1
Adopsi Teknologi Sosial Media oleh Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Di Kota Surakarta Setyowati,N;Irianto,H;Widadie,F;Sulistyo,M.E ABSTRAK Penelitian ini berujuan untuk memetakan adopsi teknologi sosial media dan mengidentifikasi tingkatan adopsi TSM oleh UMKM di Surakarta,. Penelitian menggunakan metode deskriptif analitis. Pengumpulan data menggunakan teknik survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 120 responden, sebanyak 68 responden (56,67%) telah menggunakan TSM dan sebanyak 52 responden (43,33%) belum menggunakan. Jenis UMKM yang paling banyak menggunakan TSM adalah Konveksi (24 UMKM) dan yang paling sedikit adalah meubelair (4 UMKM). Rata-rata tingkatan adopsi teknologi sosial media oleh UMKM di Kota Surakarta sampai pada tahap “interest” yaitu UMKM tertarik atau berminat menggunakan TSM dan masih mengumpulkan informasi atau referensi mengenai teknologi sosial media. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa UMKM Kota Surakarta berpotensi untuk menggunakan teknologi sosial media karena sebenarnya pelaku UMKM. Untuk itu, diperlukan upaya pemerintah melalui sosialisasi, pelatihan dan pendampingan pembuatan media online untuk mendukung penggunaan teknologi sosial media oleh UMKM. Kata Kunci: Adopsi, Teknologi Sosial Media,UMKM, Surakarta PENDAHULUAN Teknologi informasi merupakan bentuk teknologi yang digunakan untuk menciptakan, menyimpan, mengubah, dan menggunakan informasi dalam segala bentuknya. Melalui pemanfaatan teknologi informasi ini, perusahaan mikro, kecil maupun menengah dapat memasuki pasar global. Perusahaan yang awalnya kecil seperti toko buku Amazon, portal Yahoo, dan perusahaan lelang sederhana Ebay, ketiganya saat ini menjadi perusahaan raksasa hanya dalam waktu singkat karena memanfaatkan teknologi informasi dalam mengembangkan usahanya (M. Suyanto, 2005). Menurut Cleland (2000) terdapat tiga karakteristik khusus yang dimiliki oleh internet membawa dampak besar terhadap jika digunakan pada pemasaran, yaitu : (1) Internet secara dramatis mengurangi biaya informasi (2) Internet mengijinkan terjadinya komunikasi dua arah dan interaktifitas (3) Internet mengatasi rintangan-rintangan keterbatasan-keterbatasan ruang dan waktu. Media online dapat dijadikan sebagai alat promosi yang menjanjikan bagi pelaku usaha untuk memasarkan produknya tidak hanya di dalam negeri tapi juga ke pasar
2
global. Walau, kami akui jika banyak di antara pelaku usaha kami belum semuanya melek internet, terutama yang berlokasi di daerah. Dari total sekitar 50 juta UKM di Indonesia, potensi pasar bisnis lokal go online hanya berkisar 0,15 persen. Padahal, jumlah pengguna internet yang cukup besar di Indonesia maupun seluruh dunia merupakan peluang menjanjikan yang dapat dimanfaatkan pelaku usaha (Gatot, 2012) Partisipasi yang besar dalam dunia digital social media merupakan potensi yang besar untuk mengubah peta pemasaran dengan mengurangi media konvensional (cetak dan udara) menjadi penguatan branding melalui kekuatan jejaring social media. Strategi top-down branding secara tradisional pengaruhnya semakin kecil terhadap konsumen. Perilaku orang lebih mengandalkan personal network melalui social media untuk memperoleh informasi mengenai produk dan jasa yang akan dibeli (Setyowati, 2012) UMKM merupakan salah satu sektor yang mampu berkembang di Kota Surakarta. Bahkan, sektor ini telah memberikan sumbangan terhadap perekonomian daerah baik dari sisi penyerapan tenaga kerja maupun peningkatan pendapatan. UMKM di Surakarta tercatat sebanyak 3710 unit (Bank Indonesia, 2008) dengan sentra antara lain di Kecamatan Jebres (940), Pasar kliwon (1047), Serengan (594), Banjar Sari (957 ) dan Laweyan (172). Melihat besarnya potensi ini maka diperlukan upaya untuk meningkatkan kinerja dan kapabilitas UMKM dalam kegiatan usahanya khususnya terkait pemanfaatan teknologi sosial media dalam mendukung efektifitas usaha. