Jurnal At-Tajdid
ONTOLOGI PENDIDIKAN ISLAM (Hakikat Pendidikan dalam Perspektif Islam) Muh. Mustakim* Abstract: Education in Islam covers totality of three aspects of life, namely, ruhiyah (spirit), fikriyah (understanding, brain), and amaliyah (deed, body) that are performed gradually in all lines of life. Indonesia government is enthusiastically encouraging a societal-based education, an education that is based on character building. However, ironically we are exposed to a sickness society phenomenon, for example, pornographic video case. The pornographic video was blasphemed and blamed by various society elements, but on the other hand, many people were even hunting for the pornographic video. It proves that our society has no strong moral protective power. Purposes of this article are to know and to prove essence of Islam as a syamil-mutakammil (comprehensive) religion in explaining the importance of education in building characters of Islam. Keywords: ontology of Islamic education
* Dosen STIT Muhammadiyah Pacitan
163
Ontologi Pendidikan Islam (Hakikat Pendidikan dalam Perspektif Islam)
PENDAHULUAN Salah satu landasan pendidikan Islam adalah landasan filosofis. Kajian Filsafat pendidikan Islam dari segi ontologi, epistemologi, dan aksiologi memberikan manfaat besar bagi kita sebagai calon pendidik. Ontologi membahas tentang hakekat pendidikan Islam, Epistemologi membahas sumber-sumber pendidikan Islam, serta aksiologi mengupas nilai-nilai pendidikan Islam Filsafat pendidikan Islam, berupaya mencari kebenaran sedalamdalamnya, berfikir holistik, radikal dalam pemecahan problem filosofis pendidikan Islam, pembentukan teori–teori baru ataupun pembaharuan dalam pelaksanaan pendidikan Islam yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Berdasarkan sumber-sumber yang shohih yaitu Al-Qur’an dan hadist. Kata ontologi, berasal dari dua kata dasar yaitu Ontos dan Logos. Ontos yang berarti Ada dan Logos yang berarti Ilmu. Sehingga secara global istilah onntologi bisa diartikan sebagai suatu ilmu yang mengkaji tentang hakiat dari segala sesuatu Yang-Ada. Hakikat dalam kajian ontologi adalah keadaan sebenarnya dari sesuatu, bukan keadaan sementara yang selalu berubah-ubah. Ontologi merupakan analisis tentang objek materi dari ilmu pengetahuan, yaitu hal-hal atau benda-benda empiris. Ontologis membahas tentang apa yang ingin diketahui. Ontologi menganalisa tentang objek apa yang diteliti ilmu? Bagaimana wujud yang sebenar-benarnya dari objek tersebut? bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia (misalnya: berpikir, merasa dan mengindera) yang menghasilkan pengetahuan?. Ontologi pendidikan Islam adalah menyelami hakikat dari pendidikan Islam, kenyataan dalam pendidikan Islam dengan segala pola organisasi yang melingkupinya, meliputi hakikat pendidikan Islam dan ilmu pendidikan Islam, hakikat tujuan pendidikan Islam, hakikat manusia sebagai subjek pendidikan yang ditekankan kepada pendidik dan peserta didik, dan hakikat kurikulum pendidikan Islam.
164
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Muh. Mustakim
KONSEP PENDIDIKAN DALAM ISLAM Konsep pendidikan dalam Besar Bahasa Indonesia adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.1 Pendidikan merupakan salah satu tolok ukur kebaikan seseorang, baik terhadap dirinya, pergaulannya dengan keluarga, masyarakat maupun dalam tataran dunia. Akan tetapi seringkali orang kurang tepat dalam memaknai pendidikan itu sendiri. Misalnya, ada sebagian orang yang mendefinisikan pendidikan adalah di bangku sekolah, memperoleh gelar, dan lain sebagainya. Hal ini tiada lain disebabkan karena orang tidak mau menghayati akan pengertian hakiki pendidikan. Pendidikan dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah ”proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik;2 Para pakar pendidikan Islam berbeda dalam mendefinisikan pendidikan. Namun, secara umum ada tiga (3) istilah yang digunakan untuk mengistilahkan pendidikan3, yaitu : 1. Ta’lim ((تعليم 2. Ta’dib ()تأديب 3. Tarbiyah )(تربية Pertama, berasal dari istilah Ta’lim ( (تعليمberasal dari kata- يَُعـِل ُم- عَلَّ َم ِّ “ تَْعلِيًْماallama-yuallimu-ta’liman sebagaimana firman Allah;
َعلَّ َم إْالِنْ َسا َن َما لمَْ يَْعلَ ْم
“Dia yang mengajarkan manusia apa yang tidak diketahui” (Q.S. alAlaq: 5)
‘Allama berarti mengajar. Jadi, lebih bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan dan keterampilan. At-Ta’lim adalah proses transfer ilmu pengetahuan yang menghasilkan pemahaman yang baik sehingga mampu melahirkan sifat-sifat dan sikap positif dalam kehidupan sehari-hari4. Sifat dan sikap positif yang dimaksud adalah ikhlas, percaya diri, kepatuhan, pengorbanan, dan keteguhan.
