KAJIAN SISTEM DAN MODEL INTEGRASI TANAMAN DAN TERNAK DI LAHAN PEKARANGAN Jacob Nulik dan Debora Kana Hau Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nusa Tenggara Timur (NTT) ABSTRAK Kejadian rawan pangan dan gizi di Nusa Tenggara Timur akhir-akhir ini semakin banyak, sebagai akibat dari kondisi kekeringan dan kurangnya pemahaman masyarakat tentang penyediaan makanan yang bergizi, terutama bagi anak-anak dan keluarga di pedesaan pada umumnya. Lahan pekarangan sebenarnya jika diusahakan dengan baik dapat memenuhi kebutuhan gizi keluarga dan sebagai sumber tambahan pendapatan. Terdapat beberapa pilihan komoditas yang berpeluang dikembangkan di lahan pekarangan antara lain dengan mengusahakan berbagai pilihan tanaman (perkebunan, buah-buahan, tanaman pangan, sayursayuran, dan tanaman rempah-rempah) dan ternak (kambing, babi, ayam buras dan bahkan ternak sapi) yang pengelolaannya dilakukan secara terintegrasi sehingga dapat saling menunjang dalam suatu sistem Crop Livestock (CLS), saling mendukung. Beberapa tanaman lokal dan introduksi yang telah beradaptasi dengan baik pada kondisi wilayah ini dapat dimanfaatkan dalam sistem ini (CLS di lahan pekarangan) guna pemenuhan gizi dan obat-obatan keluarga, maupun sebagai sumber tambahan pendapatan keluarga. Kata kunci: Integrasi, ternak, pekarangan dan gizi keluarga. PENDAHULUAN Lahan pekarangan berpotensi sebagai sumber pendapatan dan nutrisi bagi keluarga tani di pedesaan dan bahkan dapat menjadi apotik hidup bagi keluarga yang menyediakan rempah dan obat-obatan hayati yang aman bagi kesehatan. Di pedalaman NTT, luas lahan pekarangan (Kintal) yang dimiliki petani berkisar antara 1.250 m2 (25m x 50m) s/d 0,5 ha dan bahkan mencapai 1 ha. Dapat juga rumah tinggal dibangun di lahan kebun sehingga ukuran lahan pekarangan menjadi cukup luas untuk mengusahakan sebagai lahan usahatani potensial. Lahan pekarangan dapat diisi dengan tanaman dan ternak dalam skala rumah tangga. Tanaman dapat berupa: sayuran, buah-buahan, tanaman umur panjang lainnya (tanaman perkebunan), maupun tanaman pangan (jagung, sorgum, ubi-ubian, dan atau kacang-kacangan), serta tanaman rempah dan obat-obatan. Ternak dapat berupa: unggas (itik atau ayam buras), kambing (untuk daging atau susu), dan bahkan ternak sapi (jarang dilakukan karena luasan pekarangan yang terbatas). Integrasi ternak di lahan pekarangan dapat merupakan sumber pupuk organik, tabungan bagi keluarga, pendapatan tunai serta suber gizi keluarga. Akhir-akhir ini trend usahatani yang mengintegrasikan ternak-tanaman dalam satu sistem makin marak dibicarakan dalam berbagai seminar dan workshop, yang dikenal dengan Crop Livestock System (CLS). Integrasi tanaman-ternak (CLS) dapat meningkatkan produksi total dari sebuah ekosistem (dalam fokus penulisan ini, lahan pekarangan), karena ternak dapat memanfaatkan limbah tanaman dan sisa-sisa dapur, sementara tanaman dapat memanfaatkan kotoran ternak (kandang) sebagai sumber nutrisi bagi pertumbuhan dan produksi tanaman. Integrasi tanaman-ternak juga meningkatkan peluang keberlanjutan usahatani. Aliran energi dan bahan menentukan kestabilan ekosistem lahan miring, yang dominan di NTT. Dalam sistem tertutup ini di mana energi dan nutrisi dapat didaur-ulang hingga menyebabkan adanya peluang lebih besar untuk berlanjutnya asahatani dibandingkan dengan sistem terbuka di mana nutrisi dan energi dapat hilang, dan karena itu selalu membutuhkan input yang tinggi untuk mempertahankan produktivitas. Lahan pekarangan jika dimanfaatkan dengan efektif dan efisien dapat memberikan sumbangan pendapatan sampai dengan 50% dari pendapatan keluarga. Lebih penting lagi
