Kholiq Kurniawan
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM Kholiq Kurniawan1
STIT Muh. Kendal
[email protected] Abstrak: Bangsa Indonesia saat ini sedang mengalami krisis akhlak, yang disebabkan kurang efektifnya pendidikan akhlak/pendidikan karakter. Oleh karena itu diperlukan solusi alternatif bersifat mendesak. Metode yang dapat diterapkan pendidikan karakter ialah memberdayakan pendidikan agama di lembaga pendidikan formal, nonformal dan informal. Melalui pemberdayaan pendidikan agama dengan model dan metodenya yang bisa diintegralkan dengan berbagai mata pelajaran lain, maka pendidikan yang menggunakan nilai-nilai berbasis agama diharapkan akan melahirkan peserta didik yang berkarakterberakhlak mulia. Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Pendidikan Islam, Akhlak Mulia. Pendahuluan Hakikat pendidikan agama dan pendidikan karakter memiliki titik singgung yang sangat erat bahkan tidak terpisahkan. Domain pokok dari pendidikan agama ada 3 (tiga): pendidikan keimanan (akidah), pendidikan ibadah, dan pendidikan akhlak. Dalam konsep Islam domain akidah dan ibadah terkait erat dengan akhlak. Akidah membuat orang menjadi berakhlak sebab selalu merasakan kehadiran Allah dalam hidupnya, sehingga dia terhindar dari perbuatan tidak terpuji. Jika perbuatan itu perbuatan baik dan terpuji menurut pandangan akal dan syariat Islam, disebut dengan akhlak terpuji, tetapi jika perbuatan itu bukan perbuatan baik disebut akhlak tercela. Jika etika perspektif Islam harus dibandingkan dengan etika umum, maka salah satu sifat khas Islam adalah masalah etika (akhlaq al-karimah) yang berlandaskan al-Quran dan sunnah Nabi saw. 1
Penulis saat ini sedang menempuh Program Doktor Pendidikan Islam di Universitas Ibnu Khaldun Bogor.
60 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Pendidikan Karakter Perpektif Pendidikan Islam
Dalam al-Quran dijelaskan karakteristik orang-orang yang berilmu (al-‘ulama) yaitu mereka yang takut kepada Allah Rabbul ‘alamin (QS Fathir: 28). Mereka adalah sosok yanag berakhlak atau karakter mandiri, berani, pengabdi, siap berkorban sehingga tidak bergantung pada penghambaan kepada selain Allah. Akhlak atau karakter2 bisa kuat karena berpijak pada kalimat tauhid yang Allah gambarkan pada kalimat thayyibah; akarnya menghujam kuat ke bumi, dan cabangnya menjulang ke langit. Allah SWT. Berfirman dalam alQuran di bawah ini:
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat” (Q.S. Ibrahim: 2425). Selain berdasarkan pada ayat al-Quran dalam surat Ibrahim ayat 24-25 di atas, gugusan pemikiran tentang pendidikan karakter di atas juga berdasarkan Hadits Nabi Muhammad saw. Berikut hadis terkait pendidikan akhlak,”Abdulah bin Amru, r.a. berkata, Nabi Muhammad saw. bukan orang yang keji dan tidak bersikap keji. Beliau bersada,“Sesungguhnya yang terbaik diantara kamu adalah yang paling baik akhlaknya” (H.R. al-Bukhari). Hadis ini memuat informasi bahwa Nabi Muhammad saw. adalah sosok insane kamil yang memiliki sifat yang baik dan memberi penghargaan yang tinggi pada orang yang berakhlak mulia. Itu berarti bahwa akhlak mulia adalah suatu hal yang perlu dimiliki oleh umatnya. Agar setiap muslim dapat memiliki akhlak mulia (akhlaq al-karimah), maka harus diajarkan tentang pendidikan karakter akhlak mulia.3
2 Didin Hafidhuddin, Membangun Karakter Melalui Pendidikan Agama, dalam Ulil Amri Syafri, 2012, hlm. vi-vii. 3 Bukhari Umar, Hadis Tarbawi, (Jakarta: Amzah, 2012), hlm.42-43
JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 61 Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Kholiq Kurniawan