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
165
Ontologi Pendidikan Islam (Hakikat Pendidikan dalam Perspektif Islam)
Kedua, berasal dari istilah Ta’dib ( )تاءديبberasal dari kata adaba ya’ dubu yang berarti melatih, mendisiplinkan diri untuk berperilaku yang baik dan sopan santun. Secara terminologi Ta’dib merupakan usaha untuk menciptakan situasi dan kondisi sedemikian rupa sehingga mendorong dan memotivasi setiap individu untuk berperilaku dan berperadaban yang baik sesuai yang diharapkan.5 Menurut M. Jindar Wahyudi konsep Ta’dib adalah konsep yang paling tepat sebagai padanan pendidikan Islam,6 karena struktur ta’dib sudah mencakup unsur ilmu, instruksi (ta’lim) dan pembinaan yang baik. Hal ini berbeda dengan pendapat Abdurrahman Nahlawy yang memilih tarbiyah daripada ta’dib. Ketiga, pendidikan berasal dari padanan bahasa arab ” الرتبيةtarbiyah”. Abdurrahman Nahlawy menyebutkan7 bahwasannya kata ”tarbiyah” se cara etimologi berasal dari tiga asal kata, Yaitu رباrabaa يربوyarbuu yang berarti bertambah dan berkembang, sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat Ar-Rum ayat 39 :
َّه َ ُ َ َّاس َفاَل يَْربُو ِعن ْد اللِ َوَما آتَيْتُ ْم مِ ْن ِ َوَما آتَيْت ْم مِ ْن ِربًا لِيرَْبَُو يِف أمْ َوالِ الن ُ َّه َزَكاةٍ تُرِ ُيدو َن َو ْج َه اللِ َفأولَئِ َك ُه ُم مْالُ ْضعُِفو َن ”Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orangorang yang melipat gandakan (pahalanya)” (Q.S. ar-Rum : 39).
Yang kedua dari kata ربي يربيrabiya yarbiy yang berarti tumbuh. Dan yang ketiga رب يربيrabba- yurabbi yang berarti memperbaiki atau membenahi. Manusia perlu di bantu agar ia berhasil menjadi manusia.8 Seseorang dapat dikatakan menjadi manusia, bila telah memiliki (sifat) kemanusiaan. Ini menunjukkan bahwa tidaklah mudah menjadi manusia, apalagi yang Allah Swt. memberikan amanah besar yang harus ia jaga, yang mana makhluk-makhluk lain ciptaannya merasa berat untuk menanggungnya, namun manusia sebaliknya berani menaggungnya. Dan hal ini membuat 166
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Muh. Mustakim
makhluk lainnya menjadi sanksi akan kemampuan manusia -bahkan bisa di dikatakan- iri. sebagaimana Allah Swt. berfirman :
َْأ َ َ َ َ َوإِْذ َق ض َخلِ َيف ًة َقالُوا أتجَْ َع ُل فِيَها ِ ال َربُّك لِلَْماَلئِكةِ إنِي َجا ِع ٌل يِف ال ْر ِّ ِّ َْح َ َم ْن يُْف ِس ُد فِيَها َويَ ْسفِ ُك الدَما َء َون ُن نُ َسب ُح َب ْمد َ ِك َونَُقد ُس لَ َك َق ال إنِي ِح ِّ ِّ ِّ َ أعْلَ ُم َما اَل تَْعلَ ُمو َن ”Ingatlah ketika tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ”sesungguh nya Aku (Allah) hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”, mereka berkata: ”mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami (malaikat) senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman: ”Sesungguhnya Aku (Allah) mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. ” QS: Al-Baqarah : 30
Ayat di atas menunjukkan betapa besar amanah yang harus di tanggung oleh manusia, yakni sebagai khalifah di bumi ini. Maka dari itu manusia membutuhkan bantuan, yakni dengan adanya pendidikan supaya siap dan mampu menanggung amanah tersebut. Heri jauhari menyebutkan bahwasannya pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk mendidik manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang serta serta memiliki potensi atau kemampuan sebagai mana mestinya.9 Menurut Hasan al-Banna -sebagaimana dikutip A. Susanto- konsep pendidikan islam meliputi tiga sisi, yaitu pengembangan potensi jasmani, akal dan hati sebagai tiga unsur pokok yang dimiliki manusia dan sekaligus sebagai pewarisan kebudayaan Islam.10 Hamka berpendapat pendidikan terbagi menjadi dua. pertama, pendidikan jasmani, yaitu pendidikan untuk pertumbuhan dan kesempurnaan jasmani serta kekuatan jiwa dan akal. kedua, pendidikan ruhani, yaitu pendidikan untuk kesempurnaan fitrah manusia dengan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang didasarkan agama, kedua unsur ter Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
167
Ontologi Pendidikan Islam (Hakikat Pendidikan dalam Perspektif Islam)
sebut memiliki kecendrungan untuk berkembang. Hal ini sebagaimana disadur oleh A.Susanto dalam Pemikiran pendidikan Islam.11
AL-QUR’AN SEBAGAI KONSEP PENDIDIKAN Al-Qur’an secara etimologi berasal dari kata qaraa yang berarti bacaan atau sesuatu yang di baca. Secara terminologi Al-Qur’an adalah kalam (firman) Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, di baca dan diriwayatkan secara mutawatir12, dan ternilai beribadah dengan membacanya yang di mulai dari surat al-Fatihah diakhiri dengan surat an-Nass. Islam adalah agama yang mengajak pemeluknya untuk selalu belajar dan mengembangkan diri. Jikalau kita memperhatikan wahyu pertama yang turun kepada Rasulullah tiada lain adalah ”Iqra” ’bacalah’. Konsep ini menunjukkan bahwa langkah awal dari pengembangan diri manusia adalah pendidikan, yaitu perintah membaca, mengkaji, menganalisa. Dan kesemuanya itu tiada lain adalah proses dari pendidikan. Maka dari