Jurnal Langsat Vol. 3 No. 2 Juli-Desember 2016
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENEMUKAN KALIMAT UTAMA MELALUI MEMBACA INTENSIF DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN NUMBERED HEADS TOGETHER DI KELAS IV SD NEGERI 2 WAYAU H. Ahmad Hairi Sekolah Dasar Negeri 2 Wayau Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa kelas IV SDN 2 Wayau. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Adapun setting penelitian adalah siswa kelas IV SDN 2 Wayau tahun pelajaran 2014/2015, dengan jumlah siswa 25 orang. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh melalui teknik pengukuran dengan tes bermain peran secara individu maupun kelompok, sedangkan data kualitatif diperoleh melalui hasil observasi dalam proses pembelajaran. Data kualitatif dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan penjelasan tentang kegiatan siswa dan guru selama kegiatan penelitian berlangsung. Untuk lembar observasi berupa aktivitas guru dalam pembelajaran, aktivitas siswa dalam pembelajaran maupun kelompok. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning dan Numbered Heasd Together meningkatkan aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran yakni dari siklus I pertemuan 1 meperoleh skor 65 dan pertemuan 2 memperoleh sekor 69 dan dalam kreteria Baik pada siklus II pertemuan 1 memperoleh skor 71 dan pada pertemuan ke 4 memperoleh skor 79 dan dalam kreteria sangat baik, aktivitas siswa dari pertemuan pertama sampai pertemuan keempat terjadi peningkatan. Dimana pada pertemuan pertama memperoleh sekore 66% siswa yang berada pada kualifikasi cukup aktif, namun pada pertemuan selanjutnya berkurang dan memperoleh sekor 68% namun masih dalam kreteria Cukup Aktif. Sedangkan siklus I yakni pertemuan pertama aktivitas siswa memperoleh skor 77%, dalam kreteria aktif dan pada pertemuan ke empat skor aktivitaas siswa memperoleh 86% berada dalam kreteria sangat aktif, hasil belajar dari siklus I pertemuan 1 dari 63.6 menjadi 68.4 dan pada siklus II pertemuan 1 dari 75.6 menigkat menjadi 81.6 dan kentutasan siklus I pertemuan 1 sebesar 48% menjadi 56% pada pertemuan ke dua, siklus II terjadi peningkatan lagi dari 72% menjadi 92% secara klasikal. Kata Kunci: Kalimat Utama, PBL, NHT. PENDAHULUAN Peningkatan penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu tujuan yang sangat diinginkan oleh bangsa Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah dan masyarakat pendidikan telah melakukan berbagai upaya pada berbagai jenjang persekolahan sesuai dengan kurikulum yang diberlakukan secara nasional yang memuat berbagai mata pelajaran seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional pasal 37 yaitu Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, Bahasa Indonesia , ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan/ kejuruan dan muatan lokal.
Paradigma baru pendidikan sekarang ini lebih menekankan pada peserta didik sebagai manusia yang memiliki potensi untuk belajar dan berkembang. Siswa harus aktif dalam pencarian dan pengembangan pengetahuan. Melalui paradigma baru tersebut diharapkan di kelas siswa aktif dalam belajar, aktif berdiskusi, berani menyampaikan gagasan dan menerima gagasan dari orang lain dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Menurut Hidayah dalam (beberapa penyebab kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal Bahasa Indonesia dalam bentuk cerita antara lain, yaitu: kemampuan siswa dalam memaknai bahasa soal masih kurang, siswa belum dapat menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, serta kemampuan siswa dalam menentukan model Bahasa Indonesia yang digunakan dalam penyelesaian soal.
