KAJIAN MANAJEMEN PIUTANG KOPERASI PEGAWAI ARTA SARANA JAHTERA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
SKRIPSI
Oleh: LIA LAURITA H24102106
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
ABSTRAK Lia Laurita. H24102106. Kajian Manajemen Piutang Koperasi Pegawai Arta Sarana Jahtera Departemen Keuangan Republik Indonesia. Di bawah bimbingan Widigdo Sukarman. Selama periode analisis (1999-2002), Koperasi Pegawai Arta Sarana Jahtera (KOPASJA) mempunyai piutang anggota yang sangat besar. Lebih dari tiga perempat aset merupakan piutang anggota, bahkan proporsinya rata-rata mencapai 80,2% di mana sebagian besar terjadi kelalaian pinjaman. Koperasi memiliki dua unit usaha yang memberikan kredit kepada anggota, Unit Simpan Pinjam (USP) berupa uang, sedangkan Unit Bidang Usaha (UBU) berupa barang. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui proses terjadinya piutang pada KOPASJA, (2) Menganalisis kinerja manajemen piutang KOPASJA dan unit yang lebih efisien dalam mengelola piutang, (3) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi piutang KOPASJA. Penelitian dilaksanakan di KOPASJA Departemen Keuangan Republik Indonesia. KOPASJA berlokasi di Jl. Dr. Wahidin, Lantai Dasar Gedung 16 Lantai, Jakarta 10710. Penelitian ini dilakukan selama Januari-April 2006. Data yang digunakan pada penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pihak manajemen KOPASJA. Adapun data sekunder diperoleh dari laporan manajemen koperasi serta literatur-literatur koperasi yang terkait dengan kebutuhan data penelitian. Data kuantitatif diolah secara manual maupun secara komputerisasi dengan menggunakan analisis rasio utama dan PEARLS, analisis horisontal dan analisis vertikal. Proses terjadinya piutang di KOPASJA dikarenakan adanya pinjaman yang disalurkan dan penjualan kredit dengan menggunakan prosedur pengajuan dan pemberian pinjaman yang memerlukan waktu selama satu bulan hingga dana cair. Kinerja manajemen piutang KOPASJA menurun, kurang efisien dan efektif. Unit usaha yang lebih efisien dalam mengelola piutang anggotanya adalah USP. Faktor yang mempengaruhi piutang KOPASJA adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari jumlah anggota, kebijakan pemberian kredit, kebijakan penagihan piutang, kelalaian pinjaman, beban variabel, perilaku meminjam dan membayar anggota, profil anggota, kebutuhan hidup anggota dan harga. Faktor eksternal terdiri dari inflasi dan waktu. Adapun hal yang disarankan kepada KOPASJA berdasarkan penelitian ini adalah prosedur pengajuan dan pemberian piutang seyogyanya tidak memerlukan waktu yang lama sampai 30 hari. KOPASJA perlu menerapkan kebijakan piutang ketat dan aktif. USP sebagai unit yang memberikan kontribusi laba yang cukup besar kepada KOPASJA seyogyanya lebih dikelola secara profesional dan mandiri. Pengelolaan piutang seyogyanya memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi piutang KOPASJA dengan melakukan perbaikan pada faktor internal yang terdiri dari jumlah anggota, kebijakan pemberian kredit, kebijakan penagihan piutang, kelalaian pinjaman, beban variabel, perilaku meminjam dan membayar anggota, profil anggota, kebutuhan hidup anggota dan harga maupun faktor eksternal yang terdiri dari inflasi dan waktu, sehingga dapat memberikan hasil yang optimal.
KAJIAN MANAJEMEN PIUTANG KOPERASI PEGAWAI ARTA SARANA JAHTERA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh: LIA LAURITA H24102106
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
KAJIAN MANAJEMEN PIUTANG KOPERASI PEGAWAI ARTA SARANA JAHTERA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh: LIA LAURITA H24102106
Menyetujui, Juni 2006
Dr. Widigdo Sukarman, M.B.A., M.P.A. Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. Ketua Departemen
Tanggal Ujian : 30 Mei 2006
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 1 Mei 1984. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Sugeng H.S. dan Suryati. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 03 Pagi Jakarta pada tahun 1996, lalu melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 07 Jakarta. Pada tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum 31 Jakarta dan masuk program IPA. Pada tahun 2002, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM). Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di berbagai kepanitiaan dan organisasi kemahasiswaan, baik internal maupun eksternal kampus, diantaranya sebagai Ketua Komisi Internal DPM FEM Periode 2003/2004, Staf Departemen Pers dan Komunikasi FORMASI FEM IPB Periode 2003/2004, Sekretaris Kabinet BEM FEM Periode 2004/2005, Anggota Pengurus DKM Al-Ghiffari Periode 2003/2004 dan Anggota Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat IPB Periode 2004/2005. Selain itu, pada tahun 2005, penulis meraih Juara III Mahasiswa Berprestasi Tingkat Departemen Manajemen dan finalis di Tingkat FEM.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyusun skripsi yang berjudul Kajian Manajemen Piutang Koperasi Pegawai Arta Sarana Jahtera Departemen Keuangan Republik Indonesia. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Widigdo Sukarman, M.B.A., M.P.A. selaku dosen pembimbing yang bersedia memberikan bimbingan, arahan dan masukan dengan penuh kesabaran di tengah-tengah kesibukan beliau. 2. Ir. Budi Purwanto, ME dan Wita Juwita Ermawati, STP, MM
atas
kesediaannya untuk meluangkan waktu menjadi dosen penguji. 3. Pak Rudiarso, Pak Dodi dan seluruh pengelola dan karyawan di Koperasi Pegawai Arta Sarana Jahtera (KOPASJA) Departemen Keuangan Republik Indonesia, Jakarta yang telah memberikan data dan informasi dalam skripsi ini. 4. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM IPB atas kesabarannya dalam melayani keperluan administrasi mahasiswa. 5. Ibunda, Ayahanda, dan adik-adikku yang selalu memberi dukungan baik moral, materiil, dan doa tulus yang tiada hentinya dan tidak dapat dinilai dengan apa pun. 6. Teman-teman satu bimbingan ( Eko, Novi, Iwed dan Anggi) atas perjuangan yang dilakukan bersama-sama dan rasa tolong-menolong yang ada di antara kita. 7. Teman-teman di Departemen Manajemen Angkatan ’39 atas semangat dan rasa kebersamaan yang mendalam selama ini. 8. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan pahala atas kebaikannya.
iv
Tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa dalam usulan penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Meskipun demikian, usulan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak lain.
Bogor, Juni 2006
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................iii KATA PENGANTAR.......................................................................................iv DAFTAR ISI......................................................................................................vi DAFTAR TABEL .............................................................................................viii DAFTAR GAMBAR.........................................................................................ix DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................x I.
PENDAHULUAN ......................................................................................1 1.1. Latar Belakang ....................................................................................1 1.2. Rumusan Masalah ...............................................................................2 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................3 1.4. Batasan Penelitian ...............................................................................3
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................4 2.1. Koperasi ..............................................................................................4 2.1.1. Asas, Prinsip, dan Tujuan Koperasi ..........................................4 2.1.2. Jenis dan Bentuk Koperasi ........................................................7 2.1.3. Manajemen Koperasi ................................................................8 2.2. Koperasi Pegawai................................................................................9 2.3. Piutang ................................................................................................9 2.4. Penggolongan Piutang.........................................................................10 2.5. Manajemen Piutang.............................................................................10 2.6. Kebijakan Pemberian Kredit dan Penagihan Utang............................11 2.7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Piutang .......................................12 III. METODOLOGI PENELITIAN...............................................................14 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual..........................................................14 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................16 3.3. Jenis dan Sumber Data .........................................................................16 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data.................................................16 3.4.1. Analisis Penilaian Kinerja Piutang ............................................17 3.4.2. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Piutang................25 3.5. Definisi Operasional............................................................................25 IV. GAMBARAN UMUM KOPERASI.........................................................27 4.1. Sejarah KOPASJA................................................................................27 4.2. Profil KOPASJA ..................................................................................28 4.2.1. Unit Simpan Pinjam..................................................................30 4.2.2. Unit Bidang Usaha....................................................................31 4.2.3. Keanggotaan .............................................................................32
vi
4.2.4. Struktur Organisasi KOPASJA.................................................36 V. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................40 5.1.Proses Terjadinya Piutang Pada KOPASJA..........................................40 5.1.1. Prosedur Pengajuan Peminjaman.............................................41 5.1.2. Prosedur Pemberian Pinjaman .................................................42 5.2.Kinerja Manajemen Piutang KOPASJA ...............................................44 5.2.1. Analisis Rasio ...........................................................................44 5.2.2. Analisis Horisontal ...................................................................55 5.2.3. Analisis Vertikal.......................................................................57 5.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Piutang KOPASJA.....................60 KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................................63 1. Kesimpulan ....................................................................................................63 2. Saran ..............................................................................................................64 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................66 LAMPIRAN.......................................................................................................67
vii
DAFTAR TABEL
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Halaman
Proporsi piutang anggota terhadap total aktiva periode 1999-2002.................2 Perkembangan rasio aktivitas KOPASJA periode 1999-2002.........................47 Perkembangan rasio profitabilitas KOPASJA periode 1999-2002..................50 Perkembangan struktur keuangan USP KOPASJA periode 1999-2002 ..........51 Analisis horisontal neraca KOPASJA periode 1999-2002 ..............................55 Analisis horisontal laba rugi KOPASJA periode 1999-2002...........................56 Analisis vertikal laba rugi KOPASJA periode 1999-2002 ..............................58 Analisis vertikal neraca KOPASJA periode 1999-2002 ..................................60
viii
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1. Kerangka pemikiran konseptual.........................................................................15 2. Perkembangan anggota KOPASJA periode 1999-2002 ....................................35 3. Prosedur peminjaman.........................................................................................43 4. Rasio likuiditas KOPASJA periode 1999-2002.................................................45
ix
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
1. Struktur organisasi KOPASJA periode 1999-2002 dan struktur kepengurusan KOPASJA periode 2001-2004 .........................................................................68 2. Rumusan dan hasil perhitungan analisis rasio periode 1999-2002 .................69 3. Neraca KOPASJA periode 1999-2002.............................................................75 4. Laporan laba rugi USP KOPASJA periode1999-2002 ....................................76 5. Laporan laba rugi UBU KOPASJA periode 1999-2002 ..................................77 6. Laporan laba rugi konsolidasi KOPASJA periode 1999-2002.........................77
x
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sejak lahirnya koperasi pada tahun 1844 di kota Rochdale, koperasi memiliki peran yang besar dalam memperbaiki perekonomian masyarakat menengah ke bawah. Gerakan koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat mengalami perkembangan yang pesat hingga ke berbagai negara. Pada tahun 1896, koperasi menjadi gerakan internasional dengan dibentuknya ICA (International Cooperative Alliance) dalam Kongres Koperasi Internasional. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sejarah perkembangan koperasi yang panjang sejak tahun 1895 di Leuwiliang dan Purwokerto. Perkembangan koperasi hingga saat ini masih tetap berjalan walaupun dirasakan masih kalah populer dibandingkan dengan badan usaha lain. Salah satu koperasi yang ada di Indonesia adalah Koperasi Pegawai Arta Sarana Jahtera (KOPASJA) yang berada di lingkungan Departemen Keuangan Republik Indonesia. KOPASJA memiliki dua unit usaha pada periode 1999-2002, yaitu Unit Simpan Pinjam (USP) dan Unit Bidang Usaha (UBU). Di mana, pada tanggal 1 Juni 2002 UBU tidak lagi dikelola oleh KOPASJA melainkan telah dilakukan kerjasama pemanfaatan ruangan dengan pihak ketiga. Kerjasama tersebut dilakukan untuk jangka waktu lima tahun dan akan berakhir pada tangal 31 Mei 2007. Adanya kerjasama ini mengakibatkan KOPASJA hanya menerima pendapatan sewa dari pihak ketiga dan menyisakan satu unit usaha yaitu USP. Pada periode 1999-2002, USP memiliki pelayanan yang serupa dengan UBU yaitu pemberian kredit. USP memberikan kredit berbentuk uang atau lebih dikenal dengan pinjaman, sedangkan UBU dalam bentuk barang. Kemudian, kedua unit usaha ini juga memiliki risiko yang sama dalam menyelenggarakan kredit. Adapula persamaan yang lain yaitu dalam persyaratan pemberian kredit, prosedur pembayaran kredit dan beban bunga yang sama yaitu sebesar 2% per bulan.
2
Selain ada persamaan pada kedua unit usaha ini, terdapat pula perbedaannya, yaitu dari segi tujuan pemberian kredit. USP memberikan kredit untuk beragam tujuan (produktif, kesejahteraan dan darurat), sedangkan UBU memberikan kredit untuk satu tujuan yaitu meningkatkan kesejahteraan anggota. Tabel 1. Proporsi piutang anggota terhadap total aktiva periode 1999-2002 Tahun Piutang anggota (Rp) Total aktiva (Rp) Proporsi (%)
1999 695.488.589
2000 779.002.636
2001 882.030.157
2002 1.187.827.412
865.943.108 80,3
972.202.468 80,1
1.119.966.405 78,8
1.453.729.077 81,7
Sumber: Laporan keuangan KOPASJA 1999-2002 Selama periode tersebut, KOPASJA mempunyai piutang anggota yang sangat besar. Lebih dari tiga perempat aset atau total aktiva merupakan piutang anggota, bahkan proporsinya rata-rata mencapai 80,2%, sebagaimana terlihat dalam Tabel 1. Pada tahun 1999, piutang anggota mencapai Rp 695.488.589,- dari total aktiva sebesar Rp 865.943.108,-. Kemudian, jumlah piutang anggota mengalami peningkatan berturut-turut pada tahun berikutnya sebesar 12%, 13,2%, 34,7%. Secara kuantitatif nilai piutang anggota meningkat, tetapi banyak terjadi kelalaian pinjaman yang menyebabkan likuiditas KOPASJA rendah sehingga mempengaruhi kinerja manajemen piutang KOPASJA. Oleh karena itu, penelitian ini akan menganalisis bagaimana kinerja manajemen piutang KOPASJA dan unit usaha mana yang lebih efisien dalam mengelola piutang serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi piutang KOPASJA pada periode analisis 1999-2002. 1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana proses terjadinya piutang pada KOPASJA? 2. Bagaimana kinerja manajemen piutang KOPASJA dan unit usaha mana yang lebih efisien dalam mengelola piutang? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi piutang KOPASJA ?
3
1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui proses terjadinya piutang pada KOPASJA. 2. Menganalisis kinerja manajemen piutang KOPASJA dan unit usaha yang lebih efisien dalam mengelola piutang. 3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi KOPASJA. 1.4. Batasan Penelitian Pembahasan yang dilakukan mencakup aspek-aspek manajemen piutang koperasi, yang dibatasi oleh: 1. Piutang yang dimaksud dalam penelitian adalah piutang anggota bagi koperasi. 2. Periode analisis dimulai tahun 1999 hingga 2002 dengan alasan ketersediaan data untuk membandingkan kinerja kedua unit usaha KOPASJA. 3. Pembahasan dilakukan baik secara keseluruhan koperasi maupun per unit koperasi.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Koperasi Koperasi (cooperative) bersumber dari kata co-operation yang artinya kerja sama. Definisi koperasi menurut undang-undang di Indonesia telah mengalami perubahan sampai tiga kali, yaitu Undang-Undang Koperasi No. 14 Tahun 1965, Undang-Undang Koperasi No. 12 Tahun 1967 dan terakhir Undang-Undang Koperasi No. 25 Tahun 1992. Pengertian koperasi menurut Undang-Undang Koperasi No. 25 Tahun 1992 adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Sedangkan menurut ”Bapak Koperasi Indonesia”, Moh. Hatta dalam Sitio dan Tamba (2001), koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong. Lain halnya menurut Hendrojogi (2004), koperasi memiliki pengertian suatu wadah bagi golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah dalam rangka usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan tingkat hidup mereka. Menurut Ropke dalam Hendar dan Kusnadi (1999), koperasi adalah suatu organisasi bisnis yang para pemilik/anggotanya adalah juga pelanggan utama perusahaan tersebut. Kriteria identitas suatu koperasi akan merupakan dalil/prinsip identitas yang membedakan unit usaha koperasi dari unit usaha yang lainnya. 2.1.1. Asas-Asas, Prinsip, dan Tujuan Koperasi Berdasarkan Undang-Undang Koperasi No. 25 Tahun 1992 asas koperasi adalah asas kekeluargaan. Prinsip koperasi yang merupakan ciri khas atau jati diri koperasi yang terdapat dalam Undang-Undang Koperasi No. 25 Tahun 1992, yaitu: 1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka. Prinsip ini mengandung pengertian bahwa seseorang tidak boleh dipaksa untuk menjadi anggota koperasi, namun harus berdasar atas kesadaran sendiri. Sifat kesukarelaan juga mengandung makna
5
bahwa seorang anggota dapat mengundurkan diri dari koperasinya sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam Anggaran Dasar koperasi. Sifat keterbukaan mengandung makna bahwa di dalam keanggotaan
koperasi
tidak
dilakukan
pembatasan
atau
diskriminasi dalam bentuk apapun. Keanggotaan koperasi terbuka bagi siapa pun yang memenuhi syarat-syarat keanggotaan atas dasar persamaan kepentingan ekonomi. 2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis. Prinsip pengelolaan secara demokratis menunjukkan bahwa pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para anggota. Prinsip ini didasarkan pada kesamaan hak suara bagi setiap anggota dalam pengelolaan koperasi. Pemilihan para pengelola koperasi dilaksanakan pada saat rapat anggota. Pengelola koperasi berasal dari para anggota koperasi itu sendiri. Setiap anggota yang hadir memiliki hak yang sama untuk memilih dan dipilih menjadi pengurus dan pengawas. Di dalam Rapat Anggota, anggota adalah pemegang dan pelaksana kekuasaan tertinggi dalam koperasi serta berlaku asas kesamaan derajat, di mana setiap anggota mempunyai hak satu suara. 3. Pembagian SHU dilakukan secara proposional dengan transaksi. Keuntungan yang diperoleh koperasi disebut sebagai sisa hasil usaha (SHU). Setiap anggota yang memberikan partisipasi aktif dalam usaha koperasi akan mendapat bagian SHU yang lebih besar dari pada anggota pasif. Anggota yang menggunakan jasa koperasi akan membayar nilai jasa tersebut kepada koperasi dan nilai jasa yang diperoleh dari anggota tersebut akan diperhitungkan pada saat pembagian SHU. 4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal. Anggota adalah pemilik koperasi, sekaligus sebagai pemodal dan pelanggan. Simpanan yang disetorkan oleh anggota kepada koperasi akan digunakan koperasi untuk melayani anggota termasuk dirinya sendiri. Modal dalam koperasi pada dasarnya
6
digunakan untuk melayani anggota dan masyarakat sekitarnya dengan mengutamakan pelayanan bagi anggota. Dari pelayanan itu, diharapkan koperasi mendapatkan nilai lebih dari selisih antara biaya pelayanan dan pendapatan. Karena itu, balas jasa terhadap modal yang diberikan kepada para anggota ataupun sebaliknya juga terbatas, tidak didasarkan semata-mata atas besarnya modal yang diberikan. Yang dimaksud dengan terbatas adalah pemberian balas jasa atas modal yang ditanamkan koperasi akan disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki koperasi. 5. Kemandirian Kemandirian pada koperasi dimaksudkan bahwa koperasi harus mampu berdiri sendiri dalam hal pengambilan keputusan usaha dan organisasi. Kemandirian
pengertian lainnya adalah kebebasan
yang bertanggungjawab, otonomi, swadaya dan keberanian mempertanggungjawabkan
segala
tindakan
sendiri
dalam
pengelolaan usaha dan organisasi. Mandiri berarti berdiri sendiri tanpa tergantung pada pihak lain. Prinsip ini merupakan faktor pendorong bagi koperasi untuk meningkatkan keyakinan akan kekuatan sendiri dalam mencapai tujuan. 6. Pendidikan perkoperasian Pendidikan adalah mutlak agar anggota koperasi berkualitas baik, berkemampuan
tinggi
dan
berwawasan
luas.