itu, jelaslah bahwasannya Islam adalah agama yang mengajak umatnya untuk selalu belajar dan mengembangkan diri. Hal ini senada dengan arti pendidikan menurut ustadz Abdurrahman an-Nahlawy dalam ”tarbiyah Islamiyah, asaasuha wa usuuluha wa ahdafuha” pendidik an dalam artian etimologi bisa berarti namaa-yanmuu13 berarti perkembangan. Konsep ini menunjukkan bahwa langkah awal dari pengembangan diri manusia adalah memahami dan mendalami kebenaran yang harus selalu dilandasi dengan iman kepada Allah Swt. M. Nasir budiman mengemukakan,14 bahwasanya pendidikan merupakan interpretasi dari tiga kosa kata. pertama yaitu tarbiyah yang mana cenderung dimaknai sebagai pendidikan yang bersifat pengasuhan dan pembinaan. Kedua ta’dib dimaknai pendidikan yang lebih terfokus pada moral (akhlakul karimah), dan ketiga adalah ta’lim banyak dimaknai sebagai pendidikan yang dapat mensucikan qalb (membersihkan jiwa), sehingga dengan mudah akan memperoleh ”hikmah”. Dari hal inilah menunjukkan bahwa pendidikan mengacu ke arah penyadaran subjek didik (manusia) baik berupa kesadaran intelektual ataupun spi ritual. Dampak dari keduanya adalah ilmu an-Nafi’ (ilmu yang bermanfa168
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Muh. Mustakim
at), yaitu ilmu yang mampu memperkuat iman, dan amal bisa dikatakan sholih manakala didasarkan pada ilmu dan iman. Di antara fungsi Al-Qur’an adalah sebagai petunjuk (al-huda), penerang jalan hidup (bayyinat), pembeda antara yang benar dengan yang salah (furqan), penyembuh penyakit hati (syifa), nasihat atau petuah (mau’izah), dan sumber informasi (bayan). Sebagai sumber informasi Al-Qur’an mengajarkan banyak hal kepada manusia : dari persoalan keyakinan, moral, prinsip-prinsip ibadah dan muamalah sampai kepada asas-asas ilmu pengetahuan. Mengenai ilmu pengetahuan Al-Qur’an memberikan wawasan dan motivasi kepada manusia untuk memperhatikan dan meneliti alam se bagai manifestasi kekuasaan Allah. Dari hasil pengkajian dan penelitian fenomena alam kemudian melahirkan ilmu pengetahuan. Berdasarkan pemahaman ini, Al-Qur’an berperan sebagai motivator dan inspirator bagi para pembaca, pengkaji dan pengamalnya. Sehingga, kita tidak mungkin memungkiri bahwasannya Al-Qur’an merupakan konsep pendidikan. Di dalam Al-Qur’an kita menemukan kerangka dasar yang dapat dijadikan pedoman dasar bagi pelaksanaan pendidikan, dan akan menjadi pedoman dasar pendidikan itu sendiri. Kerangka dasar tersebut adalah: 1. Sesuai tuntunan al-Qur’an. bahwasannya yang menjadi inti pendidikan (intra-curiculer) adalah ”tauhid” dan harus dimantapkan dengan unsur pokok yang tidak dapat di rubah. M. Nasir Budiman mengungkapkan bahwasannya tauhid merupakan esensi dan inti ajaran Islam, merupakan nilai dasar dari realitas dan kebenaran yang universal untuk semua tempat dan waktu dari sejarah nasib manusia15. Sehingga kita dapat menyimpulkan, lapangan pendidikan Islam adalah ketauhidan dalam seluruh dimensi kehidupan umat manusia, dalam hubungan vertikal ; hubungan antara manusia dengan Allah, maupun aspek horizontal ; hubungan manusia dengan sesama manusia dan alam sekitarnya. Tauhid semacam inilah yang dapat menyusun pergaulan secara harmonis sesamanya. Termaasuk didalamnya proses pendidikan Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
169
Ontologi Pendidikan Islam (Hakikat Pendidikan dalam Perspektif Islam)
2.
Perintah Membaca Ayat-ayat Allah. Sebagaimana wahyu pertama kali diturunkan kepada Ra sulullah sallallahu ’allaihi wassalam. Dalam surat al-Alaq ayat 1 sampai dengan 5:
ِّ ْْ َ) اقَْرأْ َو َربُّك2( ) َخلَ َق إْالنْ َسا َن مِ ْن َعلَق1( اسم َرب َك الَّذِي َخلَ َق ب ْ ِ ٍ ِ ِ اق َرأ َْأ )5( ) َعلَّ َم إْالِنْ َسا َن َما لمَْ يَْعلَ ْم4( ) الَّذِي َعلَّ َم بِالَْقلَِم3( الكْ َرُم
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tu hanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan pe rantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak dike tahuinya. (Q.S. al-Alaq: 1-5).
Apabila kita melihat lebih lanjut ayat ini, menunjukkan bahwa ayat pertama yang kemudian dikembangkan dalam bentuk ilmu-ilmu yang berhubungan dengan wahyu Allah yang termuat dalam al-Qur’an. Ayat yang kedua, dikembangkan mengenai hal-hal yang berhubungan de ngan diri manusia sebagai makhluk ciptaan oleh Allah. Kemudian ayat selanjutnya, berhubungan alam sekitar dan amal. Ketiga hal ini jiwanya adalah tauhid.16 Karena pada hakikatnya segala pengetahuan adalah datangnya dari Allah, tetapi cara penyampaiannya ada yang langsung, ada yang melalui pemikiran manusia maupun pengalaman indra yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Menururt Syahidin; bahwasannya prinsip pendidikan Qur’ani mempunyai 4 prinsip mendasar yaitu : prinsip kasih sayang, keterbukaan, keseimbangan (harmoni) dan prinsip integralitas.17 Untuk mengetahui konsep pendidikan dalam Al-Qur’an maka setidaknya kita menelusuri beberapa unsur, yaitu: 1. unsur tujuan; 2. unsur subjek didik (manusia) dan pendidik; 3. alat pendidikan dan budaya dalam masyarakat.
