IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Sejarah Singkat Perkembangan Pelabuhan Dibukanya Terusan Suez bagi pelayaran membawa pengaruh terhadap meningkatnya arus kunjungan kapal ke Indonesia. Pelabuhan Sunda Kelapa yang merupakan pelabuhan utama pada masa itu, tidak mampu lagi menampung kapalkapal niaga yang berkunjung ke pelabuhan tersebut, maka diambil keputusan untuk membangun pelabuhan baru di sebelah Timur Pelabuhan Sunda Kelapa dan pelabuhan ini dikenal dengan nama Pelabuhan Tanjung Priok. Pembangunan Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 1877 dilaksanakan secara bertahap, dimulai dari dermaga kolam Pelabuhan I dan selesai tahun 1883 dengan dibangun batu penahan gelombang (dam) dalam empat periode sekitar 100 tahun yakni dari tahun 1877 hingga 1972. Periode pertama pembangunan pintu Dam Barat dari tahun 1877 hingga 1882. Periode kedua pembangunan kolam Pelabuhan II tahun 1914 dan kolam Pelabuhan III pada tahun 1921, sedangkan pembuatan dam di depan kolam Pelabuhan II & III sejajar pantai pada tahun 1915 hingga 1920, pembangunan kolam Nusantara I tahun 1955 dan tahun 1971 dilanjutkan dengan pembangunan kolam Nusantara II. Periode ketiga merupakan perpanjangan dari pembangunan dam pada periode kedua ke arah Timur yakni pada tahun 1961 (Dam Citra). Periode keempat dibangun pintu Timur pada tahun 1972 oleh Pertamina dengan konstruksi sheet pile tetapi sampai sekarang belum berfungsi dan bahkan sheet pile itu sendiri termakan karat (korosif). Pengelolaan Pelabuhan selama beberapa periode telah mengalami beberapa kali perubahan. Kronologis perubahan tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut: Periode 1960 – 1963 Pengelolaan pelabuhan umum dilakukan oleh Perusahaan Negara (PN) Pelabuhan I hingga VIII berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 prp tahun 1960.
35
Periode 1964 – 1969 Aspek komersial dari pengelolaan pelabuhan tetap dilakukan oleh PN Pelabuhan, tetapi kegiatan operasional pelabuhan dikoordinasikan oleh Lembaga Pemerintah yang disebut Port Authority. Periode 1969 – 1983 Pengelolaan
masing-masing
pelabuhan
umum
dilakukan
Badan
Pengusahaan Pelabuhan (BPP) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1969. PN Pelabuhan dibubarkan dan lembaga pemerintah Port Authority diganti menjadi BPP. Periode 1983 – 1992 Pengelolaan pelabuhan umum dibedakan antara pelabuhan umum yang diusahakan dan pelabuhan umum yang tidak diusahakan. Pengelolaan pelabuhan umum yang diusahakan dilakukan oleh Perusahaan Umum (PERUM) Pelabuhan, sedangkan pengelolaan pelabuhan umum yang tidak diusahakan dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis di bawah Direktorat Jenderal Perhubungan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 1983. PERUM Pelabuhan II merupakan salah satu dari empat PERUM Pelabuhan yang mengelola pelabuhan-pelabuhan yang diusahakan, dan dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 1983. Periode 1992 – sampai sekarang Status PERUM Pelabuhan II berubah menjadi PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 57, tanggal 19 Oktober 1991, dan dikukuhkan dengan Akta Pendirian Perusahaan Nomor 3 oleh Notaris Imas Fatimah Sarjana Hukum di Jakarta pada tanggal 1 Desember 1992. Perubahan status PERUM Pelabuhan Indonesia II menjadi PT. (PERSERO) Pelabuhan Indonesia merupakan suatu kepercayaan dari pemerintah, didasarkan pada pertimbangan keberhasilan manajemen peningkatan pengelolaan pelabuhan-pelabuhan yang diusahakan oleh perusahaan selama ini.
36
Periode 1 April 1999 Sejalan dengan iklim privatisasi, Pemerintah memberikan kepada PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II untuk melaksanakan privatisasi. Pada tanggal 1 April 1999 telah dilakukan privatisasi secara parsial (usaha bongkar muat peti kemas yaitu TPK I dan TPK II Tanjung Priok) melalui pembentukan anak perusahaan dengan nama PT. Jakarta Internasional Container Terminal. Pada tahun 2002 Divisi Usaha Terminal (DUT) yang merupakan perusahaan anak cabang dari Cabang Pelabuhan Tanjung Priok yang berfungsi melakukan kegiatan bongkar muat telah menjadi PT. Multi Terminal Indonesia (MTI). 4.2. Karakteristik Pelabuhan 1) Posisi Geografis Pelabuhan Tanjung Priok terletak di Pantai Utara Pulau Jawa di Teluk Jakarta, pada posisi 06º-06’-00” LS. dan 106º - 53’ - 00” BT, di Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya dengan luas daratan 604 Ha dan kolam 424 Ha dengan panjang penahan gelombang 8.465 km. Secara administratif Kecamatan Tanjung Priok terdiri dari 7 kelurahan, di mana batas-batas dari wilayah tersebut adalah: ¾ Sebelah Utara berbatasan dengan Pantai Laut Jawa ¾ Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Raya Sunter Kemayoran, Kecamatan Kemayoran ¾ Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pademangan ¾ Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Yos Sudarso, Kecamatan Koja dan Kelapa Gading
37
2) Kondisi Hidro-Oseanografi a. Hidrografi Keadaan pantai sekitar Pelabuhan Tanjung Priok landai dan dasar lautnya lumpur pasir kedalaman alur masuk sekitar 10 - 14 m. b. Pasang Surut Waktu tolak pada GMT + 7 jam, dengan muka surutan (ZO) 60 cm di bawah duduk tengah. Sifat pasang surut adalah harian tunggal, dengan tunggang air rata-rata pada pasang purnama sebesar 86 cm dan tunggang air rata-rata pada pasang mati sebesar 26 cm. c. A r u s Posisi stasion arus tower: 05º - 54’ - 34” LS dan 107º - 00’ - 14” BT. Kecepatan maximum arus umumnya mencapai 1 knot dengan arah sekitar 050º terjadi pada air surut. Arus bukan pasang surut mempunyai kecepatan sekitar 0.3 knot dengan arah 045º kecepatan arus pasang surut mencapai 1.1 knot pada waktu
