ANALISIS KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM (Studi pada Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam Novel Laskar Pelangi)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Pendidikan Agama Islam
Oleh: KHOIROTUL MUSTABSYIROH NIM: 073111101
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Khoirotul Mustabsyiroh
NIM
: 073111101
Jurusan/Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 25 Nopember 2011 Saya yang menyatakan,
Khoirotul Mustabsyiroh NIM: 073111101
ii
KEMENTERIAN AGAMA R.I. INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang Telp. 024-7601295 Fax 7615387 PENGESAHAN Naskah skripsi dengan: Judul : Analisis Kompetensi Kepribadian Guru Perspektif Pendidikan Islam (Studi pada Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam Novel Laskar Pelangi) Nama : Khoirotul Mustabsyiroh NIM : 073111101 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam.
Semarang, 12 Desember 2011 DEWAN PENGUJI Ketua,
Sekretaris,
Fakhrur Rozi, M. Ag. NIP: 19691220 1995031 001
Nadhifah, S.Th.I.,M.S.I. NIP: 19750827 200312 2 003
Penguji I,
Penguji II,
Nasirudin, M.Ag. NIP. 19691012 199603 1002
H. Mursid, M.Ag. NIP. 19670305 200112 1001
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. H. Abdul Wahib, M.Ag. NIP. 19600615 199103 1004
Drs. Sajid Iskandar Setyahadi NIP. 19480212 198703 1001
iii
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH Alamat: Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus II Ngaliyan Telp. 7601295 Fax. 7615987 Semarang
NOTA PEMBIMBING
Semarang, 25 Nopember 2011
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Di Semarang Assalamu ‘alaikum wr. wb. Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul
: Analisis Kompetensi Kepribadian Guru
Perspektif
Pendidikan
Islam (Studi pada Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam Novel Laskar Pelangi) Nama
: Khoirotul Mustabsyiroh
NIM
: 073111101
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut
sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasah. Wassalamu ‘alaikum wr. wb.
Pembimbing I,
Dr. H. Abdul Wahib, M.Ag. NIP: 19600615 199103 1004
iv
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH Alamat: Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus II Ngaliyan Telp. 7601295 Fax. 7615987 Semarang
NOTA PEMBIMBING
Semarang, 25 Nopember 2011
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Di Semarang Assalamu ‘alaikum wr. wb. Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul
: Analisis Kompetensi Kepribadian Guru Perspektif Pendidikan Islam (Studi pada Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam Novel Laskar Pelangi)
Nama
: Khoirotul Mustabsyiroh
NIM
: 073111101
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut
sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasah. Wassalamu ‘alaikum wr. wb.
Pembimbing II,
Drs. Sajid Iskandar Setyohadi NIP. 19480212 198703 1001
v
ABSTRAK Judul
: Analisis Kompetensi Kepribadian Guru
perspektif Pendidikan
Islam (Studi pada Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam Novel Laskar Pelangi Penulis
: Khoirotul Mustabsyiroh
NIM
: 073111101
Skripsi ini membahas kompetensi kepribadian guru perspektif pendidikan Islam yang dimiliki oleh Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam novel Laskar Pelangi. Kajian ini dilatarbelakangi sikap guru yang pemarah dan guru yang ditakuti oleh siswa yang menyebabkan siswa tidak nyaman untuk belajar. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan : 1) Bagaimana Kompetensi Kepribadian Guru dalam Perspektif Pendidikan Islam? 2) Bagaimana Kompetensi Kepribadian Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam Novel Laskar Pelangi? 3) Bagaimana Kompetensi Kepribadian Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam Novel Laskar Pelangi Perspektif Pendidikan Islam?. Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan atau penelitian murni, yaitu penelitian yang memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya. Tegasnya riset pustaka membatasi kegiatannya hanya pada bahanbahan koleksi perpustakaan saja tanpa memerlukan riset lapangan. Dalam hal ini penelitian difokuskan pada kompetensi kepribadian Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam novel Laskar Pelangi perspektif pendidikan Islam, sehingga dalam mencari data menggunakan pendekatan analitis, yaitu suatu pendekatan yang berusaha memahami gagasan, cara pandang, cara pengarang dalam menampilkan gagasan atau mengimajinasikan ide-idenya, sikap pengarang dalam menampilkan gagasangagasannya, elemen intrinsik dan mekanisme hubungan dari setiap elemen intrinsik itu sehingga mampu membangun totalitas bentuk maupun totalitas maknanya. Data yang terkumpul dianalisis dengan content analisis yaitu usaha untuk mengungkapkan isi sebuah buku yang menggambarkan situasi penulis dan masyarakatnya pada waktu buku itu di tulis, lebih singkatnya adalah analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi dan Metode interpretasi hasil analisis, yaitu pemberian kesan, pendapat, atau pandangan teoritis terhadap suatu tafsiran. hasil penelitian ini adalah 1) kompetensi kepribadian guru perspektif pendidikan Islam yaitu mencontoh segala perbuatan nabi dan sifat- sifat nabi yang tertera dalam al Qur’an dan al- Hadist. 2) kompetensi kepribadian Bu Muslimah dan Bapak Harfan meliputi: Ramah, Sopan Santun, Lemaah Lembut, Semangat, Tenang, Karismatik/berwibawa, Arif, Ikhlas, Adil, Sabar, Sederhana , Kesetiaan, Menerima keadaan murid apa adanya, Cinta dan Kasih Sayang. 3) kompetensi kepribadian Bu Muslimah dan Bapak Harfan perspektif pendidikan Islam intinya adalah bahwa kepribadian Bu Muslimah dan Bapak Harfan adalah aplikasi nyata dari kompetensi kepribadian guru perspektif Pendidikan Islam. Berdasarkan hasil dari penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi bagi sekolah, peserta didik, orang tua, dan terutama pendidik untuk meningkatkan kompetensi kepribadiannya
vi
TRANSLITERASI ARAB LATIN Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab Latin dalam skripsi ini berpedoman pada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I Nomor: 158/1987 dan Nomor: 0543b/Untuk1987. Penyimpangan penulisan kata sandang (al-) disengaja secara konsisten agar sesuai teks Arabnya. a
t}
b
z}
t
‘
s|
gh
j
f
h}
q
kh
k
d
l
z|
m
r
n
z
w
s
h
sy
’
s}
y
d} Bacaan madd:
Bacaan diftong:
a> = a panjang i> = I panjang u> = u panjang
= au = ai
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt. Tuhan seluruh alam yang telah memberikan beberapa rahmat, taufiq, hidayah, dan kenikmatan kepada penulis berupa kenikmatan jasmani maupun rohani, sehingga penulis dapat menyusun skripsi dengan judul “ANALISIS
KOMPETENSI
KEPRIBADIAN
GURU
PERSPEKTIF
PENDIDIKAN ISLAM (STUDI PADA IBU MUSLIMAH DAN BAPAK HARFAN DALAM NOVEL LASKAR PELANGI)” dengan baik. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Agung Muhammad saw., karena berkat perjuangan beliau yang telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang terang benderang ini yaitu zaman islamiyah. Dengan berbekal keikhlasan dan niat yang tulus serta dengan tanggung jawab, Allah swt. telah meridhoi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Keberhasilan ini tentu saja tidak dapat terwujud tanpa bimbingan, dukungan dan bantuan berbagai pihak, oleh karena dengan rasa hormat yang paling dalam penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Sudja’i, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 2. H. Nasirudin M. Ag, Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam. 3. Dr. H. Abdul Wahib, M.Ag. selaku Pembimbing I dan Drs. Sajid Iskandar Setyohadi selaku Pembimbing II, yang telah berkenan meluangkan waktunya, tenaga dan pikirannya untuk membimbing, mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai. 4. Dosen Pendidikan Agama Islam, dosen dan staf pengajar di IAIN Walisongo Semarang yang membekali berbagai pengetahuan. 5. Kepala perpustakaan IAIN Walisongo Semarang beserta seluruh staf dan karyawan yang telah memberikan pelayanan yang terbaik.
viii
6. Bapak, ibu, kakak-kakakku, dan adikku yang tersayang terima kasih atas cinta, kasih, do’a, nasihat, dan dukungan serta segala pengorbanan dalam mendidik penulis dengan penuh kesabaran. 7. Teman seperjuangan Pendidikan Agama Islam 2007 yang senantiasa menjadi penyemangat penulis. 8. Pengasuh Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran(Umi Aufa dan Abah Luthfi) terimakasih telah membimbing, menasihati, serta doa untuk penulis. 9. Santriwati Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran yang mengisi hari-hari penulis menjadi penuh semangat. 10. Teman- teman kos (murba, eva, citra dan inda) terimakasih telah memberikan tempat untuk mengetik skripsi hingga selesai. Kepada mereka semua, penulis ucapkan “Jazakumullah Khairati wa Saatiddunya wal Akhirah“. Semoga amal baik dan jasa-jasanya diberikan oleh Allah balasan yang sebaik-baiknya. Akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semuanya. Amin.
Semarang, 25 Nopember 2011 Penulis,
Khoirotul Mustabsyiroh NIM. 073111101
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL SKRIPSI ...............................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................
ii
PENGESAHAN ......................................................................................
iii
NOTA PEMBIMBING ...........................................................................
iv
ABSTRAK .............................................................................................
vi
TRANSLITERASI ARAB LATIN .........................................................
vii
KATA PENGANTAR ............................................................................
viii
DAFTAR ISI ..........................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................
1
B. Rumusan Masalah ..................................................................
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...............................................
5
D. Kajian Pustaka ........................................................................
6
E. Metode Penelitian ...................................................................
7
F. Sistematika Pembahasan .........................................................
9
BAB II PENDIDIKAN ISLAM,KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DAN GAMBARAN UMUM NOVEL A. PENDIDIKAN ISLAM ..........................................................
11
1. Pengertian Pendidikan Islam .............................................
11
2. Tujuan Pendidikan Islam ..................................................
15
3. Pendidik dalam Pendidikan Islam .....................................
17
a. Konsep Pendidik .........................................................
17
b. Tugas Pendidik ...........................................................
18
B. KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU ................................
20
1. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru ........................
20
a. Pengertian Kompetensi ...............................................
20
x
b. Pengertian Kepribadian ...............................................
21
c. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru...................
22
2. Kompetensi Kepribadian yang Harus dimiliki oleh Guru ..
22
C. GAMBARAN UMUM NOVEL .............................................
30
1. Pengertian Novel ..............................................................
30
2. Unsur- Unsur Novel ..........................................................
31
BAB III KOMPETENSI KEPRIBADIAN IBU MUSLIMAH DAN BAPAK HARFAN DALAM NOVEL LASKAR PELANGI A. Gambaran Umum Novel Laskar Pelangi ................................
35
1. Biografi Pengarang ...........................................................
35
2. Sinopsis novel Laskar Pelangi ..........................................
35
B. Kompetensi Kepribadian Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam Novel Laskar Pelangi .............................................................
39
1. Ramah .............................................................................
39
2. Sopan Santun ....................................................................
39
3. Lemah Lembut..................................................................
40
4. Semangat ..........................................................................
40
5. Tenang ..............................................................................
41
6. Karismatik/berwibawa ......................................................
41
7. Arif ...................................................................................
41
8. Ikhlas ................................................................................
42
9. Adil ..................................................................................
42
10. Sabar ................................................................................
43
11. Sederhana .........................................................................
43
12. Kesetiaan ..........................................................................
44
13. Menerima keadaan murid apa adanya ...............................
44
14. Cinta dan Kasih Sayang ....................................................
45
BAB IV ANALISIS
KOMPETENSI
KEPRIBADIAN
GURU
PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM (SUTI PADA IBU MUSLIMAH DAN BAPAK DALAM NOVEL LASKAR PELANGI)
xi
A. Analisis
Kompetensi
Kepribadian
Guru
Perspektif
Pendidikan Islam ................................................................ B. Analisis
Kompetensi
Kepribadian
Guru
46
Perspektif
Pendidikan Islam (Studi pada Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam Novel Laskar Pelangi) ..................................
52
BAB V PENUTUP A. Simpulan ................................................................................
67
B. Saran ......................................................................................
67
DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Surat Penunjukan Pembimbing Daftar Riwayat Hidup Piagam Passka Piagam Kuliah Kerja Nyata Surat Keterangan dan Transkip Ko Kurikuler
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah figur seorang pemimpin. Guru adalah sosok arsitek yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Guru bertugas mempersiapkan manusia yang cakap, yang dapat diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa dan negara. 1 Umumnya, kata pendidik seringkali diwakili oleh istilah guru. Guru, sebagaimana diurai Hadari Nawawi (1989), adalah orang yang pekerjaannya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau di dalam kelas. Secara lebih khusus, demikian Nawawi, guru berarti orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggungjawab dalam membantu anak didik mencapai kedewasaan masing-masing. 2 Guru, dalam pengertian tersebut, bukan hanya sekedar orang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan materi pengetahuan (mata pelajaran) tertentu, akan tetapi guru adalah anggota masyarakat yang harus ikut dan berjiwa bebas serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak didiknya untuk menjadi anggota masyarakat sebagai orang dewasa Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, guru harus mempunyai kompetensi. Dalam UU Guru dan Dosen No. 14 Th. 2005 kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. 3 Sebagai teladan, guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil dan idola, seluruh kehidupannya adalah figur yang paripurna, itulah kesan terhadap guru sebagai sosok yang ideal. Sedikit saja guru berbuat yang tidak atau kurang baik, akan mengurangi kewibawaannya dan
1
Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaktif Edukatif (Suatu Pendekatan Teoretis Psikologis), Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2005, hlm.36. 2
Ahmad Barizi, Menjadi Guru Unggul, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2010), hlm. 143.
3
UU Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005) (Jakarta:Sinar Grafika, 2010), hlm. 9.
1
karisma pun secara perlahan lebur dari jati diri. Karena itu, kepribadian adalah masalah yang sangat sensitif sekali. 4 Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Dalam makna demikian, seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang itu, asal dilakukan secara sadar. 5 Perbuatan yang baik sering dikatakan bahwa seseorang itu mempunyai kepribadian yang baik atau berakhlak mulia Sebaliknya, bila seorang melakukan sikap dan perbuatan yang tidak baik menurut pandangan masyarakat, maka dikatakan bahwa orang itu tidak mempunyai kepribadian yang baik atau mempunyai ahklak yang tidak mulia. Itulah kesan terhadap guru sebagai sosok yang ideal sedikit saja guru berbuat yang tidak atau kurang baik akan mengurangi kewibawaannya6 . Kepribadian dapat menentukan apakah guru menjadi pendidik dan pembina yang baik ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik. Ujian berat bagi guru dalam hal kepribadian ini adalah rangsangan yang memancing emosinya. Kestabilan emosi amat diperlukan, namun tidak semua orang mampu menahan emosi terhadap rangsangan yang menyinggung perasaan, dan memang diakui bahwa tiap orang mempunyai temperamen yang berbeda dengan orang lain. Untuk keperluan tersebut, upaya dalam bentuk latihan mental akan sangat berguna. 7Guru yang mudah marah akan membuat peserta didik takut, dan ketakutan mengakibatkan kurangnya minat untuk mengikuti pembelajaran serta rendahnya konsentrasi, karena ketakutan menimbulkan kekuatiran untuk dimarahi dan hal ini membelokkan konsentrasi peserta didik. Kemarahan guru terungkap dalam kata-kata yang dikeluarkan, dalam raut muka dan mungkin dengan gerakan- gerakan tertentu, bahkan ada yang dilahirkan dalam bentuk memberikan hukuman fisik. Sebagian kemarahan bernilai negatif, dan
4
Isjoni, Guru sebagai Motivator Perubahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 55.
5
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaktif Edukatif (Suatu Pendekatan Teoretis Psikologis), hlm.40 6
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaktif Edukatif (Suatu Pendekatan Teoretis Psikologis), hlm. 41 7
E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: PT Rosdakarya, 2010), hlm. 48
2
sebagian lagi bernilai positif.
8
Kemarahan yang berlebihan seharusnya tidak
ditampakkan, karena menunjukkan kelebihan emosi guru. Dilihat dari penyebabnya, sering nampak bahwa kemarahan adalah salah karena ternyata disebabkan oleh peserta didik yang tidak mampu memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan, padahal dia telah belajar dengan sungguh-sungguh. Kematangan emosi guru akan berkembang sejalan dengan pengalaman bekerja, selama dia mau memanfaatkan pengalamannya. Jadi tidak sekedar jumlah umur atau masa kerjanya saja yang bertambah, melainkan bertambahnya kemampuan memecahkan masalah atas dasar pengalaman masa lalu Dari uraian di atas jelas bahwa yang dikehendaki oleh peserta didik bukan hanya kecakapan guru mengajar di kelas, melainkan yang lebih penting adalah kepribadian guru itulah yang turut menentukan apakah belajar di kelas merupakan suatu pendidikan atau kebahagiaan bagi anak. Berkaitan dengan kepribadian guru dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata ditunjukkan sosok pendidik yang sangat bertanggung jawab, lembut, penyayang, sabar dan sebagainya. Terinspirasi sebuah kisah nyata, ia pun mulai menulis novel yang bercerita tentang pengabdian dua orang guru (Pak Harfan dan Ibu Muslimah) dan sepuluh anak miskin, yang berjuang untuk bersekolah meski sekolahnya, SD Muhammadiyah Pulau Belitung (SD yang paling tua di Belitung dan miskin), terancam ditutup oleh pemerintah daerah. 9 Belitung sendiri meski terkenal sebagai Pulau Timah, namun tak dapat dinikmati oleh penduduk aslinya. Belitung adalah kabupaten kepulauan yang dikelilingi hampir 200 pulau besar dan kecil. Sejak akhir tahun 2000, kabupaten berpenduduk lebih dari 2 ratus ribu jiwa ini menjadi bagian dari propinsi Bangka Belitung. Beragam etnis hidup berdampingan di kawasan yang memiliki panorama indah ini. Meskipun mengaku tidak memiliki latar belakang sastra, namun sebagaimana ciri khas orang Melayu, Andrea terbiasa mendengarkan cerita dari para
8
E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: PT Rosdakarya, 2010), cet. 9, hlm. 49. 9
Doni Riyadi Saksono, Andrea Hirata, dalam http://article-page.blogspot.com/2008/06/ profilandrea-hirata.html, diakses 26 Juni 2011.
3
orang-orang tua di kampungnya yang bercerita tentang sejarah dan cerita-cerita klasik Melayu Belitung. Sehingga tidak mengherankan, dalam menulis Laskar Pelangi, Andrea memiliki gaya penuturan yang kuat, filmis dan cerdas Laskar Pelangi adalah novel pertama karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka. Novel ini bercerita tentang kehidupan 10 anak dari keluarga miskin yang bersekolah (SD dan SMP) di sebuah sekolah Muhammadiyah di Belitung yang penuh dengan keterbatasan. Sejak diterbitkan September 2005 oleh Bentang, novel itu sudah naik cetak hingga 17 kali dan terjual sekitar 200 ribu eksemplar. Sukses itu juga diikuti dua novel berikutnya yang menjadi bagian dari tetralogi Laskar Pelangi, yakni Sang Pemimpi dan Edensor. Satu novel lagi adalah Maryamah
Karpov. 10 Jika
digabungkan, tiras tiga novel tersebut hampir 500 ribu kopi. Itu baru di Indonesia saja. Sebab, Laskar Pelangi juga sudah dibeli oleh penerbit buku di Malaysia. Di negeri Jiran buku itu langsung menjadi best seller. Setelah Malaysia, Singapura segera menyusul menerbitkan novel tersebut. Laskar Pelangi juga sudah dilirik sebuah penerbit dari Spanyol untuk diterbitkan di beberapa negara Eropa Kekuatan novel ini terletak pada sentilan humaniora tentang pentingnya pendidikan sekolah dan sekaligus kuatnya moral agama. 11 Akan tetapi peneliti menemukan sisi lain dari novel Laskar Pelangi yaitu kepribadian sosok pendidik yang sangat bersahaja, selalu menjadi penyemangat peserta didiknya yang diperankan oleh sosok pendidik seperti Ibu Muslimah Hafsari Hamid binti K.A. Abdul Hamid dan Bapak Harfan Efendy Noor bin K.A. Fadillah Zein Noor Seorang pendidik harus mempunyai modal kompetensi kepribadian yang baik agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar, maka dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti novel Laskar Pelangi tentang kompetensi kepribadian guru perspektif Pendidikan Islam yang dimiliki oleh Bapak Harfan Efendy Noor dan Ibu Muslimah Hafsari Hamid. Selain itu murid- murid SDN Muhammadiyah Belitong sangat semangat dalam belajar walaupun dengan kondisi gedung sekolahan yang sangat
10
http://www.ziddu.com/download/2833278/Laskar_Pelangi.Full.pdf.html diakses 17 Juni
2011 11
www.laskarpelangi.forumation.net, diakses 29 Mei 2011.
4
memprihatinkan, itu semua juga dipengaruhi oleh kepribadian guru yang mengajarnya. Maka dari itu, penulis tertarik untuk meneliti aspek kepribadian guru dalam novel Laskar Pelangi. Adapun judul penelitian ini adalah ”ANALISIS KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM (STUDI PADA IBU MUSLIMAH DAN BAPAK HARFAN DALAM NOVEL LASKAR PELANGI).”
B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah di atas, permasalahan yang akan dikaji melalui penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kompetensi kepribadian guru perspektif pendidikan Islam? 2. Bagaimana kompetensi kepribadian Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam Novel Laskar Pelangi? 3. Bagaimana kompetensi kepribadian Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam Novel Laskar Pelangi perspektif pendidikan Islam?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah a. Untuk mengetahui kompetensi kepribadian guru perspektif pendidikan Islam b. Untuk mengetahui kompetensi kepribadian Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam Novel Laskar Pelangi c. Untuk mengetahui kompetensi kepribadian Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam Novel Laskar Pelangi perspektif pendidikan Islam 2. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Memberi tambahan wacana kepada publik tentang kompetensi kepribadian guru menurut Pendidikan Islam. b. Memberi tambahan wacana kepada publik tentang kompetensi kepribadian Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam novel Laskar Pelangi.
5
c. Memberi tambahan wacana kepada publik mengenai kompetensi kepribadian guru (Ibu Muslimah dan Bapak Effendy Noor) dalam novel Laskar Pelangi perspektif Pendidikan Islam.
D. Kajian Pustaka Untuk menghindari terjadinya duplikasi yang tidak diinginkan, maka peneliti menggali
teori-teori
yang
telah
berkembang
dalam
bidang
ilmu
yang
12
berkepentingan , atau yang pernah digunakan oleh peneliti- peneliti terdahulu. Dari penelusuran yang telah dilakukan, banyak sekali kajian yang membahas tentang kompetensi kepribadian guru, akan tetapi dari beberapa yang penulis temukan, masih jarang yang membahas tentang kompetensi kepribadian guru perspektif pendidikan Islam di Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Bahkan dari segi karya sastra dan novel juga banyak yang ditemukan di buku-buku perpustakaan, akan tetapi sebagian besar berisi tentang pembahasan unsur-unsur novel lebih pada aspek kesusastraan dan pendidikan moral secara umum, belum masuk pada pendidikan yang spesifik, khususnya kompetensi kepribadian guru dalam perspektif pendidikan Islam. Peneliti menemukan karya ilmiah yang membahas tentang isi dalam novel atau film Laskar Pelangi, yaitu: Pertama, penelitian oleh Farih Lidinnillah (3103210) mahasiswa IAIN Walisongo Semarang tahun 2010 dengan judul NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM FILM
LASKAR
PELANGI
KARYA
ANDREA
HIRATA
PERSPEKTIF
PENDIDIKAN ISLAM menunjukkan bahwa film Laskar Pelangi mengandung nilainilai edukatif. Nilai-nilai yang terkandung diantaranya adalah kerjasama, kemerdekaan, kebahagiaan, kejujuran, kerendahan hati, kasih sayang, kedamaian, rasa hormat, tanggung jawab, kesederhanaan, toleransi, dan kesatuan. Kedua, penelitian oleh Nur Muthmainnah (11306048) Mahasiswa STAIN Salatiga tahun 2010 dengan judul “A DESCRIPTIVE ANALYSIS OF LEARNING
12
Mohammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), cet.3, hlm.111.
6
MOTIVATION TAKEN FROM LASKAR PELANGI NOVEL” menunjukkan bahwa motivasi belajar dalam novel Laskar Pelangi antara lain: 1.
To Change the Destiny (mengubah tujuan)
2.