Pendidikan
perkoperasian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam mewujudkan kehidupan berkoperasi agar sesuai dengan jati dirinya. Melalui pendidikan, anggota dipersiapkan dan dibentuk untuk menjadi anggota yang memahami serta menghayati nilainilai dan prinsip-prinsip serta praktik-praktik koperasi. 7. Kerja sama antarkoperasi. Kerja sama antarkoperasi dimaksudkan untuk saling memanfaatkan kelebihan dan menghilangkan kelemahan masing-masing, sehingga hasil akhir dapat dicapai secara optimal. Kerja sama antarkoperasi
7
dapat dilakukan di tingkat lokal, nasional dan internasional. Prinsip ini lebih bersifat strategi dalam bisnis. Berdasarkan Undang-Undang Koperasi No. 25 Tahun 1992, koperasi bertujuan untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnyadan masyarakat pada umumnya. Kemudian, bertujuan untuk ikut serta membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. 2.1.2. Jenis dan Bentuk Koperasi Jenis koperasi dapat dibedakan menurut kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya. Seperti dalam penjelasan UndangUndang Koperasi No. 25 tahun 1992 Pasal 16 diantaranya adalah: 1. Koperasi Simpan Pinjam, yaitu koperasi yang kegiatannya hanya usaha simpan pinjam. Keanggotaan koperasi ini bebas bagi orang yang memenuhi syarat untuk menjadi anggota koperasi dan orangorang yang dimaksud mempunyai kegiatan usaha atau mempunyai kepentingan ekonomi yang sama, misalnya Koperasi Simpan Pinjam dengan anggota karyawan. 2. Koperasi Konsumen, yaitu koperasi yang membeli barang-barang konsumen dalam jumlah besar sesuai dengan kebutuhan anggota dan menyalurkan barang tersebut kepada anggota dengan harga yang layak, berusaha membuat sendiri barang-barang konsumsi untuk keperluan anggota dan di samping pelayanan untuk anggota, boleh juga melayani umum. 3. Koperasi Produsen, yaitu koperasi yang anggotanya orang-orang yang mampu menghasilkan barang. 4. Koperasi Pemasaran, yaitu koperasi yang beranggotakan orangorang yang mempunyai kegiatan di bidang pemasaran barangbarang dagang. 5. Koperasi Jasa, yaitu koperasi yang didirikan untuk memberikan pelayanan (jasa) kepada para anggotanya.
8
Menurut Hendrojogi (2004) terdapat pengelompokkan lain yaitu: 1. Koperasi tunggal usaha (single purpose), 2. Koperasi serba usaha (multi purpose). Dalam Undang-Undang Koperasi No. 25 Tahun 1992 Bagian III Pasal 15, bentuk koperasi ada dua yaitu: 1. Koperasi Primer, dibentuk oleh sekurang-kurangnya dua puluh orang. 2. Koperasi Sekunder, dibentuk oleh sekurang-kurangnya tiga koperasi. Koperasi sekunder dapat didirikan oleh koperasi sejenis atau tingkatan. Dalam hal koperasi mendirikan Koperasi Sekunder dalam berbagai tingkatan, seperti yang selama ini dikenal sebagai Pusat, Gabungan dan Induk maka jumlah tingkatan maupun penamaannya diatur sendiri oleh koperasi yang bersangkutan. 2.1.3. Manajemen Koperasi Watak
manajemen
koperasi
adalah
gaya
manajemen
partisipatif. Pola umum manajemen koperasi yang partisipatif tersebut menggambarkan adanya interaksi antarunsur manajemen koperasi. Terdapat pembagian tugas pada masing-masing unsur. Demikian pula setiap unsur manajemen mempunyai lingkup keputusan yang berbeda, kendatipun masih ada lingkup keputusan yang dilakukan secara bersama (Sitio dan Tamba, 2001). Menurut Roy dalam Hendrojogi (2004), manajemen dari koperasi melibatkan empat unsur (perangkat) yaitu: anggota (rapat anggota), pengurus, manajer dan karyawan. Penjelasan mengenai hal tersebut menurut Sitio dan Tamba (2001) sebagai berikut: 1. Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam menetapkan kebijakan umum di bidang organisasi, manajemen dan usaha
koperasi.
Kebijakan
yang
sifatnya
sangat
strategis
dirumuskan dan ditetapkan pada forum Rapat Anggota yang umumnya dilakukan setahun sekali.
9
2. Pengurus dipilih dan diberhentikan oleh rapat anggota. Dengan demikian, Pengurus adalah pemegang kuasa Rapat Anggota dalam mengoperasionalkan kebijakan–kebijakan strategis yang ditetapkan Rapat Anggota. Penguruslah yang mewujudkan arah kebijakan strategis yang menyangkut organisasi maupun usaha. 3. Pengawas mewakili anggota untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan yang dilaksanakan oleh pengurus. Pengawas dipilih dan diberhentikan oleh Rapat Anggota. Oleh sebab itu, dalam struktur organisasi koperasi, posisi Pengawas dan Pengurus sama. 4. Pengelola
adalah
tim
manajemen
yang
diangkat
dan
diberhentikan oleh Pengurus, untuk melaksanakan teknis operasional di bidang usaha. Hubungan Pengelola dengan Pengurus koperasi adalah hubungan kerja atas dasar perikatan dalam bentuk perjanjian dan kontrak kerja. 2.2. Koperasi Pegawai Menurut Iqbal dan Simanjuntak (2004), Koperasi Karyawan merupakan Koperasi Pegawai. Nama Koperasi Pegawai banyak digunakan oleh instansi pemerintah dan BUMN. Koperasi karyawan adalah koperasi yang anggotanya terdiri dari individu-individu karyawan dalam lingkungan suatu perusahaan. Prinsip-prinsip koperasi yang dijalankan sama dengan prinsip koperasi pada umumnya. 2.3. Piutang Menurut Niswonger, et al. (1999), piutang merujuk pada claims (tagihan) dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi, sehingga piutang merupakan bagian yang signifikan dari aktiva lancar perusahaan. Pengertian piutang secara khusus adalah sebagai suatu perkiraan yang timbul akibat adanya tambahan kegiatan perusahaan dalam hal pemberian kredit. Menurut Kieso, et al. (2002), piutang (receivables) adalah klaim uang, barang, atau jasa kepada pelanggan atau pihak-pihak lainnya. Untuk tujuan pelaporan keuangan, piutang diklasifikasikan sebagai piutang lancar dan
10
piutang jangka panjang. Piutang lancar diharapkan akan tertagih dalam satu tahun atau selama satu siklus operasi berjalan, mana yang lebih panjang. Semua piutang lain diklasifikasikan sebagai piutang jangka panjang. 2.4. Penggolongan Piutang Menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan menjadi piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha timbul karena penjualan produk atau jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang yang timbul dari transaksi di luar kegiatan usaha normal di perusahaan digolongkan sebagai piutang lain-lain (Barlian dan Sundjaja, 2003). Menurut Tangkilisan (2003), berdasarkan jangka waktunya kredit diklasifikasikan menjadi tiga yaitu: 1. Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang jangka waktunya tidak lebih dari satu tahun. 2. Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang jangka waktunya satu sampai tiga tahun. 3. Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang jangka waktunya lebih dari tiga tahun. 2.5. Manajemen Piutang Menurut Warsini (2003), manajemen piutang mempelajari bagaimana piutang bisa dikelola dengan efisien. Rata-rata saldo piutang ditentukan oleh dua faktor yaitu penjualan kredit per hari dan jumlah hari-hari rata periode pengumpulan piutang. Keduanya sangat tergantung pada kebijakan kredit yang dijalankan oleh perusahaan. Piutang mengandung risiko berupa kegagalan penagihan atau biasa disebut bad debts. Kemungkinan risiko ini akan semakin kecil apabila perusahaan hanya melakukan penjualan kredit kepada pelanggannya yang terkuat saja. Apabila bad debts terjadi maka akan kehilangan penjualan dan laba. Selain risiko tersebut, perlu diketahui bahwa investasi dalam piutang lebih kecil risikonya dibandingkan investasi lain dalam aktiva. Namun, piutang memiliki risiko yang lebih besar daripada investasi dalam kas ( Sundjaja, 2003).
11
2.6. Kebijakan Pemberian Kredit dan Penagihan Utang Menurut Barlian dan Sundjaja (2003), manajer keuangan pada umumnya mengawasi piutang dagang melalui keterlibatannya dalam pengelolaan: a. Kebijakan kredit, suatu penentuan dalam penyeleksian pemberian kredit, standar kredit dan syarat kredit. b. Kebijakan penagihan, pendekatan perusahaan untuk mengelola setiap aspek piutang dagang sangat dipengaruhi oleh kondisi persaingan. Seleksi dalam pemberian kredit adalah suatu keputusan dimana seseorang/perusahaan akan memberikan kredit kepada pelanggannya dan berapa besar kredit yang akan diberikan. Lima dimensi utama untuk menganalisis kemampuan pemohon kredit, yaitu: 1. Karakter, meneliti dan memperhatikan sifat pribadi, cara hidup, status sosial dan lain-lain. Hal ini penting karena berkaitan dengan kemauan untuk membayar. 2. Kemampuan, meneliti kemampuan pimpinan perusahaan beserta stafnya dalam meraih penjualan atau pun pendapatan yang dapat diukur dari penjualan yang dicapai pada masa lalu dan juga keahlian yang dimiliki dalam bidang usahanya. Hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk membayar. 3. Kapital, mengukur posisi keuangan secara umum dengan memperhatikan kapital/modal yang dimiliki perusahaan dan juga perbandingan hutang dan kapital. 4. Kolateral, mengukur besarnya aktiva yang akan diikatkan sebagai kolateral atas kredit. 5. Kondisi, memperhatikan kondisi perekonomian pada umumnya serta kecenderungan perekonomian yang akan mempengaruhi terhadap jalannya usaha perusahaan. Kebijakan penagihan piutang adalah sekumpulan prosedur penagihan piutang dagang pada saat jatuh tempo. Pendekatan umum yang digunakan untuk mengevaluasi kredit dan kebijakan penagihan meliputi:
12
a.
Rasio rata-rata periode tagih.
b. Pengumuran piutang Teknik-teknik penagihan yang biasa dilakukan adalah: 1. Mengirimi surat 2. Menelepon 3. Mendatangi 4. Menggunakan agen/orang lain 5. Tindakan secara hukum. Menurut Brigham dan Houston (2001), kebijakan investasi dalam piutang yang diterapkan dalam perusahaan ada tiga tipe yaitu: 1. Kebijakan investasi dalam piutang longgar, yaitu suatu kebijakan dimana penjualan kredit digalakkan dengan kebijakan penjualan kredit yang longgar sehingga mengakibatkan tingkat piutang usaha yang tinggi. 2. Kebijakan investasi dalam piutang yang ketat, yaitu suatu kebijakan di mana
berusaha
untuk
meminimumkan
piutang
usaha.
Dengan
meningkatkan syarat kredit, memperpendek periode kredit dan kebijakan penagihan yang ketat. 3. Kebijakan investasi dalam piutang yang moderat, yaitu suatu kebijakan piutang di antara kebijakan longgar dan ketat. 2.7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Piutang Menurut Riyanto dalam Susilo (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi piutang adalah sebagai berikut: 1. Volume penjualan kredit Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan akan memperbesar jumlah investasi dalam piutang. Dengan makin besarnya volume penjualan kredit setiap tahunnya berarti bahwa perusahaan itu harus menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam piutang. Makin besarnya jumlah piutang berarti semakin besar risiko, tetapi juga dapat memperbesar keuntungan. 2. Syarat pembayaran penjualan kredit Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti perusahaan
13
lebih mengutamakan keselamatan kredit daripada profitabilitasnya. Syarat yang ketat misalnya dalam bentuk batas waktu pembayarannya yang pendek, pembebanan bunga yang tinggi akan berpengaruh terhadap keterlambatan pembayaran piutang. 3. Ketentuan tentang pembatasan kredit Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas maksimal bagi kredit yang diberikan kepada para pelanggannya. Semakin tinggi batas maksimal yang ditetapkan bagi pelanggan maka makin besar pula dana yang diinvestasikan dalam piutang. Makin selektif para pelanggan yang dapat diberi kredit, akan memperkecil jumlah investasi dalam piutang. 4. Kebijaksanaan dalam mengumpulkan piutang Hal ini dapat dilaksanakan secara aktif dan dapat pula secara pasif. Kebijaksanaan secara aktif akan mempunyai pengeluaran uang yang lebih besar untuk membiayai aktivitas pengumpulan piutang tersebut, namun dengan dilaksanakannya kebijaksanaan ini kemungkinan akan mempunyai investasi piutang yang lebih kecil apabila dibandingkan dengan perusahaan yang melaksanakan kebijakan secara pasif. 5. Kebiasaan membayar dari para pelanggan Pada
umumnya,
pelanggan
akan
menggunakan
kesempatan
untuk
mendapatkan cash discount tetapi ada pula yang tidak mempergunakan kesempatan tersebut. Perbedaan cara pembayaran ini tergantung pada cara penilaian mereka, mana yang lebih menguntungkan antara kedua alternatif tersebut.
14
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual KOPASJA merupakan jenis koperasi serba usaha yang kegiatan utamanya adalah simpan pinjam disamping usaha penjualan. Usaha simpan pinjam dikelola oleh USP sedangkan usaha penjualan dikelola oleh UBU. Kedua unit ini memiliki pelayanan yang serupa yaitu usaha pemberian pinjaman kredit, di mana USP memberikan kredit berupa uang sedangkan UBU memberikan kredit berupa barang. Adanya kegiatan ini tentu saja membuat piutang anggota KOPASJA selalu ada. Proporsi piutang anggota terhadap total aktiva di KOPASJA selama periode analisis selalu lebih dari tiga perempat dan rata-rata mencapai 80,2%, di mana untuk koperasi serba usaha kondisi idealnya hanya mencapai 6070% dari total aktiva. Selain itu, dari 80,2% sebagian besar merupakan piutang tidak lancar. Tentu saja hal ini mempengaruhi kinerja manajemen piutang KOPASJA. Untuk mengetahui kinerja manajemen piutang KOPASJA diperlukan sumber-sumber informasi baik berupa data primer maupun data sekunder. Data sekunder seperti laporan pengurus, laporan pengawas, dan laporan keuangan menjadi sumber data yang diolah dengan menggunakan alat analisis keuangan yaitu analisis rasio, horisontal dan vertikal untuk menganalisis kinerja manajemen piutang KOPASJA dan unit usaha koperasi yang lebih efisien dalam mengelola piutang. Data primer yang diperoleh dari wawancara dapat digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi piutang KOPASJA. Sehingga pada akhir penelitian ini dapat diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan peneitian serta diberikan saran bagi KOPASJA dalam menjalankan manajemen piutang agar menjadi lebih baik. Kerangka pemikiran konseptual yang mendasari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
15
Kondisi Piutang KOPASJA: -Proporsi piutang anggota terhadap total aktiva sangat besar -Kelalaian pinjaman sangat besar
Manajemen Piutang
LPJ Pengurus
Pengelola
Wawancara
Analisis deskriptif
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Piutang KOPASJA
Laporan Pengawas
Laporan Keuangan: -Neraca -Laba rugi
Analisis Keuangan: -Analisis Rasio (Utama & PEARLS) -Analisis Horisontal -Analisis Vertikal
Kinerja Manajemen Piutang dan Unit Usaha yang Lebih Efisien
Kesimpulan dan Saran
Gambar 1. Kerangka pemikiran konseptual
16
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Koperasi Pegawai Arta Sarana Jahtera (KOPASJA) Departemen Keuangan Republik Indonesia. KOPASJA berlokasi di Jl. Dr. Wahidin, Lantai Dasar Gedung 16 Lantai, Jakarta 10710. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-April 2006. 3.3. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pihak manajemen KOPASJA. Adapun data sekunder diperoleh dari laporan manajemen koperasi yang meliputi laporan keuangan tahunan koperasi, laporan pertanggungjawaban pengurus dan laporan pengawas dan prosedur pengajuan, pemberian, pembayaran, penagihan piutang serta literaturliteratur koperasi yang terkait dengan kebutuhan data penelitian. Sumber data diperoleh dari data eksternal, seperti data dari instansi luar yang terkait dan data internal, seperti data dari koperasi. Sebagai penunjang, dikumpulkan juga informasi dan data dari instansi yang terkait yaitu Kantor Kementerian Koperasi dan UKM, Departemen Keuangan RI, Badan Pusat Statistik RI, Perpustakaan LSI IPB, Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, Perpustakaan Departemen Manajemen serta berbagai instansi lainnya serta literatur
yang relevan
dengan penelitian. 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh diseleksi untuk mengurangi terjadinya kesalahan, diolah dengan melakukan tabulasi terlebih dahulu sehingga memudahkan dalam menginterpretasikan data, kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.
