KAJIAN MANAJEMEN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA
HANIF FANSURYA
MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
ABSTRAK HANIF FANSURYA, C44063002. Kajian Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta. Dibimbing oleh IIN SOLIHIN dan BUDY WIRYAWAN. Pelabuhan perikanan merupakan pusat aktivitas perikanan. Selama ini perhatian orang terhadap pelabuhan perikanan kebanyakan hanya pada aktivitas produksi perikanan di pelabuhan tersebut. Akan tetapi hal-hal yang berkaitan dengan keamanan dari sebuah pelabuhan masih belum banyak diperhatikan. Salah satunya adalah tentang manajemen penanggulangan kebakaran. Padahal tindakan preventif terhadap bencana itu sangatlah diperlukan agar dapat mengurangi resiko timbulnya korban (materil dan jiwa) akibat bencana tersebut. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan Manajemen Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta dan mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap manajemen penanggulangan kebakaran. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan metode purposive sampling. Sedangkan analisis datanya menggunakan analisis deskriptif dan analisis sistem dengan menggunakan diagram Ishikawa. Secara umum Manajemen Penanggulangan Kebakaran di tempat kerja di lingkungan PPS Nizam Zachman masih harus dibenahi. Diantaranya yang harus dibenahi adalah sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran yang mengacu pada Kepmen.PU No. 11/KPTS/2000 tentang ketentuan teknis manajemen penanggulangan kebakaran di perkotaan. Tata operasional penanggulangan kebakaran, serta sumberdaya manusia yang bertugas menanggulangi kebakaran di setiap wilayah kerja baik dari segi jumlah maupun dari segi komposisi tingkat keahlian personil penanggulangan kebakaran. Dalam pelaksanaan manajemen penanggulangan kebakaran ternyata ada 5 (lima) faktor yang mempengaruhinya, yaitu : sumberdaya manusia, sarana dan prasarana, tata operasional, organisasi, hingga potensi penyebab kebakaran yang ada di suatu wilayah. Kata Kunci : Damkar, Deskriptif, Ishikawa, Kebakaran, Preventif
© Hak cipta IPB, Tahun 2011 Hak cipta dilindungi Undang-Undang 1)
2)
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa menyebutkan sumber : a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.
KAJIAN MANAJEMEN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA
HANIF FANSURYA
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Kajian Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir.
Bogor, Mei 2011 Hanif Fansurya
Judul Skripsi
: Kajian Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta
Nama Mahasiswa
: Hanif Fansurya
NRP
: C44063002
Mayor
: Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Disetujui:
Pembimbing I
Pembimbing II
Iin Solihin S.Pi, M.Si NIP. 19701210 199702 1 001
Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc NIP. 19621223 198703 1 001
Diketahui: Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc NIP. 19621223 198703 1 001
Tanggal Lulus : 2 Mei 2011
KATA PENGANTAR Puji Syukur ke Hadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan kepada penulis berupa karunia yang tak terhingga sehingga penulis tetap diberikan kekuatan untuk menyelesaikan tulisan ini. Tidak lupa kepada Rasulullah SAW yang telah memberikan bimbingan kepada umatnya bagaimana cara berhubungan dengan Allah dan bagaimana berhubungan dengan sesama manusia hingga sampai pada diri penulis. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Judul yang dipilih adalah “Kajian Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari kekurangan, sehingga penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Bogor, Mei 2011 Hanif Fansurya
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih diucapkan kepada :
1)
Bapak Iin Sholihin dan Bapak Budy Wiryawan selaku komisi pembimbing yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran.
2)
Bapak Abdul Rouf Syam selaku Kepala UPT Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ) yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di PPS Nizam Zachman Jakarta.
3)
Pak Rahmat Irawan (Kepala Bagian Operasional), Ibu Khusnul Khatimah (Kepala Humas), Kak Icha, Mbak Yanti, Pak Indra serta seluruh jajaran UPT PPS Nizam Zachman yang telah membantu penulis dalamm melaksanakan penelitian ini.
4)
Ibu Tri Wiji Nurani dan Bapak Mohammad Imron yang telah membantu mengoreksi dan memberikan saran untuk tulisan ini pada sidang skripsi saya.
5)
Bapak Ronny Irawan Wahyu selaku pembimbing akademik.
6)
Papa dan mama yang telah memberikan doa, support, serta inspirasi yang luar biasa kepada penulis hingga penulis bisa kuliah dan menyelesaikan kuliah di IPB. Serta adik-adikku (alfi, zaki, dan ihsan) yang selalu mendoakan abang dalam menyelesaikan kuliah ini.. Insya Allah abang akan bantu kalian untuk meraih cita-cita dan masa depan yang lebih baik.
7)
Keluarga PSP 43 terutama teman satu bimbingan ; Qbee, Ike, Ari, dan Troy yang telah mensupport penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Juga kepada Mukhlis, Rezki yang telah membantu penulis dalam penelitian serta membantu dalam mengoreksi tulisan ini.
8)
Keluarga besar Samudera 43, FKMC, Keluarga Rangers, teman-teman spiritual, Forhuman team, serta rekan-rekan aktivis dakwah IPB. Warnawarni, persahabatan, lika-liku, ukhuwah dan istiqomah. Semuanya memang begitu indah.
9)
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 9 September 1988 dari Bapak Drs.M.Fachri Adnan, M.Si, Ph.d dan Ibu Dra. Surya Darmita. Penulis merupakan putra pertama dari 4 (empat) bersaudara. Penulis lulus dari MAN 2 Padang pada tahun 2006 dan pada tahun yang sama diterima di IPB tanpa tes melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Pada tahun kedua penulis masuk ke Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai Asisten Mata Kuliah Teknologi Perencanaan, Pengembangan, dan Pemanfaatan Pelabuhan Perikanan (TP5), dan mata kuliah umum Asisten Pendidikan Agama Islam (PAI) IPB. Penulis juga aktif menulis karya ilmiah dalam bentuk Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang didanai oleh DIKTI. Penulis juga pernah mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, Bank Ekspor-import, serta Beasiswa BBM. Selain itu penulis juga aktif mengikuti kegiatan-kegiatan kemahasiswaan mulai dari kepanitiaan hingga pengurus organisasi kemahasiswaan. Penulis pernah menjadi anggota Wakil Ketua angkatan dan Kepala Departemen Kerohanian Ikatan Pelajar Mahasiswa Minang (IPMM), anggota Himpunan Mahasiswa Padang-Pariaman (HIMAPD), Staf Ahli Komisi Internal Dewan Perwakilan Mahasiswa FPIK, Ketua Pemilihan Raya (PEMIRA) FPIK, Staf Ahli Dept.Syiar Forum Keluarga Muslim FPIK (FKMC), General Manajer FKMC, serta Kepala Bagian Pembinaan FSLDK IPB. Penulis aktif mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh organisasi intra kampus dan ekstra kampus. Selain itu Penulis juga pernah beberapa kali menjadi Master of Ceremony (MC), Moderator, pembicara dan trainer di beberapa acara dan pelatihan yang diadakan oleh organisasi-organisasi intra kampus maupun ekstra kampus.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ............................................................................................
i
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
ii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... iii 1
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1.2 Tujuan Penelitian .................................................................................... 1.3 Manfaat Penelitian ..................................................................................
2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan .............................................................................. 2.1.1 Fungsi dan peranan pelabuhan perikanan ..................................... 2.1.2 Klasifikasi pelabuhan perikanan ................................................... 2.2 Konsep Dasar Sistem ............................................................................. 2.2.1 Definisi sistem .............................................................................. 2.2.2 Karakteristik sistem ...................................................................... 2.2.3 Ciri pokok sistem .......................................................................... 2.2.4 Klasifikasi sistem .......................................................................... 2.2.5 Pengembangan sistem ................................................................... 2.3 Penanggulangan Kebakaran ................................................................... 2.3.1 Kewajiban menanggulangi kebakaran .......................................... 2.3.2 Kegiatan penanggulangan kebakaran ........................................... 2.3.3 Penanggulangan kebakaran lingkungan ........................................ 2.3.4 Penanggulangan kebakaran gedung .............................................. 2.4 Unit Penanggulangan Kebakaran ........................................................... 2.4.1 Tugas unit penanggulangan kebakaran ......................................... 2.4.2 Rasio jumlah minimum personil penanggulangan kebakaran di tempat kerja ...................................................................................
3
3 4 5 7 7 8 9 10 11 12 12 12 14 15 16 17 18
METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian .................................................................................... 3.2 Metode Penelitian ................................................................................... 3.2.1 Metode pengumpulan data .......................................................... 3.2.2 Jenis data yang dikumpulkan ...................................................... 3.3 Analisis Data .......................................................................................... 3.3.1 Analisis deskriptif ......................................................................... 3.3.2 Analisis sistem ..............................................................................
4
1 2 2
20 20 20 21 22 22 22
KONDISI UMUM PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA 4.1 Lokasi PPS Nizam Zachman Jakarta ...................................................... 4.2 Sejarah dan Perkembangan PPS Nizam Zachman Jakarta ..................... 4.3 Pengelola PPS Nizam Zachman Jakarta ................................................. 4.3.1 Unit pelayanan terpadu .................................................................
24 24 26 27
4.3.2 Perusahaan umum (Perum) ........................................................... 4.4 Visi, Misi dan Tujuan PPS Nizam Zachman Jakarta ............................. 4.5 Sarana dan Prasarana PPS Nizam Zachman Jakarta .............................. 4.6 Keadaan Perusahaan di PPS Nizam Zachman Jakarta ........................... 5
HASIL 5.1 Potensi kejadian kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta................... 5.2 Manajemen penanggualangan kebakaran TB.Mina Antasena ................. 5.2.1 Sarana dan prasarana .................................................................... 5.2.2 Sumberdaya manusia .................................................................... 5.2.3 Tata operasional ............................................................................ 5.3 Manajemen Penanggulangan Kebakaran Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta (Pos Jaga Muara Baru) ........................................................ 5.3.1 Sarana dan prasarana ..................................................................... 5.3.2 Sumberdaya manusia .................................................................... 5.3.3 Tata operasional ............................................................................ 5.4 Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Gedung dan Tempat Kerja . 5.4.1 Sarana dan prasarana .................................................................... 5.4.2 Sumberdaya manusia .................................................................... 5.4.3 Tata operasional ............................................................................
28 30 31 33
34 36 36 38 38 40 40 41 41 43 43 43 44
6
PEMBAHASAN 6.1 Kelembagaan Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta ..................................................................................................... 45 6.2 Potensi dan Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja di lingkungan PPS Nizam Zachman Jakarta ........................................... 46 6.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta ........................................... 50
7
KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ............................................................................................. 55 7.2 Saran ....................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 56 LAMPIRAN ...................................................................................................... 58
DAFTAR TABEL Halaman 1
Tugas unit penanggulangan kebakaran ..................................................... 17
2
Rasio jumlah dan tingkat keahlian personil penanggulangan kebakaran di tempat kerja .......................................................................................... 19
3
Jenis data penelitian yang dikumpulkan ................................................... 21
4
Fasilitas pokok di PPS Nizam Zachman, Jakarta ..................................... 31
5
Fasilitas fungsional di PPS Nizam Zachman, Jakarta .............................. 32
6
Fasilitas penunjang di PPS Nizam Zachman, Jakarta ............................... 32
7
Fasilitas PPS Nizam Zachman dan Potensi kebakarannya ....................... 37
8
Sarana dan Prasarana TB. Mina Antasena ................................................ 39
9
Perlengkapan Unit dan Personel Unit Damkar–PB Pos Jaga Muara Baru 41
10
Sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran di tempat kerja ........... 42
11
Jumlah ideal personil unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja ... 43
12
Komposisi unit penanggulangan kebakaran berdasarkan tingkat keahlian pada tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II ...................................... 49
13
Rasio tingkat keahlian personel unit penanggulangan kebakaran di perusahaan perikanan di PPS Nizam Zachman Jakarta ............................ 50
14
Cheeck sheet ketersediaan sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran di gedung ................................................................................. 51
i
DAFTAR GAMBAR Halaman 1
Karakteristik sistem ..................................................................................
9
2
Format diagram sebab-akibat Ishikawa .................................................... 22
3
Lokasi PPS Nizam Zachman Jakarta ........................................................ 24
4
Struktur organisasi UPT PPS Nizam Zachman Jakarta ............................ 28
5
Data perusahaan di PPS Nizam Zachman Jakarta .................................... 33
6
Penyebab umum kejadian kebakaran ........................................................ 35
7
Kejadian kebakaran kapal di kolam pelabuhan PPS Nizam Zachman Jakarta ....................................................................................................... 36
8
Tata Operasional penanggulangan kebakaran oleh TB.Mina Antasena ... 39
9
Tata Operasional penanggulangan kebakaran oleh Damkar Pos Jaga Muara Baru ............................................................................................... 42
10
Pola Hubungan antar unit penanggulangan kebakaran ............................. 45
11
Diagram Ishikawa manajemen penanggulangan kebakaran lingkup tempat kerja di PPS Nizam Zachman Jakarta ............................................ 53
ii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1.
Layout Eksisting PPS Nizam Zachman Jakarta .....................................
58
2.
Daftar Perusahaan yang beraktivitas di PPS Nizam Zachman Jakarta ..
59
3.
Rekapitulasi Absen Kolam Pelabuhan PPS Nizam Zachman Jakarta Tahun 2010 .............................................................................................
61
Dokumentasi Unit Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta ....................................................................................................
62
Dokumentasi Perusahaan yang diamati di PPS Nizam Zachman Jakarta
69
4. 5.
iii
1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Pelabuhan perikanan merupakan pusat aktivitas perikanan. Sehingga tidak
jarang orang menilai perkembangan dunia perikanan itu dari aktivitas pelabuhan perikanan yang ada. Jika aktivitas dari sebuah pelabuhan perikanan berjalan dengan lancar apalagi jika dalam volume produksi besar maka bisa dikatakan sektor perikanan di daerah tersebut baik begitu juga sebaliknya. Pada saat sekarang ini pembangunan pelabuhan perikanan banyak terpusat pada fasilitas, infra struktur, serta upaya-upaya pendukung untuk meningkatkan hasil produksi. Akan tatapi hal-hal yang berkaitan dengan keamanan dari suatu pelabuhan perikanan masih belum banyak diperhatikan. Sebut saja manajemen penanggulangan kebakaran. Setiap pelabuhan perikanan memiliki resiko kebakaran baik di kolam pelabuhan, tempat pengisian bahan bakar, di atas kapal perikanan, bahkan industri perikanan serta lokasi-lokasi lainnya yang berpotensi terjadi kebakaran. Kebakaran yang terjadi tidak hanya menghancurkan dan menghilangkan transaksi dengan jumlah besar, akan tetapi kebakaran yang terjadi juga akan menghilangkan aset yang selama ini digunakan untuk memproduksi sumberdaya perikanan yang nilainya mungkin lebih besar dari total nominal transaksi yang dibatalkan pada saat tersebut. Selain itu masyarakat Indonesia pada umumnya tidak mau melaksanakan langkah-langkah antisipatif (preventif) terhadap sebuah bencana/musibah sebelum bencana/musibah tersebut terjadi menimpa dirinya. Hal ini dikarenakan paradigma berfikir masyarakat yang menganggap dan mengharapkan bahwa kejadian yang buruk tidak akan terjadi meskipun kita tahu tidak ada garansi 100 % bahwa bencana itu tidak akan terjadi. Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman merupakan salah satu pelabuhan yang memiliki aktivitas perikanan yang besar. Pelabuhan Nizam Zachman Jakarta ini memiliki berbagai fasilitas yang cukup lengkap dan memadai untuk aktivitas eksport dan import produk hasil perikanan. Pelabuhan ini juga terdapat berbagai perusahaan dan industri perikanan baik dalam negeri maupun perusahaan asing.
