ISSN : 2089-7472 Volume IV, NOMOR IV, Oktober 2014
AL-AFKAR Jurnal Keislaman dan peradaban
Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam Irjus Indrawan, M.Pd.I Kepemimpinan Pendidikan Berbasis Karakter Maimunah, M.Pd.I Konsep Manajemen Kesiswaan Nurmadiah, MA Konsep – konsep Dasar Pendidikan Islam Terpadu Ridhoul Wahidi, MA Kepuasan Kerja sebagai Mediator antara Iklim Organisasi dan Motivasi terhadap Kinerja Guru di Kabupaten Tembilahan Dr. Rafiuddin Afkari, dkk
Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indragiri Tembilahan Indragiri Hilir – Riau Jln. Baharudin Jusuf No. 10 Tembilahan 29200 Telp : 0768-324918, Fax : 0768-22418. Hp. 0813 655 26 048 Email :
[email protected]
AL-AFKAR
Jurnal Keislaman & Peradaban Penerbit: Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Universitas Islam Indragiri Tembilahan Pembina: Rektor Universitas Islam Indragiri Penaggung Jawab/Pengarah: Dekan Fakultas Ilmu Agama Islam Tim Ahli: Dr. Najamuddin, Lc, MA Amaruddin, S. Ag, MA Nurmadiah, S. Pd. I, MA Pimpinan Redaksi: Maimunah, S. Ag, M. Pd. I Tim Redaksi: Asmariani, S. Pd. I, MA Nurkomariah, S. Pd. I, M. Pd. I Irjus Indrawan, S. Pd. I, M. Pd. I Mitrabestari Dr. Edi Susrianto, M.Pd (Universitas Islam Indragiri) Dr. Rafiuddin Afkari (Universitas Tun Husein onn Malaysa) Distribusi & Sirkulasi: Ali Murtopo, S. Sos. I Siti Aisyah, S. E. I Nurhayati. S. E Barry Gunawan Editor/Lay-out Ridhoul Wahidi, MA Alamat Redaksi:
Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indragiri Tembilahan – Indragiri Hilir – Riau Jln. Baharudin Jusuf No. 10 Tembilahan 29200 Telp : 0768-324918, Fax : 0768-22418. Hp. 0813 655 26 048 Email :
[email protected]
Jurnal al-Afkar merupakan jurnal keislaman dan peradaban dengan kajian multidisipliner, terbit dua kali dalam satu tahun (April dan oktober), dikelola oleh program studi Manajemen Pendidikan Islam Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri Tembilahan. Redaksi menerima tulisan yang relevan selama mengikuti petunjuk penulisan yang ditetapkan.
SAJIAN Volume III, No. III, April 2014
ISSN : 2089-7472
SAJIAN (iv) EDITORIAL (v) Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam (Hal. 7) Irjus Indrawan, M.Pd.I Kepemimpinan Pendidikan Berbasis Karakter (Hal. 22) Maimunah, M.Pd.I Konsep Manajemen Kesiswaan (Hal. 38) Nurmadiah, MA Konsep – konsep Dasar Pendidikan Islam Terpadu (Hal. 71) Ridhoul Wahidi, MA
Kepuasan Kerja sebagai Mediator antara Iklim Organisasi dan Motivasi terhadap Kinerja Guru di Kabupaten Tembilahan (Hal. 96) Dr. Rafiuddin Afkari, dkk
EDITORIAL Bismillahi Al-Rahman Al-Rahim Puji dan syukur kepada Allah SWT, jurnal Keislaman dan Peradaban Al-Afkar Volume III Nomor III Edisi III April 2014 hadir untuk menyapa kembali para pembaca, peminat keislaman dan peradaban Jurnal dihadapan anda adalah edisi III dari Jurnal Al-Afkar yang diharapkan mampu memenuhi salah satu standar dalam penelitian akreditasi Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri Tembilahan. Lebih jauh jurnal ini diproyeksikan mampu menjawab segala tantangan dari permasalahan yang ada di masyarakat dan dunia Islam . tentu dengan terbitnya Jurnal Al-Afkar ini secara kontinyu dapat memberikan konstribusi bagi penyebaran dan pengembangan karya ilmiah intelektual di bidang keislaman dan peradaban Jurnal al-Afkar Volume IV Nomor IV Oktober 2014 edisi IV ini ditulis oleh beberapa dosen, di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam oleh Irjus Indrawan, M.Pd.I 2. Kepemimpinan Pendidikan Berbasis Karakter oleh Maimunah, M.Pd.I 3. Konsep Manajemen Kesiswaan oleh Nurmadiah, MA 4. Konsep – konsep Dasar Pendidikan Islam Terpadu oleh Ridhoul Wahidi, MA 5. Kepuasan Kerja sebagai Mediator antara Iklim Organisasi dan Motivasi terhadap Kinerja Guru di Kabupaten Tembilahan oleh Dr. Rafiuddin Afkari, dkk Dewan redaksi sepenuhnya menyadari, bahwa terdapat berbagai kelemahan dan kekurangan pada penerbitan edisi ini. Maka kasukan dan kritikan dari semua pihak akan kami terima dengan terbuka dan rasa terima kasih. Tim Redaksi
PEDOMAN PENULISAN 1. Naskah ditulis dalam bentuk essay, berisi gagasan atau analisis konseptual yang orisinil, hasil penelitian, atau book review, dalam bidang ilmu-ilmu keislaman, yang mencakup: Ilmu Ekonomi Syariah, serta pemikiran ke-Islaman. 2. Panjang naskah adalah antara 10-20 halaman kertas kwarto/A.4, diketik dengan 1,5 spasi atau yang setara, dengan margin: kiri dan atas 4 cm, margin kanan dan bawah 3 cm. 3. Naskah diketik dengan menggunakan huruf/font Times New Roman untuk Latin, ukuran 12, dan Tradisional Arabic ukuran l8 untuk tulisan berbahasa Arab, atau ukuran 16 untuk teks Arab kutipan, seperti kutipan pendapat, dan kutipan ayat dan hadis, sedangkan dalam catatan kaki huruf Latin dengan font 10 dan Bahasa Arab dengan font 15. 4. Komponen naskah yang harus ditulis secara jelas secara berurutan adalah a) Judul tulisan, b) Nama penulis, tanpa gelar, dan di sebelah kanan atas nama penulis diberi footnote dengan tanda (*), di dalamnya dijelaskan tentang pendidikan terakhir penulis, tempat tugas, dan bidang studi yang digeluti penulis, serta informasi yang relevan lainnya, c) Abstrak berbahasa asing (Arab-Inggris) atau berbahasa Indonesia (maksimal 100 kata), d) Kata kunci atau key words dari tulisan, e) pendahuluan atau prolog, f) isi (deskripsi dan analisis), dapat dibagi kepada beberapa sub bahasan, g) Kesimpulan, dan h) Daftar rujukan. Jika tulisan yang dikirim adalah hasil penelitian (riset), maka harus ditambah dengan memuat; latar belakang, tinjauan pustaka, tujuan, metode penelitian, dan hasil penelitian. 5. Kutipan harus dijelaskan sumbernya dalam bentuk foot note, yang memuat; nama pengarang (sesuai dengan nama di daftar rujukan), (misalnya; Muhammad Husain al-Zahabi. Al-Tafsir wa Al-Mufassirun. Jilid IV. (T. Tp: T.th), hlm. 301.) 6. Tulisan harus dilengkapi dengan Daftar Rujukan, yaitu sumber tertulis yang benar-benar digunakan dalam penulisan naskah. Cara penulisan daftar rujukan adalah; nama penulis secara lengkap, bagian akhir dari nama penulis ditulis paling awal, dan antara nama akhir dengan nama selanjutnya diberi batas dengan koma (,); lalu judul buku ditulis italic/ miring, kota tempat terbit, nama penerbit, tahun terbit, cetakan ke. Baris kedua dari buku sumber harus dimasukkan ke kanan, sejauh 7 spasi. Misalnya:
Al-Zarkasyi, Badru al-Din Muhammad, Al-Burhan fi’Ulum AlQur’an, (Beirut: Dar al-Fikr, 1988), Jilid. I Hitti, Philip K, History of The Arab, Terj. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010. 7. Tulisan yang akan mendapat prioritas untuk dimuat adalah yang lulus seleksi oleh tim redaksi menyangkut; a) kebagusan bahasa dan ketikan, b) kesesuaian bidang ilmu dan topik, orisinalitas, kedalaman teori, ketepatan metodologi, ketajaman analisis, inovasi, dan nilai aktual dan/atau kegunaannya, dan c) selama masih tersedia ruang/halaman. Jika ada tulisan yang lulus seleksi dari sisi poin a-b, maka tulisan itu akan dimasukkan untuk edisi berikutnya. 8. Naskah harus disampaikan kepada tim redaksi dalam bentuk print-out dan dilengkapi dengan memberikan hardcopy dalam bentuk CD, atau softcopy melalui flashdisk atau lainnya, atau dengan mengirim ke email;
[email protected]
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF ISLAM Irjus Indrawan Dosen Jurusan Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri (UNISI) Abstrak Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Karakter dapat juga diartikan sama dengan akhlak dan budi pekerti, sehingga karakter bangsa identik dengan budi pekerti bangsa. Bangsa yang berkarakter adalah bangsa yang berbudi pekerti. Dengan demikian, pendidikan karakter adalah usaha yang sungguh-sungguh untuk memahami, membentuk, memupuk nilai-nilai etika, baik untuk diri sendiri maupun untuk semua warga masyarakat atau warga negara secara keseluruhan. Pendidikan karakter dalam perspektif pendidikan agama Islam adalah agar seseorang terbiasa melakukan perbuatan baik, agar interaksi manusia dengan Allah SWT dan sesama makhluk lainnya senantiasa terpelihara dengan baik dan harmonis. Pendidikan karakter seharusnya berangkat dari konsep dasar manusia: fitrah. Setiap anak dilahirkan menurut fitrahnya, yaitu memiliki akal, nafsu (jasad), hati dan ruh. Pendidikan agama Islam adalah untuk kemajuan masyarakat baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial sehingga dalam agama Islam memandang pendidikan sebagai suatu aspek yang memegang peranan penting dalam memanusiakan manusia.
Key words: Manajemen Pendidikan, Karakter, Perspektif Islam
A. Pendahuluan Proses pendidikan itu sesungguhnya telah berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya manusia di permukaan bumi. Bila diperhatikan dalam sejarah pertumbuhan suatu masyarakat, pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka memajukan generasi sejalan dengan tuntutan masyarakat. Maju mundurnya suatu bangsa tergantung maju mundurnya pendidikan itu sendiri. Pendidikan merupakan suatu kegiatan dan usaha membina dan menjadikan anak sebagai
8
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
manusia dewasa baik jasmanai maupun rohaninya. Kelak dengan kedewasaan ini anak didik dapat bertangung jawab atas segala tindakan dan perbutannya. Ki Hajar mengatakan bahwa pendidikan adalah menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.1 Langeveld juga mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya.2 Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan itu adalah suatu bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk proses pendewasaan agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Berkembangnya ilmu pengetahuan terutama dalam bidang sain dan teknologi tidak hanya akan mempengaruhi pertumbuhan bidang sosial dan budaya namun dapat menciptakan kebudayaan teknologi yang selanjutnya akan menimbulkan krisis moral dalam kehidupan masyarakat. Ini dapat dilihat dari struktur kehidupan sosial yang tidak mampu lagi memberikan solusi seperti yang diharapkan untuk menjamin kelestarian sistem kehidupan itu sendiri.3 Mengacu pada kenyataan di atas, munculah berbagai upaya untuk meninjau kembali sistem pendidikan nasional terutama pendidikan islam yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan hidup. Ini dikarenakan pendidikan akan terus menghadapi perubahan tuntutan manusia sesuai dengan perubahan yang terjadi di masyarakat serta perkembangan sain dan terknologi. Sehingga peran serta efektifitas pendidikan agama dii sekolah sebagai pemberi nilai keagamaan terhadap kesejahteraan masyarakat dipertanyakan. Oleh sebab itu, maka pendidikan agama islam di sekolah harus dilaksanakan dengan baik sehingga mampu diterima dan dilaksanakan dalam kehidupan sesuai dengan yang dicita-citakan bersama. Sedangkan fungsi pendidikan agama Islam di sekolah adalah
Pendidikan Karakter Dalam ...
Irjus Indrawan
9
sebagai: 1. Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. 2. Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman dalam mencapai kebahagian dunia akherat. 3. Menyesuaikan mental siswa terhadap lingkungan. 4. Perbaikan kesalahan, kelemahan siswa dalam keyakinan, pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. 5. Pencegahan dari hal-hal negatif budaya asing 6. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan, sistem dan fungsionalnya. 7. Penyatuan siswa untuk mendalami pendidikan kejenjang yang lebih baik.4
1 Abdul Rahman Saleh, Pendidikan Agama dan Perkembangan Watak Bangsa. Jakarta. Raja Grafindo. 2005. hlm. 3
Berdasarkan uraian tersebut, jika pendidikan agama Islam tersebut dilaksanakan dengan baik, maka kehidupan masyarakatpun akan menjadi baik sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Namun pada kenyataannya, pendidikan agama Islam kurang memberikan kontribusi yang maksimal dalam membentuk karakter yang baik kepada para pelajar. Pendidikan agama Islam harus dikembangkan dengan menekankan kerterpaduan antara tiga lingkungan pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat sehingga guru pendidikan agama Islam perlu mendorong serta memantau kegiatan pendidikan agama yang dialami siswa dilingkungannya sehingga terwujudnya keselarasan dan kesesuaian sikap dan perilaku dalam pembinaanya. Tujuan dari proses pembelajaran itu adalah untuk mengarahkan perubahan pada diri peserta didik secara terencana baik dalam pengetahuan, keterampilan maupun sikap.5 Pendidikan karakter sebenarnya telah dikenal di Negara Indonesia telah lama namun hanya sebatas retorika saja dan pada akhirnya hanya menjadi agenda belaka. Pada tanggal 20 Mei 2010 saat memperingati hari pendidikan nasional pendidikan, presiden Republik Indonesia mencanangkan pendidikan karakter sebagai gerakan nasional. Latar belakang munculnya pendidikan karakter ini dilatarbelakangi oleh semakin terkikisnya karakter anak bangsa In-
2 Hasbullah. Dasar-Dasar Ilmu pendidikan. Jakarta. Raja Grafindo. 2006. hal. 2
4 Ibid
3 Andi haris Prabawa. Paragdima Pengembangan Kurikulum Pendidikan Tinggi. Universitas Muhammadiyah. Surakarta. 2002, hlm. 114
5 Azhar Arsyad. Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2011. Hlm. 1
10
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
donesia, dan sebagai upaya pembangunan manusia Indonesia yang berakhlak mulia.
B. Landasan Pendidikan Karakter Secara harfiah kata karakter berasal dari bahasa Latin “Charakter”,yang antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau akhlak. Sedangkan secara istilah, karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya dimana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Karakter dapat juga diartikan sama dengan akhlak dan budi pekerti, sehingga karakter bangsa identik dengan akhlak bangsa atau budi pekerti bangsa. Dengan demikian, pendidikan karakter adalah usaha yang sungguhsungguh untuk memahami, membentuk, memupuk nilai-nilai etika, baik untuk diri sendiri maupun untuk semua warga masyarakat atau warga negara secara keseluruhan.6 Untuk mendukung perwujudan cita-cita pembangunan karakter sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945, maka Pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional. Semangat itu telah ditegaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025, di mana pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi 6 Zubaedi. Design Pendidikan Karakter. (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), hlm. 19
Pendidikan Karakter Dalam ...
Irjus Indrawan
11
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. INPRES No. 1 Tahun 2010 “penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai nilai budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa”. Di lain sisi, dalam latar belakangUUSPN Pasal 3 menyebutkan bahwa“Pendidikan Nasional berfungsimengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam Islam, karakter atau akhlak mempunyai kedudukan penting dan dianggap mempunyai fungsi yang vital dalam memandu kehidupan masyarakat. Sebagaimana firman Allah SWT di dalam Al-qur’an surat An-Nahl ayat 90 sebagai berikut7:
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” إنّ ادارة هى اإلصطالحة الذى يطلق على التوجيه والرقابة و دفع القوى العاملة Pendidikan karakter dalam Islam diperuntukkan bagiالعمل manuفى المنشأة الى sia yang merindukan kebahagiaan dalam arti yang hakiki, bukan kebahagiaan Islam yang semu. Karakter adalah karakter benar-benar memelihara eksistensi manusia sebagai makhluk terhormat sesuai dengan fitrahnya. Adapun yang menjadi dasar pendidikan karakter atau akhlak adalah Al-qur’an dan Al-hadits, dengan kata lain dasardasar yang lain senantiasa di kembalikan kepada Al-qur’an dan Alhadits. Al-qur’an yang menjadi dasar pendidikan karakter, dianta
7 Amru Khalid. Tampil Menawan Dengan Akhlak Mulia. (Jakarta: Cakrawala Pub lishing, 2008) , hlm. 37
ما يلفظ من قول إال لديه رقيب عتيد ًع ِق ْيدَة َ -ع ْقدًا َ – ُعقَدَ – َي ْع ِقد َ
12
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
ranya adalah surat Luqman ayat 17-18 yang artinya8: “Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa ajaran Islam serta pendidikan karakter mulia yang harus diteladani agar manusia yang hidup sesuai denga tuntunan syari’at, yang bertujuan untuk kemaslahatan serta kebahagiaan umat manusia. sesungguhnya Rasulullah adalah contoh serta teladan bagi umat manusia yang mengajarkan serta menanamkan nilai-nilai karakter yang mulia kepada umatnya. Sebaik-baik manusia adalah yang baik karakter atau akhlaknya dan manusia yang sempurna adalah yang memiliki akhlak al-karimah, karena ia merupakan cerminan iman yang sempurna. Pendidikan karakter menekankan pada kebiasaan yang terus-menerus dipraktikkan dan dilakukan.
C. Unsur-unsur Pembentukan Karakter Dasar pembentukan karakter itu adalah nilai baik dan nilai buruk. Karakter manusia merupakan hasil tarik-menarik antara nilai baik dalam bentuk energi positif dan nilai buruk dalam bentuk energi negatif. Energi positif itu berupa nilai-nilai religius yang bersumber dari keyakinan kepada Tuhan, sedangkan energi negatif itu berupa nilai-nilai yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Nilai-nilai moral itu berfungsi sebagai sarana pemurnian, pensucian dan pembangkitan nilai-nilai kemanusiaan. Karakter seseorang tidak didapat begitu saja tetapi memerlukan pembiasaanpembiasan dan dilakukan secara terus menerus oleh seseorang sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Pembiasaan-pembiasaan tersebut antara lain pembiasaan untuk berbuat baik, berlaku jujur, 8 Ahmad Zayadi, Abdul Majid. Tadzkirah Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berdasarkan Pendekatan Kontekstual. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 178
Pendidikan Karakter Dalam ...
Irjus Indrawan
13
malu berbuat curang, malu bersikap malas, dan lain sebagainya. Ada beberapa unsur manusia yang secara psikologis dan sosiologis sangat berpengaruh dalam terbentuknya karakter pada diri manusia. adapun unsur-unsur tersebut adalah:. a. Sikap Sikap seseorang biasanya adalah merupakan bagian karakternya, bahkan dianggap sebagai cerminan karakter seseorang tersebut. Tentu saja tidak sepenuhnya benar, tetapi dalam hal tertentu sikap seseorang terhadap sesuatu yang ada dihadapannya menunjukkan bagaimana karakternya. b. Emosi Emosi adalah gejala dinamis dalam situasi yang dirasakan manusia, yang disertai dengan efeknya pada kesadaran, perilaku, dan juga merupakan proses fisiologis. c. Kepercayaan Kepercayaan merupakan komponen kognitif manusia dari faktor sosiopsikologis. Kepercayaan bahwa sesuatu itu “benar” atau “salah” atas dasar bukti, sugesti otoritas, pengalaman, dan intuisi sangatlah penting untuk membangun watak dan karakter manusia. jadi, kepercayaan itu memperkukuh eksistensi diri dan memperkukuh hubungan denga orang lain. d. Kebiasaan dan Kemauan Kebiasaan adalah komponen konatif dari faktor sosiopsikologis. Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara otomatis, dan tidak direncanakan. Sementara itu, kemauan merupakan kondisi yang sangat mencerminkan karakter seseorang. e. Konsep diri Proses konsepsi diri merupakan proses totalitas, baik sadar maupun tidak sadar, tentang bagaimana karakter dan diri kita dibentuk. Dalam proses konsepsi diri, biasanya kita mengenal diri kita dengan mengenal orang lain terlebih dahulu. Citra diri dari orang lain terhadap kita juga akan memotivasi kita untuk bangkit membangun karakter yang lebih bagus sesuai dengan citra. Karena pada dasarnya citra positif terhadap diri kita, baik dari kita maupun dari orang lain itu sangatlah berguna.9 9 Fatchul Mu’in. Pedidikan Karakter Kontruksi Teoritik dan Praktek. (Yogyakarta:
14
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
D. Metode Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Islam Pendidikan karakter seharusnya berangkat dari konsep dasar manusia: fitrah. Setiap anak dilahirkan menurut fitrahnya, yaitu memiliki Pendidikan Islam nafsu ruh. akal, (jasad), hati dan agama adalah untuk kemajuan masyarakat baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sehingga dalam Islam memandang sosial agama pendidikan sebagai suatu aspek yang memegang peranan penting dalam memanusiakan manusia. Di dalam Islam secara jelas Nabi Muhammad SAW mengisyaratkan lewat sabdanya yang berbunyi:
العاملة والرقابة و التوجيه اإلصطالحة ادارة هى Artinya: ّإنّ إن العاملة القوىالقوى دفعو دفع والرقابة التوجيه على على يطلقيطلق الذىالذى اإلصطالحة ادارة هى Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah Islam), orangفىtuanالمنشأة المنشأة العملالعمل فى الى الى yalah yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani dan Majusi. (HR. Bukhari)
yang lahir dasarnya anak adalah suci ataupun Setiap pada mem-
bawa potensi dasar yang dapat dikembangkan, jika anak dibesarkan dengan penuh akan bimbingan Islami maka anak tumbuh dengan cara dan norma yang Islami begitu pula sebaliknya. Dalam mewujudkan masyarakat penuh dengan norma-norma yang yang manu siawi sebagai sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial maka diperlukanlah adanya pendidikan dan pengajaran yang baik yaitu mampu pendidikan dan pengajaran Islam, dengan tujuan agar siswa mengamalkan ajaran Islam secara benar sesuai dengan ajaran Islam. Oleh karena itu, untuk mendapatkan sosok individu maupun رقيب لديه قول إال يلفظ من عتيدعتيد رقيب لديهyang قول إال يلفظ من generasi bangsa yang memiliki karakter atau akhlak sesuai den-ما ما gan norma-norma yang mampu membawa suatu umat yang penuh dengan peradaban maka pendidikan karakter harus ditanamkan ke-– َعقَد َ ع ْق ع ْقد َ ُ–ع ِقد َ ع ِق ْيدَ ًة َ ًدَة-عد ًِاق ْي َ -–ًا َ ْ َعقَيَدَ ْع ِق–دُ ي pada anak sejak mereka masih diusia dini. Karakter tidak dapat diperoleh begitu saja, tetapi harus dilakukan secara terus menerus dan َّصل َُّريقَا َْر َلةَ كقَاَانََل كالنLingkunاَّللُ ِه علَ َّ ْي َ اَّللُى يى ي didukungاس َّ َّصل َ ِيlingkungan َّاسلن ِ َّسل ِع َْن أَب ُّ َِانَب ما ِ ِلfaktor علَو ْي ِ َه َ dimana ع َْن َ anak َار َمزً اب َ َسلَّ َم َو ب ِ oleh َ َي أ َهبِ َُريي َْرهة ًَّار ْزًو اًما يَ ِلْولن ُّ َ ِالنَّبdibesarkan. gan yang paling besar pengaruhnya dalam memberikan nilai-nilai ُان ُان اَّللِ ِب َو َ َّم اإلي أََم ْن ُهْري ِ ُلkeََّنمنَت ُْمبِ ِمن َ اإلي َقَما ِ ْ انُ ت أ َ ُْم ْ اإلي َل َم ْ اإل َميا َم ِ جَاب ِ ْ جب ِفَْريقَا ُل َل َفقَماا َل اَّللِ َالكِ َو َت َمتِ َ ِهال ِك َتو ِت ُك ِهتُبِ ِ َهو ُكت ُ ِب ِه انُل َق ْ ِا فَأَتَاهُ َفأ َ ِت ِ ِ pribadian yang islami adalah lingkungan keluarga. Keluarga meruُ َوبِ ِل َقا َكِو ِِبه ِلقَوا ُكِر ِه ِستِل ْ ُِمه ِم َونَت ُْمبِا ِم ْلبَنَع ِبْثِا ْلبَعْث ُ س ِلَو ِه ُر َو
Ar-Ruzz Media, 2011), hlm. 168
Pendidikan Karakter Dalam ...
Irjus Indrawan
15
pakan elemen yang sangat dominan dalam kehidupan anak. Anak langsung beradaptasi dengan keluarga. Oleh karena itu keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter anak. Usia dini merupakan masa yang sangat baik dalam pembentukan karakter seseorang. Dengan kata lain, pada masa usia dini merupakan waktu yang sangat tepat untuk menanamkan nilai-nilai moral kepada anak-anak, karena pada usia dini anak-anak akan mencontoh dan mempraktekkan apa yang ia dapat dari lingkungan, apa yang didapatnya pada saat kecil maka itulah yang akan diterapkannya dalam kehidupannya tampa memikirkan baik atau buruk. Demikian pula sebaliknya jika gagal dalam penanaman karakter sejak dini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter jika dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter, sehingga fitrah setiap anak yang dilahirkan suci dapat berkembang secara optimal. Karakter tidak terbentuk secara instan, pendidikan karakter memerlukan pembiasaan. Pembiasaan untuk berbuat baik, pembiasaan untuk berlaku jujur, ksatria, malu berbuat curang, malu bersikap malas, dan lain-lain agar mencapai bentuk dan kekuatan yang ideal sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Dalam Islam terdapat beberapa istilah yang sangat tepat digunakan sebagai pendekatan pembelajaran untuk membentuk karakter para peserta didik. Konsep-konsep itu antara lain Tilawah, Taklim, Tarbiyah, Ta’dib, Tazkiyah dan Tadlrib.10 1. Tilawah Untuk mengembangkan kemampuan membaca, dikembangkan metode tilawah, tujuannya agar anak memiliki kefasihan berbicara dan kepekaan dalam melihat fenomena. 2. Ta’lîm Ta’lim terkait dengan pengembangan kecerdasan intelektual (intellectual quotient). Metode ta’lîm, yaitu sebuah metode pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menekankan pada pengembangan aspek kognitif melalui pengajaran. Dalam pendidikan akal ini sasarannya adalah terbentuknya anak didik yang 10 Fadlullah. Orientasi Baru Pendidikan Islam. (Jakarta: Diadit Media, 2008), hlm. 13
16
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
memiliki pemikiran yang kreatif dan inovatif. 3. Tarbiyah Tarbiyah menyangkut kepedulian dan kasih sayang secara naluriah yang didalamnya ada asah, asih dan asuh. Metode tarbiyah digunakan untuk membangkitkan rasa kasih sayang, kepedulian dan empati dalam hubungan interpersonal antara guru dengan murid, sesama guru dan sesama siswa. Implementasi metode tarbiyah dalam pembelajaran mengharuskan seorang guru bukan hanya sebagai pengajar, melainkan melainkan juga mendidik siswasiswinya kearah penanaman morah.. 4. Ta’dîb Ta’dîb terkait dengan pengembangan kecerdasan emosional (emotional quotient). Metode ta’dîb digunakan untuk membangkitkan kalbu (EQ) dalam diri anak didik. Ta’dîb lebih berfungsi pada pendidikan nilai dan pengembangan iman dan taqwa. Dalam pendidikan kalbu ini, sasarannya adalah terbentuknya anak didik yang memiliki komitmen moral dan etika. 5. Tazkiyah Tazkiyah terkait dengan pengembangan kecerdasan spiritual (spiritual quotient). Metode tazkiyah digunakan untuk membersihkan jiwa (SQ). Tazkiyah lebih berfungsi untuk mensucikan jiwa dan mengembangkan spiritualitas. Dalam pendidikan Jiwa sasarannya adalah terbentuknya jiwa yang suci, jernih dan bahagia. 6. Tadlrîb Tadlrib terkait dengan kecerdasan fisik atau keterampilan (physical quotient atau adversity quotient). Metode tadlrîb (latihan) digunakan untuk mengembangkan keterampilan fisik, psikomotorik dan kesehatan fisik. Sasaran (goal) dari tadlrîb adalah terbentuknya fisik yang kuat, cekatan dan terampil. Pendidikan adalah bantuan untuk menyadarkan, membangkitkan, menumbuhkan, memampukan dan memberdayakan anak didik akan potensi fitrahnya. Semua pendekatan dan metode pendidikan dan pengajaran (pembelajaran) haruslah mengacu pada tujuan akhir pendidikan yaitu terbentuknya anak yang berkarakter taqwa dan berakhlak budi pekerti yang luhur. Metode pembelajaran dikatakan mengemban misi suci karena metode sama pentingnya dengan substansi dan tujuan pembelajaran itu sendiri.
Pendidikan Karakter Dalam ...
Irjus Indrawan
17
E. Tujuan Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Islam Karakter atau Akhlak memiliki peran besar dalam kehidupan manusia. Menghadapi fenomena krisis moral, tuduhan seringkali diarahkan kepada dunia pendidikan sebagai penyebabnya. Hal ini dikarenakan pendidikan berada pada barisan terdepan dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, dan secara moral memang harus berbuat demikian.11 Dalam Islam, tidak ada disiplin ilmu yang terpisah dari etika-etika Islam. Sebagai usaha yang identik dengan ajaran agama, pendidikan karakter dalam Islam memiliki keunikan dan perbedaan dengan pendidikan karakter di dunia barat. Perbedaan-perbedaan tersebut mencakup penekanan terhadap prinsip-prinsip agama yang abadi, aturan dan hukum dalam memperkuat mralitas, perbedaan pemahaman tentang kebenaran, penolakan terhadap otonomi moral sebagai tujuan pendidikan moral, dan penekanan pahala di akhirat sebagai motivasi perilaku bermoral. Inti dari perbedaaan-perbedaan ini adalah keberadaan wahyu ilahi sebagai sumber dan rambu-rambu pendidikan karakter dalam islam. Akibatnya, pendidika karakter dalam Islam lebih sering dilakukan dengan cara doktriner dan dogmatis, tidak secara demokratis dan logis. Implementasi pendidikan karakter dalam Islam, tersimpul dalam karakter pribadi Rasulullah SAW. Dalam pribadi Rasul, tersemai nilai-nilai akhlak yang mulia dan agung. Al-qur’an dalam surat Al-ahzab ayat 21 mengatakan: “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Tujuan yang paling mendasar dari pendidikan adalah untuk membuat seseorang menjadi good and smart. Dalam sejarah Islam, Rasulullah SAW juga menegaskan bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia adalah untuk mengupayakan pembentukan karakter yang baik.karakter yang baik disini maksudnya adalah terbentuknya akhlak seseorang ataupun individu yang berperadaban, berprikemanusian dan berpriketuhanan. Pembinaan karakter dimulai dari in11 Abuddin Nata. Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia. (Jakarta: Prenada Media, 2007), hlm. 219
18
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
dividu, karena pada hakikatnya karakter itu memang individual, meskipun ia dapat berlaku dalam konteks yang tidak individual. Karenanya pembinaan karakter dimulai dari gerakan individual, yang kemudian diproyeksikan menyebar ke individu-idividu lainnya, lalu setelah jumlah individu yang tercerahkan secara karakter atau akhlak menjadi banyak, maka dengan sendirinya akan mewarnai masyarakat. Pembinaan karakter selanjutnya dilakukan dalam lingkungan keluarga dan harus dilakukan sedini mungkin sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Melalui pembinaan karakter pada setiap individu dan keluarga akan tercipta peradaban masyarakat yang tentram dan sejahtera. Pendidikan karakter mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Mengembangkan potensi dasar peserta didik agar ia tumbuh menjadi sosok yang berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik. 2. Memperkuat dan membangun perilaku masyarakat yang multikultur. 3. Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.12 Tujuan dari pendidikan karakter atau akhlak adalah agar manusia menjadi baik dan terbiasa kepada yang baik tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan dan latihan adalah untuk membentuk manusia yang beriman, berakhlak mulia, maju dan mandiri sehingga memiliki ketahanan rohaniah yang tinggi serta mampu beradaptasi dengan dinamika perkembangan masyarakat.Dengan kata lain, tujuan dari pendidikan karakter dalam perspektif pendidikan agama Islam adalah agar seseorang terbiasa melakukan perbuatan baik, supaya interaksi manusia dengan Allah SWT dan sesama makhluk lainnya senantiasa terpelihara dengan baik dan harmonis. Esensinya sudah tentu untuk memperoleh yang baik, seseorang harus membandingkannya dengan yang buruk atau membedakan keduanya. Kemudian setelah itu, dapat mengambil kesimpulan dan memilih yang baik tersebut dengan meninggalkan yang buruk. Dengan karakter yang baik maka kita akan disegani orang. 12 Abdul majid, Dian andayani. Pedidikan Karakter Dalam Perspektif Islam. (Bandung: Insan Cita Utama, 2010), hlm. 29
Pendidikan Karakter Dalam ...
Irjus Indrawan
19
Sebaliknya, seseorang dianggap tidak ada, meskipun masih hidup, kalau akhlak atau karakternya rusak.13 Meskipun dalam pelaksanaannya, tujuan dari pendidikan karakter itu sendiri dapat dicapai apabila pendidikan karakter dilakukan secara benar dan menggunakan media yang tepat. Pendidikan karakter dilakukan setidaknya melalui berbagai media, yang di antarnya mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha dan media massa. Pendidikan karakter dalam Islam adalah untuk mengembangkan potensi dasar peserta didik agar ia tumbuh menjadi sosok yang berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Pendidikan karakter dalam Islam juga bertujuan untuk memperkuat dan membangun perilaku masyarakat yang multikultur dalam artian seseorang harus mempunyai rasa saling hormat-menghormati, santun dan menjalin persaudaraan yang sesuai dengan norma-norma dalam bingkai kerukunan antar umat beragama dan antar suku bangsa selain itu, pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia maksudnya adalah pendidikan karakter ditanamkan kedalam jiwa peserta didik adalah untuk mencetak generasi bangsa yang mempunyai daya saing dengan dunia luar baik dari segi ilmu, ekonomi maupun dalam bidang kemanusian lainnya.
F. Kesimpulan Secara harfiah kata karakter berasal dari bahasa latin “Charakter”,yang antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau akhlak. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Pendidikan karakter dalam Islam diperuntukkan bagi manusia yang merindukan kebahagiaan dalam arti yang hakiki, bukan kebahagia13 Saifuddin Aman. 8 Pesan Lukman Al-Hakim. (Jakarta: Almawardi Prima, 2008), hlm. 25
20
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
an semu. Karakter Islam adalah karakter yang benar-benar memelihara eksistensi manusia sebagai makhluk terhormat sesuai dengan fitrahnya Pendidikan karakter seharusnya berangkat dari konsep dasar manusia: fitrah. Setiap anak dilahirkan menurut fitrahnya, yaitu memiliki akal, nafsu (jasad), hati dan ruh. Pendidikan agama Islam adalah untuk kemajuan masyarakat baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial sehingga dalam agama Islam memandang pendidikan sebagai suatu aspek yang memegang peranan penting dalam memanusiakan manusia. Setiap anak yang lahir pada dasarnya adalah suci ataupun membawa potensi dasar yang dapat dikembangkan, jika anak dibesarkan dengan penuh bimbingan Islami maka anak akan tumbuh dengan cara dan norma yang Islami begitu pula sebaliknya. Dalam Islam terdapat beberapa istilah yang sangat tepat digunakan sebagai pendekatan pembelajaran untuk membentuk karakter para peserta didik. Konsep-konsep itu antara lain Tilawah, Taklim, Tarbiyah, Ta’dib, Tazkiyah dan Tadlrib. Pendidikan karakter mempunyai tujuan sebagai mengembangkan potensi dasar peserta didik agar ia tumbuh menjadi sosok yang berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik, memperkuat dan membangun perilaku masyarakat yang multikultur, dan meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Daftar Pustaka Abdul Rahman Saleh, Pendidikan Agama dan Perkembangan Watak Bangsa. Jakarta. Raja Grafindo. 2005 Abuddin Nata. Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Prenada Media, 2007 Abdul majid, Dian andayani. Pedidikan karakter dalam perspektif Islam. Bandung: Insan Cita Utama, 2010 Amru Khalid. Tampil Menawan Dengan Akhlak Mulia. Jakarta: Cakrawala Publishing, 2008 Ahmad Zayadi, Abdul Majid. Tadzkirah Pembelajaran Pendidikan
Pendidikan Karakter Dalam ...
Irjus Indrawan
21
Agama Islam Berdasarkan Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005 Andi haris Prabawa. Paragdima Pengembangan Kurikulum Pendidikan Tinggi. Universitas Muhammadiyah. Surakarta. 2002 Azhar Arsyad. Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2011 Fadlullah. Orientasi Baru Pendidikan Islam. (Jakarta: Diadit Media, 2008 Hasbullah. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta. Raja Grafindo. 2006 Saifuddin Aman. 8 Pesan Lukman Al-Hakim. Jakarta: Almawardi Prima, 2008 Zubaedi. Design Pendidikan Karakter. Jakarta: Prenada Media Group, 2011
Kepemimpinan Pendidikan Berbasis ... Maimunah, S.Ag, M.Pd.I
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER Maimunah, S.Ag, M.Pd.I Ketua program studi Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri (UNISI) Tembilahan Abstrak Indonesia pasca reformasi telah mengalami krisis multidimensi, utamanya keterpurukan moral pada sektor ekonomi, politik, dan pendidikan. Peristiwa Krisis dan penyimpangan perilaku siswa yang marak diiringi sebagian kecil perilaku bermasalah guru dan kepala sekolah telah menjadi salah satu embrio lahirnya kurikulum 2013. Lahirnya kurikulum 2013 juga menjawab berbagai persoalan dan perubahan kurikulum 2006, mengembalikan basis kompetensi sesuai amanat Undang-undang Pendidikan Nasional dengan pengintegrasian pendidikan berbasis karakter. Pemimpin pendidikan turut bertanggungjawab mensukseskan implementasi kurikulum 2013 termasuk pendidikan karakter pada semua jenjang. Salah satu kunci sukses bagi pemimpin pendidikan dipersyaratkan memiliki kepribadian berbasis akhlak karimah dalam rangka menerapkan pendidikan berkarakter. Siklus dan tahapan pendidikan karakter melalui kepemimpinan pendidikan dalam proses internalisasi, personifikasi, sosialisasi dan kulturalisasi nilai-nilai moral-spiritual melalui manajemen kompetensi kepribadian menjadi kunci efektif kepemimpinan pendidikan.
