II KAJIAN KEPUSTAKAAN
2.1
Deskripsi Itik Itik adalah merupakan salah satu unggas air (waterfowls) yang dikenal juga
dengan nama lain bebek dalam bahasa Jawa. Nenek moyang itik berasal dari Amerika Utara yaitu itik liar (Anas moscha) atau Wild mallard.
Proses
domestikasi yang terus menerus oleh manusia, maka jadilah itik yang dipelihara sekarang dengan nama ilmiah
Anas domesticus.
Ternak itik mempunyai
deskripsi ilmiah sebagai berikut : Kelas
: Aves
Ordo
: Anseriformes
Famili
: Anatidae
Sub famili
: Anatinae, Tribus Anatini
Genus
: Anas
Menurut tujuan utama pemeliharaannya, ternak itiksebagaimana ternak ayam, dibagi menjadi 3 golongan, yaitu tipe pedaging, petelur dan ornamen. Penggolongan tersebut didasarkan atas produk atau jasautama yang dihasilkan oleh itik tersebut untuk kepentingan manusia. Itik yang termasuk dalam golongan tipe pedaging biasanya sifat-sifat pertumbuhan yang cepat serta struktur perdagingan yang baik. Bangsa-bangsa itik yang termasuk dalam golongan tipe pedaging adalah Aylesbury, Cayuga, Orpington, Muskovi, Peking dan Rouen.
8
Bangsa-bangsa itik yang termasuk dalam golongan petelur biasanya badannya lebih kecil dibandingkan dengan tipe pedaging, bangsa itik yang termasuk dalam golongan ini adalah Campbell dan Indian Runner. Selain itu ada juga segolongan itik yang biasanya mempunyai warna bulu yang menarik atau bentuk badan yang bagus, termasuk dalam golongan itik tipe ornamen atau sebagai ternak hiasan, terutama di dalam kolam hias, bangsa-bangsa yang termasuk dalam golongan ini adalah Calls, East India, Mallard, Mandarin dan Wood duck. Ada bangsa-bangsa itik yang mempunyai tujuan ganda, misalnya di samping tujuan utama hasil berupa daging, juga menghasilkan telur, misalnya bangsa Orpington (Srigandono, 1997). 2.2
Itik Peking Itik peking berasal dan dikembangkan di daratan Tientsien, Cina sebagai itik
penghasil daging. Itik peking ini sudah sangat populer sebagai itik penghasil daging dan telah menyebar hampir keseluruh dunia, baik di belahan bum utara maupun belahan bumi selatan, termasuk di daerah tropis. Keunggulan itik peking ini sebagai penghasil daging menyebabkan itik ini banyak disilangkan dengan itik lainnya guna memperbaiki keturunan, salah satu contohnya adalah itik Alyesbury yang sering disilangkan dengan itik peking. Persilangan itik peking dengan itik alyesbury menghasilkan keturunan dengan tekstur daging yang lebih bagus, (Akhmad Nur, 2011). Di Indonesia, itik peking juga banyak disilangkan dengan itik jenis Khaki Campbell, itik Mojosari dan jenis itik lokal lainnya. Pertumbuhan itik peking sangat cepat, pada umur 10 minggu itik peking dapat mencapai berat 4,5-5 kg, dan akan mulai bertelur pada umur sekitar 6 bulan, dengan rata-rata produksi telur per tahunnya mencapai 110-130 butir (Srigandono, 1997).
9
Pemeliharaan itik peking serta penyedia bibit DOD masih sangat terbatas yang menyebabkan populasi itik ini sedikit. Adapun karakteristik itik peking adalah sebagai berikut : -
Kepala agak besar dengan crown yang tinggi, bagian depan crown agak terangkat ke atas.
-
Leher agak panjang serta tegak.
-
Paruh relatif pendek, tebal dan membulat, berwarna oranye cerah dan ujung paruh agak putih.
-
Memiliki mata yang tampak liar dan siaga dan tampak terlindung oleh alis yang menonjol dan pipi yang berisi. Warna mata kebiruan.