2
Pada Pelabuhan Perikanan Samudera tentu saja memiliki fasilitas-fasilitas yang mendukung kegiatan produksi hasil perikanan. Contohnya saja adanya fasilitas coldstorage, industri pengolahan hasil perikanan, industri pengemasan produk hasil olahan perikanan, dan lain sebagainya. Hampir semua dari industri tersebut menggunakan fasilitas tenaga listrik/bahan bakar untuk menjalankan industri tersebut. Oleh karena itu hampir semua bagian dalam industri perikanan memiliki potensi kebakaran akibat digunakannya listrik sebagai komponen utama penggerak industri tersebut. 1.2
Tujuan Tujuan dilakukan penelitian ini adalah :
1.
Mendiskripsikan Manajemen Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta
2.
Mengidentifikasi
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
Manajemen
Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta 1.3
Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi pihak-
pihak
yang
terkait
dalam
membuat
atau
mengevaluasi
manajemen
penanggulangan kebakaran yang ada dalam sebuah pelabuhan perikanan.
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Pelabuhan Perikanan Menurut UU RI No.45 Tahun 2009 tentang perubahan atas UU No. 31
tahun 2004 tentang perikanan mengatakan bahwa pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan dilihat dari aspek aktivitas perikanan tangkap disebutkan bahwa pelabuhan perikanan adalah suatu pengebangan ekonomi perikanan ditinjau dari aspek produksi, pengolahan dan pemasaran baik lokal, nasional maupun internasional (Lubis, 2006). Produksi berarti bahwa pelabuhan perikanan sebagai tempat para nelayan melakukan kegiatan-kegiatan produksinya mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di laut sampai membongkar hasil tangkapannya. Pengolahan berarti bahwa pelabuhan perikanan menyediakan sarana-sarana yang dibutuhkan untuk mengolah hasil tangkapan. Sedangkan pelabuhan perikanan ditinjau dari aspek pemasaran berarti bahwa pelabuhan perikanan merupakan pusat pengumpulan dan tempat awal pemasaran hasil tangkapan. Menurut Direktoral Jenderal Perikanan (1994) diacu dalam (widiastuti, 2010) bahwa aspek-aspek tersebut secara terperinci yaitu produksi-bahwa pelabuhan perikanan sebagai tempat para nelayan untuk melakukan kegiatankegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di laut sampai membongkar hasil tangkapannya, pengolahanbahwa pelabuhan perikanan menyediakan sarana
yang dibutuhkan untuk
mengolah hasil tangkapannya, pemasaran-bahwa pelabuhan perikanan merupakan pusat pegumpulan dan tempat awal pemasaran hasil tangkapannya.
4
2.1.1 Fungsi dan peranan pelabuhan perikanan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.45 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang No.31 Tahun 2004 Tentang Perikanan menyatakan bahwa Pelabuhan Perikanan mempunyai fungsi pemerintahan dan pengusahaan guna mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran. Sedangkan fungsi pelabuhan perikanan menurut pasal 41A adalah mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya berupa: 1) Pelayanan tambat dan labuh kapal perikanan; 2) Pelayanan bongkar muat; 3) Pelaksanaan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan; 4) Pemasaran dan distribusi ikan; 5) Pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan; 6) Tempat pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan; 7) Pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan; 8) Tempat pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumberdaya ikan; 9) Pelaksanaan kesyahbandaran; 10) Tempat pelaksanaan fungsi karantina ikan 11) Publikasi hasil pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan dan kapal pengawas kapal perikanan 12) Tempat publikasi hasil riset kelautan dan perikanan; 13) Pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari; 14) Pengendalian lingkungan Salah satu fungsi pelabuhan perikanan sebagai tempat pelaksanaan kesyahbandaran. Adapun tujuan adanya kesyahbandaran adalah dalam rangka memantau keselamatan operasional kapal perikanan. Sedangkan tugas dan wewenang dari syahbandar di pelabuhan perikanan adalah : 1) Menerbitkan Surat Persetujuan Berlayar 2) Mengatur kedatangan dan keberangkatan kapal perikanan 3) Memeriksa ulang kelengkapan dokumen kapal perikanan
5
4) Memeriksa teknis dan nautis kapal perikanan dan memeriksa alat penangkapan ikan, dan alat bantu penangkapan ikan 5) Memeriksa dan mengesahkan perjanjian kerja laut 6) Memeriksa log book penangkapan dan pengangkutan ikan 7) Mengatur olah gerak dan lalu lintas kapal perikanan di pelabuhan perikanan 8) Mengawasi pemanduan 9) Mengawasi pengisian bahan bakar 10) Mengawasi kegiatan pembangunan fasilititas pelabuhan perikanan 11) Melaksanakan bantuan pencarian dan penyelamatan 12) Memimpin penanggulangan pencemaran dan pemadaman kebakaran di pelabuhan perikanan 13) Mengawasi pelaksanaan perlindungan lingkungan maritim 14) Memeriksa pemenuhan persyaratan pengawakan kapal perikanan 15) Menerbitkan Surat Tanda Bukti Lapor Kedatangan dan Keberangkatan Kapal Perikanan, dan 16) Memeriksa sertifikat ikan hasil tangkapan
2.1.2 Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan diklasifikasikan Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 16 tahun 2006 Tentang Pelabuhan Perikanan menjadi empat tipe pelabuhan perikanan yaitu (1) Pelabuhan Perikanan Samudera, (2) Pelabuhan Perikanan Nusantara, (3) Pelabuhan Perikanan Pantai, dan (4) Pangkalan Pendaratan Ikan. Pelabuhan Perikanan Samudera mempunyai ciri-ciri teknis sebagai berikut: 1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut teritorial, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, dan laut lepas; 2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurangkurangnya 60 GT; 3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m; 4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 100 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 6.000 GT kapal perikanan sekaligus;
6
5) Ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan ekspor; 6) Terdapat industri perikanan. Pelabuhan Perikanan Nusantara mempunyai ciri-ciri teknis sebagai berikut: 1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia; 2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurangkurangnya 30 GT; 3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m; 4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 75 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 2.250 GT kapal perikanan sekaligus; 5) Terdapat industri perikanan. Pelabuhan Perikanan Pantai mempunyai ciri-ciri teknis sebagai berikut : 1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial; 2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurangkurangnya 10 GT; 3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 2 m; 4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT kapal perikanan sekaligus. Sedangkan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) mempunyai ciri-ciri teknis sebagai berikut : 1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman dan perairan kepulauan; 2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurangkurangnya 3 GT; 3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m, dengan kedalaman kolam minus 2 m; 4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 60 GT kapal perikanan sekaligus.
7
Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Kelautan
dan
Perikanan
No.
PER/16/MEN/2006 ini setiap pelabuhan bisa ditingkatkan klas nya berdasarkan kriteria teknis yang ada. Peningkatan klas pelabuhan perikanan yang dibangun oleh Pemerintah diusulkan oleh Direktur Jenderal kepada Menteri setelah mendapat rekomendasi dari Bupati/Walikota.
2.2
Konsep Dasar Sistem
2.2.1 Definisi sistem Sistem merupakan seperangkat unsur yang teratur dan terdiri dari unsur yang dapat dikenal, saling melengkapi karena satunya maksud, tujuan atau sasaran (Davis, 1984). Dent dan Blackie dalam Armando (2003), menyebutkan bahwa penelitian sistem mencakup analisis komponen dan hubungannya, serta proses sintesis yang mungkin membentuk sistem baru atau mengefisienkan sistem lama. Sistem berasal dari kata systema dalam bahasa yunani yang berarti keseluruhan yang terdiri bagian-bagian. Secara umum sistem didefinisikan sebagai suatu himpunan atau kombinasi dari bagian-bagian yang membentuk sebuah kesatuan yang kompleks. Sistem dapat berarti seperangkat aturan-aturan yang membatasi, suatu set persamaan matematik atau suatu cara atau metode untuk mencapai suatu tujuan (Dwi, 2003). Definisi yang lebih lengkap diungkapkan oleh McLeod (2007) yang menyatakan bahwa sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Davis (1984) sistem adalah seperangkat unsurunsur yang terdiri dari manusia, alat, konsep dan prosedur yang dihimpun menjadi satu untuk maksud dan tujuan bersama. Hal terpenting dalam sebuah sistem adalah menentukan batas sistem, agar dapat mengerti fungsi sistem tersebut. Pendekatan sistem memberikan metode yang logis untuk penanganan masalah dan merupakan alat yang memungkinkan untuk mengidentifikasi, menganalisis, mensimulasi, serta mendesain sistem secara keseluruhan (Eriyanto diacu dalam Armando, 2003).
8
2.2.3 Karakteristik sistem Menurut Jogiyanto (2005), suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifatsifat tertentu, yaitu mempunyai komponen-komponen (components), batasan sistem (boundary), lingkungan luar sistem (environments), penghubung (interface), masukan (input), pengeluaran (output), pengolah (process), dan sasaran (objectives) atau tujuan (goal). 1)
Komponen sistem Komponen atau elemen sistem dapat berupa suatu subsistem atau bagianbagian dari subsistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses secara keseluruhan.
2)
Batasan sistem Batasan sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai satu kesatuan.
3)
Lingkungan luar sistem Lingkungan luar dari suatu sistem adalah apapun diluar batasan sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem dapat bersifat menguntungkan
dan
merugikan.
Lingkungan
luar
sistem
yang
menguntungkan merupakan energi dari sistem dan harus tetap dijaga dan dipelihara, sedangkan lingkungan luar yang merugikan harus ditahan dan dikendalikan. 4)
Penghubung sistem Penghubung sistem merupakan media penghubung antara subsistem dengan subsistem yang lain. Melalui penghubung ini memungkinkan sumberdaya mengalir dari suatu subsistem ke subsistem lain. Keluaran dari suatu subsistem akan menjadi masukan bagi subsistem lain melalui suatu penghubung. Penghubung suatu subsistem dapat berintegrasi dengan subsistem lain dan membentuk satu kesatuan.
5)
Masukan sistem Masukan sistem adalah energi yang dimasukkan kedalam sistem. Masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal
9
(signal input). Masukan perawatan adalah energi yang dimasukkan supaya sistem tersebut dapat beroperasi. Masukan sinyal adalah energi yang diproses untuk mendapatkan keluaran. 6)
Keluaran sistem Keluaran sistem adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan. Keluaran merupakan masukan untuk subsistem yang lain atau suprasistem.
7)
Pengolah sistem Suatu sistem dapat menpunyai suatu bagian pengolah yang akan merubah masukan menjadi pengeluaran.
8)
Sasaran sistem Sasaran dari sistem sangat menentukan masukan yang dibutuhkan sistem dan keluaran yang akan dihasilkan sistem. Sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran dan tujuannya. Kedelapan komponen tersebut saling berkaitan seperti dijelaskan pada
Gambar 1 berikut :
Lingkungan Luar Sub Sistem
I
P
O
Sub Sistem
Interface Sub Sistem
Sub Sistem
Boundary Boundary
Gambar 1 Karakteristik sistem (Jogiyanto, 2005) 2.2.3 Ciri pokok sistem Menurut Amirin (2003), ada sembilan ciri pokok sistem, yaitu: 1) Setiap sistem mempunyai tujuan sehingga perilaku atau kegiatannya mengarah pada tujuan tersebut.
10
2) Setiap sistem mempunyai batas (boundaries) yang memisahkannya dari lingkungan. 3) Sistem bersifat terbuka atau pada umumnya bersifat terbuka. Boleh dikatakan dalam kenyataan tidak ada sistem yang benar-benar tertutup. Suatu sistem dikatakan terbuka jika berinteraksi dengan lingkungannya dan sebaliknya, dikatakan tertutup jika mengisolasikan diri dari pengaruh apapun. 4) Suatu sistem terdiri dari dua atau lebih subsistem. Setiap sistem terdiri dari subsistem yang terbagi lagi ke dalam subsistem yang lebih kecil, begitu seterusnya. 5) Walau sistem itu terdiri dari berbagai bagian, unsur-unsur atau komponen, tidak berarti bahwa sistem itu merupakan sekedar kumpulan dari bagian, unsur atau komponen tersebut, melainkan merupakan satu kebulatan yang utuh dan padu. 6) Terdapat saling hubungan dan saling ketergantungan baik di dalam (intern) sistem, maupun antara sistem dengan lingkungannya. 7) Setiap sistem melakukan kegiatan atau proses transformasi atau proses mengubah masukan (input) menjadi keluaran (output). Karena itu maka sistem sering disebut sebagai “processor” atau “transformator”. 8) Di dalam setiap sistem terdapat mekanisme kontrol dengan memanfaatkan tersedianya umpan balik. 9) Karena adanya mekanisme kontrol itu maka sistem mempunyai kemampuan mengatur diri sendiri dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya atau keadaan secara otomatik (dengan sendirinya). 2.2.5 Klasifikasi sistem Menurut Davis (1984), sistem diklasifikasikan kedalam sistem fisik dan abstrak, sistem deterministik dan probabilistik, sistem tertutup dan terbuka, dan sistem manusia atau mesin. 1)
Sistem fisik dan abstrak Sistem fisik merupakan sistem yang ada secara fisik, misalnya sistem
komputer, sistem akuntansi, dan sistem produksi. Sistem abstrak adalah suatu
11
susunan yang teratur dari gagasan atau konsep yang saling tergantung, misalnya sistem teologi. 2)
Sistem deterministik dan probabilistik Sistem deterministik beroperasi dalam cara yang dapat diramalkan secara
tepat. Interaksi antar bagian diketahui secara pasti sehingga keadaan sistem selanjutnya dapat disebutkan secara tepat tanpa kesalahan, misalnya program komputer. Sistem probabilistik dapat diuraikan dalam istilah perilaku yang mungkin, tetapi selalu ada sedikit kesalahan atas ramalan jalannya sistem. 3)
Sistem terbuka dan tertutup Sistem tertutup atau secara relatif tertutup adalah sistem yang relatif
terisolasi dari lingkungannya tetapi tidak sama sekali tertutup dalam arti fisik. Sistem terbuka mengadakan pertukaran informasi, materi atau energi dengan lingkungannya. 4)
Sistem manusia/ mesin Sistem
dapat
menekankan
pada
manusia
sehingga
mesin
hanya
melaksanakan peran pendukung seperti menyediakan perhitungan atau mencari data. 2.2.5 Pengembangan sistem Pengembangan sistem (system development) dapat berarti menyusun sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada (Jogiyanto, 2005). Perubahan pembukuan dari manual menjadi komputerisasi menurut Tugiman diacu dalam Armando (2003) menyebabkan terjadinya beberapa perubahan, seperti : 1.
Dokumen dari bentuk kertas menjadi visual;
2.
Sebagian besar data yang akan dianalisa tersimpan dalam file yang berupa disket, pita magnetik atau tape; dan
3.
Cara pemeriksaan secara tradisional atau manual memerlukan banyak waktu dan tenaga, sebaliknya pemeriksaan dengan cara komputerisasi jauh lebih efisien.
12
2.3
Penanggulangan kebakaran
2.3.1 Kewajiban menanggulangi kebakaran Pengurus atau perusahaan wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, latihan penanggulangan kebakaran di tempat kerja (Kepmenaker No.KEP.186/MEN/1999). Kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di tempat kerja tersebut meliputi : 1)
Pengendalian setiap bentuk energi
2)
Penyediaan sarana deteksi, alarm, memadamkan kebakaran dan sarana evakuasi
3)
Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas
4)
Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja
5)
Menyelenggarakan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala
6)
Memiliki buku rencana pnenanggulangan keadaan darurat kebakaran, bagi tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari 50 (lima puluh) orang tenaga kerja dan atau tempat yang berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat.
