ISSN. 1907 - 0489 Oktober 2011
Spirit Publik Volume 7, Nomor 2 Halaman: 85 – 110
Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah: Studi Kasus di Kota Surakarta Supporting Factors of Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Development: A Cases Study In Surakarta City
Sakur Jurusan Ilmu Administrasi FISIP Universitas Sebelas Maret (Diterima tanggal 10 Juli 2011, disetujui tanggal 12 Agustus 2011) Abstract This study is performed to review to what extent UMKM in Surakarta manage the capital structure and maximize potention of available funds to improve the performance of the company. In addition, this study is also intended to find out the influence of capital structures, bussiness environment, and the strategy related to UMKM performance. The findings hopefully can be applied as a consideration in a policy formulation related to UMKM development in Surakarta City. The respondents of this study is 56 UMKM in Surakarta City. Using descriptive analysis and doubleregression analysis, the study reveal that UMKM has not yet maximally utilized the available funds to manage its capital structures to improve their performance. This occur as a result of lack of control and guidance from third party (creditors or investors). UMKM also need to improve their adaptation capability to the dinamic bussiness environment, in which it negatively impacts the UMKM development. A better and proper bussiness strategy is needed to improve the performance of UMKM. The lack capabilities of UMKM in its resources management to be more effective and efficient become a prominent problem to develop UMKM. Support from government still shows no positive impact. Some of possible factors include the support given or provided was spread unevenly, to unproper target, discontinuation, or only partly assistances. Keywords: UMKM, capital structures, performance
Pendahuluan
2006 total populasi IKM lebih dari 42 juta dan memberikan sumbangan dalam output nasional
Krisis ekonomi sebagai akibat adanya
(PDRB) mencapai 56,7% dan dalam ekspor non
krisis moneter yang terjadi sejak pertengahan Juli
migas 15%, serta mempunyai andil 99,6% dalam
1997,
penyerapan tenaga kerja (Said dan Widjaja,
berakibat
bangkrutnya
perusahaan-
perusahaan berskala besar tetapi di sisi lain masih
2007).
banyak usaha kecil dan menengah yang masih
Kerjasama dari berbagai pihak, seperti
bertahan. Bahkan bisa dikatakan industri kecil ini
pemerintah, dunia perbankan, koperasi, dan lain-
mempunyai
menyelamatkan
lain perlu disinergikan agar mampu membantu
perekonomian nasional. Industri kecil cenderung
pertumbuhan usaha kecil dan menengah. Melihat
menggunakan bahan baku lokal dan bahan impor
kondisi ini, cukup beralasan apabila pemerintah
yang kecil proporsinya. Produksinya tidak terlalu
bersama dengan berbagai pihak perlu untuk
dipengaruhi depresiasi nilai rupiah, sehingga
mengalihkan pasarnya dengan melayani sektor
lebih tahan terhadap goncangan perekonomian
UMKM, karena memang pasca krisis, usaha
global,
oleh
UMKM terbukti lebih tangguh bahkan terus
perubahan daya beli masyarakat. Pada tahun
tumbuh dibanding usaha skala menengah ataupun
peran
meskipun
dalam
sangat
dipengaruhi
85
Spirit Publik Vol. 7, No. 2, Oktober 2011 Hal. 85 – 110
besar yang justru mengalami stagnasi bahkan
kemampuan dalam meningkatkan pendapatan
berhenti aktivitasnya (Rutherford, 1999).
masyarakat kecil dengan tingkat pendidikan dan
Berikut
ini
disajikan
perbandingan
modal
yang
terbatas
maupun
dalam
hal
komposisi PDB berdasarkan kelompok usaha
penyerapan tenaga kerja, dalam pemerataan
pada tahun 1997 dan 2006.
hasil-hasil pembangunan. Dalam era Globalisasi dan Liberalisasi Ekonomi, UMKM berperan
Tabel
1.
Perbandingan
Komposisi
PDB
menurut Kelompok Usaha pada Tahun 1997
sangat besar bagi perkembangan perekonomian Nasional.
dan 2006 No
Dengan kondisi UMKM yang hanya
Skala
1997
2006
Usaha
1 2 3
Usaha
171.048
183.125
Mikro
(40,45%)
(41,11%)
&
78.542
75.975
Kecil
(17,41%)
(16,61%)
Usaha
183.673
185.352
Meneng
(42,17%)
(45,28%)
Pertumbu
berkembang dari segi kuantitas namun dari segi
han
kualitas belum berkembang, menyebabkan daya
+ 7,06 %
saing yang dimiliki UMKM masih sangat rendah. Tidak hanya itu saja, kecenderungan masalah
- 3,25 %
finansial dianggap sebagai hambatan utama UMKM untuk berkembang. Ada tiga masalah
+ 0,91 %
utama yang dihadapi UMKM yaitu tidak adanya jaminan
pasar,
ketidakmampuan
memenuhi
kualitas dan kepastian produksi. Semua masalah
ah
tersebut,
penyelesaiannya keuangan
bukan atau
melalui
Usaha
pendekatan
penyediaan
Besar
pembiayaan melainkan bisa melalui lembaga yang mengetahui soal pasar atau pihak yang bisa 433.245
444.453
100%
100%
+ 2,59%
memberi pengetahuan soal kualitas dari produk usaha kecil.
Sumber: BPS dan Kementrian Koperasi &
Dalam proses produksi yang dilakukan oleh UMKM pada saat ini, masih menggunakan
UMKM (diolah)
cara tradisonal. Hal ini dikarenakan pengetahuan Berdasarkan Tabel 1 tampak bahwa dari
tentang teknologi yang masih rendah dan
tahun 1996 sampai tahun 2007 usaha mikro kecil
kurangnya
memiliki
inisiatif
untuk
terus mengalami pertumbuhan hingga 7,06%.
mengembangkan usaha dengan menggunakan
Fakta ini menunjukkan bahwa perkembangan
teknologi baru, modal yang kecil, serta kurang
usaha mikro dan kecil terus memili peran yang
memanfaatkan bantuan kredit dari pemerintah.
penting dalam perekonomian. Peran usaha mikro
Dari hasil sensus Ekonomi tahun 2003,
dan kecil ini diharapkan mampu menjadi salah
wilayah kotamadya Surabaya mampu menjadi
satu
lahan bagi sebagian besar tenaga kerja pada
motor
penggerak
bagi
pembangunan
usaha kecil, yaitu 38% dari total tenaga kerja non
ekonomi dan komunitas lokal. Dewasa ini sektor usaha kecil dan
pertanian di Jawa Timur diikuti Kabupaten
menengah (UMKM) memegang peranan penting
Sidoarjo 9,41% dan Kabupaten Malang 5,57%.
yang
dalam
Sedangkan penyerapan terkecil di kotamadya
pembangunan nasional, baik dilihat dari segi
Bilitar 0,51%. Berdasarkan hasil penelitian yang
86
sangat
sentral
dan
strategis
Sakur - Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah: Studi Kasus di Kota Surakarta
dilakukan oleh Devi dan Levika (2004) di daerah
tetapi pemanfaatan pinjaman tersebut sebagian
Tanggulangin dan Wedoro, jumlah UMKM yang
besar
memanfaatkan fasilitas kredit dalam struktur
membangun toko. Latar belakang keinginan
modal hanya sebanyak 30% pengusaha di
seorang pengusaha UMKM untuk mendirikan
Tanggulangin dan 7% pengusaha di Wedoro.
suatu usaha dengan keterbatasan modal biasanya
Meskipun
melakukan
dimulai dengan memanfaatkan tempat tinggal,
penyuluhan dan memberikan kemudahan dalam
yang kemudian dibangun menjadi bentuk toko
proses permohonan kredit bagi pengusaha di
sekaligus
Wedoro,
masih
pemanfaatan lainnya dalam bentuk ekspansi
banyak pengusaha yang tidak berminat dan hanya
usaha dengan membuka toko baru, baik yang
mengandalkan
Sedangkan
menjual jenis produk yang sama maupun berbeda
pengusaha di Tanggulangin lebih berani mencoba
dengan produk yang dijual sebelumnya. Bantuan
untuk
yang
dana kredit tidak dimanfaatkan secara maksimal
ditawarkan bank untuk membantu kebutuhan
oleh pengusaha UMKM di wilayah Tanggulangin
modal usaha. Keadaan ini dikarenakan jika
dan Wedoro karena pengusaha UMKM kurang
dilihat dari lama usaha, dimana UMKM di
mengetahui proses yang harus jalani untuk
Tanggulangin memiliki pengalaman yang lebih
mendapatkan kredit dan enggan untuk mencari
mendukung,
adanya
tahu, sedangkan pemerintah sendiri kurang
keberanian dalam pengambilan keputusan yang
memasyarakatkan mengenai fasilitas maupun
lebih beresiko. Penggunaan kredit bank sebagai
bantuan kredit tersebut sehingga menghambat
salah satu sumber modal usaha bagi pengusaha
proses produksi.
pihak
bank
namun pada modal
menggunakan
telah
kenyataannya sendiri. fasilitas
sehingga
kredit
menimbulkan
UMKM di Tanggulangin, hanya sebagai sumber tambahan sumber
dan bukan modal
menjadi satu-satunya
terbesar
untuk
tempat
tinggal.
memperbaiki
Selain
itu
dan
ada
Untuk terus dapat eksis dalam persaingan dan dalam upaya meningkatkan market share,
karena
UMKM memerlukan kemampuan untuk dapat
kebanyakan pengusaha menggunakan komposisi
mengelola factor pendanaan baik dana yang
modal pinjaman tidak lebih dari 50% total modal
berasal dari modal sendiri maupun pendanaan
awal, sedangkan pengusaha UMKM di Wedoro
dari sektor bank atau pihak ketiga lainnya.
yang mengunakan kombinasi struktur modal di
Bagaimanapun hal ini memerlukan strategi
mana pinjaman atau kredit bank lebih besar dari
tersendiri. Hankinson (2000) menyatakan bahwa
padamodal sendiri. Hal ini menggambarkan
salah satu kunci sukses bisnis perusahaan kecil/
bahwa modal pinjaman yang diberikan bank
UMKM adalah peranan perbankan didalam
merupakan harapan terbesar pengusaha tersebut
menunjang dana maupun jasa lainnya didalam
untuk memulai dan menjalankan usahanya.
menunjang
Pemanfaatan
oleh
operasional
perusahaan
kecil/
pengusaha
UMKM. Hubungan bisnis perbankan dengan
UMKM di Tanggulangin dan Wedoro berupa
UMKM merupakan hubungan yang sifatnya
kredit modal kerja yang diperoleh dari pinjaman
kemitraan dan saling menguntungkan mengingat
bank pemerintah maupun bank swasta digunakan
bank sebagai lembaga keuangan memiliki fungsi
untuk
sebagai intermediary.
menambah
modal
mereka,
digunakan
persediaan
barang
yang
meliputi penambahan jenis dan model, serta penambahan jumlah produk yang ada di outlet,
Beberapa menyebutkan bahwa
penelitian struktur
terdahulu modal
UKM
87
Spirit Publik Vol. 7, No. 2, Oktober 2011 Hal. 85 – 110
khususnya di Indonesia, hampir sebagian besar
penelitian ini adalah bagaimana membangun
berdasar pada investasi pribadi. Sangat sedikit,
strategi bisnis dalam manajemen struktur modal
mereka yang berhubungan dengan pihak ketiga
melalui
untuk
pembiayaan bank dan lingkungan usaha dalam
mendapatkan
dana.
