ISSN : 1907-7556 ANALISIS EFISIENSI DAN PRODUKTIVTAS USAHA KECIL MENENGAH DI KOTA SORONG (KASUS USAHA KRIPIK) Nurlela
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bukit Zaitun Sorong
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pengaruh modal, tenaga kerja, dan bahan bakar terhadap produksi usaha keripik di kota sorong (2) skala produksi usaha keripik di Kota Sorong (3) pengaruh efisiensi usaha keripik di Kota Sorong. Data yang diambil adalah data primer, sampel yang diambil sebanyak 50 unit usaha metode proporsional area random sampling. Data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga variabel yaitu modal, tenaga kerja dan bahan bakar berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi. Kata kunci: Skala Produksi, Efisiensi, Produktivitas ABSTRACT This study aims to determine (1) the influence of capital, labor and fuel for the production of chips in the city of shear (2)knowing the scale of production in the city pushing chips are already in a state of decline back to the scale (3) determine the effect of shear on the chip business effciency. The study was conducted in the town of sorong. The data come from a primary data. Samples taken from 50 business units through random sampling method in proportion to the square, data were analysed using multiple linear regression. The study was conducted in the town of sorong. The data come from a primary data. Sampless taken from 50 business unit trough random sampling method in proportio to the square. Data were analysed using multiple linear regression. The results showed that all three variable: capital, labor and fuel have significant and positive impact on production. Keywords: Production scale, Efficiency, Productivity PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan usaha kecil dan menengah merupakan salah satu upaya dalam melakukan kegiatan perbaikan perekonomian nasional. Hal ini sangat penting karena sebagian besar usaha yang ada di Indonesia adalah usaha kecil dan menengah yang banyak menyerap tenaga kerja dan memanfaatkan sumber daya domestik W.B, Taylor (1991). Bahkan sejarah menunjukkan, ketika kondisi perekonomian nasional tengah dilanda badai krisis moneter, industri kecil dan menengah tergolong tahan banting. Usaha kecil dan menengah (UKM) dapat dikatakan tulang punggung perekonomian Nasional, dapat dilihat dari besarnya kontribusi kegiatan UKM terhadap perekonomian, dimana tahun 2003 mencapai
75% dari total produk domestik bruto (PDB). Di sis lain, menurut data sementara Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah 2005, pada tahun 2003, kontribusi UKM dalam ekspor hanya sebesar 16% dari total ekspor ( 4% berasal sektor uysaha kecil dan 12% berasal dari usaha menengah). Ini menunjukkan bahwa kemampuan produk UKM untuk dapat bersaing dipasar global masih rendah. Persaingan dalam perdagangan Internasional (atau pasar pada umumnya) amat ditentukan pada keunggulan yang dimiliki atau keunggulan produk yang dihasilkan. Dalam konteks pengembangan keunggulan tersebut, pemerintah daerah mulai mengembangkan konsep produk unggulan. Proses ini dilakukan dengan mengidentifikasi produk unggulan terutama yang berasal dari sektor usaha kecil
