Fathullah dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):119-128, April 2013
PENGGUNAAN PAKAN FUNGSIONAL DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT LEMAK ABDOMEN DAN KADAR KOLESTEROL DAGING AYAM BROILER (THE USE OF FUNCTIONAL FEED IN RATIONS AGAINST THE WEIGHT OF ABDOMINAL FAT AND CHOLESTEROL LEVELS BROILER CHICKEN MEAT) Fathullah, Ning Iriyanti, dan Ibnu Hari Sulistiyawan Fakultas Peternakan Universsitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengaruh penggunaan pakan fungsional dalam ransum terhadap bobot lemak abdomen dan kadar kolesterol daging ayam broiler yang dipelihara sampai umur 35 hari. Materi yang digunakan adalah ayam broiler umur 1 hari (DOC) strain Multi Breeder 202 Platinum sebanyak 100 ekor. Percobaan dilakukan menggunakan metode eksperimental in vivo dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan terdiri dari 5 macam yaitu R0= pakan fungsional 0%, R1= pakan fungsional 5%, R2= pakan fungsional 10%, R3= pakan fungsional 15%, R4= pakan fungsional 20%. Setiap perlakuan di ulang 4 kali dan setiap ulangan berisi 5 ekor ayam. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa penggunaan pakan fungsional berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap penurunan kadar kolesterol daging dan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap bobot lemak abdomen. Rataan kolesterol daging yaitu R0=181,10±46,91 mg/100g, R1= 93,50±40,96 mg/100g, R2=78,74±29,11 mg/100g, R3=73,82±08,12 mg/100g, R4=78,74±34,92 mg/100g. Uji lanjut Orthogonal Polynomial menunjukan respon kuadrater dengan persamaan garis Y= 0,5568X2-15,624X+173,9 dengan nilai koefisien determinasi (r2)= 60,96%. Kesimpulan ini yaitu penggunaan pakan fungsional sebesar 14% optimal untuk menurunkan kadar kolesterol daging dengan persentase penurunan sebesar 59,24% dan sampai level 20% tidak mempengaruhi persentase lemak abdomen ayam broiler. Kata kunci : Ayam Broiler, pakan fungsional, lemak abdomen dan kolesterol daging ABTRACT This research was aimed to evaluate the effect of the use of functional feed in the ration on abdominal fat weight and cholesterol levels of broiler meat. The chicken were maintained until the age of 35 days. The used materials were 1-day-old Multi Platinum 202 strain broiler chickens (DOC) as many as 100 birds. The experiment was performed using experimental method by in vivo with completely randomized design (CRD). The treatments consisted of 5 kinds of rations. Each treatment was repeated 4 times and each replication contained 5 chickens. R 0= 0% of functional feed, R1= 5% of functional feed, R2= 10% of functional feed, R3= 15% of functional feed, R4= 20% of functional feed. The results of analysis of variance showed that the use of functional feed very significant (P<0.01) affected the cholesterol-lowering effect of meat and did not significantly (P>0.05) affectif the weight of abdominal fat. The mean cholesterol levels of meat were R0= 181.10±46.91 mg/100g, R1= 93.50±40.96 mg/100g, R2= 78.74±29.11 mg/100g, R3= 73.82±08,12 mg/100g, R4=78.74±34.92 mg/100g, respectively. Further trials showed that the test of orthogonal polynomials was quadratic, the line equation was Y= 0.5568X2-15.624X+173.9 with a coefficient of determination (r2)= 60.96%. The conclusion is that the use of functional feed as much as 14% is optimum for lowering the cholesterol percentage meat with a decrease of 59.24% and the level of functional feed up to 20% level does not affect broiler chicken abdominal fat percentages. Keywords: Broiler Chicken, functional feed, abdominal fat and cholesterol level of meat 119
Fathullah dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):119-128, April 2013