Jika
mereka
membutuhkan suntikan dana dari pihak luar,
pemanfaatan
fasilitas
kredit
atau
meningkatkan kinerja perusahaan.
justru pihak-pihak penyedia dana selain bank, yang
sangat
berperan.
Misal
bank-bank
perkreditan rakyat atau malah rentenir. Seperti
A.
Telaah Literatur dan Pengembangan
Hipotesa
yang kita ketahui pula, bunga yang dikenakan
1. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan
pada peminjam adalah sangat-sangat tinggi dan
Menengah
mencekik leher. Jelas, kondisi seperti ini tidak
Definisi
akan terjadi untuk perusahaan berskala besar.
mengenai
usaha
mikro
di
Indonesia beranekaragam. Beberapa lembaga
Pada tahun 2008 krisis moneter kembali
bahkan undang-undang di Indonesia memberikan
melanda dunia dan imbasnya terasa di Indonesia.
definisi sendiri mengenai usaha mikro. Biasanya
Kondisi ini menjadikan perekonomian Indonesia
usaha mikro didefinisikan berdasarkan jumlah
kembali memburuk. Tingkat suku bunga yang
tenaga kerja dan omzet penjualan. Menurut
tinggi dengan menurunnya daya beli masyarakat
undang-undang nomor 20 Tahun 2008 pasal 1
menjadikan dunia bisnis ikut terpuruk. Banyak
mengenai UMKM, Usaha Mikro adalah usaha
perusahaan besar mulai mengalami kebangkrutan
produktif milik orang perorangan dan/ atau badan
karena lesunya pasar. Hutang yang telah jatuh
usahaperorangan yang memenuhi kriteria usaha
tempo dikarenakan nilai tukar Rupiah yang
mikro sebagaimana diatur dalam undangundang
sangat melemah terhadap Dollar juga menambah
ini. Kriteria Usaha Mikro menurut undang-
suram kondisi ini. Berdasarkan kondisi tersebut,
undang nomor 20 tahun 2008 pasal 6 adalah
perusahaan dalam menentukan struktur modalnya
sebagai berikut.
akan sangat memperhitungkan untung rugi yang
1.
Memiliki kekayaan bersih paling
akan didapatkan jika mereka menambah jumlah
banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
hutangnya.
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
Dengan mengetahui apa dan bagaimana
atau
faktor-faktor yang paling mempengaruhi struktur
2.
Memiliki hasil penjualan tahunan
modal perusahaan khususnya manufaktur, dapat
paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta
membantu
rupiah).
khususnya
pihak
manajemen
perusahaan yang ada dalam perusahaan tersebut dalam
menentukan
bagaimana
Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan
seharusnya
definisi UMK berdasarkan kuantitas tenaga kerja.
pemenuhan kebutuhan dana untuk mencapai
Usaha Mikro (UM) merupakan entitas usaha
struktur modal yang optimal harus dilakukan.
yang memiliki jumlah tenaga kerja kurang dari 5
Dengan demikian tujuan pihak manajemen
orang termasuk tenaga keluarga yang tidak
perusahaan untuk memaksimumkan kemakmuran
bibayar. Usaha Kecil (UK) merupakan entitas
usaha dapat tecapai.
usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5
Berdasarkan uraian di atas
maka
rumusan masalah yang hendak diajukan dalam
88
sampai dengan 19 orang.
Sakur - Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah: Studi Kasus di Kota Surakarta
Usaha Mikro sebagaimana dimaksud menurut
Keputusan
Menteri
Keuangan
No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003,
kelompok
usaha milik pemerintah. Usaha Kecil adalah Aset lebih kecil dari
banyak
tahunan lebih kecil dari Rp 1 milyar. Dimiliki
Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per
oleh orang Indonesia independen, tidak terafiliasi
tahun. Usaha Mikro dapat mengajukan kredit
dengan usaha menengah, besar. Boleh berbadan
kepada bank paling banyak Rp.50.000.000,00.
hukum, boleh tidak (Undang-Undang No.9/1995
Ciri-ciri usaha mikro:
tentang Usaha Kecil). Berbagai definisi mengenai
1.
penjualan
Indonesia
tanpa
Rp 200 Juta diluar tanah dan bangunan. Omzet
hasil
Negara
rakyat,
dan
memiliki
Warga
ekonomi
mengabaikan peranan usaha besar dan badan
yaitu usaha produktif milik keluarga atau perorangan
usaha
paling
Jenis barang/ komoditi usahanya
tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti; 2.
ini.
Tempat usahanya tidak selalu
menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat; 3.
usaha mikro terangkum melalui tabel 2 berikut
Belum melakukan administrasi
Tabel 2 Definisi Umum Usaha Mikro
keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak
Lembaga
Pengertian Umum
memisahkan
dengan
UU No.20/2008
Aset ≤ Rp 50.000.000
keuangan usaha; Sumber daya manusianya
Tentang UMKM
Omset ≤ Rp 300.000.000
keuangan
keluarga
(pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai; 4.
Tingkat
pendidikan
rata-rata
relatif sangat rendah; 5.
per tahun BPS
Pekerja < 5 orang
Depnaker
Pekerja < 5 orang
Bank Indonesia
Usaha mikro adalah usaha
Umumnya belum akses kepada
yang dijalankan oleh rakyat
perbankan, namun sebagian dari mereka sudah
miskin atau dekat miskin,
akses ke lembaga keuangan non bank;
bersifat
6.
Umumnya tidak memiliki izin
usaha
keluarga,
menggunakan sumberdaya
usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk
lokal,
NPWP.
teknologi sederhana, dan Usaha mikro merupakan kegiatan usaha
menerapkan
mudah masuk industri.
yang mampu memperluas lapangan kerja dan
Pekerja < 5 orang
memberikan pelayanan ekonomi secara luas
Pekerja < 10 orang
kepada masyarakat, dan dapat berperan dalam
Bank Dunia
proses pemerataan dan peningkatan pendapatan
Aset < $ 3 juta Omset < $ 3 juta per tahun
masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi,
Kep.MenKeu
Omset ≤ Rp 100.000.000
dan berperan dalam mewujudkan stabilitas
No.40/KMK.06/2
per tahun
nasional. Selain itu, usaha mikro adalah salah
003
Pinjaman ke Bank ≤ Rp
satu pilar utama ekonomi nasional yang harus memperoleh
kesempatan
utama,
50.000.000
dukungan,
perlindungan dan pengembangan seluas-luasnya sebagai wujud keberpihakan yang tegas kepada
89
Spirit Publik Vol. 7, No. 2, Oktober 2011 Hal. 85 – 110
Kementerian
Usaha
produktif
milik
Negara Koperasi orang perorangan dan/atau dan UMKM
96,77% dari total angkatan kerja yang bekerja.
badan usaha perorangan.
3. Kontribusi UMK dalam pembentukan PDB
Memiliki kekayaan bersih
cukup signifikan yakni sebesar 54,22% dari
paling banyak Rp 50 juta
total PDB.
tidak termasuk tanah dan bangunan hasil
dan
penjualan
memiliki
Berikut ini adalah berbagai permasalahan
tahunan
yang secara umum menjadi kendala bagi usaha
paling banyak Rp 300 juta.
kecil (Marbun, 1993). 1. Tidak atau jarang adanya perencanaan yang
Sumber: Dari berbagai sumber
tertulis. Usaha kecil cenderung kurang Peran usaha mikro dalam perekonomian
memiliki perencanaan sehingga tidak dapat
Indonesia (Urata dalam Sulistyastuti, 2004)
memusatkan segala tenaga dan daya untuk
adalah:
mencapai
1. Usaha mikro merupakan pemain utama
mampu
3. Pemain
lokal
membuat
dalam
pengembangan
prioritas.
dan
pengembangan
pengusaha
sasaran
Kondisi
ini
usaha
mikro
dan
urutan
menyebabkan tidak
dapat
mengukur apakah usahanya berhasil atau
masyarakat. 4. Penciptaan
paling
menguntungkan. Kurangnya perencanaan
2. Penyediaan kesempatan kerja. ekonomi
yang
juga menyebabkan usaha kecil kurang
dalam kegiatan ekonomi Indonesia. penting
sasaran
pasar
dan
inovasi
melalui
fleksibilitas dan sensitivitas atas keterkaitan kontribusi
2. Tidak berorientasi ke depan, melainkan hari kemarin atau hari ini. Orientasi usaha kecil
dinamis antar kegiatan perusahaan. 5. Memberikan
setengah gagal atau gagal.
terhadap
peningkatan ekspor non-migas.
adalah barang atau usaha yang laku kemarin atau saat ini, didukung dengan kurangnya
Eksistensi UMKM dalam Pembangunan
pengalaman, kurang bimbingan, dan kurang
Nasional memang cukup dominan. Hal ini dapat
pendidikan, menyebabkan usaha kecil tidak
ditunjukkan oleh berbagai data empiris berikut
bisa
ini Setyobudi (2007).
kecenderungan masa depan, apalagi untuk
1. Jumlah industri yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi. Pada tahun
kuarang
dapat
membaca
lima tahun mendatang. 3. Tidak
memiliki
pendidikan
yang
2005 tercatat jumlah UMK adalah 44,69
relevan.Orang-orang yang terjun di usaha
unit atau 99,9% dari jumlah total unit
kecil kebanyakan tidak memiliki pendidikan
usaha.
yang relevan, ditambah dengan keterbatasan
2. Potensi yang besar dalam penyerapan tenaga
90
atau
waktu
dan
bisa
menyebabkan
mereka
kerja. Setiap unit investasi pada sektor UMK
cenderung kurang memiliki kemampuan
dapat menciptakan lebih banyak kesempatan
yang memadai yang mendukung usahanya.
kerja bila dibandingkan dengan investasi
4. Tidak ada pembukuan yang teratur dan
yang sama pada usaha besar. Sektor UMK
tanpa
neraca
laba-rugi.Akibat
tanpa
menyerap 77,68 juta tenaga kerja atau
perencanaan tertulis dan kurang pendidikan
Sakur - Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah: Studi Kasus di Kota Surakarta
serta karena tidak ada paksaan pemerintah
beberapa hal merupakan keharusan. Akibat
(pajak),
bobot orientasi pada hari kemarin dan hari
umumnya
memiliki
dan
usaha
tidak
kecil
tidak
mempraktekkan
ini
menjadikan
pengusaha
kecil
pembukuan yang teratur. Paling banter
mengerjakan atau mengusahakan apa yang
hanya mempunyai catatan tercecer berapa
laku dijual atau berhasil dibuat orang lain.
yang laku hari ini, juga tidak jelas uang
Akibatnya, dapat diramalkan, hampir semua
pribadi atau uang perusahaan. Tidak jelas
usaha kecil di daerah atau lokasi tertentu
berapa seharusnya “gaji” pemilik setiap
menjual barang atau membuat produk yang
bulan.
sama, baik ukuran, warna atau pun rasa.
Kebutuhan
akan
pembukuan
dianggap hanya membuang-buang waktu dan
biaya.