Kata kunci: Kepemimpinan Pendidikan, Karakter
A. Pendahuluan Bangsa Indonesia saat ini sedang menghadapi ujian berat yang harus dilalui, yaitu terjadinya krisis multidimensi yang berkepanjangan. Ketika negara-negara lain Thailand, Malaysia, Korea Selatan, dan lain-lain telah bangkit segera setelah mengalami krisis moneter yang melanda Asia pada 1997. Indonesia sampai saat ini tahun 2014 masih memperbaiki kondisi krisis, dan masih kelihatan suram untuk bangkit dari keterpurukan yang melanda bangsa ini. Darmaningtyas, juga sepaham bahwa krisis moneter di Indonesia sejak Juli 1997 telah berkembang menjadi multi krisis di bidang ekonomi, politik, budaya, dan moral. Multi krisis ini telah memporak porandakan struktur kehidupan bangsa Indonesia, termasuk
23
pendidikan nasional, setelah bidang pangan dan kesehatan.1 Namun demikian, bangsa Indonesia mencoba untuk bangkit memperbaiki keadaan, dengan berbagai upaya, misalkan dengan mendirikan KPU (Komite Pemilihan Umum) yang independen, KPK (Komite Pemberantas Korupsi) yang independen. Tentu terbentuknya lembaga-lembaga baru ini sebagai bentuk “kekurang percayaan” pada kenetralan dan kebijakan keadilan, kejujuran pemerintah dalam menjalankan reformasi dan demokratisasi. Krisis multidimensi di Indonesia pada dasarnya mengakar pada menurunnya kualitas moral bangsa yang dicirikan oleh membudayanya praktek KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), konflik vertikal (konflik elit politik di tingkat nasional) dan konflik horizontal antar etnis, agama, politisi, preman, remaja, desa, antar warga, kasus perburuan, pelecehan, penganiayaan dan sebagainya, meningkatkan kriminalitas seks bebas dan pemerkosaan, perampokan, pembunuhan, penipuan, narkoba, dan sebagainya, menurunnya etos kerja, menurunnya akhlak dan moral yang mengakibatkan timbulnya berbagai kasus moral yang membahayakan. Salah satu krisis yang sangat menonjol pada dekade ini adalah budaya korupsi yang merupakan praktik pelanggaran moral dengan ditandai sifat-sifat ketidakjujuran, tidak adil, tidak bertanggung jawab, rendahnya disiplin, rendahnya komitmen kepada nilai-nilai moral dan kebaikan, hal mana menjadi penyebab utama negara Indonesia sulit untuk bangkit dari krisis Megawangi, 2009.2 Pada tahun-tahun terakhir ini, dua mega kasus korupsi yang menggoncang negara yaitu kasus Century Gate dan kasus Gayus Gate, hambalang, mahkamah institusi, migas. Disamping kasus korupsi dewan dan kepala pemerintahan daerah seperti kasus di banten yang menjadi komsumsi berita sehari-hari di media. Hal ini menjadi indikasi bahwa kasus korupsi masih menjadi masalah utama di Indonesia, di samping kasus kriminal dan sadisme, seperti kasus pembunuhan sadis-berantai yang dilakukan oleh Jagal Ryan, preman-preman, munir dan kasus salah satu ketua KPK dan 1 Darmaningtyas. Pendidikan Pada Masa dan Setelah Krisis (Yogyakarta: Pustaka Pelajar , 2009 ). h. 19. 2 Mengawangi, Pendidikan Karakter (Jakarta Indonesia haritage Fundation: 2002). h. 15
24
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
lain-lainnya. Ironinya, terjadinya maraknya demoralisme, radikalisme, vandalisme, plagiarisme, dan korupsisme, Nopotisme disisi lain pendidikan agama dan pendidikan moral Pancasila diberikan sejak pendidikan anak usia dini sampai perguruan tinggi, bahkan dalam konteks informal diberikan pula di tengah masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Lebih memprihatinkan bahwa para pelaku yang kontra karakter juga manusia yang rajin menjalankan ibadah agama. Sebagian pelaku kejahatan kadang berbungkus keagamaan, kasus sekolah Internasional di jakarta dan seperti kasus mutilasi karena ingin kesaktian-spiritual, merampok dan membunuh untuk keperluan jihad agama, dan melakukan penipuan dengan cara menjadi petugas haji, koperasi simpan pinjam uang, dana hibah. Ketika para pelaku kontra karantek ini diproses di kepolisian dan di pengadilan senantiasa menggunakan atribut-atribut agama. Dengan kata lain, para pelaku kontra karakter ini atau pelaku kriminal ini bukan manusia yang tidak mengetahui sama sekali masalah moral, karaktek, dan keagamaan, bahkan ada yang menjadi panutan lokal keagamaan, seperti pemuka agama yang mencabuli pengikutnya, seperti ustad puji ustad guntur bumi atau menipu para pengikutnya dengan kemampuan menggandakan pengobatan secara gaib, dan berbagai kasus lainnya. Lebih ekstrim para pelaku mencari popularitas dengan mengaku sebagai Nabi baru atau menjadi malaikat yang diturunkan ke bumi, bahkan ada yang mengaku sebagai Tuhan. Berdasarkan fakta-fakta yang diuraikan di atas, salah satu kebutuhan Indonesia ke depan adalah tampilnya kepemimpinan di berbagai sektor dan level yang berbasis akhlak atau karakter, dan juga di bidang pendidikan. Sebab kegagalan membangun karakter bangsa sekarang dan di masa depan secara langsung maupun tidak langsung merupakan kegagalan pendidikan.
Kepemimpinan Pendidikan Berbasis ... Maimunah, S.Ag, M.Pd.I
25
nilai-nilai moral. Perwujudan perilaku yang terlihat dengan menunjukkan sifat-sifat baik sebagai ciri moral disebut sebagai karakter (Lickona, 2004).3 Tindakan yang tidak sesuai dengan moral, seperti tindakan merusak, tidak bertangungjawab, kejahatan, penggunaan narkoba, dan perilaku seksual pranikah adalah tindakan yang tidak berkarakter baik. Menurut Lickona (1996) untuk membentuk karakter yang baik, terdapat tiga bagian yang tidak terpisahkan, yaitu: (1) moral knowing (2) moral feeling; dan (3) moral action. Indikator moral knowing antara lain: (1) kesadaran moral (moral awareness); (2) mengetahui nilai-nilai moral (knowing moral values); (3) mengambil sudut pandang orang lain (perspective-taking); (4) pemahaman makna moral (moral reasoning); (5) pengambilan keputusan berbasis moral (desicion-making); dan (6) mengenali diri sendiri (selfknowledge). Indikator moral feeling antara lain: (1) hati nurani (conscience); (2) menghargai diri sendiri dan orang lain (self-esteem); (3) memahami kondisi emosional orang lain (empathy); (4) mencintai kebaikan (loving the good); (5) mengendalikan diri sendiri (self-control); (6) terbuka pada kebenaran dan menjaga perasaan (humility).4 Indikator moral action, antara lain: (1) kemampuan berfikir, berperasaan, dan bertindak moral (competence); (2) memiliki keinginan dan energi moral (will); dan (3) berkebiasaan (habit). Kenapa moralitas di Indonesia terpuruk, padahal pendidikan agama dan moral Pancasila telah diajarkan? Apabila dikonfirmasi dengan teori Lickona, maka disadari bahwa posisi moral hanya berhenti pada moral knowing, artinya individu tahu moral baik dan berhenti pada kognitif, tetapi ketika bertindak baik (moral action) belum tercapai, sehingga aktivitas beribadah kepada Allah dijalankan, sekaligus melakukan pelanggaran terhadap larangan Allah. Banyak contoh, salah satunya, seorang pencopet yang tertangkap manakala diperiksa polisi, meminta ijin untuk shalat dan dia dalam keadaan berpuasa, ketika ditanyakan kenapa ahli ibadah ini melakukan keja-
B. Pendidikan Berbasis Karakter Karakter merupakan sesuatu yang terlihat, yang terdiri dari sifat-sifat baik sebagai bentuk perilaku ahklak yang baik yang sesuai moral. Dengan kata lain, karakter merupakan bentuk perilaku konkrit atau perilaku yang telah diterapkan dengan mencerminkan
3 Licona.T, Teaching Respeek and Responsibility (New york Touchstone Rookefeller Centre. 2004). h. 50 4 Ibid. h. 55
26
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
hatan, jawabnya, profesi.5 Pendidikan moral atau pendidikan berkarakter merupakan usaha para pendidik melakukan berbagai usaha dalam mengatasi perilaku kurang baik pada para siswanya. Hampir semua sekolah atau madrasah memiliki aturan kedisiplinan atau tata tertib yang berbasis moral. Aturan ini tentu diiringi dengan reward and punishment. Menurut Albertus (2010) pendidikan karakter yang efektif senantiasa menyertakan tiga basis pendekatan, yaitu pendidikan karakter berbasis kelas, kultur sekolah, dan komunitas. Pendekatan karakter berbasis kelas biasanya diwujudkan dalam integrasi kurikulum dan pembelajaran. Pendekatan kultur sekolah merupakan interaksi komunitas sekolah dengan keterikatan pada aturan norma, moral, dan etika bersama yang berlaku di sekolah. Sedangkan, pendekatan komunitas meruapakan interaksi sehari-hari anak didik dengan lingkungan keluarga dan masyarakat yang memelihara moralitas kehidupan.6 Inti dari pendidikan karakter adalah mengembangkan potensi anak didik sebagai pembelajar yang baik (good knower) yang selalu terikat dalam berfikir (fikir), merasakan (dzikir) dan bertindak (fi’il). Terhadap nilai-nilai kebaikan goodness. Lebih dari itu untuk lingkungan pendidikan Islam tentu menjadi basis spiritual - goodness yang biasanya dikenal di lingkungan pesantren, madrasah, diniyah, dan sekolah Islam dengan materi aqidah-akhlak. Bagaimana aqidahakhlak ini tidak hanya berhenti pada knowing, tapi juga menjadi feeling dan action. Strategi paling efektif adalah mengajar dengan “keteladanan dan inspirasi berbasis moral atau karakter”.
Kepemimpinan Pendidikan Berbasis ... Maimunah, S.Ag, M.Pd.I
27
1. Pengertian Kepemimpinan Substansi kepemimpinan terdapat pada kata kunci “influence” yang berarti bahwa fungsi utama kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi dirinya sendiri dan orang lain untuk mencapai tujuan kelompok yang dipimpinnya, baik berupa cita-cita, orientasi perjuan-
gan, organisasi, atau komunitas yang melingkupi. Kepemimpinan dapat didefinisikan berdasarkan penerapannya pada bidang militer, olahraga, bisnis, pendidikan, industri dan bidang-bidang lainnya. Ordway Tead dalam Wursanto,7 memberikan rumusan “Leadership is the activity influencing people to cooperate some good which they come to find desirable”. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama guna mencapai tujuan tertentu yang diinginkan. Pakar lain, Santosa mendefinisikan kepemimpinan sebagai “usaha untuk mempengaruhi anggota kelompok agar mereka bersedia menyumbangkan kemampuannya lebih banyak dalam mencapai tujuan kelompok yang telah disepakati”. Sedangkan menurut Purwanto “kepemimpinan sebagai suatu bentuk persuasi, suatu seni pembinaan kelompok orang-orang tertentu, biasanya melalui ‘human relations’ dan motivasi yang tepat, sehingga tanpa adanya rasa takut mereka mau bekerjasama dan membanting tulang memahami dan mencapai segala apa yang menjadi tujuan-tujuan organisasi”. Menurut Goestch dan Davis “kepemimpinan merupakan kemampuan untuk membangkitkan semangat (morale) orang lain agar bersedia dan memiliki tanggung jawab total terhadap usaha mencapai atau melampaui tujuan organisasi”. Berdasarkan definisi para pakar di atas dapat dipahami bahwa kepemimpinan berujung pada kemampuan “mempengaruhi (influencing)” orang lain agar bekerjasama mencapai tujuan organisasi/institusi/ lembaga/jama’ah yang dipimpinnya. Dalam Islam istilah kepemimpinan dikenal dengan kata Imamah (Arifin & Slamet, 2009).8 Sedangkan kata yang terkait dengan kepemimpinan dan berkonotasi pemimpin dalam Islam ada tujuh macam, yaitu Khalifah, Malik, Wali, ‘Amir dan Ra’in, Sultan, Rais, dan Ulil ‘amri. Menurut Shihab Imam dan Khalifah, dua istilah yang digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk pemimpin. Kata imam diambil dari kata amma - ya’ummu, yang berarti menuju, menumpu, dan meneladani. Kata Khalifah berakar dari kata khalafa yang pada mulanya berarti “di belakang”. Kata khalifah sering diartikan “pengganti” karena yang menggatikan selalu berada di belakang, atau
5 Ibid. h. 60
7 Wursanto, Dasar-Dasar Ilmu Organisasi (Yogyakarta: Andi Ofset, 2012). h. 45
6 Albertus, DK, Pendidikan Karakter Intergral (dalam Koran harian kompas 11 pebruari 2010)
8 Arifin Selamet, Membangun Karakter Bangsa Melalui Kepememimpinan Moral Spritual (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2010). h. 23
C. Kepemimpinan Berbasis Karakter
28
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
datang sesudah yang digantikannya. Selanjutnya ia menyatakan bahwa Al-Qur’an menggunakan kedua istilah ini untuk menggambarkan ciri seorang pemimpin, ketika di depan menjadi panutan, dan ketika di belakang mendorong atau memotivasi, sekaligus mengikuti kehendak dan arah yang dituju oleh yang dipimpinnya.9 Secara teoretik kepemimpinan membicarakan bagaimana seseorang menjadi pemimpin, atau bagaimana timbulnya seorang pemimpin. Ada beberapa teori tentang kepemimpinan. Menurut Indrawijaya pada dasarnya ada dua teori kepemimpinan, yaitu teori sifat (traits theory) dan teori situasiaonal (situational theory), sementara Wursanto menyatakan ada enam teori kepemimpinan, yaitu; teori kelebihan, teori sifat, teori keturunan, teori kharismatik, teori bakat, dan teori sosial,10 sedangkan Thoha mengelompokannya kedalam; teori sifat, teori kelompok, teori situasional, model kepemimpinan kontiensi, dan teori jalan kecil-tujuan (path-goal theory). Pakar kepemimpinan dalam organisasi, Yukl, menambahkan pendekatan sosiokultural dengan tiga model, yaitu: kepemimpinan karismatik, transaksional, dan transformasional.11 2. Kepemimpinan Pendidikan Berbasis Moral/Akhlak. Kepemimpinan pendidikan berbasis moral berorientasi pada kepemimpinan dalam konteks pendidikan yang mengutamakan dan memegang kuat aspek moralisme. Hal ini sesuai dengan spirit moral yang ditinjau asalnya dari bahasa Latin, yaitu kata mores, kemudian diterjemahkan menjadi “aturan kesusilaan”, dalam bahasa Inggris berasal dari kata moral yang berarti standards of behavior atau principles of right and wrong Hornby. Dalam bahasa sehari-hari, yang dimaksud dengan kesusilaan bukan mores, tetapi petunjuk-petunjuk untuk kehidupan sopan santun, dan tidak cabul. Jadi, moral adalah aturan kesusilaan, yang meliputi semua norma untuk kelakuan, perbuatan tingkah laku yang baik. Moral merupakan pengetahuan yang menyangkut budi peker9 Quraish Shihab Wawasan Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 2000). h.103 10 Wursanto, Dasar-dasar Ilmu Organisasi (Yogyakarta: Andi Offset, 2012). h. 97 11 Yukl, Model-Model Kepemimpinan (Jakarta: Media Press, 2001). h.72
Kepemimpinan Pendidikan Berbasis ... Maimunah, S.Ag, M.Pd.I
29
ti manusia yang beradab. Moral juga berarti ajaran yang baik dan buruk perbuatan, dan kelakuan (akhlak). Moralisasi, berarti uraian (pandangan, ajaran) tentang perbuatan dan kelakukan yang baik. Sebaliknya perbuatan yang mengindikasikan kerusakan moral disebut demoralisasi. Moral juga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: (1) Moral murni, yaitu moral yang terdapat pada setiap manusia, sebagai suatu pengejawantahan dari pancaran Ilahi. Moral murni disebut juga hati nurani; (2) Moral terapan, adalah moral yang didapat dari ajaran pelbagai ajaran filosofis, agama, adat yang menguasai pemutaran manusia.12 Selanjutnya, Sumaryono mengemukakan tiga faktor penentu moralitas perbuatan manusia yaitu : motivasi, tujuan akhir, dan lingkungan perbuatan. Moralitas adalah kualitas perbuatan manusiawi, sehingga perbuatan itu dinyatakan baik atau buruk, benar atau salah. Moral sendiri menurut Sumaryono dibagi menjadi dua bagian yaitu: moralitas intrinsik dan ekstrinsik.13 Moralitas intrinsik (intrinsic morality) menentukan perbuatan itu benar atau salah berdasarkan hakikatnya, terlepas dari pengaruh hukum positif. Artinya penentuan benar atau salah perbuatan tidak tergantung pada perintah atau larangan hukum positif. Misalnya, warga satu RT melakukan gotong royong membersihkan lingkungan tempat tinggal atau selalu bermuka ramah dan memberikan yang terbaik bagi sesama. Moralitas ekstrinsik (extrinsic morality) menentukan perbuatan itu benar atau salah sesuai dengan sifatnya sebagai perintah atau larangan dalam hukum positif. Misalnya: (1) Larangan menggugurkan kandungan; (2) larangan melakukan pencurian, penipuan, perampokan, dan pemerkosaan; atau hal-hal lain yang diatur dalam KUHP, UU, dan produk hukum positif lainnya. Moral dalam perspektif ajaran Islam dikenal sebagai akhlak, oleh karena pembahasan moral di sini lebih ditekankan pada pengertian akhlak, sebagaimana diungkapkan oleh Al-Ghazali bahwa akhlak adalah keadaan batin yang menjadi sumber lahirnya perbuatan yang muncul secara spontan tanpa memperhitungkan untung 12 Wursanto, op.cit, h. 98 13 Sumaryono, Kepemimpinan Dalam Manajemen Organisasi (Jakarta: Media Prees 2002). h. 108
30
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
dan rugi. Menurut Syihab (2002) kata “Akhlak” diambil dari bahasa Arab yang biasa diartikan tabi’at, perangai, kebiasaan bahkan agama. 14 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1987 M) kata “Akhlak” diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. Akhlak yang baik atau buruk tergantung dan bermula dari hatinya (qalbu), sebagaimana sabda Rasulullah Saw, “Ingatlah bahwa dalam tubuh (manusia) ada segumpal darah (lamudghotan) yang apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuh (nya), dan bila ia buruk maka buruk pula seluruh (perbuatan) tubuh, ingatlah dia itu adalah hati (alqalbu).” (al-Hadits). Qalbu yang buruk atau tercela adalah qalbu yang berpenyakit yang awalnya diibaratkan sebuah noda atau titik kecil, penyakit itu datang pada qalbu melalui interaksi sosial kehidupan manusia, akibat lemah atau tidak kontrol dan tidak adanya filter dari manusia yang menggunakan mudghah tersebut, dia akan terus bersemayam pada qalbu.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Qur’an: “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.” (Q.S. al-Muthafifin:14)
Penyakit hati yang tidak segera diobati, maka noda hitam (penyakit hati) itu akan terus membesar dan berkembang sampai menutupi seluruh qalbunya menjadi hitam legam, sehingga tidak mampu lagi menerima dan memantulkan cahaya kebenaran (cahaya Ilahi) sebagaimana digambarkan dalam al-Qur’an: “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (Q. S. Al-Baqarah: 10).
Kepemimpinan Pendidikan Berbasis ... Maimunah, S.Ag, M.Pd.I
31
dibagi menjadi empat kelompok, yaitu hati yang iman, hati yang kafir, hati yang munafik, dan hati yang fasik. Keempat kuadran ini diderivasi dari sabda Rasulullah Saw berikut: “Dari Ali bin Abi Thalib r.a., Rasulullah Saw bersabda: ‘hati itu ada empat macam, pertama, hati yang terang bersinar penuh cahaya yaitu hatinya orang yang beriman, kedua, hati yang tertutup yaitu hati orang kafir, ketiga, hati yang terbungkus yaitu hati orang munafik, dan keempat hati yang memiliki dua macam benih keimanan dan kemunafikan, yaitu hatinya kelompok manusia fasik yang mencampurkanadukan kebaikan dan keburukan.” (al-Hadits).
Kepemimpinan pendidikan pada dasarnya merupakan kepemimpinan hati, mendidik dengan hati nurani (conscience), tulus ikhlas, hati yang selalu positif dan dipenuhi rasa pengabdian kepada tuhan-Nya, dan selalu ingin menegakkan moralita dalam koteks pendidikan yang dipimpinnya. 3. Kepemimpinan Pendidikan Berbasis Spiritual Kepemimpinan pendidikan berbasis spiritual merupakan kepemimpinan dalam pendidikan yang bersifat trasendental, sebagaimana kepemimpinan kenabian (prophetic leadership). Nabi Muhammad Saw mendidik keluarga dan para shahabat melalui dimensi spiritual, dalam kepemimpinannya senantiasa menginspirasikan arah keterdidikan melalui informasi ilahiyat sebagaimana yang disitir dalam alQur’an: “Tiadalah dia (Muhammad) berkata-kata, kecuali wahyu dari-Nya (Allah).”
Dapat dimaknai sebagai perlawanam terhadap tuntunan ajaran kebenaran yang bersumber dari wahyu Allah secara qoth’i (jelas) maupun dhany (samar), dalam praktiknya seperti mengambil hak orang lain, menghina orang lain, melakukan ketidak jujuran dalam penilaian kinerja bawahan, melakukan manipulasi data dalam pelaporan keuangan (in-accountable), dan banyak lagi sampai pada puncaknya penolakan tehadap kebenaran yang biasanya dimulai dari pembiasan kebenaran kecil-kecilan secara bertahap. Masalah hati yang baik dan buruk, dalam pandangan Islam
Spiritual dalam bahasa Inggris berasal dari kata “spirit” yang berarti jiwa, arwah, roh, soul, semangat, moral, dan tujuan atau makna yang hakiki. Sedangkan dalam bahasa Arab, istilah spiritual terkait dengan yang ruhani wa ma’nawi dari segala sesuatu (Tobroni, 2005). Makna inti dari kata spirit berikut kata jadiannya seperti spiritual, spirituality adalah bermuara kepada kehakikian, keabadian, dan ruh; bukan yang sifatnya sementara atau tiruan.15 Menurut Tobroni dimensi spiritual senantiasa berkaitan langsung dengan realitas Tuhan Yang Maha Kuasa, Spiritualitas bukan
14 Quraish Shihab, Wawsan Al-Qur’an, h. 104.
15 Tobroni, The Spritual Leadership (Malang: UMM Press, 2012). h. 109
32
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
sesuatu yang asing bagi manusia, karena merupakan inti (core) kemanusiaan itu sendiri. Manusia pada dasarnya terdiri dari unsur material dan spiritual dalam bahasa Arab disebut unsur jasmaniyah wa ruhaniyah. Perilaku manusia merupakan produk tarik-menarik antara energi spiritual dan material.16 Dorongan spiritual senantiasa membuat kemungkinan membawa dimensi material manusia kepada dimensi spiritual (semangat ruh dan ilahiyah). Strateginya dengan memahami dan menginternalisasi sifat-sifat-Nya, asma-asma-Nya, menjalani kehidupan sesuai dengan petunjukNya dan meneladani Rasul-Nya. Tujuannya memperoleh ridlo-Nya, menjadi hambah-Nya, sahabat-Nya, dan bahkan kekasih-Nya. Inilah yang dicontohkan Nabi Muhammad Saw sebagai insan kamil, yang keberadaannya membawa rahmat dan kebahagiaan dunia-akhirat bagi manusia yang lainnya. “Sungguh dalam diri Rasulullah (Muhamamad Saw) terdapat teladan terbaik (al-uswat al-hasanah).” (Q.S. al-Ahdzab)
D. Implementasi Kepemimpinan Pendidikan Berbasis Karakter Berdasarkan pengertian tentang kepemimpinan pendidikan, karakter, moral/akhlak, dan spiritual, maka dapat dipahami bahwa kepemimpinan pendidikan yang berbasis karakter equal dengan kepemimpinan pendidikan berbasis moral-spiritual yaitu kepemimpinan pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai moral atau akhlak, dengan menambahkan arah dimensi keduniawian menuju kepada dimensi spiritual atau keilahian. Allah sebagai Tuhan adalah pengilham bagai pemimpin sejati, mencerahkan, membersihkan hati nurani dan menenangkan jiwa-jiwa hamba-Nya dengan cara yang sangat bijaksana melalui pendekatan etis dan keteladanan. Oleh karena itu Tobroni menyatakan bahwa kepemimpinan pendidikan yang berbasis spiritual disebut juga sebagai kepemimpinan pendidikan yang berdasarkan etika religius.17 Tobroni mendefinisikan bahwa kepemimpinan (pendidikan) spiritual merupakan kepemimpinan yang mampu mengilhami, membangkitkan, mempengaruhi, dan menggerakkan para pengikut16 Tobroni, .h.150 17 Ibid. h. 159.
Kepemimpinan Pendidikan Berbasis ... Maimunah, S.Ag, M.Pd.I
33
nya melalui keteladanan, pelayanan, kasih sayang, dan implementasi nilai-nilai dan sifat-sifat ketuhanan lainnya dalam tujuan, proses, budaya, dan perilaku kepemimpinan.18 Kepemimpinan pendidikan berbasis moral-spiritual dalam perspektif kajian sejarah Islam, dapat merujuk kepada pola kepemimpinan yang diterapkan oleh Nabi Muhammad Saw. Dengan integritasnya yang luar biasa, Nabi Muhammad Saw memperoleh gelar al-Amin (orang yang terpercaya). Hart, penulis buku “Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah” telah menempatkan Nabi Muhammad Saw diurutan pertama dan menulis: “Muhammad mampu mengembangkan kepemimpinan (pendidikan) yang paling ideal dan paling sukses dalam sejarah peradaban umat manusia.” 19 Widjayakusuma dan Yusanto, telah mencatat empat sifat yang utama dalam kepemimpinan Nabi Muhammad Saw, yaitu: Siddiq (righteous), amanah (trustworthy), fathanah (working smart), dan tabligh (communicate openly). Melalui keempat sifat utama inilah Nabi Muhammad Saw mampu mempengaruhi orang lain dengan cara mengilhami tanpa mengindoktrinasi, menyadarkan tanpa menyakiti, membangkitkan tanpa memaksa, dan mengajak tanpa memerintah.20 Menurut Tobroni, kepemimpinan moral spiritual semakin diterima pada abad ke-21, yang dikatakan oleh futurolog Aburdene dan Fukuyama sebagai abad nilai atau the value age. Dalam perspektif sejarah Islam, kepemimpinan moral spiritual yang dicontohkan Nabi Muhammad Saw telah terbukti menjadi kekuatan yang luar biasa untuk menciptakan individu-individu yang tidak hanya berkomitmen terhadap moralitas kehidupan tetapi juga membangun pribadi-pribadi yang suci, memiliki integritas dan budi pekerti yang baik (akhlaq al-karimah) yang keberadaannya bermanfaat dan membawa kegembiraan kepada yang lain. Secara sosial moral-spiritual mampu membangun masyarakat Islam dan Islami yang mencapai puncak peradaban dan mampu mencapai predikat umat terbaik (khaira ummat) dan keberadaannya membawa kebahagiaan untuk seluruh 18 Ibid. h. 160. 19 Hart, Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah (Jakarta: Pustaka Jaya, 1997). h. 88 20 Wijaya Kusuma Yustanto, Pengantar Manajemen Syariat, (Jakarta: Kairul Bayan, 2012). h. 110
34
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
kehidupan (rahmatan li al-‘alamin), artinya bukan hanya untuk umat Islam saja tetapi juga bagi seluruh umat manusia apapun agama dan keyakinannya, juga bagi alam semesta.21 Pemimpin pendidikan berbasis moral-spiritual tentu harus memiliki konsep pilihan bagi kepemimpinannya, antara pilihan jalan Allah (fi sabilillah), dan nilai-nilai lain yang semakin jauh dari nilai keilahian. Tobroni dalam disertasinya telah membuat model pilihan nilai-nilai berbasis moral-spiritual dengan nilai-nilai material sekuler yang tidak didasari sama sekali dengan nilai-nilai spiritual.22
E. Penutup Ketika bangsa Indonesia sedang menghadapi krisis multi dimensi yang didalamnya terjadi kemerosotan nilai-nilai moral, nilainilai keadilan, nilai-nilai kemanusiaan, dan nilai-nilai spiritual, sebagai akibat dari adanya ethical malaise atau ethical crisis. Drucker (1990) menyatakan bahwa bahaya kehidupan yang dihadapi oleh semua bangsa adalah lahirnya masyarakat barbar yang terdidik, Darmaningtyas menyebutnya pelaku kejahatan yang intelek dengan sebutan preman berdasi, artinya para pelaku kriminal yang terpelajar.23 Kanungo dan Mendocca (1996) juga mengatakan bahwa masyarakat telah kehilangan kepercayaan akan nilai-nilai dasar ekonomi, dan karena itu perlu kelahiran kembali moral-spiritualitas dalam kepemimpinan dan pendidikan.24 Sejalan antara ungkapan para ahli dengan kondisi riel keterpurukan akhlak di Indonesia, terutama kasus korupsi yang masih menjadi momok bagi bangsa dan calon generasi bangsa, sehingga bangsa Indonesia sekarang dan di masa depan membutuhkan pembangunan karakter (character building) dalam pendidikan dan kepemimpinan atau kepemimpinan pendidikan dengan diimbangi pendidikan berciri karakter dan kepemimpinan berbasis moral-spiritual 21 Tobrani, Op cit. h.170 22 Ibid. h.178 23 Darmanningtyas, Pendidikan Pada Masa dan Setelah Krisis (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009). h. 121. 24 Kanungo, RN. Mondoncca, Ethical Dimension of Leadeship (London: Sage, 1996). h.195.
Kepemimpinan Pendidikan Berbasis ... Maimunah, S.Ag, M.Pd.I
35
dari yang tertinggi sampai dengan terendah. Karakter yang tidak baik dapat dilakukan oleh oknum yang tertinggi diwakili oleh pejabat negara, para dewan, bahkan ada di jajaran KPK, sedangkan yang terendah dapat dikaji dari kasus ketua RT yang dibunuh di Sumatera karena jatah raskin untuk rakyat miskin, banyak dialokasikan untuk saudara-saudaranya sendiri, ada yang marah dan berujung pada pembunuhan. Belum lagi keputusan pengadilan yang seringkali dinilai tidak adil, seperti ketimpangan hukuman bagi koruptor kelas kakap dengan pencari 1 buah semangka di kebun. Dari uraian ini dapat dipahami bahwa membentuk bangsa yang berkarakter tentu efektif bilamana diberikan pada konteks pendidikan, baik di sekolah, kultur sekolah, maupun komu nitas luas, demikian pula dengan seorang pemimpin pendidikan yang basis moral-spiritual. Akan mampu menumbuhkan dalam kepemimpinannya kesalehan individu, sehingga pemimpin akan menjadi pribadi yang saleh yang senantiasa menunjukkan sinergitas antara dzikir (hati), fikir (intelektual), dan fi’il (perilaku). Tentu proses pertama yang harus dilakukan pemimpin pendidikan adalah memahami nilai-nilai moral-spiritual, kemudian melakukan internalisasi diri terhadap nilai-nilai tersebut. Pada tahap berikutnya perlu melakukan proses sosialisasi (socialization process) nilai-nilai moral-spiritual dengan keteladanan dan inspiring melalui proses pendidikan. Pada tahap inilah pemimpin menumbuhkan kesalehan sosial. Tahap terakhir, yang dilakukan seorang pemimpin pendidikan adalah menumbuhkan budaya pendidikan berbasis moral-spiritual sebagai suatu habits, culture, dan climate. Jika ketiga tahap ini mampu dibangun oleh pemimpin pendidikan, maka pembangunan karakter bangsa dapat diwujudkan, melalui pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dimulai dari diri sendiri, lingkungan sosial, sampai budaya sosial. Dengan sendirinya akan tercipta lingkungan berkarakter, lingkungan beradab, lingkungan yang anti KKN dan sumber kejahatan atau kerusakan, lingkungan yang tidak ada cahaya ilahi, dengan kata lain, lingkungan pendidikan kondusif yang berbudaya dan berkkter madani.
36
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
Daftar Pustaka Albertus, D.K. (2010). Pendidikan Karakter Integral. Dalam Koran Harian KOMPAS, 11 Pebruari Abdurrahman, M. (2002). Dinamika Masyarakat Islam (dalam Wawasan Fikih), Bandung: Remaja Rosdakarya Arifin, I. 2010. Membangun Karakter Bangsa Melalui Kepemimpinan Moral Spiritual: Strategi Atasi Kasus Demoralisasi dan Korupsi di Indonesia. Makalah konferensi dan workshop nasional 16-17 Oktober 2010 dalam Proceeding. Malang: Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang Baharuddin, & Umiarso. 2012. Kepemimpinan Pendidikan Islam:Antara Teori dan Praktek. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Blumberg, A., & Greenfield, W. 2002. The Effective Principal: Perspectives on School Leadership. 3th Edition. Boston: Allyn and Bacon, Inc Champbell, R.F., Corbally, J.E., & Nystrand, R.O. 2003. Introduction to Educational Administration. 6th Edition. Boston: Allyn and Bacon, Inc. Darmaningtyas (2009). Pendidikan pada Masa dan Setelah Krisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar .Drucker, P. (1990). Managing the Non-Profit Organization. New York: Harper Collins. Hornby, H. (1995). Oxford Advance Learner Dictionary. Oxford: Oxford University Press. Indrajaya, A. I. (1983). Perilaku Organisasi, Bandung: Sinar Baru. Hart, M.H. (1994). Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah. Jakarta: Pustaka Jaya. Kanungo, R.N., & Mondonca, M. (1996). Ethical Dimension of Leadership. London: SAGE Lickona, T. 1996. Teaching Respect and Responsibility. Reclaiming Children and Youth.Newyork Megawangi, R. (2009). Pendidikan Karakter. Jakarta: Indonesia Heritage Foundation. Muhammad, H. (2002). Dialog antara Tasawuf dan Psikologi, Yogya-
Kepemimpinan Pendidikan Berbasis ... Maimunah, S.Ag, M.Pd.I
37
karta: Walisongo Press dan Pustaka Pelajar. Mubarok, A. (2003). Sunnatullah dalam Jiwa Manusia, Jakarta: IIIT Indonesia Moedjiono, I. (2002). Kepemimpinan dan Keorganisasian, Yogyakarta: UII Press. Nasr, S.H. (2002). Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam. Bandung: Mizan Rahmat, J. (1997). Renungan-Renungan Sufistik, Bandung: Mizan. Riawan, A. A, (2004). The Celestial Management, Jakarta: Senayan Abadai Publishing. Ruslan, A. (2010) Sallis, Edward, (1993). Total Quality Management in Education, Philadelphia, London Shihab, M.Q. (2000). Wawasan Al-Qur’an, Bandung: Mizan. Thoha, M. (2003). Kepemimpinan Dalam Manajemen, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Tjahjono, H. (2003). Kepemimpinan Dimensi Ke Empat. Jakarta: Elexmedia Computindo. Tobroni (2005). The Spiritual Leadership. Malang: UMM Press. Tjiptono & Anastasia, D. (2001). Total Quality Management, Yogyakarta: Andi. Widjajakusuma, M.K., & Yusanto, M.I. (2003). Pengantar Manajemen Syariat. Jakarta: Kairul Bayan Wursanto. (2002). Dasar-Dasar Ilmu Organisasi, Yogyakarta: Andi. April 17th, 2014 | Category:
Konsep Manajemen Kesiswaan Nurmadiah, M.A.
KONSEP MANAJEMEN KESISWAAN Nurmadiah, M.A. Dosen Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri (FIAI - UNISI) Tembilahan Abstrak Siswa merupakan aset umat dan bangsa, secara prinsipil pembinaannya ditaklifkan pada kedua orang tua, karena sesuatu dan lain hal maka wewenang itu dilimpahkan kepada para pendidik. Lembaga pendidikan (top manager) sebagai pelaku dan pengemban amanah Allah dan umat dituntut memberikan proses terbaik hingga mengeluarkan (out put) yang dapat memenuhi kebutuhan tripusat pendidikan. Sekolah memegang peranan penting dalam mengelola sekolah. Ia bertanggung jawab sepenuhnya terhadap berlangsungnya proses pembelajaran di suatu sekolah. Seorang kepala sekolah dituntut mampu memberiakan ide-ide cemerlang, memprakarsai pemikiran yang baru di lingkungan sekolah dengan melakukan perubahan maupun penyesuaian tujuan, sasaran dari suatu program pembelajaran. Sebagai pemimpin seorang kepala sekolah dituntut dapat menjadi seorang inovator. Oleh sebab itu, kualitas kepemimpinan kepala sekolah sangat signifikan sebagai kunci keberhasilan bagi proses pembelajaran yang berlangsung disuatu sekolah. Ada beberapa elemen penyelenggaraan pendidikan yang harus selalu dibina oleh kepala sekolah yang dikemukakan oleh Wahjosumidjo yang terangkum dalam bukunya Kepemimpinan Kepala Sekolah; Tinjauan Teoritik dan Praktik yang meliputi program pengajaran, sumber daya manusia, sumber daya yang bersifat fisik dan hubungan kerja sama antara sekolah dengan masyarakat. Inilah elemen penyelenggaraan pendidikan yang harus selalu mendapatkan perhatian dari kepala sekolah demi tercapainya tujuan suatu lembaga pendidikan.
Kata kunci: Manajemen dan siswa
A. Pendahuluan Keberhasilan dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan (sekolah) akan sangat bergantung kepada manajemen komponenkomponen pendukung pelaksanaan kegiatan seperti kurikulum, peserta didik, pembiayaan, tenaga pelaksana, dan sarana prasarana. Komponen-komponen tersebut merupakan satu kesatuan dalam upaya pencapaian tujuan lembaga pendidikan (sekolah), artinya
39
bahwa satu komponen tidak lebih penting dari komponen lainnya. Akan tetapi satu komponen memberikan dukungan bagi komponen lainnya sehingga memberikan kontribusi yang tinggi terhadap pencapaian tujuan lembaga pendidikan (sekolah) tersebut. Komponen peserta didik keberadaannya sangat dibutuhkan, terlebih bahwa pelaksanaan kegiatan pendidikan di sekolah, peserta didik merupakan subyek sekaligus objek dalam proses transformasi ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan. Oleh karena itu keberadaan peserta didik tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan saja, akan tetapi harus menjadi bagian dari kebermutuan dari lembaga pendidikan (sekolah). Artinya bahwa dibutuhkan Manajemen peserta didik yang bermutu bagi lembaga pendidikan (sekolah) itu sendiri. Sehingga peserta didik itu dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosialemosional, dan kejiwaan peserta didik. Kebutuhan peserta didik dalam mengembangkan dirinya tentu saja beragam dalam hal pemrioritasan, seperti para peserta didik ingin sukses dalam hal prestasi akademiknya, disisi lain ia juga ingin sukses dalam hal sosialisasi dengan teman sebayanya. Bahkan ada juga peserta didik yang ingin sukses dalam segala hal. Pilihan-pilihan yang tepat atas keberagaman keinginan tersebut tidak jarang menimbulkan masalah bagi para peserta didik. Oleh karena itu diperlukan layanan bagi peserta didik yang dikelola dengan baik. Manajemen peserta didik berupaya mengisi kebutuhan akan layanan yang baik tersebut, mulai dari peserta didik tersebut mendaftarkan sekolah sampai peserta didik tersebut menyelesaikan studi di sekolah tersebut.