Data
kuantitatif
diolah
secara
manual
maupun
secara
komputerisasi dengan menggunakan analisis rasio, analisis horisontal dan analisis vertikal. Data yang diolah disajikan dalam bentuk tabel dan grafik agar mudah dibaca. Selanjutnya data tersebut diuraikan secara kualitatif dan disajikan dalam bentuk uraian deskriptif. Pendekatan yang dilakukan dalam
17
pengelolaan hasil dan analisis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah pendekatan akuntansi dan statistik. 3.4.1. Analisis Penilaian Kinerja Piutang Analisis
kinerja
piutang
dapat
dilaksanakan
dengan
menggunakan analisis rasio, analisis horisontal dan analisis vertikal. Analisis-analisis ini digunakan untuk mengetahui kondisi dan perkembangan kinerja piutang koperasi, apakah dalam keadaan naik, turun atau stabil. Kemudian, apakah kondisi koperasi dalam keadaan ideal atau tidak. A. Analisis Rasio Analisis rasio digunakan untuk melihat perkembangan kinerja keuangan terutama yang berkaitan dengan kinerja piutang koperasi. Lihat Lampiran 2. Dalam menganalisis hal tersebut digunakan rasio utama dan PEARLS, rasio utama merujuk pada Gill (2004) dan PEARLS merujuk pada Rebowo (2001) yaitu: 1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan koperasi dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo. Rasio ini dapat menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek. Rasio likuiditas terdiri atas: a. Rasio Cepat (Quick Ratio) Rasio cepat merupakan perbandingan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan hutang lancar. Persediaan dianggap aktiva lancar yang kurang likuid. Rasio ini mengukur
kemampuan
koperasi
dalam
memenuhi
kewajibannya tanpa memperhitungkan persediaan. b. Rasio Posisi Kas (Cash Ratio) Rasio posisi kas merupakan perbandingan antara kas ditambah bank dengan hutang lancar. Rasio ini mengukur kemampuan koperasi yang sesungguhnya untuk memenuhi hutang-hutangnya tepat pada waktunya. Semakin tinggi
18
rasionya tidak selalu berakibat baik karena kas yang banyak berada di tangan memperlihatkan dana yang menganggur. c. Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar digunakan untuk mengukur kemampuan koperasi dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini membandingkan antara aktiva lancar dan pasiva lancar. Semakin besar nilai rasio maka semakin likuid. 2. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas digunakan untuk mengetahui kecepatan beberapa perkiraan menjadi penjualan atau kas. Rasio aktivitas terdiri atas: a. Rasio Perputaran Piutang (Account Receiveable Turn-Over Ratio) Rasio ini menunjukkan berapa kali koperasi menagih piutangnya dari pemberian pinjaman anggota dan penjualan kredit
dalam
satu
periode.
Rasio
ini
merupakan
perbandingan antara jumlah pemberian pinjaman anggota dan penjualan kredit dengan rata-rata piutang. Jika koperasi memiliki
kesulitan
dalam
penagihan
maka
koperasi
mempunyai saldo piutang yang besar atau over investment dalam piutang dan rasionya rendah yang mengakibatkan inefisiensi.
Sebaliknya
jika
perusahaan
mempunyai
kebijakan kredit dan prosedur penagihan yang baik maka saldo piutang rendah sehingga rasionya tinggi. b. Hari Rata-Rata Pengumpulan Piutang (Average Collection Period) Rasio ini mengukur pengelolaan piutang yang efisien pada koperasi dan menunjukkan jangka waktu rata-rata yang harus ditunggu koperasi setelah melakukan penjualan sebelum menerima kas. Rasio ini membandingkan antara piutang dengan jumlah pemberian pinjaman anggota dan penjualan kredit/360. Dari perhitungan tersebut bermanfaat untuk
19
mengevaluasi kebijakan pinjaman dan penagihan karena dapat diketahui apakah hari rata-rata pengumpulan piutang realisasi sesuai dengan standar atau tidak. Apabila hari ratarata pengumpulan piutang selalu lebih besar daripada batas waktu pembayaran yang telah ditetapkan tersebut berarti bahwa cara pengumpulan piutangnya kurang efisien. 3. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas mengukur kemampuan koperasi untuk membayar semua utang-utangnya, baik utang jangka pendek maupun utang jangka panjang. Solvabilitas diukur dengan perbandingan antara total aktiva dengan total utang. Ukuran ini mensyaratkan
agar
koperasi
mampu
memenuhi
semua
kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kondisi ideal koperasi adalah apabila koperasi dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya (likuid) dan juga memenuhi kewajiban jangka panjangnya (solvable). 4. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas disebut juga dengan rasio rentabilitas. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan koperasi dalam memperoleh keuntungan dari kegiatan usaha dan modal yang diberikan. Koperasi menghasilkan laba yang diperoleh setiap periode tertentu, disebut SHU. Rasio profitabilitas yang digunakan, diantaranya: a. Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin) Rasio ini merupakan perbandingan antara pendapatan dikurangi HPP dengan pendapatan. Semakin tinggi marjin laba kotor maka semakin baik dan secara relatif semakin rendah harga pokok barang yang dijual. b. Marjin Laba Operasi (Operating Profit Margin) Rasio ini mengukur laba yang dihasilkan murni dari operasi koperasi tanpa melihat beban keuangan (bunga) dan beban
20
dari pemerintah (pajak). Rasio ini membandingkan antara SHU sebelum pajak dengan pendapatan usaha. c. Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin) Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak dibandingkan dengan pendapatan usaha. Semakin tinggi rasio maka semakin baik kemampuan menghasilkan laba bersih. d. Hasil Atas Aktiva (Return On Asset) ROA adalah ukuran keseluruhan keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia. Semakin tinggi rasio akan semakin baik ROA dirumuskan sebagai perbandingan antara SHU setelah pajak dengan total aktiva. e. Rentabilitas Ekonomi Rentabilitas
ekonomi
menunjukkan
seberapa
besar
keuntungan yang dihasilkan dengan modal yang dimiliki. Rentabilitas ekonomi membandingkan SHU setelah pajak dengan total modal. f. Rentabilitas Modal Sendiri Rentabilitas modal sendiri menunjukkan seberapa besar keuntungan yang dihasilkan dengan modal sendiri. Rasio ini membandingkan antara SHU setelah pajak dengan modal sendiri. 5. Rasio PEARLS Rasio PEARLS merupakan rasio yang digunakan khusus kepada Unit Simpan Pinjam. Rumusan lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2. Sejak tahun 1990, WOCCU (World Council of Credit Union) telah menerapkan seperangkat rasio keuangan yang dikenal dengan sebutan PEARLS. Setiap huruf dalam PEARLS
merupakan
singkatan
yang
digunakan
untuk
mengukur bidang-bidang pokok dalam pengelolaan usaha simpan pinjam, yaitu:
21
a. Protection (Perlindungan) Perlindungan
diukur
dengan
cara
membandingkan
kecukupan cadangan risiko terhadap jumlah jumlah kelalaian pinjaman. Tingkat perlindungan dinyatakan cukup jika suatu unit simpan pinjam mempunyai cadangan risiko yang cukup untuk melindungi 100% jumlah kelalaian pinjaman yang lebih dari 12 bulan dan 35% bagi kelalaian pinjaman antara 1-12 bulan. b. Effective Financial Structur (Struktur Keuangan yang Efektif) Struktur keuangan unit simpan pinjam merupakan faktor terpenting
dalam menentukan potensi pertumbuhan,
kepastian pendapatan dan kekuatan keuangan secara keseluruhan. Perbandingan harta, kewajiban dan modal yang ideal sebagai berikut: 1) Harta, 95% harta produktif terdiri dari simpanan beredar (70-80%) dan investasi lancar (10-20%), 5% harta tidak produktif terutama berupa harta tetap (tanah, bangunan, sarana, dll). 2) Kewajiban, 70-80% simpanan non saham anggota. 3) Modal, 10-20% modal saham anggota dan 10% modal lembaga. c. Asset Quality (Kualitas Harta) Rasio kelalaian pinjaman, kurang dari 5%. Rasio kelalaian pinjaman menjadi ukuran terpenting dari kelemahan usaha simpan
pinjam.
Jika
kelalaiannya
tinggi,
biasanya
berpengaruh pada semua bidang pokok pengelolaan USP. Rasio harta tidak menghasilkan (non earning asset) maksimal 5%. Rasio pokok kedua adalah persentase dari harta tidak menghasilkan. Semakin tinggi rasionya, semakin sulit untuk memperoleh pendapatan yang cukup.
22
d. Rates of Return and Cost (Tingkat Pengembalian dan Biaya) Sistem
PEARLS
memilah
semua
komponen
utama
pendapatan bersih untuk membantu manajemen dalam menghitung hasil investasi dan biaya operasi. Dengan membandingkan struktur keuangan dengan hasil-hasil investasi memungkinkan untuk menetapkan bagaimana usaha simpan pinjam mampu menempatkan secara efektif sumber-sumber
produktifnya
dalam
investasi
yang
menelurkan hasil terbaik. Informasi pendapatan USP dari: 1) Pendapatan keuangan : pendapatan beredar, investasi lancar dan investasi keuangan. 2) Pendapatan non keuangan dan pendapatan lain-lain. Informasi biaya usaha simpan pinjam dipergunakan untuk: 1) Biaya keuangan : Bunga simpanan non saham anggota, bunga pinjaman dari luar, bunga modal saham anggota. 2) Biaya operasi : Biaya personil, biaya organisasi, biaya pemasaran, biaya administrasi dan biaya penyusutan. e. Liquidity (Likuiditas) Likuiditas merujuk pada uang kas yang diperlukan untuk melayani penarikan simpanan non saham. Sistem PEARLS menganalisis likuiditas dari tiga perspektif, yaitu: 1) Cadangan likuiditas secara keseluruhan Indikator ini mengukur persentase simpanan non saham yang diinvestasikan dalam harta lancar baik di KSP tingkat sekunder maupun Bank Umum. Nilai idealnya adalah antara 10-20% dari simpanan non saham. 2) Cadangan likuiditas Cadangan likuiditas di tingkat sekunder
sebaiknya
menjadi kewajiban bagi setiap usaha simpan pinjam.
23
3) Dana lancar menganggur Cadangan likuiditas ini penting, tetapi juga berarti biaya yang kehilangan peluang. Maka cadangan likuiditas menganggur diupayakan sampai tingkat minimum, bahkan sedekat mungkin dengan titik nadir. f. Sign of Growth (Tanda-Tanda Pertumbuhan) Satu-satunya cara yang paling berhasil untuk memelihara nilai harta adalah melalui pertumbuhan harta yang kuat dan akseleratif disertai dengan profitabilitas berkelanjutan. Pertumbuhan usaha simpan pinjam diukur dalam bidangbidang pokok sebagi berikut: 1) Pertumbuhan harta seluruhnya (aset) 2) Pertumbuhan pinjaman beredar 3) Pertumbuhan simpanan non saham 4) Pertumbuhan simpanan saham 5) Pertumbuhan modal lembaga 6) Pertumbuhan anggota koperasi Sistem PEARLS dirancang sebagai perangkat manajemen yang mampu mengidentifikasi segala permasalahan untuk membantu manajer menemukan solusi yang berarti terhadap kelemahan-kelemahan Usaha Simpan Pinjam. Dengan menggunakan sistem ini manajer dapat menempatkan bidang-bidang pokok yang bermasalah kemudian menyusun peraturan-peraturan yang diperlukan sebelum masalah menjadi serius. Intinya PEARLS adalah sistem peringatan dini yang memberikan informasi manajemen yang berharga. Penggunaan rumus-rumus rasio keuangan yang baku dalam sistem PEARLS akan mengurangi ragam kriteria evaluasi yang terdapat dalam usaha simpan pinjam. Sistem ini juga menciptakan bahasa keuangan yang universal sehingga setiap orang dapat mempelajari dan memahaminya. Apabila dibandingkan dengan sistem rasio keuangan yang lain,
24
ternyata sistem PEARLS mempunyai kelebihan-kelebihan sebagai berikut: 1) Sistem PEARLS mengevaluasi struktur keuangan dalam neraca.
Inilah
yang
merupakan
kerawanan
dan
keprihatinan sehingga pengelolaan usaha simpan pinjam melakukan
restrukturisasi
keuangan
dalam
neraca
mencakup harta, kewajiban, dan modal. Struktur neraca mempunyai dampak langsung pada efisiensi dan probabilitas. 2) Sistem PEARLS secara khusus
mengevaluasi tingkat
pertumbuhan. Pertumbuhan harta seluruhnya merupakan strategi kunci yang digunakan untuk mengatasi masalahmasalah yang akan datang bersama-sama dengan devaluasi moneter dan inflasi yang melaju. Dalam lingkungan makro ekonomi yang relatif tidak bersahabat, usaha
simpan
pinjam
harus
memelihara
tingkat
pertumbuhan yang agresif jika ingin melindungi nilai hartanya. B. Analisis Horisontal Analisis horisontal atau yang lebih dikenal dengan analisis trend. Analisis trend digunakan untuk menilai perkembangan usaha perusahaan dari tahun ke tahun dengan cara melihat kecenderungan pergerakan pos-pos dalam laporan keuangan jika dibandingkan dengan pos yang sama pada tahun dasar. Analisis ini merupakan pelengkap bagi analisis rasio, dalam penelitian ini yang dijadikan tahun dasar adalah tahun 1999 karena merupakan tahun pertama dari deretan tahun-tahun yang dianalisis. Secara matematis analisis trend ini dirumuskan sebagai berikut: Rxt =
Pxt x 100%........................................................................ (1) Pxo
25
Keterangan: Rxt = nilai % tahun ke-t Pxt = pos x dalam laporan keuangan yang akan dianalisis Pxo = pos x dalam laporan keuangan sebagai tahun dasar C. Analisis Vertikal Analisis vertikal adalah analisis proporsi pos-pos laporan keuangan terhadap suatu nilai dalam laporan keuangan yang umum yaitu laporan laba rugi dan neraca keuangan. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai pos dasar adalah tahun 1999 karena menjadi tahun pertama dalam analisis. Secara matematis analisis trend ini dirumuskan sebagai berikut: Ryi =
Pyi x 100% ........................................................................ (2) Pyo
Keterangan: Ryi = nilai % pos yang dibandingkan Pyi = pos x dalam laporan keuangan tahun ke-i Pyo = pos dasar sebagai pembanding 3.4.2. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Piutang Faktor-faktor yang
mempengaruhi
piutang
diketahui
dari
wawancara langsung, yaitu menanyakan secara langsung (bertatap muka) dengan narasumber yaitu pengelola KOPASJA mengenai permasalahan yang ada. Kemudian hasil wawancara dilakukan analisis deskriptif dan diuraikan secara deskriptif pula. 3.5. Definisi Operasional 1. Koperasi aktif adalah koperasi yang dalam dua tahun terakhir mengadakan RAT atau koperasi yang dalam tahun terakhir melakukan kegiatan usaha. 2. Modal sendiri adalah modal yang menanggung risiko (modal ekuitas) atau merupakan kumulatif dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan hibah.
26
3. Modal luar adalah modal yang dipinjam koperasi yang berasal dari anggota,
koperasi
lainnya,
bank/lembaga
keuangan,
penerbitan
obligasi/surat berharga dan sumber-sumber lainnya. 4. Simpanan
pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang
wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota dan tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota. 5. Simpanan saham terdiri dari simpanan pokok dan simpanan wajib. 6. Simpanan non saham terdiri dari simpanan sukarela, simpanan bunga harian, simpanan sukarela berjangka dan lain-lain. 7. Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang harus dibayarkan oleh anggota koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu dan dapat diambil dengan cara-cara yang dapat diatur lebih lanjut. 8. Simpanan sukarela adalah jumlah tertentu yang diserahkan oleh anggota atau bukan anggota terhadap koperasi atas kehendak sendiri sebagai simpanan yang dapat diambil sewaktu-waktu. 9. Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah pendapatan koperasi yang di peroleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. 10. Kinerja dapat diartikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau tujuan organisasi.
27
IV. GAMBARAN UMUM KOPERASI
4.1. Sejarah KOPASJA KOPASJA didirikan sejak tanggal 2 September 1989 dengan status belum berbadan hukum walaupun telah memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Awalnya KOPASJA diarahkan sebagai koperasi yang bergerak dalam bidang Jasa Pelayanan Keuangan. Selama tiga tahun, kondisi KOPASJA bertahan sebagai lembaga keuangan bagi anggotanya. Pada tahun 1992, tepatnya pada tanggal 29 Januari KOPASJA memperoleh Status Badan Hukum Koperasi berdasarkan keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Koperasi DKI Jakarta No. 4/BPLP/X/I/1992. Ruang lingkup bidang usaha KOPASJA menjadi Koperasi Serba Usaha. Namun demikian, pada tahap awal berdasarkan kesepakatan Rapat Anggota KOPASJA masih cenderung diarahkan pada usaha Lembaga Simpan Pinjam yang merupakan dasar terciptanya sumber pembiayaan dari, oleh dan untuk anggotanya dengan jasa yang layak. Kecenderungan usaha dimaksudkan untuk memberikan pelayanan pinjaman kepada anggota terutama kepada pegawai yang berpangkat golongan rendah agar dapat mengurangi ketergantungannya kepada pelepas uang (rentenir) yang pada gilirannya pelepas uang (rentenir) tersebut hanya akan menyalahgunakan kelemahan pegawai yang membutuhkan dana. Pada perkembangannya, KOPASJA tidak lagi semata-mata sebagai sumber pinjaman dengan prosedur yang sederhana dan jasa pinjaman yang layak, tetapi telah mengupayakan anggotanya agar dapat merasakan bahwa koperasi dapat pula menguntungkan sebagai tempat menyimpan atau investasi yang aman dan likuid disertai hasil yang baik. Oleh karena itu, KOPASJA yang pada awalnya beranggotakan pegawai yang berorientasi meminjam menjadi berorientasi menyimpan.
