J. Analisis, Desember 2016, Vol.5 No.2 : 194 – 199
ISSN 2302-6340
SEMOTIKA FOTO ANARKISME DEMONSTRASI MAHASISWA MAKASSAR TERKAIT ISU BBM SURAT KABAR FAJAR DAN TRIBUN TIMUR PERIODE NOVEMBER 2014 Semiotic on the Anarchism Photos of Student Demonstration in Makassar Related to the Issue of Fuel Oil in Fajar and Tribun Timur Newspapers of in the Periode of November 2014 Triyudha Yanto1, Hasrullah2, Muh. Iqbal3 1
Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, Makassar (
[email protected]) 2 Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, Makassar (
[email protected]) 3 Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, Makassar (
[email protected])
ABSTRAK Foto mempunyai kekuatan mengkonstruksi makna dengan cara cropping, framing dan manipulating. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) penggambaran anarkisme demonstrasi mahasiswa Makassar terkait isu BBM(2014) dalam surat kabar Fajar dan Tribun Timur; (2) makna pesan yang terkandung dalam foto – foto anarkisme demonstrasi Mahasiswa Makassar terkait isu BBM dalam surat kabar Fajar dan Tribun Timur periode November 2014. Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif melalui pengamatan langsung terhadap objek, kajian pustaka dan wawancara informan. Data dianalisis dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. Data primer terdiri dari teks foto demontrasi Mahasiswa Makassar terkait kenaikan BBM November 2014 pada surat kabar Fajar dan TribunTimur. Data sekunder terdiri dari wawancara fotografer dan redaktur foto, beserta literatur terkait semiotika fotografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penggambaran anarkisme demonstrasi mahasiswa oleh surat kabar Fajar dan Tribun Timur melalui foto berita dan caption ditandai dengan pemilihan foto, objek, angle, ikon dan simbol foto. Penguatan makna anarkisme dalam penggambarannya dilakukan oleh fotografer dengan menggunakan Trick effect, pose, objek, photogenia aestethism dan sintaksis pada setiap foto yang berhubungan dengan demonstrasi mahasiswa Makassar. Makna denotasi dan konotasi yang dikonstruksi dalam foto-foto tersebut dapat diintrepetasikan bahwa aksi demo yang sejatinya adalah proses penyampaian pendapat, kini telah bergeser menjadi proses kekerasan, dimana penggunaan aparat keamanan mutlak diperlukan untuk menangani aksi tersebut. Kata Kunci: Semiotika, fotografi, anarkisme, demonstrasi, Fajar, Tribun Timur
ABSTRACT Photos have the power to construct meaning by means of cropping, framing and manipulating. The aims of the research are to find out (1) the description of anarchism of student demonstration in Makassar related the issue of fuel oil (2014 in Fajar and Tribun Timur Newspapers (2) the meaning of message containing in anarchism photos of student demonstration in Makassar related to the issue of fuel oil in Fajar and Tribun Timur newspapers n the period of November 2014. The research used descriptive qualitative nethod through direct observation to the objects, library study, and interview to informants. The primary data consisted of photos of student demonstration in Makassar in November 2014, and secondary data consisted of the results of interview with photographer and photo redactor as well as literature related to photography semiotics. The data were analyzed using Roland Barthes’s semiotics. The results of the research indicate that description on the anarchism of student demonstration in Fajar and Tribun Timur newspapers through the message in photos and caption is indicated the choice of photos, objects, angles, icons, and symbols of photos. The strengthening of meaning of anarchism in the descriptions is done by photographer by using trick effect, pose, object, photogenic aestitesm, and syntax of photo related to student demonstration in Makkassar. Denotation and connotation meanings constructed in photos can be interpreted that the demonstration actions which are actually the process of expressing idea now change to violence process in which the presence of security institution is absolutely needed to handle the actions. Keywords: Semiotics, photography, anarchism, demonstrations, Fajar, Tribun Timur
194
Semiotika, fotografi, anarkisme, demonstrasi, Fajar, Tribun Timur
ISSN 2302-6340