B. Pengertian, Prinsip dan Fungsi-Fungsi Manajemen 1. Pengertian Manajemen secara etimologi berasal dari Bahasa Inggris, yaitu dari kata kerja to manage artinya mengurus, mengatur, menggerakkan dan mengelola.1 Dengan demikian manajemen secara bahasa adalah pengurusan, pengaturan, penggerakan, dan pengelolaan. Secara terminologi manajemen sering disandingkan dengan 1 John M. Echol dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta : PT Gramedia, 1996),cet. XXIII, hal. 372
40
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
administrasi, sehingga muncul tiga pandangan berbeda:1) memandang administrasi lebih luas dari pada manajemen; 2) mengartikan manajemen lebih luas dari pada administrasi; 3) menganggap manajemen sama dengan administrasi.2 Dalam penulisan selanjutnya istilah manajemen sama dengan administrasi, karena keduanya mempunyai fungsi yang sama. Menurut Terry sebagaimana dikutip Ngalim Purwanto management is a district proses consisting of planning, organizing, actuatingand determine and accomplish stated objectives controlling performed to bythe use of human being and other resources.3 Manajemen adalah proses tertentuyang terdiri pergerakan dari perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan danmencapai tujuan yang ditetapkan dengan menggunakan sumber daya personal maupun material. Diantara pengertian manajemen secara terminologi adalah seperti yang diungkapkan Peter P. Schoderbek management is a procces ofachieving organizational goals through other.4 Manajemen adalah proses pencapaian tujuan organisasi melalui orang lain. Menurut Ibrahim Ishmat Muthowi manajemen adalah : العاملة القوى دفعدفع والرقابة و التوجيه ّإن العاملة القوى والرقابة و علىالتوجيه يطلقعلى الذىيطلق اإلصطالحةالذى هىاإلصطالحة ادارة هى إنّ ادارة 5 المنشأة فىالمنشأة العمل فى الى العمل الى Artinya: manajemen yang melibatkan Sesungguhnya adalah suatu aktivitas untuk proses pengarahan, pengawasan dan pengerahan segenap kemampuan melakukan suatu aktivitas dalam suatu organisasi.
manajemen dapat diartikan suatu yang Sehingga proses sosial
direncanakan untuk menjamin kerja sama, partisipasi dan keterli-
batan sejumlah dalam dan sasaran terten orang mencapai tujuan 2 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2003), cet.III dan IV, hal. 19
3 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1995), cet. VII, hal. 7
عتيد لديه قول يلفظ 4 Peter P. Schoderbek, et.al., Management, (Florida: Harcourt Jovanovich رقيبعتيد رقيب إالإاللديهBrace من قول من ما يلفظ ما Inc., 1988), hal..8 5 Ibrahim Ishmat Mutthowi, Al-Ushul Al-Idariyah li al-Tarbiyah, (Riyad: Dar al-Syْ َْ – ُع َقَدَ – يَ ْع ِقد ًع ِق ْي ًدَة uruq, 1996), hal. 13. ع ِق َ ْيدَة َ -ًا-عققدًاد ع َ – ُعَقدَ – يَ ْع ِقد َ
ْ ع اس س َّلبَ َمارزً َب ا ِاريَزً ْاوماَي ْو ِل ًلمنَّا ِلل ع ِهلَ ْي ِوه َو َ َ ُاَّلل صلَّى َن أَأ َب ِبيي ههُر َُرييْر َْرةَةَ قَاقَا َل َلك كَانََانَ النَّالبنَّ ِب َّ اَّلل َ َ ي ُّي ِ اس َّن ِ َ علَ ْي َ َ ً ُ َّ صلَّى ِ َ س َلَّ َم ِ ع َْن ُّ ِ ْ ْ اإلي َمانُانُ َ قَا َل ْ ْ َفَأَ َ َتَاهُ ِجب ِْري ُل َفَ َقَا َل َما اَّللِم َ َالوكِ َم َت َتِال ِهكِ َتتِو ِ ُكهتُب َو ِه ُكتُبِ ِه انُ ْنأ َ تْن ُْم ِتم ْنَُم ِمبنَ َّب َ اإلمي َانُم أ َ اَّللِِ َ َّو َ ِ اإلي ِ َ ِ ِ اإلي ِ َم قا َل ِ فأتاهُ ِجب ِْري ُل فقا َل َما
Konsep Manajemen Kesiswaan Nurmadiah, M.A.
41
tu yang ditetapkan secara efektif. Manajemen mengandung unsur bimbingan, pengarahan, dan pengerahan sekelompok orang terhadap pencapaian sasaran umum. Sebagai proses sosial, manajemen meletakkan fungsinya pada interaksi orang-orang, baik yang berada di bawah maupun berada di atas posisi operasional seseorang dalam suatu organisasi.6 Hal ini menunjukkan bahwa salah satu fungsi manajemen adalah menempatkan orang pada posisinya yang tepat. Rasulullah Saw memberi contoh dalam hal ini sebagaimana menempatkan orang di tempatnya. Hal ini misalnya dapat dilihat bagaimana Abu Hurairah ditempatkan oleh Rasulullah Saw sebagai penulis hadis atau dapat dilihat bagaimana Rasulullah menempatkan orang-orang yang kuat setiap pekerjaan dan tugas sehingga posisinya benar-benar sesuai dengan keahliannya. Dari pemikiran-pemikiran di atas dapat dipahami unsur-unsur yang terkandung dalam manajemen adalah: a. Bahwa manajemen diperlukan untuk mencapai tujuan dan pelaksanaan. b. Manajemen merupakan sistem kerja sama yang kooperatif dan rational. c. Manajemen menekankan perlunya prinsip-prinsip efisiensi. d. Manajemen tidak dapat terlepas dari kepemimpinan atau pembimbing. 2. Prinsip Manajemen Pentingnya prinsip-prinsip dasar dalam praktik manajemen antara lain menentukan metode kerja, pemilihan pekerjaan dan pengembangan keahlian, pemilihan prosedur kerja, menentukan batas-batas tugas, mempersiapkan dan membuat spesifikasi tugas, melakukan pendidikan dan latihan, melakukan sistem dan besarnya imbalan itu dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan produktivitas kerja.7 6 Soegabio Admodiwiro, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: PT Arda Dizya Jaya,2000), hal. 5 7 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), hal. 12
42
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
Dalam kaitannya dengan prinsip dasar manajemen, Fayol mengemukakan sejumlah prinsip manajemen, yaitu : a. Pembagian kerja Semakin seseorang menjadi spesialis, maka pekerjaannya juga semakin efisien. b. Otoritas Manajer harus memberi perintah/tugas supaya orang lain dapat bekerja. c. Disiplin Setiap anggota organisasi harus menghormati peraturan-peraturan dalam organisasi. d. Kesatuan perintah Setiap anggota harus menerima perintah dari satu orang saja, agar tidak terjadi konflik perintah dan kekaburan otoritas. e. Kesatuan arah Pengarahan pencapaian organisasi harus diberikan oleh satu orang berdasarkan satu rencana. f. Pengutamaan kepentingan umum/organisasi dari pada kepentingan pribadi. g. Pemberian kontrak prestasi h. Sentralisasi/pemusatan Manajer adalah penanggung jawab terakhir dari keputusan yang diambil. i. Hierarki Otoritas wewenang dalam organisasi bergerak dari atas ke bawah. j. Teratur Material dan manusia harus diletakkan pada waktu dan tempat yang serasi. k. Keadilan Manajer harus adil dan akrab dengan bawahannya. l. Kestabilan staf Perputaran karyawan yang terlalu tinggi menunjukkan tidak efisiennya fungsi organisasi. m. Inisiatif Anggota harus diberi kebebasan untuk membuat dan menjalankan rencana. n. Semangat kelompok
Konsep Manajemen Kesiswaan Nurmadiah, M.A.
43
Peningkatan semangat kelompok akan menimbulkan rasa kesatuan.8 3. Fungsi-Fungsi Manajemen Menurut Siagaan dalam Soebagio, fungsi manajemen adalah tugas-tugas tertentu yang harus dilaksanakan sendiri.9 Para ahli manajemen mempunyai pendapat yang beraneka ragam tentang fungsi manajemen, yang paling awal adalah pendapat Fayol yaitu: planning, organizing, commanding, coordinating, dan controlling. Gulich membagi fungsi manajemen menjadi 7 yang dikenal dengan POSDCOR (planning, organizing, staffing, directing,controlling, reporting dan budgeting). Sedangkan Terry menyatakan 4 fungsi manajemen POAC (planning, organizing, actuating dan controlling).10 Pendapat di atas adalah sebagian dan sekian banyak pendapat yang dikemukakan oleh para ahli. Dari beberapa pendapat yang dikemukakan terdapat perbedaan secara komposisi dan terminologinya, namun pada intinya mempunyai kesamaan.11 Beberapa kesamaan tersebut, dan pada umumnya digunakan pada lembaga-lembaga pemerintahan di Indonesia adalah perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. a. Perencanaan (Planning) Perencanaan merupakan penentuan kegiatan yang akan dilaksanakan pada masa depan. Aktivitas ini dilakukan untuk menentukan tindakan agar mencapai hasil yang diinginkan. Perencanaan dalam bahasa Arab disebut niat, yaitu formulasi tindakan di masa mendatang yang diarahkan kepada tujuan yang akan dicapai oleh organisasi.12 8 Kadarmansi dan Jusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1992), hal. 32 9 Soebagio Atmodiwirio, Manajemen Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Ardadizya Jaya, 2000), hal. 13 10 Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), cet. X, hal. 19 11 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya,2000),cet. III, hal. 13 12 Nanih Machendrawaty, Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam dari
44
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
Jadi jika niatnya sekeras baja, hasil capaiannya pun akan setingkat itu. Kalau niatnya setinggi gagasan, kita akan menghasilkan sebesar dan sehebat itu. Dengan demkian, niat merupakan padanan planning dalam manajemen yang lebih bersifat intrinsik dan manusiawi. Menurut P. Siagian dalam Marasudin, perencanaan adalah kemampuan untuk mengambil keputusan pada waktu sekarang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang.13 Perencanaan bisa diumpamakan jembatan penghubung antara keadaan sekarang dengan keadaan yang diharapkan terjadi pada masa yang akan datang. Sedangkan menurut Sagala perencanaan adalah proses pemanfaatan sumber daya secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan upayaupaya yang akan dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan.14 Uraian di atas perencanaan terkait dengan 3 hal yang harus ditetapkan, yaitu: 1) tujuan; 2) kegiatan; 3) sumber daya. Sebagaimanayang diungkapkan Nanang Fattah bahwa dalam perencanaan selalu terdapat 3 kegiatan, yaitu: 1) perumusan tujuan yang ingin dicapai; 2) pemilihan program untuk mencapai tujuan; 3) identifikasi dan pengerahan sumber daya yang selalu terbatas.15 b. Pengorganisasian (Organizing) Setelah perencanaan dilakukan secara matang, maka tindakan selanjutnya adalah pengorganisasian, kegiatan ini menjembatani antara kegiatan perencanaan dengan kegiatan penggerakan. Perencanaan hanya sebatas kerangka kegiatan tanpa adanya subyek dan wewenang yang jelas maka tujuan kegiatan tidak akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan. PengorganIdeologi, Strategi sampai Tradisi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 137 13 Marasudin Siregar, “Pengelolaan Pengajaran; suatu Dinamika Profesi Keguruan”, dalam Chabib Thoha (eds), PBM-PAI di Sekolah; Eksistensi Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), cet. I, hal. 187 14 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, (Bandung: CV. Alfabet, 2004), hal. 141 15 Nanang Fattah, op.cit., hal. 49
Konsep Manajemen Kesiswaan Nurmadiah, M.A.
45
isasian pada dasarnya pembagian tugas dan wewenangpersonil ّإن و دفع القوىyang والرقابةtelah التوجيه الذى يطلق على اإلصطالحة ادارة هى sesuaiالعاملة perencanaan ditetapkan. Firman Allah SWT. الى العمل فى المنشأة Surat Yasin ayat 38 - 40 :
Artinya: ”Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlahketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. telah رقيب عتيدDan إال لديه قولKamitetapما يلفظ من kan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai kemanzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.Tidaklah ًع ِق ْيدَة َ -دًاtidakdapat ع ْق َ – ُ – يَ ْع ِقدmenَعقَد َ mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun dahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” َّسل َع َْن أَبِي ه َُري َْرة َ قَا َل كَانkeseluruhan اس ارزً ا يَ ْو َ ُاَّلل َّ صلَّى Menurut َ ي َ علَ ْي ِه َو ِ َّ ًما ِللنSagala ِ َ َم بpengorganisasian ُّ ِالنَّبadalah prose suntuk ُاإلي َمان َو ُكت ُ ِب ِهmemilih اَّللِ َو َم َالكِ َتتِ ِه َمانُ أ َ ْن ت ُْم ِمنَ ِبserta اإلي فَأَتَاهُ ِج َّ orang-orang ِ ْ قَا َلmengalokasikan ِ ْ ب ِْري ُل فَقَا َل َماsarana dan prasarana untuk menunjang tugas orang-orang itu dalam orِس ِل ِه َوت ُْم ِمنَ بِا ْلبَعْث ُ َوبِ ِل َقاكِ ِه َو ُر 16 ganisasi. Pembagian tugas dalam organisasi hendaknya dilakukan secara proporsional, yaitu membagi habis dan menstrukturkan tugas-tugas ke dalam sub-sub atau komponen-komponen organisasi. Adapun menurut Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi pengorganisasian adalah kegiatan administratif untuk menyusun struktur dan membentuk hubungan-hubungan kerja serta menentukan orang-orang yang diberi wewenang supaya diperoleh suatu keharmonisan usaha untuk mencapai tujuan bersama.17 Bentuk penyusunan struktur dan pembagian kerja yang dilaksanakan selalu terpancang pada tujuan yang ingin dicapai. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi pengorganisa16 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: CV. Alfabet, 2000), hal. 49 17 Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), cet.I, hal. 16
إنّ ادارة هى اإلصطالحة الذى يطلق على التوجيه والرقابة و دفع القوى العاملة الى العمل فى المنشأة 46
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
sian mencakup 2 aspek (proses), yaitu : a. Pembagian kerja dan pembagian beban kerja kepada individu atau kelompok b. Penentuan garis-garis komunikasi, kekuasaan dan wewenang.18 c. Penggerakan (Actuiting) Penggerakan merupakan aktualisasi dari perencanaan dan pengorganisasian secara konkrit. Perencanaan dan pengorganisasian tidak akan mencapai tujuan yang ditetapkan tanpa adanya aktualisasi dalam bentuk kegiatan. Perencanaan bagaikan garis start dan penggerakan adalah bergeraknya mobil menuju tujuan yang diinginkan berupa garis finish, garis finish tidak akan dicapai tanpa adanya gerak mobil. Penggerakan menurut Terry dalam Sagala adalah perangsangan anggota-anggota kelompok agar melaksanakan tugas-tugas dengan antusias dan dengan kemampuan yang baik.19 Tugas penggerakan dilakukan oleh pemimpin, menurut Nanang Fattah pemimpin pada dasarnya seorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain didalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kemampuan umum untuk menggerakkan atau menggairahkan orang agar bertindak dinamakan motivasi.20 Menurut Tierauf dalam Sugandha motivasi adalah those innerdrives that activate or move an individual to action (dorongan dari dalam yang mengaktifkan atau menggerakkan seseorang untuk bertindak).21 Jadi, kepala sekolah sebagai seorang pemimpin instruksional, bertugas memberi motivasi bekerja kepada guru dan pegawai sekolah agar bersedia dan senang melakukan segala 18 Iwa Sukiswa, Dasar-Dasar Umum Manajemen Pendidikan, (Bandung: Tarsito, 1986) hal.30 19 Syaiful Sagala, Administrasi …, op.cit., hal. 52 20 John Adair, Effective Leadership; A Self-Development Manual, Penerjemah Andre Asparyasogi, Menjadi Pemimpin Efektif, (Jakarta: PT Gramedia, 1994), cet. IV, hal. 177 21 Dann Suganha, Kepemimpinan di Dalam Administrasi, (Bandung: Sinar Baru, 1986), hal. 41
Konsep Manajemen Kesiswaan 47 Nurmadiah, M.A.
aktivitas dengan sendirinya dalam rangkap pencapaian tujuan secara dan pembelajaran efektif efisien. 22 d. Kontrol/Evaluasi (Controlling) Pengawasan merupakan pengontrol kegiatan yang telah di laksanakan, apakah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan atau tidak. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT. ما يلفظ من قول إال لديه رقيب عتيد Artinya: Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.23
ًع ِق ْيدَة َ -ع ْقدًا َ – ُعقَدَ – يَ ْع ِقد َ Pengawasan diterapkan dalam fungsi manajemen, agar pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan tidak melenceng dari perencanaannya, اس علَ ْي ِه َو َ ُاَّلل صلَّى ع َْن أَبِي ه َُري َْرةَ قَا َل كَانَ النَّبِ ُّي َّ ada َ penyimpangan-penyimpanَ kalaupun ِ َّسلَّ َم بَ ِارزً ا يَ ْو ًما ِللن gan maka dilakukan perbaikan. Menurut Sagala pengawasan َاإلي َمانُ ق ْ اإلي َمانُ أ َ ْن ت ُكتُبِ ِهkegiatan َو َم َالكِ َتتِ ِه َوuntuk ي ُل فَقَا َل َمpersonel فَأَتَاهُ ِجب ِْر َّ ُِم ِمنَ بmengetahui ِاَّلل ِ ْ ا َلrealisasi ِ ْ اpelaku adalah dalam organisasi, dan apakah tingkat ِْثpencapaian ِل ِه َوت ُْم ِمنَ ِبا ْلبَعtujuan س َو ِب ِل ُ َقاكِ ِه َو ُرsesuai dengan yang dikehendaki, serta hasil pengawasan tersebut apakah dilakukan perbaikan.24 Dalam kegiatan ini juga dilaporkan faktor-faktor pendukung dan penghambat kerja, sehingga memudahkan usaha perbaikan. Jadi, pengawasan ini dilihat dari segi input, proses, output bahkan outcome-nya telah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan atau belum sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Menurut Nanang Fattah pengawasan dilakukan melalui 3 tahap; a) menetapkan standar pelaksanaan b) pengukuran pelaksanaan dibandingkan dengan standar, dan c) menentukan kesenjangan antara pelaksanaan dengan standar dan rencana.25 Tapi di dalamnya belum terdapat tahapan terakhir pengawasan yaitu upaya perbaikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengawasan dilaksanakan melalui 4 tahap, yaitu : 1) Menetapkan standar-standar pelaksanaan pekerjaan sebagai 22 J. Riberu, Dasar-Dasar Kepemimpinan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992), hal. 50 23 Depag RI, al Qur’an dan Terjemahnya, (CV Adi Grafika, 1994) hal. 853 24 Syaiful Sagala, Administrasi… , op.cit., hal. 59 25 Nanang Fattah, op.cit, hal. 101.
48
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
dasar melakukan kontrol. 2) Mengukur pelaksanaan pekerjaan dengan standar. 3) Menentukan kesenjangan (deviasi) bila terjadi, antara pelaksanaan dengan standar. 4) Melakukan tindakan-tindakan perbaikan jika terdapat kesenjangan (deviasi) agar pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan rencana. e. Manajemen Kesiswaan Manajemen kesiswaan (murid) adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara kontinyu terhadap seluruh peserta didik (dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti proses belajar mengajar secara efektif dan efisien mulai dari penerimaan peserta didik hingga keluarnya peserta didik dari suatu sekolah.26 Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancar, tertib, teratur, serta dapat mencapai tujuan pendidikan sekolah. Untuk mewujudkan tujuan sekolah tersebut manajemen kesiswaan meliputi empat kegiatan, yaitu: pertama, penerimaan siswa baru, kedua, kegiatan kemajuan belajar, ketiga, bimbingan dan, keempat, pembinaan disiplin serta monitoring.27 1. Penerimaan Siswa Baru Penerimaan siswa baru merupakan salah satu kegiatan yang pertama dilakukan sehingga harus dikelola sedemikian rupa supaya kegiatan belajar mengajar sudah dapat dimulai pada hari pertama setiap tahun ajaran baru. Langkah-langkah penerimaan siswa baru secara garis besar dapat ditentukan sebagai berikut: a. Menentukan panitia b. Menentukan syarat-syarat penerimaan c. Mengadakan pengumuman, menyiapkan soal-soal tes un-
Konsep Manajemen Kesiswaan Nurmadiah, M.A.
49
tuk seleksi d. menyiapkan tempatnya e. Melaksanakan penyaringan melalui tes tertulis maupun lisan f. Mengadakan pengumuman penerimaan g. Mendaftar kembali calon siswa yang diterima h. Melaporkan hasil pekerjaan kepada kepala sekolah.28 Pedoman-pedoman atau peraturan yang berhubungan dengan penerimaan siswa baru meliputi masalah teknik pelaksanaan, yang menyangkut masalah waktu, persyaratan dan teknis administrasi antara lain : 1. Masalah Waktu: 1) Kapan pendaftaran calon siswa baru dimulai dan diakhiri 2) Kapan tes/ujian seleksi dilaksanakan 3) Kapan hasil tes diumumkan 2. Masalah Persyaratan: 1) Besarnya uang pendaftaran 2) Berapa rata-rata nilai raport yang bisa diterima sebagai pendaftar 3) STTB/ijazah dan foto copy ijazah terakhir yang sudah di sahkan oleh yang berwenang 4) Pas foto (selain jumlah ditentukan juga ukurannya).29 3. Proses Penerimaan Siswa Baru Proses penerimaan siswa baru yang biasa dilakukan pada dasarnya ada tiga cara, yaitu: a) Ujian/Tes Ujian/tes yang diselenggarakan dalam rangka memilih calon-calon siswa yang akan diterima, bisa disebut ujian masuk atau tes masuk (entrance test). Tes masuk ini diselenggarakan oleh sekolah masing-masing, tetapi bisa juga gabungan beberapa sekolah dalam satu wilayah atau daerah. Mata pelajaran yang diujikan, jenis-jenis soal yang digunakan, serta cara-cara mengevaluasi ditentukan oleh sekolah. Sedang penentuan calon
26 Ary Gunawan, Administrasi Sekolah; Administrasi Pendidikan Mikro, (Jakarta: PT RinekaCipta, 1996), Cet.I., hal. 9.
28 Suharsimi Arikunto, Op.Cit., hal. 53.
27 Mulyasa, Op.Cit. hal. 46.
29 Soekarto Hendra Fachrudin dan Hendyat Soetopo, Op.Cit., hal. 94.
50
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
siswa yang diterima didasarkanpada peringkat (ranking) jumlah nilai yang dicapai. b) Penelusuran Bakat Kemampuan Yang dimaksud dengan bakat kemampuan disini ialah pembawaan-pembawaan yang menunjukkan adanya potensi-potensi yang cukup bagus. Gambaran tentang adanya potensi yang bagus di tunjukkan (menurut kesepakatan keyakinan kita) oleh prestasi siswa dalam berbagai mata pelajaran atau mata pelajaran tertentu di sekolah. Oleh karena itu dalam penelusuran bakat kemampuan ini dilaksanakan dengan cara meneliti atau menjajaki angka-angka prestasi siswa dalam satu atau dua tahun selama siswa mengikuti pelajaran disekolah. Dari hasil penjajakan ini dipanggil calon-calon siswa yang kiranya berminat atau bersedia menjadi siswa di suatu sekolah. c) Berdasarkan Hasil EBTA (Ujian Akhir Sekolah) Akhir-akhir ini dikembangkan sistem penerimaan siswa baru, yang boleh dikatakan sebagai pengganti sistem tes masuk. Sistem ini angka-angka atau nilainilai hasil Ujian Akhir Madrasah (UAM) atauUjian Akhir Nasional (UAN) sebagai dasar kriteria untuk menentukan penerimaan siswa baru. Nilai-nilai UAM/ UAN tersebut diberi nama istilah : DNU (Daftar Nilai Ujian). Kemudian nilai-nilai itu disusun dalam suatu standar, dan berdasarkan peringkat DNU dari para calon siswa yang mendaftar, ditentukan siapa-siapa yang diterima sebagai siswa baru di suatu sekolah.30 d) Orientasi Siswa Baru Setiap anak atau siswa saat memasuki lingkungan baru akan mengalami kesulitan, baik disebabkan oleh situasi maupun karena praktek dan prosedur yang berbeda. Kesulitan itu kalau tidak diatasi dapat menimbulkan ketegangan jiwa. Supaya tidak mengalami ketegangan, administrator pendidikan seyogyanya memberi penjelasan-penjelasan tentang hal-hal yang berkaitan 30 Ibid, hal. 96.
Konsep Manajemen Kesiswaan Nurmadiah, M.A.
51
dengan sekolah.31 Orientasi siswa baru adalah kegiatan yang merupakan salah satu bagian dalam rangka proses penerimaan siswa baru. Istilah yang digunakan adalah Masa Orientasi Siswa Baru (MOS). Tujuan orientasi siswa baru yaitu pengenalan bagi siswa baru mengenai keadaan-keadaan sekolah, antara lain meliputi tata tertib, kondisi siswa serta pengenalan pelajaran yang akan dihadapi, ini dimaksudkan agar siswa nanti tidak akan mengalami kejanggalan dalam menempuh studi. Ke giatan-kegiatan yang harus diikuti oleh siswa baru antara lain adalah : a) Perkenalan dengan para guru dan staf sekolah b) Perkenalan dengan siswa lama dan pengurus OSIS c) Penjelasan tentang tata tertib sekolah d) Mengenal dan meninjau fasilitas-fasilitas sekolah (misalnya: laboratorium, perpustakaan, ruang pertemuan (AULA), sanggar kesenian dan lain sebagainya.32 Waktu MOS juga untuk penelusuran bakat-bakat khusus dan siswa baru, misalnya penelusuran bakatbakat olah raga, bakat-bakat seni, bakat-bakat menulis (mengarang). Oleh karena itu selama MOS banyak diisi kegiatan-kegiatan pertandingan olah raga, lomba menyanyi, pidato, dan sebagainya. 2. Pendataan Kemajuan Belajar Siswa Keberhasilan kemajuan untuk prestasi belajar para siswa memerlukan data yang otentik, terpercaya dan memiliki keabsahan. Data ini diperlukan untuk mengetahui dan mengontrol keberhasilan atau prestasi oleh kepala sekolah sebagai manajer pendidikan di sekolah. Kemajuan belajar siswa secara periodik harus dilaporkan kepada orang tua sebagai masukan untuk berprestasi dalam proses pendidikan dan membimbing anaknya dalam belajar baik di rumah maupun 31 Drs. Harbangan Siagin, Administarsi Pendidikan suatu Pendekatan Sistemik, (Semarang: PT Satya Wacana, 1989), Cet.I, hal. 100. 32 Drs. Soekarto Hendra Fachrudin, Drs. Hendyat Soetopo, Op.Cit., hal. 98.
52
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
Konsep Manajemen Kesiswaan Nurmadiah, M.A.
53
di sekolah.33 Dalam pendataan kemajuan belajar siswa untuk kemajuan dan keberhasilan kegiatan belajar mengajar secara maksimal diperlukan buku catatan prestasi belajar murid, yang meliputi buku daftar nilai, buku legger dan raport. a. Buku Daftar Nilai Buku ini merupakan buku pertama yang digunakan oleh guru untuk mencatat nilai mentah yang diperoleh langsung dari ulangan harian atau ulangan umum, serta nilai-nilai lain seperti nilai tugas dan aktivitas. b. Buku Legger Yaitu buku kumpulan nilai yang memuat semua nilai untuk semua bidang studi yang diikuti oleh siswa didalam periode tertentu. Buku legger ini diisi oleh wali kelas yang menampung nilai-nilai dari guru-guru yang memegang pelajaran di kelas tersebut. Sekolah juga memiliki buku legger yang merupakan kumpulan nilai dari legger-legger kelas. c. Buku Raport Merupakan sebuah buku yang memuat laporan hasil belajar yang bersangkutan mengikuti pendidikan di sekolah. Buku raport bukan hanya berguna bagi murid itu sendiri untuk dapat mengetahui prestasinya selama suatu periode, tetapi juga bagi orang tua siswa, tujuannya adalah agar orang tua dapat mengetahui tentang kemajuan belajar atau prestasi putranya di sekolah.34 Guru dan pengelola pengajaran mengadakan penilaian dengan tujuan apakah usaha yang dilakukan melalui pengajaran sudah mencapai tujuan yang diharapkan atau belum. Karena dari hasil penilaian yang diperoleh guru akan dapat mengetahui mana siswa-siswinya yang sudah berhak melanjutkan pelajaran atau sudah berhasil menguasai bahan, maupun untuk mengetahui siswasiswinya yang belum menguasainya.
Dengan petunjuk ini guru akan dapat lebih memusatkan perhatiannya kepada siswa-siswinya yang belum berhasil. Apabila guru mengetahui sebab-sebabnya, guru akan memberikan perhatian yang memusat dan memberikan perlakuan yang lebih teliti sehingga keberhasilan selanjutnya dapat diharapkan.35 Tujuan atau fungsi penilaian dari beberapa buku penting di atas, antara lain: a. Penilaian Berfungsi Selektif Dengan cara mengadakan Penilaian, guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai berbagai tujuan antara lain : 1. Untuk memilih atau menentukan siswa yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya. 2. Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa. 3. Untuk memilih siswa yang berhak meninggalkan sekolah dan lain sebagainya. b. Penilaian Bersifat Diagnosis Apabila alat yang digunakan untuk melakukan penilaian cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya guru akan mengetahui kelemahan siswa. Disamping itu diketahui pula sebab-sebab kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan penilaian sebenarnya guru mengadakan diagnosa kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya. Dengan diketahui sebab-sebab kelemahannya akan lebih mudah dicari cara mengatasinya. c. Penilaian Berfungsi Sebagai Pengukur Keberhasilan Fungsi dari penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana suatu program berhasil diterapkan. Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu sistem administrasi.36
33 Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan; Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional,(Bandung: Angkasa, 1989), hal. 90.
35 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta: Bumi Aksara, 1995), hal. 6
34 Suharsimi Arikunto, Op.Cit., hal. 57.
36 Ibid, hal. 5
54
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
Untuk mempermudah jalannya peninjauan gerak langkah maju mundurnya proses belajar mengajar pada suatu lembaga pendidikan maka, perlu adanya evaluasi hasil belajar yang dibukukan melalui buku nilai, buku legger dan raport siswa. Karena buku tersebut sangat diperlukan untuk melengkapi proses administrasi di instansi sekolah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Adapun tujuan dari beberapa buku penting tersebut antara lain: a) Untuk mengetahui derajat penguasaan materi b) Untuk dapat menentukan tindakan perbaikan yang akan diambil c) Untuk menentukan penempatan siswa dalam pengelompokan mata pelajaran d) Untuk menentukan prestasi siswa.37 Untuk memacu prestasi siswa, maka kepada tiaptiap guru diharuskan segera memeriksa, menilai, dan mengembalikan tugas-tugas yang dibebankan kepada siswanya. 3. Bimbingan dan Pembinaan Disiplin Siswa a. Bimbingan Bimbingan adalah pelayanan komprehensif yang tidak dapat dilakukan semata-mata satu orang saja, melainkan seluruh personal sekolah perlu menunjang pelaksanaan itu agar tepat berfungsi secara penuh dan efektif.38 Secara khusus layanan bimbingan bertujuan untuk membantu siswa agar dapat tercapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek pribadi, sosial, belajar dan karir bimbingan pribadi, sosial dalam mewujudkan pribadi yang bertaqwa, mandiri, dan bertanggung jawab. Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pendidikan. Konselor di-
37 Harbangan Siagi, Op.Cit., hal. 105. 38 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal. 52.
Konsep Manajemen Kesiswaan Nurmadiah, M.A.
55
maksudkan untuk mewujudkan pribadi produktif.39 Personel pelaksana pelayanan bimbingan adalah segenap unsur yang terkait di dalam program pelayanan bimbingan dengan koordinator dari guru pembimbing konselor sebagai pelaksana. Secara umum, bimbingan yang diberikan pihak sekolah terhadap siswa berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut: a. Pilihan bidang studi b. Penyesuaian kepada situasi sekolah c. Kesukaran belajar d. Kesukaran yang bertalian dengan keluarga dan lingkungan e. Gagal dalam bidang studi tertentu f. Kebutuhan dan kesempatan rekreasi g. Kurang minat terhadap bidang studi tertentu h. Kurang harga diri i. Hambatan-hambatan fisik, mental, emosi dan penyesuaian murid j. Pilihan pekerjaan dan penyesuaian waktu senggang k. Pertentangan antara ambisi dan kesanggupan siswa.40 1) Prinsip-prinsip Bimbingan Prinsip-prinsip merupakan paduan hasil kajian teoritik dan telaahan lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan. Dalam pelayanan bimbingan terhadap siswa, prinsipprinsipyang digunakan menurut Van Hoosea dalam Harbangan Siagin adalah sebagai berikut : a. Bimbingan didasarkan pada keyakinan bahwa dalam diri tiap anak terkandung kebaikan-kebaikan, setiap pribadi mempunyai potensi dan pendidikan hendaklah mampu membantu anak memanfaatkan 39 Hadari Nawawi, Administrai dan Organisasi Bimbingan dan Penyuluhan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), hal. 53. 40 Harbangan Siagin, Op.Cit., hal. 100.
56
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
potensinya itu. b. Bimbingan merupakan bantuan kepada anak dan pemuda dalam pertumbuhan dan perkembangan mereka menjadi pribadi-pribadi yang sehat. c. Bimbingan dalam prinsipnya harus menyeluruh ke semua murid karena semua orang tentu mempunyai masalah yang butuh pertolongan.41
Konsep Manajemen Kesiswaan Nurmadiah, M.A.
57
ecahan masalah, pengambilan keputusan dan keterlibatan diri dalam proses pendidikan d. Mengembangakan nilai dan sikap secara menyeluruh serta perasaan sesuai perencanaan diri e. Membantu peserta didik untuk memperoleh penyesuaian diri dalam beradaptasi secara maksimal terhadap masyarakat. f. Membantu peserta didik untuk hidup seimbang dalam berbagai aspek fisik, mental, dan sosial.43 Dengan demikian maka tujuan bimbingan dan penyuluhan di sekolah ialah membantu tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran serta membantu individu (siswa) untuk mencapai kesejahteraan.
2) Tujuan Bimbingan di Sekolah Tujuan bimbingan dan penyuluhan di sekolah tidak lepas dari tujuan pendidikan dan pengajaran pada khususnya dan pendidikan pada umumnya. Yaitu yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 dalam Bab II Pasal 3 yang berbunyi “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa pada TuhanYang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.42 Menurut Djumhur dalam bukunya Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah ada tujuan dan layanan bimbingan di sekolah yang diselenggarakan bagi peserta didik, yaitu: a. Membantu peserta didik untuk mengembangkan pemahaman diri sesuai dengan kecakapan, minat pribadi, hasil belajar serta kesempatan yang ada b. Membantu peserta didik untuk mengembangkan motif-motif intrinsik dalam belajar, sehingga tercapai kemajuan pengajaran yang berarti dan bertujuan c. Memberikan dorongan dalam pengarahan diri, pem-
3) Fungsi-Fungsi Bimbingan Fungsi bimbingan dan penyuluhan dalam proses pendidikan dan pengajaran ialah membantu tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran. Karena itu segala langkah, bimbingan, dan penyuluhan harus sejalan dengan langkah-langkah yang diambil dari segi pendidikan. Sehingga suatu hal yang wajar dengan adanya bimbingan dan penyuluhan itu diharapkan pendidikan akan berlangsung lebih lancar dan mengefektifkan program sekolah.44 Fungsi bimbingan ditinjau dari kegunaan atau manfaat ataupun keuntungan-keuntungan apa yang diperoleh melalui pelayanan tersebut. Fungsi-fungsi itu banyak namun dapat dikelompokkan menjadi empat fungsi pokok, yaitu: a. Fungsi Pemahaman Fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan
41 Priyatno, Drs. Ermawanti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), Cet. I, hal. 218.
43 Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu, 1989), hal. 30
42 Undang-undang RI. No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional dan Penjelasannya, (Bandung: Citra Umbara, 2003), hal. 7
44 Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Andi Offset, 1986), hal. 25.
58
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
Konsep Manajemen Kesiswaan Nurmadiah, M.A.
59
pengembangan peserta didik. b. Fungsi Penyaluran Fungsi bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik untuk memilih jurusan sekolah, jenis sekolah, dan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan minat, bakat dan ciri-cirikepribadian lainnya. c. Fungsi Adaptasi Fungsi membantu petugas-petugas di sekolah, khususnya guru, untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap minat, kemampuan dan kebutuhan para peserta didik. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai para peserta didik secara tepat, baik dalam mengelola dan memilih materi pelajaran yang tepat, atau dalam mengadaptasikan bahan pelajaran pada kecepatan dan kemampuan peserta didik. d. Fungsi Penyesuaian Fungsi bimbingan untuk membantu peserta didik memperoleh penyesuaian pribadi dan memperoleh kemajuan dalam perkembangannya secara optimal. Fungsi ini dilaksanakan dalam rangka mengidentifikasi, memahami, dan memecahkan masalah.45
d. Bantuan dan mekanisme bimbingan dalam pelaksanaannya dapat berjalan secara teratur dan mencapai tujuan diperlukan adanya administrasi yang baik serta perlengkapannya anggaran merupakan penunjang bagi ter e. Fasilitas dan laksananya program bimbingan di sekolah, seperti memberikan kesan nyaman, meny ruangan yang yang enangkan untuk pelaksanaan bimbingan.46 b. Pembinaan Disiplin Siswa Allah selalu memberikan contoh untuk berlaku di siplin sesuai dengan aturan. Sebagai contoh Allah menciptakan alam seisinya ini semua ditata sedemikian rupa, jika salah satu diantara yang ada tidak memenuhi aturan yang إنّ ادارة هى اإلصطالحة الذى يطلق على التوجيه والرقابة و دفع القوى العاملة ada, maka kelangsungan alam ini terancam. Dalam surat الى العمل فى المنشأة Yasin ayat 38 - 40 disebutkan :
4) Kegiatan-Kegiatan Bimbingan Ada beberapa kegiatan dalam bimbingan di sekolah, di antaranya adalah: a. Bimbingan pendidikan adalah bertujuan untuk membantu seseorang dalam memilih program yang tepat b. Bimbingan belajar ialah memberikan bantuan kepada individu dalam memecahkan kesulitan yang berhubungan dengan masalah belajar c. Bantuan dalam kesulitan belajar maksudnya agar siswa dapat memperoleh sukses dalam belajar secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya
Artinya: (38) dan matahari berjalan ditempat peredarannya. لديه رقيبlagi قول إال يلفظ من ما Demikianlah ketetapan yang Mahaعتيد Perkasa Maha mengetahui. (39) dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilahmanzilah, sehingga (setelah Dia sampai keًدَةmanzilah ع ِق ْي َ -ع ْقدًا َ – yang َعقَد َ ُ– يَ ْع ِقدterakhir) Kembalilah Dia sebagai bentuk tandan yang tua[1267]. (40) tidaklah mungkinَّ bagi َ matahari mendapatkan bulan dan اس َ ُاَّلل َّ صلَّى َ ع َْن أَبِي ه َُري َْرةَ قَا َل كَانَ النَّبِ ُّي َ عل ْي ِه َو ِ َّسل َم بَ ِارزً ا يَ ْو ًما ِللن malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing تِ ِه َو ُكت ُ ِبgaris َو َم َالكِ َتedarnya. َّ اإلي َمانُ أ َ ْن ت ُْم ِمنَ ِب ِاَّلل ِ ْ اإلي َمانُ قَا َل ِ ْ فَأَتَاهُ ِجب ِْري ُل فَقَا َل َما beredar ِهpada َوت ُْم ِمنَ ِبAwal س ِل ِه َوبِ ِل َقا ِك ِه ِا ْل َبعْثpada ُ َو ُرbulan, [1267] Maksudnya: bulan-bulan itu kecil berbentuk sabit, kemudian sesudah menempati manzilah-
45 Achmad Juntika Nurihsan, Akur Sudianto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMP Kurikulum 2004.(Jakarta: PT Grasindo, 2005), hal. 14-15.
46 Hendrat Soetopo dan Wasty Sumanto, Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hal. 134.
60
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
manzilah, Dia menjadi purnama, kemudian pada manzilah terakhir kelihatan seperti tandan kering yang melengkung. Demikian halnya penciptaan tatanan kehidupan manusia sehari-hari diperlukan suatu tatanan atau aturan sebagai pedoman agar tercapai suatu kehidupan yang teratur, rapi, harmonis, dan serasi. Disiplin sekolah ialah keadaan tertib dimana para guru, staf sekolah dan siswa yang tergabung dalam sekolah, tunduk kepada peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dengan senang hati.47 Disiplin siswa dimaksudkan untuk mengarahkan siswa agar tumbuh dan berkembang sesuai kapasitas dan kemampuan bakat dan minat serta menjadi pribadi yang utuh sebagai makhluk individu dan sosial, cerdas, terampil dan bermoral.48 Menurut asal-usul kata (etimologi), kata disiplin berasal dari bahasa Latin yakni discilpina dan merupakan bentuk kata dari discipulus yang berarti seseorang yang datang kepada orang lain dengan tujuan belajar, yaitu siswa (Oxford:). Sehingga dengan disiplin diperoleh sesuatu yang terkait dengan pengetahuan, sikap dan perilaku yang sesuai dengan aturan. Sedang dalam bahasa Inggris digunakan istilah discipline yang berarti (a method of) training to produce obedience end self control yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan “suatu metode/cara latihan mengembangkan ketaatan dan kendali diri. Dan selanjutnya dijelaskan bahwa self discipline (kendali diri) diartikan dengan the training of one self to controlone’s habits, actions, and desires (latihan seseorang untuk mengontrol kebiasaan, kegiatan dan nafsunya).49 Jadi kedisplinan siswa adalah sikap seorang murid yang patuh atau tunduk terhadap peraturan yang ada di lingkungan (sekolah). 47 Soekarto Indra Fachrudin dan Hidayat Soetopo, Op.Cit., hal.108. 48 Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan, 2003, Cet. III, hal. 77. 49 Nurul Huda, Bahan Penataran MOS: Disiplin dalam kehidupan sehari-hari, (Semarang: Ma’arif, 2003), hal. 24-25.
