngan zaman kemajuan ilmu pengetahuan i.ni, kemudian para ahli mcnckankan pada usaha-usaha yang
lebih profesional untuk meningkatkan
mcnga1ar itu menjadi suatu ilmu atau science. Dengan maksud melalui metode mcnga1ar, yang lcbib ilmiah, clan 1uga dengan perbaikan pada proses belajarmcngajar yang ditekankan pada unsur keberhasilannya. Secara ideal gambaran tcrscbut diharapkan bahwa pada suatu saat mengajar atau rnendidik itu menjadi suatu tcknologi yang dapat dikcnal clan dikuasai langkah-langkahnya meliilui konscp yang dikcnal dengan "tekno!ogipendidikan''. Bcrpegang pada proposisi bahwa teknologi pendidikan pada dasarnya, mcrupakan suatu pendekatan yang sistematis clan kritis tentang pendidikan, yang mcmandang soal belajar dan mengajar sebagai masalah yang harus dihadapi secara rasional dan ilmiah. Oricntasinya tctap tcrpusatkan pada aspek-aspek Teaching clan
Learmi1g, dan penerapan tcknologi pendidikan ini seyogianya akan:
4
a. Membantu dan mempermudah para guru dalam mencapai tujuan khusus instruksional secar,1 efektif dan efesien. b. Mempermudah para siswa menangkap materi pelajaran, memperkaya pcngalaman belajar mereka, serta membantu memperluas cakrawala pengetahuan mereka, dan c. Mestimulasi pengembangan pribadi serta profesi para guru dalam usahanya mempertinggi mutu pengajaran di sekolah. 3 Dengan demikian, apa yang sedang diupayakan dari konsep teknologi pcndidikan diharapkan ada peningkatan mutu pendidikan terutama pada guru, sehingga akan mempunyai pegangan yang lebih man tap dan pedoman yang dapat dipercaya untuk memberikan pengajaran yang lebih efektif. Kunci utama dari upaya menyukseskan tujuan tersebut, setidalmya guru scbagai central fig11re juga sebagai salah satu manusia yang bertanggungjawab terhadap kebcrlangsungan proses pendidikan yang ada dalam menyiapkan anak didik yang mempunyai kualitas
(hasi~
dari proses belajar yang diperolehnya.
Untuk itu perlu ditingkatkan
sikap kemampuan guru, dalam ha!
1111
tuntutan adanya kreativitas seorang guru dalam memberikan (mentra11.rfet) ilmunya mcnuju proses pembelajaran yang sedang dihadapi saat ini. Dcngan mempcrtimbangkan kebutuhan-kcbutuhan masa kini dan masa dcpan, transfonnasi pendidikan haruslah berfokus pada perubahan-perubahan, baik yang sudah maupun yang akan terjadi. Sehubungan dengan i.ni peranan dari
3
Soedjono Trimo, l\lLS., Pe11geJJibanga11 Pe11didika11; Dari Pendidika11 da11 Beberapa Masalahi!Ja (Bandung: CV. Remadja Karya, 1986), cer. ke-1., h. 150-151
5
krL"a!ivi1as dalam prndidik<111 sang
Kreativitas Gurn Pada Proses Pembelajaran". Dengan judui lcrscbut pcnulis hanya mcyakinkan bal1wa tcknologi tidak tnl'rupabn kunci kl' arah sukscs yang pasti dalam pL'11didikan. Akan tl'tapi tcknolog1 pcndicl.ikan mcnunjukkan suatu prosedm atau metodologi yang dapat ditcrapkan dalam pcndidikan. Dan tcknologi pL"ndidikan dapat 1uga dipandang scbagai suatu gerakan dalam pcndidikan yang discrt.ai dcngan pcningkatan daya kreativitas dari para guru, yang diaplikasikan pada usaha yang sungguh-sungguh unt.uk memperbaiki metodc mengajar dengan mengf,>i.makan p11nsip-prinsip ihniah yang membuktikan keberhasilannya dabm bidang-bidang lain. Dari apa yang tclah diuraikan di atas, maim ada beberapa ha! yang dijadikan alasan pcnulis dalarn pcnulisan skripsi ini, yaitu scbagai berikut: ·1. Mclihat pcrkembangan sams clan teknologi yang semakin pesat, dapat mcnimbulkan masalah barn dalam dunia pendidikan, maka dari itu dibutuhkan suatu pendidikan yang mcmbcri tcrobosan inovatif dalam mcnghasilkan sumbcr daya manusia yang berkualitas.
6
2. 'l'eknologi pendidikan pcrlu dipikirkan Jan dibahas tems-mcnems, karena adanya kcbu1·uhan riil yang mcndukung pcr1·umbuhan clan pcrkcmbangannya, yakni pcnycmpurnaan pclaksanaan .intcrnksi antara penclidikan clan pcrnbangunan, dimana rnanusia dijadikan pusat pcrhat:ian pcndidikan. 3.
Adanya upaya untuk mcndckonstruksi earn bcrpikir clan membuat paradigma bagi para guru dalam menerapkan metode mengajarnya mcrupakan upaya sccara dini yang harus dipcrsiapkan. Sehingga Pendidik (guru) dituntut mampu mengadakan inovasi secarn kreatif dalam mengatasi masalah-masalah pembelajaran schari-hari.
B. Pcmbatasan dan Pcrumusan Masalah
Sangal luasny<1 pcmbahasan dalam masalah ini, yang rnengakibatkan kctidakjclasan dan besar kcmungkinan ada bal-hal yang sebcnarnya meme1fokan pcnjelasan sccara mcndatail lcrlcwatkan, pcnu]js mcmbat:asi pcrmasalahan tcrscbut hanya pada konscp tcknologi pcndidikan sebagai suatu pendekatan ilmiah, kritis, dan s.istcrnatis tcntang pcndidikan. 1Jubungan ini pun pcnulis kaitkan dengan pcngcmbangan dari konscp-konscp pendidikan Islam yang membabas tentang krcativitas. Scbulan istilah .ini adabh p<.:ngembangan polelt.li jilrah bagi sciJap individu dalam memerankan kreativitasnya sebagai suatu lmbungan yang relevan clengan keadaan So11! Pamd~g;n (Paradigma Jiwa) bagi kreativitas guru pada proses
7
pembelajaran. Kreativitas yang dimaksud adalah memerankan potensi yang dimiliki dari setiap individu dalam melakukan berbagai aktivitasnya dengan menciptakan hal-hal yang barn dan tidak hanya dihadirkan dalam ide-ide, tetapi juga dapat dihadirkan dalam suatu kaqa nyata. Sejalan dengan pcmbatasan masalah di atas, penulils mengangkat masalahmasalah dalam skripsi ini untuk lebil1 mengarahkan pada titik point yang diharapkan, yaitu : 1. Telmologi pendidikan dapat dipandang sebagai produk dan proses.
Keduanya berjalan secara sendiri-sendiri, namun keduanya tetap be1pegang pada orientasinya yang satu yalmi peningkatan mutu pendidikan. 2. Faktor-fal,tor
yang
mempengaruhi
kreativitas
dan
penting:nya
kcpribadian guru dalam mengembangkan kreativitas pada proses pcmbclajaran dcngan satn paradigma pengembangan dan pemberdayaan potcnsi fitrah yang dimiliki manusia. 3. Paradigma teknologi pendidilrnn clan peningkatan kreativitas gum pada proses pembelajaran.
Berdasarkan batasan pembahasan di atas, penulis dapat memmuskan : pcrmasalahan-pennasalahan scbagai berilmt : 1. Apakah yang dimaksud dengan teknologi pendidilrnn ?
8
2.
liaga.imanakah
tclmologi
pcmlidikan sebagai scbuah
teori dalam
mcmbantu pcningkatan kreativitas guru pada pro,;cs pembelajaran?
C. Mctodc Pcmbahasan
1\lctodc dalam pcmbahasan isi skripsi ini mdiputi tiga aspck:
Perl11111d, skripsi ini dibkulrnn meialui sebuah pcnclitian kepustakaan (!ibrao1 re.rmnh), yaitu dcngan mengumpulkan data dan informasi berupa buku-buku yang kcmudian diidentifikas1kan
sccara sistcmatis dan analitis.
Data-data yang
dipcrlulrnn bcrsumbcr dari kcpustalrnan yaiti.1 data primer dan data sckunder. Data yang bcrsifot primer adalah data yang langsung dan segera dipcroleh dari sumbcr d;lla pcrlarna, yang discbu1 clc11ga11 sumbcr pcrtama. Dalam hal ini yang menjadi sumbcr uramanya adalah buku-buku lcntang tcknologi pcndidikan. Scdangkan data yang bcrsifat: sckundcr acblah data yang lebih dahulu dikumpulkan clan dilaporkan dari sumbcr-sumbcr yang lain, yang discbut data pcndukung.
Ke1b1a, metodc pcmbahasan yang cligunakan meliputi 111etode deskriptif yaitu suatu pcmbahasan yang bcrmaksucl untuk mcmbuat gambaran mcngcnai datachila dalam rnngka mcnguji hipotcs atau jawaban pcrtanyaan yang mcnyangkut kcadaan pada waktu scd;rng bcrjalan dari pokok masalah. Mmtocle cmaliris, yaitu suati.1 bahasan clengan cam mcmbcrikan penafsiran-pcnafsiran tcrhadap data-data yang tclah tcrkumpul clan tcrsusun. J\iletode perhmzdi1{gan, yait:u suatu pcmbahasan
9
dcngar: cara rncrangkun1 11eng:tn1atan tcrhadap data·-data yang telal1 terku1npul dari buku-buku bacaan scbagai rcfcrcnsi, clan dibandingkan dengan buku-buku lain yang ada dcngan cara mengachkan penelitian pustaka. Ke!~gll,
metode penulisan skripsi ini dengan menggunakan buku Pedoman
Pemdi.mn Sk:ripsi, Tcsis, dmz Dircr1t1.
D. Sistematika Penulisan
Pcnulisan skripsi ini, terdiri dmi 5 Qima) bab, dengan si.st:ematika penulisan scbagai l)crikut::
lhb I
Lat:ar Belakang l\fasalah,
Pembat:asan dan
Pcrumusan Masalah, Mctodc Pcmbahasan dan Sistcmatika Pcnulisan.
Bab 11
: KONSEP TEKNOLOGI PENDIDIKt\N: Pengeitian Teknologi dan 'T'eknologi Pcndiclikan, Dasar Pikiran Teknologi Pencliclikan, Tujuan Tcknologi l'endidikan, l'rinsip-Prinsip Dasar 'l'eknologi Pendidikan.
Bab 111
: KRE1\TIVJ'J'!\S CURU P1\DI\ PROSES PEivfBELAJARJ\N : ])engerti3n
l(reativltas
(; uru,
ri\11(tOr-faktC)t
yar1g
JvfClTIJJe11garu}1i
1<..reativitas,] lubungan l<...rcativitas (Juru dengan I'vfe11gaja.r.
10
'l'I ~KNOJ ,U(;l
Bab IV
l'ENDIDlKAN
DAN
KREATIVTTAS GURU PADJ\ PROSES PEMJ3ELAJARAN : Teknologi Pendidikan dalam Peningkat:an Mutu Pendidikan, Strategi Pembdajaran Modern sebagai Upaya Menuju Pembclajaran yang lnovatif, Kreativitas Gurn sebagai Tuntutan Pembclajaran di Era Informasi. BabV
: PENUTUP: Kesimpulan clan Saran
BAB II KONSEPSI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
A. Pengertian Teknologi dan Telmologi Pendidikan
1. Pengertian Teknologi
Telmologi dalam pcmahaman kita sclama ini acapkali diidentikkan sebagai alat (tools). Dcngan mcmandang teknologi sebagai alat (mesin), konsentrasi pengembangan SDM (Sumbcr Daya Manusia) berwawasan tdrnolo1,,>i. dan i:ndustri kemudian ditekankan secara berlebihan kepada bidang-bidang tehnik. Scmcntara, jika teknolo1,,>-i itu tidak lagi didefinisikan l1anya sebatas stok k111J1olatif dari alat, mesin dan pelba1,,>ai artifak lainnya (tehnic dari peradaban modern), tetapi bisa juga diartikan sebagai cara tertentu untuk mengetahui dan mcngcrjab.11 scsuatu. Dengan bcgitu, teknolo1,,>i. lebih dari sekadar pengetahuan tcrapan atau rekayasa seperti dalam pemahaman dunia akademik tradisional, melainkan dapat dipandang sebagai pmdekata11 1miversalistik dalam pemecahan masalah (techniq11e). 1
1 Yudi Latif, "Tek11ofogi Sebagai Masak1h Keb11dqyaa11", Jurua! Ulumul Qur'an, edisi No. 2 Quli, 1996), h. 58-59
11
12
Bcrbicara tentang teknologi seolah tak lepas dari ilmu pengetahuan, karena memang pada hakikatnya teknologi adalah penerapan ilmu atau pengetahuan lain yang tcrorganisir ke tugas-tugas praktis (Galbraith, AECT 1977). 2 Sehingga dapat dipahami bahwa teknologi merupakan pengejawantahan dari ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, jika ilmu pengetahuan berbicara dalam konteks teoritis, maka tcknologi tclah mcmasuki tataran praktisnya. 3 Pada kata teknologi, penerapan pengetahuan ini tidak hanya sebatas ilmu murn1 ataupun ilmu terapan, tetapi bagaimana teknologi sebagai bagian dari ilmu pcngetahuan tersebut diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Lebih lanjut Zalbawi Soejocti yang dikutip oleh Ahmad Y. al-Hassan dan Donald R. Hill mengatakan bahwa telmologi adalah wujud dari upaya manusia yang sistematis dalam· menerapkan atau memanfaatkan ilmu pengetahuan (sains) sehingga dapat membcrikan kemudahan dan kesejahteraan bagi umat manusia. 4 Dari bebcrapa pcngertian di atas, memberikan sebuah penjelasan, bahwa inti dari tcknologi ini ialah rckayasa (enginemi1i). Di mana metodenya menurut Billy
~
1\ricf S. Sadirnan, "Pert11! 'TekHolo~gi dula1111\'fe11ingkatka11 lvf11t11 l)eudidika11 Dasar': Jurnal Teknodik, IV, No. 8 (Mei, 2000), h. 7 ' Ahmad Y. al-f fassan dan Donald R. I !ill, Tek110!0,~i dalam Sejamh Islam, (Bandung: Mizan, 199.3), cet. ke-1, h. 17 I
Ibid., h. 18
13
Vaughn Koen (Koen, 1987), " ...... berupa siasat untuk menyebabkan terjadinya perubahan yang terbaik dalam situasi yang tidak dipahami dengan baik atau tidak pas ti dalam batas-batas kendala sumber daya yang tersedia". 5 Apapun batasan teknologi yang kita pakai, pada dasarnya bersifat bebas nilai, baik buruknya terletak pada manusia. Teknologi hanya mengarah pada cfcsiensi dan efektivitas serta pengupayaan pada nilai tambah, sehingga teknologi pun tak dapat kita lepasirnn dari masalah. Dengan demikian prinsip teknologi adalah memudahkan manusia dalam mcmcnuhi kebutuhannya. Semakin tinggi perkembangan sains dan teknologi, semakin mudah pula segala urusan diselesaikan. Teknologi di sini tidak harus diartikan dengan mesin-mcsin, tctapi segala sesuatu baik berupa gagasan, konsep, atau strategi yang memberikan kemudahan dalam upaya pencapaian suatu tujuan adalah juga teknologi. 6 Teknologi akan bcrmanfaat bagi manusia jika dapat mengetahuinya dengan benar, karakter atau sifat-sifat dari keterbatasan teknologi dcngan pengetahuan tersebut. Maka pencrapan teknologi dapat dioptimalkan bagi kesejahteraan dan kepcntingan mahusia.
