8
II KAJIAN KEPUSTAKAAN
2.1.
Deskripsi Itik Itik adalah hewan yang telah didomestikasi guna diambil daging, telur
ataupun bulunya. Klasifikasi itik meliputi : Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Class
: Aves
Ordo
: Anseriformes
Family
: Anatidae
Genus
: Anas
Spesies
: Anas platyrhynchos (domestic duck)
Itik sangat identik dengan kehidupan nya yang selalu berkelompok dan sebagian besar itik senang berada di permukaan air. Ternak itik domestik yang kita kenal merupakan keturunan langsung dari itik liar yang yaitu Mallard. Jenis Mallard adalah satu-satunya yang memiliki sex feathers yaitu bulu-bulu mencuat ke atas (curled feathers) yang terdapat pada ujung ekornya sebagai pertanda khas bagi Mallard jantan. Mallard bersifat monogamous pejantannya memiliki bulu dengan warna yang lebih cemerlang dibandingkan betina dan mereka hanya berkumpul pada pada musim kawin saja. Itik liar ini dijinakkan oleh manusia hingga jadilah itik yang dipelihara yang disebut Anas domseticus. Itik liar pertama kali dijinakkan di Amerika Utara kemudian mengalami penyebaran. Itik dapat menyebar ke kawasan yang luas karena bersifat aquatik dan itik juga pemakan segala (omnivorus).
9
Itik asli indonesia disebut Indian Runner atau Indisehe Loopeend. Karena pada waktu berjalan, itik ini berdiri tegak dan tidak mendatar (horizontal). Jenisjenis itik indian runner misalnya itik tegal, itik mojokerto, itik medan, itik lombok, itik magelang, itik karawang, itik alabio, dan itik bali. Dibanding dengan unggas jenis lainnya, itik mempunyai keunggulan sebagai berikut. 1. Mampu mempertahankan produksi telur lebih lama dibandingkan ayam 2. Bila dipelihara dengan sistem pengelolaan yang sederhana sekali pun, itik masih mampu berproduksi dengan baik 3. Tingkat kematian (mortalitas) itik umumnya kecil 4. Itik lebih tahan terhadap penyakit 5. Dengan pakan berkualitas rendah itik masih dapat berproduksi 6. Telurnya cocok dibuat telur asin
2.2.
Stres Transportasi Transportasi merupakan salah satu faktor dalam menjalankan usaha di
bidang peternakan. Transportasi pada ternak dapat meningkatkan tingkat stres dan penyusutan bobot badan karena dampak dari lingkungan, suhu, cuaca, dan musim. Transportasi melibatkan beberapa potensi yang dapat menimbulkan ternak menjadi stres diantaranya penanganan kasar selama bongkar muat, pencampuran dengan ternak baru, kekurangan pakan dan air minum, kondisi jalan yang jelek, kepadatan kandang, ventilasi tidak memadai, suhu dan kelembaban ekstrem serta kecepatan angin (Costa, 2008 dalam santosa, dkk., 2013). Stres sebagai respon fisiologis, biokimia, tingkah laku ternak terhadap faktor fisik, kimia dan biologis (Frandson, 2009). Menurut Suryadi dkk., (2011) tranportasi ternak adalah suatu
10
aktivitas yang harus dilakukan tetapi tidak menyenangkan dan mengancam produktivitas dan kehidupan ternak sendiri. Proses
transportasi
dan
penanganan
dapat
menyebabkan
ketidak
keseimbangan elektrolit yang berdampak terjadinya dehidrasi (Kasaab dkk., 2014). Akan tetapi, transportasi dan penanganan berpengaruh mengubah keseimbangan elektrolit terutama perubahan ion-ion utama dalam tubuh seperti natrium, kalium, klorida dan magnesium (Schaefer dkk., 1997). Dalam transportasi juga akan mempengaruhi hormon di dalam tubuh tersebut yaitu peningkatan hormon kortisol yang dihasilkan oleh korteks adrenal. Pelepasan hormon kortisol berfungsi untuk membantu tubuh dalam peningkatan suplai energi terutama ketika dalam keadaan bahaya (Ackerman, dkk., 1996 ; Guton, 2000). Di dalam keadaan bahaya atau terancam yang membuat peningkatan energi menjadi meningkat dan membutuhkan banyak cadangan energi yang terdapat pada glukosa darah, hati, dan otot
2.3.
Keseimbangan Elektrolit Elektrolit adalah substansi yang menghantarkan arus listrik dalam tubuh.