170
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Muh. Mustakim
TUJUAN PENDIDIKAN DALAM ISLAM Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai; artinya tujuan merupakan kehendak seseorang untuk mendapatkan dan memiliki, serta memanfaatkannya bagi kebutuhan dirinya sendiri atau untuk orang lain. Al-Qur’an tidak menyebutkan secara eksplisit akan tujuan pendidikan, namun hal ini tersirat dalam beberapa ayat. Seperti firman-Nya:
َْأ َ َ َ َ َوإِْذ َق ض َخلِ َيف ًة َقالُوا أتجَْ َع ُل فِيَها ِ ال َربُّك لِلَْماَلئِكةِ إنِي َجا ِع ٌل يِف ال ْر ِّ ِّ َ َم ْن يُْف ِس ُد فِيَها َويَ ْسفِ ُك الدَما َء َونحَْ ُن نُ َسب ُح َب ْمد َ ِك َونَُقد ُس لَ َك َق ال ِح ِّ ِّ َْأ ُ ُ َ َْ) َو َعلَّ َم آ َدَم ال م30( إنِي أَعْلَ ُم َما اَل تَْعلَ ُمو َن سا َء كلََّها ث َّم َع َر َضُه ْم َعلى ِّ َ َ ُ َ َ مْالَاَلئِكةِ َفَق َْال أنْبِئُونِي بِأ م )31( ساء َه ُؤاَلء إِْن كنْتُ ْم َصادِقِ َني ِ ِ “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: ”Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menump ahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: ”Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Dan Dia mengajarkan kepa da Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemu kakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: ”Sebutkanlah kepadaKu nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!” (Q.S. al-Baqarah: 30-31)
Dari kedua ayat diatas kita dapat memahami bahwasannya Allah menciptakan manusia (Adam) di muka bumi ini sebagai khalifah-Nya. Sehingga Adam dibekali dan diajarkan oleh Allah al-Asma’ kullaha (nama-nama benda-benda seluruhnya) yang dapat memberikan kesadaran kepada Adam akan esensi penciptaan. Kesadaran ini bukan hanya kesadaran intelektual terpisah dari kesadaran spiritual; yaitu kesadaran spiritual yang mendorong, membim bing, dan mempertajam intelek dengan menanamkan dalam diri Adam Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
171
Ontologi Pendidikan Islam (Hakikat Pendidikan dalam Perspektif Islam)
perasaan ta’dhim dan hormat kepada Allah dan juga membuatnya mampu menggunakan pengetahuan yang dimilikinya itu untuk kepentingan dirinya sendiri dan kepentingan umat manusia. Sedangkan kesadaran intelektual terhadap Al-Qur’an merupakan kemampuan kognitif yang meliputi pemahaman terhadap nilai-nilai yang terdapat dalam Al-Qur’an ataupun nilai dari alam semesta sebagai interpretatasi dari nilai-nilai tersebut. Said Agil Husin Al Munawar menyebutkan bahwasannya secara normatif, tujuan yang ingin di capai dalam proses aktualisasi nilai-nilai Al-Qur’an dalam pendidikan meliputi tiga dimensi atau aspek yang harus di bina dan dikembangkan oleh pendidikan18. Pertama dimensi spiritual, kedua dimensi budaya, dan ketiga dimensi kecerdasan yang membawa kepada kemajuan.. Pertama dimensi spiritual yaitu iman, taqwa, dan akhlak mulia (yang tercermin dalam ibadah dan muamalah) hal ini tersimpul dalam satu kata yaitu akhlak. Akhlak merupakan kontrol psikis dan sosial bagi individu dan masyarakat. Tanpa akhlak manusia akan berada dalam kumpulan hewan dan binatang yang tidak memiliki tata nilai dalam kehidupannya.
َْولََق ْد َذ َرأْنَا َلَهَّن َم َكثِريًا مِ َن جْالن َو إ ْ وب اَل يَْفَقهُو َن بَِها َوهَلُ ْم ن ال ٌ ُس هَلُ ْم قُل ِج ِِ ِ ِّ ُ َْأ َ أ ْعينٌُ اَل يُبْ ِص ُرو َن بَِها َوهَلُ ْم َآذ ٌان اَل يَ ْس َمعُو َن بَِها أولَئِ َك َكالنَْعامِ بَ ْل ُه ْم ُ َ أ َض ُّل أولَئِ َك ُه ُم الَْغافِلُو َن ” Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) keba nyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tan da-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Q.S. al-A’raf: 179)
172
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Muh. Mustakim
Maka dari itulah Allah mengutus Rasulullah Saw. sebagai sumber akhlak yang harus diteladani. Seperti sabdanya :
)امنا بعثت ألمتم مكارم األخالق (رواه البخاري واملسلم ” Sesungguhnya aku diutus tiada lain untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.(H.R. Bukhari Muslim)
Jadi, pendidikan spiritual dalam Islam tersimpul dalam prinsip berpegang teguh pada kebaikan dan kebajikan serta menjauhi keburukan dan kemungkaran. dimana hal ini merupakan upaya untuk mewujudkan tujuan dasar pendidikan Islam, yaitu ketakwaan, ketundukan, dan beribadah kepada Allah Swt. Kedua, dimensi budaya yaitu kepribadian yang mantap dan mandiri, dan tanggung jawab dalam masyarakat. Secara universal dimensi ini menitikberatkan pada pembentukan kepribadian muslim sebagai individu yang diarahkan kepada peningkatan faktor dasar (bawaaan) dan faktor ajar (lingkungan). Faktor dasar dikembangkan dan ditingkatkan kemampuan melalui bimbingan dan pembiasaan berfikir, bersikap dan bertingkah laku menurut norma-norma Islam. Sedangkan faktor ajar dilakukan dengan cara mempengaruhi individu melalui proses dan usaha membentuk kondisi yang mencerminkan pola kehidupan yang sejalan dengan norma-norma Islam seperti, teladan, nasehat, anjuran, pembia saan, hukuman dan pembentukan lingkungan serasi. Ketiga, dimensi kecerdasan yang membawa kepada kemajuan yaitu cerdas, kreatif, terampil, disiplin, etos kerja, profesional, inovatif, dan kreatif. Isyarat Al-Qur’an tentang ilmu pengetahuan dan kebenarannya sesuai dengan ilmu pengetahuan hanyalah salah satu bukti kemukjizat annya. Ajarannya Al-Qur’an tentang ilmu pengetahuan tidak hanya sebatas ilmu pengetahuan (science) yang bersifat fisik dan empirik sebagai fenomena, tetapi lebih dari itu ada hal-hal nomena yang yang tidak terjangkau oleh rasio manusia.19 Sebagaimana firman-Nya:
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
173
Ontologi Pendidikan Islam (Hakikat Pendidikan dalam Perspektif Islam)
َم ْن َكا َن يُرِ ُيد الَْعا ِجلَ َة َع َّجلْنَا لَُه فِيَها َما نَ َشا ُء مِلَ ْن نُرِ ُيد ثَُّم َج َعلْنَا لَُه َجَهَّن َم
ْحو ًرا ُ يَ ْصاَلهَا َم ْذمُومًا َمد
“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.” (Q.S. al-Israa: 18).