To Enrich Knowledge (memperkaya pengetahuan)
3.
To be a Good Leader (menjadi pemimpin yang baik)
4.
Loving Other Living Thing (menyukai hal-hal yang berbeda)
5.
To be Closer with Idol (menjadi dekat dengan idolanya)
6.
Because of a Girl (karena wanita)
7.
To Get Scholarship (untuk mendapat beasiswa) Berdasarkan tulisan-tulisan di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian yang
akan peneliti angkat berbeda dari tulisan-tulisan yang sudah ada disebabkan masih minimnya penelitian yang membahas tentang guru dalam novel, maka dalam penelitian ini peneliti menitikberatkan pada
kompetensi kepribadian guru yaitu
kepribadian ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam novel Laskar Pelangi perspektif pendidikan Islam, karena guru sebagai komponen utama pendidikan Islam yang memiliki andil besar dalam melancarkan proses pendidikan.
E. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sebagai berikut: 1.
Pendekatan Penelitian Adapun pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan analitis. Pengertian pendekatan analitis itu sendiri adalah suatu pendekatan yang berusaha
memahami
gagasan,
cara
pandang,
cara
pengarang
dalam
menampilkan gagasan atau mengimajinasikan ide-idenya, sikap pengarang dalam menampilkan gagasan-gagasannya, elemen intrinsik dan mekanisme hubungan dari setiap elemen intrinsik itu sehingga mampu membangun totalitas bentuk maupun totalitas maknanya. 13 Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan adalah dengan membaca novel Laskar Pelangi secara keseluruhan dan berulang-ulang dan membaca 13
Aminuddin, Pengantar Apresiasi Karya Sastra, (Bandung: C.V Sinar Baru, 1991), cet. II,
hlm.44.
7
sumber-sumber lain yang berkaitan dengan kajian penelitian. Pendekatan analitis bertujuan untuk menemukan data kompetensi kepribadian Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam novel Laskar Pelangi. 2. Fokus Penelitian Sesuai dengan objek kajian skripsi ini maka penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research). Library Research adalah penelitian yang memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya. Tegasnya riset pustaka membatasi kegiatannya hanya pada bahan- bahan koleksi perpustakaan saja tanpa memerlukan riset lapangan.
14
Dalam hal ini penelitian
difokuskan pada kompetensi kepribadian Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam novel Laskar Pelangi perspektif pendidikan Islam. 3. Sumber Data a. Data Primer Data Primer data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat baik yang dilakukan melalui wawancara, observasi, dan alat lainnya,15 atau data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Dalam penelitian ini sebagai data primernya adalah Novel Laskar Pelangi. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang digunakan untuk melengkapi data primer.
16
Adapun data sekunder yang akan dijadikan dalam bahan adalah
tulisan- tulisan yang membahas mengenai tema yang penulis angkat. Sumber data sekunder yang peneliti gunakan antara lain surat kabar, blog dari internet dan buku yang membahas tentang masalah yang dikaji oleh peneliti. 4. Metode analisis data Analisis
data
adalah
proses
klasifikasi
berupa
pengelompokan/
pengumpulan dan pengkategorian data ke dalam klas-klas yang telah
14
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,2004),
hlm. 1-2. 15 16
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2011), hlm.87. .P. Joko Subagyo, Metode Penelitian, hlm. 88.
8
ditentukan. 17Dalam menganalisis data yang telah di kumpulkan, penulis menggunakan beberapa metode analisis, yaitu: a. Metode content analisis Yaitu usaha untuk mengungkapkan isi sebuah buku
yang
menggambarkan situasi penulis dan masyarakatnya pada waktu buku itu di tulis, lebih singkatnya adalah analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi. 18 b. Metode interpretasi hasil analisis, 19 yaitu pemberian kesan, pendapat, atau pandangan teoritis terhadap suatu tafsiran. 20
F. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan merupakan hal yang sangat penting karena mempunyai fungsi untuk menyatakan garis-garis besar masing-masing bab yang saling berkaitan dan beruntutan. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh hasil penelitian yang alamiah dan sistematis. Maka skripsi ini diklasifikasikan menjadi 5 bab dengan sistematika pembahasan sebagai berikut; Bab pertama adalah Pendahuluan. Dalam bab ini akan dibahas beberapa hal, meliputi; Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kajian Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Pembahasan. Bab kedua adalah Kerangka Teoritik.. Dalam Kerangka Teoritik akan dibahas pendidikan Islam, kompetensi kepribadian guru, dan gambaran umum karya sastra. Pendidikan Islam meliputi: pengertian pendidikan Islam, tujuan pendidikan Islam, dan pendidik dalam pendidikan Islam. Kompetensi kepribadian guru meliputi: pengertian kompetensi kepribadian guru dan kompetensi kepribadian yang harus
17
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian, hlm.105.
18
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitan Kualitatif, Edisi III, (Yogyakarta, Raake Sarasin, 1996), hlm. 49. 19
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm.
42. 20
Tim penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka,1999),Edisi III, hlm.384.
9
dimiliki oleh guru. Sedangkan gambaran umum karya sastra meliputi: pengertian novel dan unsur- unsur novel Bab ketiga adalah Kompetensi kepribadian ibu Muslimah dan bapak Harfan dalam novel Laskar Pelangi meliputi gambaran umum novel Laskar Pelangi dan kompetensi kepribadian ibu Muslimah dan bapak Harfan Effendy Noor. Bab keempat adalah Hasil Penelitian. Bab ini membahas tentang analisis kompetensi kepribadian guru perspektif pendidikan Islam (studi pada Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam novel Laskar Pelangi). Bab kelima adalah Penutup. Bab ini merupakan bab terakhir, meliputi; Kesimpulan, Saran dan Penutup. Dalam bagian terakhir skripsi, dilengkapi dengan daftar pustaka serta lampiran-lampiran.
10
BAB II PENDIDIKAN ISLAM, KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DAN GAMBARAN UMUM NOVEL A. Pendidikan Islam 1. Pengertian pendidikan Islam Pendidikan secara teoritis mengandung pengertian member makan kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan kepuasan rohaniyah, juga sering diartikan dengan menumbuhkan kemampuan dasar manusia. 1 Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada term al-tarbiyah, al –ta’dib, dan al-ta’lim. Dari ketiga istilah tersebut term yang populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam ialah term al-tarbiyah. Sedangkan term al-ta’dib dan al-ta’lim jarang digunakan. Padahal kedua istilah tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam. a. Istilah al- Tarbiyah Penggunaan istilah al-tarbiyah berasal dari kata rabb. Walaupun kata ini memiliki banyak arti, akan tetapi pengertian dasarnya menunjukkan makna tumbuh, berkembang, memelihara, merawat, mengatur dan menjaga kelestarian atau eksistensinya. 2 Kata Rabb sebagaimana yang terdapat dalam Q.S Al Fatihah/1:2 (alhamdu lillaahi rabb al-‘alamin) mempunyai kandungan makna yang berkonotasi dengan istilah al- Tarbiyah sebab kata rabb (Tuhan) dan murabbi (pendidik) berasal dari akar kata yang sama. Berdasarkan hal ini, maka Allah adalah pendidik yang Maha Agung bagi seluruh alam semesta. Uraian di atas, secara filosofis mengisyaratkan bahwa proses pendidikan Islam adalah bersumber pada pendidikan yang diberikan Allah sebagai „pendidik‟ seluruh ciptaan-Nya, termasuk manusia. Dalam konteks yang luas, pengertian 1
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasrakan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara,2000), hlm. 32 2
Al- Rasyidin dan Samsul Nizar , Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis), (Jakarta; Ciputat Press, 2005), hlm. 25.
11
pendidikan Islam yang dikandung dalam term al- tarbiyah terdiri atas empat unsur pendekatan, yaitu:
3
(1) memelihara dan menjaga fitrah anak didik
menjelang dewasa (baligh). (2) mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan. (3) mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan (4) melaksanakan pendidikan secara bertahap Penggunaan istilah al-tarbiyah terlalu luas untuk mengungkapkan hakikat dan operasionalisasi pendidikan Islam sebab kata al-tarbiyah yang memiliki arti pengasuhan, pemeliharaan, dan juga digunakan untuk melatih dan memelihara binatang atau makhluk Allah lainnya. b. Istilah al-Ta’lim Istilah al-ta’lim telah digunakan sejak periode awal pelaksanaan pendidikan Islam. Menurut para ahli , kata ini lebih bersifat universal di banding dengan al-Tarbiyah maupun al-Ta’dib. Rasyid Ridla, misalnya mengartikan alTa’lim sebagai proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu. 4 Ta’lim merupakan kata benda buatan (masdar) yang berasal dari akar kata ‘allama, yang artinya pengajaran, mengajar, menjadikan yakin dan mengetahui.
5
Ta’lim mencakup aspek- aspek pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam hidupnya serta pedoman perilaku yang baik. Dan merupakan suatu proses yang terus menerus diusahakan manusia semenjak lahir sebab manusia dilahirkan tidak mengetahui sesuatu apapun. 6
3
Al- Rasyidin dan Samsul Nizar , Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis), hlm. 26. 4
Al- Rasyidin dan Samsul Nizar , Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis),hlm. 27. 5
Ridwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pondok Pesantren di Tengah Arus Perubahan, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 44. 6
Ridwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pondok Pesantren di Tengah Arus Perubahan, hlm. 17-18.
12
c. Istilah al-Ta’dib Kata ta’dib secara etimologis adalah bentuk masdar yang berasal dari akar kata addaba, yang artinya membuat makanan, melatih dengan akhlak yang baik, sopan santun dan tata cara pelaksanaan sesuatu yang baik.
7
Ta’dib sebagai upaya dalam pembentukan adab (tata krama), terbagi atas empat macam:
8
1) Ta’dib adab al- haqq, pendidikan tata krama spiritual dan
kebenaran, yang memerlukan pengetahuan tentang wujud kebenaran, yang di dalamnya segala yang ada memiliki kebenaran tersendiri dan dengannya segala sesuatu yang diciptakan. 2) Ta’dib adab al- khidmah, pendidikan tata krama spiritual dalam pengabdian. 3) ta’ dib adab al- syariah, pendidikan tata krama spiritual dalam persahabatan. 4) Ta’dib adab al-shuhbah, pendidikan tata krama spiritual dalam persahabatan, berupa saling menghormati dan berperilaku mulia diantara sesama. Istilah tarbiyah, ta’dib ,dan ta’lim bila ditinjau dari penekanannya terdapat titik perbedan satu sama lain, namun apabila dilihat dari unsur kandungannya, terdapat keterkaitan kandungannya yang saling mengikat satu sama lain yakni dalam hal memelihara dan mendidik anak. Dalam ta’dib, titik tekannya adalah pada penguasaan ilmu yang benar dalam diri seseorang agar menghasilkan kemantapan amal dan tingkah laku yang baik. Konsep al-tarbiyah, titik tekannya difokuskan pada bimbingan anak supaya berdaya (punya potensi) dan tumbuh kelengkapan dasarnya serta dapat berkembang secara sempurna yaitu pengembangan ilmu dalam diri manusia dan penumpukan akhlak yakni pengalaman ilmu yang benar dalam mendidik pribadi. Adapun ta’lim, titik tekannya ada penyampaian ilmu pengetahuan yang benar, pemahaman, pengertian, tanggung jawab dan penanaman amanah kepada anak.
7
Ridwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pondok Pesantren di Tengah Arus Perubahan, hlm.19. 8
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 21.
13
Ta’lim mencakup aspek-aspek pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan seseorang dalam hidupnya dan pedoman perilaku yang baik. 9 Dari beberapa pengertian tarbiyah, ta’dib dan ta’lim di atas, para ahli-ahli pendidikan memformulasikan pengertian pendidikan Islam sebagai berikut ini. 10 Pertama, al- Syaibani mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, massyarakat, dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan profesi di antara sekian banyak profesi asasi dalam masyarakat. Kedua, Muhammad Fadhil al-Jamaly mendefinisikan pendidikan Islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia. Dengan proses tersebut, diharapkan akan terbentuk pribadi peserta didik yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan potensi akal, perasaan, maupun perbuatannya. Ketiga, ahmad D. Marimba mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadiannya
yang
utama
(insan
kamil).Keempat,
Ahmad
Tafsir
mendefinisikan pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Dari batasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam. Melalui pendekatan ini, ia akan dapat dengan mudah membentuk kehidupan dirinya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam yang diyakininya.11
9
Ridwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pondok Pesantren di Tengah Arus Perubahan, hlm. 53. 10
Al- Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis), hlm. 31 11
Al- Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis), hlm. 32.
14
2. Tujuan Pendidikan Islam Tujuan itu menunjukkan arah dari suatu usaha, sedangkan arah tadi menunjukkan jalan yang harus ditempuh dari situasi sekarang kesituasi berikutnya. Dalam meninjau tujuan sebagai arah ini, tidak ditekankan pada masalah kejurusan mana garis yang telah memberi arah pada usaha tersebut, tetapi ditekankan kepada soal garis manakah yang harus diambil dalam melaksanakan usaha tersebut atau garis manakah yang harus ditempuh dalam keadaan sekarang dan disini. 12 Tujuan juga dapat dipandang sebagai titik akhir yang akan dicapai dari sebuah usaha tertentu. Tujuan pendidikan Islam secara umum adalah untuk mencapai tujuan hidup muslim yakni menumbuhkan kesadaran manusia sebagai makhluk Allah swt.,agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berakhlak mulia dan beribadah kepada-Nya. 13 Dalam merumuskan tujuan pendidikan Islam, paling tidak ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: 14 a.
Tujuan dan tugas manusia dimuka bumi, baik secara vertical maupun horizontal
b.
Sifat- sifat dasar manusia
c.
Tuntutan masyarakat dan dinamika peradaban kemanusiaan
d.
Dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam. Dalam aspek ini, setidaknya ada 3 macam dimensi ideal Islam, yaitu: 1) Mengandung nilai yang berupaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di muka bumi. 2) Mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kehidupan yang baik. 3) Mengandung nilai yang dapat memadukan antara kepentingan kehidupan dunia dan akhirat. Berdasarkan batasan di atas, para ahli pendidikan (muslim) mencoba
merumuskan tujuan pendidikan Islam, di antaranya al- Syaibani, mengemukakan 12
Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan (Jakata: Bina Aksara, 1988), 0hlm. 41
13
Mursid, Kurikulum dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sebuah Harapan Masyarakat (Semarang: AKFI media, 2010), hlm. 58. 14
Al- Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis) ,hlm. 35
15
bahwa tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat. Sementara tujuan akhir yang akan dicapai adalah mengembangkan fitrah peserta didik, baik ruh, fisik, kemauan, dan akalnya secara dinamis, sehingga akan terbentuk pribadi yang utuh dan mendukung bagi pelaksanaan fungsinya sebagai khalifah fi al-ardh.15 Secara praktis, Muhammad Athiyah al- Abrasyi, menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam terdiri atas 5 sasaran, yaitu 16 : 1) Membentuk akhlak mulia 2) Mempersiapkan kehidupan dunia akhirat 3) Persiapan untuk mencari rizki dan memelihara segi kemanfaatannya 4) Menumbuhkan semangat ilmiah di kalangan peserta didik 5) Mempersiapkan tenaga professional yang trampil Dari rumusan-rumusan tujuan pendidikan Islam, sebagaimana yang telah disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa inti dari tujuan pendidikan Islam tersebut terfokus kepada: a. terbentuknya kesadaran terhadap hakikat dirinya sebagai manusia hamba Allah yang diwajibkan menyembah kepada-Nya. Melalui kesadaran ini pada akhirnya dirinya akan berusaha agar potensi dasar keagamaan (fitrah) yang dimiliki dapat tetap terjaga kesuciannya sampai akhir hayatnya. Sehingga, hidup dalam keadaan beriman dan meninggalnya juga dalam keadaan beriman (muslim) b. terbentuknya kesadaran akan fungsi dan tugasnya sebagai khalifah Allah di muka bumi dan selanjutnya dapat diwujudkan dalam kehidupannya sehari-hari. Melalui kesadaran ini seseorang akan termotivasi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki, meningkatkan sumber daya manusia, mengelola lingkungannya dengan baik, dan lain- lain sehingga pada akhirnya akan mampu memimpin dirinya dan keluarganya, masyarakat dan alam sekitarnya.
15
Al- Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis),hlm.36 16
Al- Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis), hlm. 37
16
3. Pendidik dalam Pendidikan Islam a.
Konsep Pendidik Dalam pengertian yang lazim digunakan pendidik adalah orang dewasa yang bertanggungjawab memberikan pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah swt.17 Dalam qur‟an dan sunnah yang merupakan sumber utama ilmu pendidikan Islam, terdapat sejumlah Istilah yang mengacu kepada pengertian pendidik. Istilah tersebut antara lain al-murabbi,al-mu’allim, al-muzakki,al-‘ulama, almuaddib,al-mursyid, dan al-ustadz. Pendidik ialah tenaga profesional yang diserahi tugas dan tanggungjawab untuk menumbuhkan, membina, mengembangkan bakat, minat, kecerdasan, akhlak, moral, pengalaman, wawasan dan keterampilan peserta didik. 18 Seorang pendidik adalah orang yang berilmu pengetahuan dan berwawasan luas, memiliki keterampilan, pengalaman, berkepribadian mulia, memahami yang tersurat dan tersirat, menjadi contoh dan model bagi muridnya, senantiasa membaca dan meneliti, memiliki keahlian yang dapat diandalkan serta menjadi penasihat Berdasarkan pengertian di atas, pendidik dalam perspektif pendidikan Islam ialah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya perkembangan jasmani dan rohani peserta didik agar mencapai tingkat kedewasaan sehingga ia mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaannya baik sebagai khalifah fi alardh maupun „abd sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Oleh karena itu, pendidik dalam konteks ini bukan hanya terbatas pada orang-orang yang bertugas di sekolah tetapi semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan anak mulai sejak alam kandungan hingga ia dewasa, bahkan sampai meninggal dunia.
17
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana,2010), hlm.159-160
18
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam,, hlm. 165
17
Islam mengajarkan bahwa pendidik pertama dan utama yang paling bertanggung jawab terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik adalah kedua orang tua. Karena kedua orang tua harus mencari nafkah untuk memenuhi seluruh kebutuhan keluarga, terutama kebutuhan material, maka orang tua kemudian menyerahkan anaknya kepada pendidik di sekolah (murabbi, mu’allim,atau mu’addib) untuk dididik. Selain itu, orang-orang yang terlibat dalam proses pendewasaan anak melalui pengembangan jasmani dan rohaninya selain orang tua dan guru di sekolah dalam konsep Islam adalah pendidik. Konsep ini merupakan hakikat amar ma’ruf nahi munkar dalam Islam, yaitu menyeru dan mengajak semua orang ke jalan Tuhan melalui pendidikan seumur hidup dalam arti seluasluasnya. b. Tugas Pendidik Guru
memiliki andil
yang sangat
besar
terhadap keberhasilan
pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. ini
muncul
karena
manusia
adalah
makhluk
lemah,
19
Keyakinan
yang
dalam
perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan pada saat meninggal. Semua itu menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, demikian halnya peserta didik, ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu juga ia menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal. Dalam Islam tugas seorang pendidik dipandang sebagai sesuatu yang sangat mulia. Posisi ini menyebabkan mengapa Islam menempatkan orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan lebih tinggi derajatnya bila dibanding dengan manusia lainnya. Sesuai yang termaktub dalam surat Al Mujadalah ayat 11
19
E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 35
dan
18
Wahai orang-orang yang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berilah kelapangan di dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orangorang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. dan Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan. 20 Secara umum, tugas pendidik adalah mendidik. Dalam proses operasionalnya, mendidik merupakan rangkaian proses mengajar, memberikan dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, membiasakan, dan lain sebagainya. Batasan ini memberi arti bahwa tugas pendidik bukan hanya sekedar mengajar sebagaimana pendapat kebanyakan orang. Di samping itu, pendidik juga bertugas sebagai motivator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar, sehingga seluruh potensi peserta didik dapat teraktualisasi secara baik dan dinamis. Menurut Ahmad D. Marimba, tugas pendidik dalam pendidikan Islam adalah membimbing dan mengenal kebutuhan atau kesanggupan peserta didik, menciptakan situasi yang kondusif bagi berlangsungnya proses kependidikan, menambah
dan
mengembangkan
pengetahuan
yang
dimiliki
guna
ditransformasikan kepada peserta didik, serta senantiasa membuka diri terhadap seluruh kelemahan atau kekurangannya. Sementara dalam batas lain, tugas pendidik dapat dijabarkan dalam beberapa pokok pikiran, yaitu: 21
20
Departemen Agama RI, Al-Hikmah:Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2007), hlm. 543 21
Al- Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis), hlm. 43
19
1) Sebagai pengajar (instruksional) yang bertugas merencanakan program pengajaran, melaksanakan program yang disusun, dan akhirnya dengan pelaksanaan penilaian setelah program tersebut dilaksanakan. 2) sebagai pendidik (edukator) yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan kepribadian sempurna (insan kamil), seiring dengan tujuan penciptaan-Nya. 3) sebagai pemimpin (managerial) yang memimpin, mengendalikan diri (baik diri sendiri, peserta didik, maupun masyarakat), upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan dan partisipasi atas program yang dilakukan. Hujjatul Islam, Imam al-Ghazali mengemukakan bahwa tugas pendidik yang utama adalh menyempurnakan, membersihkan, mensucikan, serta membawa hati manusia untuk taqarraub ila Allah..22 Para pendidik dituntut untuk dapat mensucikan jiwa peserta didiknya. Hanya dengan melalui jiwa-jiwa yang suci manusia akan dapat dekat dengan Khalik-Nya. Berkenaan dengan konsep ini, dapat disimpulkan bahwa selain bertugas mengalihkan berbagai pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik, tugas utama yang perlu dilakukan
pendidik
membersihkan,
adalah
mengangkat
tazkiyat jiwa
an-nafs,
peserta
yaitu
didik
mengembangkan,
kepada
Khalik-Nya,
menjauhkannya dari kejahatan, dan menjaganya agar tetap berada pada fitrahNya yang hanif.
B. Kompetensi Kepribadian Guru 1. Pengertian kompetensi kepribadian guru a. Pengertian Kompetensi Kompetensi
adalah
kewenangan
(kekuasaan)
untuk
menentukan
(memutuskan sesuatu).23 Dalam bahasa inggris, a competency is an underlying
22
Al- Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis), hlm. 43-45. 23
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), edisi.3, hlm.584
20
characteristic of an individual that is causally related to criterion referenced effective and/or superior performance in job or situation
24
. Sedangkan menurut
UU guru dan dosen, istilah kompetensi diartikan sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.25 Kompetensi menurut Usman (2005), adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif
maupun yang
kuantitatif. Kompetensi juga dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. (Mc Ashan dalam E. Mulyasa, 2003).26 Dari pengertian di atas, bisa dipahami bahwa kompetensi menunjuk pada keahlian seorang guru yang dapat mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya. b.Pengertian Kepribadian Personality atau kepribadian berasal dari kata persona yang berarti topeng, yakni alat untuk menyembunyikan identitas diri. Bagi bangsa Romawi persona berarti bagaimana seseorang tampak pada orang lain, jadi bukan diri yang sebenarnya.27 Adapun pribadi yang merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris person, atau persona dalam bahasa Latin yang berarti manusia sebagai perseorangan, diri manusia atau diri orang lain. G.W Allport dalam buku Child Development karangan Elisabeth Hurlock, mengatakan bahwa kepribadian adalah organisasi (susunan) dinamis dari sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaiannya yang unik terhadap lingkungan.28 24
John Wiley and Sons, inc., Competence at work, (Canada: Published simultaneously), hlm. 9
25
Undang Undang RI No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, (Jakarta: Depdiknas RI,2005), hlm.5 26
Kunadar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan (KTSP), (Jakarta: PT Raja Grafindo,2007), hlm.51. 27
Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hlm.2.
28
Djaali, Psikologi Pendidikan, hlm.2.
21
c. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidik adalah tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Pengertian kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif.