Rasulullah Muhammad saw. menegaskan bahwa beliau diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia (HR. Ahmad). “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya (HR. Tirmidzi). Menurut Ketua Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia atau sering disebut dengan ICMI, Marwah Daud Ibrahim, sifat dan karakter Nabi Muhammad saw. harus dijadikan contoh teladan dalam meniti hidup dan kehidupan atau disebut jalan hidup atau 'way of life' bagi masyarakat, khususnya umat Islam. Sebab, semua karakter yang ada di sosok Muhammad dapat dijadikan keteladanan menuju masyarakat Madani. Sifat Muhammad akan selalu sesuai dengan konteks dunia kapanpun. Yang saat ini hilang di bangsa Indonesia adalah sifat kejujuran. Satu sifat inilah yang saat ini langka ada di masyarakat Indonesia. Pasalnya, semua berlaku seolah menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, bangsa Indonesia sangat butuh keteladanan sifat Muhammad untuk mengembalikan jati diri bangsa. Hal itu harus dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter Muhammad di semua sektor. Baik kepemimpinan melalui politik, sistem ekonomi, sosial budaya serta dimasukkan dalam sistem pendidikan Nasional. Melalui itulah sifat dan karakter nabi Muhammad akan jadi 'way of life'4 Pendidikan akhlak mempunyai kaitan erat dengan pendidikan karakter. Dengan mendidik akhlak manusia atau peserta didik secara utuh telah tercakup di dalamnya pendidikan karakter. Oleh karena itu yang diperlukan sekarang ini adalah penguatan pendidikan akhlak yang menjadi bagian dari pendidikan agama. Sehubungan dengan itu, maka pemberdayaan pendidikan agama adalah salah satu upaya untuk memberdayakan pendidikan karakter. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka rumusan masalah kajian ini adalah bagaimana karakter pendidikan budaya bangsa dalam perspektif Islam dan penerapannya dalam lembaga pendidikan Islam? Tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai karakter pendidikan budaya bangsa, dalam perspektif Islam dan penerapannya dalam lembaga pendidikan Islam. Kajian tentang pendidikan karakter ini berguna untuk memahami nilai-nilai karakter pendidikan budaya bangsa, dalam perspektif Islam 4 http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/01/22/mh122b-icmi-jadikankarakter-nabi-muhammad-way-of-life: ICMI: Jadikan Karakter Nabi Muhammad 'Way of Life'.
62 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Pendidikan Karakter Perpektif Pendidikan Islam
dan mengamalkannya baik di lingkungan rumah tangga, di lembaga pendidikan maupun di masyarakat. Karakter Pendidikan Budaya Bangsa dalam Perspektif Islami Pendidikan karakter dalam perspektif al-Quran ditujukan untuk membebaskan manusia dari kehidupan yang gelap gulita (tersesat) menuju kehidupan yang terang (lurus) (Q.S. Al-Ahzab, 33: 43); meluruskan manusia dari kehidupan yang keliru kepada kehidupan yang benar (Q.S. Al-Jumu’ah, 63: 2); mengubah manusia yang biadab (jahiliyah) menjadi manusia yang beradab (Q.S. Al-Baqarah, 2: 67); mendamaikan manusia yang bermusuhan atau yang bercerai-berai menjadi manusia yang bersatu dan bersaudara, dan menyelamatkan manusia dari jurang kehancuran menjadi manusia yang selamat di dunia dan akhirat.5 Selanjutnya, pembahasan didasarkan pada perspektif Islam dengan bersumber dari al-Quran dan hadis Rasulullah saw untuk mengetahui akhlak yang baik untuk dikerjakan dan yang buruk untuk ditinggalkan. a. Rasa Ingin Tahu Dalam pendidikan budaya karakter bangsa, rasa ingin tahu dideskripsikan sebagai sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Deskripsi tersebut tidak menjelaskan tentang bagaimana karakter rasa ingin tahu yang baik dan buruk. Dalam perspektif Islam dikenal ada akhlak yang baik untuk dilaksanakan dan akhlak buruk yang untuk dijauhi. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian bagaimana sebenarnya karakter rasa ingin tahu dalam bentuk akhlak yang baik maupun akhlak yang buruk bersumber dari al-Quran dan hadis Rasulullah saw didasari dengan iman dan takwa kepada Allah SWT. Pertama, tentang bagaimana akhlak manusia yang baik dari karakter rasa ingin tahu. Karekter demikian dikaji al-Quran. Allah SWT Berfirman:
5
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam: Isu-Isu Kontemporer tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, 2012), hlm.193. JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 63 Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Kholiq Kurniawan
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati. Agar kamu bersyukur”. (Q.S. An-Nahl: 78). Akhlak yang baik dari karakter rasa ingin tahu adalah, menggunakan pendengaran, penglihatan dan hati untuk memperoleh pengetahuan yang dibutuhkan dalam kehidupannya, dan bersyukur kepada Allah SWT. Kedua, tentang bagaimana karakterrasa ingin tahu, dalam bentuk akhlak yang buruk, berdasarkan al-Quran dilarang untuk mengerjakannya. Allah SWT berfirman: ”Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”. (Q.S. Al-Israa: 36). Akhlak yang buruk dari karakter rasa ingin tahu yang dilarang mengerjakannya adalah, melakukan perbuatan yang tidak didasarkan pada pengetahuan sehingga dapat menimbulkan perbuatan buruk seperti menyalahgunakan pendengaran, penglihatan dan hati, kesemuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya. Berdasarkan pembahasan terkait pendidikan karalter ini, perlu dipahami bahwa tidak setiap orang atau peserta didik mempunyai alat indera berupa mata dan telinga tetapi keduanya berfungsi sama. Alat pendengaran dan penglihatan antara satu orang dan lainnya tidak sama.Ada orang yang buta/tuli tapi punya hati yang lebih baik daripada seseorang yang normal jasmaninya. Pembinaan karakter yang Islami memerintahkan untuk mengerjakan akhlak yang baik dan melarang akhlak buruk. b. Semangat Kebangsaan Semangat kebangsaan dideskripsikan sebagai cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Deskripsi tersebut di atas tidak menjelaskan tentang bagaimana karakter semangat kebangsaan yang baik dalam perspektif Islam. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian bagaimana sebenarnya etika atau
64 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Pendidikan Karakter Perpektif Pendidikan Islam
akhlak semangat kebangsaan yang baik bersumber dari al-Quran dan hadis Rasulullah saw yang didasari dengan iman dan takwa kepada Allah SWT. Bagaimana akhlak yang baik dari karakter semangat kebangsaan, bersumber dari Al Quran. Allah SWT berfirman: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. Al-Hujurat: 13). Akhlak yang baik dari karakter semangat kebangsaan dalam perspektif Islam, adalah sikap saling kenal mengenal di antara bangsabangsa yang mengutamakan ketakwaan kepada Allah. Firman Allah: “Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 65 Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Kholiq Kurniawan
kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”. (Q.S. AlMumtahanah: 8-9). Berdasarkan ayat tersebut diketahui bahwa berkenaan dengan karakter semangat kebangsaan, termasuk akhlak yang baik adalah bersikap baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi karena agama dan yang mengusir dari negerimu. Sedangkan termasuk akhlak yang buruk yang dilarang mengerjakannya adalah berkawan dengan orang-orang yang memerangi atau membantu memerangi karena agama dan mengusir dari negerimu; barangsiapa menjadikan mereka kawan adalah perbuatan zalim. Semangat kebangsaan atau nasionalisme tersebut merupakan karakter yang baik yang diperlukan untuk membangun bangsa, sedangkan lawannya adalah chauvinism yaitu rasa kebangsaan yang berkelebihan karena dorongan hawa nafsusehingga benar atau salah adalah negeriku, ini merupakan karakter yang buruk. c. Cinta Tanah Air Senada dengan semangat kebangsaan adalah cinta tanah air. Cinta tanah air dideskripsikan sebagai cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan bangsa. Deskripsi tersebut tidak menjelaskan tentang bagaimana karakter cinta tanah air yang baik dalam perspektif Islam. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian bagaimana sebenarnya akhlak yang baik dan buruk berkenaan dengan karakter cinta tanah air. Cinta tanah air terdiri dari kata “cinta”, “tanah” dan “air” disebutkan di dalam al-Quran. Tanah (bumi); dalam bahasa Arab tanah berarti “”اﻷرض. Kata “ ”اﻷرضDalam al-Quran disebut sebanyak 451 kali. Adapun kata “ ”ﻣﺎءyang berarti air disebut sebanyak 59 kali dalam al-Quran. Selain itu ada 4 bentuk lain, masing-masing disebut satu kali, yaitu: “ ﻣﺎؤھﺎ، ﻣﺎءﻛﻢ، ﻣﺎءھﺎ، ”ﻣﺎءكsehingga seluruhnya berjumlah 63 kali.6
6 Rahmat Hidayat, Ayat dan Hadits tentang Lingkungan Hidup, 6 Desember 2014 dalam http://rahmatzoom.blogspot.com /2014/12/ayat-dan-hadits-tentang-lingkunganhidup.html
66 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Pendidikan Karakter Perpektif Pendidikan Islam
Akhlak yang baik dari karakter cinta tanah air dalam perspektif Islam, adalah sikap peduli terhadap lingkungan sekitarnya termasuk tanah (bumi) dan air. Allah SWT berfirman: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo`alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur”. (Q.S. AlA’raaf: 56-58). Berdasarkan ayat al-Quran tersebut diketahui bahwa berkenaan dengan karakter cinta tanah air, termasuk akhlak yang baik adalah menjaga kelestarian di muka bumi termasuk tanah dan air.Cinta tanah JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 67 Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Kholiq Kurniawan
air diwujudkan dengan tidak merusak lingkungan melainkan memberikan kemanfaatan. Sebaliknya, akhlak yang buruk yang dilarang mengerjakannya adalah membuat kerusakan di muka bumi termasuktanah dan air. d. Menghargai Prestasi Menghargai prestasi yang telah diperoleh seseorang berdasarkan hasil kerja nyata atau hasil kerja keras yang telah dilakukannya dideskripsikan sebagai sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. Deskripsi tersebut tidak menjelaskan tentang bagaimana karakter menghargai prestasi sebagai hasil jerih payah melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya, dalam perspektif Islam. Akhlak yang baik dalam menghargai prestasi bersumber dari al-Quran dan hadis Rasulullah saw didasari dengan iman dan takwa kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam al-Quran: “Dan masing-masing orang memperoleh derjat-derjat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan”. (Q.S. al-An’aam: 132). Berdasarkan ayat al-Quran surat al-An`aam tersebut, orang yang melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya akan memperoleh prestasi berupa penghargaan atau derajat seimbang dengan apa yang dikerjakannya, dan Allah memperhatikan pekerjaan manusia. Firman Allah SWT.: “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Q.S. alInsyiraah: 7-8). Akhlak yang baik dari karakter menghargai prestasi adalah kemauan melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh, manakala suatu pekerjaan telah selesai maka dilanjutkan dengan mengerjakan pekerjaan lainnya, dan berharap kepada Allah yang tidak lengah dari pekerjaan manusia.