-
Postur badan yang berimbang antara panjang dan lebar, realtif keka, berdaging dan penuh.
-
Dada besar, lebar dan membusung.
-
Perut besar dan penuh, tapi tidak terlihat jatuh.
-
Sayap pendek, kuat dan tertutup di atas punggung dan tidak bersilang satu sama lain.
-
Bulu halus lembut berwarn putih atau krem.
-
Kaki pendek dan kuat serta berwarna merah oranye, kuku jari berwarna putih. Keunggulan itik peking sebagai penghasil daging dapat dipertimbangkan
sebagai alternatif usaha pembesaran itik pedaging, keunggulan itik peking ini adalah sebagai berikut : -
Relatif tahan terhadap berbagai cuaca.
-
Tidak begitu membutuhkan air dalam hidupnya, air hanya dibutuhkan untuk minum
10
-
Petumbuhan badan yang relatif cepat.
-
Pemeliharaan secara intensif selama 2 bulan akan mencapai bobot badan 3-3,5 kg.
-
Itik peking memiliki karkas berwarna kuning dan kelihatan sangat menarik serta tekstur dagingnya yang sangat bagus, tidak alot dan mudah diolah.
2.3
Itik Mojosari Itik Mojosari adalah merupakan itik lokal unggul yang diternakkan di
daerah Modopuro, Mojosari, daerah Mojokerto, Jawa Timur dan dikenal pula dengan itik Mojokerto. Berdasarkan SK Mentan No. 2837 tahun 2012 tentang penetapan rumpun itik Mojosari. Itik Mojosari atau Itik Mojokerto mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1. Sifat kualitatif (dewasa) : a. Postur tubuh
: Ramping sepeti botol.
b. Warna
:
Dada
: Jantan, Abu-abu keputihan. Betina, Cokelat.
Punggung
: Jantan, Cokelat kehitaman.
Perut – paha
: Jantan, Abu-abu keputihan. Betina, Cokelat bergaris hitam.
Ekor
: Jantan, Hitam. Betina, Cokelat.
Kaki
: Hitam.
Paruh
: Hitam.
Kerabang telur : Hijau Kebiruan.
11
2. Sifat kuantitatif (dewasa) : a. Bobot badan
: Jantan dan betina 1,6-1,7 kg.
b. Produksi telur
: 200-220 butir/tahun.
c. Puncak produksi telur : 90-95%. d. Bobot telur
: 65-70 gram.
e. Konsumsi ransum
: 140-160 gram/ekor/hari.
3. Sifat reproduksi : a. Umur mulai produksi
: 22-24 minggu.
b. Lama produksi telur
: 3 tahun.
Itik Mojosari cepat populer dan merupakan komoditas utama para peternak itik. Hal ini disebabkan karena itik ini memiliki rasa yang lebih enak dan lebih empuk karena struktur tubuh yang lebih kecil daripada itik localkebayakan. Keunggulan lain dari itik Mojosari atau Mojokerto ini adalah telur yang relatif lebih besar dari telur itik lainnya. Bentuk umum badan itik Mojosari ini hampir sama dengan itik Tegal, namun ukurannya lebih kecil serta warna bulunya yang cenderung kemerahan dengan campuran warna coklat, hitam dan putih. 2.4
Itik Peking Mojosari Putih (PMp) Itik Peking Mojosari putih adalah jenis itik tipe pedagingbaru yang
dikembangkan oleh Balai Penelitian Ternak di Ciawi-Bogor. Pemberian nama PMp adalah merupakan singkatan dari Peking dan Mojosari putih. Secara genetik itik PMp mengandung kombinasi darah itik Peking berkelas import dan itik lokal Mojosari putih yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan konsumen dari tingkat bawah sampai atas dan dapat diproduksi lokal.
