JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN VOL. 5 NO. 2 SEPTEMBER 2012
ISSN : 2086 – 4981
KONTRIBUSI SIKAP INOVATIF DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP UNJUK KERJA GURU Eko Indrawan1
ABSTRACT Based on a pre-survey, the performance of the Senior High School Teacher in Padang was considered low. It was assumed that the low performance was caused by the low innovative attitude and low spiritual intelligence. This study was intended to disclose the impact of the two variables toward the teachers' performance. Based the research findings, it is concluded that the two independent variables, innovative attitude and spiritual intelligence play important roles in alleviate the teachers' performance beside other variables which are not treated in the present study. Keywords : innovative attitude, spiritual intelligence, performance INTISARI
Berdasarkan survei pra-, kinerja Guru SMA di Padang dianggap rendah. Diasumsikan bahwa kinerja rendah disebabkan oleh sikap inovatif rendah dan kecerdasan spiritual yang rendah. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan dampak dari dua variabel terhadap kinerja guru. Berdasarkan temuan penelitian, dapat disimpulkan bahwa dua variabel independen, sikap inovatif dan kecerdasan spiritual memainkan peran penting dalam mengurangi kinerja guru di samping variabel lain yang tidak diobati dalam penelitian ini. Kata Kunci : sikap inovatif, kecerdasan spiritual, ujuk kerja
1
Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang
84
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN VOL. 5 NO. 1 SEPTEMBER 2012 PENDAHULUAN Kemajuan sebuah bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya, artinya semakin baik kualitas sumber daya manusia yang dimiliki, maka peluang untuk maju semakin terbuka. Sebaliknya sumber daya manusia yang rendah kualitasnya akan berperan terhadap lambatnya kemajuan sebuah bangsa. Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas maka pendidikan mempunyai peran yang signifikan. Tanpa melalui proses pendidikan yang jelas dan sistematis, maka tidak mungkin suatu bangsa dapat maju dan berkembang kearah yang lebih baik, dan maju mundurnya suatu bangsa amat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Pencapaian hasil pendidikan sangat tergantung pada berbagai unsur dan peran berbagai pihak antara lain, kepala sekolah, guru, pegawai administrasi, siswa, sarana dan prasarana serta strategi yang diterapkan oleh lembaga itu sendiri. Salah satu unsur yang penting adalah guru. Guru sebagai pendidik mempunyai peranan dalam meningkatkan mutu pendidikan diharapkan memiliki kompetensi, berkualitas dan mampu memanfaatkan fasilitas secara maksimal, untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan sebaikbaiknya. Sehingga perkembangan kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik berkembang menuju kedewasaan yang optimal dan berkepribadian. Guru juga sangat besar perannya dalam pembinaan dan proses transformasi sosial budaya peserta didik dan masyarakat pada umumnya. Guru yang digugu dan ditiru oleh peserta didik dalam menggali ilmu pengetahuan melalui proses pembelajaran. Unjuk kerja guru dalam mendidik akan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas, sebagai seorang pendidik guru hendaklah melakukan
ISSN : 2086 – 4981
inovasi dan improvisasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan demikian guru yang berkualitas akan berupaya menjadikan sekolahnya diminati oleh masyarakat karena kualitas yang dimiliki. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan perencanaan (pembuatan program tahunan, program semester, analisis materi pembelajaran, satuan pembelajaran, rencana pembelajaran), pelaksanaan pembelajaran, serta kegiatan evaluasi (penilaian) sebagai usaha untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan dalam pembelajaran tercapai, sehingga dapat diketahui unjuk kerja dari setiap guru yang mengemban tugas di sekolah. Unjuk Kerja guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen persekolahan, apakah itu kepala sekolah, guru, karyawan maupun anak didik, termasuk sistem pendidikan yang digunakan, yang mana merupakan rel bagi para guru untuk