Edy ismail dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 750-758, September 2013
PENAMBAHAN TEPUNG KUNYIT (Curcuma domestica Val) DAN SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees) DALAM PAKANTERHADAP BOBOT HATI, PANKREAS DAN EMPEDU BROILER
THE ADDITION OF TURMERIC (Curcuma domestica Vaal) AND SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees) FLOUR IN RATIONAGAINST THE LIVER WEIGHT, PANCREAS ANDBILE OF BROILER Edy ismail, Sri Suhermiyati, dan Roesdjianto Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto e.mail :
[email protected]., twitter: @edyismail1 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengaruh pemberian kunyit (Curcuma domestica Val) dan sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dalam pakan terhadap bobot hati, pankreas dan empedu broiler. Materi yang digunakan adalah DOC ayam broilersebanyak 80 ekor dengan strain Loghman “platinum” dari CV Multibreeder 202 dan bahan pakan dedak, jagung, bungkil kedele, tepung ikan, CaCo3, minyak sayur, tepung kunyitdan sambiloto. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan, setiap perlakuan diulang 5 kali dan setiap 1 unit perlakuan terdiri dari4 ekor ayam.Perlakuan R0 = Pakan Basal, R1 = Pakan Basal + 0,5% Tepung kunyit dan 0,5% tepung sambiloto, R2 = Pakan Basal + 1% Tepung kunyit dan 1% tepung sambiloto, R3 = Pakan Basal + 1,5% Tepung kunyit dan 1,5% tepung sambiloto. Peubah respon yang diamati adalah bobot hati, pankreas dan empedu. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis variansi dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur.Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan tepung kunyit dan sambiloto berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap bobot hati, tetapi berpengaruh tidak nyata (P>0.05) terhadap bobot pankreas dan empedu broiler. Rataan bobot hati R0= 30,98 gram,R1= 23,00 gram, R2= 30,98 gram, R3= 15,90 gram. Rataan bobot pankreas R0= 3,56 gram,R1= 3,18 gram, R2= 3,76 gram, R3= 2,74 gram.Rataan bobot empeduR0= 1,84 gram,R1= 1,72 gram, R2= 1,68 gram, R3= 1,56 gram. Kesimpulan bahwa penambahan tepung kunyit 1% dan sambiloto 1% dalam pakan ayam memberikan bobot hati yang baik, sedangkan bobot pankreas dan empedu masih relatif sama. Kata kunci : Broiler, kunyit,sambiloto,bobot hati, pankreas dan empedu. ABTRACT This research aims to evaluating the influence of the provision of turmeric ( Curcuma domestica Val ) and sambiloto ( Andrographis paniculata Nees ) flour in ration on the liver weight, pancreas and bile of broiler . The materials were 80 DOC of broiler’s loghman “platinum” from CV Multibreeder 202 and ration ingredients bran, corn, soybean oilcake, CaCo3, vegetable oil, turmerik powder and sambiloto. TheExperimental design used was Completely Randomsed Design (CRD)with4 treatments, each treatmentwas repeated5timesandevery1unit treatmentconsistedof4chickens. Treatments of R0= Basal feed, R1= Basal feed + 0.5% turmeric and 0.5 sambiloto, R2= Basal feed + 1% turmeric and 1% sambiloto, and R3= Basal feed + 1.5% Turmeric, and 1.5% Sambiloto. There were 5 replication for each treatment.The measured variables were the liver weight, pancreas and bile. The data were analyzed by analysis of variance followed by honestly difference test.The results showedthat the addition ofturmeric andsambiloto flour significantly(P<0.05) on the weight ofliver, but the effectwas notsignificant (P>0.05)on the weight ofpancreasand bilea broiler’s. The average weight of liverR030,98 gram,R123,00 gram, R2 30,98 gram, R3 15,90 gram.The average weight of pancreasR0 3,56 gram,R13,18 gram, R2 3,76 gram, R3 2,74 gram. The average weight of bile R0 1,84 gram, R1 1,72 gram, R2 1,68 gram, R3 1,56