28
4.2. Profil KOPASJA KOPASJA sebagai koperasi yang berada di lingkungan Departemen Keuangan. KOPASJA berlokasi di Jl. Dr. Wahidin, Lantai Dasar Gedung 16 Lantai, Jakarta 10710, termasuk Kelurahan Pasar Baru, Kecamatan Sawah Besar, Kotamadya Jakarta Pusat, Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Suatu organisasi tidak akan pernah luput dari visi yang ingin dicapainya, demikian halnya dengan KOPASJA. Sebagai koperasi, KOPASJA memiliki visi atau tujuan yaitu: 1. Mengembangkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan kemajuan lingkungan kerja pada umumnya dalam rangka menggalang terlaksananya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. 2. Menghimpun, mengarahkan, memupuk dana dan menciptakan sumber pembiayaan serta sebagai wahana investasi. 3. Mengembangkan sikap menghemat dari penggunaan uang secara bijaksana dan berencana dari anggotanya. Asas yang diterapkan dalam menjalankan operasional KOPASJA adalah asas kekeluargaan dan kegotongroyongan. Adapun prinsip-prinsip yang dipegang teguh oleh KOPASJA sama dengan apa yang telah dirumuskan dalam Undang-Undang Koperasi No. 25 Tahun 1992, yaitu: a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka, b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis, c. Pembagian SHU dilaksanakan secara adil dan sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota, d. Pembagian balas jasa yang terbatas pada modal, e. Kemandirian, f. Pendidikan perkoperasian, g. Kerjasama antarkoperasi. Dilihat dari bentuknya, KOPASJA merupakan salah satu koperasi primer yang ada di Indonesia. KOPASJA diperuntukkan khusus kepada pegawai yang bekerja di lingkungan Departemen Keuangan, hal ini mengindikasikan bahwa KOPASJA merupakan Koperasi Pegawai.
29
KOPASJA berbadan hukum pada tanggal 29 Januari 1992 dengan Status Badan Hukum Koperasi Serba Usaha di mana sebelumnya masih menjadi Lembaga Jasa Pelayanan Keuangan. Sebagai Koperasi Serba Usaha, KOPASJA cukup lama untuk membuka unit baru selain USP, yaitu UBU. Unit tersebut baru diselenggarakan pada bulan Oktober 1999 berarti terdapat jangka waktu sebesar tujuh tahun sejak diperoleh status badan hukum. Hingga bulan Mei 2002 kedua unit KOPASJA tersebut masih tetap bertahan. Namun, pada bulan Juni 2002 operasional UBU tidak lagi dikelola oleh KOPASJA. Terhitung sejak tanggal 1 Juni 2002 UBU yang diwakili oleh Warung Serba Ada (Waserda) telah dilakukan kerjasama pemanfaatan ruangan antara KOPASJA dengan pihak ketiga dalam hal ini Ir. R. M. Tony Subagio, Direktur CV. Hepton Gemilang Prima (HGP). Perjanjian kerjasama ini berlaku dalam jangka waktu lima tahun sehingga akan berakhir pada tanggal 31 Mei 2007. Pada periode analisis, yaitu 1999-2004 KOPASJA telah melaksanakan program kerja yang memberikan perubahan yang besar dalam tubuh KOPASJA. Hal ini dapat diketahui dengan adanya UBU pada tanggal 30 Oktober 1999 yaitu dengan menyelenggarakan Waserda, jasa boga, biro perjalanan dan jasa konsultasi arsitektur. Selain itu KOPASJA juga melakukan kerjasama dengan: 1. Pusat Koperasi Kredit (Puskopdit) Jakarta di mana KOPASJA sebagai anggota simpan pinjam. 2. Perum sarana Pengembangan Usaha (eks Perum PKK) di mana KOPASJA sebagai penerima pinjaman. 3. PT Jasa Raharja di mana KOPASJA sebagai penerima pinjaman. 4. Warung makanan khas Jawa Timur di mana KOPASJA sebagai fasilitator pemanfaatan ruangan, di mana dilaksanakan oleh Pengurus Bidang Perkreditan dan Pengurus Bidang Aneka Usaha. 5. PT Mitratama, yaitu biro perjalanan di mana KOPASJA sebagai mitra pemasaran.
30
KOPASJA dalam menjalankan operasionalnya memiliki kegiatan rutin yang bertujuan untuk menghidupkan dan mengembangkan koperasi seperti: a. Mensosialisasikan koperasi di lingkungan Departemen Keuangan, b. Melakukan pengawasan administrasi keuangan setiap bulan sekali pada minggu ketiga, c. Meningkatkan pelayanan anggota, d. Meningkatkan jumlah pinjaman anggota, e. Menyelenggarakan program pendidikan anggota tentang perkoperasian melalui kerjasama dengan Pukopdit Jakarta dan Kantor Koperasi Kodya Jakarta Pusat, f. Memperluas bidang usaha koperasi. 4.2.1. Unit Simpan Pinjam USP merupakan unit yang menjadi primadona dari KOPASJA. Unit ini telah menjalankan operasinya sejak berdirinya KOPASJA yaitu sebelum memiliki status badan hukum. USP KOPASJA mengelola uang yang dihimpun dari anggota dan menyalurkannya kepada anggota dengan cara memberikan pinjaman kepada anggota. Selama ini USP menyokong KOPASJA dengan melaksanakan kegiatan atau program sebagai berikut: 1. Melaksanakan program penambahan anggota dalam hal ini memproses
serta
mengadministrasikan
permohonan
anggota
KOPASJA yang baru masuk menjadi anggota, selama menjadi anggota dan berhenti dari keanggotaan KOPASJA. 2. Melaksanakan pencatatan atas seluruh penerimaan dan pengeluaran yang berkaitan dengan manajemen, organisasi serta semua transaksi termasuk permohonan pinjaman dan angsuran para anggota KOPASJA. 3. Menyiapkan laporan keuangan untuk keperluan anggota, pengurus, organisasi, koperasi lainnya serta pihak-pihak yang berkepentingan dengan KOPASJA.
31
4. Melaksanakan kegiatan menampung para pelajar dan mahasiswa yang melakukan praktek kerja lapangan dengan persetujuan pengurus. 5. Membantu pengurus dalam mempersiapkan surat-menyurat untuk kepentingan kerjasama KOPASJA dengan pihak lain. 6. Mengupayakan adanya perwakilan di setiap unit eselon I, II dan III yang telah menjadi anggota KOPASJA. 7. Menerima penawaran untuk mengikuti pendidikan bagi para anggota KOPASJA
dari
Lembaga
Pendidikan
dan
Training
Seminar/Lokakarya tentang koperasi. 8. Mengupayakan untuk meniadakan atau memperkecil kredit macet para anggota KOPASJA. 9. Melaksanakan RAT 4.2.2. Unit Bidang Usaha UBU diadakan dengan maksud untuk meningkatkan pelayanan kepada
anggota,
memperluas
bidang
usaha
KOPASJA
serta
mendukung perkembangan KOPASJA sebagaimana tertuang dalam RAT ke-7 tahun 1998. Pada
uraian
menyelenggarakan
di
atas
telah
dipaparkan
bahwa
kegiatan
yang
dianggap
produkif
UBU dan
menguntungkan seperti: a. Warung Serba Ada (Waserda), berfungsi sebagai toko yang menyediakan kebutuhan antara lain bahan pokok sehari-hari, pakaian jadi, obat-obatan, barang elektronik, barang asesoris dan kerajinan
tangan.
Usaha
ini
perkembangannya
kurang
menggembirakan, sehingga pada tahun 2002 diadakan kerjasama pemanfaatan ruangan dengan pihak ketiga, di mana pihak ketiga memperoleh fasilitas: 1. Nurkusuma Salon 2. Klinik Akupunktur Virkist 3. Wartel Gemilang 4. Mini Market
32
5. Photocopy 6. Bakery IRMA 7. Ayam Goreng b. Jasa Boga, berfungsi sebagai tempat pelayanan penyediaan makanan antara lain soto, tahu campur dan makanan khas daerah lainnya. Usaha ini menggunakan sistem bagi hasil dengan pihak ketiga. c. Biro Perjalanan, berfungsi sebagai tempat pelayanan pengadaan tiket pesawat udara, kereta api, kapal laut dan transportasi lainnya. Kegiatan ini berlangsung kurang lebih selama dua tahun. Pada bulan Oktober
2001,
pihak
Biro
Perjalanan
menyatakan
untuk
mengundurkan diri karena tidak dapat berkembang seperti yang diharapkan. d. Jasa Konsultasi Arsitektur, berfungsi sebagai tempat pelayanan konsultasi gratis di bidang arsitektur setiap hari Rabu. e. Pemberian kredit roda dua, bekerjasama dengan Puskopdit Jakarta. Usaha ini dimulai pada tahun 2001 dan hanya berlangsung sampai tahun 2002. Bagi para anggota KOPASJA yang berminat untuk membeli motor dan barang-barang elektronik dapat mengajukan kredit pinjaman seperti pengajuan pinjaman untuk keperluan lainnya. 4.2.3. Keanggotaan Semboyan KOPASJA adalah dari, oleh dan untuk anggota sehingga tindakan atau kebijakan apapun yang dilaksanakan KOPASJA bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota. Oleh karena itu, anggota merupakan elemen terpenting dalam tubuh KOPASJA. Untuk menjadi anggota KOPASJA, pegawai Departemen Keuangan harus memenuhi beberapa prosedur penerimaan anggota. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengajukan surat permohonan secara tertulis kepada pengurus dan mendapat dukungan atau rekomendasi dari salah seorang anggota pengurus atau dua orang anggota KOPASJA. Permohonan tersebut harus mendapatkan jawaban diterima atau ditolak dari pengurus paling lama satu bulan
33
sejak permohonan diajukan sebagaimana tertuang dalam Anggaran Dasar pasal 5 ayat 6-7. Anggota KOPASJA memiliki hak dan kewajiban baik sebagai pemilik maupun pengguna jasa. Kedua peran tersebut dijalankan secara bersamaan. Anggota KOPASJA dapat terbagi dua kelompok yaitu anggota biasa dan anggota luar biasa. Anggota luar biasa tidak memiliki hak memilih dan dipilih. Adapun hak anggota sebagaimana terdapat dalam Anggaran Dasar pasal 5 ayat 4-5, yaitu: a. Menghadiri, menyatakan pendapat dan memberikan suara dalam Rapat Anggota. b. Memilih dan atau dipilih menjadi anggota Pengurus atau Pengawas. c. Meminta diadakan Rapat Anggota menurut ketentuan
dalam
Anggaran Dasar d. Mengemukakan pendapat dan saran kepada pengurus di luar Rapat Anggota baik diminta maupun tidak. e. Mendapatkan pelayanan kegiatan usaha koperasi yang sama antar sesama anggota. f. Mendapatkan bagian SHU sesuai dengan jasa usaha masingmasing anggota terhadap koperasi. g. Mendapatkan bagian sisa hasil penyelesaian. Selain itu, setiap anggota memiliki kewajiban yang harus dijalankan yaitu: a. Memenuhi AD, ART dan keputusan Rapat Anggota serta ketetapan Pengurus. b. Membayar simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan lainnya yang diputuskan oleh Rapat Anggota. c. Partisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh koperasi. d. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan.
34
e. Melunasi pinjaman pada koperasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam koperasi. f. Menanggung kerugian sesuai dengan ketentuan dalam Anggaran Dasar. Keanggotaan KOPASJA tidak dapat dipindahtangankan dan dapat berakhir apabila anggota: a. Meninggal dunia, b. Berhenti atas permintaan sendiri, c. Diberhentikan oleh pengurus karena tidak memenuhi lagi syarat keanggotaan, tidak mengindahkan kewajibannya sebagai anggota atau berbuat sesuatu yang merugikan koperasi. Adanya ketentuan tersebut diatas tentu saja mempengaruhi jumlah
anggota
KOPASJA.
Adapun
perkembangan
anggota
KOPASJA sejak didirikan hingga tahun 2002 telah mencapai 856 orang. Pencapaian tersebut tentu besar jumlahnya apabila dilihat secara umum sebagai koperasi primer, di mana berdasarkan ketentuan tentang perkoperasian jumlah minimum anggota koperasi primer sebanyak 20 orang. Namun, apabila dilihat secara khusus, KOPASJA berpotensi memiliki anggota sebanyak lebih kurang 50.000 orang, jumlah anggota KOPASJA sebesar 856 orang masih sangat kecil atau bernilai 1,7%. Tentu saja asumsi bahwa seluruh pegawai di lingkungan Departemen Keuangan Republik Indonesia menjadi anggota KOPASJA terlalu ideal, meskipun KOPASJA sendiri diperuntukkan bagi seluruh pegawai di lingkungan Departemen Keuangan Republik Indonesia. Selain itu, di setiap unit departemen terdapat koperasi pegawai. Selama tahun analisis, yaitu tahun 1999-2002 jumlah anggota KOPASJA mengalami peningkatan setiap tahunnya, kecuali tahun 2002. Pada tahun 1999, jumlah anggota KOPASJA sebanyak 721 orang, tahun 2000 sebanyak 776 orang, tahun 2001 sebanyak 880, dan tahun 2002 sebanyak 856 orang. Peningkatan terjadi pada tahun
35
1999, 2000 dan 2001 yaitu sebesar 7,76%, 6,5% 12,4%. Sedangkan pada tahun 2002 pertumbuhan anggota mengalami penurunan sebesar 2,7%. Lihat Gambar 2. Jumlah anggota 1000 800 600 Jumlah anggota
400 200 0 1999
2000
2001
2002
Gambar 2. Perkembangan anggota KOPASJA periode 1999-2002 Peningkatan yang besar ada tahun 2001, disebabkan karena KOPASJA menyediakan pelayanan/jasa kredit sepeda motor. Pelayanan kredit sepeda motor ini bekerja sama dengan Puskopdit Jakarta sehingga penawaran jasa tersebut menarik minat para anggota maupun non-anggota untuk menikmatinya. Namun, nonanggota harus mendaftarkan diri terlebih dahulu sebagai anggota agar dapat menikmati jasa kredit sepeda motor. Selain banyaknya anggota yang masuk selama periode 19992002, terdapat
sejumlah anggota yang keluar dari KOPASJA.
Secara berturut-turut dari tahun 1999 hingga tahun 2002 sebanyak 25, 19, 24 dan 7 orang. Hal ini disebabkan oleh berbagai alasan, antara lain karena pensiun, mutasi keluar daerah DKI Jakarta, menjadi anggota koperasi dari unitnya masing-masing dan meninggal dunia. Semua alasan keluarnya anggota KOPASJA bukan dikarenakan melalaikan kewajibannya sebagai anggota atau perbuatan yang merugikan KOPASJA atau atas permintaan sendiri.
36
Sejak didirikan hingga tahun 2002 keanggotaan KOPASJA telah mencapai seluruh lapisan pegawai di lingkungan Departemen Keuangan Republik Indonesia. Mulai dari lapisan bawah hingga lapisan atas, bahkan Menteri Keuangan Republik Indonesia pada tahun 1999 telah mencatatkan namanya sebagai anggota KOPASJA. 4.2.4. Struktur Organisasi dan Manajemen KOPASJA KOPASJA memiliki struktur organisasi dan manajemen dalam mengelola usaha koperasi. Struktur organisasi koperasi mengacu pada cara mengkoordinasikan aktivitas koperasi menjadi hubungan antara karyawan, pengurus, pengawas, penasehat dan anggota. Lihat Lampiran 1. RAT merupakan pemegang kekuasaan tertinggi. Keputusan yang dihasilkan dalam RAT bersifat mutlak dan mengikat kepada seluruh elemen koperasi. RAT KOPASJA diselenggarakan setiap tahun antara bulan Juni-Agustus. Berdasarkan kriteria penilaian kinerja koperasi dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, penyelenggaraan RAT untuk koperasi primer dikatakan baik apabila diselenggarakan pada awal tahun yaitu kurang dari bulan Maret sehingga dalam hal ini KOPASJA dapat dikatakan kurang baik dalam menyelenggarakan RAT dan dinilai terlalu lama dari standar. Sejak berbadan hukum hingga tahun 2002, KOPASJA telah menyelenggarakan RAT sebanyak 11 kali, sedangkan dalam kurun waktu 1999-2002 sebanyak empat kali. Dari seluruh RAT tersebut, penyelenggaraannya diselenggarakan dengan sistem perwakilan dengan
tujuan
untuk
efisiensi
dan
efektivitas.
Biasanya
pemberitahuan RAT kepada seluruh elemen koperasi dilakukan sekurang-kurangnya tujuh hari sebelum penyelenggaraannya. Halhal yang diberitahukan meliputi hari, tanggal, waktu dan tempat. Rapat Anggota dapat diselenggarakan oleh KOPASJA dalam berbagai bentuk, yaitu Rapat Anggota Tahunan, Rapat Anggota Khusus, Rapat Anggota Biasa dan Rapat Anggota Luar Biasa. Rapat
37
Anggota Tahunan adalah Rapat Anggota yang diselenggarakan setahun
sekali
dalam
rangka
tutup
tahun
buku
yang
penyelenggaraannya paling lambat enam bulan setelah tahun buku lampau. Rapat Anggota Khusus adalah Rapat Anggota
yang
diselenggarakan dalam rangka perubahan Anggaran Dasar dan pembubaran koperasi. Rapat Anggota Biasa adalah Rapat Anggota
yang
diselenggarakan sewaktu-waktu apabila dianggap perlu untuk membicarakan hal yang berkaitan dengan pengembangan koperasi, seperti
rapat
membahas
Rencana
Kerja/Rencana
Anggaran
Pendapatan dan Belanja dan perluasan usaha koperasi. Rapat Anggota Luar Biasa adalah Rapat Anggota yang diselenggarakan karena situasi negara dalam keadaan darurat, perubahan UU atau kondisi koperasi sedemikian rupa dapat diselenggarakan atas permintaan sebagian anggota maupun atas kehendak pejabat. Pengurus Koperasi berasal dari anggota koperasi. Pengurus KOPASJA sendiri dipilih dari dan oleh anggota dalam RAT untuk masa jabatan tiga tahun. Pengurus sebelumnya dapat dipilih kembali namun tidak dapat merangkap sebagai pengelola usaha koperasi. Pengurus KOPASJA sekurang-kurangnya tiga orang dan sebanyakbanyaknya tujuh orang. Pengurus berhak menerima imbalan jasa dan bagian SHU. Adapun struktur kepengurusan KOPASJA untuk periode 2001-2004 dapat dilihat pada Lampiran 1. Koperasi akan berjalan dengan baik apabila pengurus dapat bertugas dengan baik. Adapun tugas pengurus adalah: a. Mengelola koperasi dan usahanya. b. Mengajukan rancangan Rencana Kerja serta rancangan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja koperasi. c. Menyelenggarakan Rapat Anggota. d. Mengajukan
laporan
pelaksanaan tugas.
keuangan
dan
pertanggungjawaban
38
e. Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib. f. Memelihara daftar buku anggota, pengurus dan pengawas. Pengawas terdiri dari tiga orang anggota koperasi yang tidak termasuk pengurus. Ia dipilih dari dan oleh anggota dalam Rapat Anggota. Pengawas bertanggungjawab kepada Rapat Anggota dengan masa jabatan tiga tahun. Adapun tugas pengawas sebagai berikut: a. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi sekurang-kurangnya tiga bulan sekali. b. Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya dan disampaikan kepada pengurus dengan tembusan kepada pemerintah. Selain tugas yang diberikan kepada pengawas, ia juga memiliki kewenangan untuk: a. Menggunakan fasilitas, sarana maupun dana yang tersedia sesuai dengan keputusan Rapat Anggota. b. Meneliti segala catatan, berkas, barang-barang, uang serta buktibukti lainnya yang ada pada koperasi. Dewan Penasehat diperlukan untuk kepentingan koperasi yang diangkat oleh Rapat Anggota. Rapat Anggota dapat mengangkat orang bukan anggota yang memiliki keahlian sesuai dengan kepentingan koperasi. Dewan penasihat tidak menerima gaji melainkan uang jasa sesuai dengan keputsan Rapat Anggota, tidak memiliki hak suara dalam Rapat Anggota dan Rapat Pengurus, dapat memberi saran atau pendapat kepada pengurus baik diminta ataupun tidak serta harus merahasiakan segala sesuatu tentang keadaan koperasi terhadap pihak ketiga. Pengelola KOPASJA ada lima orang, tiga orang di USP dan dua orang di UBU. Pengelola diangkat dan diberhentikan oleh pengurus berdasarkan keputusan Rapat Pleno Pengurus. Tugas, wewenang, tanggungjawab, gaji serta pendapatan lainnya atas
39
pengelola ditetapkan dalam suatu kontrak kerja. Dalam hal ini pengelola mendapatkan gaji sebesar 35% dari pendapatan kotor KOPASJA. Pada periode 1999-2002 KOPASJA memiliki karyawan sebanyak lima orang, dimana tersebar di masing-masing unit. USP memiliki tiga karyawan dan UBU dua karyawan.