2.3.2 Kegiatan penanggulangan kebakaran Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 25/PRT/M/2008 yang disahkan pada tanggal 30 Desember 2008 Penanggulangan Kebakaran adalah berbagai kegiatan proteksi terhadap bahaya kebakaran yang bertujuan untuk dapat ditekannya semaksimal mungkin kerugian kebakaran termasuk korban jiwa dan luka-luka. Kegiatan penanggulangan kebakaran tersebut antara lain : 1)
Prakiraan Kebutuhan Air Kebakaran Prakiraan kebutuhan air kebakaran berdasarkan analisis risiko kebakaran,
yaitu : (1) Prakiraan kebutuhan total air kebakaran untuk wilayah yang dilindungi, berdasarkan fungsi bangunan gedung yang mempunyai volume terbesar; (2) Penentuan laju penerapan air (delivery rate) untuk wilayah yang dilindungi; dan
13
(3) Memperhatikan kebutuhan air kebakaran untuk bangunan atau fasilitas dengan potensial bahaya khusus. 2)
Pembuatan Peta Risiko Kebakaran Membuat peta risiko kebakarann meliputi kegiatan sebagai berikut; (1) Membuat
peta
wilayah
Propinsi
Daerah
Khusus
Ibukota
Jakarta/kabupaten/kota dengan skala 1: 20.000 atau lebih besar sesuai kebutuhan; (2) Memberikan tanda pos kebakaran yang ada pada peta wilayah (3) Memperkirakan tanda pos kebakaran yang ada; dan (4) Peta risiko kebakaran merupakan hasil analisis risiko yang dituliskan di atas (overlay) peta wilayah yang ada. 3)
Penentuan jumah dan penempatan pos kebakaran Penentuan jumlah dan penempatan pos kebakaran didasarkan pada : (1) Peta risiko; (2) Waktu Tanggap (response time); dan (3) Letak sumber air
4)
Membuat jangkauan sistem hidran Membuat jangkauan sistem hidran yang ada meliputi hal sebagai berikut : (1) Plot titik hidran yang ada pada peta risiko kebakaran (mengacu pada Kepmen PU No. 11/KPTS/2000 dan/atau perubahannya) (2) Bila sistem hidran tida/belum tersedia maka harus mempertimbangkan sumber air lainnya.
5)
Analisis/evaluasi tingkat kemampuan aliran air menerus (1) Menghitung potensi pengangkutan air untuk pemadaman dengan memperhitungkan sumber air alami maupun buatan yang ada, serta jumlah dan kapasitas mobil tangki yang dipunyai; (2) Membuat table kemampuan aliran air menerus (continous flow capabilities) untuk setiap kapasistas mobil tangki yang dimiliki; (3) Plot jangkauan dan kemampuan aliran air menerus mobil tangki pada peta risiko kebakaran; dan (4) Membuat evaluasi kemampuan pasokan air keseluruhan termasuk untuk potensi bahaya kebakaran khusus.
14
6)
Sarana penanggulangan kebakaran antara lain berupa kendaraan dan peralatan pemadam, peralatan perorangan dan peralatan komunikasi.
7)
Prasarana penanggulangan kebakaran antara lain berupa bangunan stasiun/pos kebakaran, bangunan penampung air, bangunan asrama, bangunan bengkel, bangunan diklas, jaringan jalan dan sistem komunikasi.
8)
SDM penanggulangan kebakaran antara lain terdiri dari pemadam kebakaran termasuk para perwiranya, penyelamat, operator mobil pemadam, operator komunikasi, dan montir mobil pemadam.
2.3.3 Penanggulangan Kebakaran Lingkungan Menurut Kep.MenPU No.11/KPTS/2000 Setiap lingkungan bangunan yang berada dalam satu lingkungan dengan kepemilikan yang sama dan dalam pengelolaan lingkungan yang sama diwajibkan menerapkan Manajemen Penanggulangan Kebakaran (MPK). Lingkungan dimaksud meliputi lingkungan perdagangan, superblok, hunian padat, dan hunian di atas air.Lingkungan khusus, seperti lingkungan industri, lingkungan dalam pangkalan-pangkalan Militer (darat, laut, dan udara), diatur dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaran khusus. 1)
Prasarana penanggulangan kebakaran Manajemen penanggulangan kebakaran lingkungan ini harus dilengkapi
dengan prasarana penanggulangan kebakaran yang antara lain terdiri dari: (1) Pasokan air. Untuk keperluan pemadaman kebakaran, pasokan air diperoleh dari sumber alam (kolam air, danau, sungai, sumur dalam) maupun buatan (tangki air, kolam renang, reservoir air, mobil tangki air dan hidran). (2) Jalan lingkungan. Jalan lingkungan dengan lebar jalan minimum 3,5 meter, yang pada saat terjadi kebakaran harus bebas dari segala hambatan apapun yang dapat mempersulit masuk keluarnya mobil pemadam kebakaran. (3) Sarana Komunikasi. Terdiri dari telepon umum dan alat-alat lain yang dapat dipakai untuk pemberitahuan terjadinya kebakaran kepada Instansi Pemadam Kebakaran.
15
2)
Sarana penanggulangan kebakaran Manajemen penanggulangan kebakaran lingkungan harus juga dilengkapi
dengan sarana penanggulangan kebakaran yang antara lain terdiri dari: (1) Alat Pemadam Api Ringan (APAR). (2) Mobil pompa. (3) Mobil tangga. 3)
Alat pertolongan pertama pada kecelakaan Tersedianya alat pertolongan pertama
pada kecelakaan, khususnya
kebakaran sebagai upaya pertolongan darurat bagi korban kebakaran. 2.3.4 Penanggulangan kebakaran gedung Menurut Kep.MenPU No.11/KPTS/2000 Bangunan industri yang memiliki luas bangunan minimal 5.000 m2, atau dengan beban hunian 500 orang, atau dengan luas areal/site minimal 5.000 m2, atau terdapat bahan berbahaya yang mudah terbakar diwajibkan menerapkan Manajemen Penanggulangan Kebakaran (MPK). Bangunan gedung melalui penerapan MPK harus mampu mengatasi kemungkinan terjadinya kebakaran melalui kesiapan dan keandalan sistem proteksi yang ada, serta kemampuan petugas menangani pengendalian kebakaran, sebelum bantuan dari instansi pemadam kebakaran tiba. 1)
Prasarana Penanggulangan Kebakaran (1) Cukup tersedianya sumber air sehingga memudahkan pemadaman apiapabila terjadi kebakaran, (2) Jalan evakuasi dalam bangunan yang tidak terhalang, sehingga dalam keadaan darurat evakuasi dapat dilakukan tanpa hambatan, (3) Akses mobil kebakaran yang cukup sehingga memudahkan mobil pemadam kebakaran bersirkulasi tanpa hambatan, (4) Berfungsinya alat komunikasi internal di dalam bangunan seperti PA (Public Address), Telepon Kebakaran (Fire Telephone), dan PABX.
16
2)
Sarana Penanggulangan Kebakaran (1) Sistem deteksi dan alarm kebakaran. Sistem deteksi dan alarm kebakaran yang digunakan mengacu pada ketentuan/SNI yang berlaku. (2) Sistem Pemadam Kebakaran Sistem pemadam kebakaran dalam gedung terdiri dari Alat Pemadam Api Ringan (APAR), sistem hidran kebakaran, sistem sprinkler kebakaran, sistem pengendalian asap, dan lain-lain. Perencanaan, pemasangan dan pengoperasiannya mengacu pada ketentuan/SNI yang berlaku.
2.4 Unit Penanggulangan Kebakaran Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP.186/MEN/1999 untuk menanggulangi kebakaran diperlukan adanya peralatan proteksi kebakaran yang memadahi, petugas penanggulangan yang ditunjuk khusus untuk itu, serta dilaksanakannya prosedur penanggulangan keadaan darurat. Unit/petugas penanggulangan kebakaran adalah unit kerja yang dibentuk dan ditugasi untuk menangani masalah penanggulangan kebakaran di tempat kerja yang meliputi kegiatan administrasi, identifikasi sumber-sumber bahaya, pemeriksaan, pemeliharaan dan perbaikan sistem proteksi kebakaran. Unit Penanggulangan Kebakaran terbagi atas empat, yaitu (1) Petugas Peran Penanggulangan Kebakaran, (2) Regu Penanggulangan Kebakaran, (3) Koordinator
Unit
Penanggulangan
Kebakaran,
(4)
Ahli
K3
spesialis
penanggulangan kebakaran sebagai penanggung jawab teknis. Petugas peran penanggulangan kebakaran ialah petugas yang ditunjuk dan diserahi tugas tambahan untuk mengidentifikasi sumber-sumber bahaya dan melaksanakan upaya-upaya penanggulangan kebakaran. Jumlah petugas peran penanggulangan kebakaran sekurang-kurangnya 2 (dua) orang untuk setiap 25 (dua puluh lima) orang tenaga kerja. Regu penanggulangan kebakaran ialah satuan tugas yang mempunyai tugas khusus fungsional di bidang penanggulangan kebakaran. Ahli Keselamatan Kerja ialah tenaga teknis yang berkeahlian khusus di bidang penanggulangan
17
kebakaran dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja. Regu penanggulangan kebakaran dan ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran ditetapkan untuk tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran ringan dan sedang I yang mempekerjakan tenga kerja 300 (tiga ratus) orang, atau lebih, atau setiap tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II, sedang III dan berat. Koordinator unit penanggulangan kebakaran ditetapkan sebagai berikut : (1)
Untuk tempat kerja tingkat risiko bahaya kebakaran ringan dan sedang I, sekurang-kurangnya 1 (satu) orang untuk setiap jumlah tenaga kerja 100 (seratus) orang.
(2)
Untuk tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II dan sedang III dan berat, sekurang-kurangnya 1 (satu) orang untuk setiap unit kerja.
2.4.1
Tugas unit penanggulangan kebakaran Tugas
unit
penanggulangan
kebakaran
Menurut
Kepmenaker
No.Kep.186/MEN/1999 terdapat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1 Tugas unit penanggulangan kebakaran Unit Penanggulangan Kebakaran Petugas Peran Kebakaran
Regu Penanggulangan Kebakaran
Tugas Unit Penanggulangan Kebakaran 1. Mengidentifikasi dan melaporkan tentang adanya faktor yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran; 2. Memadamkan kebakaran pada tahap awal; 3. Mengarahkan evakuasi orang dan barang; 4. Mengadakan koordinasi dengan instasi terkait; 5. Mengamankan lokasi kebakaran. 1. Mengidentifikasi dan melaporkan tentang adanya faktor yang dapat Menimbulkan bahaya kebakaran; 2. Melakukan pemeliharaan sarana proteksi kebakaran; 3. Memberikan penyuluhan tentang penanggulangan kebakaran pada tahap awal; 4. Membantu menyusun buku rencana tanggap darurat kebakaran; 5. Memadamkan kebakaran; 6. Mengarahkan evakuasi orang dan barang; 7. Mengadakan koordinasi dengan instasi terkait; 8. Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan; 9. Mengamankan lokasi tempat kerja; 10. Melakukan koordinasi seluruh petugas peran kebakaran
18
Lanjutan Tabel 1 Unit Penanggulangan Kebakaran Koordinator Unit Penanggulangan Kebakaran
Ahli K3
Tugas Unit Penanggulangan Kebakaran 1. Memimpin penanggulangan kebakaran sebelum mendapat bantuan dari instansi yang berwenang; 2. Menyusun progarm kerja dan kegiatan tentang cara penanggulangan kebakaran; 3. Mengusulkan anggaran, sarana dan fasilitas penanggulangan kebakaran kepada pengurus. 1. Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang penanggulangan kebakaran 2. Memberikan laporan kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku; 3. Merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan atau instansi yang dapat berhubungan dengan jabatannya; 4. Memimpin penanggulangan kebakaran sebelum mendapat bantuan dari instansi yang berwenang; 5. Menyusun program kerja atau kegiatan penanggulangan kebakaran; 6. Melakukan koordianasi dengan instansi yang terkait.
Dalam melaksanakan tug`asnya Ahli K3 Spesialis penanggulangan kebakaran mempunyai wewenang : 1) Memerintahkan menghentikdan dan menolak pelaksanaan pekerjaan yang dapat menimbulkan kebakaran atau peledakan 2) Meminta keterangan atau informasi mengenai pelaksanaan syarat-syarat K3 dibidang kebakaran di tempat kerja. 2.4.2 Rasio jumlah minimum personil penanggulangan kebakaran di tempat kerja Dalam Kepmen No.186/MEN/1999 yang ditetapkan pada 29 September 1999 dijelaskan rasio jumlah minimum klasifikasi, kualifikasi dan kompetensi personil penanggulangan kebakaran di tempat kerja dikaitkan dengan resiko bahaya seperti pada Tabel 2 berikut. Misalkan saja tempat kerja dengan jumlah tenaga kerja hingga 25 orang pada tingkat resiko bahaya kebakaran berat harus mempunyai personil penanggulangan kebakaran dengan komposisi 5 (lima) orang personil petugas peran kebakaran, 4 (empat) orang personil regu penanggulangan kebakaran, 1 (satu) orang sebagai koordinator regu penanggulangan kebakaran, dan 1 (satu) orang ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran. Contoh lainnya
19
adalah tempat kerja yang mempunyai jumlah karyawan di atas 300 (tiga ratus) orang dengan tingkat resiko kebakaran tinggi harus mempunyai 42 (empat puluh dua) orang petugas peran kebakaran, 9 (sembilan) orang personil regu penanggualangan kebakaran, 3 (tiga) orang koordinator regu penanggulangan kebakaran, dan 1 (satu) orang ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran. Tabel 2 Rasio jumlah dan tingkat keahlian personil penanggulangan kebakaran di tempat kerja Jumlah Tenaga Kerja 25 Orang
50 Orang
100 Orang
200 Orang
300 Orang atau lebih
Ringan
Tingkat Resiko Bahaya Kebakaran Sedang I Sedang II Sedang III
Berat
2D 4D 8D 1B 16 D 2B 24 D
2D 4D 8D 1B 16 D 2B 24 D
3D 2C 1B 1A 6D 3C 1B 1A 10 D 4C 1B 1A 20 D 5C 2B 1A 30 D
4D 3C 1B 1A 8D 4C 1B 1A 12 D 5C 1B 1A 24 D 6C 2B 1A 36 D
5D 4C 1B 1A 10D 5C 1B 1A 14 D 6C 1B 1A 28 D 7C 2B 1A 42 D
6C 3B 1A
6C 3B 1A
7C 1B 1A
8C 3B 1A
9C 3B 1A
Keterangan : Tingkat D = Petugas Peran Kebakaran Tingkat C = Regu Penanggulangan Kebakaran Tingkat B = Koordinator Unit Penanggulangan Kebakaran Tingkat A = Ahli K3 Spesialis Penanggulangan Kebakaran
3 METODE PENELITIAN 3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2010-Februari 2011 di
Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta. 3.2
Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey yaitu dengan
mengamati dan menganalisis aspek-aspek yang berkaitan dengan penanggulangan kebakaran di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari pengumpulan data yang didapatkan melalui wawancara terhadap responden dengan menggunkan kuisioner. Kuisioner diperuntukkan bagi Pengelola PPS Nizam Zachman (UPT) dan kepada petugas penanggulangan kebakaran yang ada di PPS Nizam Zachman, Dinas Kebakaran DKI Jakarta serta pengusaha perikanan. Kuisioner tersebut digunakan untuk mengetahui bagaimana kondisi sumberdaya manusia, sarana dan prasarana serta peraturan atau tata operasional yang mendukung manajemen penanggulangan kebakaran di wilayah kerja masing-masing Sedangkan untuk data sekunder diperoleh dengan pengambilan data yang bersumber dari Dinas Kebakaran setempat, kementerian Tenaga Kerja, UPT pelabuhan, Kementrian Kelautan Dan Perikanan, skripsi serta studi literatur dari internet. Data yang diambil adalah terkait standar keselamatan suatu wilayah terutama yang berhubungan dengan penanggulangan kebakaran yang meliputi sarana dan prasarana, jumlah dan kompetensi sumberdaya manusia hingga sumber-sumber potensial yang dapat mengakibatkan bencana kebakaran di suatu wilayah. 3.2.1 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Untuk pengambilan responden untuk data primer dilakukan secara purposive sampling (tidak acak). Pertimbangan pemilihan responden secara purposive sampling
21
adalah mengingat yang menjadi responden harus mengetahui dan memahami keadaan di lapangan sehingga memudahkan dalam mendapatkan data yang ingin diperoleh dari pengisian kuisioner ini. Proses pemilihan sampling adalah dengan mengkonsultasikan
kepada
pihak
pengelola
pelabuhan
terutama
bagian
operasional pelabuhan terkait perusahaan mana yang dapat dengan mudah dikunjungi terutama oleh mahasiswa yang sedang melakukan penelitian di PPS Nizam Zachman. 3.2.2 Jenis Data yang Dikumpulkan Jenis-jenis data yang dikumpulkan dapat dilihat dari Tabel 3 berikut: Tabel 3 Jenis data penelitian yang dikumpulkan No
1
2
Kelompok Data
Data Primer
Data Sekunder
Data yang diambil
Cara Tempat Pengambilan Pengambilan data Data
Sarana dan prasanara penanggulangan kebakaran (Mobil pemadam, peralatan pemadam, dll) yang terdapat di PPSJ Jumlah SDM dan Kompetensi SDM yang menangani kebakaran di PPSJ Rekam Jejak Bencana kebakaran di PPS Nizam Zachman
Pengamatan dan wawancara
PPSJ
Penyebab umum kebakaran di suatu wilayah
wawancara
Damkar DKI Jakarta
Studi literatur
PPSJ
Studi Literatur
Damkar Jakarta
Jumlah perusahaan yang terdapat di PPSJ Jumlah kapal yang bersandar di kolam pelabuhan Peta PPSJ Data rekam kasus kebakaran di PPSJ Fasilitas yang dikelola oleh UPT pelabuhan Jumlah SDM dan kompetensi SDM ideal yang menanggulangi kebakaran Sarana dan Prasarana standar penanggulangan kebakaran di wilayah tertentu Manajemen penanganan kebakaran di suatu wilayah
22
3.3
Analisis Data
3.3.1 Analisis Deskriptif Untuk mengetahui sistem manajemen penanggulangan kebakaran PPS Nizam Zachman Jakarta dilakukan analisis secara deskriptif. Data yang didapatkan berdasarkan pengamatan langsung dideskripsikan agar tergambar kondisi aktual dari sistem manajemen penanggulangan kebakaran di PPS Nizam Zachman tersebut. Data tersebut meliputi kondisi SDM, peraturan atau tata operasional, sarana dan prasarana pendukung penanggulangan kebakaran serta sumber-sumber potensi terjadinya kebakaran di PPS Nizam Zachman. 3.3.2 Analisis Sistem Alat analisis sistem yang digunakan adalah diagram sebab akibat Ishikawa. Menurut Herjanto (2007) diagram sebab akibat ini merupakan sebuah alat pengendali mutu yang menggambarkan hubungan antara suatu efek (masalah) dengan penyebab potensialnya. Diagram ini digunakan untuk mengembangkan variasi yang luas atas suatu topik dan hubungannya, termasuk untuk pengujian suatu proses maupun perencanaan suatu kegiatan. Proses dalam membangun diagram membantu menstimulasi pemikiran mengenai suatu isu, membantu berpikir rasional, dan mengundang diskusi. Diagram sebab akibat dikenal juga dengan berbagai nama, misalnya CE diagram (cause and effect diagram), diagram tulang ikan (fishbone diagram) karena bentuknya yang menyerupai tulang ikan, dan diagram Ishikawa untuk menghormati penemunya. Format diagram sebab akibat secara umum ditunjukkan oleh Gambar 2 berikut.