PENDAHULUAN Pemeliharaan ayam broiler pada umumnya masih menggunakan obat-obatan, pakan imbuhan (antibiotik dan hormon) untuk mencapai produk yang optimal. Akhir-akhir ini penggunaan antibiotik dibeberapa negara telah dibatasi penggunaannya. Hal ini disebabkan: kemungkinan hadirnya residu antibiotik dalam produk yang dihasilkan akan menjadi racun bagi konsumen dan, dapat menyebabkan mikroorganisme yang ada dalam tubuh manusia maupun ternak (terutama bakteri-bakteri patogen seperti Salmonella, E.coli dan Clostridium perfringens) menjadi resisten terhadap antibiotik tertentu (Daud. 2007). Selain itu ayam broiler memiliki permasalahan lain yaitu, kandungan kolesterol daging dan kandungan lemak abdomen 2,56%, yang tinggi yaitu daging tanpa kulit berkisar antara 133-202 mg/I00g BK, daging utuh adalah 261407 mg/100g BK, lemak abdomen 2,56%, sedangkan kandungan kolesterol daging ayam kampung bagian dada 177,47 mg/100g BK dan bagian paha sebesar 187,95 mg/100g BK (Ismoyowati dan widiyastuti, 2003). Kolesterol erat kaitannya dengan hipertensi dan penyakit jantung koroner. Lemak abdomen adalah lemak yang terdapat di sekeliling ampela, usus, otot daerah perut, bursa fabrisius dan kloaka (Witantra, 2011). Ayam broiler muda umur 6 minggu mengandung 3% lemak abdominal dari total bobot badan. Untuk mengurangi tingginya kandungan kolesterol dan lemak abdomen diupayakan dengan penggunaan pakan yang menghasilkan daging ayam broiler yang aman dan sehat, salah satunya dengan pakan fungsional. Pakan fungsional secara umum dapat didefinisikan sebagai semua pakan yang memiliki efek positif pada kesehatan individu, penampilan fisik maupun keadaan psikis dengan penambahan nilai nutrisinya (Goldberg, 1994). Pakan fungsional untuk ayam diharapkan mampu memperbaiki performa ayam dan memperoleh produk ternak yang aman dikonsumsi dan mampu bersifat menyehatkan. Pakan fungsional merupakan pakan yang terdiri dari omega-3 yang berasal dari minyak ikan lemurudengan kandungan 10%, probiotik Lactobacillus sp 30%, Bacillus sp sebesar 30% dan isolat anti allergen N3 sebesar 30% (Iriyanti, et al., 2010). Iriyanti et al. (2009) melaporkan bahwa ayam broiler yang diberi isolat anti allergen N3 dalam air minum menunjukkan kualitas daging yang lebih baik, dengan penurunan kolesterol daging dari 251,9115 mg/100g menjadi 209,5574 mg/100g setelah lima minggu perlakuan. Penggunaan minyak ikan lemuru (lemak hewani) dalam pakan akan mempengaruhi metabolisme nutrien terutama lemak, karena adanya asam lemak rantai panjang yang terdapat di dalam minyak ikan lemuru yang dapat menurunkan kadar lemak dan kolesterol darah yang berhubungan dengan kolesterol daging. Coetzee dan Hoffman (2002) menyatakan bahwa peningkatan level asam lemak omega-3 pada pakan efektif untuk mereduksi asam lemak jenuh pada karkas dan lemak abdomen ayam broiler. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu kajian mengenai pengaruh pemberian pakan fungsional yang mengandung omega-3 yang berasal dari minyak ikan lemuru, probiotik (Lactobacillus sp dan Bacillus sp) dan isolat anti allergen N3 dalam ransum pakan ayam broiler terhadap bobot lemak abdomen dan kadar kolesterol daging. Tujuan penelitian yaitu mengevaluasi penggunaan pakan fungsional terhadap bobot lemak abdomen dan kadar kolesterol daging ayam broiler. Manfaat penelitian yaitu Sebagai bahan informasi ilmiah tentang persentase lemak abdomen dan kolesterol daging ayam broiler dengan penggunaan pakan fungsional (minyak ikan lemuru, probiotik dan isolat anti allergen N3) serta menghasilkan daging ayam broiler yang memiliki kandungan kolesterol dan lemak abdomen yang rendah.
