39
BAB III
KEPRIBADIAN GURU DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN
A.
ISLAM
Pengertian Kepribadian Guru Sebelum membahas makna kepribadian guru terlebih dahulu perlu mengemukakan tentang kepribadian itu sendiri. Kepribadian dalam bahasa inggris " Personality" sedangkan dari bahasa latin adalah " Personal" yang berarti kedok atau topeng,1 yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak atau pribadi seseorang. Kepribadian juga dapat diartikan sebagai sifat yang hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakan dirinya dari orang atau bangsa lain.2 Upaya penulis
memahami
tentang pengertian kepribadian, berikut ini
mengutip beberapa difinisi yang dikemukakan oleh para ahli
diantaranya adalah : G. W. Allport berpendapat Personality is the dynamic organization within the individual of those psychophysical system, that determines his unique adjusmen to his environment. Artinya personality itu adalah suatu organisasi
psichophysis
yang
dinamis
daripada
seseorang
yang
menyebabkan ia dapat menyseuaiakan diri dengan ligkungannya. M. Prince berpendapat tentang kepribadian yaitu personality is the sum
total of all the biological innatedisposition impulses, tendencies,
appetites, instinct of individual and the acquered dispositions and tendencies acquered by experience, dalam hal ini kepribadian di bawa sejak lahir,
1
Kartini Kartono, Teori Kepribadian ( Bandung : 1980), hlm. 8. Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hlm. 701. 2
40
berperan juga disposisi-disposisi
psykis lainnya yang diperoleh
dari
3
pengalaman.
Kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak (maknawi), sukar dilihat atau diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan. Misalnya dalam tindakannya, ucapan, caranya bergaul, berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan atau masalah, baik yang ringan maupun yang berat. Barangkali dalam hal ini, lebih baik kita memandang kepribadian tersebut dari segi terpadu, dapat menghadapi segala persoalan dengan wajar dan sehat, karena segala unsur dalam kepribadiannya berseimbang dan serasi. Perasaan dan emosi guru yang mempunyai kepribadian terpadu tampak stabil, optimis dan menyenangkan. Dia dapat memikat hati anak didiknya, karena setiap anak merasa diterima dan disanyangi oleh guru, betapapun sikap dan tingkah lakunya. Dengan keterangan di atas
maka kepribadian guru adalah suatu
totalitas psikhophisis yang komplek dari individu, jadi tampak tingkah lakunya yang unik.
B.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian Guru Guru adalah orang yang terpelajar dan penentu masa depan.4 Ia pendidik, pembimbing, pengarah yang bijaksana, pencetak para tokoh dan pemimpin sejati bagi masyarakat.5 Ahli-ahli pendidikan Islam-juga pendidikan Barat telah sepakat bahwa tugas guru adalah mendidik. Mendidik adalah tugas yang amat luas. Mendidik itu sebagian dilakukan dalam bentuk mengajar, sebagian dalam bentuk dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, membiasakan dan lain-lain.6 3
Agus Sujanto, dkk., Psikologi Kepribadian, ( Jakarta: Bumi Aksara ), hlm. 11. Adi Sasono, Solusi Islam Atas Problematika Umat: Ekonomi, Pendidikan dan Dakwah (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), hlm. 94. 5 Kamal Muhammad ‘Isa, Manejemen Pendidikan Islam, Terj. Chairul Halim (Jakarta: PT. Fikahati Aneska, 1994), hlm. 64. 6 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 78. 4
41
Guru yang yang mempunyai kepribadian rabbani dan profesional akan bekerja melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya dan tujuan pendidikan umumnya, sudah barang tentu memiliki kemampuan sesuai
dengan tuntutan, agar mampu melaksanakan
tugasnya dengan
sebaik-baiknya. Adapun syarat-syarat tersebut meliputi: 1. Syarat fisik, yaitu kesehatan jasmani yang artinya seorang guru harus berbadan sehat
dan tidak memiliki penyakit menular yang
membahayakan. Sabda Nabi Muhammad saw.
ﻋﻦ اﺑﻰ هﺮﻳﺮة رﺿﻰ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎل ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ اﻝﻤﺆﻣﻦ 7
( اﻝﻘﻮي ﺧﻴﺮ واﺣﺐ اﻝﻰاﷲ ﻣﻦ اﻝﻤﺆﻣﻦ اﻝﻀﻌﻴﻒ ) رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ
Artinya: “ Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw. Bersabda: “orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah”. (H.R. Muslim). 2. Persyaratan psychis, yaitu sehat rohani yang artinya tidak mengalami gangguan jiwa maupun kelainan. 3. Persyaratan mental, yaitu memiliki sikap mental yang baik terhadap profesi kependidikan, mencintai dan mengabdi serta memiliki didikasi yang tinggi pada tugas jabatannya.di sini seorang guru harus selalu meningkatkan wawasannya sesuai dengan kemajuan zaman. Allah swt. berfirman:
( 28 : اﻥﻤﺎ ﻳﺨﺸﻰ اﷲ ﻣﻦ ﻋﺒﺎدﻩ اﻝﻌﻠﻤﺎء ) اﻝﻔﺎﻃﺮ Artinya: “ …… Sesungguhnya yang takut kepada Allah swt. diantara hamba-hambanya hanyalah orang-orang yang berilmu”. (Q.S. Al Fathir / 35:28).8 4. Persyaratan moral, yaitu memiliki budi pekerti yang luhur dan memiliki sikap susila yang tinggi. Dalam hal ini guru harus memiliki sifat kasih sayang dan mempunyai sifat adil. Sabda Nabi Muhammad saw.
7
Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Ashqalani, Bulughul Maram (Bairut-Libanon: Darul Fikri, t.th),
hlm. 342.
8
Soenarjo. dkk,op.cit., hlm. 688.
42
ﻋﻦ ﺟﺮﻳﺮ هﺮﻳﺮة رﺿﻰ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎل ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ اﻥﻤﺎ 9
( ﻳﺮﺣﻢ اﷲ ﻣﻦ ﻋﺒﺎدﻩ اﻝﺮﺣﻤﺎء ) رواﻩ اﻝﻄﺒﺮاﻥﻰ
Artinya: “Dari Jarir ra. Rasulullah saw. Bersabda Sesungguhnya Allah swt. hanya kasih kepada hamba-hambanya yang belas kasihan”. (HR. Thabrani) 5. Persyaratan intelektual, yaitu memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi
yang diperoleh
dari lembaga pendidikan
tenaga
kependidikan, yang memberi bekal guna menunaikan tugas dan kewajiban sebagai pendidik.10 Guru merupakan faktor yang penting
yang sangat mempengaruhi
keberhasilan dalam proses pendidikan. Ia adalah figur bagi peserta didiknya
manusia teladan
dalam segala segi kehidupannya. Ia tidak hanya
bertugas menjadikan peserta didiknya memiliki kecerdasan dalam berfikir, namun juga menanamkan nilai-nilai akhlak dan moral dalam diri mereka. Oleh sebab itu, guru harus memiliki
intelektual yang tinggi, dan juga
mempunyai kepribadian yang baik, yang harus terwujud dalam kehidupan sehari-hari. Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi kepribadian guru adalah: a. Faktor dalam atau faktor pembawaan, ialah segala sesuatu yang telah dibawa manusia sejak lahir, baik yang bersifat kejiwaan maupun yang bersifat kebutuhan. Kejiwaan yang berwujud fikiran, perasaan, kemauan, fantasi, ingatan dan lain sebagainya, yang dibawa sejak lahir, ikut menentukan kepribadian guru atau seseorang. Keadaan jasmanipun demikian pula. Panjang pendeknya leher, besar kecilnya tenggorokan, susunan urat syaraf, otot-otot, susunan dan keadaan tulang-tulang, juga akan mempengaruhi kepribadian guru.
9
Jalaluddin Abdurrahman asy-Syuyuthi, al-Jami’us Shaghir, Jilid II (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990), hlm. 168. 10 Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses BelajarMengajar (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1992), hlm. 9.
43
b. Faktor luar atau faktor lingkungan ialah segala sesuatu yang ada di luar manusia baik yang hidup maupun yang mati.11 Dalam hal ini faktor lingkungan guru bertempat tinggal, berkomunikasi, latar belakang pendidikannya maupun yang lainnya. Demikian pula tradisi, dapat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di keluarga dan masyarakat. Dari uraian tersebut jelas bahwa pengaruh faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam pergaulan dan kehidupannya
sehari-hari
dari
kecil
maupun
besar,
terhadap
perkembangan dan pembentukan kepribadian guru.
C.
Peran dan Tugas Guru dalam Pendidikan Islam Sebelum membahas tentang pengertian guru menurut al-Qur'an, terlebih dahulu akan diungkapkan sedikit tentang pengertian guru, sehingga akan diperoleh hubungan yang jelas antara guru dan pendidikan, demikian juga sebaliknya. Guru merupakan anggota masyarakat yang bertugas membimbing, mengajar atau melatih peserta didiknya. Ia merupakan faktor yang besar pengaruhnya dalam keberhasilan proses pendidikan. Dalam konteks
pendidikan
Islam,
yakni
pendidikan
yang
berdasarkan al-Qur'an dan al-Hadits, istilah-istilah yang dipakai untuk menunjuk makna pada guru antara lain " al-Murabbi " ( ) اﻝﻤﺮﺑﻲdan "al- Mu'alim" ( ) اﻝﻤﻌﻠﻢ. Kedua istilah tersebut diambilkan dari al-Qur'an, sedangkan istilah yang diambil dari al-Hadits adalah " al-Mu'adib "
()اﻝﻤﺆدب.12 Al-Murabbi " ( ) اﻝﻤﺮﺑﻲadalah isim fa'il yang berasal dari kata kerja rabba ( ) رﺑﻰyang memiliki arti mendidik dan mengasuh.13 11
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1995) hlm, 72. 12 H. Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam ( Jakarta : Pt. Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 61. 13 H. Mahmud Yunus, Kamus Arab- Indonesia ( Jakarta : CV Hida Karya Agung, 1990), hlm. 137.