Sebab
Gambar 2 Format diagram sebab akibat Ishikawa
Akibat
23
Berikut adalah tahapan yang dilakukan dalam menyusun diagram sebab dan akibat : 1)
Tentukan masalah/akibat yang akan dicari penyebabnya. Tuliskan dalam kotak yang menggambarkan kepala ikan yaitu berada di ujung utama (garis horizontal)
2)
Tentukan grup/kelompok faktor-faktor penyebab utama yang mungkin menjadi penyebab masalah itu dan tuliskan masing-masing pada kotak yang berada pada cabang. Pada umumnya, pengelompokan didasarkan atas untur material, peralatan (mesin), metoda kerja (manusia) dan pengukuran (inspeksi). Namun, pengelompokan dapat juga dilakukan atas dasar analisis proses.
3)
Pada setiap cabang, tulis faktor-faktor penyebab yang lebih rinci yang dapat menjadi faktor penyebab masalah yang dianalisis. Faktor-faktor penyebab ini berupa ranting, yang bila diperlukan bisa dijabarkan lebih lanjut ke dalam anak ranting.
4)
Lakukan analisis dengan membandingkan data/keadaan dengan persyaratan untuk setiap faktor dalam hubungannya dengan akibat, sehingga dapat diketahui penyebab utama yang mengakibatknan terjadinya masalah mutu yang diamati.
4 4.1
KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta terletak di
Muara Baru (Teluk Jakarta), Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, yaitu berada di 06o25’ LS dan 106o5’ BT. Luas areal secara keseluruhan ± 98 ha. Luas tersebut dibagi kedalam tiga areal yaitu kawasan industri 48 ha, areal fasilitas Perum dan UPT PPSNZJ 10 ha dan kolam pelabuhan 40 ha. Letak pelabuhan ini berbatasan langsung dengan Laut Jawa (Teluk Jakarta) di sebelah utara, Pelabuhan Sunda Kelapa di sebelah timur, Penjaringan di sebelah selatan dan Pantai Seruni Kawasan Waduk Pluit di sebelah barat. 106o40’0”E
106o45’0”E
106o50’0”E
106o55’0”E
107o0’0”E
5o55’0”S
6o0’0”S
6o5’0”S
Gambar 3 Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta
4.2
Sejarah dan Perkembangan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta merupakan
Unit PelaksananTeknis Departemen Kelautan dan Perikanan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Pelabuhan ini diresmikan pada tanggal 17 Juli 1984. Pada tahun 1970, pelabuhan
25
perikanan yang ada tidak mempunyai cukup kapasitas untuk menampung produkproduk perikanan untuk kota Jakarta dan sistem pemasaran perikanan di Jakarta masih sangat sederhana. Perencanaan pembangunan PPS Nizam Zachman Jakarta dimulai sejak tahun 1972 dengan meminta kepada pemerintah Jepang untuk memimpin pembangunan pelabuhan perikanan di Jakarta termasuk fasilitasfasilitas di dalamnya melalui overseas technical cooperation agency (OTCA) of Japan sekarang dikenal dengan Japanese International Cooperation Agency (JICA). Setelah layak untuk dibangun, pada tahun 1977 pemerintah Indonesia dan Jepang mencapai kesepakatan untuk membiayai pembangunan ini bersama-sama. Biaya pembangunan pelabuhan bersumber pada biaya pemerintah (APBN) dan dana bantuan pinjaman lunak dari Jepang melalui Overseas Economic Cooperation Fund (OECF). Perencanaan teknis pelabuhan dilaksanankan oleh Pasific Consultans International dari Jepang yang bekerja sama dengan PT. Inconeb dari Indonesia. Semula PPS Nizam Zachman Jakarta berbentuk Project Manajement Unit (PMU) seiring dengan berkembangnya kebutuhan pemakai jasa pelabuhan, maka pada tahun 1990 dibentuk Perum Prasarana Perikanan Samudera yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab melaksanakan tugas-tugas umum pemerintah di pelabuhan. Pembangunan awal PPS Nizam Zachman Jakarta dilaksanakan dalam beberapa tahapan pembangunan. Tahap-tahap pembangunan itu adalah : 1.
Pembangunan Tahap I (5 Maret 1980-31 Desember 1982) Pekerjaan pembangunan ini meliputi pembangunan fasilitas dasar yaitu
pengerukan kolam pelabuhan, dermaga, penahan gelombang (Breakwater), lampu navigasi, turap reklamasi tanah. 2.
Pembangunan Tahap II (22 Maret 1982 – 31 Maret 1984) Pembangunan pada tahap ini meliputi pembangunan fasilitas fungsional
yaitu gedung pelelangan ikan, cold storage, pabrik es, kantor pelabuhan, dermaga tempat bongkar muat ikan, mesin-mesin pendingin, pembangkit listrik, galangan kapal dan sarana-sarana pelengkap lainnya.
26
3.
Pembangunan Tahap III (Pembangunan Sistem Rantai Dingin) Pembangunan fasilitas penunjang yaitu pada tahun 1984-1988 dibangun pos
polisi, jalan kompleks PPS Nizam Zachman, Perkantoran dan hotel, masjid, pertokoan dan tempat proses ikan. Pada tahun 1988-1992 dibangun perpanjangan dermaga (150 m), perluasan cold storage, kantor cabang Perum PPS Nizam Zachman Jakarta, gedung pemasaran ikan, tempat penginapan, 2 transit sheds, MCK, induksi pengolanan ikan. 4.
Pembangunan Tahap IV (1984-1997) Pembangunan IV lebih ditujukan pada peningkatan kebersihan dan
hygienitas di kawasan pelabuhan guna meningkatkan mutu produksi hasil perikanan, pengantisipasian jumlah kapal yang semakin meningkat, dan pemberian pelayanan jasa yang lebih baik pada konsumen. Pekerjaan pada tahap ini meliputi: 1)
Fasilitas pelabuhan, seperti : Pembersihan air kolam, perbaikan reventment, reklamasi, pembuatan dermaga dengan kedalaman 7,5 m, pengerukan kolam pelabuhan, perbaikan tanah kawasan pelabuhan, dan pengadaan slipways.
2)
Bangunan dan sarana lainnya, antara lain : rehabilitasi gedung TPI, pembangunan kantor UPT, menara kontrol, kamar mandi dan WC, perbaikan bangunan yang ada, jalan, tempat parkir, penghijauan, drainase, penanganan limbah, instalasi air laut, penampungan sampah, instalasi listrik dan penerangan jalan, suplai air dari penampungan, dan tempat perbaikan jaring dan penjemuran.
3)
Perlengkapan sarana seperti box sampah, battery forklift, dissel forklift, crane, truck, dan komputer.
4.3
Pengelola Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta dikelola oleh
Unit Pelayanan Terpadu (UPT), Perusahaan Umum (Perum) Prasarana Perikanan Samudera Jakarta dan Instansi terkait lainnya. Instansi tersebut saling bekerjasama dalam
menjalankan
kegiatan
operasional
pelabuhan,
memfungsikan,
mengembangkan dan memelihara/merawat, seta menjaga kebersihan segala
27
fasilitas pelabuhan yang ada baik fasilitas pokok, fasilitas penunjang serta pendukungnya. 4.3.1
Unit Pelaksana Teknis Menurut
peraturan
menteri
kelautan
dan
perikanan
nomor
PER.06/MEN/2007 Pelabuhan Perikanan adalah unit pelaksana teknis di bidang pelabuhan perikanan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Pelabuhan Perikanan mempunyai tugas melaksanakan fasilitasi produksi dan pemasaran hasil perikanan di wilayahnya, pengawasan pemanfaatan sumber daya ikan untuk pelestariannya, dan kelancaran kegiatan kapal perikanan, serta pelayanan kesyahbandaran di pelabuhan perikanan. Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut, Pelabuhan Perikanan menyelenggarakan fungsi: 1.
Perencanaan, pembangunan, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan dan pengendalian serta pendayagunaan sarana dan prasarana pelabuhan perikanan;
2.
Pelayanan teknis kapal perikanan
dan kesyahbandaran di pelabuhan
perikanan; 3.
Pelayanan jasa dan fasilitasi usaha perikanan;
4.
Pengembangan dan fasilitasi penyuluhan serta pemberdayaan masyarakat perikanan;
5.
Pelaksanaan fasilitasi dan koordinasi di wilayahnya untuk peningkatan produksi, distribusi, dan pemasaran hasil perikanan;
6.
Pelaksanaan fasilitasi publikasi hasil riset, produksi, dan pemasaran hasil perikanan di wilayahnya;
7.
Pelaksanaan fasilitasi pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari;
8.
Pelaksanaan pengawasan penangkapan sumber daya ikan, dan penanganan, pengolahan, pemasaran, serta pengendalian mutu hasil perikanan;
9.
Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data perikanan, serta pengelolaan sistem informasi;
28
10.
Pelaksanaan urusan keamanan, ketertiban, dan pelaksanaan kebersihan kawasan pelabuhan perikanan;
11.
Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
Struktur Organisasi PPS Nizam Zachman Jakarta
Kepala Pelabuhan Bagian Tata Usaha
Sub Bagian Keuangan
Bidang Pengembangan
Seksi Sarana
Sub Bagian Umum
Bidang Tata Operasional
Seksi Tata Pelayanan
Seksi Kesyahbandaran Perikanan
Seksi Pemasaran dan Informasi
Kelompok Jabatan Fungsional
Gambar 4 Struktur Organisasi UPT PPS Nizam Zachman Jakarta 4.3.2 Perusahaan Umum Perusahaan umum (Perum) Prasarana Perikanan Samudera mempunyai misi sebagai pelayanan umum dalam bidang penyediaan jasa sarana dan prasarana pelabuhan perikanan. Perum Prasarana Perikanan Samudera berpusat di Muara Baru Jakarta dengan cabang-cabangnya di sembilan pelabuhan perikanan sesuai pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1990 bahwa hanya (9) sembilan pelabuhan perikanan yang fasilitas komersialnya untuk sementara akan diusahakan oleh Perum Prasarana Perikanan Samudera yaitu: PPS Nizam
29
Zachman Jakarta, Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan, Belawan, dan Berondong serta sisanya 5 pelabuhan Pelabuhan Perikanan Pantai yang masingmasing adalah Lampullo (Aceh), Pemangkat, Banjarmasin, Tarakan, dan Prigi. Kegiatan pelayanan pada PPS Nizam Zachman Jakarta yang bersifat komersil merupakan tanggung jawab dan wewenang dari Perum Prasarana Samudera cabang Jakarta. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2000, maksud dan tujuan dibentuknya Perum adalah: 1)
Meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan melalui penyediaan dan perbaikan sarana atau prasarana pelabuhan perikanan;
2)
Mengembangkan wiraswasta perikanan serta merangsang dan atau mendorong usaha industri perikanan dan pemasaran hasil tangkapan;
3)
Memperkenalkan
dan
mengembangkan
teknologi
pengolahan
hasil
perikanan dan sistem rantai dingin dalam perdagangan dan industri bidang perikanan; 4)
Menumbuhkembangkan kegiatan perikanan sebagai komponen kegiatan nelayan dan masyarakat perikanan. Strategi yang telah ditetapkan oleh Perum Prasarana Pelabuhan Perikanan
adalah: 1)
Meningkatkan kemampuan sarana dan prasarana yang telah tersedia dan mengembangkan sarana, prasarana baru dalam rangka meningkatkan pelayanan dan menangkap peluang usaha baru;
2)
Melengkapi beberapa pelabuhan perikanan dengan sarana pendukung yang memungkinkan diselenggarakannya secara baik dan lancar kegiatan pelayanan ekspor hasil perikanan langsung dari pelabuhan tersebut;
3)
Membentuk anak perusahaan dalam rangka memperluas jaringan usaha terutama untuk menangkap peluang-peluang usaha baru diluar usaha pokok perusahaan;
4)
Mengevaluasi pelabuhan-pelabuhan yang ekonomis sudah layak dan mengusulkan untuk dikelola perusahaan;
30
5)
Melaksanakan kerjasama dengan pihak ketiga dalam upaya memenuhi kebutuhan pelayanan yang belum dapat dipenuhi oleh perusahaan dan memanfaatkan peluang usaha baru yang saling menguntungkan;
6)
Memperkuat struktur permodalan khususnya untuk investasi berupa pinjaman jangka panjang dari lembaga pemerintah atau sektor perbankan dengan tingkat bunga yang dinilai saling menguntungkan;
7)
Mengupayakan terwujudnya tambahan Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) dalam mendukung pengembangan perusahaan.