29
Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri- ciri
pribadi yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dari guru lainnya. Kepribadian sebenarnya adalah suatu masalah yang abstrak, hanya dapat dilihat lewat penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan. Kepribadian adalah unsur yang sangat menentukan keakraban hubungan guru dengan anak didik. Kepribadian guru tercermin dalam sikap dan perbuatannya dalam membina dan membimbing anak didik.30 Sebagai teladan, guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil idola, seluruh kehidupannya adalah figur yang paripurna. Jadi, kompetensi kepribadian guru adalah kemampuan kepribadian yang harus dimiliki seorang pendidik. yaitu bahwa guru hendaknya memiliki kepribadian yang mantap dan stabil, dewasa, arif, berwibawa, dan berakhlak mulia. Didalamnya juga diharapkan tumbuhnya kemandirian guru dalam menjalankan tugas serta senantiasa terbiasa membangun etos kerja. Hingga semua sifat ini memberikan pengaruh positif terhadap kehidupan guru dalam kesehariannya. 2. Kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh guru Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Th.2007 kompetensi kepribadian guru mencakup lima subkompetensi, yaitu kepribadian yang mantap dan
29
Kunandar, Guru Professional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan (KTSP), hlm.54-55.
30
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Didik Dalam Interaksi Edukatif, hlm.39-51.
22
stabil, dewasa, arif, berwibawa, dan berakhlak mulia.
31
Subkompetensi kepribadian
yang mantap dan stabil adalah bertindak sesuai dengan norma hukum, bertindak sesuai dengan norma sosial, sebagai guru dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma. Subkompetensi kepribadian yang dewasa memiliki indikator : menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru. Subkompetensi kepribadian yang arif memiliki indikator: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak. Sub kompetensi kepribadian yang berwibawa memiliki indikator: memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani. Subkompetensi akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator: bertindak sesuai dengan norma agama (iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik. Kepribadian guru akan sangat mewarnai kinerjanya dalam mengelola kelas dan berinteraksi dengan siswa. Deskripsi atas hal ini akan dijelaskan pada bagian tersendiri. Muhammad Athiyah al-Abrasyi berpendapat, bahwa seorang pendidik harus 32 a.
Mempunyai watak yang kebapakan sebelum menjadi seorang pendidik.
b.
Adanya komunikasi yang aktif antara pendidik dan peserta didik
c.
Memerhatikan kemampuan dan kondisi peserta didiknya
d.
Mengetahui kepentingan bersama, tidak terfokus pada sebagian peserta didik saja
e.
Mempunyai sifat-sifat keadilan, kesucian, dan kesempurnaan
f.
Ikhlas dalam menjalankan aktivitasnya,tidak menuntut hal-hal yang diluar kewajibannya
g.
Dalam mengajar selalu mengaitkan materi yang diajarkan dengan materi lainnya
h.
Memberi bekal kepada peserta didik dengan bekal ilmu yang dibutuhkan masa depan
31
Sudarman Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru (Tilikan Indonesia dan Mancanegara),(Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 23 32
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana,2010), hlm. 169
23
i.
Sehat jasmani da rohani serta mempunyai kepribadian yang kuat, tanggung jawab, dan mampu mengatasi problem peserta didik, serta mempunyai rencana yang matanng untuk menatap masa depan yang dilakukan dengan sungguhsungguh. Dalam sejarah pendidikan Islam profesi guru memiliki beberapa sebutan
seperti Al-Qori (qur’an reader),33 yakni mereka yang ahli membaca dan mengajarkan al-Qur‟an, Al-Muaddib (private teacher) yakni guru khusus bagi anakanak khalifah atau para pembesar yang lain atau al-qos (story teller) yakni mereka yang profesinya menceritakan kisah-kisah masa lalu. Seiring dengan lahirnya lembaga pendidikan “ madrasah”, guru sering disebut al-ustadz atau al mudaris sedangkan asisten guru disebut al-mu’id, adapun istilah syeikh lebih sering dipakai untuk menyebut seorang yang tua atau alim dalam hal agama atau sebagian juga sering disebut dalam dunia tasawuf. Imam al- Ghazali melihat konsep etika pendidik sebagai berikut: 34 a. Menerima segala problema peserta didik dengan hati dan sikap yang terbuka dan tabah b. Bersikap penyantun dan penyayang c. Menjaga kewibawaan dan kehormatannya dalam bertindak d. Menghindari dan menghilangkan sikap angkuh terhadap sesama e. Bersikap rendah hati f. Bersikap lemamh lembut g. Meninggalkan sifat marah h. Memperbaiki sikap peserta didik didiknya dan bersikap lemah lembut terhadap peserta didik yang kurang lancar bicaranya i.
Meninggalkan sifat yang menakutkan pada peserta didik menerima kebenaran yang diajukan oleh peserta didik
33
M. Nuryadin Edy Purnama, Kompetensi Guru dalam Ranah Pendidikan Islam, dalam http://elearningsmkn1trucuk.com/2009/07/23/kompetensi-guru-dalam-ranga-pendidikan-Islam. diakses 11 Agustus 2011. 34
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 168
24
j.
Menjadikan kebenaran sebagai acuan dalam proses pendidikan, walau kebenaran itu berasal dari peserta didik Dalam pendidikan Islam, seorang pendidik hendaknya memiliki karakteristik
yang dan membedakannya dari yang lain. Dengan karakteristiknya, menjadi ciri dan sifat yang akan menyatu dalam seluruh totalitas kepribadiannya. Totalitas tersebut kemudian akan teraktualisasi melalui seluruh perkataan dan perbuatannya. Dalam hal ini, Abdurrahman An-Nahlawi menyarankan, agar guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik hendaknya guru memiliki sifat-sifat sebagai berikut:35 a. mempunyai watak dan sifat rabbaniyyah yang terwujud dalam tujuan, tingkah laku, dan pola pikirnya b. bersifat ikhlas melaksanakan tugasnya sebagai pendidik semata-mata untuk mencari keridhaan Allah dan menegakkan kebenaran c. bersifat sabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan kepada peserta didik d. jujur dalam menyampaikan apa yang diketahuinya e. senantiasa membekali diri dengan ilmu, kesediaan diri untuk terus mendalami dan mengkajinya lebih lanjut f. mampu menggunakan metode mengajar secara bervariasi. Sesuai dengan prinsipprinsip penggunaan metode pendidikan g. mampu mengelola kelas dan peserta didik, tegas dalam bertindak dan proporsional h. mengetahui kehidupan psikis peserta didik. Dengan
bekal
kepribadian
sebagaimana
dicirikan
dalam
indikator
kemampuan diatas, seorang guru akan benar-benar mampu menjadi figur sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah Saw. sebagai guru
pertama dalam Islam.
Beliau telah memberikan contoh teladan kepada umatnya dengan keberhasilan menciptakan kader-kader yang mempunyai tidak tanduk di segala perbuatan mereka. Keikhlasan, kejujuran, kelapangan beliau telah teruji sepanjang zaman dan menggerakkan manusia berkomitmen mengikuti beliau. Sifat tawadlu’ yang selalu mengiringi langkah beliau semakin mengokohkan kewibawaan beliau sebagai guru
35
Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) hlm. 131
25
dan pemimpin. Dan atas kemuliaan beliau pulalah Allah mengajarkan kepada kita untuk meneladani keseluruhan pribadi beliau. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al Ahzab ayat 21 Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab [33]: 21)36
Merujuk hal di atas, setiap tingkah laku guru menjadi teladan bagi anak didiknya baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Di lingkungan sekolah di samping guru berperilaku baik, guru juga harus bisa menjaga kehidupan sosialnya dalam berinteraksi dengan masyarakat. Dengan kata lain seluruh taampilan guru baik dalam keluarganya sendiri, sekolah maupun masyarakat adalah refleksi dari kepribadiannya. Kepribadian guru sangat ditentukan oleh akhlak yang dimilikinya, karena seluruh tingkah laku atau akhlak guru akan diperhatikan oleh anak didiknya dan ini sangat berpengaruh terhadap kewibawaan seorang guru. Oleh karena itu seorang guru harus mempunyai akhlak yang baik. Karakteristik kepribadian guru perspektif pendidikan Islam, antara lain: a. Konsep rabbani Tingkah laku dan pola pikir guru bersifat Rabbani, yakni guru bersandar kepada Rabb dengan menaatinya.37 Tanpa sifat ini guru tidak mungkin akan dapat mewujudkan tujuan pendidikan Islam. Guru haruslah meningkatkan wawasan, pengetahuan, sebagai pengejawantahan sifat rabbani. Firman Allah Q. S Ali Imran: 79
36 37
Departemen Agama RI, Al-Hikmah:Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 420 Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 131.
26
Tidak mungkin bagi seseorang yang telah diberi kitab oleh Allah , serta Hikmah dan kenabian, kemudian Dia berkata kepada manusia: "Jadilah kamu penyembahku, bukan penyembah Allah." akan tetapi (dia berkata): "Jadilah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu mengajarkan Al kitab dan karena kamu mempelajarinya. (QS. Ali Imran [3]: 79)38 b. Sifat-sifat Nabi Muhammad yang insan kamil berakhlak Qur‟an, patut disebut guru terbaik sepanjang masa. Mencontohkan para guru generasi sepeninggalnya untuk mencontoh tata cara mengajar beliau dan karakteristik guru beliau. Sebagaimana sifat wajib beliau (yang terdiri dari Shiddiq, Amanah, Tabligh, Fathanah), maka setidaknya guru juga mempunyai sifat-sifat tersebut. Shiddiq (jujur). Kejujuan Nabi saw. telah terkenal dalam riwayat. Bahkan, ketika belum diangkat menjadi Nabi. Sehingga beliau diberi gelar alAmin. 39 Kejujuran tidak terbatas pada perkataan saja. Perbuatan juga bagian darinya. Guru harus bertindak jujur. Walau pahit sekalipun, Lawannya Kidzib (berbohong). Amanah (dapat dipercaya), al-amin sebagai bukti Muhammad dapat dipercaya oleh kaumnya. Cirinya bertanggung jawab atas apa yang diterimanya. Bukan sebaliknya mengingkari dari amanah berupa wahyu yang disampaikan melalui malaikat Jibril. Tepat bila menjadi guru dianggap sebagi amanah kepercayaan membimbing anak didik. Masyarakat akan lebih menempatkan anak-anaknya kepada orang yang bersifat amanah. Dan diakui kepercayaannya. Tabligh (menyampaikan). Dalam menyampaikan wahyu Allah tentunya banyak ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang harus diterima beliau dibutuhkan kesabaran, ketabahan dan keteguhan hati.
38
Departemen Agama RI, Al-Hikmah:Al-Qur’an dan Terjemahnya ,hlm.60
39
Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad (Jakarta: Gema Insani, 2001),cet.3
hlm.371
27
Fathanah (cerdas), rasul memiliki kecerdasan yang luar biasa, ahli strategi perang, ekonom ulung, pemimpin yang menyejukkan. Hakim yang cerdas, guru yang memahami karakter siswanya (para sahabatnya). Bukan sebaliknya baladah (bodoh). Guru juga harus mempunyai kompetensi, wawasan yang luas tanpa membedakan ilmu surga atau neraka, tak mengenal dikotomik ilmu. c. Lemah lembut, pemaaf dan suka bermusyawarah Betapa Rasul menganjurkan para sahabatnya untuk bermmusyawarah mencari mufakat. Rosul sendiri di beberapa kesempatan menyempatkan berdiskusi memecahkan strategi perang dengan sahabatnya yang mempunyai wawasan lain. Firman Allah QS Ali Imran: 159 Maka berkat rahmat Allah engkau Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun untuk mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh Allah mencintai orang yang bertawakkal. (QS. Ali Imran [3]: 159).40 d. Berwibawa Firman Allah QS Al Anbiya‟: 81 Dan (Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami beri Berkah padanya. Dan Kami Maha mengetahui segala sesuatu. (QS. AlAnbiya‟ [21]: 81)41 40
Departemen Agama RI, Al-Hikmah:Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 71
41
Departemen Agama RI, Al-Hikmah:Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 328
28
e. Adil dan Taqwa Serangkaian dua kata yang erat dan saling berhubungan. Guru bersifat adil tidak membedakan murid satu dengan lainnya. Bila terjadi kecemburuan sosial akan merusak keharmonisan antar siswa. Dan keadilan membawa pada ketaqwaan dan bekal yang terbaik adalah taqwa. Firman Allah QS Al Maidah: 8 Wahai orang-orang yang beriman! jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sungguh Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Maidah [5]: 8)42 f. Mengajak kebaikan Firman Allah QS Ali Imran: 104 Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; dan merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran [3]: 10443 Sifat dan kemampuan yang disyaratkan kepada pendidik Islam sebagaimana dirumuskan di atas, hanyalah sebagian dari sekian banyak sifat dan kemampuan yang harus dimiliki agar fungsi dan peranan pendidik Islam dalam proses pendidikan Islam dapat berjalan sesuai dengan tuntunan dan tuntutan ajaran Islam serta perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dunia kependidikan Islam. 44
42
Departemen Agama RI, Al-Hikmah:Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 108
43
Departemen Agama RI, Al-Hikmah:Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 63
44
Ahmad Syar‟I, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005), hlm. 38
29
C. Gambaran Umum Novel 1.
Pengertian Novel Karya sastra (novel) adalah karya seni yang mediumnya sudah bersifat tanda
yang mempunyai arti, yaitu bahasa. Tanda kebahasaan itu adalah bunyi yang dipergunakan sebagai simbol, yaitu tanda yang hubungannya dengan artinya itu bersifat arbitrer atau semau- maunya. 45 Karya sastra yang bernilai itu disebut indah. Pengertian indah ini dalam arti yang luas. Sesungguhnya tidak ada norma keindahan yang objektif. Keindahan itu sesungguhnya sesuai dengan penghayatan pembaca dan pengalaman pembaca. Akan tetapi, bagaimanapun juga, indah ini menjadi criteria, hanya saja indah itu relatif menurut pengertian masing- masing. Akan tetapi, bila menurut baik, maka karya sastra itu indah, entah bagaimanapun kriterianya. Wellek (1968:243-244) mengemukakan pendapat Bosangquest tentang jenis keindahan. Keindahan ada dua macam, yaitu keindahan mudah (easy beauty) dan keindahan sukar (difficult beauty). Keindahan mudah dicapai dengan bahan- bahan yang mudah dikerjakan, seperti kemerduan, citra-citra visual yang menyenangkan, dan pokok yang puitis. Keindahan sukar diperas dari bahan-bahan yang sebagai material adalah berlawanan: kesakitan, kejelekan, dan didaktik. Keindahan sukar ini membuat estetik hal-hal yang tampaknya tidak estetik. Keindahan sukar disebut juga yang sublim. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sebuah karya sastra yang bernilai sastra (tinggi) adalah sebuah karya yang indah, mengandung kreativitas, yang memuat pikiran-pikiran yang tinggi, dan gambaran- gambaran kehidupan yang mempesonakan. 46 Karya sastra merupakan struktur yang tersusun dari lapis-lapis norma yang saling berjalinan. Di samping itu, karya sastra juga merupakan struktur makna atau struktur yang bermakna. Oleh karena itu, mengritik atau menganalisis karya sastra adalah usaha menangkap makna dan memberi makna kepada teks sastra (Culler,
45
Rachmat Djoko Pradopo, Kritik Sastra Indonesia Modern, (Yogyakarta: Gama Media, 2002),
hlm. 47. 46
Rachmat Djoko Pradopo, Kritik Sastra Indonesia Modern, hlm.86.
30
1977:viii).47 Hal ini mengingat bahwa karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa, sistem tanda tingkat pertama. Karya sastra merupakan struktur ketandaan yang kompleks Karya sastra (novel) merupakan struktur yang bermakna. Novel tidak sekedar merupakan serangkaian tulisan yang menggairahkan ketika dibaca, tetapi merupakan struktur pikiran yang tersusun dari unsur- unsur yang padu. Untuk mengetahui makna-makna atau pikiran tersebut, karya sastra (novel) harus dianalisis. Analisis strukturalisme merupakan prioritas pertama sebelum diterapakannya analisis yang lain. Tanpa analisis struktural tersebut, kebulatan makna intrinsik yang hanya dapat digali dari karya tersebut tidak dapat ditangkap. Makna unsur-unsur karya sastra hanya dapat ditangkap, dipahami sepenuhnya dan dinilai atas dasar pemahaman tempat dan fungsi unsur itu di dalam keseluruhan karya sastra (Teeuw,1983:61). Analisis struktural tidak sekedar memecah-mecah struktur (novel) menjadi fragmen-fragmen yang tidak berhubungan, tetapi harus dapat dipahami sebagai bagian dari keseluruhan. Tiap unsur dalam situasi tertentu tidak mempunyai arti dengan sendirinya, melainkan ditentukan berdasarkan hubungannya dengan unsurunsur yang lain yang terlibat dalam situasi itu..48
2.
Unsur- unsur Novel Ada dua unsur pokok yang membantu sebuah karya sastra, yaitu unsur intrinsik
atau unsur dalam dan unsur ekstrinsik atau unsur luar. a. Unsur intrinsik Unsur intrinsik adalah unsur dalam sastra yang ikut mempengaruhi terciptanya karya sastra, meliputi. 1) Tema Menurut Stanto, tema adalah makna sebuah cerita yang secara khusus menerangkan sebagian besar unsurnya dengan cara yang sederhana.
47
Rachmat Djoko Pradopo, Kritik Sastra Indonesia Modern, hlm.71.
48
Sugihastuti dan Suharto, Kritik Sastra Feminis (Teori dan Aplikasi), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), cet. II, hlm. 43-44.
31
Menurutnya, tema bersinonim dengan ide utama (central idea) dan tujuan utama (central purpose). 49 Tema, dengan demikian, dapat dipandang sebagai dasar cerita atau gagasan dasar umum sebuah karya novel. Dasar (utama) cerita sekaligus berarti tujuan (utama) cerita. Jika pengembangan cerita senantiasa tunduk pada dasar cerita, hal itu bertujuan agar dasar, gagasan dasar umum, atau sesuatu yang ingin dikemukakan itu dapat diterima oleh pembaca. 2) Alur Di dalam sebuah cerita rekaan, peristiwa-peristiwa disajikan dengan urutan tertentu, peristiwa yang diurutkan itu membangun tulang punggung cerita, yaitu alur (Panuti Sudjiman,1991:28). Boulton mengibaratkan alur sebagai rangka dalam tubuh manusia. Tanpa rangka, tubuh tidak dapat berdiri. Menurut Stanton alur adalah cerita yang berisi urutan peristiwa, tetapi setiap peristiwa itu dihubungkan secara
kausal. Peristiwa yang satu
disebabkan atau menyebabkan peristiwa yang lain. 50 Peristiwa terjadi karena adanya aksi atau aktivitas yang dilakukan oleh tokoh cerita, baik ynag bersifat verbal maupun nonverbal, baik yang bersifat fisik maupun batin. Alur merupakan cerminan atau bahkan berupa perjalanan tingkah laku para tokoh dalam bertindak, berfikir, berasa dan bersikap dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan. Namun, tidak dengan sendirinya semua tingkah laku kehidupan manusia boleh disebut plot atau alur 3) Penokohan Cerita rekaan pada dasarnya mengisahkan seseorang atau beberapa orang yang menjadi tokoh. Yang dimaksud tokoh cerita adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan di dalam berbagai peristiwa cerita. Jadi, tokoh adalah orangnya. Sebagai subjek yang menggerakkan peristiwa-peristiwa cerita, tokoh tentu saja dilengkapi dengan watak atau karakteristik tertentu. Watak adalah kualitas tokoh yang meliputi kualitas nalar dan jiwa yang membedakannya dengan tokoh cerita yang lain. Watak itulah 49
Sugihastuti dan Suharto, Kritik Sastra Feminis (Teori dan Aplikasi), hlm. 45
50
Sugihastuti dan Suharto, Kritik Sastra Feminis (Teori dan Aplikasi), hlm. 46- 47
32
yang menggerakkan tokoh untuk melakukan perbuatan tertentu sehingga cerita menjadi hidup. Penyajian watak, penciptaan citra, atau pelukisan gambaran tentang seseorang yang ditampilkan sebagai tokoh cerita disebut penokohan.51 Salah satu caranya adalah dengan penamaan, misalnya ada tokoh yang diberi nama bu Muslimah, Lintang, pak Harfan dan sebagainya. Berdasar peranan atau tingkat pentingnya atau fungsinya tokoh di dalam cerita rekaan dibedakan menjadi tokoh sentral atau tokoh utama (central character, main character) dan tokoh bawahan atau tokoh tambahan (peripheral character). Kriteria yang digunakan untuk menentukan tokoh sentral bukan frekuensi kemunculan tokoh itu di dalam cerita, melainkan intensitas keterlibatannya di dalam peristiwa-peristiwa yang membangun cerita. Tokoh sentral dan tokoh tambahan terdiri dari tokoh protagonist dan tokoh antagonis.52 Tokoh protagonis adalah tokoh yang memegang peran pimpinan di dalam cerita. Penentuan tokoh protagonis didasarkan pada kriteria sebagai berikut. Pertama, tokoh yang paling tinggi intensitas keterlibatannya di dalam peristiwa-peristiwa yang membangun cerita. Waktu yang digunakan untuk menceritakan pengalaman tokoh protagonis berhubungan dengan semua tokoh yang ada di dalam cerita, sedangkan tokoh-tokoh lain tidak saling berhubungan dengan semua tokoh yang ada di dalam cerita, sedangkan tokohtokoh lain tidak saling berhubungan. Ketiga, protagonis menjadi pusat sorotan di dalam cerita. Sebuah karya fiksi harus mengandung konflik dan ketegangan, terutama yang dialami oleh tokoh protagonis. Biasanya konflik ini disebut tokoh antagonis. Tokoh antagonis adalah tokoh yang menjadi penentang utama atau yang beroposisi dengan protagonist. 4) Latar Dalam analisis novel, latar (setting) juga merupakan unsur yang sangat penting pada penentuan nilai estetik karya sastra. Latar sering disebut sebagai 51
Sugihastuti dan Suharto, Kritik Sastra Feminis (Teori dan Aplikasi), hlm. 50
52
Sugihastuti dan Suharto, Kritik Sastra Feminis (Teori dan Aplikasi ), hlm. 52
33
atmosfer karya sastra (novel) yang turut mendukung masalah, tema, alur dan penokohan. Oleh karena itu, latar merupkan salah satu fakta cerita yang harus diperhatikan, dianalisis, dan dinilai. Latar adalah segala keterangan, petunjuk, atau pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra. Menurut Kenney, latar meliputi penggambaran lokasi geografis, termasuk topografi, pemandangan, sampai pada perincian perlengkapan sebuah ruagan, pekerjaan atau kesibukan sehari-hari para tokoh, waktu berlakunya kejadian, masa sejarahnya, musim terjadinya, lingkungan agama, moral, intelektual, sosial dan emosional para tokoh.53 Berdasarkan perincian tersebut Hudson membedakan latar menjadi dua, yaitu latar sosial dan latar fisik/material. Yang termasuk latar fisik/material adalah tempat, waktu, dan alam fisik di sekitar tokoh cerita, sedangkan yang termasuk latar sosial adalah penggambaran keadaan masyarakat atau kelompok sosial tertentu kebiasaankebiasaan yang berlaku pada suatu tempat dan waktu tertentu, pandangan hidup, sikap hidup, adat istiadat, dan sebagainya yang melatari sebuah peristiwa. Fungsi latar, pertama-tama adalah memberikan informasi tentang situasi sebagaimana adanya. Selain itu, ada latar yang berfungsi sebagai proyeksi keadaan batin para tokoh cerita (Panuti-Sudjiman,1991:46). Latar yang baik dapat mendeskripsikan secara jelas peristiwa-peristiwa, perwatakan tokoh, dan konflik yang dihadapi tokoh cerita sehingga cerita terasa hidup dan segar,
seolah-olah
sungguh-sungguh terjadi
dalam
kehidupan
nyata
(Nurgiyantoro,1998:216). 54 b. Unsur Ekstrinsik Unsur Ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya sastra itu sendiri. Unsur ini mempengaruhi penciptaan karya sastra. Unsur ini meliputi latar belakang kehidupan pengarang, adat istiadat, situasi politik, persoalan sejarah, ekonomi, pengetahuan agama dan lain-lain. 53
Sugihastuti dan Suharto, Kritik Sastra Feminis (Teori dan Aplikasi ), hlm. 54
54
Sugihastuti dan Suharto, Kritik Sastra Feminis (Teori dan Aplikasi ), hlm.55
34
BAB III KOMPETENSI KEPRIBADIAN IBU MUSLIMAH DAN BAPAK HARFAN DALAM NOVEL LASKAR PELANGI A. Gambaran Umum Novel Laskar Pelangi 1. Biografi Pengarang Andrea Hirata, lahir di Belitong 24 Oktober. Meskipun studi mayornya ekonomi dari Universitas Indonesia.