mentrasformasikan ilmu pengetahuannya. Sebab itu, unjuk guru akan bermakna bila dibarengi dengan niat yang bersih dan ikhlas, serta selalu menyadari akan kekurangan yang ada pada dirinya, dan berupaya untuk dapat meningkatkan atas kekurangan sebagai upaya untuk meningkatkan kearah yang lebih baik. Unjuk kerja yang dilakukan hari ini akan lebih baik dari kemarin, dan tentunya unjuk kerja masa depan lebih baik dari unjuk kerja hari ini, dengan nawaetu ibadah, tapi para pemimpin harus berusaha menggembirakan para guru yang tulus bekerja mendidik bangsa, sehingga hasil belajar siswa akan meningkat. Seorang guru haruslah memiliki unjuk kerja dengan proaktif, kreatif, inovatif dan berkarya dalam melaksanakan tugasnya. Apalagi menghadapi era globalisasi, informasi, modernisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan
85
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN VOL. 5 NO. 1 SEPTEMBER 2012 dan teknologi, sehingga dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas. Kompetensi tersebut berkenaan dengan kemampuan dasar teknis edukatif dan administratif, yaitu bagaimana seorang guru menguasai bahan pelajaran, mengelola proses belajar mengajar dan kelas, menggunakan media serta menyempurnakan interaksi belajar mengajar. Soeryosubroto [1], unjuk kerja guru dalam melaksanakan tugas berkenaan dengan kualitas pembelajaran yang dihasilkan, sebagaimana yang diungkapkannya berikut ini: (1) dari sisi mengajar guru: menyangkut sejauhmana kegiatan belajar mengajar yang direncanakan terlaksana dan, (2) dari sisi belajar siswa; yang menyangkut sejauh mana tujuan pembelajaran yang diinginkan tercapai melalu kegiatan belajar mengajar. Gibson [2] menyatakan bahwa unjuk kerja bagi guru diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Hal ini dapat dikatakan sebagai hasil yang diinginkan seseorang dalam menyelesaikan pekerjaannya. Pendapat tersebut di dukung oleh Dharma [3] yang menyatakan bahwa tugas yang dilaksanakan seseorang bisa menghasilkan unjuk kerja yang baik, sebagaimana yang diharapkan oleh sekolah, maka guru hendaknya mempunyai kemampuan dalam pengetahuan tentang segala tugas yang akan diselesaikannya. Stoner [4] menyatakan unjuk kerja yang sedang berjalan untuk mempertahankan dan memperbaiki pengembangan karier. Unjuk kerja ditampilkan seseorang selama ia masih bertugas atau menjalankan mata kerjanya yang dapat ditingkatkan setiap tahun sesuai dengan kemauan dan kemampuannya. Sikap inovatif hendaklah dimiliki oleh setiap guru, menurut pendapat Wrightman yang dikutip oleh Uzer Usman [5] mengemukakan sikap
ISSN : 2086 – 4981
inovatif guru merupakan serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan dilakukan dengan perubahan dan pembaharuan dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan tingkah laku dan perkembangan siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Sikap inovatif guru merupakan kecendrungan yang dimiliki guru terhadap reformasi pendidikan dan pembaruan kurikulum dan penerapan metode mengajar yang tergantung pada guru dalam mengajar. Suharsono [6], kecerdasan spiritual merupakan suatu kecerdasan yang berasal dari fitrah manusia yang tidak dapat dibentuk melalui penumpukkan memori fenomenal, tetapi merupakan aktualisasi fitrah manusia. Kemampuan ini akan teraktualisasi secara nyata bila manusia menjalani kehidupan spiritualnya melalui ibadah wajib dan sunnah serta membersihkan diri, sehingga menghadirkan campur tangan Tuhan dalam bentuk inspirasi dan tindakantindakan kreatif. Zohar dan Lan Marshall, alih bahasa oleh Astuti kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan dengan kearifan diluar ego, atau jiwa sadar. Inilah kecerdasan yang kita gunakan, tidak hanya untuk mengetahui nilai-nilai yang ada melainkan juga secara kreatif menemukan nilai-nilai baru. Definisi lain dari kecerdasan spiritual yang sejalan dengan psikologi di kemukakan oleh Sinetar yang dikutip Ian Marshall yaitu: sebagai pikiran yang mendapat inspirasi dorongan “theis ness” atau penghayatan terhadap nilai-nilai ketuhanan yang di dalamnya kita menjadi bagian. Kecerdasan spiritual sebagai dasar bagi tempat timbulnya harga diri, nilai-nilai dan moral. Mampu memberikan arah terhadap kehidupan manusia, serta adanya suatu keyakinan bahwa ada kekuatan non fisik yang maha sempurna yang
