Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017
MENINGKATKAN PEMAHAMAN TENTANG PEMILU PADA MATA PELAJARAN PKn MELALUI MODEL SIMULASI PADA SISWA KELAS VI SDN 1 SEI BULUH KECAMATAN KELUA KABUPATEN TABALONG Hj. Norsehah Sekolah Dasar Negeri 1 Sei Buluh Kelua Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk Meningkatkan pemahaman tentang Pemilu pada siswa kelas VI dengan jumlah 24 anak. Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara, angket hasil obserasi tindakan, dan hasil evaluasi. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Setiap siklus dilakukan berdasar tahapan. (1) Menyusun rencana kegiatan. (2) Melaksanakan Tindakan. (3) Observasi dan (4) analisis yang dilanjutkan dengan refleksi. Hasil analisis menunjukkan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam pembelajaran meningkat. Kata Kunci: Pemahaman, pemilu, simulasi PENDAHULUAN Kualitas pembelajaran pada suatu sekolah dapat dilihat dari segi proses dan segi hasil pembelajaran pada sekolah tersebut (Mulyasa, 2004). Apabila proses dan produknya baik, maka dapat dikatakan bahwa kualitas pembelajaran juga baik. Keberhasilan suatu pembelajaran dapat dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang digunakan guru. Jika pendekatan pembelajarannya menarik dan terpusat pada siswa (student-centered learning) maka motivasi dan perhatian siswa akan terbangkitkan sehingga akan terjadi peningkatan interaksi siswa dengan siswa dan siswa dengan guru sehingga kualitas pembelajaran dapat meningkat. Berdasarkan pengamatan, sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan, bahwa pengetahuan sebagi perangkat fakta-fakta yang harus dihapal. Kelas masih terfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan,ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Sering dijumpai guru terbiasa melaksanakan kegiatan pembelajarannnya dengan metode konvensional dimana siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.Siswa cenderung pasif dan hanya sebagai pendengar ceramah guru tanpa diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya. Proses belajar mengajar terkesan kaku, kurang fleksibel dan guru cenderung kurang demokratis. Siswa ibarat kertas putih bersih yang siap diisi dengan ilmu pengetahuan. Pencapaian dan keberhasilan pendidikan berdasarkan hasil akhir pembelajaran dengan mengabaikan proses. Hasil wawancara tidak terstruktur terhadap siswa, mereka mengatakan bahwa selama ini metode yang lebih sering digunakan dalam pembelajaran adalah metode ceramah sedangkan siswa lebih banyak berperan sebagai pendengar dan pencatat. Siswa juga mengharapkan suasana
kelas yang mendukung proses pembelajaran yaitu tercipta suasana yang tidak membosankan, rileks, serta siswa dapat berperan aktif. Penggunaan metode pembelajaran seharusnya bervariasi agar siswa tidak merasa jenuh. Pendidikan Nasional adalah usaha secara sadar atau terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kebiasaan, kecerdasan, dan ketrampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (pasal 1 UU No. 20 tahun 2003). Pendidikan ditujukan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia melalui upaya peningkatan kualitas pendidikan pada semuajenjang pendidikan yang memungkinkan warganya mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya (UU No. 20 tahun 2003). Mata pelajaran PKn perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dam kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompotirtif (Dinas Pendidikan Prop. Kalsel, 2006:91). Dalam setiap kesempatan pembelajaran PKn hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontektual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep PKn. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan
89
Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017
teknologi informasi dan komunikasi seperti computer, alat peraga atau media lainnya. Gagne, dalam buku The Conditions of Learning (1977) menyatakan bahwa : “ Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi “ (Gagne, 1977) Untuk mencapai tujuan tersebut iklim belajar mengajar di sekolah dasar perlu dibenahi.Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pembelajaran masih bersifat eksposisi yakni model pembelajaran yang berpusat pada guru, sedangkan keberadaan siswa sebagai anak yang aktif dan kreatif masih kurang diperhatikan. Karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas. Karena selama ini siswa kelas VI kurang bersemangat pada pembelajaran PKn. Hal ini disebabkan oleh seringnya metode ceramah yang ditampilkan. Oleh sebeb itu penulis mencoba menggunakan model Talking Stick untuk membangkitkan semangat siswa pada pembelajaran PKn (Gagne, 1977). Bergulirnya reformasi terwujudnya masyarakat madani, bersamaan pula dengan datangnya badai krisis dalam berbagai bidang kehidupan, yang sudah hampir tujuh tahun belum menunjukkan tanda – tanda pemulihan. Padahal dalam segi teknologi bangsa Indonesia sedang memasuki sektor industrri, bahkan para pakar kajian masa depan menunjukkan bahwa Indonesia harus menghadapi revolusi industri dan revolusi informasi secara bersamaan. Ini berarti selain harus menyelesaikan krisis yang sedang dihadapi serta ketinggalan di bidang ilmu dan teknologi yang merupakan tumpuan industri, Indonesia harus secara sadar berpikir dan bertindak sesuai dengan tuntutan abad informasi, bahkan harus berusaha memberikan urunan dalam mengarahkan perkembangan masyarakat abab informasi, sesuai dengan cita – cita reformasi (Hamalik, 2001), Penataan SDM tersebut perlu diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan melalui sistem pendidikan yang berkualitas, baik pada jalur pendidikan formal, nonformal, maupunn informal, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Pentingnya pengembangan sistem pendidikan yang berkualitas perlu lebih ditekankan, karena berbagai indikator menunjukkan bahwa pendidikan yang ada belum mampu menghasilkan SDM sesuai dengan perkembangan masyarakat, dan kebutuhan pembangunan; meskipun kondisi yang ada sekarang bukan sepenuhnya kesalahan pendidikan (Hamalik, 2001).
90
Pembelajaran merupakan kegiatan utama sekolah, yang dalam pelaksanaannya sekolah diberi kebebasan memilih strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang paling efektif, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, peserta didik, guru, serta kondisi nyata sumberdaya yang tersedia dan siap di dayagunakan di sekolah. Pemilihan dan pengembangan strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaranhakekatnya berpusat pada peserta didik (student centered), agar dapat melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam pembelajaran.Pembelajaran harus menekankan pada praktek, dengan pendayagunaan masyarakat dan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Yang menjadi persoalan pokok dalam proses pembelajaran ialah bagaimana memilih dan menggunakan strategi belajar mengajar. Strategi belajar mengajar merupakan alat interaksi di dalam proses belajar mengajar. Strategi belajar mengajar yang di gunakan harus menimbulkan aktivitas belajar yang baik, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan siswa aktif adalah metode pembelajaran kooperatif. Pada dasarnya masing– masing siswa memiliki derajat potensi, latar belakang historis, serta harapan masa depan yang berbeda–beda. Karena adanya perbedaan maka dapat saling silih asah.Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang silih salah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama manusia. Guru sebagai tenaga professional di bidang pendidikan, disamping memahami hal–hal yang bersifat filosofis dan konseptual, juga harus mengetahui dan melaksanakan hal–hal yang bersifat teknis. Hal hal yang bersifat teknis ini, terutama kegiatan mengelola dan melaksanakan belajar mengajar Dalam proses pembelajaran sering kita jumpai kegagalan–kegagalan, hal ini karena lemahnya system komunikasi. Komunikasi pembelajaran yang penulis maksudkan disini adalah hubungan atau interaksi antara pendidik dengan siswa pada saat proses belajar mengajar, atau dengan istilah lain yaitu hubungan aktif antara pendidik dengan siswa. Dalam proses pembelajaran di sekolah berbagai pendekatan yang digunakan oleh guru dalam mendidik para pelajar. Adakalanya guru bagaikan seorang bos atau raja yang hanya mengarah dan memerintah pelajar menurut kehendaknya. Ada juga guru mengajak para pelajar bersama–sama menyelesaikan topik yang dibincangkan. Namun kesemua kaedah itu berguna dan bermanfaat sesuai dengan
Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017
keadaan.Sesungguhnya guru yang ditakuti tidak berhasil dalam menjalankan komunikasi efektif, karena pelajar merasakan terdapat jurang dalam menyatakan pendapat.Tanpa komunikasi yang baik, hasil yang di dapat juga tidak memuaskan. Tujuan sejati dari pendidikan seharusnya adalah pertumbuhan dan perkembangan diri peserta didik secara utuh sehingga mereka menjadi pribadi dewasa yang matang dan mapan, mampu menghadapi berbagai masalah dan konflik dalam kehidupan sehari–hari. Mendidik tidak sekedar mentransfer ilmu pengetahuan, melatih ketrampilan verbal kepada peserta didik, namun merupakan bantuan agar peserta didik dapat menumbuhkan kembangkan dirinya secara optimal. Tujuan pembelajaran pada dasarnya merupakan kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa setelah memperoleh pengalaman belajar. Kemampuan