ْآ َْيَْعلَ ُمو َن َظاه ًرا م َن ح الَياةِ ا ُّلدنَْيا َو ُه ْم َع ِن ال ِخ َرةِ ُه ْم َغافِلُو َن ِ ِ
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.”(Q.S. ar-Rum: 7).
ُ )93( ) َوَما اَل تُبْ ِص ُرو َن83( َفاَل أقْ ِس ُم مِبَا تُبْ ِص ُرو َن
“Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat. Dan dengan apa yang tidak kamu lihat”. (Q.S. al-Haqqah: 38-39).
Sehingga disebutkan bahwasaannya nilai-nilai Qur’ani secara garis besar adalah nila-nilai kebenaran (metafisis dan saintis) dan nilai mo ral. Kedua nilai Qur’ani ini akan memandu manusia dalam membina kehidupan dan penghidupannya.20 Tujuan pendidikan bagi manusia tiada lain adalah mempersiapkan manusia yang ’abid, yang selalu menghambakan diri kepada Allah SWT. Hal ini senada dengan firman-Nya:
َّجْ إْ ا ون ِ َوَما َخلَْق ُت الَِّن َوالِنْ َس إِل لَِي ْعبُ ُد “Dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (Q.S. adz-Dzaariyaat: 56).
Ibadah bukanlah hanya sebatas menunaikan sholat, membayar zakat, berpuasa, haji setelah mengikrarkan dua kalimat syahadat. Akan tetapi ibadah adalah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidup an serta segala yang dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan
174
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Muh. Mustakim
dan perasaan bahkan bagian apapun dari perilakunya dalam menghambakan diri kepada Allah Swt. Konferensi sarjana muslim dunia pertama tentang pendidikan merumuskan tujuan pendidikan sebagai berikut: Pendidikan seharusnya bertujuan menimbulkan pertumbuhan yang seimbang dari kepribadian total manusia melalui latihan spiritual, intelek, rasional diri, perasaan dan kepekaan tubuh manusia. Karena itu pendidikan seharusnya menyediakan jalan bagi pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya: spiritual, intelektual, imaginatif, fisikal, ilmiah, linguistik, baik secara individual maupun secara kolektif dan memotivasi semua aspek untuk mencapai tujuan dan kesempurnaan. Sehingga tujuan akhir pendidikan muslim adalah perwujudan penyerahan mutlak kepada Allah, pada tingkat individual, masyarakat dan kemanusiaan pada umumnya.21
HAKIKAT MANUSIA DALAM PENDIDIKAN ISLAM Manusia dalam pandangan Al-Qur’an adalah makhluk unik (luar biasa) lantaran kedudukannya sebagai khalifah, sebagaimana penyusun sebutkan pada pembahasan sebelumnya. Manusia mempunyai fitrah yang baik, kemampuan berkehendak (free will), badan raga, ruh dan akal. Dengan demikian, pendidikan ha rus mengembangkan atribut-atribut manusia tersebut. Demikian pula pendidikan Islam bertujuan membentuk manusia yang beriman yang menyadari dan memperhatikan komponen-kompo nen fitrahnya, tanpa mengorbankan salah satu demi pengembangan yang lain. Al-Qur’an banyak menyebutkan manusia, dan dalam penyebutannya tersebut mempunyai dampak edukatif (pedagogik). Menurut Nasir Budiman, setidaknya ada empat dampak edukatifnya22 yaitu sebagai be rikut: 1.
Manusia mempunyai potensi dan sumber daya manusia. Allah telah memberikan akal, lubb (qalb dan fuad), hilm (santun) dan lain sebagainya. Di samping itu Allah juga memberikan pendengaran, penglihatan dan alat gerak dan perasa. sebagaimana firman-Nya:
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
175
Ontologi Pendidikan Islam (Hakikat Pendidikan dalam Perspektif Islam)
َْولََق ْد َذ َرأْنَا َلَهَّن َم َكثِريًا مِ َن جْالن َو إ ْ وب اَل يَْفَقهُو َن بَِها َوهَلُ ْم ن ال ٌ ُس هَلُ ْم قُل ِج ِِ ِ ِّ ُ َْأ َ أ ْعينٌُ اَل يُبْ ِص ُرو َن بَِها َوهَلُ ْم َآذ ٌان اَل يَ ْس َمعُو َن بَِها أولَئِ َك َكالنَْعامِ بَ ْل ُه ْم ُ َ أ َض ُّل أولَئِ َك ُه ُم الَْغافِلُو َن ” Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) ke banyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi ti dak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tan da-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) ti dak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Q.S. al-A’raf: 179)
ُ ُ ُ ُ ُ ْ َ َُّه ون أَّمَهاتِك ْم اَل تَْعلَ ُمو َن َشيْئًا َو َج َع َل لَك ُم ا َّلس ْم َع ُط ب ن م م ك ْ ْ ِ َوالل أخ َر َج ِ َْأ َْأ ُ ُ ار َوالفْئِ َدةَ لََعلَّك ْم تَ ْشك ُرو َن َ َوالبْ َص “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, pengli hatan dan hati, agar kamu bersyukur.”(Q.S. an-Nahl: 78).