5
Jimly Asshidigie clan Ali Mustafa T, (ed.), S111nbcr Daya Ma1111sia 1mt11k Indonesia Masa Depa11, Qakarra: PT Cira Putra Bangsa, 1997), h. 83 6
l'v!. Rahman 1\r-Ridha, et.al., Koreksi a!Q11r'an Terhadap B11daya dan Peradaban, Qakarta: AlHaq Study Centre - ASC Press, 1996), cet. ke-1, h. 7
14
Scmentara
ada
dua macam karakter teknologi, sebagaimana yang
diungkapkan Muhammad Rahman Ar-Ridha, yaitu: a. Hakekat tek110!0,~i; teknologi pada hakikatnya adalah tangan untuk mclaksanakan kckuasaan yang dimiliki ilmu. Teknologi dihasilkan dari pcnerapan ilmu yang sudah mengalami penelitian dan pengembangan Jebih lanjut hingga manfaatnya menjadi jelas bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu ncgara-negara yang basis ilmu dan teknologinya kuat biasanya kuat pula dalam bidang teknologi, politik dan militer. Dilihat dari hakikatnya, maka pcmanfaatan kekuasaan yang tidak terbatas akan berbahaya bagi penciptanya. Scdangkan pcmanfaatan kckuasaan yang arif dan bijaksana akan sangat bcrguna bagi kehidupan manusia. Di samping itu hams disadari pula bahwa tclmologi mempunyai keterbatasan dalam menyclesaikan semua problem yang dihadapi manusia. b. Tek11o!ogi bersifat dia!ektik; Menurut Prof. Ali Syahbana, telmologi dapat menyclesaikan masalah yang dihadapi manusia, akan tetapi pemecahan masalah tcrsebut menimbulkan permasalahan baru clan pennasalah yang baru harus dipecahkan dengan teknologi yang baru pula.7
Peranan teknologi memang sangat pen ting dalam membantu memecahkan problem hidup, baik dalam urusan pendidikan, sandang pangan, transportasi dan sebagainya. Namun
pada
saat yang sama kemajuan telmologi sangat besar
mcmpcngaruhi cara berpikir dan prilaku manusia. Sehingga, dari konscp teknologi yang
ada
scrta
scgala
kcmungkinan-kemungkinannya,
maka
diperlukan
pcmahaman bahwa tcknologi tidak diharuskan hanya pada alat karena sifatnya scmcntara, mclainkan bagaimana teknologi ini difungsikan pada sr.rategi untuk mcmberikan kcmudahan dalam upaya pencapaian suatu tujuan.
7
Ibid., h. 49-50
JS
2. Pengertian Teknologi Pendidikan
Teknologi pcndidikan dalam perkembangannya dapat dipandang sebagai produk maupun proses. Sebagai suatu produk, teknologi pendidikan lebih mudah dipahami karena sifatnya yang kongkrit. Kita dapat melihat produk teknologi yang dapat digunakan sebagai media pendidikan, seperti OHP, pesawat radio, kaset audio, telcvisi, film, proyektor film, dan perangkat keras lainnya, contoh dari media-media pendidikan tersebut hanyalah sebagian
clari konsep teknologi
pendidikan. Scdangkan sebagai suatu proses,
teknologi pendiclikan lebih abstrak
sifatnya. Teknologi pcndiclikan merupakan suatu proses yang kompleks clan terpaclu, •yang mencari jalan pemecahan, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan yang menyangkut semua aspek clalam proses pembelajaran. 8 Dalam masyarakat
tekn~logis,
pengertian teknologi pencliclikan clipahami
sebagai teori tcntang cara meng-iclentifikasikan clan memecahkan masalah-masalah bclajar.
Ia merupakan suatu biclang yang menangani penerapan proses yang
komplcks dan terpaclu dalam menganalisis dan memecahkan masalah belajar manusia. Teknologi pendidikan juga merupakan profesi dalam bentuk usaha yang
8
Zamris Habib dan Arief S. Sadiman, "Pmerapa11 Tek110/ogi Pe11didika11 MemaS11ki Mi/i11i11m III parla Sekror Pe11didik1111 Sekolah da11 L11arSekolah ", Jurnal Teknodik, JV, No. 8 (Mei, 2000), h. 26
16
tcrorganisasikan untuk menerapkan tcori, tehnik intelektual dan penerapan praktis tcknologi pendidikan. 9 Oleh karena itu, pendapat proposlS!
bahwa
yang tumbuh kemudian berpegang pada
teknologi pendidikan, pada dasarnya merupakan suatu
pendekatan sistematis dan kritis ten tang pendidikan yang memandang soal belajar dan mcngajar sebagai masalah yang harus dihadapi secara rasional dan ilmiah. 10 Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah disebutkan di atas, maka teknologi pendidikan dapat didefinisikan sebagai :
N!nstmk teo1itik; menunjukkan ide dan prinsip-prinsip serta bagaimana
a)
kesemuanya disintesiskan menjadi satu kebulatan yang menyeluruh.
Bidang garapa11; menunjukkan aplikasi dan implikasi dalam praktek
b)
kehidupan sehari-hari.
Sebagai pn!fesi; identifikasi kriteria yang harus dipenuhi oleh kelompok
c)
yang khusus bergerak di bidang ini.11 0
Definisi-definisi teknologi pendidikan tersebut di atas, didasarkan pacla kerangka yang dipilih, karena dianggap : (a) menyeluruh (ti1tegratijj orientasinya, tidak sepotong-potong (b) berorientasi masa kini dan masa mendatang 9
llluzayin Arifin, Pendidika11 Islam da!a111 Ams Di11a11iika Ma!yarakat; S11a/11 Pendekatan Fi!osojis, Pedagogis, Psikososia! dan Knlrnra/, Oakarra: PT. Golden Terayon Press, 1991), cet. ke-1, h. 55
'° Socjono Trimo .t--U..S, Pe11gw1ba11ga11 Pe11didika11; D1111ia Pe11didik1111 dan Beberapa Masa!ahnya, (Bandung: PT Remaja I
17
'
(c) bcroricntasi pada prnscs scrta produk (/lledia) (d) mempunyai dasar teoritik, bukan hanya sekedar berdasarka11 atas 1Jckcrjaa11, da11
(e) ko11siste11 de11gan keadaa11 masyarakat dan du11ia pendidikan masa kini da11 masa mendatang.12 Scmentara itu, konscp teknologi pendidikan yang seda.ng dikembangkan secara seras1 dengan definisi yang ada sekarang adalah konsep-konsep yang mehputi: Didudukkannya tcknologi pendidikan sebagai proses, bukannya sebagai media atau peralatan, Ditei,,iaskannya bahwa teknologi pendidikan menggunakan pendekatan sistem dalam pembelajaran, dan ini lebih mementi.ngkan proses daripada produk. Pendapat ini berbeda dengan penggunaan konsep beipikir sistem cara lama. 13 Pada point pertama di atas, menunjukkan bahwa konsep teknologi pendidikan hams tetap mencakup rujukan terhadap suatu proses. Karena teknologi pendidikan yang didefinisikan semata-mata dengan menggunakan ci1-i perangkat keras ataupun perangkat lunak saja, terlalu sementara (traim'tory) sifatnya untuk mampu membangun suatu ciri filosofis yang bergw1a, clan karenanya terlalu terbatas. 14
12
Ibirl
"Ibid., h. 23 "' Gene L. Winkinson dan Harsja W. Bachtiar (pengantar), lvfedia da!am Pe111be!ajara11, Qakarta: PT. Pustekkom Dekdikbud dan CV. Rajawali, 1984), cet. Ke-1, h. 4-5
18
"\dapun pada point pendekatan
si.stem
dalam
kedua, teknologi pendidikan yang menggunakan pembelajaran,
mengandung pengertian bahwa
pendekatan yang digunakan dalam memecahkan masalah tersebut hendaknya melalui tahap-tahap analisis kebutuhan dan masalah, pemecahan, pemilihan dan
identifikasi alternatif
pelaksanaan alternatif pemecahan, penilaian dan
pcrbaikan terhadap pemccahan masalah tersebut. 15 Dengan dcmikian setiap masalah pendidikan yang akan kita pecahkan hendaknya kita pandang dalam kaitan suatu sistem sehingga penanganan terhadap suatu komponen hams memperhatikan pula keterkaitan dan integrasinya dengan komponen-komponen lainnya. Jadi, dengan keluasan pengertian teknologi pendidikan ini, akan banyak altcrnatif yang dapat diajukan clan ditemui, dan semuanya mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih. Hal ini berarti kesempatan berkreativitas, yaitu tidak menutup kemungkinan untuk mengubah berbagai asumsi yang telah mapan.
B. Dasar Pikiran Teknologi Pendidikan
Pada saat ini dan di masa lalu, guru adalah pendidik yang mempunyai tugas utama mengajar. la mcmpunyai pcran yang amat penting
dalam proses
pendidikan, karena keberadaannya dalam berinteraksi langsung dengan individu15
Arief S. Sadiman, Op. Cit., h. 8
19
individu anak didik. Pcrkcmbangan dan perubahan-perubahan yang tcrjadi dalam masyarakat
terutama yang berkaitan langsung dcngan bidang tugas keguruan
senantiasa menjadi objek
pengamatannya, agar mereka dapat meningkatkan
kebermaknaan proses pendidikan yang menjadi tanggungjawabnya. Adanya perubahan-perubahan yang terjadi di tengah kemajuan teknologi dan informasi menjadi perhatian pula bagi para ahli pendidikan termasuk para guru, karena ha! tersebut sangat berpengaruh
terhadap dunia ·pendidikan,
termasuk proses pembelajaran yang telah ada. Dalam ha! ini, pcndckatan
teknologi pcndidikan dalam menghadapi
beberapa kemajuan dan perubahan-perubahan yang dimaksud, telah memberikan penggunaan metode ilmiah yang menguji-cobakan hipotesis··hipotesis tentang cara yang paling efektif guna mencapa1 suatu tujuan
pembelajaran yang telah
ditentukan. Di samping itu, teknologi pendidikan sangat mengutamakan perumusan tujuan yang spesifik yang dinyatakan dalam bentuk kelakuan yang dapat diamati sehingga hasil belajar dapat diukur. Kita tidak mengetahui sesungguhnya proses apa yang tetjadi pada diri seseorang sewaktu ia bclajar, akan tetapi dapat memperoleh bukti-bukti bahwa ia telah bclajar hingga man a ia mcncapai rujuan bclajar. Tujuan inilah yang menjadi dasar bagi tcknologi pcndidikan men yebut dirin ya sebagai suatu pendekatan yang
20
ilmiah dalam pendidikan karena bersifat objektif serta menggunakan fakta-fakta yang empms. Sccara garis besar, langkah-langkah yang diikuti dalam metode teknologi pcndidikan adalah sebagai berikut:
16
1.
Merumuskan tujuan yang jelas yang harus dicapai yang dapat dipandang sebagai masalah.
2.
Menyajikan pelajaran menurut cara yang dianggap serasi yang kita pandang scbagai hipotesis yang perlu dites.
3.
Menilai hasil pelajaran untuk menguji hipotesis itu.
4.
M encari perbaikan andaikan hasilnya belum memenuhi syarat atau standar yang ditentukan clan melangsungkan percobaan dengan cara lain sampai tcrcapai apa yang diharapkan. Langkah-langkah clalam teknologi pendiclikan seperti yang digambarkan di
atas, mengharuskan guru merumuskan tujuan yang jelas clan memikirkan metode yang dianggapnya paling efektif untuk mencapai tujuan. Dengan tujuan yang jelas akan menjadi pegangan bagi para pendiclik U!1tuk memilih metode yang tepat. Jacli, guru yang menerapkan prinsip-prinsip teknologi pendidikan secara konsekuen, maka terbuka baginya jalan untuk memperbaiki mutunya sebagai guru,
Ia akan memandang proses mengajar belajar sebagai
problema yang tak
berkesudahan yang dihadapinya secara objektif clan ilmiah. Dengan sikap serta usaha clemikian mengajar akan dapat clikembangkan clan ditingkatkan menjadi profcsi dalam arti yang sebenarnya.