44
Serta memiliki arti
memelihara. Pengertian Murabbi mengisyaratkan
bahwa guru agama harus orang-orang yang memiliki sifat-sifat rabbani yaitu nama bagi orang-orang yang bijaksana, terpelajar dalam bidang pengetahuan.14 Manusia dalam kehidupan telah diutus oleh Allah swt. sebagai khalifah atau pemimpin yang sekaligus sebagai guru bagi umatnya. Ia memiliki tugas utama untuk membaca ayat-ayat Allah, mensucikan jiwa umat manusia, menyampaikan ajaran-ajaran atau ilmu-ilmu Allah dengan mengajarkan kitab-kitab Allah dan hikmah serta mengajarkan apa-apa yang belum diketahui umatnya. Allah swt. berfirman:
واﺧﻔﺾ ﻝﻬﻤﺎ ﺟﻨﺎح اﻝﺬل ﻣﻦ اﻝﺮﺣﻤﺔ وﻗﻞ رب ارﺣﻤﻬﻤﺎ آﻤﺎ رﺑﻴﺎﻥﻲ ﺻﻐﻴﺮا (24 : ) اﻻ ﺳﺮاء Artinya: " Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesanyangan dan ucapkanlah "Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil " ( Q. S. Al-Isra' : 24 ) 15 Dari ayat tersebut jelas bahwa Ibu dan Bapak merupakan guru bagi anak-anaknya. Mereka bertanggungjawab atas pendidikannya. Mereka berkewajiban untuk mengasuh, memelihara dan mendidik anak-anaknya dengan penuh kasih sayang. Sebagai guru, mereka berkewajiban untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi yang ada pada diri anaknya, baik yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah dengan menanmkan nilai-nilai kebaikan,
sehingga
mencapai
pertumbuhan
yang
sepurna,
yakni
kedewasaan dan kematangan jasmaniah dan rohaniah. Sebagai guru bagi anak-anaknya, orang tua dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya bukan saja menjadikan aspek jasmaniah anak-anaknya tumbuh secara sempurna, tetapi juga menjadikan aspek 14
HM. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Ofsset, cetakan I, 1996), hlm. 12. 15
Soenarjo. dkk., Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Toha Putra, 1989), hlm. 424.
45
rohaniahnya memiliki kepribadian yang luhur dengan menanamkan nilainilai agama Islam sehingga akan mempunyai kesempurnaan akal dan kebersihan jiwa. Dari uraian di atas jelas bahwa yang dinamakan guru adalah mereka yang mengasuh, memelihara dan mendidik peserta didiknya dengan sadar dan penuh kasih sayang untuk menumbuhkan potensipotensi yang ada pada dirinya, sehingga mencapai kedewasaan dan kematangan, baik dalam aspek jasmaniah maupun aspek rohaniah demi tercapainya kesempurnaan hidup, yakni kebahagian hidup didunia dan di akhirat. Sedangkan al-Mu'alim ( ) اﻝﻤﻌﻠﻢadalah isim fa'il yang berasal dari kata kerja 'allama ( ) ﻋﻠﻢyang berarti "mengajar" yakni pengajar yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan atau keterampilan.16 Pengertian mu'alim mengandung konsekuensi
bahwa
mereka harus alim ( ilmuwan) yakni menguasai ilmu teoritik, memiliki kreatifitas, komitmen tinggi dalam mengembangkan ilmu, serta sikap hidup yang menjunjung tinggi nilai-nilai ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan konsep ta'dib mencakup pengertian integritas ilmu dengan amal sekaligus.17 Al-Qur'an sering menggunakan kata 'allama, antara lain dalam firman Allah :
( 31 : وﻋﻠﻢ ادم اﻷﺳﻤﺎء آﻠﻬﺎ ) اﻝﺒﻘﺮﻩ Artinya : " Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama benda seluruhnya ". ( al-Baqarah : 31) 18 Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah swt sebagai Maha Pencipta sekaligus sebagai guru. Menciptakan adam dengan membekali ilmu pengetahuan yang pasti kejelasannya, seperti nama-nama manusia, hewan,
16
H. Mahmud Yunus, Op. Cit., hlm. 277. HM. Chabib Thoha Op. Cit, hlm 12 . 18 Soenarjo. dkk., Op. Cit., hlm 14. 17
46
tumbuh-tumbuhan dan lainya yang mudah dimengerti dan dipahami oleh akal Adam as. Allah sebagai Maha guru yang mutlak, mengajarkan kepada manusia segala sesuatu (ilmu) yang belum pernah diketahui oleh manusia. Sebagaimana firman Allah swt:
( 5 : ﻋﻠﻢ اﻻ ﻥﺴﺎن ﻣﺎﻝﻢ ﻳﻌﻠﻢ ) اﻝﻌﻠﻖ Artinya: " Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya" ( Q. S. al-Alaq : 5 ) 19 Ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah sebagai Zat Yang Maha mengetahui berusaha memberikan pengetahuan kepada manusia, dengan harapan agar manusia mau mempelajarinya sehingga menjadi tahu dan pandai serta mau mengembangkan demi kepentingan dirinya sendiri atau sesamanya. Berdasarkan penjelasan ayat-ayat tersebut, maka yang dinamakan guru adalah mereka yang karena kelebihan ilmu pengetahuan yang dimilikinya berusaha menstrasfer ilmunya kepada peserta didiknya dengan melalui proses pendidikan, sehingga peserta didik yang sebelumnya tidak tahu akan menjadi tahu dengan ilmu yang diterima dan dipelajarinya. Sedangkan al-Mua'adib ( )اﻝﻤﺆدبadalah isim fa' il yang berasal dari kata kerja addaba ( ) ادبyang berarti memberi adab dan mendidik.20 Yakni mendidik yang lebih bertujuan pada penyempurnaan akhlak budi pekerti. Dengan demikian dapat diketahui bahwa guru merupakan pihak yang mengajak, membimbing dan mengarahkan peserta didiknya agar beradab atau berakhlak baik, dengan melalui aktivitas paedagogis.
19
Ibid, hlm 1079. H. Mahmud Yunus, Op. Cit., hlm. 277. lihat Juga H. Abudin Nata, op. cit., hlm. 61.
20
47
Demikianlah, bahwa ketiga istilah tersebut sangat terkait dan menyatu dalam pembahasan pengertian guru. Dari ketiga istilah guru tersebut (al-Murabbi, al-Mu'alim, dan al-Mu'adib) di dapati adanya proses aktivitas paedagogis dari masing-masing istilah yang sangat terkait dan menyatu seperti aspek kognitif, afektif dan pikomotorik, dimana terjadinya aktivitas ketiga aspek tersebut sangat diharapkan dalam proses pendidikan. Oleh karena itu, proses pendidikan akan dikatakan berhasil, apabila didalamnya terjadi aktivitas paedagogis yang menyangkut perubahan dan peningkatan semua aspek, baik aspek kognitif, afektif maupun aspek psikomotorik, yang dilakukan secara sadar dalam rangka untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari uraian tersebut, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang dinamakan guru menurut al-Qur'an adalah manusia yang karena kelebihan ilmu dan keluhuran akhlak yang dimilikinya, secara sadar dan tanggungjawab berusaha untuk mempengaruhi peserta didiknya dengan melalui proses pendidikan untuk menyampaikan dan dan menanamkan nilai-nilai dan ajaran-ajaran Islam dalam diri peserta didik, agar menjadi muslim yang seutuhnya alam rangka mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Manusia diutus oleh Allah sebagai khalifah atau pemimpin yang sekaligus sebagai guru bagi umatnya, ia mempunyai tugas utama untuk membacakan
ayat-ayat
Allah,
mensucikan
jiwa
umat
manusia,
menyampaikan ajaran-ajaran atau ilmu-ilmu Allah dengan mengajarkan kitab-kitab Allah dan hikmah serta mengajarkan apa-apa yang belum diketahui oleh umatnya. Sebagaimana firman Allah swt:
آﻤﺎ ارﺳﻠﻨﺎ ﻓﻴﻜﻢ رﺳﻮﻻ ﻣﻨﻜﻢ ﻳﺘﻠﻮا ﻋﻠﻴﻜﻢ اﻳﺘﻨﺎ وﻳﺰآﻴﻜﻢ وﻳﻌﻠﻤﻜﻢ اﻝﻜﺘﺎب ( 151 : واﻝﺤﻜﻤﺔ وﻳﻌﻠﻤﻜﻢ ﻣﺎﻝﻢ ﺕﻜﻮﻥﻮا ﺕﻌﻠﻤﻮن ) اﻝﺒﻘﺮﻩ Artinya: ”Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu al-Kitab dan
48
hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”. (Q.S.al-Baqarah /4:151).21 Ayat tersebut menjelaskan bahwa tugas seorang Rasul yang sekaligus sebagai khalifah dan guru bagi umatnya adalah mengajarkan tentang ketauhidan (keEsaan) dan hidayah serta segala nikmat itu benarbenar sesuatu yang datang dari Allah swt., sehingga dapat menjadikan umat yang selalu mengenal Tuhan pencipta dan selalu mengingat dan mensyukuri segala pemberiannya. Sebagai guru, Rasul juga memiliki tugas untuk mensucikan jiwa manusia dari akhlak-akhlak yang lama seperti kemungkaran, kekerasan, kemaksiatan, dan akhlak-akhlak hina yang lainnya, serta mengisinya dengan akhlak yang mulia seperti keimanan, ketaqwaan, ketauhidan dan lain-lain, sehingga menjadi makhluk yang dekat dengan Allah swt. Al-Ghazali berpendapat sebagaimana dikutip oleh H. Samsul Nizar bahwa tugas guru yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan, mensucikan serta membawa hati manusia untuk bertaqarub kepada Allah swt.22 Lebih lanjut Al-Ghazali membagi tugas guru adalah sebagai berikut: 1.