248 menengah sebagai proses pengembangan sumber daya lokal dan optimalisasi atas potensi ekonomi daerah. Sebagai suatu strategi pembangunan, pengembangan produk unggulan dinilai mempunyai kielebihan, karena dianggap bahwa suatu daerah yang menerapkan pola pembangunan ini relatif “mandiri” dalam pengembangan ekonominya. Pengembangan produk unggulan dan pengembangan UKM dapat merupakan strategi yang efektif dalam pengembangan ekonomi daerah. Potensi yang dimiliki oleh UKM untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional sangatlah besar. Itulah alasan mengapa pemerintah begitu gencar dalam usahanya mengembangkan UKM, selain dengan pembuktian empiris dimana saat periode krisis ekonomi kemarin, ketika begitu banyak perusahaan-perusahaan besar yang tumbang dan melakukan PHK dalam jumlah besar, UKM dengan fleksibilitasnya mampu survive dari kondisi tersebut. Menurut Bambang (1991) Sebagai bagian dari industri makanan dan minuman yang tergolong dalam skala usaha kecil dan menengah kini mempunyai peluang besar untuk memperluas usaha dan pasar lokal setelah jumlah permintaan akan produk usaha jenis ini dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Terkait dengan dukungan terhadap pertumbuhan industri makanan dan minuman. Makanan dan minuman dari negara-negara mitra hanya dikenakan bea masuk yang relatif kecil yaitu antara 0 % -5 %. (GAPMMI, Januari, 2011) Namun disisi lain, kesulitan yang dihadapi oleh industri makanan dan minuman dalam negeri adalah mendapatkan bahan baku produksi, oleh karena adanya bea masuk bahan baku yang tinggi seperti gula, dan naiknya harga bahan baku produksi lainnya menjadi 5% di awal tahun 2011 ini, maupun kebijakan pemerintah yang terus membatasi impor bahan baku seperti impor gula rafinasi. Industri makanan dan minuman terus mengalami peningkatan, baik jumlah jenis usaha maupun produknya mereka diperhadapkan pula dengan kesulitan mendapatkan bahan baku dan kebijakan pemerintah yang kurang berpihak pada industri makanan dan minuman di Indonesia. Disadari sungguh bahwa pertumbuhan industri
Jurnal Agroforestri X Nomor 3 September 2015 ditengah ancaman keterbatasan bahan baku dan minimnya perlindungan melalui kebijakan, maka perlu dilakukan peningkatan kualitas dan kuantitas produksi serta salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha. Industri makanan dan minuman merupakan salah satu kontributor terbesar dalam pertumbuhan, masih banyak faktor termasuk kebijakan pemerintah yang masih belum sepenuhnya mendukung perkembangan industri makanan dan minuman itu sendiri. Kota Sorong merupakan salah satu daerah tempat bertumbuhnya industri makanan dan minuman, dan memiliki potensi yang sangat besar dalam mengembangkan usaha makanan dan minuman. Industri yang dimaksud di atas, adalah industri yang bergerak pada industri pengolahan (pengolahan bahan baku menjadi barang jadi) namun termasuk dalam kelompok industri rumah tangga. Pada tahun 2008 Kota Sorong memiliki PDRB (atas dasar harga berlaku) yang cukup besar, yaitu Rp 2,14 trilyun. Sektor Industri pengolahan merupakan sektor urutan ketiga yang paling dominan dengan peranannya sebesar 15,9 % terhadap total PDRB setelah sektor perdagangan, hotel, restoran dan industri pengangkutan dan komunikasi. Industri makanan dan minuman terutama makanan ringan berupa keripik mendominasi sektor industri pengolahan dengan peranan sebesar 12,3 %. Selain itu, Kota Sorong juga sebagai salah satu sentra industri pengolahan keripik di Propinsi Papua Barat, menghasilkan beberapa jenis keripik yang berbeda cita rasanya, yakni ada rasa manis, pedas, campuran antara manis dan pedas. Industri kecil berupa industri rumah tangga (home industry) yang bergerak di bidang usaha pengolahan bahan baku Hadiprojo (1998) menjadi barang jadi di Kota Sorong, seperti usaha pembuatan keripik sejak tahun 1985 hingga saat ini terus mengalami perkembangan seiring dengan meningkatnya jumlah permintaan akan jenis makanan tersebut, disisi lain mereka dihadapkan dengan terbatasnya bahan baku, dengan keterbatasan bahan baku tersebut industri rumahan yang ada di Kota Sorong harus mendatangkan bahan bakunya dari Kota Manado.