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan adopsi teknologi sosial media dan mengidentifikasi tingkatan adopsi teknologi sosial media oleh UMKM di Kota Surakarta. METODE PENELITIAN Metode Dasar Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis yaitu kombinasi dari metode deskriptif dan metode analitis. Metode analitis bertujuan menguji kebenaran hipotesis dan metode deskriptif bertujuan memperoleh deskripsi yang terpercaya dan berguna. Penelitian deskriptif yang baik merupakan bahan yang sangat diperlukan untuk penelitian analitis. Penelitian analitis tentulah
3
akhirnya untuk membuat deskripsi baru yang lebih sempurna (Soeratno dan Arsyad, 1995) Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan survei terhadap responden, yaitu teknik pengukuran yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dengan interview yang sangat terstruktur (Cooper dan Schindler, 2006) dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu. Jenis dan Sumber Data Data dalam penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh langsung dari sumber penelitian (Cooper dan Schindller, 2006). Data primer yang digunakan berupa data profil pengguna dan tingkatan adopsi teknologi social media oleh UMKM di Surakarta. Metode Pengambilan Sampel Sampel penelitian diambil secara proporsional berdasarkan data sebaran UMKM di Kota Surakarta, yaitu di 5 kecamatan antara lain kecamatan Pasar Kliwon, Laweyan, Jebres, Serengan, Banjarsari. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah quota sampling. Quota sampling adalah purposive sampling yang mengambil persentasi sampelnya sesuai dengan persentasi jumlah di populasinya (Hartono, 2007). Tabel 1. Penentuan Jumlah Sampel Penelitian No No 1 2 3 4 5
Kecamatan
Banjarsari Serengan Laweyan Pasar kliwon Jebres Total
Jumlah UMKM (unit)
Jumlah sampel (unit)
957 594 172 1047 940
31 19 6 34 30
3710
120
Metode Analisis Data : 1. Pemetaan Adopsi Teknologi Sosial Media oleh UMKM di Surakarta
Pemetaan ini dilakukan dengan mengidentifikasi jumlah UMKM yang telah menggunakan teknologi sosial media dan yang belum menggunakan. Selain jumlah pengguna, pada pemetaan ini akan didentifikasi tujuan
4
pemanfaatan teknologi sosial media dan profil/ keragaan UMKM (skala, jenis produk, lingkup pemasaran, potensi SDM, keterlibatan dalam asosiasi dan lainlain). 2. Pemetaan Tingkat Adopsi Teknologi Sosial Media oleh UMKM di Surakarta Pemetaan dalam penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi tingkat adopsi teknologi sosial media oleh UMKM di Kota Surakarta. Teori yang mendasari dilakukannya pemetaan/ identifikasi tingkatan adopsi tersebut mengacu pada teori Adopter terhadap produk baru oleh (Kotler, 2003:376) yang menyatakan bahwa sebuah inovasi dapat diterima dan digunakan oleh seseorang sebagaimana tujuan inovasi itu diciptakan, melalui sebuah proses adopsi. Proses adopsi berfokus pada proses mental yang dilalui individu dari pertama mendengar tentang inovasi sampai pada adopsi final. Proses adopsi terhadap sebuah inovasi bergerak melalui lima tahapan: a. Awareness/kesadaran: user menyadari inovasi tetapi kekurangan informasi tentang itu b. Interest/ketertarikan: user