ia amat menggemari sains-fisika, kimia,
biologi, astronomi dan tentu saja sastra. Pendidikannya adalah Master of Science Universite de Paris, Sorbonne, Prancis dan Sheffield Hallam,Inggris, bidang ekonomi telekomunikasi1. Tesis Andrea Hirata di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari kedua universitas tersebut dan lulus cum laude. Tesis itu telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia dan merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia. Buku itu telah beredar sebagai referensi ilmiah. Saat ini Andrea tinggal di Bandung. Hobinya naik komidi putar.2 2. Sinopsis novel Laskar Pelangi Belitung sendiri meski terkenal sebagai Pulau Timah, namun tak dapat dinikmati oleh penduduk aslinya. Belitung adalah kabupaten kepulauan yang dikelilingi hampir 200 pulau besar dan kecil. Sejak akhir tahun 2000, kabupaten berpenduduk lebih dari 2 ratus ribu jiwa ini menjadi bagian dari propinsi Bangka Belitung. 3 Beragam etnis hidup berdampingan di kawasan yang memiliki panorama indah ini.Meskipun mengaku tidak memiliki latar belakang sastra, namun sebagaimana ciri khas orang Melayu, Andrea terbiasa mendengarkan cerita dari para orang-orang tua di kampungnya yang bercerita tentang sejarah dan cerita-cerita
1
http://article-page .blogspot.com/2008/06/profil-andrea-hirata.html, diakses 26 juni 2011
2
Andrea Hirata, Laskar Pelangi (Bandung: Bentang, 2008), cet. 26, hlm. 535. Doni Riyadi Saksono, Andrea Hirata, dalam http://article-page.blogspot.com/2008/06/ profil-andrea-hirata.html, diakses 26 Juni 2011. 3
35
klasik Melayu Belitung. Sehingga tak heran, dalam menulis Laskar Pelangi, Andrea memiliki gaya penuturan yang kuat, filmis dan cerdas. 4 Laskar Pelangi adalah novel pertama karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun 2005. Novel ini bercerita tentang kehidupan 10 anak dari keluarga miskin yang bersekolah (SD dan SMP) di sebuah sekolah Muhammadiyah di Belitung yang penuh dengan keterbatasan. Sejak diterbitkan September 2005 oleh Bentang, novel itu sudah naik cetak hingga 17 kali dan terjual sekitar 200 ribu eksemplar. menyusul menerbitkan novel tersebut. Laskar Pelangi juga sudah dilirik sebuah penerbit dari Spanyol untuk diterbitkan di beberapa negara Eropa.5 Sukses itu juga diikuti dua novel berikutnya yang menjadi bagian dari tetralogi Laskar Pelangi, yakni Sang Pemimpi dan Edensor. Satu novel lagi adalah Maryamah Karpov. Jika digabungkan, oplah tiga novel tersebut hampir 500 ribu kopi. Itu baru di Indonesia saja. Sebab, Laskar Pelangi juga sudah dibeli oleh penerbit buku di Malaysia. Di negeri Jiran buku itu langsung menjadi best seller. Setelah Malaysia, Singapura segera menyusul menerbitkan novel tersebut. Laskar Pelangi juga sudah dilirik sebuah penerbit dari Spanyol untuk diterbitkan di beberapa negara Eropa Laskar Pelangi yang dalam seminggu sudah cetak ulang itu bahkan dibajak oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Dalam wawancara di Surat Kabar Suara Merdeka beliau sangat kecewa dengan adanya pembajakan. Pembajakan paling marak terjadi pada novel pertamanya, Laskar Pelangi. Meski demikian, itu tidak membuatnya berhenti berkarya, walaupun ia pernah berfikir untuk tidak menerbitkan buku di Indonesia lagi. Kejengahannya bukannya tanpa sebab. Dia bercerita, versi bajakan laskar pelangi beredar dari Jakarta hingga Lombok dan Vancouver, Kanada. Bahkan ketika sesi meet and greet di Mataram, Lombok, ribuan buku yang ditandatanganinya merupakan produk bajakan. Hal sama terjadi di Vancouver. Bahkan, yang
4
Doni Riyadi Saksono, Andrea Hirata, dalam http://article-page.blogspot.com/2008/06/ profilandrea-hirata.html, diakses 26 Juni 2011. 5
http://www.ziddu.com/download/2833278/Laskar_Pelangi.Full.pdf.html diakses 17 Juni
2011.
36
membuatnya tidak habis mengerti, kejadian yang sama terulang di Zimbabwe, Afrika. Meski demikian, atas nama kecintaan menulis novel, terutama yang bertema dengan kebudayaan, kepedihannya itu dapat ia atasi. Bahkan Andrea yakin sepuluh novel berikutnya yang masih bertema kebudayaan akan bisa ditulisnya tanpa kendala berarti. Kegairahan menulis
memang sangat besar di dalam benaknya. Karena
melalui novel ,persepsi seorang kreator terhadap sebuah peristiwa dapat ditumpahkan. 6 Novel Laskar Pelangi mengungkap ketulusan para pendidik dalam mengemban tanggung-jawabnya. Dilukiskan dalam tokoh tersebut Bu Mus dan Pak Harfan. Sudahkah nilai-nilai luhur dan Pancasila tercermin oleh guru-guru kita saat ini. Sungguh sikap Bu Muslimah dan Pak Harfan punya nilai keluhuran yang tinggi. Dalam perjalanannya begitu banyak rintangan yang dihadapi Bu Mus, tetapi ia dengan tegar tetap bertahan mengajar di SD bobrok. Kalau dikembalikan pada faktafakta saat ini mungkin hanya ada seribu satu yang memiliki nilai-nilai luhur dari mereka. Ceritanya tentang memoar masa kecilnya dengan sahabat-sahabatnya yang dijuluki Laskar Pelangi oleh Ibu Muslimah, atau Ibu Mus, guru sekolahnya. “Segala sesuatu tentang buku ini emosional sekali,” kata Andrea. Kondisi sekolahnya amat sangat menyedihkan, jika malam digunakan untuk menyimpan ternak. Seragam anak-anaknya, copot
semua kancing bajunya. Selain itu, sepatu mereka
menggunakan plastik. Andrea juga bercerita tentang bagaimana Laskar Pelangi ini mulai bersahabat, bahwa mereka adalah sepuluh anak yang mendaftar di sebuah sekolah, SD Muhammadiyah, yang awalnya sudah mau ditutup karena kekurangan murid. Lalu cerita berlanjut tentang bagaimana mereka terus bertahan di sekolah dengan kondisi mengerikan itu dan terus bersahabat. “Ini sebenarnya sekolah yang hampir bubar. Ketika ujian, kami dititipkan di sekolah lain. Secara administrasi, sekolah itu hampir tidak ada,” tambah Andrea. 6
Benny Benke,”Sebelas Patriot, Novel Terbaru Andrea Hirata Segalanya untuk Sepak Bola dan PSSI”, dalam Suara Merdeka (Semarang, 10 juni 2011), hlm. 11.
37
Pertanyaan berlanjut pada hari pendaftaran sekolah itu, persis seperti bab pertama Laskar Pelangi “Sepuluh Murid Baru”. Hari sudah siang, tapi murid yang mendaftar belum genap sepuluh, padahal kalau tidak mendapat sepuluh murid maka sekolah ini akan bubar. Di saat-saat kritis, muncullah murid yang mau mendaftar, seorang pemuda bernama Harun yang memiliki keterbelakangan mental dan menderita polio. Belitung, menurut Andrea, tidak memiliki fasilitas sekolah luar biasa. Oleh ibunya, Harun lalu dititipkan di sekolah, sebagai alternatif daripada mengejari ayam-ayam piaraan keluarganya. Tekat Andrea untuk menulis buku ini muncul saat suatu hari, di tengah hujan yang lebat, kelas bocor, Ibu Mus, perempuan perkasa itu, tidak segera datang. Muridmuridnya sudah ketakutan. Sampai akhirnya Andrea merasa lega sekali ketika melihat Ibu Mus datang berpayung pelepah pisang. “Satu hari nanti, saya harus menulis tentang beliau,” tegasnya. Tapi Andrea juga menegaskan, walaupun dasarnya adalah sebuah memoar, tapi ada fiksionalisasi yang terjadi. Ia menyebutnya sebagai „memoar yang dikemas dengan sastra dengan tambahan latar belakang sosiokultural‟. 7 Begitu banyak hal menakjubkan yang terjadi dalam masa kecil para anggota Laskar Pelangi. Sebelas orang anak Melayu Belitong yang luar biasa ini tak menyerah walau keadaan tak bersimpati pada mereka.8 Tengoklah Lintang, seorang kuli kopra cilik yang genius dan dengan senang hati bersepeda 80 kilometer pulang pergi untuk memuaskan dahaganya akan ilmu bahkan terkadang hanya untuk menyanyikan lagu padamu negeri di akhir jam sekolah. Atau Mahar, seorang pesuruh tukang parut kelapa sekaligus seniman dadakan yang imajinatif tak logis, kreatif dan sering diremehkan sahabat-sahabatnya, namun berhasil mengangkat derajat sekolah kampung mereka dalam karnaval 17 Agustus. Dan juga Sembilan orang laskar pelangi lain yang begitu bersemangat dalam menjalani hidu dan berjuang meraih cita-cita.
7
Isyana, Andrea Hirata di “Kick Andy”(September 27, 2007 ) dalam www.metrotv.tv diakses 12 Mei 2011. 8
Andrea Hirata, Laskar Pelangi (Bandung: Bentang, 2008), cet. 26, hlm. 536.
38
Novel ini memberi suri teladan bagi para orang tua murid untuk peduli terhadap keberhasilan pendidikan. Ayah Lintang contohnya, ia tetap menyekolahkan anaknya meskipun keadaan ekonomi keluarganya sulit dan jarak rumah dengan sekolah pun berpuluh-puluh kilometer yang hanya ditempuh dengan sepeda. Kita bandingkan dengan kenyataan saat ini. Para orang tua murid tidak peduli terhadap keberhasilan pendidikan anak-anaknya. Mereka sibuk dengan pekerjaan masingmasing sehingga anak-anak mereka terlantarkan. Kiranya novel Laskar Pelangi ini dapat menjadi suri teladan bagi mereka para orang tua murid. Kondisi fisik gedunggedung sekolah saat ini jauh lebih megah dari pada sekolah SD Muhammadiyah yang dilukiskan dalam novel Laskar Pelangi di atas. Namun demikian, sepertinya tidak sedikit dari mereka yang bisa mengoptimalkan fungsi dari fasilitas yang ada. Kita bayangkan gambaran SD Muhammadiyah Bangunan yang seperti mau roboh dan kalau malam jadi kandang kambing, Guru yang awalnya hanya tiga orang hingga akhirnya tinggal satu orang, fasilitas yang serba kekurangan bahkan hampir tidak ada sama sekali.
B. Kompetensi Kepribadian Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam Novel Laskar Pelangi 1. Ramah Ramah adalah baik hati dan menarik budi bahasanya, manis tutur kata dan sikapnya, suka bergaul dan menyenangkan di pergaulan. 9 Berikut penggalan cerita yang menunjukkan keramahan Bu Mus terhadap murid-muridnya maupun terhadap orang tua murid. Bu Mus mendekati setiap orang tua murid di bangku panjang tadi, berdialog sebentar dengan ramah, dan mengabsen kami .(Laskar Pelangi:9) 2. Sopan- Santun Yaitu sikap jiwa yang lemah-lembut terhadap orang lalin, sehingga dalam perkataan dan perbuatannya selalu mengandung adab kesopanan yang mulia. Adab
9
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), edisi.3, hlm. 924.
39
kesopanan itu merupakan sifat Tuhan yang harus dipraktekkan oleh manusia dalam hubungan sosialnya. 10 sikap sopan santun Bu Mus tersirat dalam kutipan berikut: Bu Mus membalas hormat takzimnya yang santun dengan tersenyum ganjil.” Anak muda ini pasti tak pandai melantun tapi jelas ia menghargai seni,” mungkin demikian yang ada dalam hati Bu Mus. Tapi tetap saja beliau menahan tawa. Lalu mahar mengucapkan semacam prolog.(laskar pelangi:135) 3. Lemah Lembut Adalah mengendalikan diri saat berada di puncak kemarahan. 11 Manusia dituntut untuk selalu mengontrol emosinya, sifat lemah lembut berfungsi sebagai pengontrol kemarahan tanpa harus mengalami kekurangan rasa marah, dengan hilangnya sensitifitas emosi, maupun kehilangan kelemahlembutan saat menampakkan kemarahan. 12 Berikut kutipan paragraf yang menunjuk sikap lemah lembut Bu Mus: “Silakan Ananda perkenalkan nama dan alamat rumah….,”pinta Bu Mus lembut pada anak Hokian itu. (Laskar Pelangi:26) Kucai terkulai lemas. Hari ini kami mendapat pelajaran penting tentang demokrasi, yaitu bahwa ternyata prinsip-prinsipnya tidak efektif untuk suksesi jabatan kering. Bu Mus menghampirinya dengan lembut sambil tersenyum jenaka.(Laskar Pelangi: 73) 4. Semangat Semangat adalah nafsu (kemauan, gairah) untuk bekerja, berjuang. 13 Semangat yang dimiliki Pak Harfan sebagai guru tergambar ketika sedang menceritakan kisah kepada murid- muridnya. Pak Harfan menceritakan semua itu dengan semangat perang Badar sekaligus setenang embusan angin pagi. Kami terpesona pada setiap pilihan kata dan gerak lakunya yang memikat.(Laskar Pelangi:23)
10
Mahjudin, Kuliah Akhlak Tasawuf (Jakarta: Kalam Mulia, 1991), hlm. 24.
11
Imam Al- Mawardi, Jalan Meraih Kebahagiaan Dunia dan Akhirat, (Jakarta: Sahara, 2009), hlm. 276. 12 13
Imam Al- Mawardi, Jalan Meraih Kebahagiaan Dunia dan Akhirat, hlm, 281. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 1025.
40
Berikut juga diceritakan dalam novel laskar pelangi semangat Ibu Muslimah untuk selalu mengobarkan Pendidikan Islam. N.A. Muslimah Hafsari Hamid binti K.A. Abdul Hamid, atau kami memanggilnya Bu Mus, hanya memiliki selembar ijazah SKP (Sekolah Kepandaian Putri), namun beliau bertekad melanjutkan cita- cita ayahnya K.A. Abdul Hamid, pelopor sekolah Muhammadiyah di Belitong untuk terus mengobarkan pendidikan Islam. Tekad itu memberinya kesulitan hidup yang tak terkira, karena kami kekurangan guru. (Laskar pelangi:30) 5. Tenang Tenang merupakan sikap tidak gelisah, tidak rusuh, tidak kacau, tidak rebut, aman dan tenteram. 14 Berikut penggalan cerita yang menggambarkan sikap tenang yang dimiliki oleh seorang guru. Kurang ajar betul, Bu Mus bersusah payah menahan emosinya. Aku tahu beliau sebenarnya ingin langsung melabrak Mahar. Air mukanya yang sabar menjadi merah. Beliau segera keluar ruangan menenangkan dirinya. (Laskar Pelangi:351) 6. Karismatik/Berwibawa Memiliki kepribadian yang berwibawa, yaitu perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani. Penggalan cerita di bawah ini dengan jelas mengatakan bahwa Bu Mus adalah guru yang karismatik. Bu Mus adalah seorang guru yang pandai, karismatik, dan memiliki pandangan jauh ke depan.(Laskar Pelangi:30) 7. Arif Sifat arif ditunjukkan dengan tindakan yang bermanfaat bagi peserta didik, sekolah dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak. Paragraf di bawah ini menceritakan sifat arif seorang guru. Kami telah dipersiapkan dengan baik oleh Bu Mus. Beliau memang menaruh harapan besar pada lomba ini lebih dari beliau berharap waktu kami karnaval dulu. Bu Mus pontang panting mengumpulkan contoh-
14
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm.1171.
41
contoh soal dan bekerja sangat keras melatih kami dari pagi sampai sore. (Laskar Pelangi:364) Bu Mus sudah bosan dihina. Sayangnya sekeras apa pun beliau membuat kami pintar dan menguatkan mental kami, mendorong-dorong, membujuk, dan mengajari kami agar tegar, kami tetap gugup. (Laskar Pelangi:364) 8. Ikhlas Secara etimologis ikhlash (Bahasa Arab) berakar dari kata khalasha dengan arti bersih, jernih, murni, tidak bercampur. Dalam bahasa populernya ikhlas adalah berbuat tanpa pamrih, hanya semata mata mengharapkan ridha Allah SWT.15 Tekad itu memberinya kesulitan hidup yang tak terkira, karena kami kekurangan guru-lagi pula siapa yang rela diupah beras 15 kilo setiap bulan? Maka selama enam tahun di SD Muhammadiyah, beliau sendiri yang mengajar semua mata pelajaran- mulai dari Menulis Indah, Bahasa Indonesia, Kewarganegaraan, Ilmu Bumi, sampai Matematika, Geografi, Prakarya, dan Praktik Olahraga. Setelah seharian mengajar, beliau melanjutkan bekerja menerima jahitan sampai jauh malam untuk mencari nafkah, menopang hidup dirinya dan adik-adiknya.(Laskar Pelangi:29-30) Bagi kami Pak Harfan dan Bu Mus adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang sesungguhnya. Merekalah mentor, penjaga, sahabat, pengajar, dan guru spiritual.(Laskar Pelangi: 32) Mereka adalah ksatria tanpa pamrih, pangeran keikhlasan, dan sumur jernih ilmu pengetahuan di ladang yang ditinggalkan. Sumbangan mereka laksana manfaat yang diberikan pohon filicium yang menaungi atap kelas kami. Pohon ini meneduhi kami dan dialah saksi seluruh drama ini. Seperti guru-guru kami, filicium memberi napas kehidupan bagi ribuan organism dan menjadi tonggak pening mata rantai ekosistem. (Laskar Pelangi: 32-33) 9. Adil Adl artinya sama (tanpa membeda-bedakan)16 Keadilan merupakan suatu sikap yang tidak salah satu kelompok, atau dengan kata lain seimbang. Berikut
15
Yunayar Ilyas, Kuliah Akhlaq (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI) 2007), hlm. 28-29. 16
Anwar Sanusi, Jalan Kebahagiaan, (Jakarta: IKAPI, 2006), hlm. 26.
42
merupakan salah satu kutipan dari novel laskar pelangi yang mencerminkan perilaku adil dalam kehidupan. Bu Mus juga terkejut. Tak pernah sebelumnya beliau menerima tanggapan selugas itu dari muridnya, tapi beliau maklum pada beban yang dipikul Kucai. Beliau ingin bersikap seimbang maka beliau segera menyuruh kami menuliskan nama ketua kelas baru yang kami inginkan di selembar kertas, melipatnya, dan menyerahkannya kepada beliau. Kami menulis pilihan kami dengan bersungguh-sungguh dan saling merahasiakan pilihan itu dengan ketat . (Laskar Pelangi:72) 10. Sabar Secara etimologis, sabar (ash-shabr) berarti menahan dan mengekang (alhabs wa al-kuf). Secara terminologis sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridha Allah. 17 Namun, meskipun berulang kali ditanya A Kiong tidak menjawab sepatah kata pun. Ia terus tersenyum dan hanya tersenyum saja. “ silakan Ananda…,”Bu Mus meminta sekali lagi dengan sabar. (Laskar Pelangi: 26) 11. Sederhana Sederhana merupakan sikap yang menunjukkan tidak berlebih- lebihan, sedang.18 Kami tak berkedip menatap sang juru kisah yang ulung ini. Pria ini buruk rupa dan buruk pula setiap apa yang disandangnya, tapi pemikirannya jernih dan kata-katanya bercahaya. Jika ia mengucapkan sesuatu kami pun terpaku menyimaknya dan tak sabar menunggu untaian kata berikutnya.(Laskar Pelangi:25) Guru- guru yang sederhana ini berada dalam situasi genting karena Pengawas Sekolah dari Depdikbud Sumsel telah memperingatkan bahwa jika SD Muhammadiyah hanya mendapat murid baru kurang dari sepuluh orang maka sekolah paling tua di Belitong ini harus ditutup.(Laskar Pelangi:4) Lalu tampak kedua anak berandal itu bergantian mencium Bu Mus, guru kami yang bersahaja.(Laskar Pelangi: 473)
17
Yunayar Ilyas, Kuliah Akhlaq, hlm. 134.
18
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 1108.
43
12. Kesetiaan Kesetiaan merupakan bentuk pengabdian seseorang yang berlangsung dalam waktu yang lama. Kesetiaan ini muncul karena adanya rasa saling menyayangi, kepercayan, dan rasa saling membutuhkan. Rasa setia ini bisa terjadi antara orang dengan orang atau pun antara orang dengan suatu instansi diamana ia tinggal dan bekerja. Rasa setia terhadap sesuatu ini bisa menimbulkan semangat kerja yang tinggi dan rela berkorban. Berikut ini merupakan kutipan- kutipan naskah novel laskar pelangi yang menceritakan tentang kesetiaan Bu Muslimah dan Pak Harfan: Saat itu sudah pukul sebelas kurang lima dan bu Mus semakin gundah. Lima tahun pengabdiaannya di sekolah melarat yang amat ia cintai dan tiga puluh dua tahun pengabdian tanpa pamrih pada Pak Harfan, pamannya, akan berakhir di pagi yang sendu ini. (Laskar Pelangi:5) Penggalan paragraf di atas mengggambarkan kesetiaan seorang guru pada sekolah yang ia cintai. Pengabdian seorang Bu Mus yang tanpa pamrih mengajar di sekolah yang miskin itu akan segera berakhir. Bu Mus sangat sedih melihat situasi yang seperti ini, karena kesetiaannya ia rela memberikan ilmunya tanpa imbalan apa pun. Rasa setia ini dapat membuat orang rela mengorbanan apapun yang dimilkinya, baik waktu, harta, ataupun tenaganya. Penggalan cerita diatas memberikan contoh pentingnya arti kesetiaan bagi guru. Paragraf di bawah ini juga menggambarkan kesetiaan Bapak Harfan terhadap sekolah Muhammadiyah. K.A pada nama depan Pak Harfan berarti Ki Agus. Gelar K.A. mengalir dalam garis laki-laki silsilah Kerajaan Belitong. Selam puluhan tahun keluarga besar yang amat bersahaja ini berdiri pada garda depan pendidikan di sana. Pak Harfan telah puluhan tahun mengabdi di sekolah Muhammadiyah nyaris tanpa imbalan apa pun demi motif syiar Islam.(Laskar Pelangi:21) 13. Menerima Keadaan Murid Apa Adanya Seorang guru harus bisa menerima keadaan muridnya yang berbeda- beda. Lalu aku memandangi guruku Bu Mus, seseorang yang bersedia menerima kami apa adanya dengan sepenuh hatinya, segenap jiwanya. Ia paham betul kemiskinan dan posisi kami yang rentan sehingga tak pernah membuat kebijakan apa pun yang mengandung implikasi biaya. Ia selalu membesarkan hati kami. (Laskar Pelangi:83)
44
Kutipan paragrap di atas menggambarkan seorang guru yang sangat mengerti keadaan siswanya. Tidak harus orang kaya yang harus diajar, tetapi siswa yang sangat miskin pun berhak untuk mendapat pendidikan. Walaupun mengajar siswa yang berekonomi rendah, tetapi semangat untuk mencerdaskan anak didiknya sangat tinggi. 14. Cinta dan Kasih Sayang Kami kekurangan guru dan sebagian besar siswa SD Muhammadiyah ke sekolah meakai sandal. Kami bahkan tak punya seragam. Kami juga tak punya kotak P3K. Jika kami sakit, sakit apa pun: diare, bengkak, batuk, flu, atau gatal-gatal maka guru kami akan memberikan sebuah pil berwarna putih, berukuran besar bulat seperti kancing jas hijan, yang rasanya sangat pahit. Jika diminum kita bisa merasa kenyang. Pada pil itu ada tulisan besar APC. Itulah pil legendaris di kalangan rakyat pinggiran Belitong. (Laskar Pelangi: 17-18) Penggalan paragraf diatas menggambarkan bahwa cinta dan kasih sayang seorang guru tidak hanya di tujukan pada rohani peserta diidk, tetapi kepedulian guru juga ditujukan pada fisik peserta didik. Bu Mus tidak hanya memperhatikan rohani siswanya yang sangat membutuhkan pendidikan tetapi beliau juga memperhatikan keadaan fisik siswanya. Ketika siswanya ada yang sakit maka Bu Mus memberinya obat. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh Bu Muslimah dan Pak Harfan dalam novel laskar pelangi adalah ramah, sopan santun, lemah lembut, semangat, sabar, ikhlas, menerima keadaan murid apa adanya, tenang, sederhana, arif, setia, karismatik, adil, cinta dan kasih sayang.