Analisis Efisiensi dan Produktivitas Usaha Kecil Menengah di Kota Sorong (Kasus Usaha Kripik)
249
Jurnal Agroforestri X Nomor 3 September 2015 Dan permasalahan lain yang dihadapi adalah tingginya harga-harga bahan baku produksi semakin meningkat seperti harga bahan bakar dan harga dasar bahan baku. Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan bagaimana memenuhi kebutuhan konsumen di tengah ancaman keterbatasan bahan baku dan tingginya harga bahan baku penunjang proses produksi membuat semua pengusaha keripik di Kota Sorong harus berpikir kreatif untuk tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan produktivitas usaha keripik. Menurut Sudarsono (1998) hal ini yang menjadi salah satu perhatian serius dari setiap pengusaha keripik di Kota Sorong Dengan banyaknya berbagai jenis usaha kecil yang juga bergerak di industri pengolahan berupa keripik dengan dasar bahan baku lain, seperti pisang, sukun, dan singkong yang harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan keladi. Munculnya jenis keripik singkong, pisang, sukun dan keladi, ternyata sebagai saingan terhadap usaha produksi keripik keladi, selain itu ada juga produk sejenis keripik yang dihasilkan oleh industri makanan dan minuman dalam skala besar, dan lain sebagainya. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui modal, tenaga kerja dan bahan bakar terhadap produksi usaha kripik di Kota Sorong 2. Untuk mengetahui skala produksi kripik di Kota Sorong berada dalam keadaan increasing return to scale 3. Untuk mengetahui penggunaan faktor-faktor produksi dalam produksi kripik, masingmasing dalam kondisi efisien. Manfaat Penelitian Dengan terjawab ketiga pertanyaan diatas maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Pemerintah Kota Sorong dalam mengambil kebijakan terutama yang menyangkut pengembangan indutri dan atau usaha kecil kripik di Kota Sorong 2. Pengusaha kecil kripik di Kota Sorong untuk lebih mengembangkan usaanya
3. Peneliti dan pemerhati yang akan melakukan penelitian lanjutan mengenai industri pengolahan (usaha kecil) kripik Hipotesa Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesa penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Diduga bahwa modal, tenaga kerja, dan bahan bakar masing-masing berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi usaha keripik dikota sorong. 2. Diduga bahwa skala produksi usaha keripik dalam keadaan increasing return to scale dikota sorong. 3. Diduga bahwa penggunaan faktor produksi, modal, tenaga kerja dan bahan bakar mencapai kondisi efisien METODOLOGI PENELITIAN Pelaksanaan Penelitian Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kota Sorong, Provinsi Papua Barat. Adapun jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan yang ada dilapangan. Dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari bahan baca, menganalisa serta mengutip literaturliteratur yang berkaitan dengan objek penelitian sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kolerasi yang menilai akan pengaruh dari hubungan antar variabel, dalam hal ini variabel dependent atau terikat maupun variabel bebas yaitu modal, tenaga kerja, dan bahan bakar yang menjadi variabel terikat yaitu produksi keripik. Populasi adalah keseluruhan objek yang mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih dalam penelitian ini, maka yang me4njadi populasi dalam penelitian ini adalah industri kecil yang berada dikota sorong yang berjumlah 50 yang terbagi berdasarkan pengelompokan usaha kecil. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang digunakan untuk diteliti. Dimana tehnik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode full sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan area dimana masing-masing
Nurlela