Konsep Manajemen Kesiswaan Nurmadiah, M.A.
61
1. Tujuan Disiplin Dalam dunia pendidikan, sangat diperlukan adanya disiplin sebagai alat yang mengikat dalam dunia pendidikan, dengan kedisiplinan anak dapat diarahkan, dibimbing dan dididik, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara optimal. Kebutuhan akan kedisiplinan sangat diperlukan dalam dunia pendidikan, berikut ini terdapat beberapa tujuan dari kedisiplinan. a. Menurut Charles Schaefer tujuan adanya disiplin dibedakan jadi dua macam yaitu : disiplin jangka panjang dan disiplin jangka pendek. Tujuan jangka pendek dari disiplin adalah membuat anak-anak terlatih dan terkontrol, dengan mengajarkan pada mereka bentuk-bentuk tingkah laku yang pantas atau masih asing bagi mereka. Sedang tujuan jangka panjang yaitu untuk pengembangan pengendalian diri sendiri dan pengarahan diri sendiri yaitu agar anak dapat mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh dan pengendalian dari luar.50 b. Eg. White mengatakan tujuan dari disiplin adalah mendidik seorang anak. Untuk memelihara diri, ia harus berstandar dalam mengendalikan diri.51 Berpijak dari berbagai tujuan yang dikemukakan di atas pada dasarnya tujuan kedisiplinan siswa adalah agar siswa terlatih dalam mengendalikan dan mengarahkan dirinya dalam lingkungan keberadaannya, sehingga timbul rasa tanggung jawab dan kematangan dari dirinya sendiri demi kebahagiaan untuk hidup masa depan. 2. Fungsi-fungsi Disiplin a. Membangun Kepribadian. Kepribadian adalah keseluruhan sifat, tingkah 50 Charles Schafer, Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, (Jakarta: Mitra Utama, 1994), hal. 3. 51 Eg. White, Mendidik dan Membimbing Anak, (Bandung: Publishing House, 1994), hal. 213
62
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
laku dan pola hidup seseorang yang tercermin dalam penampilan, perkataan, dan perbuatan sehari-hari, sifat, tingkah laku dan pola hidup pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan, keluarga, pergaulan, dan sekolah. Disiplin yang diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh karena itu, dengan disiplin, seorang anak dibiasakan mengikuti, mematuhi, dan mentaati aturan-aturan yang berlaku. Kebiasaan itu, lama-kelamaan masuk ke dalam kesadaran dirinya sendiri sehingga akhirnya menjadi kepribadiannya. Disiplin telah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Singgih D. Gunarso dalam Tulus Tu’u mengatakan bahwa fungsi disiplin adalah untuk mengajarkan mengendalikan diri dengan mudah, menghormati, dan mematuhi otoritas.52 b. Terciptanya Lingkungan Kondusif. Sekolah sebagai ruang lingkungan pendidikan perlu menjamin terselenggaranya proses pendidikan yang baik. Kondisi yang baik bagi proses tersebut adalah kondisi aman, tentram, tertib dan teratur, saling menghargai, dan hubungan pergaulan yang baik. Apabila kondisi ini terwujud sekolah akan menjadi lingkungan kondusif bagi kegiatan dan proses pendidikan. Sebab unsur yang menghambat proses pendidikan dapat diatasi dan diminimalkan oleh situasi kondusif tersebut. c. Melatih Kepribadian. Kepribadian yang tertib, teratur, dan patuh perlu dibiasakan dan dilatih. Pola hidup seperti itu mustahil dapat terbentuk begitu saja. Hal ini membutuhkan waktu dan proses yang butuh waktu lama, perlu adanya latihan, pembiasaan diri, mencoba, 52 Tulus Tu’u, Peran Disiplin terhadap Prilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: Grasindo, 2004), hal. 42.
Konsep Manajemen Kesiswaan Nurmadiah, M.A.
63
dan berusaha dengan gigih. d. Menata Kehidupan Bersama. Dalam hubungan bersama diperlukan norma, nilai peraturan untuk mengatur agar kehidupan dan kegiatan dapat berjalan dengan baik dan lancar. Kepentingan individu yang satu tidak berbenturan dengan kepentingan individu yang lain. Jadi fungsi disiplin adalah mengatur tata kehidupan manusia dalam kelompok tertentu atau dalam masyarakat dengan begitu hubungan individu satu dengan yang lain menjadi baik dan lancar.53 Kegiatan pembinaan disiplin siswa dapat dilaksanakan melalui kegiatan organisasi kesiswaan (OSIS), kegiatan kokurikuler, dan ekstrakurikuler. a. Kegiatan Organisasi Siswa (OSIS) OSIS merupakan organisasi murid yang resmi diakui dan diselenggarakan di sekolah dengan tujuan melatih kepemimpinan murid serta memberi wahana bagi murid untuk melakukan kegiatan-kegiatan ko-kurikuler yang sesuai, oleh karena itu supaya pembinaan administrasinya terutama menyangkut pembinaan pengelolaan organisasi dan kegiatannya, apapun kegiatannya yang dikembangkan hendaknya selalu dalam rangkaian dan tujuannya, yaitu pengembangan pengetahuan dan kemampuan penalaran, pengembangan keterampilan dan pengembangan sikap, selaras dengan tujuan sekolah yang tertuang dalam kurikulum.54 OSIS merupakan satu-satunya wadah untuk menampung dan menyalurkan kreativitas siswa baik melalui kegiatan ko-kurikuler maupun ekstrakurikuler dalam menunjang tercapainya 53 Ibid, hal. 38. 54 M. Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT Asdi Maha Satya, 2001), hal. 62.
64
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
Konsep Manajemen Kesiswaan Nurmadiah, M.A.
keberhasilan kegiatan kurikuler di sekolah.55 Adapun fungsi OSIS ialah pembinaan siswa. Pembinaan siswa mempunyai tujuan, agar siswa nantinya bisa menjadi warga negara yang baik dan berguna, yaitu sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, cerdas dan terampil, berbudi pekerti luhur, berkepribadian dan bersemangat kebangsaan, menjadi manusia-manusia pembangunan, yang mampu membangun dirinya sendiri dan bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.56 Nilai-nilai dari OSIS adalah nilai berorganisasi. Pengalaman-pengalaman berorganisasi ini diantaranya adalah: 1) Pengalaman memimpin Khususnya ini bagi anggota pengurus, yang duduk sebagai ketua organisasi maupun ketua-ketua seksi. 2) Pengalaman bekerja sama Seluruh pengurus dan juga anggota, untuk melaksanakan program-programnya harus saling bekerja sama. 3) Hidup demokratis Dalam organisasi tidak bisa seseorang memaksakan kehendaknya begitu saja kepada orang lain anggota organisasi tersebut. Semua anggota mempunyai hak dan kedudukan yang sama. 4) Berjiwa toleransi Anggota dari suatu organisasi bisa mempunyai pendapat dan pandangan yang berbedabeda. Setiap anggota harus rela menerima keberadaan itu, dan berusaha memadukannya 55 Depdikbud, Pedoman Umum Penyelenggararaan Administrasi Sekolah Menengah, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), Cet.I, hal. 351 56 Soekarto Indra Fachrudindan dan Hidayat Soetopo, Op. Cit., hal. 148
65
menjadi suatu yang berguna. 5) Pengalaman mengendalikan diri Pengalaman ini meliputi pengalaman bagaimana merencanakan program-program kegiatan, bagaimana mengorganisasi kegiatan-kegiatan, bagaimana menggerakkan dan mengarahkan orang-orang, menilai dan mengukur keberhasilan dari suatu kegiatan.57 b. Kegiatan Ko-Kurikuler Namun kegiatan ko-kurikuler masih tetap berhubungan dengan mata pelajaran sekolah seperti drama, tilawatil Qur’an, kegiatan ilmiah remaja, ini untuk menambah pengetahuan siswa, dan kegiatan olah raga yang dipelajari di sekolah. Tujuan kegiatan ko-kurikuler adalah sebagai berikut: 1) Pengembangan kepemimpinan 2) Perbaikan moral siswa 3) Praktek proses demokrasi 4) Pembangunan sosial dan agama 5) Meningkatkan rasa tanggung jawab diantara siswa 6) Pelestarian tradisi budaya, agama, masyarakat, dan sekolah.58 Beberapa kegiatan ko-kurikuler yang ada di madrasah antara lain : 1) Pengembangan atletik dan fisik 2) Pidato dan drama 3) Jurnalistik 4) Tilawatil Qur’an 5) Rekreasi 6) Hobbi 7) Pembangunan sosial 8) Klub 57 Ibid, hal. 127. 58 Ghulam Farid Malik, Pedoman Manajemen Madrasah, (Yogyakarta: FkBA, 2000), hal. 77-78
66
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
9) Pramuka, dan lain-lain.59 c. Kegiatan Ekstra Kurikuler Yang dimaksud ekstra kurikuler di sini adalah kegiatan pendidikan yang dilaksanakan sekolah, namun pelaksanaanya diluar jam-jam pelajaran resmi. Artinya di luar jam-jam pelajaran yang tercantum dalam jadwal pelajaran.60 Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di luar kelas dan di luar jam pelajaran (kurikulum) untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki peserta didik (siswa) baik berkaitan dengan aplikasi ilmu pengetahuan yang didapatkannya maupun dalam pengertian khusus untuk membimbing siswa dalam mengembangkan potensi dan bakat yang ada dalam dirinya melalui kegiatan-kegiatan yang wajib maupun pilihan.61 4. Monitoring Monitoring adalah suatu proses pemantauan untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan suatu kegiatan yakni manajemen kesiswaan. Kegiatan monitoring adalah suatu kegiatan memonitor atau mengawasi seluruh aktivitas yang dilakukan oleh seluruh warga sekolah, dalam hal ini difokuskan pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa.62 Kegiatan monitoring ini dapat dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang dilakukan oleh siswa dan kegiatan monitoring secara tidak langsung dengan mendengarkan laporan dari orang yang terlibat dalam kegiatan. Jadi fokus monitoring adalah proses pelaksanaan manajemen kesiswaan, bukan pada hasil. Sehingga tujuan monitoring adalah untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan 59 Ibid, hal. 73. 60 Ibid, hal. 122. 61 Departemen Agama RI, Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Umum dan Madrasah, (Jakarta:Depag, 2004), hal.10 62 Puslitbang, Op.Cit., hal. 93.
Konsep Manajemen Kesiswaan Nurmadiah, M.A.
67
untuk pengambilan keputusan. Apa yang harus dilakukan dan bagaimana langkah melakukannya dengan dasar hasil monitoring tersebut.
D. Penutup Manajemen Peserta didik atau Pupil Personnel Administration adalah layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan dan pengawasan siswa di kelas dan luar kelas. Seperti : pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti penggembangan keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang di sekolah.Tujuan Manajemen Peserta Didik adalah mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses pembelajaran di lembaga pendidikan (sekolah). Lebih lanjut, proses pembelajaran di lembaga tersebut (sekolah) dapat berjalan lancar, tertib, dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan. Sedangkan fungsinya adalah sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangakan diri seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosial, aspirasi, kebutuhan, dan segi-segi potensi peserta didik lainnya. Adapun prinsip-prinsip Manajemen Peserta Didik antara lain adalah penyelenggara harus mengacu pada peraturan yang berlaku pada saat program dilaksanakan. Manajemen Peserta Didik harus mempunyai tujuan yang sama dan atau mendukung terhadap tujuan. Segala bentuk kegiatan haruslah mengemban misi pendidikan dan dalam rangka mendidik peserta didik, diupayakan untuk mempersatukan peserta yang mempunyai keragaman latar belakang dan punya banyak perbedaan, sebagai upaya pengaturan terhadap pembimbingan peserta didik, mendorong dan memacu kemandirian peserta didik, fungsional bagi kehidupan peserta didik, baik di sekolah lebih-lebih di masa depan.
68
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
Daftar Pustaka Achmad Juntika Nurihsan, Akur Sudianto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMP Kurikulum 2004. (Jakarta: PT Grasindo, 2005) Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan Sekolah, (Jakarta: bumi Aksara, 1991), cet.I Ary Gunawan, Administrasi Sekolah; Administrasi Pendidikan Mikro, (Jakarta: PT RinekaCipta, 1996), Cet.I. Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Andi Offset, 1986) Charles Schafer, Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, (Jakarta: Mitra Utama,1994) Dann Suganha, Kepemimpinan di Dalam Administrasi, (Bandung: Sinar Baru, 1986) Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (CV Adi Grafika, 1994) Departemen Agama RI, Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam Pada SekolahUmum dan Madrasah, (Jakarta:Depag, 2004) Depdikbud, Pedoman Umum Penyelenggararaan Administrasi Sekolah Menengah, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), Cet.I Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000) Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu,1989) E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2003), cet. III dan IV Eg. White, Mendidik dan Membimbing Anak, (Bandung: Publishing House, 1994) Ghulam Farid Malik, Pedoman Manajemen Madrasah, (Yogyakarta: FkBA, 2000) Hadari Nawawi, Administrai dan Organisasi Bimbingan dan Penyuluhan, (Jakarta: GhaliaIndonesia, 1983) Harbangan Siagin, Administarsi Pendidikan suatu Pendekatan Sistemik, (Semarang:PT Satya Wacana, 1989), Cet.I, Hendrat Soetopo dan Wasty Sumanto, Pengantar Operasional Admin-
Konsep Manajemen Kesiswaan Nurmadiah, M.A.
69
istrasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982) Ibrahim Ishmat Mutthowi, Al-Ushul Al-Idariyah li al-Tarbiyah, (Riyad: Dar al-Syuruq, 1996) Imam Abi Zakariya bin Syaraf An Nawawi ad Dimsyaqi, Riyadhus Sholihin, (Beirut: Resalah Publisher, 2000) Iwa Sukiswa, Dasar-Dasar Umum Manajemen Pendidikan, (Bandung: Tarsito, 1986) John Adair, Effective Leadership; A Self-Development Manual, Penerjemah Andre Asparyasogi, Menjadi Pemimpin Efektif, (Jakarta: PT Gramedia, 1994), cet. IV John M. Echol dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta : PT Gramedia, 1996), cet. XXIII J. Riberu, Dasar-Dasar Kepemimpinan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992) Kadarmansi dan Jusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: PT Gramedia PustakaUtama, 1992) Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), cet. X Marasudin Siregar, Pengelolaan PEngajaran; suatu Dinamika Profesi Keguruan, dalam Chabib Thoha (eds), PBM-PAI di Sekolah; Eksistensi Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), cet. I M. Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT Asdi Maha Satya, 2001) Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000) Nanih Machendrawaty, Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam dari Ideologi, Strategi sampai Tradisi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001) Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1995), cet. VII Nurul Huda, Bahan Penataran MOS: Disiplin dalam kehidupan seharihari, (Semarang:Ma’arif,2003) Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan; Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional, (Bandung: Angkasa, 1989) Peter P. Schoderbek, et.al., Management, (Florida: Harcourt Brace Jovanovich Inc., 1988)
70
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan, 2003, Cet. III Priyatno, Drs. Ermawanti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT RinekaCipta, 1999), Cet. I Soebagio Atmodiwirio, Manajemen Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Ardadizya Jaya, 2000) Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pemeblajaran; untuk Membantu MemecahkanProblematika Belajar dan Mengajar, (Bandung: CV. Alfabet, 2004) Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: CV. Alfabet, 2000) Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta: Bumi Aksara, 1995) Tulus Tu’u, Peran Disiplin terhadap Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: Grasindo, 2004) Undang-undang RI. No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional dan Penjelasannya, (Bandung: Citra Umbara, 2003)
Konsep-Konsep Dasar Pendidikan Islam Terpadu Ridhoul Wahidi, M.A. Kaprodi ilmu al-Qur’an & Tafsir Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universtas Islam Indragiri (UNISI) Tembilahan Riau Abstark Pendidikan Islam terpadu merupakan tipe atau model pendidikan yang utuh menyeluruh (syumul), integral, bukan parsial. Konsep-konsep Pendidikan Islam terpadu dibagi menjadi dua aspek besar. Aspek internal meliputi bidang aqidah dan pendidikan hati. Aspek berikutnya adalah eksternal yang meliputi akhlak, jasmani dan rohani, sosial, intelektual, dan seks. Konsep-konsep tersebut menjadi dasar pendidikan Islam terpadu yang kemudian dapat dikembangkan dan dipadukan demi terwujudnya pendidikan yang integral sesuai dengan petunjuk al-Qur’an dan Sunnah Rasul dan tercapainya baldatun tayyibatun ghofur.
Key Words: Konsep Dasar, Pendidikan Islam, Terpadu
A. Pendahuluan Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang memiliki dua dimensi yaitu dimensi ruhani dan material. Manusia pada sisi materi dituntut agar dapat mempertahankan keberlangsungan hidup di dunia. Pada sisi lain, ia juga dituntut mempertahankan sisi ruhaninya, agar ada keseimbangan, tidak berlebihan pada sisi materi atau sisi ruhaninya.1 Untuk menyeimbangkan dua dimensi di atas manusia berusaha untuk melakukan segala hal yang dianggap penting demi menjaga dua dimensi tersebut agar tidak berubah dari fungsinya. Salah satu caranya adalah melalui pendidikan Islam,2 yang mana pendidikan ini dapat membantu manusia mengembangkan potensi-potensi yang 1 Kholil al Masawi. Bagaimana Membangun Kepribadian Islam Sejati. (Jakarta : lentera. 2002), hlm. 65 2 Pendidikan Islam diartikan sebagai proses membimbing dan mengarahakan pertumbuhan dan perkerbangan anak didik agar menjadi manusia dewasa sesuai tujuan pendidikan Islam;menanamkan takwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran dalam rangka membentak manusia yang berkepribadian dan berbudi luhur menurut ajaran islam. Baca lebih lanjut, M, Arifin. Ilmu Pendidikan Islam;Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. (Jakarta: Bumi Aksara. 2003), hlm. 29
72
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
dimilikinya terkondisi secara maksimal. Disisi lain, agar pendidikan Islam tidak terjebak pada sikap menutup diri, eksklusif yang berakibat ketinggalan zaman atau membukakan diri dengan resiko dapat kehilangan jati diri atau kepribadian, maka kaum Muslimi harus kembali melihat pada dasar-dasar ajarannya. Pendidikan Islam dengan begitu harus disandarkan pada telaah filosofis antropologis, yang menjadikan al-Qur’an dan al-Sunnah, Ijma’ dan Qiyas sebagai dasarnya. Pentingnya melihat aspek filosofis antropologis yang berdasar pada sumber hukum Islam ini, dengan pertimbangan karena melihat situasi dan kondisi sosiologis yang sedang mengalami pergeseran nilai pada setiap ruas dan sendi kehidupan manusia, termasuk nilainilai budaya yang mulai tercerabut dari akarnya. Nilai sosial yang banyak terilhami oleh rembesan pergaulan bebas dari dunia Barat lewat berbagai tindakan propagandis, nilai ekonomi yang sudah cenderung pada sistem kapitalis dan bahkan pergeseran nilai-nilai kemanusiaan yang lain. Pada era globalisasi seperti saat ini para peserta didik menghadapi berbagai masalah global yang membentur dunia masa kini dengan dunia masa depan.3 Kehidupan seperti saat ini sangat berpengaruh pada kebiasaan dan sikap peserta didik dalam bidang agama, karena jika sikap peserta didik itu tidak diarahkan dan dikembangkan dalam nilai-nilai yang sesuai dengan ajaran Islam maka akan sangat mustahil peserta didik dapat menyerap ilmu yang didapat dalam jenjang pendidikan sekolah akan diinternalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sebenarnya dalam agama Islam telah ada peta konsep dasar pendidikan Islam terpadu, dimana konsep dasar tersebut belum diaplikasikan secara maksimal. Pada tulisan ini, penulis mencoba mengurai konsep-konsep dasar pendidikan Islam terpadu dalam bingkai susunan makalah. Penulis membagi menjadi dua aspek be3 Benturan antara dunia masa kini dengan dunia masa depan sekarang ini membawa dampak kepada : (a) kemajuan IPTEK dalam bidang informasi serta inovasi-inovasi baru didalam teknologi yang mempermudah kehidupan manusia, (b) kehidupan masyarakat yang semakin kompetitif, (c) meningkatnya kesadaran terhadap hak-hak asasi manusia serta kewajiban dalam kehidupan bersama. Baca lebih lanjut, Fathimah, Psikologi Perkembangan;Perkembangan Peserta Didik. (Bandung : Pustaka Setia, 2006), hlm. 168
Konsep-Konsep Dasar Pendidikan Islam Terpadu Ridhoul Wahidi, M.A.
73
sar. Aspek pertama adalah internal, meliputi aqidah dan pendidikan hati. Aspek kedua adalah eksternal, diantaranya akhlak, pendidikan jasmani, pendidikan sosial, pendidikan akal, dan pendidikan seks. Konsep-konsep tersebut dapat diaplikasikan dan dapat diterapkan dalam dunia pendidikan Indonesia sebagai solusi kongkrit demi terwujudnya baldatun tayyibatun wa rabbul ghafur dan sesuai dengan Undang undang dasar Negara ini.4
B. Pembahasan 1. Pengertian Pendidikan Islam Ada tiga istilah yang umum digunakan dalam pendidikan Islam, yaitu al-tarbiyah, al-ta’lim, dan al-ta’dib. Tarbiyah mengandung arti memelihara, membesarkan dan mendidik yang ke dalamnya sudah termasuk makna mengajar atau ‘allama-yu’allimu.5 Berangkat dari pengertian ini tarbiyah6 didefinisikan sebagai proses bimbingan terhadap potensi manusia (jasmani, ruh dan akal) secara maksimal agar dapat menjadi bekal dalam menghadapi kehidupan dan masa depan. Ta’lim mengandung arti pengajaran yaitu mencerdaskan otak manusia. At-ta’dib mengandung arti pendidikan yang bersifat khusus yaitu memperluas adab kesopanan dan mempertinggi akhlak. Ahmad Tafsir mengartikan pendidikan Islam dengan 4 Bangsa Indonesia telah merdeka 68 tahun yang lalu (1945-2013). Citacita dan tujuan para pendiri bangsa ini tidak hanya merdeka dari penjajahan fisik tapi merdeka dari kebodohan. Untuk merealisasikan hal tersebut, para pendahulu Negara ini mencantumkan tentang pentingnya mencerdaskan bangsa ke dalam Undang undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pada alenia ke empat, “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan Kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia…”. 5 Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. (Bandung: Remaja Rosdakarya, cet.5), hlm. 109 6 Tarbiyah dari kata Rabb atau Rabba mengacu kepada Allah sebagai Rabb al alamin. Hal ini dapat mengandung pengertian bahwa terdiri dari empat unsur. Pertama, menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang dewasa (baligh); Kedua, mengembangkan seluruh potensi; Ketiga, mengarahkan seluruh fitrah dan potensi menuju kesempurnaan; dan Keempat, dilaksanakan secara bertahap.
74
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
bimbinganyang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai ajaran Islam. Dengan kata lain, pendidikan Islam menurutnya adalah bimbingan terhadap seseorang agar ia menjadi muslim secara maksimal (kaffah).7 2. Pengertian Pendidikan Islam Terpadu Istilah “terpadu” dalam sistem pendidikan dimaksudkan sebagai penguat bagi Islam itu sendiri. Maksudnya, Islam yang utuh menyeluruh (kaffah) integral bukan parsial. Artinya pendidikan tidak hanya berorientasi pada satu aspek saja. Sistem pendidikan yang ada harus memadukan unsur pembentukan sistem pendidikan yang unggul. Islam memandang pendidikan sebagai sesuatu yang identik dan tidak terpisahkan dari asal mula penciptaan manusia. Manusia itu sendiri yaitu jasad, ruh, intelektualitas. Dengan demikian, pendidikan dalam pandangan Islam meliputi tiga aspek yang tidak dapat dipilah-pilah yang meliputi pendidikan jasad, pendidikan ruh, dan pendidikan intelektualitas. Ketiga bentuk pendidikan tersebut tidak mungkin dan tidak akan dibenarkan pemilahannya dalam ajaran Islam. Sebagaimana telah dijelaskan, pendidikan berhubungan langsung dengan komposisi kehidupan manusia. Memilah-milah pendidikan manusia berarti memilah- milah kehidupannya. Secara fundamental, pendidikan Islam terpadu berupaya menginternalisasikan nilai-nilai Islam (ruh Islami, jiwa Islam) melalui proses pendidikan Islam ke dalam seluruh aspek pendidikan. Tujuan utamanya adalah memadukan nilai-nilai sains dan teknologi dengan keyakinan, kesalehan dalam diri peserta didik. 3. Prinsip-Prinsip Umum Pendidikan Islam Melihat pembahasan ini sangat luas, penulis membatasi pada prinsip-prinsip umum yang mendasari tujuan, kurikulum, metode, murid dan guru, lingkungan dan evaluasi pendidikan Islam. Tujuannya adalah mampu mendeskripsikan prinsip-prinsip umum pendidikan Islam tersebut. a. Visi Pendidikan Islam Pendidikan Islam yang dilakukan Rasulullah di Makkah 7 Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. (bandung : Remaja Rosda karya,1994), hlm.32
Konsep-Konsep Dasar Pendidikan Islam Terpadu Ridhoul Wahidi, M.A.
75
kepada para sahabat pada saat itu bertujuan membina pribadi Muslim agar menjadi umat yang berjiwa kuat dan menjadi masyarakat Islami, pendakwah (muballigh), dan pendidik yang baik.8 Kemudian setelah hijrah, pendidikan Islam mengalami perkembangan dan diarahkan, disamping membentuk kader Islam, juga diarahkan membina aspek aspek kemanusiaan dalam menjaga dan mengelola kesejahteraan alam ini.9 Visi dari pendidikan Islam adalah sesuai dengan tujuan hidup manusia,10 sebab pendidikan hanyalah sebagai media yang digunakan oleh manusia untuk memelihara keberlanjutan hidup, baik sebagai individu maupun masyarakat. Ada beberapa prinsip yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam, diantaranya adalah universal,11 keseimbangan dan kesederhanaan, kejelasan, realisme dan realisasi, dan dinamisme.12 b. Kurikulum Pendidikan Islam Kurikulum merupakan bidang kajian ilmiah yang bisa dikatakan baru ada pada awal abad ke 20.13 Pada awalnya kurikulum pendidikan Islam hanya berkisar pada bidang tertentu dan ilmu-ilmu agama mendominasi dilembaga formal. Pada 8 Abudin Nata (ed.). Sejarah Pendidikan Islam, Pada Periode Klasik dan Pertengahan. (Jakarta: Rajawali Press. 2004 ), hlm. 11 9 Ibid, hlm. 11. Dalam buku Filsafat Pendidikan Islam karya Abudin Nata, beliau menjelaskan visi pendidikan Islam sesungguhnya melekat pada visi ajaran Islam itu sendiri yang terkait dengan visi kerasulan Nabi Adam sampai kerasulan Muhammad Rasulullah Saw, yakni membangun sebuah kehidupan manusia yang patuh dan tunduk kepada Allah serta membawa rahmat bagi seluruh alam. Lebih lanjut baca, Abudin Nata. Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Gaya Media Pratama. 2005), hlm. 30 10 Hal ini tercermin dalam surat al An’am ayat 162. 162. Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. 11 Prinsip pendidikan Islam bersifat menyeluruh dan tidak kaku (rigid). Baik dalam pandangannya terhadap agama, manusia, masyarakat dan kehidupan. Agama Islam berusaha membina individu sebagaimana ia membina masyarakat dan menghargainya sekaligus. Dengan demikian, pendidikan Islam tidak bersifat ekslusif. 12 Abudin Nata (ed.). Sejarah Pendidikan Islam, hlm.11 -14 13 G. A. Beuchamp. Curriculum Theory. (Wilmeter: The Kagg Press, 1968), hlm. 26
76
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
perkembangannya kurikulum semakin meluas dan dampaknya adalah diperlukannya prinsip-prinsip umum yang menjadi dasar penyusunan kurikulum pendidikan Islam. Diantaranya adalah ruh Islamiyah, universal, keseimbangan, sesuai dengan perkembangan psikologi, dan memperhatikan lingkungan sosial.14 c. Metode Pendidikan Islam Metode merupakan hal terpenting dalam proses ilmu pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik. Sehingga terjadi proses internalisasi dan pemilikan ilmu oleh peserta didik. Pentingnya metode mengharuskan pendidik memahami proses belajar mengajar dan metodenya serta memahami syarat-syarat berlakunya proses belajar, juga prinsip-prinsip umum yang menjadi dasar bagi teori-teori dalam proses belajar mengajar. Setidaknya ada empat prinsip yang harus diketahui dalam metode pendidikan Islam. Diantaranya adalah menjaga tujuan pelajaran, kesesuaian dengan psikologi anak, memelihara tahapan kematangan, dan partisipasi praktikal.15 d. Murid dan Guru dalam Pendidikan Islam Pola hubungan antara murid dan guru bukan sebagai ‘pengajar’, tapi lebih kepada ‘pembimbing’. Sebab seorang pembimbing lebih cenderung berfungsi sebagai fasilitator atau petunjuk jalan ke arah penggalian potensi peserta didik. Pola hubungan tersebut dapat diambil prinsip prinsipnya, yaitu humanistik,16 kesetaraan dan demokratis.17 e. Lingkungan Pendidikan Islam Poin ke lima ini menunjukkan pada situasi dan kondisi yang mengitari dan memiliki pengaruh terhadap perkemban14 Abudin Nata (ed.). Sejarah Pendidikan Islam, hlm.16-17 15 Abudin Nata (ed.). Sejarah Pendidikan Islam, hlm.18-19 16 Dalam proses belajar mengajar dominasi tidak saja pada guru atau siswa, tapi lebih kepada proses keberlangsungan belajar dengan dasar dasar kemanusiaan. Mengajar dnegan kerendahan hati dan mengarahkan sesuai dengan kecenderungan anak didik. 17 Dalam prinsip ini bukan guru yang menduduki posisi lebih tinggi dibandingkan murid, tapi antara guru dan murid berada dalam posisi yang sama memiliki kesederajatan dalam proses pembelajaran.
Konsep-Konsep Dasar Pendidikan Islam Terpadu Ridhoul Wahidi, M.A.
77
gan pribadi peserta didik. Realitanya dalam lingkungan pendidikan Islam kondisi dan situasi yang digunakan untuk proses belajar mengajar adalah di Masjid, rumah, perpustakaan, kuttab, madrasah, dan Universitas. Lingkungan lingkungan tersebut berfungsi menunjang terjadinya proses belajar mengajar dengan aman, tertib, dan berkesinambungan.18 f. Evaluasi Pendidikan Islam Rangkaian akhir dari proses suatu pendidikan adalah evaluasi. Evaluasi dalam pendidikan Islam menggariskan tolak ukur yang serasi dengan tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek dimaksud adalah membimbing manusia agar selamat di dunia dan jangka panjangnya adalah membimbing manusia untuk kesejahteraan di akhirat kelak. Dalam hal ini ada empat prinsip yang ditekan, yakni objektivitas, keadilan, kejujuran, dan keterbukaan.19 4. Konsep-konsep Dasar Pendidikan Islam Terpadu Pendidikan merupakan lembaga utama yang memiliki peranan penting dalam membangun dan menumbuhkembangkan peradaban. Maju mundurnya peradaban ditentukan oleh pendidikan. Bahkan peradaban dan kebudayaan umat ini tidak akan pernah muncul tanpa ada lembaga yang mengarahkan manusia ke arah tersebut. Lebih jauh, pendidikan tidak hanya membangun, tapi juga memberikan pola dan model terhadap peradaban itu sendiri. Alhasil, pola dan model yang berbeda akan menghasilkan bentuk dan model yang berbeda pula. Ketika pola pendidikan menggunakan pola sekuler, mau tidak mau akan menghasilkan dan melahirkan pendidikan sekuler. begitu pula dengan pendidikan Islam akan melahirkan peradaban Islami. Pendidikan Islam memiliki konsep-konsep dasar terpadu yang sebenarnya telah ada, namun belum teraplikasikan secara utuh. Konsep-konsep Pendidikan Islam terpadu yang dimaksud oleh penulis dibagi menjadi dua aspek besar. Aspek internal (aqidah dan pendidikan hati) dan aspek eksternal (akhlak, jasmani dan rohani, sosial, intelektual, dan seks) 18 Abudin Nata (ed.). Sejarah Pendidikan Islam, hlm. 22 19 Abudin Nata (ed.). Sejarah Pendidikan Islam, hlm. 23-26
78
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. No. 1, April 3, 2014
a. Internal عتيدAspek لديه رقيب (قول إالal–Awamil ما يلفظ منal–Dhakhiliyyah) 1) Aqidah Secara etimologis (lughatan), aqidah berasal dari kata ًع ِق ْيدَة َ -ع ْقدًا َ – ُعقَدَ – يَ ْع ِقد َ yang berarti simpulan, ikatan, perjanjian dan kokoh. Setelah terbentuk menjadi ‘aqidah maka diartikan sebagai iman, kepercayaan dan keyakinan.20 Relَّ كَانَ النantara سلَّ َم ب َ ُاَّلل َُري َْرةَ قَا َلkata ‘أَبِي هaqdan ع َْنdan ‘aqidah adalah keyakinan itu َّ صلَّى َ بِ ُّيevansi َ علَ ْي ِه َو tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat اَّلل َّ اإلي َمانُ أَ ْن ت ُْم ِمنَ ِب ِ ْ اإلي َمانُ َقا َل ِ ْ َفأَتَاهُ ِجب ِْري ُل َف َقا َل َما dan mengandung perjanjian. Meminjam pendapatnya Hasَس ِل ِه َوت ُْم ِمن ِبا ْلبَعal-Banna ِه َو ُرdikutip ِْثsan َِو ِب ِل َقاك ُ yang Yunahar Ilyas, secara terminologis (isthilahan) yang dimaksud dengan aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.21 Aqidah merupakan pokok ajaran Islam yang berbicara tentang kepercayaan dan keyakinan yang tumbuh dan dibicarakan atas dasar ajaran agama Islam. Bisa dikatakan pula berkaitan dengan kepercayaan yang sesuai dengan kenyataan yang dikuatkan dengan dalil.22 Meminjam sistematika Hassan Al-Banna, ruang lingkup pembahasan aqidah adalah yang berkaitan dengan ilahiyat,23 nubuwat,24 ruhaniyat,25 dan sam’iyyat.26 Kesemua 20 Syahminan Zaini. Kuliah Aqidah Islam. (Surabaya: Al-Ikhlas, t.t.h), hlm. 50. Baca juga Yunahar Ilyas. Kuliah Aqidah Islam. (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam, 2007), hlm. 1 21 Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, hlm. 1 22 Syahminan Zaini, Kuliah Aqidah Islam, hlm. 50 23 Pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ilah (Tuhan, Allah)seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah, af’al Allah dan lainlain. 24 Pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul, termasuk pembahasan tentang Kitab-kitab Allah, mu’jizat, karamah dan lainlain. 25 Pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik seperti malaikat, jin, iblis, syaitan, roh dan lain sebagainya. 26 Pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sam’i (dalil naqliberupa al-Qur’an dan sunnah) seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur,
Konsep-Konsep Dasar Pendidikan Islam Terpadu
يطلق على التوجيه والرقابة و دفع القوى العاملة إنّ ادارة هى اإلصطالحة الذى Ridhoul Wahidi, M.A. 79 الى العمل فى المنشأة
kepada yang berkaitan dengan aqidah inibersumber al
Qur’an dan sunnah, apa yang tercantum di dalamnya dan apa yang disampaikan Rasulullah wajib diimani, diyakini dan diamalkan. Adapun fungsi akidah adalah sebagai dasar, diibarat kan pondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggi bangunan yang akan didirikan, harus semakin kokoh pondasi yang dibuat. Oleh karena itu, akidah merupakan hal yang paling utama sebagai pegangan dalam meyakini sesuatu. Pendidikan iman harus menjadi prioritas dalam لديه رقيب قول إالyang يلفظ من ما pengembangan peserta didik.عتيد Dengan imam benar akan memiliki sikap mental positif dan baik dalam kehidupannya. Nabi Muhammad Saw memberikan pendidikan keًع ِق ْيدَة َ -ع ْقدًا َ – ُعقَدَ – يَ ْع ِقد َ pada para sahabat dengan memberikan penjelasan bagaimana bentuk iman kepada Allah. اس َ ُاَّلل َّ صلَّى َ ع َْن أ َ ِبي ه َُري َْرةَ قَا َل كَانَ النَّ ِب ُّي َ علَ ْي ِه َو ِ َّسلَّ َم بَ ِارزً ا يَ ْو ًما ِللن اَّللِ َو َم َالكِ َتتِ ِه َو ُكت ُ ِب ِه َّ اإلي َمانُ أ َ ْن ت ُْم ِمنَ ِب ِ ْ اإلي َمانُ قَا َل ِ ْ فَأَتَاهُ ِجب ِْري ُل فَقَا َل َما ِس ِل ِه َوت ُْم ِمنَ ِبا ْل َبعْث ُ َو ِب ِل َقا ِك ِه َو ُر
Artinya: Dari Abu Hurairah, ia berkata, pada suatu hari, Rasulullah saw. muncul di antara kaum muslimin. Lalu datang Jibril, kemudian bertanya: Apakah Iman itu? Rasulullah saw. menjawab: Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitabkitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, rasul-rasul-Nya dan kepada hari berbangkit. (Hr. Muslim) Dari hadis tersebut dapat dipahami Nabi mengajarkan tentang tujuan pendidikan Islam. Tujuan pendidikan tersebut dalam bentuk iman kepada Allah, Malaikat, kitab, rasul, dan mempercayai hari kebangkitan. Pentingnya pendidikan iman perspektif Yusuf Qardhawi, iman merupakan benteng yang mampu menjaga seorang mukmin agar tidak berlaku kejahatan. Kehidupan yang lepas dari iman merupakan kehidupan yang tidak mengandung kebaikan, kemuliaan, dan tanda-tanda kiamat, surga neraka danalin sebagainya.