750
Edy ismail dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 750-758, September 2013
gram. Conclusion thatconclusionthat theaddition of1% turmeric powderandsambiloto 1% inration broilersgive weight a kind liver, whereasthe weight ofpancreasandbileare stillthe same. Keywords: broiler, turmeric, sambiloto,weight ofthe liver, pancreasandbile PENDAHULUAN Perkembangan peternakan broiler dari tahun ke tahun semakin meningkat, terkait dengan semakin banyaknya permintaan komoditas ternak untuk memenuhi kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Broiler atau dikenal juga dengan ayam niaga pedaging merupakan jenis ayam ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Pemeliharaan broiler dari umur satu hari (DOC) sampai panen hanya membutuhkan waktu yang singkat. Pertumbuhan broiler yang cepat selalu diikuti dengan sistem pencernaan yang bekerja secara optimal. Organ pencernaan yang meliputi hati, pankreas dan empedu mempunyai hubungan dengan saluran pencernaan dengan adanya suatu duktus yang berfungsi sebagai saluran untuk mengekskresikan material dari organ acetori ke saluran pencernaan yang berguna untuk kelancaran proses pencernaan. Menutut Natsir (2008) dinyatakan bobot organ dalam yang meliputi hati, pankreas dan empedu dipengaruhi oleh jumlah penyerapan nutrien makanan dan kandungan serat kasar.Oleh karena itu, untuk meningkatkan penyerapan nutrien perlu adanya penambahan feed additive. Pakan tambahan (feed additive) adalah suatu bahan yang dicampurkan dalam pakan yang dapat mempengaruhi kesehatan, produktivitas, maupun keadaan gizi ternak, meskipun bahan tersebut bukan untuk mencukupi kebutuhan nutrien. Pemberian pakan tambahan berupa antibiotik dapat menimbulkan efek residu pada hasil peternakan, sehingga bahan additive yang digunakan lebih banyak diarahkan padabahan-bahan alamiyang tidak membahayakan kesehatan ternak. Salah satu alternative bahanadditivealami yang dapatdigunakandalamransumdenganpenambahantepungkunyit dan sambiloto. Penambahan kunyit dalam pakan broiler dapat meningkatkan kerja organ pencernaan, merangsang keluarnya getah pankreas yang mengandung enzim amilase, lipase dan protease. Kandungan zat aktif yang dimiliki kunyit adalah kurkumin dan minyak atsiri yang berfungsi sebagai kalagoga (dapat meningkatkan sekresi cairan empedu). Selain minyak atsiri menurut Ismanto, dkk. (2010) kandungan lain yang terdapat di dalam kunyit adalah kurkuminoid yang dapat meningkatkan nafsu makan. Sambiloto adalah tanaman herbal alami yang biasa digunakan oleh manusia untuk kesehatan. Sambiloto memilki zat aktif andrographolid, saponin, tanin dan flavonoid yang diduga salah satunya dapat membantu pertumbuhan ayam broiler. Pemberian sambiloto pada pakan meningkatkan perbaikan kesehatan pada organ dalam dan penurunan tingkat residu (Rachmawaty dan Hamid, 2006). Kandungan zat aktif tepung kunyit dan sambiloto secara tidak langsung membantu organ hati, pankreas, dan empedu menghasilkan sekresi untuk pencernaan. Jika penyerapan zat pakan dapat berlangsung secara optimal maka akan mempengaruhi keaktifan kerja organ tersebut, terutama hati yang berperan penting dalam proses metabolisme zat pakan. Berdasarkan hal tersebut menyebabkan perubahan performan organ selain itu karena melakukan kerja secara aktif sehingga mempengaruhi bobot organ hati, pankreas dan empedu broiler.