Pada kategori ini masuk dalam kelompok apa yang disebut foto jurnalistik. Foto Dalam kelompok ini, foto hampir sama dengan yang lainnya. Ia berada pada jajaran pendalaman seni. Bahkan dalam kelompok inipun perihal teknis menjadi hal yang kedua, sehingga terkadang orang mengatakan foto ini lebih banyak bercerita. Dalam kelompok fotografi ini pula, pengaruhnya sangat besar terhadap media, kata Manangka dalam Yusuf (2001), yang melakukan penelitian tentang isi sumber foto terhadap harian Kompas, Sinar Harapan, Merdeka dan Suara Karya menyatakan bahwa penggunaan foto berita yang serasi dan selaras dengan kepentingan masyarakat akan mempengaruhi penni pers (budaya membeli dan membaca) surat kabar yang pada akhirnya dapat mempengaruhi sirkulasi peredaran surat kabar. Tak dipungkiri, foto jurnalistik menjadi elemen penting dalam isi media massa. Selain berita tulisan, foto dapat menggiring opini bagi pembacanya. Foto-pun memiliki kategori foto Headline dan foto biasa. Foto headline adalah foto utama yang tampil dominan dihalaman depan sekaligus menjadi isu utama dalam surat kabar. Visualisasi termasuk foto berita memegang peranan yang sangat penting berhubungan dengan bagaimana pembaca mengamati surat kabar dan terlihat dalam ceritera didalamnya (Marvy, 2014) Stereotype mahasiswa Makassar yang “gemar” demo juga menjadi perhatian peneliti. Demonstrasi mahasiswa yang berakhir pada kekerasan merupakan fenomena sosial klasik di Makassar. Ia selalu terjadi dengan format yang hampir sama. Akibat kekerasan demonstrasi, status Makassar sebagai pusat kekerasan di Indonesia semakin mengental. Aksi anarkis mahasiswa dalam demonstrasi memiliki dampak yang cukup luas khususnya terhadap kestabilan dan keamanan. Kusumaningrat (2006), mengatakan bahwa pentingnya sebuah berita dapat dilihat dengan mengukur luasnya dampak dari peristiwa tersebut. Sehubungan dengan pemaparan diatas, peneliti kemudian tertarik untuk mencoba menggali dan mencari makna yang tersembunyi dibalik foto anarkisme demonstrasi mahasiswa Makassar terkait isu kenaikan BBM bulan November 2014 pada surat kabar Fajar dan Tribun Timur. Mengingat foto mempunyai kekuatan
PENDAHULUAN Fotografi sebagai karya budaya fisik, lahir dari berbagai pertimbangan, gagasan,rasa, dan jiwa penciptanya yang didukung oleh faktor luar yang menyangkut penemuan dibidang ilmu dan teknologi lingkungan sosial. Rasa, nilai dan budaya kaidah estetika kondisi ekonomi dan politik hingga proyeksi terhadap perkembangan yang mungkin terjadi dimasa depan. Merambahnya teknologi digital dalam bidang fotografi sejak beberapa tahun lalu memang telah membawa dunia dalam sebuah evolusi baru. Hal ini sejalan dengan pernyataan Cangara (2002), kecakapan manusia dalam berkomunikasi dengan alat mencetak berlangsung kira-kira 500 tahun, kemudian manusia terampil berkomunikasi melalui getaran-getaran elektronik. Evolusi yang menyebabkan banyak perubahan pada kebiasaan manusia dalam fotografi. Media rekam fotografi dari film analog bergeser menjadi kepingankepingan memory card. Proses paska produksi dalam fotografi berubah dari laboratorium kamar gelap menjadi proses yang cenderung lebih mudah dan lebih memungkinkan hasil yang sebelumnya tidak pernah terpikir oleh manusia pada software pengolah gambar seperti Adobe Photoshop. Karena teknologi baru tersebut memungkinkan siapa saja dapat memotret dengan leluasa. Mulai dari anak- anak hingga dewasa, perorangan hingga lembaga. Baik hanya alat pendokumentasian kegiatan yang mereka lakukan, sebagai profesional atau sebagai pengembangan kreativitas dan kegemaran. Dibalik evolusi teknologi fotografi, Memotret adalah perangkat makna aktif, tidak hanya merekam apa yang dipesankan untuk direkam, tidak hanya didokumentasikan. Diri fotografer sangat menentukan eksistensi, ada-nya fotografi itu. Memotret adalah sebentuk dialog dengan dunia, memotret adalah menyatakan sesuatu, memotret adalah tindakan bermakna, yang membawa perubahan prilaku manusia tersebut, esensi fotografi sebenarnya memiliki dua tendensi yaitu sebagai wadah untuk pemenuhan kebutuhan psikologis pencipta dan penikmatnya sedangkan disisi lain sebagai media yang memiliki sarat nilai. Zaman yang telah dibahas sebelumnya bahwa karya fotografi juga bisa tampil melalui media surat kabar, majalah, tabloid dan lain sebagainya. 195
Triyudha Yanto
ISSN 2302-6340
mengkonstruksi makna dengan cara cropping, framing dan manipulating. Penelitian sebelumnya, Makyun Subuki meneliti tentang kekerasan psikologis yang terdapat dalam wacana melalui fotografi dalam Jurnal Fantasma. Hasilnya, stigmasi yang dilakukan oleh Jurnal tersebut melalui pengkonotasian kekerasan aparat dengan kejahatan dan kekarasan mahasiswa sebagai perjuangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggambaran anarkisme demontrasi mahasiswa Makassar terkait isu BBM(2014) dalam surat kabar Fajar dan Tribun Timur.