16
S. Nasution, Tek11ologi Pe11didika11, Qakarta: Bumi Aksara.1999), Ed. 1, cet. ke-2, h. 9
21
C. Tujuan Teknologi Pendidikan
Teknologi pendidikan secara makro bertujuan untuk mendorong dan memberikan arah kepada guru untuk melihat perbuatan mengajar sebagai upaya mcmccahkan masalah secara ilmiah. Sehingga, materi pelajaran disajikan dalam bcntuk pcmecahan masalah (j!rob!em so!vi11i.J, melalui langkah-langkah ilmiah, logis dan sistematis.
17
Selain daripada itu, miuan teknologi yang ditekankan pada alat (media) dalam konsep teknologi pendidikan dimaksudkan untuk membuat guru menjadi lebih
produktif,
bukan
untuk menggantikan peran mereka sepenuhnya.
Masalahnya bukan soal mcngganti guru, melainkan bagaimana penggunaan tcknologi tersebut dengan benar untuk meningkatkan mutu pendidikan secara cfcktif dan efisien, sehingga bisa menghasilkan produk (peserta didik) yang sesuai dengan tujuannya.
18
Tujuan-tujuan tcrscbut didasarkan pada faktor-faktor yang sedang dihadapi dalam dunia pendidikan kita saat ini, sementara ada dua pandangan rnengenai hal tcrscbut yaitu:
Sudarwan Danim, 1\1edia Ko11n111ikasi Pendidikan Pelqyanan Profasional 1')e1Nbe!ajaran dan i\111111 1-la.ril Be/ajar Proses Bclajar-Mengajardi Perg11nra11 Ti11ggi, Qakarta: PT. BumiAksara, 1995), cet. ke-1, h. 16 17
18
Gene L. \Vinkin50n dan l-larsja \V. Bacluiar lpenga11tar), Op. Clt., h. 34
22
Pe1tat11a, guru dipandang sebagai centralflgun dan karenanya guru dianggap mengungguli segalanya. Sikap atau pendirian semacam ini mernbawa konsekuensi bahwa perlu adanya persiapan pendidikan yang matang bagi guru-guru yang akan terjun di !embaga pendidikan.
19
Kedua, sumber belajar dalam teknologi pendidikan dianggap dapat 1hemberi aw
yang lebih besar dalam mencapai tujuan pendidikan, yaitu dengan jalan
pencrapan konsep teknologi pendidikan dalam suatu model naratif yang bersifat preskriptif.
20
Schingga dengan dcmikian tujuan dari teknologi pendidikan sccara makro perlu dipikirk?n dan dibahas terus-menerus, karena adanya kebutuhan tra/yang mendukung pertumbuhan dan perkembangannya, yaitu : a.
Tekad mengadakan perluasan dan pemerataan kesempatan belajar.
b.
Keharusan meningkatkan mutu pendidikan berupa penyempurnaan kurikulum, penyediaan berbagai sarana pendidikan lewat berbagai bentuk pendidikan serta latihan.
c.
Penyempurnaan sistem pendidikan dengan penelitian dan pengembangan scsuai dengan tantangan zaman dan kebutuhan pembangunan. " Sudarwan Danim, Loe, Cit. w Yusufhadi Miarso,A Model ofEd11calion Technology far The Eq11ali!J ofEd11calion Opport1111i!J
Indo11esia, (Sumber diperoleh daci website: www.malang.ac.jd ; Abstraksi TI1esis Yusufhadi J\liarso, Perpustakaan IKJP Malang,Jawa 11mur). Penjdasan: Lngkungan belajar yang bersifat pmkriptif ini menekankan bahwa prestasi bclajar merupakan pencapaia!l daci tujuan-tujuan belajar yang ditetapkan secara ekstemal. Faktor ehternal yang dimaksudkan adalah; 1'1isalnya pada desain pembelajaran multimedia (desai11 instmksiona~, kontrol eksternal nampaknya dipaksakan selama tahap awal belajar, clan semakin berkurang ketika sudah terlihat kemajuan yang berarti dalam diri siswa yaitu berupa perubahan perilaku ke arah yang diharnpkan. (lihat Marse! Ruben Payong, Beberapa Masa!ah dalam Pembelajara11 Multimedia, (Sumber didapatkan dari website: www.pendidikan.net)
111
23
d.
Peningkatan part1S1pasi masyarakat dengan pengembangan pemaafaatan berbagai wadah clan sumber pendidikan.
dan
c.
Penyempurnaan pelaksanaan interaksi antara pendidikan dan pembangunan dimana manusia dijadikan pusat perhatian pendidikan. 21 Nampaknya potensi pemanfaatan teknologi pendidikan menjadi semakin
penting karena adanya pengaruh penerapan
teknologi pendidikan ·tersebut
terhadap struktur organisasi pendidikan, berupa: a) Perubahan tingkat pengambilan keputusan dalam proses pembelajaran b) Terciptanya berbagai bentuk baru po la pembelajaran c) Memungkinkan beberapa alternatif bentuk lembaga pendidikan.
22
Pengaruh-pengaruh dari teknologi pendidikan ini akan memberikan nilai positif bagi kemajuan dari pengembangan tujuan pendidikan yang jelas. Sehingga apa yang dibutuhkan sekarang berkaitan dengan perubahan-perubahan tersebut, adalah kreativitas dari semua komponen tersebut dalam mengadakan inovasiinovasi secara kreatif dalam mengatasi masalah pembelajaran sehari-hari.
Jadi,
proses teknologi pendidikan harus dimulai dengan pertanyaan apakah
tujuan yang akan dicapai, jadi bukan menanyakan apa alat yang digunakan. Namun seringkali terjadi salah menafsirkan seolah-olah teknologi pendidikan dikaitkan sccara langsung dengan adopsi inovasi yang terjadi dalam teknologi, khususnya
" Yusufhadi lv!iarso, el.al., Tek110/oc~i komm1ikaJi Pe11didika11, Pmger1ia11 da11 Pmerapa111!ya di I11do11esia, (Jakarta: Pustekkom Depdikbud dar> CV. Rajawali, 1984), h. 199-200
n I hid., h. 18
24
tcknologi media,
schingga timbul apriori bahwa teknologi pendidikan selalu
dikaitkan dengan penggunaan inovasi yang canggih dalam teknologi. Dcngan dcmikian, fokus spesifik dari teknologi pendidikan adalah harus dipusatkan pada desain dan implementasi sistem instruksionalnya dan bukan semata-mata pada sarana atau media-media teknologi yang berbentuk perangkat kcras
(hcJ1d111Jt~).23
D. Prinsip-Prinsip Dasar Teknologi Pendidikan
Salah satu masalah kehidupan yang sedang dihadapi pa1:a pendidik dan juga peserta didik bahkan masyarakat luas adalah adanya perubahan masa yang menjadi tantangan menyanglmt seluruh aspek kehidupan manusia yang berwujud tek11ologi. Munculnya teknologi yang seharusnya dapat
memudahkan manusia
tcrnyata telah menyebabkan manusia mengalami mekanisme yang telah membuat manusia kehilangan orientasi kemanusiaanya. Teknologi inipun yang seharusnya dikembangkan
agar dapat menjadikan manusia untuk lebih mudah dan
mcndapatkan kebebasan, namun pada kenyataannya yang terjacli malah sebaliknya, yaitu manusia yang dibelenggu oleh hasil karyanya.
23
Purnomo, S.A., ''.4. !ih Tck11o!ogi, Tckno!ogi Tcpat G1111a da11 Tc/;;110/ogi Pc11didika11 Pada Era
Lepas La11das", Jurnal Media Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan IKIP Surabaya, XIV, 554, (r\gustus, 1991), h. 65
25
Pcrkcmbangan yang demikian, terjadi karena sains sebagai basis teknologi tclah mengcmbangkan dirinya pada sisi pragmatis. Sains yang berkembang dalam Filsafat Barat memang telah berorientasi fungsional. Sains tersebut diorientasikan untuk pengembangan teknologi, bukan lagi sebagai media untuk meningkatkan pengctahuan manusia akan alam. Sehingga dampak yang; terjadi saat ini adalah manusia yang tewlienasi, yakni keterasingan manusia dengan lingkungannya. Dalam pandangan inipun konsep telmologi pendid:ikan, seharusnya tidak menjadikan kenyataan yang sedang dihadapi saat ini, sehingga perlu kita tinjau ulang beberapa prinsip dasar yang diterapkannya, yaitu:
Putama, prinsip pendekatan sistem; yang berarti bahwa setiap pemecahan rnasalah pendidikan yang dilandasi oleh konsep teknologi pendidikan hendaknya menerapkan prinsip pendekatan sistem. Di sini sistem menyandang makna suatu perangkat dari bagian-bagian yang secara terarah dan terpadu serta bekerja sama bergcrak untuk mcncapai tujuan tertentu. Selain itu, penggunaan pendekatan sistcm menycbabkan kita harus memanfaatkan pendekatan keseluruhan sistem pendidikan
dan unsur-unsur di dalamnya sedernikian rupa sehingga ia· harus
dipandang sebagai suatu keseluruhan yang tak terpisahkan dari ·upaya tujuan pend idikan. 24
"Ibid., h. 67
26
Pri11Sip
ked11a,
berot'ientasi pada s!Swa; berarti bahwa usaha-usaha
pendidikan, pembclajaran dan latihan hendaknya memusatkan perhatiannya pada pcscrta didik. Siswa atau pcsc1'ta didik adalah titik s,enttal kcgiatan pendidikan, mernpakan subjck pendidikan dan bukannya objek pendidikan.
Prinsip ketiga, pcmanfaatan sumber belajar maksimal dan ·subervariasi mungkin; scscorang bclajat' karena dia berinteraksi dengan sumber belajar. Guru adalah sumbcr belajar yang pcnting dalam setiap proses belajar-mengajar, namun bukanlah satu-satunya sumber belajar. 25 Selain tiga prinsip di atas, ada beberapa prinsip lagi yang perlu diperhatikan clalam konsepsi teknologi pcndidikan yang berlaku pula kotn\lnikasi adalah
untuk telmologi
!
1) Tcknologi pendidikan mcrupakan suatu proses yang kompleks dan tcrintegrasi meliputi manusia, alat dan sistem, termasuk diantaranya gagasan, prosedur clan organisasi. 2) Teknologi pendiclikan memakai pendekatan yang sistematis clalam rangka menganalisa dan memecahkan persoalan proses belajar. 3) Tcknologi pcndidikan mcrupakan suatu bidang yang bcrkepentingan dengan pcngcmbangan secara sistematis berbagai macam sumber belajar, tcrmasuk didalamnya pengclolaan dari penggunaan sumbcr tersebut. 4) Tcknologi pcndidikan merupakan suatu biclang profesi yang tcrbentuk dengan adanya usaha terorganisasi dalam mengembangkan teori, melaksanakan penclitian clan aplikasi praktis perluasan dan peningkatan sumber belajar.
25
.Arief S. Sadiman, Loe. Ci!., h. 8
27
5) Teknologi pendidikan bcroperasi dalam seluruh bidang pendidikan secara integratif, yaitu secara rational berkembang dan berintegrasi dalam berbagai kegiatan pendidikan.26 Dari prinsip-prinsip di atas, dapat dilihat bahwa pada dasamya teknologi pcndidikan
dapat berperan serta dalam meningkatkan komponen sistem
pcndidikan mulai dari masukan mentah, masukan instrumental hingga ke proses bclajar-mengajar. Pcranan inilah yang akan membuat suatu konsep teknologi pendidikan lcbih bersifat holistik, karena selalu menghubungkan dan memperhatikan antara proses pcndidikan dan tujuan-tujuan yang akan dicapainya dengan selalu mempertimbangkan segala dampak bagi anak didik dan masyarakat.
