BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ternak Itik Ternak itik pertama kali dijinakkan di Asia Tenggara (Zeuner, 1963) dengan memelihara Anas platyrhynchos – platyrhynchos yang disebut juga “wild mallard” (Delacour, 1964). Menurut Soedjai (1974) ada tiga varietas itik Indonesia yaitu itik bali (Anas sp) beradaptasi di Bali, itik tegal (Anas javanica) yang beradaptasi di Jawa dan itik alabio (Anas platyrhynchos borneo) yang beradaptasi di Kalimantan. Sebelum mengalami proses domestikasi Anas boscha atau “wild mallard” yang di Indonesia dikenal sebagai belibis merupakan itik liar yang hidup bebas di alam (Soedjai, 1974). Itik bali bentuknya hampir sama dengan itik tegal dan bukan saja tersebar di Pulau Bali tapi juga tersebar di Pulau Lombok (Soedirdjoatmojo, 1984). Nurbudhi (1969) menggambarkan itik bali berkepala relatif kecil, leher bulat langsing dengan panjang lebih dari 8–9 cm, serta garis tengah lebih kurang 2 cm. Disebutkan juga itik bali mempunyai bola mata relatif besar menonjol dengan pupil hitam pekat dengan garis kurang terang berwarna coklat muda sampai kehitam-hitaman. Di Bali khususnya, itik sangat popular dan banyak dipakai saat upacara keagamaan bagi umat Hindu. Selain produksi telur sangat tinggi yaitu 200 butir setiap tahun dengan berat telur antara 60-75 gram setiap butirnya, juga dapat menghasilkan daging yang sangat digemari oleh masyarakat Bali (Rasyaf, 1984). Warna bulu itik bali paling dominan ialah warna bulu sumi yaitu coklat abu–abu tua dengan bercak putih sedangkan warna bulu yang lain seperti warna
bulu putih dan warna bulu belang putih hitam kurang diminati. Salah satu keunikan itik bali yang membedakan terhadap itik Indonesia lainnya adalah warna kerabang telur putih yang sangat diminati oleh konsumen telur itik bali (Nurbudhi, 1969). Itik bali biasanya dipelihara secara ekstensif dan mempunyai daya tahan yang cukup tinggi dalam penggembalaan (Artiningsih et al., 1992). 2.2 Pertumbuhan Pertumbuhan suatu ternak dipengaruhi oleh konsumsi pakan. Konsumsi pakan meningkat seiring dengan meningkatnya bobot badan (Ensminger, 1992). Tetapi terkadang ternak dapat mengalami penurunan bobot badan yang disebabkan oleh konsumsi pakan yang menurun kerena kecernaan nutrien yang rendah. Pertumbuhan dapat terjadi kerena penambahan jumlah sel (hiperplasia) dan atau dapat pula karena penambahan dalam ukuran sel (hipertrofi), dan kemampuan sel-sel mengalami hipertrofi pada organisme dewasa akan berkurang dengan bertambahnya umur (Maynard dan Loosli, 1962). Menurut Anggorodi (1983), pertumbuhan murni mencakup pertumbuhan dalam bentuk dan berat jaringan–jaringan pembangun seperti urat daging, tulang, jantung, otak dan semua jaringan tubuh lainnya. Hammond dan Marshall (1958) menyatakan setelah dewasa umumnya jumlah sel hampir tetap, sebab imbangan antara sel yang dibentuk dan sel yang rusak hampir sama. Titus dan Fritz (1976) menyatakan bahwa kecepatan pertumbuhan hewan tersebut tergantung pada beberapa faktor diantaranya spesies, jenis kelamin, umur dan kualitas makanan. Pertumbuhan biasanya terjadi pada hewan yang masih muda dan pertumbuhan disebabkan oleh kerena pertambahan besar ukuran dari
tulang, jaringan dan organ-organ lainnya yang terdapat didalam tubuh (Card dan Nesheim, 1972). Kecepatan pertumbuhan itik bali pada awal hidupnya lebih cepat terutama pada periode empat minggu sampai delapan minggu dari pada setelah umur tersebut. Akibat pertumbuhan yang cepat maka tingkat protein yang dibutuhkan lebih tinggi setelah berumur delapan minggu (Warsiki, 1983). 2.3 Probiotik Probiotik adalah salah satu produk bioteknologi dalam bidang peternakan , yaitu dalam hal pemanfaatan bakteri alami. Probiotik berupa jazad hidup mikrobial yang mempunyai pengaruh yang menguntungkan bagi ternak (Tambuwun, 1995). Menurut Barrow (1992) tujuan utama dari penggunaan probiotik pada unggas yaitu: (1) untuk manipulasi mikroorganisme saluran pencernaan bagian anterior (crop, gizard dan usus halus) dengan menempatkan mikroflora dari strain lactobacillus sp. dan (2) untuk meningkatkan daya tahan ternak dari infeksi salmonela.