80
زي َدKonsep-Konsep َحدَّث َ َنا َجPendidikan ير ْبنُ ِهش ٍَام دُ َحدَّث َ َناTerpadu ع ْم ٌرو النَّا ِق َ َحدَّثَنَا ُ ِ َكثIslam ِ َ ْعفَ ُر ْبنُ بُ ْر َقانَ ع َْن يDasar Ridhoul Wahidi, M.A. َ ْن ْاْل81 َ ُاَّلل َّ َّسلَّ َم إِن َّ ص َّلى َ اَّلل َ َ ع َل ْي ِه َو ُ ص ِ ّم ع َْن أ َ ِبي ه َُري َْرةَ َقا َل قَا َل َر ِ َّ سو ُل َاَّلل ِ ب ُ ص َو ِر ُك ْم َوأ َ ْم َوا ِل ُت ْم َو َل ِت ْن يَ ْن ُ َال يَ ْن ظ ُر ِإ َلى ُقلُو ِب ُت ْم َوأ َ ْع َما ِل ُت ْم ُ ظ ُر ِإ َلى
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
rasa kemanusiaan. Iman menjadi syarat utama dalam mencapai kesempurnaan (insan kamil), dan menjadi modal awal untuk mewujudkan prilaku yang saleh sesuai ajaran Islam. Iman memberikan ketentraman jiwa dan kedamaian tingkah laku. Karena semakin tinggi iman dan taqwa seseorang semakin tinggi pula sikap intelektual, sosial, dan lembah lembut. Selain itu, manusia yang beriman hatinya akan selalu dibimbing Allah, jiwanya tenang dalam melakukan aktifitasnya sehari-hari. 2) Pendidikan Hati Pendidikan hati adalah bagian dari pembinaan rohani yang ditekankan pada upaya pengembangan potensi jiwa manusia agar senantiasa dekat dengan Allah, cenderung kepada kebaikan dan menjauhi keburukan.27 Berkaitan de ngan hal tersebut, Rasulullah Saw bersabda. ير ْبنُ ِهش ٍَام َحدَّثَ َنا َج ْعفَ ُر ْبنُ بُ ْر َقانَ ع َْن يَ ِزي َد ُ َِحدَّث َ َنا ع َْم ٌرو ال َّنا ِقدُ َحدَّث َ َنا َكث اَّلل َ ُاَّلل َّ ص َّلى َ اَّلل َ َ ب ِْن ْاْل َ ع َل ْي ِه َو ُ ص ِ ّم ع َْن أ َ ِبي ه َُري َْرةَ َقا َل قَا َل َر ِ َّ سو ُل َ َّ َّس َّل َم إِن ُ ص َو ِر ُك ْم َوأ َ ْم َوا ِل ُت ْم َو َل ِت ْن يَ ْن ُ َال يَ ْن ظ ُر ِإ َلى قُلُو ِب ُت ْم َوأ َ ْع َما ِل ُت ْم ُ ظ ُر ِإلَى
Artinya: ”Telah menceritakan kepada kami ‘Amru An Naqid; شِير يَقُو ُل َس ِمعْتُ النُّ ْع َمانَ ْبنَ ب ِ َحدَّثَنَا أَبُو نُعَي ٍْم َحدَّثَنَا َزك َِر َّيا ُء ع َْن ع َ َام ٍر قَا َل ٍ Telah menceritakan kepada kami Katsir bin Hisyam; Telah ٌ ِيّنٌ َوا ْلح ََرا ُم بَ ِيّنkepada يَقُو ُلJa’far سلَّ َم ع َل ْي َ Burqan سو ُس ِمعْت َّ صلَّى َّ َلYazid َ dari َ ا ْلح ََال ُل بkami َ ِه َوbin َ Al ُ َرbin menceritakan ِاَّلل ُاَّلل Asham diaال َّنberkata; Rasulullah Sawَ مbersabda: َستَب َْرأ شبَّهَا َ Abu ى ا ْل ُمHurairah اس َف َم ْن اتَّ َق ير ِم ْن ِ dari ْ تا ِ ٌ ِشبَّهَاتٌ َال يَ ْع َل ُمهَا َكث ُ َوبَ ْي َن ُه َما “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, شكُ أ َ ْن ح َمى ُيوmelihat اعٍ َي ْرعhati ت ك ََر شبُهَا ُّ amal ع ِفي الkalian.” ِلدِي ِن ِه َو ِع ْر ِض ِهMuslim ِ dan ِ Allah ِ َى ح َْو َل ا ْل َ َ( َو َم ْن َوقHr. tetapi kepada –َّنNo َُار ُمه َّ يُ َواقِعَهُ أ َ َال َوإِنَّ ِل ُت ِ ّل َملِكٍ ِح ًمى أ َ َال إِنَّ ِح َمى َ اَّللِ فِي أَ ْر ِض ِه ِأ َ َال َوإHadis ِ مح4651) َسدُ ُكلُّهُ َوإِذ ْ س ِد ُم ُسدُ ُكلُّه ْصلَ َحت سدَ ا ْل َج سد ص َل َح ا ْل ضغَةً إِذَا فِي َ Allah َ menegaskan َ Hadis َ َفdiَْتatas َ َا فdipahami َ َجbahwa َ ا ْل َجbahwa Dia lebih menghargai hati yang bersih daripada bentuk ب أ َ َال َو ِه َي ُ ا ْلقَ ْلmuslim tubuh dan harta. Maka sebagai hamba Allah, tiap harus berusaha mendapatkan yang terbaik di mata Allah. » لُ ًقاmemiliki سنَ ُت ْم ُخ م ْن أ َ ْخيَ ِرsentral هللاsebagai صلى- ِاَّلل سو ُل َّ ‘nahkoda’ ِ َّ « إِن- وسلم َ ُْك ْم أَحposisi ُ قَا َل َر Hati dan عليه fungsi bagi tubuh dan pikiran. Rasulullah Saw bersabda. على َ ُ الصَّالة:ََب ِإلى هللاِ قَال َ ُّ ي ا ْل َع َم ِل أَح ُّ َ سأ َ ْلتُ النَّ ِب َّي صلى هللا عليه وسلم أ سبي ِل َ ا ْل ِجهادُ في:َي َقال ّ َ ث ُ َّم أ:َ ث ُ َّم ِب ُّر ا ْلوا ِلدَي ِْن قَال:َي قَال ّ َ ث ُ َّم أ:ََو ْقتِها َقال 27 Bukhari Umar. Hadis Tarbawi. (Jakarta: Amzah,2012), hlm. 45
ِهللا
َ وق ع َْن َ َحدَّثَنَا َّ ع ْب ِد ْ ع ْبدَانُ ع َْن أ َ ِبي َح ْم َزةَ ع َْن ْاْل َ ْع َم ِش ع َْن أ َ ِبي َوا ِك ٍل ع َْن َم ِاَّلل ٍ س ُر احشًا َو َال َ ُاَّلل َ ُاَّلل َ ب ِْن َّ صلَّى َّ ع ْم ٍرو َر ِض َي َ ع ْن ُه َما َقا َل لَ ْم يَت ُْن النَّ ِب ُّي ِ َسلَّ َم ف َ علَ ْي ِه َو سنَ ُت ْم أَ ْخ َالقًا َ ُْمتَفَ ِ ّحشًا َوكَانَ يَقُو ُل ِإنَّ ِم ْن ِخ َي ِار ُك ْم أَح
شِير يَقُو ُل ِ َحدَّثَنَا أَبُو نُعَي ٍْم حَ دَّثَنَا َزك َِر َّيا ُء ع َْن ع َ َام ٍر قَا َل ٍ َس ِمعْتُ النُّ ْع َمانَ ْبنَ ب ٌس َّل َم يَقُو ُل ا ْلح ََال ُل بَ ِيّنٌ َوا ْلح ََرا ُم بَ ِيّن َ ُاَّلل َّ صلَّى َّ سو َل َ ِاَّلل َ ع َل ْي ِه َو َ ُ س ِمعْتُ َر َستَب َْرأ َ اس فَ َم ْن اتَّ َقى ا ْل ُم َ َوبَ ْينَ ُه َما ُم ِ شبَّهَا ْ تا ِ َّير ِم ْن الن ٌ ِشبَّهَاتٌ َال يَ ْعلَ ُمهَا َكث شكُ أ َ ْن ُّ ِلدِي ِن ِه َو ِع ْر ِض ِه َو َم ْن َوقَ َع ِفي ال ِ شبُهَا ِ ت ك ََراعٍ َي ْرعَى ح َْو َل ا ْل ِح َمى ُيو ََّار ُمهُ أ َ َال َوإِن َّ يُ َواقِعَهُ أَ َال َوإِنَّ ِل ُت ِّل َملِكٍ ِح ًمى أ َ َال إِنَّ ِح َمى ِ اَّللِ فِي أ َ ْر ِض ِه َمح
ْ س ِد ُم ُسدُ ُكلُّه َ ْصلَ َحت َ ضغَةً إِذَا َ سدَ ا ْل َج َ َسدَتْ ف َ َسدُ ُكلُّهُ َوإِذَا ف َ ص َل َح ا ْل َج َ فِي ا ْل َج ب ُ أ َ َال َو ِه َي ا ْلقَ ْل
Artinya: ”Telah menceritakan kepada kami Abu Nu’aim Telah » سنَ ُت ْم ُخلُ ًقا َّ سو ُل َ ْ « إِنَّ ِم ْن أ َ ْخيَ ِر ُك ْم أَح- صلى هللا عليه وسلم- ِاَّلل ُ قَا َل َر menceritakan kepada kami Zakaria dari ‘Amir berkata; aku mendengar An Nu’man bin Basyir berkata; aku mendengar Rasulullah على َ ُbersabda: الصَّالة:َ“قَالYang َب ي ا ْل َع َم وسلمdan عليهyang صلى هللا النَّ ِب َّيjuga ُسأ َ ْلت َ ُّ ِل أَحsudah ِ ِإلى هللاhalal ُّ َ أjelas Saw haram suَ ث ُ َّم أ:َ(الsamar) dah سبي ِل دُ فيNamun ا ْل ِجها:َالdiantara ي َق ْلوا ِلدَي ِْن قَالada ِب ُّر اperkara ث ُ َّم:َي قَال َو ْق ِتها َق َ jelas. ّ َ ث ُ َّم أ:َkeduanya ّ syubhat yang tidak diketahui oleh banyak orang. Maka barangsiapa yang ِهللا menjauhi diri dari yang syubhat berarti telah memelihara agamanya dan kehormatannya. Dan barangsiapa yang sampai jatuh َ وق ع َْن َواكِ ٍل عperkara-perkara ْاْل َ ْع َم ِش ع َْن أ َ ِبيsyubhat, ح َْم َزةَ ع َْنsungguh َانُ ع َْن أ َ ِبيdia ع ْبد َ seperti َحدَّثَنَا َّ ع ْب ِد ْ َْن َمpada ِاَّلل ٍ س ُر (mengerjakan) َّصل َالseorang احشًا َو َ ُاَّلل ْن ُه َما َقا َل لَ ْم يَت ُْن النَّ ِبternaknya ع َ ُاَّلل ٍروpinggir ع ْم َ ب ِْن َّ ىyang َّ َر ِض َيdi َ ُّيmenggembalakan ِ َم فpenggembala َ علَ ْي ِه َو َ َّسل ْم أ َ ْخ َالقًاakan سنَ ُت خ َي ِار ُك ْمke َانَ يَقُو ُل ِإنَّ ِمKetahuilah ُمتَفَ ِ ّحشًا َوك ِ ْنdalamnya. َ ْأَحjatuh jurang yang dikhawatirkan bahwa setiap raja memiliki batasan, dan ketahuilah bahwa baadalah ُ ُم َح َّمدُ ْبنyang َجدِّي ع َْنtasan ي ع َْنlarangan يس َحدَّثَنِي أ َ ِب نُ ِإد ِْرdiاَّلل ْب َ حدَّثَنَا ب َحدَّثَنَا أَبُو َّ ُع ْبد َ ا ْلعَ َال ِءapa-apa ِbumi-Nya َ Allah ٍ ك َُر ْيdiharamَاس ا ْل َجنَّة َّ َما يُد ِْخ ُل النDan سو ُل سئِ َل َر أ َ ْكث َ ِرketahuilah سلَّ َم ع َْن ع َل َ ُاَّلل صلَّى ه َُري َْرةَ قَا َلdarah أَ ِبي َّ setiap َّ tubuh َ ِاَّلل َ ْي ِه َوpada ُ ada ُ segumpal َ kan-Nya. yang apabila baik maka baiklah tubuh tersebut dan apabila rusak اس النَّا َر فَقَا َل ا ْلفَ ُم َوا ْلفَ ْر ُج َّ فَقَا َل ت َ ْق َوى ْ اَّللِ َو ُح ُ ق َو َ سئِ َل ع َْن أ َ ْكثَ ِر َما يُد ِْخ ُل ال َّن ِ ُسنُ ا ْل ُخل maka rusaklah tubuh tersebut. Ketahuilah, ia adalah َ ِيث ص َِحي ٌح ٌ سى َهذَا َحد ع ْب ِد َ يس ه َُو ا ْبنُ يَ ِزيدَ ب ِْن َ يب َو (أَبُو ِعيHr. قَا َل َّ ُع ْبد َ hati.” ٌ غ ِر َ اَّللِ ْبنُ إِد ِْر Bukhari – No Hadis 50) َ ِي َّ ُّ الرحْ َم ِن ْاْل ْود Informasi yang diperoleh dari hadis di atas adalah keadaan hati seseorang sangat menentukan semua kondisi meliputi perkataan, sikap, dan prilakunya. Dengan kata lain, jika hatinya sehat maka perkataan, sikap, dan prilakunya akan baik. Begitu pula sebaliknya, saat hatinya kotor maka perkataan, sikap, dan prilakunya akan kotor pula.
Konsep-Konsep Dasar Pendidikan Islam Terpadu Ridhoul Wahidi, M.A.
83
ير ْبنُ ِهش ٍَام َحدَّثَ َنا َج ْعفَ ُر ْبنُ بُ ْر َقانَ ع َْن يَ ِزي َد َحدَّث َ َنا ع َْم ٌرو ال َّنا ِقدُ َحدَّثَ َنا َكثِ ُ صم ع َْن أ َ بْن ْاْلَ atasى di dapat اَّلل س َّل َم ع َليه اَّلل َ اَّلل ص َّل dipahamiسول bahwaةَ َقال قَال ر ahklakبي هُريْر َ meruَ hadisو َ ِ Dariإنَّ َّ َ ير ْبنُ َ ِهش ٍَامَ ََحدَّثَ ُ َنا َُج ْعفَ ُر َّ ِ ْبنُ َبُ ْر َقانَ َّ ُع َْن يَ ِزْي ِ َد َح ِدَّثَنَا َع ْم ِ ٌّرو النَّا ِقدُ ِ َحدَّثَ َنا َ َكثِ َ ُ pakan suatu sikap yang paling baik. Sikapَ baik mencerminkاَّلل ْن ُ َبالْنيَ ْن ْاْلَ ُ صيَو ِره َ ُكُري ْم َْرة َوأ َقا ْم َل َوقَااِل َلُت ْم َر َ ُ َ اَّللُ قُ َعلُ َل ْيو ِهبِ ُتَو ْم َسلَّ َوَمأَ ِإ ْ اَّلل ُت ْم ص َّل ُرىإِ َل َّى ص ِ ّمإِلَعى َْن أَ ِب ُ ظَ ظ ُر َ سولو ِت ُل ْن َّيَِ عنَّ َما ِل َّ َ ِ an pola hidup sederhana, bermartabat, dan bermoral. Sementara proses pembentukan moralى قُلُو ِب ُت ْم َوأَ ْع َما ِل ُت ْم ْ merupakanن يَ ْن ُظ ُر إِ َل َ upayaو ِر ُك ْم َوأَ ْم َوا ِل ُت ْم َو َل ِت ص َال يَ ْن ُ yangظ ُر إِلَى ُ untukانَ ْبنَ َب dilakukan.عْتُ النُّ ْع َم شِير َيقُو ُل س ِم َ pun,زك َِر َّيا ُء ع َْن ٍْ ditentukanم َحدَّثَنَا َحدَّثَنَا أَبُو نُ َعي Hasilnyaع ِ َام ٍر قَا َل َ ٍ mudah tidak dan َ olehش َ ٍ sekitar.ر َام سح ِدَّمثَنَعاْتُأَبُو َرنُعَ ُي ََ اَّللُع ِ ُ dipengaruhiم بَيِّنٌ ِير يَبَقُيِّونٌ ُل َوا ْلح ََرا َال ٍ ُل lingkunganانَُل ْبانَْل بَح سلَّْتُ َم اليَنُّ ْعقُ َمو صالَّ ُءىع َْن َّ س ٍْمو َ َلحدَّثَنَا َّ اَّللِ َزك َِر َّي َ ع َلقَ ْيا ِهَل َ َسو ِمعَ Amalيّنٌ2) Pendidikan Ibadah سلَّ َم يَقُ نو ُلالنَّا ْلح ََال س ِيمنَعْتُ ر صلَّى َّ سمو َ َل َّ اَّلل َ اَّللُم َعه َلَا ْي ِه َكثِ َو َ اس ُلفَبَ َميِّنٌ ْن َاواتَّ ْلقَح َ ىَرا ُما ْلبَ ُمِ ستَب َْرأَ ير ِم ْ ت َ ibadah شبَّهَا ِ َو َبَ ْ Amalا ْ ِ dan ٌ شبَّه َِاتٌ َال يَ ْعلَ ُ ُ dariه َما َ ُ ُ yang baik saleh merupakan hasil ستَب َْرأَ اس فَ َم ْن اتَّقَى ا ْل ُم َ ير ِم ْن َوبَ ْينَ ُه َما ُم َ شبَّهَا ِ تا ْ Sehinggaالنَّ ِ شبَّهَاتٌ َال يَ ْعلَ ُمهَا َكثِ ٌ iman شكُ أ َ ْن akhlakمى يُو ْ sempurna.رعَى َ pendidikanوقَ َع فِي ال ُّ َ amalو ِع ْر ِض ِه َو َم ْن ِلدِينِ ِه شبُهَا ِ ِ dan ت ك ََراعٍ يَ yangح َْو َل ا ْل ِح َ ِ pentingشكُ أَ ْن َ bagiل ا ْل ِح َمى يُو anakعَى ح َْو didikك ََراعٍ يَ ْر ت menjadiال ُّ َ suatuو َم ْن َوقَ َع فِي َ yangو ِع ْر ِض ِه ِلدِينِ ِه شبُهَا ِ shalehَ sangat َار ُمهُ أ َال َو ِإنَّ اَّللِ ِفي أ َ ْر ِض ِه َمح يُ َوا ِق َعهُ أَ َال َو ِإنَّ ِل ُت ِ ّل َملِكٍ ِح ًمى أَ َال ِإنَّ ِح َمى َّ ِ sangat berharga. يُ َواقِعَهُ أَ َ ُ Karenaمهُ أَ َال َوإِنَّ َار اَّللِ فِي iabdahلِكٍ ِح ًمى mengaال َوإِنَّ ِل ُت ِّل َمamalأَ َال إِنَّ ِح َمى َّ pendidikanأَ ْر ِض ِه َمح ِ ً َ َ َ َ ْ ْ ُّjarkan ُّ َ َ َ ْ سدُ ُكلهُ سدَ ال سد سدُ ُك ص س ِد ُم ْضغة فِي ا yangل َحتْ َ diajarkanإِذا َ َ secaraج َ langsungدَتُْ ُك ُّلف ُه َ amalan-amalanلسدهَُتْ َوإِ َفذا ف َ صل َح ال َج َ ْolehل ْل َج َج َ س س ِد ُم ص َل َحتْ َ ض َغ ًة ِإذَا َ سدَ ا ْل َج َ َ سدُ ُك ُّلهُ َو ِإذَا َف َ ص َل َح ا ْل َج َ فِي ا َ al-Qur’an dan hadis Rasulullah. Banyak jenis amal ibadah ب أَأََ َالال ََوو ِه ِه َي َيا ْلاقَ ْل ْل َق ُ ْلب ُ yang disebutkan dalam hadis Rasulullah Saw, salah satu diantarnya adalah, pertanyaan Ibnu Mas’ud kepada Nabi Saw ْ amalم ُخلُ ًقا » سنَ ُت وسلم ِمْ -ن أَ« عليه صلى هللا اَّللِ - « -Allah.إِنَّ سنَ ْخ ُتيَ ْم ِرخُكلُ ْم ًق عليه وسلم صلى هللا اَّللِ َّ- yangاأَ»حْ َ قَقَاالَل َر ُس ُ سوو ُل ُل َّ ْ dicintaiخإِيَ ِنَّر ُك ْم ِم أَ ْنحْ أ َ َ tentang paling َ َْ َّ لىصَّال َبل ِإَ :ال ح قَ ُّا وسلم أَ ُّي ا ْل يصلى لى أ َهللاِ على هللاِةُ قَ َعاللىَ :الصَّالةُ َ يأَحا ْل َُّب َع إَِم ِل عليهعليه هللا هللا صلى س َسأ َأ ْللتُتُ النالبِنَّ ِب َّي َّ وسلمعَ َمأ َ ِل ُّ
ها َقاَقالَ:لَ:ث ُ َّمث ُأَم ّيأ َ قَالَ :ث ُ َّم ِب ُّر ا ْلوا ِلدَي ِْن قَالَ :ث ُ َّم أَي َقالَ :ا ْلج و َو ْق ْقت ِتها سبي ِل يهادُ َقال َ ِ فيََ :سا ْلبي ِ ِجلهادُ في َ ي قَالَ :ث ُ َّم ِب ُّر ا ْلوا ِلدَي ِْن قَا ّلَ :ث ُ َّم أ َ ِ ّ َّ ّ هللاِ
هللاِ Artinya: َamalانُ ع َْن أَ َْ bertanyaن َع ْب ِد وق ع )َ Mas’udواكِ ٍل ع َ kepadaم ِش ع َْن أَبِي Nabiةَ ع َْن ْاْلَ ْع Saw,بِي َح ْم َز apaثَنَا َع ْبد َحدَّ َّ Aku َْ (Ibnuن َم ْ اَّللِ س ُر ٍ َ َ َ َ َ ْ َ عشًاْ ْ ْ َ ْ َانُ ْ َ yang palingع َْن وق َن ل ك ا و ي ب أ َن ع ش م ع اْل َن ع ة ز َم ح ي ب أ َن ع د ب ع َ ا ن ث ع ْب ِد َّ ْ َ َ disenangiمو َال ْ ِ Allah, Nabi menjawab, shalat tepat waktu, ِ ْ َ اَّللِ َ َ َ َّ َ َّ َ ٍ ْ ِ ِ َّ ْ س ُر ٍ اح َب صلى َّ ح ِدَّْن َع ْم ٍرو َر ِض َي َّ اَّللُ َعن ُه َما قا َل ل ْم يَتُن النبِ ُّي َ سل َم ف ِ اَّللُ َعل ْي ِه َو َ َ َ َّ َ َّ َ ْ َّ احشًا َوالَ اَّللُ َ اَّللُ ِم ْنَ صلى َّ ضو َي ُل إِنَّ َّ َانَر ِيَقُ عن ِخ ُه َي َم ِارا ُك ْمقاأَ َلحْ ل َس ْنَم ُت ْيَمتأَ ْْخُن َالقًالانبِ ُّي َ سل َم ف ِ عل ْي ِه َو َ ْنَفَ ِ ّحع ْشَمًا ٍر َووك َ ب ُم ِت Hadis selanjutnya: َ سنَ ُت ْم أَ ْخ َالقاً َ ُ ُمتَف ِ ّحشًا َوكَانَ يَقو ُل إِنَّ ِم ْن ِخ َي ِار ُك ْم أحْ َ
يس َحدَّثَنِي أَ ِبي ع َْن َجدِّي ع َْن ب ُم َح َّمدُ ْبنُ ا ْلعَ َال ِء َحدَّثَ َنا َع ْبدُ َّ ِ اَّلل ْبنُ ِإد ِْر َ َحدَّثَ َنا أَبُو ك َُر ْي ٍ اس ا ْل َجنَّةَ َ َ َ َ َ َّ َ َّ س صل َالى ِء َّ سمدوُ ُل ْبنُ َّ بئِ َل ُم َرَح َّ ُ يس ُل ال َحنَّدَّث َ َنِي أ ِبي ع َْن َجدِّي ع َْن اَّللُ َحدَّ َعثَل ْينَا ِه َو َ اَّللِا ْل َعَ ع ْب َسلدُ َم ع َّ ِْ َحأبِدَّث َينَاهأَُربُي َْروةكقا َُر َل ْي ٍُ اَّللَن أْب ْكنُث ِرإِ َدما ِْريُد ِْخ َ اس النَّار فَقَا َل ا ْلفَم وا ْلفَر ُج س ِئ َل ع َْن أَ ْكَّثَ ِر َما يُد ِْخل ال َّن سنُ ا ْل ُخلُق اَّلل وح فَقَا َل تَ ْقوى َّ اس ا ْل َجنَّ َة اَّللُ َ صلى َّ س َوو ُل ُ َّ اَّللِ َ ع َُل ْي ِه َو َ َ سئِ َل َر ِ ُ أ َ َبِي َه َ َُري َْرةَ ِقَا َ َل ُ َ ْ ُ سلَّ َم َع َْن أ َ ْكثَ ِ ُر َ َما ْيُد ِْخ ُل النَّ َ سى َهذا َحد ٌ يس ه َُو ا ْبنُ يَ ِزيدَ بْن َع ْب ِد ِيث يب َو َع ْبدُ َّ قا َل أبُو ِعي َ ص َِحي ُ ٌح َغ ِر ٌ اَّللِ ْبنُ إِد ِْر َ اس النَّا ِ َر فَقَا َل ا ْلفَ ُم َوا ْلفَ ْر ُج فَقَا َل ت َ ْق َو ْ َى َّ اَّللِ َو ُح ْ ق َو ُ سئِ َل ع َْن أَ ْكث َ ِر َما يُد ِْخ ُل ال َّن َ سنُ ا ْل ُخل ِ ِي َّ الرحْ َم ِن اْل ْود ُّ
َ
َ
َ
ٌ
َ
ع ْب ِد ِ ”Telahزيدَ ب ِْن َ يس ه َ kami يب َو ٌ Kuraibح غ ِر ِيث ص َِحي سى َهذا َحد Ala`,أبُوِ Alعي قا َل ع ْبدُ َّ َُ menceritakanو ا ْبنُ يَ َ bin ٌ Abu اَّللِ ْ kepadaبنُ إِد ِْر َ Artinya: Muhammad َ ِي الرحْ َم ِن telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Idris, telah menceritakan َّ ْ kepadakuاْل ْود ُّ bapakku dari kakekku dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, maka beliau pun menjawab: “Takwa kepada Allah dan akhlak yang mulia.” Dan beliau juga ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan orang ke dalam neraka, maka beliau menjawab: “Mulut dan kemaluan.” Abu Isa berkata; Ini adalah hadits shahih gharib. Abdullah bin Idris adalah Ibnu Yazid bin Abdurrahman )Al Audi.” (HR. Tirmidzi – No 1927
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
82
)b) Aspek Eksternal (al–Awamil al–Kharijiyyah 1) Pendidikan Akhlak bentukش ٍَام َحدَّثَ َنا َج ْعفَ َْ Kataن يَ ِزي َد َ akhlakقانَ ع ُ merupakanر ْبنُ بُ ْر ير ْبنُ ِه َ dariحدَّث َ َنا َك khuluq.ع َْم ٌرو َحدَّثَنَا kataالنَّا ِقدُ jamakثِ ُ Kata khuluq bermakna pekerti,ولbudi اْل َ perangai, tingkah laku, اَّلل اَّللُ َ ص َّلى َّ اَّلل َ ب ِْن ْ َ ع َل ْي ِه َو َ ص ِ ّم ع َْن أ َ ِبي ه َُري َْرةَ َقا َل َقا َل َر ُ س ُ َّ ِ سلَّ َم ِإنَّ َّ َ atau tabi’at.28 Menurut al-Ghazali akhlak diartikan sebagai ص َو ِر ُك ْم َوأ َ َ jiwaو َل ِت ْن َي ْن ُ ُ yang َ tentangوأ َ ْع َما ِل ُت ْم ِ keadaanإ َلى قُلُو ِب ُت ْم ظ ُر ْ bagianم َوا ِل ُت ْم ظ ُر ِإلَى َال َي ْن ُ dalam suatu ungkapan melahirkan macam-macam tindakan dengan mudah, tanpa ْdanتُ النُّ ْع َمانَ شِير يَقُو ُل س ِمع َام ٍر قَا َل َحدَّثَنَا memerlukan dahuأَبُو نُعَي ٍْم َterlebihحدَّثَنَا َزك َِر َّيا ُء ع َْن ع ِ َ mempertimbangkan ْ pikiranبنَ بَ ٍ 29 lu. Yunus berargumentasi bahwa سلَّ َم يَقُ ُ Sementaraم بَ ِيّنٌ ُ Abdulل بَ ِيّنٌ َوا ْلح ََرا Hamidو ُل ا ْلح ََال اَّللُ َ صلَّى َّ سو َل َّ اَّللِ َ ع َل ْي ِه َو َ َ س ِمعْتُ َر ُ akhlak adalah sifat-sifat manusia yang terdidik.30 ستَب َْرأَ ش َّبهَاتٌ َ ُbeberapaم َ pendapatفَ َم ْن اتَّقَى ا ْل اس dapatال َي ْعلَ ُمهَا َك ِث َ dipahami َو َب ْينَ ُه َما ُم ش َّبهَا ِ تا ْ ير ِم ْن النَّ ِ ٌ tersebut, Dari bahwa شكُ أَ ْن َ bersumberل ا ْل ِح َمى ََ dariراعٍ يَ ْرعَى ح َْو تك anakفِي ال ُّ ْ didikن َوقَ َع danر ِض ِه َو َم aspekهَا ِ akhlakيُو ِ ِلدِينِ شبُ ِ bisaه َو ِع ْ juga dari aspek lingkungan. Jadi, perilaku baik dan buruk َ sangatوإِنَّ ى أ َ َِهالشإِ ٍَامنَّ ْ polaع َّفَ َارَزي ُم َدهُ أ َ َال danدَّثَ َ َنمالِكٍ َكث ِ ُح lingkunganنَّنَّا ِقدُِل ُتحَ ِّل ه ع َم ْ اَّللِ ُر فِ ْبنُ ِير ًم ْبنُ ي أ َبُ ْ ْرر َق ِضانَ ِ َن ال pikir/prilakuحَ ِحدَّث َ َم َناىجَ يُحَ َدوَّاثَنَقِاعَهُع ْأَمَ َ ٌرالو َوإِ حي ِِ itu bergantung َن أَبِي ًه َُري َْرةَ َقا َل َ ْ نَّ اَّلل ع ص َّلى اَّلل َ ل َرسول اَّلل اْل َْصم َNabiل ْي َ ِه َو َ َتْلَّ َم َإِ dimana س ِدع ْ ُم ْ سدُ ُكلُّهُ س ف سد سدُ َ ُك صلَ َح ضغَة إِذَا بفِ ِْني ال Sawقتْا َ َ َ menyatakan سدَiaاَّ َْل َج َ َ tinggal. Muhammadلُّهُ َّ َ ُوإِذَا ف َ ص َل ُ َح ُا ْل َج َّ ِ َ َ pentج َ ِّ ََ barometerو َلتِ ْن يَ ْن ُ meن َُال يَ ْ َ akhlakوأ َ ْ ع َما ِل ُت ْم َ menjadiلى قُلُو ِب ُت ْم ظ ُر ِإ ص َُو ِر ُك ْم َوأ َ ْم َوا ِل ُت ْم ظ ُر ِإلَى ingnya akhlak, sebab dalam أ َ َال َو ِه َي ا ْلقَ ْ ب ل ُ nentukan posisi anak didik dalam lingkungan sosial. ءع ْ ل ير يَقُو ُ حَ دَّثَنَا أَبُو نُعَي ٍْم حَ دَّثَنَا َزك َِريَّا ُ َن عَامِ ٍر قَا َل سَمِ عْتُ النُّ ْع َمانَ ْبنَ بَشِ ٍ ل َ َب ِّينٌ َوا ْلحَ َ َرا ُم نٌ اَّللُ َ َسَمِ عْتُ رسول صلَّى َّ ل ا ْلحَ َال ُ س َّل َم َيقُو ُ اَّللِ َ ع َل ْي ِه َو َ س َن َب ِّي ُت ْم ُخلُ ًقا عليه هللا صلى اَّللِ َّ- س َو ُ ُل َ َّ وسلم « -إِنَّ ِم ْن أ ْخيَ ِر ُك ْم أحْ َ قا َل َر ُ ستَب َْرأَ اس فَ َم ْن اتَّ َقى ا ْل ُم َ ه َما ُم َ شبَّهَا ِ ت ا ْ َوبَ ْينَ ُ ِير مِ ْن النَّ ِ شبَّهَاتٌ َال يَ ْعلَ ُمهَا َكث ٌ
»
Rasulullahأَ ْنArtinya: sesungguhnyaهَا ِSaw bersabda, yang terbaik ض ِه َو َم ْن َوقَ َع فِي ال ُّ ت ك ََراعٍ ي َْرعَى حَ ْو َ ل ا ْل ِح َمى يُوشِ شبُ ِلدِي َنِ ْ ِه َوعِ ْر ِ وسلم أَ :َadalahكُ الصَّالةُ ي صلى هللا 31 على َ kalian لى هللاِ قَال َب ِإ ahklaknya.ا ْل َع َم ِل أَح ي عليه سألتُ النَّ ِب َ ُّ َّ ُّ dari yang terbaik (HR. )Bukhari ار ُمهُ أ َ َال َو ِإنَّ ل َملِكٍ ِح ًمى أ َ َال ِإنَّ ِح َمى َّ يُ َوا ِق َعهُ أ َ َال َو ِإنَّ ِل ُت ِ ّ اَّللِ فِي أ َ ْر ِ ض ِه َمحَ ِ ف َو ْ سدأ ََتْ ّ َ سدَدُي ُِك َ سبي ِل ساَدِل ُمَْ :ث ِيقتِا ْلهاجَ َق ض ُ َّغَمةًأ َإِ ّذَ سجدُها ُكلُّدُهُفي َ صلَلحََْ : سدَ ص ِب َل ُّر َ ح اا ْل ْلجَ تث ُ َّم َ يا قَا َ لَ:ا ْل اجَ ْل ِ َ ي فَقا َ لذََ:ا ث ُفَ َّم َ وا ِل َ ْنلُّهُقا َوإِ
28 Louis Ma’luf. Qamus al Munjid. (Beirut: Al- Maktabah al-Katulukiyah, hlm.وهtth), ب أ َ َال ِي ا ْلقَ ْل ُ هللاِ َ َ 194 َ
َ ْ
َ
ُ
سنَ ُت ْم ُ خل ًقا » ُ III.ك ْم أ (Kairo:أخي َِر «al-Masyhadإِنَّ مِ ْن al-Husain,عليه وسلم - - tth),صلى هللا س قا ل َّ َ 56 hlm.و ُ juzحْ َ ل َر ُ اَّللِ 29 Al Ghazali. Ihya Ulum al Din,
َحدَّثَنَا َ وق ع َْن َ س ُر ع ْب ِد َّ ع ْبدَانُ ع َْن أَبِي َح ْم َزةَ ع َْن ْاْل َ ْع َم ِش ع َْن أَبِي َواكِ ٍل ع َْن َم ْ اَّللِ لى ٍ ي ا ْلعَ َم ِل أ َ وسلم أ َ سأ َ ْلتُ النَّ ع َّDa’irahالةُ َ هللاِalقَالَ :الص ب إِلى tth),عليه صلى هللا 30 Abdul Hamid Yunus. Ma’arif. Asy Sya’ba, 56بِ َّيhlm. َ (Kairo:حَ ُّ ُّ احشًا َو َال اَّللُ َ اَّللُ ُ َ ر و ر ب ْ ِْن َ صلَّى ْ َّ ض َي َ َّ ع ْن ُه َما ْ َقا َل لَ ْم َي َت ُْن الُنَّ ِب َ ُّي َ َ سلَّ َم فَ ِ علَ ْي ِه َو َ ِ َ ع ْ َمقاٍ َ ُ ل بي س في د ها ج ل ا َ: ل ا ق ي أ م ث َ: ل ا ق ْن ي َ د ل وا ل ا ر ب م ث َ: ل ا ق ي أ م ث َ: ل ِها ت ق َو ُ ِ َ ُّ َّ ِ ِ َّ ِ ِ َّ ّ 31 Sehubungan dengan pentingnya pendidikan سنَ ُت ْم أَّ ْخ َ َSawانَ َيقُو ُل ِإنَّ القًا ِ ini,خ َي ِار ُك ْم ِ Rasulullahم ْن mengeشًا َوكهللاَفَ ِ ّح ُمت akhlakأَحْ َ mukakan dalam beberapa hadis lain. Di antaranya: ِ َن َ وق ع َ ْ َن َ عأْبَ ِبدي َّ اَّللكِ اَّللِع َْن َجدِّي ع َْن يس َ ٍ َحدَّث ِن شث َ َناع ْ َ اْلَ ِء ْع َم َح ِدَّ ب أَ ِب ُمي َح َّحَمدُْم َز ْبةَنُ َعا ْل َْن َعَ َ ْال َححَدَّدَّثثََنََناا أ َ َعبُ ْبدوَانُك َُر عأ ْب ِبدُي َو َّا ِ اَّلل ٍْبلنَُعلَعي ِإ َْنهد ِ َمْروس ُْر َ ض ْيعي َْن ٍ شًاي َو َال ِ ْ َّ ْ اح ب ن ال ُن ت ي م ل ل ا ق ا م ه ن ع َ اَّلل َ َّ ي َ سلَّ َم ف ِ َ ُ ْ ِ َ َ َ صلَّى َّ ُ ْ ُ ب ِ ْن ع َْم ٍرو َر ِ َ ِ ُّ اس ا ْل َجنَّ َة اَّللُ َالقً َ اَّللِأَحْ َ س ِخوي ُ عا َل ْي ِه َو َ س إِئِنَّ َل مِ َر ْن ُ أ َُم ِبتَفَي ِ ّحهشًا َُري َو َْركةََانَقَايَقُ َلو ُل ُ سلَّ َم ع َْن أَ ْكثَ ِر َما يُد ِْخ ُل النَّ َ ى ْم أ َ َّ ْ خ سلَّنَ ُت َار ُك ْ َّم صَ لِ سنُ ا ْل ُخلُ kamiد ِْخ ُل ال َّن سئِ َل ق َو اَّللِ َو َ dariل ت َ ْق َو فَقَا ”Telahفَ ُم َوا ْلفَ ْر ُج berceritaفَقَا َل ا ْل اس النَّا َر ى َّ Al ُdariح ْ ‘Abdanر َما يُ ُ Abu َ kepada dariع َْن أَ ْكثَ ِ Artinya: A’masy ِ Hamzah َن جَ ِّدي ع ْ يس حَ دَّثَنِي أَبِي ع ْ َن ب ُمحَ َّمدُ ْبنُ ا ْلعَ َالءِ حَ دَّثَنَا َ حَ دَّثَنَا أَبُو ك َُر ْي ع ْبدُ َّ ِ اَّلل ْبنُ إِد ِْر َ ٍ ٌ radliallahuح َ bin “Amru ‘anhuسَحود ٌ َ Masruqابنُ ْAbuب ِد ع ِْ Wa’ilن َ dariجَيَنَّ ِزَةيدَ ب يس الهنَّ َُو ْdariر ‘Abdullahنُ إد اَّلل ْب سَ يبه َ َو غر اَّللِص ََحي ِيث سئِ َه َذَا ;berkataى س قَا َل أ علَّ ْب َمدُع ْ َّ َ“Nabiبُو ِعي َ اس ْ ا ْل ل اَّللُ ِ َ ص ِلَّى َّ ل َّ َن ِأ َ ْكث َ ِر ِ َما ِيُد ِْخ َ ُ ل َر ُ ُ ع َل ْي ٌ ِ و َ أ َ ِبي ه َُري َْرةَ قَا َل ُ shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah sekalipun berbicara kotor )(keji dan سنُ ا ْل ُ لع ْ ج َ jugaلحْ تَ َمْق َ ِونى ْاْل َ ْ َّو الر ل ا ْلفَ ُم َوا ْلفَ ْر ُ اس النَّا َر فَقَا َ سئِ َ َن أ َ ْكث َ ِر َما يُد ِْخ ُ ح ْ ِي ُ ق َو ُ ل ال َّن َ فَقَا َّ خلُ ِ اَّللِد َو ُّ tidak pernah berbuat keji dan beliau bersabda: “Sesungguhnya di antara orang yang ح َ هذَا حَ د ٌ سى َ ْن َ يب َو َ عبْدِ َحي ٌ ع ْبدُ َّ قَا َ ِيث ص ِ ل أَبُو عِ ي َ غ ِر ٌ اَّللِ ْبنُ إِد ِْر َ يس ه َُو ا ْبنُ ي َِزيدَ ب ِ
terbaik dari kalian adalah orang yang paling baik akhlaqnya.” (HR. Bukhari – No ن ْ ي َّ الرحْ َم ِ اْل َ ْو ِد ُّ )3295
84
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
kemudian Ibnu Mas’ud bertanya, apa lagi?berbakti kepada kedua orang tuan, kemudian apa? Nabi menjawab jihad di jalan Allah. Amal Ibadah yang dimaksud dalam hadis tersebut adalah shalat, berbakti kepada orang tua, dan jihad di jalan Allah. Masih banyak amal-amal ibadah yang di ajarkan Nabi kepada umatnya. Terakhir, tiga poin di atas kiranya menjadi pedoman bagi pendidik agar memberikan penjelasan tentang tujuan pendidikan yang sebenarnya dalam agama Islam (hadis Nabi Saw), sehingga ke depan anak didik menjadi generasi-generasi yang beriman, berkahlak mulia dan beramal ibadah kepada Allah. Iman selalu ditanamkan dalam jiwanya, ahlak mulia menjadi pakaiannya, dan amal shaleh menjadi kebutuhan dalam setiap langkah kehidupannya. 3. Pendidikan Jasmani Menurut Sukintaka pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari pendidikan yang mencoba mencapai tujuan untuk mengembangkan ksehatan jasmani, mental, sosial, dan emosional bagi masyarakat dengan media aktivitas jasmani.32 Pengertian tersebut mendeskripsikan bahwa pendidikan jasmani menekankan kepada proses pendidikan yang menggunakan aktivitas jasmani (badaniyah) untuk mendapatkan kesehatan/kebugaran dalam segala hal. Rasulullah Saw mengajarkan konsep-konsep dalam pendidikan jasmani. Di antaranya adalah memanah,33 32 Sukintaka. Folosof Pembelajaran dan Masa Depan Teori Pendidikan Jasmani, (Bandung: Nuansa, 2004), hlm. 16 33 Memanah pada dasarnya adalah menggunakan senjata. Pada perkembangannya senjata mengalami perubahan sesuai dengan zamannya. Sebab pada saat ini senjata telah berkembang beranekaragam, maka anjuran memanah itu dapat pula bermakna menggunkan senjata modern. Anjuran Rasulullah Saw untuk melatih ketrampilan diri dengan memanah digambarkan dalam sebda beliau.