26
Yusufhadi lv!iarso, el. al., Teknologi Konf1111ikasi Pe11didika11; Pe11gertia11 dan Pencrapamrya di Indonesia, Lo,: Cit., h. 17-18
BAB III KREATIVITAS GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN A. Pengertian Kreativitas Guru
Scjak
lahir, manus1a memperlihatkan kecenderungan mengaktualkan
dirinya yang mcncalmp kcmampuan bcrkreasi. Sifat dasar yang ada pada diri manusia ini mcrupakan hal yang sangat pen ting dalam membentuk perkembangan kcjiwaannya, schingga pengembangan potensi kreatif merupakan suatu kondisi, sikap arau keadaan sangat khusus sifatnya dalam melahirkan gagasan-gagasan baru dalam rangka menciptakan kualitas-kualitas bermutu (bac::a; sumber daya manusia krcatil). Bertitiktolak dari kcyakinan bahwa setiap orang pada dasarnya mcmiliki potcns1
kreatif,
Juga atas dasar rasionalitas kebutuhan akan pentingnya
pcngem bangan kreativitas dalam lingkungan sistem pendidikan, maka potensi krcatif ini selain merupakan bakat pembawaan juga perl.u dikembangkan agar dapat mcnampilkan produk inovatif yang bermakna. 1
Landasan dasar yang menjadi faktor pendukung pengembangan kreativitas dalam sistem pendidikan, tcrmang dalam Garis-garis Besar I-laluan Negara 1993 yang disusun dengan Pancasila scbagai landasan idcologi, dan Undang-undang Dasar 1945 sebagai landasan konstin1sional, rcrrnakrub bah\va ''Pole11J·i i1Jisiatif, da11 dqya kreasi setiap 11 1~rga 11egara diperke111ba11gka11 sepen11h1!Y" d11la111 bat11s~b11/as ya11g 1idak 1J1erugika11 kepe11lingan un111nt'' (I
1
29
Untuk lcbih mcnjclaskan pcngertian kreativitas guru, terlebih dahulu harus dikctahui pengertian tentang krcativitas itu sendiri. Dalam berbagai pandangan atau pendapat, kreativitas (creativitiniJ bcrasal dari kata ker.ja mate, yang diartikan oleh Hornby (U tami Munandar, 1999:20) sebagai "111a!.>e sot11ething ne1v or originaf''2 (membuat/menghasilkan sesuatu yang baru atau yang asli). Atau dengan kata lain, krcativitas adalah suatu proses yang menghasilkaa sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam bentuk atau susunan yang baru. 3 Secara hakiki, kreativitas merupakan proses menciptakan sesuatu yang baru dan bermalma, walaupun tidak seluruhnya yang dihasilkan harus baru, tetapi bisa merupakan kombinasi yang baru dari unsur-unsur atau gagasan-gagasan yang sudah ada scbclumnya. 4 Stnrsi11g dari arti krcativitas tersebut adalah pada kata
yang beriman dan bertagwa terhadap Tnhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, bcrkcpribadian, mandiri, maju, tangguh; cerdas, &mlliJ, trampil, berdisiplin, b'Cretos kerja, profesional, bertanggungjawab, d,rn produktif serta sehat jasmani dan rohani". Selanjutnya direkankan pula bahwa "Iklim belajar dan mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan budaya belajar di kalangan masyarakat terns dikembangkan agar tumbuh sikap dan pecilaku yang kreatif, ii11ovatif, dan kcinginan untnk maju". (Lihat: S.C. Utami Munandar, Tra11sfar1J1asi Pe!1didika11 dalam Ko11teks Pe11gemba11gm1 S11mber Daya Ma1111siaya11g 111ovatif da11 Kreatif, cjalam buku "Tra11sfar111r!si Pe!1didika11 di I11do11esia da11 Ta11ta11ga1111ya di Masa Depa11, Oakarta: IKIP Muhammadiyah Press, 1996), h. 70-71. ' S.C. Utami Munandar, Krealivitas Sepmtja11g Masa, Oakarta: PT. Gramedia, 1987), h. 2 Conny Seniawan, et.al., Di111111si Krealivitas dala111 Fi/safat I/11111, (Bandung: PT. Rosdakarya, 1988), h. 65 3
' S.C. Urami l\lunandar, Sugeng Riadi lp11!y1111ti11g), Tra11sformasi Pe11didika11 da!am Ko11teks Pe11ge1J1baJJga11 S11111ber Dqya Afa1111sia yang I11ovatif daJJ Kreatij da1an1 buku ''Tra11sfor111asi Pe11didika11 di Indo11e.ria da11 Ta11ta11ga1111ya di Masa Depa11, Oakarta: !KIP Muhammadiyah Press, 1996), h. 68
30
orisina!itas dan bem1akna, sehingga apabila banyak gagasan dan konsep yang orisinal, tetapi ada yang tidak bermakna, maka belum dikatakan kreatif. Dengan dcmikian suatu kreasi adalah sesuatu yang orisinal dan mempunyai makna. Sctiap individu dapat menjadi orang yang kreatif sebagai perwujudan dari aktivitas dirinya
yang dapat membantu mengatasi atau menyelesaikan setiap
pcrsoalan yang dihadapi. Dalam pengertian lain kreativitas melatih proses berpikir secara kreatif mulai dari apa yang kita ketahui, misalnya dalam memecahkan masalah sehari-hari. Sehingga dikatakan bahwa kreativitas merupakan hasil baru dari aktivitas yang terarah pada tujuannya (goal-directed actbi!J). 5 Pcnerapan dari konscp di atas, dapat diaplikasikan oleh para pendidik scbagai bagian dari kreativitas guru dalam melaksanakan dan meningkatkan tugas tanggungjawab serta fungsinya dengan seoptimal mungkin snpaya menjadi guru yang mampu berpikir secara kritis, kreatif dan kontemplatif. Lcbih lanjnt Rodhes (Utami Munandar, 1999:20) melihat kreativitas terdiri dari cm pat dimensi (faw "P's" of creativi(Y: Person, Process, Press, and Prod11cf').6 Kccmpat
faktor
terscbut saling berkaitan dan sating berkesinambungan,
scbagaimana kita lihat pada pribadi (person) yang kreatif melibatkan diri dalam
5
Ibid., h. 69.
'' ,\bdul Rohman dan Ismail S/11 (ed.), Paradig111a Pe11didika11 Islam; Pendidika11 Islam da!aJJJ
J>emhaha11 Sosia!, Cf ogyakarta: l'ustaka Pela jar, 2001 ), cet. kc-1, h. 31
31
proses (procesi)
kreatif, yang didukung oleh dorongan (press) dari lingkungan
schingga menghasilkan produk (product) yang kreatif. Jadi, secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir, serta kcmampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan.7 Maka dapat dirnmuskan bahwa kreativitas
(aptitude),
meliputi ciri-ciri kognitif
seperti kelancaran, keluwesan (jleksibelitas), dan keaslian (otisinalitas),
dalam pembcrian maupun ciri-ciri afektif (non aptitude), seperti rasa ingin tahu, scnang mengajukan pertanyaan dan selalu ingin mencari pengal?,man barn. 8 Menurnt C. Spearman yang dikutip oleh James R. Evans, kreativitas adalah daya dari penalaran manusia untuk menciptakan hal yang barn dengan mengubah rclasi
dan
dengan
demikian membangkitkan korelasi baru, memperluas
cakrawalanya tidak hanya untuk dihadirkan dalam ide-:ide, tetapi juga untuk pcnghadiran dalam pengertian sepenuhnya.9
7
S.C. U tami Munandar, Mengm1bangka11 Baka! dan Kreativitas A1111k Sekolah; Pet1111j11k Bagi Para C11m dan Orang T11a, Oakana: PT. Gramcdia, 1999), cct. ke-3, h. 50 8
Conny R. Seniawan, et.al., 1\{em11p11k Baka! dan Kreativitas Siswa Seko!ah Me11e11gah; Pet1111j11k Bagi C11m dan Orang T11a, Oakana: PT. Gramedia, 1984), h. 7 9
James R. Evans, Bosco Carvallo (pe11tetje111ah), Berpikir Kreatif, Oakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 34.
32
Dengan demikian kreativitas bagi guru merupakan salah satu penunjang keberhasilan proses pcmbclajaran, artinya di dalam mengajar yang kreatif, guru dituntut untuk memiliki intelegensi
yang tinggi, mempunyai wawasan ilmu
pcngetahuan luas, kaya dengan ide-ide dan informasi yang dapat diwujudkan melalui kegiatan rutinnya sebagai tenaga pendidikan dan pengajar. Agar perilaku kreatif dapat terwujud, baik ciri-ciri kognitif maupun ciri-ciri afcktif (sikap dan nilm) dari kreativitas, perlu dikembangkan secara terpadu dalam proses belajar. Dalam proses belajar kreatif digunakan baik proses berpikir divet;gen (proses berpikir
ke macam-macam arah dan menghasilkan banyak altematif
pcnyelesaian) maupun proses berpikir konvergen (proses berpikir mencari jawaban tunggal yang paling tepat). Dari cara-cara tersebut, masalah yang sering terjadi di dalam proses belajarmengajar oleh guru yang kreatif dapat diselesaikan dengan baik melalui gagasan dan kemampuan kognitif yang dimilikinya. Ia akan selalu bernsaha menggali suatu pcrmasaJa,Jrnn sampai tuntas, karena hal ini dipengaruhi oleh dorongan ingin tahu yang besar untuk mencari pengalaman barn yang berguna bagi dirinya clan orang lain. Dalam pandangan Drcvdahl scbagaimana yang dikutip oleh Elizabet B. Hurlock, kreativitas dapat dijabarkan sebagai: "Kcmampuan scscorang untuk menghasilkan komposisi, produk atau gagasan apa sa1a yang pada dasarnya barn, dan sebelumnya tidak dikenal
33
pembuatnya dapat berupa kegiatan imajinatif, mcncakup pcmbentukan pola baru dan gabungan informasi yang diperolch dari pengalaman sebelumnya dan pencakokan hubungan lama ke situasi lama dan mencakup pcmbcntukkan koreksi baru. Mempunyai maksud yang ditentukan, bukan fantasi semata walaupun merupakan basil yang sempurna dan lengkap .... " 10 Pcngertian di atas mengandung makna bahwa untuk menghasilkan gagasan baru dapat diperoleh melalui pengalaman dan pencakokan hubun1:,>ar1 lama ke situasi lama yang membentuk hubungan yang barn. Bila dikaitkan dengan kegiatan guru maka kreativitas berpangkal dari penemuan gagasan barn yang diperoleh dari basil pengalaman, kcmudian diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Mclaksanakan kegiatan mengajar kreatif tidak hanya terbatas pada cara-cara memberikan materi saja akan tetapi meliputi tehnik-tehnik mengajarnya. Untuk mcngcmbangkan
krcativitas
terscbut maka guru hams memformulasikan
kombinasi barn dengan mclihat unsur-unsur pendidikan yang sudah ada dalam proses pembelajaran. Dari berbagai pengertian dan penjelasan di atas, maka secara umum dapat dipahami
bahwa
kreativitas
guru dalam mengajar mernpakan ungkapan
keseluruhan kepribadian guru. Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa kreativitas scbagai ungkapan unik dari
10
keseluruhan kepribadian sebagai hasil interaksi
Elizabeth 13. Hurlock, Perkemba11ga11A11ak, Oakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 1990), ccr. kc-I, h. 4
34
individu dengan lingkungannya, dan yang tercermin dalam pikiran, perasaan, sikap atau pcrilakunya.
B. Faktor~faktor yang Mempengaruhi Kreativitas
lVIengajar
merupakan
upaya
penciptaan
sistem
lingkungan
yang
mcmungkinkan tcrjadinya proses bclajar-mcngajar. Sistcm lingkungan yang dimaksudkan di sini mcncakup bcbcrapa komponen yang saling mempcngaruhi, yaitu bcrupa : t1tj11m1 ills/mksirma! yang ingin dicapa~ matcn yang diajarkan, gttm dan sis1v11 yang saling mernainkan peranannya di dalam proses belajar mengajar serta
ad anya hubungan sosial tertentu pada jenis kegiatan yang dilakukan berupa samna dan pmsarana sebagai pendukungnya. Komponen-komponen tersebut mempakan unsur-unsur pcndukung dari tujuan pcndidikan yang ingit1 dicapai. Di sisi lain, sistem lingkungan yang sangat berpotensial menyangkut daya kreativitas pendidik ataupun peserta didik, ini bergantung pada faktor-faktor baik internal maupun eksternal. 1. Faktor Internal
Faktor internal (dari dahm din individti) yang dapat menuniang pcrtumbuhan kreativitas, adalah rneliputi beberapa faktor sebagai berilmt: a. Ketergantungan terhadap pengalaman, juga terhadap ra11gsru.1ga11 dari luar maupun dari dalam (fimsat, ahm sadm).
rangsangan-
b. Dasar penilaian pmduk-produk ciptaannya temtama ditentukan oleh diri sendiri walaupun ia tidak tertutup untuk mendapat kritik dari orang lain.
35
c. Kemampuan untuk "bermain" (bereksp!orast) dengan unsur-unsm:, bentukbentuk, konsep-konsep, dan sebagainya. Kemampuan tersebut untuk mcmbcntuk kombinasi-kombinasi baru dari hal-hal yang; ada sebelunmya. 11
2. Faktor Eksternal
Faktor Ekstemal (dari !11ar i11dividtt), mencakup kebudayaan (masyarakat), sekolah dan lingkungan kcrja. a.
K11bttdqyaa11 {lllt1[Yarakal); kebudayaan harus dapat menumbuhkan imajinatif dan daya krcatif anggota masyarakatnya, di samping ih1 masyarakat juga harus dapat memberikan kesempatan untuk berkembang terhadap bakat dan kemampuan, sehingga mampu memenuhi kewajiban anggota masyarakat itu scndiri.
b. I...iugk1t11ga11 ke!)d; lingkungan kerja yang nyaman atau tenang, penul1 keterbukaan, adanya interaksi yang baik antar mitra ke1ia baik, seperti antara batasan maupun bawahan. Sclain itu jug;a adanya kcsempatan mengembangkan diri untuk mendorong (me111.1mbul1lrnn) kreativitas ketja. T..i1(gkm1c~a11 seko!ah; sccara lcbih luas untuk mcningkatkan daya pikir, sikap dan prilaku dapat mclalui kcgiatan di lua1· maupun di dalam kclas. 12
c.
Faktor-faktor dari pcndapat atau pandangan terscbut sangat berpengaruh ,
terhadap krcativitas mcnt,>-ajar gurn di dalam kelas. Krcativitas mcngajar akan berhasil dcngan baik dan lancar apabila di dalamnya tcrdapat faktor perilaku kreatif dan lingkungan yang mendukung proses belajar-mengajar, juga unsur kcbudayaan atau masyarakat scbagai bagian dari lingkungan tcmpat tinggal guru
11
S.C:. Utan1i Munandar, J(realivilas .5'epa1!}aNg l\!Iasa, ()p. Cit., h. 6
12
ThiJ.,11. 14,
rn
36
serta
kondisi-kondisi lain yang dapat membangkitkan dan meningkatkan
krcativitas mengajar guru. Dari segi subjck atau perilaku (orang) kreatif, pada umumnya mempunyai sifat dan kemampuan sebagai berikut:
1)
Kepekaan dalam permasalahan (prvb!ent sensitivity); peka dan tanggap dalam melihat kekurangan, kelemahan, dan kesalahan pada :matu objek, situasi atau institusi.