86
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN VOL. 5 NO. 1 SEPTEMBER 2012 berada diluar diri manusia yaitu Tuhan (Allah SWT). Zohar [9] berpendapat bahwa kecerdasan spiritual yang berasal dari barat tidak serta merta berangkat dari nilai-nilai keagamaan, namun berangkat dari kajian dan perspektif humanisme yang merupakan sebuah kenyataan yang melekat pada diri manusia. Kajian kecerdasan spiritual bermula dari barat yang sekuler, maka untuk mengakomodasi peran-peran alQuran. Istilah SQ dikembangkan menjadi kecerdasan ruhaniah, yaitu kemampuan seseorang untuk mendengarkan hati nuraninya dalam mengambil suatu keputusan untuk selanjutnya diwujudkan dalam bentuk aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia tersebut. Pencarian makna dan nilai-nilai kebenaran dan mengandalkan potensi kekuatan spiritual otak semata dikhawatirkan akan menemui jalan buntu bahkan menyimpang, selama tidak ada kerangka acuan (frame of reference). Oleh karena itu, pencarian makan hidup akan terjawab selama manusia mau menerima kebenaran Ilahiah. Indikasi lain yang diperoleh melalui observasi di sekolah terkesan lemahnya guru dalam merancang dan merencanakan program pembelajaran yang inovatif sesuai dengan perubahan, pelaksanaan pembelajaran di kelas yang kurang memadukan keterkaitan antara konsep teoretis materi pelajaran dengan tuntutan kehidupan aktual masyarakat, serta lemahnya kemampuan guru dalam manajemen dan pengelolaan kelas dalam memancing interaksi dan aktivitas siswa yang positif. Berdasarkan fenomena-fenomena yang peneliti temui, maka peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap unjuk kerja guru SMK Negeri 1 Padang Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengungkapkan kontribusi sikap
ISSN : 2086 – 4981
inovatif terhadap unjuk kerja guru SMK Negeri 1 Padang, 2) Mengungkapkan kontribusi kecerdasan spritual terhadap unjuk kerja guru SMK Negeri 1 Padang, 3) Mengung-kapkan kontribusi sikap inovatif dan kecerdasan spritual secara bersama-sama terhadap unjuk kerja guru SMK Negeri 1 Padang. PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Penelitian ini merupakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian ex-post facto dan menggunakan pendekatan korelatif. Populasi penelitian adalah seluruh guru SMK Negeri 1 Padang yang aktif melaksanakan tugas profesinya sebagai guru PNS. Jumlah populasi dari guru SMK Negeri 1 Padang pada semester Januari-Juni 2007 adalah 135 orang. Sampel penelitian ini adalah 56 orang. Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik stratified proposional random sampling. Teknik ini menghasilkan sampel yang memperhati-kan proporsi setiap kelompok dalam strata populasi. Dipilihnya teknik ini untuk menjamin representasi sampel terhadap populasi. Dengan kata lain karakteristik yang terdapat dalam populasi harus terwakili oleh sampel. Untuk mengukur variabel unjuk kerja guru, variabel sikap inovatif dan kecerdasan spiritual digunakan angket yang disusun menurut model skala Likert. Uji coba instrumen untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen. Analisis dilakukan dengan menggunakan program komputer Monas Versi 11 Tahun 2007. Responden uji coba diambil dari populasi yang sama tetapi diluar sampel yang telah ditentukan sebanyak 30 orang. Hasil analisis sikap inovatif nilai reliabilitas 0,892, kecerdasan spiritual nilai reliabilitas 0,947, dan Unjuk Kerja Guru nilai reliabilitas 0,911. Teknik yang digunakan dalam melakukan
87
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN VOL. 5 NO. 1 SEPTEMBER 2012 pengujian persyaratan analisis adalah uji normalitas, uji homogenitas, uji linearitas, uji independensi, uji independensi ini meng-gunakan teknik korelasi product moment.
ISSN : 2086 – 4981
menentukan unjuk kerja guru sebesar 9%. Kecerdasan spiritual baik akan mem-buat suasana kerja menjadi menyenangkan yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan unjuk kerja guru. Sebaliknya, jika kecerdasan spiritual kurang terjalin dengan baik maka akan berpengaruh terhadap unjuk kerja guru yang menjadi berkurang.