120
Fathullah dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):119-128, April 2013
METODE Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam broiler umur 1 hari (DOC) strain Multi Breeder 202 Platinum sebanyak 100 ekor yang dipelihara selama 35 hari. Bahan pakan yang digunakan adalah pakan basal yang terdiri dari jagung, dedak, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak kelapa sawit, tepung batu kapur, lisin dan premix. Pakan fungsional yang digunakan terdiri dari minyak ikan lemuru 10%, probiotik Lactobacillus sp 30%, Bacillus sp 30% dan isolat anti allergen N3 30%. Pakan yang digunakan terdiri dari pakan starter (1-21 hari) dan finisher (22-35 hari) susunan ransum berdasarkan isoprotein dan isokalori. Susunan ransum pakan periode starter dan finisher disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Susunan Ransum Pakan Ayam Broiler Starter dan Finisher Starter (%) BAHAN PAKAN R0 R1 R2 R3 R4 R0 Jagung 49,0 49,0 47,0 43,3 40,0 53,0 Bekatul 9.6 5.8 3,6 3,1 2,3 17,2 Bungkil Kedelai 26.8 27,0 27,0 26,5 26,5 20,6 Tepung Ikan 7,0 6.7 6,7 7,0 7,0 5,0 Pakan Fungsional* 0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 0,0 M. Kelapa Sawit 6,0 4,9 4,0 3,5 2,5 2,5 Kapur (CaCO3) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 Lisin 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 Mineral Mix 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,0 Total 100 100 100 100 100 100 Komposisi Nutrien L (%)** 3,8 3,8 4,0 4,3 4,6 4,6 SK(%)** 3,1 3,1 3,3 3,5 3,9 3,7 Ca(%) 0,6 0,9 1,0 1,0 1,0 0,6 Ptotal(%) 0,7 0,7 0,7 0,8 0,8 0,7 Pav(%) 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,3 Lisin(%) 1,0 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 Meth(%) 0,5 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 PK(%)** 21,3 21,2 21,4 21,4 21,6 18,6 ME(kkal/kg)** 3148 3147 3149 3170 3162 2994
Finisher (%) R1 R2 R3 49,1 38,8 35,8 17,2 23,2 22,2 20,3 20,0 19,8 5,0 5,0 5,0 5,0 10,0 15,0 1,8 1,3 0,4 0,5 0,5 0,5 0,2 0,2 0,2 1,0 1,0 1,0 100 100 100
R4 20,0 35,8 16,0 6,1 20,0 0,4 0,5 0,2 1,0 100
5,0 4,1 0,6 0,8 0,4 0,9 0,4 18,6 2999
7,8 6,6 0,6 1,1 0,4 0,9 0,5 18,7 3008
5,9 4,9 0,6 0,9 0,4 0,9 0,5 18,9 2992
6,1 5,2 0,6 0,9 0,4 0,9 0,4 19,9 2994
Keterangan : hasil perhitungan berdasarkan tabel NRC (1994); *) Campuran dari minyak ikan lemuru 10%, probiotik (Lactobacillus sp dan Bacillus sp) masing-masing 30% dan isolat anti allergen 30%; **) Hasil analisis Lab. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak (2012).
Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental in vivo. Peubah yang diamati adalah bobot lemak abdomen (Witantra, 2011) dan kadar kolesterol daging metode Lieberman-Burchard (Astuti, 1997). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan, setiap perlakuan diulang 4 kali dan setiap ulangan terdiri dari 5 ekor ayam. Perlakuan terdiri dari : R0= pakan fungsional 0%, R1= pakan fungsional 5%, R2= pakan fungsional 10%, R3= pakan fungsional 15%, R4= pakan fungsional 20%. Data di analisis dengan menggunakan analisis sidik ragam (analisis variansi). Uji lanjut menggunakan uji orthogonal polinomial (Steel dan Torrie, 1994).
121
Fathullah dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):119-128, April 2013
Pengukuran bobot lemak abdomen dilakukan dengan cara menimbang lemak yang didapat dari lemak yang berada pada sekeliling gizzard dan lapisan yang menempel antara otot abdomen serta usus dan selanjutnya ditimbang. Persentase lemak abdomen diperoleh dengan membandingkan bobot lemak abdomen dengan bobot hidup dikalikan 100. Lemak abdomen (%)
(Witantra, 2011).
Penentuan kadar kolseterol daging dengan metode Liebermen-Burchard (Astuti, 1997) dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 680nm. Kadar kolesterol daging diperoleh dengan nilai absorbansi persamaan garis regresi larutan standar . Kadar kolesterol daging (mg/100 g) =
x faktor pengencer.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Lemak Abdomen Lemak abdomen adalah lemak yang terdapat pada sekeliling gizzard dan lapisan yang menempel antara otot abdomen serta usus. Mahfuzd, dkk (2005) melaporkan, persentase lemak abdomen ayam broiler umur 3-6 minggu sebesar 2,09%. Rataan persentase bobot lemak abdomen tertera apada Tabel 2. Tabel 2. Pengaruh pakan fungsional terhadap lemak abdomen ayam broiler Perlakuan Rataan (%)ns Stándar Deviasi R0 2,38 ± 0,32 R1 1,99 ± 0,53 R2 1,20 ± 0,24 R3 2,02 ± 0,83 R4 1,66 ± 0,68 Keterangan : R0= pakan fungsional 0%, R1= pakan fungsional 5%, R2= pakan fungsional 10%, R3= pakan fungsional 15%, R4= pakan fungsional 20% dan Ns= non signufikan.