12
Itik PMp dapat digunakan untuk menghasilkan karkas berkualitas dengan ukuran sedang maupun karkas ukuran besar sesuai dengan permintaan konsumen. Keberadaan itik PMp diharapkan dapat mengurangi penggunaan itik tipe petelur sebagai pemasok daging untuk memenuhi permintaan akan kebutuhan daging itik dalam negeri dan juga diharapkan dengan adanya itik PMp dapat menjadi substitusi daging itik sebagai bahan menu olahan untuk kelas atas, restoran dan hotel yang berasal dari itik impor. Menurut Balitnak (2013), itik Peking Mojosari putih ini mempunyai karateristk sebagai berikut : - Warna bulu putih, sehingga warna kulit karkas juga bersih dan cerah. - Bobot badan 2-2,5 kg pada umur 10 minggu. - Jika dikawinkan dengan entog/itik manila jantan dapat menghasilkan itik serati dengan bobot badan 3 kg atau lebih pada umur 10 minggu. - Itik PMp mulai bertelur pada umur 5,5-6 bulan. 2.5
Pertumbuhan dan Komposisi Karkas Itik Pertumbuhan mempunyai banyak defenisi. Defenisi yang paling sederhana
adalah perubahan ukuran yang meliputi perubahan yang berat hidup, bentuk dimensi linear dan komposisi tubuh, termasuk perubahan komponen-komponen tubuh seperti otot, lemak, tulang dan organ serta komponen-komponen kimia, terutama air, lemak protein dan abu pada karkas.
Pertumbuhan komponen-
komponen tersebut berlangsung dengan kadar laju yang berbeda, sehingga perubahan
ukuran
komponen
menghasilkan
diferensiasi
karakteristik individual sel dan organ (Soeparno, 2005).
atau
perbedaan
13
2.5.1
Pertumbuhan Ternak Itik Pada umumnya, pengukuran pertumbuhan ternak didasarkan pada
kenaikan berat tubuh per satuan waktu tertentu yang dinyatakan sebagai rata-rata pertambahan berat badan per hari atau rata-rata kadar laju pertumbuhan, (Brody, 1945; Soeparno, 2005). Selama pertumbuhan dan perkembangan dapat terjadi perkembangan abnormal, hal ini dapat disebabkan oleh faktor genetik atau faktor lingkungan, misalnya nutrisi, temperatur, kelembapan, obat-obatan, keracunan, polusi dan penyakit. Faktor-faktor tersebut dapat juga menyebabkan perubahan komposisi tubuh, baik secara fisik maupun kimia. Wiederhold dan Pingel (1997) melaporkan bahwa itik peking akan mendapatkan titik belok pertumbuhan kedua yang lebih cepat dibandingkan dengan angsa dan entog yaitu pada umur 24 hari. Sebagaimana diketahui bahwa titik belok, selama ini dijadikan sebagai dasar untuk mengukur optimalisasi pertumbuhan dan juga merupakan ukuran tingkat efisiensi usaha yang dicapai, (Brody, 1974). Pola pertumbuhan tubuh secara normal merupakan gabungan dari pola pertumbuhan semua komponen penyusunnya.
Pada kondisi lingkungan yang
ideal, bentuk kurva pertumbuhan pada semua spesies ternak adalah sama, (Soeparno, 2005). Ternak yang kekurangan makanan atau gizi akan mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti serta kehilangan berat, akan tetapi setelah mendapatkan makanan yang cukup, ternak tersebut mampu untuk tumbuh kembali dengan cepat dan bahkan dapat lebih cepat daripada laju pertumbuhan normalnya,
14
hal semacam ini disebut dengan pertubuhan kompensatori atau pertumbuhan yang bersifat menyusul, (Wahju, 1997). 2.5.2
Komposisi Karkas Itik Perubahan ukuran tubuh merupakan indikator yang baik dan memiliki
korelasi yang cukup erat dengan parameter bobot hidup. Panjang kaki, panjang paha, dalam dada dan lebar dada merupakan objek pengamatan yang sering dilakukan, dengan hasil bahwa lebar dada cenderung lebih penting dalam mengikuti pertambahan umur dan lingkungan, (Buss, 1993). Menurut Soeparno dan Davies (1987), bahwa faktor jenis kelamin, hormon dan kastrasi serta genotip juga mempengaruhi pertumbuhan.