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa sikap inovatif memberikan kontribusi yang paling besar dan signifikan terhadap unjuk keja guru Selanjutnya jika dilihat sikap inovatif berada pada kategori baik, dengan tingkat capaian responden 86,2% dari skor ideal. Sementara, hasil pengujian hipotesis pertama menunjukan bahwa variabel sikap inovatif memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap unjuk kerja guru. Hal ini berarti bahwa sikap inovatif mempunyai hubungan prediktif dengan unjuk kerja guru, dengan koefesien korelasi 0,515 dan koefesien determinasi 0,266. Ini menunjukan bahwa sikap inovatif berperan dalam meningkatkan unjuk kerja guru dengan kontribusinya sebesar 26,6%. Artinya semakin meningkat sikap inovatif maka akan semakin meningkat pula unjuk kerja guru. Demikian sebaliknya, jika sikap inovatif berkurang maka akan dapat mengakibatkan menurunnya unjuk kerja guru.
Hasil analisis data dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ketiga hipotesis yang diuji dalam penelitian ini diterima secara empiris. Dengan demikian, dapat diyakini bahwa sikap inovatif dan kecerdasan spiritual berkontribusi terhadap unjuk kerja guru baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Secara parsial ternyata memberikan kontribusi variabel sikap inovatif terhadap unjuk kerja guru sebesar 23,8% ketika variabel kecerdasan spiritual dalam keadaan konstan. Kontribusi variabel kecerdasan spiritual terhadap unju kerja guru sebesar 5,5% ketika variabel sikap inovatif dalam keadaan konstan. Dan secara bersama-sama sebesar 30,630%, sisanya 69,37% lagi merupakan kontribusi dari variabel lain terhadap unjuk kerja guru SMK Negeri 1 Padang. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa kontribusi yang berpengaruh sekali terhadap unjuk kerja guru adalah sikap inovatif dan baru diikuti oleh kecerdasan spiritual. Hal ini berarti, semakin baik sikap inovatif dan kecerdasan spiritual maka semakin meningkat pula unjuk kerja guru, begitu juga sebaliknya jika sikap inovatif dan kecerdasan spiritual berkurang maka akan menyebabkan menurunnya unjuk kerja guru. Oleh karena itu kedua faktor ini harus ditingkatkan sehingga unjuk kerja guru menjadi lebih baik.
Tingkat pencapaian variabel kecerdasan spiritual menunjukan kategori baik, yaitu mencapai 88,8% dari skor ideal. Jika dilihat dari hasil pengujian hipotesis kedua, variabel ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap unjuk kerja guru. Hal ini menunjukan bahwa kecerdasan spiritual mempunyai hubungan prediktif dengan unjuk kerja guru dengan koefesien korelasi 0,300 dan koefesien determinasi sebesar 0,090, hal ini menunjukan bahwa kecerdasan spiritual mempunyai peran dalam
88
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN VOL. 5 NO. 1 SEPTEMBER 2012 Sebagai seorang pendidik, guru harus menyadari tugas pokok dan fungsinya yang diembannya dalam melaksanakan proses pembelajaran disekolah. Perlu disadari bahwa sesuai dengan profesinya, guru mempunyai tugas pokok untuk melaksana-kan pembelajaran, mendidik, melatih dan membimbing siswa serta fungsi guru sebagai fasilitator, motivator, inovator. Dengan menyadari tugas pokok dan fungsinya ini diharapkan guru dapat bersikap inovatif dan kreatif untuk bisa melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik. Hal ini menjadi semua tanggung jawab serta menjadi komitmen yang tinggi agar tugas yang diembannya bisa dilaksanakan dengan baik. Sikap inovatif guru merupakan pikiran, perasaan mengenai ide-ide, usaha-usaha bersiafat pembaruan, penemuan yang bersiafat keratif dan dinamis dalam berpikir untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Bila guru memiliki sikap inovatif yang tinggi, maka unjuk kerja guru cenderung akan baik karena merencanakan pengajaran, pelaksanaan pembelajaran, pengelolaan kelas, penggunaan media atau sumber pengajaran, penilaian prestasi siswa. Apabila unjuk kerja guru sudah baik baik maka tujuan pembelajaran dan tujuan sekolah akan terwujud dengan baik. Kecerdasan spiritual juga harus mendukung sehingga sikap inovatif yang sudah ada dalam diri guru itu tidak pudar. Prinsip keadilan juga perlu menjadi pertimbangan tersendiri, karena ketidak-adilan seperti dalam pembagian beban kerja juga akan mempengaruhi sikap inovatif dan kecerdasan spiritual guru. Pada teori keadilan dinyatakan bahwa manusia cenderung mengamati situasi sekitarnya dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Jika kita gambarkan pada prilaku guru, guru cenderung menginginkan adanya kesamaan dalam pembagian