751
Edy ismail dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 750-758, September 2013
Tujuan penelitian yaitu mengevaluasi pengaruh pemberian kunyit (Curcuma domestica Val) dan sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dalam pakan terhadap bobot hati, pankreas dan empedu broiler. Manfaat penelitian Memberikan informasitentang penambahan tepung kunyit (Curcuma domestica Val) dan sambiloto(Andrographis paniculata Nees) dalam pakan terhadap bobot hati, pankreas dan empedu broiler dan Memberikan informasi bagi peternak agar dapat memanfaatkan tepung kunyit (Curcuma domestica Val) dan sambiloto(Andrographis paniculata Nees) sebagai feed additiveherbal alami. METODE Materi yang akan digunakan adalah DOC ayam broiler sebanyak 80 ekor dengan strain loghman “platinum” CV Multibreeder 202 dan bahan pakan dedak, jagung, bungkil kedele, tepung ikan, CaCo3, minyak sayur, tepung kunyit, tepung sambiloto.Komposisi dan kandungan nutrien pakan perlakuan tertera pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi dan Kandungan Nutrien Pakan Perlakuan. Bahan Pakan Dedak Jagung B. Kedelai T. Ikan CaCO3 Minyak Sayur Kunyit Sambiloto Jumlah Kandungan Nutrien Pakan Perlakuan Protein (%) Energi (Kkal) Serat Kasar (%) Lemak Kasar Ca (%) Phospor (%)
% R0 5 59 20 12 2 2 0 0 100
R1 5 59 20 12 2 2 0,5 0,,5 101
R2 5 59 20 12 2 2 1 1 102
R3 5 59 20 12 2 2 1,5 1,5 103
21,02 3032 4,22 2,58 1,29 0,70
20,81 3002 4,17 2,55 1,27 0,69
20,60 2972 4,13 2,52 1,26 0,68
20,41 2943 4,09 2,50 1,25 0,67
Keterangan : Hasil analisis pakan di Lab. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak(2012). Hasil perhitunganberdasarkan tabel NRC (1994).
Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental. Peubah yang diamati adalah bobot hati, pankreas dan empedu. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan, setiap perlakuan diulang 5 kali dan setiap 1 unit perlakuan diisi4 ekor ayam. Perlakuan terdiri dariR0 = Pakan Basal, R1=Pakan Basal + 0,5% kunyit + 0,5% sambiloto, R2=Pakan Basal + 1% kunyit + 1% sambiloto, R3=Pakan Basal +1,5% kunyit + 1,5% sambiloto.Data di analisis dengan menggunakan analisis sidik ragam (analisis variansi). Uji lanjut menggunakan uji beda nyata jujur (Steel dan Torrie, 1994). Pengambilan parameterbobot hati dan pancreas dan empedu, sebelum enam jam ayam dipotong (minggu ke-6) terlebih dahulu dipuasakan. Setelah ayam dipotong isi rongga perut (organ
752
Edy ismail dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 750-758, September 2013
pencernaan) dikeluarkan selanjutnya hati, pankreas dan empedu dilakukan penimbangan. Perhitungan dilakukan untuk mengetahui bobot hati, pankreas dan empedu broiler dengan cara: 1. Bobot Hati Penimbangan bobot hati menggunakan timbangan analitik. 2. Bobot Pankreas Penimbangan bobot pankreas menggunakan timbangan analitik. 3. Bobot Empedu Penimbangan bobot empedu menggunakan timbangan analitik. HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Hati Rataan hasil penelitian penggunaan tepung kunyit dan sambiloto terhadap bobot hati selengkapnya tersaji pada Tabel 2. Tabel 2 . Rataan Bobot Hati Perlakuan R0 R1 R2 R3
Ragam (gram) 29,38a 23,00ab 30,98a 15,90b
Standar Deviasi ± 8,11 ± 3,79 ± 11,78 ± 2,28