2)
Kelancaran dalam berpikir (co11cept11a! fl11en.ry); kemampuan menghasilkan banyak ide secara ccpat dalam waktu tenentu.
3)
Fleksibilitas atau kelenturan dalam berpikir (co11cept11alflexibi!ity); ide-ide yang dilontarkan itu harus mencerminkan fleksibilitas dalam pemikiran, bebas dari kekakuan dan berpikiran jauh.
4)
Original dalam pemikiran (01igina!ity); dapat memberikan jawaban atau pemecahan masalah atau ide yang lain daripada yang lain, dan jarang diberikan oleh orang lain.
5)
Redefinisi (redefi11itio11); kemampuan untuk memberi arti atau pengertian baru pada objek, dengan melepaskan atau meninggalkan interpretasi yang lama atau yang biasa.
6)
Elaborasi (elaboration); kemampuan untuk mengembangkan suatu ide, konsep atau objek, untuk mempcrkayanya dengan.memperhatikan detailnya. 13
untuk
Kcbutuhan akan kreativitas nampak pada semua aspck kehidupan, baik yang
pribadi
maupun
kclompok.
Kreativitas
memungkinkan
manus1a
mcwujudkan dirinya scpenuhnya sebagai kebutuhan dasar pada tingkat tertinggi, mcmberi kepuasan pribadi pada si pencipta dan meningkatkan kualitas hidup.
u 1\rjatmo ·rjokroncgoro, "Kreativilas da11 Inovasi dala111 Pe11elitia11 ", Educatio Indonesiae> IKIP Muhammadiyah Jakarta, II, no. 1, (Januari-Maret, 1994), h. 2?•
37
Untuk meningkatkan kreativitas pribadi diperlukan upaya-upaya sebagai bcrikut:
1) Meningkatkan tingkat firasat (i11st11isz) individ u, dan kemampuan Iainnya scperti kemampuan spasial, holistik, clan tamsil (imagery). 2) Mem bebaskan individ u dari pengaruh sosialisasi yang cenderung membatasi kreativitasnya. Ini mencalrnp tidak hanya meresosialisasi individu, tetapi juga belajar kebiasaan-kcbiasaan baru yang membantunya mcnjadi Iebih kreatif. 3) Bclajar proses kreatif.1 4 Bagaimanapun upaya yang dilakukan dalam peningkatan kreativitas ini, tanpa adanya keinginan dan dorongan
yang !mat dari dalam (yang tidak
dipaksakan dari Iuar) scseorang tidak akan mencapai keunggulan kreatif. Schingga kreativitas
Jnga
lingkungannya.
tidak
lepas dari hasil interaksinya antara individu dan
Begitupun sebaliknya kreativitas dapat berkembang dalam
Iingkungan yang kondusif, tetapi dapat pula dihambat dalam lingkungan yang tidak menunjang.
C. Hubungan Kreativitas Guru dengan Mengajar
Kccakapan dari tindakan keguruan yang mengandalkan unsur kreativitas dalam penerapannya dapat dipandang scbagai seni yang men.ggejala dalam nuansa
'1
S.C. U tami Munandar, Sugeng Riadi (jm!J1111tiniJ, Tra11sfar1nasi Pendidikan da!a111 Konteks Penge111ba11ga11 S11111ber Daya Ma1111sit1 yang Inovatif da11 Krealif, Op. Cit., h. 76
38
cmosional yang khas dari setiap guru dalam pengajarannya. Tindakan keguruan yang
bersifat autcntik ini merupakan nilai bagi pendidikan yang sebenarnya,
karena
itu
perilaku
dan
ungkapan yang orisinal adalah rincian untuk
pcngembangan kreativitas. Dalam aplikasinya, ha! ini telah menjadikan keputusan bagi guru terhadap pesan pengaJarannya menyatu (mempribadt) dalam diri guru yang bersangkutan.1s Sclain potensi yang
k1?ativitas), seorang guru diharapkan memiliki kemampuan eksp!oratoris yang tinggi tcrhadap
bidang kependidikan dan non kependidikan. I(emampuan ini amat
pen ting dimiliki sebagai tenaga profesional, karena dunia saat ini berubah amat ccpat sehingga diperlukan kemampuan beradaptasi dengan
tuntutan barn.
Kcmampuan beradaptasi ini (exploratory based-competence) dimaksudkan agar para guru senantiasa
tergugah untuk meningkatkan mutu layanan profesionalnya.
'
Dengan begitu, mereka amat sensitif dengan masalah-masalah yang terjadi di sckitarnya sehingga akan lebih inovatif, kreatif dan produktif.16 Kcrnampuan guru untuk mengadakan inovasi secara
kreatif dalarn
rncngatasi masalah-rnasalah pernbelajaran sehari-hari merupakan tuntutan dalam
15
16
A. Samana, Profesio11a!if1J1c Keg11ma11, (Yogyakarta: PT. Kanisius, 1994), cet. ke-1, h. 20
M. Dawam l(Jihardjo (Pe11yu11li11iJ, Ke/uar dari KC!Jle/uJ Pendidika11 Nasio11a/ M mjawah Ta111rmga11 Kualitas Su1J1ber Daya Ma1111sia A bad 21, Qakarta: PT. Intermasa, 1997), cct. ke-1, h. 140
39
mcmberikan
ciri-ciri profesionalnya, sehingga dapat menghilangkan anggapan
bahwa tanpa melalui pendidikan guru, siapa saja dapat menjadi guru. 17 Dari paradigma berpikir demikian, dalam masyarakat industri modern, figur guru tidak lagi dipandang sebagai penyampai ilmu pengetahuan (transmiter ef
kno1v!edgc) belaka, melainkan hendaknya sebagai pengelola pengajaran (director ef !earmiti'J yang handal, kompeten dan profesional. Interaksi
18
antara pengajar dan peserta didik pada proses pembelajaran
adalah untuk memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku dan pertumbuhan positif yang diharapkan. Pengalaman berupa pendidikan, bimbingan dan juga pelajaran akan menghasilkan perubahan peserta didik pada bidang: 1)
Pengetahuan (cognitijj perbendaharaan konsep/prinsip, kekayaan informasi, pemahaman dan lain-lain.
2)
Sistem nilai dan sikap (afektijj : kemauan menerima, menanggapi memberi nilai dan berpribadi.
3)
Ketrampilan (psichomotor) : kemampuan yang menyangkut kegiatan fisik. 19 • Suatu perubahan yang berarti pada diri peserta didik manjadi suatu tujuan
utama pada proses pendidikan,
karena perubahan-pcrubahan ini mencakup
" I bid., h. 28
Sudalim, "Kece11der1111gr111 Pera11a11 GHnt dan Orangtua Pada 1\tlasa j\1_endatang", Jurnal Suara Guru, XLVI, 6 Oakarta,Juli 1997), h. 14 18
l'vfunifah, "At e11i11'--~ka1kan J\111/u ]Je11dirlika11 J\1 e/afui Teknologi Pendidikan", Ju~nal Madania STAIN Kediri, I, 3 (Maret, 1999), h. 66-67 ·
19
40
bcberapa kemampuan yang akan mcncnmkan kcberhasilan dalam pencapa1an tujuan yang dimaksud, bcrupa : Kemampuan ko,~llitif mcrujuk pada pengembangan kemampuan logis dan kemampuan bcrpikir kreatif. Kemampuan afektif meliputi kemampuan seseorang mengembangkkan pcrasaan dan emosinya secara lebih fungsional dan bertanggungjawab ke arah tercapainya keseimbangan antara rasio, indera, persepsi imajinasi dan karsa. Kemampuan psiko111olorik ditandai dengan ketrampilan dan daya tahan fisik dalam mcnyelesaikan tugas-tugas akademik, yang merupakan wujud dari gabungan antara sejumlah proses psikomotorik yang terjadi pada diti scseorang dan bekcrjanya sccara maksimal unsur-unsur fisik yang relevan untuk penuaian tugas itu.20 ;\danya klasifikasi kemampuan ini dapat membantu pendidik (guru/ do sen) untuk
mcncntukan langkah yang harus dilalui dalam proses belajar-mcngajar
(pcmbelajaran), melalui beberapa
pcnelitian dan percobaan dalam teknologi
pcndidikan. Sehingga ketiga domain tersebut bisa terpenuhi dan proses mengajar bisa berhasil secara optimal. Selama ini proses belajar-mengajar dibiarkan berjalan secara alamiah tanpa upaya sistematis yang terfokus untuk kemajuan peserta didik. Sehingga banyak mcnimbulkan pcnyimpangan-penyimpangan dalam mencapai 11/limate goal yang scharusnya dapat dikembangkan oleh pribadi-pribadi guru (pendidik) ataupun murid (pcserta didik).
'°
Dawam lbhardjo V'my1111ti11i), Ke/1111r dari Ke1J1e/11t Pe11didika11 Nasio11al Me11jmvab T1111/1111ga11 Ntalitas S111J1ber D~ya Ma1111sia A bad 21, Of'· Cit., h. 172-175 l\l.
41
Selain bebcrapa hal yang di lalui dalam proses pembelajaran di atas, upaya yang bisa dilakukan oleh para pcndidik adalah : 21
a. AJenciptakan sit11asiyang seiJJthang antara J>engembangan kreativitas dan disiplin. Dengan mcnciptakan
situasi bclajar-mcngajar yang kondusif, dimana
pcndidik (guru/dosen) dapat mendorong kcingintahuan pc3crta didik untuk mcncipta, membcri fungsi barn terhadap scsuatu yang telah ada. Peserta didik diberikan rangsangan berupa pertanyaan maupun penguasaan, sehingga mereka dapat
melihat suatu ha! dari berbagai sudut pandang, menemukan alternatif
pcmccahan masalah yang dihadapi.
b. Afe11cij>1akan situasi yang seimbang antara kebiasaaan komj>etitif (bersaing) dan bekerja sama. Dalam proses bclajar mcngajar pcscrta didik diberi peluang mcnyelcsaikan tugas sccara kompctitif dan memberikan penghargaan bagi yang bcrprestasi. Juga mcmber.ikan
tugas-tugas secara kelompok. Sehingga akan membentuk sikap
koopcratif dan ketahanan bersaing dengan pengalaman
nyata menghargai
kclebihan dan kekurangan masing-masing.
c. Mencij>takan situasijang seiJJtbang antara ke111a111p11a11 bolistik dan e!aboratif. Dalam proses bclajar mcngajar, pescrta didik dikcmbangkan untuk berpikir
21
llfunifah, "M e11i11,gk111ka11 M 11111 Pe11didika11 M elab1i Tek11ologi Pendidika11 '; Op. Cit., h. 68
42
sistcmatis dan imajinatif. Pcscrta didik pcrlu dilibatkan dalam melihat persoalah dcngan berbagai komponcn lain, dan dapat rhenduclukkah persoalah dalah1 kontek yang sisteri1atik.
cl. i'vfenciptakan Jil11aszjang seimbang anlara beifzkir ded11ktif clan ind11ktif. Dalam proses belajar mengajar peserta didik dilatih untuk berpikir secara induktif, sehingga pescrta
didik mampu mempelajari suatu mate1~ pelajaran
melalui ringkasan, mencari informasi, mengamati serta menerapkan konsep dalam bentuk latihan.
e. i'viermptakan sil11asiyar(~ seimbang antara fur/fl/fan dan prakatJa. Peserta didik diuktifkan dengan diberi tuntutan melalui pembiasaan dan kctcladanan, scrla clibcrikan kescmpalan untuk berprakarsa secara clinamis clan kreatif dengan melibatkan peserta didik dalam berbagai proses belajar mengajar dan pengalaman sesungguhnya, sehingga akah tercapai kualitas tujuan belajar mengaiar. Melihat upaya-upaya .tersebut di atas, maka ha! yang petlu digarisbawahi adalah berupa pemikiran
dan tindakan kreatif guru dalam kegiatan belajar-
mcngajar; diharapkan dapat dijadikan sebagai model atau co11toh bagi para siswa, karena hal tcrsebul dapat membcntuk suatu aktivitas clan kcbiasaan yang baik clan benar scrta dapal mempcngaruhi perkcmbangan belajar pada siswa.
BAB IV PARADIGMA TEKNOLOGI PENDIDIRAN DAN 'KREATIVITAS GURU PADA PROSES PEMBELAJARAN
A. Teknologi Pendidikan dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Abad XIX merupakan abacl yang dipengaruhi oleh filsafat positivisme, clan pengaruh ini dirasakan di bidang ilmu pengetahuan sampai sekarang, Abad ini disebut-sebut sebagai "Abad Positivisme", abad yang ditand.ai oleh pikiran-pikiran ilmiah dan disebut "Ilmu Pcngetahuan Modern", schingga apa yang dianggap benar, baik, maju, atau modern diukur menurut derajat positivistiknya.
1
Implikasi
dari pcngarnh terscbut terasa pula di abad sekarang, yaita dengan lahirnya teknologi dari ibu kandungnya, "Ilmu Pengetahuan Modern", yang rumbuh clan berkembang secara cepat. Di zaman modern ini penggunaan telmologi meliputi dan mencakup hampir scmua bidang kegiatan. Dan yang menjadi alasan pemakaian atau pcmanfaatan dari teknologi tcrsebut didasarkan pada alasan-alasan efisiensi,
keejektifan, dan juga ke1!yama11a11. Dalam bidang ekonomi atau perdagangan (misalnya), pcmakaian telmologi yang paling menonjol adalah karena alasan efisiensi. Sedangkan dalam bidang 1-f eru Santoso l_411tfaJa11 l-::.tis Bagi f)erke111hauga11 If:kllologi, (Yot,>yakarta: p·r. 'Tiara Wacana Yogya, 2000), cct. kc-1, h. 1-3 1
1
44
militer, pcmakaian tcknologi lebih diutamakan pada alasan kccfcktifan dan kctc1)ata11 t11enge11ai sasara1i.