spring tides dengan arah sekitar 050º pada waktu air surut dan sekitar 230º pada waktu air pasang. d. Gelombang Tinggi gelombang pada umumnya berkisar 0,1 hingga 1 m, periode gelombang berkisar 1 - 8 detik, panjang gelombang mencapai kejauhan 1 - 21 m, tinggi gelombang berkisar antara 20 - 50 cm, kondisi tersebut berubah-ubah tergantung pada kecepatan angin. e. S u h u Suhu di perairan Teluk Jakarta cenderung semakin tinggi semakin ke daerah pantai. Kisaran suhu rata-rata pada bulan April dan Mei antara 21,1º C hingga 29,7º C, suhu maksimum mencapai kisaran antara 29,1º C hingga 29,7º C. Pada bulan Oktober dan Nopember suhu maksimum bisa mencapai 28,6º C
38
hingga 29,2º C. Pada saat-saat tertentu bisa meningkat sampai dengan 30,5º C sedangkan suhu terendah berkisar 26,5º C. f. I k l i m Pelabuhan Tanjung Priok mempunyai iklim tropis yang menurut penggolongan Schmidt dan Ferguson (tahun 1951) termasuk golongan D. Iklim mengalami dua musim yaitu musim hujan/wet season/manson Barat terjadi pada bulan Oktober sampai dengan April dengan kelembaban nisbi maksimum 81º dan kelembaban minimum 71º dengan rata-rata kelembaban pertahun 75 %. Curah hujan rata-rata perbulan 156,7 mm dengan rata-rata hari hujan 11,9 hari. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari sebanyak 555,6 mm dan terendah pada bulan Agustus sebesar 45,5 mm. Musim kemarau/dry
season/manson Timur terjadi pada bulan April sampai dengan Oktober. 4.3. Evaluasi Trafik, Kinerja Dan Utilisasi Fasilitas Pelabuhan Tahun 1998 – 2002 Data berikut diadopsi dari hasil pemetaan faktor-faktor internal dan eksternal Pelabuhan PELINDO II yang dicantumkan dalam Rencana Strategis Cabang Pelabuhan Tanjung Priok 2003 – 2007. 1) Pertumbuhan trafik yang melalui Pelabuhan Tanjung Priok selama tahun 1998 – 2002 a) Arus Kunjungan Kapal Perkembangan kunjungan kapal melalui Pelabuhan Tanjung Priok dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (1998 - 2002) dapat dilihat pada Gambar 3.
39 Grafik Arus Kunjungan Kapal dalam Unit 14,000 12,000
Jumlah Unit
10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0
1998
1999
2000
2001
2002
Reguler
2,487
2,693
2,586
2,659
2,870
Non Reguler
2,049
1,976
2,531
2,704
2,036
Pelayaran Dalam Negeri
9,312
9,864
11,038
11,496
11,272
265
274
226
209
144
Kapal Negara /Tamu
Gambar 3. Grafik arus kunjungan kapal di Pelabuhan Tanjung Priok (dalam unit) Pertumbuhan arus kunjungan kapal dalam satuan unit selama kurun waktu 5 (lima) tahun rata-rata mencapai 3,70% yaitu dari 14.113 call menjadi 16.322
call, sedangkan pertumbuhan dalam satuan GT rata-rata mencapai 5,91% yaitu dari 74 juta GT menjadi 93 juta GT. Kapal-kapal luar negeri non reguler mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi dalam GT rata-rata sebesar 0,16% walaupun mengalami penurunan dalam satuan unit. Hal ini menunjukkan kecenderungan bahwa, kapal-kapal yang berkunjung adalah kapal-kapal dengan ukuran GT yang semakin besar. Pada umumnya kapal-kapal non reguler adalah kapal-kapal yang mengangkut barang-barang pangan yaitu beras, gula dan kacang kedelai. Keterbatasan kedalaman dermaga merupakan kendala untuk menampung kapal yang lebih besar. Kapal cargo non peti kemas yang lebih dari 14 LWS, telah mengalihkan kegiatannya ke dermaga khusus yang mempunyai kedalaman yang mencukupi (Gambar 4).
40
Grafik Arus Kunjungan Kapal dalam GT 45.000.000 40.000.000
Jumlah GT
35.000.000 30.000.000 25.000.000 20.000.000 15.000.000 10.000.000 5.000.000 0
Reguler
1998
1999
2000
2001
2002
33.413.812
36.984.155
36.742.170
35.698.021
38.864.313
Non Reguler
16.088.332
16.412.011
20.842.333
24.219.813
19.886.323
Pelayar an Dalam Negeri
23.879.819
25.376.920
28.139.113
28.772.158
33.969.072
684.442
749.230
696.261
594.822
457.507
Kapal Negara / Tamu
Gambar 4. Grafik arus kunjungan kapal di Pelabuhan Tanjung Priok (dalam GT) b) Arus Barang Perkembangan arus barang dalam kurun waktu 5 tahun terakhir sebagai berikut: Berdasarkan Perdagangan Perkembangan arus barang berdasarkan perdagangan melalui Pelabuhan Tanjung Priok dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (1998-2002) dapat dilihat pada Gambar 5.
41
Grafik Arus Barang Berdasarkan Perdagangan
Jumlah Ton
15.000.000
10.000.000 5.000.000
0
1998
1999
2000
2001
2002
Impor
7.537.972
8.392.965
9.445.562
10.846.549
11.813.315
Ekspor
3.799.705
4.884.995
5.239.703
5.208.969
4.440.417
Bongkar
10.700.137
10.203.951
12.677.459
12.579.993
14.123.243
Muat
2.982.896
3.192.835
4.269.769
4.339.334
5.227.419
Gambar 5. Grafik arus barang di Pelabuhan Tanjung Priok berdasarkan perdagangan Sejalan dengan kenaikan arus kapal, maka arus barang pun mengalami kenaikan yang berimbang antara barang antar negara dan antar pulau. Pertumbuhan barang-barang antar negara rata-rata mencapai 9,42% yaitu dari 11,3 juta ton pada tahun 1998 menjadi 16,3 juta ton pada tahun 2002. Sedangkan pertumbuhan barang-barang antar pulau rata-rata mencapai 9,05% yaitu dari 13,7 juta ton pada tahun 1998 menjadi 19,4 juta ton pada tahun 2002. Untuk perdagangan luar negeri, pertumbuhannya lebih mengarah kepada kegiatan impor dengan pertumbuhan rata-rata pertahun sebesar 11,89 %. Berdasarkan Distribusi Perkembangan arus barang berdasarkan distribusi melalui Pelabuhan Tanjung Priok dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (1998-2002) dapat dilihat pada Gambar 6.