4.4
Visi, Misi dan Tujuan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Visi PPS Nizam Zachman Jakarta merupakan bagian internal dari visi
Departemen Kelautan dan Perikanan. Visi ini merupakan kesepakatan bersama antara seluruh staff, instansi terkait dan swasta yang beroperasional di kawasan pelabuhan. Adapun visi PPS Nizam Zachman Jakarta adalah “Terwujudnya Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta sebagai pusat pertumbuhan dan pengembangan ekonomi terpadu “. Sedangkan Misi PPS Nizam Zachman Jakarta adalah sebagai berikut : 1)
Menciptakan lapangan kerja dan iklim usaha yang kondusif;
2)
Pemberdayaan masyarakat perikanan;
3)
Meningkatkan mutu, keamanan pangan, dan nilai tambah produk perikanan;
4)
Menyediakan sumber data dan informasi perikanan;
5)
Meningkatkan pengawasan dan pengendalian sumberdaya perikanan. PPS Nizam Zachman Jakarta ini dibangun untuk memenuhi tujuan berikut :
1)
Meningkatkan kemampuan armada perikanan samudera;
2)
Meningkatkan ekspor hasil-hasil perikanan untuk menambah devisa negara dari sektor non migas;
3)
Menyediakan lahan untuk kegiatan industri perikanan dalam rangka meningkatkan nilai tambah produksi perikanan;
4)
Menciptakan lapangan kerja;
31
5)
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya sekitar PPS Nizam Zachman Jakarta melalui pertumbuhan usaha perekonomian seperti pertokoan, perbekalan, dan lainnya;
6)
Melaksanakan pengumpulan, pengolahan data statistik perikanan dalam rangka pengembangan dan pengolahan sistem informasi dan publikasi perikanan; dan
7)
Meningkatkan pengawasan, keamanan dan ketertiban di kawasan pelabuhan.
4.5
Sarana dan Prasarana Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman tergolong dalam
Pelabuhan Perikanan tipe A sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.16 tahun 2006. Fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh PPS Nizam Zachman Jakarta terbagi menjadi 3 yaitu fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas penunjang. Adapun rincian fasilitas-fasilitas yang terdapat dalam PPS Nizam Zachman tercantum dalam Tabel 4, Tabel 5, dan Tabel 6 berikut : Tabel 4 Fasilitas Pokok di PPS Nizam Zachman, Jakarta Nama Fasilitas Dermaga + Jetty Kolam pelabuhan (40ha) ` Pemecah gelombang Turap sisi barat, timur, dan selatan Jalan kawasan pelabuhan Saluran pembuangan air
Luas/Volume
Keterangan
Dilakukan peninggian setinggi ± 1,2 m dari 27.584.70 m2 eksisking seluas 17084,7 m2 400.000 m2 Dilakukan peninggian setinggi ± 30 cm dari 1.041 m2 eksisting. 3.259 m2 Dilakukan peninggian setinggi ± 90 cm. 83.100 m2 Dilakukan peninggian ± 80 cm dari eksisting oleh Hutama Karya 22.833 m2 + penyewa lahan 6.519 m2. 16.029 m2 Dilakukan peninggian sepanjang ± 900 m, lebar 1m di Jln Tuna Raya menuju kolam penampung banjir
Sumber: Data tahunan PPS Nizam Zachman 2010
32
Tabel 5. Fasilitas Fungsional di PPS Nizam Zachman, Jakarta Nama Fasilitas Gedung administrasi perikanan Tempat pelelangan ikan (TPI) Pusat Pemasaran ikan (PPI) Lampu navigasi Unit pengolahan limbah (UPL) cair (1000 M3) Tempat pembakaran sampah dan peralatannya (Incinerator) Penerangan jalan diluar kawasan industri Jaringan air limbah Work Shop Kantor pelayanan terpadu
Luas/Volume
Keterangan
2
1. 106, 25 m
Penggantian pagar keliling (panjang 181 m, tinggi 2 m), pembuatan taman kantor (298m), perawatan kantor (1176M2). 2 3.182 m Kondisi sebagian struktur lantai atap dan pagar TPI mengalami kerusakan. 9.856 m2 Kondisi sebagian struktur lantai, atap, dan drainase mengalami kerusakan. 2 unit 1 unit rusak/mati. 995,40 m2 Perawatan gedung, perawatan mesin, dan kondisi baik. 880 m2 Perawatan gedung, perawatan mesin, dan kondisi baik. 158 titik Lampu jalan mati karena kerusakan jaringan bawah tanah. Sedang dalam proses pekerjaan sepanjang 2 6.575 m 5.325 M. 60 m2 Penggantian pintu, kondisi baik. 690 m2 Dalam proses pekerjaan paket I.
Sumber: Data tahunan PPS Nizam Zachman 2010
Tabel 6. Fasilitas Penunjang di PPS Nizam Zachman, Jakarta Nama Fasilitas Balai penyuluhan nelayan Pos keamanan Pos kamla Mess operator 1 Mess operator 2 Musholla (2 unit) Mesjid Kantor polisi KP3 Mess loligo Bangunan MCK Tempat penampungan sampah sementara (TPS) Jaringan air laut (Seawater Intake) Kolam pengelontoran air laut (Foul Sea Water Disposal) Garasi kenderaan alat berat
Luas/Volume 2
234 m 118,50 m2 69,50 m2 150 m2 124,5 m2 150,53 m2 440,90 m2 400 m2 249 m2 439 m2
Keterangan Perawatan rutin dan kondisi baik Perawatan rutin dan kondisi baik Perawatan rutin dan kondisi baik Perawatan rutin dan kondisi baik Perawatan rutin dan kondisi baik Perawatan rutin dan kondisi baik Perawatan rutin dan kondisi baik Kondisi baik Perawatan rutin dan kondisi baik Perawatan 6 unit MCK dan kondisi baik
1.500 m2 Kondisi pagar rusak 42,64 m2 Terjadi kerusakan karena penurunan tanah. 10,740 m2 Tidak berfungsi dan perlu rehabilitasi 210 m2 Perawatan gedung dan kondisi baik
33
Lanjutan Tabel 6 Nama Fasilitas
Luas/Volume
Rumah genzet Bangunan pos masuk Bangunan kantin (107 lapak) Bangunan gudang peralatan 1 Bangunan gudang peralatan 2 Halte bus Kantor pengurus kapal Muara baru Centre Kantor koperasi
Keterangan
40 m2 Perawatan gedung, mesin genzet, dan kondisi baik. 2 51 m Direhabilitasi oleh paket II 1.161,25 m2 Kondisi baik 200 m2 Perawatan rutin dan kondisi baik. 128 m2 Perawatan rutin dan kondisi baik 27 m2 Kondisi baik 94 unit Kondisi baik 6.730 unit Kondisi baik 53,5 m2 Kondisi baik
Sumber: Data tahunan PPS Nizam Zachman 2010
4.6
Keadaan Perusahaan di PPS Nizam Zachman Jakarta Berdasarkan Kementerian Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal
Perikanan Tangkap tahun 2010 menerangkan bahwa terdapat 83 perusahaan termasuk perusahaan penunjang yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman ini yang bergerak di berbagai sektor, mulai dari perbekalan melaut hingga pengolahan produk perikanan. Perusahaan tersebut tersebar di beberapa lokasi di PPS Nizam Zachman Jakarta yaitu : Dermaga Barat, Dermaga Timur, dan Lokasi Industri.
Gambar 5 Data Perusahaan di PPS Nizam Zachman Jakarta Sebanyak 50 (lima puluh) perusahaan bergerak di bagian pengolahan ikan, 13 (tiga belas) perusahaan bergerak di bagian penyediaan perbekalan melaut, sebanyak 3 (tiga) perusahaan bergerak di bidang penangkapan ikan, 3 (tiga) perusahan bergerak dalam pengolahan air limbah, serta 12 (dua belas) perusahaan bergerak di bidang perbengkelan dan penyimpanan. Sementara 2 (dua) perusahaan lainnya sudah tidak beroperasi.
5 HASIL Secara
umum
PPS
Nizam
Zachman
mempunyai
manajemen
penanggulangan kebakaran yang baik. Organisasi unit penanggulangan kebakaran yang terdapat di lingkungan PPS Nizam Zachman ada 2 (dua), yaitu TB.Mina Antasena dan Dinas Pemadam Kebakaran pos jaga Muara Baru. Organisasi tersebut mempunyai struktur, tugas dan tanggung jawab masing-masing. Jumlah dan tingkat keahlian personil unit penanggulangan kebakaran itu disesuaikan dengan aturan/arahan pemerintah tentang unit penanggulangan kebakaran. Organisasi ini juga melakukan pengecekan dan perawatan sarana penanggulangan kebakaran secara teratur dan berkala. Selain itu organisasi ini juga melakukan tindakan pembinaan dan pelatihan terhadap pelaku perikanan yang ada di lingkungan PPS Nizam Zachman Jakarta. Sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran yang tersedia di PPS Nizam terdiri dari pasokan air yang baik, jalan lingkungan yang memenuhi kriteria aksesibilitas mobil pemadam kebakaran dan komunikasi yang baik. Disamping itu setiap pos unit pemadan kebakaran juga dilengkapi oleh alat pemadam api ringan (Apar), dan mobil pompa. 5.1
Potensi kejadian kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta Menurut Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Damkar-PB)
Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2010 terdapat 573 kejadian se-Jabodetabek. Dari total 573 kejadian kebakaran se-Jabodetabek tersebut ternyata dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang menjadi penyebab kejadian kebakaran yaitu; kompor, lampu, listrik, rokok, dan lain-lain. Listrik menjadi penyebab terbesar kejadian kebakaran. Dari total 573 kejadian, 364 kejadian diantaranya disebabkan oleh listrik. Sedangkan lampu menempati posisi terendah yang menjadi penyebab kebakaran yakni 8 (delapan) kejadian. Total wilayah kebakaran yang terjadi adalah sekitar 243.202 m2 dengan korban luka-luka sebanyak 61 (enam puluh satu) orang yang terdiri dari 2 (dua) orang dari petugas Damkar-PB dan 59 (lima puluh sembilan) orang dari masyarakat. Korban meninggal mencapai 16 (enam belas) orang. Sebanyak
35
19.461 orang dari 2.507 kepala keluarga kehilangan tempat tinggal. Sedangkan taksiran kerugian materi mencapai 186 triliun rupiah.
Gambar 6 Penyebab umum kejadian kebakaran Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa potensi kebakaran di PPS Nizam Zachman sangat tinggi mengingat hampir semua perusahaan perikanan di lingkungan PPS Nizam Zachman menggunakan listrik untuk melakukan produksinya. Disaping itu dari rata-rata 341 unit kapal yang bersandar di kolam pelabuhan sepanjang tahun 2010 hampir 90% diantaranya adalah kapal kayu yang mana kayu sendiri merupakan material penghantar panas yang sangat potensial. Pada Tabel 7 berikut disajikan fasilitas yang terdapat di PPS Nizam Zachman yang memiliki potensi terjadinya kebakaran. Tabel 7 Fasilitas PPS Nizam Zachman dan potensi kebakarannya No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Fasilitas
Luas/jumlah Unit Kantor Pelayanan terpadu 690 m2 Balai penyuluhan nelayan 234 m2 Pos Keamanan 118,5 m2 Mess Operator 1&2 174,5 m2 Musholla 150,53 m2 Masjid 440,9 m2 Kantor Polisi KP 3 40 m2 Mess Loligo 24 m2 Bangunan MCK (20 unit) 439 m2 Garasi kendaraan berat 210 m2 Rumah Genzet 40 m2 Bangunan Pos masuk 51 m2 Bangunan Kantin 1.161,25 m2 Bangunan gedung peralatan 1&2 328 m2 Kantor pengurus kapal 94 m2 Muara Baru Center 6.730 m2 Kantor Koperasi 53,4 m2 Kapal yang berlabuh (rata-rata 341 unit per bulan) Perusahaan 80 unit
Potensi Penyebab Kebakaran Listrik Listrik Listrik Listrik Listrik Listrik Listrik Listrik Listrik Listrik Listrik, Mesin Listrik Listrik, Kayu, Kompor Listrik Listrik Listrik Listrik Mesin, bahan bakar, kompor Mesin, listrik
36
Adapun data kejadian kebakaran di kolam pelabuhan PPS Nizam Zachman Jakarta terdapat dalam Gambar 8 berikut.
Gambar 7 Kejadian kebakaran kapal di Kolam Pelabuhan PPS Nizam Zachman Jakarta
5.2
Manajemen penanggulangan kebakaran TB.Mina Antasena
5.2.1 Sarana dan prasarana TB. Mina Antasena adalah kapal yang mempunyai tugas khusus untuk memantau titik api serta memadamkan api yang terdapat di kolam pelabuhan dan di atas kapal baik yang sedang bersandar atau pun yang berada di laut sekitar Perairan Utara Jakarta. TB. Mina Antasena dilengkapi dengan berbagai kelengkapan pemadam kebakaran sebagaimana layaknya kapal pemadam kebakaran seperti yang terdapat dalam Tabel 8. Kelengkapan pemadam yang terdapat di kapal TB.Mina Antasena ini adalah: sistem pemadaman eksternal (eksternal fire fighting) yang berfungsi untuk memadamkan api pada kapal lain, Sistem pemadaman internal (internal fire fighting) yang berfungsi untuk menjaga kapal agar tetap terjaga dari bahaya kebakaran pada saat kapal memadamkan api kapal lain/ sedang menjalankan eksternal fire fighting. Kapal ini terdiri dari dua mesin, mesin pertama sebagai mesin utama penggerak kapal (berwarna hijau), dan mesin kedua sebagai mesin pemadam utama yang berfungsi untuk menjalankan seluruh sistem pemadam yang ada di kapal ini baik eksternal maupun internal fire fighting. Eksternal fire fighting dilengkapi dengan 2 (dua) nozzle (pemancar air) yang terdapat di bagian atas kapal. Hal ini bertujuan agar memudahkan TB.Mina Antasena untuk melakukan pemadaman pada kapal lain. Internal fire fighting dilengkapi dengan 2 (dua) pipa air juga, yaitu di bagian kanan dan kiri dek kapal. Hal ini bertujuan
37
agar melindungi kapal dari percikan api pada saat kapal sedang melakukan pemadaman kebakaran pada kapal lain. Kelengkapan lain yang terdapat di TB. Mina antasena ini adalah terdapat Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dengan type Dry cemical, Fire equipment (baju tahan api) yang berfungsi untuk melindungi petugas dalam melaksanakan tugasnya agar tidak terkena api, Smoke signal dan red hanflare, yang digunakan pada saat kapal berada dalam keadaan darurat. Smoke signal adalah salah satu bentuk signal darurat yang berbentuk kepulan asap dan biasa digunakan pada siang hari. Sedangkan red hanflare adalah sinyal darurat yang berbentuk percikan api berwarna merah. Biasanya red hanflare ini lebih efektif digunakan pada malam hari karena warna merah akan lebih terlihat pada malam hari. Kapal TB. Mina Antasena ini selain mempunyai kelengkapan pemadam kebakaran juga mempunyai kelengkapan standar kapal laut. TB.Mina Antasena ini dilengkapi dengan radio, kompas, GPS, teropong, klakson kapal dan sebagainya. Tabel 8 Sarana dan Prasarana TB. Mina Antasena Sarana dan Prasarana Kapal TB. Mina Antasena Generator penerangan Mesin Pemadam Mesin induk kapal Pompa Penghisap Pompa minyak Eksternal Fire Fighting Internal Fire Fighting Nozzle APAR Fire Equipment Red Handflare Smoke Signal
Selain itu TB.Mina Antasena mempunyai tugas untuk mengatur kapal-kapal yang berada di kolam pelabuhan serta membantu kapal perikanan yang bermasalah di laut sekitar PPS Nizam Zachman Jakarta (kandas, rusak mesin, rusak kemudi, dll). 5.2.2 Sumberdaya Manusia Seluruh sumberdaya manusia pada unit ini adalah berasal dari Tug Boat (TB) Mina Antasena Crew. Unit ini berada di bawah pengawasan syahbandar perikanan PPSNZJ. Unit ini sepenuhnya bertanggung jawab memantau dan memadamkan sumber api di kapal maupun kolam pelabuhan.