45
BAB IV ANALISIS KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM (Studi Pada Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam Novel Laskar Pelangi)
A. Analisis Kompetensi Kepribadian Guru Perspektif Pendidikan Islam Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan, bahwa pendidik adalah orang yang mendidik. Dalam pengertian yang lazim digunakan, pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaan, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah swt., dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk individu yang mandiri. Sebagaimana kosakata yang bersifat generik, pendidik mencakup pula guru, dosen, dan guru besar. Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik,
mengajar,
membimbing,
mengarahkan,
melatih,
menilai,
dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Adapun dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Guru besar atau profesor yang selanjutnya disebut profesor adalah jabatan fungsional tertinggi bagi dosen yang masih mengajar di lingkungan satuan pendidikan tinggi.
1
Di dalam al- Qur‟an dan as- Sunnah yang merupakan sumber utama ilmu pendidikan Islam, terdapat sejumlah istilah yang mengacu kepada pengertian pendidik. Istilah tersebut antara lain al- murobbi, al- mu’allim, dan al- muaddib. Istilah- istilah tersebut sudah dijelaskan dalam bab II, adanya berbagai istilah sebagaimana di bab II menunjukkan bahwa seorang pendidik dalam ajaran Islam
1
Undang Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), (Jakarta: Sinar Grafika, 2010),
hlm. 3
46
memiliki peran dan fungsi yang amat luas. Ketika berperan sebagai orang yang menumbuhkan,
membina,
mengembangkan
potensi
anak
didik
serta
membimbingnya, maka ia disebut al-murobbi. Ketika berperan sebagai pemberi wawasan ilmu pengetahuan dan keterampilan, ia disebut sebagai al- mu’allim. Ketika ia dapat membina kader- kader pemimpin masa depan bangsa yang bermoral, maka ia disebut al-muaddib. Berdasarkan uraian tersebut , dapat diketahui, bahwa yang dimaksud dengan pendidik ialah tenaga profesional yang diserahi tugas dan tanggung jawab untuk menumbuhkan, membina, mengembangkan bakat, minat, kecerdasan, akhlak, moral, pengalaman, wawasan, dan keterampilan peserta didik. Seorang pendidik adalah orang yang berilmu pengetahuan dan berwawasan luas, memiliki keterampilan, pengalaman, berkepribadian mulia, memahami yang tersurat dan tersirat, menjadi contoh dan model bagi muridnya, senantiasa membaca dan meneliti, memiliki keahlian yang dapat diandalkan, serta menjadi penasihat. Dalam pendidikan Islam, pendidik memiliki arti dan peranan sangat penting. Hal ini disebabkan ia memiliki tanggung jawab dan menentukan arah pendidikan. Itulah sebabnya pula Islam menghargai dan menghormati orang- orang yang berilmu pengetahuan dan bertugas sebagai pendidik. Islam mengangkat derajat mereka dan memuliakan mereka melebihi dari orang Islam lainnya yang tidak berilmu pengetahuan dan bukan pendidik, sebagaimana yang tercantum dalam surat alMujadalah ayat 11. Bahkan orang yang berilmu pengetahuan dan mau mengajarkan ilmunya kepada mereka yang membutuhkan akan disukai oleh Allah dan dido‟akan oleh penghuni langit serta penghuni bumi. Demikianlah keberuntungan yang dimiliki oleh orang yang berilmu pengetahuan dan mau mengajarkan ilmunya kepada orang lain dalam hal- hal kebaikan. Sehubungan dengan itu, maka Islam menghimbau kaum muslimin untuk mengamalkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya kepada oraang lain. Agar pendidik berhasil melaksanakan tugasnya, Al-Ghazali menyarankan agar pendidik memiliki adab yang baik. Hal ini disebabkan anak didik itu akan selalu melihat kepadanya sebagai contoh yang harus selalu diikutinya. Al- Ghazali
47
berkata,” mata anak didik selalu tertuju kepadanya, telinganya selalu mendengarkan apa saja darinya, karena itu apabila ia menganggap jelek berarti jelek pula bagi mereka. Seiring dengan tekat Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan mutu pendidikan, muncul ketentuan tentang syarat- syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang tenaga pendidik profesional. Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, guru diharapkan mempunyai kompetensi untuk menunjang profesinya agar maksimal. Oleh karena itu, sebagai pendidik juga wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi, serta jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan nasional dan tujuan Pendidikan Islam. Kompetensi merupakan kemampuan yang harus dipupuk dan dikembangkan melalui berbagai proses pembelajaran, pengalaman, menekuni pekerjaan dengan sungguh-sungguh, dan bahkan berani mengambil resiko untuk menghadapi tantangan. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi dibangun melalui sebuah proses yang panjang. Guru yang kompeten adalah sosok yang selalu merasa kekurangan dalam menimba ilmu dan juga menginginkan agar peserta didiknya memiliki kompetensi bahkan menginginkan kompetensi peserta didiknya melebihi gurunya. Betapa penting keahlian dan kompetensi itu sehingga Al- Qasim bin Muhammad (cucu Abu Bakar As Shidiq) sangat meneguhkan akan pentingnya keahlian dalam bidang tertentu. Oleh karena itu,
seorang guru harus ahli atau
berkompeten, karena ia mentransfer pengetahuan, ilmu, aspek lain kepada muridnya. Dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dinyatakan dalam pasal 28 Ayat (3) bahwa: Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional
48
1. Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 2. Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. 3. Kompetensi Sosial Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. 4. Kompetensi Profesional Kompetensi
profesional
adalah
kemampuan
penguasaan
materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Kompetensi ini melekat pada seluruh nabi, sehingga dalam pendidikan Islam kompetensi ini disebut Kompetensi Profetik atau kompetensi SAFT (SAFT Competency). Kompetensi SAFT adalah singkatan dari Shidiq, Amanah, Fathonah, dan Tabligh. Secara diagrammatic dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1 Sistem Kompetensi SAFT
49
Gambar 2 sinkronisasi Kompetensi SAFT dengan kompetensi pendidik (UU Nomor 14 th 2005)
Kompetensi kepribadian guru adalah kemampuan kepribadian yang harus dimiliki seorang pendidik. yaitu bahwa guru hendaknya memiliki kepribadian yang mantap dan stabil, dewasa, arif, berwibawa, dan berakhlak mulia. Didalamnya juga diharapkan tumbuhnya kemandirian guru dalam menjalankan tugas serta senantiasa terbiasa membangun etos kerja, sehingga semua sifat ini memberikan pengaruh positif terhadap kehidupan guru dalam kesehariannya. Kepribadian guru mempunyai kelebihan sendiri bila diterapkan dalam kelas karena ia akan memberikan kecenderungan dan kesenangan yang berbeda kepada murid. Namun ada juga yang mengatakan bahwa kepribadian guru sulit ditemukan kadarnya dan tidak mudah untuk dicari batasannya serta sulit juga untuk didefinisikan secara jamik dan manik. Kepribadian juga diibaratkan sebagai magnet yang tidak bisa diketahui kecuali setelah tahu bekasnya atau pengaruhnya. Esensi kompetensi kepribadian guru semuanya bermuara ke dalam intern pribadi guru. Kompetensi pedagogik, profesional dan sosial yang dimiliki seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran, pada akhirnya akan lebih banyak ditentukan oleh kompetensi kepribadian yang dimilikinya. Tampilan kepribadian guru akan lebih banyak mempengaruhi minat dan antusiasme anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Pribadi guru yang santun, respek terhadap siswa, jujur, ikhlas dan dapat diteladani, mempunyai pengaruh yang
50
signifikan terhadap keberhasilan dalam pembelajaran apa pun jenis mata pelajarannya. Oleh karena itu, dalam beberapa kasus tidak jarang seorang guru yang mempunyai kemampuan mumpuni secara pedagogis dan profesional dalam mata pelajaran yang diajarkannya, tetapi implementasinya dalam pembelajaran kurang optimal. Hal ini boleh jadi disebabkan tidak terbangunnya jembatan hati antara pribadi guru yang bersangkutan sebagai pendidik dan siswanya, baik di kelas maupun di luar kelas. Abdurrahman An- Nahlawi menyarankan, agar guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik hendaknya guru memiliki sifat- sifat sebagai berikut, -
tingkah laku dan pola pikir guru bersifat Robbani, sebagaimana telah dijelaskan di dalam Surah Ali Imran ayat 79: akan tetapi hendaklah kalian menjadi orang-orang Rabbani. Jika guru telah memiliki sifat Rabbani, maka dalam segala kegiatan mendidiknya akan bertujuan menjadikan para pelajarnya sebagai orang- orang yang Raabbani juga yaitu orang- orang yang merasakan keagungan-Nya
-
guru adalah guru yang ikhlas. Sifat ini termasuk kesempurnaan sifat Rabbaniyyah. Dengan kata lain, hendaknya dengan profesinya sebagai pendidik dan dengan keluasan ilmunya, guru hanya bermaksud mendapatkan keridhaan Allah, mencapai dan menegakkan kebenaran yakni menyebarkan ked lam akal anak- anak dan membimbing mereka sebagai para pengikutnya. Jika keikhlasan telah hilang maka akan muncullah sifat saling mendengki di antara para guru, serta sifat pembenaran pendapat dan cara kerjanya sendiri, tanpa mau menghiraukan pandangan orang lain. Dalam keadaan seperti ini, maka sifat egoistis yang didukung hawa nafsu akan menggantikan pola hidup di atas kebenaran
-
guru bersabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan kepada anak- anak. Hal ini memerlukan latihan dan ulangan, bervariasi dalam menggunakan metode serta melatih jiwa dalam memikul kesusahan. Di samping itu, karena manusia tidak sama dalam kemampuan belajarnya, guru tidak boleh menuruti hawa nafsunya, ingin segera melihat hasil kerjanya sebelum pengajarannya
51
itu terserap dalam jiwa anak, yang melahirkan hasrat untuk menerapkannya dalam perbuatan -
guru jujur dalam menyampaikan apa yang diserukannya. Tanda kejujuran itu ialah menerapkan anjurannya, pertama-pertama pada dirinya sendiri. Jika ilmu dengan amalnya telah sejalan, maka pelajar akan mudah meniru dan mengikutinya dalam setiap perkataan dan perbuatannya. Tetapi jika perbuatannya bertentangan dengan seruannya,maka pada pelajar akan timbul keengganan mengamalkan apa yang diucapkannya atau setidak—tidaknya merasa bahwa perkataan gurunya itu tidak sungguh- sungguh
-
guru bersikap adil terhadap para pelajarnya, tidak cenderung hanya kepada salah satu golongan di antara mereka dan tidak pula melebihkan seseorang dari yang lain. Segala kebijaksanaan dan tindakannya ditempuh dengan jalan yang benar dan dengan mmeperhatikan setiap pelajar, sesuai dengan perbuatan serta kemampannya.
B. Analisis Kompetensi Kepribadian Guru Perspektif Pendidikan Islam (Studi Pada Ibu Muslimah Dan Bapak Harfan Dalam Novel Laskar Pelangi) Andrea Hirata pengarang novel Laskar Pelangi, yang selanjutnya novel tersebut difilmkan. Pada saat pemutaran film perdananya ini, ia “curhat” (mencurahkan hati) di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudoyono dan Ibu Ani di Auditorium 1 Bioskop Blitz Grand Indonesia, Jakarta tanggal 8 Oktober 2008, ia menyatakan, “Saya ingat betul Pak, waktu itu hujan sangat deras. Saya menduga menduga Bu Muslimah tak akan datang mengajar ke sekolah kami. Ternyata, beliau datang dengan lindungan pelepah daun pisang. Sejak itu saya berjannji, dewasa nanti saya akan menceritakan kisah ini kepada semua orang. Saya akan menuliskannya dalam sebuah buku.” Jika dikaitkan dengan aspek keteladanan, ada sesuatu yang menarik dari pernyataan ini, yaitu kesungguhan Bu Muslimah dalam mengajar. Walaupun hujan sangat deras ia tetap datang mengajar dengan berupaya mengatasi kehujanan tersebut dengan menutupi badannya dari pelepah daun siang. Apa yang dilakukan Bu Muslimah ini dipandang sebagai sesuatu yang luar biasa karena jika ia tidak datang
52
pun dapat dipahami murid-muridnya karena disebabkan terhalang oleh hujan yang sangat deras. Upaya kerja keras ini telah memotivasi murid-muridnya dan sekaligus memberikan keteladanan yang sangat baik sehingga salah satu muridnya sangat terkesan serta mewujudkan impiannya dengan menuangkan kisah tersebut juga telah difilmkan yang mampu menyerap penonton lebih dari 1,5 juta orang dalam dua pekan. Perjuangan, kerja keras, dan ketabahan yang patut diteladani ini, juga dinyatakan Bu Muslimah, “ setelah insiden G30S/PKI kehidupan ekonomi terasa sulit. Payung saja tak terbeli. Kalau musim hujan tiba, saya mengambil parang menebas daun pisang atau keladi untuk dijadikan payung.” Kisah tersebut menunjukkan betapa pentingnya faktor keteladanan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa faktor penting dalam mendidik adalah terletak pada keteladanannya.” Keteladanan yang bersifat multidimensi, yakni keteladanan dalam berbagai aspek kehidupan. Keteladanan bukan hanya sekedar memberikan contoh dalam melakukan sesuatu, tetapi juga menyangkut berbagai hal yang dapat diteladani, termasuk kebiasaan-kebiasaan yang baik merupakan contoh bentuk keteladanan. Keteladanan dalam pendidikan merupakan pendekatan atau metode yang sangat berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan, membentuk dan mengembangkan potensi peserta didik. Keteladanan hendaknya diartikan dalam ari luas, yaitu berbagai ucapan, sikap, dan perilaku yang melekat pada pendidik. Jika hal ini telah dilakukan dan dibiasakan dengan baik sejak awal, khususnya bagi mahasiswa sebagai calon guru, maka akan memiliki arti penting dalam membentuk karakter sebagai seorang guru yang mendidik. Keteladanan telah dilakukan oleh Nabi Muhammad dengan sangat berhasil, karena Nabi Muhammad adalah “ guru manusia; guru bangsa, guru ummat, atau guru paripurna, bahkan dapat dikatakan sebagai guru multidimensi yang tiada taranya”. M. Syafi‟i Antonio (2007:218) menyatakan bahwa salah satu factor penting kejayaan pendidikan Rasulullah saw. adalah karena beliau menjadikan dirinya sebagai model dan teladan bagi umatnya. Rasulullah saw. adalah Al-Qur‟an hidup (the living
53
Qur’an). Artinya, pada diri Rasulullah saw. tercermin ajaran Al-Qur‟an yang nyata. Beliau adalah pelaksana pertama semua perintah Allah dan meninggalkan semua larangan-Nya. Oleh karena itu,, para sahabat dimudahkan dalam mengamalkan ajaran Islam, yaitu dengan meniru perilaku Rasulullah saw. Jika keteladanan Rasulullah sebagai Al-Quran hidup diterapkan pada guru, maka seharusnya guru sebagai “ mata pelajaran hidup”:Geografi hidup, Matematika hidup, Fisika hidup, dan sebagainya. Artinya kedalaman dan keluasan ilmu (bidang studi) guru betul- betul terandalkan. 1. Ramah Ekspresi wajah menggambarkan kondisi seseorang saat itu. Jika raut muka
yang
ditampakkan
muka
masam
atau
berpaling,
tentu
akan
menggambarkan kondisi perasaan yang sedih, kecewa, dan tidak menghargai pada orang yang di hadapannya. Demikian juga ditampakkan raut muka yang ceria dan senyum, maka akan timbul suatu pesan dan kesan kegembiraan dan kebahagiaan. Oleh karena itu, ekspresi wajah yang ditampilkan melalui senyum saja akan memiliki makna yang besar dalam membangun penampilan positif. Guru perlu membiasakan menebar salam, kedamaian, keselamatan, dan rasa aman kepada siapa pun. Guru harus mampu memperlihatkan diri dengan ramah, bukan marah. Kita selalu menjaga keselamatan diri, keluarga, dan masyarakat. Dalam novel laskar pelangi sifat ramah seorang guru ditunjukkan oleh Bu Mus kepada murid-muridnya. Bu Mus selalu berdialog dengan ramah dan mengabsen murid-muridnya dengan ramah. Bu Mus tidak hanya bersikap ramah terhadap murid-muridnya tetapi juga terhadap orang tua muridnya. Mendidik anak dengan membiasakan menebar salam dan kedamaian sangat penting. Penanaman dan pembiasaan ini berarti juga mendidik untuk saling mendoakan, memperhatikan, dan saling mengayomi antara satu dengan yang lainnya. 2. Sopan Santun Nabi Muhammad (saw) tidak pernah memberikan tekanan maupun paksaan kepada orang -orang di sekelilingnya untuk menerima agama Islam.
54
Sebaliknya beliau menggunakan cara - cara yang sopan dan baik kepada mereka dalam menjelaskan Islam. Beliau selalu membina masyarakatnya dengan usahanya sekuat tenaga, dan setiap waktu dihabiskan hanya untuk mereka. Nabi Muhammad adalah orang yang selalu menghawatirkan nasib orang lain, selalu berfikir dan penyayang. Beliau tidak berkata kecuali seperlunya, membuka perkataan dan membukanya dengan sempurna. Beliau berkata dengan perkataan yang ringkas, padat, dan jelas. Perkataannya jelas, membedakan yang baik dan buruk, tidak lebih dan tidak kurang. Beliau tidak kasar dan tidak suka menghina. 2 Bu Mus memperlihatkan sifat santunnya dengan tersenyum pada muridnya. Walaupun sebenarnya harus menahan tawa karena melihat tingkah anak didiknya yang lucu. Yaitu ketika mahar mengucapkan semacam prolog dan suka bertindak aneh yang dianggapnya sebagai seni. Bu Mus tidak memaksa muridnya sesuai kehendaknya, Bu Mus sangat menghargai apa yang dilakukan dan pendapat muridnya sejauh tidak melampaui batas yang negatif. 3. Lemah Lembut Meski pun Rasulullah saw. adalah seorang pemberani, beliau juga lembut hatinya, mudah tersentuh(peka), lemah lembut kepada orang-orang lemah, mengasihi hewan dan serangga, dan berwasiat agar bersikap lembut terhadap binatang-binatang tersebut. 3 Sifat lemah lembut Bu Mus tergambar saat meminta Hokian untuk memperkenalkan nama dan alamat rumah. Bu Mus mengajukan pertanyaan dengan lembut dan tidak marah- marah. Selain itu juga tergambar ketika Bu Mus menghampiri Kucai dengan lembut sambil tersenyum. Kita harus membiasakan budi dan bahasanya dalam pergaulan, sopan dalam berbicara, santun dalam berbuat, dan baik dalam bersikap, menghormati
2
Syaikh Abdul Hasan „Ali al-Hasani an-Nadwi, As-Sirah an-Nabawiyyah, terj.Muhammad Halabi Hamdi, S.Ag.,dkk. (Yogyakarta: Mardhiyah Press,2007), hlm. 513 3
Syaikh Abdul Hasan „Ali al-Hasani an-Nadwi, As-Sirah an-Nabawiyyah, terj.Muhammad Halabi Hamdi, S.Ag.,dkk.,hlm. 543
55
pendapat orang lain, serta mampu menjelaskan sesuatu dengan baik, jelas, benar dan berdasar. Dengan berbicara yang baik (thayyibul kalam) seperti tersebut di atas akan dapat menjelaskan suatu masalah denngan bijaksana dan benar dari berbagai sudut pandang. Bahkan sebaliknya, kita harus menjauhi sikap kasar berbicara, keras bertindak, mau menangnya sendiri dan melupakan sopan santun dan tata krama. Salah satu bentuk bijak dalam bicara dengan lemah lembut, sebagaimana dinyatakan dalam surat Thaha ayat 44
Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia sadar atau takut"4 Pada ayat ini Allah menganjurkan kepada Musa dan Harun as. Bagaimana menghadapi Fir‟aun, yaitu dengan kata-kata yang halus dan ucapan yang lemah lembut. Seseorang yang dihadapi dengan cara demikian, akan berkesan dihatinya dan kakan cenderung menyambut baik dan menerima dakwah dan ajakan yang diserukan kepadanya.cara yang bijaksana yang seperti ini telah diajarkan pula kepada nabi Muhammad saw. oleh Allah, sebagaimana firman-Nya dalam surat An-Nahl ayat 125, yang artinya ”serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”.
5
Sebagai perwujudan bijak dalam bicara adalah 1. Penguasaan bahasa. 2. Kemampuan berkomunikasi dan, 3. Etika berbicara atau berkomunikasi Untuk memenuhi sikap-sikap peduli, menebarkan salam, bijak dalam bicara, santun dalam bicara, dan baik dalam bersikap, maka diperlukan sifat-sifat berbaik sangka, pola fikir positif, perasaan positif dan sikap proaktif. Orang yang berprasangka baik akan menampakkan sikap yang ramah dan bersahabat bila dibandingkan dengan orang yang berprasangka buruk, karena orang yang berprasangka baik terhindar dari rasa curiga dan berfikir negatif pada 4
Departemen Agama RI, Al-Hikmah:Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm.314
5
Departemen Agama Republik Indonesia, al- Qur’an dan Tafsirnya (Jakarta:PT. Dana Bakti Wakaf, 1990), hlm.151
56
seseorang. Sifat berprasangka baik inilah yang menjadi landasan untuk berfikir positif. Sebaliknya, berprasangka buruk tidak dibenarkan karena akan berdampak buruk juga. Sebagaimana hadits nabi yang menyatakan bahwa, jauhilah prasangka buruk, sesungguhnya prasangka buruk itu sejahat-jahat atau sedustadusta berita,,,,,
6
Dari Abi Hurairah r.a sesungguhnya Nabi Muhammad saw bersabda: “Takutlah kalian akan buruk sangka, sesungguhnya prasangka itu ucapan paling dusta, dan janganlah kalian saling memata-matai (mencari-cari kesalahan), dan janganlah saling benci dan janganlah saling mendiamkan dan jadilah kalian semua wahai hamba Allah sebagaimana saudara (H.R. Bukhari)7 Jika murid sudah tidak memiliki prasangka positif, akan berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Murid akan sulit menerima pembelajaran secara lebih terbuka. Demikian juga bagi guru, jika sudah berfikir muridnya tidak mampu,
maka
akan
menyebabkan
pembelajaran
menjadi
efektif.
Mengkhawatirkan muridnya akan gagal, guru hanya memberikan peluangpeluang belajar kepada murid yang dianggap bisa, dan menutup peluang murid yang dianggap tidak bisa. 4. Semangat Semangat yang diajarkan oleh nabi salah satunya adalah semangat belajar menuntut ilmu, seperti diceritakan oleh Ibnu Abbas ra bahwa beliau sejak kecil bersemangat menuntut ilmu, ketika beliau ingin menanyakan sesuatu kepada seorang sahabat, beliau menunggunya sampai keluar dari masjid, dan ketika keluar beliau berjalan dibelakangnya, kalau sahabat tersebut menoleh, dan memanggilnya, beliau bertanya apa yang dinginkan, dan jika orang tersebut 6
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, (Libanon: Darul Kitab Ilmiyah, t.th), Juz VII, hlm. 312
7
Imam Abdullah Muhammad bin Ismail al Bukhari, Shahih Bukhari Juz VIII terj. Achmad Sunarto dkk, (Semarang: CV. Asy Syifa‟, 1993), hlm. 70.