ث ع َْن أ َ ِبي َ ب أ َ ْخ َب َر ِني َ ور حَ دَّث َ َنا ِ َار َّ ُع ْبد ُ س ِعيدُ ْبنُ َم ْن َ َحدَّثَنَا ٍ اَّللِ ْبنُ َو ْه ٍ ص ِ ع ْم ُرو ْبنُ ا ْلح َ َ َ ْ ْ سو َل َ ُ س ِم َع ُ ع ِل ّي ٍ ث ُ َما َمة ب ِْن ِ ع ْقبَة ْبنَ ع َ َام ٍر ال ُج َهنِ َّي يَقُو ُل َ ُشفَ ّي ٍ اله َْمدَانِ ّي ِ أنَّه ُ س ِمعْتُ َر َ َّ ست َ َط ْعت ُ ْم ِم ْن قُ َّو ٍة َ سلَّ َم َوه َُو و ه ي ل ع َ اَّلل ى ل ص اَّلل ْ َّ َّ َ ْ ع َلى ا ْل ِم ْنبَ ِر يَقُو ُل { َوأ َ ِعدُّوا لَ ُه ْم َما ا ِ َ َ ِ ُ الر ْم ُي َّ َالر ْم ُي أ َ َال إِنَّ ا ْلقُ َّوة َّ َالر ْم ُي أ َ َال إِنَّ ا ْلقُ َّوة َّ َ}أ َ َال إِنَّ ا ْلقُ َّوة Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Sa’id bin Manshur, telah menceritakan keَ ارونَ أ َ ْبنُ أAlت ِْرHarits ست َُوا َّشَا ٌم الدtelah ْنبَأَنَا ِهmengabarkan ‘بَةَ َحدَّث َ َنا يَ ِزAmr ش ْي َ بِيbin ََّحد ْكِ ُّي ع َْن يَحbin ْ Wahb, َثَنَا أَبُو بdari pada kamiيَىAbdullah ُ يدُ ْبنُ َهkepadaku َ َ َ ْ ْ َّ Abu Ali Tsumamah Syufi bahwa ia mendengar ‘Uqbah bin ‘Amir ْ ْ َ ا ْل ُج َهنِ ّي ِ ع َْنbin َام ٍر ةَ ب ِْنAlَع ْقب ق ع َْن ر ز اْل ْن ب اَّلل د ب ع َ َن ع م ال س ي ب أ َن ع ير ث ك ي ب أ ب ُ Hamdani, ِ َّ ْ ِ ِ ع َ ِ ٍ َ ٍ ِ ِ ِ ِْنAl ِ َ َ َ َ َّ ْ ْ َ َّ َ َّ َّ َّ َ ُصانِعَه َّن َ ُاَّلل َّ َّ صلى َ اح ِد الثالثة ال َجنة َ ِ النبِ ّي ِ سه ِْم ال َو َّ اَّللَ ليُد ِْخ ُل ِبال َ عل ْي ِه َو ِسل َم قا َل إ علَ ْي ِه َ ُاَّلل َّ ص َّلى َّ سو ُل َ ِاَّلل َ ِب فِي ِ الر ُ ام َي بِ ِه َوا ْل ُم ِمدَّ بِ ِه َوقَا َل َر ُ يَحْ تَس َّ ص ْنعَتِ ِه ا ْل َخي َْر َو َ َ ْ َ َ َب ِإلَ َّي ِم ْن أ َ ْن تَ ْر َكبُوا َو ُك ُّل َما َي ْل ُهو ِب ِه ا ْل َم ْر ُء ح أ وا م ر ت ن أ و وا ب ك ار و وا م ار َ َو ُّ َ ُ ْ َ ُ ْ سلَّ َم ُ ْ ْ َ َ َ َ سهُ َو ُم َال ِ اط ٌل إِ َّال َر ْميَهُ بِقَ ْو ِ َس ِل ُم ب ْ ا ْل ُم َ س ِه َوتَأدِيبَهُ ف َر ْ ُعبَتَه ِ ّام َرأتَهُ ف ِإنَّ ُهنَّ ِم ْن ا ْلحَق
Konsep-Konsep Dasar Pendidikan Islam Terpadu Ridhoul Wahidi, M.A.
85
erkuda,34 menjaga pola makan,35 menjaga kebersihan,36 b dan lainnya. Kesemuanya bertujuan untuk menjaga dan Juhani, berkata; mendengar Rasulullah Saw beradaبدdi berkata: “اDan ع َْن أَبِيsaya ث َ ب أ َ ْخبَ َرنِي َ اatas حَ دَّث َ َنmimbar ور ِ َار َّ ُ ْ ع ُ س ِعيدُ ْبنُ َم ْن َ ََحدَّثَن ٍ اَّللِ ْبنُ َو ْه ٍ ص ِ ع ْم ُرو ْبنُ ا ْلح persiapkan untuk mereka apa yang kalian mampu berupa kekuatan. Ketahuilah bahwa َ َ سو َل س ِمعْتُ َر َام ٍر ا ْل ُج َهنِ َّي يَقُو ُل ع ْقبَة شفَ ّي ٍ ا ْله َْمد ع َ ُ م َعkekuatan ُ ِل ّي ٍ ث ُ َما َمة ب ِْنkeِ ْبنَ عbahwa ِس َ memanah, َ َُانِ ّي ِ أَنَّهitu ُ adalah kekuatan itu ketahuilah adalah memanah, َ ُ َ ْ َ َ َّ َ َّ ْ ُ ْ َ ُ ة و ق ن م م ت ع ط ت س ا ا م م ه ل ُّوا د ع أ و { ل و ق ي ر ب ن م ل ا ى ل ع َ ُو ه و م ل س و ه ي ل ع َ اَّلل ى ل ص اَّلل ْ hadis َ 2153) ِ ْ ْ ْ itu ُ ِ memanah! ِ ٍ َّ kekuatan َ ُ َ ِ َ (HR. َ َ َ َ –ِ No َ ْ adalah ِ َّ ُ َّ tahuilah bahwa Abuَ Daud الر ْم ُي َّ َ}أ َ َال إِنَّ ا ْلقُ َّوة َّ َالر ْم ُي أ َ َال إِنَّ ا ْلقُ َّوة َّ َالر ْم ُي أ َ َال إِنَّ ا ْلقُ َّوة 34 Rasulullah Saw menganjurkan kepada umatnya untuk belajar berkuda.
ست َُواكِ ُّي ع َْن يَحْ َيى َ َحدَّث َ َنا أَبُو بَت ِْر ْبنُ أَبِي ْ َّارونَ أ َ ْنبَأَنَا ِهشَا ٌم الد ُ ش ْيبَةَ َحدَّث َ َنا يَ ِزيدُ ْبنُ َه َام ٍر ا ْل ُج َهنِ ّي ِ ع َْن َ س َّال ٍم ع َْن ُ ق ع َْن َّ ع ْب ِد ِ ع ْقبَةَ ب ِْن ع َ ير ع َْن أ َ ِبي ٍ ِب ِْن أ َ ِبي َكث ِ اَّللِ ب ِْن ْاْل َ ْز َر َ َ َ َ َّ ْ ْ َ َّ َ ُصانِعَه َ ُاَّلل َّ َّسل َم قا َل إِن َّ صلَّى َ اح ِد الث َالثة ال َجنَّة َ ِ النَّبِ ّي ِ سه ِْم ال َو َّ اَّللَ ليُد ِْخ ُل ِبال َ عل ْي ِه َو ْ ْ َ علَ ْي ِه َ ُاَّلل و ْر ي خ ل ا ه ت ع ن ص ي ف ِب َّ ص َّلى َّ سو ُل َ ِاَّلل َ ِ الر ِ ِ ِ َ ُ ام َي ِب ِه َوا ْل ُم ِمدَّ ِب ِه َوقَا َل َر َ ُ يَحْ تَس َّ َ َ َ َ ْ ْ َ َب إِل َّي ِم ْن أ ْن تَ ْر َكبُوا َو ُك ُّل َما يَل ُهو بِ ِه ال َم ْر ُء َ َو ُّ ار َكبُوا َوأ ْن ت َ ْر ُموا أح ْ ار ُموا َو ْ سلَّ َم ْ َ َ َ ْ َ َّ َ َّ ْ ُ َ ُ َ ُ ُ َ ُ َّن ح ل ا ن م ه ن إ ف ه ت أ ر ام ه ت ب ع َ ال م و ه س ر ف ه ب ِي د أ ت و ه س و ق ب ه ي م ر ال إ ل اط ب م ل س َّق ٌ ِ َ ِ ُ َ َ ِ ِ َ ِ ْ َ ْ ْ ْ َ َ ِ َ ُ َ َ ِ ُ ا ْل ُم ِ ِ Artinya: ”Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah; telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun; telah memberitakan kepada kami Hisyam bin Ad Dastuwa`i dari Yahya bin Abu Katsir dari Abu Sallam dari Abdullah bin Azraq dari Uqbah bin Amir Al Juhani dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah akan memasukkan tiga orang ke dalam surga dengan satu anak ْ َ ع َْن أ َ ِبي َمالِكٍ ْاْل ش ْط ُر َ ور َ ُاَّلل شعَ ِر َّ ص َّلى َّ سو ُل َ ِاَّلل َ ع َل ْي ِه َو ُ ي ِ َقا َ َلَ َقا َل َر ُ س َّل ْ َم ال ُّط ُه panah; pertama; berharap ع َْن أَبِيpembuatnya, ث ع ْم َ يmana اَّللِ ْبنُ َو َ اdengan ور ّ حَ دَّثن س ِع ِ َار َّ ُع ْبد ِب أ َ ْخبَ َرن ُ يدُ ْبنُ َم ْنkebaikan, َ َْحدَّثَنَا ٍ ia ْهmembuatnya ٍ ص ِ ُرو ْبنُ الحyang اإلي َمان kedua; yang و َلmembidikkannya, س َام ٍر ع ْقبَةَ ْب س ِم َع ةَ ب ِْنRasulullah ع ِ ِل ّي ٍ ث ُ ِ َما َم َ ُ membentangkannya”. ُ Dan َ ا ْل ُجketiga; ِ نَ عyang َ هنِ َّي يَقُو ُلdan َ ُشفَ ّي ٍ ا ْله َْمدَانِ ّي ِ أَنَّه ُ س ِمعْتُ َر Saw bersabda: ‘Lemparlah dan kendarailah tunggangan, sesungguhnya melemparnya َ ُ ْ َ َ َ َّ َ َّ ْ ُ ستَط ْعت ُ ْم ِم ْن ق َّو ٍة َ سل َم وهُو َ ُاَّلل َّ صلى َّ َ ِاَّلل ْ على ال ِمنبَ ِر يَ َقو ُل { َوأ ِعدُّوا ل ُه ْم َما ا َ عل ْي ِه َو ُ دَّ َثَنَا َ اللَّيdan ِل ًماsukai سا ب ش عق ْي ٍل ع َْن ا ْبنُ بُ َتيْرmainan َحدََّثَنَا يَحْ يى ُ ْث ع َْن ِ ب ِْنmengendarai َ َّأَنdari kalian itu lebih aku ٍ هَاpada ََال إِنَّ ا ْل َقُ َّوةapaَ ُي أ َ َال إِنَّ ا ْلقُ َّوةtunggangan, َُي ٍ أ َ َالحَإِنَّ ا ْلقُ َّوةsegala م الر أ الر ْم ُي م الر } ْ ْ َّ َّ َّ pun yang dilakukan صلَّى َر ُه أَنَّ َرadalah ع ْن َ ُاَّلل َم َر َر ِض َيmelempar ع ع ْب َ َّأَنpanah, ُ َاَّللِ ْبن َّ oleh َّ سو َل َّ kecuali َّ َدanak َ seorang َ ُه َما أ َ ْخبbathil ُأ َ ْخبَ َره ُ muslim ِاَّلل ُاَّلل merawat kuda danيcanda َ س ِل ُم أ س ِل ِم ُمهُ َو َم ْنisterinya, س ِل َال يَ ْظ ِل ُمsemuanya ( قَا َل اHR. سلَّ َم علَ ْي ِه َ ْ ُخو ا ْل ُمadalah ْ ْل ُمhak.” ِ كَانَ فdengan ْ ُهُ َو َال يsungguh َ َوIbnu ُّي ع َْن2801) َ َحدَّث َ َنا أ َ َبُو بَت ِْر ْبنُ أَبِي َيَحْ يhadis ِست َُواك ْ َّارونَ أ َ ْنبَأ َ َنا ِه ًشَا َ ٌم الد ُْ ش ْيبَةَ َحدَّث َ َنا يَ ِز ْيدُ َ ْبنُ َه Majah – ىNo ُْعنه َ ُاَّلل َ اَّللُ فِي حَا َجتِ ِه َو َمن ف َّر َّ س ِل ٍم ك ُْربَ ْة َف َّر َج َّ َ َحَا َج َ ِة أ ِخي ِه كَان ْ ج ع ََن ُم ِن ّي ِ ع َْنkuda ٍر ا ْل ُج َهuntuk َام عق َبة ق اَّللِ ب ِْن ْاْل ْز َ sebagian س َّال ٍم ع َْن ع َْن أ ِبyang ير ب ِْن أ ً ِب ُ ع َْنsekarang َّ ع ْب ِد ِ ْ ب ِْن عkonteks َ ْ يorang Menunggang hanya ٍ ي ْ َك ِثmemِ س َت َرر ْ َ ة م ا ي ق ل ا م و ي اَّلل ه ا م ل س م ر ت س ن م و ة م ا ي ق ل ا م و ي ت ا ب ُر ك ن م ك ُْربَة ِ َّ ِ َ ِ َ ِ ْ ِ َ ِ َ َ ِ ُ ْ َ َ ْ َ َ َ َ َ ُ َ ُ ً ِ ُ َ َ َ َ َ اح ِد الثَّ َالث pelajarinya ُانِعَهdan َّا َل إِنdipahami ص ة ا ْل َجditafsirkan سه ِْم اَّللَ َليُد ِْخ ُل س َّل َم ق َ sebagai َّ dapat َّ ص َّلى َ َّنةjika َanjuran ِ ا ْل َوsecara َّ ِبالumum, َ ع َل ْي ِه َو ُاَّلل ِ ال َّنبِ ّي menguasai علَ ْي ِه َ penggunaan سو ُل ام َي ِب ِه َوا ْل ُم ِمدَّ ِب ِه َو َّ ص َّلى َّ teknologi َ ِاَّلل َ ِب ِفي ِ الر ُ قَا َل َرtransportasi. ُ َيحْ تَس َّ ص ْن َع ِت ِه ا ْل َخي َْر َو ُاَّلل َسدَّدٌ قَا َل َحدَّث ْع َش ْعبَةَ عَ َْن قَتَا ْدَةَ َ ْع َْن َ أَن َ ْ ُ ه ن َ اَّلل ي ض ر س َن ع ى ي ي ا ن م َوحدَّثَنَا ُ َْح َّ َ ٍ َ ِ َ ُ ُ َ َ َ ْ ْ َ ار َكبُوا َوأ ْن ت ال َم ْر ُءseseorang َما يَل ُهو بِ ِهsangat وا َو ُك ُّلberpengaruh َب ار ُموا َو ُإِل َّي ِمن أن ت ْر َكبterhadap َ Seُّ ْر ُموا أحkesehatan ْ badannya. ْ سلَّ َم َ 35 Pola makan َّصل َّْع َْن الن دَ ِةُم ْنعا ْْلَنyang ث َفََنإانَّ ُقَهت َنَّاsehat, َّقَاام َلرأَتََحهُدpola ععَبَِلّتَِم َ ْلال ُمmakannya ْنما سهُي ِيوبَعهُ َْنفَر ُحjuga سولَّت َ َم س َو عبلَقَ ْيو ِه َ baik, اَّلل َّالىyakni ِببَ ّيteratur َّ َ َ َ َ ُ ٍ ِ ْ lain bahan makanan harus ُ ُ ح ه َ و س د أ ه ه ي م ر إ ل اط م ل س م ل َّق ٌ ِ ِ َ ِ ِ ْ َ ْ َ ِ َ ْ ُ َ َ ُ ُ ا ِ ْ َ ِ ِ َعل ب ِْل َ ِخي ِه تَّى يُ ِحberfirman ِمنُ أ َ َحدُ ُك ْم َحdalam قَا َل َال يُ ْمsurat سلَّ َم َ ُاَّلل َّ صلَّى َ ِ أَنَ ٍس ع َْن النَّبِ ّي َ َوalْي ِهA’raf:31. َّAllah dan tidak berlebihan. س ِه ِ ب ِلنَ ْف ُّ َما يُ ِح أَبِيdan ب ِْنminumlah, َ ةَ ب ِْنdan َ بُ ْردjanganlah انُ ع َْن أَبِيberlebih-lebihan. َح ْدَّثَنَا َخ َّالدُ ْبنُ يَحAlَّ ع ْب ِد َس ْفي ُ َيى َقا َل َحدَّث َ َناSesungguhnya ِاَّلل Artinya: ”…Makan َ َ َّ َ َّ َ َّ ْ ْ ْ َّن إ ل ا ق م ل س و ه ي ل ع َ اَّلل ى ل ص ي ب ن ال َن ع ى س و م ي ب أ َن ع ه ّ د َن ع ة َ د ر ب ِ َ َ َ َ ِ yang ْ ُ berlebih-lebihan.” َّ lah tidak menyukai ِ orang-orang َ ِّ ِ ِ َ ْ ِ َج َ ُع ْ َْن أ َي ِ َقُا َل َق ْ ش ُّ سلَّ َم ال َعل َّصل ْ ر ط َ ور ه ط و ه ي َ اَّلل ى اَّلل ل و س ر ل ا ر ع ش اْل ل ا م ي ب ْ َّ َّ َ َ ُ ٍِك ُ ِ َ َ ُ َ ِ َ َ ُ ُ ُ ِ ِ ّ َ Maksudnya adalah janganlah ُهmelampaui ُ دُّ بَ ْعdibutuhkan ش نَ ِل ْل ُم ْمtubuh ا ْل ُم ْم ِم َ ًا َوbatas هُ بَ ْعضyang ض ُ َان ي َشبَّكَ أصَابِع ِ َ ِم ِن كَا ْلبُ ْنيoleh ان ِ اإلي َم ِْ dan jangan pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan. 36 Kebersihan memiliki pengaruh kepada kesehatan danَ keadaan jasmani َ sesُ َحدَّثنَا يَحْ َيى ْبنُ بُ َتي ٍْر حَ دَّثنَا اللَّي َّب أَن سا ِل ًما ْث ُ ع َْنpersoalaan ِ ْنmemperhatikan َ Saw ٍ شهَا ِ عقَ ْي ٍل ع َْن اب eorang. Rasulullah sangat ini. Wujud perhaصلَّى ر ُه أَنَّ َرberikut. َ ُاَّلل َ َّأ َ ْخبَ َرهُ أَن ُ َاَّللِ ْبن َّ dilihat َّ سو َل َّ ع َم َر َر ِض َي َّ َع ْبد َ ِاَّلل ُ hadis َ َع ْن ُه َما أ َ ْخب tian beliau dapatُاَّلل dalam َ َ ْ ْ ْ ُ َ َ ْ ُ ُ ََان س ِل ُمه َو َمن ك فِي َ ْ س ِل ُم أخو ال ُم ْ سلَّ َم قا َل ال ُم ْ ُس ِل ِم ال يَظ ِل ُمه َوال ي َ علَ ْي ِه َو ً ُع ْنه َ ُاَّلل َ اَّللُ فِي حَا َجتِ ِه َو َم ْن فَ َّر َّ س ِل ٍم ك ُْربَة فَ َّر َج َّ َحَا َج ِة أ َ ِخي ِه كَان ْ ج ع َْن ُم اَّللُ َي ْو َم ا ْل ِق َيا َم ِة ِ ك ُْر َبةً ِم ْن ك ُُر َبا َّ ست َ َر ُه ْ ست َ َر ُم َ س ِل ًما َ ت َي ْو ِم ا ْل ِق َيا َم ِة َو َم ْن
ُع ْنه َ ُاَّلل ُ سدَّدٌ قَا َل َحدَّثَنَا يَحْ يَى ع َْن َّ ش ْعبَةَ ع َْن قَتَادَةَ ع َْن أَنَ ٍس َر ِض َي َ َحدَّثَنَا ُم
سو َل َ س ِم َع ُ ع ِل ّي ٍ ث ُ َما َمةَ ب ِْن ُ ع ْقبَةَ ْبنَ ع ِ َام ٍر ا ْل ُج َهنِ َّي يَقُو ُل َ ش َف ّي ٍ ا ْله َْمدَانِ ّي ِ أَنَّهُ َ س ِمعْتُ َر ُ َ ُ َ ْ َ َ َّ َ َّ ْ ُ ْ َ ُ ستط ْعت ْم ِمن ق َّو ٍة سل َم َوه َُو َ اَّللُ َ صلى َّ َّ اَّللِ َ على ال ِمنبَ ِر يَقو ُل { َوأ ِعدُّوا ل ُه ْم َما ا ْ عل ْي ِه َو َ الر ْم ُي الر ْم ُي أ َ َال إِنَّ ا ْلقُ َّوةَ َّ الر ْم ُي أ َ َال إِنَّ ا ْلقُ َّوةَ َّ }أ َ َال إِنَّ ا ْلقُ َّوةَ َّ
Konsep-Konsep Dasar Pendidikan Islam Terpadu 87 ش ْيبَةَ ست َُواكِ ُّي ع َْن يَحْ يَى ْ M.A.بنُ أَبِي َ َحدَّثَنَا أَبُو بَت ِْر َ Wahidi,حدَّث َ َنا يَ ِزيدُ ارونَ أ َ ْنبَأَنَا ِهشَا ٌم الدَّ ْ ْRidhoulبنُ َه ُ
َام ٍر ا ْل ُج َهنِ ّي ِ ع َْن س َّال ٍم ع َْن َ ق ع َْن ُ ع ْب ِد َّ ع ْقبَةَ ب ِْن ع ِ ير ع َْن أ َ ِبي َ ب ِْن أ َ ِبي َكثِ ٍ اَّللِ ب ِْن ْاْل َ ْز َر ِ َ َ َ َ َّ ْ ْ َ َّ َ صانِعَهُ اَّللُ َ سل َم قا َل إِنَّ َّ صلَّى َّ اح ِد الث َالثة ال َجنَّة َ النَّبِ ّي ِ َ سه ِْم ال َو ِ اَّللَ ليُد ِْخ ُل ِبال َّ عل ْي ِه َو َ َ ْ ْ َ َّ ْ 40 َ ه ي ل ع َ اَّلل ى ل ص اَّلل ل و س ر ل ا ق و ه ب َّ د م م ل ا و ه ب ي ام الر و ْر ي خ ل ا ه ت ع ن ص ي ف ِب ْ َّ َّ َ َ ُ َ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َ ُ َ َ َ يَحْ تَس ُ ِ َ َ ُ ُ ِ َّ َ ِ jaga persatuan. َ َ َ ْ ْ َ َ َ وام ُر َوو ُك ْب ُّلنُ َمااْ ي ُء ث بِع ِه َْنالأبِ َم ْر َار ُه ِو َ َوحدَّ َ اَّللِ ُّ سْ ب ْنأ أ ْخ ْبَن َرنِتَ ْري َكبُ َ َب ْبنُإِل َ َّو ع ْب ور َوأحَ ْندَّث َت َن ْار ُم َ ار ِع ُميدُوا ْب َنُو ْ َم وادُ أحَّ ار ْن َكبُ ُ سث َلَّنَ َام َ عْ ي ْه ِم ٍ صوا ٍ Intelektualلحيَل ِ 5. Pendidikan ْ َ َ َ ْ َ َ َ َّ َ َ َّ ْ ُ ُ َ ُ َ ُ ُ َ ُ ْ ْ نَّ ْ َ ح ل ا ن م ه ن إ ف ه ت أ ر ام ه ت ب ع َ ال م و ه س ر ف ه ب ِي د أ ت و ه س و ق ب ه ي م ر ال إ ل اط ب م ل س َّ َقّ ٌ ِ ُ َ َ ِ ِ َ ِ َ ِ ْ ُ نَ َ ْ ْ ْ َ َ سو َل ر ع م س ل و ق ي ي ن ه ج ل ا ر َام ع ب ة ب ق ع ع م س ه ن أ ي ن َا د َم ه ل ا ي ف ش ْن ب ة م ا م ث ي ا ْل َ ِ َ ُ َ َ ِ ْتُ ُ ُ ْ ِ َ ُ َ َّ ِ intelektual ٍِ ُ َ adalah ِ ٍ ّproses َ meninَِ َ ُ َ Pendidikan ع ِلُم ّ ٍ ُ َ ِ ِ ِّ sebuah َ ُ َ ْ ِ dalamر يَقُو ُل { َوأ ِعدُّوا لَ kualitasت ُ ْم ِم ْن ق َّو ٍة ستَط ْع َ berbagai سلَّ َم َوه َُو علَ ْي اَّللُ َ صلَّى َّ َّ َ ilmu ُ kemampuanه ْم َما ا ْ ع َلى ال ِم ْنبَ ِ bidangه َو َ اَّللِ gkatkan َ َ َ ْ ْ ْ َ َ َ ُ ُ ُ َ َ َ نَّ نَّ نَّ ي م الر ة و ق ل ا إ ال أ ي م الر ة و ق } ل ا إ ال أ ي م الر ة و ق ل ا إ ال أ ْ َّ َّ ِ ُ pengetahuan sehingga den ْ َّ mampu َّ ِ ُ menyesuaikan ُ ْ َّ dirinya َّ ِ
gan kemajuan ilmu pengetahuan dalam rangka menjalankش ْيبَةَ َحدَّث َ َنا يَ ِزيدُ ْبنُ ست َُواكِ ُّي ع َْن يَحْ يَى ارونَ أ َ ْنبَأَنَا ِهشَا ٌم الدَّ َحدَّثَنَا أَبُو بَت ِْر ْبنُ أ َ ِبي َ an fungsinyaْ sebagai َ Allahه ُhamba dan khalifah-Nya, untuk َ َ ْ ْ ْ ْ َّ ي ِال َقٍما َلع ْقََنا َل َ س قى ع ََّْن اَّللِاْلز اَّللُ ُ سلَّع َم ِ شعَي ِر ّ َ يرِكٍع ْ َdengan بع ِ ْ َناْل َأَبِْ شع ْط َُْنر ورنِ ّي ِ َ عقلَبَ ْية ِه ب َ ِو عَ س َّو ع ْب َ ِدر ْنَن أ َأ َبِ ِبيي َكثِ َما ٍل اَّللِ ُلب ِْن َّ صرلَّ ِ ْن َ ُ konsep َام ٍرال ا ُّطل ُه ُج َه ُ membangun dunia ini yang ditetapkanصانِعَهُ اَّللُ َ ي ب سلَّ َم َقا َل إِنَّ َّ صلَّى َّ اح ِد الثَّ َالث َ َة ا ْل َجنَّ َة َ 41 ان َ سه ِْم ا ْل َو ِ اَّللَ لَيُد ِْخ ُل ِبال َّ علَ ْي ِه َو َ اإلنَّيِ َم ّ ِ ِ ْال ِ Nya. َ ْ ْ َ َّ ْ َ َ عل ْي ِه اَّللُ َ صلى َّ سو ُل َّ اَّللِ َ ِب فِي َ الر ِ ام َي بِ ِه َوال ُم ِمدَّ بِ ِه َوقا َل َر ُ يَحْ تس ُ صنعَتِ ِه الخي َْر َو َّ Pendidikan intelektual mengajarkan kepada anakَّ diَ َ َ َ ْ ْ ْ َ َ َ َ َ سا ُهِل ًموا بِ ِه ا ْل َم ْر ُء ب ُّل أَ َنَّما يَ َْل واه ََاو ُ ٍك ب ك ر ت ن أ ن م ي ل إ َب ح أ وا م ر ت ن أ و وا ب ك ار و وا م ار َّ َ ِ ُ ُ ُ َ َ َوحدَّ َ ُّ ْ ْ َ ْ َ ْ ْ ْ ِ ُ ُ نُ َ ش ْن ب ا َن ع ل ي ق ع َن ع ْث ي ل ال ا ن ث َّ د ْر ي ت ب ب ى ي ي سث َلنَ َام َحْ َ ْ ُ ٍ حَ ِ ِ ٍ ْ َّ ُ tidak taklid pendidik.ا ْلحdik dan Maksudnya, buta terhadap عب َتَهُ امرأَتَهُ فَإنَّهنَّ م ْن ا َ ْلمسلم َ باطل إ َّال رميهُ بقَوسه وتَأْدِيبهُ فَرسهُ َوم َال َ
ع َمْ َر ِ َر ِ ِ َ ع ٌ ْبدَ ِ َّ َ اَّللُ َ أ ْخ ُبَ َ ْر ِهُ ُأ َنَّ ِ َ اَّللِ ْ ْب َنَ ِ ُ صلَّ ِى َّ سو َل ِ َّ ض َي َ َّ اَّللِ ُ َ اَّللُ َقّ ِ ع َ ْن ُه َ َما أَ ْخُبَ َر ُه َأنَّ َر ْ َ ُ َ َ ْ ْ ْ ُ َ َ ُ م ل س م ل ا و خ أ م ل س م س ِل ُمهُ َو َم ْن كَانَ ِفي ي ال و ه م ل ظ ي ال ل ا ل ا ق سلَّ َم َ َ َ ُِ َ ُ ْ علَ ْي ِه َو َ ُ ِِْ ُ ِْ ُ hadis tersebut menggambarkan kecintaan seorang guru kepada murid dalam ً َ َ َ ع ْنهُ اَّللُ َ م ج ع يحَاَ جتِ ِ ه َ وَ مْ ن ف ِة أِخيِ ه ك حَا َج بَة ف َّر َج َّ َانََّ َْ نُ مْ س ِل ٍ اَّللُ metodeكُْ ر َّ ر َ danفِ proses belajar mengajar. yang lemah lembut ك ُْربَةً Artinya,ا َم ِة ِ perhaم ْن ك ُُربَاِ penuh ست َ َرهُ َّ اَّللُ يَ ْو َم ا ْل ِقيَ ست َ َر ُم ْ س ِل ًما َ ت يَ ْو ِم ا ْل ِق َيا َم ِة َو َم ْن َ tian dalam mentransfer ilmu kepada muridnya. Rasulullah Saw bersabda.