42
Grafik Arus Barang Berdasarkan Distribusi 20.000.000
Jumlah Ton
15.000.000 10.000.000 5.000.000 0
1998
1999
2000
2001
2002
Langsung
10.419.439
12.399.292
10.599.670
11.127.211
16.748.877
Gudang
1.415.932
1.729.925
5.538.527
3.814.534
3.346.947
Lapangan
3.108.990
3.235.978
5.226.403
6.610.113
3.760.469
Dermaga khusus
10.076.349
9.309.551
10.198.893
11.397.987
11.748.001
-
-
69.000
25.000
-
Loading point
Gambar 6. Grafik arus barang berdasarkan distribusi Pelabuhan Tanjung Priok Arus barang di dermaga umumnya mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 12,40% yaitu dari 14,9 juta ton pada tahun 1998 menjadi 23,86 juta ton pada tahun 2002. Kenaikan ini seiring dengan kenaikan barang masuk gudang yang cukup tinggi yaitu dari 1,4 juta ton pada tahun 1998 menjadi 3,3 juta ton pada tahun 2002 atau mengalami pertumbuhan rata-rata 23,99%. Sedangkan pertumbuhan barang angkutan langsung rata-rata sebesar 12,60% yaitu dari 10,4 juta ton pada tahun 1998 menjadi 16,7 juta ton pada tahun 2002. Berdasarkan Kemasan Perkembangan arus barang berdasarkan kemasan melalui Pelabuhan Tanjung Priok dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (1998 - 2002) dapat dilihat pada Gambar 7.
43
Grafik Arus Barang Berdasarkan Kemasan 12.000.000
Jumlah Ton
10.000.000 8.000.000 6.000.000 4.000.000 2.000.000 0
1998
1999
2000
2001
2002
General Cargo
6.211.769
6.254.918
8.692.300
9.420.642
9.792.976
Bag Cargo
3.110.633
3.263.138
1.665.011
3.769.330
2.757.960
Curah Cair
8.934.491
9.257.679
9.726.360
10.094.114
10.670.552
Curah Kering
5.117.517
5.242.014
6.928.449
7.243.533
6.760.100
Petikemas
1.646.300
2.656.997
4.620.373
2.447.226
5.622.806
Gambar 7. Grafik arus barang berdasarkan kemasan di Pelabuhan Tanjung Priok General Cargo Pertumbuhan barang dalam kemasan general cargo periode 1998 - 2002 rata-rata mencapai 57,65%. Pada tahun 2001 terjadi peningkatan barang general
cargo cukup tinggi yang disertai dengan menurunnya peti kemas, hal ini terjadi karena adanya kecenderungan keterlambatan pengapalan akibat kendala angkutan darat khusus untuk barang transhipment. Bag Cargo Barang-barang dalam kemasan bag cargo selama 5 tahun terakhir mengalami penurunan rata-rata sebesar 2,96% disebabkan adanya kecenderungan beralihnya penggunaan kemasan ke peti kemas yang relatif lebih praktis dan aman serta adanya kebijakan kenaikan pengenaan bea masuk untuk jenis barang impor tertentu.
44
Curah Cair Potensi arus barang curah cair yang melalui Pelabuhan Tanjung Priok antara 8 – 10 juta ton per tahun dengan jenis komoditi dominan berupa CPO (angkutan dalam negeri) dan BBM. Curah Kering Arus barang curah kering selama 5 tahun terakhir mengalami pertumbuhan rata-rata mencapai 7,21%. Peti Kemas Arus barang untuk peti kemas selama 5 tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu rata-rata sebesar 35,94% dalam ton dan 29,60% dalam TEU’s. c) Arus Penumpang Perkembangan arus penumpang melalui Pelabuhan Tanjung Priok dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (1998 - 2002) dapat dilihat pada Gambar 8. Grafik Arus Penumpang
Jumlah Orang
1.000.000 800.000 600.000 400.000 200.000 -
1998
1999
2000
2001
2002
Embarkasi LN
2.761
-
693
372
-
Debarkasi LN
3.194
-
639
372
-
Embarkasi DN
496.340
857.938
845.462
895.215
720.671
Debarkasi DN
503.685
842.577
811.463
814.118
712.340
Gambar 8. Grafik arus penumpang kapal di Pelabuhan Tanjung Priok
45
Pertumbuhan arus penumpang dalam negeri rata-rata mencapai 9,41% yaitu dari 1 juta tahun 1998 menjadi 1,43 juta pada tahun 2002. Namun demikian, sejak tahun 1999-2002 terjadi penurunan arus penumpang dari tahun ke tahun. Kecenderungan ini terjadi akibat adanya perang tarif angkutan khususnya tarif penerbangan yang hampir menyamai tarif angkutan darat dan laut sehingga penumpang lebih cenderung memilih pesawat terbang karena lebih cepat. 2) Kinerja Pelayanan Kapal dan Barang a) Kinerja Pelayanan Kapal Selama 5 tahun terakhir, arus kunjungan kapal dapat dilihat pada grafik berikut. Kinerja Pelayanan Kapal Luar Negeri Kinerja pelayanan kapal luar negeri di Pelabuhan Tanjung Priok dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (1998-2002) dapat dilihat pada Gambar 9. Kinerja Pelayanan Kapal Luar Negeri 80
Jumlah Jam
70 60 50 40 30 20 10 0
TURN ROUND TIME
1998
1999
2000
2001
2002
58.48
68.71
51.90
63.00
59.76
WAITING TIME
6.63
15.23
3.00
7.10
6.43
BERTHING TIME
51.85
53.48
48.90
55.90
53.33
EFFECTIVE TIME
34.80
38.96
34.70
40.78
46.83
Gambar 9. Kinerja pelayanan kapal luar negeri di Pelabuhan Tanjung Priok
Turn round time kapal luar negeri masih relatif stabil sejalan dengan semakin meningkatnya efective time bila dibandingkan dengan berthing time. Hal
46
ini merupakan keuntungan bagi perusahaan pelayaran maupun cargo owner, yang pada akhirnya juga menguntungkan konsumen secara keseluruhan. Kinerja Pelayanan Kapal Pelayaran Dalam Negeri Kinerja pelayanan kapal dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (1998-2002) dapat dilihat pada Gambar 10. Kinerja Pelayanan Kapal Dalam Negeri 70
Jumlah Jam
60 50 40 30 20 10 0 1998
1999
2000
2001
2002
TURN ROUND TIME
65.47
56.85
48.58
57.17
58.05
WAITING TIME
13.46
7.20
3.58
10.35
6.04
BERTHING TIME
52.01
49.65
45.00
46.82
52.01
EFFECTIVE TIME
26.59
27.24
27.00
27.14
28.42
Gambar 10. Kinerja pelayanan kapal dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok Peningkatan pelayanan kapal dari tahun ke tahun menunjukkan adanya kecenderungan perbaikan terutama efective time, sedangkan berthing time beberapa tahun terakhir ada penurunan. Hal ini terjadi karena adanya upaya spesialisasi lokasi kegiatan bongkar muat sehingga dapat mempersingkat waktu kapal di tambatan. b) Kinerja Pelayanan Barang Kinerja Pelayanan Barang Pelayaran Luar Negeri Kinerja pelayanan barang luar negeri di Pelabuhan Tanjung Priok dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (1998-2002) dapat dilihat pada Gambar 11.