57
keburu masuk rumah, Ibnu Abbas menunggunya di depan rumah sampai sahabat tersebut keluar untuk shalat, kemudian Ibnu Abbas mengambil kesempatan untuk bertanya dalam perjalannya menuju masjid, ketika beliau menunggu sahabat dan duduk di teras rumahnya, sering diterpa angin dan kena debu jalan, sehingga jika sahabat yang beliau tunggu keluar rumahnya dan melihat kondisi ibnu Abbas saudara sepupu Nabi saw Pelajaran semangat yang di ajarkan nabi Muhammad bisa diaplikasikan pada seorang guru. Seperti yang dicontohkan oleh Pak Harfan. Pak Harfan sangat semangat ketika bercerita kepada murid-muridnya, demi untuk memahamkan anak didiknya, Pak Harfan berusaha menyampaikan pelajaran dengan semangat dan memilih kata dan gerak lakunya yang memikat agar anak didiknya tidak bosan dengan apa yang sedang dipelajari. Selain itu, sifat semangat Bu Mus yang ingin mengobarkan pendidikan Islam. Walaupun Bu Mus hanya memiliki selembar ijazah SKP (Sekolah Kepandaian putri) tetapi untuk mewujudkan cita-citanya beliau tetap semangat. Dan kekurangan dan kesulitan dalam hidupnya tidak menjadi penghalang. Pak Harfan, guru juga merupakan sosok penting yang memberikan motivasi dalam belajar. Dengan segala keterbatasan yang ada, para siswa bisa merasa begitu bahagia. Pak Harfan menanamkan semangat belajar yang tinggi kepada anak didiknya. Ia mengajarkan keberanian, semangat, dan kerja keras untuk mencapai cita-cita. Ia mengajarkan juga bahwa hidup haruslah berusaha memberi sebanyak-banyaknya bukan menerima sebanyak-banyaknya. Beliau adalah gambaran yang mewakili para orang bijak. Idealisme yang begitu menawan dengan keyakinan yang luar biasa benar-benar membuat SD itu tetap berdiri walau hanya punya sepuluh murid.8 5. Tenang Kurang ajar betul, Bu Mus bersusah payah menahan emosinya. Aku tahu beliau sebenarnya ingin langsung melabrak Mahar. Air mukanya yang sabar menjadi merah. Beliau segera keluar ruangan menenangkan dirinya. (Laskar Pelangi:351) 8
http://fkipunisma.ac.id/telaah-nilai-nilai-pendidikan-novel-LaskarPelangi-dan-pemanfa atannya-dalam-pembelajaran-sastra/, diakses 02 Februari 2011.
58
Cerita di atas menceritakan bahwa Bu Mus sangat tenang menghadapi anak-anak didiknya yang terkadang hampir membuat dirinya marah. Tetapi beliau tidak mau menampakkan rasa kemarahannya untuk melabrak dan beliau tetap bersikap tenang dan sabar. 6. Karismatik Nabi Muhammad saw adalah sosok mengagumkan hingga akhir zaman. Meskipun beliau kini sudah tidak ada di dunia ini, namun sebagian besar dan semakin penduduk di muka bumi ini masih senantiasa setia dan taat dalam menjalankan ajaran yang dibawanya, yaitu ajaran Islam. Sifat-sifat yang menghiasi Nabi Muhammad saw adalah cerminan dari Kitabullah, Al Quranul Karim. Maka tidak salah jika Allah mengatakan bahwa di dalam diri Nabi Muhammad itu terdapat suri teladan yang baik. Akhlak-akhlak Nabi Muhammad yang merupakan satu bentuk realisasi dari kemuliaan Al Quran itulah yang akhirnya membuat Nabi Muhammad saw menjadi orang yang paling disenangi dan disegani oleh sebagian besar penduduk dunia hingga akhir hayatnya. Menginjak usianya yang ke-20 tahun, Nabi Muhammad saw mendirikan Hilful-Fudul. Hilful-Fudul merupakan sebuah lembaga yang bertujuan membantu orang-orang miskin dan teraniaya. Keadaan di Mekah pada waktu itu memang sedang tidak kondusif, hal ini karena adanya perselisihan antara suku Quraisy dengan suku Hawazin. Melalui Hilful-Fudûl inilah sifat-sifat kepemimpinan Nabi Muhammad saw mulai tampak. Melalui aktivitasnya dalam lembaga ini, disamping ikut membantu pamannya berdagang, namanya semakin terkenal sebagai orang yang terpercaya. Kejujuran yang sudah kental dan melekat erat dalam jiwa Nabi Muhammad saw akhirnya menyebar dengan cepat dari mulut ke mulut. Dengan kejujuran yang dimilikinya, Nabi Muhammad saw akhirnya mampu memperluas relasi dagangnya. Dan dengan keujurannya itulah, akhirnya Nabi Muhammad saw memperoleh gelar Al Amin yang artinya orang dapat dipercaya. Dari sinilah nabi Muhammad sangat dihargai dan disegani oleh umatnya. Karismatiknya juga masih ada sampai sekarang.
59
Begitu pula, yang digambarkan dalam novel Laskar Pelangi tentang kewibawaan Bu Mus dimata anak didiknya. Bu Mus sangat dihormati dan disegani oleh anak didiknya. Bu Mus sudah banyak memberikan sesuatu yang berharga bagi anak didiknya. 7. Arif Dalam penggalan cerita yang tercantum dalam bab 3, menggambarkan bagaimana usaha Bu Muslimah agar siswanya memenangkan lomba di SDN. Bu Mus bekerja keras mencarikan contoh- contoh soal dan bahan pelajaran untuk di pelajari oleh anak didiknya. Selain itu juga beliau selalu menyempatkan waktu untuk melatih anak didiknya dari pagi sampai sore. Bu Mus selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anak didiknya. 8. Ikhlas Dalam konteks lain, penulis terkesan tatkala masih duduk di bangku SD hingga SMA , beberapa guru sering mendoakan agar penulis kelak menjadi orang yang berhasil dan tidak jarang nasihat itu berupa wasiat agar penulis dapat melanjutkan cita- cita luhur yang telah dirintisnya. Suasanya seperti ini sekarang tampaknya jarang dijumpai atau jarang dilakukan oleh guru. Mungkin hal ini disebabkan karena sebagian besar guru melakukan pendekatan yang bersifat formal sehingga tampak adanya jarak atau kesenjangan hubungan antara guru dengan peserta didiknya. Oleh karena itu, untuk memgaktualisasikan pendidikan dan pembelajaran dengan suara hati, maka guru dapat mendasarkan pada: a. Mendidik untuk mencari keridhaan Yang Maha Kuasa Tugas mendidik memiliki nilai spiritual yang tinggi karena jika tugas mendidik tersebut diorientasikan untuk mencari keridhaan Yang Maha Kuasa. Nilai spiritual dalam melaksanakan tugas mendidik. b. Mendidik merupakan tugas mulia Di samping tugas mendidik memiliki nilai spiritual yang tinggi, mendidik jjuga memiliki nilai universal yang dilakukan oleh siapa pun di dunia ini. Oleh karena itu, tugas mendidik merupakan tugas yang sangat mulia.
60
c. Mendidik merupakan tugas utama guru Oleh karena mendidik merupakan tugas utama guru, maka guru harus secara sungguh- sungguh dan tulus ikhlas melakukan tugas ini sehingga ia dapat menikmati, menjiwai, dan merasa nyaman menjadi guru. Untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif perlu dibangun hubungan emosional yang baik antara guru dengan peserta didik. Bahkan hubungan tersebut perlu dibangun di luar jam pembelajaran sehingga suasana semacam ini akan membangkitkan suasana pembelajaran dengan suara hati. Bu Muslimah seorang sosok guru yang ramah, sabar dan telaten. Beliau bisa menjalankan peran guru dengan sempurna meskipun ditugaskan di sekolah pinggiran. Sikap perjuangannya sebagai pahlawan tanda jasa yang rela digaji dengan beras lima belas kilogram setiap bulannya. Dan semua mata pelajaran Bu Mus yang mengajarnya. Itu semua semata-mata untuk memperjuangkan pendidikan dan mencerdaskan anak didiknya. 9. Adil Nabi Muhammad juga terkenal dengan memiliki sifat adil dan rasa kemanusiaan yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dalam aktivitas beliau di sepanjang sejarah perjuangan islam yang beliau tempuh hingga akhir hayat. Salah satu contoh keadilan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw dapat kita lihat dalam sejarah perbaikan Ka‟bah yang rusak karena banjir. Ketika bangunan Ka‟bah rusak karena banjir, penduduk Mekah-pun kemudian bergotong-royong untuk memperbaikinya. Saat pekerjaan sampai pada pengangkatan dan peletakan Hajar Aswad ke tempatnya semula, terjadi perselisihan. Masing-masing suku ingin mendapat kehormatan untuk melakukan pekerjaan itu. Akhirnya salah satu dari mereka kemudian berkata, “Serahkan putusan ini pada orang yang pertama memasuki pintu Shafa ini.” Paragraf dalam kutipan bab 3 menunjukkan bagaimana sikap bu Mus yang menanggapi keluh kesah anak didiknya sebagai ketua kelas. Di sini beliau bersikap adil atau seimbang yaitu dengan cara mengadakan pemilihan ulang
61
ketua kelas. Dengan sikap yang demikian beliau memperlihatkan keadilan kepada anak didiknya itu. 10. Sabar Sebagaimana kisah nabi Muhammad tatkala perjalanan ke Thaif bersama Zaid bin Haritsah(ia adalah bekas budak belian Siti Khadijah yang telah diangkat sebagai anak Nabi sendiri) , Nabi mendapatkan perlakuan yang menyakitkan dan kejam. Dengan komando penguasa setempat, orang-orang Thaif mencaci maka dan menghina Nabi bahkan mereka melempari Nabi dengan batu, kerikil, dan pasir. Mereka jika dilempari batu ditujukan ke kaki dan betis Nabi sehingga kedua kaki dan betisnya luka parah dan berlumuran darah. Di kala itu, Nabi terpaksa berjalan dengan merangkak sambil tetap diejek dan dicaci maki dengan perkataan yang kotor, kasar, dan keji. Demikian juga Zahid bin Haritsah, kepalanya luka parah dan mencucurkan darah yang tidak sedikit karena terkena lemparan batu. Tetapi Nabi Muhammad dan Zahid tidak merasa dendam dan marah kepada penduduk tersebut. Mereka sabar menghadapi penduduk Thaif dan meneruskan perjalanan kembali. Kisah ini menggambarkan tentang kesabaran Nabi dalam menerima cobaan yang datang dari kaum atau umatnya. Dalam kondisi yang sangat menyakitkan dan memilukan akibat penganiayaan kaumnya, Nabi masih mampu befikir jernih, dan memiliki pemikiran jangka panjang, serta berfikir jauh ke depan. Padahal saat itu, malaikat penjaga gunung telah siap membalaskan kalau perlu kaum yang menganiaya tersebut akan dilenyapkan oleh Malaikat penjaga gunung. Akan tetapi Nabi dengan sabar tetap berdoa dan berharap, jika orang tuannya tidak mau mengikuti ajaran Nabi, masih ada kemungkinan anak cucu mereka ke depan dapat diajak dan bersedia mengikuti ajaran Nabi. Betapa pentingnnya nilai-nilai ini dimiliki oleh guru dalam mendidik peserta didik peserta didiknya. Dengan sabar dan penuh pertimbangan di masa depan dalam mensikapi berbagai perilaku yang dilakukan peserta didiknya. Di samping kesabaran tersebut, guru harus memiliki visi jauh ke depan dalam mengemban tugasnya agar peserta didiknya dapat sukses di masa depannya.
62
Sebagai pendidik sifat sabar sangat diperlukan karena tidak semua peserta didik dengan gampang dan mudah menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru. Bu Mus sangat sabar ketika menghadapi A Kiong, ketika A Kiong sudah berulang kali ditanya tetapi belum juga memahami dan tidak menjawab, namun Bu Muslimah tetap sabar menuntunnya sampai A Kiong mau menjawab walau sepatah kata. Dan Bu Mus tetap tersenyum menghadapi A Kiong. 11. Sederhana Walaupun Nabi Muhammad menjadi pemimpin negara dan ummat, kehidupan beliau tidak pernah berlebihan. Beliau selalu hidup sederhana, tidak memiliki harta yang berharga lantaran yang hanya dalam diri nabi adalah Allah dan kebahagian ummat-Nya. Seandainya Nabi mau mengumpulkan harta niscaya beliau akan menjadi orang terkaya. Tapi, Nabi tidak mau karena harta benda melimpah merupakan kenikmatan sementara dan membuat orang menjadi lupa dengan tugas dan tanggungjawabnya Pola hidup sederhana adalah pola hidup yang tidak berlebihan. Artinya ia memiliki pola hidup yang wajar dan tidak mewah serta tidak bermegah-megahan. Sepenggal cerita dalam bab 3 menggambarkan kesederhanaan Pak Harfan. Walaupun ia sangat sederhana bahkan miskin tetapi ia mampu membawakan diri dengan tepat di hadapan murid. Apa yang diperlihatkan kepada murid bukan penampilan fisiknya tetapi kepiawaiannya dalam mengajar dan mendidik. Hal ini bukan berarti bahwa guru tidak boleh kaya tetapi guru harus pandai-pandai membawa diri sehingga ia terkesan sederhana dan bersahaja. 9 Paling tidak ada tiga hal, yang dapat digunakan sebagai indikator dalam berpakaian, yaitu: 1. Berdasarkan syariat (hukum agama), 2. Bersih, 3. Pantas dalam berpakaian adalah menutup aurat. Tujuannya adalah di samping memenuhi ajaran agama juga untuk menjaga kehormatan yang berpakaian. Kebersihan pakaian akan membawa kepada kesehatan. Oleh karena itu, pakaian yang bersih di samping enak dipandang juga menyehatkan. Di samping secara syari‟at dan kebersihan terpenuhi, maka dalam berpakaian juga perlu mempertimbangkan 9
Furqan Hidayatulah, Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat Cerdas,(Surakarta: Yuma Pustaka,2009), hlm. 105-106
dan
63
aspek kepatutan atau kepantasan. Aspek kepantasan ini sangat terkait dengan budaya dan kondisi setempat. 12. Kesetiaan Bu Muslimah rela menolak tawaran mengajar di SD yang bonafid demi SD bobrok tempat mendidik orang-orang miskin. Sungguh sikap ini punya nilai keluhuran yang tinggi. Dalam perjalanannya begitu banyak rintangan yang dihadapi Bu Mus, tetapi ia dengan tegar tetap bertahan mengajar di SD bobrok. Bu Mus sejak awal cerita ia menunjukkan sikap ingin sekali supaya SD itu tetap dibuka, beliau bahkan berniat mencari satu orang siswa lagi supaya cukup memenuhi syarat sepuluh. Begitu pula Pak Harfan yang setia dengan sekolah yang diajarnya. Beliau berusaha agar sekolah tersebut tidak ditutup oleh Pemerintah. 13. Menerima murid apa adanya Lalu aku memandangi guruku Bu Mus, seseorang yang bersedia menerima kami apa adanya dengan sepenuh hatinya, segenap jiwanya. Ia paham betul kemiskinan dan posisi kami yang rentan sehingga tak pernah membuat kebijakan apa pun yang mengandung implikasi biaya. Ia selalu membesarkan hati kami. (Laskar Pelangi:83) Sebelum proses belajar mengajar dimulai, guru dituntut sudah memiliki kemampuan dan kerelaan untuk memaklumi alam pikiran dan perasaan siswa. Guru harus bersedia pula menerima siswa apa adanya. Seorang guru yang tidak bisa memerankan pribadinya sebagai guru, ia kan berpihak kepada salah satu pribadi saja. Ia hanya akan menjadi guru yang menerima atau menolak para siswa dalam segala kondisi dan keadaan. Hal ini sangat berbahaya. Menerima keadaan dan kondisi siswa tanpa diiringi sikap kritis, tidak akan mendidik mereka. Sebaliknya, menolak siswa dalam setiap keadaan, akan merusak kepribadian mereka.
10
Menerima keadaan murid
tidak hanya keadaan kemampuan
berfikirnya saja akan tetapi keadaan yang dialaminya. Misalnya keadaan keluarga, keadaan ekonomi , keadaan lingkungan siswa dan sebagainya. Penggalan cerita diatas menggambarkan kepedulian seorang guru yang mau menerima siswa dalam keadaan apapun. Walaupun keadaan siswa yang
10
Isjoni, Guru Sebagai Motivator Perubahan, hlm. 19-20
64
berekonomi rendah bahkan miskin namun Bu Mus sangat menyayangi mereka dan ikhlas mendidik mereka. 14. Cinta Nabi Muhammad sangat perhatian dan sangat cinta kepada umatnya. Tingkat perhatian dan kecintaan tersebut ditunjukkan Nabi pada saat Nabi mendapat kesempatan menghadap Allah swt pun memperlihatkan rasa perhatian dan kecintaan yang luar biasa. Bahkan Nabi memperjuangkan umatnya agar apa yang telah dididikkan secara konsisten diperjuangkan dengan sungguh- sungguh dan tujuan yang hendak dicapai berhasil. Perhatian dan rasa cinta Nabi kepada umatnya menunjukkan betapa dekatnya antara Nabi dengan umatnya, antara pemimpin dengan yang dipimpin, antara guru dengan muridnya. Yang lebih menarik lagi, perhatian dan kecintaan Nabi tersebut dilakukan secara total dan sepenuh hati. Buktinya ketika mau wafat beliau berkali-kali mengucapkan perkataan yang sama, yaitu: “umatku, umatku.” Oleh karena itu, kedekatan tersebut dapat dijadikan teladan bagi kita khususnya bagi guru dalam mensikapi dan memperlakukan muridnya. Betapa pentingnya perhatian guru kepada muridnya, khususnya dalam suasana pembelajaran. Pendidik tidak hanya memperhatikan segi rohani tetapi juga jasmani, hal ini yang dilakukan oleh Bu Mus. Bu Mus juga sangat peduli dengan keadaan fisik anak didiknya ketiak anak didiknya sakit maka beliau memberinya obat. Ada sebuah cerita tentang kecintaan guru kepada murid yang tidak hanya memperhatikan segi rohani murid tetapi juga segi fisik murid. Disebuah sekolah dasar (SD), seorang guru bertanya pada muridmuridnya, “ siapa yang sudah sarapan pagi ini?” kira- kira separuh murid mengacungkan tangan. Guru itu kemudian bertanya kepada anak- anak yang tidak mengacungkan tangan,
“mengapa kalian tidak sarapan?”sebagian
menjawab tidak sempat karena sudah terlambat. Sebagian lagi mengatakan belum merasa lapar, ataupun tak menyukai sarapan yang disajikan. Semua memberikan jawaban senada kecuali satu anak. Karena, jawabnya, ”sekarang bukan giliran”.“ Bukan giliranmu?,” Tanya sang guru, “apa maksudmu?”.”dalam keluarga kami ada 4 anak”, ujarnya, tetapi ayah tak punya
65
cukup uang untuk membeli makanan supaya tiap orang bisa sarapan setiap hari. Kami harus bergiliran dan hari ini bukan giliran saya”(Arvan Pradiansah, 2008:205). Kisah ini setidak-tidaknya akan mampu membuka hati kita untuk menaruh perhatian dan rasa simpati kepada anak yang tidak bisa sarapan setiap pagi tetapi tetap tekun belajar. Di sisi lain juga akan memberikan pelajaran berharga bagi anak lain yang berkecukupan hidupnya agar selalu bersyukur.
66
BAB V PENUTUP A. Simpulan 1. Kompetensi kepribadian guru perspektif Pendidikan Islam adalah mempunyai watak dan sifat rabbaniyyah yang terwujud dalam tujuan, tingkah laku, dan pola pikirnya, bersifat ikhlas melaksanakan tugasnya sebagai pendidik semata-mata untuk mencari keridhaan Allah dan menegakkan kebenaran, bersifat sabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan kepada peserta didik,
jujur dalam
menyampaikan apa yang diketahuinya, senantiasa membekali diri dengan ilmu, kesediaan diri untuk terus mendalami dan mengkajinya lebih lanjut dan mengetahui kehidupan psikis peserta didik. Pada intinya kompetensi kepribadian guru perspektif Pendidikan Islam yaitu mencontoh segala perbuatan nabi dan sifat- sifat nabi yang tertera dalam Qur’an dan Hadist. 2. Kompetensi kepribadian Bu Muslimah dan Bapak Harfan meliputi: Ramah, Sopan Santun, Lemaah Lembut, Semangat, Tenang, Karismatik/berwibawa, Arif, Ikhlas, Adil, Sabar, Sederhana, Kesetiaan, Menerima keadaan murid apa adanya, Cinta dan Kasih Sayang. 3. Kompetensi kepribadian Bu Muslimah dan Bapak Harfan perspektif pendidikan Islam intinya adalah bahwa kepribadian Bu Muslimah dan Bapak Harfan merupakan aplikasi nyata dari kompetensi kepribadian guru perspektif Pendidikan Islam.
B. Saran-saran Adapun saran yang dapat penulis sampaikan dalam rangka pengembangan kompetensi kepribadian guru melalui karya sastra, terutama novel antara lain 1. Agar setiap pendidik juga menggali pengetahuannya tentang keguruan melalui novel 2. Pendidik mencontoh kepribadian guru yang ada dalam novel maupun sarana hiburan yang mendidik.
67
3. Ketika
sastrawan sebagai pengarang
karya
sastra
agar
meningkatkan
perhatiannya dalam usaha mencerdaskan pembacanya melalui karya-karya yang berkualitas dan mendidik, menghasilkan karya sastra yang berdedikasi pada moral, spiritual, dan akhlak mulia. 4. Agar masyarakat dan para pendidik memanfaatkan perkembangan teknologi modern yang ada saat ini, baik media cetak seperti buku, majalah, dan surat kabar maupun media elektronik seperti televisi, radio, internet, dan lain- lain sebagai sarana pendidikan 5. Orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga agar memberikan perhatian dan pengawasan serta mengarahkan terhadap anakanaknya sehingga terhindar dari bahan bacaan maupun tuntunan serta segala hiburan yang memberikan pengaruh negatif.