melakukan wawancara. Informan dalam penelitian ini adalah Redaktur harian Fajar dan Tribun Timur. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data, pertama dilakukan dengan cara dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan foto jurnalistik kekerasan demonstrasi mahasiswa Makassar terkait penolakan BBM 2014 pada harian Fajar dan Tribun Timur. Yang kedua, yaitu peneliti melakukan studi literatur dengan cara membaca, mempelajari, dan menganalisis dokumen dan sumber data yang ada melalui buku-buku, internet, dan juga karya ilmiah serta bentuk publikasi lainnya, serta mempelajari tesis penulis lain untuk mendukung hasil analisis yang dikemukakan. Ketiga, yaitu peneliti melakukan wawancara kepada Redaktur harian Fajar dan Tribun Timur. Tujuan dari wawancara ini adalah sebagai referensi dan untuk memperkuat hasil analisis yang dikemukakan peneliti.
BAHAN DAN METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan semiotika komunikasi. Semiologi Roland Barthes diharapkan mampu memberikan analisis konkrit, ilmiah, serta objektif terkait bagaimana surat kabar Fajar dan Tribun Timur mengkonstruksi wacana penolakan BBM 2014 oleh mahasiswa Makassar yang berakhir rusuh melalui media fotografi. Semiologi pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Dalam hal ini memaknai (to signify) tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Sebab memaknai bukan hanya berarti bahwa objek-objek yang diteliti tidak hanya membawa informasi, tetapi juga mengonstitusi sistem terstruktur dari tanda (Vera, 2014).
Analisis Data Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, sesuai dengan pendapat Pawito (2007), peneliti berusaha memberikan gambaran, memaparkan serta menginterpretasikan objek yang diteliti dengan kata-kata secara sistematis dan factual. Tahap awal penulis mengumpul semua foto peristiwa yang berkaitan dengan aksi demonstrasi mahasiswa terkait isu BBM pada bulan November 2014. Teknik ini terdiri atas tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Pada tahap pertama, temuan data dari hasil wawancara, observasi dan studi pustaka di kelompokkan. Setelah itu peneliti menyusun catatan (memo) mengenai segala aspek yang berkaitan dengan proses penelitian termasuk tema dan pola data. Selanjutnya peneliti menyusun rancangan konsep-konsep dari data yang telah dikumpulkan.