47
Kinerja Pelayanan Barang Luar Negeri 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 1998
1999
2000
2001
2002
GENERAL CARGO
26,25
26,39
34,29
37,42
47,10
BAG CARGO
37,57
36,00
35,84
34,25
47,10
CURAH CAIR
143,55
106,63
134,05
121,50
179,30
CURAH KERING
45,14
45,32
98,02
101,75
146,90
PETIKEMAS
19,00
18,00
18,00
12,00
14,20
Gambar 11. Kinerja pelayanan barang luar negeri di Pelabuhan Tanjung Priok Dari grafik di atas terlihat peningkatan kinerja pelayanan bongkar muat yang cukup berarti pada beberapa jenis kemasan sehingga dapat mempercepat pelayanan kapal di tambatan. Kinerja bongkar muat peti kemas terlihat mengalami penurunan yang cukup signifikan dari tahun 2000 ke 2001 diakibatkan pada tahun 2001 data kinerja yang dihitung adalah murni kinerja pelayanan peti kemas di terminal conventional, sedangkan pada tahun 2000 dan sebelum masih memperhitungkan kinerja pelayanan peti kemas di PT. JICT dan UTPK Kodja. Kinerja Pelayanan Barang Pelayaran Dalam Negeri Kinerja pelayanan barang dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (1998-2002) dapat dilihat pada Gambar 12.
48
Kinerja Pelayanan Barang Dalam Negeri 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 1998
1999
2000
2001
2002
GENERAL CARGO
24,72
25,59
32,53
29,33
37,90
BAG CARGO
33,26
32,27
34,90
35,58
39,20
CURAH CAIR
107,34
107,39
75,78
104,67
174,50
CURAH KERING
40,80
37,60
80,37
81,50
115,20
PETIKEMAS
9,00
10,00
9,00
10,00
13,65
Gambar 12. Kinerja pelayanan barang dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok Secara umum terjadi peningkatan TGH dari beberapa jenis kemasan barang dalam 5 tahun terakhir. Hal ini dapat dicapai dengan adanya perbaikan pada sistem pelayanan dan tersedianya peralatan yang mendukung kegiatan percepatan bongkar-muat. 3) Utilisasi Fasilitas Pelabuhan Perkembangan utilisasi fasilitas pelabuhan di Pelabuhan Tanjung Priok dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (1998-2002) dapat dilihat pada Tabel 8.
49
Tabel 8. Perkembangan utilisasi fasilitas pelabuhan di Pelabuhan Tanjung Priok
No
Uraian
1998
1999
2000
2001
2002
3
6
7
8
9
10
Bor
%
65,72
71,17
68,00
66,75
68,90
BTP
ton/m
3,441
3,705
3,597
3,555
4,184
SOR
%
30,67
33,05
40,83
40,42
40
STP
ton/m2
4,66
3,48
38,32
32,38
26,09
YOR
%
22,43
22,16
45,00
47,83
45,42
YTP
ton/m2
5,83
3,73
17,03
26,60
30,89
1
2
1.
Dermaga
2.
Realisasi Tahun
Satuan
Gudang
3.
Lapangan
Sumber: PELINDO II (2003)
Pada Tabel 8 menunjukkan bahwa penggunaan fasilitas belum maksimal, terutama gudang dan lapangan masih rendah. Sedangkan penggunaan dermaga (BOR) dalam keadaan relatif tinggi (70 %) dalam kondisi berth time yang masih tinggi dan efective time per-hari 18 jam dan BTP mengalami pertumbuhan ratarata sebesar 5,01% yaitu dari 3.441 ton/m2 pada tahun 1998 menjadi 4.184 ton/m2 pada tahun 2002. Dari tahun 1998 hingga tahun 2002, STP mengalami penurunan kecuali pada tahun 2000 mengalami kenaikan disebabkan kegiatan perekonomian yang juga meningkat. Sedangkan YTP selama 5 tahun terakhir mengalami kenaikan. 4) Fasilitas dan Peralatan Pelabuhan a) Dermaga Perkembangan fasilitas dan peralatan pelabuhan di Pelabuhan Tanjung Priok dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (1998-2002) dapat dilihat pada Tabel 9.
50
Tabel 9. Fasilitas dan peralatan pelabuhan Kedalaman (MLWS)
Panjang (m)
Kapasitas
8-12
6,309
9,463,500 ton
b) Dry bulk
12
1,346
7,403,000 ton
c) Liquid bulk
8
596
8,940,000 ton
d) Terminal penumpang
12
300
a) Dermaga JICT
12
1,637
2400 teus
b) Dermaga TPK Koja
14
450
490 teus
No.
Uraian
1.
Dermaga Umum a) Break bulk
2.
Dermaga Swasta
c) Dermaga Bogasari
9
362
d) Dermaga DKP
9
276
e) Dermaga PMB
9
100
Sumber: PELINDO II (2003)
Kapasitas
diperhitungkan
dalam
kondisi
normal
dengan
mempertimbangkan aspek waktu efektif untuk terminal nusantara rata-rata 14 jam dan terminal ocean going rata-rata 18 jam, kedalaman fasilitas dan rata-rata pencapaian produktivitas bongkar muat pada masing-masing peruntukan terminal. b) Gudang dan Lapangan Penumpukan Perkembangan gudang dan lapangan penumpukan Pelabuhan Tanjung Priok dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (1998-2002) dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Gudang dan lapangan penumpukan Pelabuhan Tanjung Priok
No. 1.
