JAKARTA ON THE MOVE Repositioning The Strategic Points of Metropolitan Jakarta
2050
1, LATAR BELAKANG Kawasan metropolitan Jakarta dengan kota-kota di sekitarnya selama ini dikenal sebagai metropolitan Jabodetabekpunjur (Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi Puncak Cianjur) telah menjadi bagian paling penting dari kedaulatan Indonesia karena daerah ini merupakan pusat dari 3 kegiatan utama yang mengendalikan negara: pemerintahan, perekonomian, dan pertahanan. Hal tersebut diperkuat dengan telah ditetapkannya Jabodetabekpunjur sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) bersama dengan 3 daerah lainnya : 1. Mebidangro ( Medan-Binjai-Deli Serdang & Karo) 2. Sarbagita (Denpasar-Badung-Gianyar-Tabanan) 3. Mamminasata ( Makassar, Kabupaten Maros, Gowa dan Takalar) Menurut Perpres no 54 tahun 2008, definisi dari Kawasan Strategis Nasional adalah :
wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.
Gambar 1. Posisi Kawasan Strategis Nasional di Indonesia
Walaupun dianggap sebagai pusat dari NKRI, namun ada banyak masalah di dalam pembangunan Jabodetabekpunjur sehingga menjadikannya tidak efektif dan kelak dapat menghilangkan perannya sebagai pusat pemerintahan, perekonomian dan pertahanan. Persoalan-persoalan yang terdapat di Jabodetabekpunjur antara lain : Transportasi Kemacetan yang begitu parah di Jakarta dan sekitarnya telah membuat mobilitas orang di dalam kota menjadi tidak efisien. Hal itu ditambah dengan kualitas dan kuantitas transportasi umum yang tidak dapat diandalkan sehingga orang memilih untuk membeli kendaraan pribadi. Tercatat pada Tahun 2010 jumlah kendaraan pribadi roda empat : 2.334.883 (naik 16.053 dari tahun sebelumnya) sedangkan jumlah kendaraan pribadi roda dua : 8.764.130 (naik 88.676 dari tahun sebelumnya) jumlah ini belum termasuk kendaraan umum, polisi, TNI dan kedutaan. Populasi (kepadatan penduduk) Kota Jakarta mempunyai Populasi sebanyak 10.187.595 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 13.157,63 jiwa / Ha dan terus bertambah setiap tahunnya dengan arus urbanisasi dari daerah. Dengan jumlah kepadatan seperti ini maka Jakarta dan sekitarnya sangat rentan terhadap gesekan sosial. Hal ini tidak diimbangi dengan penambahan taman, ruang hijau yang dapat digunakan sebagai fasilitas rekreasi; sehingga menyebabkan penduduk Jakarta menjadi mudah stress. Energi Sumber energi menjadi salah satu persoalan karena selama ini Jabodetabekpunjur mengandalkan pembangkit yang berbahan bakar fosil (batubara dan solar) sedangkan cadangan bahan bakar kita semakin menipis. Dengan total pelanggan listrik sebanyak 3.868.928 instalasi maka kebutuhan akan sumber energi alternatif menjadi semakin mendesak untuk mencegah terjadinya krisis energi dalam pembangunan kota. Limbah / sampah Limbah di jakarta hanya terolah 2,8% dari 6000 ton sampah per hari sedangkan sisanya dibuang ke sungai, atau ke TPA Bantar Gebang. Data terakhir Dinas Kebersihan Jakarta, menunjukkan jumlah sampah Jakarta sampai saat ini ± 27.966 M³ per hari. Sekitar 25.925 M³ sampah diangkut oleh 757 truk sampah untuk dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Sisa sampah ± 2041 M³ yang tak terangkut menjadi masalah yang masih menunggu untuk segera diatasi. Sampai kini, Jakarta masih sangat bergantung terhadap
satu-satunya TPA di Bantar Gebang. Di sisi lain, TPA Bantar Gebang sudah tidak bisa hanya menjadi tempat pembuangan saja tapi perlu untuk menjadi pusat pengolahan limbah (recycle) untuk menjadi bahan baku produksi lagi. Pemisahan antara pembuangan sampah organik dan anorganik juga menjadi solusi untuk lebih mengoptimalkan limbah yang dihasilkan. Keanekaragaman Hayati Pembangunan terus menerus di kawasan Jabodetabekpunjur telah menyebabkan rusaknya bentang alam dan habitat satwa asli pun tidak dapat dikembalikan lagi. Kerusakan paling parah dapat ditemukan di pesisir pantai utara Jakarta dan pegunungan di Puncak. Perubahan fungsi lahan kawasan lindung ini mengakibatkan Jabodetabekpunjur sangat rawan
dalam
menghadapi
bencana
alam.
