II KAJIAN KEPUSTAKAAN
1.1.
Itik Itik dikenal juga dengan istilah Bebek (bahasa Jawa). Nenek moyangnya
berasal dari Amerika Utara merupakan itik liar ( Anas moscha) atau Wild mallard. Terus menerus dijinakkan oleh manusia hingga jadilah itik yang diperlihara sekarang yang disebut Anas domesticus (ternak itik).
Prasetyo dkk, (2006),
menyatakan bahwa itik lokal adalah keturunan dari tetua pendatang yang telah mengalami domestikasi tetapi belum jelas tahun masuk tetua tersebut ke wilayah Indonesia.
Berdasarkan pengamatan di Jawa Barat, itik lokal tersebut
dikelompokkan menurut habitatnya, yaitu itik dataran rendah (Cirebon, Karawang, Serang), itik gunung atau itik dataran tinggi (Cihateup) dan itik rawa (alabio). Taksonomi itik dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Scanes dkk., 2004) :
Filum
: Chordata
Sub fillum
: Vertebrata
Kelas
: Aves
Super ordo
: Carinatae
Ordo
: Anseriformes
Spesies
: Anas platryhynchos
Itik dibagi dua jenis yaitu itik petelur dan pedaging. Itik petelur adalah bangsa itik yang
memiliki produktivitas telur tinggi, sedangkan produksi
dagingnya rendah. Umumnya, itik petelur bertubuh ramping, kecil, dengan daging yang kurang tebal. Walaupun daya konfersi pakan menjadi daging rendah, konversi pakan menjadi telur tinggi.
Itik pedaging adalah bangsa itik yang memiliki
9 produktivitas daging (karkas) tinggi, namun produksi telurnya rendah. Umumnya, bangsa itik pedaging berbadan besar dengan daging yang tebal. Konversi pakan menjadi daging tinggi, sedangkan konversi pakan terhadap telur rendah (Cahyono, 2011). Itik bersifat omnivorus (pemakan segala) yaitu memakan bahan dari tumbuhan dan hewan seperti biji-bijian, rumput-rumputan, ikan, bekicot dan keong. Itik merupakan unggas yang mempunyai ciri-ciri kaki relatif lebih pendek dibandingkan tubuhnya, jarinya mempunyai selaput renang, paruhnya ditutupi oeh selput halus yang sensitif, bulu berbentuk cekung tebal dan berminyak, itik memiliki lapisan lemak di bawah kulit, dagingnya tergolong gelap (dark meat), tulang dada itik datar seperti sampan (Suharno dan Setiawan, 1999). Kebutuhan nutrien itik petelur dan itik pedaging terhadap perbedaan kebutuhan energi metolisme, protein, Ca, P, lisin, dan metionin pada ketiga kategori tersebut dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.
Tabel 1. Kebutuhan Nutrien Itik Petelur Berbagai Umur
Jenis Nutrien Energy metabolis (kkal/kg) Protein kasar (%) Ca (%) Fosfor total (%) Lisin (%) Metionin (%) Sumber : Sinurat (2000)
Starter 0-8 minggu
Grower 9-20 minggu
Layer 20 minggu
3100 17 – 20 0,6 – 1,0 0,6 1,05 0,37
2700 15 – 18 0,6 – 1,0 0,6 0,74 0,29
2700 17 – 19 2,9 -3,25 0,6 1,05 0,37
10
Tabel 2. Kebutuhan Nutrien Itik Pedaging Berbagai Umur Jenis Nutrien Energy metabolis (kkal/kg) Protein kasar (%) Ca (%) Fosfor total (%) Lisin (%) Metionin (%)
Starter 0-8 minggu
Grower 9-20 minggu
Layer 20 minggu
2900 22 0,65 0,40 0,90 0,40
3000 16 0,60 0,30 0,65 0,30
2900 15 2,75 0,60 0,27
Sumber : NRC, 1994
1.2.