35
Jurnal Langsat Vol. 3 No. 2 Juli-Desember 2016
Berdasarkan hasi tes dan wawancara dengan guru kelas IV menunjukkan rata-rata nilai kelas pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam menyelesaikan soal cerita tentang segitiga dan jajar gnjang masih rendah yaitu 57 dan masih di bawah KKM yaitu 70. Hal ini disebabkan karena soal-soal yang disajikan tidak relevan dan kontekstual, siswa kurang termotivasi karena proses pembelajaran yang disajikan kebayakan masih konvensional. Hal-hal tersebut jika dibiarkan akan mengakibatkan kurangnya ruang siswa untuk mengembangkan idenya dalam melatih kemampuannya memecahkan masalah yang ada pada soal Bahasa Indonesia. Berdasarkan alasan di atas, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk lebih meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal Bahasa Indonesia khususnya soal berbentuk cerita. menggunakan model Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dan Numbered heads Together. Peneliti tertarik mengkombinasikan model tersebut untuk menyelesaikan soal-soal Bahasa Indonesia khususnya soal berbentuk cerita karena model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari mata pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikit tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah (Kunandar, 2010:354). Sedangkan Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu tipe dari model permbelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Spencer Kagen dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Jadi model Pebelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) yang menekankan pada masalah nyata di kehidupan anak sangat pas jika dikombinasikan dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) yang menekankan pada pola interaksi siswa dalam belajar sehingga anak menjadi ebih aktif dalam menyelesaikan soal cerita. Tujuan penelitian adalah (1) Meningkatkan aktivitas guru pada Materi Menemukan Kalimat Utama Melalui Membaca Intensif di SD Negeri 2 Wayau menggunakan Model pembelajaran
36
Problem Based Learning dan Numbered Heads Together; (2) Meningkatkan aktivitas siswa pada Materi Menemukan Kalimat Utama Melalui Membaca Intensif di SD Negeri 2 Wayau menggunakan Model pembelajaran Problem Based Learning dan Numbered Heads Together; (3) Meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan segitiga dan jajar genjang di SD Negeri 2 Wayau menggunakan Model pembelajaran Problem Based Learning dan Numbered Heads Together Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut (1) Bagi Siswa. Menyediakan sarana untuk mempermudah memahami soal cerita dalam pelajaran Bahasa Indonesia; (2) Bagi Guru. Bahan informasi ilmiah tentang model pembelajaran baru untuk meningkatkan hasil pembelajaran siswa; (3) Bagi Kepala Sekolah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada kepala Sekolah untuk melakukan Inovasi pembelajaran di sekolah. TINJAUAN PUSTAKA Belajar dan Pembelajaran Belajar menurut pandangan beberapa ahli seperti Gagne menyatakan bahwa belajar adalah disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi itu bukan diperoleh secara langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah (Suprijono, 2011:2). Thorndike mengemukakan bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu yang dapat diamati, atau tidak kongkrit yaitu yang tidak dapat diamati (Budingsih, 2005:21). Vygotsky mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan suatu perkembangan pengertian. Ia membedakan adanya dua pengertian yang spontan dan yang ilmiah. Pengertian spontan adalah pengertian yang didap./at melalui pengalaman anak sehari-hari. Pengerian yang didapatkan dan pengalaman anak sehari-hari. Pengertian ilmiah adalah pengertian yang didapat dari ruang kelas atau yang diperoleh dan peljaran di sekolah (Isjoni, 2010: 39). Menurut Gagne, Briggs, dan wagner pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa (Winataputra, 2008:1.19). Menurut Uundang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
Jurnal Langsat Vol. 3 No. 2 Juli-Desember 2016
pada suatu lingkingan belajar (Winataputra, 2008: 1.20). Hasil Belajar Hasil Belajar adalah poal-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne dalam hasil belajar berupa (1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis; (2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang; (3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan pengarahan aktivitas kognitif sendiri; (4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani; (5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Menurut bloom, hasil belajar mencangkup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor (Suprijono, 2011: 5-6). Numbered Heds Together (NHT) dan Problem Based Learning Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran bersama adalah merupakan jenis permbelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan alternative terhadap struktur kelas tradisional (Trianto, 2009 : 82). Tipe ini dikembangkan oleh Spencer Kagen. Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja mereka satu sama mereka. Teknik ini juga digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik (Depdiknas, 2005:22). Tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu (1) Hasil belajar akademik stuktural. Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugastugas akademik; (2) Pengakuan adanya keragaman. Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang; (3) Pengembangan keterampilan sosial. Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Adapun langkah-langkah pemecahan masalah dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) yang akan