pemanfaatan lahan pekarangan berpeluang besar untuk mengatasi permasalahan rawan pangan dan kekurangan gizi bagi keluarga tani di pedesaan bahkan dengan memanfaatkan lahan-lahan marjinal yang dimiliki keluarga tani. MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK Model integrasi tanaman-ternak yang dapat dianjurkan untuk NTT adalah integrasi tanaman-ternak yang dapat dilaksanakan di lahan kering dan lahan marjinal. Integrasi tanaman ternak di NTT perlu mempertimbangkan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air karena dominan topografi lahan di NTT adalah bergelombang, berbukit sampai bergunung. Integrasi ternak menjadi penting karena ternak dapat bertindak sebagai sumber pendapatan selama kemarau ketika kebanyakan tanaman tidak menghasilkan disebabkan kelangkaan ketersediaan air selama kemarau. Ternak dapat merupakan penyumbang yang sangat penting bagi keperluan-keperluan uang dalam jumlah yang relatif besar bagi petani dan keluarganya, walaupun pemeliharaannya hanya sebagai pengisian waktu-waktu luang anggota keluarga. Tanaman Integrasi dan Informasi Teknologi Tersedia Tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk mengisi lahan pekarangan akan bergantung kepada kebutuhan atau keinginan petani, peluang pasar dan dalam banyak hal bergantung pada kesesuaian lahan dan ketersediaan air. Jika air tersedia di lahan pekarangan (berupa sumur atau dekat dengan aliran sungai) maka pengusahaan lahan pekarangan dapat semakin intensif (dapat dikerjakan sepanjang tahun pada musim hujan maupun kemarau). Tanaman yang dapat diusahakan di lahan pekarangan dapat berupa tanaman sayuran (sawi, bayam, kangkung darat, terong, kacang panjang, kacang parang, kelor), tanaman buah-buahan (jambu, belimbing, mangga, nangka, pepaya, pisang, melon, semangka, alpukat, jeruk, salak dan lainnya), tanaman umur panjang lainnya (kelapa, pinang, sirih, belimbing wuluh, jarak pagar dan lainnya), tanaman pakan (lamtoro, turi, gamal, stylosanthes, rumput raja, rumput benggala, rumput cipelang, rumput gamba dan lainnya). Pemanfaatan tanaman disesuaikan dengan kondisi lahan, ketersediaan air dan keinginan atau kebutuhan petani maupun peluang pemasaran hasil usaha tanaman. Pada lahan-lahan miring diperlukan penataan tanaman tertentu menurut kontur lahan agar dapat berperan sebagai media konservasi dalam mencegah erosi dan meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah. Tanaman umur panjang dari jenis buah-buahan dapat ditata sebagai tanaman pembentuk lorong (hedge) dengan jarak tanam yang diatur demikian agar tidak memberikan naungan yang terlampau padat sehingga pengusahaan tanaman sayuran atau tanaman pangan masih dengan leuluasa dilakukan (dianjurkan jarak antar tanaman 7-10 m dalam hedge sedangkan antar hedge disesuaikan dengan kemiringan lahan). Jarak tanaman keras antar hedge dapat di perlebar secukupnya agar mengurangi efek naungan, dan jika kemiringan lahan membutuhkan hedge dengan jarak yang lebih dekat, maka hedge antara dapat menggunakan tanaman pakan (lamtoro, gamal, kaliandra, atau rumput-rumputan berumpun tegak tidak menjalar) yang dapat dipangkas tertatur guna memberikan kesempatan masuknya sinar matahari secara cukup bagi tanaman dalam lorong. Tanaman pakan seperti lamtoro, gamal, kaliandra, turi dan rumputrumputan dapat dipangkas sampai maksimal untuk menyediakan cukup sinar masuk dan dapat dimanfaatkan hijauannya sebagai pakan atau pupuk hijau. Tanaman Jarak Pagar di Lahan Pekarangan Jika lahan pekarangannya memerlukan tanaman pagar yang baik untuk menghalangi masuknya ternak dari luar sehingga tidak menggangu tanaman yang diusahakan di dalam lahan pekarangan, maka tanaman yang dapat digunakan sedapat mungkin tanaman yang dapat dimanfaatkan hasilnya dan tidak diganggu ternak. Tanaman ini yang paling tepat adalah tanaman jarak pagar. Jarak pagar (Jatropha curcas L.) merupakan tanaman pagar yang baik karena tidak disukai ternak dan dapat tumbuh cepat (dalam setahun jika ditanam batang telah dapat menghasilkan biji) dan hasil bijinya dapat menghasilkan minyak jarak sebagai pengganti bahan bakar bagi lampu dan kompor dan dapat diproduksi dalam skala rumah tangga jika alat press sederhana dapat disediakan. Jika biji jarak dapat dihasilkan dalam jumlah banyak dalam desa, kecamatan, atau kabupaten, maka produksi bio-diesel dapat dilakukan yang memerlukan proses