Hilangnya
keanekaragaman
hayati
di
Jabodetabekpunjur menandakan bahwa sebenarnya kawasan ini tidak sehat dan akan semakin rusak, sekarang ini kawasan lindung di Jakarta hanya tersisia 430 Ha berupa daratan dan 108.045 berupa perairan. Perlu dibuat rencana jangka panjang untuk mengembalikan ekosistem Jabodetabekpunjur kepada seharusnya.
2. KONSEP GREEN METROPOLIS PADA KSN JABODETABEKPUNJUR Ketika berbicara tentang konsep Green Metropolis yang disebutkan oleh Daniel Owen dimana wujudnya adalah berupa kawasan perkotaan yang kompak, hemat energi, tidak bergantung kepada kendaraan pribadi, tapi pada public transit, bangunan ramah lingkungan dan ruang terbuka hijau yang memadai. Bahkan penggagas konsep ini merujuk kepada kota New York sebagai model dari kota yang berkelanjutan. Pada kenyataannya kalau konsep ini mau diterapkan pada Jabodetabekpunjur, ada satu kondisi yang tidak dapat dijadikan sebagai acuan yaitu : Kestabilan politik (nasional dan kota). Hal ini menyebabkan konsep Green Metropolis di New York tidak dapat diterapkan di Jabodetabekpunjur
apabila
tidak
terdapat
kestabilan
politik.
Sepanjang
sejarah
pembangunan kota Jakarta, alasan kenapa tidak terdapat terjadi pembangunan yang baik adalah bukan karena tidak adanya perencanaan, tetapi karena tidak adanya pelaksanaan.
Gambar 2. Presiden dan Gubernur Jakarta yang pernah menjabat sebagai pemimpin nasional dan Provinsi
Bentuk ketidakstabilan politik ini menyebabkan banyak terjadi kerusuhan, konflik, krisis ekonomi; bahkan para pemimpin yang menjabat di setiap periode pun tidak saling melanjutkan program yang sudah dikerjakan sebelumnya. Ketidakstabilan politik ini membuat posisi Jabodetabekpunjur sangat rentan dan akhirnya perhatian pemerintah dalam pembangunan terpecah menjadi kepentingan-kepentingan pribadi. Di sisi lain, KSN Jabodetabekpunjur
harus
menjadi
daerah
yang
terlindungi
karena
fungsi
strategisnya, oleh karena itu perencanaan kawasan ini harus menganggap seperti mengembangkan sebuah negara untuk menjamin terjadinya kestabilan politik, ekonomi, keamanan yang akan mempengaruhi Indonesia pada umumnya. Perkembangan kota Jakarta yang terus menyebar ke daerah-daerah pinggir merupakan akibat dari derasnya arus urbanisasi dan tidak ada apapun yang dapat mencegah hal tersebut. Menjamurnya bangunan liar tidak dapat dikendalikan oleh pemerintah dan terus merambah sampai ke Bogor, Tangerang, Bekasi, Puncak dan Cianjur.