dilakukan yaitu (1) Penomoran (Numbering). Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor antara 1 sampai lima; (2) Pengajuan Pertanyaan (Questioning). Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang memang sedang dipelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifatumum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula; (3) Berpikir Bersama (Head Together). Siswa menyatukan “kepalanya” untuk menemukan jawabannya dan memastikan semua orang tahu jawabannya; dan (4) Pemberian Jawaban (Answering). Guru memanggil salah satu nomor dan siswa dari masing-masing kelompok yang memiliki nomor itu mengangkat tangannya dan memberikan jawabannya kepada seluruh kelas (Arends, 2008: 16). Manfaat pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap siswa yang hasil belajarnya rendah yang dikemukakan oleh Lundgren antara lain adalah rasa harga diri menjadi lebih tinggi, memperbaiki kehadiran, penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar, perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, konflik antar pribadi berkurang, pemahaman yang lebih mendalam, meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi, dan hasil belajar lebih tinggi (Amri dan Ahmadi, 2010:177). Model Problem Based Learning (PBL)/ Pembelajaran Berbasis Masalah. Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari mata pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikit tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah (Kunandar, 2010:354). Menurut Ward dan Stepien PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahaptahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah (Hajriana, 2011). Ciri-ciri utama pembelajaran berdasarkan masalah (PBL) dalam buku materi pelatihan terintegrasi Bahasa Indonesia meliputi suatu
37
Jurnal Langsat Vol. 3 No. 2 Juli-Desember 2016
pengajuan, memusatkan pada pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama, dan menghasilkan karya dan peragaan (Depdiknas, 2005:28). Tujuan dari penelitian berbasis masalah (PBL) adalah sebagai berikut: (1) Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah (2) Belajar peranan orang dewasa yang autentik (3) Menjadi pembelajar yang mandiri (Trianto, 2010:94). Adapun sintak problem based learning (PBL) menurut Arends (2008:57) dapat diuraikan dalam tabel berikut. Tabel 1. Fase Problem Based Learning Fase
Perilaku Guru Guru membahas tujuan perlajaran, mendeskripsikan berbagai kebutuhan longistik penting, dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah. Fase 2: Guru membantu siswa untuk Mengorganisasik mendefinisikan dan mengorganisasikan an siswa untuk tugas-tugas belajar yang terkait dengan meneliti permasalahannya. Fase 3 : Membantu Guru mendorong siswa untuk investigasi mendapatkaninformasi yang tepat, mandiri dan melaksanakan eksperimen, dan mencari kelompok penjelasan dan solusi Guru membantu siswa dalam Fase 4 : Mengembangkan merencanakan dan menyiapakan artefakdan artefak yang tepat seperti laporan, rekaman mempresentasika video, dan model-model, dan membantu n artefak dan mereka untuk menyampaikan kepada exhibit orang lain. Fase 5 : Menganalisis Guru membantu siswa untuk melakukan dan refleksi terhadap investigasinya dan mengevaluasi proses-proses yang digunakan. proses mengatasi masalah Fase 1 : Memberikan orientasi tentang permasalahanya kepada siswa
Adapun fase-fase model pembelajaran Problem Based Learning dan Numbered Heads Together adalah Fase 1: Memberikan orientasi tentang permasalahanya kepada siswa (PBL). pada tahap ini guru mengajukan masalah untuk memotivasi siswa; Fase 2: Mengorganisasikan siswa untuk meneliti dengan membentuk kelompok dan penomoran (PBL dan NHT). Pada tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan setiap anggota kelompok mendapatkan nomor yang berbeda; Fase 3: mengajukan pertanyaan (NHT). pada tahap ini guru membagikan lembar kerja kelompok; Fase 4 : Membantu investigasi mandiri dan kelompok atau tahap berpikir bersama (PBL dan NHT). Pada tahap ini siswa berdiskusi untuk menyelesaikan masalah yang diajukan; Fase 5: Mengembangkan dan mempresentasikan atau pemberian jawaban (PBL dan NHT); Fase 6: Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah (PBL). METODOLOGI Pendekatan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, sedang jenis penelitiannya tergolong penelitian tindakan
38