kerja yang Lebih rumit, namun masih dalam batas kemampuan untuk dilakukan di desa oleh kelompok tani yang difasilitasi oleh pemerintah atau LSM atau oleh pengusaha lokal. Tanaman Kelor di Lahan Pekarangan Tanaman kelor (Moringa oleifera) dapat juga dimanfaatkan sebagi tanaman pembentuk hedge atau ditanam dalam jumlah terbatas (2-4 pohon) di lahan pekarangan dan dekat tempat air buangan rumah tangga (tempat cuci piring atau kamar mandi) sehingga selalu dapat bertumbuh dan menghasilkan daun muda yang dapat dimanfaatkan sebagai sayur jika dipangkas secara teratur. Tanaman kelor mempunyai berbagai manfaat. Daunnya dapat dijadikan sayur dengan nilai nutrisi yang tinggi (mempunyai kandungan vitamin A yang lebih tinggi dari wortel, mempunyai kandungan vitamin C yang lebih tinggi dari jeruk, mempunyai kandungan protein dan kalsium yang lebih tinggi dari air susu) dan di beberapa negara di Afrika dimanfatkan dalam program penanggulangan gizi buruk, terutama untuk anak dan ibu yang sedang menyusui bayi karena dapat meningkatkan produksi dan memperlancar aliran ASI. Biji kelor dapat digunakan sebagai bahan pemurni air, karena mempunyai sifat koagulan, dan dapat membunuh bakteri koli serta dapat juga menghasilkan minyak goreng atau campuran dalam pembuatan bio-diesel. Polongnya yang muda juga dapat dijadikan sayur. Tanaman Buah di Lahan Pekarangan Tanaman buah yang dapat dijadikan tanaman pembentuk lorong atau tanaman hedge antaralain adalah mangga, nangka, sirsak, anona atau alpukat. Tanaman mangga dan anona termasuk tanaman yang sangat tahan kekeringan untuk kondisi iklim di NTT. Tanaman anona mudah dibudidayakan karena tidak memerlukan perawatan yang rumit dan daunnya tidak disukai ternak sehingga aman ditanam di tempat yang sering mendapat gangguan ternak, dan baik juga untuk dijadikan tanaman pagar produktif. Tanaman alpukat menghasilkan buah yang baik dikonsumsi untuk kesehatan namun saat ini pengembangannya di NTT mulai menurun karena pasarannya yang kurang menjanjikan (Nulik dkk., 2005). Di NTT terdapat jenis alpukat dengan kualitas sangat baik (kandungan lemaknya yang tinggi, tekstur daging buah yang sangat halus dan lunak, yang dapat dijumpai di Kabupaten Sikka (Nulik dkk., 2005). Sosialisasi tentang nilai nutrisi dan manfaat alpukat bagi kesehatan perlu digalakkan lagi. Nilai nutrisi buah alpukat dapat dilihat pada Tabel berikut. Tanaman sirsak mempunyai nilai jual yang cukup baik untuk pasar lokal di NTT. Walaupun relatif membutuhkan curah hujan yang lebih dibandingkan dengan tanaman anona, namun sebagai tanaman dengan perakaran yang dalam, tanaman ini cukup tahan pada kondisi kering NTT dan biasanya banyak menghasilkan buah selama musim hujan yang dapat dipanen pada awal sampai pertengahan kemarau. Buahnya sangat digemari sebagai bahan juice karena diyakini mampu mengatasi masalah penyakit asam urat. Tabel 1. Kandungan nutrisi buah alpukat dalam 100 g daging buah Nutrisi Kuantitas Nutrisi Kuantitas Nutrisi Kalori 177 kkal Magnesium 41.0 mg Vitamin A Protein 2.11 g Fosfor 42.0 mg Vitamin C Karbohidrat 6.91 g Potasium 634 mg Thiamin Lemak jenuh 2.59 g Sodium 12 mg Riboflafin Lemak jamak 2.04 g Seng (Zn) 0.42 mg Niasin tidak jenuh Lemak tunggal 11.21 g Tembaga 0.27 mg Asam tidak jenuh pantotenik Kalsium 11 mg Mangan 0.24 mg Vitamin B6 Fe/besi 1.18 mg Folasin
Kuantitas 612 IU 7.9 mg 0.11 mg 0.12 mg 1.92 mg 0.97 mg 280 mcg 65.5 mcg
Tanaman Sayuran di Lahan Pekrangan Sayuran yang dapat dianjurkan untuk lahan pekarangan, selain kelor (dalam bentuk tanaman umur panjang), adalah jenis-jenis sayuran umur pendek seperti sawi atau sayur putih, kangkung darat, bayam (hijau dan merah), terong, dan kacang panjang. Untuk daerah pedesaan