Ritonga (1992) menyatakan bahwa syarat-syarat probiotik adalah
bakteri tersebut tidak patogen terhadap ternak maupun manusia, bakteri tersebut harus merupakan mikroorganisme-mikroorganisme yang normal berada dalam saluran pencernaan, harus tahan terhadap asam-asam lambung dan garam-garam empedu.
Bidura (2007) menyatakan bahwa kerja probiotik pada saluran
pencernaan ternak adalah sebagai berikut: (1) menetralisir racun; (2) menekan populasi bakteri tertentu yang tidak dikehendaki sebagai anti bakteri atau berkompotisi di dalam saluran pencernaan; (3) mengubah metabolisme dari
mikroba; (4) meningkatkan kekebalan. Kebanyakan mikroba probiotik adalah dari bakteri strain lactobacillus, bacillus, dan saccharomyces. Dilaporkan oleh Jin et al., (1997) manfaat probiotik pada unggas yaitu: (1) menempatkan
mikroorganisme
yang
menguntungkan
dan
menekan
mikroorganisme yang merugikan; (2) meningkatkan aktivitas enzim–enzim pencernaan dan menekan aktivitas enzim–enzim
yang merugikan; (3)
memperbaiki feed intike dan pencernaan; (4) menekan produksi gas amonia dan (5) merangsang sistem pertahanan tubuh. 2.4 Limbah Isi Rumen Sapi Bali Bakteri yang terdapat pada cairan rumen adalah bakteri pencerna selulosa (Bakteroides succinogenes, Ruminococcus flavafaciens, Ruminococcus albus, dan Butyrifibrio fibrisolvens), bakteri pencerna hemiselulosa (Butirifibrio fibrisolvens, Bacteroides ruminocola, Ruminococcus amylolytica), bakteri pencerna gula (Triponema
bryantii,
Lactobacillus
ruminus),
bakteri
pencerna
protein
(Clostridium sporogenus, Bacillus licheniformis). Protozoa terdiri dari golongan Holotrichs (pencerna serat yang fermentabel) dan Oligotrichs (perombak karbohidrat yang lebih sulit dicerna) (Arora, 1995; Hungate, 1966). Sedangkan fungi dalam rumen terdiri dari yeast/khamir (Trichosporon, Candida, Torulopsis, Kluyveromyces, Sacharomycopsis dan Hansenula) dan jamur/kapang (Aspergillus, Sporormia, Piromonas, Callimastix dan Sphaeromonas). Limbah isi rumen sapi bali merupakan limbah rumah potong hewan yang mengandung berbagai mikroba seperti bakteri, protozoa dan fungi (Arora, 1995) dan menghasilkan berbagai enzim pendegradasi serat (Hungate, 1966). Kamra (2005) mengungkapkan mikroba rumen ruminansia di daerah tropis yang
mengkonsumsi pakan kaya serat terdiri dari bakteri (1.010–1.011 sel/ml, terdiri dari 50 jenis), protozoa bersilia (104–106/ml, terdiri dari 25 jenis), dan fungi anaerob (103-105 zoospore/ml, terdiri dari lima jenis). Hasil penelitian Partama et al., (2012) menunjukkan pada limbah isi rumen sapi bali dapat diisolasi empat bakteri lignoselulolitik, lima bakteri selulolitik dan lima bakteri xilanolitik, enam fungi selulolitik dan enam fungi xilanolitik. Sedangkan Suardana et al., (2007) berhasil mengisolasi dua sumber probiotik yaitu Lactobacillus lactis spp lactis 1 dan Lactobacillus brevis 1 yang merupakan bakteri asam laktat dengan kemampuan antimikroba yang tinggi. Hasil penelitian Mudita et al., (2009) menunjukkan bioinokulan yang diproduksi dari 50-200 ml cairan rumen/liter inokulan berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai suplemen karena kaya nutrient ready fermentable seperti makro dan mikro mineral, nitrogen (0,43-1,19%), protein terlarut (3,72-4,49%), dan energi bruto (0,61-1,04 kkal/ml) serta protein sel tunggal.