tersebut mencakup aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan ketrampilan (psikomotor). Penguasaan kemampuan tersebut tidak lain adalah hasil belajar yang diinginkan (intended learning outcome).Oleh sebab itu, dalam mengajar pendidik harus bisa memilih model mengajar yang cocok untuk masing-masing materi pembelajaran, tentunya harus menyesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Dengan memilih model mengajar yang tepat untuk suatu materi mata pelajaran tertentu, hal itu akan membawa hasil yang cerah baik dan bahkan, suasana kelas akan terasa cerah dan hidup sehingga siswa akan mudah menerima dan memahami materi yang sedang dipelajarinya (Hamalik, 2002). Pembelajaran dikelas tidak akan terjadi dengan baik jika salah satu dari tiga hal tidak ada. Ketiga hal tersebut, yaitu pendidik (pemberi pesan), pesan atau informasi, dan siswa (penerima pesan).Dalam menerapkan model pembelajaran, seorang pendidik agar dapat mencapai interaksi belajar mengajar, sudah tentu perlu adanya komunikasi yang baik antara pendidik dan peserta didik sehingga terpadunya dua kegiatan, yaitu kegiatan mendidik (usaha pendidik) dan kegiatan belajar (tugas siswa) yang berdaya guna dalam mencapai tujuan pembelajaran.Hal tersebut dapat dicapai apabila dalam aktivitas belajar mengajar, guru senantiasa memanfaatkan teknologi pembelajaran yang mengacu pada metode pengajaran dalam penyampaian materi dan mudah diserap peserta didik atau siswa (Hamalik, 2002). Mata pelajaran PKn bagi siswa Kelas VISDN 1 Sei Buluh, Kecamatan Kelua Kabupaten Tabalong, masih dirasa sukar khususnya penguasaan para siswa tentang perjuangan melawan penjajah. Sementara siswa dituntut untuk
menguasai PKn, namun penguasaan meteri pelajaran masih belum seimbang dengan nilai yang dicapai. Kenyataan ini terlihat berdasartkan pengamatan penulis dari hasuil belajar tentang perjuangan melawan penjajah, siswa Kelas VI SDN 1 Sei Buluh, Kecamatan Kelua kabupaten Tabalong masih rendah. Gambaran ini diperoleh dari nilai evaluasi tentang materi Pemilu siswa Kelas VIpada bulan Desember2015, dari siswa Kelas VISDN 1 Sei Buluh, Kecamatan Kelua Kabupaten Tabalong, sebanyak 24 orang siswa, dengan kriteri ketuntasan minimal (KKM) 70, Nilai yang diperoleh sebagai berikut: a. Siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 2 orang b. Siswa yang mendapat nilai 70 sebanyak 6 orang. c Siswa yang mendapat nilai 60 sebanyak 5 orang. d. Siswa yang mendapat nilai 50sebanyak 11orang. Ini menunjukkan masih dominan terjadi kesalahan pada siswa dalam evaluasi tentang materi pemilu. Kesulitan belajar ini oleh Soleh (2000:39) dinyatakan karena siswa tidak menangkap konsep dengan benar, siswa belum sampai ke proses abstraksi, masih dalam dunia kongrit hingga pada saat memindahkan konsep abstrak tentang perjuangan melawan penjajah ke dalam konsep kongrit menjadi gagal. Berdasarkan pengalaman mengajar di kelas tersebut, rendahnya kemampuan para siswa tentang perjuangan melawan penjajah, karena a) pelajaran PKn dianggap pelajaran yang sulit, sehingga kurang tertarik untuk mempelajarinya dan b) kurangnya kesadaran siswa bahwa belajar PKn tidak seperti mata pelajaran yang hanya sekedar dibaca saja tetapi juga perlu dihafal dan dipahamil, tetapi belajar PKndengan cara berdiskusi bersama kelompok dalam mengerjakan soal atau latihan (Soleh, 2000:39). Bertolak dari latar belakang tersebut di atas, penulis mencoba dalam proses pembelajaran PKn para siswa tentang materi Pemilu melalui Model Simulasi. Siswa diberi kesempatan untuk mengerjakan tugas mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan terhadap suatu masalah bersama kelompok yang difasilitasi oleh guru agar lebih mudah memahami dan menguasai materi tentang materi Pemilu. Sehingga akan tumbuh kesadaran, bahwa belajarPKndengan menggunakan melalui Model Simulasikan lebih menyenangkan dan lebih mudah. Berdasarkan uarain di atas perlu dikembangkan suatu metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi materi yang akan disampaikan dan cara berfikir peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan suasana
91
Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017