yang dianjurkan adalah tanaman-tanaman sayuran yang mempunyai kemampuan menghasilkan biji yang baik sehingga petani dapat dengan mudah dan murah menyediakan benih bagi kebutuhan sendiri. Karena hal ini, kebanyakan petani di NTT sering mengusahakan tanaman jenis kacang-kacangan, bayam dan terong di mana petani dapat menyiapkan benih bagi penanaman berikutnya. Sayur bayam merah selain diyakini baik bagi kesehatan (sebagai ramuan tradisional penambah darah), diamati menghasilkan sayuran yang berkualitas lebih baik dibandingkan dengan bayam hijau yang ada di NTT. Bayam merah dengan usia tanaman yang sama (2-3 bulan) menghasilkan sayuran yang lebih lunak ketika dimasak dibandingkan dengan bayam hijau (personal observation). Bayam merah yang ada saat ini di Timor dapat dilihat dalam Gambar berikut, yang dapat mencapai tinggi 1,9 m dan masih terus bertumbuh mengasilkan pucuk muda yang masih layak untuk dijadikan sayuran untuk konsumsi rumahtangga (belum berbunga). Karena masa pertumbuhan vegetatifnya yang panjang ini (belum berbunga) dibandingkan dengan bayam hijau (telah berbunga pada tinggi tanaman 1-1,25 m) yang mengakibatkan masih lunaknya bayam merah ketika disayur dibandingkan dengan yang jenis hijau. Gambar ini diambil pada kondisi musim hujan, dan umur pertanaman telah lebih dari 2 bulan. Secara umum, tanaman bayam dapat meningkatkan kerja ginjal dan melancarkan pencernaan. Bayam termasuk sayuran berserat yang dapat digunakan untuk memperlancar proses buang air besar. Daun bayam digunakan untuk pengobatan membersihkan darah sehabis bersalin, memperkuat akar rambut, mengatasi tekanan darah rendah, kurang darah (anemia), dan gagal ginjal. Akar digunakan untuk pengobatan disentri (Koran Merapi Online, 2005). Selanjutnya diberikan sebuah resep untuk mengatasi kurang darah: cuci tiga genggam daun bayam merah, lalu tumbuk sampai halus. Tambahkan satu sendok makan air jeruk nipis, lalu saring. Selanjutnya, tambahkan satu sendok makan madu dan sebutir kuning telur ayam kampung dan aduk sampai rata, kemudian ramuan ini diminum dan pengobatan dilakukan satu kali sehari selama seminggu. Selanjutnya, pengobatan dapat dilakukan dua kali seminggu sampai penyakitnya sembuh.
Gambar 1. Bayam merah, umur tanaman > 2 bulan (mencapai tinggi + 1,9 m dan belum berbunga), di daratan Timor, tumbuh pada tanah aluvial vertisol lahan pekarangan.
Gambar 2. Tiga jenis bayam yang masuk dalam kelas bayam merah, yang jika dimasak air kuah atau air rebusannya akan berwarna merah. Daun bayam mengandung kira-kira 3,5% protein; 0,25% lemak; 6,6% karbohidrat; 3,1% abu, 24mg Fe per 100g, 464mg kalsium per 100g, kaya vitamin A dan cukup tinggi kandungan vitamin B1 dan C. Pada basis tanpa kandungan air 100g daun mengandung 2441mg kalsium, 1008mg fosfor, 51mg Fe, 34mg sodium, 4475mg potassium, 37.623 microgram beta-carotene, 0.68mg tiamin, 2.37mg riboflavin, 11.48mg niasin and 730mg asam askorbat (Plant For a Future, 2004). Selain sayuran umur pendek seperti yang diuraikan diatas, tanaman lain seperti labu kuning dapat juga ditanam di lahan pekarangan, terutama dekat pagar hidup yang dapat digunakan sebagai panjatan. Labu kuning dapat dimanfaatkan pucuk-pucuk dan bunganya sebagai sayuran hampir setiap saat selama musim hujan, atau jika ditanam pada musim kemarau dengan bantuan penyiraman. Pucuk-pukcuk muda dan bunga labu ini biasanya juga dimasak dengan jagung muda pipil di NTT sebagai menu makanan popok di pedesaan. Buah labu kuning dapat dijadikan sayur baik pada waktu muda maupun ketika panen tua. Ketika panen tua, labu dapat dijadikan kolak yang lezat dan bergizi. Selain tanaman sayuran, tanaman rempah dan obat tradisional juga dapat ditanam dilahan pekarangan dalam usahatani integrasi tanaman-ternak. Tanaman rempah dapat terdiri dari daun selasi, daun pandan wangi, kunyit, lengkuas, jahe dan lainya yang dapat digunakan sebagai bahan bumbu dapur atau bahan ramuan obat tradisional dan jamu-jamuan. Tanaman kunyit, lengkuas dan jahe merupakan tanaman tahan naungan dan dapat ditanan atau
diusahakan di lahan pekarangan yang telah padat dengan tanaman umur panjang lain sehingga tanaman lain sudah sulit untuk diusahakan di bawahnya. 2.1.6. Tanaman Perkebunan di Lahan Pekarangan Ketika di lahan pekarangan atau lahan kebun yang ditempati rumah, dan ada tanaman perkebunan seperti kakao atau kopi (terutama di dataran tinggi) maka kulit biji kakao atau kopi dari hasil pasca panen dapat diolah menjadi bahan pakan ternak dengan kualitas yang cukup baik terutama untuk ternak kambing (Gambar 3).