2.
Uraian
Luas Seluruh (m2)
Luas Efektif (m2)
Kapasitas (ton)
Gudang a) Lini I
174,181.00
104,508.60
5,721,846
b) Lini II
11,047.00
6,628.20
362,894
a) LINI I
122,732.00
73,639.20
6,450,7940
b) LINI II
24,928.00
14,956.80
1,310,216
Lapangan Penumpukan
Sumber: PELINDO II (2003)
51
Kapasitas =
Luas efektif x beban maks x occupancy x 365 hari ..........................(5) Dwelling Time
Beban maksimum untuk gudang 2,5 ton /m2 dan lapangan penumpukan 4 ton /m2. Diasumsikan bahwa occupancy Ratio untuk gudang dan lapangan sebesar 60% dengan dwelling time selama 10 hari.
c) Sarana Bantu Perkembangan sarana bantu Pelabuhan Tanjung Priok dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (1998-2002) dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Sarana bantu Pelabuhan Tanjung Priok
No. 1
Uraian
Jumlah
2
Tahuan Pembuatan
Kapasitas (HP)
Kondisi (%)
3
4
6
7
1.
Kapal Tunda Milik
6
2003
2 x 1600
100
2.
Kapal Tunda Milik
2
1987
2 x 1190
75
3.
Kapal Tunda Milik
2
1997
2 x 1200
90
4.
Kapal Tunda Milik
4
1975 - 1977
1 x 870 /1160
60
5.
Kapal Tunda Sewa
5
1993 - 1998
2 x 850 /1700
90
6.
Motor Pandu
4
1996 - 2001
2 x 255
90 - 100
7.
Motor Pandu
3
1980 - 1984
1 x 170 /225
80
8.
Motor Kepil
5
1990 - 2001
1 x 70 /107
90 - 100
9.
Motor Kepil
2
1975 - 1980
1 x 82 /115
75
10.
Motor Survey
1
1999
2 x 559
95
Sumber: PELINDO II (2003)
4.4. Kekuatan Personil Sumberdaya Manusia (SDM) Jumlah pegawai organik pada 5 (lima) tahun terakhir mengalami penurunan 326 orang (20%), hal ini sejalan dengan adanya kebijakan pengelolaan perusahaan yang melibatkan peran swasta, penggunaan teknologi serta upaya optimalisasi
pendayagunaan
sumber
daya
manusia.
Pegawai
pensiun,
berhenti/meninggal, pensiun dini, tidak diganti seluruhnya melainkan hanya sebagian sesuai kebutuhan.
52
1) Berdasarkan tingkat pendidikan Perkembangan kekuatan SDM Pelabuhan Tanjung Priok berdasarkan tingkat pendidikan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (1998-2002) dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Kekuatan SDM Pelabuhan Tanjung Priok berdasarkan tingkat pendidikan
No.
Realisasi Tahun
Uraian 1998
1999
2000
2001
2002
O
NO
O
NO
O
NO
O
NO
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1.
SD
138
4
112
9
88
14
72
14
51
14
2.
SLTP
253
2
224
12
203
20
182
20
153
20
3.
SLTA
898
226
799
213
770
179
763
179
668
179
4.
D3
65
0
109
10
119
5
113
5
117
5
5.
S1
56
0
90
9
95
6
103
6
105
6
6.
S2
8
0
10
0
12
0
7
0
6
0
Jumlah
1.418
232
1.344
253
1.287
224
1.240
224
1.100
Total
1.650
1.597
1.511
1.464
NO
224
1.324
Sumber: PELINDO II (2003) Keterangan : - O = Organik - NO = Non organik
Komposisi pegawai organik menurut tingkat pendidikan mengalami perbaikan di mana pegawai dengan pendidikan SD, SLTP, dan SLTA mengalami penurunan 417 orang (32%) sedangkan dengan pendidikan D3, S1 dan S2 mengalami kenaikan 99 orang (77%). Kondisi ini sejalan dengan kebijakan pengganti pegawai yang pensiun harus memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi atau minimal D3, untuk pekerjaan operasional dengan skill rendah diupayakan diisi dengan tenaga non organik yang selama tahun 2000 hingga 2002 jumlahnya tidak bertambah. 2) Berdasarkan usia Perkembangan kekuatan SDM Pelabuhan Tanjung Priok berdasarkan tingkat usia dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (1998-2002) dapat dilihat pada Tabel 13.
53
Tabel 13. Kekuatan SDM Pelabuhan Tanjung Priok berdasarkan tingkat usia
No.
Realisasi Tahun
Uraian 1998
1
2
1999
2000
2001
2002
O
NO
O
NO
O
NO
O
NO
O
3
4
5
6
7
8
9
10
11
NO 12
20
76
78
63
30
46
30
23
30
1.
< 25 tahun
102
2.
25 - 35 tahun
240
95
255
158
279
166
294
166
274
166
3.
36 - 45 tahun
581
117
530
11
464
21
404
21
318
21
4.
46 - 54 tahun
437
0
425
6
431
6
462
6
454
6
5.
> 55 tahun
58
0
58
0
50
1
34
1
31
1
232
1.344
253
1.287
224
1.240
224
1100
Jumlah
1.418
Total
1.650
1.597
1.511
1.464
224
1.324
Sumber: PELINDO II (2003) Keterangan : - O = Organik - NO = Non organik
Komposisi pegawai organik menurut usia mengalami sedikit perubahan di mana pada tahun 1998 didominasi oleh usia 36-45 tahun sebanyak 581 orang (35% dari total pegawai) dan pada tahun 2002 menjadi 318 orang (24% dari total pegawai). 3) Berdasarkan pusat pelayanan Perkembangan kekuatan SDM Pelabuhan Tanjung Priok berdasarkan pusat pelayanan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (1998-2002) dapat dilihat pada Tabel 14.
54 Tabel 14. Kekuatan SDM Pelabuhan Tanjung Priok berdasarkan pusat pelayanan
No.
Realisasi Tahun
Uraian 1998
1999
2000
2001
2002
O
NO
O
NO
O
NO
O
NO
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1.
Opr. Langsung
590
148
559
154
536
171
462
171
433
171
213
61
198
54
215
9
267
9
195
9
2.