(Action Research) berupa penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Secara garis besar empat tahapan yang lazim dilalui dalam sebuah Penelitian Tindakan Kelas, yaitu tahap: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 2 Wayau. Kelas yang menjadi obyek penelitian adalah kelas IV semester ganjil pada tahun pelajaran 2015/2016. Jumlah siswa di kelas IV secara keseluruhan adalah 25 orang, terdiri dari 13 orang siswa lakilaki dan 12 orang siswa perempuan. Faktor-faktor yang menjadi konsentrasi yaitu faktor aktivitas guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa. Penelitian tindakan kelas ini berhasil Keberhasilan tindakan kelas ini adalah apabila ditemukan aktivitas guru mencapai kriteria baik ataupun sangat baik, aktivitas siswa dalam pembelajaran pada kriteria aktif dan sangat aktif mencapai ≥80%, pada kriteria aktif dan sangat aktif serta hasil belajar siswa telah memenuhi indikator keberhasilan yakni mencapai ketuntasan belajar secara individual dengan nilai ≥70, serta dapat mencapai ketuntasan belajar secara klasikal minimal sebesar 80% siswa yang tuntas secara Individual. Sumber data penelitian tindakan kelas ini adalah personil penelitian yang terdiri dari guru dan siswa SD Negeri 2 Wayau kelas IV tahun pelajaran 2015/2016. Jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif yaitu nilai hasil LKK, kuis, postes dan data kualitatif yaitu observasi guru dalam pengelolaan pembelajaran dan observasi aktivitas siswa dalam proses belajar. Data dari hasil belajar siswa diambil dengan memberikan evaluasi kuis hasil diskusi kepada siswa setiap tatap muka. Data aktivitas siswa dan guru diambil melalui observasi kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan lembar observasi. Data hasil belajar diperoleh dari nilai tes siswa pada setiap akhir pertemuan dan akhir siklus. Analisis data merupakan cara yang paling menentukan untuk menyusun dan mengolah data yang terkumpul, sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Terjadinya peningkatan aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran yakni dari siklus I pertemuan 1 meperoleh skor 65 dan pertemuan 2 memperoleh sekor 69 dan dalam kreteria Baik pada siklus II pertemuan 1 memperoleh skor 71 dan pada pertemuan ke 4 memperoleh skor 79 dan dalam kreteria sangat baik. Guru selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT agar dapat
Jurnal Langsat Vol. 3 No. 2 Juli-Desember 2016
meningkatkan aktivitas siswa baik dalam kegiatan pembelajaran secara keseluruhan maupun aktivitas siswa dalam kelompok, serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Karena keberhasilan guru dalam kegiatan pembelajaran akan menunjang keberhasilan siswa dalam belajar. Hal ini didukung oleh pendapat Abin Syamsuddin bahwa efektivitas dan efisien belajar individu di sekolah sangat bergantung kepada peran guru. Aktivitas siswa dari pertemuan pertama sampai pertemuan keempat terjadi peningkatan. Dimana pada pertemuan pertama memperoleh sekore 66% siswa yang berada pada kualifikasi cukup aktif, namun pada pertemuan selanjutnya berkurang dan memperoleh sekor 68% namun masih dalam kreteria Cukup Aktif. Sedangkan siklus I yakni pertemuan pertama aktivitas siswa memperoleh skor 77%, dalam kreteria aktif dan pada pertemuan ke empat skor aktivitaas siswa memperoleh 86% berada dalam kreteria sangat aktif. Setiap pertemuan mengalami peningkatan aktivitas siswa dan mencapai indikator yang ditetapkan pada pertemuan terakhir. Berdasarkan hasil observasi siswa tersebut baik dari aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran secara keseluruhan maupun mengalami peningkatan. Hal ini berarti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Numbered Heasd Together dan Problem Based Learning dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Terjadi peningkatan hasil belajar dari siklus I pertemuan 1 dari 63.6 menjadi 68.4 dan pada siklus II pertemuan 1 dari 75.6 menigkat menjadi 81.6. Ketuntasan belajar secara klasikal mengalami peningkatan dari siklus I pertemuan 1 sebesar 48% menjadi 56% pada pertemuan ke dua, siklus II terjadi peningkatan lagi dari 72% menjadi 92% secara klasikal. Berdasarkan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II data disimpilkan bahwa mengalami peningkatan hasil belajar. Peningkatan hasil belajar tersebut dikarenakan guru telah menggunakan pendekatan dan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik siswa SD. Dimana dalam kegiatan pembelajaran guru menggunakan model Problem Based Learning dan Numbered Heasd Together Siswa belajar dalam kelompok, dapat belajar dari teman dalam sekelompoknya, sehingga siswa tidak malu bila dibandingkan dengan guru. Siswa juga diberikan kebebasan dalam mengemukakan ide dan gagasan yang kreatif. Siswa dapat bertanya dan menjawab pertanyaan memecahkan masalah dan sebagainya. Selain itu juga siswa menjadi tidak tertekan dalam kegiatan pembelajaran. Karena pada dasarnya siswa usia