belajar yang menyenangkan melalui model Simulasi. Dalam pembelajaran ini siswa diharapkan: 1. Terlatih menerima setiap perbedaan individu dengan mendengarkan pendapat-pendapat orang lain. 2. Siswa termotivasi untuk belajar secara baik, siap dengan pekerjaannya dan dapat meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah. 3. Meningkatkan setiap toleransi. Berdasar inilah penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang berhubungan dengan pembelajaran Pknpada pokok bahasan Pemilu, dengan menggunakan melalui model Simulasiuntuk meningkatkan kemampuan dan penguasaan siswa Kelas VI SDN 1 Sei Buluh, Kecamatan KeluaKabupaten Tabalong, yang selama ini kemampuannya masih rendah. Rumusan Masalah Merujuk pada uraian latar belakang di atas, dapat dikaji ada beberapa permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan model Simulasitentang materi Pemilu? 2. Apakah dengan model Simulasi dapat meningkatkan aktivitas siswa Kelas VI SDN 1 Sei Buluhdalam kegiatan pembelajaran pokok bahasan Pemilu ? 3. Apakah modelsimulasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas VI SDN 1 Sei Buluh pokok bahasan Pemilu? Tujuan Penelitian Berdasar atas perumusan masalaah di atas, maka tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan model Simulasi tentang materi Pemilu. 2. Ingin mengetahui aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pada pokok bahasan materi Pemilumelalui model Simulasi. 3. Ingin mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran pada pokok bahasan materi Pemilu setelah diterapkannya model Simulasi. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi beberapa manfaat. 1. Bagi Siswa adal (a) Peserta didik yang mengalami kesulitan dalam pemahaman materi akan Peserta didik yang mengalami kesulitan dalam pemahaman materi akan terkurangi bebannya dengan menggunakan model Simulasi tentang materi Pemilu, (b)
92
Meningkatkan pencurahan waktu dan tugas, (c) Peserta didik merasa senang karena dilibatkan dalam proses pembelajaran, (d) Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah, kemampuan bekerja sama, dan berkomunikasi. 2. Bagi Guru adalah (a) Mendapat pengalaman langsung dalam pelaksanaan pembelajaran khususnya pada penyelesaian masalah tentang pemilu. dengan menggunakan model Simulasi sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan profesionalisme guru, (b) Sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan untuk memilih strategi pembelajaran yang bervariasi yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran sehingga memberikan layanan yang terbaik bagi peserta didik, (c) Mendokumentasikan kemajuan peserta didik selama kurun waktu tertentu, (d) Mengetahui bagian-bagian pengajaran yang perlu diperbaiki, (e) Guru dapat semakin menciptakan suasana lingkungan kelas yang saling menghargai nilainilai ilmiah dan termotivasi untuk mengadakan penelitian sederhana yang bermanfaat bagi perbaikan dalam proses pembelajaran dan meningkatkan kemampuan guru mata pelajaran. 3. Bagi Sekolah adalah Memberikan sumbangan pemikiran bagi sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan muta proses pembelajaran PKn . TINJAUAN PUSTAKA Definisi Pembelajaran Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingka laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Jadi pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain. Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu (Slameto. 2003). Pengertian Belajar Belajar, perkembangan, dan pendidikan merupakan suatu hal yang menarik untuk
Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017
dipelajari. Ketiga gejala tersebut terkait dengan proses pembelajaran. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan linkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidup. Hampir semua ahli telah merumuskan dan membuat tafsiran tentang "belajar" diantaranya, yaitu: Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dengan berbagai bentuk, seperti dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan dan kemampuan, daya kreasi, daya penerimaan, dan lain-lain yang ada atau terjadi pada individu tersebut (Slameto, 2003). Menurut Benyamin Bloom (2004) belajar adalah perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif (yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi), ranah afektif (yaitu penerimaan, reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi) serta ranah psikomotorik (yaitu gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual atau ketepatan, gerakan-gerakan skill dan gerakan ekspresif dan interpretative (Bloom, 2004) Menurut Skinner dalam Slameto (2003) belajar adalah suatu perilaku di mana pada saat orang belajar responnya menjadi lebih baik.Dari beberapa definisi tentang belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadinya perubahan dalam diri seseorang baik itu mengenai pengetahuan atau sikap yang mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.Belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, misal membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya (Slameto, (2003). Prinsip-prinsip Belajar Menurut Slameto (2003) seseorang akan dikatakan telah mengalami proses belajar apabila memenuhi prinsip-prinsip belajar sebagai berikut: 1) Perhatian dan motivasi Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. Di samping perhatian, motivasi juga mempunyai peran yang penting, di mana motivasi tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang (Slameto (2003). 2) Keaktifan Kecenderungan psikologis dewasa ini menganggap anak adalah makhluk yang aktif.Suatu kegiatan belajar hanya mungkin terjadi