Jenis,
komposisi kimia dan konsumsi pakan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap laju pertumbuhan.Komposisi kimia karkas yang terdiri dari air, protein, lemak dan abu secara proporsional juga dapat berubah, bila proporsi salah satu variabel mengalami perubahan. 2.5.2.1 Karkas Menurut FAO/WHO (1974) dikutip dalam Nur (2009) menyatakan bahwa karkas adalah bagian tubuh hewan yang telah disembelih dikeluarkan darah dan telah dipisahkan dari kepala, kaki, kulit/bulu dan jeroan. Karkas pada umumnya digunakan sebagai tolak ukur produktivitas dari ternka potong, karena karkas merupakan hasil utama dari pemotongan ternak dan mempunyai nilai ekonomis yan tinggi. Produksi karkas seekor ternak dipengaruhi oleh bangsa, umur, laju pertumbuhan, bobot potong dan nutrisi. Defenisi bobot karkas adalah bobot yang diperoleh dari hasil penimbangan bobot ternak setelah dipotong, kemudian dikurangi bobot darah, kulit/bulu, leher, kaki, kepala dan seluruh isi rongga perut, dan diperjelas Lawrie
15
(2003), bahwa bobot karkas juga meliputi pengurangan bagian saluran pencernaan, intestin, kantong urin, jantung, trakea, paru-paru, ginjal, limpa, hati dan jaringan lemak yang melekat pada bagian tubuhtersebut. Persentasi karkas itik peking mencapai 65% pada umur 50 sampai 56 hari, sedangkan itik potong yang dagingnya beredar di pasaran mempunyai persentasi karkas antara 45,5 sampai 48,7 %.
Rendahnya persentasi tersebut
karena itik yang dipotong di pasaran adalah merupakan itik tua yang telah diafkir karena tidak produktif lagi sebagai penghasil telur (Srigandono, 1997). 2.5.2.2 Bobot Potong Bobot potong adalah berat ternak yang telah diistirahatkan dan dipuasakan selama 8-12 jamsebelum dilakukan pemotongan atau penyembelihan. Menurut Murray dan Slezaceck (1976), menyatakan bahwa bobot karkas akan bertambah seiring dengan meningkatnya bobot potong, akan tetapi ternak yang mempunyai bobot potong yang tinggi tidak selalu menghasilkan bobot karkas yang tinggi pula, hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan berat dari kepala, darah, bulu, kaki dan bagian saluran pencernaan. Sebelum pemotongan ternak, penimbangan perlu dilakukan untuk mengetahui bobot potong ternak tersebut, hal ini diperlukan untuk mengetahui juga berapa persentasi karkas yang akan didapatkan dari ternak tersebut. 2.6
Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Faktor genetik dan lingkungan mempengaruhi laju pertumbuhan dan
komposisi tubuh yang meliputi distribusi berat dan komposisi kimia komponen karkas. Di antara individu di dalam suatu bangsa atau di antara bangsa ternak terdapat perbedaan respon terhadap pengaruh lingkungan seperti nutrisi, fisis dan mikrobiologis, sehingga menyebabkan adanya perbedaan kadar laju pertumbuhan.
16
1.
Genetik Di dalam bangsa ternak yang sama, komposisi karkas dapat berbeda.