68 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Pendidikan Karakter Perpektif Pendidikan Islam
Kebalikan akhlak yang baik dari karakter menghargai prestasi melalui bekerja dengan sungguh-sungguh adalah karakter yang buruk yaitu orang-orang bersikap lalai tidak menggunakan hati, mata dan telinga sesuai perintah Allah. Firman Allah: “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orangorang yang lalai”. (Q.S. al-A’raf: 179). e. Bersahabat/Komunikatif Bersahabat atau komunikatif dideskripsikan sebagai tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Deskripsi tentang menjalin hubungan yang harmonis tersebut tidak menjelaskan tentang bagaimana karakter bersahabat/komunikatif yang baik dalam perspektif Islam. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian bagaimana sebenarnya akhlak yang baik maupun akhlak yang buruk dari karakter bersahabat/komunikatif bersumber dari dari alQuran dan hadis Rasulullah saw didasari dengan iman dan takwa. Tentang bagaimana akhlak yang baik dari karakter bersahabat atau komunikatif, dapat dikaji dari Al-Quran. Allah SWT berfirman: JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 69 Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Kholiq Kurniawan
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi`ar-syi`ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulanbulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian (mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolongmenolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. (Q.S. al-Ma’idah: 2). Berdasarkan ayat tersebut, diketahui akhlak yang baik dan buruk dari karakter bersahabat dalam perspektif Islam. Dalam hal ini, akhlak yang baik adalah tolong menolong dalam perbuatan kebajikan dan bertakwa kepada Allah. Sedangkan akhlak yang buruk adalah tolongmenolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Selanjutnya, tentang bagaimana akhlak yang baik maupun yang buruk dari karakter komunikatif dalam Al-Quran, Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar”. (Q.S. al-Ahzab: 70). Berdasarkan ayat al-Quran tersebut, akhlak yang baik dari karakter komunikatif adalah mengatakan perkataan yang kata benar. Mengenai akhlak yang buruk dari karakter komunikatif berdasarkan Al-Quran sebagai berikut:
70 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Pendidikan Karakter Perpektif Pendidikan Islam
“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan”. (Q.S. Luqman: 6). Berdasarkan dasar nash dari ayat al-Quran tersebut, diketahui bahwa akhlak yang buruk dari karakter komunikatif yang dilarang mengerjakannya oleh seseorang adalah mengatakan perkataan yang tidak berguna dan menyesatkan (manusia) dari jalan Allah SWT. Penerapan Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Islam Keberhasilan penerapan pendidikan karakter dalam perspektif pendidikan Islam sekurang-kurangnya perlu memperhatikan tempat pendidikan karakter tersebut dilaksanakan, ranah pendidikan karakter dan model pendidikan karakter. a. Tempat Pendidikan Karakter Di mana penerapan pendidikan karakter dilaksanakan dan diterapkan? Penerapan pendidikan karakter dapat diterapkan melalui rumah tangga, masyarakat, dan sekolah. Tempat pendidikan sekolah sering disebut lembaga pendidikan formal. Sekolah sudah diatur dengan banyak peraturan agar lembaga pendidikan tersebut menjalankan fungsinya sebagai lembaga pendidikan yang penting dalam aspek penguasaan pengetahuan (teori) dan keterampilan. Ahmad Tafsir menjelaskan bahwa sekolah atau madrasah seharusnya tidak hanya berfungsi mengembangkan pengetahuan dan keterampilan siswa atau peserta didik tetapi juga pembinaan karakter secara umum. Aturan untuk pembentukan karakter peserta didik ini sangat penting di era post modern ini, karena bagian inilah yang akan menjelaskan keberadaban suatu bangsa di kanvas peradaban dunia. Ada baiknya kebijakan pembentukan karakter siswa atau peserta didik di sekolah atau madrasah dikoordinasikan dengan pembentukan karakter di rumah dan di masyarakat. Koordinasi itu mungkin dapat
JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 71 Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Kholiq Kurniawan