Opr. T. Langsung
NO
3.
Penunjang Opr.
587
23
560
45
510
44
502
44
472
44
4.
Non Aktif
28
0
27
0
26
0
9
0
0
0
Jumlah
1.418
232
1.344
253
1.287
224
1.240
224
1.100
Total
1.650
1.597
1.511
1.464
224
1.324
Sumber: PELINDO II (2003) Keterangan : - O = Organik - NO = Non organik
Komposisi pegawai organik pada unit operasi langsung mengalami penurunan sebanyak 157 orang (27%) dan unit operasi tak langsung turun 18 orang (8,5%). Hal ini sejalan dengan upaya penataan personil agar lebih banyak didayagunakan pada unit operasi langsung dan penunjang operasi. 4) Produktivitas SDM Perkembangan produktivitas SDM Pelabuhan Tanjung Priok dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (1998-2002) dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Produktivitas SDM Pelabuhan Tanjung Priok No
Rasio
Satuan
1998
1999
2000
2001
2002
1
2
3
4
5
6
7
8
1
Kapal thd SDM
GT/Org
44,889
49,795
57,194
60,987
70,376
2
Barang thd SDM
TON/Org
15,164
16,703
20,935
22,524
26,891
3
Biaya thd SDM
Rp. 000/Org
55,821
79,623
117,985
134,544
164,805
4
Pendapatan thd SDM
Rp. 000/Org
115,727
171,777
224,618
320,501
387,445
5
Laba thd SDM
Rp. 000/Org
68,803
95,840
116,589
196,357
223,492
Sumber: PELINDO II (2003)
55
4.5. Posisi Keuangan 1) Kinerja keuangan tahun 1998 – 2002 Kinerja keuangan Pelabuhan Tanjung Priok tahun 1998 – 2002 dapat dilihat pada Gambar 13. KINERJA KEUANGAN 140.00% 120.00% 100.00% 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00%
1998
1999
2000
2001
2002
Operating Ratio
48.23%
46.35%
52.53%
41.98%
42.54%
Working Ratio
40.24%
37.65%
37.44%
29.95%
31.40%
Rentabilitas
8.01%
7.82%
8.75%
14.29%
14.70%
Likuiditas
88.41%
89.36%
85.48%
90.60%
123.60%
Solv abilitas
4.44%
3.53%
4.72%
4.88%
7.21%
Profit Margin
52.54%
53.29%
48.98%
58.47%
55.94%
Gambar 13. Kinerja keuangan dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok Kinerja keuangan khususnya tingkat efisiensi yang ditunjukkan dengan
operating ratio dan working ratio, dan kemampuan memperoleh laba yang ditunjukkan dengan profit margin semakin meningkat. Hal ini menunjukkan konsistensi manajemen dalam upaya meningkatkan efisiensi pengelolaan perusahaan. 2) Kondisi laba rugi tahun 1998-2002 Kondisi laba rugi Pelabuhan Tanjung Priok tahun 1998 – 2002 dapat dilihat pada Gambar 14.
56
LABA RUGI
(Rp. 000,-)
600,000,000 400,000,000 200,000,000 -
1998
1999
2000
2001
2002
Jumlah Pendapatan 216,069,521 287,209,860 359,640,831 491,611,837 528,964,557 Jumlah Biay a
100,937,164 133,587,799 183,475,317 204,286,438 224,287,565
LABA
113,524,854 153,056,688 176,165,514 287,466,260 295,903,384
Gambar 14. Kondisi laba rugi Pelabuhan Tanjung Priok Pada tahun 1998 Pelabuhan Tanjung Priok membukukan laba sebesar Rp. 113,5 milyar sedangkan tahun 2002 laba mencapai Rp. 295,9 milyar, menunjukkan bahwa selama 5 (lima) tahun terakhir perusahaan telah mencatat kenaikan laba sebesar 160%. Hal ini sejalan dengan peningkatan trafik serta melemahnya nilai tukar rupiah (komposisi pendapatan Tanjung Priok sekitar 60% didominasi pendapatan USD). 3) Realisasi Arus Kas tahun 1998 – 2002 Realisasi arus kas Pelabuhan Tanjung Priok tahun 1998 – 2002 dapat dilihat pada Tabel 16.
57
Tabel 16. Realisasi arus kas tahun 1998 – 2002
No 1 I 1 2 II 1 2 III 1 2
IV
Uraian
1998
1999
2000
2001
2002
2
5
6
7
3
4
Arus Kas dari Aktivitas Operasi Penerimaan
43,190,507
307,164,375
375,310,789
576,727,431
555,205,008
Pengeluaran
209,667,264
274,390,652
325,571,508
522,175,809
534,120,182
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi Arus Kas dari Aktivitas Investasi Penerimaan
33,523,243
32,773,723
49,739,281
54,551,622
21,084,826
-
-
790
58,534
364,944
Pengeluaran
33,257,536
28,962,012
48,256,139
59,935,278
15,887,587
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan Penerimaan
33,257,536
28,962,012
48,255,349
59,876,744
15,522,643
-
-
-
-
-
Pengeluaran Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan Kenaikan Bersih Kas & Setara Kas (I - II - III)
-
-
-
-
-
265,707
3,811,711
1,483,932
(5,325,122)
5,562,183
V
Saldo Awal Kas
12,004,187
12,269,894
16,081,605
17,565,537
12,240,415
VI
Saldo Akhir Kas
12,269,894
16,081,605
17,565,537
12,240,415
17,802,598
Sumber: PELINDO II (2003)
[
Pada tahun 1998 saldo kas sebesar 12,3 milyar dan pada akhir tahun 2002
menjadi sebesar Rp. 17,8 milyar, hal ini sesuai dengan kebijakan batas maksimal saldo kas /bank dan surplus kas saldo kas berjalan disetor ke kantor pusat. 4) Realisasi Neraca tahun 1998 – 2002 Realisasi neraca Pelabuhan Tanjung Priok tahun 1998 – 2002 dapat dilihat pada Tabel 17.
58 Tabel 17. Realisasi neraca tahun 1998 – 2002
No.