Belas kasihan kepada pelajar dan hendaknya memperlakukan mereka seperti anaknya sendiri sehingga guru dapat menanamkan nilai-nilai rabbani dalam jiwa anak didik.
2.
Hendaknya pengajar/guru mengikuti pemilik syara’ Rasulullah saw., sehingga ia mengajarkan ilmu bukan untuk mencari upah dan tidak untuk memaksudkan mencari balasan, tidak pula untuk supaya dipuji, melainkan ia mengajar hanya untuk mencari ridla dari Allah swt. dan agar biasa mendekatkan diri kepada Allah swt. Dengan dasar ini guru akan benar-benar menjiwai nilai-nilai rabbani dalam kehidupannya.
3.
Hendaknya guru tidak membiarkan sedikitpun dari membaguskan pelajar. Yaitu dengan mencegah dari menempatkan diri pada suatu
21
Ibid., hlm. 38. H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis Praktis (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), hlm. 44. 22
dan
49
martabat sebelum masanya dan menekuni ilmu yang tersembunyi, sebelum selesai dari ilmu yang nyata. Kemudian guru mengingatkan pelajar bahwa tujuan menuntut ilmu, ialah mendekatkan diri kepada Allah swt., bukan untuk mencari kedudukan, kebanggaan dan bermegah-megahan dan bisa melupakan akan tujuan menuntut ilmu yang sebenarnya. 4.
Tugas ini termasuk lembutnya peraturan pengajar, yaitu hendaknya guru mencegah pelajar dari buruknya akhlak baik yang berhubungan langsung kepada Allah maupun yang berkaitan dengan masyarakat sekitar, sedapat mungkin dengan cara menyindir, tidak terangterangan dan dengan cara belas kasihan, bukan dengan cara menjelek-jelekan. Sebab, menerangkan buruknya akhlak itu akan membuka rahasia diri dan menyebabkan berani melawan guru, serta membangunkan keinginan untuk tetap pada akhlak yang buruk.
5.
Orang yang menekuni sebagian ilmu dan berharap ilmunya dapat bermanfaat,
sebaiknya
menjelekkan ilmu-ilmu
tidak
menghina,
merendahkan
dan
yang berada di belakang pelajar seperti
pengajar bahasa yang biasanya menjelek-jelekkan ilmu fiqih, dan pengajar fiqih menjelek-jelekkan pengajar ilmu hadits. 6.
Hendaknya kemampuan
guru daya
membatasi serapnya
pelajar, dan
sesuai
dengan
pemahamannya,
kadar jangan
menyampaikan kepadanya, apa yang akalnya tidak sampai, sehingga membuat lari atau membingungkan akalnya. Dengan adanya hal tersebut pelajar akan lebih tertarik dengan apa yang disampaikan guru. Bagi anak didik yang kemampuannya di bawah standar anak didik yang lainnya akan merasa terpanggil untuk meningkatkan prestasi yang telah diraihnya. 7.
Terhadap pelajar yang kemampuan akalnya pendek, seyogyanya diajarkan ilmu yang nyata (konkrit) yang sesuai dengannya dan tidak menuturkan kepadanya, bahwa dibelakang hal yang nyata itu terdapat perkara yang lembut (abstrak) tetapi hendaklah guru
50
menyimpan
saja.
Sebab,
menuturkan
hal
mengendurkan keinginan pelajar itu terhadap
tersebut,
bisa
hal yang nyata,
menggangu hatinya dan membuat berprasangka bahwa guru bakhil dengan ilmu yang lembut itu. 8.
Hendaklah guru mengamalkan ilmunya, sehingga perbuatannya tidak mendustakan perkataannya.23 Dengan itu, pelajar akan dapat mengambil uswah yang telah diajarkan oleh guru. Tugas guru sebenarnya bukan hanya di sekolah, melainkan bisa di
mana saja mereka berada. Di rumah, guru sebagai orang tua atau ayah-ibu adalah pendidik bagi putra dan putrinya. Di dalam masyarakat sekitar yaitu
masyarakat kampung, desa tempat tinggalnya
guru sering kali
dipandang sebagai tokoh masyarakat ataupun suri teladan bagi orangorang di sekitarnya, baik dalam sikap dan perbuatanya misalnya cara dia berpakaian, berbicara dan bergaul maupun pendapat-pendapatnya dan fikiran-fikirannya sering kali menjadi ukuran atau pedoman kebenaran bagi orang-orang yang berada di sekitarnya
karena diangggap
guru 24
memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang berbagai hal. Memang tidak jarang guru di daerah pedesaan terpilih
sebagai ketua
atau pengurus berbagai
atau kota kecil
perkumpulan atau
organisasi-organisasi sosial, ekonomi dan kesenian seperti perkumpulan mencari dana-dana sosial dan perkumpulam koperasi. Demikian pula masyarakat kampung atau desa menganggap
guru adalah orang yang
berpengetahuan dan berpengalaman luas dan memiliki kemampuan dan kecakapan untuk melakukan tugas-tugas apapun di desa tersebut, atau sekurang-kurangnya pendapat, pertimbangan dan saran-saran selalu diperlukan guna membangun masyarakat. Karena itu guru benar-benar berperan
aktif
dalam
kehidupan
masyarakat
sekitar
dengan
23
Imam Al-Ghazali, Ihkya’ Ulumuddin: Menuju Filsafat dan Kesucian Hati di Bidang Insan dan Ikhsan, disuting oleh KH. Misbah Zaenul Musthafa (Semarang: CV. Bintang Pelajar, t.th), hlm. 178. 24
Tim Pembina Matakuliah Didaktik/Metodik/Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM (Jakarta: CV. Rajawali, 1989), hlm. 11.
51
menyumbangkan tenaga dan fikiran-fikiran mereka dalam berbagai hal kegiatan sosial, akan menjalankan peranan sebagai penyuluh dan pemegang obor bagi masyarakat sekitarnya.25 Menurut Ag. Soejono, tugas guru adalah sebagai berikut ini. 1.
Wajib menemukan karakter pembawaan yang ada pada anak didik, baik pembawaan jasmani maupun pembawaan rokhani dengan berbagai cara seperti observasi, wawancara, melalui pergaulan, angket penyelidikan dan lain sebagainya. Dengan adanya hal tersebut guru akan lebih cepat dalam menyampaikan pelajaran.
2.
Berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menolong anak didik dalam perkembangannya, agar pembawaan buruk tidak berkembang dan pembawaan baik berkembang subur, mendekati puncak kemungkinan dengan menyiapkan lingkungan yang diperlukan oleh anak didik. Lingkungan itu berisi segala kebutuhan guna berkembangnya jasmani dan rokhani anak didik dengan baik.
3.
Memperlihatkan dan memberikan contoh kepada anak didik tugas orang dewasa. Orang dewasa berkarya
dalam berbagai cabang
pekerjaan sesuai dengan bakatnya, bidang keahlian, ketrampilan, agar anak didik memilih dengan sendirinya secara tepat. Dengan demikian anak didik akan lebih semangat dalam belajar karena adanya gambaran yang jelas tentang berbagai hal yang akan dihadapinya. 4.
Menyajikan jalan yang terbaik dan menunjukkan arah perkembangan yang tepat kepada pelajar. Guru mampu melaksanakan karena sudah mengalami
lika-likunya
jalan
dan
mengetahui
kemungkinan
sesatnya jalan yang menimbulkan tidak tercapainya tujuan. Cabang pekerjaan tidak hanya dipandang sebagai sumber nafkah melainkan juga sebagai tempat pengabdian kepada Nusa, Bangsa dan Agama
25
Ibid., hlm. 12.
52
(Tuhan). Dengan adanya hal tersebut anak didik akan dapat memilih hal-hal yang terbaik baginya. 5.
Mengadakan evaluasi untuk mengetahui, apakah perkembangan anak didik dalam usaha mencapai tujuan sudah tercukupi dengan baik. Dengan adanya evaluasi guru akan dapat mengetahui perkembangan anak didik dengan jelas.
6.
Memberikan bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling) tatkala anak didik menemui kesulitan dalam mengembangkan potensinya.26 Dengan itu, anak didik tidak akan kebingungan dalam menghadapi masalahnya dan dapat belajar kembali seperti anak didik yang lainnya. Demikian betapa pentingnya peranan guru dan betapa beratnya
tugas serta tanggung jawabnya terutama tanggung jawab moral untuk “digugu dan ditiru” yaitu kata-katanya, perbuatan dan kelakuannya. Di rumah mereka menjadi tumpuan kesejahteraan keluarga, di sekolah mereka menjadi ukuran atau pedoman tata tertib kehidupan sekolah yaitu pendidikan/pengajaran bagi murid-muridnya, dan di dalam masyarakat sekitar mereka dipandang sebagai “suri teladan” tingkah laku bagi warga masyarakat sekitar. Hakikat tugas guru adalah mendidik, maka setiap guru harus memberikan contoh yang sebaik-baiknya dalam bersikap tindak terhadap siapa saja dan kapan saja, agar kebaikannya ini dapat terawasi oleh anak didiknya. 27 Tugas dan tanggung jawab guru yang telah dikemukakan para ahli sangat mementingkan kepada tanggung jawab moral yang begitu besar dan berat selain jabatan para guru dan para pendidik pada umumnya. Tugas dan tanggung jawab guru ini adalah merupakan amanat yang harus dijalankan menurut ketentuan yang berlaku. Karena Allah swt. Telah memerintahkan kepada orang yang berhak menerimanya, yaitu mereka 26
Ag. Soejono, Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum (Bandung: CV. Ilmu, t.th.), hlm.