Scmcntara dalam bidang pcndidikan, pcmanfaatan tcknologi sctidaknya harus mempcrhatilrnn alasan-alasan yang tcntunya berbcda dengan bidang-bidang lain, ataupun hams mcncakup alasan scmuanya dari bidang-bidang yang ada. Maka dalam pandani-,"1n ini, hal-hal yang mengarahkan pada pemakaian telmologi pendidikan adalah: jmta111a, waktu yang tersedia bagi guru pada jmn pelajaran harus dimanfaatkan sebaik-bailmya
(~'fisie11s1),
ked1111, pelajaran yang diberikan !urns
mcmbuahkan hasil yang bcrmanfaat bagi siswa maupun bagi masyarakat (r:fektijj. Dengan dua alasan tcrsebut, bidang pcndidikan dapat mcmanfaatkan kemampuan tcknologi, karcna dih;1rapkan akan berjalan lancar apabila kclas clan sumbcr belajar a taupun media sebat,"1i alat ban tu pelajaran dapat dikelola, sclain itu tujuan dari penggunaannya pun jclas. Sehingga metodc yang telah ditcntukan scdcmikiai) rupa dapa t mcmbcrikan gairah belajar-mcngajar yang besar bagi siswa dan guru (k.e1!yt1111t111a11).2 Kita berasumsi bahwa tcknologi pcndidikan, baik yang bcrbentuk sofi1vare ataupun /Jan/11,mr, sangat mcncntukan keberhasilan proses belajar-mengajar dalam pendidikan dewasa ini. Namun, dalam ha! ini ada persoalan yang kita hadapi, yaitu
2
Cece \\/ijay;l, et.al., lipt!}'a I>e111ha/Jar11a11 dala1n ])endidikan dan Pengajara11, (Bandung:
H. cn1;.1ja Rosdakarya, 1992), cct. ke-4, h. 1
P1~.
45
bagaimana mcngubah s1kap statis (1idt1k kmtli/j dan cara-cara konvcnsional. Dalam arti, scmua pihak yang tcrlibat dalam dunia kcpendidikan tcmtama para guru, at,>ar mau aktif mcncari dan mcngcmbangkan sistem pcndidikan, selain itn apa yang scclang dikcmbangkannya mcncakup sikap ketcrbukaan bagi kemajuan tcknoloh>:i (tcknologi pendidikan). Scbagai suatu solusi (ialan keluamya) dalam mcngatasi persoalan tcrsebut sccara hipotcsis ialah mcnanamkan silmp inovatif (pelllhaham) pada para gum khususnya cl;m lembag,1 pcndidikan pada umumnya. Proses ini lebih dikenal dalam dunia pcndidikan dcngan "pcmbaharuan pcndidikan". Kita hams menanamkan sikap inovatif lebih dahulu, barn kita bisa mengharapkan telmolo1:-,>i pendidikan itu disernp (rliad1rps1) oleh guru, clan lcmbaga pcndidikan. lstilah "Pcmbaharuan pendidikan" seba1:-,>ai perspektif barn dalam dunia kcpcndidikan mulai dirintis scbagai altcrnatif untuk memccahkan masalah-masalah pcndidikan yang bclum clapat diatasi deni.,>an cara konvensional sccara luntas. Jadi pcmbaharuan pcndidikan dilakukan untuk mcmecahkan masalah pendidikan dan mcnyongsong arah pcrkcmbangan dunia kepcndidikan yang lcbih membcrikan harapan kcmajuan lcbih pesat. Saat ini, pcmbah:1ruan pcndidikan lcbih dititikberatkan pada pcningkatan mutu at:au kualitas pcndidikan. Olch scbab itu scmua upaya yang mcnuju kepada peningkatan kualitas proses dan hasil belajar siswa hams dicari dan dicoba dalam
46
bcrbagai bennrk,
tcrmasuk
faktor
pcndukungnya. Sepcrti halnya dent,>an
kemampuan dan disiplin guru dalam melaksanakan tugas dan t-inggungjawabnya (hams diti11gka1k1111), tcrmasuk menegakkan disiplin belajar di kalai1t,>an siswa, jut,>a
mcngoptimalkan pcnggu11aan sumbcr belajar yang telah d:im11iki. Selain itu, faktor lainnya mcskipun tcrkadang mengalami kesukaran dan hambatan-hambatan scperti pada pcnilaian dan pengawasan dalain menjalin hubungan sekolah dengan nrnsyarakat (hams !dap di11lt1111t1ka11). Dari semua bcntuk dan faktor pendukung tcrsebut s(:bagai bagian pcnting yang tak c!apat dipisahkan clalam mengupayakan pcningkatan mutu pcndidikan. 3 Pcnernpan
tdmologi pcndidilmn dalam konteks peni11gkaran mutu
pendidikan, hendaknya membuat proses pcndidikan dan proses belajar-mengajar mcnjacli lcbih cffisicn, lcbih cfcktif scrta mcmberikan nilai tambah yang positif. Efektif dan efisien berarti upaya pendidikan yang kita lakukan hendalmya dapat mencapai tujuan yang tclah
diga1~skan
dengan sedikit mungkin rnengeluarkan
biaya, tcnat,>a dan waktu. Schingga dengan dernikian teknologi pendidikan mcmpunyai potensi dan peran yang besar dalarn meningkatkan mutu pendic!ikan, tidak saja rnutu out-putnya tctapi jui.,>a prnscs dan in-putnya.
3
Nana Sudjana,
fJe1J1b1J1at111 da11 J>e11J!/IJJha1{ga11
Baru, 1991), cet. ke-2, h. 124
101rikub1111 di S'ekola/J, (13andung:: P'1'. Sinar
47
Kondisi seperti tersebut diatas dimungkinkan karena telmologi pendidikan memiliki beberapa potensi sebagai berikut :4 1) Meningkatkan produktivitas pendidikan, dengan jalan : - mempercepat laju belajar (rate of learniniJ - membantu guru untuk mcnggunakan waktunya secara lebih baik 2) Memberikan pendidikan yang sifatnya lebih individu21l, dengan jalan: - mengurangi kontrol guru yang kaku dan konvensional - memberikan kesempatan anak belajar secara maksimal Hal ini sangat penting karena pada hakikatnya proses belajar te1iadi dalarn individu masing-masing. Dengan penerapan teknologi pendidikan individu karaktcristik individu yang berbcda-beda lcbih dapat terlayani, karena adanya berbagai pilihan sumber bclajar. 3) Memberikan dasar yang ilmiah pada pengajaran, dengan jalan : - perencanaan program pengajaran yang lebih sistematis, - pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi penelitian tentang perilaku manusia 4) Lebih memantapkan pengajaran, dcngan jalan : Meningkatkan komunikasi
kemampuan
manusia/guru
dengan
berbagai
media
5) Kemungkinan helajar secara sekctika (immediary of!earniniJ, karena dapat: Mcngurangi jurang pemisah antara pelajaran di dalam dan luar sekolah, .Memberikan pengetahuan langsung. Apa yang ada di luar sekolah dapat dibawa masuk kc kelas. Atau setting yang tidak terpaku di ruang kelas akan rnembawa anak-anak ke alam nyata di masyarakat.
6) Memungk:inkan penyajian pendidikan secara lebih luas, temtama dengan adanya media massa, dengan jalan : Pemanfaatan bcrsama (secara lebih luas) tcnaga atau kcjadian yang langka, penyajian informasi yang tembus batas gcografi,
------------" Arief S. Sadin1an, "Pera11 'fek.110/ogi dalo111 A-1e11i11gkatka11 Teknodik, IV, No. 8 (Mei, 2000), h. 10
lvfH/tf
l)c1ulidika11 J)asar", Jur11al
48
Peran teknologi pendidikan yang telah disebutkan, tidak saja rnernbantu dalam mcntcrjcmahkan kurikulum kc dalam bahan belajar (cctak maupun non cetak) sccara lcbih bagus, namun juga dalam merancang kurikulum itu sendiri. Sccara singkat bahwa teknologi pcndidikan rncrnpunyai tujuan pada penggunaan secara sistematik dari ilmu pengetahuan clan telmologi tentang h11man
kar11i1~g
bagi
kebutuhan-kcbutuhan praktis dalarn proses belajar clan mengajar. (as the aplimtioJI ofrl/lr sclm!lflc k11mv!erf~e 11/Jo11/ h111111111 km1l11g lo the pnu11m! 111.rl•.,s tf leachi11g mid le11mi11g) 5
Dari set,>i perkcmbangan paradigma teknologi peudikan yang sudah bcrjalan, kom<ep teknologi pendidikan yang ada dapat dildasifikasikan sedikitnya mclalui lima paradigma : 6
1.
Pcndekatan kerekayasaan (Engineering crpproach) yakni rnenggunaan media audiovisual sebagai alat bantu dalam proses belajat-·rnengajar. Oleh karena itu media dianggap sebagai ciri utarna dalam teknologi pendidikan.
2.
Pendekatan system (.fystelll crpproach) clan teori komunilmsi dalam kegiatan pendidikan maksudnya dalarn garapan pendidikan khususnya proses belajar mengajar terdapat sejumlah unsur yang saling bcrhubungan dan terkait serta mcnunjang dalarn pencapaian tujuan. Demikian juga dalarn konsep teori komunikasi yang diterapkan dalam kegiatan pendidilmn, t,>um sebagai penyampai pesan (sendc1) kepada peserta didik (receivc1) mclalui berbagai saluran (chmmelr) kc arah pencapaian tujuan,. ha! tersebut sangat dipengarnhi oleh karakteristik lingkungan, kekurangan patutan antara unsur-unsur akan membuahkan ganf{f!;uan komunikasi (hoisses).
Pumomo, S.A, "Alib Tek110/JJg1; Jekno/JJgi Tepat G1111a da11 Jeknolngi Pmdidikan Pada Era Lepas Lant/as'; J urn al Media Pendidikan dan limn Pengetahuan XKIP Surabaya, XIV, 554, 5
(1\gushis, 1991), h. 65 6
Munifah, ''lvfetul1gkatkan Mlltll Pend1rhkatJ l'vfe!a!ui Tekno!ogi Pendidikan'; Jumal Madania STAIN Kediri, I, 3, (Maret 1999), h. 69
49
3.
Pendekatan manajemen proses instruksional (j11sir11ctio11a! management approach) yakni unsur-unsur yang memiliki fungsi berbeda dipadukan secara harmonis dan integratif.
4.
Pendekatan ilmu perilaku (behavior sdence) yakni dengan memfokuskan perhatian pada peserta didik agar dapat belajar secara efektif clan effisien.
5.
Pendekatan seni dan lingkungan (art and environ mental approach) yakni dengan mengusahakan proses clan produk teknologi pendidikan bersifat anggun (elegant; akrab dan serasi. Dengan
demikian,
teknologi pcndidikan atau instmctiona! technology
mempunyai makna yang tidak hanya lalur pada media-media barn dalam dunia komunikasi, mclainkan teknologi pendidikan inipun lalur sebagai dasar pada dunia pendidilmn untuk dapat menciptakan tujuan-tujuan pembelajaran yang dapat membantu dan mempcrmudah para guru (pendidik) dalam mcncapai tujuan khusus instruksionalnya sccara cfcktif dan efisien, serta mempermudah para siswa dalam menangkap materi pdajaran, dan memperkaya pengalaman belajar. Ditinjau menyangkut
secara
metodologis,
pengembangan
penerapan
teknologi
pendidikan
1111
metode-metode pengajaran yang karakteristik
langkah-langkahnya, scbagaimana misalnya : 1) Merumuskan tujuan khusus dcngan cermat dalam bentuk produk perilaku siswa yang dapat diamati sehingga dapat diukur keberhasilan proses belajar mengajar tersebut. 2) Meneliti pcngetahuan, ketrampilan, dan sikap yang telah dimiliki anak didik (dahulu disebut apcrsepsi) sebagai dasar pelajaran baru sehingga diketalmi kemajuan yang dicapai berkat proses belajar mengajar itu. 3) Menganalisis bahan pelajaran yang akan disajikan dalam bagian-bagian yang dapat dipelajari dengan mudah.
50
4) Berdasarkan analisis bahan pclajaran tersebut menentukan; a) sekuensi bah an pelajaran yang akan dipelajari siswa agar dapat dicapai basil belajar yang optimal b) strategi yang paling tepat untuk menyampaikan atau menyajikan bahan pclajaran itu; 5) Mengujicobakan program tersebut untuk mengetahui kelemahan-kelemahan. 6) Bila diperlukan kemudian, mengadakan perubahan dai1 perbaikan/ revisi 7 untuk meningkatkan mutu program tersebut. Sejalan dengan penerapan teknologi pendidikan itu, para supervisor pendidikan dan pengajaran, beserta para guru untuk dapat memahami, membina, dan mengembangkan, serta menerapkannya secara cermat dan tepat-guna dalam proses mengajar dan belajar. Untuk itu perlu disusun program pengajaran yang di dalamnya (baik so/iware maupun bcmbvare) secara selaras dan serasi dengan tujuantujuan pengajaran yang ingin clicapai, serta sesuai dengan karakteristik kepribaclian para guru yang bersangkutan. Tersusunnya program pengajaran yang cermat dan selaras serta serasi inilah yang mcnjacli inti dad teknologi pendiclikan. Kebijakan teknologis tersebut cliarahkan clapat menciptakan individuinclividu (tenaga kependidikan/guru) dan kelompok-kelompok ke1ia yang kreatif (inovatif), produktif, dan otonom yang disertai rasa tanggungjawab. Karena pada dasarnya proses pendidikan bukanlah suatu peketjaan yang bersifat rutin, sckalipun Jui;a tahu seorang guru dapat saja mengajar satu mata pelajaran tertentu 7
Socjono Trimo Ml .S, Pmge111b011pm Pe11didikm1; D!1!1ia Pe//(lidik1111 rlm1 Beberapa Masn!ab1!Jn, (Bandung: PT Rcmaja .Karya, 1986), cet. kc-1, h. 151
51
untuk bertahun-tahun lamanya secara bernlang-ulang, namun metodologi yang diterapkannya amat tergantung pada tingkat readiness si anak didik serta perubahan-pcrubahan tuntutan lingkungan sosial clan pranata yang ada dalam sckolah dan masyarakatnya. Oleh karena itu, hakikat dari pekcrjaan di dunia pendidikan lebih banyak mcmedukan olonomi yang sccara sadar barns ada pada setiap tenaga kependidikan, mcngingat adanya otonomi ini (independence) amat dipcdukan sebagai prasarana tcrciptanya krcativitas, inisiatif, dan tingkat pcrformansi yang tinggi dalan1 proses prod uksi tadi.