Keterangan: R0 :Pakan basal (kontrol); R1 : Pakan basal + tepung kunyit 0,5% dan sambiloto 0,5%; R 2 : Pakan basal + tepung kunyit 1% dan sambiloto 1%; R 3 : Pakan basal + tepung kunyit 1,5% dan sambiloto 1,5%; a, b = Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan nyata (P<0.05)
Berdasarkan Tabel 2, bobot hati perlakuan R0 sebesar 29,38 gram, R1 sebesar 23,00 gram, R2 sebesar 30,98 gram, R3 sebesar 15,90 gram.Rataan bobot hati berdasarkan hasil penelitian24,815 gram akan tetapi lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Widjaya (2012), yang menyatakan bobot hati rata-rata 43,40 gram. Bobot hati pada kisaran normal yaitu 2 sampai 2,5% dari bobot badan (Erwan dan Resmi, 2003). Hasil analisisvariansi, menunjukan bahwa perlakuan penggunaan tepung kunyit dan sambiloto berpengaruh nyata terhadap bobot hati (P<0.05). Berdasarkan Uji Lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ), menunjukan R0relatif sama denganR1 dan R2, R1 relatif sama dengan R3 dan R3 berbeda sangat nyata dengan R0, R1, dan R2. 35 Keterangan: R0 :Pakan basal (kontrol). R1 : Pakan basal + tepung kunyit 0,5% dan sambiloto 0,5%. R2 : Pakan basal + tepung kunyit 1% dan sambiloto 1%. R3 : Pakan basal + tepung kunyit 1,5% dan sambiloto 1,5%.
30 Bobot Hati
25 20 15
10 5 0 R0
R1
R2
R3
Gambar 1. Grafik Bobot Hati Ayam Broiler (Umur 6 Minggu)
753
Edy ismail dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 750-758, September 2013
Pada Gambar 1, terlihat bahwa rata-rata bobot hati tiap perlakuan antara 15,90 gram sampai 30,98 gram, bobot hati yang normal dihasilkan pada perlakuan R0 dan R2terbukti pada UjiBeda Nyata Jujur (BNJ) relatif sama. perlakuan R0 menggunakan pakan kontrol jadi yang menggunakan kunyit dan sambiloto pada R2.Fenomena yang terjadi pada perlakuan R2 menandakan kombinasi pakan tambahan kunyit dan sambiloto sangat sinergis mempengaruhi kerja organ hati, pada kunyit mengandung senyawa kurkumin yang juga berfungsi melindungi hati.Pemberian kunyit 1% dan sambiloto 1% pada pakan basal memiliki kandungan senyawa kurkumin 0,0164%, minyak atsiri 0,0154% dan sambiloto dengan senyawa aktif andrographolide 0,0128%. Sesuai penenlitian Firiyawaty (2001), penambahan tepung kunyit 1% dalam pakan meningkatkan bobot hati dibanding dengan penambahan tepung kuyit 0,5% maupun tanpa penambahan tepung kunyit, hal ini dsebabkan adanya senyawa kurkumin yang mempercepat kerja organ hati untuk mensekresikan empedu, sedangkanErnadi dan Kermanshahi (2007) dalam penelitian fitriyawaty (2001), bahwa penggunaan tepung kunyit hingga 0,75% dalam pakan ayam pedaging dapat mempertahankan beberapa enzim yang bekerja pada hati seperti Serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT), serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT), alkaline phospathase (ALP), dan lactic dehidrogenase (LDH) yang secara langsung maupun tidak langsung mencerminkan kesehatan hati. Didukung penelitian Suprianto (1998), menyatakan pemberian sambiloto menunjukan efek terhadap organ hati dari kerusakan akibat aflatoxin dan memberikan efek positif terhadap hati yakni warna hati dan ukuran hati normal dan tidak terlihat adanya pembentukan nodul. Bobot hati terkecil dihasilkan pada perlakuan R3 yaitu 15,90 gram berbeda sangat nyata dengan R0, R1 dan R2. Perlakuan R3 dengan pemberian kunyit 1,5% dan sambiloto 1,5% memiliki kandungan kurkumin 0,2236%, minyak atsiri 0,0209% dan androgapholide 0,0178%. Menandakan bahwa semakin tinggi pemberian