Berdasarkan Tabel 2 kandungan lemak abdomen ayam broiler yang diberi pakan fungsional dalam ransum berkisar antara 1,20% sampai 2,02%. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Becker et al. (1979) bahwa persentase lemak abdomen ayam broiler berkisar antara 0,73% sampai 3,78%. Hasil penelitian Pratikno (2011), rata-rata lemak abdomen ayam broiler yang dipelihara selama 6 minggu berkisar antara 2,49% – 2,50% dari bobot badan ayam. Rataan lemak abdomen ayam pedaging yang diberi perlakuan kombinasi probiotik dan prebiotik yaitu 2,56±0,05%-2,22 ±0,19% (Daud. 2007). Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pakan fungsional dalam ransum terhadap persentase lemak abdomen ayam broiler tidak berpengaruh nyata (P>0,05). Hasil ini sesuai dengan penelitian Daud, dkk. (2007), penggunaan probiotik dan prebiotik untuk menurunkan lemak abdomen baik dikombinasikan maupun tidak di kombinasi dalam pemberiannya tidak mampu menurunkan persentase lemak abdomen secara nyata. Rusmana, dkk.
122
Fathullah dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):119-128, April 2013
(2008) melaporkan bahwa pemberian minyak ikan lemuru pada ransum yang tidak disertai pemberian vitamin E tidak dapat menurunkan lemak abdomen secara nyata. Pemberian pakan fungsional tidak berpengaruh nyata terhadap penurunan lemak abdomen, karena ayam broiler yang dipelihara mempunyai umur dan jenis kelamin yang sama yaitu betina dan secara genetik ayam betina memiliki lemak abdomen yang lebih tinggi dibanding ayam jantan. Lesson dan Summers (1980) menyatakan bahwa lemak tubuh ayam broiler jantan dan betina umur sehari adalah 14,6% dan 9,2%, umur 6 minggu menjadi 17,9% (jantan) dan 22,2% (betina), setelah umur 8 minggu mencapai 21,1% (jantan) dan 23,3% (betina) dan lemak abdomen ayam broiler jantan 1,4% - 2,6% dan ayam broiler betina 3,2% - 4,8%. Lebih lanjut Yuniza (2002) menyatakan bahwa lemak abdomen ayam broiler yang dipelihara di daerah tropik adalah 2,85% dari berat hidup umur 6 minggu. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa seiring meningkatnya umur, kandungan lemak tubuh semakin meningkat, dan ayam betina lebih cepat menimbun lemak dibandingkan ayam jantan. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahju (1997), penimbunan lemak tubuh di pengaruhi oleh strain ayam, jenis kelamin, umur, kualitas dan kuantitas ransum, serta faktor lingkungan seperti kandang, musim, temperatur, serta kelembaban. Selain itu, lemak abdomen tidak berpengaruh nyata karena ransum disusun berdasarkan isonergi sehingga ransum memiliki energi yang relatif sama akibatnya ayam mendapatkan energi dari pakan sama. Deaton dan Loft (1985) menyatakan bahwa persentase lemak abdomen itu dipengaruhi oleh umur pemeliharaan dan tingkat energi ransum. dan bobot karkas antar perlakuan relatif sama. Rataan bobot karkas berkisar antara 505,00 g - 586,25 g dan rataan persentase bobot karkas berkisar 66,56% - 70,90%. Leclercq dan Witehead (1988), menyatakan bahwa lemak abdomen dan lemak karkas mempunyai hubungan korelasi positif, yaitu ketika lemak abdomen meningkat maka lemak karkas juga akan meningkat. Pembentukan lemak abdomen pada ayam pedaging merupakan kelebihan energi yang dapat menurunkan bobot karkas yang dapat dikonsumsi (Griffiths dan Summers, 1978). Kadar Kolesterol Daging Hasil analisis laboratorium menunjukan bahwa rataan penggunaan kadar kolesterol daging ayam broiler cenderung mengalami penurunan dari tiap perlakukan. perlakuan R 3 mempunyai kandungan kolesterol daging paling rendah dibanding dengan perlakuan yang lainnya. Rataan kandungan kolesterol daging dari ke-lima perlakuan tertera pada Tabel 3. Tabel 3. Pengaruh pakan terhadap kadar kolesterol daging ayam broiler Perlakuan Rataan (mg/100g) Standar Deviasi R0 181,10 ± 46,91 R1 93,50 ± 40,96 R2 78,74 ± 29,11 R3 73,82 ± 08,12 R4 78,74 ± 34,92