Kondisi
ini
akhirnya
7. Jarang mengadakan pembaharuan (inovasi). Beberapa
usha
kecil
cenderung
tidak
menyebabkan setiap akhir tahun atau tahun
mengalami perubahan atau pembaharuan
buku
berapa
setelah sekian tahun atau, setelah berubah
besarnya laba atau rugi yang diperoleh tahun
generasi, tetap membuat barang yang sama
tersebut.
dan peralatannya menua sejalan dengan
tidak
dapat
mengetahui
5. Tidak mempunyai atau tidak mengadakan
umur
pemiliknya.
Andaipun
ada
analisis pasar yang up to date atau tepat
pembaharuan, hal ini cenderung meniru dan
waktu
bukan hasil analisis pasar dan rencana
dan
mutakhir.
Tidak
adanya
perencanaan dan pendidikan yang relevan ditambah
lagi
tanpa
yang
8. Tidak ada atau jarang terjadi pengkaderan.
teratur, umumnya usaha mikro juga tidak
Kebanyakan pengusaha usaha mikro segan
memiliki
menurunkan
analisis
pembukuan
pembaharuan yang konsekuen.
pasar
yang
relevan.
ilmu
kepada
Pengusaha usaha mikro hanya berdasarkan
pembantupembantunya,
perkiraan dan bertumpu pada pengalaman
disaingi, kurang percaya, atau tidak ada
hari kemarin. Pengusaha tersebut juga tidak
kesadaran
mengetahui secara pasti berapa besar potensi
Adapun pengkaderan anak kandung hampir
pasar dan pemasaran dilakukan berdasarkan
tidak pernah atau jarang terjadi karena
“feeling”
sepintas.
pandangan agar anak sukses melalui jenjang
Akibatnya pengusaha usaha mikro terkadang
pendidikan yang tinggi dan bukan menjadi
tidak memiliki cukup jumlah barang yang
seperti dirinya.
dan
pengamatan
akan
karena
pengkaderan
takut tersebut.
diperlukan pembeli, atau mempunyai stok
9. Cepat puas. Tidak adanya perencanaan dan
yang berlebih bagi barang-barang yang
tanpa peramalan biasanya pengusaha usaha
kurang laku atau barang yang laku kemarin.
mikro cepat puas dan kurang ambisius.
6. Kurang
spesialisasi
berencana.Kelemahan
atau
diversifikasi dan
tahun bidang usahanya bukannya semakin
tidak adanya peramalan (forecasting) yang
besar atau bertambah bahkan ikut menua
relevan menjadikan posisi pengusaha usaha
sesuai umur pemiliknya. Hal ini mungkin
mikro
erat kaitannya dengan pendidikan yang tidak
analisis
terserah pasar
perencanaan
Usaha kecilnya setelah berusaha 10 atau 20
“nasib”.
Ketidakadaan
menyebabkan
hambatan
spesialisasi atau diversivikasi yang dalam
relevan
dan
tanpa
pengalaman
yang
menantang.
91
Spirit Publik Vol. 7, No. 2, Oktober 2011 Hal. 85 – 110
10. Keluarga sentris. Pada usaha mikro, bisnis
usaha
mikro,
kecil
menengah
dan keluarga sering kabur atau tidak jelas.
merupakan
Keluarga sering campur tangan dalam
perusahaan yang sifatnya tertutup, yang
urusan
sehingga
mengandalkan pada modal usaha dari di
Pengusaha
pemilik yang jumlahnya sangat terbatas,
usaha mikro kurang mampu mendelegasikan
sedangkan modal usaha dari pihak lain
hak dan kewajibannya yang luas kepada
(bank atau lembaga keuangan lainnya)
pembantu yang bukan anggota keluarga.
sulit untuk diperoleh, karena persyaratan
perusahaan
membingungkan
pelanggan.
11. Kurang percaya pada ilmu modern. Bagi usaha
secara
mikro
usaha
dan
perorangan
administratif dan teknis
atau
yang
kebanyakan
pengusaha
diminta oleh bank sulit untuk dipenuhi
beranggapan
bahwa
belajar
lagi
mempelajari
ilmu
baru
merupakan
2. Sumber Daya Manusia (SDM) yang
pemborosan atau tidak perlu. Sebagian
terbatas. Sebagian besar usaha mikro, kecil
diantara pengusaha usaha mikro begitu
dan menengah merupakan usaha keluarga
percaya diri dan menutup diri. Pengusaha
yang turun menurun dan tumbuh secara
usaha mikro menafsirkan ilmu modern
tradisional. Keterbatasan sumber daya
sebagai akal-akalan dan sekedar cari uang
manusia baik itu dari pendidikan formal
bagi pengajar.
maupun pengetahuan dan ketrampilannya
atau
UMKM.
12. Kurang pengetahuan hukum dan peraturan. Pendidikan
yang
terbatas
sangat
berpengaruh
pada
kemampuan
seringkali
UMKM untuk mengembangkan usahanya.
membuat pengetahuan pengusaha usaha
Persoalan ini nantinya akan berimbas pada
mikro mengenai hukum dan peraturan
sulitnya
terbatas. Hal ini yang menyebabkan mereka
perkembangan
meniru produk yang dilindungi hak paten
meningkatkan daya saing produk yang
atau tidak paham dengan aneka pajak yang
dihasilkan.
dikenakan pada produknya.
UMKM
3. Lemahnya
untuk
menyesuaikan
teknologi
jaringan
dan
untuk
kemampuan
Dibalik peran besar UMKM dalam
penetrasi pasar. Sebagian besar UMKM
mendukung Pembangunan Nasional, UMKM
merupakan unit usaha keluarga yang
dihadapkan berbagai macam persoalan yang
mempunyai jaringan usaha yang sangat
cukup serius. Permasalahan tersebut dapat dilihat
terbatas dan kemampuan penetrasi pasar
dua aspek, yaitu persoalan internal yang berasal
yang rendah, oleh karena produk yang
dari internal UMKM maupun persoalan eksternal
dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan
yang berasal dari luar UMKM.
mempunyai
a.
yang
kurang
Faktor Internal
kompetitif. Berbeda dengan usaha besar
Berikut ini adalah beberapa persoalan
yang telah mempunyai jaringan yang
internal yang dihadapi oleh UMKM.
sudah solid dan mapan serta didukung
1. Kurangnya permodalan usaha. Masalah
dengan teknologi yang dapat menjangkau
modal memang menjadi momok bagi UMKM dalam mengembangkan usahanya. Hal ini dapat terjadi karena pada umumnya
92
kualitas
pasar internasional. b.
Faktor Eksternal
Sakur - Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah: Studi Kasus di Kota Surakarta
1.
Iklim
usaha
yang
belum
4.
sepenuhnya kondusif
Dampak pasar bebas
Globalisasi
Kebijaksanaan
pasar
bebas
telah
dalam
menimbulkan efek ngetif yang luar biasa bagi
dan
industri menengah ke bawah di Indonesia,
menengah belum sepenuhnya membuat iklim
khususnya UMKM. Masuknya produk-produk
usaha menjadi kondusif, meskiput dari tahun ke
dari China dengan harga yang relatif murah telah
tahun terus diperbaiki. Hal ini bisa dilihat adanya
melemahkan posisi UMKM di pasar lokal
persaingan yang kurang sehat antara pengusaha
maupun nasional.
mengembangkan
pemerintah
dan
usaha
mikro,
kecil,
kecil dengan pengusaha besar. 2.
Keterbatasan
5. sarana
dan
prasarana
Terbatasnya akses pasar
Salah satu aspek terkait dengan masalah pemasaran yang umum dihadapi oleh UMKM
Terbatasnya akses terhadap informasi
adalah tekanan-tekanan persaingan, baik di pasar
terkait kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
domestik dari produk-produk serupa buatan
menyebabkan sarana dan prasarana yang dimiliki
industri besar dan impor, maupun di pasar
tidak bisa berkembang mengikuti kemajuan
ekspor.
usaha
yang
diharapkan.
Keterbelakangan
teknologi ini tidak hanya membuat rendahnya
Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi
total factor productivity dan efisiensi di dalam
perkembangan usaha mikro dan kecil.
proses produksi, tetapi juga rendahnya kualitas
Hasil studi lintas negara yang dilakukan James
produk yang dibuat. Keterbatasan teknologi,
dan Akrasanee (dikutip Tambunan, 2002) di
khususnya usaha-usaha rumah tangga (mikro)
sejumlah negara ASEAN menunjukkan bahwa
disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya
termasuk growth constrains yang dihadapi oleh
keterbatasan modal investasi untuk membeli
banyak pengusaha kecil menengah (kecuali
mesin-mesin baru atau menyempurnakan proses
Singapura). Salah satu aspek yang terkait dengan
produksi,
masalah
keterbatasan
informasi
mengenai
pemasaran
adalah
tekanan-tekanan
perkembangan teknologi atau mesin-mesin dan
persaingan, baik pasar domestik dari produk
alat-alat produksi baru dan keterbatasan SDM
serupa buatan usaha besar dan impor, maupun
yang dapat mengoprasikan mesin-mesin baru
pasar ekspor. Selain itu, terbatasnya informasi
atau melakukan inovasi-inovasi dalam produk
banyak usaha kecil menengah, khususnya yang
maupun proses produksi.
kekurangan modal dan SDM serta berlokasi di
3. Dalam
Dampak otonomi daerah otonomi
daerah,
pemerintah
daerah memiliki kewenangan untuk mengatur dan
membuat
kebijakan
untuk
masyarakat
setempat. Sistem disentralisasi ini tentunya akan banyak mempengaruhi para pelaku bisnis kecil
daerah-daerah pedalaman yang relatif terisolir dari pusat informasi, komunikasi, dan transportasi, juga mengalami kesulitan untuk memenuhi standar-standar internasional
yang
terkait
dengan
produksi dan perdagangan.
dan menengah. Jika kebijakan ini tidak dibuat
6.
Keterbatasan SDM
untuk mendukung pelaku bisnis kecil maka akan
Keterbatasan SDM juga merupakan salah
menurunkan daya saing usaha mikro, kecil dan
satu kendala serius bagi banyak usaha mikro di
menengah.
Indonesia,
terutama
dalam
aspek-aspek
93
Spirit Publik Vol. 7, No. 2, Oktober 2011 Hal. 85 – 110
enterpreunership, manajemen, teknik produksi, pengembangan
produk,
engineering
d) Kurangnya pembinaan, khususnya dalam
design,
managemen keuangan, seperti perencanaan
quality control, organisasi bisnis, akuntasi, data
keuangan, penyusunan proposal dan lain
processing, teknik pemasaran, dan penelitian
sebagainya.
pasar. Keterbatasan ini menghambat usaha mikro
Kurangnya minat atau keengganan dari
di Indonesia untuk dapat bersaing di pasar
pihak perbankan komersial untuk menyalurkan
domestik maupun pasar internasional.
kredit
7.
