KAJIAN PELAKSANAAN KEMITRAAN KELOMPOK TAN1 DAN KOPERASI DALAM MENGEMBANGUN USAHATANI DAN PEMASARAN KOMODITAS HORTIKULTURA (Stud1 Kasus dl Kelompok Tan1 Pada Boga, Desa Maleber, Kecarnatan Pacet, Kabupaten C~anjur,Proplns~Jawa Barat )
Oleh : Nurdiniayati A 29.0969
PROGRAM STUD1 AGRlBlSNlS JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1997
NURDINIAYATI. Kajian Pelaksanaan Pola Kemitraan Kelompok Tani dengan Koperasi Dalam Mengembangkan Usahatani dan Pemasaran Komoditas Hortikultura. Studi Kasus di Kelompok Tani Pada Boga, Desa Maleber, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. (Dibawah bimbingan E. KUSUMAH, MS)
Pengembangan pola kemitraan agribisnis hortikultura sayuran merupakan salah satu alternatif dalam mengatasi permasalahn hortikultura sayuran.
Pola kemitraan
antara petani koperasi dan usaha besar perlu diciptakan dan dikembangkan untuk memajukan pengelolaan usahatani dan meningkatkan kepastian pasar. Sehingga perlu dikaji pelaksanaan kemitraan kelompok tani dan koperasi dalam mengembangkan usahatani dan pemasaran sayuran.
Petani yang tergabung dalam kelompok tani
memiliki berbagai alternatif dalam memilih mitra usahanya, di sisi lain Departemen Koperasi dan Pembina Pengusaha Kecil melakukan uji coba kemitraan agribisnis hortikultura sayuran melalui koperasi. Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengidentifikasi tingkat keberhasilan pelaksanaan kemitraan yang telah dirintis oleh Departemen Koperasi dan Pembina Pengusaha Kecil (2) Mengidentifikasi posisi Koperasi Pemasaran Hortikultura iantara mitra usaha Kelompok Tani Pada Boga yang lain. Penelitian ini dilakukan di Kelompok Tani Pada Boga, Pacet, Cianjur. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja. Responden utama adalah petani anggota KTPB sejumlah 25 orang,
yaitu petani yang aktif dalam melaksanakan usahatani
selama penelitian ini berlangsung. Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa
komoditas
sayuran
memerlukan
penanganan yang lebih spesifik, mengingat sifatnya yang mudah busuk sehingga meningkatkan nilai susut komoditas yang tinggi, baik di tingkat petani maupun di tingkat
packing house (rumah pengemasan) KTPB. KTPB sebagai salah satu kelompok tani
packing house (rumah pengemasan) KTPB. KTPB sebagai salah satu kelompok tani di wilayah Kecamatan Pacet, telah mengalami perkembangan yang cukup pesat baik dari sisi pengelolaan usahatani petani anggota maupun dari sisi pemasaran yang dilakukan oleh KTPB melalui packing house KTPB.
Struktur kelembagaan pertanian
yang cukup lengkap di wilayah Kecamatan Pacet, secara tidak langsung turut mempengaruhi keberhasilan KTPB. Berdasarkan analisis tingkat keberhasilan usahatani, diperoleh hasil bahwa petani yang menanam jenis sayuran non lokal memiliki rata-rata nilai R-C Rasio yang lebih tinggi dari pada petani yang menanam sayuran lokal.
Sayuran lokal dapat
ditingkatkan nilai R-C Rasionya dengan cara melakukan sistem pananaman secara tumpang sari. Panambahan penanaman sayuran dengan jenis sayuan non lokal ternyat juga mampu meningkatkan nilai R-C Rasio. Dari sisi analisis biayalhasil, diperoleh hasil bahwa penanaman komoditas non lokal meningkatkan jumlah modal, sehingga wajar apabila petani merasa sangat membutuhkan pasokan modal secara kontinu. Berdasarkan analisis penghitungan marjin pemasaran, untuk keseluruhan marjin pemasaran KTPB dari keempat mitra usaha reguler, terlihat bahwa petani memiliki share keuntungan terbesar dibandingkan share yang diperoleh KTPB maupu mitra usaha. Hal ini merupakan suatu kenyataan bahwa dengan mengusahakan komoditas hortikultura sayuran dapat rnenjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan kesejahteraan dan tingkat pendapatan petani. Terjadi pergeseran pola kemitraan, antara kemitraan yang telah dikembangkan oleh Departemen Koperasi dan Pembina Pengusaha Kecil yang menunjukkan bahwa kemitraan yang diujicobakan oleh Depkop belum mencapai tingkat keberhasilan seperti yang diharapkan.
KUD yang memiliki berbagai macam unit usaha tidak bisa
dipaksakan untuk melaksanakan program yang sifatnya top down (berasal dari
pemerintah). Adanya kemitraan KTPB dengan mitra usaha memberikan rnanfaat utama dalam ha1 jaminan pasar, mengingat sayuran yang dikelola oleh KTPB memiliki pasar yang terbatas, sehingga dalam ha1 ini petani anggota baru akan mengusahakan jenis tanaman tertentu apabila telah terdapat permintaan dari pasar (mitra usaha). Posisi koperasi (KPH) ternyata dapat rnemberikan berbagai keunggulan dibandingkan mitra usaha KTPB yang lain, bahwa KPH merupakan satu-satunya mitra usaha yang memberikan pembinaan kepada KTPB, KPH mampu memberikan share keuntungan yang lebih besar kepada KTPB dibandingkan mitra usaha yang lain. Secara keseluruhan, alternatif keberadaan koperasi sebagai salah mitra usaha dalam pola kemitraan agribisnis hortikultura sayuran dapat terus dikembangkan, dengan syarat koperasi tersebut tidak hanya beroperasi di tingkat kecamatan (seperti KUD), tetapi harus mempunyai wilayah pemasaran sampai di luar kecamatan, misal koperasi sekunder (seperti Koperasi pemasaran Hortikultura). Sehingga diharapkan dapat rneningkatkan akses terhadap informasi-informasi yang ada, baik dari sisi usahatani maupun dari sisi pemasaran. Transparansi hak dan kewajiban yang jelas bagi masingmasing pelaku kemitraan sangat diperlukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya konflik-konflik yang rnuncul selama pelaksanaan kemitraan.
KAJIAN PELAKSANAAN KEMITRAAN KELOMPOK TAN1 DENGAN KOPERASI DALAM MENGEMBANGKAN USAHATANI DAN PEMASARAN KOMODITAS HORTIKULTURA (Studi Kasus di Kelompok Tani Pada Boga, Desa Maleber, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat)
Oleh : Nurdiniayati A 29.0969
SKRlPSl
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, lnstitut Pertanian Bogor
PROGRAM STUD1 AGRIBISNIS JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1997