diatur dengan aturan tertentu.7 Salah satunya yang telah penulis teliti yaitu menggunakan model pembelajaran berbasis masyarakat (Community Based Learning). Dengan demikian pendidikan karakter tidak cukup hanya diterapkan pada setiap jenjang pendidikan (pendidikan dasar, menengah dan tinggi) di sekolah, tetapi juga perlu diterapkan di rumah dan di masyarakat. b. Ranah Pendidikan Karakter Keberhasilan mengajar karakter yang selama ini dilakukan di lingkungan sekolah/madrasah banyak ditentukan oleh jenis-jenis pengajaran yang menurut teori Bloom mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Tafsir menjelaskan berdasarkan ketiga ranah tersebut sekurangkurangnya ditemukan jenis-jenis pengajaran sebagai berikut: (1) Pengajaran keterampilan. Pada mulanya keterampilan itu tidak secara sadar otomatis tetapi karena dilatih terus, gerakan itu dikuasai secara otomatis. Urutan latihan keterampilan itulah yang menjadi persoalan pengajaran. Urutan itu kita sebut langkah-langkah mengajar. (2) Pengajaran yang tercakup dalam ranah kognitif meliputi jenis: pengajaran verbal, pengajaran konsep, dan pengajaran prinsip. (3) Pembinaan afektif. Pengajaran seni, agama; semua pengajaran yang dimaksudkan sebagai pengembangan aspek afektif amat sulit dijelaskan urutan langkah pengajarannya.8 Pada bagian lain, Tafsir menjelaskan, bahwa Pendidikan Agama Islam, terutama yang dilaksanakan di sekolah umum, nyaris dapat disebut gagal karena guru bidang studi Pendidikan Agama Islam hanya menyelenggarakan pendidikan agama Islam aspek psikomotor dan kognitif; aspek afektif (rasa iman, rasa beragama) kurang sekali mendapat pembinaan. Padahal, inti (pokok) agama itu adalah iman dan ihsan.9 Mengutip penjelasan Tafsir, Syafri, dalam buku Pendidikan Karakter Berbasis al-Quran, menjelaskan bahwa Teori Benyamin S. Bloom tentang domain pendidikan yang tiga saja tidak terintegralkan, apalagi ketiga domain itu pun dikritik sebagai domain tidak lengkap karena meninggalkan domain Konatif (kritik Prof. Dr. K.H. Didin 7
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islami, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm.
8
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islami, (Bandung: Rosdakarya, 2012), hlm. 236. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islami, (Bandung: Rosdakarya, 2012), hlm. 219.
236. 9
72 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Pendidikan Karakter Perpektif Pendidikan Islam
Hafidhuddin, Konatif diartikannya kesadaran tauhid, iman, agama pada seseorang.10 Berdasarkan pemikiran di atas dapat disimpulkan pendidikan karakter bagi ssiswa yang selama ini diterapkan di sekolah atau madrasah seharusnya diterapkan tidak saja dengan mengintegrasikan ranah kognitif, psikomotor dan afektif (sebagaimana formulasi pemikiran dari Benyamin S. Bloom); tetapi juga mengintegrasikan domain konatif yaitu kesadaran tauhid, iman dan agama. c. Model Pendidikan Karakter Ulil Amri Syafri menjelaskan bahwa model-model pendidikan dan pembelajaran seperti perintah, larangan, motivasi, kisah, dialog, hukuman, hadian, mauidhoh hasanah, keteladanan, tarikh, maudhu`i, dan model lainnya dapat digunakan untuk mengintegrasikan profil lulusan lembaga pendidikan yang ideal menurut Islam. Yaitu lahirnya peserta didik yang berkakter kuat pada akhlaknya, yang mampu mewujudkan perkembangan amaliyah intelektualnya kepada amal shaleh atau amal ketaatan, serta amal yang berdayaguna untuk kebaikan masyarakat luas dalam kapasitasnya sebagai hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang baik.11 Terkait dengan 5 (lima) karakter pendidikan budaya bangsa (karakter 9-13) sebagaimana telah dibahas pada landasan teori di muka, maka penerapan pendidikan karakter budaya bangsa pada peserta didik tersebut dapat diterapkan di sekolah atau madrasah melalui model-model perintah dan larangan sebagaimana disajikan dalam tabel berikut: Tabel: Penerapan Karakter Melalui Model Perintah dan Larangan Perintah Larangan 1. Karakter Rasa Ingin Tahu (Karakter 9) Berupaya menggunakan Melakukan perbuatan yang tidak pendengaran, penglihatan dan didasarkan pengetahuan sehingga hati untuk memperoleh dapat berakibat menimbulkan pengetahuan yang dibutuhkan perbuatan buruk seperti dalam kehidupannya, dan menyalahgunakan pendengaran, 10
Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis al-Quran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 6. 11 Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis al-Quran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 7. JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 73 Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Kholiq Kurniawan
bersyukur pada Allah.
penglihatan dan hati, kesemuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.