dirangsang untuk mencari informasi tentang
inovasi c. Evaluation/evaluasi: user mempertimbangkan apakah akan mencoba inovasi d. Trial/mencoba-coba: user mencoba inovasi untuk meningkatkan estimasinya tentang nilai e. Adoption/adopsi: user memutuskan untuk menggunakan inovasi tersebut secara penuh dan regular. Untuk mengidentifikasi tahapan adopsi teknologi sosial media dilakukan analisis deskriptif menggunakan metode scoring. Adapun layanan teknologi sosial media yang akan diujikan/ diteliti antara lain : Komunikasi & Interaksi (seperti SMS, Chatting, E-Mail, Fax); Akses Informasi & Data (seperti News/Berita, Informasi spesifikasi produk, harga, atribut produk, cara penggunaan produk, dll) ; Transaksi (seperti Perbankan, Shopping/Belanja, Reservasi); Remote Control & Decision Making (aplikasi automatic untuk kendali jarak jauh) dan Aplikasi & Layanan Lain (seperti
5
Searching/Browsing danTracking). Adapun kuesioner diadopsi dari Agustine (2007). Interpretasi tingkatan adopsi teknologi sosial media dilakukan dengan menggunakan indikator sebagai berikut: Skor kurang dari 1,85
: tidak tahu
Skor antara 1,85 – 2,67 : awareness Skor antara 2,68 – 3,50 : interest Skor antara 3,53 – 4,33 : evaluation Skor antara 4,34 – 5,16 : trial Skor antara 5,17 – 6,00 : adoption HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
Pemetaan Adopsi Teknologi Sosial Media oleh UMKM di Surakarta Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa UMKM di Kota Surakarta sebanyak 68 (56,67%) UMKM sudah menggunakan Teknologi Sosial Media (TSM) sebagai salah satu alat untuk membantu usaha sedangkan sisanya 52 (43,33%) UMKM belum menggunakan. Mereka yang sudah menggunakan Teknologi Sosial Media (TSM) dalam usahanya beralasan jika dengan menggunakan Teknologi Sosial Media (TSM) maka akan membantu memperluas pangsa pasar, memudahkan konsumen untuk membeli produk secara online sehingga dapat lebif efisien biaya, waktu, dan tenaga, mempermudah dan meminimalisir biaya promosi dan pemasangan iklan. Tabel 2. UMKM Pengguna Teknologi Sosial Media Berdasarkan Jenis Usaha Jenis UMKM Konveksi Jasa Makanan Kerajinan Meubelair Lainnya Total
Sumber: Setyowati, 2012
Jumlah 24 (35,3%) 14 (20,58%) 8 (11,76%) 6 (8,82%) 4 (5,9%) 12 (17,64%) 68 (100%)
6
Jenis UMKM yang paling banyak menggunakan Teknologi Sosial Media (TSM) adalah usaha konveksi 24 buah (35,3%), UMKM yang bergerak di bidang jasa sebanyak 14 buah (20,58%), lainnya sebanyak 12 buah (17,64%) yang meliputi UMKM sepatu, kosmetik, dan aquarium. UMKM di bidang makanan sebanyak 8 buah (11,76%), kerajinan sebanyak 6 buah (8,82%), dan UMKM yang paling sedikit menggunakan TSM adalah usaha meubelair sebanyak 4 buah (5,9%). Konveksi menjadi UMKM dengan tingkat penggunaan TSM paling tinggi dikarenakan usaha ini terus berkembang secara dinamis, banyaknya pesaing yang terjun dalam usaha konveksi membuat produsen dituntut untuk selalu inovatif dalam memperbaiki produknya, sehingga sosial media dipilih untuk memuaskan konsumen yang letaknya di luar kota bahkan luar negeri. Sedangkan meubelair di Kota Surakarta masih sedikit yang menggunakan Teknologi Sosial Media (TSM) untuk membantu usaha dikarenakan masih banyak konsumen yang menggunakan cara tradisional yaitu dengan membeli langsung ke toko, menurut konsumen cara tersebut lebih efektif untuk mendapatkan meubelair dengan bahan dan model yang sesuai dengan keinginan konsumen. Faktor besarnya skala usaha juga turut