Lokasi dan Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan april sampai dengan juli 2015 dan penelitian ini dilakukan di kota Makassar. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua kategori, yaitu data primer dan skunder. Data primer yaitu sumber data yang diperoleh langsung dari hasil pengumpulan penulis berupa foto jurnalistik terkait demo anarkis mahasiswa Makassar terkait penolakan isu kenaikan BBM November 2014 pada harian Fajar dan Tribun Timur. Data sekunder yaitu data yang diperoleh oleh peneliti melalui informan dengan
HASIL PENELITIAN Penggambaran Anarkisme demonstrasi mahasiswa Makassar terkait isu kenaikan BBM(2014) dalam foto jurnalistik surat kabar Fajar dan Tribun Timur Penelitian ini mengkaji tampilan visual berupa foto jurnalistik yang tercetak dalam surat kabar yang terbit setiap hari yakni Fajar dan 196
Semiotika, fotografi, anarkisme, demonstrasi, Fajar, Tribun Timur
Tribun Timur. Penelitian ini akan melakukan kajian yang lebih mendalam sehubungan dengan muatan pesan yang terkandung di dalam foto – foto tersebut. Hasil analisis dari foto – foto kedua media tersebut, memperlihatkan perbedaan yang cukup mencolok. Foto jurnalistik memang dapat merekam potongan realitas yang terjadi, tetapi tidak mampu menampilkan kebenaran secara utuh. Tulisan dan gambar yang tampil pada media massa, merupakan wujud subjektifitas dalam menafsirkan suatu peristiwa, yang kemudian dikonstruksikan kembali melalui berita yang berisi fakta dan opini menurut versi mereka masing – masing. Oleh karena itu, sikap kritis selalu diperlukan dalam membaca dan melihat tampilan suatu berita di media massa. Pemberitaan peristiwa lewat foto jurnalistik oleh harian Fajar dan Tribun Timur tentang anarkisme demonstrasi mahasiswa Makassar terkait isu kenaikan harga BBM sesuai standar jurnalistik juga menggunakan caption, headline dan ada juga yang gabungan dari ketiganya. Harian fajar dalam corpus foto 1,2,3 menggunakan sebuah caption untuk menjelaskan secara keseluruhan rentetan peristiwa anarkisme demonstran. Isi dari captionnya adalah pengulangan penjelasan dan beberapa tambahan informasi tentang denotasi dari berita tersebut. Pemilihan judul foto jurnalistik pada harian Fajar juga lebih menegaskan tentang pesan foto itu sendiri, judul foto seperti: “Represif”, “Bentrok” dan “Tutup Jalan” memberikan konotasi negatif bagi para pembacanya. Penggambaran anarkisme melalui pemilihan judul menjadi petanda yang cukup kuat untuk melihat bagaimana posisi Fajar merepresentasikan demonstrasi yang dilakukan mahasiswa Makassar dalam menaggapi kenaikan harga BBM. Hal yang serupa juga telah diperagakan oleh harian Tribun Timur, pemilihan kata pada judul foto seperti: “Bakar Ban” dan “Bubarkan Paksa”, menjadi petanda yang kuat untuk menggambarkan anarkisme demonstrasi mahasiswa Makassar terkait isu kenaikan harga BBM pada November 2014. Beberapa foto yang menjadi korpus penelitian ini yang berasal dari koran Tribun Timur memang tidak memiliki judul. Yang terlampir dalam cetakannya adalah nama fotografer dan nama harian tersebut. Hal ini berkaitan dengan kebijakan redaksional media
ISSN 2302-6340
tersebut. Pemberian caption foto pada Tribun Timur juga tidak seperti harian Fajar, dimana kesemuanya memiliki satu atau dua kalimat penjelas mengenai foto beritanya. Makna pesan dibalik foto anarkisme demonstrasi mahasiswa Makassar terkait isu BBM dalam surat kabar Fajar dan Tribun Timur edisi November 2014 Berdasarkan temuan sejumlah korpus foto pada surat kabar Fajar dan Tribun timur yang mengangkat isu anarkisme demonstrasi mahasiswa Makassar dalam menyikapi kenaikan harga BBM periode November 2014 peneliti telah menginterpretasikan makna pesan-pesan harfiah yakni pesan ikonik tak berkode yang terdapat pada foto jurnalistik sebagai sebuah analogon yang berada pada tataran denotasi citra mahasiswa Makassar yang kerap anarkis ketika melakukan aksi demonstrasi. Foto dengan objek kerumunan massa mahasiswa yang menutup jalan dalam menjalankan demontrasi