apabila seorang anak aktif mengalaminya sendiri. Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. 3) Keterlibatan langsung (pengalaman) Kegiatan belajar harus dilakukan sendiri oleh siswa. Belajar adalah pengalaman dan belajar tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak hanya sekedar mengamati secara langsung tetapi juga harus terlibat dalam perbuatan dan bertanggung jawab pada hasil belajarnya. 4) Pengulangan Prinsip pengulangan merupakan prinsip yang paling tua dan sudah diperkenalkan. Tujuan dari dilakukannya pengulangan adalah agar melatih daya ingat siswa dan untuk membentuk respon yang benar serta membentuk suatu kebiasaan. 5) Tantangan Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar akan membuat siswa bersemangat untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru dan mengandung masalah yang perlu dipecahkan akan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. 6) Balikan dan penguatan Balikan yang diberikan oleh guru kepada siswa bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam suatu hal, tentang kekuatan dan kelemahan siswa.Penguatan berfungsi agar siswa mengulangi perbuatan yang sudah baik. 7) Perbedaan individual Siswa dalam satu kelas tidak boleh kita perlakukan dengan cara yang sama karena masingmasing mempunyai karakteristik dan perbedaan kemampuan sehingga guru harus memperlakukan siswa sesuai kemampuannya. Hasil Belajar Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses) belajar mengajar, dan hasil belajar. Hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Kemampuankemampuan tersebut sesuai dengan aspek-aspek tujuan belajar yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Howard Kingsley dalam Sudjana membagi hasil belajar menjadi tiga macam, yaitu (a) ketrampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan citacita (Slameto (2003). Dimyati dan Mudjiono (2002) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar.Oleh karena itu apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan
93
Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017
konsep.Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh siswa setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran (Slameto, 2003). Konsep Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Mata pelajaran kewarganegaraan (citizenship) adalah mata pelajaran yang ingin membentuk warga negara yang ideal yaitu warga negara yang memiliki keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME, menguasai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai sesuai dengan konsep dan prinsip-prinsip kewarganegaraan. Sehubungan dengan itu, dinyatakan bahwa mata pelajaran kewarganegaraan mencakup tiga dimensi yaitu: a. Dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civics knowledge) yang mencakup bidang politik, hukum dan moral, meliputi pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintah dan non pemerintah, identitas nasional, pemerintah berdasar hukum dan peradilan yang bebas dan tidak memihak, konstitusi, sejarah nasioanal, hak dan kewajiban warga negara, hak asasi manusia, hak sipil dan hak politik; b. Dimensi keterampilan kewarganegaraan (civics skill) yang meliputi keterampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Misalnya dalam mewujudkan masyarakat madani (civil society), keterampilan mempengruhi dan memonitoring jalannya pemerintahan, dan proses pengambilan keputusan politik, keterampilan memecahkan masalah sosial, keterampilan mengadakan koalisi, kerja sama, dan mengelola konflik; 3. dimensi nilai-nilai kewarganegaraan (civics values) yang mencakup kepercayaan diri, komitmen, penguasaan atas nilai-nilai religi, toleransi, kebebasan individual, kebebasan berbicara, keberbasan pers, kebebasan berserikat dan berkumpul dan perlindungan terhadap minoritas (Depdiknas, 2002). c. Kewarganegaraan (citizenship) adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahas, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter sesuai dengan yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Depdiknas, 2002). Mata pelajaran Kewarganegaraan berfungsi sebagai wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan Negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berfikir sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.