62.
27
A. Ridwan Halim, Tindak Pidana Pendidikan: Suatu Tinjauan filosofis-Edukatif (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), hlm. 79.
53
yang ahli dalam bidangnya atau pekerjaan yang bersangkutan. Allah swt. berfirman:
( 58 : ) اﻝﻨﺴﺎ ء
ان اﷲ ﻳﺎء ﻣﺮآﻢ ان ﺕﺆدوا اﻷﻣﻨﺖ اﻝﻰ اهﻠﻬﺎ
Artinya: ” Sesungguhnya Allah swt. menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada orang yang berhak menerimanya” (Q.S. An-Nisa’ /4:58).28 Dari uraian tersebut dapat disimpulkan, bahwa tugas guru ada tiga macam yaitu: 1.
Sebagai pengajar, yakni bertugas mengajarkan ajaran-ajaran Allah dan Rasul-Nya yang di dalamnya memuat perencanaan, pelaksanaan dan
penilaian
terhadap
program
pengajaran
tersebut
serta
memberikan pengetahuan atau melatih kecakapan-kecakapan atau ketrampilan-ketrampilan kepada anak didik. 2.
Sebagai pendidik, yakni mengarahkan peserta didik ke tingkat kedewasaan yang berkepribadian insan kamil seiring dengan tujuan Allah menciptakannya. Tugas dan tanggung jawab guru sebagai pendidik adalah membantu dan membimbing siswa untuk mencapai kedewasaan seluruh ranah kejiwaan sesuai dengan kriteria, baik kriteria instisional maupun konstisional.
3.
Sebagai pemimpin, yakni memimpin peserta didiknya dengan selalu mengarahkan pemikiran dan perilaku untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tugas tersebut harus dipegang dan dilaksanakan dengan baik,
sehingga guru akan tetap menjadi teladan yang baik bagi peserta didiknya.29
28
Soenarjo, dkk., op.cit., hlm. 128.
29
Mengenai tugas dan peran guru sebagai pendidik lebih lanjut dapat dilihat dalam bukunya Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1995), hlm. 150, dan dalam bukunya Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Offset, 2000), hlm. 181.
54
D.
Sifat-Sifat Guru Al-Qur'an merupakan sumber pedoman hidup yang paling utama bagi manusia terutama umat Islam, didalamnya berisi petunjuk-petunjuk yang harus diamalkan dalam kehidupannya. Untuk itu, guru harus menjadi panutan bagi yang lainnya, guru harus memiliki sifat-sifat yang diajarkan dalam al-Qur'an. Nabi Muhammad saw, disamping sebagai utusan Allah juga sebagai guru bagi umatnya. Beliau memiliki akhlak yang mulia sehingga dapat dijadikan teladan dalam kehidupan umatnya. Sebagaimana firman Allah swt:
( 21 : ) اﻷﺣﺰاب
ﻝﻘﺪ آﺎن ﻝﻜﻢ ﻓﻰ رﺳﻮل اﷲ اﺳﻮة ﺣﺴﻨﺔ
Artinya : " Sesungguhnya telah ada pada (diri ) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu ….. " ( Q. S. Al-Ahdzab : 21 )30 Dengan demikian seorang guru harus dapat menjadi panutan bagi peserta didiknya, ia harus memiliki akhlak yang agung, sebagaimana dalam diri Rasulullah saw. Allah swt berfirman:
( 4 : واﻥﻚ ﻝﻌﻠﻰ ﺧﻠﻖ ﻋﻈﻴﻢ ) اﻝﻘﻠﻢ Artinya : " Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung " ( Q. S. al – Qolam : 4 ) 31 Untuk lebih rincinya, bahwa akhlak mulia bagi seorang guru muslim sebagai sifat-sifat terpuji yang harus dimilikinya adalah sebagai berikut: 1. Ikhlas dan Tidak Tamak Ikhlas adalah sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan, semata-mata demi memperoleh ridla atau perkenan Allah, dan bebas 30
Soenarjo, dkk., op.cit.., hlm 670. Ibid, hlm. 670.
31
55
dari pamrih lahir dan batin, tertutup maupun terbuka. Dengan sikap yang ikhlas orang akan mampu mencapai tingkat tertinggi nilai karsa batinnya dan kaya lahirnya, baik pribadi maupun sosial. Dengan sikap ikhlas pula, manusia tidak akan menganggap bahwa segala sesuatu itu harus diukur dengan materiil. Dengan dasar keikhlasan seseorang akan menerima segala apa adanya apa yang telah diberikan Allah swt.32 Dengan demikian guru bukan hanya semata-mata untuk menambah wawasan keilmuwannya lebih jauh dari itu harus ditujukan untuk meraih keridlaan Allah serta mewujudkan kebenaran. Dengan demikian, seorang pendidik semaksimal mungkin menyebarkan kebenaran kepada anak didiknya. Dan berusaha untuk ikhlas atas segala hal yang telah diperbuatnya. Seorang guru dalam menjalankan tugasnya demi mencari keridloan Allah sebagai tujuan tertinggi. Sebagaimana firman Allah swt:
( 51 : ) هﻮد.... ا ن اﺟﺮي اﻻ ﻋﻠﻰ اﻝﺬى ﻓﻄﺮﻥﻰ, ﻳﻘﻮم ﻻ اﺳﺌﻠﻜﻢ ﻋﻠﻴﻪ اﺟﺮا Artinya : " Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah swt yang telah menciptakanku" ( Q. S. Hud : 51) 33 Maksudnya, bahwa guru tidak menjadikan untuk mencari upah sebagai tujuan utamanya, namun untuk mencari keridloan Allah semata yang dijadikan tujuan utama dalam menjalankan tugasnya. 2. Jujur Ketika menyampaikan ilmunya kepada anak didik, seorang pendidik harus memiliki kejujuran dengan menerapkan apa yang dia ajarkan dalam kehidupan pribadinya. Jika apa yang diajarkan guru sesuai dengan apa yang dilakukannya anak didik akan menjadikan 32
Indra Djati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar Menggas Paradigma Baru Pendidikan (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 2001), hlm. XV. 33
Ibid., hlm 335.
56
gurunya sebagai teladan. Namun jika perbuatan gurunya bertentangan dengan apa yang dikatakan anak didik akan menganggap apa yang diajarkan gurunya sebagai materi yang masuk kuping kanan dan keluar dari kuping kiri. Dalam hal ini guru harus jujur dalam banyak hal, asalkan dapat membawa sikap positif bagi peserta didik.34
( 2 : ﻳﺎ اﻳﻬﺎاﻝﺬﻳﻦ اﻣﻨﻮاﻝﻢ ﺕﻘﻮﻝﻮن ﻣﺎﻻ ﺕﻔﻌﻠﻮن ) اﻝﺼﻒ Artinya: " Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu buat " ( Q. S. Ash-Shaf : 2 )35 Ayat tersebut jelas, bahwa guru harus selalu konsisten dalam perkataan
dan
perbuatannya.
Begitu
pula
hendaklah
guru
mengamalkan ilmunya, sehingga perbuatannya tidak mendustakan perkataannya.
36
Dengan itu, pelajar akan dapat mengambil uswah
yang telah diajarkan oleh guru. Sebagai seorang guru, ia harus selalu berusaha mengamalkan apa-apa yang dikatakan dan diajarkan kepada peserta didiknya, sehingga tidak akan gagal dalam mendidik peserta didiknya. 3. Adil dan Taqwa Taqwa adalah sikap yang sadar penuh bahwa Allah selalu mengawasi kita, kemudian kita berusaha berbuat hanya sesuatu yang diridlai oleh Allah, dengan menjaga diri dari sesuatu yang tidak diridlai-Nya. Sikap taqwa harus selalu dijaga dalam mengembangkan potensi dan dalam kondisi apapun sehingga akan mencapai derajat sebagai orang yang muttaqin. 34
Abdurrahman an-Nahlawi, Ushul at–Tarbiyah al-Islamiyah wa Asalibiha fil Baiti wal Madrasati wal Mujtama’, Terjamah Shihabuddin, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat (Jakarta: Gema Insan Press, 1995)., hlm. 170 35 Soenarjo., dkk., Op. Cit , hlm. 928. 36 Imam Al-Ghazali, Ihkya’ Ulumuddin: Menuju Filsafat dan Kesucian Hati di Bidang Insan dan Ikhsan, disuting oleh KH. Misbah Zaenul Musthafa (Semarang: CV. Bintang Pelajar, t.th), hlm. 178.