250 area atau sampel diambil secara penuh, atau sesuai sampel yang ada ( Sugiono, 2007). Analisa Data Alat analisa data yang dipergunakan untuk membuktikan hipotesis yaitu analisis regresi berganda. Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (tenaga kerja, modal, dan bahan baku) terhadap variabel terikat (pendapatan) analisi ini merupakan bersifat kuantitatif yang dapat digunakan untuk membuktikan hipotesis. Hubungan antara tingkat pendapatan usaha keripik di Kota Sorong dan faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu : Y = (T, M, B) ini merupakan fungsi dari produksi cobb douglas maka persamaannya yakni Y = βo Tβ1 Mβ2 Bβ3 µ Dan untuk mengetahui persamaan tersebut, maka dapat ditransformasikan ke dalam model regresi berganda sebagai berikut LnY = Ln βo + β1 Ln T + β2 Ln M + β3 Ln B + α dimana; Y = Produksi T = Tenaga Kerja M = Modal B = Bahan baku β0 = Konstanta µ = Error Trem Analisis Efisieni Produksi Model analisis yang digunakan adalah optimal tanpa campuran dengan banyak variabel, ini dilakukan dengan melihat dan menghitung kondisi dari persamaan pertama pada kondisi yang perlu. Kondisi ini dapat didefinisikansebagai turunan dari suatu persamaan yang dapat dijadikan ukuran untuk melihat besar pengaruh masing-masing variabel dependent. Untuk melihat penggunaan faktor produksi efisien dalam kegiatan produksi maka digunakan turunan kedua dari persamaan pertama. Jika turunan kedua dari terhadap suatu fungsi menunjukkan nilai yang positif maka penggunaan faktor produksi efisien dan bila negatif maka penggunaan faktor produksi idak efisien. Fungsi Y = F ( T, M, B ) maka kondisi perlu pada turunan pertama akan terpenuhi jika semua turunan parsial dari fungsi = 0 əy = f1 ( T, M, B) = f1 = 0 әt2
Jurnal Agroforestri X Nomor 3 September 2015 Perubahan total produksi әy yang diakibatkan perubahanmodal kerja әc2 əy = f2 ( T, M, B) = f2 = 0 әM2
Perubahan total produksi әy yang diakibatkan perubahan penggunaan tenaga kerja әm2. əy = f3 ( T, M, B) = f3 = 0 әB2 Perubahan total produksi әy yang diakibatkan perubahan penggunaan bahan baku әB2. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran umum Lokasi Penelitian Kota Sorong berada sebagian besar dalam wilayah Propinsi Papua Barat dan secara geografis terletak pada posisi : 131°15’ bujur timur dan 0°54’ Lintang Selatan dan di lalui oleh garis katulistiwa, di mana Kot Sorong terkenal dengan sebutan kota minyak. Sorong memiliki tempat yang sangat strategis di dalam perkembangan ekonomi karena kedudukannya sebagai penghubung antara beberapa Kabupaten yang ada di Kota Sorong, seperti Kabupaten Sorong dan Kabupaten Raja Ampat, Sebagai daerah yang menjadi penghubung antara beberapa daerah, Kota Sorong juga menjadi pusat transit perdagangan dan arus ekonomi bagi Daerah Kabupaten lainnya, di mana Kota Sorong dapat menghubungkan arus keluar masuk kegiatan perekonomian baik melalui darat maupun laut yang mana dengan adanya bandara dan pelabuhan yang sangat membantu jalannya roda perekonomian dan perkembangan daerah Kota Sorong. Kota Sorong terbagi menjadi 6 Distrik, yaitu Distrik Sorong Barat, Distrik Sorong Timur, Distrik Sorong, Distrik Sorong Kepulauan, Distrik Sorong Utara, dan Distrik Sorong Manoi dengan luas wilayah sebesar 1105 km dan sebagian besar kota sorong merupakan daerah perbukitan. Berdasarkan letak geografisnya Kota Sorong memiliki batas yaitu sebagai berikut : 1. Disebelah Selatan : Kabupaten Sorong (Distrik Aimas) dan Kabupaten Raja Ampat (Distrik Salawati)
Analisis Efisiensi dan Produktivitas Usaha Kecil Menengah di Kota Sorong (Kasus Usaha Kripik)
251
Jurnal Agroforestri X Nomor 3 September 2015 2. Disebelah Timur: Kabupaten Sorong (Distrik Makbon) 3. Disebelah Barat: Selat Dampir. 4. Disebelah Utara: Selat Dampir dan Kabupaten Sorong (Distrik makbon)