94
Tujuan mata pelajaran kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut: a. Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menggapai isu kewarganegaraan; b. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya; dan d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (Depdiknas, 2002). Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a. Persatuan dan Kesatuan Bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonsia, Keterbukaan dan jaminan keadilan b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional c. Hak asasi manusia, meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM d. Kebutuhan warga negara, meliputi: Hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga Negara e. Konstitusi Negara, meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi f. Kekuasaan dan politik, meliputi: Pemerintahan desa dengan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani., Sistem
Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017
pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi g. Pancasila, meliputi: Kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka h. Globalisasi, meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran PKn Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dinyatakan bahwa Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan minimal harus ada dalam Standar Isi (Permen diknas No. 22 Tahun 2006). Model Pembelajaran Simulasi Menurut pusat Bahasa Depdiknas (2005) simulasi adalah suatu metode pelatihan yang memperagakan suatu dalam bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan yang sesungguhnya . Simulasi menggambarkan suatu sistem atau proses dengan peragaan memakai model statistik atau pameran. Sa’ud (2005:129) menyatakan simulasi adalah sebuah replekasi atau visualisasi dari perilaku sebuah sistem, misalnya sebuah perencanaan pendidikan, yang berjalan pada kurun waktu yang tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa simulasi itu adalah sebuah model yang yang berisi seperangkat variabel yang menampilkan ciri utama dari sistem kehidupan yang sebenarnya.Simulasi memungkinkan keputusan-keputusan yang menentukan bagaimana ciri-ciri utama itu bisa dimodifikasi secara nyata. Anitah (2007:522) menyatakan metode simulasi merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompokm. Proses pembelajaran yang mengunakan model simulasi cenderung objeknya bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura. Kegiatan simulasi dapat dilakukan oleh siswa pada kelas tinggi di sekolah dasar. Dalam pembelajaran yang menggunakan metode simulasi, siswa dibina kemampuannya berkaitan dengan ketrampilan berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelompok. Disamping itu, dalam model simulasi siswa diajak untuk dapat bermain peran beberapa perilaku yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajajaran.