40
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Proses Terjadinya Piutang Pada KOPASJA KOPASJA merupakan suatu organisasi usaha yang dikelola berdasarkan prinsip perkoperasian dan prinsip ekonomi. Berdasarkan kedua prinsip tersebut, seyogyanya KOPASJA dapat berdiri dengan tegak dalam menghadapi tantangan ekonomi ke depan. KOPASJA selama berdiri mengandalkan pelayanannya di bidang keuangan yang ditujukan bagi peningkatan kesejahteraan anggotanya. Oleh karena itu, anggota KOPASJA adalah pegawai negeri sipil menjadikan koperasi sebagai tumpuan yang paling akhir, the last saviour. Anggota KOPASJA sangat mengandalkan pelayanan jasa pinjaman serta penjualan secara kredit yang ditawarkan koperasi baik untuk memenuhi kebutuhan hidup yang mendesak maupun untuk meningkatkan kesejahteraannya. Adanya permintaan dari anggota tentu akan terjadi apa yang dikatakan sebagai piutang. Piutang dapat terjadi apabila adanya pembayaran yang tertunda baik untuk barang maupun jasa. Pembayaran yang tertunda dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan besarnya jumlah piutang. Pembayaran yang tertunda ini tentu saja harus dikelola dengan baik sehingga tidak memberikan efek negatif bagi koperasi. Telah dijelaskan di muka bahwa KOPASJA memiliki dua unit usaha yaitu USP dan UBU sehingga piutang yang terjadi di KOPASJA tidak hanya berasal dari penjualan kredit melainkan juga dari pinjaman yang diberikan oleh koperasi. Bagaimana proses terjadinya piutang di KOPASJA akan dijelaskan berikut ini. USP menyimpan uang yang dipercayakan anggota dengan memberikan imbalan baik berupa pelayanan maupun bunga serta meminjamkan kepada anggota dalam rangka membantu kesejahteraan anggota sekaligus sebagai cara menyalurkan dana kepada anggotanya. Pinjaman yang diberikan KOPASJA kepada anggotanya adalah pinjaman menurut tujuan (produktif, kesejahteraan dan cepat/darurat/musibah).
41
Selama tahun analisis, tujuan pengajuan pinjaman para anggota bervariasi, namun sebagian besar teralokasi untuk keperluan pendidikan, perbaikan rumah, uang muka rumah, berobat, usaha dan lain-lain. Pinjaman dibedakan atas jangka waktunya, yaitu pinjaman cepat dengan jangka waktu tiga bulan, pinjaman jangka pendek dengan waktu antara 4-12 bulan dan pinjaman jangka panjang 13-36 bulan. UBU melaksanakan usaha beraneka ragam. Mulai dari usaha Waserda, jasa boga, biro perjalanan, jasa konsultasi dan arsitektur. Harga produk yang dijual oleh UBU rata-rata lebih rendah dari harga pasar, untuk jasa konsultasi dan arsitektur tidak dibebankan pembayaran atau gratis. Unit ini menjalankan usahanya dengan dua sistem pembayaran yaitu tunai dan kredit. Oleh karena itu, terjadinya piutang di KOPASJA juga merupakan akibat dari penjualan kredit UBU, di mana anggota dapat menikmati produknya terlebih dahulu kemudian memberikan bayarannya dengan bunga. Produk yang dijual secara kredit adalah produk-produk elektronik dan kendaraan roda dua, yaitu motor. Transaksi jual beli secara kredit melalui serangkaian prosedur yang sama dengan pinjaman di USP. Prosedur yang diterapkan belum terprogram dalam komputer dan dikelola secara manual sehingga proses ini memakan waktu lebih lama daripada bank. 5.1.1. Prosedur Pengajuan Peminjaman Pinjaman yang ditawarkan KOPASJA hanya dapat dinikmati oleh anggota saja. Oleh karena itu, bagi pegawai di lingkungan Departemen Keuangan Republik Indonesia yang belum menjadi anggota harus mendaftarkan dirinya terlebih dahulu sebagai anggota KOPASJA dengan cara mengajukan permohonan menjadi anggota dan mengisi formulir keanggotaan. Berdasarkan penilaian dari pengurus dengan ketentuan yang diatur dalam Anggaran Dasar Pasal 5 ayat (3) maka calon anggota tersebut dapat diterima atau ditolak. Apabila telah diterima menjadi anggota maka hal selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mengisi formulir permohonan pinjaman yang ditandatangani oleh anggota pemohon dan satu orang anggota
42
penjamin kemudian menyerahkannya kepada Panitia Kredit. Panitia Kredit akan mempertimbangkan permohonan tersebut apakah disetujui atau tidak. Hal-hal yang dipertimbangkan secara umum oleh Panitia Kredit adalah: a. Tujuan pinjaman (produktif, kesejahteraan atau darurat), b. Kemampuan mengembalikan dilihat dari jumlah angsuran dan jaminan yang diberikan (gaji, tunjangan khusus atau lainnya), c. Jangka waktu minimal tiga bulan dan maksimal tiga tahun , d. Prestasi masa lalu atau profil anggota, apabila pemohon telah memiliki pinjaman sebelumnya maka pengajuan pembaruan pinjaman dapat diajukan dengan syarat saldo pinjaman terdahulu maksimal 30% dari pokok pinjaman, e. Kerajinan menabung, jumlah simpanan minimal harus lima kali dari besarnya permohonan, f. Partisipasi terhadap KOPASJA, g. Memenuhi persyaratan administrasi seperti melunasi simpanan wajib sesuai dengan ketentuan, memenuhi donasi stabilisasi modal sebesar 1%, service fee 0,5% dan dana simpanan wajib 0,5%, mengganti materai secukupnya, melengkapi Surat Kuasa dari bagian gaji bagi anggota pegawai Golongan I dan II atau dari Bank ”X” Kantor Kas Departemen Keuangan bagi anggota pegawai Golongan III ke atas, h. Melampirkan slip gaji terakhir. Hasil pertimbangan tersebut akan disampaikan kepada pemohon melalui surat HPPK yang telah ditandatangani oleh Anggota, Ketua Panitia Kredit dan Sekretaris. Jika disetujui maka akan berlanjut pada proses pemberian pinjaman. 5.1.2. Prosedur Pemberian Pinjaman 1. Setelah disetujui oleh Panitia Kredit maka meneruskan Surat Permohonan Pinjaman (SPP) dan HPPK ke Bendahara atau Kasir untuk diproses lebih lanjut kapan dana dapat dicairkan.
43
2. Bendahara/Manajer menyiapkan Surat Pengakuan Pinjaman (SP) dan jika perlu meminta jaminan dari anggota. SPP dan HPPK diarsipkan oleh Bendahara/Manajer. 3. Setelah dana siap, Bendahara/Manajer menyerahkan SP dan jadwal ke Kasir untuk ditindaklanjuti. 4. Kasir meminta anggota menandatangani SP dan Slip Uang Keluar (SUK) kemudian menyerahkan uang kepada anggota. 5. Kasir mencatat di Buku Kas Harian (BKH), menyerahkan satu lembar fotocopy SUK ke anggota, mengarsipkan SP dan satu lembar
fotocopy SUK serta menyerahkan asli SUK ke akuntansi. Seluruh proses ini membutuhkan waktu selama 30 hari. Prosedur peminjaman lebih lengkapnya terdapat pada Gambar 3. Anggota
Panitia Kredit
SPP
OK?
Kasir
Bendahara/ Manajer
1) Arsip
SPP
tolak
2) SPP& HPPK
Siapkan HPPK
Atur cash flow & siapkan SP
3)
SP, catat di BKH Arsip
Dana dan copy SUK
4)
Siapkan SUK dan copy-nya dan dana
5) Asli SUK ke akuntansi
Gambar 3. Prosedur peminjaman
44
Anggota yang telah mendapatkan dananya maka ia telah berstatus sebagai peminjam dan berkewajiban untuk membayar angsuran beserta bunganya. Jika terjadi keterlambatan maka peminjam dikenakan denda sebesar 2% dari angsuran pokok ditambah bunga pinjaman dan setiap keterlambatan pembayaran angsuran pinjaman jangka waktu tiga bulan, dikenakan pembayaran senilai angsuran, bunga dan denda sebagaimana diatas sebagai 5% dari pokok pinjaman perbulan. Apabila peminjam tidak dapat melunasi pinjamannya dikarenakan meninggal maka ahli warisnya dibebaskan dari kewajiban membayar hutang. Namun, apabila dikarenakan pembayaran gajinya dihentikan akibat pemberhentian tugas tanpa menerima pensiun atau karena sebab lain, KOPASJA berhak menagih piutangnya kepada peminjam seketika dan sekaligus. Semua biaya penagihan pinjaman dibebankan kepada peminjam. 5.2. Kinerja Manajemen Piutang KOPASJA Kinerja manajemen piutang KOPASJA secara keseluruhan akan diketahui dengan menggunakan analisis rasio. Analisis rasio yang digunakan adalah rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas. Selain itu, penulis juga menggunakan analisis rasio PEARLS, yaitu:
Protection, Effective Financial Structure, Asset Quality, Rates of Return and Cost, Liquidity, Sign of Growth. Analisis PEARLS digunakan khusus untuk USP karena USP merupakan unit yang menjadi andalan KOPASJA. Semua analisis tersebut akan memberikan gambaran kondisi piutang KOPASJA yang sesungguhnya. 5.2.1. Analisis Rasio 1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan KOPASJA dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo. Rasio ini dapat menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek. Untuk menganalisis tingkat likuiditas KOPASJA dapat dilihat dari rasio cepat, rasio posisi kas dan rasio lancar.
45
1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0
1999 2000 2001 2002
Rasio cepat
Rasio posisi kas
Rasio lancar
Gambar 4. Rasio likuiditas KOPASJA periode 1999-2002 Posisi rasio likuiditas KOPASJA periode 1999-2002 dapat dilihat pada Gambar 4. Secara umum tingkat likuiditas KOPASJA cukup baik hanya saja posisi kas yang terdiri dari kas dan bank perlu ditingkatkan supaya KOPASJA dapat memenuhi kewajiban lancarnya dengan mudah.
b. Rasio cepat (Quick Ratio) Rasio cepat KOPASJA dari tahun 1999 hingga tahun 2002 mengalami fluktuasi, besarnya rasio ini secara berturut-turut adalah 1,32, 1,24, 1,18 dan 1,3. Rasio cepat yang dimiliki KOPASJA nilainya lebih besar dari satu, hal ini menggambarkan bahwa kemampuan KOPASJA dalam memenuhi kewajiban lancarnya tanpa mengikutsertakan persediaan lebih dari cukup. Penurunan rasio yang terjadi pada tahun 2000 (6,45%), disebabkan oleh peningkatan kewajiban lancar (15,93%) yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan aktiva lancar tanpa persediaan (9,14%). Pada tahun 2002 rasio ini meningkat sebesar 10,17% dari 1,18 menjadi 1,3. Hal ini disebabkan oleh kenaikan piutang anggota sebesar 34,6% dari tahun 2001 dapat menutupi penurunan jumlah kas, bank, dan sibuhar sebesar 52,08%. Bila di lihat kondisi per unit usaha maka UBU dan USP dapat memenuhi
46
kewajiban lancarnya karena memiliki rasio selalu lebih dari satu. Lihat Lampiran 2. c. Rasio Posisi Kas (Cash Ratio) Rasio posisi kas KOPASJA dari tahun 1999 hingga tahun 2002 juga mengalami pasang surut. Posisi terbaik terjadi pada tahun 2001 dengan nilai 0,08. Hal ini dikarenakan banyaknya piutang yang pembayarannya jatuh tempo sehingga jumlah kas dan bank meningkat. Sedangkan posisi terburuk terjadi pada tahun 2002 dengan nilai sebesar 0,03. Keterpurukan ini disebabkan tidak adanya kas pada UBU karena pada tahun ini UBU hanya beroperasi hingga bulan Mei serta besarnya nilai piutang yang belum menjadi kas karena kelalaian peminjam. Pada tahun 1999 dan 2000 sebesar 0,07 dan 0,04. Dengan melihat rasio ini, kemampuan koperasi yang sesungguhnya untuk memenuhi hutang-hutangnya tepat waktu dinilai kurang, karena nilainya tidak lebih dari 1%. Jadi akan lebih baik bila jumlah kas KOPASJA ditingkatkan namun jangan terlalu tinggi karena semakin tinggi nilai rasio ini tidak selalu berakibat baik karena kas yang banyak berada di tangan memperlihatkan dana yang menganggur. d. Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar KOPASJA pada periode 1999-2002 secara berturut-turut sebesar 1,36, 1,29, 1,17 dan 1,3. Rasio ini dibandingkan dengan awal tahun analisis selalu mengalami penurunan dari tahun ke tahun, kecuali tahun 2002. Rasio ini, pada tahun 2002 meningkat cukup tinggi karena jumlah piutang anggota meningkat sebesar 34,6% dari tahun 2001. Tingkat kelancaran KOPASJA dalam memenuhi hutang lancarnya dengan aktiva lancar cukup baik karena lebih dari ratarata rasio lancar koperasi sebesar 0,4. Demikian halnya dengan kondisi tiap unit usaha yang nilai rasionya lebih dari 1. Lihat Lampiran 2.
47
2. Rasio Aktivitas Rasio menganalisis
aktivitas rasio
KOPASJA perputaran
dapat piutang
diketahui dan
rasio
dengan periode
pengumpulan piutang. Dengan rasio ini KOPASJA dapat diketahui kecepatan beberapa perkiraan menjadi penjualan atau kas. Perkembangan rasio aktivitas KOPASJA dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan rasio aktivitas KOPASJA periode 19992002 Rasio Aktivitas ARTR KOPASJA ARTR USP ARTR UBU ACP KOPASJA ACP USP ACP UBU
1999 1 0.89 1.05 404 405 344
2000 1.2 0.92 1.37 385 400 263
2001 1.4 0.94 1.17 375 382 308
2002 1.4 0.9 0 484 397 0
Sumber: Laporan keuangan KOPASJA 1999-2002 (diolah) a. Rasio Perputaran Piutang (Account Receiveable Turn-Over Ratio) Selama periode 1999-2002 frekuensi KOPASJA untuk menagih piutangnya dari pemberian pinjaman anggota dan penjualan kredit dalam satu periode meningkat, tetapi pada tahun 2002 frekuensinya tetap dari tahun 2001. Hal ini dapat diketahui dari rasio perputaran piutang di mana secara berturutturut dari tahun 1999 hingga 2002 sebesar 0,89, 1,2, 1,4 dan 1,4. Hal ini menunjukkan KOPASJA pada tahun 1999 hanya melakukan penagihan sebanyak 1x dan tahun 2000, 2001 dan 2002 sebanyak 2x. Kecilnya frekuensi penagihan piutang kepada anggota mengakibatkan KOPASJA mempunyai saldo piutang yang besar atau over investment dalam piutang dan rasionya yang rendah
mengindikasikan
adanya
inefisiensi.
Selain
itu,
kemampuan KOPASJA dalam mengumpulkan kas dari piutang anggotanya kurang baik.