Tabel 2. Jumlah Penduduk Kota Sorong Menurut Jenis Kelamin Tahun
Laki-laki (orang)
Perempuan (orang)
Jumlah (orang)
Pertumbuhan (%)
2006
619,989
591,217
121,120
-
Pembagian Daerah Administrasi dan Kependudukan Kota Sorong dibagi dalam 6 (enam) Kecamatan dengan luas wilayah dapat dilihat pada Tabel berikut
2007
662,859
624,372
128,723
6,27
2008
1.047,3
968,3
2.015,6
0,05
2009
1.066,7
989,8
2.056,5
-2.03
Tabel 1. Luas dan Jumlah Penduduk Kota Sorong Menurut Kecamatan
2110
1.087,2
1.010,3
2.097,5
1,99
No
Kecamatan
Luas Jumlah Wilayah Penduduk (Orang) (Km2) 23,00 33,735
1
Sorong Barat
2
Sorong Selatan
14,32 70,635
3
Sorong Timur
11,48
4
Sorong Utara
18,11 42,471
5
Sorong
20,79 190,341
6
Sorong Manoi Jumlah
6,393
12,30 37,579 66,99 381,154
Sumber : BPS Kota Sorong 2011 Berdasarkan data pada Tabel 1 di atas, maka penyebaran penduduk yang terbanyak yaitu pada Kecamatan Sorong sebanyak 190 341 jiwa dari total jumlah penduduk di Kota Sorong dan yang terendah yaitu Kecamatan Sorong Timur sebanyak 6.393 jiwa dari total penduduk Kota Sorong Laju Pertumbuhan Penduduk Hasil sensus pada tahun 2005 jumlah penduduk di Kota Sorong berjumlah 121,120 jiwa, kemudian pada tahun 2006 bertambah menjadi 128,723 jiwa hingga pencatatan terakhir pada tahun 2009 sebanyak 2.097,5 jiwa, rata-rata pertumbuhan penduduk setiap tahun mulai tahun 2005 sampai dengan 2009 sebesar 1,99 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut
Sumber data : BPS Kota Sorong 2011
Jumlah penduduk pada Tabel 2 tersebar pada 6 (enam) Kecamatan di Kota Sorong. Berdasarkan Tabel 4.1 dan 4.2 maka penyebaran penduduk yang terbanyak yaitu pada Kecamatan Sorong sebanyak 190.341 jiwa dari total jumlah penduduk di Kota Sorong dan yang terendah yaitu kecamatan Sorong Timur sebanyak 6.393 jiwa dari total penduduk Kota Sorong. Pertumbuhan penduduk yang cenderung meningkat terus akan memberikan dampak ekonomi, sosial, dan ketertiban di Kota Sorong. Guna mengantisipasinya, maka pemerintah Kota Sorong akan memprogramkan kebijakankebijakan pembangunan dalam bidang seperti ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, perumahan dan lain-lainnya yang kesemuanya itu memerlukan dana pembangunan yang tidak kecil. karena itulah peranan pihak swasta untuk turut menyediakan fasilitas tersebut akan menjadi strategis, karena dana yang dimiliki oleh pemrintah Kota Sorong tidak mencukupi untuk membangun itu semua. Struktur Ekonomi Di Kota Sorong Usaha kecil adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah menjadi bahan jadi, atau dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan ekonomi rakyat yang sedang berlangsung secara menerus dan dikelola oleh perorangan, Usaha kecil di kota sorong berkembang dari tahun ke tahun, namun di dalam perkembangannya mengalami tantangan yang bisa memperhambat perkembangan usaha kecil tersebut.
Nurlela
252
Jurnal Agroforestri X Nomor 3 September 2015
Dari data yang diperoleh pada Dinas Tenaga Kerja dan kependudukan Kota Sorong yaitu bahwa Jumlah pencari kerja Yang terdaftar pada tahun 2009 mencapai 94,692 orang dan naik sekitar 6,35 persen di banding tahun sebelumnya yang sebesar 89,042 orang Tabel 3. Perkembangan Usaha Kecil Kota Sorong Kelompok Usaha Tempe dan Tahu Kerupuk Roti dan Kue Mie Ikan Kaleng Kopi bubuk Es Cream Jumlah
Tahun 2006
2007
2008
2009
2010
39 55 55 6 7 12 5 172
41 69 70 11 9 14 5 217
49 80 82 14 11 19 8 263
55 89 87 18 14 26 12 291
61 94 91 22 18 31 15 332