mempengaruhi penggunaan Teknologi Sosial Media (TSM) untuk membantu usaha, karena sebagian besar pemilik UMKM Meubelair yang menggunakan Teknologi Sosial Media (TSM) termasuk pada skala usaha kecil sedangkan yang tidak menggunakan Teknologi Sosial Media (TSM) skala usahanya masih rumah tangga. Menurut produsen, cara “gethok tular” atau promosi langsung dari mulut ke mulut juga lebih efektif. Tabel 3. UMKM Pengguna Teknologi Sosial Media Berdasarkan Pendidikan Jenis UMKM Konveksi Jasa Makanan Kerajinan Meubelair Lainnya Total
SMP 1 1
Tingkat Pendidikan SMA DIII 11 2 7 4 2 1 8 32 3
SARJANA 11 7 4 3 3 4 32
Sumber: Setyowati, 2012 Berdasarkan hasil penelitian dari tingkat pendidikan, pemilik UMKM yang sudah menggunakan Teknologi Sosial Media (TSM) paling banyak berpendidikan
7
Sarjana 32 buah (47,05%) dan SMA 32 buah (47,05%). Sedangkan lainnya memiliki pendidikan setingkat Diploma sebanyak 3 orang (4,4%) dan SMP sebanyak 1 orang (0,6%). Tingkat pendidikan sangat besar pengaruhnya bagi pengabdosian Teknologi Sosial Media (TSM) pada pelaku UMKM. Dengan semakin tingginya tingkat pendidikan maka akan semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki seseorang dalam mengoperasikan sosial media. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan mereka yang berpendidikan rendah juga mampu menggunakan sosial media. Tabel 4. UMKM Pengguna Teknologi Sosial Media Berdasarkan Lama Mengusahakan Jenis UMKM Konveksi Jasa Makanan Kerajinan Meubelair Lainnya Total
0-1 5 3 5 13
Lama Mengusahakan (Tahun) 1-5 5-10 8 7 3 3 2 1 4 1 2 1 4 19 17
>10 4 8 2 2 1 2 19
Sumber: Setyowati, 2012 Berdasarkan lamanya mengusahakan, UMKM yang sudah menerapkan Teknologi Sosial Media (TSM) paling banyak pada UMKM berdiri selama 1-5 tahun dan >10 tahun sebesar 19 buah (27,94%), selanjutnya UMKM yang berdiri antara 5-10 tahun sebanyak 17 buah (25%), dan UMKM yang baru berdiri selama 0-1 tahun sebanyak 13 buah (19,12%). Tabel 13. UMKM Pengguna Teknologi Sosial media Berdasarkan Skala Usaha Jenis UMKM Konveksi Jasa Makanan Kerajinan Meubelair Lainnya Total
Rumah Tangga 10 6 3 3 5 27
Skala Usaha Usaha Kecil 13 6 4 2 4 6 35
Usaha Menengah 1 2 1 1 1 6
Sumber: Setyowati, 2012 Berdasarkan skala usaha, UMKM skala industri kecil menempati urutan pertama pada UMKM yang telah menggunakan Teknologi Sosial Media (TSM),
8
yaitu sebesar 35 buah (51,47%), selanjutnya usaha rumah tangga 27 buah (39,71%), dan usaha menengah 6 buah (8,82%). Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan apabila semakin kecilnya tingkat skala usaha tidak berarti penggunaan Teknologi Sosial Media (TSM) dalam UMKM juga semakin kecil. Kebanyakan dari pelaku UMKM masih tergolong pengusaha baru dalam industri usaha sehingga mereka lebih banyak memanfaatkan sosial media seperti facebook, twitter, blog, dan blackberry messanger (BBM) untuk mendukung pengembangan usaha serta memperluas pangsa pasar. Karena pelaku UMKM masih banyak di dominasi pengusaha baru dan generasi muda maka masih banyak yang tidak tergabung dalam asosiasi UMKM. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui jika UMKM yang sudah memanfaatkan Teknologi Sosial Media (TSM) sebanyak 22 buah (32,35%) dan sebanyak 46 buah (67,65%) UMKM memilih tidak tergabung dalam asosiasi UMKM mana pun. Hal ini dipilih karena pelaku baru UMKM tidak mengetahui adanya asosiasi UMKM di sekitar lokasi usaha selain itu mereka juga belum berminat untuk mengikuti asosiasi UMKM karena masih kecilnya skala usaha dan masih mudanya usaha yang mereka geluti. 2.