menolak kenaikan harga BBM merupakan denotasi yang dapat dimaknai oleh pembaca sebagai pelanggaran hukum yang sifatnya anarkistis, dimana segala aturan dilanggar demi pencapaian tujuan kelompok tertentu. Denotasi citra pengerahan aparat militer dengan perlengkapannya, polisi yang menembakkan gas air mata dan menendang jurnalis menjadi tanda denotasi yang secara harfiah menaturalkan pesan simbolik anarkisme tersebut. Pesan simbolik/pesan ikonik berkode (coded iconic message), korpus foto jurnalistik kedua surat kabar tersebut yang berada pada tataran konotasi yang keberadaannya didasarkan atas kode budaya tertentu atau familiaritas terhadap streotip tertentu. Stereotype tentang militerisme yang berkuasa menjadi tanda konotasi yang nampak dalam foto anarkisme demonstrasi mahasiswa Makassar. Tendangan aparat, tembakan gas airmata, pentungan menjadi kode tentang kekuatan militerisme yang mampu mengalahkan lawannya seperti dalam peperangan. PEMBAHASAN Penelitian ini menemukan bahwa foto jurnalistik surat kabar Fajar dan Tribun Timur yang mengandung tema anarkisme demonstrasi mahasiswa Makassar terkait isu kenaikan harga BBM pada November secara gamblang telah 197
Triyudha Yanto
ISSN 2302-6340
direkontruksi oleh fotografer media tersebut dengan pemilihan objek berupa tindakan aparat keamanan yang sporadis membubarkan aksi anarkis demontran, pelanggaran aturan demontrasi seperti penutupan jalan umum tanpa izin, penggunaan anak-anak dibawah umur, penyerangan jurnalis dan beberapa objek lainnya sedangkan bagaimana menggambarkannya, fotografer secara konotatif telah mengambil angle, trik efek, ekspresi, format gambar agar tercipta citra betapa rusaknya cara mahasiswa dalam menyuarakan pendapatnya, jauh dari nilai-nilai moralitas, etik dan rasionalitas. Temuan ini sejalan dengan pendapat Berger dalam Ajidarma (2001), buku The Ways of Seeing mengupas hubungan makna dengan foto. Setiap foto menyampaikan dua pesan yaitu pesan yang menyangkut peristiwa yang dipotret dan menyangkut sentakan diskontinuitas. Pada dasarnya menurut Sobur (2013), studi media massa mencakup pencarian pesan dan makna dalam materi (isi teks), karena sesungguhnya semiotika komunikasi seperti halnya basis studi komunikasi adalah proses komunikasi yang intinya adalah mencari makna. Dengan kata lain, kita mempelajari media adalah untuk mempelajari makna dari mana asalnya, seperti apa, apa tujuannya, bagaimana disampaikan, dan bagaimana kita (pembaca) memberikan (menafsirkan) maknanya. Secara singkat kata Eriyanto (2001), dapat kita simpulkan bahwa analisis semiotika (semiotical analysis) merupakan cara atau metode untuk menganalisis dan memberikan maknamakna terhadap paket-paket lambang pesan atau teks dengan segala bentuknya (sign) baik pada media massa maupun dokumen/teks lainnya. Dengan kata lain, analisis semiotika bekerja untuk melacak makna-makna yang diangkut dengan teks berupa lambang-lambang (signs), dimana tekslah yang menjadi pusat perhatian analisis dalam penelitian semiotika. Hal ini sejalan dengan pendapat Hasrullah ( 2010), social symptom menunjukkan bahwa kita berada dalam kepungan simbol yang mempengaruhi mindset, prilaku dalam human communication. Surat kabar Fajar dan Tribun Timur sebagai dua terbesar dalam kategori media cetak dengan oplah terbesar tentunya memiliki target tertentu dalam pemberitaannya. Selain mengejar oplah dan tentunya keuntungan sebesar-besarnya, kedua