Keterbatasan finansial
kepada
kelompok
Usaha mikro, khususnya di Indonesia
atau
UMKM
karena
individu
yang
anggapan mempunyai
predikat sebagai masyarakat miskin sangat tidak
menghadapai dua masalah utama dalam aspek
bankable.
finansial: mobilisasi modal awal (star-up capital)
kesulitan dalam hal memenuhi persyaratan
dan akses ke modal kerja, seperti finansial jangka
jaminan perbankan yang disebabkan kecilnya
panjang untuk investasi yang sangat diperlukan
usaha mereka. Pengusaha UMKM cenderung
demi
panjang.
tidak memiliki tanah atau sumber daya penting
Kendala ini disebabkan karena lokasi bank yang
lainnya yang melindungi aset keuangan mereka.
terlalu jauh bagi banyak pengusaha yang tinggal
Ketika perbankan menerapkan peminjaman yang
di daerah yang relatif terisolasi, persyaratan
didasarkan pada arus kas, pemerintah harus
terlalu berat, urusan administrasi terlalu bertele-
menciptakan
tele, dan kurang informasi mengenai skim-skim
memunculkan perusahaan sewa beli (leasing)
perkreditan yang ada dan prosedur.
maupun anjak piutang (factoring), yang dapat
pertumbuhan
output
jangka
UMKM
seringkali
lingkungan
menghadapi
yang
dapat
Menurut Lestari (2007) untuk memenuhi
membantu usaha mikro untuk mendapatkan akses
kebutuhan masalah permodalan, UMKM paling
modal tanpa harus ada sejumlah jaminan
tidak menghadapi 4 masalah, yaitu:
pinjaman yang besar.
a) Masih rendahnya atau terbatasnya akses usaha mikro terhadap berbagai informasi,
2. Kredit atau Pembiayaan
layanan, fasilitas keuangan yang disediakan
Definisi kredit atau pembiayaan itu
oleh lembaga keuangan formal, baik bank
sendiri memiliki beberapa dimensi yang beranega
maupun non bank misalnya dan BUMN,
ragam. Menurut Muljono (1993), kredit adalah
ventura.
kemampuan
b) Prosedur dan persyaratan perbankan yang terlalu
rumit
sehingga
pinjaman
yang
untuk
melaksanakan
suatu
pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan
suatu
janji
pembayarannya
akan
diperoleh tidak sesuai kebutuhan baik dalam
dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka waktu
hal jumlah maupun waktu, kebanyakan
yang disepakati.
perbankan
masih
menempatkan agunan
Sedangkan pengertian yang lebih mapan
material sebagai salah satu persyaratan dan
untuk kegiatan perbankan di Indonesia, yaitu
cenderung
menurut Undang – Undang Republik Indonesia
mengesampingkan
kelayakan
usaha. c) Tingkat bunga yang dibebankan dirasa masih tinggi.
Nomor 1998 dalam pasal 1; kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan
itu,
berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam – meminjam
94
Sakur - Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah: Studi Kasus di Kota Surakarta
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
akan dibeli merupakan barang – barang modal
pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
dan jangka waktunya sukup lama.
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
3)
Kredit Konsumsi
Menurut jenisnya kredit dapat dibagi
Bentuk kredit yang diberikan kepada
menjadi beberapa jenis yaitu: menurut jenis
perorangan ini bukan dalam rangka untuk
kredit yang dibiayai, menurut resiko pembiayaan,
mendapatkan laba tetapi untuk pemenuhan
dan menurut sektor ekonomi.
kebutuhan konsumsi.
a)
Menurut
Jenis
Kredit
yang
Dibiayai 1)
Kredit Modal Kerja
b)
Menurut Risiko Pembiayaan
1)
Kredit
dari
dana
bank
bersangkutan
Yaitu kredit yang diberikan oleh bank
Dasar dari kredit ini diberikan atas dasar
kepada debiturnya untuk memenuhi modal
kemampuan dari bank yang bersangkutan di
kerjanya.
yaitu
dalam mengumpulkan dana dari masyarakat yang
kebutuhan modal yang habis dalam satu putaran
menjadi nasabahnya baik berupa giro, deposito
usaha, hal ini kalau dilihat dalam neraca suatu
maupun modal sendiri dan pinjaman – pinjaman
perusahaan akan berupa uang kas bank ditambah
lainnya.
Kriteria
dari
modal
kerja
dengan piutang dagang dengan persediaan baik persediaan barang jadi, persediaan bahan dalam proses,
persediaan
baku.
Kredit dengan dana likuiditas
Bank Indonesia
Apabila
Sesuai dengan fungsinya sebagai agent of
dibicarakan modal kerja bersih maka perlu
development khususnya pada bank – bank
dikurangi lagi dengan current liabilities-nya.
pemerintah, maka dalam pengembangan sektor –
2)
bahan
2)
Kredit Investasi
sektor perekonomian tertentu bank sentral telah
Yaitu kredit yang dikeluarkan oleh perbankan untuk pembelian barang-barang modal
memberikan berbagai fasilitas penyediaan “Dana Likuiditas”.
yaitu tidak habis dalam satu putaran usaha,
3)
maksudnya proses dari pengeluaran uang kas dan
Kredit
kembali
menjadi
kas
diperoleh
Pemerintah
Indonesia dari Luar Negeri untuk membantu
memakan jangka waktu yang cukup panjang
berbagai pembiayaan pembangunan proyek –
setelah
proyek swasta pemerintah yang diwujudkan
beberapa
tersebut
ini
akan
melalui
uang
Kredit Kelolaan
kali
perputaran
(Mulyono, 1993). Misalnya seorang debitur mendapatkan
dalam bentuk bantuan kredit yang disalurkan melalui sistem perbankan.
kredit untuk mendirikan pabrik, atau barang
c)
modal lainnya. Uang kas yang dikeluarkan untuk
Untuk
Menurut Sektor Ekonomi kepentingan
perencanaan
membeli barang – barang modal tersebut akan
pengembangan kegiatan perekonomian maka
baru dapat terhimpun kembali setelah melalui
pembagian sektor – sektor ekonomi mempunyai
proses depresiasi atau amortisasinya sesuai
arti yang sangat penting. Penguasa moneter dan
jangka waktu ekonomisnya (economical usefull
Bank Sentral mempunyai kepentingan utama
life) yang mana dana depresiasi yang berupa out
dalam pembagian
of pocket cost tersebut dikumpulkan. Jadi ada dua
sebagai alat perencanaan dan pengendalian
ciri pokok dari kredit investasi yaitu; barang yang
kebijaksanaan – kebijaksanaan yang diambilnya.
kredit
menurut
sektoral,
95
Spirit Publik Vol. 7, No. 2, Oktober 2011 Hal. 85 – 110
Secara garis besar pembagian kredit menurut
lingkup dunia telah mendapatkan momentum
sektor ekonomi:
baru, yaitu dengan adanya Microcredit Summit
1) Sektor pertanian, perkebunan dan sarana pertanian
(MS) yang diselenggarakan di Washington tanggal 2-4 Februari 1997. Dengan demikian,
2) Sektor pertambangan
terdapat beberapa alternatif yang bisa dilakukan.
3) Sektor perindustrian
a)
Banking of the poor
4) Sektor listrik, gas dan air
Bentuk ini mendasarkan diri pada saving
5) Sektor konstruksi
led microfinance,ketika mobilisasi keuangan
6) Sektor perdagangan, restoran dan hotel
mendasarkan diri pada kemampuan yang dimiliki
7) Sektor pengangkatan, pergudangan, dan
oleh
komunikasi
masyarakat
miskin.
Bentuk
ini
mendasarkan
pula
atas
8) Sektor jasa – jasa dunia usaha
keanggotaan
dan
partisipasinya
9) Sektor jasa – jasa sosial atau masyarakat
kelembagaan mempunyai makna yang penting. Bentuk-bentuk
3.
yang
membership
juga
telah
base,
terhadap
terlembaga
di
Struktur Modal UMKM
masyarakat, antara lain Kelompok Swadaya
Menurut Hankinson (2000), terdapat
Masyarakat (KSM), Kelompok Usaha Bersama
beberapa variabel kunci yang dapat menentukan
(KUB), Credit Union (CU), Koperasi Simpan
kesuksesan
Pinjam (KSP), dan lainlain.
perusahaan
kecil
untuk
mengembangkan usaha bisnisnya, yaitu antara
b)
lain;
Bentuk
Behaviour
and
lifestyle,
Skills
and
Banking with the poor ini
mendasarkan
diri
dari
capabilities, Management Methods, Motivation,
memanfaatkan kelembagaan yang telah ada, baik
Future perspectives, Small firms and bank
kelembagaan (organisasi) sosial masyarakat yang
relations, Identity, Comment. Hankinson (2000)
mayoritas bersifat informal atau yang sering
menyebutkan bahwa salah satu kunci sukses
disebut Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM),
strategi bisnis yang dijalankan usaha kecil guna
serta lembaga keuangan formal (bank). Kedua
meningkatkan usaha adalah dalam hubungannya
lembaga yang nature-nya berbeda itu, diupayakan
dengan bank yang berkaitan dengan faktor
untuk diorganisasikan dan dihubungkan atas
permodalan (fasilitas kredit).
dasar semangat simbiosis mutualisme. Pihak
Aspek
permodalan
perbankan
bank akan mendapat nasabah yang makin banyak
kepada pengusaha kecil UMKM yang merupakan
(outreaching), sementara masyarakat miskin akan
salah satu kunci sukses pengembangan UMKM
mendapat akses untuk mendapatkan financial
menunjukkan
saling
support. Di Indonesia, hal ini dikenal dengan
menguntungkan antara pengusaha selaku debitur
pola yang sering disebut Pola Hubungan Bank
dengan bank selaku kreditur.
dan
pola
Lembaga
dari
hubungan
yang
keuangan mikro berfungsi
Kelompok
Swadaya
Masyarakat
(PHBKSM).
memberikan dukungan modal bagi pengusaha
c)
mikro (microenterprises) untuk meningkatkan
Bentuk ini mendasarkan diri atas credit-
usahanya. Ismawan (2003: 5-7) menunjukkan
led institution, yakni sumber financial support
bahwa pengalaman mengembangkan keuangan
(terutama) bukan diperoleh dari mobilisasi
mikro untuk melayani masyarakat miskin dalam
tabungan masyarakat miskin, namun memperoleh
96
Banking for the poor
Sakur - Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah: Studi Kasus di Kota Surakarta
dari sumber lain yang memang ditujukan untuk
berkesinambungan, dijual kepada pihak lain
masyarakat miskin. Dengan demikian tersedia
atau dialihkan.
dana cukup besar yang memang ditujukan kepada
2) Pertumbuhan
karyawan
yaitu
dengan
masyarakat miskin melalui kredit. Contohnya
berkembangnya suatu usaha maka terjadi
yakni Badan Kredit Desa (BKD), Lembaga Dana
adanya
Kredit Perdesaaan (LDKP), Grameen Bank (yang
memerlukan penambahan karyawan baik full
ada di Indonesia seperti Lembaga Keuangan
timer maupun part timer.
Mikro/ LKM), dan yang lainnya.