Gambar 3. Pola pembangunan di kawasan Jabodetabek
Jakarta On The Move adalah sebuah konsep untuk mencegah terjadinya penyebaran yang lebih luas lagi dan memusatkan pembangunan pada zonasi titik strategis di masing-masing titik dengan memberi fungsi penunjang yang strategis bagi kawasan Jabodetabekpunjur. Tujuannya adalah untuk membagi beban kawasan dan memusatkan arahan pembangunan yang ada di setiap titik; Setiap titik ini dihubungkan dengan jalur rel kereta cepat untuk memudahkan perpindahan orang dan logistik. Pada tujuan jangka panjangnya kelak Jabodetabekpunjur akan menjadi kawasan strategis yang mandiri seperti layaknya sebuah negara dan tidak menjadi beban bagi Indonesia secara keseluruhan melainkan menjadi tolok ukur untuk membantu perkembangan Indonesia. Titik strategis Jabodetabekpunjur adalah: 1. Istana
- Pusat Pemerintahan
2. Senayan
- Pusat Pemerintahan
3. Grogol
- Perekonomian Jasa
4. Kebayoran Baru
- Perekonomian Jasa
5. Pasar Minggu
- Perekonomian Jasa
6. Serpong
- Perekonomian Jasa
7. Tangerang
- Industri Barang dan Energi
8. Tanjung Priok
- Pelabuhan Logistik / Barang
9. Muara Angke
- Pelabuhan Penumpang
10. Cilincing
- Industri Barang
11. Pulo Gadung
- Industri Barang
12. Cakung
- Industri Barang
13. Bekasi
- Industri Barang dan Pertanian
14. Bantar Gebang
- Industri Pengolahan Sampah & Energi
15. Depok
- Pusat Riset & Pendidikan
16. Bogor
- Pusat Riset Keanekaragaman Hayati
17. Jonggol
- Hutan Produksi
18. Ciseeng
- Hutan Produksi
19. Legok
- Industri Pangan
20. Cikupa
- Industri Pangan
21. Teluk Naga
- Pelabuhan Angkatan Laut
22. Muara Gembong
- Pusat Riset Energi Aleternatif
Gambar 4. Rencana Titik Strategis Jabodetabekpunjur dan Fungsi Utamanya
KONSEP PENGOLAHAN LIMBAH
Gambar 5. Rencana Lokasi Pengolahan Limbah Jabodetabekpunjur
Pengolahan limbah Jabodetabekpunjur dilakukan secara terpisah yaitu limbah organik dan anorganik. Limbah ini tidak akan dibuang begitu saja di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) melainkan akan diolah dan digunakan kembali untuk kepentingan industri pada titik strategis terdekat. Untuk limbah organik pengolahan akan dilakukan di Cikupa, Legok, Ciseeng, Bogor dan Jonggol karena daerah tersebut direncanakan sebagai pusat industri pangan dan hutan produksi. Limbah organik tersebut bisa dimanfaatkan kembali sebagai pupuk atau pakan ternak. Sedangkan untuk limbah anorganik dipusatkan pada daerah Cakung, Bantar Gebang dan Bekasi karena merupakan kawasan industri barang. Kawasan ini akan mendaur ulang semua limbah anorganik untuk didistribusikan kembali ke seluruh Jabodetabekpunjur. Pengolahan limbah ini akan menggunakan fasilitas ITF (Intermediate Treatment Facilities) dengan proses 3R (Reduce, Reuse, Recycle)
KONSEP KEANEKARAGAMAN HAYATI
Gambar 6. Rencana Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Jabodetabekpunjur
Untuk mengembalikan ekologi di Jabodetabekpunjur tidak bisa hanya membebankan pada kawasan lindung dan kebun binatang saja, tetapi harus melibatkan semua titik strategis yang ada ditambah dengan sumber daya alam yang tersedia. Pada setiap titik strategis akan dilengkapi dengan taman kota nya sendiri dengan luas 30% dari total daerah pembangunan. Sedangkan untuk daerah perbatasan Jabodetabekpunjur akan menjadi daerah buffer dengan konsep green belt untuk mencegah terjadinya sprawling ke provinsi / kotamadya lain. Sungai Ciliwung dan Sungai Pesanggrahan menjadi sasaran utama untuk memulihkan sumber air bersih Jabodetabekpunjur. Dengan memulihkan ekosistem air di kedua sungai ini maka dengan sendirinya cadangan sumber air bersih Jabodetabekpunjur akan meningkat dan juga mengembalikan habitat air ke dalam kota. Pesisir pantai Jakarta, Tangerang, Bekasi menjadi tujuan utama untuk dijadikan hutan mangrove guna mencegah abrasi dan erosi dengan konsep sea belt.