C. Penutup Demikianlah tulisan ini diakhiri dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, mudah-mudahan tulisan ini berguna dan bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi siapapun yang dapat memetik ilmu, hikmah dan pengetahuan tulisan ini. Penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini dari awal hingga akhir. Semoga bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dan dapat diterima sebagai amal baik dihadapan Allah swt. Meskipun telah berusaha semaksimal mungkin, namun penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran selalu penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
68
DAFTAR PUSTAKA
al Bukhari, Imam Abdullah Muhammad bin Ismail, Shahih Bukhari Juz VIII terj. Achmad Sunarto dkk, Semarang: CV. Asy Syifa’, 1993 Al- Mawardi, Imam, Jalan Meraih Kebahagiaan Dunia dan Akhirat, Jakarta: Sahara, 2009 Al- Rasyidin dan Samsul Nizar , Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta; Ciputat Press, 2005. Aminuddin, Pengantar Apresiasi Karya Sastra, Bandung: C.V Sinar Baru, 1991 an-Nadwi, Syaikh Abdul Hasan ‘Ali al-Hasani, As-Sirah an-Nabawiyyah, terj.Muhammad Halabi Hamdi, S.Ag.,dkk. Yogyakarta: Mardhiyah Press,2007 Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara,2000 Barizi, Ahmad, Menjadi Guru Unggul, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2010 Benke, Benny, ”Sebelas Patriot, Novel Terbaru Andrea Hirata Segalanya untuk Sepak Bola dan PSSI”, dalam Suara Merdeka, Semarang, 10 juni 2011 Bukhari, Imam, Shahih Bukhari, Libanon: Darul Kitab Ilmiyah, t.th, Juz VII, hlm. 312 Chalil, Moenawar, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad, Jakarta: Gema Insani, 2001 Danim, Sudarman, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru Tilikan Indonesia dan Mancanegara, Bandung: Alfabeta, 2010 Departemen Agama Republik Indonesia, al- Qur’an dan Tafsirnya Jakarta:PT. Dana Bakti Wakaf, 1990 ----------------, Al-Hikmah: Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro, 2007 Djaali, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008 Djamarah, Syaiful Bahri, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaktif Edukatif Suatu Pendekatan Teoretis Psikologis, Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2005 Hidayatulah, Furqan, Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas,Surakarta: Yuma Pustaka,2009
Hirata, Andrea, Laskar Pelangi Bandung: Bentang, 2008, cet. 26 Ilyas, Yunayar, Kuliah Akhlaq Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam LPPI 2007 Isjoni, Guru sebagai Motivator Perubahan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009 Isyana, Andrea Hirata di “Kick Andy”September 27, 2007 dalam www.metrotv.tv diakses 12 Mei 2011. Kunadar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan KTSP, Jakarta: PT Raja Grafindo,2007 Mahjudin, Kuliah Akhlak Tasawuf , Jakarta: Kalam Mulia, 1991 Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitan Kualitatif, Edisi III, Yogyakarta, Raake Sarasin, 1996 Mujib, Abdul, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006 Mulyasa, E., Menjadi Guru Professional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: PT Rosdakarya, 2010 Mursid, Kurikulum dan Pendidikan Anak Usia Dini PAUD Sebuah Harapan Masyarakat Semarang: AKFI media, 2010 Nasir, Ridwan, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pondok Pesantren di Tengah Arus Perubahan, Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2005 Nata, Abuddin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana,2010 ----------------, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana,2011 Nazir, Mohammad, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988 Pradopo, Rachmat Djoko, Kritik Sastra Indonesia Modern, Yogyakarta: Gama Media, 2002 Purnama, M. Nuryadin Edy, Kompetensi Guru dalam Ranah Pendidikan Islam, dalam http://elearningsmkn1trucuk.com/2009/07/23/kompetensi-guru-dalamranga-pendidikan-Islam. diakses 11 Agustus 2011. Saksono, Doni Riyadi, Andrea Hirata, dalam http://article-page.blogspot. com/2008/06/ profil-andrea-hirata.html, diakses 26 Juni 2011. Sanusi, Anwar, Jalan Kebahagiaan, Jakarta: IKAPI, 2006 Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2011
Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 2009 Sugihastuti dan Suharto, Kritik Sastra Feminis Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005 Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011 Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan Jakarta: Bina Aksara, 1988 Syar’i, Ahmad, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia , Jakarta: Balai Pustaka, 2005 Undang Undang Guru dan Dosen UU RI No. 14 Th. 2005, Jakarta: Sinar Grafika, 2010 Wiley,
John and Sons, simultaneously,th
inc.,
Competence
at
work,
Canada:
Published
www.laskarpelangi.forumation.net, diakses 29 Mei 2011. Zed,
Mestika, Metode Indonesia,2004
Penelitian
Kepustakaan,
Jakarta:
Yayasan
Obor
http://article-page .blogspot.com/2008/06/profil-andrea-hirata.html, diakses 26 juni 2011 http://fkipunisma.ac.id/telaah-nilai-nilai-pendidikan-novel-LaskarPelangi-danpemanfa atannya-dalam-pembelajaran-sastra/, diakses 02 Februari 2011. http://www.ziddu.com/download/2833278/Laskar_Pelangi.Full.pdf.html diakses 17 Juni 2011
. Friday, June 27, 2008 Andrea Hirata Posted by Doni Riyadi Saksono on 6:34 AM
Tak pernah ada dalam pikirannya, namanya sekarang menjadi pembicaraan orang terutama dari komunitas buku. Dua bulan yang lalu, ia hanyalah seorang pegawai yang berkutat dengan analisis keuangan di PT Telkom, Bandung, yang pada saat Aceh dilanda tsunami tergerak hatinya untuk menjadi seorang relawan. "Saya juga heran kenapa novel yang saya tulis dalam waktu 3 minggu itu, bisa menjadi pembicaraan orang banyak. Menulis merupakan dunia baru bagi saya yang tak pernah terbayangkan sebelumnya," ucap Andrea Hirata, penulis Novel Laskar Pelangi, yang dalam waktu 5 minggu terjual habis dan sekarang sedang menjalani cetak kedua. Sarjana lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan S2 dari Sheffield Hallam University, Inggris, mengaku sudah lama ingin menulis Laskar Pelangi, namun tidak pernah terwujud hingga suatu saat kejadian tsunami di Aceh membawanya menjadi relawan dan hatinya tersentuh melihat banyak sekolah yang hancur. Terinspirasi sebuah kisah nyata, ia pun mulai menulis novel yang bercerita tentang pengabdian dua orang guru (Pak Harfan dan Ibu Muslimah) dan sepuluh anak miskin, yang berjuang untuk bersekolah meski sekolahnya, SD Muhammadiyah Pulau Belitung (SD yang paling tua di Belitung dan miskin), terancam ditutup oleh pemerintah daerah.
Belitung sendiri meski terkenal sebagai Pulau Timah, namun tak dapat dinikmati oleh penduduk aslinya. Belitung adalah kabupaten kepulauan yang dikelilingi hampir 200 pulau besar dan kecil. Sejak akhir tahun 2000, kabupaten berpenduduk lebih dari 2 ratus ribu jiwa ini menjadi bagian dari propinsi Bangka Belitung. Beragam etnis hidup berdampingan di kawasan yang memiliki panorama indah ini.Meskipun mengaku tidak memiliki latar belakang sastra, namun sebagaimana ciri khas orang Melayu, Andrea terbiasa mendengarkan cerita dari para orang-orang tua di kampungnya yang bercerita tentang sejarah dan cerita-cerita klasik Melayu Belitung. Sehingga tak heran, dalam menulis Laskar Pelangi, Andrea memiliki gaya penuturan yang kuat, filmis dan cerdas. Ketika membaca Laskar Pelangi, Anda seakan menemukan Gabriel Garcia Marquez ketika ia bercerita tentang seorang dukun buaya bernama Bodenga, menemukan Nikolai Gogol ketika menuliskan karakter para anggota Laskar Pelangi dan ironi kehidupan penduduk asli Belitung. Atau seperti Alan Lightman saat menceritakan pertikaian ilmiah yang mempertentangkan teori fisika optik antara kawan sebangkunya Lintang yang jenius dengan seorang guru fisika. "Saat menulis novel ini, yang terpatri diotak saya adalah mengeluarkan semua yang ada dalam pikiran saya. Sebagai tempat curahan hati, saya pun menulis. Ternyata menulis itu mengasyikan dan membuat kita lupa waktu. Akhirnya, seperti sudah menjadi ritual, seusai pulang kantor, saya langsung menulis. Saat menulis saya tak mau tahu apakah tulisan saya itu bagus atau jelek, apakah tulisan saya itu sesuai dengan komposisi, yang penting adalah tulis, tulis dan tulis !," papar pria yang dari Sheffield Hallam University dengan predikat graduate with distinction. Sebenarnya, dengan membaca Laskar Pelangi, kita bisa mengetahui seperti apa masa kecil Andrea Hirata. Karena lewat tokoh si Ikal, Andrea hadir dalam novel tersebut. "Novel ini merupakan memoar tentang masa kecil saya, yang membentuk saya hingga menjadi seperti sekarang. Karena itulah saya sangat berterima kasih dapat bersekolah di sekolah miskin dan memperoleh persahabatan yang indah dari teman-teman saya. Tak lupa, terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua guru saya, yang tak pernah mengharapkan rasa terima kasih kecuali melihat siswanya menjadi orang yang berberhasil", jelas Andrea yang memberikan royalti novelnya kepada perpustakaan sekolah miskin. Novel ini sendiri direncanakan oleh Andrea merupakan trilogi. Karena itulah, ditengah kesibukannya menjadi pegawai negeri dan pembicara dalam diskusi mengenai Laskar Pelangi, ia terus menulis novel kedua dan ketiganya. Novel keduanya diberinya judul Edensor, yang merupakan kelanjutan dari masa-masa perjuangan Andrea bersama teman-temannya yang termarginalkan. Sedangkan buku ketiga, tentang patriarki dalam budaya orang Melayu. Keinginan lain Andrea atas novelnya adalah dibuatkan menjadi film. "Agar misinya tersampaikan. Jika ada yang mau membuat filmnya saya kasih gratis, tentunya dengan ada syarat bahwa pengambilan shooting harus dilakukan di Belitung sendiri, sesuai dengan novelnya. Saat ini memang sudah ada yang menawarnya untuk dijadikan film televisi, namun tanpa mengurangi rasa hormat kepada mereka, saya lebih berkeinginan novel ini menjadi film layar lebar", ucapnya sambil tersenyum. Ditengah euforia novel bertema chiklit, teenlit, dan metropop, kehadiran Andrea Hirata dan Laskar Pelanginya memang bagaikan oase ditanah kering. Ironi dan liku-liku hidup kedua guru dan kesebelas anak-anak, yang dijuluki ibu gurunya sebagai para "laskar pelangi", sungguh menggetarkan. Kesulitan yang mereka alami serta bagaimana beberapa dari mereka, antara lain Andrea sendiri, akhirnya dapat keluar dari kesulitan tersebut memberi benang merah pada novel ini sebagai sebuah bacaan yang sangat inspiratif dan mampu memberi kekuatan. Novel- Novel Andrea Hirata :
Laskar Pelangi
Sang Pemimpi
Edensor
Maryamah Karpov BIODATA
Nama Lengkap : Andrea Hirata (nama akrab : Ikal) Tempat/tanggal Lahir : Belitong, 24 Oktober Nama Orangtua : Bpk. Seman Said Harun dan Ibu N. A. Masturah Pendidikan : Master of Science Universite de Paris, Sorbonne, Prancis dan Sheffield Hallam, Inggris, bidang ekonomi telekomunikasi Hobi : Membaca dan naik bianglala Koleksi : DVD (film), buku-buku matematika Alamat Surat : Telkom Training Center, Jl. Gerlong Hilir 47 Gd N lantai 2, Bandung http://article-page.blogspot.com/2008/06/profil-andrea-hirata.html, 26 juni 2011
http://elearningsmkn1trucuk.wordpress.com/2009/07/23/kompetensi-guru-dalam-ranahpendidikan-islam/ kompetensi guru dalam ranah pendidikan islam Posted by elearningsmkn1trucuk pada Juli 23, 2009 Oleh : M.Nuryadin Edy Purnama, S.Sos.I *) Dalam tulisan ini saya ingin mencoba menajamkan kembali perspektif pendidikan agama islam tentang guru. Bacaan ini penting untuk dieksplore pada tulisan ini mengingat kedudukan guru PAI sebagai bagian tak terpisahkan dari manifesto pendidikan Islam di sekolah umum. Profesi guru dalaam pendidikan Islam dianggap sebagai profesi yang mulia. Bahkan kedudukan seorang guru adalah setingkat di bawah kedudukan para Nabi. Posisi guru yang mulia ini disebabkan peranya yang strategis dalam membimbing, mengarahkan dan memberi petunjuk sehingga orang lain selamat di dunia dan akherat. Sehingga Implikasi logis dari positioning guru yang mulia ini adalah adanya penghormatan dari siswa kepada gurunya. Penghormatan ini di satu sisi akan menguatkan brand image guru yang memang diperlukan dalam proses pendidikan. Namun demikian, penghormatan berlebihan kepada guru yang mewujudkan pada pengkultusan pribadi guru yang justru akan memasung sikap atau nalar kritis yang dimiliki oleh para muridnya. Diskripsi tipologi relasi guru dan siswa dalam khasanah islam konservatif (salafi) dapat kita baca dalam buku Ta‟lim al-Muta‟alim yang di karang oleh Alzarnuji. Dimana kitab salafi itu menjadi referensi penting dalam dunia pendidikan, namun di satu sisi oleh para aktifis pendidikan kitab itu mendapat kritikan yang tajam, karena content dari kitab itu sebagian menggambarkan relasi guru dan siswa yang sangat sakral dan dibatasi, dimana seoarang siswa tidak boleh bertanya kepada guru sebelum guru memberikan waktu, kemudian larangan membantah kepada guru dll. Dalam sejarah pendidikan islam peofesi guru memilki beberapa sebutan seperti al-qori ( qur‟an reader ), yakni mereka yang ahli membaca dan mengajarkan alqur‟an, al-muaddib (private teacher) yakni guru khusus bagi anak-anak khalifah atau para pembesar yang lain atau al-qos (story teller) yakni mereka yang profesinya menceritakan kisah-kisah masa lalu. Seiring dengan lahirnya lembaga pendidikan “
madrasah”, guru sering disebut al-ustadz atau al mudaris sengkan asisten guru disebut al-mu‟id, adapun istelah syeikh lebih sering dipakai untuk menyebut seorang yang sepuh atau alim dalam hal agama atau sebagaian juga sering disebut dalam dunia tasawuf. Al-ghazali mengemukakan beberapa sikap (kompetensi ) yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu (1) menyayangi siswanya layaknya menyayangi anaknya sendiri , (2) meneladani sikap nabi Muhammad SAW dengan tidak menuntut atau menghrap upah/balasan yang menjadi konsekwensi mengajar, (3) selalu memberikan nasehat kepada peserta didiknya, (4) menjaga siswanya dari akhlak buruk dengan cara yang santun dan penuh kasih kasih sayang, (5) mengajarkan sesuai dengan tingkat pemahaman siswa, tidak boleh mengajarkan materi yang terlalu berat bagi siswa, (6)mengimplemtasikan ilmu yang dimiliki, artinya antara perbuatan guru harus relevan dengan apa yang dikatakan atau diajarkannya, dan (8) sabar, tawadu‟ dan baik akhlaknya. Guru yang kurang sabar berarti dia tidak pantas jaddi guru. Guru yang yang sombong tidak akan memberikan manfaat apapun kepada siswa justru akan menjadi candu yang mengobesesi tabiat jelek anak didiknya kedepan. Ditulis Athiyah Al-Abrosy (dalam Slamet Yusuf:42) bahwasannya sifat-sifat yang seyogyanya dimiliki seorang guru: Guru harus menjadi bapak sebelum ia menjadi pengajar. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Hubungan guru dengan murid harus baik. Guru harus selalu memperhatikan murid serta pelajaran mereka. Guru harus peka terhadap lingkungan sekitar murid. Guru wajib menjadi contoh/teladan di dalam keadilan dan keindahan serta kemuliaan. Guru wajib ikhlas di dalam pekerjaannya. Guru wajib menghubungkan masalah yang berhubungan dengan kehidupan. Guru harus selalu membaca dan mengadakan penyelidikan. Guru harus mampu mengajar bagus penyiapannya dan bijaksana dalam menjalankan tugasnya. 9. Guru harus sarat dengan ide sekolah yang modern. 10. Guru harus punya niat yang tetap. 11. Guru harus sehat jasmaninya. 12. Guru harus punya pribadi yang mantap Ibnu Khaldum dalam mukadimahnya memberikan narasi tentang kompetensi apa yang harus dimilki oleh seorang guru yaitu perlunya guru memperhatikan “seni mengajar dan mendidik” seorang guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan yang diajarkan tetapi ia harus memilki pengetahuan tentang psiklogi anak mengetahui tingkat kesiapan belajar mereka dan bakat intelektual, sedangkan Ibnu Sina dalam perhatiannya tentang pendidikan lebih menekankan pentingnya memperhatian perbedaan-perbedaan individual (defferensial personality) untuk mengukur neraca pikir anak didik sehingga bisa menyesuaikan materi pelajaranya dengan kemampuan. Dari beberapa pendapat tokoh pendidikan Islam diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam sangat memperhatikan kompetensi kepribadian guru . Dalam pandangan mereka, kepribadian akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses pendidikan. Dalam diKtum Arab dikatakan bahwa “Proses itu lebih penting dari hasilnya”. Tampaknya kompetensi guru dalam perspektif pendidikan Islam banyak yang sesuai dengan kompetensi guru yang
dirumuskan oleh para ahli pendidikan umum. Kesesuaian ini terutama menyangkut tentang kompetensi kepribadian guru. Sementara itu hal-hal yang berkaitan dengan metodologi pengajara, seperti yang dirumuskan para tokoh Islam diatas, ada yang perlu disesuiaikan dengan teori pendidikan yang telah berkembang. Disnilah dapat kita baca secara jelas bahwa substansi dari PAI dapat dikategorikan sebagai pendidikan nilai (value education), karena misi utamanya adalah menanamkan nilai Islam ke dalam diri siswa atau peserta didik, di samping memberikan bekal pengetahuan tentang ilmu-ilmu keislaman. Oleh karena itu, penekanan utama adalah pada pembentukan (charcter building) siswa agar sesuai dengan kepribadian sebagaimana yang dikehendaki oleh Islam. Itulah sebabnya, PAI lebih menekankan pada ranah afektif dan psikomotorik daripada hanya sekedar kognitif seperti tercemin dalam kurikulum PAI tahun 1994. Instrument guru merupakan salah satu instrument terpenting dalam pendidikan nilai karena posisinya sebagai sumber identifikasi nilai moral atau sumber keteladanan bagi peserta didik. Itulah sebabnya, keberadaan guru PAI menjadi sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Keberadaan guru PAI tidak bias digantikan oleh sumber-sumber belajar yang lain, karena guru PAI tidak semata-mata berperan dalam kegiatan transfer of knowledges saja. Perspektif peran guru Pendidikan Agama Islam (PAI), memimjam istilah Ivor K. Davies, seorang penulis program pengajaran terkemuka, mengatakan bahwa pembaruan pendidikan tidak akan efektif tanpa mempersiapkan manusia yang akan membuat sistem pendidikan itu efektif. Davies, juga berpendapat hanya ada satu cara mengubah sistem pendidikan menjadi efektif yaitu dengan cara mengubah manusia yang akan mengelola pendidikan yang bersangkutan. Hal ini juga relevan dengan teori Piaget (1973), orang yang telah mengabdikan dirinya untuk memahami proses belajar pada anak-anak, mengomentari bahwa latihan tenaga kependidikan adalah sangat penting dalam rangka pembaruan pendidikan. Selagi latihan-latihan dan proses pendidikan guru tidak memuaskan, kurikulum yang bagaimanapun baiknya dan teori belajar yang bagaimanapun hebatnya, tidak akan mampu membantu anak didik dalam belajar. Wallahua‟lam bishshowab… *) M.Nuryadin Edy Purnama, S.Sos.I adalah guru PAI SMK Negeri 1 Trucuk, pemerhati masalah pendidikan Islam, tinggal di Klaten, tulisan yang sama juga dimuat di www.smkn1trucuk.sch.id
Andrea Hirata di “Kick Andy”
isyana — September 27, 2007 / 3:33 pm Topik: Profil Penulis Rabu (19/9) lalu, penulis tetralogi Laskar Pelangi, Andrea Hirata, hadir di studio Metro TV untuk pengambilan gambar program acara „Kick Andy‟. Tema acaranya sebenarnya tentang buku-buku yang menginspirasi, jadi ada beberapa penulis lain selain Andrea di sana, tapi mereka kebanyakan memang menulis di genre self-help/inspiration.
Cukup lama pengambilan gambarnya, sekitar dua jam. Tapi sebagian besar porsi waktunya memang ditujukan untuk Andrea. Kalau tidak salah, edisi ini akan ditayangkan 3 Oktober mendatang. Tapi, karena aku sempat datang ke sana, ini ada laporan pandangan mata (dan catatan) dari jawaban-jawaban yang diberikan Andrea. Awalnya, ia menceritakan tentang buku Laskar Pelangi yang dalam seminggu sudah cetak ulang itu. Ceritanya tentang memoar masa kecilnya dengan sahabat-sahabatnya yang dijuluki Laskar Pelangi oleh Ibu Muslimah, atau Ibu Mus, guru sekolahnya. “Segala sesuatu tentang buku ini emosional sekali,” kata Andrea. Kondisi sekolahnya amat sangat menyedihkan, jika malam digunakan untuk menyimpan ternak. Seragam anak-anaknya, copot semua kancing bajunya. Selain itu, sepatu mereka menggunakan plastik. Andrea juga bercerita tentang bagaimana Laskar Pelangi ini mulai bersahabat, bahwa mereka adalah sepuluh anak yang mendaftar di sebuah sekolah, SD Muhammadiyah, yang awalnya sudah mau ditutup karena kekurangan murid. Lalu cerita berlanjut tentang bagaimana mereka terus bertahan di sekolah dengan kondisi mengerikan itu dan terus bersahabat. “Ini sebenarnya sekolah yang hampir bubar, ketika ujian, kami dititipkan di sekolah lain. Secara administrasi, sekolah itu hampir tidak ada,” tambah Andrea. Pertanyaan berlanjut pada hari pendaftaran sekolah itu, persis seperti bab pertama Laskar Pelangi “Sepuluh Murid Baru”. Hari sudah siang, tapi murid yang mendaftar belum genap sepuluh, padahal kalau tidak mendapat sepuluh murid maka sekolah ini akan bubar. Di saat-saat kritis, muncullah murid yang mau mendaftar, seorang pemuda bernama Harun yang memiliki keterbelakangan mental dan menderita polio. Belitung, menurut Andrea, tidak memiliki fasilitas sekolah luar biasa. Oleh ibunya, Harun lalu dititipkan di sekolah, sebagai alternatif daripada mengejari ayam-ayam piaraan keluarganya. Tekad Andrea untuk menulis buku ini muncul saat suatu hari, di tengah hujan yang lebat, kelas bocor, Ibu Mus, perempuan perkasa itu, tidak segera datang. Murid-muridnya sudah ketakutan. Sampai akhirnya Andrea merasa legaaa sekali ketika melihat Ibu Mus datang berpayung pelepah pisang. “Satu hari nanti, saya harus menulis tentang beliau,” tegasnya. Tapi Andrea juga menegaskan, walaupun dasarnya adalah sebuah memoar, tapi ada fiksionalisasi yang terjadi. Ia menyebutnya sebagai „memoar yang dikemas dengan sastra dengan tambahan latar belakang sosio-kultural‟. Andrea juga secara spesifik berbicara tentang kawan sebangkunya, Lintang, yang dalam buku harus bolak-balik sejauh 80 km menggunakan sepeda yang sadelnya terlalu tinggi „hanya‟ demi ke sekolah. Lintang, dalam penilaian Andrea, adalah anak yang sangat cerdas. Andrea selalu berusaha setengah mati mencoba menyaingi Lintang, tapi selalu jadi nomor dua. “Nomor duanya abadi,” tambahnya. Andrea mengaku bahwa sepanjang hidupnya, ia terinspirasi oleh Lintang. “Seluruh hidup saya sebenarnya adalah balas dendam kekecewaan atas nasib Lintang. Saya tahu betuil kapasitas kecerdasan Lintang. Dia sebenarnya yang ingin sekolah ke Perancis. Saya belajar sampai jungkir balik karena tidak sepintar Lintang agar bisa sekolah ke sana,” kata Andrea. Lintang harus berhenti sekolah karena ayahnya meninggal. Sebagai anak laki-laki tertua dalam keluarga, kewajiban mencari nafkah akhirnya tertumpu padanya. Padahal ayahnya harus
menanggung hidup 14 nyawa. Terakhir kali bertemu Lintang, ia bekerja sebagai supir truk di sebuah daerah eksploitasi pasir gelas. Andrea mengakui bahwa „Laskar Pelangi‟ bukanlah sebuah buku yang berakhir bahagia, tapi realistis dalam menggambarkan kisah dan nasib orang Indonesia kebanyakan. “Saya menulis tentang konteks, bukan sekedar peristiwa. Tentang interpretasi fenomena dan hidup senyatanya, seadanya. Dan ini yang identik dengan nasib banyak orang. Ini mungkin „feel‟ yang didapat pembaca,” ujar Andrea. Buku ini, menurutnya, tak terpaku pada tren metropop atau isu urban dan hedonistik, tapi masuk pada esensi kepribadian orang sehingga pembaca mempersepsikan dirinya sendiri pada karakter-karakter di dalam buku. Sumber energinya yang terbesar dalam menulis buku ini adalah kecintaan Andrea pada Ibu Mus, sang guru. Bahwa pelajaran terpenting yang diberikan Ibu Mus adalah integritas dan cinta. “Beliau selalu bisa menghubungkan hal-hal kecil dengan substansi yang lebih besar,” kata Andrea. Saat kelasnya banjir akibat air hujan yang masuk lewat atap bocor, anak-anak Laskar Pelangi itu mengeluh, tapi Ibu Mus kemudian menunjukkan sebuah gambar di buku bahasa Belanda yang memuat foto sel Soekarno di Banceuy. “Lihatlah ruang yang suram ini, tapi Pak Karno terus belajar, membaca buku, dan dia adalah salah satu orang paling cerdas di negara ini,” Andrea menirukan Ibu Mus. Kebajikan-kebajikan yang diajarkan oleh Ibu Mus bukan sesuatu yang dikhotbahkan, tapi ia lakukan dengan memberi contoh. Adalah sesuatu yang wajar, menurut Andrea, untuk menulis buku seperti „Laskar Pelangi‟ jika kita bertemu dengan karakter seperti Ibu Mus, diajar oleh guru seperti beliau. Karena beliau memang guru yang luar biasa. Yah, sekian dulu laporan dariku. Masih penasaran dengan episode lengkapnya, tunggu siarannya ya. Post to: delicious, Digg, ma.gnolia, Stumbleupon www.metrotv.tv 12 mei 2011 Nilai-Nilai Pendidikan yang Diperankan Tokoh Novel Laskar Pelangi Bertolak pada deskripsi karakteristik tokoh novel Laskar Pelangi dan dihubungkan dengan nilainilai pendidikan yang telah diuaikan di muka, pada bagian ini dilakukan peninjauan nilai-nilai pendidikan masing-masing tokoh dengan berbagai penafsirannya. Menurut George F. Kneller (dalam Suwarno, 2006:20), pendidikan memiliki arti luas dan sempit. Dalam arti luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi perkembangan jiwa, watak, ataupun kemauan fisik individu. Dalam arti sempit, pendidikan adalah suatu proses mentransfirmasikan pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan-keterampilan dari generasi ke generasi, yang dilakukan oleh masyarakat melaui lembaga pendidikan seperti sekolah, perguruan tinggi, atau lembaga-lembaga lain. Penafsiran nilai-nilai pendidikan dari masing-masing tokoh, dapat penulis di bawah ini. Lintang
Motivasi belajar dari diri Lintang sangat luar biasa, keinginan kuat untuk menuntut ilmu membuat dia rela melakukan apapun agar bisa sekolah. Lintang begitu bersahaja di sekolah. Ia memperhatikan dengan seksama semua yang ada di sekelilingnya. Segala sesuatu yang menghalanginya untuk sampai ke sekolah ia singkirkan. Apapun itu, tak akan mampu menghalangi Lintang untuk bersekolah. Ia tetap memiliki semangat untuk sampai ke sekolah meski ia dihadang oleh buaya yang besar. Lintang tak mau kalah dengan buaya. Ia tidak akan membolos hanya gara-gara dihadang buaya. Meskipun ia sadar bahwa dirinya akan terlambat sampai di sekolah, ia akan tetap berangkat ke sekolah. Bukan sekali saja Lintang dihadang buaya. Tetapi ia tetap tak pernah membolos. Keinginannya menuntut ilmu mengalahkan rasa lelahnya mengayuh sepeda sepanjang delapan puluh kilometer pulang pergi. Segala bentuk halangan dan rintangan tak mampu menyurutkan langkah Lintang untuk bersekolah. Mahar Mahar seorang siswa yang sekaligus Sang Seniman kecil yang kreatif. Karyanya telah mengantarkan sekolah bobrok itu menjadi juara karnaval dan mengalahkan sekolah-sekolah yang bonafit. Mahar telah mengajarkan betapa suatu karya yang bagus bisa dihasilkan dengan caracara yang sederhana tanpa menguras banyak uang. “Serahkan semuanya pada Alam” kata-kata yang lucu walau agak menggetarkan dan mengingatkanku dengan Hukum terbesar Alkemis. Jika Kau benar-benar menginginkan sesuatu maka Alam semesta akan bersatu untuk membantumu. Memunculkan sesuatu yang luar biasa dari hal yang sederhana adalah Tipikal Jenius yang kreatif. Ayah Lintang Dia menggambarkan seorang ayah yang baik, tulus, dan sederhana. Gaya hidup sederhana bukan berarti merasa rendah diri yang berlebihan, tetapi justru harus berjiwa besar. Senada yang diungkapkan Fitria (2008:44) bahwa gaya hidup sederhana harus dilandasi sikap kesederhanaan pribadi individu manusia sebagai pelakunya. Selain sikap tersebut ayah Lintang juga mencurahkan semua kasih sayangnya kepada anaknya. Kasih sayang itu lebih-lebih dalam hal pendidikan dan mendidik anak, agak kelak dapat merubah nasib keluarganya. Ayah Lintang selalu mendukung pendidikan anaknya dengan cara-caranya sendiri. Dia tidak menginginkan nasib anaknya sama dengna nasibnya. Menjadi seorang nelayan dan buruh pendulang timah. Lintang bisa mengubah nasib keluarganya. Ibu Muslimah Bu Muslimah rela menolak tawaran mengajar di SD yang bonafit demi SD bobrok tempat mendidik orang-orang miskin. Sungguh sikap ini punya Nilai keluhuran yang tinggi. Dalam perjalanannya begitu banyak rintangan yang dihadapi Bu Mus, tetapi ia dengan tegar tetap bertahan mengajar di SD bobrok. Bu Mus sejak awal cerita ia menunjukkan sikap ingin sekali supaya SD itu tetap dibuka, beliau bahkan berniat mencari satu orang siswa lagi supaya cukup memenuhi syarat sepuluh. Bu Muslimah seorang sosok guru yang ramah, sabar dan telaten. Beliau bisa menjalankan peran guru dengan sempurna meskipun ditugaskan di sekolah pinggiran. Sikap perjuangannya sebagai pahlawan tanda jasa yang real digaji dengan beras lima belas kilogram setiap bulannya.