38
Unit ini terdiri dari 8 (delapan) orang yang dibagi dalam 2 (dua) shift. Semua personel pada unit ini dibekali dengan keterampilan memadamkan api di atas kapal. Bahkan 4 (empat) diantaranya sudah mendapatkan sertifikat Advance fire fighting dari Pertamina. Petugas yang sudah mendapat sertifikat advance fire fighting tersebut mempunyai keahlian memadamkan api dengan cara menghilangkan salah satu unsur segitiga api yang menimbulkan kebakaran. Segitiga api itu adalah Oksigen (O2), material dan panas. Beberapa contoh cara menghilangkan segitiga api itu adalah ; 1) Oksigen dapat dihilangkan dengan menutup sumber api dengan karung basah, 2) Material dapat dihilangkan dengan cara menghancurkan material tersebut, dan 3) Panas dapat dihilangkan dengan air dan CO2. Partner TB.Mina Antasena dalam memperoleh sertifikasi AFF ini adalah Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Jakarta dan Pertamina Maritim Training Centre. 5.2.3 Tata Operasional Selama 24 jam terdapat petugas yang bertugas untuk memantau keadaan di sekitar kolam pelabuhan. Petugas tersebut bertugas untuk melihat titik api yang ada di sekitar kolam pelabuhan. Jika menemukan titik api yang kecil, (misalnya bakar sampah di atas kapal, bakar ikan di atas kapal, dsb) biasanya petugas langsung menghampiri sumber api tersebut dan memperingatkan akan bahaya kebakaran besar yang dapat ditimbulkan oleh api yang kecil. Jika petugas menemukan sumber api yang besar terlebih jika ada laporan dari warga bahwa ada kebakaran di suatu titik, maka petugas akan segera membunyikan alarm bahaya kebakaran yang berada di Tug Boat Mina Antasena (TB.Mina Antasena). Seketika itu juga para petugas bersiap dengan pakaian lengkap (fire equipment) dan langsung stand by di pos yang telah ditetapkan. Kejadian kebakaran di kapal pada umumnya tidak ada korban jiwa, karena kapal ditinggal dalam keadaan tidak ada ABK dan umumnya terjadi pada malam hari. Adapun penyebab umum terjadi kebakaran di kapal adalah pemakaian kompor di atas kapal yang pada umumnya terbuat dari kayu, puntung rokok yang dibuang sembarangan, dan konsleting yang terjadi di mesin kapal.
39
Berikut pembagian peran crew TB.Mina Antasena jika terjadi kebakaran : 1) Nahkoda bertugas untuk memimpin pemadaman dan mengemudikan kapal, 2) Kepala Kamar Mesin (KKM) bertugas untuk mengoperasikan mesin kapal dan mesin pemadaman serta memimpin internal fire fighting 3) Mualim 1, juru mudi 1&2 bertugas untuk mengoperasikan 2 nozzle (pemancar) yang merupakan bagian dari eksternal fire fighting. Menurut pengakuan dari Nahkoda TB. Mina Antasena (Kapten Indra) selama 5 tahun terakhir kejadian kebakaran terbersar terjadi pada tahun 2005 dimana pada waktu itu ada 3 (tiga) kapal yang terbakar sekaligus yang sedang bersandar di kolam pelabuhan. Pada saat kejadian kebakaran 3 (tiga) kapal tersebut tidak dihuni oleh ABK sehingga tidak ada pencegahan lebih dini dari orang terdekat ketika sumber api pertama muncul. Akhirnya untuk mencegah peluasan kebakaran kapal TB.Mina Antasena langsung menabrak dan memisahkan 3 (tiga) kapal tersebut. Akhirnya 2 (dua) kapal hanyut ke laut dan satu lagi tetap di posisi awal. Akhirnya terjadi pembagian peran antara TB. Mina Antasena dengan Sudin Kebakaran dan Penanggulangan Bencara wilayah muara baru dima TB. Mina Antasena bertugas untuk mengejar dan melakukan pemadaman 2 (dua) kapal yang hanyut tadi, sedangkan Damkar bertugas untuk memadamkan kapal yang masih berada di kolam pelabuhan. TB.Mina Antasena Pemantauan Sumber Api Kecil (Non Kebakaran) Teguran
Besar (Kebakaran) Alarm Kebakaran + Persiapan Crew Persiapan Crew Pemadaman Api
Gambar 8 Tata operasional pensanganan kebakaran oleh TB.Mina Antasena
40
5.3
Manajemen Penanggulangan Kebakaran Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta (Pos Jaga Muara Baru)
5.3.1 Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang terdapat di Pos Jaga Muara Baru Sudin Jakarta Utara seperti yang disajikan dalam Tabel 10 terdiri dari dua jenis, yaitu Perlengkapan Unit dan Perlengkapan Personel. Perlengkapan unit pemadam kebakaran terdiri dari mobil pemadam kebakaran yang mengangkut seluruh perlengkapan pemadaman kebakaran termasuk air yang digunakan untuk memadamkan api di lokasi kebakaran, nozzle (Pemancar) yang berfungsi sebagai keran air dan bisa mengatur mode pancaran air sesuai dengan yang diinginkan dan dibutuhkan. Selang air, berfungsi untuk mengalirkan air dari tangki air untuk disemprotkan ke sumber api. Pipa cabang, berfungsi untuk memperbanyak titik pancar air dengan membagi aliran air dari tangki air. Alat Pemadam Api Ringan (APAR), berfungsi untuk memadamkan api yang berukuran lebih kecil. Jenis zat yang terdapat dalam alat pemadam api ringan ini ada beberapa jenis, yaitu : foam (busa), dry chemical, dan CO2. Linggis, ganco, kapak, berfungsi sebagai alat bantu petugas dalam melakukan pemadaman api atau evakuasi korban yang berada di sekitar titik api. Serta bricing aparatus (BA), berfungsi untuk membantu petugas pemadam kebakaran/ petugas evakuasi untuk menembus kepulan asap yang menyelimuti jalur pemadaman/evakuasi. Cara kerja nya adalah dengan menembakkan BA ke kumpulan asap tersebut. Sedangkan perlengkapan personel terdiri dari Helm yang berfungsi untuk melindungi petugas pemadam kebakaran dalam memadamkan kebakaran /mengevakuasi korban. Fire jacket, merupakan jaket tahan api yang berfungsi untuk melindungi petugas pemadam kebakaran dari ancaman jilatan api. Sepatu, berfungsi untuk melindungi kaki petugas. Sarung tangan tahan api yang berfungsi untuk melindungi tangan petugas selama melaksanakan tugas memadamkan api. Serta masker, berfungsi untuk melindungi saluran pernafasan petugas kebakaran dari asap atau bahkan zat yang membahayakan kesehatan petugas selama melaksanakan tugasnya di lapangan.
41
Tabel 9 Perlengkapan Unit dan Personel Unit Damkar-PB Pos Jaga Muara Baru Nama Perlengkapan Mobil Pemadam Kebakaran Pipa Cabang Pemancar (Nozzle) Pompa Penyemprot dan Penghisap Selang Alat Pemadam Api Ringan Linggis, Ganco, Kapak Helm Bricing Aparatus Sepatu petugas Sarung tangan Masker Fire jacket
5.3.2 Sumberdaya Manusia Unit Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Damkar-PB) Pos Jaga Muara Baru ini tidak hanya berperan di wilayah PPSNZJ saja akan tetapi juga berperan dalam penanggulangan kebakaran dan bencana di wilayah Jakarta Utara. Jika dibutuhkan maka unit ini akan langsung bergerak untuk menangani kebakaran yang terjadi di wilayah Jakarta Utara. Personel yang berjaga-jaga di Pos Jaga Muara Baru ini terdiri atas 3 (tiga) regu yang setiap regu terdiri atas 4 orang yang memiliki 1 (satu) Kepala Regu. Setiap regu mendapat waktu jaga selama 12 jam. Setiap personel dalam 1 (satu) regu mempunyai peran masing-masing dalam penanggulangan kebakaran di suatu wilayah. Kepala Regu bertugas untuk memimpin dan mengatur strategi penanggulangan
dalam
setiap
kebakaran.
Satu
orang
bertugas
untuk
mengoperasikan mobil kebakaran. Sedangkan dua orang lainnya bertugas untuk mencari sumber air dan melakukan penyemprotan ke sumber api. 5.3.3 Tata Operasional Pos Jaga Muara Baru akan bergerak ketika ada laporan kepada mereka. Laporan bisa bersumber dari 2 (dua) pihak. Pertama, informasi kejadian kebakaran yang bersumber dari Damkar Sudin Jakarta Utara. Biasanya informasi kejadian kebakaran ini terjadi bukan di area Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta, akan tetapi masih tetap di wilayah tugas Damkar Sudin Jakarta Utara yaitu di wilayah jakarta utara sendiri. Sedangkan yang kedua, informasi kejadian kebakaran berasal dari security/warga yang berada di sekitar PPSNZJ. Untuk kasus yang kedua ini biasanya terjadi kebakaran di sekitar area
42
Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta baik di dalam pelabuhan, maupun di luar lingkungan pelabuhan itu sendiri. Pada saat Pos Jaga Muara baru ini mendapatkan informasi adanya kejadian kebakaran, maka dalam waktu 10 menit regu pemadam harus mempersiapkan diri dan berangkat ke lokasi. Persiapan yang dilakukan meliputi persiapan personel dan persiapan unit. Persiapan personel biasanya dilakukan pada saat mendapatkan informasi mengenai kejadian kebakaran. Lain persiapan personel lain juga persiapan unit. Persiapan unit ini biasanya sudah dilakukan pada saat sebelum ada informasi kejadian kebakaran. Unit yang dimaksud adalah armada pemadaman kebakaran (Mobil pemadam) lengkap dengan peralatan yang ada di dalamnya. Khusus untuk unit pemadam kebakaran diharuskan untuk selalu stand by agar pada saat kejadian kebakaran unit bisa langsung dioperasikan. Skema tata operasional Damkar Pos Jaga Muara baru tersebut disajikan dalam Gambar 10 berikut.
Damkar Sudin Jakarta Utara
Security/ Warga
Pos Jaga Muara Baru
Persiapan Regu
Persiapan Unit
Persiapan Personel
Titik Api
Gambar 9 Tata operasional penanggulangan kebakaran Damkar Pos Jaga Muara Baru
43
5.4
Manajemen penanggulangan kebakaran di gedung dan tempat kerja Pada umumnya tempat kerja yang ada di PPS Nizam Zachman belum
mempunyai organisasi khusus mengenai penanggulangan kebakaran di tempat kerja mereka. Perusahaan yang diamati dalam hal ini adalah PT.Awindo Internasional, PT.Lautan Niaga Jaya, dan PT.Bosco. Rata-rata perusahaan tersebut bergerak di bidang pengolahan ikan segar mulai dari proses fillet ikan, packaging, hingga penggudangan ikan. 5.4.1
Sarana dan Prasarana Pada umumnya perusahaan-perusahaan yang ada di PPS Nizam Zachman
mempunyai sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran yang hampir sama. Sumber air, akses mobil kebakaran yang lancar, alat komunikasi, hingga alat pemadam api ringan (APAR) seperti yang terdapat pada PT.Awindo internasional dan PT.Lautan Niaga Jaya. Akan tetapi ada sedikit perbedaan yang terdapat pada PT.Bosco yaitu perusahaan ini dilengkapi dengan instalasi hidran kebakaran, sprinkler dan smoke detector. Data sarana dan prasarana ketiga perusahaan diatas disajikan dalam Tabel 10 berikut. Tabel 10. Sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran di tempat kerja Perusahaan PT.Awindo Internasional
PT. Lautan Niaga Jaya
PT.Bosco
5.4.2
Sarana dan Prasanana 1. Sumber air 2. Akses mobil pemadam kebakaran 3. Alat komunikasi internal 4. Alat pemadam api ringan 1. Sumber air 2. Akses mobil pemadam kebakaran 3. Alat komunikasi internal 4. Alat pemadam api ringan 1. Sumber air 2. Akses mobil pemadam kebakaran 3. Sistem deteksi dan alarm kebakaran 4. Alat pemadam api ringan (APAR) 5. Instalasi hidran 6. Sprinkler 7. Smoke detector
Sumberdaya Manusia Jumlah dan tingkat keahlian sumberdaya manusia yang berperan dalam
menanggulagi kebakaran sangat mempengaruhi Manajemen penanggulangan kebakaran di suatu wilayah. Dua faktor ini dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja yang bekerja di
44
sebuah perusahaan. Setiap tempat kerja mempunyai syarat minimal jumlah dan komposisi personil yang bertugas dalam menangani kebakaran di tempat kerja tersebut. Pada Tabel 10 berikut adalah jumlah personil ideal yang harus ada di PT.Awindo Internasional, PT.Lautan Niaga Jaya dan PT.Bosco. Tabel 11 Jumlah ideal personil unit penanggulangan kebakaran di perusahaan Perusahaan
Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah Personel
PT. Awindo Internasional
90 Orang
16 Orang
PT. Lautan Niaga Jaya
22 Orang
7 Orang
PT. Bosco
74 Orang
16 Orang
*) Berdasarkan Kepmenaker No.186/MEN/1999
Pada umumnya perusahaan tidak menyediakan personil khusus untuk menangani penanggulangan kebakaran di perusahaan mereka. Petugas yang diamanati untuk menjadi petugas tanggap kebakaran ini adalah para personil keamanan yang ada di setiap perusahaan. Personil keamanan tersebut dikenalkan bagaimana cara melakukan tanggap darurat dan menggunakan alat pemadam api ringan (APAR) jika terjadi kebakaran. Pengenalan dan pelatihan singkat tersebut biasanya dilakukan oleh Damkar atau oleh perusahaan yang memasok alat-alat pemadam kebakaran ke perusahaan mereka secara berkala tergantung dari perusahaan yang bersangkutan. Adapun jumlah personil keamanan dan mekanik yang juga berperan sebagai unit penanggulangan kebakaran di perusahaan adalah sebagai berikut : 1. PT.Awindo Internasional 2. PT.Lautan Niaga Jaya 3. PT.Bosco 5.4.3
: 11 (sebelas) orang : 3 (tiga) orang : 6 (enam) orang
Tata Operasinal PT.Awindo Internasional, PT.Bosco, dan PT.Lautan Niaga Jaya tidak
memiliki Standar operasional prosedur khusus mengenai penanganan kebakaran di perusahaan mereka. Pada umumnya hal ini terjadi karena memang penanggulangan kebakaran belum menjadi perhatian khusus mereka. Akan tetapi mereka selalu melakukan pengecekan terhadap alat pemadam api ringan secara berkala setiap tahunnya.
6 6.1
PEMBAHASAN
Kelembagaan Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta Unit pemadam kebakaran dan penanggulangan bencana (Damkar-PB) Pos
Jaga Muara Baru dan TB.Mina Antasena mempunyai hubungan kerja koordinatif fungsional. Artinya adalah kedua unit ini dibawah 2 (dua) institusi yaitu UPT Pelabuhan Perikanan PPS Nizam Zachman Jakarta dan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Damkar-PB) akan saling berkoordinasi dan bekerja sama dalam menanggulangi kebakaran terutama pada kejadian kebakaran yang terjadi di wilayah yang dapat di jangkau oleh kedua unit tersebut. Koordinasi dari kedua unit ini berlangsung baik terutama pada saat melakukan operasi pemadaman kebakaran di wilayah tertentu.