57
Begitu juga guru harus bersikap adil diantara peserta didiknya, tidak cenderung kepada salah satu golongan diantara mereka, dan tidak melebihkan seorang atas yang lain, dan segala kebijaksanaan dan tindakannya ditempuh dengan jalan yang benar dan dengan memperhatikan setiap peserta didik, sesuai dengan kemampuan dan perbuatnnya. Seorang guru yang selalu berbuat adil, dimana ia berbuat berdasarkan kebenaran berarti berusaha untuk menjadikan orang lebih bertaqwa, yakni melaksanakan apa-apa yang merupakan kebenaran dan meninggalkan apa-apa yang merupakan kesalahan,37 sesuai dengan perintah Allah swt:
ان
, هﻮاﻗﺮب ﻝﻠﺘﻘﻮى واﺕﻘﻮا اﷲ,اﻋﺪﻝﻮا,وﻻﻳﺠﺮﻣﻨﻜﻢ ﺵﻨﺎن ﻗﻮم ﻋﻠﻰ اﻻ ﺕﻌﺪﻝﻮا ( 8 : اﷲ ﺧﺒﻴﺮ ﺑﻤﺎ ﺕﻌﻤﻠﻮن ) اﻝﻤﺎ ﺉﺪة
Artinya : " Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil, berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan " ( Q. S. Al-Maidah : 8 )38 4. Lemah Lembut, Pemaaf dan Musyawarah Dengan sifat yang lemah lembut, guru akan menjadikan dirinya disenangi dan dihormati oleh peserta didiknya. Ia mengajar dan mendidik peserta didiknya dengan rasa kasih sayang sebagaimana mengasihi anaknya sendiri. Ia juga harus bersifat pemaaf terhadap peserta didiknya, ia sanggup menahan diri, menahan kemarahan, lapang hati, banyak sabar, dan jangan marah karena sebab kecil, serta ia harus dapat mejalin hubungan dengan peserta didiknya secara demokratis,
yakni
selalu
mengutamakan
musyawarah
dalam
mengambil keputusan tentang permasalahan-permasalahan yang
37
Abdurrahman an-Nahlawi, Op. Cit, hlm. 170. Soenarjo, Op. Cit, hlm. 159.
38
58
menyangkut kepentingan bersama. Sehingga murid tidak akan berani untuk melawan guru.39 Sebagaimana firman Allah swt:
ﻓﺒﻤ ﺎ رﺣﻤ ﺔ ﻣ ﻦ اﷲ ﻝﻨ ﺖ ﻝﻬ ﻢ وﻝﻮآﻨ ﺖ ﻓﻈ ﺎ ﻏﻠ ﻴﻆ اﻝﻘﻠ ﺐ ﻻﻥﻔﻀ ﻮا ﻣ ﻦ ﺣﻮﻝ ﻚ ( 159 : ) ال ﻋﻤﺮان.... ﻓﺎﻋﻒ ﻋﻨﻬﻢ واﺳﺘﻐﻔﺮﻝﻬﻢ وﺵﺎورهﻢ ﻓﻰ اﻷ ﻣﺮ Artinya: " Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi kasar, tentu mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu… " ( Q.S. Ali Imran 159) 40 5. Rendah Hati Guru merupakan orang yang memiliki kemampuan dan kecakapan lebih bila dibanding dengan peserta didiknya. Namun demikian dengan kelebihan yang dimilikinya, jangan sampai membuat guru menjadi sombong, melainkan tetap rendah hati dan mau menghargai kemampuan peserta didiknya. Di sini guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menciptakan metode yang tepat yang akan disajikan.41 Sebagaimana firman Allah swt:
وﻋﺒﺎد اﻝﺮﺣﻤﻦ اﻝﺬﻳﻦ ﻳﻤﺸﻮن ﻋﻠ ﻰ اﻻ رﺿ ﻰ هﻮﻥ ﺎ واذا ﺣ ﺎﻃﺒﻬﻢ اﻝﺠ ﺎهﻠﻮن ﻗ ﺎﻝﻮا ( 63 : ﺳﻠﻤﺎ ) اﻝﻔﺮﻗﺎن Artinya: " Dan hamba-hamba yang baik dari Tuhan Yang Maha penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan diatas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapanya, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan " ( Q.S. Al Furqan : 63) 42
39
Imam Al Ghazali, Ikhya' Ulumuddin : Menuju Filsafat dan kesucian Hati di Bidang Insan dan Ikhsan, disunting oleh KH Misbah Zaenul Musthofa (Semarang: CV Bintang Pelajar, t.th. )hlm. 178. 40 Soenarjo., dkk. Op.Cit., hlm. 103. 41 Abdurrahman an-Nahlawi, Op. Cit, hlm. 170 42 Ibid., hlm 568.
59
6. Wibawa Wibawa diartikan sebagai Sikap dan penampilan yang dapat menimbulkan rasa segan dan rasa hormat sehingga peserta didik merasa memperoleh pengayoman dan perlindungan. Kewibawaan didasari oleh kerelaan, kasih saying dan kesediaan mencurahkan kepercayaan.43
Kewibawaan
ini
dapat
terwujud
oleh
karena
kemampuan lebih yang dimilikinya oleh guru dibanding dengan peserta didiknya, sehingga membuat yang didiknya itu menjadi patuh dan
tunduk
serta
merasakan
mendapatkan
pengayoman
dan
perlindungan apabila di bawah pengajaran dan pendidikannya. Sebagaimana kewibawaan yang dimiliki oleh Nabi Sulaiman as oleh karena kemampuan ilmunya yang tinggi, membuat angin yang kencang mau tunduk dan patuh atas perintahnya. Firman Allah swt :
وﻝﺴ ﻠﻴﻤﺎن اﻝ ﺮﻳﺢ ﻋ ﺎ ﺻ ﻔﺔ ﺕﺠ ﺮي ﺑ ﺎ ﻣ ﺮﻩ اﻝ ﻰ اﻷرض اﻝﺘ ﻰ ﺑﺎرآﻨ ﺎ ﻓﻴﻬ ﺎ ( 81 : ) اﻷﻥﺒﻴ ْﺎ Artinya: " Dan (telah kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya kenegeri yang telah kami memberkatinya". ( Q. S. Al-Anbiya' : 81 )44 7. Berilmu Luas dan Bertubuh Sehat Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan lancar, maka guru harus memiliki ilmu yang luas dan tubuh yang sehat. Kesehatan merupakan syarat utama bagi seorang guru, sebagai orang yang setiap harinya bekerja dan bergaul dengan dan diantara anakanak. 45 Sebagaimana firman Allah swt:
43
H. Zahara Idris, H. Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan (Jakarta : PT Grasindo, 1992)
hlm. 48.
44
Soenarjo dkk, Op. Cit. hlm. 505 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis ( Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1995), hlm. 141. 45
60
( 247 : ﻗﺎل ان اﷲ اﺻﻄﻔﻪ ﻋﻠﻴﻜﻢ وزادﻩ ﺑﺴﻄﺔ ﻓﻰ اﻝﻌﻠﻢ واﻝﺠﺴﻢ ) اﻝﺒﻘﺮﻩ Artinya: " Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa" (Q. S. Al Baqarah : 247)46 8. Menguasai bahan pengajaran Guru harus menguasai bahan-bahan yang akan diajarkan kepada peserta didiknya sehingga apabila timbul permasalahan yang berkaitan dengan bahan pengajaran akan dapat menjawabnya, begitu juga guru harus terampil dan cerdik dalam menciptakan metode pengajaran yang variatif serta sesuai dengan materi pelajaran.47 Sebagaimana Firman Allah swt :
( 43 : وﺕﻠﻚ اﻷﻣﺜﺎل ﻥﻀﺮﺑﻬﺎ ﻝﻠﻨﺎس وﻣﺎ ﻳﻌﻘﻠﻬﺎ اﻻ اﻝﻌﺎﻝﻤﻮن ) اﻝﻌﻨﻜﺒﻮت Artinya: " Dan perumpamaan-perumpamaan ini, Kami buatkan untuk manusia, dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu". ( Q. S. Al-Ankabut : 43)48 9. Mencintai Pekerjaan Seorang yang memiliki profesi sebagai guru, berarti ia harus mencintai dan menjunjung tinggi citra pekerjaannya, Karena barang siapa yang memilih pekerjaan mengajar maka ia sesungguhnya telah memilih pekerjaan yang penting dan besar, 49 sehingga ia akan merasa senang
dan
terpanggil
untuk
melaksanakan
tugas
dan
tanggungjawabnya.. Sebagaimana firman Allah swt :
(31 : ﻗﻞ ان آﻨﺘﻢ ﺕﺤﺒﻮن اﷲ ﻓﺎﺕﺒﻌﻮﻥﻰ ) ال ﻋﻤﺮان Artinya: " Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku" ( Q. S. Ali Imran : 31 )50
46
Soenarjo dkk. Op. Cit., hlm. 60. Abdurrahman an-Nahlawi, Op. Cit, hlm. 173. 48 Soenarjo dkk. Op. Cit., hlm. 634. 49 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000 ) hlm. 76. 50 Soenarjo dkk. Op. Cit., hlm. 0 47
61
Guru harus mencintai pekerjaannya, karena pekerjaan mengajar dan mendidik manusia merupakan pekerjaan yang diperintahkan oleh Allah. 10. Menguasai Kapasitas Akal Peserta Didiknya Hendaknya guru mengetahui kemampuan akal yang dimiliki oleh
peserta
pengetahuan
didiknya, dan
sehingga
perlakuan
ia
terhadap
dapat
memberikan
mereka
sesuai
ilmu
dengan
51
kemampuan yang dimilikinya. Sebagaimana firman Allah swt :
( 83 : ) اﻝﺴﺮاء...... ﻗﻞ آﻞ ﻳﻌﻤﻞ ﻋﻠﻰ ﺵﺎآﻠﺘﻪ Artinya: " Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaan masing-masing …. " ( Q. S. Al Isra' : 84)52 Dengan mengetahui dan memahami kapasitas kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik, membuat mudah bagi guru untuk melaksanakan tugas proses pendidikan, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman antara kedua belah pihak. 11. Selalu Ingin Menambah Keilmuannya Guru harus senantiasa meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan kajiannya.53 Guru sebagai penstrasfer ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya, maka ia harus mau berusaha dan berdo'a agar bertambah ilmunya. Sebagaimana firman Allah swt:
( 114 : وﻗﻞ رب زدﻥﻰ ﻋﻠﻤﺎ ) ﻃﻪ Artinya: "Dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan". ( Q. S. Thaha : 114) 54
51
Abdurrahman, An-Nahlawi, Op.Cit., hlm 170 52Soenarjo dkk. Op. Cit., hlm 437. 53 Abdurrahman, An-Nahlawi, Op.Cit., hlm 170 54
Soenarjo, dkk, Op.Cit., hlm. 489.