3) Kualitas
peningkatan
kredit
kapasitas
terbagi
dalam
sehingga
berbagai
Hubungan bisnis antara pengusaha dan
kategori yakni kategori Lancar, DPK (Dalam
bank perlu terus dijalin, tidak saja dalam
Pengawasan Khusus), KL (kurang lancar), D
kaitannya dengan kelangsungan pengelolaan
(diragukan ), M (macet).
dana namun juga aspek konsultasi bisnis. Jasa konsultasi bisnis mempunyai peran penting
4) Pertumbuhan kredit yang diperoleh dari pengusaha UMKM tersebut.
dalam hal pengembangan usaha (ekspansi),
5) Penggunaan kredit dalam hal ini bagaimana
maupun permasalahan yang dihadapi di dalam
penggunaan fasilitas kredit apakah sudah
bisnisnya. Dalam hal ini, bank berkepentingan
sesuai dengan rencana baik untuk modal kerja
terhadap kelangsungan usaha debiturnya yang
maupun investasi.
akan memberikan suatu kepastian akan tingkat pengembalian kredit yang telah diberikan. Beberapa
penelitian
sebelumnya
6) Monitoring dari bank dalam hal ini berbentuk pembinaan dan penetapan restrictive loan covenant
atau
perjanjian
yang
memuat
menunjukkan setidaknya ada 2 sumber yang
pembatasanpembatasan pada debitur oleh
dominan dalam modal perusahaan yaitu dana
bank seperti kebijakan investasi, dividen,
sendiri dan bank (Blum, dalam Jones & John,
pembiayaan,
1993).
1992,p.42).
Judi (1999) mengemukakan bahwa
dan
lain-lain
(VP.Apilido
kesuksesan bisnis kecil diukur dari business
Fasilitas kredit bank yang merupakan
survival, numbers of employee, dan income.
salah satu aspek kunci didalam pengembangan
Dalam penelitian ini kinerja dihubungkan dengan
UMKM tersebut sangat tergantung pada tingkat
kinerja
memenuhi
kepuasan dan loyalitas pengusaha UMKM selaku
kewajiban kreditnya. Dunia usaha tidak dapat
debitur terhadap bank selaku kreditur. Gray
dilepaskan dari dukungan sistem perbankan
(1999) dalam penelitian juga mengungkapkan
dalam bidang permodalan. Berbagai fasilitas
bahwa fasilitas kredit bank dalam hal ini kinerja
kredit dikucurkan kepada para pengusaha yang
kredit (credit performance) memiliki hubungan
membawa konsekkuensi dipenuhinya kewajiban
dan pengaruh yang signifikan bagi kinerja usaha
pengusaha kepada kreditur, baik pembayaran
kecil, mengingat aspek permodalan merupakan
bunga maupun pokok berdasarkan jenis fasilitas
aspek penting dalam bisnis UMKM. Demikian
kreditnya.
pula dengan penelitian yang dilakukan oleh
perusahaan
Kinerja
kecil
UMKM
dalam
dalam
memenuhi
Apilido (1992) menunjukkan hal yang sama
kewajibannya dapat diukur dari:
dengan mengukur kinerja UMKM dari sudut
1) Kelangsungan usaha (survival business) yaitu
pemenuhan
ukuran kelangsungan perusahaan, apakah
kewajibannya
terhadap
kinerja
kreditnya.
97
Spirit Publik Vol. 7, No. 2, Oktober 2011 Hal. 85 – 110
Berdasarkan
uraian
di
atas,
maka
merespon
perubahan
lingkungan,
akan
pertanyaan yang dikemukakan dalam penelitian
menghasilkan strategi yang sangat kompleks
ini adalah sejauh mana UMKM mengatur
sejak dimulai pengambilan keputusan sampai
struktur
memanfaatkan
timbulnya hal hal baru yang dijadikan rencana
berbagai macam fasilitas pembiayaan yang ada
oleh perusahaan. Chen, Fark dan Mc Millan
untuk meningkatkan kinerjanya?
(1993) mengungkapkan suatu hipotesa bahwa
modalnya
dengan
tingkat lingkungan dinamis sebagai moderating 4.
Lingkungan Usaha
Secara
umum,
variable akan berpengaruh positif terhadap yang
pemilik dalam memperoleh kinerja yang tinggi.
mencakup elemen dalam masyarakat luas dapat
Kajian terhadap lingkungan dapat menuntun
dikelompokkan ke dalam berbagai segmen, yaitu
manajemen untuk melakukan analisis terhadap
segmen demografis, ekonomi, politis, hukum,
faktor-faktor dukungan lingkungan serta faktor-
sosial budaya dan segmen teknologi. Selain itu,
faktor yang merupakan ancaman lingkungan.
perlunya
Kemampuan
UMKM
lingkungan
untuk
memperhatikan
organisasi/perusahaan
dan
lingkungan industri yang mencakup ancaman
personilnya untuk bekerja, menyesuaian diri dan
pesaing baru, kekuatan pemasok, kekuatan
mengelola berbagai tekanan dan dukungan
pembeli, adanya barang pengganti serta intensitas
lingkungan akan membawa pengaruh kepada
persaingan. Keberhasilan usaha kecil setelah
kinerja perusahaan. Pengenalan lingkungan yang
memulai kegiatannya sangat dipengaruhi oleh
baik akan memberi dampak pada mutu strategi
kondisi lingkungannya dan kondisi lingkungan
yang dihasilkan yang pada gilirannya akan
itu sendiri dapat dijadikansebagai dasar dari
memberi dampak pada kinerja perusahaan.
strategi perusahaan.
Penelitian mengenai lingkungan bisnis di
Lingkungan
perusahaan
memiliki
Indonesia
masih
perlu
dikaji
lebih
lanjut
karakteristik sebagai berikut (Mintzberg, 1990):
mengingat kondisi lingkungan bisnis di Indonesia
1) Dynamism : Growth opportunities, change in
masih belum stabil sebagaimana banyak terjadi di
production/services
technology;
rate
of
negara
berkembang,
terutama
menyangkut
innovation in industry products, services and
hukum, lifestyle, kontinuitas pasokan bahan
processes; R7D in industry.
baku, dan lain-lain (terlebih lagi di lingkungan
2) Heteregonity; Needed diversity in production
usaha
kecil
terkait
ketersediaan
lembaga
and marketing methodes to cater to different
pembiayaan). Berdasarkan uraian di atas maka
customers.
pertanyaan yang dikemukakan dalam penelitian
3) Hostility : hostility of key competitors market
ini adalah bagaimana pengaruh lingkungan
activities; number of areas in which there is
terhadap strategi bisnis UMKM dan upaya
competition (pricing, quality, service etc);
meningkatkan kinerja perusahaan?
unpredictability activities;
of
legal,
competitor
political
or
market economic
constrains.
5.
Strategi Bisnis
Suwarsono (1994) menyatakan bahwa
Mintzberg (1990) menyatakan bahwa
intensitas dan formalitas strategik pada bisnis
apabila manajer membangun strategi dengan giat
UMKM cukup sederhana dan parsial. Suatu
mencari
perusahaan
98
peluang
baru
dan
dengan
cepat
berusaha
mencapai
daya
saing
Sakur - Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah: Studi Kasus di Kota Surakarta
strategis dan laba di atas rata-rata dengan melalui
retention, Working capital dan likuiditas
dua model utama yang dicapai (Hitt et al., 1995):
(Johnson & Scholes 1984).
a)
Model organisasi industrial, yang
menyatakan
bahwa
eksternal
rekruitmen dan seleksi, pelatihan, upah,
merupakan penentu utama, saat perusahaan terjun
hubungan industri dan tenaga kerja, keikut
kedalam
sertaan
industri
lingkungan
e) Strategi pengelolaan SDM meliputi pola
khususnya
strategi
cost
leadership atau differensiasi. b)
Model
dalam
pengambilan
keputusan
(Schuler, 1992). sumberdaya,
Dari berbagai macam strategi tersebut
yang mengasumsikan bahwa masing-masing
tidak semua bisa dilakukan secara bersama-sama
perusahaan merupakan sekumpulan sumberdaya
oleh industri kecil. Oleh karenanya perlu adanya
dan
perusahaan
pemilihan strategi bisnis. Supriyono (1990)
menggunakan sumber daya dan kemampuan yang
menyatakan bahwa pemilihan strategi adalah
berharga, langka, tidak dapat ditiru dan tidak
proses pembuatan keputusan untuk memilih
dapat digantikan (kompetensi inti).
diantara alternatif-alternatif strategi induk yang
kemampuan
berbasis
yang
unik,
Miles and Snow (1978) menyatakan
dipertimbangkan
akan
dapat
dipakai
dan
bahwa perusahaan untuk mencapai sukses dapat
diterapkan untuk mencapai tujuan perusahaan
menerapkan strategi Complex Product Innovation
dengan cara yang paling efektif dan efisien.
(inovasi
Untuk UMKM, keputusan pemilihan strategi
menghadapi
differentiation
tantangan),
yang
terletak pada manajemen puncak yang biasanya
mengantisipasi
sekaligus pemilik. Berikut ini adalah faktor-
perubahan dan antisipasi stabilitas lingkungan.
faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih
Disisi lain juga terdapat strategi bisnis yang
strategi.
diimplementasikan pada 5 strategi fungsional
a)
dipasarkan)
(pembedaan
marketing
serta
strategi
produk
utama yaitu :
eksternal.
a) Strategi produk yang merupakan aktivitasaktivitas
yang
dihubungkan
dengan
b)
Sikap manajerial terhadap risiko.
c)
Kesadaran manajerial terhadap strategi-
meningkatkan market share meliputi upaya peningkatan perubahan
Persepsi manajerial terhadap ketergantungan
produk
untuk
requirement
menemukan
strategi perusahaan dimasa yang lalu. d)
pelanggan,
pengembangan produk baru dan kualitas produk
Hubungan
manajerial
dan
struktur
organisasi. e)
Pengaruh manajemen tingkat bawah pada pemilihan strategi.
b) Strategi produksi meliputi seleksi supplier,
Pemilihan strategi tidak sepenuhnya bisa
stock, teknologi produksi dan kapasitas,
bersifat rasional dikarenakan adanya faktor dari
plant size dan tingkat efisiensi.
luar seperti ketergantungan perusahaan pada
c) Strategi pemasaran meliputi kualitas produk,
pihak luar dalam rangka untuk tetap bertahan
harga, promosi, target market, distribusi,
hidup dan
mencapai
kemakmuran,
seperti:
pelayanan dan identifikasi brand/ merk
pesaing, pelanggan, pemasok, pemerintah, dan
(Johnson & Scholes 1984).
masyarakat. Selain itu dipengaruhi pula oleh
d) Strategi pembiayaan meliputi keuangan,
perubahan relatif sektor pasar, jenis tantangan
capital, level of profit distribution &
yang dihadapi, kesempatan dan tersedianya
99
Spirit Publik Vol. 7, No. 2, Oktober 2011 Hal. 85 – 110
sumber daya, perubahan kondisi yang dihadapi
Berdasarkan
uraian
di
atas,
maka
pengusaha kecil. Variabel penting lainnya yang
hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini
menentukan pemilihan strategi adalah juga siklus
adalah sebagai berikut.
kehidupan produk. Berdasarkan uraian di atas, maka pertanyaan yang dikemukakan dalam
H1: Semakin besar pemanfaatan pembiayaan
penelitian ini adalah bagaimana pengaruh strategi
selain modal pribadi maka semakin baik
bisnis terhadap kinerja UMKM?
kinerja UMKM H2: Semakin kondusif lingkungan bisnis maka
6.