Bangsa ternak dapat menghasilkan karkas dengan karakteristiknya sendiri. Perbedaan komposisi tubuh dan karkas diantara bangsa ternak, terutama disebabkan oleh perbedaan ukuran tubuh dewasa atau perbedaan berat pada saat dewasa. Menurut Williams dan Black (1983) dikutip dalam Soeparno (2005), bila perbandingan komposisi karkas antara bangsa tipe besar dan kecil didasarkan pada berat yang sama, maka bangsa tipe besar akan lebih berdaging (lean) dan lebih banyak mengandung protein, proporsi tulang lebih tinggi dan lemak lebih rendah dari pada bangsa tipe kecil. Perbedaan tersebut disebabkan karena pada saat berat yang sama, ternak bangsa tipe besar secara fisiologis lebih muda. Faktor genetik dan lingkungan mempunyai hubungan yang erat. Untuk mengekspresikan kapasitas genetik individu secara sempurna, diperlukan kondisi lingkungan yang ideal, (Lawrie, 1979.; Soeparno, 2005). Faktor lingkungan dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu faktor fisiologi dan nutrisi. Umur, berat hidup dan kadar laju pertumbuhan juga dapat mempengaruhi komponen karkas.
Proporsi tulang, otot dan lemak sebagai
komponen utama karkas, dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut di atas. Bila proporsi salah satu variabel lebih tinggi, maka proporsi salah satu atau kedua variabel lainnya lebih rendah.
2. Lingkungan
17
Faktor lingkungan yang berkaitan dengan fisiologi ternak antara lain adalah temperatur atau panas, iklim dan kelembapan.
Temperatur dan
kelembapan dapat menyebabkan stres, (Soeparno, 2005).
Toleransi ternak
terhadap temperatur lingkungan bervariasi, tergantung pada spesies dan lingkungan hidup.
Kondisi panas atau dingin yang lama dapat menyebakan
perubahan hormonal ternak. Stres timbul melalui reaksi-reaksi yang kompleks dari system endokrin, (Lawrie, 1979.; Black, 1983,; Soeparno, 2005). Ternak yang hidup di daerah tropis lebih toleran terhadap panas dibandingkan dengan ternak yang hidup di daerah subtropis. Perbedaan tingkat toleransi ini menyebabkan adanya perbedaan ketebalan lemak tubuh (Lawrie, 1979.; Soeparno, 2005). Pengaruh stress terhadap perubahan komposisi karkas tergantung pada tingkat kondisi stress, lama stress dan tingkat toleransi ternak terhadap stress (Black, 1983). 3.
Nutrisi Nutrisi kemungkinan besar merupakan faktor lingkungan terpenting
yang mempengaruhi komposisi karkas, terutama terhadap proporsi kadar lemak. Konsentrasi energi dan rasio energi terhadap protein pakan, bahan aditif serta proporsi kandungan gizi pakan dapat mengubah komposisi karkas. Respon ternak terhadap manipulasi nutrisi yang diberikan, juga ikut menentukan hasil akhir komposisi karkas. Konsumsi protein dan energi yang lebih tinggi akan menghasilkan laju pertumbuhan yang lebih cepat.
Pengaruh nutrisi akan lebih besar bila
perlakuannya dimulai sejak awal periode pertumbuhan, sehingga pertumbuhan ternak dapat dimanipulasi dengan perlakuan nutrisi yang berbeda.
18
Menurut ARC (1975), kebutuhan nutrisi untuk itik tipe pedaging mulai dari menetas sampai saat dipasarkan pada umur 6 sampai 8 minggu dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Itik Tipe Pedaging Nutrient
Jumlah yang dibutuhkan
Rasio Energi Protein
Protein 230 g/kg (23 %) Energi metabolism 3100 kkal/kg Lysin 0,89 % Methionin 0,39 % Ca 0,56 % Magnesium 0,05 % Sumber : ARC (1975) dalam Srigandono, (1997).