kunyit dan sambiloto mengakibatkan kinerja hati tidak baik terbukti bobot hati semakin kecil disebabkan kandungan anti nutrisi pada kunyit yaitu saponin dan sambiloloto berupa tanin yang menekan konsumsi pakan menjadi rendah. Disamping itu, daun sambiloto juga mengandung senyawa alkaloid, dalam dosis kecil senyawa alkaloid dapat memberikan efek farmakologis pada hewan. Menurut Sumardjo (2009), alkaloid pada umumnya mempunyai rasa pahit dan bersifat sangat toksik terhadap tubuh, sedangkan menurut Dalimunthe (2009), rasa pahit pada sambiloto adanya kandungan kimia laktone, panikulin, kalmegin dan hablur kuning yang terdapat pada daun dan batang.Kerja organ yang intensif biasanya diiringi dengan jumlah penyerapan nutrien. Sesuai dengan pendapat Natsir (2008), bobot hati meningkat dipengaruhi oleh jumlah penyerapan nutrien dan kandungan serat kasar. Menurut Ressang (1984), bahwa hati adalah alat untuk penyaringan racun yang masuk kedalam darah. Kelainan-kelainan hati secara fisik biasanya ditandai dengan adanya perubahan warna, pembengkakan, pengecilan pada salah satu lobi atau tidak adanya kantong empedu (Subroto, 1985). Infiltrasi seperti glikogen dapat meningkatkan ukuran hati (Underwood, 1999). Bobot Pankreas Rataan hasil penelitian menggunakan tepung kunyit dan sambiloto terhadap bobot pankreas selengkapnya tersaji pada Tabel 3.
754
Edy ismail dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 750-758, September 2013
Tabel 3. Rataan Bobot Pankreas Perlakuan R0 R1 R2 R3
Ragam (gram)ns 3,56 3,18 3,76 2,74
Standar Deviasi ± 0,55 ± 0,81 ± 0,74 ± 1,30
Keterangan: R0 :Pakan basal (kontrol); R1 : Pakan basal + tepung kunyit 0,5% dan sambiloto 0,5%; R 2 : Pakan basal + tepung kunyit 1% dan sambiloto 1%; R3 : Pakan basal + tepung kunyit 1,5% dan sambiloto 1,5%.
Berdasarkan Tabel 3, bobot Pankreasperlakuan R0 sebesar 3,56 gram, R1 sebesar 3,18 gram, R2 sebesar 3,78 gram, R3 sebesar 2,74 gram. Rataan bobot hati berdasarkan hasil penelitian 3,31 gram, sesuai dengan pendapat Sturkie (1976), bahwa bobot pankreas berkisar antara 2,5 sampai 4 gram. Menurut hasil penelitian Ganevani (1988) bobot pankreas adalah 4,225 gram. Hasil analisis variansi, perlakuan penggunaan tepung kunyit dan sambiloto pada pakan berpengaruh tidak nyata (P>0.05) terhadap bobot pankreas. Faktor yang menjadi penyebab meningkatnya bobot pankreas adalah kurang meningkatnya enzim pencernaan, dengan pemberian masing-masing kunyit dan sambiloto dengan level 0,5% sampai 1,5% masih memberikan bobot pankreas relatif sama. Enzim-enzim yang dikeluarkan pankreas digunakan untuk mencerna protein, lemak dan karbohidrat. Sesuai dengan pendapat Pearce (2005) peningkatan sekresi enzim-enzim pencernaan yang dihasilkan oleh pankreas dapat menyebabkan bobot pankreas meningkat. Meskipun aktivitas enzim pencernaan pada umumnya dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain genetis, komposisi ransum, dan intake (Nitsan et al., 1991), dan menurut Ressang (1984) bobot organ dalam sangat bervariasi dan dapat dipengaruhi oleh jenis, umur, besar dan aktivitas hewan. Pemeliharaan ayam umur 42 hari menghasilkan konsumsi pakan dan protein kasar yangdapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Konsumsi Protein Kasar Ayam Umur 42 Hari Rataan Per Hari Perlakuan Konsumsi Pakan (gram) R0 53,23 R1 50,24 R2 51,37 R3 46,60