raksasa media tersebut telah menciptakan mitos yang telah melahirkan ideologi tertentu. Pemberitaan tentang anarkisme demonstrasi mahasiswa Makasar terkait isu kenaikan harga BBM melalui foto jurnalistik juga tak luput dari prinsip-prinsip diatas. Menurut Alwi (2004), tujuan foto jurnalistik adalah memenuhi kebutuhan mutlak penyampaian informasi kepada sesama, sesuai amandemen kebebasan berbicara dan kebebasan pers (freedom of speech and freedom of press). Penempatan foto berita mengenai anarkisme demonstrasi mahasiswa tersebut cenderung pada halaman pertama pada kedua surat kabar tersebut. berdasarkan korpus yang dipilih oleh peneliti dimana harian Fajar terbitan tanggal 14,18 dan 19 November menjadikan peristiwa tersebut pada halaman pertama. Hal ini menandakan bahwa kejadian tersebut merupakan hal yang paling penting untuk diketahui oleh para pembacanya. Harian Tribun Timur pada terbitannya juga seperti pesaingnya Fajar, menjadikan peristiwa tersebut sebagai headline/halaman pertama dan pemberitaannya. Bahkan harian Tribun Timur membuatkan rubrik khusus, sejenis esai foto yang bernama “Tribun Snapshot”. Rubrik tersebut menampilkan beberapa foto yang disusun secara khusus dan menceritakan bagaimana kejadian anarkisme tersebut meledak secara berurutan dan dilengkapi dengan satu paragraf yang menjelaskan secara keseluruhan kejadian tersebut. Mitos tentang anarkisme demonstrasi pada zaman ini serta merta hadir dalam foto berita kedua surat kabar terbesar di Makassar tersebut. Menurut Barthes dalam Sunardi (2004), mitos hadir dalam bahasa simbolik suatu benda seperti dalam gambar atau gerakan tertentu. Demonstran yang seharusnya menyampaikan aspirasi rakyat tertindas justru lebih banyak menyusahkan warga dengan prilaku anarkisnya. Perilaku aparat yang represif malah dianggap sebagai sesuatu yang dibutuhkan untuk mengatasi anarkisme tersebut. Hal ini, sangat bertolak belakang dengan konsep aksi mahasiswa demonstrasi pada era akhir orde baru yang menuntut presiden Suharto turun dari jabatannya. Aparat memang sempat menyerang demonstran sehingga menimbulkan beberapa korban jiwa, akan tetapi tak lama setelahnya aksi mahasiswa semakin besar dan bergulir disetiap daerah sehingga mengubah era orde baru menjadi
198
Semiotika, fotografi, anarkisme, demonstrasi, Fajar, Tribun Timur
orde reformasi yang ditandai dengan pergantian presiden.
ISSN 2302-6340
DAFTAR PUSTAKA Ajidarma. (2001). Kisah Mata Fotografi antara Dua Subyek: Perbincangan tentang Ada. Yogyakarta: Galang Press Alwi A.M. (2004). Foto Jurnalistik. Jakarta: PT Bumi Aksara Cangara H. (2002). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Eriyanto. (2001). Analisis Wacana. Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi Aksara Hasrullah. (2010). Konstestasi Wacana dan Retorika. Yogyakarta: Adil Media. Kusumaningrat. (2006). Jurnalistik: Teori dan Praktik. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Marvy. (2014). Partisipasi Politik dalam Foto Demonstrasi Anti Kenaikan Bahan Bakar Minyak 2012 di Harian Kompas dan Harian Jawa Pos, VOL. 2 No. 1 Tahun 2014: 15 Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKiS Pelangi Nusantara. Sobur A. (2013). Semiotika Komunikasi (Cetakan Kelima). Bandung: Rosdakarya. Sunardi. (2004). Semiotika Negativa. Yogyakarta: Penerbit Buku Baik Vera N. (2014). Semiotika dalam Riset Komunikasi. Jakarta: Ghalia Indonesia Yusuf M. (2001). Foto Sidang Tahunan Harian Kompas (Suatu Analsisis Isi Foto Berita Berdasarkan News Value). Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Fisip Unhas.
KESIMPULAN DAN SARAN Anarkisme demonstrasi mahasiswa yang digambarkan oleh surat kabar Fajar dan Tribun Timur melalui foto berita dan caption adalah sebuah bentuk konstruksi makna yang dilakukan oleh media. Hal ini ditandai dengan pemilihan foto, objek, angle, ikon dan simbol foto yang berkaitan dengan pemberitaannya. Trick effect, pose, object, photogenia aestethism dan sintaksis pada setiap foto yang berhubungan dengan demonstrasi mahasiswa Makassar menandakan bahwa anarkisme adalah hal yang terjadi pada setiap demonstrasi tersebut. Melalui denotasi dan konotasi yang dikonstruksi dalam foto-foto tersebut dapat diintrepetasikan bahwa aksi demo yang sejatinya adalah proses penyampaian pendapat, kini telah bergeser menjadi proses kekerasan, dimana penggunaan aparat keamanan mutlak diperlukan untuk menangani aksi tersebut. Demonstrasi sebagai sarana pengungkapan pendapat dalam pemberitaannya hendaklah menekankan aspek isi atau pesan demonstrasi tersebut ketimbang efek dari demontrasi tersebut yang bersifat anarkisme.
199