SD memang senang belajar dengan teman kelompoknya. Atas dasar hasil penelitian tes akhir secara keseluruhan inilah peneliti mengakhiri penelitian tindakan kelas di kelas IV SDN 2 wayau, Kecamatan Tanjung dengan kesimpulan apabila digunakan Pembelajaran kooperatif Tipe NHT maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 2 Wayau. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan (1) Dengan menggunakan model Problem Based Learning dan Numbered Heasd Together pada siswa kelas IV SDN 2 Wayau aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran meningkat dengan kriteria sangat baik; (2) Dengan menggunakan model Problem Based Learning dan Numbered Heasd Together aktivitas siswa dalam kreteria sangat aktif; dan (3) Dengan menggunakan model Problem Based Learning dan Numbered Heasd Together hasil belajar menigkat terjadi ketuntasan secara klasikal. Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, maka tindak lanjut yang disarankan untuk refleksi berikutnya adalah (1) Kepada guru hendaknya dapat menggunakan model pembelajaran yang lebih bervariasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dalam pembelajaran matematika, sehingga model Problem Based Learning dan Numbered Heasd Together dapat dijadikan salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa dan menumbuhkan minat serta membangkitkan motivasi siswa agar lebih aktif belajar; (2) Kepada pengawas disarankan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan kepala sekolah dalam membina guru agar kegiatan pembelajaran lebih bervariasi terutama dalam pembelajaran matematika; (3) Kepada kepala sekolah diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi solusi guru-guru untuk memilih model pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran matematika agar lebih mengaktifkan siswa; (4) Kepada peneliti disarankan agar dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebaik-baiknya sehingga hasil temuan yang diperoleh dapat diterapkan dan dikembangkan untuk kepentingan pendidikan dalam upaya peningkatan kualitas sekolah dasar di daerah manapun peneliti mengabdi kelak. DAFTAR RUJUKAN Amri, S dkk. (2010). Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Surabaya: PT Prestasi Pustakaraya.
39
Jurnal Langsat Vol. 3 No. 2 Juli-Desember 2016
Arends, R. L. (2008). Lerning To Teach. Terjemahan Prajitno dan Mulyantini Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Budiningsih, A. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Kurikulum KTSP. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Depdiknas. (2005). Sitem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan Hajriana. (2011). Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Herminati, L. N. (2010). Penerapan Strategi Pemecahan Masalah Heuristik II untuk Meningkatkan Belajar Hitung Penjumlahan di Kelas I SD. (Online), (http://karyailmiah.um.ac.id/, diakses 30 Oktober 2014 pukul 08.30 WITA). Isjoni. (2010). Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta. Komalasari, A. (2010). Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Pucangluwuk 02 Kecamatan Bojong Tahun Pelajaran 2008/2009. (Online), (http://www.perpus.upstegal.ac.id. diakses 8 Oktober 2014 pukul 11.00 WITA). Kunandar. (2010). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Kurniawan, M. (2007). Karakteristik dan Kebutuhan Pendidikan Anak Usiasekolah Dasar. (online) http:// nhowitzer.multiply. com/journal/ item/3. Diakses 11 Oktober 2011. Mawarni. (2010). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa kelas VII SMP Negeri 17 Banjarmasin Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) tahun pelajaran
40
2009/2010. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat Mulyasa. (2009). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosda. Muslich, M. (2009). Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara. Sanjaya. (2006). Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Masmedia Buana Pustaka. Satyasa. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Setyawan, R. (2010). Penerapan Pendekatan Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas V SDN Kasihan III Pacitan Pada Pokok Bahasan Pecahan. (Online), (http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/diser tasi/article/view/7374, diakses 29 Oktober 2014 pukul 21.00 WITA). Sudijono. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Sukidin dkk, (2010). IPS Terpadu untuk Sekolah Dasar Kelas V. Jakarta: Erlangga. Supinah & Sutanti, T. (2010). Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Supinah, & Sutanti, T. (2010). Ilmu Pengetahuan Sosial 5 SD/ MI. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Suprijono, A. (2011). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yoyakarta: Pustaka Pelajar. Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Trianto. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Triwahyuningsih. (2009). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan nasional. (http://karya-ilmiah.um.ac.id/index , diakses 29 Oktober 2014 pukul 08.00 WITA) Usman & Setiawati. (2001). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. Winataputra. (2008). Teori Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.