Kulit Buah Kakao
Cacah dan Fermentasi
Digiling
Dicampur Air, diberikan ke ternak
Gambar 3. Pengolahan dan pemanfaatan kulit buah kakao sebagai pakan ternak Tanaman Lainnya di Lahan Pekarangan Selain tanaman-tanaman yang sudah diuraikan di atas, beberapa tanaman lain yang juga sering ditanam di lahan pekarangan yang dapat dipadukan dengan usaha pemeliharaan ternak adalah: tanaman ubi-ubian (ubikayu, ubijalar, talas, dan ubi manusia), tanaman pinang (sebagai penghasil uang tunai dan keperluan bahan menyirih), tanaman kelapa (untuk pembuat minyak, santan sebagai bahan makanan, minyak kelapa murni sebagai obat, dan ampas kelapa atau bungkil kelapa sebagai pakan atau bahan campuran pakan), tanaman sirih (sebagai penghasil tunai, sebagai obat tradisional, sebagai bahan menyirih), kacang nasi yang dipanjatkan pada pagar pekarangan (menghasilkan kacang untuk campuran dalam memasak nasi atau jagung bose), tanaman kacang gude (kacang turis) yang dapat dimakan muda sebagai sayuran. Tanaman ubi dapat dapat menghasilkan daun yang dapat dijadikan sayur atau pakan ternak dan ubi kayu dapat dijadikan gaplek untuk bahah pembuatan tepung ubi sebagai campuran dalam pembuatan paka awet kering (Nulik dkk., 2004) atau untuk dikonsumsi dalam bentuk ubi rebus. Beberapa jenis ubi jalar lokal juga berpotensi untuk ditanam dilahan pekarangan dan dari hasil
penelitian oleh Balitkabi Malang, ada beberapa jenis ubi jalar yang dapat tumbuh baik dan berproduksi tinggi baik yang dapat dijadikan bahan makanan manusia atau juga sebagai pakan ternak, terutama ternak babi. Daun ubi jalar juga baik untuk dijadikan sebagai pakan ternak sapi dan ini dapat diperoleh saat panen atau pada saat perawatan tanaman ketika harus dilakukan pemangkasan untuk mencegah rmbatan yang tidak dikehendaki. Pakan yang diperoleh dari ubi jalar jelas lebih baik dibandingkan dengan jerami jagung setelah panen, karena daun ubi jalar masih dapat bertahan hijau bahkan ketika memasuki kemarau. Ternak Integrasi dan Informasi Teknologi Tersedia Mengintegrasikan pemeliharaan ternak dalam sistem usahatani baik dilahan kebun atau pekarangan bukan merupakan hal baru bagi petani di NTT. Dalam hal ini termasuk pemanfaatan kotorran ternak sebagai pupuk bagi tanaman sayuran (pupuk kandang) sudah merupakan hal yang lazim dilakukan. Yang masih perlu dibenahi adalah perbaikan teknologi pemeliharaan (pemberian pakan yang baik, perkandangan yang baik) dan pengolahan pupuk kandang dan limbah pertanian yang baik dan benar menjadi pupuk kompos dan memperluas pemanfaatanya bagi tanaman lain selain tanaman sayuran. Boleh dikatakan bahwa semua jenis ternak dapat diintegrasikan dalam usahatani lahan pekarangan, sepanjang pakan dan kebersihan lingkungan hidup dapat terpenuhi sesuai standartnya. Ternak Kambing Ternak kambing yang dominan dipelihara di NTT adalah kambing lokal jenis kacang, dan dalam jumlah terbatas kambing benggala. Pemeliharaan kambing Peranakan Ettawah masih merupakan hal baru dan masih dalam taraf introduksi dan uji coba di beberapa tempat di NTT. Dalam usahatani lahan pekarangan integrasi ternak kambing sudah merupakan hal yang biasa dilakukan oleh keluarga tani di pedesaan NTT, namun teknologi pemeliharaan masih perlu diperbaiki agar hasil yang dapat dicapai dari usaha beternbak kambing di lahan pekarangan dapat lebih optimal dengan memanfaatkan sepenuhnya sumberdaya dan