صةَ َّلىع َْن َّأ َ س َمدَّادٌلِكٍقَا َل ْاْل َ َح ْ ش ْط ُر ور َ اَّللُنَ ٍ َ ي َِحْ َقيَاى َل َق سةَو ُلع َْن َّ اَّللِقَتَادَ َ ع َل ْي َر ِه ِض َو َي َ شر ْعبَ ُ ع ْنُّط ُه ُ اَّللُ ال َ س شدَّعثَ ِنَرا ّي َنثَنَأ َا ِب ُم ع َح ْدَّ عا َْن َل َُ س َّل َم َّ ي َ اإل ْيَن َمال ِنَّ سي ٍْن ا ْل ُمعَ ِلّ ِم قَا َل َحدَّث َ َنا قَتَادَةُ ع َْن اَّللُ َ صلَّى َّ ان ِب ّي ِ َ ْع ِ سلَّ َم َوع َْن ُح َ علَ ْي ِه َو َ َ َ َ َّ َ َّ َّ َ ب ِْل ِخي ِه اَّللُ َ صلى َّ أَنَ ٍس ع َْن النبِ ّي ِ َ عل ْي ِه َو َ سل َم قا َل ال يُ ْم ِمنُ أ َحدُ ُك ْم َحتَّى يُ ِح َّ َ َ َّ َ س ْبِهنُ بُ َتي ٍْر حَ دَّثنَا اللي ُ سا ِل ًما مَحادَّث َيُنَ ِاح ُّي ْث ع َْن ُ عق ْي ٍل ع َْن اب ِْن ِ ب أنَّ َ شهَا ٍ بَحْ ِلنَي ْفى ِ س Musaddadا أ َ ْخبَ َر ع ْن ُه َم اَّللُ َ اَّللِ ْب ع ْبدَ أ َ ْخبَ َرهُ أَنَّ َ telahنَ ُ صلَّى َّ kepadaو َل َّ ض َي َّ َّ menceritakan اَّللِ َ ُ kamiه أَنَّ َر ُ ع َم َر َر ِ اَّللُ Artinya: ”Telah menceritakan berkata, َ َ ْ ْ ْ س ْف ِليَ ِمانُ َ َانَ خحدَّوث َ َناال ُم س ِلقَا ُم َلأ ع ْب َ ِدو َم ْن dariالعيَ َْنظ ِلأ َ ُمبِهُي َبُو ساللَّدُ َم ْبقنُا َ علَدَّ ْ dariيث َ ِنَها َو َخ َّ سْ ْ Nabi ْdari َDan dariأ َفِبِي ْن س ِل ِْن ُمهُ َ َْ Qotadahرالدَةَيُ ب َ Sawليَحْال َي ُمى ح َّSyu’bah َ ُ dari ُ Anas اَّللِ كب ِ kepada kami Yahya َ ع ْلَُر ْيبَ ِهةً َفَ َ َ ْ ع ِإ ْننَّهُ َانَ س َلَّ َ َ berkata, ر اَّللُم ع ج ر ف ن م و ه ت ج َا ح ي ف اَّلل ك ه ي خ أ ة ج َا ح َّ َ َّ َ َ ص َْنلَّى ُم ْ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ْ ْ ْ َ َ telahو ََّ س ِل َّ ٍ َّ اَّللُ َل ج َم قَ َّا menceritakanك َ ي ب ن ال َن ع ى س و م ب أ َن ع ه ّ د َن ع ة َ د ر ُ Husain Al Mu’alim kepada kami Qotadah dari Anas dari ِ ِّ َ جَ ِ ِ ِ ُ َ بُ ْ ً ْ ْ َ ْ ْ َ َ ِ wasallam,ة Nabi shallallahu ‘alaihi beliau bersabda: “Tidaklah beriman seseorang dari اَّللُعَ يَهُ ْو َم ال ِقيَا َم ستبَ َر ْع ُم اك ْل ُْرُمبَ ْمة ِم ِمنَن ِل ْلك ُم ُُرْمبَ ِام ِ ِ سكَت َأرهُصَابِ َّ ضًا ْ شبَّ َ ضه ُ َ شدُّ َوبَ َم ْعن ُ ن س ِل َو ًما َ ان َياي َم ِةُ ت يَكَاْوْل ِبُم ْن ايَل ِق ِ kalian sehingga dia mencintai untuk saudaranya sebagaimana dia mencintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Bukhari – No )Hadis 12 ع ْنهُ اَّللُ َ سدَّدٌ َقا َل َحدَّثَنَا يَحْ يَى ع َْن ُ ش ْعبَةَ ع َْن َقتَادَةَ ع َْن أَنَ ٍس َر ِض َي َّ َحدَّثَنَا ُم َ َْ memberikanن 40 Rasulullah Saw perumpamaan persatuan dengan sebuah َ َ َ ْ ّ َّ َ َّ ُ َ ْ َ سي ٍْن ال ُمعَ ِل ِم قا َل َحدَّثنا قتادَة ع اَّللُ َ ع َْن صلى َّ banالنَّبِ ّي ِ َسل َم َوعَن ُح َ عل ْي ِه َو َ gunan yang saling menguatkan antara satu dengan yang lain. Perumpamaan َ َ ب ِْل ِخي ِه اَّللُ َ صلَّى َّ أَنَ ٍس ع َْن النَّبِ ّي ِ َ علَ ْي ِه َو َ سلَّ َم قَا َل َال يُ ْم ِمنُ أ َحدُ ُك ْم َحتَّى يُ ِح َّ persatuan ini mudah sekali dipahami oleh kalangan akademik maupun orang س ِه ب ِلنَ ْف ِ َما يُ ِح ُّ awam. Berikut hadis rasulullah Saw. س ْفيَانُ ع َْن أ َ ِبي بُ ْردَةَ ب ِْن َ ع ْب ِد َّ َحدَّث َ َنا َخ َّالدُ ْبنُ يَحْ َيى َقا َل َحدَّث َ َنا ُ اَّللِ سل َمَّ َ َّ اَّللُ َ صلى َّ سى ع َْن النَّبِ ّي ِ َ عل ْي ِه َو َ بُ ْردَةَ ع َْن جَ ِدّ ِه ع َْن أَبِي ُمو َ شبَّكَ أَصَا ِبعَهُ شدُّ بَ ْع ُ ضهُ بَ ْعضًا َو َ ان يَ ُ ا ْل ُم ْم ِمنَ ِل ْل ُم ْم ِم ِن كَا ْلبُ ْنيَ ِ
ب ِْن أ َ ِبي قَا َل إِنَّ
Artinya: ”Telah menceritakan kepada kami Khallad bin Yahya berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Abu Burdah bin ‘Abdullah bin Abu Burdah dari Kakeknya dari Abu Musa dari Nabi Saw, beliau bersabda: “Sesungguhnya seorang mukmin dengan mukmin lainnya seperti satu bangunan yang saling menguatkan satu sama )lain.” kemudian beliau menganyam jari jemarinya.” (HR. Bukhari – No Hadis 459 41 Bukhari Umar. Hadis Tarbawi (Jakarta: Amzah,2012), hlm. 57
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014 َ
86
َ
ث ع َْن أبِي ع ْم ُرو ْبنُ ا َ anggotaرنِي َ اَّللِ ْب َ dan lainحَ دَّث َ َنا ور س ِعيدُ ْبنُ َم َار ِ ع ْبدُ َّ ب أ ْخبَ ْ sebagainya.ن ُ َحدَّثَنَا َ tubuhنُ َو ْه ٍ ص ٍ ْ kesehatanلح ِ memelihara َ َ َ ْ ْ ْ َ ُ َّ ُ نَ ل و س ر ع م س ل و ق ي ي ن ه ج ل ا ر َام ع ب ة ب ق ع ع م س ه ن أ ي ن َا د َم ه ل ا ي ف ش ْن ب ة م ا َ ْتُ ُ ُ َ ُ َ َِ َ َ ْ ِ َ ُ Sosial ِ ٍ ُ َ ِ َّ َ ع ِل ّي ٍ ث ُ َم َ ِ ٍّ ْ ِ ِّ 4. Pendidikan َ ُ َ ْ ستَط ْعت ُ ْم ِم ْن ق َّو ٍة ع َلى ال ِم ْنبَ ِر يَقُو ُل { َوأ ِعدُّوا لَ ُه ْم َم سلَّ َم َوه َُو علَ ْي ِه اَّللُ َ صلَّى َّ bisa َّ َ hidadalahا ا ْ َ tidakو َ اَّللِ Manusia mahkluk sosial.َ Mereka َ َ َ ْ ْ ْ َ َ َ ُ ُ ُ َ َ َ نَّ نَّ نَّ الر ْم ُي ة و ق ل ا إ ال أ ي م الر ة و ق } ل ا إ ال أ ي م الر ة و ق ل ا إ ال أ َّ َّ َّ ِ ِ hidup ِ dan ُ ْ َّ harus ُ ْ َّ sosial up tanpa orang lain, َّ maka manusia tidakَ mementingkan pribadi masing-masing. Rasulullah Saw ب أَ ث عع ْ ْ َنَن يأ ِبَحْ يَيى ش ْيحَبَدَّ َةث َ َنا َحدَّعث َ ْبَنادُ يَ ِز َّي ور َ ونَ ْخبَأ َ َ ْنربَنِأَنَيا َ َار ُّي ِ س ْلت َحُوا ِكِ ع ِه ْمش ُرَا ٌمو ْبالنُدَّ ا ْ س ِوعيبَدُت ِْبْرنُ ْب َنُم ْن أ َ ِب ُ َحدَّثَنَا أَبُ َ اَّللِدُ ْب ْبنُنُ َو َ ْه ُ ار ٍ صي ٍ mendidik umatnya agar memiliki sifat sosialis yang َ tinggi. ْن ّأ َ سوع َل َْن َام ٍ َر ع ِْقْنبَةَ ْاْل َ ْب ْزنَ َر سه َّ َْمال ٍدمَانِعّي ِ َْنأَنَّهُ َ ع س ِم ََّع ع ِل بَ اَّللِ ب ُ يرب ِْنع َْن ُ َامع ٍر َْنا ْلعُج ْقهبَنِةَ َّيب يَ ِْنقُوع ُل ِ ق ِ ش أفَبِ ّي ٍيا ْل َ ع ْب ِد َ س ِما ْلع ُجْتُ َهنِ َر ّي ِ ُ ي ٍبِث ُي َما َك َمثِة ٍ ِ Pendidikan sosial yang dimaksud dalam poin ini adalah ج َّن ِم َة ْن َقُ صا َّونِ ٍةعَهُ سأ َه ِعِْمد ا ْل اَّللُ َل ْي َِ ص ال َّن سث َت َ َة َط ا ْع ْلت ُ َْم ع َلإِىنَّ ا ْل ِم َّ ْن س َ َّلو َمه َُوَقا َل َ ع اَّللُ َّ َ ى َّلى َّ ص َّل َ اَّللِب ّي ِ َ ُّوا َو َل ُهِ اح ْم ِد َماالثَّا َال ْ اَّللَبَ ِ َلريُ يَدقُ ِْخو ُل ُل ِب{ال َو َّ س ََّلو َم َ عه َل ْي َو ِه َ proses pembinaan pembelajaranةَوقَاdan kesadaran sosial, sikap يَ}حْأ َت َالسإِ ُنَّ علَ ْي ِه اَّللُ َ ص َّلى َّ سو ُل َّ اَّللِ َ ِب افِ ْلقُي َّوةَ َ الروةَ ِ الر َل ْم َ ُري ُ الرعَتِ ْم ِه ُي اأَْل َ َالخيإِ َْرنَّ َاو ْلقُ َّ الر ْبِم ِه ُي َأ َو َاال ْل ُإِم ِنَّمدَّا ْلبِقُ ِه َّو َ َّ ام َي َّ ص ْن َّ sosial, keterampilan sosial agar anak hidup dengan baik ِ danه ا ْل َم ْر ُء َو َ ار َكبُوا َوأ َ ْن ت َ ْر ُموا أَح ُّ ار ُموا َو ْ سلَّ َم ْ َب إِلَ َّي ِم ْن أ َ ْن تَ ْر َكبُوا َو ُك ُّل َما يَ ْل ُهو بِ serta wajar ditengah-tengah lingkungan dimana hidup/tingَ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َّ َ َ َ َ َّ ْ ُ َ ُ َ ُ ُ َ ُ ْ نَّ َ ونَ نُ نُ ح ل ا ن م ه ن إ ف ه ت أ ر ام ه ت ب ع َ ال م و ه س ر ف ه ب ِي د أ ت و ه س و ق ب ه ي م ر ال إ ل اط ب م ل س ست َُِواكِ ُّي عَقّ َِن يَحْ يَى ار ُ َأنبَأنا ْ َ ِهشَا ٌم ِالدَّ ُ ْ ا َْلح ُدمَّثنْا ِ ُأبُ َو ِبَتٌ ِْر ِ ْب َ أْبِ َي ِش ْيبَ ِة ِ َح َدَّثنا ي َ ِزيدُ َ ْب َ ه َ ُ 37 gal. Ada beberapa pendidikan yang Nabi, َ َام ٍر ا ْل ُج َهنِ ّي ِ ع َْن ع ْب ِد ع َْن َ س َّال ٍم ير ع َْن أَبِي ق ع َْن ُ َّ sosial ع ْقبَة ب ِْن ع ِ َ diajarkan ب ِْن أَبِي َكثِ ٍ اَّللِ ب ِْن ْاْل َ ْز َر ِ yang umum الثَةَ ا ْل َجنَّةَ اَّللَ لَ اح ِد الثَّ َ صا ِن َعهُ سهْم علَ ْي ِه َو اَّللُ َ ص سلَّ َم قَا َل إنَّ َّ antaraلَّىَّ Di َ secara النَّ ِب ّي ِ َ mewakiliا ْل َو ِ pendidikanيُد ِْخ ُل بال َّ َ sosial. ِ ِ 38 saling ِ mencintai, 39 dan men nya adalah saling menolong, َ ْ ْ علَ ْي ِه اَّللُ َ ص َّلى َّ سو ُل َّ اَّللِ َ ِب فِي َ الر ِ ام َي بِ ِه َوال ُم ِمدَّ بِ ِه َوقا َل َر ُ يَحْ تَس ُ ص ْنعَتِ ِه ال َخي َْر َو َّ َب ِإ َل َّي ِم ْن أ َ ْن تَ ْر َكبُوا َو ُك ُّل َما يَ ْل ُهو ِب ِه ا ْل َم ْر ُء َو َ ار َكبُوا َوأ َ ْن ت َ ْر ُموا أَح ُّ ار ُموا َو ْ س َّل َم ْ ْ َ َ َ ْ َ اطال ٌلِكٍإِ َّال ْاْل َر ْمْ ُ ام َر َأ اللَّ َ اع ْل ْ ُم يق ِ ْو َقا ِ سأ َ ِل ِب ُميبَ َمِ َن ْ سفو َر ُل َ اَّللُ ْ َقّ ِ ش ْط ُر ور َ ص عىبَتَهُ َّ سهُ َّ اَّللِ َو ُم َ َ علت َ ْيهُ ِهف ِإ َنَّو ُه َ س َل ِه قَواتَأ َلدِي َبَرهُ ُ سنَّلَّ َم ِم ْالن ُّطال ُهح ُ شيَ َع ِهر بِ ّ ان اإلي َم ِ ِْ
“Rasulullah Saw bersabda: “Kebersi Artinya: Dari Abu Malik al-Asy’ari diaberkata, ب أَ َ َّ َ ُ َ ْ ْ نَّ نُ َ ا م ل ا س َا ه ش ْن ب ا َن ع ل ي ق ع َن ع ْث ي ل ال ا ن ث َّ د ْر ي ت ب ب ى ي َحدَّثَنَا ي ُ َحْ ْ ْ حَ ِ ِ َ ُ َ ٍ ً ٍ ٍ ِ han adalah setengah dari iman.” (HR. Muslim – No hadis 328). اَّللُ َ أ َ ْخبَ َرهُ أَنَّ َ اَّللِ ْبنَ ُ صلَّى َّ سو َل َّ ع َم َر َر ِض َي َّ ع ْبدَ َّ اَّللِ َ ع ْن ُه َما أ َ ْخبَ َر ُه أَنَّ َر ُ اَّللُ 37 Bukhari Umar. Hadis Tarbawi (Jakarta: Amzah,2012), hlm. 55 -57 َ َ ْ َ َ شط ُرْ ْ ْ ُّ َّ َ َّ س َلَّما َملِكٍقا َل ْاْلال ْ س َوال ُل يَظ َّ ِل ع ْلََن ْي ِهأَبِ َو عَ ور َ س ِل ُم َ يم ِ أقا ُخ َلو قاال َُلم ْ ش ُمعَ ِرْ ص َلو َىال يُ َّ ْ اَّللِ ُمهُ َ ي َ عهُل ْي َ ِهو َم َوْن َ س َرِل ِم ُ سلك َمَانَ الفِطي ُه ُ اَّللُ س ِل ّ ُ 38 Anjuran Rasulullah Saw untuk saling tolong menolong tergambar dalam hadis ع ْنهُ اَّللُ َ ة ح اَّللُ فِي حَا َجتِ ِه َو َم ْن فَ َّر َ س ِل ٍم ك ُْربَةً فَ َّر َج َّ انأ َ ِخي ِه كَانَ َّ ج ع َْن ُم ْ اإلَاي َج َم ِِ ِْ berikut. ً ْ ْ ْ ْ َ َ اَّللُ يَ ْو َم ال ِقيَا َم ِة ك ُْربَة ِمن ك ُُربَا ِ ست َرهُ َّ ست َر ُم ْ س ِل ًما َ ت يَ ْو ِم ال ِق َيا َم ِة َو َمن َ َحدَّثَنَا يَحْ َيى ْبنُ بُ َتي ٍْر حَ دَّثَنَا اللَّي ُ سا ِل ًما ْث ع َْن ُ عقَ ْي ٍل ع َْن اب ِْن ِ ب أَنَّ َ شهَا ٍ خبدَةَر ُهعأ َ ْنَّ س اَّللعُبَةَع ْن ُه سدَّ َ اَّللِ َح ْبدَّثنََ َنا ُ سو ََلر ِض َّ عدٌ ْب قدَا َل َّ اَّللِ َي َ َن أ َ َرَن ٍ ُ عي َمَحْ َريَ َ اَّللُ ض َْ ع ْن َّه اَّللُى َ ع َ ْمَنا َقأ َت َ ْا َن ىر ِع ي ُ صلََّّ ش َّ ْ أ َ َح ْخدَّبَث َ َنراهُ أَُمنَّ َ َ ي صقَلَّا َل س علَ ْي ع َ سالَّ ْل َم ُم َو ْ اَّللمُ ْ َانَ فِ َن ِهالنََّوبِ َّ س ِل َل ُمهُ َحدَّ َثوَن َما ْنقَتَاكدَةُ ى ا ْل َّ ُ س ْظي ِل ٍ ُ ع َْن ْنمهُا ْل ُ َمو َعَ ِلّال ِم يُقَ ْا س ِلَ ي ِلَّ َم َ س ِلعِم َْن َال ُحيَ َ علَ ُم ْي ِهأ ُخ َوو َ ً َ َ َ ْ ْ خ ْني ِههُ َانَ ع اَّللُ ِْل َ ِ َ ج ر ف ة ب ُر ك م ل س م َن ع ج ر ف ن م و ه ت ج َا ح ي ف اَّلل ك ه ي خ أ ة ج َا ح َ ب َّ أ َ َن ٍ َ اَّللُ َ صل َّ ُى ِ َّ س ِ ع َِْن ِال َّنبِ ّي ِ َ ع َل َْي ِ ِه ِ َو َ َ س َ َّل َم َقا َّ َل َ َال يُ ْم ِم ُنُ ْأ ِ َ ٍحدُ ُك ْم ْ َ َحتَّى َّ يُ َ ِح َّ ً اَّللُ يَ ْو َم ا ْل ِقيَا َم ِة سا ِه ِ ست َ َرهُ َّ ست َ َر ُم ْ ب ْن ِلنَك ْف ُُر ِبَ س ِل ًما َ ت يَ ْو ِم ا ْل ِق َيا َم ِة َو َم ْن َ َكماُْربَيُة ِح ِم ُّ Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair telah menceritakan Ibnuةَبُ ْرعدَ َْنةَ يُ ع َ ْبر ِد dariأ َبنَ ِْن ٍس َ ي شْفيَ ْع َبانُةَ ع Salimلَحْ َي َحىدَّث َ َن سال َّدُدٌ ْبقَنُا َلي ع ِب ْنه اَّللُْن أ َ َ ي َْ Syihabن قأ َت َِبادَ عا َْن سُ ِ ‘Uqailض َ َّ َmengabarkannyaحْ َح َيدَّثَىنَاقَاي َ kepada kami Al Laits ُ bahwa َحدَّثَنَا ُم َخ َّ َ اَّللِ dariب َّ ِ َ َ َ َ َ ْ َّ َ َّ َن bahwa ‘Abdullah bin ‘anhuma mengabarkannya سلق َمتَاقداةُ صّلَّ ِهىع ْ ع ْ َ ‘Umarل عإِ ْنَّ اَّللُ قا َ سلَّى َم َعو َْن Rasulullahجَ َِد بُعْر ْدَ ى ُمعَ ِلّ ِ َّم صلال اَّللُ أبِ َ سي ٍْن َ َbahwaنَّ radliallahuثو َنا َ علَي ْي ِه ُم َوو َ َنالنَّ ُبِح ّي َِ سَ علل ْي ِه َحدَّ َ َنةَ النَّعبِ َْن ّي ِ ِ wasallamهshallallahu ‘alaihi bersabda: “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim َ َ َ ْ ْ َّ َ َّ ْ َّ َ ْ ْ ْ ُ ُ َّ ْ نَ كَ ُ نُ ُ ُّ د ش ي ان ي ن ب َا ك ن م م م ل ل م م ه ع ب َا ص أ ب ش َ و ًا ض ع ب ه ض ع ب ب ِْل َ ِخي ح ي ى ت ح م ك د ح أ م م ي ال ل ا ق م ل س و ه ي ل ع َ اَّلل ى ل ص ي ب ن ال َن ع س ُ ُ َ ْ َّ َ َ َ َ َ ِ ِ ِ َّ ْ َ ْ َ ِ ِ ِ ُ ُ ُ َ َ أاَ ْل َن ُم ٍ َّ َ ِ ْ ُِ َ َ ُ ِ ِّ lainnya, dia tidak menzhaliminya dan tidak membiarkannya untuk disakiti. Siapa yang ْ س ِه ب ِل َنف ِ َما يُ ِح ُّ membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya. Siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah menghilangkan satu َحدَّثَنَا َخ َّ menutupiالدُ ْبنُ hariأَبِي بُ ْردَةَ ب ِْن َ انُ ع َْن yangيَحْ َيى ع ْب ِد َّ siapaقَا َل َ س ْفيَ Danحدَّث َ َنا ُ اَّللِ kesusahan-kesusahanب ِْن أَبِ dariيkesusahan baginya qiyamat. صلَّ بُ ْردَةَ َ makaل إِنَّ سلَّ َم قَا علَ ْي ِه َو َ akan سى ع َْن hariي ُمو ”qiyamat.ع َْن أ َ ِب (HR.ع َْن جَ ِدّ ِه menutupى َّ aibnyaالنَّ ِب ّي ِ َ َ Allah َ pada اَّللُ (aib) seorang muslim َ ْ ْ ْ ْ ُ ُ نَ كَ ُ )Bukhari –No hadis 2262 شبَّ أصَابِعَه شدُّ بَ ْعضه بَ ْعضًا َو َ ان يَ ُ ا ْل ُم ْم ِم ِلل ُمم ِم ِن كَالبُنيَ ِ 39 Rasulullah memberikan motivasi sangat besar kepada umatnya agar mereka memiliki rasa dan prilkau yang baik. Dalam konsep pendidikan Islam terpadu,
88
َ ُالر َفا ِع ُّي ُم َح َّمدُ ْبنُ يَ ِزيدَ َحدَّث َ َنا ُم َح َّمدُ ْبنُ ف ض ْي ٍل ع َْن ا ْل َو ِلي ِد ّ ِ َحدَّث َ َنا أَبُو ِهش ٍَام صلَّى َ ب ِْن َّ سو ُل َّ ع ْب ِد َ ِاَّلل ُ اَّللِ ب ِْن ُج َمي ٍْع ع َْن أ َ ِبي ال ُّطفَ ْي ِل ع َْن ُحذَ ْيفَ َة قَا َل قَا َل َر َسنَّا َوإِ ْن َظل ْ ِإِ َّمعَةً تَقُولُونَ إIslam َسن ُمواKonsep-Konsep تَتُونُواTerpadu سلَّ َم َال َ ُاَّلل َّ َ ْاس أَح َ ْن أَحPendidikan َ علَ ْي ِه َو ُ َّالنDasar 89 ُ َو ِ ّطنُوا أ َ ْنفM.A. َظلَ ْمنَا َولَ ِت ْن سا ُءوا َف َال ِ ْاس أ َ ْن تُح ْس ُت ْم إِ ْن أَح َ َسنُوا َوإِ ْن أ َ Ridhoul َ Wahidi, ُ َّسنَ الن
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
َ ٌسن ٌ سى َهذَا َحد يب َال نَ ْع ِرفُهُ إِ َّال ِم ْن َهذَا ا ْل َوجْ ِه َ ِيث َح َ ت َ ْظ ِل ُموا قَا َل أَبُو ِعي ٌ غ ِر informasi atau pendapat orang lain tanpa adanya komentar atau setidaknya memberikan tanggapan atas informasi yang datang. Rasulullah Saw mengajarkan agar umatnya tidak taklid buta, didasarkan sebuah hadis beliau. َ ُالر َفا ِع ُّي ُم َح َّمدُ ْبنُ يَ ِزيدَ َحدَّثَ َنا ُم َح َّمدُ ْبنُ ف ض ْي ٍل ع َْن ا ْل َو ِلي ِد ّ ِ َحدَّثَنَا أَبُو ِهش ٍَام صلَّى َ ب ِْن َّ سو ُل َّ ع ْب ِد َ ِاَّلل ُ اَّللِ ب ِْن ُج َمي ٍْع ع َْن أَبِي ال ُّطفَ ْي ِل ع َْن ُحذَ ْيفَةَ قَا َل قَا َل َر سنَّا َوإِ ْن َظلَ ُموا َ ُاَّلل َّ َ ْاس أَح َ ْسلَّ َم َال تَتُونُوا إِ َّمعَةً تَقُولُونَ إِ ْن أَح َ علَ ْي ِه َو ُ َّسنَ الن سا ُءوا َف َال ِ ْاس أَ ْن تُح َ َ سنُوا َو ِإ ْن أ َ ْس ُت ْم ِإ ْن أَح َ َُظلَ ْمنَا َولَ ِت ْن َو ِ ّطنُوا أَ ْنف ُ َّسنَ الن َ ٌسن ٌ سى َهذَا َحد يب َال نَ ْع ِرفُهُ ِإ َّال ِم ْن َهذَا ا ْل َوجْ ِه َ ِيث َح َ ت َ ْظ ِل ُموا قَا َل أَبُو ِعي ٌ غ ِر Artinya: ”Telah menceritakan kepada Abu Hisyam Ar Rifa’i ُ يَى ْبنMuham ِعي ُل ع َْن ا ْلعَ َال ِءbin س َم َحدَّث َ َناtelah ر قَالُواmenceritakan َْحدَّثَنَا يَح ْ ِإYazid, َ ُّ أَيkami َ وب ٍ ْوقُت َ ْيبَةُ َوا ْبنُ حُجkepada Muhammad mad َا َل أَتFudlail َد ُْرونbin سلَّ َم َق علَ ْي ِه َ Al صلَّى س ه َُريJumai’ ع َْن أَ ِبيdari أ َ ِبي ِهAbu ع َْن َّ Walid َّ binو َلAbdullah َ ِاَّلل َ َوdari ُ َْرةَ أَنَّ َرbin ُاَّلل Thufail dari Hudzaifah ia berkata; Rasulullah Saw bersabda: َسولُهُ أَ ْعلَ ُم ق ََما ا ْل ِغيبَةُ ق ي َل أ َ َف َرأَيْتَ إِ ْنkalian كَ أ َ َخاكَ بِ َمorang ا َل ِذك ُْرyang اَّللُ َو َر َّ الُواorang ِا يَت َْرهُ قmenjadi “Janganlah sukaُ mengekor lain. َ َ َ َ ُ ْ َ َ ُ Jika manusia menjadi baik, maka kami juga akan berbuat baik. ْ ْ ْ كَانَ فِي أ ِخي َما أقو ُل قا َل إِن كَانَ فِي ِه َما تَقو ُل فق ْد اغتَ ْبتَهُ َوإِن ل ْم يَتُن فِي ِه Dan jika mereka berbuat zhalim, maka kami juga akan berbuat ُفَقَ ْد بَ َهتَّه zhalim.’ Akan tetapi mantapkanlah hati kalian, jika manusia berbuat baik kalian juga berbuat baik, namun jika mereka berlaku َس َّو ٍار أ َ ِبي َح ْم َزة ْ َ ْعنِي ا ْليBerkata س َم ِعي ُل ي َحدَّثَنَا َح ْ م َم َّم ُلIsa: ْ ِإberbuat َبنُ ِهش ٍَام يAbu َ ع َْنkalian ُ دَّثَنَاIni ِ شت َّ ُرzhalim.” buruk, janganlah ََاودَ أ merupakan hasan ُار ْبن فِ ُّي ع َْن ع َْم ِروhadits صي َْر بُو َح ْم َزtidak س َاو قَا َّ ي ال َ د َوه َُوkecuali ُ دkami ُ َل أَبُو دmeُ َّوketahui ُّ ِةَ ا ْل ُم َزنgharib lalui jalur ini.” (HR. Tirmidzi – No hadis 1930) ب ع َْن أَبِي ِه ع َْن َج ِدّ ِه قَا َل قَا َل َر سلَّ َم ُم ُروا علَ ْي ِه َو َ ُاَّلل شعَ ْي ُ ب ِْن َّ صلَّى َّ سو ُل َ ِاَّلل َPelajaran ُ yang dapat dipetik dari hadis di atasٍ adalah ْ َواakal/intelektual َسنِين َو ُه ْمmenggunakan علَ ْيهَا َ ض ِربُو ُه ْم عش ٍْر َ أ َ ْب َنا ُءagar ِبالص ََّال ِةmembeأَ ْو َالدَ ُك ْم anjuran ِ سب ِْع َ َو ُه ْم أ َ ْبنَا ُءdalam dakan antara yang benar dan yang salah atau yang baik dan َاجع ِ َو َف ِ ّرقُوا بَ ْي َن ُه ْم فِي ا ْل َمض yang buruk. Pelajaran lainnya adalah ِagar meyakini dengan keyakinan yang benar jika memang yang diyakini tersebut َسلَ ْي َمان َ س ٍار ع َْن َّ ع ْب ِد ِ َحدَّثَنَا ا ْلقَ ْعنَبِ ُّي ع َْن َمالِكٍ ع َْن اب ِْن َ َب ِْن يdan ُ ب ع َْن ِاَّلل ٍ شهَا benar dan baik larangan mengikuti pendapat orang ْ َ ا ْلفkebenarannya. َاس قَا َل كَان ُض ُل ْبن اَّلل اس علَ ْي ِه َ apalagi َ cross-check َ ب ِْن lain, َّ ص َّلى َ mengikutinya ٍ َّعب ٍ َّعب ُ ِيف َر َ َردtanpa ِ َّ سو ِل ُاَّلل kepada pencerahan dan ُ Untuk ُ ض ُل يَ ْن ْ ا ْل َفintelektual ظ ُر ِإ َل ْي ِه ِإ َل ْيهَا َوتَ ْنmengasah ظ ُر ستَ ْفتِي ِه َف َجعَ َل ْ َ س َّل َم َفجَا َءتْهُ ا ْم َرأَةٌ ِم ْن َخثْعَ ٍم ت َ َو hal yang baik. Jauh-jauh Rasulullah Saw telah mengajarْ َفdiskusi/dialog. ّ ِ الmetode ض ِل ِإ َلى ف َوجْ هَ ا ْل علَ ْي ِه َو َ ُاَّلل اَّلل فَ َج َع َل َّ ص َّلى َ tergambar َ Sebagaimana ُ َرdalam ُ سلَّ َم َيص ِْر ِ َّ سو ُل kan ِ ّشق sيebuah hadis. َ ِاَّلل َّ َاَّللِ إِنَّ فَ ِريضَة َّ سو َل ُ ْاْل َخ ِر فَقَالَتْ يَا َر ِعلَى ِعبَا ِد ِه فِي ا ْل َح ّجِ أَد َْركَتْ أَب ع ْنهُ قَا َل نَعَ ْم َوذَ ِلكَ فِي َ احلَ ِة أ َ َفأ َ ُح ُّج َ َست َ ِطي ُع أ َ ْن يَثْبُت َ ِ الر ْ َيرا َال ي َّ علَى ً ش ْي ًخا َك ِب
َاع ِ َح َّج ِة ا ْل َود
س َم ِعي ُل ع َْن ا ْلعَ َال ِء ْ ِوب َوقُت َ ْيبَةُ َوا ْبنُ حُجْ ٍر قَالُوا َحدَّث َ َنا إ َ َُّحدَّثَنَا يَحْ يَى ْبنُ أَي َسلَّ َم َقا َل أَتَد ُْرون َ ُاَّلل َّ صلَّى َّ سو َل َ ِاَّلل َ علَ ْي ِه َو ُ ع َْن أَبِي ِه ع َْن أَبِي ه َُري َْرةَ أَنَّ َر سولُهُ أ َ ْعلَ ُم قَا َل ِذك ُْركَ أَ َخاكَ بِ َما يَت َْرهُ قِي َل أ َ َف َرأَيْتَ إِ ْن َّ َما ا ْل ِغيبَةُ قَالُوا ُ اَّللُ َو َر
كَانَ فِي أ َ ِخي َما أَقُو ُل قَا َل إِ ْن كَانَ فِي ِه َما تَقُو ُل فَقَ ْد ا ْغتَ ْبتَهُ َوإِ ْن َل ْم يَت ُْن فِي ِه َُفقَ ْد بَ َهتَّه Artinya: ”Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan ٍَار أَ ِبي ح َْم َزةdan ْ َنِي ا ْليTelah س َّو ُل ع َْنHujr س َم ِعي ي َحدَّثَنَا شت ُِر ش ٍَام يَ ْعmenceritakan دَّثَنَا ُم َم َّم ُل ْبنُ ِهkeَح ْ ِإmereka َ Ibnu Qutaibah َّ berkata; pada َ َح ْم َزةdari ع َْم ِروkami ُّي ع َْنIsma’il م َزنِ ُّيAl دَ أَبُوBapaknya َاو ه َُوAbu َاود َو قَا َل أَبُو د َّ الdari ِصي َْرف َ dari ُ ار ْبنُ د ُ Hurairah ُ ا ْلA’laa ُ س َّو bahwa Rasulullah Saw pernah bertanya: “Tahukah kamu, apakَب ع َْن أ ُرواghibah سلَّ َم ُم علَ ْي َ ُاَّلل صلَّى ‘ َج ِدّ ِه قَا َل قَا َل َرAllah ِبي ِه ع َْنdan ُ ب ِْن َّ Para َّ سو ُل َ sahabat َ ِه َوitu?” ُ menjawab; ِاَّلل ٍ شعَ ْي ah Rasul-Nya lebih ْ س ِنينَ َوا سب ِْع عش ٍْر َ tahu.’ ُه ْم أ َ ْب َنا ُءKemudian ع َل ْيهَا َو َ و ُه ْمRasulullah ‘ َو ُه ْم أَ ْب َنا ُءGhibah ْم ِبالص ََّال ِةadalah أ َ ْو َالدَ ُك ِ Saw ُض ِرب َ bersabda: kamu membicarakan saudaramu mengenai sesuatu yang tidak ia َُوفَ ِ ّرق َاج ِع وا بَ ْينَ ُه ْم فِي ا ْل َمضmenuِ bagaimanakah sukai.’ Seseorang bertanya; ‘Ya Rasulullah, rut engkau apabila orang yang saya bicarakan itu memang sesuai ََحدَّثَنَا ا ْلق ْ س ٍار ع َسلَ ْي َمان َ َنyang شهَا ‘ ْعنَ ِب ُّي ع َْنApabila َّ ع ْب ِد ٍ َمالِكberkata: َب ِْن يucapkan? ِ ع َْن اب ِْنSaw َsaya ُ ب ‘ع َْن ِاَّلل ٍRasulullah dengan benar padanya, ْ َ َل كَانَ ا ْلفmaka ُض ُل ْبن علَ ْي ِه َ ُاَّلل ص سو ِل ِيف ع َّب َ ada اس قَا ع َ ب ِْن َّ apa َّلىyang َ اَّلل ٍ itu ٍ َّبberarti ُ َرbicarakan َ اس َرد ِ َّ kamu kamu telah menggunjingnya. Dan apabila yang kamu bicarakan ُ ظ ُر إِلَ ْيهَا َوتَ ْن ُ ض ُل يَ ْن ْ َست َ ْفتِي ِه فَ َجعَ َل ا ْلف ُسلَّ َم فَجَا َءتْه إِلَ ْي ِهtidak ظ ُر ْن َخثْعَ ٍمtelah ام َرأَةٌ ِم ْ َ تkamu َ َو ْ membuat-buat itu ada padanya, maka berarti َف َوجْ هَ ا ْلف kebohongan ْ terhadapnya.” ّ ِ ض ِل إِ َلى ال علَ ْي ِه َ ُاَّلل ص َّل اَّلل س َّ – ىNo َ hadis َسلَّ َم ي َ َوMuslim ُ فَ َجعَ َل َر ُ (ص ِْرHR. ِ َّ و ُل4690) ِ ّشق Hadis tersebut di atas menggambarkan dialog antara علَى ِعبَا ِد ِه فِي ا ْل َح ّجِ أَد َْركَتْ أ َ ِبي َ ِاَّلل َّ َاَّللِ إِنَّ فَ ِريضَة َّ سو َل ُ ْاْل َخ ِر فَقَالَتْ يَا َر Rasulullah Saw dengan para sahabat. Dalam dialog terseَنَعَ ْم َوذsahabat ِلكَ فِيpara ع ْنهُ قَا َل َ ُّجmemang احلَ ِة أ َ َفأ َ ُح علَى َ ََ ِطي ُع أ َ ْن يَثْبُتjawabannya ست ش َ ِ الر ْ َيرا َال ي but, َّ menyandarkan ً ْي ًخا َك ِبkepada Allah dan Rasulullah. Ringkasnya, dari dialog َاع دtersebut َح َّج ِة ا ْل َو ِ setidaknya membuka cakrawala berpikir para sahabat. Hal ini berbeda jika beliau langsung menjelaskan materi yang diinginkannya tanpa adanya pertanyaan. 6. Pendidikan Seks Agama Islam sangat memperhatikan persoalan seks yang tujuannya adalah menyeimbangkan pertumbuhan sehingga pembentukannya sesuai dengan tabiat yang telah diciptakan Allah dan fitrah yang telah ditakdirkannya.42 Dengan kata lain, keseimbangan dalam segala hal merupakan salah satu bagian dari karakter Islam yang istimewa. 42 Ibid, hlm. 61
90
َ ُالر َفا ِع ُّي ُم َح َّمدُ ْبنُ يَ ِزيدَ َحدَّث َ َنا ُم َح َّمدُ ْبنُ ف ض ْي ٍل ع َْن ا ْل َو ِلي ِد ّ ِ َحدَّثَنَا أَبُو ِهش ٍَام صلَّى َ ب ِْن َّ سو ُل َّ ع ْب ِد َ ِاَّلل ُ اَّللِ ب ِْن ُج َمي ٍْع ع َْن أَبِي ال ُّطفَ ْي ِل ع َْن ُحذَ ْيفَةَ قَا َل قَا َل َر AL-AFKAR, ُسلَّ َم َال تَتُونُوا إِ َّمعَةً تَق َّسنَ الن َولُونPeradaban وإِ ْن َظلَ ُمواJurnal َ ُاَّلل َّ َ ْاس أَح َ ْإِ ْن أَحdan َ علَ ْي ِه َو َ سنَّا ُKeislaman Vol. 3, No. 1, April 2014 سا ُءوا َف َال ِ ْاس أ َ ْن تُح َ َ سنُوا َوإِ ْن أ َ ْس ُت ْم إِ ْن أَح َ َُظلَ ْمنَا َولَ ِت ْن َو ِ ّطنُوا أ َ ْنف ُ َّسنَ الن َ ٌسن ٌ سى َهذَا َحد يب َال نَ ْع ِرفُهُ إِ َّال ِم ْن َهذَا ا ْل َوجْ ِه َ ِيث َح َ ت َ ْظ ِل ُموا قَا َل أَبُو ِعي ٌ غ ِر Dorongan seksual yang telah diciptakan Allah dalam diri َ َحدَّث ُبَةُ َوا ْبنُ حُجْ ٍر قَالseluruh ُنَا يَحْ يَى ْبنhid َْن ا ْلعَ َال ِءmenjadi س َم ِعي ُل ع وا َحدَّث َ َنا وب َوقُت َ ْي ْ ِإsebab َ ُّأَيmakhluk manusia kelangsungan up. َون Allah َّه َُري َْرةَ أَنmelakukan َل أَتَد ُْرmenjadikan س َّل َم َقا َ ُاَّلل ص َّلى أ َ ِبي ِه ع َْن أ َ ِبيhal ع َْن َّ masa َّ سو َل َ tertentu َ ع َل ْي ِه َو ُ َرuntuk ِاَّلل ini agar manusia dapat melanjutkan generasi/keturunan. َُما ا ْل ِغيبَةُ قَال قَا َل ِذك ُْركَ أ َ َخاكَ ِبkaidah-kaidah سولُهُ أ َ ْعلَ ُم إِ ْنAgama َقِي َل أ َ َف َرأَيْتIslam َّ واagar ُ َما يَت َْرهmemberikan ُ اَّللُ َو َر orang َ كَانَ فِي أ َتَقُو ُل فpenyimpangan tua ِهmenjaga إِ ْن َل ْم يَت ُْن فِيanaknya قَ ْد ا ْغتَ ْبتَهُ َوdari ُل قَا َل إِ ْن كَانَ فِي ِه َماseksual. ِخي َما أَقُوDiantaranya adalah: َُف َق ْد بَ َهتَّه a. Memisahkan tidur anak َس َّو ٍار أ َ ِبي ح َْم َزة ْ َحدَّثَنَا ُم َم َّم ُل ْبنُ ِهش ٍَام َي ْع ِني ا ْل َي ْ ي َحدَّثَنَا ِإ َ س َم ِعي ُل ع َْن َّ شت ُِر صي َْر ِف ُّي ع َْن ع َْم ِرو َّ َاودَ أَبُو ح َْم َزةَ ا ْل ُم َز ِن ُّي ال َ َاود َوه َُو ُ ار ْبنُ د ُ قَا َل أَبُو د ُ س َّو
سلَّ َم ُم ُروا َ ُاَّلل ُ ب ِْن َّ صلَّى َّ سو ُل َ ِاَّلل َ علَ ْي ِه َو ُ ب ع َْن أ َ ِبي ِه ع َْن َج ِدّ ِه قَا َل قَا َل َر ٍ ش َع ْي ْ س ِنينَ َوا عش ٍْر َ علَ ْيهَا َو ُه ْم أ َ ْب َنا ُء َ ض ِربُو ُه ْم ِ سب ِْع َ أ َ ْو َالدَ ُك ْم ِبالص ََّال ِة َو ُه ْم أ َ ْبنَا ُء َاج ِع ِ َوفَ ِ ّرقُوا بَ ْينَ ُه ْم فِي ا ْل َمض
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Mu`ammal bin ْ َحدَّثَنَا ا َ َْنAl-Yasykuri س ٍار ع بع لقَ ْعنَبِ ُّيIsma’il َّ ع ْب ِد ٍع َْن َمالِكkami ِ ع َْن اب ِْنkepada َ َمانَ ب ِْن يtelah ُ َْنmenceritakan ِاَّلل َ سلَ ْي ٍ شهَا Hisyam َ َل كَانَ ا ْلفDia dari ْ Dawud; اس علَ ْي ِه َ Sawwar اَّلل س َ ُنAbu ض ُل ْب اس قَا َ ب ِْن َّ ص َّلى َ Abu َّعب ٍ َّعب ٍ adalah ُ ِيف َر َ َردberkata ِ َّ و ِلHamzah ُاَّلل Sawwar bin Dawud Abu Hamzah Al-Muzani Ash-Shairafi ُ ظ ُر إِلَ ْيهَا َوتَ ْن ُ ض ُل يَ ْن ْ َست َ ْفتِي ِه فَ َجعَ َل ا ْلف ظ ُر إِلَ ْي ِه ْ َ ام َرأَةٌ ِم ْن َخثْعَ ٍم ت َ َو ْ ُسلَّ َم فَجَا َءتْه dari Amru bin Syu’aib dari Ayahnya dari Kakeknya dia berَعل ْ َوجْ هَ ا ْلفSaw ّ ِ ى الRasulullah ض ِل إِ َل َ ُاَّلل سو َّ ص َّلى َ اَّلل َسلَّ َم ي َ ْي ِه َوPerintahkanlah ُ فَ َجعَ َل َر َ ف ُ ص ِْر ِ َّ ُلanak-anak kata; bersabda: ِ ّشق kalian َ فَ ِريضَةapabila َْاْل َخ ِر فَقَال َّاَّللِ إِن َْركَتْ أَبِيuntuk ا ْل َح ّجِ أَدmelaksanakan علَى ِعبَا ِد ِه فِي َ ِاَّلل س َّ shalat َّ و َلsudah ُ تْ يَا َرmencapai umur tujuh tahun, dan apabila sudah mencapai umur sepuع ْنهُ قَا َل نَعَ ْم َوذَ ِلكَ فِي َ احلَ ِة أ َ َفأ َ ُح ُّج علَى َ َستَ ِطي ُع أ َ ْن يَثْبُت َ ِ الر ْ َيرا َال ي َّ apabila ً ش ْي ًخا َك ِب luh tahun maka pukullah dia tidak melaksanakannya, َح َّج ِة dan pisahkanlah mereka dalam tempat tidurnya.” (HR. ِ ا ْل َودَاعAbu Daud – No Hadis 418) Mengutip pendapat Suwaid, anak berumur 10 tahun harus dipisahkan, antara anak laki-laki dan perempuan. Menurutnya anak laki-laki dan perempuan harus dipisahkan dan tidak boleh tidur dalam satu selimut. Jika tidur dalam satu ranjang yang sama, maka harus dengan selimut yang berbeda. Lebih utama adalah dijauhkan/ dipisahkan antara keduanya.43 Tidur dalam satu selimut atau ranjang menyebab43 Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi, Panduan Lengkap Pendidikan Anak Disertai Teladan Kehidupan Para Salaf, terj. (Solo: Pustaka Arafah, 2004), hlm. 387
صلَّى َّ سو ُل َّ ب ِْن َع ْب ِد َ ِاَّلل ُ اَّللِ ب ِْن ُج َمي ٍْع ع َْن أ ِبي ال ُّطفَ ْي ِل ع َْن ُحذَ ْيفَة قَا َل قَا َل َر سنَّا َو ِإ ْن َظلَ ُموا َّ َ ْاس أَح َ ْسلَّ َم َال تَتُونُوا ِإ َّمعَةً تَقُولُونَ ِإ ْن أَح َ اَّللُ َعلَ ْي ِه َو ُ َّسنَ الن
سا ُءوا َف َال َ َاس أَ ْن تُحْ ِسنُوا َو ِإ ْن أ َ ْس ُت ْم ِإ ْن أَح َ َُظلَ ْمنَا َولَ ِت ْن َو ِ ّطنُوا أَ ْنف ُ َّسنَ الن
Konsep-Konsep Dasar Pendidikan Islam Terpadu َسى َهذ ٌ ا َحدWahidi, يب َال نَ ْع ِرفُهُ إِ َّال ِم ْن َهذَا ا ْل َوجْ ِه س تَ ْظ ُ ِل ُموا قَا َل أَب91 َ ِيث َح َ و ِعيM.A. ٌ نٌ َغ ِرRidhoul
س َم ِعي ُل ع َْن ا ْلعَ َال ِء ْ ِوب َوقُتَ ْيبَةُ َوا ْبنُ حُجْ ٍر قَالُوا َحدَّثَ َنا إ َ َُّحدَّثَنَا يَحْ يَى ْبنُ أَي kan seksual َّ anak dan tumbuh cepat seَسلَّ َم َقا َل أ َتَد ُْرونnaluri صلَّى َّ سو َل َ timbul َ اَّللُ َعلَ ْي ِه َو ُ ع َْن أَ ِبي ِه ع َْن أَ ِبي ه َُري َْرةَ أَنَّ َر ِاَّلل hingga menimbulkan berbagai indikasi penyimpangan سولُهُ أَ ْعلَ ُم قَا َل ِذك ُْركَ أَ َخاكَ ِب َما َيت َْر ُه ِقي َل أَ َف َرأَيْتَ ِإ ْن َّ َما ا ْل ِغي َبةُ قَالُوا ُ اَّللُ َو َر seksual. b. Menundukkan تَ ْبتَهُ َوإِ ْن َل ْم يَت ُْن فِي ِهpandangan َما تَقُو ُل فَقَ ْد ا ْغdan َانَ فِي ِهmemelihara ا أَقُو ُل قَا َل إِ ْن كaurat كَانَ فِي أَ ِخي َم Pandangan merupakan pintu bagi anak untuk meَفَقَ ْد ب lihat dunia luar. Apa yang dilihat dan disaksikanُ َهتَّهakan tertanam dalam jiwa dan benak anak. Rasulullah Saw َس َّو ٍار أَ ِبي َح ْم َزة ََّي َحدَّثَنanak ْ ْل َيdibiasakan ي ُل ع َْنsejak س َم ِع شت ُِر نُ ِهش ٍَام َي ْع ِني اmenundukَحدَّثَنَا ُم َم َّم ُل ْب ْ ا ِإdini َ agar mengajarkan kan َع ْم ِروpandangan صي َْرفِ ُّي ع َْن ُم َزنِ ُّيmenutup أَبُو َح ْم َزةَ ا ْلaurat. َ ْبنُ د َُاودMemberikan ار قَا َل أَبُو َّ الdan َ د َُاود َوه َُوpemaُ س َّو haman kepada mereka bahwa Allah selalu mengawasi seَاَّللُ َعل ُم ُرواgerak سلَّ َم صلَّى سو ُل أَبِي ِه ع َْن َج ِدّ ِه قَاSaw ب ع َْن شعَ ْي ُ ب ِْن َّ yang َّ dilakukan. َ ِاَّلل َ ْي ِه َوgerik ُ َل قَا َل َرRasulullah ٍ pernah gala memalingkan ْ َواmelihat َسب ِْع ِسنِين هَا َو ُه ْم أَ ْب َنا ُء َعش ٍْرwajah و ُه ْم َعلَ ْيsebab ُه ْم أَ ْبنَا ُءbin ََّال ِة َوAbbas دَ ُك ْم بِالصberأَ ْو َال ُض ِرب َ Fadhl tatapan dengan gadis dari Khats’am saat meminta fatwa َاج ِع َوفَ ِ ّرقُوا بَ ْي َن ُه ْم فِي ا ْل َمض ِ kepada beliau. َّ س ٍار ع َْن َع ْب ِد َ َسلَ ْي َمانَ ب ِْن ي ُ ب ع َْن ِاَّلل ٍ َحدَّثَنَا ا ْلقَ ْعنَبِ ُّي ع َْن َمالِكٍ ع َْن اب ِْن ِشهَا ْ َاس قَا َل كَانَ ا ْلف اَّللُ َعلَ ْي ِه َّ ص َّلى َ اَّلل ٍ َّض ُل ْبنُ َعب ٍ َّب ِْن َعب ُ ِيف َر َ اس َرد ِ َّ سو ِل
ْ َستَ ْفتِي ِه فَ َجعَ َل ا ْلف ض ُل يَ ْن ُظ ُر إِلَ ْيهَا َوتَ ْن ُظ ُر إِلَ ْي ِه ْ َسلَّ َم فَجَا َءتْهُ ا ْم َرأَةٌ ِم ْن َخثْعَ ٍم ت َ َو ْ َف َوجْ هَ ا ْلف ّ ِ ض ِل إِ َلى ال َّ ص َّلى َ اَّلل َ اَّللُ َعلَ ْي ِه َو ُ َف َجعَ َل َر ُ سلَّ َم يَص ِْر ِ َّ سو ُل ِ ّشق اَّللِ َعلَى ِعبَا ِد ِه فِي ا ْل َح ّجِ أَد َْركَتْ أَ ِبي َّ سو َل َّ َاَّللِ ِإنَّ فَ ِريضَة ُ ْاْل َخ ِر َف َقا َلتْ يَا َر احلَ ِة أَ َفأ َ ُح ُّج َع ْنهُ قَا َل نَ َع ْم َوذَ ِلكَ ِفي َ ِ الر ْ يرا َال َي َّ ستَ ِطي ُع أَ ْن َيثْبُتَ َعلَى ً ش ْي ًخا َك ِب
َاع ِ َح َّج ِة ا ْل َود Artinya: “Telah menceritakan kepada Kami Al Qa’nabi, dari Malik dari Ibnu Syihab dari Sulaiman bin Yasar dari Abdullah bin Abbas, ia berkata; Al Fadhl bin Abbas pernah membonceng Rasulullah Saw, kemudian datang seorang wanita dari Khats’am yang bertanya kepada beliau; dan Al Fadhl melihat kepadanya, dan wanita tersebut melihat kepadanya. Kemudian Rasulullah Saw memalingkan wajah Al Fadhl ke sisi yang lain. Wanita tersebut berkata; wahai Rasulullah, sesungguhnya kewajiban yang Allah bebankan kepada para hambaNya untuk melakukan haji telah menjumpai ayahku yang tua renta, dan tidak mampu untuk duduk di atas kendaraan. Apakah aku boleh berhaji untuknya? Beliau mengatakan: “Ya.” Dan
92
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
hal tersebut di saat terjadinya haji wada.” (HR. Abu Daud – No Hadis 1544) Menundukkan pandangan terhadap aurat lawan jenis merupakan pengamalan perintah Allah Swt.