Damkar-PB DKI Jakarta
Kepala Pelabuhan Bagian Tata Usaha
Sub Bagian Keuangan
Sub Bagian Umum
Bidang Tata Operasional
Seksi Pemasaran dan Informasi
Kelompok Jabatan Fungsional
Seksi Kesyahbandaran Perikanan
TB. Mina Antasena
Pos Jaga Muara Baru
Gambar 11 Pola hubungan antar unit penanggulangan kebakaran Keterangan : : Pola hubungan koordinasi : Pola hubungan instruksi : Lingkungan Damkar-PB : Lingkugan PPS Nizam Zachman Jakarta
46
6.2
Potensi dan Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja di Lingkungan PPS Nizam Zachman Jakarta Berdasarkan data yang dihimpun dari pihak Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Pelabuhan Perikanan PPS Nizam Zachman Jakarta dan pengamatan yang dilakukan terdapat wilayah gedung seluas 8.880 m2, rata-rata per bulan terdapat 341 unit kapal (rata-rata terbuat dari kayu) yang bersandar di kolam pelabuhan sepanjang tahun 2010. Selain itu di PPS Nizam Zachman Jakarta ini terdapat kurang lebih sebanyak 80 perusahaan perikanan dengan luas wilayah untuk perusahaan yang berada di dermaga barat dan dermaga timur saja mencapai 46.000 m2 dengan kapasitas lebih dari 10.000 megaton/tahun. Kalau dilihat dari sumber penyebab umum kebakaran (listrik, kompor, mesin, bahan bakar, dll) maka hampir seluruh kawasan di PPS Nizam Zachman mempunyai potensi tersebut. Bisa dibayangkan jika terjadi kebakaran di area yang lebih dari 46.000 m2 dengan kapasitas produksi lebih dari 10.000 megaton/tahun tersebut pastinya akan menimbulkan kerugian yang sangat besar. Oleh karena itu penting sekali untuk melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran untuk mengurangi kerugian jiwa dan materil melalui Manajemen Penanggulangan Kebakaran (MPK) yang baik. Berdasarkan klasifikasi potensi bahaya kebakaran yang ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja dalam Kepmen No.186/MEN/1999, pada umumnya perusahaan yang terdapat di PPS Nizam Zachman Jakarta digolongkan dalam tingkat klasifikasi bahaya kebakaran Sedang II. Hal ini dilihat berdasarkan aktivitas perusahaan tersebut yang mana satu-satu nya proses produksi yang berpotensi untuk terjadi kebakaran adalah pada hanya gudang pendingin (cold storage). Selain aktivitas cold storage perusahaan hanya melakukan aktivitas fillet ikan dan packaging ikan tersebut. Sehingga tidak berpotensi untuk terjadi bahaya kebakaran. Menurut Kepmen No.186/MEN/1999 tingkat bahaya kebakaran sedang II adalah tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, menimbun bahan dengan tinggi lebih dari 4 meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang sehingga menjalarkan api sedang. Adapun contoh tempat kerja yang mempunyai tingkat bahaya kebakaran sedang II adalah
47
penggilingan padi, pabrik bahan makanan, percetakan dan penerbitan, bengkel mesin, gudang pendinginan, perakitan kayu, gudang perpustakaan, pabrik bahan keramik, pabrik tembakau, pengolahan logam, penyulingan, pabrik barang kelontong, pabrik barang kulit, pabrik tekstil, perakitan kendaraan bermotor, pabrik kimia dengan kemudahan terbakar sedang, pertokoan dengan pramuniaga kurang dari 50 orang. Menurut Kepmen No.186/MEN/1999 setiap perusahaan/tempat kerja diharuskan mempunyai unit penanggulangan kebakaran dengan komposisi jumlah dan keahlian yang disesuaikan dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja. Kompetensi personil unit penanggulangan kebakaran terbagi menjadi 4 (empat) keahlian, yaitu : 1) Petugas Peran Penanggulangan Kebakaran (D) 2) Regu Penanggulangan Kebakaran (C) 3) Koordinator Unit Penanggulangan Kebakaran (B) 4) Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran (A) Setiap unit tugas masing-masing mempunyai komposisi ideal untuk ditempatkan pada sebuah perusahaan. Komposisi tersebut disusun berdasarkan dengan jumlah tenaga kerja dari perusahaan tersebut. Komposisi masing-masing unit tugas untuk perusahaan dengan kategori tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II adalah sebagai berikut : Tabel 12 Komposisi unit penanggulangan kebakaran berdasarkan tingkat keahlian pada tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II Jumlah Tenaga Kerja 25 Orang 50 Orang 100 Orang 200 Orang
Komposisi Tingkat Keahlian Personel Pada Tingkat resiko Bahaya Kebakaran sedang II A B C D 1 1 2 3 1 1 3 6 1 1 4 10 1 2 5 20
Jumlah Ideal 7 Orang 11 Orang 16 Orang 28 Orang
Sedangkan pada kenyataannya di perusahaan-perusahaan pada umumnya tidak memiliki personil dengan keterampilan khusus. Perusahaan hanya menunjuk pihak keamanan mereka untuk melakukan peran unit penanggulangan kebakaran. Dari segi jumlah pun sangat jauh dari keadaan ideal. Hal ini membuktikan bahwa
48
ternyata para pemimpin perusahaan masih belum punya atau belum memberikan perhatian khusus terkait dengan permasalahan penanggulangan kebakaran ini. Tabel 13 tingkat keahlian personel unit penanggulangan kebakaran di perusahaan perikanan di PPS Nizam Zachman Jakarta Perusahaan
Jumlah Tenaga Kerja
PT. AwindoInternasional PT. Lautan Niaga Jaya PT. Bosco
90 22 75
Komposisi Tingkat Keahlian Personel A B C D 11 3 6
Untuk melihat tingkat kecukupan sumberdaya manusia yang terdapat di tempat kerja diatas berdasarkan
Kepmen No.186/MEN/1999, maka kita bisa
menggunakan perhitungan dengan rumus sebagai berikut : Ket :
Σ n Rill Rasio Jumlah Personil =
x 100 %
Σ n Ideal
Σ n Rill : Jumlah SDM Sebenarnya Σ n Ideal : Jumlah SDM Ideal
Dengan menggunakan rumus tersebut maka didapatkan hasil tingkat kelengkapan personel di PT.Awindo Internasional baru sekitar 68%, PT.Lautan Niaga Jaya sekitar 43%, PT.Bosco sekitar 38%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kecukupan jumlah personil pemadam kebakaran di tempat kerja belum mencukupi kebutuhan ideal. Menurut Kep.MenPU No.11/KPTS/2000 setiap bangunan industri harus memiliki sarana dan prasarana penanggulangan seperti sumber air, jalur evakuasi, akses mobil kebakaran, alat komunikasi internal, sistem deteksi dan alarm kebakaran, hingga sistem pemadam kebakaran yang meliputi alat pemadam api ringan (APAR), hidran, smoke detector, dan sprinkler.
49
Tabel 14. Check sheet sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran di gedung Sarana dan Prasarana Prasarana 1. Sumber air
PT.Awindo Internasional √
PT.Lautan Niaga Jaya √
PT.Bosco √
2. Jalur evakuasi
Sarana
3. Akses mobil kebakaran yang lancar 4. Alat komunikasi internal (fire telp, public address, dll) 1. Sistem deteksi dan alarm kebakaran 2. Sistem pemadam kebakaran APAR Hidran kebakaran Sprinkler Smoke detector
√
√
√
√
√
√
-
-
√
√ -
√ -
√ √ √ √
Menurut Kepmen PU No.10/KPTS/2000 (tentang ketentuan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan) rata-rata bangunan gedung perusahaan yang terdapat di PPS Nizam Zachman ini termasuk dalam kelas 8 (delapan). Bangunan gedung kelas 8 (delapan) adalah bangunan gedung laboratorium dan bangunan yang digunanakan untuk tempat pemrosesan suatu produksi, perakitan, perubahan, perbaikan, pengepakan, finishing, atau pembersihan barang-barang produksi dalam rangka perdagangan atau perjualan. Setiap bangunan gedung kelas 8 (delapan) yang memiliki 1 lantai dengan luas minimal 400 m2 atau 2-4 lantai dengan luas minimal 200 m2 harus mempunyai sistem deteksi dan alarm kebakaran manual. Bangunan kelas ini harus dilengkapi hidran manual 1 (satu) buah setiap 800 m2. Bangunan kelas 8 (delapan) ini juga diharuskan untuk menyediakan sitem deteksi asap (smoke detector). Jadi setiap bangunan gedung di lingkungan PPS Nizam Zachman baik itu bangunan gedung perusahaan atau bangunan gedung milik pemerintah yang memiliki luas minimal seperti yang disebutkan di atas harus memiliki sistem hidran dan smoke detector ini. Lain halnya dengan sprinkler. Sprinkler memang disyaratkan ke semua kelas bangunan termasuk lapangan parkir. Akan tetapi sprinkler benar-benar
50
diperlukan pada bangunan yang tinggi efektifnya lebih dari 14 m atau jumlah lantai lebih dari 4 lantai. Jadi setiap bangunan yang ada di lingkungan PPS Nizam Zachman yang memiliki tinggi 14 m atau jumlah lantai lebih dari 4 lantai harus memiliki sprinkler. 6.3
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta Analisis manajemen penanggulangan kebakaran bertujuan untuk melihat
faktor apa yang paling mempengaruhi dalam manajemen penanggulangan kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta ini. Analisis ini menggunakan diagram sebab akibat Ishikawa atau biasa disebut dengan diagram tulang ikan (Gambar 11). Diagram ini biasanya digunakan untuk menggambarkan hubungan antara suatu efek (masalah) dengan penyebab potensialnya. Berdasarkan pengamatan di lapangan, studi literatur serta wawancara dengan petugas pemadam kebakaran secara umum dapat disimpulkan manajemen penanggulangan kebakaran itu dipengaruhi oleh 5 (lima) faktor, yaitu ; sumberdaya manusia, sarana dan prasarana, penyebab potensial kebakaran, tata operasional, hingga organisasi penanggulangan kebakaran itu sendiri. Sumberdaya manusia yang menanggulangi kebakaran di setiap tempat kerja yang berbeda mempunyai kebutuhan jumlah dan komposisi keahlian personil yang berbeda. Sumberdaya manusia yang menanggulangi kebakaran di Tempat kerja di PPS Nizam Zachman terlihat masih kurang mencukupi baik dari segi jumlah maupun komposisi tingkat keahlian yang dimiliki oleh seorang yang mempunyai tugas menanggulangi kebakaran di tempat kerja mereka. Tidak hanya itu saja, terlihat sumberdaya manusia-khususnya para stakeholder-belum memberikan perhatian khusus mengenai Manajemen Penanggulangan Kebakaran (MPK) di tempat kerja mereka dalam hal ini adalah di wilayah PPS Nizam Zachman Jakarta. Akan tetapi jumlah dan komposisi tingkat keahlian personil unit penaggulangan kebakaran dengan lingkup PPS Nizam Zachman (Damkar-PB dan TB.Mina Antasena) dirasa sudah cukup memadai. Setiap bangunan industri harus mempunyai kelengkapan sarana prasarana standar penanggulangan kebakaran sendiri. Pada tempat kerja di wilayah PPS Nizam Zachman Jakarta terlihat dari segi kelengkapan sarana dan prasarananya
51
misalnya masih kurang memadai dari apa yang telah ditetapkan pemerintah melalui Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.11/KPTS/2000 tentang ketentuan teknis manajemen penanggulangan kebakaran di perkotaan. Lain halnya dengan sarana dan prasarana standar penanggulangan kebakaran di ruang lingkup yang lebih besar yang sudah mempunyai kelengkapan sarana dan prasarana yang cukup baik. Tata operasional juga menjadi bagian yang penting karena ini mencakup pencegahan, pemadaman, pelaporan, dan sebagainya. Pencegahan misalnya, setiap tempat kerja harus mempunyai rencana strategis tindakan darurat kebakaran, standar operasional prosedur, pelatihan personil penanggulangan kebakaran,
pemantauan
berkala
sarana
dan
prasarana
penanggulangan
kebakaran,dan lain sebagainya. Pada kasus di PPS Nizam Zachman ternyata tata operasional unit penanggulangan kebakaran dengan lingkup PPS Nizam Zachman sudah baik. Hal ini masuk dalam tata operasional Damkar-PB dan TB.Mina Antasena. Akan tetapi, untuk di wilayah kerja yang lebih kecil hampir semua unit kerja tersebut belum mempunyai tata operasional penanggulangan bencana seperti yang disebutkan di atas. Kalaupun ada itu hanya berupa pelatihan personil penanggulangan kebakaran di tempat kerja mereka. Sumberdaya manusia, sarana dan prasarana, tata operasional tidak akan lengkap tanpa adanya pengorganisasian penanggulangan kebakaran di masingmasing tempat kerja. Pengorganisasian penanggulangan kebakaran ini terdiri dari tim (regu) yang dibentuk untuk menanggulangi kebakaran dan struktur organisasi regu penanggulangan kebakaran di masing-masing tempat kerja tersebut. Untuk hal ini lagi-lagi yang mempunyai organisasi regu penanggulangan kebakaran adalah hanya untuk yang lingkupnya PPS Nizam Zachman saja. Sedangkan, untuk yang lebih kecil lingkupnya sama halnya dengan tata operasional, ternyata hampir seluruh unit kerja di PPS Nizam Zachman tidak mempunyai pengorganisasian dalam hal penanggulangan kebakaran. Salah satu contohnya adalah, hampir seluruh sumberdaya yang mempunyai tugas menanggulangi kebakaran di perusahaan bukan merupakan petugas khusus yang mempunyai keterampilan khusus untuk menanggulangi kebakaran. Pada umumnya mereka hanya
52
merupakan petugas peran kebakaran yang mempunyai tugas utama sebagai mekanik atau security. Disamping itu yang perlu diperhatikan juga adalah potensi dan penyebab umum kebakaran yang terdapat di PPS Nizam Zachman Jakarta. Berdasarkan data yang dihimpun dari pihak Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelabuhan Perikanan PPS Nizam Zachman Jakarta dan pengamatan yang dilakukan jika dilihat dari sumber penyebab umum kebakaran (listrik, kompor, mesin, bahan bakar, dll) maka hampir seluruh kawasan di PPS Nizam Zachman mempunyai potensi tersebut. Bisa dibayangkan jika terjadi kebakaran di area yang lebih dari 46.000 m2 dengan kapasitas produksi lebih dari 10.000 megaton/tahun tersebut pastinya akan menimbulkan kerugian yang sangat besar. Oleh karena itu penting sekali untuk melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran untuk mengurangi kerugian jiwa dan materil melalui Manajemen Penanggulangan Kebakaran (MPK) yang baik. Dari
pembahasan
di
atas
dapat
disimpulkan
bahwa
manajemen
penanggulangan kebakaran di tingkat PPS Nizam Zachman sudah cukup baik. Akan tetapi, untuk manajemen penanggulangan kebakaran dengan ruang lingkup yang lebih kecil yaitu di tingkat gedung dan unit kerja masih ada yang harus diperbaiki dan dioptimalkan kembali.