produksi yang dapat di peroleh dari usaha tersebut. Penampilan pertumbuhan ternak kambing pada ekosistem lahan kering dataran rendah iklim kering di NTT terlihat sangat baik dan karena itu dianjurkan untuk melakukan usaha pemeliharaan ternak kambing dalam usahatani lahan pekarangan pada ekosistem tersebut. Integrasi ternak dapat dilakukan di lahan pekarangan yang mengusahakan tanaman sayuran, tanaman buah (pisang dan lainnya), tanaman perkebunan (kakao, dan jambu mente). Untuk dataran tinggi sebaiknya dapat diintroduksikan jenis Peranakan Ettawah (PE) untuk menghasilkan susu juga selain daging. Pada dasarnya mengkonsumsi daging dan air susu kambing sangat baik untuk kesehatan, karena kandungan kolesterol pada daging kambing lebih rendah dibandingkan dengan pada daging sapi. Demikian juga kualitas air susu kambing lebih mendekati kualitas ASI dibandingkan dengan air susu sapi. Air susu kambing juga baik untuk pengobatan bagi penderita penyakit asma. Air susu kambing mengandung hanya sedikit α s1casein yang merupakan komponen terbesar dalam protein air susu sapi, yang terhadapnya beberapa orang sangat sensitif (alergi). Sementera komponen casein utama pada air susu kambing terdiri dari β-casein dan α-s2 (DGC, 2003). Air susu kambing juga baik untuk orang yang tidak toleran terhadap laktosa karena kandungan laktosanya lebih rendah dari yang terdapat dalam air susu sapi. Berikut adalah tabel kandungan nutrisi daging kambing (vs daging ayam) dan air susunya. Tabel 2. Kandungan nutrisi dan kualitas nutrisi air susu kambing (World’s Healthiest Foods, 2005).
Air 167,90 kalori
susu
kambing
1
cangkir
Nutrisi
Jumlah
DV* (%)
Kepadatan nutrisi
Ranking makanan sehat dunia
Triptofan
0,11 g
34,4
3,7
Sangat baik
Kalsium
325,74 mg
32,6
3,5
Sangat baik
Fosfor
270,11 mg
27,0
2,9
baik
Vitamin B2 (riboflavin)
0,34 mg
20,0
2,1
baik
Protein
8,69 g
17,4
1,9
baik
Potasium
498,74 mg
14,2
1,5
baik
Ranking makanan sehat dunia Standar Amat sangat baik DV>=75% Sangat baik DV>=50% baik DV>=25% * DV= Daily Value (Nilai harian).
atau atau atau
kepadatan>=7,6 kepadatan>=3,4 kepadatan>=1,5
dan dan dan
DV>=10% DV>=5% DV>=2,5%
Tabel 3. Perbandingan kandungan nutrisi daging (85 g) kambing dan ayam (dimasak) Nutrisi Kambing Ayam Lemak (g) 12,3 11,6 Protein (g) 22,0 23,2 Kalori, (Kilo kalori) 203 203 Cholesterol (mg) 94 75 Besi/Fe (mg) 2,2 1,1 Kalsium (mg) 25,3 12,8 Sodium (mg) 77,1 69,7 Zinc (mg) 4,3 1,7 Magnesium (mg) 23,7 20,0 Potasium (mg) 308,3 189,6 Fosfor (mg) 57,8 154,7 Tembaga (mg) 1,7 0,06 Vitamin A (IU) 34 137 Tiamin/B1 (mg) 0,32 0,054 Piridoksin/B4 (mg) 0,17 0,34 Kobalamin/B12 (mg) 0,56 0,26 Asam Pantotenik (mg) 0,30 0,88 Niasin (mg) 2,52 7,20 Source: Addrizzo, 2005. Jika integrasi dilakukan dengan tanaman kakao dan jambu mente, maka limbah kulit buah kakao dan buah semu jambu mente dapat diolah menjadi pakan ternak kambing. Berikut dapat diikuti teknologi pembuatan pakan dari kulit buah kakao dan buah semu jambu mente. Pada pemanfaatan kulit buah kakao sebagai pakan ternak dapat proses pembuatannya adalah sebagai berikut: kulit buah kakao segera setelah pengambilan bijinya dicacah dan difermentasikan dengan bakteri Aspergillus niger selama …hari, kemudian dikeringkan dengan sinar matahari dan digiling menggunakan mesin penggiling yang dapat dibeli secara komesial untuk menggiling kopi atau gaplek, sehingga diperoleh tepung kulit biji kakao.