Sumber ; Dinas Perindustrian dan perdagangan. Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa perkembangan usaha kecil di kota sorong dari tahun ke tahun mengalami perubahan pada tahun 2006 ke 2007 usaha tempe dan tahu mengalami kenaikan 2 unit, dari tahun 2007 ke 2008 mengalami kenaikan 8 unit, dari tahun 2008 ke 2009 mengalami kenaikan 6 unit, dan 2009 ke 2010 mengalami kenaikan 6 unit. Untuk usaha kerupuk dari tahun 2006 ke 2007 mengalami kenaikan sebesar 14 unit, tahun 2007 ke 2008 mengalami kenaikan sebesar 11 unit, dari tahun 2008 ke 2009 mengalami kenaikan sebesar 9 unit, dari tahun 2009 ke 2010 mengalami kenaikan sebesar 5 unit. Efisiensi Produksi Dari hasil analisis regresi diperoleh koefisien regresi untuk modal (X1) sebesar .106 dengan taraf signifikansi sebesar 0,004 yang bertanda positif dalam arti bahwa penggunaan faktor modal sudah efisien dalam menghasilkan kapasitas produksi usaha kecil. Koefisien regresi untuk bahan bakar (X3) sebesar .715 dengan taraf signifikansi sebesar 0,040 yang bertanda positif dalam arti bahwa pemanfaatan tenaga kerja sudah efisien dalam menghasilkan kapasitas produksi usaha kecil. Bahan bakar dapat di kelompokkan menjadi tiga, yaitu 1) bahan bakar padat, diantanya kayu bakar, arang dan batu bara, 2) bahan bakar cair misalnya
minyak dan 3) bahan bakar gas, baik gas alam maupun gas buatan. Analisa pola skala produksi dilakukan untuk mengetahui apakah skala produksi dalam kondisi increasing return to scale, constan return to scale atau decreasing return to scale. Dari hasil analisis diperoleh koefisien regresi untuk variabel modal (X1) sebesar 0,001 untuk variabel tenaga kerja (X2) sebesar 63,391 dan untuk variabel bahan bakar (X3) sehingga penjumlahan koefisien regresi sebesar 5,674 artinya produksi usaha keripik berada pada skala yang meningkat dalam arti, persentase kenaikan output lebih besar dari persentase kenaikan inputnya, sehingga keadaan ini pula dapat diartikan bahwa proporsi penambahn faktor produksi melebihi proporsi penambahan produksi. Nilai skala produksi diperoleh melalui penjumlahan seluruh koefisien regresi masing-masing variabel, k e a d a a n ini menunjukkan increasing return to scale, dimana (0,001 + 63,391 + 5,674 = 69 > 1) Analisis efisiensi produksi digunakan untuk menguji usaha kecil di Kota Sorong telah efisien dalam melakukan kegiatan produksi. Efisien dalam arti bahwa perilaku usaha kecil dalam faktor-faktor produksi dapat memaksimumkan output secara maksimal. Apabila dalam proses produksi menjadi tujuan utama adalah keuntungan yang maksimum maka perlu adanya tindakan yang mampu mempertinggi output, karena output yang tinggi akan membentuk total penerimaan yang tinggi dan laba yang lebih besar. (Soekartawi, 1995). Untuk mengetahui efisiensi penggunaan faktor produksi dengan menghitung efisiensi ekonomi dilakukan dengan pendekatan marjinal yaitu dengan membandingkan value marjinal prodact ( VMP ) atau nilai produksi marjinal (NPM ) dengan harga faktor produksi. Apabila rasio tersebut lebih dari satu, maka penggunaan faktor produksi tidak efisien, sehingga penggunaan faktor produksi tersebut perlu dikurangi jumlahnya, jika sama dengan satu maka penggunaan faktor produksi dikatakan efisien, dan jika lebih besar dari satu, maka
Analisis Efisiensi dan Produktivitas Usaha Kecil Menengah di Kota Sorong (Kasus Usaha Kripik)
253
Jurnal Agroforestri X Nomor 3 September 2015 penggunaan faktor produksi tersebut perlu di tambah. Berdasarkan hasil regresi yang menunjukkan hubungan positif antara modal (X 1) dengan produksi keripik (Y) yang berarti dengan bertambahnya jumlah modal usaha, akan meningkatkan jumlah produksi dengan koefisien regresi jumlah modal sebesar 1 set akan meningkatkan produksi keripik sebesar.001, dan menunjukkan hasil dimana (X1) berpengaruh secara signifikan terhadap produksi keripik (Y), dikarenakan para pemilik usaha didalam memproduksi menggunakan modal secara baik dan teratur. Koefisien regresi menunjukkan hubungan positif antara jumlah tenaga kerja (X2) dengan