َْا َّلر م 4 ( ) َعلَّ َم ُه الَْبَيا َن3( ) َخلَ َق إْالِنْ َسا َن2( ) َعلَّ َم الُْق ْرآ َن1( ح ُن
“(Tuhan) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan Al-Quran. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara.” (Q.S. ArRahman: 1-4)
2.
Manusia di beri kebebasan berfikir; dalam berfikir terhadap segala sesuatu;. sehingga mereka dapat mencari sendiri, menggali, mendalami dan menganalisis atau mengsistensiskan pergulatan fikirannya terutama tentang kejadian dirinya. Allah berfirman:
َ َ ْ ) َق ْد أفْلَ َح َم ْن8( ورهَا َوتَْق َواهَا َ ) َفأهَْل َمَها فُ ُج7( س َوَما َسَّواهَا ٍ َونَف )9( َزَّكاهَا
176
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Muh. Mustakim ” dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengil� hamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. sesung guhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguh nya merugilah orang yang mengotorinya.” (Q.S. Asy-Syams: 7-10).
َ َ ُ ْإ ) ثَُّم َج َع َل7( ٍان مِ ْن ِطني ِ الَّذِي أ ْح َس َن ك َّل َش ْيءٍ َخلََق ُه َوبَ َدأ َخلْ َق الِنْ َس ) ثَُّم َسَّواهُ َونََف َخ فِيهِ مِ ْن ُرو ِحهِ َو َج َع َل8( ٍنَ ْسلَ ُه مِ ْن ُساَللَةٍ مِ ْن َماء َمهِني ٍ َْأ َْأ ُ ُ )9( ار َوالفْئِ َدةَ َقلِ اًيل َما تَ ْشك ُرو َن َ لَك ُم ا َّلس ْم َع َوالبْ َص ” Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadi kan keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudian Dia menyem purnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia men jadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (Q.S. as-Sajdah: 7-9).
َ سا َء ُكلََّها ثَُّم َع َر َضُه ْم َعلَى مْالَاَلئَِكةِ َفَق َْال أَنْبِئُونِي بَِأ م ََْو َعلَّ َم آ َدَم الأَْ م ساء ِ ُ ) َقالُوا ُسبْ َحانَ َك اَل ِعلَْم لَنَا إِاَّل َما َعلَّ ْمَتنَا13( َه ُؤاَلء إِْن كنْتُ ْم َصادِقِ َني َِ َْح ْ ْ )23( إنَِّ َك أن َت ال َعلِي ُم ال ِكي ُم ” Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) se luruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!” Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. al-Baqarah: 31-32).
3.
Manusia berkewajiban mempertanggung-jawabkan atas segala usaha dan hasil dari proses berfikir. Rasa tanggung-jawab ini mendidik jiwa manusia supaya sadar, selalu tanggap, terhindar dari kegelincir an, tidak tunduk pada hawa nafsu, berlaku adil, tidak zalim serta beristiqamah dalam segala tingkah laku dan urusan kemanusiaan. Makanya Allah mengingatkan kita dengan firman-Nya:
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
177
Ontologi Pendidikan Islam (Hakikat Pendidikan dalam Perspektif Islam)
َ َف َم ْن يَْع َم ْل مِثَْق َ ) َوَم ْن يَْع َم ْل مِثَْق7( ُال َذ َّرةٍ َخيرًْا يََره )8( ُال َذ َّرةٍ َشًّرا يََره “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, nisca ya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Q.S. al-Zalzalah: 7-8).
ُ ُ َواَل تَْق ُف َما لَيْ َس لَ َك بِهِ ِعلٌْم إَِّن ا َّلس ْم َع َوالَْب َص َر َوالُْف َؤا َد ك ُّل أولَئِ َك َكا َن َعنْ ُه َم ْسئُول
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”. (Q.S. al-Israa: 36).
4.
Pendidikan dalam Islam menggunakan pendekatan yang rasional, imani, emosional dan fungsional untuk mengenal jati dirinya yang pada gilirannya nanti akan mengenal tuhan-Nya.
Jadi, inti dari konsep pendidikan menurut Al-Qur’an adalah pro ses pengembangan dan pembetukan manusia yang selalu berlandaskan tauhid/mengesakan Allah, beribadah dan membesarkan nama-Nya. Ka rena Allah tiada menciptakan manusia kecuali beribadah untuk menyembah-Nya. Sebagaimana firman-Nya:
َوَما َخلَْق ُت جْالَِّن َو إْالِنْ َس إِاَّل لَِي ْعبُ ُدون
“Dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (Q.S. adz-Dzaariyaat: 56).