48
Hasil dari perhitungan rasio ini lebih kecil dibandingkan frekuensi penagihan yang ditetapkan yaitu sebanyak 12x dalam setahun. Artinya, piutang yang ditetapkan secara berturut-turut pada periode 1999-2002 adalah
Rp 51.637.051,33; Rp
60.675.850,00; Rp. 80.483.430,00;
Rp 73.483.333,33. Jika
dibandingkan dengan piutang aktual yang ada pada periode ini, maka piutang aktual sangat jauh dari yang ditetapkan. Tidak jauh berbeda dengan kondisi KOPASJA secara umum, penagihan yang dilakukan USP terhadap piutangnya hanya terjadi 1x dalam setahun selama periode analisis. Sedangkan UBU pernah 2x melakukan penagihan pada tahun 2000, selebihnya hanya 1x dalam setahun. Oleh karena itu, KOPASJA perlu mengevaluasi kembali kebijakan penagihan piutangnya. b. Hari Rata-Rata Pengumpulan Piutang (Average Collection Period) Rasio ini mengukur pengelolaan piutang yang efisien pada KOPASJA dan menunjukkan jangka waktu rata-rata yang harus ditunggu KOPASJA setelah melakukan transaksi kredit sebelum menerima kas. Rasio ini secara berturut-turut pada periode 1999-2002 adalah 404 hari, 385 hari, 375 hari dan 484 hari. Periode ini terlalu besar dibandingkan hari pengumpulan yang ditetapkan yaitu 30 hari. Dari
analisis
ini
dapat
diketahui
bahwa
cara
pengumpulan piutang KOPASJA kurang efisien, besarnya piutang yang bermasalah membuat periode pengumpulannya melebihi standar. Tidak jauh dengan hasil analisis secara keseluruhan terhadap KOPASJA, analisis per unit usaha juga memberikan hasil yang kurang baik serta jauh dari standar. Lihat Tabel 2. Pada tahun 2002 meskipun tidak dilakukan penjualan kredit piutang yang ada tetap bernilai besar, tentu saja hal ini mengindikasikan adanya kelalaian dalam penagihan
49
piutang. KOPASJA seyogyanya menurunkan rasio ini, sehingga arus kas masuk meningkat dan tidak kekurangan kas. 3. Rasio Solvabilitas KOPASJA Rasio ini diukur dengan perbandingan antara total aktiva dengan total kewajiban. Adapun nilai rasio pada 1999 adalah 1,26 kemudian tahun 2000-2002 sebesar 1,32. Berdasarkan rasio yang didapatkan, kemampuan koperasi dalam melunasi kewajibannya kurang baik dibandingkan dengan kemampuan rata-rata koperasi yang nilainya 2. Hal ini mengindikasikan bahwa pengelolaan simpanan non saham anggota yang dominan dari total kewajiban koperasi, kurang optimal. Keadaan serupa terjadi pada kedua unit usaha koperasi. Lihat Lampiran 2. Mengenai kewajiban yang ada di KOPASJA, pemberian pinjaman oleh USP kepada UBU tidak dikenai bunga. Transaksi ini tentunya mempengaruhi pengelolaan piutang USP di mana terdapat harga transfer yang dibayar oleh USP. Dengan memberikan
pinjaman
tanpa
bunga
kepada
UBU
maka
opportunity cost yang harus dibayar USP adalah sebesar bunga pinjaman yang dibebankan kepada anggota yaitu sebesar 2% per bulan. Sedangkan beban bunga pinjaman pihak ke-3 yaitu Bank “X” sebesar 2% sampai 2,5% per bulan maka transfer pricing yang dilakukan USP adalah sebesar 0%. Transaksi hutang piutang antar unit ini mengakibatkan pos piutang dan hutang antarunit menjadi tidak bernilai pada neraca konsolidasi. 4. Rasio Profitabilitas KOPASJA Rasio profitabilitas ini mengukur keberhasilan manajemen KOPASJA dalam menghasilkan SHU. Adapun nilai rasio profitabilitas KOPASJA dapat dilihat pada Tabel 3.
50
Tabel 3. Perkembangan rasio profitabilitas KOPASJA periode 1999-2002 Rasio Profitabilitas GPM (%) OPM (%) NPM (%) ROA (%) RE (%) RMS (%)
1999 74 4.53 3.64 1.01 4.94 5.2
2000 45 4.52 2.61 1.21 4.97 5.23
2001 46 2.38 1.74 0.71 4.24 4.43
2002 82 0.87 0.78 2 0.72 0.73
Sumber: Laporan keuangan KOPASJA 1999-2002 (diolah) Berdasarkan hasil perhitungan rasio, KOPASJA memiliki kemampuan
yang
rendah
dalam
menghasilkan
SHU.
Kecenderungan mendapatkan SHU yang terus menurun seiring dengan peningkatan HPP dan beban usaha. Biaya yang meningkat ini tidak disertai dengan kelancaran pembayaran piutang dari anggota. Hal ini menyebabkan pendapatan yang diterima kurang optimal. Bahkan, tahun 2001 UBU mengalami kerugian dengan rasio NPM sebesar -1,16%. Sedangkan USP menyumbangkan SHU bersih sebesar 6,68% dari pendapatan pada tahun yang sama. Selama periode analisis USP selalu memberikan keuntungan. Lihat Lampiran 2 5. Rasio PEARLS Rasio ini hanya digunakan untuk menganalisis manajemen piutang USP. Rasio ini lebih rinci dalam menganalisis dan memberikan informasi yang berarti bagi USP. Rasio PEARLS menganalisis berbagai aspek dalam pengelolaan piutang yaitu aspek perlindungan, struktur keuangan efektif, kualitas aset, tingkat pengembalian dan biaya, likuiditas dan tanda-tanda pertumbuhan. Lihat hasil perhitungan analisis ini pada Lampiran 2. 1. Perlindungan Aspek perlindungan yang dianalisis adalah kemampuan cadangan risiko untuk menghapus kelalaian pinjaman yang lebih dari 12 bulan. Nilai ideal dari rasio ini adalah lebih dari
51
atau sama dengan 100%. USP pada periode ini tidak secara khusus memposkan SHU untuk cadangan risiko namun memposkannya pada cadangan koperasi, hal ini dimaksudkan untuk melindungi koperasi dari kerugian. USP tidak memiliki cadangan risiko untuk menghapus kelalaian pinjaman baik pinjaman yang kurang maupun lebih dari 12 bulan. Hal ini terbukti dari tidak adanya penghapusan bagi kelalaian pinjaman, kecuali pihak terhutang meninggal. Kondisi ini menyebabkan koperasi amat lemah dalam melindungi risiko piutang macet. 2. Struktur Keuangan Efektif Aspek ini melihat proporsi pos-pos piutang, investasi lancar selain piutang, simpanan non saham, hutang, simpanan saham dan modal lembaga terhadap aktiva. Rasio ideal piutang terhadap total aktiva
adalah 70-80%. Struktur
keuangan USP dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perkembangan struktur keuangan USP KOPASJA periode 1999-2002 Rasio (%) Rasio pinjaman beredar (piutang) Rasio investasi lancar Rasio simpanan non saham Rasio hutang Rasio simpanan saham Rasio modal lembaga
1999 9,44 20,56 67,99 11,96 13,75 5,84
2000 79,26 20,74 70,69 5,79 17,08 5,91
2001 77,71 22,29 72,94 1,51 20 4,46
2002 77,14 22,86 76,73 0,28 19,99 2,48
Sumber: Laporan keuangan KOPASJA 1999-2002 (diolah) Rasio pinjaman beredar pada USP selalu berada pada nilai ideal. Artinya saldo piutang USP harus dipertahankan, tentu dengan tetap meningkatkan kebijaksanaan penagihan dan kredit. Sedangkan rasio investasi lancar, proporsi aktiva lancar setelah dikurangi piutang anggota terhadap total aset, besarnya mendekati ideal. Nilai rasio tahun 1999-2001 sedikit lebih tinggi dari nilai ideal. Hal ini berarti investasi lancarnya lebih dari proporsi idealnya dan sebaiknya dikurangi.
52
Simpanan non saham yang sudah ideal seyogyanya dipertahankan. Simpanan non saham seyogyanya diputar kembali
ke
anggota
dengan
menyalurkannya
sebagai
pinjaman dengan rasio yang sama nilainya. Rasio hutang yang terus menurun dari tahun ke tahun selama periode ini membawa kebaikan bagi USP. Namun, hal ini perlu dicermati pada pos simpanan non saham anggota yang menjadi kewajiban koperasi untuk mengelolanya. Lain halnya dengan simpanan saham yang terus meningkat, hal ini akan memberikan tambahan modal pada koperasi sehingga koperasi dapat meningkatkan usahanya. Rasio modal lembaga selama periode ini jauh dari ideal. Modal lembaga yang ada belum dapat menanggung usaha. 3. Kualitas Aset Kualitas aset USP kurang baik, melihat dari hasil perhitungan rasio NPL yang lebih besar dari batas ideal. Besarnya rasio ini menunjukkan bahwa pengelolaan piutang belum optimal. Hal ini dikarenakan lemahnya penagihan piutang maka perlu ditinjau kembali kebijakan penagihan piutangnya. Kebijakan dilakukan
penagihan
KOPASJA
adalah
piutang dengan
bermasalah
yang
mengirim
surat,
menelepon, mendatangi peminjam langsung, atau teguran melalui bagian keuangan dari unit kerja anggota bersangkutan (jalur kedinasan). Namun, kebijakan ini kurang dijalankan dengan disiplin oleh koperasi sehingga tidak memberikan hasil yang optimal. Adapun kendala yang dihadapi dalam proses penagihan ini adalah dari pihak peminjam. Peminjam Golongan I dan II yang pembayaran angsurannya dipotong melalui gaji oleh juru bayar gaji, beralasan ada keperluan mendesak lainnya sehingga harus menunda pembayaran angsuran.
53
Sedangkan peminjam Golongan Pegawai III ke atas yang pembayaran angsurannya melalui bank, mereka telah mengambil terlebih dahulu gaji mereka sebelum pihak bank memotong angsurannya. Hal ini dapat terjadi selain dari faktor perilaku peminjam juga faktor kelalaian petugas bank. Di mana petugas bank yang ada pada kantor kas (bank) terbatas jumlahnya dan kurang disiplin dalam memotong angsuran. Lihat hasil perhitungan rasio ini pada Lampiran 2. 4. Tingkat Pengembalian dan Biaya Aspek ini membahas seberapa besar hasil yang diperoleh dari adanya piutang. Rasio pertama adalah rasio pendapatan dari pinjaman. Pendapatan dari pinjaman berupa bunga, service fee dan denda dibandingkan dengan rata-rata saldo pinjaman pada periode ini, hanya tahun 2002 yang berada dalam batas ideal. Berikutnya adalah rasio biaya simpanan non saham di mana kondisi idealnya lebih besar dari inflasi agar anggota mendapat
keuntungan
sehingga
diharapkan
dapat
meningkatkan kesejahteraannya. Rasio ini, selama periode analisis meningkat dari tahun ke tahun, namun rasio yang nilainya lebih besar dari inflasi hanya tahun 1999 dan lainnya lebih kecil dari inflasi. Hal ini memberitahukan bahwa pengembalian yang diterima anggota relatif kecil. Rasio
biaya
hutang
yang
didapat
dengan
membandingkan total biaya bunga hutang terhadap rata-rata saldo hutang. Rasio ini selama periode ini hanya tahun 2001 yang lebih kecil dibandingkan inflasi. Kedua hal terakhir memberitahukan bahwa biaya bunga yang diberikan kepada pihak ketiga lebih besar dibandingkan kepada anggota, sehingga ada baiknya jika keduanya seimbang. Dividen yang diterima anggota masih jauh dari ideal, hal ini dapat diketahui dari rasio dividen terhadap rata-rata
54
simpanan saham yang hasilnya selalu lebih kecil dari inflasi, kecuali tahun 1999. Biaya operasional bagi USP masih dalam batas ideal sehingga harus dipertahankan. Hal terakhir dalam aspek yang kita bahas adalah rasio SHU baik SHU kotor maupun SHU bersih. Rasio SHU kotor lebih kecil dari kondisi ideal. Demikian halnya dengan SHU bersih USP yang jauh dari ideal, hanya pada tahun 2001 menyentuh batas ideal tersebut. 5. Likuiditas Likuiditas aset USP dianalisis dengan analisis PEARLS memberitahukan kemampuan yang sebenarnya aset likuid USP terhadap simpanan non saham anggota. Hal ini dikarenakan aset likuid yang terdiri dari kas, bank dan sibuhar harus dikurangi dengan kewajiban yang kurang dari 30 hari dalam hal ini adalah simpanan non saham. Rasio yang dimiliki USP sangat jauh dari ideal karena aset likuid bersih tersebut tidak dapat menutupi kewajiban lancar yang kurang dari 30 hari. Akan lebih baik apabila koperasi meningkatkan simpanannya baik di bank maupun di koperasi sekunder. 6. Tanda-Tanda Pertumbuhan Tanda-tanda pertumbuhan yang dianalisis diantaranya adalah pertumbuhan aset, pinjaman, simpanan non saham, pinjaman yang diterima, simpanan saham, modal lembaga, dan anggota. Pertumbuhan USP untuk aset, pinjaman, simpanan non saham dan simpanan saham mengalami penurunan pada tahun 2001. Hal ini dikarenakan USP terpengaruh oleh kondisi UBU yang merugi. Pertumbuhan pinjaman yang diterima terus menurun bahkan sangat signifikan. Pertumbuhan modal lembaga terus menurun kecuali pada tahun 2000 yang naik cukup tinggi, dikarenakan UBU menyumbangkan cadangan dari SHU unit
55
tersebut. Pertumbuhan anggota mengalami penurunan, kecuali pada tahun 2001 karena anggota baru ingin menikmati kredit sepeda motor dari UBU. 5.2.2. Analisis Horisontal Analisis horisontal atau tren diperlakukan pada neraca dan laporan laba rugi. Analisis horisontal pada neraca dimaksudkan untuk melihat likuiditas koperasi. Lihat Tabel 5. Selama periode analisis, aset likuid koperasi yaitu kas, bank dan sibuhar mengalami fluktuasi. Persentase aset likuid terbesar pada tahun 2001, yaitu sebesar 157,78% yang berarti mengalami kenaikan 57,78% dibandingkan tahun dasar (1999). Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya dana yang disimpan di bank. Pada tahun 2001, piutang anggota banyak yang jatuh tempo sehingga pembayarannya melalui rekening di bank. Kemudian adanya kenaikan pendapatan operasional dan hasil jasa pinjaman anggota serta jumlah simpanan anggota. Tabel 5. Analisis horisontal neraca KOPASJA periode 1999-2002 Konsolidasi Aset likuid (%) Piutang anggota (%) Aktiva lancar (%) Penyertaan (%) UBU Aset likuid (%) Piutang anggota (%) Aktiva lancar (%) USP Aset likuid (%) Piutang anggota (%) Aktiva lancar (%)
1999 100 100 100 100
2000 67,92 112,01 109,36 166,67
2001 157,78 126,82 127,23 157,09
2002 79,37 170,79 157,09 231,24
100 100 100
182,3 164,79 344,6
157,33 587,69 427,12
114,99 1756,1 1143,7
100 100 100
14,96 111,07 109,28
51.61 118,6 120,26
49,18 142,5 136,45
Sumber: Laporan keuangan KOPASJA 1999-2002 (diolah) Jumlah piutang anggota selama periode analisis mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Setiap tahunnya pinjaman kredit yang
diberikan
kepada
anggota
mengalami
peningkatan.
Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2002 sebesar 70,79% dari tahun dasar. Hal ini disebabkan pinjaman yang diberikan pada tahun ini meningkat sebesar 39,94% dari Rp 763.400.000,00 menjadi Rp 881.800.000,00.
56
Kontribusi penjualan kredit bagi piutang usaha pada tahun 2002 tidak ada. Peningkatan piutang ini juga dikarenakan diberlakukannya kebijakan baru yang didasarkan pada hasil kesepakatan RAT ke-10 tahun 2002. Kebijakan itu adalah menawarkan bunga menarik sebesar 18% per tahun atau 1,5% per bulan bagi anggota yang mengajukan pinjaman dan memiliki simpanan sukarela sejumlah Rp 5.000.000,00. Aktiva lancar mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun dasar, sedangkan penyertaan mengalami fluktuasi. Dari analisis tersebut tren aset likuid dan penyertaan tidak stabil atau fluktuasi, namun aktiva lancar menunjukkan tren meningkat, karena hampir seluruh komponen aktiva lancar meningkat kecuali persediaan pada akhir tahun analisis tidak ada. USP dan UBU selama periode ini, aktiva lancar dan piutang usaha mengalami kenaikan dibandingkan tahun dasar. Aset likuid pada USP mengalami fluktuasi sedangkan UBU mengalami penurunan. Kenaikan aktiva lancar lebih disebabkan oleh piutang anggota yang meningkat sedangkan aset likuid berfluktuasi dikarenakan kondisi keuangan tidak stabil. Tabel 6. Analisis horisontal laba rugi KOPASJA periode 19992002 Konsolidasi Pendapatan (%) Beban usaha (%) SHU setelah pajak (%) Beban perkoperasian (%) UBU Pendapatan (%) HPP (%) Hasil Usaha Kotor (%) SHU setelah pajak (%) Total Beban (%) USP Pendapatan (%) SHU setelah pajak (%) Total Beban (%)
1999 100 100 100 100
2000 188,53 130,12 134,95 100,25
2001 189,39 152,20 90,41 105,84
2002 135,30 204,99 28,92 143,45
100 100 100 100 100
342,7 404,82 196,3 142,53 157,6
332,7 398,92 177,6 -69,14 244,9
138,22 98,06 232,98 45,8 297,1
100 100 100
100,6 125,3 96,43
107,6 292,8 101,8
133,63 10,61 40,61
Sumber: Laporan keuangan KOPASJA 1999-2002 (diolah)
57
Analisis horisontal pada laporan laba rugi dapat dilihat pada Tabel 6. Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa beban usaha dan beban perkoperasian meningkat seiring dengan pendapatan pada tahun 2000 dan 2001. Namun, persentase peningkatan
beban
lebih
besar
dibandingkan
persentase
peningkatan pendapatan. Hal ini tentu saja membuat SHU setelah pajak menjadi menurun, meskipun pada tahun 2000 SHU meningkat dari tahun dasar, karena awal berdirinya UBU sangat ditunggu oleh anggota, sehingga banyak anggota berpartisipasi dalam UBU. Kemudian, di tahun-tahun selanjutnya kondisi UBU tidak lagi seperti sediakala, perlahan tapi pasti UBU mengalami kerugian tepatnya pada tahun 2001. Pada UBU dan USP, SHU sebelum dan setelah pajak mengalami fluktuasi. Profitabilitas USP masih lebih baik dibandingkan UBU, karena pendapatan USP setiap tahunnya meningkat dari tahun dasar sedangkan UBU menurun. 5.2.3. Analisis Vertikal Pada analisis vertikal neraca yang dijadikan pos dasar adalah pendapatan. Pendapatan mengandung semua biaya yang dikeluarkan oleh koperasi sehingga sangat cocok digunakan sebagai pos dasar. Proporsi beban usaha terhadap pendapatan dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi. Pada tahun 2000 beban usaha mengalami penurunan, penurunan beban usaha baik apabila tidak menurunkan volume usaha. Sedangkan pada tahun 2002 proporsi beban usaha terhadap pendapatan meningkat 86,84%. Demikian halnya dengan beban perkoperasian yang meningkat hampir 2x lipat, sehingga berakibat pada menurunnya proporsi SHU setelah pajak terhadap pendapatan sebesar 55,17% dari tahun sebelumnya. Secara umum koperasi mengalami penurunan proporsi SHU setelah pajak terhadap pendapatan. Hal ini mengindikasikan adanya inefisiensi biaya. Pada periode ini, setiap unit usaha koperasi semua
58
pos mengalami fluktuasi bila dibandingkan pendapatan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Analisis vertikal laba rugi KOPASJA periode 1999-2002 Konsolidasi Pendapatan (%) Beban Usaha (%) Hasil Usaha (%) Beban Perkoperasian (%) SHU Setelah Pajak (%) UBU Pendapatan (%) HPP (%) Hasil Usaha Kotor (%) SHU Sebelum Pajak (%) SHU Setelah Pajak (%) Total Beban selain HPP (%) USP Pendapatan (%) Hasil Usaha Operasional (%) SHU Sebelum Pajak (%) SHU Setelah Pajak (%) Beban operasional (%) Beban non operasional (%) Total Beban (%)
1999 100 29,52 44,98 29,80 3,65
2000 100 20,38 24,87 15,85 2,61
2001 100 23,72 22,61 16,66 1,74
2002 100 44,32 36,79 31,60 0,78
100 70,23 29,77 6,60 5,61 23,17
100 82,96 17,04 3,04 2,33 10,65
100 84,11 15,89 -1,66 -1,16 17,06
100 49,82 50,18 0,4 0,34 49,80
100 20,06 3,36 2,52 79,94 16,70 96,64
100 20,62 7,39 2,33 79,38 13,23 92,61
100 18,50 8,64 6,86 81,49 9,87 91,36
100 8,03 1,15 1,04 91,96 6,88 98,84
Sumber: Laporan keuangan KOPASJA 1999-2002 (diolah) Analisis vertikal yang dilakukan terhadap laba rugi setiap unit memberikan hasil bahwa hasil usaha UBU dari tahun 1999 hingga 2001 mengalami penurunan, bahkan kerugian terjadi pada tahun 2001. Kemudian, UBU memperbaikinya pada tahun berikutnya di mana mendapatkan keuntungan sebesar 0,34% dari pendapatan. Namun, laba tersebut belum dapat menutupi kerugian yang terjadi pada tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp 3.383.644,- . Pada tahun 2001, proporsi beban selain HPP terhadap pendapatan meningkat sebesar 60,9%
dibandingkan tahun 2000.