produksi keripik (Y) yang berarti bertambahnya tenaga kerja mengakibatkan jumlah produksi keripik akan meningkat, dimana bertambahnya 1 orang tenaga kerja akan berpengaruh terhadap produksi disebabkan dalam melakukan kegiatan produksi, tenaga kerja menambah jumlah output atau produksi yang dihasilkan. Koefisien regresi menunjukkan hubungan positif dan signifikan antara jumlah bahan bakar (X3) dengan jumlah produksi keripik (Y),berarti dengan bertambahnya bahan bakar sebesar 5.674 akan meningkatkan jumlah produksi yang dihasilkan, dengan penggunaan bahan bakar yang lebih banyak akan mempercepat kegiatan proses produksi yang dilakukan dalam jumlah yang banyak. Efisiensi ekonomi tercapai pada saat tercapainya keuntungan maksimum, sebagai penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya, situasi demikian bisa terjadi kalau usaha keripik mampu membuat suatu upaya kalau Nilai produk marginal (NPM) satu input sama dengan harga input, dapat dilihat pada Tabel 5.11 diatas, dimana nilai produk marginal harga faktor produksi memiliki nilai positif dan negatif. Berdasarkan kriteria efisiensi secara teoritis, terdapat faktor produksi yang mencapai tingkat efisiensi,yaitu modal (X1) dikarenakan harga faktor produksi sama.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian yang dikemukakan pada pembahasan maka di dapat kesimpulan sebagai berikut : 1. Secara bersamaan Faktor produksi (modal, tenaga kerja dan bahan bakar) berpengaruh terhadap produksi usaha keripik di Kota Sorong. 2. Produktivitas merupakan tolak ukur efisiensi produktif suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masukan, produktivitas juga dipengaruhi oleh faktor yang berhubungan dengan tenaga kerja, berhubungan dengan lingkungan, dan yang berhubugan dengan kebijakan pemerintah. 3. Skala usaha di dalam melakukan kegiatan produksi menggunakan sumberdaya seperti dengan satu. Nilai produk marginal, harga faktor yaitu tenaga kerja (X2) memiliki nilai yang negatif dan tidak mencapai tingkat efisiensi antara jumlah tenaga kerja dan produksi, berarti jumlah tenaga kerja dalam produksi harus dikurangi, dan dengan berkurangnya jumlah tenaga kerja produksi mengakibatkan jumlah produksi keripik berkurang. 4. Penggunaan faktor produksi bahan bakar (X3) menunjukkan hubungan negative antara jumlah bahan bakar dengan produksi, berarti dalam proses produksi jumlah bahan bakar harus ditambah karna, dengan jumlah bahan bakar yang akan menambah jumlah produksi usaha keripik modal, tenaga kerja dan bahan bakar dan sebagai Faktor produksi dimana penambahan 1 unit input akan berefek pada output sebesar > 1 Saran 1. Penggunaan input yang tidak efisien atas produksi menunjukkan bahwa penting dilakukannya intensifikasi produksi usaha kecil sehingga dapat menunjang kegiatan produksi usaha kecil secara maksimal. 2. Kepada pemerintah, khususnya instansi terkait diharapkan memberikan lebih
Nurlela
254
Jurnal Agroforestri X Nomor 3 September 2015 banyak perhatian, bimbingan dan pelatihan demi pengembangan UKM
DAFTAR PUSTAKA Bambang Riyanto, 1991, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, YBP UGM, Yogyakarta Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI), Rubrik Bisnis dan Keuangan ; Januari, 2011 Hadiprojo.1991. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia; BPFE, Yogyakarta. Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung, 2007 Soekartawi, 2002, Analisis Usaha Tani, Universitas Indonesia Jakarta. Soedarsono, Djoyohadikusumo, Kebijakan bidang ekonomi perdagangan,Yayasan penyuluhan perdagangan Jakarta, 1989 W.B Taylor (1991), Mikro ekonomi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004 .
Analisis Efisiensi dan Produktivitas Usaha Kecil Menengah di Kota Sorong (Kasus Usaha Kripik)