ISSN : 2086 – 4981
jam mengajar, jika memang beban mengajar tidak sama haruslah dicarikan beban lain yang bisa memenuhi kesamaan beban kerja seperti pelaksanaan piket atau tugas lainnya, sehingga kecemburuan terhadap sesama bisa diantisipasi. Sebagai salah satu unsur yang ada di sekolah, guru berada dibawah pengawasan kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi. Kepala sekolah harus terus berupaya meningkatkan unjuk kerja guru supaya lebih baik serta sikap inovatif guru, antara lain dengan memberikan penghargaan kepada guru terhadap sekecil apapun prestasi yang dibuat oleh guru. Penghargaan itu bisa dalam bentuk materi seperti pemberian insentif atau non materi berupa penghargaan atau pujian. Kepala dinas pendidikan sebagai pimpinan lembaga pendidikan kota Padang perlu melaksanakan berbagai kegiatan yang mampu mendorong guru untuk melaksanakan tugasnya dengan baik. Upaya itu antara lain dengan melakukan kegiatan yang bisa membuka dan meningkatkan wawasan guru terhadap pendidikan, ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi, seperti memberkan pelatihan dan memberikan beasiswa melanjutkan pendidikan atau memberikan kesempatan mengikuti seminar serta memfasilitasikan mereka untuk melanjutkan pendidikan. Sehingga mereka selalu berusaha meningkatkan unjuk kerja dalam pelaksanaan tugasnya dan proses pembelajaran serta profesionalisme di sekolah. Selain itu kontrol terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah perlu dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambung agar semua komponen yang ada di sekolah bisa melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik.
89
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN VOL. 5 NO. 1 SEPTEMBER 2012 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang meliputi tiga variabel yaitu sikap inovatif (X1), kecerdasan spiritual (X2) dan unjuk kerja guru (Y) SMK Negeri 1 Padang telihat bahwa distribusi frekuensi data cendrung normal dan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut Sikap inovatif berkontribusi sebesar 26,6% terhadap unjuk kerja guru SMK Negeri 1 Padang, Hal ini menunjukkan bahwa semakin tingi sikap inovatif terhadap kerja yang dilaksanakan, maka akan semakin baik unjuk kerja guru SMK Negeri 1 Padang. Kecerdasan spritual berkontribusi sebesar 9% terhadap unjuk kerja guru SMK Negeri 1 Padang. Hal ini berarti semakin baik kecerdasan spiritual yang tercipta di lingkungan sekolah akan semakin baik pula unjuk kerja guru. Sikap inovatif dan kecerdasan spritual secara bersama-sama berkontribusi sebesar 30,6% terhadap unjuk kerja guru. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkat sikap inovatif dan kecerdasan spritual yang tercipta di lingkungan sekolah, maka semakin baik pula unjuk kerja guru. Hasil analisis data dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa sikap inovatif dan kecerdasan spiritual secara bersama-sama maupun secara parsial ternyata memberikan kontribusi yang berarti dan signifikan terhadap unjuk kerja guru. Dapat dikatakan bahwa tampilan unjuk kerja guru maksimal dalam merencanakan pengajaran yang tercantum dalam kurikulum sekolah, pelaksanaan pembelajaran, pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber pengajaran, penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran antara lain dipengaruhi oleh sikap inovatif dan kecerdasan spiritual. Oleh karena itu kedua faktor tersebut perlu diperhatikan dengan sungguhsungguh.
ISSN : 2086 – 4981
DAFTAR PUSTAKA
90
[1]
Soeryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
[2]
Gibson, Ivanuivich. 1988. Organization: Behavior Structure Process, terjemahan Djoerban Wahid. Jakarta: Bina Ilmu.
[3]
A. Dharma. 1991. Manajemen Prestasi Kerja. Jakarta: Rajawali Press.
[4]
Stoner, James A.F & Freeman L. 1994. Manajemen. terjemahan V Bakowenata. Jakarta: Inti Media.
[5]
M. Uzer Usman. 1996. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
[6]
Suharsono. 2002. Melejitkan IQ, IE dan IS. Jakarta: Inisiasi Press.
[7]
Zohar, Donal & Ian Marshall. 2001. Spiritual Intelligency. ahli bahasa: Astuti Jakarta: Mizan.