Peningkatan proporsi beban selain HPP terhadap pendapatan ini tidak diikuti oleh proporsi hasil usaha kotor terhadap pendapatan. USP memiliki proporsi total beban terhadap pendapatan yang menurun, kecuali tahun 2002. Penurunan proporsi total beban terhadap pendapatan tahun 2000 dari tahun 1999 sebesar 4,17% mengakibatkan peningkatan proporsi hasil usaha sebelum pajak terhadap pendapatan sebesar 119,9%.
59
Kemudian, tahun 2001 penurunan proporsi total beban sebesar 1,35% mengakibatkan peningkatan proporsi hasil usaha sebelum pajak sebesar 16,92% dari tahun 2000. Sedangkan peningkatan proporsi total beban terhadap pendapatan pada tahun 2002 sebesar 8,19% mengakibatkan penurunan hasil usaha sebelum pajak sebesar 86,7%. Dapat dikatakan bahwa elastisitas proporsi total beban terhadap proporsi hasil usaha sebelum pajak pada tahun 2002 sebesar -10,58. Analisis vertikal terhadap laporan neraca dimaksudkan untuk mengetahui proporsi tiap-tiap pos dalam neraca terhadap total aktiva. Pada periode ini, hanya proporsi aktiva tetap terhadap total aktiva yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Meskipun nilai aktiva tetap tidak lebih besar dari 10% dari total aktiva. Sedangkan proporsi aset likuid, piutang anggota, dan penyertaan terhadap total aktiva mengalami fluktuasi. Adapun pos piutang administrasi serta penyertaan mengalami penurunan. Lihat Tabel 8. Penurunan proporsi aktiva lancar terhadap total aktiva disebabkan oleh hampir seluruh komponen aktiva lancar, kecuali aset likuid yang pada tahun 2001 mengalami peningkatan proporsi sebesar 122,1% dari tahun sebelumnya. Piutang berada sebagai urutan pertama yang memberikan kontribusi pada total aktiva. Pada tahun 2000, proporsi aktiva lancar terhadap total aktiva menurun sebesar 2,59% yang lebih disebabkan oleh menurunnya proporsi aset likuid sebesar
39,53%.
Penurunan
proporsi
aset
likuid
sendiri
mengindikasikan bahwa piutang anggota tidak tertagih dengan baik, melihat dari proporsi piutang anggota yang menurun hanya sebesar 0,25%. Pada USP proporsi aset likuid dan piutang anggota terhadap aktiva lancar periode ini mengalami fluktuasi. Kecilnya proporsi aset likuid dibandingkan proporsi piutang anggota terhadap aktiva lancar mengindikasikan USP kurang likuid dan piutang anggotanya terlalu besar. Sedangkan pada UBU proporsi aset likuid terhadap aktiva
60
lancar mengalami penurunan dan piutang anggota berfluktuasi. Kedua unit usaha ini, proporsi piutang anggota mendominasi kontribusi terhadap aktiva lancar. Tabel 8. Analisis vertikal neraca KOPASJA periode 1999-2002 Konsolidasi Aset likuid (%) Piutang anggota (%) Piutang administrasi (%) Persediaan (%) Aktiva lancar (%) Penyertaan (%) Aktiva tetap (%) Total Aktiva (%) UBU Aset likuid (%) Piutang anggota (%) Aktiva lancar (%) USP Aset likuid (%) Piutang anggota (%) Aktiva lancar (%)
1999 5,16 80,32 3,89 3,06 92,43 3,52 4,05 100
2000 3,12 80,12 3,62 3,17 90,04 5,22 4,74 100
2001 6,93 78,76 3,04 2,82 90,93 3,95 5,12 100
2002 2,82 81,70 2,35 0 86,49 4,83 8,66 100
37,31 62,69 100
19,74 29.97 100
13,74 86,26 100
3,75 96,25 100
13,81 82,34 100
1,89 83,7 100
5,93 81,21 100
4,98 86 100
Sumber: Laporan keuangan KOPASJA 1999-2002 (diolah) 5.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Piutang KOPASJA Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan pengelola KOPASJA diperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang koperasi yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari jumlah anggota, kebijakan pemberian kredit, kebijakan penagihan piutang, kelalaian pinjaman, beban variabel, perilaku meminjam dan membayar anggota, profil anggota, kebutuhan hidup anggota dan harga. Faktor eksternal terdiri dari inflasi dan waktu. Adapun uraian dari faktor internal adalah sebagai berikut: 1. Jumlah anggota, layaknya sebuah organisasi semakin besar tangan yang turun maka semakin besar volume usahanya. Demikian halnya dengan kondisi KOPASJA di mana anggota baru yang masuk akan meningkatkan volume usaha terutama piutang. 2. Kebijakan pemberian kredit, selama ini kebijakan pemberian kredit kepada anggota yang dilakukan KOPASJA longgar sehingga piutang anggota menjadi besar. Kebijakan pemberian kredit yang longgar ini dapat diketahui dari kemudahan syarat kredit, pemberian kredit kepada anggota
61
yang belum melunasi angsuran kredit sebelumnya, memberikan kredit kepada anggota yang berisiko tinggi dan standar kredit yang tidak dilakukan sepenuhnya serta batas maksimal (pagu pinjaman) yang tinggi. 3. Kebijakan penagihan piutang, kebijakan penagihan piutang KOPASJA yang dilakukan selama periode ini cukup longgar sehingga jumlah piutang besar karena konversi piutang menjadi kas lambat. Kebijakan penagihan piutang yang longgar dapat terlihat dari pengendalian yang kurang pada piutang yang bermasalah, kurangnya tekanan pada saat penagihan tehadap piutang anggota yang telah jatuh tempo bahkan lewat dari tempo yang ditentukan, frekuensi penagihan yang tidak sesuai dengan yang ditetapkan, banyaknya kendala yang tidak segera diatasi. 4. Kelalaian pinjaman, kelalaian pinjaman yang besar mengakibatkan besarnya piutang anggota. Kelalaian pinjaman yang terjadi di KOPASJA disebabkan oleh tidak dipatuhinya standar persyaratan pemberian pinjaman, lemahnya usaha menghimpun dana, menurunnya kondisi ekonomi setempat, pengendalian dari pengawas terhadap pengurus kurang dan kenakalan peminjam. 5. Beban variabel, semakin besar beban variabel dalam mengelola piutang anggota maka semakin besar piutang anggota. Hal ini dikarenakan dalam mengelola piutang akan mengeluarkan biaya. 6. Perilaku meminjam dan membayar anggota, di mana anggota melakukan peminjaman secara bersamaan dengan kelompoknya dan kedisiplinan anggota yang kurang dalam membayar angsuran menyebabkan piutang anggota semakin besar. 7. Profil anggota, anggota yang berumur 30 tahun ke atas dan telah menikah serta telah memiliki rumah akan menyebabkan piutang anggota menjadi besar. 8. Kebutuhan hidup anggota, semakin tinggi kebutuhan hidup anggota maka piutang anggota akan semakin besar pula. 9. Harga, semakin tinggi harga yang ditawarkan koperasi baik dari bunga pinjaman/kredit maupun harga barang yang dijual maka semakin rendah piutang anggota yang ada di koperasi.
62
Adapun faktor eksternal di luar kendali koperasi yaitu inflasi dan waktu. Berikut uraian dari faktor eksternal yang mempengaruhi besarnya piutang anggota. 1. Inflasi, peristiwa ini berarti harga barang-barang secara umum meningkat dan nilai mata uang menurun. Adanya inflasi menyebabkan piutang anggota di KOPASJA menurun karena koperasi harus mengurangi kas dan piutangnya dan meningkatkan investasi lain yang memberikan hasil yang lebih tinggi. 2. Waktu, faktor waktu dalam hal ini berkaitan dengan musim menikah, Lebaran, dan tahun ajaran baru. Pada waktu-waktu inilah piutang KOPASJA semakin besar. Dari penelitian ini, diketahui bahwa penjualan kredit, pinjaman yang diberikan, dan periode pengumpulan piutang yang dikemukakan oleh Riyanto dalam Susilo (2004) sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi piutang adalah persamaan identitas dari piutang, bukan merupakan faktor yang mempengaruhi piutang. Oleh karena itu, hal-hal tersebut tidak dapat dilakukan analisis korelasi.
63
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan 1. Proses terjadinya piutang di KOPASJA dimulai dengan adanya transaksi yang mengakibatkan adanya piutang anggota. Transaksi itu adalah pinjaman yang diberikan kepada anggota dan penjualan kredit. Proses pengajuan piutang menggunakan prosedur, diantaranya prosedur pengajuan pinjaman dan prosedur pemberian pinjaman. Proses ini memerlukan waktu selama satu bulan hingga dana cair. Dalam prosesnya, terdapat beberapa persyaratan yang perlu dipenuhi dimana secara umum mengadopsi analisa 5C. 2. Kinerja manajemen piutang KOPASJA cenderung menurun, kurang efisien dan efektif. Hal ini dapat diketahui dari analisis vertikal dan horisontal di mana dari tahun ke tahun selama periode analisis, proporsi pos-pos dalam neraca dan laba rugi secara umum cenderung mengalami penurunan. Kemudian, rasio aktivitas KOPASJA jauh dari yang ditetapkan, proporsi piutang yang besar sehingga kurang dalam pengendalian piutang bermasalah, dan secara umum profitabilitasnya pada periode ini mengalami penurunan. USP adalah unit usaha yang lebih efisien dalam mengelola piutang. 3. Faktor yang mempengaruhi piutang KOPASJA adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari jumlah anggota, kebijakan pemberian kredit, kebijakan penagihan piutang, kelalaian pinjaman, beban variabel, perilaku meminjam dan membayar anggota, profil anggota, kebutuhan hidup anggota dan harga. Faktor eksternal terdiri dari inflasi dan waktu. Penjualan kredit, pinjaman yang diberikan, dan periode pengumpulan piutang yang dikemukakan oleh Riyanto dalam Susilo (2004) sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi piutang, menurut penelitian ini adalah persamaan identitas dari piutang sehingga bukan merupakan faktor yang mempengaruhi piutang. Oleh karena itu, hal-hal tersebut tidak dapat dilakukan analisis korelasi.
64
2. Saran 1. Prosedur pengajuan dan pemberian piutang seyogyanya tidak memerlukan waktu yang lama sampai 30 hari sehingga anggota dapat menikmati kecepatan pelayanan dari KOPASJA. 2. KOPASJA perlu menerapkan kebijakan piutang ketat dan aktif agar piutang anggota dapat dikendalikan dan piutang bermasalah dapat diperkecil. 3. Kebijakan piutang ketat, di mana KOPASJA seyogyanya menerapkan standar kredit yang tinggi, syarat kredit yang ketat, pemberian kredit kepada anggota yang telah melunasi angsuran kredit sebelumnya, tidak memberikan kredit kepada anggota yang berisiko tinggi serta menentukan batas maksimal (pagu pinjaman) yang tidak terlalu tinggi. 4. Kebijakan piutang aktif berkaitan dengan penagihan piutang, di mana KOPASJA seyogyanya memperkecil piutang yang bermasalah dengan meningkatkan tekanan pada saat penagihan tehadap piutang anggota yang telah jatuh tempo bahkan lewat dari tempo yang ditentukan dan frekuensi penagihan dilakukan sesuai dengan yang ditetapkan. 5. Pengelolaan yang efisien dan efektif sangat diperlukan agar biaya operasional dapat ditekan. Koreksi terhadap gaji pengelola yang sebesar 35% dari pendapatan kotor dapat menjadi salah satu alternatif untuk efisiensi biaya. 6. USP sebagai unit yang memberikan kontribusi laba yang cukup besar kepada KOPASJA seyogyanya lebih dikelola secara profesional dan mandiri agar potensi yang ada dapat dioptimalkan. KOPASJA akan lebih baik dengan melakukan perbaikan sistem internal sehingga pengelolaan dapat efektif dan efisien. 7. Simpanan non saham yang menjadi kewajiban lancar KOPASJA seyogyanya diinvestasikan pada kegiatan keuangan yang memiliki prospek cerah selain disalurkan sebagai pinjaman kepada anggota karena dengan adanya kebijakan piutang ketat dan aktif pinjaman yang disalurkan akan menurun rasionya terhadap simpanan non saham.
65
8. Pengelolaan
piutang
seyogyanya
memperhatikan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi piutang KOPASJA baik faktor internal yang terdiri dari jumlah anggota, kebijakan pemberian kredit, kebijakan penagihan piutang, kelalaian pinjaman, beban variabel, perilaku meminjam dan membayar anggota, profil anggota, kebutuhan hidup anggota dan harga maupun faktor eksternal yang terdiri dari inflasi dan waktu, sehingga dapat memberikan hasil yang optimal. 9. Perbaikan dalam mengelola besarnya piutang yang dapat dilakukan oleh KOPASJA berkaitan dengan faktor internal adalah tidak perlu ditambah jumlah anggota untuk sementara waktu sampai keadaan piutang membaik, memperketat kebijakan pemberian kredit dengan cara-cara yang telah dikemukakan sebelumnya, melakukan kebijakan penagihan piutang aktif dengan cara-cara yang telah dikemukakan sebelumnya, memperkecil kelalaian pinjaman dengan cara memberikan pendidikan perkoperasian kepada anggota sehingga anggota dapat menjalankan hak dan kewajibannya dengan baik serta mendisiplinkan peminjam yang memiliki pinjaman bermasalah dan meningkatkan koordinasi dengan pihak bank sehingga pembayaran angsuran berjalan dengan baik, mengurangi beban variabel dengan meniadakan pengeluaran yang tidak perlu, memperbaiki perilaku meminjam dan membayar anggota dengan melakukan pendekatan persuasif, menyesuaikan pemberian pinjaman dengan melihat profil anggota, berusaha membantu dalam memenuhi kebutuhan hidup anggota dengan meningkatkan dividen dan memberlakukan harga yang ekonomis dan kompetitif.
66
DAFTAR PUSTAKA
Barlian, I. dan R.S. Sundjaja. 2003. Manajemen Keuangan Satu. Yayasan Astra Honda Motor, Jakarta. Brigham, E.F. dan J.F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan Buku II. Ed. 8. Erlangga, Jakarta. Gill, J.O. Dasar-Dasar Analisis Keuangan (Terjemahan). 2004. PPM, Jakarta. Hendar dan Kusnadi. 1999. Ekonomi Koperasi. Lembaga Penerbitan FE-UI, Jakarta. Hendrojogi. 2004. Koperasi: Asas-Asas, Teori, dan Praktik. Ed.4. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Iqbal, M dan K.M.M. Simanjuntak. 2004. Solusi Jitu bagi Pengusaha Kecil dan Menengah. PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Kieso, et al. 2002. Akuntansi Intermediate Jilid I Edisi 10 (Terjemahan). Erlangga, Jakarta. KOPASJA. 1999. Laporan Pertanggungjawaban Pengurus KOPASJA Departemen Keuangan Program Kerja 1999. KOPASJA, Jakarta. . 2000. Laporan Pertanggungjawaban Pengurus KOPASJA Departemen Keuangan Program Kerja 2000. KOPASJA, Jakarta. . 2001. Laporan Pertanggungjawaban Pengurus KOPASJA Departemen Keuangan Program Kerja 2001. KOPASJA, Jakarta. . 2002. Laporan Pertanggungjawaban Pengurus KOPASJA Departemen Keuangan Program Kerja 2002. KOPASJA, Jakarta. Niswonger, et al. 1999. Prinsip-Prinsip Akuntansi (Terjemahan). PT Gelora Aksara Permata, Erlangga, Jakarta. Tangkilisan, H.N.S. 2003. Manajemen Keuangan Bagi Analisis Kredit Perbankan Mengelola Kredit Berbasis Good Corporate Governance. Balairung & Co, Yogyakarta. Rebowo, D. dkk. 2001. Buku Pintar Kopdit 1. Puskopdit Jakarta, Jakarta. . 2001. Buku Pintar Kopdit 2. Puskopdit Jakarta, Jakarta. Sitio, A.dan H. Tamba. 2001. Koperasi: Teori dan Praktik. Erlangga, Jakarta. Sundjaja, R. S. 2003. Manajemen Keuangan Satu. Ed.5. Litereta Lintas Media, Jakarta. Susilo, D.U. 2004. Kajian Manajemen Piutang PT. Sucofindo (Persero) Jakarta. Skripsi pada Fakutas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Warsini, S. 2003. Draft Buku Teks Manajemen Keuangan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta.