Elektrolit Elektrolit adalah molekul-molekul yang berdisosiasi dalam larutan air
menjadi anion (partikel bermuatan negatif) dan kation (partikel bermuatan positif). Contoh dari anion adalah klorida (Cl-) dan bikarbonat (HCO3 -) sedangkan contoh dari kation adalah natrium (Na+) dan kalium (K+). Elektrolit-elektrolit yang terdapat dalam jumlah besar di dalam tubuh antara lain adalah natrium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3), fosfat (HPO42-) dan sulfat (SO42-). Yang merupakan anion-anion utama yaitu klorida (Cl-) bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-) sedangkan sodium (Na+), potassium (K+),kalsium (Ca++), magnesium (Mg++) merupakan kation-kation utama yang terdapat dalam cairan tubuh (Piliang 2000). Kation yang terbanyak terdapat dalam cairan adalah sodium, sedangkan chlorida merupakan anion yang terbanyak terdapat dalam cairan ekstraselular. Dalam cairan intraslular potassium merupakan kation utama dan fosfat merupakan anion yang terbanyak. Cairan ekstraselular mengandung sodium dan potasium
11 dengan perbandingan yang tinggi yaitu 28 : 1, sedangkan cairan intraselular mengandung sodium dan potasium dengan perbandingan 15 : 1 (Pilliang 2000). Di dalam tubuh kesetimbangan antara air (H2O) dengan elektrolit diatur secara ketat agar sel-sel dan organ tubuh dapat berfungsi dengan baik. Pada tubuh elektrolit-elektrolit ini akan memiliki fungsi antara lain dalam menjaga tekanan osmotik tubuh, mengatur pendistribusian cairan ke dalam kompartemen badan air (body’s fluid compartement), menjaga pH tubuh dan juga akan terlibat dalam setiap reaksi oksidasi dan reduksi serta ikut berperan dalam setiap proses metabolisme. Keseimbangan kation : anion dalam ransum adalah suatu mekanisme utama dalam mempengaruhi keseimbangan elektrolit dalam tubuh.
Mongin (1980)
menggambarkan keseimbangan kation : anion sebagai berikut : mEq (Na+ + K+ + Ca++ + Mg++) – mEq (Cl- + SO42- + H2PO4- + HPO42-), namun faktanya hanya Na, K dan Cl yang terlibat dalam homeostasis. Mineral Na, K dan Cl adalah mineral yang memiliki peran dalam mengatur tekanan osmosis dan memelihara keseimbangan asam-basa dari cairan tubuh. Untuk fisiologis normal perlu adanya keseimbangan elektrolit dari ketiga unsur tersebut. Keseimbangan elektrolit secara sederhana digambarkan oleh Na + K – Cl dalam mEq/kg ransum, untuk fungsi fisiologis normal pada imbangan elektrolit 250 mEq/kg. Tubuh memiliki sistem buffer yang mempertahankan keseimbangan elektrolit dan keseimbangan asam basa. Pada kondisi ekstrim yang membutuhkan sistem buffer yang berdampak pada kondisi fisiologi. Mongin (1980), menyatakan bahwa ketika keseimbangan elektrolit dalam ransum lebih kecil atau lebih besar dari 250 mEq/kg dapat mengakibatkan acidosis atau alkalosis yang dapat berdampak negatif terhadap pertumbuhan.
12 1.3.
Protein Protein merupakan salah satu kelempok bahan makronutrien. Tidak seperti
bahan makronutrien lainnya (karbohidrat, lemak), protein ini berperan lebih penting dalam pembentukan biomolekul daripada sumber energi. Namun demikian apabila organisme sedang kekurangan energi, maka protein ini dapat juga dipakai sebagai sumber energi keistimewaan lain dari protein adalah strukturnya yang selain mengandung N, C, H, O, kadang mengandung S, P, dan Fe (Sudarmadji, 1989). Protein adalah molekul makro yang mempunyai berat molekul antara lima ribu hingga beberapa juta. Protein terdiri atas rantai-rantai asam amino, yang terikat satu sama lain dalam ikatan peptide. Asam amino yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen, beberapa asam amino disamping itu mengandung unsur-unsur fosfor, besi, iodiom dan coblat. Unsur nitrogen adalah unsur utama protein, karena terdapat di dalam semua protein akan tetapi tidak terdapat di dalam karbohidrat dan lemak. Unsur nitrogen merupakan 16% dari berat protein. Molekul protein lebih kompleks daripada karbohidrat dan lemak dalam hal berat moekul dan keanekaragaman unit-unit asam amino yang membentuknya (Almatsier, 1989; Soeharsonodkk., 2010). Biomolekul protein merupakan senyawa organik yang sangat penting. Beberapa fungsi protein antara lain sebagai biokatalisator (enzim), alat transportasi dan penyimpanan, penyebab gerakan, pendukung system kekebalan tubuh, pembentukan dan transmisi system implus syaraf, pengontrol pertumbuhan dan diferensiasi. Menurut Sastradipradja (1984) protein dibedakan; 1) protein struktural yang berperan membentuk protein bermassa besar sebagai bahan pembangun jaringan, dan 2) protein fungsional yang berperan dalam mengatur fungsi-fungsi tubuh.