Pemetaan Tingkat Adopsi Teknologi Sosial Media oleh UMKM di Surakarta Berdasarkan hasil pemetaan tingkat adopsi TSM di Kota Surakarta diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 5. Tingkat Adopsi Teknologi Sosial Media oleh UMKM di Surakarta Jenis Layanan Rerata Komunikasi & Interaksi (seperti, Chatting/IM, E-Mail, 4,04 facebook,blog) Akses Informasi & Data (seperti Berita, Informasi spesifikasi 3,82 produk, harga, atribut produk, cara penggunaan produk, dll) Transaksi (seperti Perbankan, Shopping/Belanja, Reservasi) 3,51 Remote Control & Decision Making (aplikasi automatic 2,19 untuk kendali jarak jauh) Aplikasi & Layanan Lain (Searching/Browsing danTracking) 3,61 3,44 Total skor rata-rata
Interpretasi Evaluasi Evaluasi Interest Awareness Evaluasi Interest
Sumber: Setyowati, 2012 Berdasarkan tabel 14 diketahui bahwa tingkatan adopsi teknologi sosial media oleh UMKM di Kota Surakarta sampai pada tahapan “Interest”. Artinya, secara keseluruhan UMKM di Kota Surakarta tertarik atau berminat menggunakan teknologi sosial media dan masih mencari informasi dan referensi mengenai teknis
9
penggunaan dan sharing pengalaman dengan yang sudah menggunakan. Sebagai contoh di kecamatan Banjarsari terdapat sentra Mebel namun belum banyak yang menggunakan TSM. Hal ini dikarenakan lingkungan disekitar pengrajin belum menggunakan sehingga kurang temotivasi. Pengrajin menghendaki agar di wilayah pasar mebel dibangun hotspot area dan ada pelatihan karena sebenarnya pengrajin tertarik untuk menggunakan TSM namun belum sepenuhnya memahami penggunaan secara teknis. Lain halnya dengan sentra batik di Kauman, dapat dikatakan bahwa hampir semua UMKM menggunakan TSM sebagai media bisnis. Hal ini karena pengaruh lingkungan mendorong UMKM untuk menggunakannya. Keberadaan paguyuban batik mendorong UMKM untuk menjadi anggota dan melalui paguyuban inilah UMKM Batik saling memotivasi untuk menggunakan TSM. Selain itu, ketatnya persaingan dimana hampir setiap rumah menjual batik mendorong UMKM untuk menggunakan media online untuk memasarkan produknya. Minat UMKM terhadap jenis layanan TSM yang paling banyak adalah layanan TSM untuk komunikasi dan interaksi seperti e-mail, facebook, twitter dan blog. Nilai rerata skor sebesar 4,04 yang mengindikasikan bahwa tingkatan adopsi TSM untuk manfaat komunikasi dan interaksi yaitu pada tahap Evaluasi. Artinya bahwa rata-rata pelaku UMKM masih mempertimbangkan untuk menggunakan TSM sebagai media komunikasi dan berinteraksi. Dari berbagai media tersebut yang paling banyak digunakan adalah email dan facebook. Dari 68 responden yang menggunakan teknologi sosial media sebanyak 100% memiliki email dan 46 UMKM (67,64%) menggunakan facebook. Teknologi sosial media digunakan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan stakeholder seperti supplier bahan baku, karyawan, pemasar, sesama UMKM dan konsumen. Sebagai contoh, TSM digunakan digunakan oleh UMKM Rental mobil pada saat terjadi kasus penipuan (mobil dicuri oleh konsumen), antar sesama UMKM saling berkoordinasi dan memberikan informasi sehingga akhirnya pencuri dapat ditangkap. Untuk layanan akses informasi dan data, tingkat adopsi sampai pada tahap evaluasi.
Artinya
rata-rata
pelaku
UMKM
di
Kota
Surakarta
masih
mempertimbangkan untuk menggunakan TSM sebagai alat mengakses informasi dan data. Layanan untuk akses informasi dan data misalnya informasi produk,
10
informasi harga, atribut dan penggunaan produk. Sebagai contoh, untuk UMKM Percetakan Hero Printing menggunakan TSM untuk mencari referensi gambar sehingga desain dan performa produk yang dihasilkan lebih menarik dan variatif. Layanan TSM untuk kegiatan transaksi oleh pelaku UMKM di Kota Surakarta rata-rata sampai pada tahapan interest (berminat) dengan rerata skor 3,51. Hal ini berarti bahwa rata-rata pelaku UMKM dikota Surakarta sebenarnya berminat.tertarik untuk menggunakan TSM sebagai media transaksi. Pelaku UMKM tertarik untuk menggunakan layanan ini namun masih belum berani mengadopsi penuh karena masih minim informasi dan referensi. Selain itu, pelaku UMKM
masih
meragukan
keamanan
bertransaksi
secara
online
karena
dikhawatirkan berpotensi terjadi penipuan. Layanan transaksi dalam hal ini meliputi transaksi perbankan (e-banking) dan jual beli produk. Untuk jenis layanan remote control dan decision making tahapan adopsi baru sampai pada tahap awareness dengan rerata skor 2,19. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pelaku UMKM sebenarnya sudah menyadari manfaat TSM sebagai decision making dan remote control, namun UMKM belum mempunyai informasi mengenai manfaat ini sehingga belum terbangun minat untuk menggunakannya. Sebagai contoh, UMKM Handicraft Rantiyem memiliki cabang usaha di wilayah Jakarta dan Sumatra. TSM digunakan untuk mengontrol kondisi usaha antara lain stok barang dan financial, Setiap bulan karyawan di Jakarta dan Sumatra mengirim laporan keuangan secara online sehingga monitoring usaha dapat dilakukan dengan lebih efisien dan efektif. Sedangkan pemanfaatan TSM oleh UMKM di Kota Surakarta untuk jenis layanan aplikasi dan layanan lain sampai pada tahap evaluasi dengan rerata skor 3,61. Dalam hal ini, pelaku UMKM sudah mendapatkan informasi terkait teknis dan manfaat dari TSM untuk berbagai aplikasi dan layanan namun masih pada tahap mempertimbangakan untuk menggunakannya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
11
1.