KONSEP KETAHANAN PANGAN
Gambar 7. Rencana Lokasi Industri Pangan Jabodetabekpunjur
Untuk menunjang kebutuhan pangan Jabodetabekpunjur maka perlu adanya pemusatan industri pangan. Industri pertanian akan dipusatkan pada Bekasi dan Jonggol, sedangkan peternakan dan perkebunan akan dipusatkan pada Cikupa, Legok, dan Ciseeng. Semetara Bogor akan menjadi pusat riset teknologi pangan. Untuk membantu memulihkan ekosistem di dalam kota, maka daerah pesisir sungai Ciliwung, Pesanggrahan, serta bantaran kanal pengendali banjir dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dengan konsep urban farming.
KONSEP KETAHANAN TERHADAP BENCANA
Gambar 8 Rencana Lokasi dan Jalur Evakuasi Jabodetabekpunjur
Berdasarkan pengalaman yang pernah terjadi di Jakarta, bencana yang dapat terjadi adalah bencana alam: banjir dan gempa bumi. Sedangkan bencana yang terjadi karena ulah manusia adalah kebakaran dan kerusuhan. Jabodetabekpunjur harus mempunyai mekanisme untuk menghadapi ini semua supaya tidak menghambat pembangunan jangka panjang. Pada dasarnya untuk lokasi akan memanfaatkan semua titik strategis ini karena di dalamnya akan terdapat taman kota yang bisa dijadikan tempat evakuasi sementara dan juga bangunan dengan emergency supply berupa makanan, pakaian, obat-obatan dan kebutuhan hidup darurat lainnya. Selain itu jalur evakuasi dapat memanfaatkan kanal dan jalur rel kereta yang sudah ada untuk menuju kepada titik strategis terdekat. Khusus untuk kawasan pemerintahan (Istana dan Senayan) jalur evakuasinya akan mengarah pada Teluk Naga dimana terdapat pangkalan militer AL.
KONSEP SUMBER ENERGI
Gambar 9. Rencana Lokasi Pembangkit Listrik Jabodetabekpunjur
Untuk menjaga kestabilan pasokan energi maka Jabodetabekpunjur perlu pembangkit listrik tambahan dengan pilihan sumber tenaga dari bahan bakar fosil dan sumber daya alam. Pemilihan lokasi pembangkit listrik berbahan bakar fosil adalah : Teluk Naga, Tangerang, Cilincing, Cakung dan Bekasi. Sedangkan untuk pembangkit listrik dengan sumber energi terbarukan akan dilokasikan pada Serpong, Depok, Bantar Gebang, Jonggol, Bogor, Ciseeng, Legok, Cikupa, Muara Gembong. Sumber energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan pada Jabodetabekpunjur antara lain: angin, air, cahaya matahari, panas bumi dan limbah organik. Dengan adanya instalasi pembangkit listrik energi terbarukan maka diharapkan dapat mengurangi polusi akibat pembakaran minyak atau batubara untuk pembangkit listrik. Keberadaan pembangkit listrik ini sangat penting sehingga perlu dialokasikan juga tempat untuk menjadi pusat riset energi terbarukan yang terletak di Muara Gembong dan Tangerang.