Konsumsi PK (gram) 11,21 10,45 10,58 9,51
Hasil analisis variansi, menunjukan bahwa konsumsi protein kasar berpengaruh sangat nyata (P<0.01), tetapi konsumsi protein kasar semakin rendah seiring dengan konsumsi pakan yang kurang, walaupun konsumsi semakin rendah dengan penggunaan kunyit dan sambiloto masingmasing level 1% sampai 1,5%, tetapi belum menyebabkan bobot pankreas berbeda. Berdasarkan Tabel 4, semakin tinggi penambahan kunyit dan sambiloto dalam pakan memberikan konsumsi protein semakin menurun,disebabkankarena kandungankurkumin, minyak atsiri yang terdapat pada kunyit dan andrographolide bersumber dari sambiloto terlalu banyak sehingga menghasilkan bobot pankreas relatif sama. Menurut Anggorodi (1994) fungsi protein untuk hidup pokok, pertumbuhan jaringan baru, memperbaiki jaringan rusak, metabolisme untuk energi dan produksi. Meningkatnya kecernaan dan tidak diiringi oleh konsumsi pakan yang baik, maka kinerja pankreas dalam sekresi enzim pencernaan masih tetap normal. Pankreas berperan 755
Edy ismail dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 750-758, September 2013
rangkap, yaitu sebagi kelenjar eksokrin (menghasilkan enzim pencernaan), enzim-enzim yang dihasilan oleh pankreas adalah amylase, lipase, trypsin, chymotrypsin dan dipeptidase Prawirikusumo (1994). dan kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon insulin yang berperan penting dalam mengatur kadar glukosa darah. Sesuai pendapat Pearce (2005), pengaturan kadar gula dipengaruhi oleh aktivitas hormon insulin, glikogen adrenalin. Insulin efektif menurunkan kadar glukosa dalam darah dan hormon adrenalin membebaskan cadangan glukosa sehingga kadar glukosa meningkat. Bobot Empedu Rataan hasil penelitian menggunakan tepung kunyit dan sambiloto terhadap empedu selengkapnya tersaji pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Bobot Empedu Perlakuan R0 R1 R2 R3
Ragam (gram)ns 1,84 1,72 1,68 1,56
Standar Deviasi ± 0,77 ± 0,70 ± 0,58 ± 0,80
Keterangan: R0 :Pakan basal (kontrol); R1 : Pakan basal + tepung kunyit 0,5% dan sambiloto 0,5%; R 2 : Pakan basal + tepung kunyit 1% dan sambiloto 1%; R3 : Pakan basal + tepung kunyit 1,5% dan sambiloto 1,5%
Berdasarkan Tabel 5, bobot empedu perlakuan R0 sebesar 1,84 gram, R1 sebesar 1,72 gram, R2 sebesar 1,68 gram, R3 sebesar 1,56 gram. Rataan bobot empedu berdasarkan hasil penelitian 1,7 gram, hasil tersebut lebih besar dibanding dengan penelitian Dayusma (2004), bahwa bobot empedu pada ayam yang diberi ransum basal adalah 0,11% dari bobot hidup ayam. Hasil analisis variansi, menunjukan bahwa perlakuan penggunaan tepung kunyit dan sambiloto berpengaruh tidak nyata terhadap bobot empedu (P>0.05). Penambahan tepung kunyit dan sambiloto dengan level 0,5% sampai 1,5% tidak menciptakan pH yang optimal, sehingga tidak membantu sekresi empedu dan bobot empedu masih relatif sama. Cairan yang dihasilkan empedu lemak, kolesterol yang ada di dalamnya tidak dapat terdeposit lama di dalam empedu dan empedu akan memiliki bobot yang kecil (Wahju, 1997). Sesuai dengan fungsinya, empedu merupakan alat ekresi kolesterol yang disekresikan ke hati dengan bantuan asam-asam empedu yang dikeluarkan oleh hati (Ressang,1984). Laju pertumbuhan yang cepat pada ayam pedaging diikuti perlemakan yang cepat, dimana penimbunan lemak cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya bobot badan. Rataan konsumsi lemak kasar menggunakan tepung kunyit dan sambiloto tersaji pada Tabel 6. Tabel 6. Konsumsi Lemak Kasar Ayam Umur 42 hari Perlakuan R0 R1 R2 R3