Berdasarkan Tabel 3 kadar kolesterol daging ayam broiler yang diberi pakan fungsional dalam ransum berkisar antara 73.82±8.12 mg/100g sampai 93.50± 40.96 mg/100g. Sedangkan
123
Fathullah dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):119-128, April 2013
yang tidak mendapat perlakuan memiliki kadar kolesterol daging lebih tinggi yaitu sebesar 181.10± 46.91 mg/100g. Hasil ini lebih rendah dari hasil penelitian Al-Najdawi dan Abdullah (2002), yaitu kolesterol daging ayam broiler tanpa kulit berkisar antara 133-202 mg/I00g berdasarkan bobot kering, sedangkan untuk daging utuh adalah 261 - 407 mg/100g BK. Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa pemberian pakan fungsional dalam ransum terhadap penurunan kadar kolesterol daging ayam broiler berpengaruh sangat nyata (P<0,01). Uji lanjut Orthogonal Polynomial perlakuan menunjukan respon kuadrater dengan persamaan garis Y= 0,5568X2-15,624X+ 173,9 dengan nilai koefisien determinasi (r2)= 60,96% dan koefisien korelasi (r)= 0,7473 serta titik minimum berada pada 14,03. Hal ini berarti bahwa penggunaan pakan fungsional yang terbaik untuk menurunkan kolesterol daging sebesar 14%. Hubungan penggunaan pakan fungsional dengan kadar kolesterol disajikan pada grafik 1.
Kadar Kolesterol (mg/100g)
300 y = 0.5568x2 - 15.624x + 173.9 R2 = 60.96%
250 200 150
(14.03)
100 50 0 0
5
10
15
20
25
Pakan Fungsional (%)
Grafik 1. Hubungan level penggunaan pakan fungsional dengan kadar kolesterol daging
Grafik 1 menunjukkan bahwa penggunaan pakan fungsional 0% sampai 15% dapat menurunkan kolesterol daging secara nyata. Peningkatan kolesterol terjadi lagi setelah penggunaan pakan fungsional di atas 15%. Penurunan kolesterol optimal terjadi pada penggunaan pakan fungsional sebesar 14% dengan tinggkat penurunan sebesar 59,24%. Penurunan kolesterol daging terjadi, karena pengaruh pakan fungsional yang terdiri dari minyak ikan lemuru 10%, probiotik Lactobacillus sp dan Bacillus sp masing-masing 30% dan N3 anti allergen 30%. Usman dan Hosono (1999) menyatakan bahwa bakteri probiotik dapat menurunkan kadar kolesterol, kemampuan ini berasal dari zat antikolesterol yang dihasilkan oleh bakteri yang menghambat kerja enzim pembentuk kolesterol, pengurangan kolesterol juga terjadi karena selama pertumbuhan bakteri menyerap sejumlah kolesterol ke dalam selnya. Jika jumlah asam empedu dapat dikurangi maka kolesterol yang ada dalam tubuh akan digunakan untuk mensintesis kolesterol, hingga jumlahnya kembali seperti sebelum direduksi. Semakin banyaknya bakteri yang mampu menggunakan asam empedu maka akan semakin memberikan manfaat yang besar dalam menurunkan kolesterol, karena kolesterol akan digunakan untuk menjaga konsentrasi asam 124
Fathullah dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):119-128, April 2013
empedu agar terdapat dalam jumlah yang konstan. Probiotik mampu mempengaruhi aktivitas enzim bile salt hydrolase (BSH) yang dapat membantu menurunkan kadar kolesterol (Collins, 1999). Selain itu Lactobacillus memiliki kemampuan bertahan terhadap garam empedu, kondisi asam, mampu menghambat bakteri patogen, tahan terhadap antibiotik dan dapat mengikat kolesterol dengan cara menempelkan diri pada epitel dinding saluran pencernaan (Hood dan Zottola, 1998). Reduksi asam empedu merupakan salah satu faktor yang mampu menurunkan kolesterol. Senyawa pembentuk asam empedu adalah kolesterol. Kolesterol tubuh dibuang melalui dua jalur