Tepung ketika akan diberikan pada ternak kambing, dicampurkan dengan air secukupnya sehingga berbentuk pasta dan disajikan ke ternaknya. Proses yang sama juga dilakukan terhadap kulit buah kopi, namun karena telah cukup ukurannya tidak diperlukan pencacahan lagi. Teknologi yang tersedia untuk pemeliharaan ternak kambing secara teritegrasi dengan tanaman di lahan pekarangan antara lain adalah: pengolahan dan pemberian pakan, perkandangan yang baik, dan pengolahan serta pemanfaatan pupuk kandang asal kotoran ternak dan sisa-sisa pakan. Ternak kambing dalam usaha integrasi tanaman-ternak di lahan pekarangan dapat berkisar dari 1-5 ekor betina bakal induk dan satu pejantan, bergantung kepada kemampuan petani dalam hal permodalan dan kemampuan keluarga tani untuk menyediakan pakan ternak yang cukup jumlah dan kualitas. Ternak Ayam Buras Ternak ayam buras dipelihara hampir oleh setiap rumah tangga tani di pedesaan dalam jumlah 5-20 ekor per KK. Ternak ayam buras sangat mudah pemeliharaanya, dengan pemberian pakan yang juga sangat minimal. Ternak unggas ini dapat memakan sisa-sisa dapur, mencari makan sendiri berupa biji-bijian tanaman liar (rumput-rumputan dan gulma lainnya) dan mengaisngais tanah dan sampah untuk mendapatkan serangga dan cacing tanah yang dapat merupakan sumber protein yang cukup baik kualitasnya. Dengan pakan yang sederhana ini ayam buras masih mampu memberikan hasil berupa telur dan daging yang sangat digemari konsumen dan juga untuk memenuhi kebutuhan protein hewani keluarga tani. Biasanya jika petani mengusahakan lahan pekarangan dengan tanaman sayuran maka ternak ayam kurang disukai dalam integrasi tanaman-ternak karena ayam yang berkeliaran bebas dilahan dapat merusak tanaman sayuran baik dengan mematuk-matuk tanaman sayuran atau mengais-ngais tanah tempat sayuran tumbuh sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan produksi tanaman sayuran. Kalaupun petani memelihara ternak ayam maka kandang harus dibuat yang baik untuk mengalangi ternak sehingga tidak mengganggu tanaman sayuran atau tanaman sayuran dipagari cukup tinggi sehingga tidak dimasuki oleh ternak ayam yang dipelihara secara ekstensif. Teknologi pemeliharaan ayam buras yang tersedia saat ini antara lain: pemisahan anak, penetasan menggunakan esntog atau mesin penetas, sangkar kerucut, pakan murah (menggunakan bahan pakan lokal) dan vaksinasi melalui pemberiann air minum. Ternak Babi Tenak babi cukup banyak dipelihara oleh masayarakat tani di pedesaan NTT yang dominan beragama kristen. Ternak babi selain penting bagi sumber pendapatan keluarga tani, juga sangat penting dalam aspek sosial dan budaya masyarakat tani di NTT. Untuk keperluan sosial dan budaya ini, kadang kala ternak babi dinilai sangat tinggi dalam rupiah maupun nilai tukarnya dengan barang atau ternak lainnya. Pakan ternak babi dalam sistem integrasi tanaman-ternak di lahan pekarangan dapat berupa sisa dapur, limbah sayuran pada waktu panen, limbah tanaman pangan lain (tongkol jagung, dedak padi, dedak jagung, limbah panenan ubikayu, ubi jalar), limbah pisang dan kelapa (bungkil kelapa dan ampas kelapa). Jenis atau bangsa babi yang dapat dipelihara disesuaikan dengan keinginan petani, peluang pasar dan kemampuan memberikan pakan. Jenis atau turunan babi dengan kecepatan pertumbuhan yang cepat dan berbobot badan besar (misalnya VDL) memerlukan pakan yang cukup banyak sedangkan yang jenis lokal lebih mudah pemeliharaan karena kebutuhan pakan lebih sedikit dan dapat memanfaatkan pakan-pakan lokal yang dapat dengan mudah diperoleh (gulma-gulma lokal). Perkandangan