Pak Harfan Guru juga merupakan sosok penting yang memberikan motivasi dalam belajar. Dengan segala keterbatasan yang ada, para siswa bisa merasa begitu bahagia. Pak Harfan menanamkan semangat belajar yang tinggi kepada anak didiknya. Ia mengajarkan keberanian, semangat, dan kerja keras untuk mencapai cita-cita. Ia mengajarkan juga bahwa hidup haruslah berusaha memberi sebanyak-banyaknya bukan menerima sebanyak-banyaknya. Beliau adalah gambaran yang mewakili para orang bijak. Idealisme yang begitu menawan dengan keyakinan yang luar biasa benar-benar membuat SD itu tetap berdiri walau hanya punya sepuluh murid. http://fkipunisma.ac.id/telaah-nilai-nilai-pendidikan-novel-laskar-pelangi-danpemanfaatannya-dalam-pembelajaran-sastra/ 2 februari 2011
NOVEL Laskar Pelangi karya Andrea Hirata mencatat sukses luar biasa. Mungkin inilah novel paling fenomenal karya anak bangsa dalam sejarah sastra Indonesia. Sejak diterbitkan September 2005 oleh Bentang, novel itu sudah naik cetak hingga 17 kali dan terjual sekitar 200 ribu eksemplar. Sukses itu juga diikuti dua novel berikutnya yang menjadi bagian dari tetralogi Laskar Pelangi, yakni Sang Pemimpi dan Edensor. Satu novel lagi adalah Maryamah Karpov. Novel terakhir itu sudah selesai ditulis, tapi direncanakan baru terbit tahun depan. Jika digabungkan, oplah tiga novel tersebut hampir 500 ribu kopi. Itu baru di Indonesia saja. Sebab, Laskar Pelangi juga sudah dibeli oleh penerbit buku di Malaysia. Di negeri jiran buku itu langsung menjadi best seller. Setelah Malaysia, Singapura segera menyusul menerbitkan novel tersebut. Laskar Pelangi juga sudah dilirik sebuah penerbit dari Spanyol untuk diterbitkan di beberapa negara Eropa. Seiring dengan kesuksesan Laskar Pelangi, nama Andrea Hirata pun langsung melesat dalam jagat sastra Indonesia. Namanya menjadi perbincangan. Andrea pun makin sibuk memenuhi berbagai undangn talkshow, diskusi, bedah buku, maupun menerima penghargaan. Padahal, sebelumnya tidak banyak orang tahu, siapa itu Andrea Hirata. Orang Jepang? Laki-laki atau perempuan?
Sepintas namanya memang mirip nama orang dari negara Matahari Terbit. Tapi, sejatinya dia asli Melayu, berasal dari Pulau Belitung (sekarang masuk Provinsi Bangka Belitung). Kampung halamannya (dia lebih suka menyebut Belitong) inilah yang menjadi setting novel Laskar Pelangi. Andrea Hirata lahir pada 24 Oktober di Belitung. Sayang, dia merahasiakan tahun kelahirannya. "Tahunnya confidential (rahasia)," katanya kepada Radar Jogja (Grup Jawa Pos) di Kedai Kebun, Jogja. Andrea yang memakai baju hitam bergaris-garis putih tipis hari itu (8/12) berada di Jogja. Dia menjadi pembicara dalam diskusi Perempuan dan Sastra di Pusat Studi Wanita (PSW) UGM. Perjalanan karir dan proses kepengarangan Andrea agak unik. Setelah lulus SMA pada 1992, Andrea memutuskan keluar dari Belitung. Dia naik kapal laut menuju Jakarta. Dari ibu kota, dia malah terdampar di Bogor. Di kota hujan Andrea menjadi tukang sortir surat di kantor pos setempat. "Waktu itu namanya tenaga lepas harian atau TLH," kenangnya. Pada 1993, berbekal uang hasil menabung selama menjadi TLH, Andrea mengikuti ujian masuk perguruan tinggi (UMPTN). Dia memilih Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Indonesia (UI). Ternyata Andrea diterima. Bahkan, dia bisa menyelesaikan masa studi hanya dalam 3,5 tahun. Andrea pun lulus dengan menyandang predikat cum laude. "Kalau urusan sekolah, saya memang serius karena dari dulu saya senang belajar," katanya. Lulus dari FE UI, Andrea mendapat beasiswa Uni Eropa untuk studi master of science di Université de Paris, Sorbonne, Prancis dan Sheffield Hallam University, Inggris. Tesis Andrea di bidang telekomunikasi ekonomi mendapat penghargaan dari dua universitas tersebut dan kembali lulus cum laude. "Sebenarnya ada tawaran lagi untuk mengambil S-3. Tapi, saya tolak.
Ketinggian. Saya khawatir nanti tidak bisa memberikan kontribusi yang sepadan. S-2 saja sudah cukup tinggi," katanya. Karena itu, begitu S-2-nya selesai, Andrea memilih kembali ke tanah air dan bekerja di PT Telkom. Sebelum di Bandung, dia sempat berdinas di PT Telkom Surabaya selama dua tahun. Menjadi penulis sama sekali bukan cita-citanya. Jangankan menulis, membaca karya-karya sastra saja, Andrea hampir tidak pernah. Dia lebih menyukai buku-buku sains dan teknologi. "Baru satu karya sastra yang saya baca," katanya. Karena itu, dia menolak dianggap sebagai sastrawan atau penulis. Laskar Pelangi sebetulnya juga bukan dimaksudkan untuk ditulis menjadi sebuah novel. Itu sebuah memoar masa kecil Andrea ketika masih bersekolah di sebuah SD di Belitung. Buku itu dia tulis untuk gurunya: Ibu Muslimah Hafsari. Satu ketika, kenang dia, Andrea dan teman-teman sekelas menunggu Bu Muslimah di depan kelas. Waktu itu hujan sangat deras. Mereka menunggu-nunggu dengan rasa cemas, takut sang guru idola tidak datang. "Tiba-tiba dari sudut lapangan sekolah muncul beliau berjalan kaki sambil berpayungkan daun pisang. Kami semua gembira melihat kedatangan beliau. Dan, saat itu, dalam hati saya berjanji bahwa saya harus menulis tentang beliau," cerita Andrea. Sebagai karyawan PT Telkom yang sibuk, Andrea tak kunjung menulis cerita untuk Bu Mus. Sampai suatu saat ketika baru pulang menjadi relawan di Aceh, Andrea dikabari teman-temannya di Belitung bahwa Bu Mus sakit keras. "Katanya sudah parah banget," tutur Andrea. Mendengar kabar tersebut, Andrea ingat dengan janjinya beberapa tahun lalu. Gejolak untuk memberikan penghargaan kepada gurunya pun kembali meruap. Andrea akhirnya bersicepat menulis, berpacu dengan waktu karena takut terjadi apa-apa dengan Bu Mus. Dalam waktu tiga bulan,
tulisan itu selesai. Tulisan itu kemudian diperbanyak untuk dibagi-bagikan sesuai jumlah teman dan gurunya di Belitung. "Lalu saya jilid dan saya juga kasih cover sendiri," tambah Andrea. Mengapa cerita itu sampai menjadi novel yang sukses, menurut Andrea, bukan suatu kesengajaan. Bermula ketika laptop Andrea tertinggal di kamarnya. Andrea meminta salah seorang teman di Telkom mengambilkannya. Saat mengambil laptop, teman itu melihat naskah Laskar Pelangi di dalam kamar Andrea, Setelah membaca naskah tersebut, teman Andrea terkesima dengan cerita di dalamnya. Diam-diam dia mengirimkan naskah itu ke penerbit tanpa setahu Andrea. Hingga, suatu hari, Andrea ditelepon pimpinan penerbit Bentang Gangsar Sukrisno yang memuji naskah Laskar Pelangi dan berniat menerbitkannya. "Naskah ini luar biasa. Tapi, Anda siapa?" kata Andrea menirukan pertanyaan Sukrisno. Misalnya, Gus TF Sakai, Seno Gumira Ajidarma, dan Cok Savitri. "Dibanding mereka saya belum ada apa-apanya," ujar Andrea merendah. Sukses Laskar Pelangi ternyata menarik minat produser film untuk mengangkatnya ke layar lebar. Dari beberapa produser yang meminangnya, Andre memilih Mira Lesmana dan Riri Reza sebagai sutradara film Laskar Pelangi. Andrea menyadari, banyak pembaca novelnya yang tidak setuju Laskar Pelangi diangkat ke layar lebar. Sebab, ada kekhawatiran, filmnya tidak akan seperti di buku. Bahkan, kata Andrea, dalam sebuah diskusi di Bandung, sang moderator mengajukan pertanyaan kepada audien, siapa yang tak setuju Laskar Pelangi difilmkan. "Hampir semua mengangkat tangan," tuturnya. Andrea bisa memahami kekhawatiran tersebut. Meski bakal banyak mendapat tentangan dari para pembaca novelnya, Andrea bergeming dengan keputusannya.
"Saya ingin dapat touch dari sineas yang punya perspektif lain terhadap Laskar Pelangi. Sebab, ini kisah tentang semangat manusia. Dan, itu harus terpajang jelas dalam film," katanya. NOVEL Laskar Pelangi karya Andrea Hirata mencatat sukses luar biasa. Mungkin inilah novel paling fenomenal karya anak bangsa dalam sejarah sastra Indonesia. Sejak diterbitkan September 2005 oleh Bentang, novel itu sudah naik cetak hingga 17 kali dan terjual sekitar 200 ribu eksemplar. Sukses itu juga diikuti dua novel berikutnya yang menjadi bagian dari tetralogi Laskar Pelangi, yakni Sang Pemimpi dan Edensor. Satu novel lagi adalah Maryamah Karpov. Novel terakhir itu sudah selesai ditulis, tapi direncanakan baru terbit tahun depan. Jika digabungkan, oplah tiga novel tersebut hampir 500 ribu kopi. Itu baru di Indonesia saja. Sebab, Laskar Pelangi juga sudah dibeli oleh penerbit buku di Malaysia. Di negeri jiran buku itu langsung menjadi best seller. Setelah Malaysia, Singapura segera menyusul menerbitkan novel tersebut. Laskar Pelangi juga sudah dilirik sebuah penerbit dari Spanyol untuk diterbitkan di beberapa negara Eropa. Seiring dengan kesuksesan Laskar Pelangi, nama Andrea Hirata pun langsung melesat dalam jagat sastra Indonesia. Namanya menjadi perbincangan. Andrea pun makin sibuk memenuhi berbagai undangn talkshow, diskusi, bedah buku, maupun menerima penghargaan. Padahal, sebelumnya tidak banyak orang tahu, siapa itu Andrea Hirata. Orang Jepang? Laki-laki atau perempuan? Sepintas namanya memang mirip nama orang dari negara Matahari Terbit. Tapi, sejatinya dia asli Melayu, berasal dari Pulau Belitung (sekarang masuk Provinsi Bangka Belitung). Kampung halamannya (dia lebih suka menyebut Belitong) inilah yang menjadi setting novel Laskar Pelangi.
Andrea Hirata lahir pada 24 Oktober di Belitung. Sayang, dia merahasiakan tahun kelahirannya. "Tahunnya confidential (rahasia)," katanya kepada Radar Jogja (Grup Jawa Pos) di Kedai Kebun, Jogja. Andrea yang memakai baju hitam bergaris-garis putih tipis hari itu (8/12) berada di Jogja. Dia menjadi pembicara dalam diskusi Perempuan dan Sastra di Pusat Studi Wanita (PSW) UGM.
Laskar Pelangi adalah memoar masa kecil Andrea Hirata. Berkisah tentang 10 anak SD Muhammadiyah Belitung yang kemudian dijuluki Laskar Pelangi dalam memperoleh pendidikan. Guru mereka, Bu Muslimah, yang sangat dihormati oleh Andrea sangat perhatian kepada murid-muridnya. Jadi, peristiwa yang ditulis di novel tersebut adalah faktual, benar-benar ada, meski peristiwanya terjadi puluhan tahun lalu. Andrea menceritakannya dengan begitu detail. "Bagi anak kecil, peristiwa yang traumatis akan sangat membekas sampai kapan pun," katanya. Beberapa pembaca mengaku sangat terinspirasi dengan novel ini. Terutama oleh sosok Bu Guru Muslimah. Seorang perempuan aktivis Aisyiyah dalam diskusi di PSW mengaku sangat terinspirasi oleh Bu Muslimah. Sampaisampai ketika memberikan pelatihan kepada guru-guru di desa, dia menggunakan novel Laskar Pelangi sebagai referensi untuk menggugah semangat para guru di sana. Karena banyak pembaca yang menanyakan kelanjutan kisah tokoh-tokoh dalam Laskar Pelangi, Andrea lalu membuat novel kedua Sang Pemimpi dan ketiga Edensor dari empat novel yang dia rencanakan. Sambutan terhadap dua novel itu juga luar biasa. Edensor bahkan masuk dalam nominasi lima besar karya sastra terbaik
Katulistiwa Literaly Award (KLA) 2007. Andrea tidak menyangka novelnya bakal masuk nominasi. "Bagi saya, masuk 10 besar saja sudah merasa menang. Eh, sekarang malah lima besar," katanya. Andrea memang bangga Edensor masuk nominasi KLA. Apalagi, saingannya adalah para penulis yang memang sudah lama bergelut di dunia sastra. Misalnya, Gus TF Sakai, Seno Gumira Ajidarma, dan Cok Savitri. "Dibanding mereka saya belum ada apa-apanya," ujar Andrea merendah. Sukses Laskar Pelangi ternyata menarik minat produser film untuk mengangkatnya ke layar lebar. Dari beberapa produser yang meminangnya, Andre memilih Mira Lesmana dan Riri Reza sebagai sutradara film Laskar Pelangi Download Full novel
http://www.ziddu.com/download/2833278/Laskar_Pelangi__Full.pdf.html Pemanfaatan Nilai-Nilai Pendidikan Novel Laskar Pelangi pada Pembelajaran Sastra Sebelum membahas pemanfaatan nilai-nilai pendidikan novel Laskar Pelangi dari sisi pembelajaran, ada sebaiknya penulis uraikan terlebih dahulu sekilas hakekat karya sastra serta pandangan pembelajaran sastra secara umum sebagai dasar pijakan untuk membahas pemanfaatan nilai-nilai pendidikan novel Laskar Pelangi dari sisi pembelajaran. Pada hakekatnya karya sastra pada setiap jenisnya mengandung kepekaan-kepekaan baik dari sisi lambang bahasa yang digunakan maupun representasinya. Karya sastra sarat akan muatan memetik dan gambaran lingkungan kehidupan masyarakat. Karena itu untuk menikmati karya sastra harus dihayati dari relung hati yang mendalam, dan tidak hanya sekedar dipahami dari unsur luarnya saja, seperti apa adanya yang dituliskan dalam hasil karya sastra (Grace, 1965:29). Seiring dengan konsep dasar hakekat sastra tersebut, kurikulum KTSP memberikan landasan mengenai tujuan pembelajaran sastra sebagai berikut: Pembelajaran sastra dimaksudkan untuk meningkatkan kemajuan siswa dalam mengapresiasi karya sastra. Kegiatan mengapresiasi karya sastra berkaitan mempertajam perasaan, penalaran, dan daya khayal dan kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup (KTSP SMK Muhammadiyah 2 Malang, 2006). Seperti telah diuraikan di muka, mengenai kakekat karya sastra novel Laskar Pelangi sebagai pada umumnya mengapstraksikan gambaran masyarakat. Oleh karena itu dalam menghayati dan mengapresiasi novel tersebut tidak hanya sekedar dinikmati dari sisi luarnya saja, tetapi harus dipahami secara mendalam nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dari telaah pendidikan karekter masing-masing tokoh, novel Laskar Pelangi akan dapat memberikan pelajaran pada siswa, guru, wali murid maupun institusi pendidikan sebagai berikut.
Kekuatan novel ini terletak pada sentilan humanioa tentang pentingnya pendidikan sekolah dan sekaligus kuatnya moral agama. Novel Laskar Pelangi memberikan pelajaran pada siswa untuk lebih tekun dalam menuntut ilmu. Pada kahehatnya seberapa tingkat keberhasilan siswa dapat ditentukan dari sejauh mana dia mau berusaha. Di contohkan melaui tokoh Lintang. Dia menempuh jarak yang jauh dengan bersepeda tetapi ia selalu yang pertama datang ke sekolah. Semua itu dengan adanya motivasi internal yang muncul pada dirinya. Kita kembalikan pada kenyataan remaja sekarang ini, sudahkah tokoh Lintang tersebut tertanam pada setiap generasi muda kita? Novel Laskar Pelangi jua mengunggkap betulusan para pendidik dalam mengemban tanggungjawabnya. Dilukiskan dalam tokoh tersebut Bu Mus dan Pak Harfan. Sudahkah nilai-nilai luhur dan pancasila termin oleh guru-guru kita saat ini? Sungguh sikap Bu Muslimah dan Pak Harfan punya Nilai keluhuran yang tinggi. Dalam perjalanannya begitu banyak rintangan yang dihadapi Bu Mus, tetapi ia dengan tegar tetap bertahan mengajar di SD bobrok. Kalau kita kembalikan pada fakta-fakta saat ini mungkin hanya ada seribu satu yang memiliki nilai-nilai lugur dari mereka. Novel ini memberi suri tauladan bagi para orang tua murid untuk peduli terhadap keberhasilan pendidikan. Ayah Lintang contohnya, ia tetap menyekolahkan anaknya meskipun keadaan ekonomi keluarganya sulit dan jarak rumah dengan sekolah pun berpuluh-puluh kilometer yang hanya ditempuh dengan sepeda. Kita bandingkan dengan kenyataan saai ini. Para orang tua murid tidak peduli terhadap keberhasilan pendidikan anak-anaknya. Mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing sehingga anak-anak merekan terlantarkan. Kiranya novel Laskar Pelangi ini dapat menjadi suri tauladan bagi mereka para orang tua murid. Kondisi fisik gedunggedung sekolah saat ini jauh lebih megah dari pada sekolah SD Muhammadiyah yang dilukiskan dalam novel Laskar Pelangi di atas. Namun demikian, sepertinya tidak sedikit dari mereka yang bisa mengoptimalkan fungsi dari fasilitas yang ada. Kita bayangkan gambaran SD Muhammadiyah Bangunan yang seperti mau roboh dan kalau malam jadi kandang kambing, Guru yang awalnya hanya tiga orang hingga akhirnya tinggal satu orang, fasilitas yang serba kekurangan bahkan tidak ada sama sekali. Sudahkan hal tersebut ada dalam diri kita masing-masing? Dengan demikian, marilah kita sebagai gererasi penerus bangsa baik sebagai siswa, guru, wali murid, maupun lembaga-lembaga yang peduli terhadap pendidikan saling berbenah diri. Saling menata dan intropeksi diri, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan maksimal. www,laskarpelangi.forumation.net 29 mei 2011
BIODATA DIRI
Nama
: Khoirotul Mustabsyiroh
NIM
: 073111101
Jurusan/Fakultas
: PAI/Tarbiyah
Alamat
: Desa Bulusari RT 02/RW 03 Kec. Sayung Kab. Demak
Nama Orang Tua Ayah
: Shofwan
Ibu
: Rasminah
Alamat
: Desa Bulusari RT 02/RW 03 Kec. Sayung Kab. Demak
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Semarang, 25 Nopember 2011 Penulis,
Khoirotul Mustabsyiroh NIM. 073111101
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Khoirotul Mustabsyiroh
Tempat/ Tanggal Lahir
: Demak, 11 Mei 1989
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status
: Mahasiswa
Alamat
: Desa Bulusari RT 02/RW 03 Kec. Sayung Kab. Demak
Riwayat Pendidikan 1. MI Islamiyyah Bulusari
Lulus Tahun 2001
2. MTs Darul Ulum Bulusari
Lulus Tahun 2004
3. MA Futuhiyyah 2 Mranggen
Lulus Tahun 2007
4. IAIN Walisongo
Angkatan 2007
Demikian Daftar Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Semarang, 25 Nopember 2011 Penulis,
Khoirotul Mustabsyiroh NIM. 073111101