Sebanyak 56,67% UMKM menggunakan teknologi sosial media dan 52,33% belum menggunakan. Jenis UMKM paling banyak menggunakan TSM adalah UMKM konveksi dan paling sedikit meubelair.
2.
Secara keseluruhan, tahapan adopsi teknologi sosial media oleh pelaku UMKM di Kota Surakarta berada pada tahap interest yaitu pelaku UMKM tertarik atau berminat menggunakan TSM dan aktif mencari informasi dan referensi terkait penggunaan TSM.
Saran Melihat potensi ini, hendaknya ada upaya aktif dari instansi pemerintah untuk mendukung adopsi teknologi sosial media melalui pelatihan dan pendampingan pembuatan dan pengelolaan website, blog atau media online lainnya bagi UMKM.
DAFTAR PUSTAKA Agustine Eva M.S. 2007. Persepsi Penggunaan Aplikasi Internet Untuk Pemasaran Produk Usaha Kecil Menengah. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2007 (SNATI 2007) ISSN: 1907-5022 . Yogyakarta, 16 Juni 2007 Bank Indonesia (2008). Database UMKM Potensial di Kota Surakarta dan Kabupaten Sragen, Kerjasama LPPM UNS dengan Bank Indonesia. Laporan Penelitian. Surakarta Cleland, D.I. dan King, W.R. 2000. Analisis Sistem dan Perencanaan Manajemen (terjemahan). Bandung: Remaja Rosdakarya Cooper, Donald R. dan Schindler, P. 2006. Business Research Methods. 9th ed. Singapore : McGraw-Hill. Gatot Prasetyo Adji, 2012. Pidato Pembukaan Seminar Online Marketing kerja sama Kementerian Perdagangan dan Hong Kong Trade Development Council (HKTDC), Selasa 26 Juni 2012. Jakarta Hair, et al., (2006), Multivariate Data Analysis: Six Edition, Pearson International Edition. Hartono, J.M. (2007). Sistem Informasi Keperilakuan. Andi Offset,Yogyakarta.
12
Kotler, Philip.2003. “Marketing Management”. International Edition. 11th Edition. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall. M. Suyanto. 2005. Artikel : Aplikasi IT untuk UKM Menghadapi Persaingan Global. Kedaulatan Rakyat. Yogyakarta. Singarimbun, M dan Efendi, S. 1995. Metode Penelitian survei. LP3ES. Jakarta Setyowati,N; Irianti,H;Widadie, F dan Sulistyo, M.E.2012. Pemanfaatan Teknologi Sosial Media Dalam Mendukung Pengembangan E–Business Pada Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Di Kota Surakarta. Laporan Penelitian. Surakarta. Soeratno dan Lincoln Arsyad. 1995. Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis. YKPN. Yogyakarta Widadie, F.2011. Pemanfaatan Teknologi Social Media Sebagai E-Business Dalam Membangun Networking Dan Marketing Community-Based Di Tingkat Kelembagaan Petani. Prosiding Seminar Nasional Akselerasi Pengembangan Informatika Pertanian Untuk Pemberdayaan dan perlindungan Petani. ISBN 978-979-16972-3-1. Tanggal 20-21 Oktober 2011.Universitas Padjajaran, Bandung .