Allah menyebutkan tiga sifat utama bagi pendidik dalam surat alFatah ayat ke-823 yaitu: 1. Syahidan (penggerak perasaan-perasaan) 2. Mubasysyiran (pembawa berita gembira) 3. Naziran (pembawa peringatan untuk menahan dari kejahatan).24
178
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Muh. Mustakim
KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN ISLAM Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan. Kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa di Indonesia sendiri telah terjadi sembilan kali perubahan pengembangan kurikulum, yaitu : 1. Rentjana Pelajaran 1947; warisan dari pemerintahan kolonial belanda, 2. Rentjana Pelajaran Terurai 1952; isi pelajaran dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, 3. Rentjana Pendidikan 1964; pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani., 4. Kurikulum 1968; ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila 5. Kurikulum 1975; dikenal Prosedur Pengembangan Sistem Instruk sional (PPSI). 6. Kurikulum 1984; berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif (CBSA). 7. kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999; sistem caturwulan, (berorientasi kepada materi pelajaran/isi) 8. Kurikulum Berbasis Kompetensi 2002 dan 2004; lebih mengedepankan kompetensi peserta didik setelah lulus ke jenjang pendi dikan selanjutnya atau terjun ke dunia kerja. 9. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 sampai sekarang; memberikan keleluasaan guru untuk berimprovisasi dalam KBM mengedepankan kompetensi siswa yang disesuaikan dengan kebutuhan daerah/sekolah tertentu. Kurikulum dalam pendidikan Islam, yaitu kata manhaj, yang bermakna jalan yang terang, atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada bidang kehidupannya. Jadi, kurikulum yang dimaksud adalah jalan Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
179
Ontologi Pendidikan Islam (Hakikat Pendidikan dalam Perspektif Islam)
terang yang dilalui oleh pendidik atau guru latih dengan orang yang dididik atau dilatihnya untuk mengembangkan pengetahuan, ketram pilan dan sikap mereka. 25 Keberadaan kurikulum dalam pendidikan Islam sebagai alat untuk mendidik generasi muda dengan baik dan menolong mereka untuk membuka dan mengembangkan kesediaan-kesediaan, bakat-bakat, kekuatan-kekuatan, dan ketrampilan mereka yang bermacam-macam dan menyiapkan mereka dengan baik untuk menjalankan hak-hak dan kewajiban, memikul tanggungjawab terhadap diri, keluarga, masyarakat, bangsanya dan turut serta secara aktif untuk kemajuan masyarakat dan bangsanya. Dengan demikian, kurikulum hanya sebatas sarana untuk mendidik generasi muda dengan segala potensi yang dimilikinya sehingga mampu memikul tanggungjawab bagi dirinya, keluarga, masyarakat maupun bangsanya. Alat pendidikan yang di maksudkan penulis adalah media untuk terlaksananya proses pendidikan, maka alat disini mencakup apa saja yang dapat digunakan termasuk didalamnya metode pendidikan menurut al-Qur’an. Sehingga metode dan alat pendidikan dalam masyarakat adalah cara dan segala apa saja yang dapat digunakan untuk menuntun dan membimbing setiap individu masyarakat dalam usaha membentuk kepribadian muslim yang diridhai Allah. Oleh karena itu, alat dan metode pendidikan dalam masyarakat haruslah searah dengan Al-Qur’an dan as-Sunnah.26 Hal ini mempunyai peranan penting sebab merupakan jembatan terbentuknya kepribadian muslim sebagaimana penulis sebutkan sebelumnya. Dra. Hj. Nur Uhbiyati dan Drs. H. Abu Ahmadi mengutip pendapat Ustadz Said Ramadhan al-Buwthiy dalam bukunya yang berjudul “al-Manhajut Tarbawi Farid fil Qur’an” ada tiga macam asas/landasan yang di pakai Al-Qur’an dalam melaksanakan kurikulum,27 yaitu: 1. Muhkamah Aqliyah, mengetuk akal pikiran untuk memecahkan segala sesuatu. Di dalam tingkatan ini Al-Qur’an menyadarkan setiap akal manusia untuk memikirkan asal-usul dirinya, mulai dari mula jadinya, kemudian perkembangannya baik fisik maupun akal dan
180
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Muh. Mustakim
ilmunya ataupun mental spiritual. Allah menyebutkan Al-Qur’an akal sebanyak 29 kali, pikiran 18 kali, zikr ‘ingatan’ sampai 267 kali, fiqh ‘pemikiran yang mendalam’ dan ilmu sampai 800 kali (ter masuk khusus kata-kata ilmu 105 kali), sehingga berjumlah 1.154 kali Allah menyuruh manusia supaya berhukum memanfaatkan akal dan ilmunya. 2. Al-Qishas wat Tarikh, menggunakan cerita-cerita dan pengetahuan sejarah. Dengan mengemukakan berbagai cerita/peristiwa, dan de ngan membuka lembaran-lembaran di masa lampau, Allah Azza wa Jalla mengajak manusia supaya bercermin kepada fakta dan data di masa dahulu itu untuk melihat dirinya. Berbagai cerita dan kisah dalam Al-Qur’an menghidupkan sejarah-sejarah lama untuk memberanikan hati manusia untuk zaman yang akan dihadapinya dan mengambil ibrah ‘pelajaran/hikmah’ kejadian masa lalu demi menyambut masa depan yang gemilang. 3. Al-Isarah al-Wijdaniyah, memberikan perangsang kepada perasaan-perasaan. Membangkitkan rangsangan-rangsangan adalah jalan yang terpendek untuk menanamkan suatu karakter kepada setiap individu. Dan perasaan itu terbagi atas tiga macam: a. Perasaan pendorong, yaitu rasa gembira, harapan hasrat yang besar, dan semisalnya. b. Perasaan penahan, yaitu rasa takut (berbuat jahat), rasa sedih (berbuat dzalim), dan semisalnya.. c. Perasaan kekaguman, yaitu rasa hormat dan kagum, rasa cinta dan pengabdian, dan lain sebagainya. Kurikulum mempunyai peran penting dalam upaya untuk menca��pai tujuan pendidikan. Apalagi ini tujuan pendidikan Islam yang begitu kompleks, seorang anak didik tidak hanya memiliki kemampuan secara afektif, kognitif maupun psikomotor, tetapi dalam dirinya harus tertanam sikap dan pribadi yang berakhlakul karimah yang selalu berlandaskan tauhid / mengesakan Allah, beribadah kepada-Nya.
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
181
Ontologi Pendidikan Islam (Hakikat Pendidikan dalam Perspektif Islam)
PENUTUP 1.
2.
3.
4.