Uraian
1998
1999
2000
2001
2002
2
3
4
5
6
7
12,323,894
16,135,605
17,619,537
12,240,416
17,802,595
7,448,527
7,129,654
13,890,411
23,912,589
19,392,893
19,347,232
28,591,377
49,787,908
32,505,817
66,770,081
39,119,653
51,856,636
81,297,856
68,658,822
103,965,569
1 I
Aktiva
1
Aktiva Lancar
2
a. Kas, Bank & Deposito b. Piutang Usaha (netto) c. Aktiva Lancar Lainnya Jumlah Aktiva Lancar Aktiva Tetap
3 4
a. Tanah
453,282,680
454,736,728
457,256,656
505,978,321
505,978,321
b. Non Tanah
860,413,256
1,323,413,001
1,456,273,773
1,414,902,681
1,378,619,670
1,313,695,936
1,778,149,729
1,913,530,429
1,920,881,002
1,884,597,991
62,678,801
125,426,361
12,528,960
17,580,345
21,582,849
2,627,095
2,386,321
6,371,377
4,823,514
2,946,979
1,957,819,047
2,013,728,622
2,011,943,683
2,013,093,388
44,250,408
58,028,449
95,109,354
75,779,124
84,111,907
18,780,204
11,121,485
-
22,398,333
61,035,177
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
113,524,855
153,056,689
176,165,515
287,466,260
295,903,384
Jumlah Aktiva Tetap Aktiva Tetap dlm Konst. Aktiva Lainnya Jumlah Aktiva
II 1 2 3 4 5 6
Kewajiban & Modal Kewajiban Jangka Pendek Kewajiban Jangka Panjang Modal Cadangan Laba tahun sebelummnya Laba Periode Berjalan R/K Kantor Pusat Jumlah Kewajiban & Modal
1,418,121,485
1,241,558,018
1,735,612,424
1,742,453,753
1,626,299,966
1,572,042,920
1,418,113,485
1,957,819,047
2,013,728,622
2,011,943,683
2,013,093,388
Sumber: PELINDO II (2003)
Peningkatan nilai aktiva sejak akhir tahun 1998 yang tercatat sebesar Rp. 1,42 trilyun meningkat sebesar 42% pada tahun 2002 menjadi sebesar Rp. 2,01 trilyun. Peningkatan tersebut terutama karena peningkatan pada nilai aktiva tetap non tanah seiring dengan peningkatan laba perusahaan dari tahun ke tahun.
59
4.6. Potensi Daerah Hinterland 1) Wilayah Hinterland Dengan Interaksi Pelabuhan Lain Wilayah hinterland yang dilayani Pelabuhan Tanjung Priok sangat luas jika dilihat dari wilayah asal dan tujuan barang. Hal ini sangat didukung oleh jangkauan pelayanan yang cukup luas dari Pelabuhan Tanjung Priok dengan fasilitas dan prasarana yang ada sehingga dapat dilalui beragam jenis ukuran kapal yang belum tentu dimiliki oleh pelabuhan lain. Tetapi sebagai daerah hinterland primernya berada tetap di dalam Pulau Jawa terutama DKI dan Jawa Barat dan Banten. Walaupun Pelabuhan Tanjung Priok mempunyai wilayah hinterland Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta tetapi beberapa komoditi yang ada sebagian mengalir menuju pelabuhan lain seperti Pelabuhan Ciwandan Banten dan Pelabuhan Cirebon yang berada di dalam kawasan Jawa Barat, dengan pertimbangan efisiensi dan ongkos transportasi yang timbul.
2) Potensi Hinterland a) Potensi Perkebunan Potensi perkebunan yang paling dominan di Jawa Barat adalah karet, teh, tebu dan kelapa. Sesuai dengan data statistik Propinsi Jawa Barat 1999, luas total area perkebunan dari perkebunan negara, swasta dan rakyat untuk karet sekitar 89.002 Ha dengan produksi 53.345 ton, teh seluas 107.640 Ha dengan produksi 104.964 ton, cengkeh seluas 53.129 Ha dengan produksi 5.972 ton, kelapa seluas 283.623 Ha dengan produksi 164.368 ton dan perkebunan kopi sekitar 21.962 Ha dengan produksi lebih dari 5.139 ton. Selain hasil perkebunan di atas juga ada beberapa jenis perkebunan lain yang dihasilkan di Propinsi Jawa Barat yaitu kelapa sawit, coklat, kina, tebu dan lain-lain. Daerah asal di mana perkebunan Karet berada terbesar adalah di Lebak dan Sukabumi, sedangkan untuk teh di Cianjur dan Bandung, untuk cengkeh berada di Lebak, Sukabumi dan Ciamis, kelapa berada di Ciamis sedangkan kopi berada di Serang.
60
b) Potensi Pertanian Luas lahan panen padi di Jawa Barat pada tahun 2001 adalah 2.192.041 Ha dengan produksi 10.766.143 ton dengan lumbung terbesar berada di Karawang, Indramayu dan Subang. Sedangkan untuk produksi palawija, Jawa Barat menghasilkan jagung dengan luas areal 139.001 Ha dan produksi 412.098 ton, ubi kayu seluas 136.966 Ha dan produksi 1.817.198 ton, ubi jalar seluas 48.007 Ha dan produksi 528.317 ton, kacang tanah sebesar 96.650 Ha dan produksi 109.402 ton, kacang kedele sebesar 192.564 Ha dan produksi 259.139 ton. Selain itu Jawa Barat juga menghasilkan palawija lain seperti kacang hijau, sayur-sayuran dan buah-buahan yang cukup besar.
c) Potensi Industri DKI Jakarta Jumlah perusahaan industri besar dan sedang di DKI Jakarta berdasarkan survey tahun 1999 tercatat 2.630 perusahaan dengan nilai output mencapai Rp. 43.563,4 milyar dan nilai tambah atas dasar harga pasar sebesar Rp. 16.538,5 milyar. Nilai ekspor DKI Jakarta sampai tahun 1999 mencapai 15,2 juta US$ dengan nilai ekspor terbesar (13,4 juta US$) masih dilakukan melalui Pelabuhan Tanjung Priok. Sedangkan nilai impor mencapai 23,5 juta US$ yang tersebar di beberapa pelabuhan impor, di antaranya yang terbesar melalui Pelabuhan Tanjung Priok dengan nilai 17,4 juta US$. Dilihat dari distribusi PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) atas dasar harga yang berlaku, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan memberikan sumbangan terbesar terhadap perekonomian DKI Jakarta yaitu sebesar 22,10%, diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran (22,02%), kemudian industri (20,12%), sektor konstruksi (15,05%), listrik (11,64%), jasa (10,19%) dan sektor pengangkutan (8,66%), kemudian sektor listrik, gas dan air bersih (1,64%) serta sektor pertanian (0,21%).