utama yaitu dengan cara mengubah kolesterol menjadi asam empedu dan melalui katabolisme menjadi hormon-hormon steroid maupun pembentukan neutral sterol seperti kolestanon dan coprosterol. Perubahan kolesterol ke asam empedu merupakan perubahan yang bersifat siklis, karena perubahan kolesterol menjadi asam empedu akan diserap kembali oleh hati dan diubah menjadi kolesterol, akibatnya konsentrasi kolesterol dalam tubuh tidak akan berkurang (yulinery dkk, 2006). Seeley et al. (2000) mengatakan bahwa asam empedu bentuk sekunder yang terbentuk berupa asam deoksikolat ataupun litokolat tidak dapat diserap kembali oleh hati. Brook dan Marshall (1996) mengatakan bahwa garam empedu yang tidak diserap akan dikeluarkan bersama feses, sedangkan Muray et al. (1999) mengatakan bahwa asam empedu yang terkonjugasi pada taurin atau glisin, keduanya bercampur dengan getah pankreas dan di dalam ileum asam empedu berikatan dengan garam sodium ataupun potassium, kembali diserap lagi, akhirnya dibawa ke hati. Selama jumlah asam empedu masih terdapat dalam jumlah yang tetap, maka kolesterol yang terdapat di dalam tubuh tidak akan digunakan. Satu-satunya cara mereduksi kolesterol adalah dengan memanfaatkan system homeostatis tubuh. Jumlah kolesterol akan berkurang jika asam empedu dapat dikurangi dari dalam tubuh yaitu dengan memanfaatkan bakteri yang mampu menggunakan asam empedu yang dilepaskan ke dalam illeum. Penggunaan enzim kolesterol reduktase yang dihasilkan dari kultur isolat bakteri asam laktat (BAL) untuk mengurangi jumlah kolesterol yang diserap pada usus hewan tidak akan menurunkan kualitas produk yang dihasilkan, dan tidak menimbulkan efek samping yang berat karena enzim merupakan turunan dari protein dimana dalam suhu yang tinggi akan terdenaturasi. Enzim kolesterol reduktase bercampur dengan sitosol dari BAL, mudah untuk diekstraksi karena larut dalam air. Suripta dan Astuti (2006) bahwa omega-3 dapat menghambat terjadinya biosintesis kolesterol serta menurunkan VLDL-kolesterol dan trigliserida plasma selanjutnya Piliang dan Djojosoebagio (2006) menyatakan bahwa asam lemak omega-3 berperan dalam pengaturan metabolisme kolesterol yang meliputi transport dan ekskresi kolesterol. Efek klinis dari asam lemak omega-3 dalam menurunkan kadar kolesterol diduga disebabkan pengaruhnya terhadap mekanisme produksi lipoprotein transport dalam hati yang disekresikan ke dalam darah. Mucthadi et al., (1993) menyatakan jika kolesterol yang berasal dari makanan sedikit, untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan organ lain maka sintesis kolesterol di dalam hati dan usus akan meningkat. Demikian juga sebaliknya, jika jumlah kolesterol dalam makanan meningkat maka sintesis kolesterol dalam hati dan usus akan menurun. Kolesterol disintesis dari asetil KoA reduktase yang berasal dari karbohidrat, asam amino atau lemak (Montgomery et al., 1993). Biosintesis kolesterol dapat ditekan dengan asam lemak tidak jenuh omega-3 yang mengurangi aktivasi Hidyroksi Memthyl Glutaril asetil KoA reduktase dan piruvatkinase
125
Fathullah dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):119-128, April 2013