62
12. Selalu Mengajak Kepada Kebaikan Seruan dan anjuran seorang guru, hendaknya tercermin pula dalam sikap keluarganya atau para sahabatnya.55 Guru harus selalu mengajak kepada kebaikan, sesuai dengan tugasnya, yakni mengajar dan mendidik peserta didiknya agar menjadi manusia
yang baik..
Sebagaimana firman Allah swt :
واﻝ ﺘﻜﻦ ﻣ ﻨﻜﻢ اﻣ ﺔ ﻳ ﺪﻋﻮن اﻝ ﻰ اﻝﺨﻴ ﺮ وﻳ ﺎء ﻣ ﺮون ﺑ ﺎﻝﻤﻌﺮوف ( 104 : ) ال ﻋﻤﺮان
واوﻝﺌﻚ هﻢ اﻝﻤﻔﻠﺤﻮن,وﻳﻨﻬﻮن ﻋﻦ اﻝﻤﻨﻜﺮ
Artinya: " Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung". ( Q. S. Ali Imran : 104)56 Demikianlah beberapa diantara sifat-sifat yang harus dimiliki oleh guru berdasarkan al-Qur'an. Pada intinya, guru harus memiliki sifat-sifat yang rabbani, yaitu orang yang sempurna ilmu dan taqwanya kepada Allah swt. Dari beberapa sifat yang telah disebutkan, maka secara garis besar, sifat-sifat tersebut dapat dikatagorikan menjadi tiga kelompok: 1.
Sifat-sifat yang menyangkut keadaan fisik, yaitu sifatsifat yang berkenaan dengan lahiriah guru, seperti tubuh sehat dan kuat serta akal yang sehat pula.
2.
Sifat-sifat yang menyangkut keadaan spikis, yaitu sifatsifat yang menyangkut atau berkenaan dengan batiniah atau kejiwaan guru, seperti sifat taqwa, ikhlas, jujur, sabar, lemah lembut, pemaaf dan lain sebagainya.
3.
Sifat-sifat yang menyangkut masalah didaktis yaitu sifat yang berkenaan dengan tugas dalam pendidikan seperti:
55
Kamal Muhammad Isa, Manajemen Pendidikan Islam (Jakarta : PT. Fikahati Aneska, 1994), hlm. 66. 56Soenarjo, dkk, Op.Cit., hlm. 93.
63
berilmu
dan
berwawasan
luas,
menguasai
bahan
pengajaran, mengetahui kapasitas akal peserta didik, kemampuan
untuk
selalu
menambah
keilmuannya,
mengajak peserta didiknya untuk selalu berbuat baik, mencintai pekerjaan dan lain sebagainya.
E.
Guru Dalam Proses Belajar Mengajar Seorang guru hendaknya mengetahui bagaimana cara murid belajar dengan baik dan berhasil. Berikut ini adalah unsur-unsur pokok yang perlu diperhatikan oleh guru dalam masalah belajar: 1.
Kegairahan dan kesediaan untuk belajar. Seorang guru yang berpengalaman,
tidak
berusaha
mendorong
muridnya
untuk
mempelajari sesuatu di luar kemampuannya, dan ia tidak akan mempompakkan ke otaknya pengetahuan yang tidak sesuai dengan kematangannya atau tidak sejalan dengan pengalaman masa lalu. Ia juga tidak akan menggunakan metode yang tidak sesaui dengan mereka. Begitu pula seorang guru tidak akan mengabaikan keadaan kejiwaan mereka, dengan ringkas dapat dikatakan bahwa dalam proses belajar mengajar, guru harus mampu memperhatikan keadaan murid, tingkat pertumbuhan dan perbedaan perorangan yang terdapat diantara mereka. 2.
Membangkitkan minat murid. Guru harus menjaga aturan kelas, dan menjadikan murid bergairah menerima pelajaran. Dia juga harus mengarahkan kelakuan mereka kepada yang baik yang diinginkan, dengan suka rela dan atas kemauan sendiri bekerja dan bergerak. Jalan itu adalah membangkitkan minat murid dengan berusaha memenuhi keperluan mereka dan minat murid dengan berusaha memenuhi keperluan mereka, dan menjaga bakat mereka, serta mengarahkan kepada yang benar.
3.
Menumbuhkan sikap dan bakat yang baik. Banyak macam kegiatan yang dilakukan anak didik dalam belajar, membangkitkan minat dan
64
keperluannya, pembentukan berbagai bakat dan sikap, yang menjadi bagian dari kepribadian mereka. Menggairahkan atau menjauhkannya dari sekolah bahkan mempengaruhi hari depan mereka dan kehidupan mereka pada umumnya. 4.
Mengatur proses belajar mengajar dan mengatur pengalaman belajar serta kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengannya, adalah faktor utama dalam berhasilnya proses belajar, karena ia memudahkan murid untuk memperoleh pengalaman tersebut dan dalam memanfaatkannya. Pengaturan itu terjadi dengan menghubungkan unsur-unsur pelajaran dengan keperluan murid, dan menjadikannya kesatuan yang terpadu, yang berkisar pada masalah-masalah yang menjadi perhatian mereka, dengan demikian pelajaran akan menjadi bermakna.
5.
Berpindahnya
pengaruh
belajar
dan
pelaksanaannya
kedalam
kehidupan nyata, agar belajar berhasil dan berguna dalam kehidupan di luar sekolah, guru haruslah mengetahui dasar-dasar yang memungkinkan terjadinya perpindahan pengaruh belajar ke dalam kehidupan di luar sekolah. 6.
Hubungan manusiawi dalam proses belajar mengajar: Proses belajar dapat berjalan lancar atau tersendat-sendat, tergantung kepada hubungan sosial
dalam kelas antara guru dan murid dan diantara
murid-murid sesama mereka. Yakni sesuai dengan keadaan sosial yang menonjol dalam kelas. Oleh karena itu guru harus memahami berbagai hubungan sosial dalam proses belajar mengajar.57 Dengan kriteria di atas jelas dan dapat dilihat bagaimana seorang guru harus mempersiapkan dan dibina dalam pekerjaannya. Oleh sebab profesi guru terus berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, maka guru professional adalah seorang yang terus menerus berkembang,58 guru akan lebih profesional dan berprikepribadian luhur bila mengetahui akan
57
Zakiyah Daradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta : Bulan Bintang, 1980)h hlm. 21-23. H.A.R. Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional (Jakarta: Renika Cipta, 2000),
58
hlm. 136.
65
pentingnya peningkatan kemampuan dan keahlian bagi guru. Dari berbagai uraian di atas jelas bahwa guru sangat berpengaruh pada proses belajar mengajar. Guru dapat dinilai kompeten secara professional di sekolah, apabila: 1. Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaikbaiknya, baik tanggung jawab moral, pendidikan maupun keilmuwan. 2. Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranan secara berhasil, baik peranan di sekolah maupun diluar sekolah. 3. Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan sekolah. 4. Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses belajar mengajar,59 terutama yang berkaitan dengan kemajuan peserta didik. Pendapat ini lebih menekankan pada aplikasi dari pelaksanaan kemampuan dasar yang dimiliki oleh guru sebagai realisasi tanggung jawabnya sebagai tenaga pendidik yang professional dan berakhlak mulia. Dengan adanya aplikasi tersebut, guru
dapat diharapkan melaksanakan
peranannya dalam proses belajar mengajar. Masing-masing akan diperjelas berikut ini. 1. Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaikbaiknya Setiap guru harus memenuhi persyaratan sebagai manusia yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan. Guru sebagai pendidik bertanggung jawab untuk mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada generasi berikutnya sehingga terjadi proses konservasi nilai karena melalui proses pendidikan diusahakan terciptanya nilai-nilai baru. Guru akan mampu melaksanakan tanggung jawabnya apabila memiliki kompetensi yang diperlukan demi terlaksananya pemenuhan tanggung jawab tersebut dengan baik.
59
Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses BelajarMengajar (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1992), hlm. 9.
66
Adapun tanggung jawab guru dalam pendidikan yang memerlukan sejumlah kompetensi antara lain “tanggung jawab moral, tanggung jawab dalam bidang
pendidikan
di
sekolah,
tanggung jawab bidang
kemasyarakatan dan tanggung jawab bidang keilmuwan”.60 2. Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranan secara berhasil Peranan guru sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah. Tanpa adanya kemampuan profesional, guru tidak akan dapat menjalankan peranannya sebagai guru yang profesional. Dengan adanya kemampuan-kemampuan profesional yang dimilikinya, guru akan dapat menjalankan peranannya secara baik dan berhasil.61 3. Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan Tujuan pendidikan sekolah merupakan tujuan yang hendak dicapai berkaitan dengan kualitas hasil lulusan pendidikan sekolah. Tujuan pendidikan sekolah tersebut meliputi perubahan dan peningkatan pada diri siswa baik yang berkaitan dengan pengetahuan, ketrampilan maupun nilai dengan sikap siswa,62 sehingga tujuan pendidikan akan benar-benar tercapai dengan baik. Untuk itu, secara keprofesionalan guru dituntut persyaratan kepribadian, pengetahuan dan ketrampilan yang harus dimiliki. Guru harus memiliki kepribadian luhur, bermoral pancasila, bersikap inovatif, kreatif, menghargai profesinya, berbadan sehat dan lain sebagainya. Di samping itu, guru harus memiliki dan mengusai bahan pengetahuan yang luas tentang hal-hal yang menjadi bidang pekerjaanya, serta memiliki ketrampilan-ketrampilan praktis yang baik dalam hal mengajar dan mendidik siswanya. 4. Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses belajar mengajar
60
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Konsep dan Strategi (Bandung: Mandar Maju, 1991), hlm.43-46. 61 Ibid., hlm. 51. 62 Ibid., hlm. 50-52.