Konsumsi Pakan (gram) 53,23 50,24 51,37 46,60
756
Rataan Per Hari Konsumsi LK (gram) 1,37 1,28 1,29 1,16
Edy ismail dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 750-758, September 2013
Hasil analisis variansi konsumsi lemak kasar, menunjukan hasil yang berpengaruh sangat nyata (P<0.01), meskipun konsumsi lemak kasar semakin rendah karena konsumsi pakan yang rendah, tetapi belum menyebabkan bobot empedu yang berbeda. Berdasarkan Tabel 6, penambahan kombinasi kunyit dan sambiloto dalam pakan memberikan konsumsi lemak kasar semakin rendah dibanding dengan konsumsi lemak kasar yang tidak mendapat perlakuan, disebabkan karena kandungan kunyit yaitu kurkumin, minyak atsiri dan andrographolide yang terdapat pada sambiloto terlalu banyak dan tidak sinergis, walaupun konsumsi lemak kasar semakin menurun dengan meningkatnya penambahan kunyit dan sambiloto tetapi metabolisme dalam hati relatif sama sehingga menghasilkan bobot empedu relatif sama. Jaringan lemak dalam tubuh ayam mulai terbentuk dengan cepat pada umur 6–7 minggu, kemudian penimbunan lemak terus berlangsung. Menurut Lesson dan Summers (1980), menyatakan bahwa lemak tubuh ayam broiler jantan dan betina umur sehari adalah 14,6% dan 9,2%, umur 6 minggu menjadi 17,9% (jantan) dan 22,2% (betina),namunadanya kandungan anti nutrisi kunyit dan sambiloto yaitu tanin maupun saponin, zat tersebut juga memepengaruhi konsumsi pakan maupun lemak kasarberkurang, bobot badan mengalami penurunan dan berpengaruh terhadap bobot organ dalam khususnya bobot empedu.Menurut Darwis et al. (1991), pemberian kunyitdapat merangsang dinding kantung empedu untuk mengeluarkan cairan empedu. Selain itu garam empedu berperan melarutkan lemak, yakni dengan cara membuat stabil emulsi lemak yang berasal dari pakan dan bila empedu bergabung dengan kolesterol, gliserid dan asam lemak, maka akan terbentuk micel yang dapat diserap oleh dinding usus (Fujaya, 1999). KESIMPULAN Kesimpulan dari hasil penelitian dengan penambahan tepung kunyit 1% dan sambiloto 1% dalam pakan ayam broiler memberikan bobot hati yang baik, sedangkan bobot pankreas dan empedu masih relatif sama.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Jenderal Soedirman, Dekan Fakultas Peternakan, dan Prof. Dr. Ir. Sri Suhermiyati, MS selaku ketua proyek yang telah mengikutsertakan penulis dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit PT. Gramedia, Jakarta. Dalimunthe, A. 2009. Interaksi Sambiloto (Andrographis Paniculata). Jurnal Ilmiah. Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera Utara. Medan. Darwis, S. N., A. B. D. Modjo Indo dan S. Hasiyah. 1991. Tanaman Obat FamiliaZingiberaccae. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Industri. Bogor. Dayusma. 2004. Efektivitas Pemberian feed additive Alami Pada Ransum Yang Digunakan Dengan Penggunaan Antibiotik Terhadap Organ Dalam dan Status Kesehatan Ayam Pedaging. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor Erwan, E. dan Resmi. 2003. Pengaruh penggantian tepung ikan dengan tepung limbah udang olahan dalam ransum terhadap bobot organ pencernaan ayam lurik. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. 8(2) : 145-153.