2. Karakter Semangat Kebangsaan (Karakter 10) a. Sikap saling kenal a. Berkawan dengan orang-orang mengenal diantara bangsayang memerangi atau membantu bangsa dengan memerangi karena agama dan mengutamakan ketakwaan mengusir dari negerimu; kepada Allah. barangsiapa menjadikan mereka b. Semangat membangun kawan adalah perbuatan zalim. bangsa. b. Chauvinisme dorongan hawa nafsu berkelebihan-benar salah adalah negeriku. 3. Cinta Tanah Air (Karakter 11) Menjaga kelestarian di muka Membuat kerusakan di muka bumi bumi termasuk tanah dan air. termasuktanah dan air. 4. Menghargai Prestasi (Karakter 12) Kemauan melakukan Bersikap lalai tidak menggunakan pekerjaan dengan sungguhhati, mata dan telinga sesuai sungguh, jika pekerjaan selesai perintah Allah. dilanjutkan mengerjakan lainnya, dan berharap kepada Allah yang tidak lengah dari pekerjaan manusia. 5. Bersahabat/Komunikatif (Karakter 13) a. Tolong menolong dalam a. Tolong-menolong dalam berbuat perbuatan kebajikan dan dosa dan pelanggaran. bertakwa kepada Allah. b. Mengatakan perkataan yang b. Mengatakan perkataan yang tidak berguna dan menyesatkan benar. (manusia) dari jalan Allah. Simpulan Bangsa Indonesia sebagai bangsa religius, seharusnya memiliki karakter yang baik, sebab yang harus diajarkan dalam agama adalah akhlak mulia. Tetapi bangsa Indonesia saat ini sedang mengalami krisis akhlak, yang kemungkinan disebabkan oleh masih kurang efektifnya pendidikan akhlak atau pendidikan karakter. Dalam sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 telah mewajibkan kurikulum setiap jenjang pendidikan (mulai dari tingkat dasar sampai
74 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Pendidikan Karakter Perpektif Pendidikan Islam
perguruan tinggi, baik sekolah mapun madrasah) memuat pendidikan agama yang erat kaitannya dan tidak terpisahkan dari pendidikan karakter. 5 dari 18 karakter pendidikan budaya karakter bangsa, menjadi tinjauan dalam makalah ini, yaitu: (1) Rasa ingin tahu (karakter ke- 9); (2) Semangat Kebangsaan (karakter ke-10); (3) Cinta Tanah Air (karakter ke 11); (4) Menghargai Prestasi (karakter ke-12); dan (5) Bersahabat dan komunikatif (karakter ke-13).Karakter tersebut masih belum memiliki rambu-rambu dalam pelaksanaannya perlu mengacu pada al-Quran dan Hadits. Cara yang dapat diterapkan dalam pendidikan karakter adalah memberdayakan pendidikan agama yang dilaksanakan di lembaga pendidikan formal, nonformal dan informal. Memberdayakan pendidikan agama bermakna akan melahirkan orang yang beriman, beribadah, dan berakhlak. Ketiga domain menuju kepada terbentuknya karakter yang baik terutama pendidikan akhlak. Melalui pemberdayaan pendidikan agama dengan model dan metodenya yang bisa diintegralkan dengan berbagai mata pelajaran lain, pendidikan yang menggunakan nilai-nilai berbasis agama akan melahirkan anak didik yang berkarakter-berakhlak mulia (akhlaq al-karimah). Daftar Pustaka Daulay, Haidar Putra, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2012. Hidayat, Rahmat, Ayat dan Hadits tentang Lingkungan Hidup, 6 Desember 2014 dalam http://rahmatzoom.blogspot. com/2014/ 12/ayat-dan-hadits-tentang-lingkungan-hidup.html Nata, Abuddin, Kapita Selekta Pendidikan Islam: Isu-Isu Kontemporer tentang Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2012. Republika, 22 Januari 2013: ICMI: Jadikan Karakter Nabi Muhammad 'Way of Life‘ dalam http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/01/22/m h122b-icmi-jadikan-karakter- nabi-muhammad-way-of-life) Syafri, Ulil Amri, Pendidikan Karakter Berbasis al-Quran, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012. Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya,, 2012. Umar, Bukhari, Hadis Tarbawi, Jakarta: Amzah, 2012. JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 75 Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015