67
Kemampuan guru atau kompetensi guru yang banyak hubungannya dengan usaha meningkatkan proses dan hasil belajar dapat diguguskan ke dalam empat kemampuan yaitu: a. Merencanakan program pengajaran. b. Melaksanakan dan mengelola/memimpin program belajar mengajar. c. Menilai kemajuan proses belajar mengajar. d. Menguasai bahan pelajaran dalam artian menguasai bidang studi atau mata pelajaran yang dipegangnya/dibinanya.63 Keberhasilan
guru
melaksanakan
peranannya
alam
bidang
pendidikan atau peranannya sebagai pendidik dan pengajar, sebagian besar terletak pada kemampuannya melaksanakan berbagai peranan yang bersifat khusus dalam situasi mengajar dan belajar di dalam kelas. Tiaptiap peranan menuntut berbagai kompetensi atau ketrampilan mengajar. Adapun peranan-peranan guru yang memerlukan ketrampilanketrampilan sebagai guru adalah sebagai berikut: a. Guru sebagai pengajar menyampaikan ilmu pengetahuan, perlu memiliki ketrampilan memberikan informasi kepada kelas. Guru sebagai pengajar harus memiliki kestabilan emosi, ingin memajukan siswa, bersikap realistis, bersikap jujur dan terbuka, peka terhadap perkembangan terutama inovasi pendidikan. Untuk mencapai semua itu, guru harus memiliki dan menguasai berbagai jenis bahan pelajaran, menguasai teori dan praktik kependidikan, menguasai kurikulum dan metodelogi pengajaran. Dengan ketrampilan yang dimilikinya,
guru
akan
dapat
memberikan
variasi
dalam
menyampaikan materi yang disajikannya sehingga anak didik tidak akan jenuh dalam menerima materi yang disampaikan guru dengan jelas.
63
Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, Op.Cit., hlm 9.
68
b. Guru sebagai pemimpin kelas (manajer), perlu memiliki ketrampilan cara memimpin kelompok-kelompok dan peranannya.64 Guru harus mampu memimpin, untuk itu guru harus mampu memiliki kepribadian, menguasai
ilmu kepemimpinan, menguasai prinsip
hubungan antarmanusia, teknik berkomunikasi, serta menguasai berbagai aspek kegiatan organisasi yang berada di sekolah. Guru dituntut untuk dapat memiliki kemampuan memimpin kelas agar dapat menguasai kelas meskipun anak didik terdiri dari berbagai macam kemampuannya. c. Guru sebagai pembimbing, perlu memiliki ketrampilan cara mengarahkan dan mendorong kegiatan belajar mengajar.65 Peranan ini harus dipentingkan, karena kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing anak di sekolah menjadi manusia yang dewasa susila yang cakap. Tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami kesulitan
dalam
Kekurangmampuan tergantung
pada
menghadapi anak bantuan
segala
didik guru.
perkembangan
menyebabkan Tetapi
lebih
semakin
dirinya. banyak dewasa,
ketergantungan anak didik semakin berkurang. Jadi, bagaimanapun juga bimbingan dari guru sangat diperlukan pada saat anak didik belum mampu berdiri sendiri (mandiri). Sehingga ketika ada permasalahan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar yang berhubungan dengan anak didik, guru dapat memberikan solusi yang terbaik atas permasalahan tersebut. d. Guru sebagai pengatur lingkungan, perlu memiliki ketrampilan mempersiapkan dan menyediakan alat dan bahan pelajaran. Dengan penguasaan alat bantu seperti UHP, guru akan lebih praktis dalam menyampaikan materi, anak didik akan menganggap bahwa guru
64
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: PT. Renika Cipta, 1995), hlm. 98. 65
Oemar Hamalik, op.cit., hlm. 53-54
69
lebih profesional, sehingga anak didik akan memperhatikan materi yang disampaikannya. e. Guru
sebagai
partisipan,
perlu
memiliki
ketrampilan
cara
memberikan saran, mengarahkan pemikiran kelas dan memberikan penjelasan, sehingga ketika anak didik menghadapi permasalahan guru dapat memberikan saran dan penjelasan yang terbaik untuk anak didik. f. Guru sebagai ekspeditur, perlu memiliki ketrampilan menyelidiki sumber-sumber
masyarakat
yang
akan
digunakan.
Dalam
permasalahan ini guru harus terjun langsung ke masyarakat dan mengadakan penelitian secara langsung, sehingga hasil penelitian tersebut dapat valid dan dapat diterima oleh anak didik sebagai materi yang perlu dikaji. g. Guru sebagai perencana perlu memiliki ketrampilan-ketrampilan cara memilih, meramu bahan pelajaran secara profesional. Dengan ketrampilan ini guru akan lebih bisa menguasai kelas dan lebih variatif dalam memilih metode dalam menyampaikan setiap bahan pelajaran. h. Guru sebagai supervisor, perlu memiliki ketrampilan mengawasi kegiatan anak dan ketertiban kelas.66 Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran. Teknik-teknik supervisi harus guru kuasai dengan baik agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi belajar mengajar dengan baik. Untuk itu kelebihan supervisor bukan hanya posisi atau kedudukan yang ditempatinya, akan tetapi juga karena
pengalamannya,
pendidikannya,
kecakapannya,
atau
ketrampilan-ketrampilannya yang dimilikinya, atau karena memiliki sifat-sifat kepribadian yang menonjol daripada orang-orang yang disupervisinya. Dengan semua kelebihan yang dimiliki, ia dapat
66
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaktif Edukatif (Jakarta: Renika Cipta, 2000), hlm. 43.
70
melihat, menilai atau mengadakan pengawasan terhadap orang atau sesuatu yang disupervisi. Dalam hal ini guru harus pro aktif dalam mengawasi kegiatan yang dilakukan anak didik baik yang dilakukan di sekolah maupun di masyarakat, dengan adanya pengawasan yang ketat anak didik tidak akan terjerumus oleh hal-hal negatif sebagai dampak yang dilaksanakannya. i. Guru sebagai motivator, perlu memiliki ketrampilan cara mendorong motivasi belajar kelas. Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis motiv-motiv yang melatarbelakangi anak didik malas belajar dan menurun prestasinya di sekolah. Setiap saat guru harus bertindak sebagai motivator, karena dalam interaksi edukatif tidak mustahil ada di antara anak didik yang malas belajar dan sebagainya. Motivasi dapat efektif bila dilakukan
dengan
Penganekaragaman
memperhatikan cara
belajar
kebutuhan
memberikan
anak penguatan
didik. dan
sebagainya. Juga dapat memberikan motivasi pada anak didik untuk bergairah dalam belajar. Peranan guru dalam motivasi sangat penting dalam interaksi edukatif, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial. Dengan dorongan dari guru anak didik akan lebih termotivasi dalam meningkatkan prestasinya karena merasa mendapatkan perhatian dari guru. j. Guru sebagai evaluator, perlu memiliki ketrampilan cara menilai anak-anak secara obyektif, kontinyu dan komprehensif,67 baik dari bidang kognitif, afektif atau psikomotorik. Sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan intrinsik. Penilaian terhadap aspek instrinsik lebih menyentuh pada aspek kepribadian anak didik, yakni aspek nilai. Berdasarkan hal ini,
67
Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar: Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru (Jakarta: Rajawali Press, 1990), hlm. 142.
71
guru harus bisa memberikan penilaian terhadap kepribadian anak didik tentu lebih diutamakan daripada penilaian terhadap jawaban anak didik ketika di beri tes. Anak didik yang berprestasi baik, belum tentu memiliki kepribadian yang baik. Jadi penilaian itu pada hakekatnya diarahkan pada perubahan kepribadian anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap. k. Guru sebagai penanya, perlu memiliki ketrampilan cara bertanya dan merangsang kelas berfikir dan memecahkan masalah. Dengan berbagai variasi pertanyaan yang disesuaikan dengan keadaan kelas, anak didik akan lebih termotivasi dengan materi pelajaran. Mengajukan pertanyaan dengan baik adalah pengajaran yang baik. Oleh karena itu ketrampilan bertanya, menjadi penting jika di hubungkan dengan pendapat yang mengatakan “ berfikir sendiri itu adalah bertanya”.68 Pertanyaan yang baik akan dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar, membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang dihadapinya, mengembangkan pola berfikir dan belajar aktif siswa, dan memusatkan perhatian murid terhadap masalah yang dihadapinya. l. Guru sebagai pengajar, perlu memiliki ketrampilan cara memberikan ganjaran terhadap anak-anak berprestasi. Sehingga dengan adanya perhatian dari guru, anak didik akan lebih termotivasi untuk meningkatkan prestasinya. m. Guru sebagai konselor, perlu memiliki ketrampilan cara membantu anak-anak yang mengalami kesulitan tertentu.
69
Sebagai konselor,
guru harus menjadi pengamat yang peka terhadap tingkah laku dan gerak-gerik muridnya. Guru harus berusaha memberikan tanggapan yang konstruktif apabila murid mengalami kelesuan dalam belajar. Dalam hal ini guru dituntut untuk dapat memberikan solusi,
68
J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 62. 69 Oemar Hamalik, op.cit., hlm. 53-54.
72
saran-saran yang terbaik terhadap permasalahan yang dihadapi anak didik. F.