Sedangkan
suplementasi bioinokulan yang diproduksi dari 100 ml dan 200 ml cairan rumen/liter bioinokulan pada silase ransum terfermentasi cairan rumen menurunkan kadar serat kasar sebesar 4,49-8,87%, meningkatkan protein kasar (0,18-2,29%) dan kecernaan in vitro bahan kering dan bahan organik silase ransum yang dihasilkan masing-masing sebesar 9,10-10,38% dan 10,95-12,85% (Mudita et al., 2010).
2.5 Organ Dalam
Organ dalam adalah semua bagian tubuh yang terdapat dalam rongga dada dan rongga perut yang mencakup jantung, hati, limpa, empedu, dan saluran pencernaan (usus halus, usus buntu, usus besar). Dasriyanto (1993) menyatakan bahwa persentase jantung, hati, empedal, usus, dan lemak rongga perut itik bali umur delapan minggu yaitu: 0,89%; 0,87%; 0,84%; 0,85%; dan 0,83%. Jantung adalah struktur muskular berongga yang bentuknya menyerupai kerucut (Frandson, 1993). Heath dan Olusanya (1985) menyatakan bahwa fungsi jantung unggas adalah untuk memompakan darah ke seluruh bagian tubuh, jantung adalah organ penting di dalam peredaran darah dari hati ke semua sel di dalam tubuh. Jantung pada unggas terdiri atas empat ruang yaitu dua atrium dan dua ventrikel. Jantung berdetak dengan kecepatan yang sama yaitu sekitar 300 denyut per menit. Semakin kecil ukuran unggas dan semakin tua umurnya maka denyut jantung akan semakin cepat (North dan Bell, 1990). Hati merupakan organ tubuh berwarna coklat tua terdiri dari dua lobus besar yang menghasilkan cairan empedu (Winter dan Funk, 1960). Fungsi hati ialah untuk menyaring zat–zat makanan yang sudah tercerna sebelum masuk ke dalam sirkulasi darah, menyimpan glikogen dan mengubah sisa pembakaran protein menjadi asam urat. Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran, bobot, konsistensi warna hati tergantung pada bangsa, umur dan status individu ternak (Nickel et al., 1997).
Kegagalan fungsi hati mungkin baru terjadi setelah sebagian besar
kadang-kadang mencapai 70% sel-sel hati mengalami kerusakan (Subroto, 1985). Menurut Ressang (1984), kelainan hati ditandai dengan perubahan warna hati, pembengkakan, pengecilan pada salah satu lobi atau adanya kantong empedu.
Limpa adalah organ dalam yang berbentuk kecil yang terletak antara jaringan kelenjar perut, empedu dan hati, yang warna kecoklatan. Fungsi limpa yaitu menghancurkan butir-butir darah merah yang pecah dan rusak. Selain itu dalam limpa tersimpan zat besi yang berguna untuk membuat hemoglobin (Murtidjo, 1992). Ressang (1984) menyatakan bahwa limpa berfungsi dalam pembinasaan eritrosit yang sudah tua, membantu metabolisme nitrogen dalam pembentukan asam urat. Pada ransum yang mengandung zat toksik, antinutrisi maupun penyakit, maka limpa akan membentuk sel limfosit untuk membuat antibodi. Aktivitas limpa ini mengakibatkan limpa menjadi semakin besar ukurannya atau bahkan mengecil karena limpa terserang penyakit. Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau kekuningan karena mengandung pigmen bilirubin, biliverdin, dan urobilin, yang disekresi oleh hepatosit hati pada sebagian besar vertebrata. Saluran empedu berfungsi sebagai penyalur cairan empedu dari hati ke usus dengan saluran empedu membesar membentuk kantung empedu (Amrullah, 2004). Empedu terletak pada kantung empedu yang terdiri atas dua saluran yang mentransfer empedu dari hati ke usus halus (North dan Bell, 1990). Ressang (1984) menyatakan bahwa empedu berfungsi untuk mensekresikan kolesterol dan membentuk emulsi lemak dengan bantuan asam-asam empedu yang disekresikan oleh hati dan terdiri atas tiga saluran yaitu ductus hepatocystici yang menyambung kantong empedu dengan hati, ductus hepatoentericus yang membawa empedu ke duodenum dan ductus cysticocutericus yaitu saluran antara kantong empedu dan duodenum.