61
Jawa Barat dan Banten Berdasarkan survey industri besar /sedang tahun 1999 di Jawa Barat dan Banten terdapat 6.175 buah perusahaan. Nilai output industri mencapai Rp. 95.890 milyar pada tahun 1996 dengan nilai tambah atas dasar harga pasar untuk sektor industri besar dan sedang tahun 1999 sebesar Rp. 27.566 milyar. Nilai ekspor non migas menurut pelabuhan muat tahun 1999 naik sebesar 8,55% dari keadaan tahun 1998. Demikian pula halnya dengan nilai impor meningkat sebesar 10,38%. Ditinjau dari penghitungan atas dasar harga berlaku dengan tidak memperhitungkan minyak dan gas bumi, PDRB Jawa Barat dan Banten meningkat 16,44 % yaitu yaitu Rp. 85.187 milyar pada tahun 2000 menjadi Rp. 99.189 milyar pada tahun 2001. Sedangkan menurut penghitungan atas dasar harga konstan 1999, PDRB Jawa Barat dan Banten meningkat 4,43%. Laju pertumbuhan PDRB termasuk minyak dan gas bumi tahun 2001 sebesar 4,48%. Propinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten tetap merupakan daerah yang tinggi untuk penanaman modal, terutama untuk industri manufacture, sehingga Pelabuhan Tanjung Priok tetap diarahkan untuk menampung dari hasil industri tersebut.
3) Prasarana Transportasi Sarana jalan darat yang meliputi jalan raya, jalan tol dan jalan kereta api dengan jalur pencapaian ke sentra industri, pertanian dan perkebunan di Jawa Barat dan Banten secara relatif cukup dapat mendukung kegiatan pelabuhan di kawasan Tanjung Priok. Walaupun ada hambatan di akses dalam kota DKI tetapi untuk diluar areal DKI tidak terlalu banyak hambatan khususnya dengan adanya jalan tol yang ke arah Barat (Banten, Bojonegara) dan yang ke arah Timur (Cirebon dan ke arah Pulau Jawa bagian Tengah dan Timur). Jalan darat lainnya yang cukup mendukung adalah jalan kereta api yang menuju Bandung dengan jangkauan Jawa Barat bagian Selatan dan jalur kereta api ke arah Pulau Jawa yang dapat menghantar atau menerima muatan sampai Jawa Timur.
62
4.7. Keadaan Sosial Ekonomi a). Aksesibilitas Lokasi penelitian terletak di Kecamatan Tanjung Priok yang terdiri atas Kelurahan Sunter Agung dengan luas area 7,0226 km2, Kelurahan Sunter Jaya dengan luas area 4,5817 km2, Kelurahan Papanggo dengan luas area 2,8018 km2, Kelurahan Warakas dengan luas area 1,0884 km2, Kelurahan Sungai Bambu dengan luas area 2,3640 km2, Kelurahan Kebon Bawang dengan luas 1,7270 km2, Kelurahan Tanjung Priok dengan luas area 5,5400 km2. Untuk mencapai lokasilokasi tersebut telah tersedia jalan-jalan aspal dan kendaraan yang lancar karena merupakan jalur poros propinsi. Sarana jalan darat yang meliputi jalan raya, jalan tol dan jalan kereta api dengan jalur pencapaian ke sentra industri, pertanian dan perkebunan di Jawa Barat dan Banten secara relatif cukup dapat mendukung kegiatan pelabuhan di kawasan Tanjung Priok. Walaupun ada hambatan di akses dalam kota DKI tetapi untuk di luar areal DKI tidak terlalu banyak hambatan khususnya dengan adanya jalan tol yang ke arah Barat (Banten, Bojonegara) dan yang ke arah Timur (Cirebon dan ke arah Pulau Jawa bagian Tengah dan Timur). Jalan darat lainnya yang cukup mendukung adalah jalan kereta api yang menuju Bandung dengan jangkauan Jawa Barat bagian Selatan dan jalur kereta api ke arah Pulau Jawa yang dapat menghantar atau menerima muatan sampai Jawa Timur. Lebih jelasnya terlihat pada Tabel 18. Tabel 18. Luas kelurahan wilayah Kecamatan Tanjung Priok No. 1 2 3 4 5 6 7
Kelurahan Sunter Agung Sunter Jaya Papanggo Warakas Sungai Bambu Kebon Bawang Tanjung Priok Total
Sumber: Badan Pusat Statistik (2004)
Luas Area (km2) 7,0226 4,5817 2,8018 1,0884 2,3640 1,7270 5,5400 25,1255
63
b). Kependudukan Jumlah penduduk Kecamatan Tanjung Priok secara keseluruhan pada tahun 2004 adalah sebanyak 313.841 jiwa dengan jumlah laki-laki 158.968 jiwa dan perempuan 154.873 jiwa. Penduduk di Kecamatan Tanjung Priok berkewarganegaraan Indonesia (WNI) sebanyak 313.582 jiwa atau 99,9% dan ada juga yang berkewarganegaraan Asing (WNA) sebanyak 516 jiwa atau 0,16% yang terdiri dari Cina, India dan Pakistan. Agama yang dianut oleh penduduk sebagian besar beragama Islam, yaitu sebanyak 244.290 orang atau 77,84%, Khatolik sebanyak 23.873 orang atau 7,60%, Protestan sebanyak 31.707 orang atau 10,10%, Hindu sebanyak 4.267 orang atau 1,36%, Budha sebanyak 7.972 orang atau 2,54% dan lainnya sebanyak 1.732 orang atau 0,55%. Adapun jumlah penduduk dan jumlah kepala keluarga (KK) di Kecamatan Tanjung Priok dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Jumlah penduduk kelurahan wilayah Kecamatan Tanjung Priok No.
Kelurahan
KK
Jumlah
Persentase
Total Penduduk
1
Sunter Agung
22.689
27,88
62.147
2
Sunter Jaya
11.992
14,73
57.602
3
Papanggo
8.049
9,89
28.522
4
Warakas
11.666
14,33
51.427
5
Sungai Bambu
5.111
6,28
29.036
6
Kebon Bawang
15.215
18,69
58.515
7
Tanjung Priok
6.673
8,19
26.592
Total
81.395
Sumber : Badan Pusat Statistik (2004)
313.841