yang baik memerlukan pengelolaan dan penempatan yang tepat sehingga kotoran ternak babi tidak menjadi gangguan bagi anggota keluarga dan tetangga, karena kotoran ternak babi biasanya mempunyai bau yang sangat menyengat. Kotoran ternak babi sebenarnya sangat baik untuk dijadikan pupuk atau bahan pembuat bio-gas yang dapat digunakan untuk keperluan memasak. Untuk pemanfaatan kotoran ternak babi untuk pembuatan bio-gas atau kompos perlu disediakan lubang kompos yang menampung kotoran langsung dari kandang dan diolah menjadi kompos atau jika untuk membuat bio-gas langsung dimasukkan ke
dalam tangki beton yang dibuat sedemikian rupa sehingga baunya tidak keluar setelah kotoran masuk dalam tanki beton, yaitu dengan membuat saluran masuknya seperti yang terdapat pada toilet sehingga baunya terhalang oleh air pada leher pembuangan. Berbagai petunjuk tentang penerapan teknologi pemanfaatan bio-gas sebagai sumber energi bagi keluarga di pedesaan dapat dijumpai dengan mudah. Ternak Sapi Ternak sapi jarang dipelihara terintegrasi dengan tanaman di lahan pekarangan, kecuali jika lahannya cukup luas dan ketersediaan atau sumber untuk mendapatkan pakan hijauan terdapat cukup baik yang berasal dari lahan sekitar atau sejauh jarak sumber pakan lain yang dapat dijangkau. Perkandangan ternak untuk integrasi ternak sapi-tanaman di lahan pekarangan dapat dibat sederhana dengan tempat bernaung dari atap daun kelapa atau daun lontar maupun daun gewang dan bahan bangunan kandang dari kayu tanaman lamtoro atau balok kelapa atau lontar bergantung kepada mudah dan murahnya bahan yang dapat diperoleh. Yang penting di sini adalah penampungan kotoran ternak dapat dilakukan dengan baik sehingga tidak mencemari lingkungan lahan pekarangan dan melakukan pengolahan kotoran menjadi kompos atau pupuk kandang. PENUTUP Integrasi ternak-tanaman menjamin keberlanjutan usahatani karena akan menghemat input dalam usahatani dan sekaligus akan memelihara lingkungan hidup dengan sistem daur ulang dan saling ketergantungan antara ternak dan tanaman yang dapat menjaga keserasian irama kebutuhan dan pemanfaatan energi. Terdapat banyak potensi lokal ternak dan tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk mengintegrasikannya dalam suatu sistem usahatani tanaman-ternak yang berkelanjutan di lahan pekarangan. Integrasi tanaman-ternak di lahan pekarangan dapat merupakan sumber tambahan pendapatan, sumber perbaikan gizi keluarga dan sekaligus merupakan usaha konservasi lahan dan air yang sangat dibutuhkan pada kondisi agroekosistem lahan kering di NTT dengan curah hujan yang singkat dan topografi lahan bergelombang, berbukit sampai bergunung.
DAFTAR PUSTAKA Addrizzo, J. R, 2005. Use of goat milk and goat meat as therapeutic aids in cardiovascular disesses. HTM File, downloaded from the internet. DGC, 2005. Goat milk. Dairy Goat Co-operative, New Zealand. HTM File, downloaded from internet. Nulik, J., dan Debora Kana Hau, 2005. Alpukat buah sehat dan bergizi. Makalah disampaikan pada seminar komunikasi hasil-hasil penelitian dan pengkajian berbasis tanaman perkebunan dan hortikultura, di Maumere tanggal 2-4 Juni 2005. Nulik, J., Tony Basuki dan Debora Kana Hau. 2005. Jarak Pagar dan Marungga tanaman tempo doeloe, harta karun NTT. Makalah disampaikan pada, tanggal 2005. Plants For A Future, 2004. Amaranthus tricolor, Chinese spinach. Registered in England and Wales. Charity No. 1057719, Company No. 3204567.Htm File, downloaded from the internet.
World’s Healthiest Foods, 2005. Milk, Goat. 2002-2005 The George Mateljan Foundation. HTM. File.