8
1-Ial inipun berarti bahwa pendidikan harus tanggap terhadap kebutuhankebutuhan dari suatu masyarakat yang terus mengalami perubal1an. Selain itu, juga tanggap tcrhadap pcrubahan dan mcnyerap perkembangan baru yang tcrjadi dalam ha! materi belajar dan teknologi pendidikan.
8 [ hid.,h.
97-98
52
B. Strategi Pembelajaran Modem sebagai Upaya Menuju Pembelajaran yang Inovatif
Perkembangan ilmu pengetahuan modern telah memberikan kepada manus1a suatu kekuatan telmologis yang dapat mewujudbn fantasi dan impian manus1a clalam kenyataan. Meskipun ilmu dan telmologi ini dapat memberikan kepada manusia kekuasaan, namun tidak dapat membuat· manus1a mampu menguasai 'dirinya sendiri, untuk mengarahkan kehidupan sosialnya ke arah kcbaikan dan kctcnangan. Di sanalah timbul tanggungjawab besar yang hams ditunaikan oleh pendiclikan sebagai alat sosial agar dapat berfungsi sebagai pcngelola terhadap kcbaikan ilmu clan mcmpcrgunakannya untuk kesejahteraan dan kebahagiaan serta pcngcndalian nafsu egoisme dan kerakusan manusia itu sendiri. Selama pcndidikan tidak dapat mclakukan tugas kemanusiaanya, maka manusia akan tetap berada di pintu gcrbang bahaya yang mcngancam.
9
Bagi manusia yang saclar-diri dan sadar-lingkungan, serta aktif clan krcatif, penclidikan bukan sekcclar penanaman kebiasaan ataupun btihan, seperti halnya dikcnakan pada hewan. Bagi manusia, pc;ndidikan memang memerlukan latihan, pembiasaan akan tetapi di samping itu juga pembangkitan clan pembinaan kala 9
l"adhil aJ-I)ja1nal1, 1'rfer(lht1s f(risis /)e!ldidik1111 lJ1u1ia I.r!t1111, Qakarta: Golden
1989),cet. ke-1,h. 71
~frayon
Press,
53
hati atau hati m1mni yang kelak akan membentuknya memilih mana yang harus dikerjakan, dan meninggalkan mana yang seharusnya ditingg-alkan. Kodrat manusia untuk dapat hidup aktif-kreatif, sadar-diri dan sadarlingkungan akan mcmbantu melancarkan pendidikan, sehingga pandangan terhadap sistem pendekatan inovatif dan kreatif dalam pelaksanaan dan pengelola pendidikan, diarahkan dengan melalui penekanan empat konsep pendidikan yang menjadi pilar pembelajarannya, yaitu : (I) Leaming la k1101v, yang menekankan pentingnya makna learning ha1v to learn (2) Leamitig lo do yang menekankan makna pentingnya pengembangan kemampuan untuk menghadapi situasi/masalah yang beragam dan berubah-rnbah (3) Learning lo lire lo
<~11m
dari manusia abad 21 dalam menghadapi arus informasi dan
kehidupan yang terus-mencrus berubah. Prinsip yang ada pada empat pilar pembelajaran di. atas, pada dasarnya pcndidikan hams menekankan pada belajar berpikir. Hal ini ditunjukkan bahwa arus infonnasi yang bcgitu cepat bcrubah dan semakin lama semakin banyak yang w H. Djamaluddin dan Abdullah Alif, Kapita Sc!ckta Pmdidika11 .T.rlm11, (Bandung: Pustaka Seta, 1998), cet. ke-1, h. 20
54
tidak mungkin lagi dikuasai oleh manusm, karena keterbatasan kemampuan otaknya. l\faka proses belajar yang teru,;-meneru,; terjadi seumur hidup ialah seharusnya menerapkan belajar bagaimana berpikir. Berangkat dari paradigma belajar berpikir sebagai strategi pembelajaran modern, maka diperlubn pola-pola baru yang discbut sebagai
i11111Jt'{lfiz.~ !earmiz~,
agar para siswa ataupun para komponen pendidikan mampu mengarungi masa depan yang banyak mengandung situasi barn yang tidak dapat dihadapi dengan pola-pola pcrilaku yang telah kita kuasai selama ini. Dengan demikian, proses pembclajaran ini harus mengembangkan polapola perilaku baru, yang sesuai dengan tuntutan situasi barn. Kegiatan untuk mcngenali dan menguasai pola-pola baru ini berbeda dengan maintenance learning yang bersifat adaptif, menyesuaikan diri secara pasif dengan apa yang sudah ada, dan tidak berdaya bila dihadapkan dengan situasi baru. 11 Pola baru yang dimaksudkan tersebut, bila mengacu pada paradigma pendidikan sistemik-organik yang menekankan prinsip bahwa proses pendidikan (pendidikan formal sistem persekolahan), harus memiliki ciri sebagai berikut: 1) Pendidikan lcbih menekankan pada proses pembelajaran (learniniJ daripada mengajar (teachiniJ 2) Pcndidikan diorganisir dalam suatu struktur yang fleksibel
l l Muchtar Buchori, Trrm.rfor111asi Pmrlirlika11, (Jal<arta: Pustaka Sin:u: Harapan dan !KIP Muhammadiya.h Jakarta Press, 1995), h. 79
55
3) Pendidikan mcmpcrlakukan pcserta didik scbagai individu yang mcmiliki karakteristik khusus clan mandiri. 4) Pcndidikan merupakan proses yang berkcsinambungan dan senantiasa
berinteraksi dcngan lingkungan.
12
Dengan dcmikian konsep belajar dan pembelajaran ban.ts diubah dan membuka pintu kepada
tehnik pembelajaran modern, sungguhpun tetap
dibutuhkan pendidikan tatap muka oleh orang tua, guru, dan oleh lembagalembaga
ke~nasyarakatan
lainnya di dalam rangka pembentukkan akhlak manusia
abad 21. 13
C. Kreativitas Guru sebagai Tuntutan Pembelajaran di Era Informasi Pergescran-pergeseran yang terjadi saat ini adalah merupakan konsekuensi logis dari pesatnya perkembangan sains dan teknologi, sehingga orientasi pendidikan diposisikan tidak jauh dai-i mainstream perkembangan sains dan teknologi modem, yang secara akademis dijadikan asset kemodernan dengan bahasa pembangunan. Orientasi pendidikan yang didasarkan atas tuntutan ilmu pengetahuan dan kebutuhan tehnik, hanyalah pendidikan yang mengutamakan perkembangan ratio Dean T. Jamison, Cost Factor-r i11 Pla1111ing Ed11calio11a! Tech110/ogy Syste111s, (UNESCO, Paris: fnterrh-itional Institute for E~ducational Planning. 1977), h. 9 12
u H.A.R. Tilaar, Behcrapa Agct1da Rejimllasi Pe11d1dika11 Nasiot1a! dala1J1 Pcrspektif Abad 21, (Magelang: PT. Tera Indonesia, 1999), cet. kc-2, h. 60-61
56
semata-mata. Pacla tingkatan ini, pencliclikan yang mempunyai clasar clemikian memang akan menghasilkan orang-orang cerclik panclai yang mempunyai pikiran
brilian, akan tetapi clalam panclangan jagaclnya (;vorld vieJJJ) mempunyai asas-asas
. yang sa1a11. 14 p1·1man Anggapan
tersebut muncul
karena pacla proses pencliclikan yang
dikembangkan bukanlah kecerdasan ratio semata, melainkan kecerclasan tersebut digunakan sebagai kecerdasan untuk mengembangkan potensi-potensi diri, yang sangat berhubungan sekali dengan pengembangan kreativitas. Maka perlu bagi para guru, clituntut untuk dapat berpikir clan bertinclak kreatif baik dalam merencanakan, mengelola, mengalihkan ilmu pengetahuan clan scbagainya, karcna di dalam proses kegiatan belajar-mengajar merupaJmn proses interaksi antara guru dan siswa. Pemikiran clan tindakan kreatif guru daJam kegiata.11 belajar-mengajar diharapkan sebagai model yang dapat di contoh oleh para siswa, karena hal itu dapat membentuk suatu aktivitas dan kebiasaan yang baik dan bcnar serta mempengaruhi perkembangan belajar pada siswa. Pcmbinaan krcativitas guru, sangat dibutuhka11 sekali bcrkaitan dengan paradigma pembelajaran saat ini dan perkembangan era informasi yang sedang berjalan.
S~hingga
daJam pembinaan tersebut, sebagaimana yang telili dituliskan
oleh Bapak Tilaar mengcnai pcmbinaan guru ini, disebutkan beberapa kriteria
H
Samsul Arifin, el.al., Sp1!it11o!itas ls/11111 dall Pemdahall Maso D111a11,
1996), h. 152-153
0'01,,>yakarta:
Siprcss,
57
khusus mengenai profesi keguruan atau beberapa karakteristik profesi guru abad 21, scbagai berikut:.
( I ) l'viemiliki kcpribadian yang matang dan berkembang (met11re and developing penwza!ity). Di dalam tuntutan kepribaclian tersebut berarti bahwa seorang guru untuk masyarakat abad 21 adalah seorang profesional. Sebagaimana yang dirumuskan oleh Meister : "Pro.fassio11alism is jJredomina11t!y an attit11de, not a set ef co1JJpetencies''. Hal ini berarti bahwa memasuki profesi guru haruslah sangat selektif karena jabatan guru adalah jabatan yang sangat profesional clan dapat bersaing dengan profesi-profesi lainnya di dalam masyarakat abad 21.
(2) Menguasai Iptek yang lrnat. Seorang guru profesional yang akan menginspirasi anak didiknya kepada ilmu pengetahuan haruslah menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi itu sencliri. Oleh sebab itu penguasaan ilmu pengetahuan yang sctengah-setengah clari seorang guru akan ticlak memadai lagi. Seorang guru profesional pertama-tama haruslah seorang ilmuwan clan kemudian clibentuk menjacli seorang pencliclik profesional. (3) Menguasai ketrampilan untuk membangkitkan minat peserta didik. ( 4) Pcngembangan profcsi yang berkesinambungan. Karakteristis ini berarti bahwa profesi pendidik yang profesional merupakan suatu profesi yang berkembang terus-menerus karena praktek pendidikan bukanlah suatu proses robot atau mcsin. lfal ini \)t:rarti profesi guru clibentuk dalam program pre. d . . . . 15 ser111ce an t11-sen11ce yang te1111tegras1. Guru-guru yang kreatif dan inovatif selalu akan mengubah strategi clan tehniknya sesuai dengan kcragaman tujuan mengajarnya. Tehnik-tehnik itu (mctode) juga harus dipakai sesuai dengan efektivitas dan efisien seperti ditct:apkan dalam kritcria, yakni cfisiensi, efektivitas clan ketedibatan siswa. 16
" 1-l.A.R. Tilaar, Behempa A,~e11d11 Jl..ejor1JJasi Pe11didika11 Nasio11al dalaJJJ Perspektif Abacl 21, (Mai,>clang: PT. Tera Indonesia, 1999), cet. ke-2, h. 61-62 16
Dr. M. Saleh Muntasir, Me11ca1i Ei#mri Is/a1JJ; A11ali.ris AMJI Si.11m1 .Filsefat, Strategi, cla11 iVIcrodo!ogi Pemliclikcm Agallla Islalll, Qakarta: CV. Rajawali, 1985), cet. ke-1, h. 149
58
Dalam era globalisasi
1111
manusia dituntut untuk kreatif dalam
menciptakan segala sesuatu, sehingga apa yang dikehendakinya clapat berjalan dengan cepat dan dapat diselesaikan dengan sempurna. Dalam pandangan yang bcrbeda, menurut para pakar tenaga kcpendidikan, unsur da1-i sikap profcsional diharapkan mampu memenangkan kompetisi pada era global mendatang, sehingga dibutuhkan kriteria-kriteria sebagai berikut :
1)
Intelektual; tercemin pada kemampuan berkreasi barn, berinovasi, cerdas, kritis, memiliki daya nalar yang tinggi dan siap meneliti sesuatu secara mendasar dan mendalam,
2)
Moral-e1nosional; tercermin pada kemampuan dan etos kerja yang tinggi, sikap dan keinginan berpretasi yang tinggi, motivasi pengembangan diri, percaya, percaya diri dan berorientasi pada prestasi keunggulan,
3)
Sosial; tercermin pada kesediaan kerjasama, kebersamaan, kekluargaan, matang dan berkeseimbangan, disiplin clan bertanggungjawab,
4)
Spiritual; tercermnin pada sikap iman clan tagwa. Sikap ini bukan hanya menyatakan percaya bahwa Tuhan itu acla dan Mahaesa, akan tetapi sampai pada titik bersedia taat dan patuh kepacl-Nya, siap disuruh dan diperintah oleh-Nya dan dengan sukarela menjauhi larangan-Nya,
5)
Fisik; tercermin pada kesehatan dan kebugaran, memiliki daya tahan untuk
bekerja, berprestasi, dan sebagaganya.