757
Edy ismail dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 750-758, September 2013
Fitriawaty. 2001. Peengaruh Penambahan Tepung Daun Katuk Dan Tepung Rimpang Kunyit Dalam Ransum Terhadap Persentase Bagian-Bagian Karkas Dan Organ Dalam Pada Broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanudin. Makasar. Fujaya, Y. 1999. Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Ganevani, E. I. 1988. Pengaruh Pemberian Tepung Daun Pegagan Dan Tepung Daun Pepaya Dalam Ransum Terhadap Panjang dan Berat Alat Pencernaan Ayam Pedaging. Tesis. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. (Tidak Dipublikasikan) Ismanto A, Masni dan B. Maria. 2010. Pengaruh Kunyitatau Temulawak dalam Air Minum.Universitas Mulawarman, Kutai. Natsir, M. Halim. 2008. Pengaruh Penggunaan Kombinasi Asam Sitrat dan Asam Laktat Cair dan Ternkapsulasi Sebagai Asitf Pakan Terhadap Persentase Karkas dan Berat Organ Dalam Ayam Pedaging. Jurnal Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang. Nitsan, Z., G. Ben-Avraham, Z. Zorevafand I., and Nir.1991. Growth and Development of the Digestive Organs and Some Enzymes After Hatching in Broiler Chickens. Br. Poult. Sci. 32: 515-523. NRC. 1994. Nutrient Requirement of Poultry 9th ed. National Academy Press. Washington. Steel, G.D. danJ.H. Torrie. 1994.Prinsipdan Prosedur Statistika. Sumantri B, Penerjemah; Jakarta: Penerbit PT Gramedia PustakaUtama. Terjemahan dari :Principles and Procedures of Statistics. Sturkie, P. D. 1976. Avian Digestion In Duck Physiology of Domestic Animal.8th Edition. Comstock Publishing Asosation. Itacha and London. Sumardjo, D. 2009. Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Strata. Fakultas Bioeksakta. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Suprianto, H. 1998. Penggunaan sambiloto (andrographis paniculata nees) untuk mencegah aflatoksikosis pada itik. Skripsi. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Pearce, E.C. 2005. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia, Jakarta. Prawirokusumo, S. 1994. Ilmu Gizi Comparatif. BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta. Rachmawaty, S. dan H. Hamid. 2006. Pengaruh Penggunaan Sambiloto (Andrographis paniculataNess) Terhadap Kandungan ResiduAflatoksin Dalam Hati Itik Dan HubunganyaDengan Aflotoksikosis. Jurnal Seminar Nasional (Teknologi Peternakan dan Veteriner). Balai Penelitian, JL. R. E.Martadinata No. 30. Bogor. Ressang, A. A. 1984. Patologi Khusus Veteriner. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Subronto. 1985. Ilmu Penyakit Ternak I. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Underwood, J. C. E. 1999. Patologi Umum dan Sistematik. Vol. 1. Eidisi II. Diterjemahkan Oleh Sarjadi. EGC. Jakarta Wahju, J. 1997. IImu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Widjaya, N. 2012. Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Bobot Ampela, Jantung dan Hati Broiler Strain CP 707. Jurnal Produksi Ternak. Fakultas Pertanian. Universitas Bandung Raya. Bandung.
758