(Chasnhidel, 2009). Selanjutnya Ngili (2009) menyatakan bahwa biosintesis kolesterol diregulasi oleh umpan balik (feed back) kolesterol dan trigliserida pakan yang dikonsumsi, bila konsumsi pakan kaya lemak maka kolesterol intrasel menurun dalam hati dengan menurunkan aktivasi HMG KoA reduktase sehingga biosintesis kolesterol ditekan. Sebaliknya, pakan rendah lemak akan menstimulasi biosintesis kolesterol. Pemberian pakan fungsional lebih dari 14% (Gmbar 1) menunjukkan terjadi peningkatan kolesterol. Peningkatan ini terjadi karena kandungan lemak dalam ransum pada R3 sebesar 6,14% dan R4 sebesar 7,79% lebih tinggi dari R0, R1 dan R3 (kandungan lemak dapat dilihat pada tabel 1). Hal ini dikarenakan kadar kolesterol daging sangat dipengaruhi oleh jumlah lemak dalam ransum (Piliang dan Djojosoebagio, 2000). Lemak yang tinggi dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya kenaikan kadar LDL yaitu lipoprotein yang kaya akan kolesterol (Muhajir, 2002). Menurut Mangisah (2003) kandungan lemak yang tinggi pada ayam broiler menimbulkan asumsi bahwa kandungan kolesterolnya juga tinggi. SIMPULAN Penggunaan pakan fungsional sebesar 14% optimal untuk menurunkan kadar kolesterol daging dengan presentase penurunan sebesar 59,24% dan sampai level 20% tidak mempengaruhi persentase lemak abdomen ayam broiler. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Jenderal Soedirman, Dekan Fakultas Peternakan, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) dan Dr. Ir. Ning Iriyanti, MP selaku ketua proyek penelitian skim riset untuk percepatan guru besar Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto yang telah memperoleh dana penelitian ini melalui dana DIPA yang telah mengikutsertakan penulis dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Al-Najdawi, R and B. Abdullah. 2002. Proximate Composition, Selected Minerals, Cholesterol Content and Lipid Oxidation of Mechanically and Handdeboned Chickens from the Jordanian Market . Journal Meat Science. 61, 243- 247. Astuti, R.D. 1997. Pemanfaatan Limbah Kepala Ikan Lemuru (SardinellaLongiceps) Untuk Menaikkan Kandungan Asam Lemak Omega-3 Telur Ayam. UGM. Yogyakarta. Becker W. A, J.V. Spencer,L.W. Minishand dan J.A. Werstate. 1979. Abdominal and Carcas Fat in Five Broiler Strain. Journal Poultry Science. 60: 692-697. Brook, G. D. C. and J. N. Marshall. 1996. Essential Endocrinology. 3rd ed Oxford: Blackwell Science. Chashnidel, H., H. Moravej, A. Towhidi, F. Asadi and S. Zeinodini. 2010. Influence of different levels of n-3 supplemented (fish oil) diet on performance, carcass quality and fat status in broilers. African Journal of Biotechnology, Vol. 9 (5), pp. 687-691. Coetzee, G. J. M and L. C. Hoffman. 2002. Effect of Various Dietary N-3/N-6 Fatty Acid Ratios on the Performance and Body Composition of Broilers. South African. Journal Animal Science. 32 (3): 175-184.
126
Fathullah dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):119-128, April 2013
Collins, G.R. Gibson. 1999. Prebiotic, Probiotic, Andsynbiotic: Approaches For Modulating The Microbialecology Of The Gut. American Journal Clinical Nutrition. 69: 1052S-1057S. Daud, M, Miranda G. Piliangdan I. Putu Kompiang. 2007. Carcass Percentage and Quality of Broilers Given a Ration Containing Probiotics and Prebiotics. JITV 12(3): 167-174. Deaton, J.W. and B.D. Lott. 1985. Age and dietary energy effect on broiler abdominal deposition, Poultry Science. 67: 966 – 967. Goldberg.I. 1994. Functional Food. New York: Chapman & Hall. Griffith, L. L. and J. D. Summers. 1978. Studieson Abdominal Fat With Four Commercial Strain of Male Broiler Chicken. Journal Poultry Science. Hood, S.K. and E.A. Zottola. 1998. Effect of Low pH on the Ability of Lactobacillus Acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal Cells. Journal of Food Science. 53: 1514-1516. Iriyanti, N., B, Rustomo, dan E, A, Rimbawanto, 2009. Fishmeal Quality Improvement Through Antihistamine Producer Bacteria Fermentation. Seminar International (AINI). Fak. Peternakan UNSOED. Iriyanti, N., B, Rustomo dan E.A. Rimbawanto. 