Model simulasi merupakan salah satu metode mengajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok. Proses pembelajaran yang menggunakan simulasi cenderung objeknya bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura. Kegiatan simulasi dapat dilaklukan oleh siswa pada kelas tinggi di Sekolah Dasar. Dalam pembelajaran siaswa akan dibina kemampuannya berkaitan dengsan ketrampilan berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelompok, Disamping itu, dalam model simulasi dapat diajak untuk bermain peran beberapa perilaku yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tujuan Model simulasi Adapun tujuan model simulasi adalah (1) Melatih ketreampilan tertentu baik berifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari, (2) Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, (3) Melatih memecahkan masalah, (4) Meningkatkan keaktifan belajar, (5) Memberikan motivasi belajar kepada siswa, (6) Melatih siswa untuk mengadakan kerja sama dalam situasi kelompok, (7) Menumbuhkan daya kreatif siswa, dan (8) Melatih siswa untuk mengermbangkan sikap toleransi Jenis Model simulasi Bermain Peran (role playing) Dalam proses pem,belajarannya metode ini mengutamakan pola permainan dalsam bentuk dramatisasi. Dramatisasi dilakukan oleh kelompok siswa dengan mekanisme pelaksanaan yang diarahkan oleh guru untuk melaksanakan kegiatan yang telah ditentukan/direncanakan sebelumnya. Simulasi ini lebih menitik beratkan pada tujuan untuk mengingat atau menciptakan kembali gambaran masa silam yang memungkinkan terjadi pada masa silam yang memungkinkan yang akan terjadi pada masa yang akan datang atau peristiwa yang aktual dan bermakna bagi kehidupan sekarang. Sosio Drama, Simulasi games, Peer Teaching Anitah (2007:5.23) memaparkan tentang karakteristik model simulasi sebagai berikut: • Banyak digunakan pada pembelajaran PKn, Pendidikan Agama, dan Pendidikan Apresiasi, • Pembinaan kemampuan bekerja sama, komunikasi dan interaksi merupakan bagian dari ketrampilan yang akan dihasilkan memalui pembelajaran simulasi. • Metode ini menuntut lebih banyak aktivitas siswa. Sistem Sosial
95
Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017
Karena guru telah memilih aktivitas simulasi dan mengarahkan siswa pada aktivitas yang telah didemonstrasikan tersebut, sistem sosial dalam simulasi tentu saja sangat kental. Namun dalam sistem yang terstruktur ini, lingkungan pembelajaran dengan interaksi kooperatif bisa, dan seharusnya berkembang. Kesuksesan terakhir dalam simulasi , sebenarnya juga ditentukan oleh kerja sama dan kemauan untuk berpartisipasi dalam diri siswa. Dengan bekerja sama, siswa bisa saling sharing ide, saling mengevaluasi dengan teman-temannya, dan tidak hanya bergantung pada evaluasi guru. Sistem sosial semacam ini seharusnya menyenangkan. Peran/Tugas Guru Peran guru tidak jauh berbeda dengan fasilitator. Selama proses simulasi, ia harus menunjukkan sikap yang tidak evaluatif namun tetap sportif. Di sini guru bertugas untuk menyajikan, lalu memfasilitasi pemahaman dan penafsiran tentang aturan-aturan simulasi. Selain itu, untuk dapat membauat aktivitas semenarik mungkin dan mendapat perhatian serta fokus pada isu yang tidak relevan, guru harus langsung menghampiri kelompok yang memenangkan permainan. Sistem Dukungan Ada banyak sumber dalam hal ini. Misalnya saja Sosial Science Education Consortium Data Book yang menyajikan lebih dari lima puluh simulasi yang cocok digunakan dalam studi sosial. Aktivitas-aktivitas simulasi juga direview secara reguler dalam jurnal Social Education. Selain itu, banyak dikembangkan simulasi komputer telah dikembangkan pada tahun-tahun belakangan ini dan sangat mudah dipraktikkan. Pengaruh Model simulasi, melalui aktivitas nyata dan diskusi di awal kegiatan, dapat menuntun pada pencapaian hasil-hasil akademik, seperti konsep dan skill; kerja sama dan persaingan; pemikiran kritis dan pembuatan keputusan; efektivitas; kesadaran terhadap masing-masing peran; dan menerima konsekuensi dari tindakan yang dilakukan. Kerangka Berfikir Hasil dan proses pembelajaran belum selesai dengan apa yang diharapkan. Guru belum melakukan solusi dalam upaya meningkatkan motivasi siswa pada pembelajaran PKn tentang materi Pemiludengan menggunakan model Simulasi. Melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran dengan menggunakan model Simulasi, dapat meningkatkan motivasi belajar
96