Kinerja UMKM
semakin baik kinerja UMKM
Pengukuran kinerja suatu organisasi atau
H3: Semakin baik penerapan strategi UMKM
perusahaan dapat dilakukan melalui berbagai macam cara atau ukuran. Zou dan Stan (1998)
maka semakin baik kinerja UMKM H4: Semakin besar ukuran UMKM maka
mengemukakan tiga hal dalam mengukur kinerja
semakin baik kinerja UMKM
perusahaan, yaitu: a) Pengukuran finansial, (sales),
seperti penjualan
keuntungan
(profit),
B.
dan
pertumbuhan (growth).
1.
Jenis dan Sumber Data
b) Pengukuran non finansial, seperti kepuasan (satisfaction),
pencapaian
tujuan
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan data primer
(goal
dan data sekunder. Data primer dikumpulkan
achievement), dan proses bisnis (business
melalui kuesioner dan wawancara langsung pada
process)
responden yang berkedudukan sebagai pemilik
c) Pengukuran gabungan. Pengukuran
kinerja
dan atau manajer untuk
secara
Surakarta.
Data
UMKM diperoleh
di Kotamadya dengan
cara
finansial yang biasa digunakan antara lain ROA
wawancara dengan pengusaha, instansi terkait
(return on assets), ROE (return on equity), ROI
serta dengan menggunakan daftar pertanyaan.
(return on invesment) dan OROA (operating
Daftar pertanyaan berisi dua bagian yakni bagian
return
UMKM
pertama berisi identitas dan perusahaan yang
(Sugiarto, 2001) indikator keberhasilan kinerja
ditanganinya, sedangkan bagian kedua berisi
dibagi dalam 2 (dua) hal yaitu :
variabel
on
assets).
Dari
segmen
a) Indikator keberhasilan perusahaan : (a)
pembiayaan,
kondisi
terdiri
dari
fasilitas
lingkungan
yang
peningkatan volume produk (b) peningkatan
dipertimbangkan menentukan strateginya serta
nilai tambah produk (c) peningkatan jumlah
pengaruhnya
tenaga kerja (d) diversifikasi usaha (e)
UMKM dimaksud. Data sekunder yaitu data yang
perluasan pasar (f) peningkatan jumlah
didapat dari data kepustakaan, jurnal, informasi,
penjualan (g) peningkatan modal.
dari
b) Indikator kinerja pengusaha bersangkutan : (a) peningkatan achievement motivation point (b) peningkatan managerial skill (c) peningkatan inovasi dan kreativitas usaha (d) peningkatan human relation minded.
100
penelitian
lembaga
terhadap
kinerja
pemerintah
perusahaan
terkait
untuk
memperkuat data primer yang diperoleh dari responden.
Sakur - Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah: Studi Kasus di Kota Surakarta
2.
Populasi dan Sampel
Populasi
adalah
Pengumpulan
keseluruhan
subjek
penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua
elemen
penelitian,
yang
maka
ada
dalam
dengan
menggunakan
kuesioner digunakan untuk memperoleh data primer.
wilayah
c.
Observasi
yaitu:
peneliti
merupakan
mengadakan penelitian dengan cara melakukan
penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga
pengamatan secara langsung dan cermat terhadap
disebut
fenomena
studi
penelitiannya
data
populasi
atau
studi
sensus
yang
ada
hubungannya
dengan
(Arikunto, 2002) Penelitian ini merupakan studi
penelitian ini. Karena objek penelitian ini bersifat
populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah
perilaku manusia (Sugiyono, 2000).
semua
pengusaha
yang
termasuk
kategori
UMKM di Kotamadya Surakarta. Teknik
cara dokumentasi. Dokumentasi merupakan suatu adalah
pengumpulan data dengan mempelajari atau
purposive sampling, dengan kriteria sebagai
meneliti dokumendokumen atau sumber-sumber
berikut
tertulis serta arsip-arsip lainnya yang sesuai
:
pengambilan
Data sekunder dapat diperoeh dengan
(1)
sampel
Perusahaan
UMKM
yang
berdomisili di Kotamadya Surakarta, (2) telah
dengan penelitian.
beroperasi minimal 2 tahun, Berdasarkan teknik purposive sampling, terpilih sampel sejumlah 58
4.
Metode Analisis
perusahaan.
Metode analisis data meliputi analisis kuantitatif
dan
analisis
digunakan
kualitatif.
3.
Metode Pengumpulan Data
kualitatif,
Data
mempunyai
memberikan
penelitian berdasarkan sifat tertentu dimana
gambaran tentang suatu masalah atau persoalan.
dalam penilaian sifat dinyatakan tidak dalam
Data primer yang langsung dikumpulkan di
angka-angka dan digunakan untuk menjelaskan
lapangan berupa:
analisis data yang diolah.
a. pengumpulan
sifat
Wawancara data
adalah:
dengan
teknik
Dalam
untuk
Analisis
analisis
menilai
kuantitatif
objek
yang
mengajukan
digunakan dalam penelitian ini adalah Uji
pertanyaan langsung kepada responden dan
Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
jawaban – jawaban responden dicatat secara
serta Uji Statistik Pangkat Tanda Wilcoxon.
sistematis (Hasan, 2002). Wawancara dilakukan secara berstruktur dimana peneliti menggunakan
a.
daftar
Validitas didefinisikan sebagai sejauh
pertanyaan
sebagai
pedoman
saat
melakukan wawancara. b.
Kuesioner:
Uji Validitas
mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur menurut
Masri
dalam melakukan fungsi ukurnya. Pengertian
Singaribuan (1998), kuesioner sebagai sejumlah
valid tidaknya suatu alat ukur tergantung
pertanyaan tertulis berguna untuk mengumpulkan
kemampuan alat tersebut untuk mengukur objek
informasi dari responden. Kuesioner merupakan
yang diukur dengan cermat dan tepat ( Suliyanto,
hal yang pokok untuk mengumpulkan data. Hasil
2005 )
kuesioner tersebut akan diterjemahkan dalam
Suatu kuesioner dikatakan valid jika
angka-angka, tabel-tabel, analisa statistik dan
memiliki muatan faktor lebih besar dari 0,32
uraian
(muatan faktor > 0,32) dan memiliki pearson
serta
kesimpulan
hasil
penelitian.
101
Spirit Publik Vol. 7, No. 2, Oktober 2011 Hal. 85 – 110
correlation kurang dari 0,05 (pearson correlation
C. Hasil dan Pembahasan
< 0,05). b.
Uji Reliabilitas
1. Deskripsi Objek Penelitian
Reliabilitas pada dasarnya adalah sejauh
a) Kondisi Geografis
mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.
Kota Surakarta merupakan salah satu
Jika hasil pengukuran yang dilakukan berulang
kota besar di Jawa Tengah yang menunjang kota-
menghasilkan
kota
hasil
yang
relatif
sama,
lainnya
seperti
Semarang
maupun
pengukuran tersebut dianggap memiliki tingkat
Yogyakarta. Wilayah Kota Surakarta atau lebih
reliabilitas yang tinggi ( Suliyanto, 2005 ).
dikenal dengan “Kota Solo” merupakan dataran
Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu: 1)
rendah dengan ketinggian ± 92 m dari permukaan laut, SOLO berbatasan di sebelah utara dengan
Repeated measure/ pengukuran
Kabupaten Boyolali, sebelah timur dengan
berulang Disini pengukuran dilakukan berulang-
Kabupaten Karangnyar, sebelah selatan dengan
ulang pada waktu berbeda, dengan kuesioner
Kabupaten Sukoharjo dan di sebelah Barat
yang sama atau pertanyaan yang sama.
dengan Kabupaten Sukoharjo. Luas wilayah Kota
2)
ini
Surakarta mencapai 44,06 km² yang terbagi
satu
waktu,
dalam 5 kecamatan, yaitu : Kecamatan Laweyan,
perbandingan
dengan
Serengan, Pasar kliwon, Jebres dan Banjarsari.
pengukuran
Sebagian besar lahan dipakai sebagai tempat
korelasi antar jawaban. Pada program spss,
pemukiman sebesar 61,68%. Sedangkan untuk
metode ini dilakukan dengan metode cronbach
kegiatan ekonomi juga memakan tempat yang
alpha, dimana suatu kuesioner dikatakan reliabel
cukup besar juga yaitu berkisar antara 20% dari
jika cronbach alpha ≥0,60.
luas lahan yang ada.
pengukuran
One
Shot.
dilakukan
kemudian
dilakukan
pertanyaan
yang
c.
Pada
pada
lain/
teknik
dengan
Pengujian Hipotesis
b)
Kondisi Demografis
Penelitian membutuhkan suatu analisa
Tabel 3 di bawah ini menunjukkan
data dan interpretasi yang akan digunakan untuk
Estimasi Survei Penduduk Antar Sensus Tahun
menjawab
penelitian
2008 Penduduk kota Surakarta mencapai 565.853
untuk mengungkapkan fenomena sosial tertentu.
jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 89.68;
Sehingga
proses
yang artinya bahwa pada setiap 100 penduduk
penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih
perempuan terdapat sebanyak 89 peduduk laki-
mudah dibaca dan diinterpretasikan. Model yang
laki.
pertanyaan-pertanyaan analisa
data
adalah
akan digunakan dalam penelitian ini adalah
Tingkat
kepadatan
penduduk
kota
model kasualitas atau hubungan atau pengaruh
Surakarta pada tahun 2008 mencapai 12.849
dan untuk menguji hipotesis yang diajukan maka
jiwa/km2.
Tahun
teknik analisis yang digunakan adalah analis
penduduk
tertinggi
regresi berganda dan analasis deskripsi untuk
Serengan yang mencapai angka 19.899. Jumlah
melengkapi pembahasan masalah penelitian.
Penduduk bekerja di kota Surakarta pada tahun
2008
Tingkat
terdapat
di
kepadatan kecamatan
2008 mencapai 251.101, atau sebesar 48,01% dari seluruh penduduk kota Surakarta.
102
Sakur - Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah: Studi Kasus di Kota Surakarta
Tabel 3. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2008 Keca mata n
Lu as Ar ea (k m2 ) 8,6 4
Jumlah Penduduk La Pere Ju kimpua mla laki n h
54. 164
55.76 6
3,1 9 4,8 2
31. 263 43. 172
32.29 5 44.80 8
12, 58
70. 466
71.82 6
Banja rsari
14, 81
80. 259
81.83 4
Juml ah
44, 04
Lawe yan Seren gan Pasar Kliwo n Jebres
279 286.5 .32 29 4 Sumber: BPS Jawa Tengah
109 .93 0 63. 558 87. 980 142 .29 2 162 .09 3 565 .85 3
Rasi o Jeni s Kel ami n 97,1 3
Kepa datan
96,8 0 96,3 5
19.89 9 18.27 2
98,1 1
11.31 1
suatu usaha. Demikian juga dalam usaha mikro
98,0 8
10.94 5
kegiatan perusahaan seperti produksi tidak dapat
97,4 9
12.84 9
dengan modal yang terbatas. Diperlukan peran
12.72 3
Gambar 2 Persentase Jenis Usaha Responden b)
Analisis Deskriptif
Modal merupakan hal penting dalam kecil dan menengah (UMKM) ini, tanpa modal berjalan. UMKM merupakan bentuk usaha serta pihak luar (investor atau kreditor) untuk membantu UMKM dalam hal permodalan. Dari hasil analisis data dapat dilihat bahwa sebagian
2.