3100/230 = 13,5
Winter dan Funk (1960), menyatakan hal yang berbeda dari kebutuhan nutrisi yang dikemukakan oleh ARC (1975). Kebutuhan nutrisi untuk itik tipe pedaging dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Kebutuhan Nutrisi Itik Tipe Pedaging Berdasarkan Fase/Umur. Fase/Umur
Protein (%)
EM (kkal/kg)
Rasio EP
Starter (s.d. 2 minggu)
18
2860
15,9
Grower (sampaidipasarkan)
16
2930
18,3
Dewasa/PenghasilBibit
16
2875
18,0
Sumber: Winter dan Funk (1960) dalam Srigandono (1997). Penyusunan ransum yang tepat sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap periode pertumbuhan dan produksi dipengaruhi oleh nilai gizi dan bahan-bahan pakan yang digunakan. Bahan pakan yang akan dipergunakan adalah bahan pakan yang sudah diketahui kandungan nutrisinya, dengan demikian akan mempermudah
19
penyusunan ransum tersebut dan juga kekurangan salah satu zat makanan dapat ditutupi dengan menggunakan bahan pakan yang mengandung zat tersebut. Penggunaan bahan pakan tersebut mulai berkurang, hal ini dikarenakan harga pakan yang semakin mahal disamping itu, ada beberapa bahan pakan yang sulit untuk didapatkan sehingga banyak peternak yang mencari bahan pengganti sebagai pakan alternatif seperti penggunaan limbah restoran. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian IP2TP (2000), bahwa penggunaan limbah restoran atau rumah makan dapat diberikan pada ayam buras sampai tingkat 75% tanpa memberikan efek negatif.
Hasil analisis
laboratorium yang dilakukan oleh IP2TP, informasikan dungan nutrisi pada limbah restoran dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Kandungan Nutrisi Limbah Restoran Komponen Protein Kalsium Phosfor SeratKasar Lemak
Nilai 10,89 % 0,08 % 0,39 % 9,13 % 9,70 %
EnergiMetabolis 1.780 kkal/kg Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian IP2TP. Jakarta. Thn. 2000. Dari hasil pengkajian IP2TP Jakarta ditemukan bahwa ransum yang menggunakan limbah restoran lebih unggul daripada ransum tanpa menggunakan limbah restoran. Secara ekonomis ransum dengan campuran 50% limbah restoran lebih unggul dari ransum dengan campuran 75% limbah restoran (IP2TP, 2000). Hasil penelitian yang dilakukan IP2TP Jakarta dapat dilihat pada tabel 4.
20
Tabel 4. Keragaan Berbagai Ransum Limbah Restoran Uraian Ransum (Limbah -0) (Limbah -50) + P. Camp. 100% + P. Camp. 50% PBB (g/ekor) Konsumsi (gr/ekor/10 mggu) Konversi Harga (Rp) Keuntungan (Rp) Sumber
505,20
778
4.001,90 7,92 1.317 3.577
3.833 4,93 1.016 8.551
(Limbah -75) + P. Camp. 25% 688,50 3.244,20 4,71 865 7.402
: * Laporan Hasil Pengkajian IP2TP, Jakarta. 1999. ** Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.
Pada tabel 4 dapat dilihat pertambahan bobot badan (PBB) yang dihasilkan dari penggunaan pakan limbah restoran sebesar 50% (Limbah-50) adalah 778 gr/ekor (202,6 %), dengan konsumsi pakan 3.833 gr/ekor/10 minggu. Konversi pakan sebesar 4,93 menunjukkan bahwa untuk menghasilkan 1 (satu) gram daging dibutuhkan 4,93 gram pakan (Limbah-50). Dari perhitungan analisis finansial, pakan (Limbah-50) mampu memberikan keuntunganRp. 8.550,- /ekor. 4.
Umur Kadar laju pertunbuhan, nutrisi, umur dan berat tubuh adalah faktor-faktor
yang mempunyai hubungan yang erat antara satu dengan yang lainnya dan biasanya dapat secara individu atau kombinasi mempengaruhi komposisi tubuh atau karkas.
Berat tubuh sangat erat hubungannya dengan komposisi tubuh
(Soeparno, 2005).
Variasi komposisi tubuh atau karkas, sebagian besar
didominasi oleh variasi berat tubuh dan sebagian kecil dipengaruhi oleh umur. Soeparno dan Davies (1987), menyatakan bahwa variasi komponen tubuh yang terbesar adalah jumlah lemak.