53
Organisasi Yang tidak ada
Tata Operasional Tidak ada
SDM Kurang
Pemeriksaan dan pemeliharaan
Jumlah Pencegahan
Pemadaman
Kompetensi/ keahlian
Unit Khusus
Struktur Organisasi Unit Khusus
Pelaporan
Manajemen Penanggulangan kebakaran belum optimal Kosleting listrik Kelengkapan Kompor Jumlah/ kecukupan
Sarana & Prasarana kurang memadai
Mesin
Bahan bakar
Potensi Penyebab Kebakaran banyak
Gambar 11 Diagram Ishikawa manajemen penanggulangan kebakaran lingkup tempat kerja di PPS Nizam Zachman Jakarta
53
7. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1
Kesimpulan Secara umum Manajemen Penanggulangan Kebakaran (MPK) di PPS
Nizam Zachman sudah baik. Akan tetapi MPK di tempat kerja di lingkungan PPS Nizam Zachman masih harus dibenahi. Diantaranya yang harus dibenahi adalah sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran yang mengacu pada Kepmen.PU No. 11/KPTS/2000 tentang ketentuan teknis manajemen penanggulangan kebakaran di perkotaan. Tata operasional penanggulangan kebakaran, serta sumberdaya manusia yang bertugas menanggulangi kebakaran di setiap wilayah kerja baik dari segi jumlah maupun dari segi komposisi tingkat keahlian personil penanggulangan kebakaran. Dalam pelaksanaan manajemen penanggulangan kebakaran ternyata ada 5 (lima) faktor yang mempengaruhinya, yaitu : sumberdaya manusia, sarana dan prasarana, tata operasional, organisasi, hingga penyebab kebakaran. Faktor sumberdaya manusia meliputi dari segi jumlah, komposisi, serta tingkat kesadaran dari para sumberdaya manusia dalam menganggap penting manajemen penanggulangan kebakaran di tempat kerja. Sarana dan prasarana dapat dilihat dari jumlah, kelengkapan hingga kondisi sarana dan prasarana tersebut. Tata operasional
meliputi
upaya
pencegahan,
pelaporan,
pemadaman
hingga
pemeliharaan sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran secara berkala. Organisasi penanggulangan kebakaran itu meliputi ada atau tidaknya unit khusus untuk menanggulangi kebakaran serta struktur organisasi dari unit tersebut. Identifikasi potensi penyebab kebakaran juga menjadi bagian yang sangat penting untuk mengantisipasi penanganan yang akan dilakukan pada saat terjadi kebakaran. 7.2
Saran
1.
Diperlukan sebuah model sosialisasi baru yang lebih baik yang dilaksanakan oleh pemerintah melalui badan yang ditunjuk agar kesadaran dan perhatian dari
para
stakeholder
yang
ada
akan
bahaya
dan
manajemen
penanggulangan kebakaran menjadi meningkat. Misalnya adalah dengan pembuatan modul yang dibuat dan disepakati bersama terkait dengan
55
manajemen penanggulangan kebakaran di lingkungan PPS Nizam Zachman pada umumnya. 2.
Diperlukan mekanisme pengontrolan yang lebih baik dan lebih ketat oleh institusi yang terkait kepada seluruh unit kerja yang terdapat di lingkungan PPS Nizam Zachman Jakarta terkait dengan Manajemen Penanggulangan Kebakaran (MPK) di seluruh unit kerja tersebut. Misalnya dengan memberikan penghargaan (reward) kepada unit kerja yang melaksanakan MPK dengan baik dan memberikan sanksi (punishment) kepada unit kerja yang belum melaksanakan MPK dengan baik. Sehingga diharapkan setiap unit kerja dapat termotivasi dalam melaksanakan MPK dengan baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3.
Diperlukan kajian lebih lanjut dari segi aspek ekonomi untuk menganalisis kerugian yang ditimbulkan jika terjadi kebakaran di wilayah PPS Nizam Zachman Jakarta untuk mendukung dalam proses penyuluhan mengenai pentingnya memberikan perhatian pada bahaya kebakaran sehingga mendorong para stakeholder untuk melaksanakan MPK dengan baik.
56
DAFTAR PUSTAKA
Amirin, T.M. 2003. Pokok-Pokok Teori Sistem. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Armando R. 2003. Analisi dan Desain Sistem Manajemen Data Produksi Ikan yang di Daratkan di PPP Lempasing, Bandar Lampung. Skripsi. Departemen Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Davis, G.B. 1984. Manajemen Information System.Terjemahan oleh Drs.Bob Widyahartono. Jakarta: PT.Pustaka Bina manpressindo. Dwi Mutiara I. 2003. Sistem Informasi Manajemen Pelabuahan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor. Herjanto, E. 2007. Manajemen Operasi. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo). Jogiyanto, H.M. 2005. Analisis & Disain Sistem Informasi: Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis. Edisi Kedua, Cetakan Pertama. Yogyakarta: Penerbit ANDI. M. Lubis, E. 2006. Buku 1. Pengantar Pelabuhan. Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. McLeod, R dan George P.S. 2007.SistemInformasiManajemen: EdisiKesembilan. Jakarta: PT. Indeks. Nurani, TW. 2002. Pendekatan Sistem. Suatu Metode untuk Kontrol dan Analisis di Bidang Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Materi Perkuliahan. Laboratorium Sistem dan Optimasi Perikanan Tangkap. Bogor : Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pane, AB. 2006. Metode Penelitian. Bahan Kuliah. Bogor : Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Widiastuti. 2010. Kinerja Operasional Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor. PER/16/MEN/2006. Tentang Pelabuhan Perikanan. DKP. Jakarta.
57
[DPU] Departemen Pekerjaan Umum. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor : 10/KPTS/2000. Tentang Ketentuan Teknis Penngamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. DPU. Jakarta. [DPU] Departemen Pekerjaan Umum. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor : 11/KPTS/2000. Tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan. DPU. Jakarta. [DPU] Departemen Pekerjaan Umum. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 25/PRT/M/2008. Tentang Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran. DPU. Jakarta. [Depnaker]. Departemen Tenaga Kerja. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : 186/MEN/1999. Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja. Depnaker. Jakarta. [Dephumham]. Departemen Hukum dan HAM RI. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan. Jakarta
Lampiran 1 Layout Eksisting PPS Nizam Zachman Jakarta
59
Lampiran 2 Daftar perusahaan yang beraktivitas di PPS Nizam Zachman Jakarta No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 46 47 48
Nama Perusahaan Toko Naga Mas Toko 22 Toko Perintis Jaya Toko Berkat Toko Dua Sekawan Khe Sin Toko Mandiri Bengkel (TPN No.1) Bengkel AA Bengkel 22 PT.Bina Wima Traco PT.Anugerah Mina Nusantara Kaslim PT.Proskuneo Kadarusman PT.Safitrindo Dwisantosa PT.Citra Expres PT.Indo Mina PT.Indomaguro Tunas Unggul PT.Arta Mina Tama PT.Tuna Permata Rezeki PT.Tridaya Eramina Bahari PT.Bonecom PT.Lautan Niaga Jaya PT.Muara Manggalindo PT.Intimas Surya PT.Panutan Minashaba PT.Red Ribbon Indonesia Corp PT.Citra Dimensi Arthali PT.Sumbindo Perintis PT.TM Samudera PT.Hookie Samudera PT.Mulya Sejahtera Mandiri PT.Fajar Cakrawala Sumbindo PT.Maju Setia PT.Mega Jaya Fishindo PT.Segarindo Mina Manunggal PT.Tuna Mina Indonesia PT.Charly Wijaya Tuna PT.Aharly Wijaya Tuna PT.Mina Sakti Kichitomindo PT.Bonerate PT.Bina Mitra Abadi Sejahtera PT.Hunindo Eratama PT.Gabungan Era Mandiri PT.Indoboga Jaya Makmur PT.Graha Insan Sejahtera PT.Sandimas Gapura
Spesifikasi Usaha Perbekalan Perbekalan Perbekalan Perbekalan Perbekalan Perbekalan Toko Perbengkelan Perbengkelan Perbengkelan Penangkapan Penangkapan Penangkapan Dock Gantung Pabrik Es Processing Processing Tuna Olahan Ikan Olahan Ikan Olahan Tuna Loin, Ikan Filet Olahan Ikan Tuna Fillet, Steak Tuna Olahan Ikan Olahan Tuna Olahan Ikan Olahan Tuna, Kodok Processing Kodok dan Olahan Tuna dan Ikan Segar Tuna dan Gindara Tuna Segar Tuna Segar Ikan Segar Tuna Segar Tuna Segar Tuna Segar Tuna Segar Tuna Segar Tuna Segar Tuna Segar Tuna Segar Tuna Segar Tuna Segar Tuna Segar Ikan Segar Ikan Segar Ikan Segar
60
Lanjutan Lampiran 2 No 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82
Nama Perusahaan PT.Benua Agri Sejahtera PT.Cilacap Samudera Fishing Industri PT.Gabungan Era Mandiri PT.Lautan Bahari Sejahtera PT.Awindo Internasional PT.Kraminaba Bina Artha PT.Inti Mas Surya PT.Lola Mina PT.Tirta Sejahtera Abadi PT.Bayu Utama Darma Laksana PT.Centra Niaga Eropindo PT.Mitra Manggalindo PD.Cenhong Fisheries PD.Cold Storage PT.Karya Cipta Bayu Minapramata PT.Bosco PT.Bumi Agro Lestari PT.Mitra Mina Lestari PT.Unggul Mina Lestari Gudang Barang Kaoal NG Muliono PT.First arine Seafood PT.Sinar Melalugis Makmur PT.Sembilan Timur Jaya PT.Lucky Samudera Pratama PT.Sumber Haslindo PT.First Marine Seafood PT.Sinar Samudera Makmur PT.Daya Makmur Karetindo PT.Alam Jaya PT.Fajarida Adytama PT.Bumiyaso Panduta Artha PT.Tri Harun Samudera PT.Segara Lanjuta Dibya
Spesifikasi Usaha Cakalang Ikan Segar Cakalang Tuna Segar Tuna Segar Tuna Segar Tuna Segar Udang Segar Water Treatment Water Treatment Water Treatment Pakan Ikan Cold Storage Cold Storage Cold Storage Cold Storage Cold Storage Cold Storage Cold Storage Pergudangan Ikan Beku Udang Beku Ikan Beku Ikan Beku Ikan Beku Ikan Beku Udang Beku Ikan Beku Ikan Beku Ikan Beku BBM BBM BBM BBM
61
Lampiran 3 Rekapitulasi Absen Kolam Pelabuhan PPS Nizam Zachman Jakarta Tahun 2010 no
jan
peb
mar
apr
mai
juni
juli
agus
sep
okt
nop
des
1
361
354
359
338
370
408
390
348
355
309
268
279
2
362
357
356
338
375
404
400
350
362
302
274
287
3
373
346
349
340
350
403
387
354
377
305
271
285
4
367
347
352
343
356
397
394
348
392
310
271
283
5
367
345
352
325
349
394
380
333
390
310
270
279
6
350
341
342
310
344
383
385
322
394
312
261
282
7
351
334
310
309
323
374
372
324
414
306
250
280
8
331
344
309
305
327
366
356
324
417
302
266
288
9
345
347
304
302
331
362
360
328
422
305
275
299
10
328
339
309
305
320
358
355
309
421
277
265
313
11
323
344
302
307
331
351
343
307
420
287
268
307
12
335
331
293
299
317
349
344
305
413
271
280
315
13
332
334
289
296
318
341
333
308
414
268
267
319
14
327
333
293
298
318
343
342
304
418
276
281
328
15
335
347
278
309
309
346
340
296
425
271
276
333
16
339
340
289
306
317
342
333
282
425
279
299
327
17
337
331
295
312
321
326
341
285
423
282
300
328
18
352
349
295
309
325
336
336
300
413
284
309
335
19
347
335
298
319
329
345
338
306
419
280
305
332
20
348
348
302
334
329
354
342
302
403
285
301
340
21
352
350
302
333
330
360
345
320
407
278
319
351
22
348
360
295
339
337
364
346
338
394
283
320
348
23
364
365
300
350
360
367
335
332
406
290
318
350
24
349
359
303
354
368
371
338
336
411
309
326
355
25
359
365
312
365
373
385
357
353
405
300
321
356
26
355
360
317
369
383
399
348
356
373
295
314
359
27
355
362
332
378
389
405
359
350
383
290
305
365
28
347
354
328
379
388
403
370
343
357
283
303
374
29
349
0
334
384
387
381
376
344
344
285
291
371
30
352
0
327
378
391
392
363
350
334
276
298
364
31
349
0
335
0
406
-
362
345
-
273
JMLH
10789
9721
9761
9933
10771
11109
11070
10102
11931
8983
8672
10076
Rata 2 /hari
348
347
315
331
347
370
369
337
398
299
289
336
*) sumber : Syahbandar Perikanan PPS Nizam Zachman Jakarta 2010
344
62
Lampiran 4 Dokumentasi unit penanggulangan kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta
TB. Mina Antasena
Ruang Kendali Kapal
Masker Anti Api
Sepatu dan Sarung Tangan anti api
Red handflare
63
Lanjutan (Lampiran 4)
Smoke signal
APAR
Mesin Pemadam
Pompa Penghisap
GS
64
Lanjutan (Lampiran 4)
Pompa GS
Generator Penerangan
Mesin induk kapal
Pipa pemadam (Internal)
Generator penerangan
generator penerangan
65
Pompa minyak
Pipa Eksternal fire fighting
Lanjutan Lampiran 4
Internal Fire Fighting (Kiri)
Internal Fire Fighting (Kanan)
Pipa Eksternal Fire Fighting
Pipa Eksternal Fire Fighting
EFF disalurkan ke atas
Nozzle
APAR di R. Kendali
66
Lanjutan (Lampiran 4)
Tampak Depan Pos Jaga
Armada Pemadam Kebakaran
Sekop dan Linggis
Selang Air
Sepatu Petugas
Tangki Air di Pos Jaga
Lanjutan (Lampiran 4)
67
Pemancar
Kapak
Baju Pemadam
Pipa Cabang
Helm
Bricing Aparatus
68
Masker APAR
Pompa
69
Lampiran 5 Dokumentasi perusahaan yang diamati
PT. Awindo Internasional
PT. Lautan Niaga Jaya
PT. Bosco
Instalasi Air Bersih dan Hidran PT.Bosco
Lanjutan (Lampiran 5)
70
Instalasi Air Bersih dan Hidran PT.Bosco
Instalasi Air Bersih dan Hidran PT.Bosco
Smoke detector
Alat Pemadam Api Portable
Instalasi Hidran PT.Bosco
71
DATA UMUM :: GENERAL DATA No. Register : 9276 No.IMO : 9049229 Nama Kapal : Mina Antasena Nama Sebelumnya : Material : Baja Jenis Kapal : TUG BOAT Pemilik : Dept.Kelautan dan Perikanan Dirjen Operator :Dept.Kelautan dan Perikanan Tangkap Perikanan Dirjen.Perikanan Jl. Medan Merdeka Timur 16 Jakarta Tangkap Jl. Medan Merdeka Timur 16 Pelabuhan Pendaftaran : Jakarta Jakarta Bendera : Indonesia Tanda Kelas & Notasi Lambung : Tanda Pengenal : YDA4017 A100 P Ex. Dual Kelas : TU Tanda Kelas & Notasi Mesin : G BOAT SM Instalasi Pendingin : CMS/CHS : Bangunan : Lama Tgl.Masuk BKI : 10-3-2005 Tanggal Mulai Klas : 3-2005 Pembaruan ke : 1 Tahunan Ke : Status Pending : DATA LAMBUNG Galangan : PT.Pahala Harapan Lestari Lokasi : Pangkal Pinang Tanggal Peluncuran : 11-10-2004 Tahun Bangun : 2004 LOA : 22,5 m LBP : 21 m BMLD : 6,8 m HMLD : 3,1 LT : 672 mm GT : 125 m T (m) : NT : 75 DWT (ton) : J.Geladak : 1 J.Palka : Ukuran Palka : J. Sekat Melintang : 5 J.Sekat Memanjang : O & Panj.Rantal Jangkar “ 16/220 J.& Berat Jangkar : 2/250 J. & Kap. Crane : -x - T DATA MESIN Sistim Start : Gigi Reduksi : 1 : 5,95 Jumlah Baling-baling : 2 Tipe Baling-baling : Solid/Pejal Kecepatan Dinas : 10 Kecepatan Coba : 10 Voltage : 330 Arus : AC Daya Listrik : 60 Jumlah Mesin Bantu : 2 Jenis Mesin : Diesel Jumlah Mesin Induk : 2 Cara Kerja Mesin : 4 Tak Dla. x langkah : 132 x 145 DATA MESIN INDUK DATA MESIN BANTU No A01
Merk DEUTZ
Manufacture DEUTZ MWM
Location GERMANY
A02
YANMAR
YANMAR DIESEL ENGINE CO, LTD
JAPAN
RPM D 226 B-4 TF 155Hdl
BHP 54
Year -
13
2004