Analisis Data
a)
Profil Responden
Deskripsi
responden
besar UMKM telah memanfaatkan pembiayaan meliputi
dari luar perusahaan baik itu dari bank maupun jenis
dari koperasi. Prosentase UMKM yang telah
kelamin dan jenis usaha. Pengusaha UMKM
memanfaatkan pembiayaan dari luar adalah
yang dijadikan responden sebagian besar berjenis
sebesar 64,91%. Sedangkan sisanya sebesar
kelamin laki-laki dengan prosentase 85,4 % dari
35,09% masing mengandalkan modal sendiri
total responden. Jika dilihat dari jenis usahanya
untuk mengembangkan usahanya.
maka komposisinya adalah jenis usaha jasa
Untuk mengembangkan sektor UMKM,
19,64%, jenis usaha dagang 37,50% dan jenis
pemerintah telah melakukan banyak hal, mulai
usaha manufaktur sebesar 42,86%.
dari pemberian bantuan pembiyaan lunak, dana bergulir, kredit tanpa agunan, dan sebagainya. Tetapi tidak sepenuhnya program yang dibuat oleh pemerintah mampu menyentuh semua lapisan UMKM. Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa
UMKM
yang
menyatakan
pernah
menerima bantuan dari pemerintah hanya sebesar Gambar 1
28,07%, sisanya menyatakan belum pernah
Persentase Jenis Kelamin Responden
menerima bantuan dari pemerintah. Dari yang menyatakan pernah menerima bantuan dari
103
Spirit Publik Vol. 7, No. 2, Oktober 2011 Hal. 85 – 110
pemerintah,
sebanyak
43,75%
menyatakan
i. Instrumen Fasilitas Pembiayaan
menerima bantuan dari pemerintah dalam bentuk pelatihan-pelatihan, 43,74% menerima bantuan
Tabel 4
dalam bentuk pembiyaan, dan 12,5% menerima
Pengujian Validitas Instrumen Struktur Modal
bantuan dalam bentuk pemasaran produk. Untuk struktur modal, sebanyak 48,2%
No
No Item
Muatan Faktor
Keterangan
responden UMKM masih mengandalkan modal
1
A1
0,674
Valid
pribadi
dan
2
A2
0,864
Valid
mengembangkan usahanya. Untuk UMKM yang
3
A3
0,788
Valid
sudah
4
A4
0,816
Valid
saja
untuk
menjalankan
memanfaatkan
pembiayaan
dari
bank/koperasi adalah sebesar 50%. Sedangkan sisanya sebesar 1,8% sudah memanfaatkan
Dari tabel 4 menggambarkan bahwa
kerjasama dengan investor untuk memperkuat
semua item memiliki muatan faktor yang lebih
struktur modalnya.
besar dari 0,3200 dan memiliki probabilitas
Bentuk pendampingan yang diberikan
pearson correlation sebesar 0,000 (0,000 < 0,05).
oleh bank kepada UMKM masih sangat minim
Hal ini berarti semua item dalam instrumen
sekali. Hal ini bisa dilihat dari hasil survei
modal usaha memenuhi persyaratan validitas/
dimana
sahih.
sebagian
memanfaatkan
besar
sumber
responden
yang
pembiayaan
dari
bank/koperasi mengatakan bentuk pengawasan
ii. Instrumen Lingkungan Bisnis
yang dilakukan oleh bank/koperasi hanya berupa survei lokasi saja ketika akan mengajukan
Tabel 5
pembiayaan.
Pengujian Validitas Lingkungan Bisnis
c)
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas No No Item
Instrumen Penelitian 1) Uji Validitas
Muatan Faktor
Keterangan
1
B1
0,831
Valid
ini
2
B2
0,869
Valid
digunakan untuk menguji kevalidan kuesioner.
3
B3
0,760
Valid
Uji
validitas
dalam
penelitian
Validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan
Dari tabel 5 menggambarkan bahwa
fungsi ukurannya (Azwar, 2003). Suatu angket
semua item memiliki muatan faktor yang lebih
valid jika pertanyaan pada suatu angket mampu
besar dari 0,3200 dan memiliki probabilitas
untuk mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh
pearson correlation sebesar 0,000 (0,000 < 0,05).
angket tersebut.
Hal ini berarti semua item dalam instrumen modal usaha memenuhi persyaratan validitas/ sahih.
104
Sakur - Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah: Studi Kasus di Kota Surakarta
iii. Instrumen Strategi Bisnis
modal usaha memenuhi persyaratan validitas/ sahih
Tabel. 6 Pengujian Validitas Strategi Bisnis Muatan
2)
Uji konsistensi internal (uji reliabilitas)
No
No Item
1
C1
0,613
Valid
(cronbach) alpha dari masing-masing instrumen
2
C2
0,586
Valid
dalam suatu variabel. Instrumen yang dipakai
3
C3
0,488
Valid
dalam variabel tersebut dikatakan andal (reliabel)
4
C4
0,535
Valid
bila memiliki koefisien Cronbach alpha lebih dari
5
C5
0,672
Valid
0,60 (Ghozali, 2001).
6
C6
0,628
Valid
Berdasarkan tabel 8 terlihat bahwa semua
7
C7
0,627
Valid
variabel memiliki koefisien cronbach alpha lebih
8
C8
0,487
Valid
besar dari 0,60 (>0,60), sehingga instrumen
Faktor
Keterangan
Uji Reliabilitas
dilakukan
dengan
menghitung
koefisien
penelitian ini dapat dikatakan andal (reliabel) dan Dari tabel 6 menggambarkan bahwa
dapat dipakai sebagai alat ukur.
semua item memiliki muatan faktor yang lebih besar dari 0,3200 dan memiliki probabilitas
Tabel 8
pearson correlation sebesar 0,000 (0,000 < 0,05).
Hasil Reliabilitas Instrumen Penelitian
Hal ini berarti semua item dalam instrumen modal usaha memenuhi persyaratan validitas/ sahih. iv. Instrumen Kinerja Tabel 7
Cronbach-
No
Instrumen Penelitian
1
Struktur Modal
0,775
2
Lingkungan Bisnis
0,835
3
Stretegi Bisnis
0,731
4
Kinerja
0,835
alpha
Pengujian Validitas Kinerja Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui Muatan
dari
instrumen-instrumen
penelitian
No Item
1
D1
0,863
Valid
sebesar 0,775, cronbach alpha Lingkungan
2
D2
0,918
Valid
Bisnis sebesar 0,835, cronbach alpha omzet
3
D3
0,636
Valid
Strategi Bisnis sebesar 0,731, dan cronbach alpha
4
D4
0,821
Valid
Kinerja sebesar 0,835. Nilai cronbach alpha dari
Faktor
Keterangan
bahwa
No
didapatkan cronbach alpha Struktur Modal
masing-masing instrumen penelitian lebih besar Dari tabel 7 menggambarkan bahwa
dari 0,60 maka instrumen penelitian variabel
semua item memiliki muatan faktor yang lebih
Struktur Modal, Lingkungan Bisnis, Strategi
besar dari 0,3200 dan memiliki probabilitas
Bisnis, dan Kinerja dapat dikatakan handal
pearson correlation sebesar 0,000 (0,000 < 0,05).
(reliabel) untuk digunakan sebagai alat ukur.
Hal ini berarti semua item dalam instrumen
105
Spirit Publik Vol. 7, No. 2, Oktober 2011 Hal. 85 – 110
3. Pengujian Hipotesis Penelitian analisis
regresi
ini
berikut: koefisien variabel bebas str_modal
menggunakan
berganda
untuk
metode menguji
sebesar
0,198
dengan
probabilitas
0,187
menunjukkan bahwa variable bebas struktur
hipotesis. Sebelum melakukan analisis regresi
modal
berganda,
untuk
mempengaruhi variabel terikat kinerja UMKM.
Dengan
Hal ini bisa terjadi dimungkinkan karena UMKM
metode
dilakukannya
uji
ini
mensyaratkan
asumsi
klasik.
tidak
signifikan
belum
diperoleh bisa dipertanggungjawabkan dan tidak
berbagai fasilitas pembiayaan untuk memperkuat
bias disebut BLUE (Best, Linear, Unbiased,
struktur modalnya. Fenomena ini didukung
Estimator).
yang
dengan data sebelumnya bahwa sebagian besar
menunjukkan distribusi data yang normal, tidak
UMKM masing mengandalkan modal pribadi
adanya
untuk mengembangkan usahanya. Kurang dari
uji
autokorelasi,
asumsi tidak
klasik ada
masalah
heterokedastisitas dan multikolinearitas.
mampu
statistik
pengujian ini diharapkan agar model regresi yang
Hasil
sepenuhnya
secara
memanfaatkan
2% UMKM yang bisa memanfaatkan kerjasama
Setelah uji asumsi klasik dilakukan,
dengan bentuk investasi dengan pihak ketiga.
maka langkah selanjutnya adalah pengujian
Kondisi
hipotesis
pengawasan dari pihak ketiga (kreditor atau
dengan
regresi
berganda.
Hasil
ini
diperburuk
kepada
debitor.
dengan Hasil
lemahnya
pengujian regresi berganda dapat dilihat melalui
investor)
pengujian
tabel 9 berikut ini.
variabel bebas Monitoring juga menunjukkan koefisien sebesar -0,093 dengan probabilitas
Tabel 9
0,908 yang berarti bahwa variabel Monitoring
Hasil Uji Regresi Berganda Model
Constant Str_mod al Ling_bis Strag_bis Size Monitori ng Btn_pem rth
Unstandarized Coefficients Bet Std.Err a or 0,72 6,430 1 0,19 0,148 8 0,00 0,186 4 0,33 0,116 7 0,03 0,809 2 0,09 0,800 3 0,03 0,855 5
tidak signifikan secara statistik mempengaruhi standariz ed Coefficie nts
0,195 -0,003 0,415 -0,005
-0,016 -0,005
variabel terikat kinerja UMKM. Monitoring yang t
Sig.
0,11 2 1,33 8 0,02 0 2,90 3
0,91 1 0,18 7
0,03 9
0,96 9
dengan probabilitas 0,984 menunjukkan bahwa
0,90 8
secara statistik mempengaruhi variabel terikat
0,11 6 0,04 1
0,98 4 0,00 6
0,96 7
Dependent variable: Kinerja
dilakukan oleh pihak ketiga hanya berupa survei lokasi pada saat pertama pemberian kredit. Pendampingan dan pengawasan lainnya belum sepenuhnya mampu membantu UMKM dalam memaksimalkan pembiayaan untuk mendukung kinerja UMKM. Hasil
pengujian
terhadap
variabel
Ling_bis menunjukkan koefisien sebesar -0,004 variable bebas lingkungan bisnis tidak signifikan kinerja UMKM. Atau dengan kata lain yang artinya bahwa variabel bebas Lingkungan Bisnis belum sepenuhnya mampu mendukung kinerja UMKM. Lingkungan bisnis yang belum stabil
Dari hasil pengolahan data yang berupa pooling data, didapat koefisien regresi seperti pada tabel 9, yang dapat diinterpretasikan sebagai
106
mungkin
menjadi
penyebab
kurangnya
kemampuan UMKM mengambil keputusan yang baik untuk meningkatkan kinerjanya.