2010. Isolasi dan Identifasi Mikroba Rumen Penghasil Antihistamin “Histamine Methyl Transferase”. Majalah Ilmiah Biologi Biosfera, 26 (1). Ismoyowati dan, T. Widiyastuti. 2003. Kandungan Lemak dan Kolesterol Daging Bagian Dada dan Paha Berbagai Unggas Lokal. Journal Animal Production, Vol 5(2), 2003: 79-82. Leclerq, B and C.C. Witehead. 1988. Leanness in Domestic Birds. The Institute Nasional de la Recherche Agronomique. London. Leeson S, Summers JD. 1980. Production and Carcass Characteristic of the Broiler Chicken. Journal Poultry Science. 59:786-798. Mahfudz, L.D., F.L. Maulana, U. Atmomarsono dan T.A. Sarjana. 2005. Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Broiler yang diberi Ampas Bir dalam Ransum. Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan – Semarang, 20 Mei 2009. Mangisah. 2003. Pemanfaatan Kunyit (Curcuma domestika) dan Temulawak (Curcuma xanthiriza) Sebagai Upaya Menurunkan Kadar Kolesterol Daging Ayam Broiler. Research and Development Agency Central Java Propincial. Semarang. Montgomery. 1993. Biokimia Berorientasi pada Kasus Klinis.Jilid 2.Edisi ke-4. Jakarta. Erlangga. Muchtadi, D., N. Sri Palupi dan M. Astawan. 1993. Metabolisme Zat Gizi. Sumber, Fungsi dan Kebutuhan Bagi Tubuh Manusia. Jilid II Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Muhajir. 2002. Turunkan kolesterol ayam kampung dengan lisin. Poultry Indonesia. Edisi September. 68-69. Murray, R.K., D.K. Granner., P.A. Mayes and V.W.R. Well. 1999. Biokimia. Andry Hartono penerjemah: Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC hal 260-262, 270-278, 581. Terjemahan dari: Biokimia. Ngili, Y. 2009. Biokimia Metabolisme dan Bioenergitika. Graha Ilmu. Yogyakarta. Piliang, W.G. dan S. Djojosoebagio. 2006. Fisiologi Nutrisi Volume 1. Edisi ke-3.Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pratikno, H. 2011. Lemak Abdominal Ayam Broiler (Gallus sp.) karena Pengaruh Ekstrak Kunyit
127
Fathullah dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):119-128, April 2013
(Curcuma domestica.). Journal BIOMA. Vol. 13, No. 1. Rusmana, D, Dulatif Natawiharja, Happali. 2008. Pengaruh Pemberian Ransum Mengandung Minyak Ikan Lemuru dan Vitamin E Terhadap Kadar Lemak dan Kolesterol Daging Ayam Broiler. IPB. Bogor. Seeley, R.R., D.S. Trent and T. Philip. 2000. Anatomy and Physiology. 7th ed. New York: Mc Graw-Hill Co. Steel, G.D. dan J.H, Torrie. 1994. Prinsip dan prosedur statistika. Sumantri penerjemah; jakarta: penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari : Principles and Prosedur Of Statistic. Suripta, H. Dan P, Astuti. 2006. Pengaruh Penggunaan Minyak Lemuru dan Minyak Sawit dalam Ransum terhadap Rasio Asam Lemak Omega-3 dan Omega-6 dalam Telur Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica). Jurnal Indonesian Tropic Animal Agriculture. 32(1). Usman and A, Hosono. 1999. Bile Tolerance, Taurocholate Deconjugation and Binding of Cholesterol by Lactobacillus Gasseri Strains. Journal of Diairy Science 82: 243-248. Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Witantra. 2011. Pengaruh Pemberian Lisin dan Metionin Terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal pada AyamPedaging Asal Induk Bibit Mudadan Induk Bibit Tua. Artikel Ilmiah. Universitas Airlangga. Surabaya. Yulinery, T., Eko Yulianto, Novik Nurhidayat. 2006. Uji Fisiologis Probiotik Lactobacillus sp. Mar 8 yang Telah dienkapsulasi dengan Menggunakan Spray Dryer untuk Menurunkan Kolesterol. Biodiversitas Vol. 7, No. 2, April 2006, hal. 118-122. Yuniza A. 2002. Respons Ayam Broiler di Daerah Tropik Terhadap Kelebihan Asupan Energi dalam Upaya Menurunkan Kandungan Lemak Abdominal. Disertasi. Bogor: Program Pascasarjana. IPB.
128