13 Kendati massa potein ini kecil saja, tetapi peranannya sangat penting dalam fisiologis dan metabolisme. Protein merupakan unsur penyusun protoplasma terbesar setelah air. Protein dan bahan-bahan yang berkaitan dengan protein berperan dalam beberapa fungsi protoplasma dan sel. Molekul protein yang berukuran besar merupakan faktor penting dalam pemeliharaan tekanan osmotis dan sel. Sehingga kandungan air dalam sel relatif selalu dalam keadaan tetap (konstan). Berdasarkan fungsi biologinya, protein dapat diklasifikasikan sebagai enzim (dehydrogenase, kinase), protein penyimpanan (ferritin, myoglobin), protein pengatur (protein pengikat DNA, hormon peptide), protein structural (kolagen, proteoglikan), protein pelindung (faktor pembekuan darah, immunoglobulin), protein pengangkut (hemoglobin, lipoprotein plasma) dan protein kontraktil atau motil (aktin, tubulin) (Murray, 2003).
1.4.
Lemak Lemak merupakan kelompok senyawa heterogen yang mempunyai sifat
larut dalam pelarut organik (eter, klorofom, dan benzene) dan tidak larut dalam air. Lemak merupakan bahan yang penting bagi tubuh, karena lemak berfungsi sebagai sumber energi, sumber air metabolik, pembawa vitamin A, D, E dan K, mengandung asam-asam lemak esensial, pembentuk hormon steroid, dan sebagai bantalan pelindung organ. Lemak dibedakan menjadi 2 kelompok besar, yaitu lemak berbasis gliserol (lemak, glikolipid, lesitin, sefalin) dan lemak berbasis non gliserol (wax, serebrosid, steroid, dan sfingomielin). Lemak dalam bentuk gliserida dan terutama trigliserida, merupakan bentuk lemak yang disimpan berfungsi sebagai sumber energi.
14 Kandungan lemak dalam darah terdiri dari kolestrol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak bebas (Assman,1982). Metabolisme lemak merupakan proses asam-asam lemak yang diubah dan digunakan untuk energi, produksi telur atau disimpan sebagai lemak tubuh (Anggordi, 1995). Lemak disintesis oleh proses seluler anabolik yang disebut lipogenesis, dimana lemak tersebut dipecah melalui proses hidrolisis menjadi asam lemak gliserol (Frandson, 1998).
Pencernaan dan penyerapan lemak terjadi
terutama pada bagian usus halus sampai bagian ileum. Lemak diemulsi oleh garam empedu lalu diendolisis oleh enzim lipase di duodenum dan dipecah menjadi monogliserida dan asam-asam lemak (Ensminger, 1992). Asam-asam lemak yang dibebaskan dari makanan diserap dan sampai di hati. Gliserol dimetabolisme melalui posforilasi menjadi gliserol posfat dan melalui glikogenesis akan terbentuk glikogen. Triase posfat kemudian dioksidasikan oleh glikolisis menjadi asam piruvat.
1.5.
Hati Hati terletak di belakang diafragma dan cenderung di sisi kanan. Hati
memegang peranan yang sangat penting dalam fungsi fisiologis tubuh. Hati adalah kelenjar terbesar didalam tubuh (Ressang, 1984). Hati memiliki fungsi diantaranya dalam proses metabolisme protein, karbohidrat, lemak, detoksi zat-zat yang dapat membahayakan tubuh, menyimpan vitamin dan destruksi sel-sel darah merah (Aminudin, 1990). Melalui verna vortal glukosa masuk ke sinusoid hati/hepar dimana akan terjadi kontak dengan sel-sel epitel hati. Glukosa yang berada di hati mengalami metabolisme dan kelebihan glukosa sebagian diubah menjadi glikogen di hati dan sebagian lagi menuju ke sirkulasi umum melalui vena-vena sentral dari
15 hati menuju ke vena hepatik kemudian masuk ke vena cava caudal menuju ke jantung, seterusnya menuju ke sel-sel otot untuk dimetabolisme menjadi glikogen otot dan lemak (Andi Mushawwir, 2007). Hati juga menyimpan glukogen dan merubah sisa-sisa pembakaran urine menjadi asam urine dan bahan lainnya yang dikeluarkan melalui ginjal. Menurut Ressang (1984) hati sebagai alat penyaring dari zat makanan dan mempunyai fungsi lain sebagai sekresi empedu, metabolisme lemak, metabolisme zat telur, metabolisme zat arang, metabolisme zat besi, dan yang paling penting adalah sebagai alat detoksifikasi ransum.