Sakur - Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah: Studi Kasus di Kota Surakarta
Hasil
pengujian
terhadap
variabel
menjadi
jaminan
bahwa
fasilitas
Strag_bis menunjukkan koefisien sebesar 0,337
pembiayaan yang diperoleh semakin besar
dengan probabilitas 0,006 menunjukkan bahwa
jumlahnya, maka semakin tinggi kinerja
variable bebas strategi bisnis signifikan secara
perusahaan UMKM. Temuan ini bertolak
statistik mempengaruhi variabel terikat kinerja
belakang dengan penelitian Hankinson
UMKM. Atau dengan kata lain yang artinya
(2000) yang menemukan bahwa fasilitas
bahwa ada pengaruh yang searah antara strategi
kredit yang diberikan dapat memberikan
bisnis dengan kinerja UMKM. Jika strategi bisnis
dampak kepada efektivitas strategi dari
perusahaan yang diterapkan sudah tepat, maka
suatu unit usaha yang secara langsung dan
kinerja perusahaan UMKM yang dicapai akan
tidak
semakin tinggi pula.
kinerja perusahaan. Hal ini bisa terjadi
Penelitian ini juga memasukkan dua
langsung
berpengaruh
dimungkinkan
karena
variabel kontrol, yaitu ukuran (size) dan bantuan
sepenuhnya
mampu
pemerintah.
berbagai
Kedua
variabel
tersebut
fasilitas
terhadap
UMKM
belum
memanfaatkan
pembiayaan
untuk
menunjukkan nilai probabilitas yang lebih besar
memperkuat struktur modalnya. Fenomena
dari 1%, artinya variabel bebas ukuran dan
ini didukung dengan data sebelumnya
bantuan
bahwa sebagian besar UMKM masing
pemerintah
signifikan
secara
mempengaruhi
statistik
kinerja
tidak
UMKM.
mengandalkan
modal
pribadi
untuk
Ukuran UMKM yang besar belum menjamin
mengembangkan usahanya. Kurang dari
kinerja yang baik. Kekurang mampuan UMKM
2% UMKM yang bisa memanfaatkan
dalam mengelola sumberdaya agar menjadi lebih
kerjasama dengan bentuk investasi dengan
efektif dan efisien masih menjadi penyebab
pihak ketiga. Kondisi ini diperburuk
utamanya. Bantuan pemerintah ternyata juga
dengan lemahnya pengawasan dari pihak
belum mampu meningkatkan kinerja UMKM.
ketiga (kreditor atau investor) kepada
Hal ini bisa terjadi dimungkinkan karena
debitor. Monitoring yang dilakukan oleh
berbagai faktor seperti; bantuan yang tidak
pihak ketiga hanya berupa survei lokasi
merata, bantuan yang tidak tepat sasaran, atau
pada saat pertama pemberian kredit.
mungkin bantuan yang tidak diberikan tidak
Pendampingan dan pengawasan lainnya
kontinyu atau hanya setengah-setengah.
belum sepenuhnya UMKM
Kesimpulan dan Saran
dalam
mampu membantu memaksimalkan
pembiayaan untuk mendukung kinerja UMKM.
Dari pembahasan atas hasil pengolahan data
serta
berdasarkan
dan
menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh
metodologi yang digunakan dalam penelitian ini
yang signifikan antara lingkungan bisnis
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
dengan
1. Pengujian
studi
hipotesis
pustaka
2. Pengujian hipotesis kedua yang dilakukan
pertama
kinerja
perusahaan.
Jika
yang
lingkungan bisnis di sekitar UMKM
dilakukan membuktikan bahwa tidak ada
tersebut kondusif, maka belum sepenuhnya
pengaruh yang searah antara struktur
kinerja perusahaan UMKM yang dicapai
modal dengan kinerja perusahaan. Tidak
akan semakin tinggi pula. Lingkungan
107
Spirit Publik Vol. 7, No. 2, Oktober 2011 Hal. 85 – 110
bisnis yang belum stabil mungkin menjadi
seperti;
bantuan
yang
tidak
merata,
penyebab kurangnya kemampuan UMKM
bantuan yang tidak tepat sasaran, atau
mengambil keputusan yang baik untuk
mungkin bantuan yang tidak diberikan
meningkatkan kinerjanya.Hal ini bertolak
tidak kontinyu atau hanya setengah-
belakang dengan hasil penelitian Danny
setengah.
Miller dan Friesen (1982) dan Danny Miller (1987) yang menujukkan bahwa
Hasil dari penelitian ini membuktikan
Kemampuan organisasi/ perusahaan dan
dan
personilnya untuk bekerja, menyesuaikan
masalah
diri dan mengelola berbagai tekanan dan
memaksimalkan struktur modal UMKM untuk
dukungan lingkungan akan membawa
meningkatkan kinerjanya melalui 2 proses yaitu:
pengaruh
kepada
kinerja
memberi kesimpulan untuk penelitian
terkait
menjawab
usaha
untuk
perusahaan.
1. Meningkatkan berbagai potensi untuk
Pengenalan lingkungan yang baik akan
memaksimalkan struktur modal melalui
memberi dampak pada mutu strategi yang
berbagai macam fasilitas pembiyaan dan
dihasilkan yang pada gilirannya memberi
dukungan
dampak pada kinerja
kontinyu dan berorientasi jangka panjang
terhadap
UMKM
secara
3. Pengujian hipotesis ketiga yang dilakukan
seperti pendampingan, perencanaan bantua
membuktikan bahwa ada pengaruh yang
agar tepat guna dan tepat sasaran serta
searah antara strategi bisnis dengan kinerja
pemberian akses informasi yang luas
perusahaan. Jika strategi bisnis perusahaan
terhadap UMKM.
yang diterapkan sudah tepat, maka kinerja
dukungan
dari
berbagai
pihak
perusahaan UMKM yang dicapai akan
khususnya terkait kebijakan pemerintah
semakin tinggi pula. Hal ini mendukung
agar menciptakan lingkungan bisnis yang
penelitian Hankinson, (2000); Kathrin
stabil sehingga UMKM dapat beradaptasi
Watson, (1998); dan Ian Chaston (1997)
dengan
yang menujukkan bahwa strategi bisnis
keputusan terkait strategi bisnis yang
sebagai suatu komitmen, keputusan dan
sesuai untuk meningkatkan kinerja UMKM
langkah
baik
untuk
memiliki
daya
saing
lingkungannya
jangka
strategis dalam upaya untuk menghasilkan
panjang.
kinerja di atas rata-rata.
bervariasi
4. Pengujian
terhadap
variabel
kontrol
pendek
dan
maupun
jangka
bisnis
yang
kemampuan
untuk
Lingkungan dan
merespon
membuat
berbagai
macam
menunjukkan bahwa ukuran UMKM yang
keanekaragaman lingkungan bisnis sangat
besar belum menjamin kinerja yang baik.
diperlukan dalam merumuskan strategi
Kekurang
bisnis
mampuan
UMKM
dalam
mengelola sumberdaya agar menjadi lebih efektif
dan
efisien
masih
menjadi
yang
tepat
dalam
mengambil
kebijakan yang terintegrasi. Setelah
dilakukan
analisis
dan
penyebab utamanya. Bantuan pemerintah
intepretasi, penelitian ini memiliki keterbatasan,
ternyata juga belum mampu meningkatkan
diantaranaya;
kinerja UMKM. Hal ini bisa terjadi dimungkinkan
108
2. Perlu
karena
berbagai
faktor
1. Penelitian ini hanya mengambil sampel di daerah
Kotamadya
Surakarta
yang
Sakur - Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah: Studi Kasus di Kota Surakarta
mungkin memiliki karakteristik tertentu
Juoro, Umar. 1995. Leading issues in Economic Developments In Indonesia. Bandung.
yang mungkin berbeda dengan daerah yang lainnya, sehingga dimungkinkan hasil dari
penelitian
ini
kurang
dapat
digeneralisasikan secara umum. Penelitian selanjutnya bisa mengambil sampel dari
Respati, Dimas Bayu. 2008. Membangun Strategi Bisnis Melalui Fasilitas Kredit Bank dan Lingkungan Usaha Dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Thesis Magister Manajemen (tidak dipublikasi). Universitas Diponegoro. Semarang.
berbagai macam daerah yang memiliki berbagai macam karakteristik sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang lebih dapat digeneralisasikan.
Rudjito. 2003. Peranan Lembaga Keuangan Mikro Dalam Otonomi Daerah Guna Menggerakkan Ekonomi Rakyat Dan Penanggulangan Kemiskinan. Jurnal Ekonomi Rakyat Tahun II No. 1 2003.
2. Penelitian ini menggunakan model yang cukup sederhana yaitu regresi berganda, sehingga
tidak
melihat
secara
rinci
hubungan dan pengaruh antara variabel bebas.
Penelitian
selanjutnya
dapat
menggunakan model yang lebih kompleks seperti
structural
equation
modeling
(SEM).
Daftar Pustaka Hankinson, Alan. 2000. The key factors in the profiles of small firm owner managers that influence business performance. The South Coast Small Firms Survey, 1997-2000. “Industrial and Commercial Training, Vol 32 No 32000. Badan Pusat Statistik. 2009. Surakarta dalam Angka. Surakarta. Ghozali, Imam. 2004. Program Model Persamaan Struktural, konsep dan aplikasi dengan program AMOS Ver 5.0. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Gray, Judi H., 1999. Empirical Model of Small Business Success. Working Paper 18/99, April, Monash Univ., Faculty of Business and Economics, pp. 1-13. Jones, Ray, G. Jr & John A. Walker and Theodor Icohers. 1993. A Survey to Identify Reason for Denial of Small Business Loan Request. Managerial Finance, Vol 19-1993, Number 8 pp. 50-61.
Rutherford, Reid. 1999. Securitizing Small Business Loans: A Bankers Action Plan. Commercial Lending Review, pp. 63-74. Said, Adri dan N. Ika Widjaja. 2007. Akses Keuangan UMKM: Buku Panduan untuk Membangun Akses Pembiayaan bagi Usaha Menengah, Kecil dan Mikro dalam Konteks Pembangunan Daerah. Konrad Adenauer Stiftung 141 (KAS) dan Deutsche Gesellschaft fur Technische Zusammenarbeit (GTZ)-Regional Economic Development (RED). Jakarta Sanberg, William R., Rocahrd B. Robinson Jr and Jhon A. Pierce. 2001. Why Small Business Need a Strategic Plan. Business & Economic Review, October-Dec 2001. Setyobudi, A. (2007). Peran Sera bank Indonesia dalam Pengambangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan , pp. 29-35. Smith, Icen G., James P. Guthrie and Ming Jer Cheer. 1989. Strategy, Size and Performance. Organisation Studies. Vol.10/1, p. 63-81. Sulistyastuti, Dyah Ratih 2004. Dinamika Usaha Kecil dan Menengah (UKM): Analisis Konsentrasi Regional UKM di Indonesia 1999-2001. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Volume 9, Nomor 2 Desember 2004, Halaman 143-164. Suryana. 2001. Kewirausahaan. Salemba Empat. Jakarta. Tambunan, Tulus H. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia: Beberapa Isu Penting. Salemba Empat. Jakarta. www.bps.go.id
109