KONSEP KETAHANAN KEAMANAN
Gambar 10. Rencana Lokasi Pangkalan Militer di Jabodetabekpunjur
Karena KSN Jabodetabekpunjur mempunyai nilai strategis paling tinggi maka kawasan ini memerlukan perlindungan tertinggi pula untuk menjadikannya tetap stabil. Kawasan ini perlu menanggulangi
segala macam
ancaman yang
diakibatkan oleh manusia seperti
peperangan, terorisme, kerusuhan dan lain-lain. Tanpa adanya konsep ketahanan jangka panjang untuk Jabodetabekpunjur maka akan tiba saatnya dimana semua yang terbangun bisa lenyap karena hancur atau dijarah. Di sisi lain Jabodetabek akan mempunyai cukup banyak pos untuk membantu disaat terjadi bencana alam. Oleh karena itu pangkalan militer Angkatan Darat diletakkan pada titik strategis yang paling luar : Cikupa, Legok, Ciseeng, Bogor, Jonggol, dan Bekasi. Pangkalan militer Angkatan Udara dilokasikan di Tangerang dan Pasar Minggu (titik terdekat dengan Halim Perdana Kusuma). Sedangkan untuk pangkalan militer Angkatan Laut dilokasikan di Teluk Naga dan Tanjung Priok. Sedangkan di setiap titik strategis juga memiliki pos militer sendiri dengan dibantu oleh kepolisian setempat.
KONSEP PEREKONOMIAN JABODETABEKPUNJUR
Gambar 11. Rencana Lokasi Pusat Perekonomian Jabodetabekpunjur
Untuk perekonomian jasa akan dikonsentrasikan pada kawasan pusat kota jakarta sampai ke Tangerang dan Serpong. Sedangkan untuk industri barang akan dikonsentrasikan pada sisi timur Jakarta sampai Bekasi dan Jonggol. Sektor ekonomi menjadi sektor kedua paling penting untuk dilindungi setelah pemerintahan untuk menjamin berjalannya perekonomian Indonesia dan sebagai modal untuk membangun lagi.
3. KESIMPULAN Pembangunan Jabodetabekpunjur tidak bisa hanya sebatas mengembangkannya menjadi perkotaan yang ramah lingkungan dan hemat energi saja. Tapi melihat posisinya sebagai KSN paling strategis maka bisa dpastikan bahwa perkembangannya sangat mempengaruhi kawasan-kawasan lain di Indonesia. Penataan dengan konsep Green Metropolis dalam konteks berkelanjutan juga perlu mengedepankan adanya keberlanjutan secara politis sehingga Jabodetabek bisa terus maju tanpa diganggu oleh kerusuhan, isu-isu politik dan lainnya.
Perencanaan konsep Green Metropolis pada akhirnya akan dapat diwujudkan pada masingmasing titik strategis dimana setiap titik mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan daerahnya sebagai kawasan padat berbasis teknologi dan ramah lingkungan. Sedangkan Green Metropolis Jabodetabekpunjur adalah kawasan terpadu dengan titik-titik strategis yang saling berhubungan dan menunjang keberlanjutan seluruh kawasan. Titik strategis ini pada akhirnya akan menunjang semua fungsi strategis untuk pembangunan berkelanjutan Jabodetabekpunjur yaitu dengan konsep : 1. Pengolahan Limbah 2. Keanekaragaman Hayati 3. Ketahanan Pangan 4. Ketahanan terhadap Bencana 5. Sumber Energi 6. Ketahanan Keamanan 7. Perekonomian Ketujuh konsep utama ini diharapkan dapat menjadi struktur utama dalam pembangunan Jabodetabekpunjur selama 37 tahun kedepan (2050). Apabila Jabodetabekpunjur berhasil memulihkan fungsinya sebagai Green Metropolis maka kawasan ini akan menjadi percontohan bagi kota lain di Indonesia yang direncanakan menjadi Green Metropolis juga yaitu: Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Denpasar, Makassar.