KODE ETIK GURU Kode etik di sini berarti sumber etik. Etik artinya tata-susila (etika) atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Jadi “kode etik guru” diartikan aturan tata-susila keguruan. Maksudnya aturan-aturan tentang keguruan (yang menyangkut pekerjaan guru) dilihat dari segi susila. Maksud kata susila adalah hal yang berkaitan dengan baik dan tidak baik menurut ketentuan-ketentuan umum yang berlaku. Dalam hal ini kesusilaan diartikan sebagai kesopanan, sopan santun dan keadaban. Kode etik guru merupakan statement formal yang merupakan norma (aturan tata susila) dalam mengatur tingkah laku guru. Sehubungan dengan hal itu tidaklah terlalu salah kalau dikatakan bahwa kode etik guru merupakan semacam penangkal dari kecenderungan manusiawi seorang guru yang ingin menyeleweng. Kode etik guru merupakan perangkat untuk mempertegas atau mengkristalkan kedudukan dan peranan guru serta sekaligus untuk melindungi profesinya. Kode etik guru merupakan landasan untuk menjaga dan mempertahankan kemurnian profesi
keguruan,
sehingga terhindar dari
bentuk penyimpangan dan menjadikan guru tetap sebagai tenaga profesional. Karena itu, guru sebagai tenaga profesional perlu memiliki “kode etik guru” dan menjadikannya sebagai pedoman yang mengatur pekerjaan guru selama dalam pengabdian. Kode etik tersebut harus merupakan ketentuan yang mengikat semua sikap dan perbuatan guru. Kode etik guru harus tetap dipegangi dalam kondisi apapun, sebab kode etik ini merupakan ciri khas dari kepribadian guru. Adapun rumusan kode etik guru yang merupakan kerangka pedoman dalam melaksanakan
tugas dan
tanggung jawabnya sesuai dengan hasil konggres XIII di Jakarta tahun 1973. Dan kemudian disempurnakan dalam konggres PGRI XVI tahun
73
1989 juga di Jakarta.70 Adapun teks kode etik yang telah disempurnakan adalah sebagai berikut dan masing-masing akan diperjelas berikut ini. 1.
Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila.
71
Maksud dari rumusan
ini, guru harus mengabdikan dirinya secara ikhlas untuk menuntun dan mengantarkan anak didik seutuhnya, baik jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental agar menjadi manusia pembangunan yang menghayati dan mengamalkan serta melaksanakan berbagai aktivitas dengan mendasarkan pada sila-sila dalam pancasila. Guru harus membimbing anak didiknya ke arah hidup yang selaras, serasi dan seimbang. 2.
Guru memiliki kejuruan profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didiknya masing-masing.72 Berdasarkan item ini, maka guru harus mampu mendisain program pengajaran sesuai dengan kebutuhan setiap diri anak didik. Yang lebih penting lagi guru harus dapat menerapkan kurikulum secara benar, sesuai dengan kebutuhan anak didik.
3.
Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang peserta didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.73 Dalam kaitan belajar mengajar, guru perlu mengadakan komunikasi dan hubungan baik dengan anak didik. Hal ini terutama agar guru mendapatkan informasi secara lengkap mengenai diri anak didik. Dengan mengetahui keadaan dan karekteristik anak didik, maka akan sangat membantu bagi guru dan
70
Soetjipto dan Raflis kosasi, Prosesi Keguruan (Jakarta: Renika Cipta, 2000), hlm. 35-
35.
71
Hadari Nawawi dan Mini Martini, Kebijakan Pendidikan di Indonesia di Tinjau dari Sudut Hukum (Yogyakarta: Gadjahmada University Press, 1994), hlm. 337. Lihat juga Zahara Idris, H.Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan I (Jakarta: PT. Gramedia Widiasara Indonesia, 1992), hlm. 44. Lihat juga Made Pidarta, landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia (Jakarta: Renika Cipta, 1997), hlm. 273. 72
Hadari Nawawi dan Mini Martini, Ibid., hlm. 337. Ibid., hlm. 337.
73
74
siswa dalam menciptakan
proses belajar mengajar yang optimal.
Kemudian yang perlu diingat oleh guru adalah dalam mengadakan komunikasi, hubungan yang harmonis dengan anak didik tidak boleh disalahgunakan. Dengan sikap ramah, kasih sayang dan saling keterbukaan yang kemudian dapat memperoleh informasi mengenai diri anak didik secara lengkap ini semata-mata demi kepentingan anak didik, tidak boleh untuk kepentingan guru, apalagi untuk maksudmaksud pribadi guru itu sendiri. 4.
Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua peserta didik dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan peserta didik.Guru
harus dapat menciptakan kondisi-
kondisi optimal, sehingga anak didik itu merasa belajar, harus belajar, perlu dididik dan perlu bimbingan. Usaha menciptakan suasana kehidupan sekolah itu menyangkut dua hal. Pertama, yang berkaitan dengan proses belajar mengajar di kelas secara langsung. Hal tersebut meliputi pengaturan tata ruangan yang lebih kondusif untuk kepentingan pengajaran dan menciptakan iklim atau suasana belajar mengajar yang lebih serasi dan menyenangkan. Kedua, menciptakan kehidupan sekolah dalam arti luas, yaitu meliputi sekolah secara keseluruhan. Dalam hubungan ini dituntut adanya hubungan baik dan interaksi antara guru dengan guru, guru dengan anak didik, guru dengan pegawai. Dengan demikian memang dituntut adanya keterlibatan
semua pihak di dalam lembaga pendidikan, sehingga
dapat menunjang berhasilnya proses belajar mengajar. Selanjutnya
dalam
mengusahakan
keberhasilan
proses
belajar
mengajar itu, guru harus membina hubungan baik dengan orang tua murid. Hal ini diharapkan dapat mengetahui keadaan anak didiknya, bagaimana keadaan belajar anak didiknya di rumah. Juga untuk mengetahui beberapa hal tentang anak didik melalui orang tuanya, sehingga hal tersebut dapat dijadikan sebagai bahan untuk menentukan kegiatan belajar mengajar yang lebih baik. Hubungan baik antara guru
75
dan orang tua murid merupakan faktor yang tidak dapat ditinggalkan, karena keberhasilan belajar anak didik tidak dapat dipisahkan dengan bagaimana keadaan dan usaha orang tua murid. 5.
Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.74Guru harus membina hubungan yang baik dengan masyarakat, agar dapat menjalankan tugasnya sebagai pelaksana proses belajar mengajar. Dari segi masyarakat di sekitar sekolah, bagi guru sangat penting selalu memelihara hubungan baik, karena guru akan mendapatkan masukan, pengalaman serta memahami berbagai kejadian atau perkembangan masyarakat. Hal ini dapat dimanfaatkan sebagai usaha pengembangan sumber belajar yang lebih mengena demi kelancaran proses belajar mengajar. Selanjutnya kalau dilihat dari masyarakat secara luas, maka keterikatan atau hubungan baik guru dengan masyarakat luas itu akan mengembangkan pengetahuan guru tentang persepsi kemasyarakatan yang lebih luas.
6.
Guru
secara
sendiri-sendiri
dan/atau
bersama-sama
berusaha
mengembangkan dan meningkatkan mutu profesionalnya.75 Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, guru harus dapat meningkatkan mutu profesinya, baik dilaksanakan secara perseorangan ataupun secara bersama-sama. Hal ini sangat penting, karena baik buruknya lanyanan akan mempengaruhi citra guru di tengah-tengah masyarakat. 7.
Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru, baik berdasarkan
lingkungan
kerja,
maupun
di
dalam
hubungan
keseluruhan.76 Kerja sama dan pembinaan hubungan antar guru di lingkungan tempat kerja, merupakan upaya yang sangat penting. Sebab dengan pembinaan kerja sama antarguru di suatu lingkungan kerja 74
ibid., hlm. 337. Ibid., hlm. 337. 76 Ibid., hlm. 337. 75
76
akan dapat meningkatkan kelancaran mekanisme kerja, bahkan juga sebagai langkah-langkah peningkatan mutu profesi guru secara kelompok. Guru juga perlu membina hubungan dengan sesama guru secara keseluruhan, termasuk guru-guru di lingkungan tempat kerja. Hal ini dapat memberi masukan dan menambah pengetahuan masingmasing guru, karena mungkin perkembangan di suatu daerah berbeda dengan perkembangan daerah yang lain (studi komporasi). 8.
Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdiannya.77 Salah satu ciri profesi adalah dimilikinya
organisasi profesional. Begitu juga
guru sebagai tenaga profesional kependidikan, juga memiliki organisasi profesional. Di Indonesia wadah atau organisasi adalah PGRI, atau juga IPSI. Untuk meningkatkan pelayanan dan sarana pengabdiannya maka organisasi itu harus dipelihara, dibina bahkan ditingkatkan mutu dan kekompakannya. Sebab dengan peningkatan mutu organisasi berarti akan mampu merencanakan dan melaksanakan program yang bermutu, sesuatu dengan kebutuhan masyarakat. 9.
Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.78 Guru adalah bagian warga negara dan warga masyarakat yang merupakan aparat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan atau aparat pemerintah di bidang pendidikan. Oleh karena itu, guru harus memahami dan kemudian melaksanakan
ketentuan-ketentuan yang
telah
digariskan
oleh
pemerintah mengenai bagaimana menangani persoalan-persoalan pendidikan. Dengan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan itu diharapkan proses pendidikan berjalan lancar dan akan menopang bagi pelaksanaan pembangunan bangsa secara integral. Dengan memahami sembilan butir kode etik guru, diharapkan guru mampu berperan secara aktif dalam upaya memberikan motivasi
77
Ibid., hlm. 337. Ibid., hlm. 337.
78
77
kepada subyek belajar yang dihadapi oleh anak didik berarti akan dapat dipecahkan atas bimbingan guru dan kemampuan serta kegairahan mereka sendiri. Dengan demikian kegiatan belajar mengajar akan berjalan dengan baik, sehingga hasilnya optimal.