182
Dari uraian di atas, kita dapat menyimpulkan, bahwa: Ontologi pendidikan Islam adalah menyelami hakikat dari pendi dikan Islam, meliputi: hakikat pendidikan Islam, hakikat tujuan pendidikan Islam, hakikat manusia sebagai subjek pendidikan yang ditekankan kepada pendidik dan peserta didik, dan hakikat kurikulum dalam pendidikan Islam. Pendidikan dan Tujuannya dalam perspektif Islam adalah proses pengembangan dan pembentukan manusia yang selalu berlan daskan tauhid/mengesakan Allah, beribadah dan membesarkan nama-Nya Manusia mempunyai potensi sangat Istimewa, yaitu: pertama, Allah telah memberikan akal, lubb (qalb dan fuad), hilm (santun), kedua, Manusia di beri kebebasan berfikir; dalam berfikir terhadap segala sesuatu;. sehingga mereka dapat mencari sendiri, menggali, mendalami dan menganalisis atau mengsistensiskan pergulatan fikirannya terutama tentang kejadian dirinya. ketiga, Manusia berkewajiban mempertanggung-jawabkan atas segala usaha dan hasil dari proses berfikir. Rasa tanggung-jawab ini mendidik jiwa manusia supaya sadar, selalu tanggap, terhindar dari kegelinciran, tidak tunduk pada hawa nafsu, berlaku adil, tidak zalim serta beristiqamah dalam segala tingkah laku dan urusan kemanusiaan. Keempat, Pendidikan dalam Islam menggunakan pendekatan yang rasional, imani, emosional dan fungsional untuk mengenal jati dirinya yang pada gilir annya nanti akan mengenal tuhan-Nya. Kurikulum mempunyai peran penting dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan. Apalagi ini tujuan pendidikan Islam yang begitu kompleks, seorang anak didik tidak hanya memiliki kemampuan secara afektif, kognitif maupun psikomotor, tetapi dalam dirinya harus tertanam sikap dan pribadi yang berakhlakul karimah yang selalu berlandaskan tauhid / mengesakan Allah, beribadah kepada-Nya. [ ]
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Muh. Mustakim
ENDNOTES 1
2
3
4
5
6 7
8
9
10 11 12 13
14
15 16 17
18
19 20
21
22 23
http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php, diakses pada: September 2010, Pukul 22 : 35 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga ( Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm.263. Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam ; Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktek,( Jakarta : Ciputat Press), 2002, hlm. 25. A.Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, cet.1 ( Jakarta : Amzah, 2009), hlm. 65 M. Jindar Wahyudi, Nalar Pendidikan Qur’ani, (Yogyakarta : Aperion Philotes, 2006), hlm. 55 Ibid., hlm.56 Abdurrahman Nahlawy, Usul Tarbiyah wa Asaalibiha fi Bait wal Madrasah walMujtama, (Beirut : Darul Fikri, 1979 M), hlm.12. Lihat ; Hamid Reza Alavi, Nearness to God : a Prespective in Islamic Education, Shahid Bahonar University, Kerman Iran, vol. 103, No.1 Januari-februari 2008, hlm.6 Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan (Bandung: PT.Remaja Rosda Karya, 2003), hlm..14 A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, hlm.65. Ibid., hlm.107 lewat perantara lebih dari sepuluh orang dalam tiap periodenya Abdurrahman an-Nahlawy, tarbiyah Islamiyah, asaasuhu wa usuuluhu wa ahdafuhu, hlm.12. M. Nasir Budiman, Pendidikan dalam Perspektif Islam, (jakarta: madani press, 2001), hlm.125 Ibid., hlm. 4 Ibid., hlm.4 Syahidin, Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an, (Bandung : Alfabeta), 2009. hlm.58 Said Agil, Aktualisasi Nilai-nilai al-Qur’an dalam Sistem Pendidikan Islam, hlm.9 Ibid., hlm.7 Sehmus Demir, On Modernity, Islamic World an Interpretation of Qur’an, Ekev Akademi Dergisi, Vol.12, 2008., hlm.98 Ali Ashraf, Horison baru Pendidikan Islam, cet. 3 (Pustaka Firdaus, 1996), hlm. 2 Nasir budiman, Pendidikan dalam Perspektif al_Qur’an, hlm.23 Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, (Q.S. Al-Fath : 8).
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
183
Ontologi Pendidikan Islam (Hakikat Pendidikan dalam Perspektif Islam) 24
25
26
27
M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar pokok pendidikan Islam, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1970), hlm.153. Omar Muhammad al Toumy al Syaibany, Falsafatut Tarbiyah Islamiyah, terj. Hasan Langgulung, ( Jakarta: Bulan Bintang, tt), hlm. 478 Nur Uhbiyati dan. Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam (Pustaka Setia), hlm.136 Ibid., hlm.145.
DAFTAR PUSTAKA Abrasyi, M. Athiyah. al- Dasar-dasar pokok pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang. 1970 Agil, Said. Aktualisasi Nilai-nilai al-Qur’an dalam Sistem Pendidikan Islam, Ciputat: Ciputat Press. 2005 Alavi, Reza Hamid Nearness to God: a Prespective in Islamic Education, Shahid Bahonar University, Kerman Iran, vol. 103, No.1 Januari-Fe bruari 2008. Ashraf, Ali. Horison baru Pendidikan Islam, cet. 3 Pustaka Firdaus. 1996 Budiman, Nasir. Pendidikan dalam Perspektif Islam, Jakarta: Madani Press, 2001 Demir, Sehmus. “On Modernity, Islamic World an Interpretation of Qur an”, Ekev Akademi Dergisi, Vol.12. 2008 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-3, Jakarta: Balai Pustaka, 2005. Jauhari, Heri Muchtar. Fikih Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. 2003 http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php, Nahlawy, Abdurrahman. Usul Tarbiyah wa Asaalibiha fi Bait wal Madrasah walMujtama, Beirut : Darul Fikri. 1979 Nizar, Syamsul. Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktek, Jakarta: Ciputat Press. 2002 Susanto, A.. Pemikiran Pendidikan Islam, cet.1 Jakarta: Amzah. 2009 Syahidin. Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an, Bandung: Al fabeta. 2009
184
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Muh. Mustakim
Syaibany, Omar Muhammad al Toumy, al Falsafatut Tarbiyah Islamiyah, terj. Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang. t.th. Uhbiyati, Nur dan. Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam, t.tp.: Pustaka Setia. t.th. Wahyudi, Jindar M. Nalar Pendidikan Qur’ani, Yogyakarta: Aperion Phi lotes. 2006
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
185