67
68
Lampiran 1. Struktur organisasi KOPASJA periode 1999-2002
RAT Dewan Penasehat
Badan Pengawas
Pengurus Pengelola/ Manajemen
Unit Simpan Pinjam
Unit Bidang Usaha
Karyawan
Karyawan
Struktur kepengurusan KOPASJA periode 2001-2004
Ketua
Sekretaris
Bendahara/ Pengurus Bidang Keuangan
Pengurus Bidang Perkreditan
Pengurus Bidang USP
Pengurus Bidang Keanggotaan
Pengurus Bidang Aneka Usaha
Lampiran 2. Rumusan dan hasil perhitungan analisis rasio periode 1999-2002 No. RASIO UMUM I.
Ideal
Tahun
Aspek dan formulasi 1999 1,32
2000 1,24
2001 1,18
2002 1,3
1,41 22,53
1,19 31,41
1,31 1,1
1,23 4893,5
Rasio Posisi kas = kas + bank + sibuhar kewajiban lancar USP
0,07
0,04
0,08
0,03
0,06
0,03
0,08
0,03
UBU
5,5
6,2
0,15
183,6
Rasio Lancar = aktiva lancar kewajiban lancar USP UBU
1,36
1,29
1,17
1,3
1,41 53,21
1,19 45,85
1,31 1,53
1,23 4893,5
Rasio Likuiditas Rasio Cepat = aktiva lancar-persediaan kewajiban lancar USP UBU
>1
Kondisi Koperasi Ideal Ideal Ideal
>1
Kurang ideal Kurang ideal Kurang ideal pada tahun 2001
>0,4
Ideal Ideal Ideal
69
No. II.
Aspek dan formulasi
1,05
1,37
0,89
Ideal
Kondisi Koperasi Kurang ideal
2002 1,4
12
1,17
0
12
0,92
0,94
0,9
12
404
385
375
484
30
Kurang ideal
UBU
344
263
308
0
30
USP
405
400
382
397
30
Rasio Solvabilitas = total aktiva total kewajiban
1,26
1,32
1,32
1,32
>2
Kurang ideal Kurang ideal Kurang ideal
Aktivitas KOPASJA Rasio Perputaran Piutang = pinjaman yang disalurkan + penjualan kredit piutang anggota UBU USP Keterangan: pinjaman yang disalurkan: 1999 = Rp 606.850.000,00 2000 = Rp 700.500.8000,00 2001 = Rp 763.400.000,00 2002 = Rp 881.800.000,00 Rasio Periode Pengumpulan Piutang = piutang anggota (pinjaman yang disalurkan + penjualan kredit)/360
III.
1999 0,89
Tahun 2000 2001 1,4 1,2
Kurang ideal Kurang ideal
70
No.
Aspek dan formulasi
Tahun 2000 2001
1999 Rasio Profitabilitas Rasio GPM = pendapatan-HPP Pendapatan USP UBU Rasio OPM = SHU sebelum pajak pendapatan Rasio NPM = SHU setelah pajak Pendapatan USP UBU Rasio ROA = SHU setelah pajak total aktiva Rasio Rentabilitas Ekonomi = SHU setelah pajak total modal Rasio Rasio Modal Sendiri = SHU setelah pajak modal sendiri RASIO PEARLS (dalam %) I P = Protection 1-P1 Kemampuan cadangan risiko untuk menghapus kelalaian pinjaman > 12 bulan. Cadangan risiko x 100% Kelalaian pinjaman > 12 bulan 2-P2 Kemampuan sisa cadangan risiko setelah menutup 1- P1 untuk menghapus kelalaian pinjaman 1-12 bulan. Cadangan risiko bersih x 100% Kelalaian pinjaman 1-12 bulan
Ideal 2002
Kondisi Koperasi
IV.
0,82
Meningkat
Fluktuasi
100% 100% 17,04% 15,89% 4,52% 2,38%
100% 50,18% 0,87%
Meningkat
Menurun
3,64%
2,61%
1,74%
0,78%
Meningkat
Menurun
2,52% 5% 1,01%
3,14% 2,33% 1,21%
6,86% -1,16% 0,71%
1,04% 0,34% 2,00%
Meningkat
Fluktuasi
4,94%
4,97%
4,24%
0,72%
Meningkat
Menurun
5,2%
5,23%
4,43%
0,73%
Meningkat
Menurun
0
0
0
0
≥ 100%
Jauh ideal
dari
0
0
0
0
≥ 35%
Jauh ideal
dari
0,74
0,45
100% 30% 4,53%
0,46
71
No.
Aspek dan formulasi 1999
3-P3
II 1-E1 2-E2
3-E3 3-E4 3-E5 3-E6 III 1-A1 IV 1-R1
Tahun 2000 2001
Ideal 2002
Kondisi Koperasi
Kemampuan mengembalikan hak-hak anggota bilamana terjadi 113,8 likuidasi (solvabilitas) Total aset – (kelalaian pinjaman + aset bermasalah) x 100% Total aset E = Effective Financial Structure Rasio pinjaman beredar = Saldo pinjaman x 100% 79,44 Total aset 20,56 Rasio investasi lancar = Investasi lancar x 100% Total aset
104,1
97,44
93,83
≥ 100%
Menurun
79,26
77,71
77,14
70-80%
Ideal
20,74
22,29
22,86
≤ 20%
Mendekati ideal
Rasio simpanan non saham = Total simpanan non saham x 100% Total aset Rasio utang = Total pinjaman yang diterima x 100% Total aset Rasio simpanan saham = Total simpanan saham x 100% Total aset Rasio modal lembaga = (Dana cadangan + donasi) x 100% Total aset A =Asset Quality Rasio Delinquency atau Non Perfoaming Loan = Total kelalaian x 100% Total saldo pinjaman R = Rates of Return and Cost Rasio pendapatan dari pinjaman = (Bunga + service fee + denda) x 100% Rata-rata saldo pinjaman
67,99
70,69
72,94
76,73
70-80%
Ideal
11,96
5,79
1,51
0,28
minimum
Ideal
13,75
17,08
20
19,99
10 - 20%
Ideal
5,84
5,91
4,46
2,48
≥ 10%
Jauh ideal
dari
8,76
10,78
12,14
11,98
< 5%
Jauh ideal
dari
18,33
18,53
19,6
25,0
20-35%
Mendekati ideal
72
No. 2-R2 3-R3 4-R4
Aspek dan formulasi Rasio biaya untuk simpanan non saham = Total biaya simpanan non saham x 100% Rata-rata saldo simpanan non saham Rasio biaya pinjaman yang diterima = Total biaya bunga utang x 100 % Rata-rata saldo utang Rasio dividen = Total dividen x 100% Rata-rata simpanan saham
1999 6,21
Tahun 2000 2001 6,43 7,04
2002 9,37
Ideal > inflasi
Kondisi Koperasi fluktuasi
26,42
11,41
4,13
27,26
≥ R2
Fluktuasi
2,04
4,85
3,25
1,04
≥ R2
Jauh ideal
dari
5-R5
Rasio SHU kotor = (Total pendapatan kotor – biaya bunga-dividen) x 100% Rata-rata aset
10,7
9,9
9,4
10,9
15-20%
Kurang ideal
6-R6
Rasio biaya operasional = Total biaya operasional x 100% Rata-rata aset Rasio SHU bersih = SHU bersih x 100% Rata-rata aset L = Liquidity Rasio likuiditas aset = (Aset likuid – kewajiban < 30 hari ) x 100% Total simpanan non saham S = Signs of Growth Pertumbuhan asset = (Total aset tahun ini-total aset tahun lalu) x 100% Total aset tahun lalu Pertumbuhan pinjaman (Saldo pinjaman tahun ini - saldo pinjaman tahun lalu) x 100% Saldo pinjaman tahun lalu
5,77
5,91
6,98
9,65
3-10%
Ideal
0,4
0,47
1,09
0,2
> 1%
Kurang ideal
(91,35)
(96,75)
(96,79)
(96,18)
10-20%
Jauh ideal
11,3
8,9
21
> inflasi
Fluktuasi
11,06
6,78
20,15
S1<S2<E1
Fluktuasi
6-R7 V 1-L1 VI 1-S1 2-S2
dari
16,6 5,17
73
No.
Aspek dan formulasi 1999
Pertumbuhan simpanan non saham (Total simpanan non saham tahun ini – total simpanan non saham tahun lalu) x 100% Total simpanan non saham tahun lalu 4-S4 Pertumbuhan pinjaman yang diterima (Saldo utang tahun ini – saldo utang tahun lalu) x 100% Saldo utang tahun lalu 5-S5 Pertumbuhan simpanan saham (Simpanan saham tahun ini – simpanan saham tahun lalu) x 100% Simpanan saham tahun lalu 6-S6 Pertumbuhan modal lembaga (Modal lembaga tahun ini – modal lembaga tahun lalu) x 100% Modal lembaga tahun lalu 7-S7 Pertumbuhan anggota (Jumlah anggota tahun ini – jumlah anggota tahun lalu) x 100%) Jumlah anggota tahun lalu (+) Loan to Deposits Ratio (LDR) Keterangan : Inflasi 1999 = 2,01% Inflasi 2000 = 9,35% Inflasi 2001 = 12,55% Inflasi 2002 = 10,03%
Tahun 2000 2001
Ideal 2002
Kondisi Koperasi
3-S3
Kelalaian pinjaman: 1999 = Rp 59.856.214,00 2000 = Rp 81.809.569,00
13,6
15,7
12,4
27,34
S1<S3<E3
Ideal
18,81
(94,65)
(71,59)
(77,04)
E3<S4<E4 Kurang ideal
40,5
38,4
27,5
20,9
S1<S5<E5
Kurang ideal
(5,1)
12,66
(17,84)
(23,41)
S1<S6<E6
Kurang ideal
7,76
6,5
12,4
(2,7)
> 5%
116,82
112,11
106,55
100,52
100-120%
Kurang ideal Ideal
2001 = Rp 98.375.410,00 2002 = Rp 116.638.629,00
74
Lampiran 3. Neraca KOPASJA periode 1999-2002 Uraian Kas Bank Sibuhar pada PUSKOPDIT Piutang anggota Piutang adum Piutang antarunit Persediaan Aktiva lancar Investasi pada BRI Simpanan pada BK3D Penyertaan Aktiva koperasi Aktiva tetap TOTAL AKTIVA Simpanan sukarela Simpanan khusus Hutang pajak Hutang Puskopdit Hutang lancar Hutang Perum PKK Hutang ANTAM Hutang antarunit Hutang Jasa Raharja Hutang jangka panjang Total Kewajiban Smpanan pokok Simpanan wajib Dana-dana Cadangan koperasi SHU Total Modal TOTAL PASIVA
1999 8586801 26229214 2633900 683290123 33724805 75271077 0 829735920 3500000 26949300 30449300 0 0 860185220 432921314 152000000 681023 0 585602337 68750000 33503958 0 0 102253958 687856295 11730000 106506370 38353910 11879518 3859127 172328926 860185220
USP 2000 2001 1351980 705065 13147255 55170908 2633900 3244400 758901386 810341108 35166034 34094065 95548106 97213998 0 0 906748661 1000769544 23500000 3500000 27249300 38486300 50749300 41986300 0 0 0 0 957497961 1042755844 526921689 610535865 150000000 150000000 853511 1749687 0 0 677775200 762285552 31250000 0 23415250 14022287 0 0 0 0 5466250 14022287 732440450 776307839 15210000 20990000 148416520 187665360 44714910 30952905 11879518 15542161 4836563 11297579 225057511 266488005 957497961 1042755844
2002 380000 23516212 3244400 973611264 34094065 97213998 0 1132059939 19656030 41986300 61642330 68495401 68495401 1262197670 818510001 150000000 235755 0 918745756 0 3384371 0 0 0 972130127 21485000 230851860 30898904 4709984 2121795 290067543 1262197670
UBU 1999 2000 2001 2002 4483400 6881800 2923342 0 2777060 6354257 8499632 8348904 0 0 0 0 12198466 20101250 71689049 214216148 0 33724805 0 0 0 0 0 0 26498592 30824804 31672725 0 45957518 97886916 114784748 222565052 0 0 0 8785542 0 0 2245000 0 0 0 2245000 8785542 35071447 46090502 57394811 57394811 35071447 4609502 57394811 57394811 81028965 110252613 174424559 288745405 0 0 0 0 0 0 0 0 863683 2134720 0 45482 0 0 75000000 0 863683 2134720 75000000 45482 0 0 0 43750000 0 0 0 0 75271077 95548106 97213998 97213998 0 0 0 87719298 75271077 95548106 97213998 228683296 76134760 97682826 172213998 228728778 0 0 0 0 0 0 0 0 0 893768 893768 46400931 0 4700437 4700437 13206358 4894205 6975582 -3383644 409338 4894205 12569787 2210561 60016627 81028965 110252613 174424559 288745405
1999 13070201 29006274 2633900 695488589 33724805 0 26498592 800422361 3500000 26949300 30449300 35071447 35071447 865943108 432921314 152000000 1544706 0 586466020 68750000 33503958 0 0 102253958 688719978 11730000 106506370 38353910 11879518 8753332 177223130 865943109
KONSOLIDASI 2000 2001 8233780 3628407 19501512 63670540 2633900 3244400 779002636 882030157 35266034 34094065 0 0 30824804 31672725 875462666 986667569 23500000 3500000 27249300 40731300 50749300 44231300 46090502 57394811 46090502 57394811 972202468 1119966405 526921689 610535865 150000000 150000000 2988231 1749687 0 75000000 679909920 837285552 31250000 0 23415250 14022287 0 0 0 0 54665250 14022287 734575170 851307839 15210000 20990000 148416520 187665360 45608678 31846673 16579955 20242598 11812145 7913935 237627298 268658566 972202468 1119966405
2002 380000 31865116 3244400 1187827412 34094065 0 0 1257410993 284415572 41986300 70427872 125890212 125890212 1453729077 818510001 150000000 281237 0 968791238 43750000 3384371 0 87719298 134853669 1103644907 21485000 230851860 77299835 17916342 2531133 350084170 1453729077
Lampiran 5. Laporan laba rugi UBU KOPASJA periode 1999-2002 Tahun Uraian 1999 2000 2001 2002 I. Pendapatan dan Beban Operasional A. Pendapatan Operasional Pendapatan Penjualan 1. Pendapatan toko 50570080 250088525 171263150 120546600 2. Pendapatan ATK 20300400 1768845 0 0 3. Penjualan kredit 12794616 27609400 84001160 0 4. Pendapatan VCD 2109000 2182500 616001 0 5. Pendapatan travel 553500 3775000 0 0 6. Pendapatan makanan 466500 6036000 7280000 0 7. Pendapatan konsinyasi 415450 7426750 26959850 0 JUMLAH 87209546 298887020 290120161 120546600 B. HPP Persediaan awal 0 26498592 30824804 31672725 Pembelian 87744300 252258276 244864782 28382350 Barang tersedia dijual 87744300 278756868 275689586 60055075 Persediaan akhir 26498592 30824804 31672725 0 HPP 61245758 247932064 244016861 60055075 C. SHU Kotor 25963788 50954956 46103300 60491525 D. Beban usaha Beban operasional 7690900 29786217 44877892 55458350 II. Hasil Usaha SHU 18272888 21168739 1225408 5033175 III. Beban Organisasi & penyusutan Beban organisasi& penyusustan 12515000 12058437 4609052 4578355 SHU sebelum pajak 5757888 9110302 -3383644 454820 Taksiran pajak 863683 2134720 0 45482 409338 SHU besih 4894205 6975582 -3383644
Lampiran 6. Laporan laba rugi konsolidasi KOPASJA periode 1999-2002 Tahun Uraian 1999 2000 2001 2002 Pendapatan 240175731 452808271 454774842 324962376 HPP 61245758 247 932064 244016861 60055075 SHU Kotor 178929973 204876207 210757981 264907301 Beban Usaha 70905742 92262269 107916300 145351461 SHU Kotor 108024231 112613938 102841681 119555840 Beban Perkoperasian 71580867 71762476 75759293 102681536 Pendapatan & Beban lain -25552906 -20369901 -16244807 -14061934 SHU sebelum pajak 10890458 20481561 10837581 2812370 Pajak 2137126 8669416 2923646 281237 SHU setelah pajak 8753332 11812145 7913935 2531133
Lampiran 4. Laporan laba rugi USP KOPASJA periode1999-2002 Uraian I. Pendapatan dan Beban Operasional A. Pendapatan operasional Pendapatan bunga 1. Bunga pinjaman 2. Bunga bank -Giro -Deposito 3. Bunga Puskopdit 4. Service fee 5. Pendapatan operasional lain -Denda -Uang pangkal -Uang pengganti buku -Bidang usaha JUMLAH B. Beban operasional 1. Beban bunga -Simpanan khusus -Simpanan yayasan -Simpanan sukarela 2. Bunga pinjaman -Pinjaman Puskopdit -Pinjaman Jasa Raharja -Pinjaman ANTAM -Pinjaman Perum PKK -Pinjaman PERURI 3. Premi Asuransi -Siharta -Kredit 4. Administrasi Bank 5. Beban operasional -Adum -Organisasi JUMLAH HASIL USAHA II. Pendapatan dan Beban Non Operasional A. Pendapatan non operasional B. Beben non operasional 1. RAT 2. Balas Jasa Anggota 3. Pajak Jasa Giro JUMLAH JUMLAH A-B SHU sebelum pajak Pajak tahun lalu Pajak tahun berjalan SHU setelah pajak
1999
Tahun 2000
2001
2002
142501522 144897159 151227651 191744672 651732 2315360 1784200 3099075
692274 785954 2338000 3225000
873972 710575 3710500 3930300
1936734 0 0 7207000
2219296 1356864 2765683 2731870 395000 560000 1385000 480000 0 4000 51000 159500 0 62000 0 156000 152966185 153921251 164654681 204415776
318514 22208887 23881158
0 18978653 29096555
0 18013416 34646134
0 18620202 51475779
5545900 0 1390864 734375 1920980
0 0 1049034 3093750 0
0 0 639036 859375 0
0 5500000 332965 4062500 0
820000 5980845 413319
3503000 5576923 1178137
1208007 6835666 836774
3514526 5002139 1385000
51580867 7485000 59065867 30685476
49298132 10405907 59704039 31741160
52340000 18810241 71150241 30466032
66013291 32089890 98103181 16419484
0
0
0
0
24844000 19578150 15000000 12658997 645994 556652 973260 0 62912 235099 271547 1402937 25552906 20369901 16244807 14061934 -25552906 -20369901 -16244807 -14061934 5132570 11371259 14221225 2357550 592420 5681785 1668359 235755 681023 853511 1255287 0 3859128 4836563 11297579 2121795