siswa pada pembelajaran PKn tentang materi Pemilu Dengan begitu mudah bagi guru untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. METODOLOGI Yang dijadikan subjek dalam penelitian ini peserta didik dalam satu kelas yang semuanya dijadikan subjek yaitu siswa Kelas VI SDN 1 Sei Buluh Kecamatan Kelua Kabupaten Tabalong tahun pelajaran 2014/2015, yang berjumlah sebanyak 24 siswa, terdiri dari anak laki-laki sebanyak 12 orang dan anak perempuan sebanyak 12 orang. Pelaksanaan Penelitian selama 5 (lima) bulan yaitu bulan Januari sampai Mei 2015 Metode tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk pembelajaran yang bersifat reflektif untuk memperbaiki kondisi pembelajaran dan meningkatkan kemantapann rasional dari tindakan melaksanakan tugas dengan proses pengkajian berdaur, yaitu (1) Perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi dan mengevaluasi dan (4) rekfleksi hasil tindakan dari berbagai kegiatan pembelajaran (Arikunto, 2010:16). Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Data penelitian ini dikumpulkan melalui aktivitas guru dan siswaKelas VISDN 1 Sei BuluhKecamatan Kelua Kabupaten Tabalong yang melakukan proses pembelajaran tentang materi Pemilu , dengan model Simulasi, pada semester genap tahun pelajaran 2014/1015. Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum KTSP 2006 yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor minimal 70% atau nilai 70, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 90% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan nilai 90. HASIL DAN PEMBAHASAN Ketuntasan Hasil belajar Siswa Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa model simulasi memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I pertemuan ke 1, siklus I pertemuan ke 2, Siklus II pertemuan ke 1, dan siklus II pertemuan ke 2) yaitu masing-masing 37,50%, 62,50%, 83,33%, dan 95,83%. Pada siklus II pertemuan ke 2 ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017
Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran PKn pada pokok bahasan Pemilu dengan model simulasi yang paling dominan adalah mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas isiwa dapat dikategorikan aktif. Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah belajar dengan model simulasi dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/ menemukan konsep, menjelaskan, memberi umpan balik/ evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pembahasan dan penelitian dapat disimpulkan Pelaksanaan pembelajaran mengalami peningkatan. aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran siklus Ipertemuan ke 1 mencapai 37,50 (Kategori Cukup) siklus I pertemuan ke 2 mencapai 62,50 (kategori cukup baik), siklus ii pertemuan ke 1 mencapai 83,33 (baik) sedangkan pada pengelolaan pembelajaran siklus ii pertemuan ke 2 mencapai 95,83 (kategori baik). Berdasarkan temuan dan kesimpulan di atas, disarankan sebagai berikut. 1. Guru perlu lebih memahami tentang langkahlangkah pembelajaran dengan menggunakan model simulasi, sebelum melaksanakan pembelajaran di kelas, agar pelaksanaan pembelajaran bisa berjalan dengan lancar. 2. Dalam pembelajaran guru perlu memotivasi siswa dan memberikan bimbingan kepada siswa baik secara kelompok maupun individu yang belum memahami apa-apa yang dijelaskan oleh guru.
3. Kepada pihak sekolah hendaknya hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian untuk pembelajaran pada mata pelajaran lain. 4. Dalam membentuk kelompok hendaknya dibentuk dalam bentuk hetrogen. sehingga tingkat kemampuan pada masing-masing kelompok bisa seimbang. DAFTAR RUJUKAN Anitah, S. W. dkk. (2007). Strategi dan Model Pembelajaran. Aswaja Pressindo. Sleman Jogyakarta. Arikunto, S. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara Arikunto. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Tingkat SD. Jakarta: Dirjen Dikdasmen. Dimyati & Mujiono. (2002). Psikologi Anak. Dinas Pendidikan Prop. Kalsel. (2006). Berpikir Sistemati. Banjarmasin Gagne. (1977). The Condition of Learning. Terjemahan. Bandung. Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Hamalik, O. (2002). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Mulyasa. (2004). Metodologi Pembelajaran. Surabaya Permendiknas No. 22 Tahun 2006. Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Slavin, R. E. (2008). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusamedia Soleh, M. (2000). Model-Model Pembelajaran Aktif. Jakarta: PT Bumi Aksara Udin, S. S. (2005). Strategi pembelajaran. PT Bumi Aksara. Jakarta Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. UU No. 20 tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta
97
Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017
98