Artinya: ”Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih Suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau
Konsep-Konsep Dasar Pendidikan Islam Terpadu Ridhoul Wahidi, M.A.
93
putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau puteraputera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (Qs. al Baqarah: 30-31)
C. Analisis Konsep-konsep Dasar Pendidikan Islam Terpadu Konsep-konsep dasar pendidikan Islam terpadu merupakan konsep utuh dan terintegral untuk membangun peradaban masa mendatang yang cerah sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan sunnah. Sehingga Islam menjadi barometer pendidikan di Dunia Islam Khususnya dan manusia umumnya. Aspek internal dalam konsep pendidikan Islam terpadu dalam bidang aqidah menekankan pada aspek keyakinan kepada Allah. Ketika keyakinan ini ditanamkan pada peserta didik sejak dini maka keyakinan tersebut akan mengakar dan berdampak pada kedekatakan/taqarrub kepada Allah dalam segala kondisi. Sebaliknya, ketika keyakinan ini tidak dikenalkan bahkan tidak ditanamkan sejak dini, maka dampaknya adalah adanya sikap dangkal terhadap tuhan, selain itu munculnya kurang keyakinan siapa sebenarnya Tuhan yang menciptakannya. Aspek kedua adalah pendidikan hati. Pendidikan hati penekanannya pada potensi jiwa agar peserta didik senantiasa dekan dengan penciptanya, cenderung kepada yang baik dan tidak cenderung kepada hal buruk. Sebaliknya jika peserta didik tidak ditekankan kepada pendidikan hati ini, maka dampaknya adalah perkataan, sikap, dan prilakunya akan kotor bahkan berkarat. Pada Aspek eksternal pendidikan akhlak memiliki peran sentral karena akhlak menjadi simbol dalam tatanan kehidupan bermasyarakat. Saat anak dididik dengan akhlakul karimah, maka akhlak tersebut akan terus dilaksanakan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari baik kepada, teman sejawat, orang tua, bahkan dalam ke-
94
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
hidupan bermasyarakat. Sebalinya jika tidak ada pendidikan akhlak, maka kemungkaran dan kejahatan akan meraja lela sebagaimana prilaku anak-masa kini yang pendidikan dasarnya kurang diperhatikan atau memang diabaikan. Aspek jasmani dan rohani menekankan pada kesehatan mental dan spiritual. Adanya keseimbangan antara mental dan spritualnya akan berdampak bagus dalam kehidupannya. Sebaliknya ketika mental dan spritualnya labil maka tidak ada keseimbangan dan tidak bagus dalam menjalani kehidupannya. Aspek sosial ini lebih kepada pembelajaran kepada sosial masyarakat, peserta didik diajarkan bermasyarakat dengan cara mengajak bersosialisasi dengan masyarakat, kunjungan dengan wali murid dan kegiatan lain yang sifatnya sosial dengan masyarakat. Aspek intelektual menitik beratkan kepada ta’lim yakni internalisasi ilmu dari guru ke murid. Ketika proses belajar, daya tangkap peserta didik tentu berbeda-beda dan persoalan ini harus disikapi bijak oleh pendidik sehingga intelektualitas tersebut menggasilkan porsi sesuai daya tangkap peserta didik. Aspek seks juga perlu diajarkan kepada anak didik, sehingga sejak dini telah dikenalkan dan diajarkan konsep seksualitas. Saat ini, banyak kejadian menimpa anak sekolah, baik dari SD/MI, SMP/ MTS, SMA/MA yang terjerat dengan seks, akibatnya hamil dan masa depannya suram. Nah, pendidikan seks ini menjadi penting ketika dikenalkan sejak dini seperti memisahkan anak laki dan perempuan saat tidur, mengenalkan kepada mereka arti penting menjaga aurat dan syahwat. Konsep-konsep tersebut dapat dijadikan dasar bagi konsep pendidikan Islam terpadu dan integral kemudian dapat dikembangkan dan dipadukan demi terwujudnya pendidikan yang terpadu sesuai dengan petunjuk al-Qur’an dan Sunnah Rasul menuju bangsa yang beriman dan bermoral.
D. Penutup Kesimpulan tulisan ini adalah sebagaimana berikut: 1. Konsep-konsep Pendidikan Islam terpadu dibagi menjadi dua aspek besar. Aspek internal (aqidah dan pendidikan hati) dan aspek eksternal (akhlak, jasmani dan rohani, sosial, intelektual, dan
Konsep-Konsep Dasar Pendidikan Islam Terpadu Ridhoul Wahidi, M.A.
95
seks ) 2. Pendidikan Islam terpadu merupakan model pendidikan yang utuh menyeluruh, integral, bukan parsial. 3. Konsep-konsep tersebut menjadi dasar pendidikan Islam terpadu yang kemudian dapat dikembangkan dan dipadukan demi terwujudnya pendidikan yang integral sesuai dengan petunjuk alQur’an dan Sunnah Rasul.
Daftar Pustaka Abdul Hamid Yunus. Da’irah al Ma’arif. Kairo: Asy Sya’ba, tth Abudin Nata (ed.). Sejarah Pendidikan Islam, Pada Periode Klasik dan Pertengahan. Jakarta: Rajawali Press. 2004 Abudin Nata. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama. 2005 Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung : Remaja Rosda karya,1994 Al Ghazali. Ihya Ulum al Din, juz III. Kairo: al-Masyhad al-Husain, tth Bukhari Umar. Hadis Tarbawi. Jakarta: Amzah,2012 Fathimah, Psikologi Perkembangan;Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Pustaka Setia, 2006 G. A. Beuchamp. Curriculum Theory. Wilmeter: The Kagg Press, 1968 Kholil al Masawi. Bagaimana Membangun Kepribadian Islam Sejati. Jakarta : lentera. 2002 Louis Ma’luf. Qamus al Munjid. Beirut: Al- Maktabah al-Katulukiyah, tth M, Arifin. Ilmu Pendidikan Islam; Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: Bumi Aksara. 2003 Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi, Panduan Lengkap Pendidikan Anak Disertai Teladan Kehidupan Para Salaf, terj. Solo: Pustaka Arafah, 2004 Syahminan Zaini. Kuliah Aqidah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas, tth Yunahar Ilyas. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam, 2007
Kepuasan Kerja Sebagai Mediator Antara .... Dr. Rafiuddin Afkari, dkk.
KEPUASAN KERJA SEBAGAI MEDIATOR ANTARA IKLIM ORGANISASI DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA GURU DI KABUPATEN TEMBILAHAN Rafiuddin Afkari
[email protected] Hazriyanto
[email protected] Siti Marfuah
[email protected]
A. Pendahuluan Memasuki era baru perkembangan dunia pendidikan di Indonesia menjadi makin marak. hal tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20 Tahun 2003). Guru merupakan unsur yang sangat mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan selain unsur murid dan fasilitas lainnya. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar mengajar. Guru merupakan faktor yang paling dominan dan paling penting dalam pendidikan formal yang pada umumnya bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri.
97
Fenomena dilapangan yang terjadi tidak dapat dipungkiri yang mencerminkan keadaan guru yang tidak lagi sesuai dengan harapan seperti rendahnya motivasi guru, kompetensi guru yang masih jauh dari ideal dan disiplin guru dalam mengajar yang sangat rendah. Kenyataan ini begitu memprihatinkan dan mengundang berbagai pertanyaan tentang konsistensi guru terhadap profesinya. Guru dituntut memiliki kinerja yang mampu memberikan dan merealisasikan harapan dan keinginan semua pihak terutama masyarakat umum yang telah mempercayai sekolah dan guru dalam membina anak didik. Kepuasan kerja juga merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan, untuk mendapatkan hasil kerja yang optimal. Untuk itu, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru yang berdampak kepada kepuasan kerja guru dipandang perlu untuk dipelajari, ditelaah dan dikaji secara mendalam agar dapat memberikan gambaran yang jelas faktor yang lebih berperan yang mempengaruhi kinerja guru. B. Kerangka Teoritis dan Perumusan Hipotesis 1. Model Penelitian Terdahulu Rismawati (2008) melakukan penelitian mengenai Motivasi Kerja, Budaya Organisasi dan Kinerja. Model penelitiannya dapat dilihat dari Gambar 2.12. Gambar 2.12. 2.12. Kerangka Konsep Penelitian Gambar Kerangka Konsep Penelitian Motivasi Kerja Kinerja Budaya Organisasi
2. Kerangka Teoritis Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka Gambar 2.5 hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau di ukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2003). Model analisis Keterkaitan Motivasi, Iklim Organisasi, Kepuasan Kerja dan Kinerja
Motivasi
98
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol. 3, No. 1, April 2014
Sementara Teori menurut Emory – Cooper , merupakan suatu kumpulan konsep, defenisi, proposisi dan variable yang berkaitan satu sama lain secara sistematis dan telah digeneralisasikan sehingga dapat menjelaskan memprediksi suatu fenomena (fakta-fakta) tertentu. 3. Performance (Kinerja) Kinerja karyawan dapat diartikan sebagai prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai karyawan per periode dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika (Prawirosentono, 1999). Kinerja menurut Mulyadi (2007) adalah keberhasilan personil, tim, atau unit organisasi dalam mewujudkan sasaran stratejik yang telah ditetapkan sebelumnya dengan perilaku yang diharapkan. Sedangkan kinerja menurut Veithzal Rivai (2005:14) kinerja merupakan hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu didalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target/ sasaran atau kriteria yang telah disepakati bersama. Kinerja menurut Mathis dan Jackson yang dikutip oleh Akhmad Subekhi dan Mohammad Jauhar (2012) menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan. Kinerja karyawan yang umum untuk kebanyakan pekerjaan meliputi elemen sebagai berikut: a. Kuantitas dari hasil b. Kualitas dari hasil c. Kecepatan waktu dari hasil d. Kehadiran e. Kemampuan bekerjasama Menurut Mangkunegara yang dikutip oleh Wahyuningrum (2008) kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai
Kepuasan Kerja Sebagai Mediator Antara .... Dr. Rafiuddin Afkari, dkk.
99
dengan tanggung jawab yang diberikannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja pada dasarnya merupakan suatu cara atau perbuatan seseorang dalam melaksanakan pekerjaan untuk mencapai hasil tertentu. Kinerja ditentukan oleh kemampuan, keinginan dan lingkungan. Oleh karena itu agar mempunyai kinerja yang baik, seseorang harus mempunyai keinginan yang tinggi untuk mengerjakan dan mengetahui pekerjaannya serta dapat ditingkatkan apabila ada kesesuaian antara pekerjaan dan kemampuan. 4. Iklim Organisasi Menurut Tagiuri dan Litwin dalam Wirawan (2007) yang dikutip oleh Woro (2014) Iklim organisasi merupakan kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relatif terus berlangsung, dialami oleh anggota organisasi, mempengaruhi perilaku mereka dan dapat dilukiskan dalam pengertian satu set karakteristik atau sifat organisasi. Stringer (2002) dalam Natassia menefinisikan iklim organisasi sebagai “...collection and pattern of enviromental determinant of aroused motivation.” Iklim organisasi sebagai koleksi dan pola lingkungan yang menentukan munculnya motivasi. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan definisi iklim organisasi adalah, persepsi anggota organisai baik individu maupun kelompok dan pihak lain yang berhubungan dengan organisasi (misalnya: suplier, nasabah, konsultan, dan lain-lain) secara rutin tentang lingkungan internal organisasi yang akan mempengaruhi sikap dan perilaku anggota organisasi, serta menentukan kinerja organisasi. 5. Motivasi Kerja Supardi dan Anwar (2004) menyatakan bahwa: “motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan”. Menurut Heidjerachman dan Husnan (2002) bahwa: “motivasi merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan”. Berdasarkan uraian pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu dorongan yang menggerakkan seseorang untuk melakukan aktifitas. Seseorang tergerak untuk melakukan sesuatu karena berhubungan dengan kebutuhannya. Motivasi mengarahkan perilaku untuk melaksanakan tugas pekerjaan dengan baik
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban
Kepuasan Kerja Sebagai Mediator Antara .... Dr. Rafiuddin Afkari, dkk. 101
100 Vol. 3, No. 1, April 2014
guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 6. Kepuasan Kerja Kotler (2003: 61) mendefinisikan kepuasan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang dialami setelah membandingkan antara persepsi kinerja atau hasil suatu produk dengan harapan-harapannya. Kepuasan kerja adalah bagaimana perasaan karyawan terhadap pekerjaannnya Wexley dan Yukl dalam Hilda.,dkk (2004). Berdasarkan uraian pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan sebagai tingkah laku dan perasaan senang seseorang yang dialami setelah membandingkan antara persepsi kinerja dengan harapan-harapannya dan perasaan pegawai terhadap pekerjaannnya.
Gambar 2.6 Kaitan Antar Variabel dengan Model Struktur Persamaan (SEM)
Gambar 2.12. Kerangka Konsep Penelitian
C. Model Konseptual Motivasidan KerjaPerumusan Hipotesis 1. Model Penelitian Berdasarkan uraian diatas dan kajian literatur Kinerja yang telah dibahas sebelumnya, berikut model penelitian dalam penelitian ini yang Budaya Organisasi menunjukkan hubungan antar variabel yang akan diteliti. Inti dari penelitian ini adalah untuk memotret keterkaitan variabel kepuasan kerja sebagai mediator pengaruh antara motivasi dan iklim organisasi terhadap kinerja Guru di Tembilahan. Gambar 2.5
Gambar 2.5 Model analisis Keterkaitan Motivasi, Iklim Organisasi, Model Analisis Keterkaitan Motivasi, Iklim Organisasi, Kepuasan Kepuasan Kerja dan Kinerja Kerja dan Kinerja Motivasi
Kepuasan Kerja
Iklim Organisasi
Motivasi, Iklim Organisasi, Kepuasan Kerja dan Kinerja
Kinerja
2. Perumusan Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian dan juga dapat diartikan sebagai tahapan selektif yang menghasilkan penekanan terhadap hal-hal yang menjadi pengecualian atau hal-hal yang merupakan konsekuensi dari suatu fenomena sosial tertentu. Dengan demikian, hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut : H1 : Notivasi berpengaruh terhadap Kinerja Guru. H2 : Iklim organisasi berpengaruh terhadap Kinerja Guru. H3 : Kepuasan kerja sebagai mediator pengaruh antara motivasi terhadap Kinerja Guru. H4 : Kepuasan kerja sebagai mediator pengaruh antara iklim organisasi terhadap Kinerja Guru. H5 : Kepuasan kerja berpengaruh terhadap Kinerja Guru.
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban
102 Vol. 3, No. 1, April 2014
D. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian Bila ditinjau dari segi tujuan penelitian, maka penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian dasar yang bertujuan untuk mengembangkan teori, dimana penelitian ini digunakan hanya untuk melakukan penelitian dilingkungan akademik (Indriantoro & Supono, 2002). Penelitian ini disusun untuk menjadi suatu karya ilmiah yang bertujuan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Penelitian ini dirancang dalam bentuk kausal komparatif karena bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel yang satu terhadap variabel yang lain. Penelitian kausal komparatif (Causal-Comparative Research) merupakan tipe penelitian dangan karateristik masalah berupa hubungan sebab-akibat antara variabel iklim organisasi dan motivasi kerja terhadap kinerja yang dimediasi oleh kepuasan kerja. 2. Objek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah para guru di Tembilahan. Ukuran sampel yang dijadikan dasar pengambilan sampel adalah menurut Hair, Jr., dkk maupun Tabachnick dan Fidell dalam Lerbin (2007) mengemukakan bahwa rasio antara jumlah unsur sampel dan jumlah variabel dalam suatu penelitian minimal lima kali jumlah variabel, dan lebih disarankan sepuluh kali dari jumlah variabelnya. Mereka mengemukakan lebih lanjut bahwa beberapa peneliti bahkan mengusulkan minimal 20 subjek untuk tiap variabel independennya. Jumlah atau ukuran sampel yang ideal dalam model SEM adalah sebesar lima kali total jumlah indikator dari variabel-variabel yang diukur di dalam penelitian. Kuesioner pada penelitian ini menggunakan 4 variabel dengan pertanyaan kuesioner untuk masing-masing variabel (6 pertanyaan untuk iklim organisasi, 4 pertanyaan untiuk motivasi kerja, 4 pertanyaan untuk kepuasan kerja dan 5 pertanyaan untuk kinerja). Karena total jumlah pertanyaan kuesioner adalah 19, maka ukuran sampel yang ideal untuk penelitian ini minimal sebesar 19 x 5 = 114. Dalam penelitian ini, peneliti mendistribusikan 130 set kuesioner dengan tingkat estimasi respon yang diharapkan sebesar 120 respon. Peneliti bersama dengan beberapa distributor kuesioner yang telah dilatih menargetkan untuk menyebarkan kuesioner ke-
Kepuasan Kerja Sebagai Mediator Antara .... Dr. Rafiuddin Afkari, dkk. 103
pada populasi yang diakses dan mengumpulkan kembali semua kuesioner yang telah diisi dalam waktu 10 hari kerja. Setiap responden diberikan satu set kuesioner, dan diminta untuk mengembalikan kuesioner yang telah di isi dengan memasukkan ke dalam sebuah kotak yang telah disediakan. Jumlah respon yang diterima berjumlah 114. Jadi, sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 114 responden. 3. Definisi Operasional Variable Menurut Sugiyono (2008), pengertian variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua variabel yaitu variabel independen/variabel bebas yang terdiri dari iklim organisasi, motivasi, sedangkan variabel dependen/variabel terikatnya adalah kepuasan kerja dan kinerja. 4. Iklim Organisasi Dalam penelitian ini kuesioner iklim organisasi yang dikembangkan dan telah digunakan Stringer dikelompokan kedalam 6 (enam) dimensi yaitu Struktur, Standar, Tangggung Jawab, Pengakuan, Dukungan dan Komitmen. 3.3.2 Motivasi Kerja Dalam penelitian ini variabel motivasi diukur dari indikatorindikator yang digunakan dalam penelitian Anderson dan Oliver (1987), Cravens et al. (1993), dan Low et al. (2001), serta Grant et al. (2001), yaitu: (1) perasaan berprestasi, (2) kepuasan personal, (3) kontribusi terhadap perkembangan dan pertumbuhan personal, dan (4) penghargaan terhadap diri sendiri. 3.3.3 Kepuasan Kerja Variabel kepuasan kerja yang diukur yang digunakan dalam penelitian David J. Mellor al. (2003), Job satisfaction was measured using a five-point Likert scale to assess participants agreement with four statements relating to extrinsic factors (e.g. job security, physical conditions), and four statements relating to intrinsic factors (e.g. the recognition received for work done, the freedom given to do one’s best at the job). Kepuasan kerja yang diukur menggunakan skala likert dengan 4 (empat) pertanyaan ber-
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban
104 Vol. 3, No. 1, April 2014
hubungan dengan faktor yang disebabkan oleh keadaan luar (misalnya; jaminan sekuritas pekerjaan, kondisi fisik), dan pernyataan berhubungan dengan faktor hakiki dari dalam (misalnya. pengenalan yang didapat untuk mengerjakan selesai, kebebasan yang diberikan untuk lakukan sesuatu terbaik pada pekerjaan). 3.3.4 Kinerja Kinerja menurut Mathis dan Jackson yang dikutip oleh Akhmad Subekhi dan Mohammad Jauhar (2012) menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan. Kinerja karyawan yang umum untuk kebanyakan pekerjaan meliputi elemen sebagai berikut: 1. Kuantitas dari hasil 2. Kualitas dari hasil 3. Kecepatan waktu dari hasil 4. Kehadiran 5. Kemampuan bekerjasama 5. Teknik Pengumpulan Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer, yaitu data yang di kumpulkan sendiri oleh peneliti dari objek penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara metode survei dengan menyebar kuesioner kepada responden. Kuesioner di bagikan kepada responden Guru di Tembilahan. 3.5 Metode Analisis Data 3.5.1 Metode Analisis Deskriptif Analisa data yang digunakan untuk mengetahui kuantitas dan persentase dari karakteristik demografi responden, dalam penelitian ini adalah statistic descriptive. Demografi responden dalam penelitian ini ditinjau dari usia, jenis kelamin, status, pendidikan responden . 3.5.2 Uji Kualitas Data 3.5.3.1 Uji Validitas Valid berarti instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas yang digunakan dalam penelitian merupakan pengujian validitas isi yaitu pengujian yang dilakukan jika telah memperoleh kisikisi tersebut dapat berupa indikator sebagai tolok ukur.
Kepuasan Kerja Sebagai Mediator Antara .... Dr. Rafiuddin Afkari, dkk. 105
Biasanya digunakan dengan menghitung korelasi antara setiap skor butir instrumen dengan skor total. Dalam melakukan penguraian validitas, digunakan alat bantu program komputer SPSS 20.0, dan jika suatu alat ukur mempunyai korelasi yang signifikan antara skor item terhadap skor totalnya maka dikatakan alat ukur tersebut adalah valid. Jika diperoleh data yang tidak valid, maka data tersebut akan dikeluarkan dan kemudian dilakukan pengujian ulang dengan metode yang sama. Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan atas pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Pertanyaan dinyatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2003). Uji validitas diuji dengan menggunakan confirmatory factor analysis. Signifikansi nilai muatan faktor (factor loading) yang digunakan dalam penelitian ini adalah > 0,50 (Hair et al., 1998). Nilai muatan faktor yang lebih besar atau sama dengan 0,50 adalah valid. 3.5.3.2 Uji Reliabilitas Sedangkan uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur tingkat konsistensi instrumen penelitian. Dalam penelitian ini diuji melalui Analisis Faktor Konfirmatori, dan jika nilai Cronbach’s alpha lebih besar atau sama dengan 0,70 berarti instrumen tersebut reliabel (Ghozali, 2004:21). Namun demikian, alat ukur ini dapat menjadi bias dalam beberapa kondisi tertentu (Ferdinand, 2000:171) sehingga nilai di bawah 0,70 pun bisa diijinkan, terutama untuk penelitian eksploratori (Hair et al.,1998:612). Menurut Sekaran (1992:287) jika nilai Cronbach’s alpha lebih kecil dari 0,60 dikategorikan poor; dalam rentang 0,70 (0,60 sampai 0,80) dikategorikan dapat diterima; dan di atas 0,80 dikategorikan baik. Menurut Muhidin dan Abdurahman (2007) untuk menafsirkan hasil uji reliabilitas, kriteria yang digunakan adalah jika nilai hitung alpha lebih besar (>) dari nilai tabel r maka angket dinyatakan reliabel, atau jika nilai hitung alpha lebih kecil (<) dari nilai tabel r maka angket dinyatakan tidak reliabel. Nilai tabel r dapat
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban
106 Vol. 3, No. 1, April 2014
dilihat pada a = 5% dan db = n – 2. Dalam penelitian ini digunakan analisis kuantitatif. Persepsi responden merupakan data kualitatif yang akan diukur dengan suatu skala Likert sehingga hasilnya berbentuk angka. Selanjutnya angka atau skor tersebut diolah dengan metode statistik. Pengukuran metode ini adalah untuk mempermudah proses analisis data. Dari berbagai macam alat analisis, peneliti menentukan beberapa alat analisis yang sesuai dengan kebutuhan guna pembuktian hubungan hipotesis penelitian. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu untuk menguji data dan untuk menguji model sesuai dengan analisis yang pernah dilakukan oleh Andini (2006) sebagai berikut: 1. Uji data a. Uji Validitas dan Reliabilitas b. Uji Normalitas 2. Uji model a. Analisis Model Faktor Konfirmatori b. Analisis Keseuasian Model (Goodness of fit) c. Analisis Uji pengaruh (regresion weight) Structural Equation Modelling (SEM) dengan Program AMOS 20.0 merupakan kombinasi dari analisis faktor dan analisis regresi. Teknik SEM memungkinkan seorang peneliti menguji beberapa variabel dependen sekaligus, dengan beberapa variabel independen. Analisis SEM merupakan sekumpulan teknik statistik yang dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan penelitian yang memiliki rangkaian hubungan yang relatif “rumit” dengan pengujian statistik secara simultan (Ferdinand, 2002) Kelebihan analisis SEM adalah dapat menganalisa multivariat secara bersamaan. Sedangkan tujuan pengunaan teknik multivariat adalah untuk memperluas kemampuan menjelaskan penelitian dan mencapai efisiensi statistik. Sedangkan penggunaan program AMOS versi.20 untuk menganalisis masalah yang sifatnya struktural, dan digunakan untuk menganalisis dan menguji model hipotesis. Program AMOS versi.20 dapat mengestimasi koefisien yang tidak dik-
Kepuasan Kerja Sebagai Mediator Antara .... Dr. Rafiuddin Afkari, dkk. 107
etahui dari persamaan linier struktural; mengakomodasi model yang meliputi variabel laten; mengakomodasi pengukuran error baik dependen maupun independen; mengakomodasi permasalahan sebab akibat, simultan dan saling ketergantungan. Umumnya terdapat beberapa jenis derajat kesesuaian (fit index) yang digunakan untuk mengukur derajat kesesuaian antara model yang dihipotesiskan dan data yang disajikan. Beberapa indeks kesesuaian dan nilai batas (cut-off value) yang dapat digunakan untuk menguji apakah suatu model dapat diterima atau ditolak (Ferdinand, 2002 dalam Andini, 2006) adalah sebagai berikut : 1) χ2 – Uji Beda (Chi-Square) Merupakan alat uji paling fundamental untuk mengukur kesesuaian secara keseluruhan (overall fit). Chisquare bersifat sangat sensitive terhadap besarnya sampel yang digunakan, dimana penggunaan chi-square hanya sesuai bila ukuran sample antara 100 sampai 200 sampel. Model yang diuji dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi square-nya rendah karena dalam uji beda chi square, χ2 = 0 berarti benar-benar tidak ada perbedaan. Semakin kecil nilai χ2 semakin baik model itu dan diterima berdasarkan probabilitas dengan cutoff value sebesar p > 0,05 atau p > 0,10 (Hulland et al., 1996 dalam Andini,2006) 2) Significance Probabilitas (Probability) Nilai probability yang dapat diterima adalah P > 0,05. 3) RMSEA (The Root Mean Square Error of Approximation) Merupakan sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasi chi-square statistic dalam sampel yang besar (Baumgarther & Homburg, 1996) Nilai RMSEA menunjukkan nilai goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi (Hair, et.al, 1995). Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0.08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model tersebut berdasarkan degrees of freedom (Browne dan Cudeck, 1993 dalam Andini 2006). 4) GFI (Goodness of Fit Index) Indeks kesesuaian ini akan menghitung proporsi ter-
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban
108 Vol. 3, No. 1, April 2014
timbang dari varians dalam kovarians sampel yang dijelaskan oleh matriks kovarians populasi yang diestimasikan. GFI adalah sebuah ukuran non-statistikal yang mempunyai rentang antara 0 (poor fit) s.d 1.0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah “better fit”. 5) AGFI (Adjusted Goodness of Fit Index) Fit index ini dapat diadjust terhadap degrees of freedom yang tersedia untuk menguji diterima tidaknya model. Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0,90 (Hair et al., 1996; Hulland et al., 1996 dalam Andini,2006) nilai sebesar 0,95 dapat diinterpretasikan sebagai tingkatan yang baik/ good overall model fit (baik), sedangkan besaran nilai antara 0,90 – 0,95 menunjukkan tingkatan cukup adequate fit (Hulland et al., 1996 dalam Andini,2006) 6) Relative Chi-Square (CMIN/DF) Dalam hal ini CMIN/DF tidak lain adalah statistik chisquare, χ2 dibagi degree of freedom (DF), sehingga disebut χ2 - relatif. Nilai χ2 relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kadang kurang dari 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data (Arbuckle, 1997 dalam Andini,2006). 7) TLI – Tucker Lewis Index TLI adalah sebuah alternative incremental fit index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah > 0,95 (Hair et al., 1995), dan nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan a very good fit (Arbuckle, 1997 dalam Andini, 2006). 8) CFI – Comparative Fit Index Nilai index ini antara 0-1, dimana semakin mendekati 1 mengindikasikan tingkat fit yang paling tinggi. Nilai yang direkomendasikan adalah CFI > 0,95. Keunggulan indeks ini adalah besarannya tidak dipengaruhi ukuran sample karena sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan sebuah model (Hulland et al., 1996; Tanaka, 1993 dalam Andini,2006). Indeks Pengujian Kelayakan Model dan Cut-off Values adalah
Kepuasan Kerja Sebagai Mediator Antara .... Dr. Rafiuddin Afkari, dkk. 109
sebagai berikut : 1. χ2 - chi square Chi-square hit < Chi-square tabel 2. Significancy probability ≥ 0.05 3. RMSEA ≤ 0.08 4.GFI ≥ 0.90 5.AGFI ≥ 0.90 6.CMIN/DF ≤ 2.00 7.TLI ≥ 0.95 8.CFI ≥ 0.95 Sumber : Ferdinand, 2005 dalam Andini,2006 Variabel utama dalam penelitian ini adalah iklim organisasi, motivasi kerja, kepuasan kerja, kinerja. 3.5.3 Uji Hipotesis Menurut Sugiyono (2008), hiposesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Adapun hipotesis yang akan diuji dan di analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1 : Iklim Organisasi berpengaruh terhadap Kinerja Guru di Tembilahan. H2 : Motivasi Kerja berpengaruh terhadap Kinerja Guru di Tembilahan. H3 : Kepuasan Kerja memediasi pengaruh pengaruh Iklim Organisasi terhadap Kinerja Guru di Tembilahan. H4 : Kepuasan Kerja memediasi pengaruh pengaruh Motivasi Kerja berpengaruh langsung terhadap Kinerja Guru di Tembilahan. H5 : Kepuasan Kerja berpengaruh terhadap Kinerja Guru di Tembilahan. 3.5.4 Evaluasi terhadap Metode Penelitian a. Kekuatan (Strengths) 1. Desain penelitian ini sangat kuat karena penelitian ini menggunakan Model Persamaan Struktur (Structural
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban
110 Vol. 3, No. 1, April 2014
Equation Modeling – SEM) yang sifatnya tidak bias (unbiased) untuk menguji hipotesis. 2. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini memiliki tingkat reliabitas dan validitas yang baik. 3. Penelitian ini menggiunakan metode penelitian kuantitatif untuk menginvestigasi populasi yang besar. 4. Populasi sasaran (target population) dan populasi akses (accessible population) sangat homogen dan kriterian sampel ditentukan dengan kriteria yang jelas. 5. Peneliti melakukan analisis faktor secara parsial terhadap maisng-masing indikator untuk memastikan bahwa indikator tersebut secara signifikan mendefinisikan laten variabel yang dibentuk dengan cara mengukur nilai lamda (λ), nilia koefisien C.R serta nilai probalilitas.
DAFTAR PUSTAKA Andini, Rita, 2006, Analisis Pengaruh Kepuasan Gaji, Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasional terhadap Turnover Intention: Studi Kasus Pada Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang, Magister Management,Universitas Diponegoro Semarang. Arsyad Supardi dan M. Anwar. (2004). Manajemen dan Organisasi. Pustaka Ilmu. Jakarta. David J. Mellor al. (2003). How can managers reduce employee intention to quit?. Journal of Managerial Psychology Vol. 19 No. 2, pp. 170-187 Ferdinand, Agusty, 2006, Metode Penelitian Manajemen, Edisi Kedua, Badan Penerbit Universitas Diponegoro., 2000, Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen, Semarang: BP Universitas Diponegoro Ghozali, I. (2003) Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbitan Universitas Diponegoro. Ghozali, I. (2004). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Kepuasan Kerja Sebagai Mediator Antara .... Dr. Rafiuddin Afkari, dkk.
111
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Grant, K., D. W. Cravens, G. S. Low dan W. C. Moncrief, 2001, The Role of Satisfaction With Territory Desig on the Motivation, Attitudes, and Work Ourcomes of Salespeople, Journal of the Academy of Marketing Science, 29(2), 165-178. Hair, J. F. Jr, R.E., Anderson, R. L., Tatham, & W.C. Black. (1998). Multivariate Data Analysis. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Heidjrachman, R. dan Husnan, S. 2002. Manajemen Personalia. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE. Hilda., dkk., (2004). Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Keinginan Karyawan Untuk Pindah. Jurnal Studi Manajemen & Organisasi. Vol. 1 No. 2, halaman. 16. Indriantoro, Nur., dan Bambang Supomo, 2002, Metodologi Penelitian Bisnis, Badan Penerbit Universitas Gajahmada, Yogyakarta Irham Fahmi (2010). Manajemen Kinerja. Bandung: Alfabeta. Kotler, Philip. (2003). Marketing Management, Eleventh Edition. New Jersey: Prentice-Hall International, Inc. Lerbin R. Aritonang R. (2007). Riset Pemasaran. Bogor : Ghalia Indonesia. Liew Chai Hong and Sharan Kaur. (2008). A Relationship between Organizational Climate, Employee Personality and Intention to Leave. International Review of Business Research Papers Vol. 4 No.3. Pp.1-10. Mahsun ,M., (2006), Pengukuran Kinerja Sektor Publik, BPFE Yogyakarta, Mohammad Jauhar (2012). Pengantar MSDM. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Muhidin, Sambas Ali., Abdurahman, Maman. (2007). Anallisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam Penelitian. Bandung : CV. Pustaka Setia. Mulyadi. (2007 ). Sistem Perencanaan pesiar Pengendalian Manajemen. Salemba Empat, Natassia Ayudiarini,________ Pengaruh Iklim Organisasi dan Pengembangan Karir, Universitas Gunadarma. Notoatmojo, Soekidjo, 2003, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta, Jakarta. Prawirosentono.S. 1999. Kebijakan Kinerja Karyawan, Edisi Pertama,
AL-AFKAR, Jurnal Keislaman dan Peradaban
112 Vol. 3, No. 1, April 2014
BPFE, Yogyakarta. Rismawati (2008). Pengaruh Motivasi Kerja Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Dosen Politeknik Negeri Medan. Universitas Sumatera Utara. Medan Rivai, V.2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan Dari Teori Ke Praktek .Cetakan Pertama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Robert L. Mathis – John H. Jackson (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat. Ronald Listio (2010). Pengaruh Kompetensi Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT. Allianz Life Indonesia Wilayah Jawa Barat. Universitas Komputer Indonesia. Bandung Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Bisnis, Edisi ke-12, Bandung: CV. Alfabeta Undang-undang nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan Nasional Wahyuningrum (2008). Hubungan Kemampuan, Kepuasan dan Disiplin Kerja dengan Kinerja Pegawai di Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobongan. Semarang: Universitas Diponegero Semarang. Whitmore, J., 1997, Pelatihan bagi Performance, Seni Mengarahkan Untuk Mendongkrak Kinerja , (alih bahasa Dwi), Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Windra Mai Haryanto (2011). Analisis Pengaruh Motivasi, Komitmen Organisasi, dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus PT. Bank DKI). Institut Pertanian Bogor. Woro Mustika Ning Tyas, 2014 pengaruh pembinaan disiplin kerja terhadap iklim kerja pegawai di pt krakatau industrial estate cilego, universitas pendidikan indonesia.