Elektrolit terdiri dari senyawa kation dan anion. Kation adalah ion-ion yang membentuk muatan positif dalam larutan. Kation terbagi menjadi dua yaitu kation ekstraseluler dan intraseluler. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na+), sedangkan kation intraseluler utama adalah kalium (K+). Menurut Heitz dan Horne (2005) menyatakan elektrolit dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion negatif (anion) tapi jumlah kation dan anion dalam larutan selalu sama bila diukur dalam miliekuivalen. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
11
bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan mempengaruhi pada yang lainnya (Price, 1995). Fungsi dari ion-ion elektrolit tersebut salah satunya menjaga keseimbangan dalam tubuh. Menurut Piliang (1995) fungsi unsur kalium yaitu unsur organik yang penting didalam intraseluler, transmisi impul-impul syaraf, kontraksi otak, dan untuk pertumbuhan. Kalium juga tersimpan di dalam sel untuk membantu memelihara konsentrasi kalium dalam darah agar tetap konstan. Kalium ditemukan hampir diseluruh tubuh dalam bentuk elektrolit dan banyak terdapat pada saluran pencernaan. Kalium merupakan ion bermuatan positif, akan tetapi berbeda dengan natrium, kalium terutama terdapat di dalam sel, sebanyak 95% kalium berada di dalam cairan intraseluler (Almatsier, 2001). Sebaliknya dengan Kalium, Natrium adalah logam yang lunak dan berwarna putih kepekatan. Fungsi natrium antara lain adalah berperan dalam menghasilkan tekanan osmotik yang mengatur pertukaran cairan antara sel dan cairan di sekitarnya, untuk mempertahankan keseimbangan tubuh (Budianto, 2009). Natrium berperan dalam transmisi saraf dan kontraksi otot. Natrium berperan pula dalam absorpsi glukosa dan sebagai alat angkut zat-zat gizi lain melalui membaran, terutama melalui dinding usus (Almatsier, 2001). Pemeliharaan homeostasis cairan tubuh penting bagi kelangsungan hidup ternak. Umumnya keseimbangan elektrolit digambarkan dalam bentuk Na + K – Cl dengan satuan mEq/kg ransum (Daghir, 2008). Hanya Na+, K+, dan Cl- yang terlibat dalam proses homeostasis. Fisologis yang normal perlu keseimbangan elektrolit ketika Na + K – Cl sebesar 250 mEq/kg merupakan jumlah yang optimum untuk fisiologis yang normal (Mongin, 1980).
12
2.4.
pH Darah Darah merupakan cairan yang berfungsi mengirimkan zat-zat nutrien dan
oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan mengambil limbah dari sel kembali ke jantung untuk dibuang melalui paru-paru dan ginjal. Unsur-unsur darah antara lain eritrosit, sel darah putih, keping darah, plasma, dan serum. Di dalam darah terdapat pH darah yang menggambarkan konsentrasi ion hidrogen, yang menentukan keasaman atau kebasaan relatif dari larutan (Frandson, 1993). pH darah dipertahankan di dalam suatu batas-batas yang relatif sempit oleh adanya bufer kimia, terutama natrium bikarbonat. Bufer bereaksi dengan asam kuat dan basa kuat. Kemampuan untuk menetralkan asam ini didapatkan dari metabolisme yang mengarah ke istilah cadangan alkali sebagai sinonim bagi bikarbonat yang tersedia di dalam darah (Frandson, 1993). Dalam beberapa keadaan dan penyakit, cadangan alkali menurun demikian sehingga menimbulkan keadaan asam dalam darah (asidiosis) yang ditimbulkan oleh banyaknya CO2. Oleh karena itu, peluang timbulnya suasana asam harus dihindarkan dengan cara membentuk senyawa bersifat basa (alkalosis). Dalam proses tersebut, ion HCO3- (ion bikarbonat) akan berikatan dengan ion Na+ dan K+ yang banyak terdapat dalam jaringan, membentuk NaHCO3 dan KHCO3 (Isnaeni, 2006). Pengangkutan CO2 dalam bentuk senyawa bikarbonat merupakan cara untuk mempertahankan keseimbangan pH. Mekanisme mempertahankan pH dengan cara seperti itu dinamakan mekanisme buffering. Salah satu penyebab terjadinya pernapasan alkalosis di dalam tubuh karena, temperatur yang tinggi pada saat transportasi ternak yang mengakibatkan ternak mengalami homeostasis dan mengalami aktivitas panting. Transportasi dapat menyebabkan perubahan
13
pada suhu tubuh ternak. Peningkatan temperature tubuh ternak selama penanganan dan pengangkutan pada umumnya sebesar 10C (Trunkfield, dkk. 1991). Pada saat panting tersebut membuat CO2 keluar dengan cukup banyak karena tingkat pernapasan yang cepat untuk menjaga keseimbangan suhu tubuh.
2.5.
Glukosa Darah Dalam proses pembentukan energi makhluk hidup membutuhkan
karbohidrat dalam tubuh sebagai energi. Salah satu karbohidrat yang dibutuhkan untuk dirombak menjadi energi adalah glukosa. Glukosa yaitu suatu gula monosakarida karbohidrat yang terpenting digunakan sebagai sumber tenaga utama dalam tubuh (Murray R. K. Dkk., 2003). Glukosa memiliki rumus molekul C6H12O6. Glukosa dan lipid, seperti halnya juga asam amino, adalah zat-zat gizi yang diserap ke dalam darah setelah pencernaan (Frandson, 1993). Kadar glukosa darah diatur agar selalu berada dalam kondisi stabil dalam tubuh melalui proses homeostasis (Adisuworjo dkk, 2001). Peningkatan kadar glukosa pada tubuh akan menyebabkan adanya peningkatan presentasi lemak abdominal. Lemak ini disimpan sebagai cadangan energi di dalam jaringan tubuh. Menurut piliang (1996), kadar glukosa darah yang konstan dipertahankan setiap saat yaitu homeostasis gula dalam darah dicapai melalui beberapa mekanisme yang mengatur kecepatan konversi glukosa menjadi glikogen atau lemak untuk simpanan dan dilepaskan kembali dari bentuk simpanan yang kemudian dikonversi menjadi glukosa yang masuk ke dalam sistem peredaran darah (Asril, 2002). Untuk dapat menghasilkan energi, proses metabolisme glukosa akan berlangsung melalui dua mekanisme utama yaitu melalui proses anaerobik dan aerobik. Pada saat proses oksidasi di dalam sel, glukosa akan digunakan untuk
14
mensintesis molekul ATP sebagai molekul dasar penghasil energi di dalam tubuh. Terbentuknya ATP yang merupakan inti dari proses metabolisme energi.