17
Kriteria-kriteria tersebut dijaclikan sebagai pondasi clalam menyikapi kemajuan ilmu clan teknologi dewasa ini. Dad sikap-sikap tersebut diharapkan mampu mengendalikan diri selaras dengan nilai yang diakui sendiri, dengan caracara bersikap tersebut, kewaspadaan terhadap ekses-ekses negatif dapat di atasi. Qomari Anwar, Peral/ da11 T1tg11s 1.YTK dafa111 Era Globalisasi, dalam buku Trt111sjimnasi Pendidika11 di llldo11esia, dm1 Ta11trmg1111zrya di Masa Depa11, Qakarta: IKU' Muhammadiyah Jakarta 17
Press, 1996), h. 105
BABV PENUTUP A. Kesimpulan Bcrdasarkan dcskripsi yang sudah dipaparkan dalam tulisan ini, maka dapat disimpulkan bebcrapa ha! sebagai berikut: 1. Perkembangan arus modernisasi dan teknologi dalam era globalisasi ini,
yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan dengan amat cepat dalam segala bidang, merupakan tantangan barn yang hams dihadapi. Perubahan dan tantangan ini dalam dunia pendidikan sebagai suatu perubahan yang tcrjadi pada wajah dan watak dunia pendidikan yang mcrup;1kan proses dalam mcncari jawaban akan kcbutuhan manusia masa kini dan masa mendatang yang dikenal dengan istilah transformasi pendidikan. Dcngan mempertimbangkan kebutuhan masa kini dan masa depan, transformasi pendidikan haruslah berfokus pada perubahanperubahan, baik yang sudah maupun yang akan terjadi, dengan mcmandang sikap ketcrbukaan serta alam pikiran yang brilian, termasuk kcterbukaan terhadap budaya dan cara-cara baru. Sehubungan dengan ini, peranan dari kreativitas dalam pendidikan sangat esensial, termasuk pemupukan sikap dan kembangkan.
pemikiran kreatif yang harus ditumbuh-
60
2. Kemajuan dalam teknologi pcndidikan demikian pe:>at sehingga banyak bcrpcngaruh dalam usaha pcningkatan mutu pendidikan. Sejalan dengan ha! tersebut, adalah tugas dan tanggungjawab administrator pendidikan, terutama sckali supervisor pengajaran, untuk dapat mengimplementasikannya dalam proses belajar-mengajar di sekolahnya, serta memfasilitaskan pengembangan pengctahuan profesional para guru dalam ha! penyeleksian dan pendayagunaan media instruksional yang merupakan salah satu dimensi dari teknologi pendidikan tersebut. 3. Kreativitas bagi guru merupakan salal1 satu penunjang keberhasilan proses pembelajaran, artmya di dalam mengajar yang kreatif, guru dituntut untuk mcmiliki intelegensi yang tinggi, mempunyai wawasan ilmu pengetahuan luas, kaya dengan icle-de clan informasi yang dapat mewujudkan melalui kegiatan rutinnya sebagai tenaga penclidik clan pengaiar. 4. Tujuan utama pada proses pendidikan, dicapai melalui beberapa kemampuan yang dikategorikan kepacla : Tttjt1a11 kognitif, berkenaan dengan kemampuan individual mengenal dunia sekitarnya yang meliputi perkcmbangan
intelektual
atau
mental.
T11j11an
afektif, mengenai
perkembangan sikap, pcrasaan, nilai-ni!ai yang dahulu sering disebut perkembangan emosional dan moral, sedangkan t11j11an psiko-motor,
61
mcnyangkut perkcmbangan ketrampilan yang mengandung unsur motoris. Ketiga macam tujuan itu secara sederhana dapat dipandang sebagai tujuan yang bertalian dengan head (yakni aspek kognitif), heart (afektif), hand (psiko-motor).
B. Saran Menanggapi problematika dari asumsi tentang teknologi pendidikan dalam proses pembelajaran, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu : 1. Bagi para pelaku atau komponen pendidikan, yang melibatkan tenaga pendidik, juga para peserta didik, hendaknya sadar bahwa teknologi adalah bagian dari kebudayaan tetapi tidak selalu sesuai dcngan satu sama lain, seringkali ada pertentangan kepentingan, artinya telmologi bisa dipandang sangat bersifat amoral dan tidak memihak. Oleh karcna itu, moralitas teknologi terletak pada bagaimana teknologi itu digunakan. Hal i:ni berarti bukan perangkat keras yang menjadi masalah tetapi bagaimana program atau perangkat lunak dirancang dan disajikan lC\vat perangkat keras terscbut agar bisa dipakai dalam dunia pendidikan. 2. Banyak orang berpikir bahwa teknologi adalah obat mujarab (panacea) yang dapat memecahkan semua masalah (termasuk bidang pendidikan).
62
Akan tetapi bagi kita sebagai pelaku pendidikan tidak boleh terlalu bcrharap kcpada teknologi, karena teknologi tidak selamanya menjadi solusi yang clapat menjamin terlaksananya proses belajar yang baik. Teknologi hanyalah alat yang dapat menunjang pendidikan clan pembelajaran, bukan sebaga tujuan yang ingin dicapai dalam pencliclikan. 3. Perlu diketahui bahwa investasi clalam sumber daya manusia yang kreatif clan inovatif mampu menghadapi tantangan masa kini dan masa clepan. Sehinggga kita sebagai calon penclidik (guru) perlu bersikap clemikian. Guru yang kreatif merupakan salah satu penunjang keberhasilan proses pembelajaran, artinya di dalam mengajar yang kreatif, guru dituntut untuk mcmiliki intclegcnsi yang tingi,>i, mcmpunyai wawasan luas, kaya dengan ide-ide dan informasi yang clapat diwujudkan melalui kegiatan m tinnya sebagai tenaga pendidikan clan pengajaL 4. Bagi para mahasiswa keguruan, terutama mahasiswa IAIN Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendiclikan Agama Islam agar mampu menyerap ilmuilmu penclidikan (keguruan) clan ilmu-ilmu agama secara integral, agar ket·ika terjun kc lapangan pendiclikan, tidak hanya menguasai bidangbidang tertentu saja, melainkan mampu mengenal bidang lainnya, clan senantiasa saling mengaitkan antara biclang yang satu dengan bidang lainnnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Djamali, Fadhil, 1\1erabas Krisis Pendidikan Duma Islam, Jakarta: Golden Trayon Press, 1989 Arifin, Muzayin, H., Prof., M.Ed., Pendidikmz Islam da!am Ams Dinamika J..1asyarakat; S11a/u Pendekatan Filoslfjis, Pedagog1j; Psikososia! dan Ku!tura!, Jakarta: PT. Golden Terayon Press, 1991 J\rifin, Samsul, dkk., Spiritua!itas Islam da11 Peradaba11 Masa Depan, Y ogyakarta: Sipress, 1996 i\sshiddigie, Jimly, Ali Mustafa T, dkk (Ed.), Sumber Dqya lvfa1111sia ;mtuk Indonesia Masa Depan, Jakarta: PT Cita Putra Bangsa, 1997 B. Hurlock, Elizabeth, Perkembangan Anak, Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 1990 Batie,
J.A,
dan R.L Shannon, (ferj. Sans. S. Hutabarat), Gaga.ran Bartl dalam Pendidikan, Jakarta: PT. M utiara, 1998
Djamarah, Syaiful Bahri, Drs., Gum dan Anak Didik dalam Interaksi Edttkatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2000 Djuaeli, M. Irsyad, H., Pembaman kembali Pendidikan Islam, Jakarta: Yayasan Karsa lJ tama Mandiri, 1998 Ekosusilo, Madyo dan RB. Kasihadi, Dasar-dasar Pendidikcm, Semarang: Efthar Ofset, 1990 Evans, James R., (I'erj. Bosco Carvallo), Bepikir Kroatij; Jakarta: Bumi Aksara, 1991 Husein, Machnun (penyunting), Etika Pemba11gu11a11 da!am Pemikiran Islam di Indonesia, Jakarta: Rajawali, 1998 Ismail SM, dkk (Ed.), Paradigma Pendidikan Islam, Y01,>yakarta: Pustaka Pelajara, 2001 Langgulung, Hasan, Prof. DR., Kreativilas dan Pendidikan lslatJJ; Ana/iJis Psiko!ogi dan FaLrcJji1h, Jakarta: PT. Pustaka al-Husna, 1991
64
Mudyahardjo, Redja clan Tim Penyusun, Dasar-dasar Kependidikan, Bandung: IKIP Bandung, 1987 Muhaimin, H. Prof. Dr. JVIA., Kon!roversi Pemikiran Faz/Hr Rahman; StHdi Ktitis Pembahaman Pendidikcm Islam, Cirebon: Pustaka Dinarnika, 1999 Munandar, S.C. Utarni, Kreati1itas Span;angiVlasa,Jakarta: PT. Gramedia, 1987
------------, Mengemhangkan Baka! elem Kreativitas Anak Sekolah; Petunjuk Bqgi Para Glim clan Orang Tua, Jakarta: PT. Gramedia, 1999 Muntasir, M. Saleh, Dr., Mencari Evidensi 1.r!am; Anali.ris Aiva! Sir/em Filsafat, Strategi, dan tvJ.etodo!ogi Pendidikan Agama IslmJJ, Jakarta: CV. Tajawali, 1985
------------, Penga;imm Terprogram; Tekno!ogi Pendidikan dengan Penganda!an Tutor, Jakarta: CV. Rajawali, 1985 Miarso, Yusufhadi, dkk., DejiniJi Tekno!ogi Pendidikan/ Saluan T11gas Deftnisi dan Terminolo,~i AECI~ Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1994 Nasution, Prof. Dr. l'vli\., Teknologi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi J\ksara, 1999 Rahardjo, M. Dawarn (Pe1!JuntiniJ, Keluar dari Keme!ut Pendidikan Nasional lVIenjaivah Tantangan K11alitas Stcmher Dqya Manusia Ahad 21, Jakarta: PT. Intermasa, 1997 Rah mat, Jalaluddin, DR., dan Abdullah Idi, Drs., M.Ed., Filrqfot Pendidikan, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997 Rahmat, Miftah F, Catalan Kang ]ala!.· Visi Media, Po!itik dan Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998 Rais, Amien, Permasa!ahan Abad 21 Sebtcah Agenda, Yogjakarta: SI Press, 1993 Riadi, Sugeng, Drs., dkk (Penyunting), Transfarmasi Pendidikan di Indonesia dan Tantangcmnya di Masci Depan, Jakarta: IKIP Muhammadiyah Press, 1996 Rohman, Abdul clan Ismail SM (eel.), Paradigma Pendidikan Islam; Pendidikan Islam dalam Pemhahan So.rial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001 R. Evans, James dan Bosco Carvallo (.penterjemah), Berpikir Kreatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991
65
R. Seniawan, Conny, A.S. Munandar, S.C. Utami Munandar, Memupttk Bakat dan
Kreatititas SiSJva Sekolah Menengah - Petttt!)ttk Bagi Gttru dan Oran,g Ttta, Jakarta: PT. Grnmedia, 1984 Samana, A, Profasionalisme Kegttruan, Yogyakarta: PT. Kanisius, 1994 Seniawan, Conny, dkk., Dime11.1i Kreativilas dalam FiLrafat 1111111, Bandung: PT. Rosdakarya, 1988 Sudjana, Nana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulun1 di Sekolah, Bandung:: PT. Sinar Barn, 1991 Socdijarto, lvlemantapkan Sirtem Pendidikan Nmiona!,]akarta: PT. Gramedia, 1999 Soedjatmoko, Dimensi ~Mam1.ria dalam Pen1ban,~11nan, Jakarta: LP3ES, 1983 Supeno, Hadi., Potret Gum, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995 Tilaar, H.A.R., Prof. DR., 13eberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Pet:rpektifAbad 2 I, Magelang: PT. Tera Indonesia, 1999 Trimo, Soedjono, NILS., Pen,gembangan Pendidikan; Dari Pendidikan dan Beberapa 1Wasalahnya, Bandung: CV. Remadja Karya, 1986 \X/ijaya, Cece, dkk., Upc!ya Pemhahaman da!am Pendidikan dan Pengajaran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992 Y. al-Hassan, Ahmad dan Donald R. Hill (Peng. Armal1edi Mal12ar), Teknologi dalam S ejarah Islam, Bandung: Mizan, 1993
Zamroni, Dr., Paradigv1a Pendidikan Ma.ra Depan, Y ogyakarta: PT. Bigraf Publishing, 2000
66
Reference Tambahan: Jurnal "Madania" STAIN Kediri, Edisi I No. 3Maret1999 Jurnal "Teknodik'', No. 8/IV /TEKNODIK/Mei/2000 Jumal "Uh,unul al-Qur'an" Edisi. VII/4/th. 1999 .J urnal Pendidikan dan Kebudayaan, Depdiknas IU, Edisi : Mei 2001 -----------, Depdiknas RI, Edisi Maret, 2001 Jurnal "Suara Guru", No.6th. XLV!/1997,.Jakarta Jurnal "Educatio Indonesiac'', JKJP Muhammadiyah Jakarta: No. 1, Th. II, Januari-Maret, 1994 Jumal Media Pendidikan dan Iln1u Pengetahuan IKIP Surabaya, XIV, 554, 1\gustus, 1991